Lampiran: Surat Protes KNPA Kepada Presiden Republik ... fileWarga menanggapi berita yang rilis di...

9
Lampiran: Surat Protes KNPA Kepada Presiden Republik Indonesia 1 Kronologi Rencana Penggusuran Desa Sukamulya untuk Pembangunan BIJB 1. Kronologi Pra Peristiwa: 2 Agustus 16 November 2016 [Selasa, 2 Agustus 2016] BPN bersama Pemda Majalengka mengadakan rapat terkait rencana penggusuran lahan warga di Desa Sukamulya untuk pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Majalengka. Rapat tersebut diadakan di gedung Graha, Majalengka dengan mengikutsertakan sebagian kecil warga yang setuju dengan rencana pembangunan tersebut. Sementara, sebagia besar warga Desa Sukamulya yang menolak tidak diikutsertakan atau dengan kata lain tidak diundang untuk menyampaikan pendapat mereka. Sementara itu, di Jakarta Front Perjuangan Rakyat Sukamulya (FPRS) didampingi KPA ke BPN Pusat untuk menyampaikan keberatan atas rencana upaya paksa pengukuran tanah Warga Sukamulya kamis nanti. Di BPN, perwakilan KPA dan FPRS ditemui oleh Kepala Seksi DIrektorat Pengadaan Tanah dan Penetapan Tanah Negara, Idrus Alaydrus. [Rabu, 3 Agustus 2016] Pihak Pemda akan menemui kantor Desa untuk memintai izin eksekusi yang akan dilakukan pada Kamis (4/8) esok harinya. Rencana tersebut terkesan hanya sebagai formalitas belaka karna nyatanya sebagian besar warga dan pihak Desa sudah jelas menolak. Dari pihak Pemda, mereka akan tetap melakukan penggusuran secara paksa apabila terjadi penolakan oleh warga. [Kamis, 4 Agustus 2016] Pengukuran yang awalnya direncakan tidak jadi tanpa sebab yang jelas oleh pihak pemeirntah, sementara warga Sukamulya sudah siaga menghadang rencana tersebut. [Senin, 8 Agustus 2016] KNPA yang terdiri dari KPA, LBH Bandung, Sajogyo Institute, IHCS, KontraS, Jatam, Solidaritas Perempuan, API, STI, dan HuMa membuat pernyataan sikap bersama sebagai bentuk solidaritas dan mobilisasi dukungan bagi warga Desa Sukamulya, Front Perjuangan Rakyat Sukamulya (FPRS) dan Serikat Petani Majalengka (SPM). Menanggapi rencana pengukuran yang akan dilakukan esok harinya. [Selasa, 9 Agustus 2016] Warga Sukamulya yang tergabung dalam FPRS menghadang Pengukuran Paksa oleh BPN Majalengka. Eksekusi pengukuran paksa dibatalkan hari ini karena mendapat perlawanan dari warga. Kantah BPN Majalengka dipanggil ke ATR/BPN pusat. Kawan-kawan di lapangan tetap siaga mendirikan posko perlawanan warga Sukamulya di dua titik masuk desa. 1

Transcript of Lampiran: Surat Protes KNPA Kepada Presiden Republik ... fileWarga menanggapi berita yang rilis di...

Lampiran: Surat Protes KNPA Kepada Presiden Republik Indonesia1

Kronologi Rencana Penggusuran Desa Sukamulya untuk Pembangunan BIJB

1. Kronologi Pra Peristiwa: 2 Agustus – 16 November 2016

[Selasa, 2 Agustus 2016]

BPN bersama Pemda Majalengka mengadakan rapat terkait rencana penggusuran lahan

warga di Desa Sukamulya untuk pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB),

Majalengka. Rapat tersebut diadakan di gedung Graha, Majalengka dengan mengikutsertakan

sebagian kecil warga yang setuju dengan rencana pembangunan tersebut. Sementara, sebagia

besar warga Desa Sukamulya yang menolak tidak diikutsertakan atau dengan kata lain tidak

diundang untuk menyampaikan pendapat mereka.

Sementara itu, di Jakarta Front Perjuangan Rakyat Sukamulya (FPRS) didampingi KPA ke

BPN Pusat untuk menyampaikan keberatan atas rencana upaya paksa pengukuran tanah

Warga Sukamulya kamis nanti. Di BPN, perwakilan KPA dan FPRS ditemui oleh Kepala

Seksi DIrektorat Pengadaan Tanah dan Penetapan Tanah Negara, Idrus Alaydrus.

[Rabu, 3 Agustus 2016]

Pihak Pemda akan menemui kantor Desa untuk memintai izin eksekusi yang akan dilakukan

pada Kamis (4/8) esok harinya. Rencana tersebut terkesan hanya sebagai formalitas belaka

karna nyatanya sebagian besar warga dan pihak Desa sudah jelas menolak. Dari pihak

Pemda, mereka akan tetap melakukan penggusuran secara paksa apabila terjadi penolakan

oleh warga.

[Kamis, 4 Agustus 2016]

Pengukuran yang awalnya direncakan tidak jadi tanpa sebab yang jelas oleh pihak

pemeirntah, sementara warga Sukamulya sudah siaga menghadang rencana tersebut.

[Senin, 8 Agustus 2016]

KNPA yang terdiri dari KPA, LBH Bandung, Sajogyo Institute, IHCS, KontraS, Jatam,

Solidaritas Perempuan, API, STI, dan HuMa membuat pernyataan sikap bersama sebagai

bentuk solidaritas dan mobilisasi dukungan bagi warga Desa Sukamulya, Front Perjuangan

Rakyat Sukamulya (FPRS) dan Serikat Petani Majalengka (SPM). Menanggapi rencana

pengukuran yang akan dilakukan esok harinya.

[Selasa, 9 Agustus 2016]

Warga Sukamulya yang tergabung dalam FPRS menghadang Pengukuran Paksa oleh BPN

Majalengka. Eksekusi pengukuran paksa dibatalkan hari ini karena mendapat perlawanan dari

warga. Kantah BPN Majalengka dipanggil ke ATR/BPN pusat. Kawan-kawan di lapangan

tetap siaga mendirikan posko perlawanan warga Sukamulya di dua titik masuk desa.

1

Dari info tim KPA di lokasi, dilaporkan bahwa Kapolres Majelengka telah menyurati Sekda

Provinsi Jabar meminta penundaan pengukuran sampe proses dengan masyarakatnya beres.

[Rabu, 10 Agustus 2016]

Warga menanggapi berita yang rilis di Detik.com, dengan judul artikel “Warga Sukamulya

Tolak Pembangunan Bandara Kertajati, Begini Solusi Pemprov Jabar” . Berita ini seakan-

akan menyudutkan warga yang menuduh warga menolak sepenuhnya pembangunan BIJB.

Dalam berita itu pihak Pemprov juga menuduh uang ganti rugi yang telah diberikan ke warga

digunakan untuk hal-hal yang konsumtif.

Warga meminta meminta Pemrov Jabar untuk; 1) Pemrov Jabar memperlihatkan bukti warga

yang mana yang tidak memanfaatkan ganti rugi tersebut dengan baik?; 2) Kalau memang

sudah ada pembayaran, pembayaran melalui siapa? Pihak Desa tidak dilibatkan sama sekali

dalam proses tersebut; 3) Dalam hal pembebasan lahan, belum pernah ada sosialisasi dari

pihak Pemda dan BPN Majalengka secara langsung kepada warga; 4) Warga menantang

Sekda Pemrov Jabar untuk datang langsung ke Sukamulya agar mengetahui secara langsung

apa yang terjadi di lapangan.

[Kamis, 11 Agustus 2016]

Warga desa Sukamulya pukul 07.00 pagi melakukan rapat akbar di Balai Desa dan setelah itu

juga melakukan longmarch ke perbatasan Desa Sukamulya seperti yang dilakukan Selasa

(9/8). Tenda-tenda disetiap pintu masuk Desa masih siaga. Selain itu, warga juga

mengadakan apel siaga menolak penggusuran.

[Jum’at, 12 Agustus 2016]

Bermunculan rumah hantu. Rumah hantu adalah rumah-rumah kosong yang dibangun oleh

oknum-oknum yang diduga oleh pihak pemerintah dan BPN. Rumah ini sebelumnya

dibangun di atas sawah yang mereka beli dari warga yang telah mereka rayu. Tujuannya

untuk menaikkan harga ganti rugi ketika terjadi pengukuran nantinya.

[Rabu, 24 Agustus 2016]

Situasi desa Sukamulya kembali memanas, hal ini dipicu oleh kedatangan para pekerja yang

akan melanjutkan pembangunan rumah hantu tersebut. Di sisi warga muncul penolakan

sehingga gesekan di antara mereka tidak terelakkan.

Sementara itu, diwaktu bersamaan warga didatangi oleh rombongan kepolisian dari Polsek

Kertajati dan Polres Majalengka diantaranya terdiri dari satu mobil dari Polsek dan dua mobil

dari Satreskrim Polres Majalengka diikuti oleh rombongan anggota dengan memakai mobil

Dalmas.

Di tempat lain, masih di wilayah Desa Sukamulya juga kedatangan rombongan dari Intel

Polres Majalengka sebanyak satu mobil. hingga saat ini, belum diketahui motif kedatangan

rombongan pihak kepolisian tersebut. Kuat dugaan ini sebagai bentuk intimidasi kepada

warga yang sejauh ini masih menolak lahan mereka digusur.

[Selasa, 30 Agustus 2016]

BPN Majalengka melakukan pengukuran paksa lahan untuk pembangunan Bandara

Internasional Jawa Barat (BIJB) di Desa Sukamulya. Kapolres Majalengka, Satuan Dalmas,

Satpol PP ikut turun mengawal BPN untuk melakukan pengukuran paksa tersebut. Warga

menghadang, dan pengukuran kembali gagal dilakukan.

[Senin, 5 September 2016]

BPN Majalengka merencanakan kembali proses pengukuran dengan pengawalan aparat

keamanan yang lebih besar dan lagi-lagi urung terjadi.

[Selasa, 6 September 2016]

Agus dan Rahman mendatangi kantor Polisi Resort (Polres) Majalengka terkait panggilan

atas tuduhan penganiayaan terhadap pekerja “rumah hantu” yang terjadi beberapa waktu lalu

di Desa Sukamulya.

Keganjilan mulai terlihat ketika dalam proses BAP mereka berdua tidak meyebutkan nama

Rasman dan Agus sebagai pihak yang memukul mereka. Dalam pengakuannya, Caskiyah dan

Rasmin malah mengaku tidak tahu siapa yang memukul mereka.

Dari pendekatan yang dilakukan beberapa warga Sukamulya kepada Caskiyah dan Rasmin

muncul pengakuan bahwa pada awalnya mereka tidak merasa dipukul waktu peristiwa

tersebut. Namun, karena adanya provokasi dan hasutan dari salah seorang warga yang pro

dengan pembangunan Bandara, akhirnya mereka melaporkan kejadian tersebut ke pihak

kepolisian Polres Majalengka.

[Rabu, 28 September 2016]

Lima orang warga Sukamulya yang didamping KPA dan KontraS mendatangangi kantor

Ombudsman RI di Jakarta untuk melakukan audiensi dalam rangka terkait kasus rencana

penggusuran untuk pembangunan BIJB di Kertajati, Majalengka. Menanggapi laporan

tersebut pihak Ombudsman RI berjanji akan melakukan proses investigasi secepatya

menindak-lanjuti dugaan praktek penyimpangan proses administrasi tersebut.

[Rabu, 16 November 2016]

BPN dibantu 1.200 personel gabungan TNI Kodam III Siliwangi, Polda Jawa Barat, dan

Satpol PP Jawa Barat berencana melakukan penggusuran. Warga berjaga dengan berkumpul

di posko-posko penjagaan untuk mengantisipasi kedatangan pihak BPN bersama personel

gabungan yang akan menggusur lahan mereka. Awalnya, pihak BPN berencana akan

melakukan penggusuran sehari sebelumnya. Namun rencana terebut urung terjadi.

Warga menununggu hingga siang, namun gabungan aparat yang akan melakukan pengukuran

tersebut urung datang hingga dapat kabar bahwa pengukuran kembali batal.

14.15 WIB: telah berlangsung rapat Kominda di ruang rapat Bupati Majalengka, dipimpin

langsung oleh Bupati.

Malamnya berlangsung rapat aparat di aula kantor Kecamatan Kertajati.

Sekitar 21.00 Aparat Kepolisian – dari mulai kumpul dikantor Kecamatan.

Pihak pemerintah sudah mulai mengerahkan gabungan pasukan kepolisian mulai dari Polres

Majalengka, polsek-polsek yang berada di wilayah Majalengka, hingga mengerahkan

dukungan dari Polres Indramayu dan Sumedang. Bahkan 7 buah truk Dalmas, 2 buah truk

Brimob, 20 mobil ranger, 1 buah mobil gegana, dan 1 buah water cannon sudah dipersiapkan

di Kantor Polsek Kertajati untuk mengamankan proses penggusuran keesokan harinya, antara

lain BKO dari Polres Indramayu, Polres Sumedang, Brimob Polda Majalengka, Ditambah 4

truk terntara (Yon Arhanutse 14 Cirebon).

Pihak pemerintah juga telah mengerahkan 1.200 personel gabungan dari POLDA Jabar,

POLRES Majalengka, TNI dan Satpol PP dari provinsi Jabar dan kabupaten Majalengka.

2. Peristiwa 17 November 2016

Pukul 08.00 Iring-iringan kendaraan Aparat gabungan bergarak masuk ke area pembangunan

BIJB.

08.25 – 09.58.Wib: Polisi dan Warga mulai berhada-hadapan di lahan sawah-pintu masuk ke

desa.

10.40 WIB: aparat ke polisian memasuki areal persawahan,masyarakat melakukan aksi

penolakan pengukuran. Sekitar 1000 orang warga masyarakat Sukamulya yang telah

mengetahui infomasi kegiatan pengukuran lahan, melakukan aksi penolakan berlokasi di

Blok Sawah Pilangkramat, yang akan diukur oleh Tim P2T. Lokasi ini merupakan

Perbatasan Desa Bantarjati – Desa Sukakerta – Desa Sukamulya. Negosiasi terjadi di tengah

sawah antara Polisi dan Warga

- Negosiasi dilakukan – perwakilan dari FPRS (Front Perjuangan Rakyat Sukamulya)

dengan Kombes Pol Lionidas Braksan (Kepala Biro Operasi Polda Jabar), Kapolres

Majalengka, Dandim Majalengka, dan Kepala Satpol PP.

- FPRS mewakili masyarakat menuntut untuk dilakukan penundaan terhadap proses

pengukuran lahan, sebelum segala proses dan masalah pembebasan lahan sebagaimana yang

diatur dalam UU Pengadaan Tahan Untuk Kepentingan Umum selesai.

- Negosiasi berlangsung alot, Kombespol Lionidas Braksan, juga menolak menunjukan

SPRIN “Surat Perintah”, keterlibatan Aparat kepolisian kepada perwakilan Masyarakat.

- Negosiasi tidak berakhir dengan kesepakatan, dan Aparat tetap bersikeras untuk

mengawal Pengukuran lahan.

12.36 Wib: Polisi mulai melakukan pemukulan dan menembakkan gas air mata (Video

terlampir)

Sekitar Jam 13.00 Aparat berkali-kali menembakan gas air mata ke arah kerumunan warga di

area persawahan masih produktif ini.

Sekitar 30 menit, kemudian Aparat meringsek maju dengan menggunakan tameng dan

pentungan, sehingga kumpulan massa terpecah menjadi dua.

Belasan orang warga mengalami luka ringan, 1 orang warga mengalami luka sobek dibagian

kepala akibat pukulan benda tumpul.

Sekitar jam 14.00 – Masyarakat dihalau sampai masuk kedalam wilayah pemukiman Desa.

Polisi terus masuk ke pemukiman

Masyarakat membalas tembakan gas air mata dengan alat seadanya. Sedangkan para

perempuan dan anak-anak dievakuasi di Kantor Balai Desa Sukamulya.

Sekitar jam 14.30 – Warga memutuskan untuk berhenti membalas, dan kembali dengan tertib

ke kantor Balai Desa.

15.00: Jalur masuk ke desa Sukamulya diblokade oleh aparat keamanan

15.00: Listrik di desa Sukamulya dimatikan (lampu menyala sekitar 19.40),

15.00: Base Transceiver Station (BTS) telekomunikasi terdekat juga dimatikan

Menjelang malam: Polisi mendirikan tenda tenda di dalam desa.

- Hingga saat ini Aparat masih menutup Akses keluar masuk ke Desa Sukamulya, dan

nampak kecemasan warga untuk pulang kerumah, karena takut sweeping dan Aksi

penangkapan sewenang-wenang oleh Aparat. Kehadiran aparat keamanan yang massif

memasuki kampung mulai dari proses pengukuran di pagi hari, penembakan gas air mata dan

penangkapan yang dilakukan terhadap warga telah menimbulkan ketakutan dan trauma bagi

warga, khususnya perempuan dan anak-anak. Bahkan sebagian tidak berani pulang ke

rumahnya karena di rumahnya dijaga oleh pihak aparat kepolisian.

Korban (Sementara per 17.00 WIB, identifikasi korban masih dilakukan)

1. Korban Penangkapan

1. Tarjo

2. Zainudin blok/dusun Cibolerang,

3. Sudarman,

4. Lomri blok/dusun Selasa.

5. Sunardi

6. Darni

7. Carsiman blok/dusun Rabu, (masih dicek)

2. Koban luka-luka sebanyak 11 orang (profile korban masih diidentifikasi)

Dokumentasi

(dari kiri : Dandim Majalengka, Kaop Polda Jabar, Kasatpol PP Jabar, Kapolres Majalengka) Negoisasi

Aparat dan Perwakilan Masyarakat yang menuntut penundaan Pengukuran oleh Tim P2T. Dan

jawaban penolakan untuk memperlihatkan SPRIN “Surat Perintah” Keterlibatan Aparat dalam

Kegiatan Ini, serta penolakan keterangan informasi lahan yang akan diukur kepada perwakilan

masyarakat.

Situasi pembubaran masyarakat dengan menggunakan tembakan gas airmata di area persawahan

produktif Desa Sukamulya.

Situasi pembubaran kumpulan massa – Masyarakat Sukamulya oleh aparat dengan menggunakan

Tameng dan Tongkat.

Kondisi Kantor Balai Desa Sukamulya yang menjadi tempat evakuasi Perempuan dan Anak-anak.

Situasi pasca bentrokan Pengejaran warga oleh Aparat yang meringsek masuk hingga wilayah

pemukiman Warga Desa Sukamulya.

Ratusan berupa rumah fiktif diatas area persawahan produktif, yang dibangun oleh calo-calo tanah

untuk mensiasati nilai ganti rugi.

Tampak dalam – Rumah fiktif yang dibangun diatas persawahan.

Tampak luar bangunan rumah fiktif.

Sumber data dan dokumentasi lapangan: KPA