BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH · 2020. 7. 27. · 15 Jayanti 23.89 2.49 16 Sukamulya 26.94...

202
-16- BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Posisi geografis Kabupaten Tangerang yang berdekatan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat sangat strategis bagi perkembangan wilayah, dimana Kabupaten Tangerang manjadi alternatif bagi DKI Jakarta yang sudah padat. Ditinjau dari segi transportasi, Kabupaten Tangerang dilalui oleh Jalan Raya Serang-Jakarta dan Jalan Tol Merak-Jakarta, Double Track Kereta Api Jakarta-Rangkas Bitung, serta akses alternatif ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kebutuhan akses yang sangat cepat bagi industri dan perdagangan membutuhan kawasan pergudangan dan industri untuk menditribusikan produk industri dan perdagangan, sehingga kemudahan akses terhadap pelabuhan dan Bandara menjadi kebutuhan utama, selain itu, perkembangan sektor properti semakin meningkat terutama disekitar Bandara Soekarno-Hatta, Cisauk, dan Pagedangan membutuhkan lahan yang sangat luas bagi warga commuter Jakarta-Tangerang. Ditinjau dari sumber daya manusia Kabupaten Tangerang rata-rata pertumbuhan penduduknya mencapai 3,17% dengan jumlah penduduk 3.584.770 jiwa. Dampak melimpahnya SDM adalah melimpahnya tenaga kerja untuk kebutuhan sektor Industri dan perdagangan, dengan dominannya investasi industri pengolahan akan membutuhkan tenaga kerja dari Kabupaten Tangerang maupun dari luar. Kondisi geografis dan demografi Kabupaten Tangerang menjadi tantangan bagi Kabupaten Tangerang untuk mengatasi dampak dari beban wilayah yang sangat besar kedepannya. Perluasan Run Way Bandara Soekarno-Hatta, pembangunan Tol Serpong-Balaraja, Tol Bandara-Balaraja, penataan Stasiun Kereta Api Cisauk dan Tigaraksa, serta pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan action plan untuk meminimalisir dampak negatif baik kemacetan, banjir, kawasan kumuh, serta pengangguran. 2.2.2.Karakteristik...

Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH · 2020. 7. 27. · 15 Jayanti 23.89 2.49 16 Sukamulya 26.94...

  • -16-

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

    2.1. Aspek Geografi dan Demografi

    Posisi geografis Kabupaten Tangerang yang berdekatan dengan DKI

    Jakarta dan Jawa Barat sangat strategis bagi perkembangan wilayah,

    dimana Kabupaten Tangerang manjadi alternatif bagi DKI Jakarta yang

    sudah padat. Ditinjau dari segi transportasi, Kabupaten Tangerang

    dilalui oleh Jalan Raya Serang-Jakarta dan Jalan Tol Merak-Jakarta,

    Double Track Kereta Api Jakarta-Rangkas Bitung, serta akses alternatif

    ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kebutuhan akses yang sangat

    cepat bagi industri dan perdagangan membutuhan kawasan

    pergudangan dan industri untuk menditribusikan produk industri dan

    perdagangan, sehingga kemudahan akses terhadap pelabuhan dan

    Bandara menjadi kebutuhan utama, selain itu, perkembangan sektor

    properti semakin meningkat terutama disekitar Bandara Soekarno-Hatta,

    Cisauk, dan Pagedangan membutuhkan lahan yang sangat luas bagi

    warga commuter Jakarta-Tangerang.

    Ditinjau dari sumber daya manusia Kabupaten Tangerang rata-rata

    pertumbuhan penduduknya mencapai 3,17% dengan jumlah penduduk

    3.584.770 jiwa. Dampak melimpahnya SDM adalah melimpahnya tenaga

    kerja untuk kebutuhan sektor Industri dan perdagangan, dengan

    dominannya investasi industri pengolahan akan membutuhkan tenaga

    kerja dari Kabupaten Tangerang maupun dari luar.

    Kondisi geografis dan demografi Kabupaten Tangerang menjadi

    tantangan bagi Kabupaten Tangerang untuk mengatasi dampak dari

    beban wilayah yang sangat besar kedepannya. Perluasan Run Way

    Bandara Soekarno-Hatta, pembangunan Tol Serpong-Balaraja, Tol

    Bandara-Balaraja, penataan Stasiun Kereta Api Cisauk dan Tigaraksa,

    serta pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan action plan

    untuk meminimalisir dampak negatif baik kemacetan, banjir, kawasan

    kumuh, serta pengangguran.

    2.2.2.Karakteristik...

  • -17-

    4.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

    4.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

    Luas wilayah Kabupaten Tangerang sebesar 959,61 Km2

    berada di bagian Timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-

    106°43’ Bujur Timur dan 6°00’-6°20’ Lintang Selatan. Kabupaten

    Tangerang termasuk salah satu daerah yang menjadi bagian dari

    wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup

    strategis dengan batas-batas.

    Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

    Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota

    Tangerang dan DKI Jakarta

    Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Lebak

    Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak

    Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat

    pemerintahan Republik Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km,

    keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas

    hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas

    perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.

    2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

    Kabupaten Tangerang mempunyai garis pantai sepanjang 51 Km, terdiri

    dari 29 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 246 desa dan 28 kelurahan.

    Tabel 2 .1 Luas Wilayah dan Persentase menurut Kecamatan

    di Kabupaten Tangerang Tahun 2017

    No. Kecamatan Luas Km2 Persentase

    (%)

    1 Cisoka 29.98 3.12

    2 Solear 29.01 3.02

    3 Tigaraksa 48.74 5.08

    4 Jambe 26.02 2.71

    5 Cikupa 42.68 4.45

    6 Panongan 34.93 3.64

    7 Curug 27.41 2.86

    8 Kelapa Dua 24.38 2.54

    9 Legok 35.13 3.66

    10 Pagedangan 45.69 4.76

    11 Cisauk 27.77 2.89

    12 Pasar Kemis 25.92 2.70

    13 Sindang Jaya 37.15 3.87

    14 Balaraja 33.56 3.50

    15 Jayanti 23.89 2.49

    16 Sukamulya 26.94 2.81

    17 Kresek 25.97 2.71

    18

    Gunung

    Kaler 29.63 3.09

  • -18-

    No. Kecamatan Luas Km2 Persentase

    (%)

    19 Kronjo 44.23 4.61

    20 Mekar Baru 23.82 2.48

    21 Mauk 51.42 5.36

    22 Kemiri 32.7 3.41

    23 Sukadiri 24.14 2.52

    24 Rajeg 53.7 5.60

    25 Sepatan 17.32 1.80

    26 Sepatan Timur 18.27 1.90

    27 Pakuhaji 51.87 5.41

    28 Teluknaga 40.58 4.23

    29 Kosambi 29.76 3.10

    TOTAL 959.61 100 Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2018

    Gambar 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang

    Kedudukan...

    Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI

    Jakarta menjadi salah satu potensi Kabupaten Tangerang untuk

    berkembang menjadi daerah penyangga Ibukota Jakarta. Secara geografis

    menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten dengan Provinsi

    DKI Jakarta. Kedekatan dengan Ibukota dan sebagai pintu gerbang

    antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi yang

    menumbuhkan fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak

    pada timbulnya pertumbuhan pada suatu wilayah. Sebagai bentuk efek

    pertumbuhan wilayah, trickling down dan backwash effect, sehingga

    terjadi bentuk hubungan yang sinergis.

    Kabupaten Tangerang merupakan daerah dengan wilayah terluas

    di Provinsi Banten yang perkembangan pembangunannya tergolong cepat

    dengan tersedianya infrastruktur, pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar,

    serta pembangunan perumahan di kawasan baru dan prasarana lainya

  • -19-

    sebagai pendukung. Dalam era otonomi daerah, pembangunan diarahkan

    kepada tercapainya tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera.

    2.1.1.3. TOPOGRAFIS

    Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran

    rendah, yang memiliki topografi relatif datar dengan kemiringan tanah

    rata-rata 0 - 3%. Ketinggian wilayah antara 0 - 85 m di atas permukaan

    laut. Secara garis besar terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :

    1. Dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-

    25 meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk,

    Kemiri, Sukadiri, Kresek, Gunung Kaler, Kronjo, Mekarbaru,

    Pakuhaji, Sepatan dan Sepatan Timur.

    2. Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian

    antara 25 - 85 meter di atas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-

    rata 0-8 % menurun ke Utara.

  • -20-

  • -21-

    2.1.1.4. GEOLOGI / JENIS TANAH

    Struktur batuan yang terbentuk di Kabupaten Tangerang adalah:

    a. Alluvium, terdiri dari lempung, kerikil, kerakal.

    b. Tuf Banten (Banten Tuff), terdiri dari batu apung dan batu pasir

    tuffan.

    Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah yang

    sedikit bergelombang lemah. Daerah ini termasuk dalam ketegori

    bentuk lahan bentukan asal pengendapan (alluvial).

    Jenis tanah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan terdiri

    dari aluvial kelabu, aluvial kelabu tua, asosiasi aluvial kelabu tua

    dan glei humus rendah, asosiasi glei humus, dan planosol, regosol

    coklat, asosiasi latosol merah dan latosol merah kecoklatan,

    padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning

    dan hidromorf kelabu. Dengan jenis tanah demikian

    memungkinkan untuk pengembangan pertanian dan budidaya.

    Proses terjadinya tanah aluvial ini berlangsung karena adanya

    endapan sungai dan danau di daerah dataran dan daerah

    cekungan. Di wilayah dataran rendah dijumpai pula jenis tanah glei

    regosol dan sedikit padsolic yaitu asosiasinya.

    Tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu dan tanah

    liat pada agregat (massa) tanah, sehingga dapat dikelompokkan ke

    dalam kelas tekstur tanah yaitu : halus, sedang, dan kasar. Luas

    wilayah Kabupaten Tangerang berdasarkan pengelompokan

    tersebut terdiri dari :

    - Tekstur halus : 60.549 Ha (54,53 %)

    - Tekstur sedang : 46.936 Ha (42,27 %)

    - Tekstur kasar : 3.553 Ha (3,20 %)

    Tekstur tanah seperti ini sangat cocok untuk pengembangan

    budidaya pertanian dan tanaman keras.

    2.1.1.5. Klimatologi ...

  • -22-

    2.1.1.6. Klimatologi

    Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang

    relatif panas dengan kelembaban yang tinggi. Temperatur udara

    berdasarkan penelitian di Stasiun Meteorologi Kabupaten Tangerang

    rata-rata berkisar antara 24,7-32,50C, suhu maksimum tertinggi pada

    bulan Oktober yaitu 33,50C dan suhu minimum terendah pada bulan

    Juli-Agustus yaitu 24,20C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas

    matahari sekitar 80,2 % dan 53,4 %. Keadaan curah hujan tertingi

    terjadi pada bulan Februari sedangkan rata-rata curah hujan dalam

    setahun adalah 390,4 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Februari

    dengan hari hujan sebanyak 24 hari.

    Efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan

    tanah atau suatu lapisan di mana perakaran tanaman dapat

    menerobosnya. Kedalarnan efektif tanah berpengaruh terhadap erosi

    dan pemilihan jenis tanaman yang cocok di suatu wilayah. Kabupaten

    Tangerang terbagi atas 3 kelas kedalaman efektif tanah, meliputi :

    1. Kedalaman 30 60 cm seluas 33 Ha (0,03 %)

    2. Kedalaman > 60 90 cm seluas 2.598 Ha (2,34 %)

    3. Kedalaman > 90 cm seluas 101.777 Ha (91,66 %)

  • -23-

  • -24-

  • -25-

    Tabel 2.2 Data Geografis dan Iklim Kabupaten Tangerang Tahun 2017

    Uraian Data Nilai Satuan

    DATA GEOGRAFIS

    a. Luas Wilayah 959,6 km2

    b. Ketinggian 85 mdpl

    c. Sungai Terpanjang (S. Cisadane) 414,3 Ha

    d. Wilayah Terluas (Rajeg) 53,7 Ha

    e. Wilayah Terkecil (Sepatan) 17,32 Ha

    IKLIM

    a. Rata-rata Temperatur Udara 24,7 – 32,5 0C

    b. Rata-rata Kelembaban Udara 80,2 %

    c. Rata-rata Intensitas Matahari 53,4 %

    d. Rata-rata Curah Hujan 170,5 mm

    e. Rata-rata Kecepatan Angin 12,6 Km/Jam Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2018

    2.1.1.7. Hidrologi

    Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Tangerang

    digambarkan melalui kondisi sumber air permukaan dan air tanah.

    Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi meskipun terjadi fluktuasi debit

    aliran yang cukup besar antara musim hujan dan musim kemarau,

    sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran di

    beberapa sungai. Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan

    kegiatan dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang. Kebutuhan air ini

    harus tetap bisa dipenuhi dari sumber-sumber air yang ada, sehingga

    diperlukan tindakan pelestarian sumberdaya air, baik air permukaan

    maupun air tanah.

    Air tanah secara umum memiliki potensi yang cukup tinggi,

    meskipun di beberapa Kecamatan (Kecamatan Mauk, Sukadiri, Kemiri,

    Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga dan Kecamatan Kosambi) terindikasi intrusi

    air laut dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup tinggi untuk

    kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air permukaan.

    Berdasarkan hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

    Tangerang dengan Puskom dan IT FMIPA UI (2003) diketahui bahwa di

    sebagian wilayah Kabupaten Tangerang (meliputi enam kecamatan yaitu :

    Mauk, Rajeg, Pasar Kemis, Cikupa, Curug dan Legok) terdapat tiga lapisan

    akifer meliputi:

    1. Akifer dangkal dengan kedalaman < 20 m yang didominasi oleh

    lapisan pasir;

    2.Akifer menengah...

  • -26-

    2. Akifer menengah dengan kedalaman 20 – 70 m yang merupakan

    lapisan lempung formasi Bantam Atas;

    3. Akifer dalam dengan kedalaman > 70 m yang merupakan bagian dari

    formasi Genteng dan formasi Bojongmanik.

    Recharge akifer dangkal dan menengah berasal dari air hujan dan

    sungai/danau, sedang recharge akifer dalam melalui batuan formasi

    Bojongmanik di sebelah selatan yang tersingkap (outcroped) dengan

    elevasi yang lebih tinggi dibanding lokasi penelitian.

  • -27-

  • -28-

    2.1.1.8. Penggunaan Lahan

    Perkembangan penduduk yang cepat serta melimpahnya kegiatan

    industri dan permukiman di Wilayah Kabupaten Tangerang mengakibatkan

    banyak terjadi pergeseran lahan. Kecenderungan yang terjadi adalah

    beralihnya fungsi lahan, untuk itu perlu mendapatkan perhatian mengenai

    keseimbangan antara fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya serta

    aspek kesesuaian lahan.

    Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang saat ini meliputi

    penggunaan untuk kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan

    budidaya. Penggunaan lahan untuk kegiatan lindung meliputi sempadan

    pantai, danau/situ, dan sempadan sungai. Sedangkan penggunaan lahan

    untuk kegiatan budidaya meliputi perumahan perkotaan, perumahan

    perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan industri, pertanian

    irigasi teknis, pertanian tadah hujan, kebun campuran, tegalan, perikanan

    (tambak), hutan, dan lain-lain.

    Karakter perkembangan kawasan terbangun Kabupaten Tangerang tidak

    lepas dari keberadaan Kabupaten Tangerang yang berada pada perlintasan

    pergerakan antarwilayah serta jaringan jalan regional yang menghubungkan

    kota-kota utama di Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sebagai

    konsekuensinya kawasan terbangun yang mencakup permukiman perkotaan,

    permukiman perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan

    industri industri dan fasilitas umum cenderung berkembang mengikuti pola

    jaringan jalan utama (linier).

    Sejalan kondisi tersebut maka perkembangan Kabupaten Tangerang

    terjadi secara linier dengan titik orientasi perkembangan pada simpul poros

    jalur Lintas Tengah (poros Serang – Grogol) (terkonsentrasi pada pusat kota),

    sehingga distribusi kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan tidak

    merata. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya pelayanan kota (kesenjangan

    perkembangan kegiatan di bagian Tengah (pusat kabupaten) dan selatan

    dengan bagian utara, terjadi konflik pemanfaatan ruang terbangun dan

    sebagainya.

    Pola..

  • -29-

    Pola pengembangan fisik/tata guna lahan saat ini berupa pola

    ekstensifikasi dan intensifikasi. Pola intensifikasi lebih banyak dijumpai pada

    daerah terbangun di pusat-pusat kegiatan/pusat kota, sedangkan pola

    ekstensifikasi dijumpai pada daerah-daerah pinggiran kota atau daerah

    transisi.

    Melihat progresifitas pembangunan Kabupaten Tangerang serta fungsi

    yang berkembang saat ini yang menekankan kepada kegiatan industri akan

    menimbulkan konsekuensi meningkatnya aktivitas penduduk di Kabupaten

    Tangerang. Peningkatan kegiatan tanpa diimbangi dengan pelayanan sarana

    dan prasarana yang memadai akan menimbulkan berbagai permasalahan

    yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya

    permasalahan transportasi. Hal ini perlu diantisipasi dalam proses revisi

    RTRW Kabupaten Tangerang.

    Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Kabupaten Tangerang Tahun 2017

    Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2017 (Ha)

    No Kecamatan

    Jalan, Pemukiman, Perkantoran,

    Sungai, dll

    Tambak, Kolam,

    Empang, Hutan

    Negara

    Hutan Rakyat

    Rumput/ Tanah Kosong

    Sawah Tegalan/ Kebun

    Perkebunan Total

    1 Cisoka 968 129 59

    1228 314 - 2.698

    2 Solear 955 319 144

    1182 301 - 2.901

    3 Tigaraksa 1393 374 125 526 1213 1243 - 4.874

    4 Jambe 887 103 155

    750 707 - 2.602

    5 Cikupa 3458 148 39 149 251 223 - 4.268

    6 Panorangan 2225 172 9

    850 237 - 3.493

    7 Curug 1984 157 10 2 270 318 - 2.741

    8 Kelapa Dua 1801 110

    10 517 - 2.438

    9 Legok 1500 52 18 49 841 1053 - 3.513

    10 Pagedangan 2613

    587 239 424 706 - 4.569

    11 Cisauk 1615 154 329 86 310 283 - 2.777

    12 Pasar Kemis 1595 268

    5 484 240 - 2.592

    13 Sindang Jaya 1753 1 19 66 1314 562 - 3.715

    14 Balaraja 1683 12

    1142 519 - 3.356

    15 Jayanti 780 39 98 16 1299 157 - 2.389

    16 Sukamulya 1011 7

    77 1451 148 - 2.694

    17 Kresek 392 104

    7 1857 237 - 2.597

    18 Gunung Kaler 194 216 1 2 2510 40 - 2.963

    19 Kronjo 1329 496

    2417 181 - 4.423

    20 Mekar Baru 90 91

    2183 18 - 2.382

    21 Mauk 978 872

    16 2805 439 32 5.110

    22 Kemiri 873 666

    1589 142

    3.270

    23 Sukadiri 626 65

    1666 57

    2.414

    24 Rajeg 1658 357 33

    2453 869

    5.370

    25 Sepatan 1054

    3 9 650 16

    1.732

    26 Sepatan Timur 752 50

    4 849 172

    1.827

    27 Pakuhaji 1325 822 1 22 2559 399

    5.128

  • -30-

    Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2017 (Ha)

    No Kecamatan

    Jalan, Pemukiman, Perkantoran, Sungai, dll

    Tambak, Kolam,

    Empang, Hutan

    Negara

    Hutan Rakyat

    Rumput/ Tanah Kosong

    Sawah Tegalan/ Kebun

    Perkebunan Total

    28 Teluknaga 983 1525 24 98 1315 50

    3.995

    29 Kosambi 2256 371

    321 28

    2.976

    Total 38.731 7.680 1.654 1.373 36.193 10.176 32 95.807

    Sumber: Kabupaten Tangerang dalam Angka, 2018

    2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

    RTRW Nasional, kawasan lindung dan kawasan budidaya dipantai barat-

    selatan khususnya Kabupaten Tangerang. dapat dilihat pada Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Tangerang

    No. Kawasan Luas Lokasi Arah Pengembangan

    1 Kawasan Lindung 3.841 Ha Melindungi sumberdaya alam atau

    buatan yang ada di dalamnya,

    2 Kawasan Lindung

    Setempat 2.321 Ha

    kawasan sempadan pantai, sungai,

    dan sekitar danau/rawa/situ.

    3 Kawasan Sempadan

    Pantai 510,00Ha pantai berhutan bakau.

    4 KawasanSempadan

    Sungai 572,33 Ha

    dilindungi meliputi Sungai

    Cisadane, Cidurian, Cipasilian,

    Cilontar, Cimanceuri, Cileles,

    Cilarangan, Cirarab, Pecah, Kali

    Cigung

    Sumber : RTRW Kabupaten Tangerang, 2011-2031.

    2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

    Wilayah Kabupaten Tangerang memiliki potensi kebencanaan yang

    cukup tinggi. Potensi bencana geologi berupa gempa bumi merupakan potensi

    kebencanaan yang relatif sama tingginya dengan daerah lain di sepanjang

    pantai utara yang membentang di seluruh wilayah Pantura.

    Potensi kebencanaan ini dapat menimbulkan kerusakan yang parah

    karena sebagian besar wilayah perkotaan berkembang di pesisir pantai barat.

    Potensi kebencanaan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang meliputi:

    a) Potensi bencana geologi; berupa bencana gempa bumi yang tersebar di

    seluruh wilayah Kabupaten Tangerang.

    b)Potensi...

  • -31-

    b) Potensi bencana tsunami; umumnya tersebar di sepanjang pesisir pantai

    utara yang berjarak 1 km dari bibir pantai. Daerah yang memiliki resiko

    dampak parah yaitu pada kecamatan kronjo, Kemeri dan Mauk.

    c) Potensi bencana banjir; berupa banjir rob (pasang surut)

    d) Potensi kekeringan; terjadi akibat curah hujan di suatu kawasan jauh

    dibawah curah hujan normal dalam waktu lama. Bencana ini dipicu

    oleh perubahan siklus iklim global yang ditandai dengan meningkatnya

    temperatur rata-rata atmosfir, laut, dan daratan.

  • -32-

  • -33-

    2.1.4. Demografi

    Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik penduduk

    Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 berjumlah 3.584.770 orang terdiri

    dari 1.833.470 orang laki-laki dan 1.751.300 orang perempuan. Laju

    pertumbuhan penduduk pertahun dalam kurun waktu satu tahun terakhir

    sebesar 3,17%.

    Tabel. 2.5 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan

    di Kabupaten Tangerang Tahun 2017

    No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

    Kelamin

    1 Cisoka 49,923 46,593 96,516 107.15

    2 Solear 47,799 45,942 93,741 104.04

    3 Tigaraksa 82,316 78,817 161,133 104.44

    4 Jambe 23,393 22,195 45,588 105.40

    5 Cikupa 149,218 139,847 289,065 106.70

    6 Panongan 73,544 71,017 144,561 103.56

    7 Curug 110,835 104,198 215,033 106.37

    8 Kelapa Dua 117,326 119,053 236,379 98.55

    9 Legok 65,010 60,453 125,463 107.54

    10 Pagedangan 61,852 59,115 120,967 104.63

    11 Cisauk 43,912 42,293 86,205 103.83

    12 Pasar Kemis 175,422 169,648 345,070 103.40

    13 Sindang Jaya 49,319 47,403 96,722 104.04

    14 Balaraja 69,424 65,272 134,696 106.36

    15 Jayanti 37,621 36,430 74,051 103.27

    16 Sukamulya 34,004 32,817 66,821 103.62

    17 Kresek 33,588 32,619 66,207 102.97

    18 Gunung Kaler 26,668 26,344 53,012 101.23

    19 Kronjo 31,850 30,467 62,317 104.54

    20 Mekar Baru 19,739 18,698 38,437 105.57

    21 Mauk 42,386 40,907 83,293 103.62

    22 Kemiri 23,078 21,251 44,329 108.60

    23 Sukadiri 29,230 27,225 56,455 107.36

    24 Rajeg 90,982 87,269 178,251 104.25

    25 Sepatan 63,614 59,433 123,047 107.03

    26 Sepatan Timur 49,729 47,195 96,924 105.37

    27 Pakuhaji 59,465 56,517 115,982 105.22

    28 Teluknaga 85,518 81,540 167,058 104.88

    29 Kosambi 86,705 80,742 167,447 107.39

    Jumlah/Total 1,833,470 1,751,300 3,584,770 104.69

    Sumber : Tangerang Dalam Angka/BPS Tahun 2018

    Sex Ratio...

  • -34-

    Sex Ratio penduduk Kabupaten Tangerang 104,69 yang artinya

    jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk

    perempuan. atau setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. Sex Ratio

    terbesar terdapat di Kecamatan Kemiri yakni sebesar 108.60 dan yang

    terkecil terdapat di Kecamatan Kelapa Dua yakni sebesar 98.55 dan

    merupakan satu-satunya kecamatan yang mempunyai angka sex ratio

    dibawah 100 ,yang artinya setiap 100 perempuan hanya terdapat 98 laki-

    laki atau jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan

    jumlah penduduk laki-laki. Perkembangan jumlah penduduk dari tahun

    2013-2017 dapat dilihat sebagaimana tabel dan dan grafik pertumbuhan

    penduduk dari tahun 2012-2017.

    Tabel 2.6 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Per Kecamatan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2017

    No. Kecamatan Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) LPP

    2013 2014 2015 2016 2017 (%)

    1 Cisoka 86,754 89,291 91,753 94,116 96,516 2.67

    2 Solear 82,566 85,414 88,213 90,946 93,741 3.17

    3 Tigaraksa 137,259 143,389 149,564 154,897 161,13

    3 4.01

    4 J a m b e 42,868 43,657 44,375 44,973 45,588 1.54

    5 Cikupa 252,318 261,508 270,630 279,785 289,06

    5 3.40

    6 Panongan 116,084 123,067 130,273 136,925 144,56

    1 5.48

    7 C u r u g 186,889 193,916 200,904 207,906 215,03

    3 3.51

    8 Kelapa Dua 203,619 212,280 220,982 227,782 236,379 3.73

    9 L e g o k 110,005 113,910 117,770 121,577 125,46

    3 3.29

    10 Pagedangan 106,411 110,100 113,738 117,317 120,96

    7 3.21

    11 Cisauk 73,458 76,622 79,792 82,941 86,205 4.00

    12 Pasar Kemis 282,591 298,067 313,945 328,455 345,07

    0 4.99

    13 Sindang

    Jaya 85,686 88,511 91,278 93,973 96,722 3.03

    14 Balaraja 121,900 125,232 128,451 131,566 134,69

    6 2.50

    15 Jayanti 68,447 69,972 71,407 72,724 74,051 1.97

    16 Sukamulya 62,643 63,710 64,679 65,911 66,821 1.61

    17 K r e s e k 63,415 64,153 64,782 65,659 66,207 1.08

    18 Gunung

    Kaler 50,255 50,980 51,618 52,443 53,012 1.34

    19 K r o n j o 56,913 57,350 57,681 61,489 62,317 2.27

    20 Mekar Baru 36,529 36,788 36,968 38,174 38,437 1.27

  • -35-

    No. Kecamatan Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) LPP

    2013 2014 2015 2016 2017 (%)

    21 M a u k 80,679 81,517 82,220 82,768 83,293 0.80

    22 K e m i r i 41,964 42,294 42,540 43,977 44,329 1.37

    23 Sukadiri 55,039 55,543 55,943 56,199 56,455 0.64

    24 R a j e g 152,262 158,678 165,112 171,597 178,25

    1 3.94

    25 Sepatan 105,373 109,758 114,145 118,532 123,04

    7 3.88

    26 Sepatan

    Timur 88,655 90,852 92,949 94,929 96,924 2.23

    27 Pakuhaji 109,236 110,928 112,459 114,517 115,982 1.50

    28 Teluknaga 151,199 155,317 159,300 163,176 167,05

    8 2.49

    29 Kosambi 146,763 151,972 157,123 162,241 167,44

    7 3.30

    Jumlah 3,157,780 3,264,776 3,370,594 3,477,495 3,584,770 3.17

    Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018, diolah.

    Gambar 2.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang

    Tahun 2012-2017

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2018

    Jumlah penduduk Kabupaten pada tahun 2017 berjumlah 3.584.770

    Orang. Berdasarkan kelompok umur. proporsi kelompok umur 15-64 tahun

    menyumbang hampir 68,90%. usia 0-14 tahun sebanyak 28,17% dan

    kelompok umur diatas 65 tahun sebesar 2.9%.

    Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2017

  • -36-

    Kelompok Umur

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    0 – 4 183,461 176,294 359,755

    5 – 9 177,124 168,973 346,097

    10 – 14 154,968 149,093 304,061

    15 – 19 161,991 156,944 318,935

    20 – 24 170,600 160,833 331,433

    25 – 29 170,757 165,613 336,370

    30 – 34 169,053 170,598 339,651

    35 – 39 160,834 159,736 320,570

    40 – 44 141,779 128,731 270,510

    45 – 49 111,203 96,495 207,698

    50 – 54 83,167 73,056 156,223

    55 – 59 58,535 52,361 110,896

    60 – 64 40,224 37,477 77,701

    65 – 69 24,200 23,284 47,484

    70 – 74 13,891 15,980 29,871

    75+ 11,683 15,832 27,515

    Jumlah 1,833,470 1,751,300 3,584,770

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018

    Gambar 2.8. Piramida Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

    Tahun 2017

    Piramida penduduk Kabupaten Tangerang berbentuk ekspansif. Hal

    ini tampak dari sebagian besar penduduk terdapat pada kelompok usia

    muda atau bagian bawah piramida melebar dan semakin meruncing pada

    bagian atas. Bagian bawah melebar menunjukkan terjadinya kelahiran

    yang cukup tinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Piramida ekspansif

    umumnya terdapat pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan

    penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya angka kelahiran dan

  • -37-

    menurunnya tingkat kematian. Angka TFR Kabupaten Tangerang sebesar

    2,35 berarti bahwa wanita (usia 15-49 tahun) secara rata-rata mempunyai

    2-3 anak selama masa usia suburnya. TFR yang tinggi merupakan

    cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan rendah

    terutama wanitanya dan tingkat sosial ekonomi rendah (tingkat

    kemiskinan tinggi).

    2.1.5 Potensi Sumber Daya

    Potensi sumber daya Kabupaten Tangerang sesuai arahan

    pemanfaatan ruang diarahkan untuk:

    1. Kawasan Peruntukan Pertanian

    Kawasan Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura

    Kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura dengan luas

    kurang lebih 13.720,06 (tiga belas ribu tujuh ratus dua puluh koma

    nol enam) hektar meliputi: Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar

    Baru, Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan

    Kresek, Kecamatan Mauk, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Kemiri,

    Kecamatan Sukadiri.Kawasan tanaman pangan dan holtikultura yang

    ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)

    dengan luas kurang lebih 13.720,06 (tiga belas ribu tujuh ratus dua

    puluh koma nol enam) Hektar, yang terdiri dari Lahan Pertanian

    Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih 10.996,77

    (sepuluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma tujuh

    tujuh) Hektar dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

    (LCP2B) dengan luas kurang lebih 2.723,29 (dua ribu tujuh ratus

    dua puluh tiga koma dua sembilan) Hektar.

    Kawasan agropolitan terletak di Kecamatan Sepatan Timur Desa

    Gempolsari, Desa Sangiang dan Desa Pondok Kelor.

    Kawasan Tanaman Pangan dan Holtikultura

    Kawasan tanaman pangan dan holtikultura termasuk lahan

    penangkaran benih yang dikelola oleh kelompok tani, meliputi:

    a. Kecamatan Sukadiri di Desa Sukadiri.

    b. Kecamatan Rajeg di Desa Tanjakan Mekar.

    c. Kecamatan Kemiri di Desa Rancalabuh.

    d. Kecamatan Jayanti di Desa Pabuaran.

    e. Kecamatan Kresek di Desa Kresek.

    f. Kecamatan Sukamulya di Desa Bunar.

  • -38-

    g. Kecamatan Balaraja di Desa Gembong.

    h. Kecamatan Mekar Baru di Desa Klutuk.

    Kawasan Peternakan...

    Kawasan Peternakan

    Kawasan peternakan terdiri atas:

    a. Perusahaan peternakan

    Perusahaan peternakan meliputi: Kecamatan Curug, Kecamatan

    Cikupa, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Cisoka, Kecamatan

    Jambe, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Kemiri, Kecamatan

    Kresek, Kecamatan Legok, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan

    Pagedangan, Kecamatan Panongan, Kecamatan Pasar Kemis,

    Kecamatan Rajeg, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Solear,

    Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Mauk,

    Kecamatan Gunung Kaler.

    Perusahaan peternakan yang berada di kawasan peruntukan

    pertanian memiliki luas kurang lebih 37,15 (tiga puluh tujuh

    koma satu lima) hektar.

    b. Peternakan rakyat

    Peternakan rakyat tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

    2. Kawasan Peruntukan Perikanan

    Kawasan peruntukan perikanan meliputi:

    a. Kawasan perikanan tangkap

    Kawasan perikanan tangkap meliputi prasarana dan sarana

    perikanan tangkap yang terdiri atas lokasi Pangkalan Pendaratan

    Ikan (PPI) meliputi :

    PPI Kronjo di Desa Kronjo Kecamatan Kronjo.

    PPI Cituis di Desa Suryabahari Kecamatan Pakuhaji.

    PPI Tanjung Pasir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga.

    b. Kawasan perikanan budi daya.

    Kawasan perikanan budi daya meliputi:

    Perikanan budi daya air payau berupa tambak, meliputi:

    1. Kecamatan Mekar Baru terletak di desa Jenggot.

    2. Kecamatan Kronjo terletak di Desa Kronjo dan Desa

    Muncung.

    3. Kecamatan Kemeri terletak di Desa Lontar dan Desa

    Karanganyar.

  • -39-

    4. Kecamatan Mauk terletak di Desa Mauk Barat dan Desa

    Ketapang.

    5.Kecamatan...

    5. Kecamatan Teluknaga terletak di Desa Tanjung Pasir dan

    Desa Muara.

    Perikanan budi daya air tawar berupa kolam yang tersebar di

    seluruh wilayah Kabupaten.

    Balai benih Ikan Air Tawar di Desa Kaliasin Kecamatan

    Sukamulya.

    3. Kawasan Peruntukan Industri

    Kawasan peruntukan industri dengan luas kurang lebih 15.390.07

    (lima belas ribu tiga ratus sembilan puluh koma nol tujuh) Hektar,

    meliputi :

    a. Kawasan industri

    Kawasan industri, meliputi : Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan

    Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Balaraja, Kecamatan

    Jayanti, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Legok, Kecamatan

    Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan Kosambi, Kecamatan

    Sepatan Timur, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan Mekar Baru

    Kawasan industri di Kecamatan Pakuhaji merupakan industri

    maritim yang berada di Desa Kohod, sedangkan Kawasan industri

    di Kecamatan Mekar Baru merupakan industri pengolahan hasil

    laut yang berada di Desa Jenggot.

    b. Sentra industri kecil dan menengah

    Sentra industri kecil dan menengah, meliputi : Kecamatan

    Tigaraksa, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kecamatan

    Balaraja, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan

    Legok, Kecamatan Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan

    Kosambi, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Jambe,

    Kecamatan Panongan, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa

    Dua, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan

    Sukadiri.

    Kawasan...

  • -40-

    4. Kawasan Peruntukan Pariwisata

    Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:

    a. Pariwisata alam

    Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi:

    Kawasan pariwisata Bahari Pantai Tanjung Pasir di Desa

    Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga.

    Kawasana pariwisata Bahari Pantai Mutiara di Kecamatan

    Teluknaga.

    Kawasan pariwisata Bahari Pantai Tanjung Kait di Kecamatan

    Mauk.

    Kawasan pariwisata Bahari Pantai Dadap di Kecamatan

    Kosambi.

    Kawasan pariwisata Bahari Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo.

    Kawasan pariwisata Bahari Pantai Karang Serang di Kecamatan

    Sukadiri.

    Kawasan pariwisata situ/danau di Situ Kelapa Dua di

    Kecamatan Kelapa Dua.

    Kawasan pariwisata Situ Cihuni di Kecamatan Pagedangan.

    Kawasan pariwisata Situ Pondok di Kecamatan Pasar Kemis.

    Kawasan pariwisata Situ Garukgak di Kecamatan Kresek.

    Kawasan pariwisata Situ Patrasana di Kecamatan Kresek.

    Kawasan pariwisata tangerang mangrove center di Kecamatan

    Teluknaga

    b. Pariwisata budaya

    Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi:

    Rumah asli peninggalan Raden Aria Wangsakara, situs makam

    Raden Aria Wangsakara, situs makam Buyut Onang, situs

    makam Ki Muttaqin, situs makam Ki Yunus, dan situs makam

    Ki Musa di Kecamatan Pagedangan.

    Rumah kebaya tempo dulu, situs makam Nyi Mas Melati, dan

    situs makam Pangeran Jayakarta di Kecamatan Sukamulya.

    Situs makam Gajah Barong, situs makam Nyi Mas Gamparan,

    situs makam Buyut Siyam, situs makam Syech Mubarak, situs

  • -41-

    makam Buyut Sandi, situs makam Buyut Mali, situs makam

    Nyi Saritinem, situs makam Ki Mas Laeng, situs makam Raden

    Mas Kuncung, dan situs makam Wali Ahmad di Kecamatan

    Tigaraksa.

    Sisa fosil-fosil...

    Sisa fosil-fosil Elephant Maximus, situs bangunan Pekong

    Soekong, dan situs makam Dewi Neng di Kecamatan Mauk.

    Situs Sumur Tujuh dan situs makam Nyi Mas Aulia di

    Kecamatan Cikupa

    Situs Sumur Tua dan situs Rawa Kidang di Kecamatan

    Sukadiri.

    Situs makam Panjang Syech Daud dan situs makam Wali

    Riman di Kecamatan Pakuhaji

    Situs Penggilingan Tebu di Kecamatan Teluknaga.

    Situs makam Jaga Laut di Kecamatan Kronjo.

    Situs makam Solear di Kecamatan Solear.

    Situs makam Panjang Dadap di Kecamatan Kosambi.

    Situs makam Buyut Mijah, situs makam Buyut Akhir (Kyai

    Jebeng), situs makam Kepuh, dan situs makam Buyut Resem di

    Kecamatan Sepatan.

    Situs makam Mede, situs makam Tubagus Taram, situs makam

    Ki Buyut Golokgog dan situs makam Ki Buyut Demang di Desa

    Sampora Kecamatan Cisauk.

    c. Pariwisata buatan

    Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi:

    Wisata Edukasi terletak di Kecamatan Teluknaga, Kecamatan

    Pakuhaji, Kecamatan Kelapa Dua dan Kecamatan Cisoka.

    Wisata penangkaran buaya di Kecamatan Teluknaga.

    Wisata Bumi Perkemahan Kitri Bhakti di Desa Sukabakti

    Kecamatan Curug.

    Wisata olahraga berada di Kecamatan Cisauk, Kecamatan

    Kelapa Dua, Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan Pasar Kemis.

    Wisata Danau Biru Cigaru di Kecamatan Cisoka.

    Wisata Rekreasi World of Wonders (WOW) di Citra Raya

    Kecamatan Cikupa.

    Wisata Teluknaga Mas di Kecamatan Teluknaga.

  • -42-

    Wisata Mancing Muara Ujung di Kecamatan Teluknaga.

    Wisata Religi berada di Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan

    Jayanti.

    Wisata Rekreasi...

    Wisata Rekreasi Alun-alun Tigaraksa.

    Wisata Belanja dan Kuliner berada di Kecamatan Kelapa Dua,

    Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Panongan, Kecamatan

    Cisauk, Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Balaraja.

    Wisata Akomodasi berada di Kecamatan Pagedangan,

    Kecamatan Cikupa, Kecamatan Curug, Kecamatan Panongan,

    Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan

    Mauk.

    5. Kawasan Peruntukan Permukiman

    Kawasan peruntukan permukiman terbagi menjadi kawasan

    permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan meliputi:

    a. Permukiman perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi dan

    kepadatan penduduk sedang dengan luas kurang lebih

    67.677,23 (enam puluh tujuh ribu enam ratus tujuh puluh

    tujuh koma dua tiga) hektar meliputi:

    Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Legok,

    Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan Curug, Kecamatan Cikupa,

    Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Balaraja, Kecamatan

    Sukamulya, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Panongan,

    Kecamatan Jambe, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear,

    Kecamatan Jayanti, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Sepatan,

    Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Kosambi, Kecamatan

    Sindang Jaya, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Pakuhaji,

    Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar Baru, Kecamatan Gunung

    Kaler, Kecamatan Kresek, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri,

    Kecamatan Sukadiri

    b. Permukiman perdesaan dengan kepadatan penduduk rendah luas

    kurang lebih 3.040,26 (tiga ribu empat puluh koma dua enam)

    hektar, meliputi : Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mauk,

    Kecamatan Kemiri, Kecamatan Sukadiri.

    6. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Negara

  • -43-

    Kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:

    a. Komplek Datasemen Arhanud Rudal 003 Falatehan berada di

    Kecamatan Cikupa;

    b. Makorem 052 Jayakarta berada di Kecamatan Kelapa Dua;

    c. Radar TNI AU berada di Kecamatan Mauk;

    d.Polres...

    d. Polres Metropolitan Tigaraksa berada di Kecamatan Tigaraksa;

    e. Pos Angkatan Laut tipe C di Kecamatan Kronjo;

    f. Polsek tersebar di seluruh kecamatan; dan

    g. Koramil tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

    7. Kawasan Reklamasi

    Kawasan reklamasi diperuntukan sebagai kawasan permukiman

    perkotaan, kawasan bandara soekarno-hatta II dan kawasan industri di

    bagian perairan laut wilayah Utara, dengan luas kurang lebih 9.000

    (sembilan ribu) hektar, berjarak kurang lebih 200 (dua ratus) meter

    dari garis pantai ke arah laut, meliputi: Kecamatan Kosambi,

    Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri,

    Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Kronjo

    8. Kawasan Pusat Rehabilitasi/ Lembaga Pemasyarakatan

    Pusat rehabilitasi/lembaga pemasyarakatan berada di Kecamatan

    Jambe dan Kecamatan Legok.

    9. Kawasan Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan

    Rencana pengembangan sarana pendidikan berada di seluruh wilayah

    kabupaten.

    10. Kawasan Komples Sekolah Pelayaran

    Kompleks sekolah pelayaran berada di Desa Karang Serang Kecamatan

    Sukadiri.

    11. Kawasan Rencana Pengembangan Tempat Pemakaman Umum

    (TPU)

    Rencana pengembangan Tempat Pemakaman Umum (TPU) terdiri atas:

    a. Zona TPU tersebar di seluruh wilayah kabupaten;

    b. TPU zona swasta berada di : Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan

    Teluknaga, Kecamatan Jambe, Kecamatan Kosambi

    12. Kawasan Rencana Pembangunan Stadion Olahraga

    Rencana pembangunan stadion olahraga berada di :

  • -44-

    a. Sport center di Kecamatan Kelapa Dua

    b. Stadion mini di seluruh Kecamatan

    13. Kawasan Rencana Pengembangan Rumah Sakit

    Rencana pengembangan rumah sakit meliputi:

    a. Pembangunan rumah sakit Tipe A di Kecamatan Tigaraksa;

    b. Optimalisasi rumah sakit tipe B di Kecamatan Balaraja;

    c.Pembangunan...

    c. Pembangunan rumah sakit tipe B di Kecamatan Teluknaga; dan

    d. Peningkatan rumah sakit tipe C menjadi tipe B di Kecamatan

    Pakuhaji.

    14. Kawasan Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan

    Pengembangan kawasan pusat pemerintahan dengan luas kurang lebih

    126,57 (seratus dua puluh enam koma lima tujuh) Hektar yang berada

    di Kecamatan Tigaraksa.

    15. Kawasan Pengembangan Kawasan Bandaar Udara Soekarno Hatta

    dan Pengembangannya Pengembangan kawasan bandar udara

    Soekarno Hatta dan pengembangannya dengan luas kurang lebih

    481,57 (empat ratus delapan puluh satu koma lima tujuh) Hektar yang

    berada di Kecamatan Kosambi.

    16. Kawasan Bandar Udara Budiarto Curug

    Kawasan bandar udara Budiarto Curug dengan luas kurang lebih

    384,79 (tiga ratus delapan puluh empat koma tujuh sembilan) Hektar

    yang berada di Kecamatan Legok.

    17. Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Lontar

    Kawasan pembangkit listrik tenaga uap Lontar dengan luas kurang

    lebih 92,57 (sembilan puluh dua koma lima tujuh) Hektar yang berada

    di Kecamatan Kemeri.

    18. Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

    Kawasan tempat pembuangan akhir (TPA) Jatiwaringin dengan luas

    kurang lebih 57,46 (lima puluh tujuh koma empat enam) Hektar yang

    berada di Kecamatan Mauk.

    2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

    2.2.1. FOKUS KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI

    A. Pertumbuhan PDRB

  • -45-

    Selama periode 2013-2017, struktur ekonomi masyarakat Kabupaten

    Tangerang di dominasi dari kelompok lapangan usaha sekunder yang

    terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan masing-masing

    kelompok lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kabupaten

    Tangerang.

    Pada...

    Pada tahun 2017, kelompok usaha sekunder memberikan

    sumbangan sebesar 54,54% yang mengalami penurunan dibandigkan

    dengan tahun 2013 sebesar 57,14%. Kelompok lapangan usaha primer

    dan tersier memberikan sumbangan masing-masing sebesar 6,86% dan

    38,61%. Kelompok lapangan usaha primer dan tersier ini mengalami

    kenaikan dibandingkan pada tahun 2013 yang masing-masing sebesar

    6,71% dan 36,16%.

    Apabila dilihat menurut lapangan usahanya, pada tahun 2017,

    lapangan usaha industri pengolahan memberikan sumbangan tertinggi

    sebesar 36,87%, kemudian disusul lapangan usaha Konstruksi sebesar

    13,61%, lapangan perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan

    sepeda motor sebesar 10,92%. Selanjutnya lapangan usaha Real Estate

    menyumbang 7,22% dan lapangan usaha pertanian, Kehutanan, dan

    perikanan memberikan sumbangan sebesar 6,81%.

    Perekonomian Kabupaten Tangerang tahun 2017 mengalami

    percepatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-tahun

    sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang tahun 2017

    mencapai 5,84%, sedangkan tahun 2015 dan 2016 sebesar 5,60% dan

    5,36%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Real

    Estate sebesar 10,03%. Seluruh lapangan usaha ekonomi yang lain pada

    tahun 2017 mencatat pertumbuhan yang positif, kecuali lapangan usaha

    Pengadaan Listrik dan Migas.

    Adapun lapangan usaha lainnya yang mencatat pertumbuhan

    positif, berturut-turut adalah Konstruksi sebesar 9,92%, Jasa Pendidikan

    sebesar 9,68%, jasa lainnya sebsar 9,67%, jasa kesehatan dan kegiatan

    sosial sebesar 9,51%. Penyediaan akomodasi dan makan minuman

    sebesar 9,01%, transportasi dan pergudangan sebesar 8,86%, pengadaan

    air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 8,13%, informasi

  • -46-

    dan komunikasi sebesar 8,11%, JAsa Administrasi Pemerintahan,

    pertanahan dan jaminan sosial wajib sebesar 6,13%, Perdagangan Besar

    dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor sebesar 5,41%, pertanian,

    kehutanan dan perikanan sebesar 5,33%. Jasa keuangan dan asuransi

    sebesar 5,21%, industri pengolahan sebesar 3,63%, dan pertambangan

    dan penggalian sebesar 2,28%. Sedangkan lapangan usaha Pengadaan

    Listrik dan Gas mengalami penyusutan sebesar 7,25%.

    Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang

    Menurut Kategori Lapangan Usaha (persen) 2013 – 2017

    Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

    A

    Pertanian,

    Kehutanan, dan

    Perikanan

    6.41 4.46 4.5 5.39 5.33

    B Pertambangan dan

    Penggalian -5.4 3.44 2.3 2.27 2.28

    C Industri Pengolahan 7.24 0.82 3.16 2.92 3.63

    D Pengadaan Listrik

    dan Gas -4.88 8.61 -2.22 -11.14 -7.25

    E

    Pengadaan Air,

    Pengelolaan Sampah. Limbah

    dan Daur Ulang

    4.75 8.33 5.05 7.38 8.13

    F Konstruksi 9.88 12.42 9.59 7.58 9.92

    G

    Perdagangan Besar

    dan Eceran;

    Reparasi Mobil dan

    Sepeda Motor

    4.01 6.39 5.71 3.48 5.41

    H Transportasi dan

    Pergudangan 6.16 9.27 8.62 9.46 8.86

    I Penyediaan Akomodasi dan

    Makan Minum

    4.26 11.24 7.24 7.75 9.01

    J Informasi dan

    Komunikasi 5.19 18.78 10.07 8.62 8.11

    K Jasa Keuangan dan

    Asuransi 8.06 4.09 7.86 16.97 5.21

    L Real Estat 6.6 9.16 8.88 9.08 10.03

    M.N Jasa Perusahaan 7.01 7.5 6.51 6.93 7.72

    O

    Administrasi

    Pemerintahan.

    Pertahanan dan

    Jaminan Sosial Wajib

    1.74 7.87 9.13 9.1 6.13

    P Jasa Pendidikan 3.41 8.86 9.25 9.19 9.68

    Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

    2.08 7.95 7.65 8.58 9.51

    R.S.T.U Jasa lainnya 6.36 7.27 7.12 8.45 9.67

    Produk Domestik Regional Bruto

    6.41 5.37 5.6 5.36 5.84

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018

    * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • -47-

    Kategori dengan laju pertumbuhan tertinggi dalam PDRB Kabupaten

    Tangerang 2017 adalah kategori real estate yang mencapai 10,03 persen.

    Sedangkan kategori dengan laju pertumbuhan terendah adalah kategori

    Pengadaan Listrik dan Gas dimana satu-satunya kategori dengan laju

    pertumbuhan negatif yaitu sebesar -7,25 persen. Secara umum laju

    pertumbuhan ekonomi 2017 untuk sebagian besar kategori meningkat

    dibanding tahun sebelumnya, kecuali beberapa kategori yang menurun,

    seperti kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Transportasi dan

    Pergudangan, Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi, dan

    Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

    Tabel 2.9 PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

    Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Juta Rupiah)

    KATE GORI

    URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**

    A

    Pertanian.

    Kehutanan. dan Perikanan

    5.363.428.89 5.989.836.10 6,752,916.02 7,519,060.42 8,127,375.97

    B Pertambangan dan Penggalian

    39.059.79 44.400.04 47,823.20 50,219.54 51,556.88

    C Industri Pengolahan

    34.248.067.72 35.927.533.40 38,796,274.54 40,991,524.65 43,988,517.82

    D Pengadaan Listrik dan Gas

    2.432.214.90 5.209.264.86 6,159,387.38 5,385,879.56 4,763,253.04

    E

    Pengadaan Air. Pengelolaan

    Sampah. Limbah dan Daur Ulang

    50.041.76 54.574.55 60,673.93 66,283.02 74,495.39

    F Konstruksi 9.306.825.71 11.362.034.62 12,947,763.92 14,312,257.55 16,232,044.51

    G

    Perdagangan Besar dan Eceran;

    Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

    8.989.484.26 10.003.287.53 10,966,623.39 11,707,838.73 13,027,256.20

    H Transportasi dan Pergudangan

    2.025.683.35 2.414.984.25 2,811,684.95 3,134,260.41 3,527,917.05

    I

    Penyediaan

    Akomodasi dan Makan Minum

    1.105.969.42 1.301.192.60 1,472,588.26 1,630,086.49 1,816,466.02

    J Informasi dan

    Komunikasi 2.596.905.30 2.984.500.69 3,193,726.12 3,497,818.22 3,945,354.48

    K Jasa Keuangan dan Asuransi

    3.930.736.60 4.275.621.19 4,790,870.08 5,763,597.78 6,364,925.45

    L Real Estate 5.265.382.22 5.853.331.96 6,795,715.71 7,584,001.61 8,607,425.59

    M.N Jasa Perusahaan

    755.067.50 859.747.28 995,613.94 1,107,726.69 1,244,837.52

    O

    Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan Jaminan

    Sosial Wajib

    1.203.232.40 1.383.847.31 1,621,473.04 1,839,993.52 2,021,748.41

    P Jasa Pendidikan

    1.849.418.30 2.118.719.82 2,413,119.47 2,736,789.32 3,215,657.44

    Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

    311.786.09 354.784.80 396,067.84 439,210.53 497,573.24

    R.S.T.U

    Jasa lainnya 1.097.247.68 1.272.810.61 1,437,098.52 1,577,245.10 1,786,874.62

    PRODUK DOMESTIK

    REGIONAL BRUTO

    72.303.651.4

    0

    80.570.551.8

    7

    101,659,420.3

    1

    109,343,793.1

    4

    119,293,279.6

    3

  • -48-

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018

    * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    Pada tahun 2017...

    Pada tahun 2017 PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga berlaku

    sebesar 119.293.279,63 juta rupiah atau tumbuh sebesar 9,10 persen dari

    tahun sebelumnya yang nilainya 109.343.793,14 juta rupiah. Sedangkan atas

    harga konstan 2010 sebesar 86,937,312.90 juta rupiah atau tumbuh sebesar

    5,84 persen dari tahun sebelumnya yang nilainya 82,139,044.21 juta rupiah.

    Tabel 2.10 PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2010

    Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Juta Rupiah)

    KAT-EGOR

    I URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**

    A

    Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan

    4,383,527.18 4,578,933.08 4,784,900.83 5,042,833.79 5,311,802.56

    B Pertambangan dan Penggalian

    32,405.59 33,521.01 34,291.40 35,069.81 35,868.78

    C Industri Pengolahan

    30,586,738.98 30,836,158.49 31,809,340.84 32,739,478.87 33,927,003.68

    D Pengadaan Listrik dan Gas

    1,620,271.11 1,759,703.63 1,720,663.85 1,528,964.95 1,418,091.47

    E

    Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah. Limbah dan Daur Ulang

    53,373.79 57,821.46 60,743.20 65,225.95 70,530.82

    F Konstruksi

    7,501,833.06 8,433,393.43 9,242,362.20 9,942,933.26 10,929,515.52

    G

    Perdagangan Besar dan

    Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

    8,110,604.99 8,629,025.19 9,121,795.75 9,439,636.98 9,949,894.84

    H

    Transportasi dan Pergudangan

    1,757,150.03 1,920,099.90 2,085,520.07 2,282,779.10 2,485,124.20

    I Penyediaan Akomodasi

    935,696.91 1,040,875.69 1,116,259.48 1,202,815.97 1,311,136.71

  • -49-

    KAT-EGOR

    I URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**

    dan Makan Minum

    J

    Informasi

    dan Komunikasi

    2,889,537.67 3,432,313.02 3,777,946.94 4,103,605.97 4,436,548.55

    K

    Jasa Keuangan dan Asuransi

    3,134,515.05 3,262,769.73 3,519,070.98 4,116,294.40 4,330,801.41

    L Real Estate

    4,933,439.75 5,385,274.28 5,863,712.39 6,396,137.47 7,037,581.18

    M.N Jasa Perusahaan

    624,475.19 671,314.00 715,000.77 764,550.33 823,604.19

    O

    Administrasi Pemerinta

    han. Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

    915,297.74 987,376.54 1,077,540.49 1,175,561.18 1,247,584.35

    P Jasa Pendidikan

    1,433,574.15 1,560,574.35 1,704,856.03 1,861,532.30 2,041,728.63

    Q

    Jasa Kesehatan dan

    Kegiatan Sosial

    263,965.07 284,944.38 306,746.47 333,065.32 364,739.83

    R.S.T.U

    Jasa lainnya

    889,576.98 954,286.53 1,022,194.12 1,108,558.56 1,215,756.18

    PRODUK DOMESTIK

    REGIONAL BRUTO

    70,065,983.24 73,828,384.71 77,962,945.81 82,139,044.21 86,937,312.90

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018

    * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    B. LAJU INFLASI

    Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat

    menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok

    barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli

    masyarakat. Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik

    terhadap 417 jenis barang dan jasa serta hasil Survei Biaya Hidup

    (SBH) tahun 2012 di Kota Serang, Tangerang dan Cilegon baik secara

    mingguan, dua mingguan maupun bulanan, diketahui pada bulan

    Desember 2017 sebanyak 216 komoditas mengalami perubahan

    harga. Rincian lengkapnya adalah 141 komoditas mengalami

    kenaikan harga dan sisanya sebanyak 75 komoditas mengalami

    penurunan harga. Angka inflasi disajikan dalam table 2.11.

  • -50-

    Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi di Kabupaten Tangerang

    Tahun 2012-2017

    Uraian Tahun

    2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Kabupaten Tangerang

    6,08 10,02 10.03 3.94 2,65 3,50

    Provinsi 6,10 9,65 10.20 4,29 2,94 3,98

    Nasional 6,96 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61

    Sumber : Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Provinsi Banten, 2012 - 2017

    Inflasi Kabupaten Kabupaten Tangerang sampai saat ini masih

    mengacu pada Inflasi Kota Tangerang, hal tersebut karena Kabupaten

    Tangerang belum dipilih oleh BPS RI sebagai acuan penghitungan

    inflasi pada kota-kota di Indonesia. Pada periode tahun 2012-2017,

    laju inflasi di Kabupaten Tangerang menunjukkan fluktuasi dengan

    pertumbuhan rata-rata sebesar 24,28% per tahun dan

    kecenderungannya menurun. Nilai inflasi tertinggi Kabupaten

    Tangerang adalah pada tahun 2014, yaitu sebesar 10,03% dan nilai

    inflasi pada tahun 2016 adalah yang terendah, yaitu 2,65%.

    C. PDRB PER KAPITA

    Pada tahun 2017, secara agregat PDRB per kapita Kabupaten

    Tangerang mencapai 33,28 juta rupiah atau senilai US$ 2.487,38

    meningkat 5,83% bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang

    sebesar 31,44 juta rupiah (US$ 2.363,10). Peningkatan tersebut lebih

    tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan pada tahun 2016 lalu,

    tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan peningkatan pada

    tahun-tahun 2014-2015, yaitu berturut-turut sebesar 7,72% dan

    9,74%.

    Tabel 2.12 PDRB perkapita Kabupaten Tangerang Tahun 2013 - 2017

    Lapangan

    Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

    PDRB per

    Kapita (Juta

    rupiah)

    25,51 28,00 30,16 31,44 33,28

    PDRB per

    Kapita (US $) 2.439,83 2.358,87 2.251,92 2.363,10 2.487,38

    Indeks Perkembangan

    PDRB per

    kapita

    (2010=100)

    124,47 136,59 147,14 153,40 162,35

    Pertumbuhan

    PDRB per 7,66 9,74 7,72 4,25 5,83

  • -51-

    Lapangan

    Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

    Kapita (persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

    D. PDRB...

    D. PDRB Per Sektor

    Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB pada

    tahun 2017 sekitar 6,81%, mengalami penurunan dari tahun 2016

    sekitar 6,88%, pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan dari

    6,66% menjadi 6,55%. Sektor pertambangan dan penggalian

    berkontribusi sebesar 0,05% pertahun terhadap PDRB Kabupaten

    Tangerang, sedangkan sektor Industri mempunyai kontribusi sebesar

    36,87% pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2016 sebesar

    37,49%, kontribusi sector industri cenderung fluktuatif. Sedangkan

    sector Perdagangan mengalami hal yang sama dengan sector industry

    yang cenderung fluktuatif dengan kontribusi pada tahun 2017 sebesar

    10,92%.

    Tabel 2.13 Peranan PDRB Per Sektor terhadap PDRB (persen), 2013 - 2017

    Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

    1

    Pertanian,

    Kehutanan, dan

    Perikanan

    6,66 6,55 6,64 6,88 6,81

    2 Pertambangan dan

    Penggalian 0,05 0,05 0,05 0,05 0,04

    3 Industri Pengolahan 42,51 39,30 38,16 37,49 36,87

    4 Pengadaan Listrik dan

    Gas 3,02 5,70 6,06 4,93 3,99

    5

    Pengadaan Air,

    Pengolahan Sampah,

    Limbah, dan Daur

    Ulang

    0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

    5 Konstruksi 11,55 12,43 12,74 13,09 13,61

    6 Perdagangan Besar 11,16 10,94 10,79 10,71 10,92

  • -52-

    Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

    dan Eceran; Reparasi

    Mobil dan Sepeda

    Motor

    7 Transportasi dan

    Pergudangan 2,51 2,64 2,77 2,87 2,96

    8

    Penyediaan

    Akomodasi dan

    Makan Minum

    1,37 1,42 1,45 1,49 1,52

    9 Informasi dan

    Komunikasi 3,22 3,26 3,14 3,20 3,31

    10 Jasa Keuangan dan

    Asuransi 4,88 4,68 4,71 5,27 5,34

    11 Real Estate 6,54 6,40 6,68 6,94 7,22

    12 Jasa Perusahaan 0,94 0,94 0,98 1,01 1,04

    13

    Administrasi Pemerintahan.

    Pertahanan dan

    Jaminan Sosial Wajib

    1,49 1,51 1,60 1,68 1,69

    14 Jasa Pendidikan 2,30 2,32 2,37 2,50 2,70

    15 Jasa Kesehatan dan

    Kegiatan Sosial 0,39 0,39 0,39 0,40 0,42

    16 Jasa lainnya 1,36 1,36 1,41 1,44 1,50

    PDRB 100 100 100 100 100

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018

    * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    E. Gini Ratio

    Ada berbagai tolok ukur yang dapat digunakan untuk

    menghitung tingkat pemerataan pendapatan, antara lain Kurva

    Conrad Lorenz, Corrado Gini Coeffisient, Kuznets Index, Oshima Index

    dan Theil Decomposition Index. Namun yang paling banyak dan juga

    digunakan di Indonesia adalah Gini Coeffisient atau lebih dikenal

    dengan nama Gini Ratio (GR).

    Tabel 2.14 Pendapatan Penduduk 40% terendah dan Gini Rasio di

    Kabupaten Tangerang, Tahun 2010-2017

    Tahun Gini Ratio

    Distribusi Pendapatan Penduduk 40% terrendah

    2010 0.33 20.87

    2011 0.37 19.05

    2012 0.32 22.42

    2013 0.34 20.93

    2014 0.37 19.60

    2015 0.34 19.49

    2016 0.30 21.14

  • -53-

    Tahun Gini Ratio

    Distribusi Pendapatan Penduduk 40% terrendah

    2017 0.32 21.43

    Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2017

    F. INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON (INDEKS

    KETIMPANGAN REGIONAL)

    Indeks ketimpangan Williamson yang diperoleh terletak

    antara 0 (nol) sampai 1 (satu).

    Jika ketimpangan Williamson mendekati 0 maka ketimpangan

    distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten

    Tangerang adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi antara

    kecamatan merata.

    Jika ketimpangan Williamson mendekati 1 maka ketimpangan

    distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten

    Tangerang adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara

    kecamatan tidak merata.

    Tabel 2.15 Indeks Ketimpangan Williamson Kabupaten Tangerang

    Tahun 2016

    No. Kecamatan PDRB

    Jumlah Penduduk

    (jiwa)

    Kecamatan

    PDRB per Kapita Kecamatan (Rp.)

    fi Yi

    1 Cisoka 708,376 94,116 7,526,625

    2 Solear 579,605 90,946 6,373,072

    3 Tigaraksa 3,215,544 154,897 20,759,238

    4 Jambe 336,199 44,973 7,475,576

    5 Cikupa 18,529,287 279,785 66,226,877

    6 Panongan 1,680,367 136,925 12,272,168

    7 Curug 11,283,137 207,906 54,270,376

    8 Kelapa Dua 8,423,128 227,782 36,978,901

    9 Legok 1,818,214 121,577 14,955,243

    10 Pagedangan 2,993,990 117,317 25,520,517

    11 Cisauk 698,764 82,941 8,424,827

    12 Pasarkemis 7,407,811 328,455 22,553,503

    13 Sindang Jaya

    1,032,011 93,973 10,981,994

    14 Balaraja 8,057,519 131,566 61,243,168

    15 Jayanti 888,787 72,724 12,221,370

    16 Sukamulya 513,901 65,911 7,796,887

    17 Kresek 615,778 65,659 9,378,428

    18 Gunung Kaler

    385,415 52,443 7,349,214

  • -54-

    No. Kecamatan PDRB

    Jumlah Penduduk

    (jiwa) Kecamatan

    PDRB per Kapita Kecamatan (Rp.)

    19 Kronjo 557,996 61,489 9,074,726

    20 Mekar Baru 227,756 38,174 5,966,253

    21 Mauk 688,973 83,768 8,224,771

    22 Kemiri 518,133 43,977 11,781,917

    23 Sukadiri 494,882 56,199 8,805,889

    24 Rajeg 1,202,987 171,597 7,010,537

    25 Sepatan 1,969,989 118,532 16,619,890

    26 Sepatan Timur

    755,143 94,929 7,954,823

    27 Pakuhaji 809,695 114,517 7,070,518

    28 Teluknaga 1,601,285 163,176 9,813,238

    29 Kosambi 3,929,323 162,241 24,219,049

    T O T A L 81,923,992 3,478,495 17,546,538

    Dengan...

    Dengan PDRB Perkapita rata-rata sebesar 17.546.537,69 dan jumlah

    penduduk tahun 2016 sebesar 3.478.495 jiwa, maka indeks ketimpangan

    Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) mendekati 1 IW > 0.50 atau

    1.15 > 0.50, maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan

    di Kabupaten Tangerang adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara

    kecamatan tidak merata.

    G. PENDUDUK DI ATAS GARIS KEMISKINAN

    Kemiskinan didasarkan pada ketidakmampuan individu untuk

    mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

    dasar minimal untuk hidup layak. Badan Pusat Statistik (BPS)

    menggunakan konsep kemiskinan absolute yang pengukuran tingkat

    kemiskinan didasarkan pada satu garis yang disebut sebagai Garis

    Kemiskinan (GK). Garis kemiskinan ini terdiri dari 2 komponen yaitu

    Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non

    Makanan (GKNM).

    Masalah kemiskinan merupakan salah satu permasalahan

    mendasar yang menjadi pusat perhatian Pemerintah Daerah.

    Perkembangan Prosentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan

    Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017 dapat di lihat pada gambar

    2.9 dan 2.10.

  • -55-

    Gambar 2.9. Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan (GK)

    Tahun 2013-2017

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang 2017

    Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Tangerang tahun

    2017 sekitar 0,68 dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

    mencapai 0,13. Sedangkan pada tahun 2016 P1 mencapai 0,79

    dengan P2 sekitar 0,18.

    Berdasarkan data yang telah dirilis oleh BPS prosentase

    penduduk miskin Kabupaten Tangerang tahun 2017 sekitar 5,39%

    atau sebanyak 191,62 ribu orang, kenaikan dari tahun 2016 yang

    hanya 182,5 ribu orang dengan kenaikan sebanyak 9,1 ribu orang.

    Prosentase penduduk miskin berada dibawah garis kemiskinan

    yang pada tahun 2017 senilai Rp.423.486 /kapita/bulan.

    Gambar 2.10. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2013-2017

  • -56-

    Perkembangan Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten

    Tangerang, Provinsi Banten dan Nasional pada Tahun 2013-2017

    dapat di lihat pada gambar di bawah ini :

    Gambar 2.11. Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Tangerang, Banten,

    dan Nasional Tahun 2013-2017

    Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017

    Berdasarkan...

    Berdasarkan data yang telah dirilis BPS, prosentase penduduk

    miskin Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional berfluktuasi nilainya

    pada tahun 2014 menurun kemudian prosentase penduduk miskin tahun

    2015 mengalami kenaikan dan tahun 2016 kembali menurun. Sedangkan

    tahun 2017 prosentase penduduk miskin ditingkat nasional dan banten

    mengalami peningkatan. Fenomena ini kemungkinan juga terjadi di

    Kabupaten Tangerang.

    2.2.2 FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL

    A. Angka Melek Huruf (AMH) dan Angka Harapan Lama Sekolah

    Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi

    adalah kemampuan membaca dan menulis. Dimana hal ini

    merupakan ketrampilan minimum yang dibutuhkan penduduk dalam

    proses bermasyarakat, sehingga penduduk dapat berperan lebih aktif

    dalam pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di Kabupaten

    Tangerang. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari

    indikator angka melek huruf. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan

    salah satu indikator pencapaian program pendidikan di Indonesia.

    Secara matematis, angka ini memperlihatkan rasio antara jumlah

    penduduk yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah

  • -57-

    penduduk usia lima belas tahun keatas dalam satuan ratusan.

    Indikator tersebut penting mengingat melek huruf merupakan pintu

    dari segala ilmu pengetahuan. Pada tahun 2016 terdapat 96,07

    persen penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten Tangerang

    yang sudah mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan

    sisanya sebanyak 3,93 persen masih belum/tidak dapat membaca

    dan menulis (buta huruf). Bila dibandingkan antara penduduk laki-

    laki dan perempuan, persentase penduduk laki-laki yang melek huruf

    lebih tinggi dibanding perempuan, yaitu 97,81 persen berbanding

    94,25 persen.

    Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur

    pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas

    pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar

    daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat

    pendidikan antardaerah dengan baik.

    Tabel 2.16...

    Tabel 2.16 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Tangerang

    Tahun 2013-2018

    No. Tahun Angka Melek

    Huruf

    1 2013 96,37

    2 2014 97,25

    3 2015 96,90

    4 2016 96,07

    5 2017 95,92

    6 2018 96,76

    Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017, BPS Kab. Tangerang, 2018

    Pendidikan merupakan salah satu penentu kualitas penduduk.

    Indikator atau ukuran yang bisa digunakan untuk melihat tingkat

    kemajuan pendidikan disuatu daerah antara lain adalah dengan

    melihat persentase harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan

    pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Kualitas sumber daya manusia

    sangatlah bergantung dari pembangunan di bidang pendidikan.

    Tercatat tahun 2017 dengan penghitungan metode baru IPM tercatat

  • -58-

    Harapan Lama Sekolah (HLS) selama 12,51 tahun, rata-rata

    bersekolah selama 8,24 tahun atau kebanyakan memutuskan

    berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP, tidak banyak peningkatan

    dengan keadaan tahun sebelumnya.

    Tabel 2.17 Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Tangerang

    Tahun 2013-2017

    No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

    1

    Jumlah

    penduduk

    usia diatas 15

    tahun

    yang bisa

    membaca

    dan

    menulis

    2,164,120.38 2,263,941.10 2,334,565.19 2,393,917.41 2,469,802.83

    2

    Jumlah penduduk

    usia 15

    tahun

    keatas

    2,245,637 2,327,960 2,409,252 2,491,847 2,574,857

    3

    Angka

    Melek Huruf

    96,37 97,25 96,90 96,07 95,92

    Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017, BPS Kab. Tangerang, 2018

    Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur

    pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas

    pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar

    daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat

    pendidikan antardaerah dengan baik. Angka Melek Huruf dari tahun

    2013-2017 nilainya berfluktuatif antara 95-97 persen, akan tetapi

    jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis

    tiap tahun mengalami peningkatan.

    B. RATA-RATA LAMA SEKOLAH

    Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai rata-rata jumlah

    tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas

    untuk menempuh seluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani dari

    masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir.

    Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Tangerang pada

    tahun 2017 mencapai 8,24 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa

    rata-rata penduduk Tangerang baru dapat bersekolah hingga jenjang

    SMP kelas tiga. sebagai mana Tabel 2.19. Angka usia harapan hidup

  • -59-

    Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,

    untuk usia harapan hidup pada tahun 2017 sebesar 69,47 tahun.

    Tabel 2.18 Angka HLS, RLS, UHH Kabupaten Tangerang

    Tahun 2013-2017

    No. Tahun Angka Harapan Lama Sekolah

    Angka rata-rata lama sekolah

    (RLS)

    Angka usia harapan hidup

    1 2013 11,44 8,18 68,96

    2 2014 11,65 8,20 68,98

    3 2015 11,89 8,22 69,28

    4 2016 12,11 8,23 69,37

    5 2017 12,51 8,24 69,47

    Sumber : BPS Kab. Tangerang, 2018

    Rata-rata lama sekolah peningkatan yang dicapai oleh Kabupaten

    Tangerang juga jauh lebih rendah. Pada tahun yang sama Banten dapat

    mencapai peningkatan sebesar 3 sementara Tangerang hanya mencapai

    0,02 atau 1,98%. Rendahnya capaian kinerja pendidikan diduga terkait

    dengan relatif tingginya penduduk usia kerja yang telah memiliki

    pendidikan yang relatif rendah. Sementara itu kinerja pendidikan

    penduduk muda belum mampu mengimbangi kondisi pendidikan yang

    telah berada pada level rendah itu.

    Tabel 2.19 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2016-2017

    No. Tahun Laki-Laki Perempuan

    1 2016 8,59 7,52

    2 2017 8,60 7,53

    Sumber : Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Banten Tahun 2017

    Kualitas pendidikan perempuan menjadi lebih rendah daripada

    laki-laki. Kondisi ini terlihat dari rata-rata lama sekolah penduduk

    perempuan Kabupaten Tangerang usia 25 tahun ke atas yang lebih

    singkat dibandingkan laki-laki, seperti yang ditunjukkan oleh besaran

    RLS nya.

    C. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

    Pada tahun 2017 APS Kabupaten Tangerang, untuk anak usia 7-

    12 tahun sebesar 99,56 persen. Angka ini menunjukkan bahwa

    persentase anak usia 7-12 tahun yang bersekolah hanya 99,56

  • -60-

    persen, sisanya sebesar 0,43% tidak bersekolah. Anak yang tidak

    bersekolah terdiri dari anak yang sudah memasuki usia sekolah tetapi

    belum bersekolah dan anak yang putus sekolah. Jika dilihat

    berdasarkan jenis kelamin, untuk usia 7-12 tahun anak laki-laki lebih

    rendah dibanding anak perempuan, tetapi untuk anak usia 13-15

    tahun partisipasi sekolah anak laki-laki lebih tinggi dibanding

    partisipasi anak perempuan. Demikian juga untuk usia 16-18 tahun

    partisipasi sekolah anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak

    perempuan.

    Sementara itu, APS anak usia 13-15 tahun lebih rendah

    dibanding APS anak usia 7-12 tahun. Demikian juga APS anak usia

    16-18 tahun jauh lebih rendah dibanding APS anak usia 7-12 tahun.

    APS anak usia 13-15 tahun sebesar 93,41 persen dan APS anak usia

    16-18 tahun sebesar 66,9 persen. Angka ini menunjukkan bahwa ada

    sekitar 94 anak usia 13-15 tahun yang sedang bersekolah dari 100

    anak usia 13-15 tahun. Sedangkan untuk anak usia 16-18 tahun

    keadaanya lebih rendah, yaitu dari 100 anak usia 16-18 tahun hanya

    sekitar 69 anak yang sedang bersekolah. Semakin tinggi usia anak,

    partisipasi sekolahnya semakin menurun. Hal ini dikarenakan

    semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula biaya

    yang harus dikeluarkan, lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel

    berikut.

    Tabel 2.20 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)

    Tahun 2013-2017 Kabupaten Tangerang

    Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    SD/MI

    jumlah murid usia 7-12

    thn 300.653 321.014 297.026 315.607 320.479 324.186

    jumlah penduduk kelompok usia 7-12

    tahun

    321.705 341.312 314.992 335.337 331.762 336.625

    Usia SD (7 - 12) 98.62 98.75 99.47 98.84 99.26 99.66

    SMP/MTs

    jumlah murid usia 13-

    15 thn 124.696 124.508 132.359 134.217 124.567 126.252

    jumlah penduduk

    kelompok usia 13-15

    tahun

    171.779 165.205 157.325 159.193 158.887 159.922

    Usia SMP ( 13 -15) 91.53 91.27 94.32 94.56 93.41 95.69

    Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2017

    E. ANGKA KELULUSAN (AL)

    Angka Kelulusan (AL) tahun 2017 di Kabupaten Tangerang untuk tingkat

  • -61-

    SD/MI sebesar 100,70%, angka kelulusan SMP/MTS sebesar 102%, dan

    angka kelulusan tingkat SMA/sederajat sebesar 110%.

    Tabel 2.21 Angka Kelulusan (AL) Kabupaten Tangerang

    Tahun 2015-2017

    No. Lulusan Sekolah

    2015 2016 2017

    1 SD/MI 100 100 100.70

    2 SMP/MTS 100 100 102.61

    3 SMA/SMK/MA 100 100 110.24

    Sumber : Dinas Pendidikan, 2017

    F. Angka Harapan Hidup

    Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata lama hidup

    penduduk suatu daerah yang mencerminkan gambaran umur yang

    mungkin dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Angka harapan

    hidup cenderung meningkat dari tahun 2013 sampai dengan tahun

    2017, tercatat pada tahun 2013 sebesar 68,96 tahun, tahun 2014

    sebesar 68,98 tahun 2015 mencapai 69,28 dan tahun 2016

    mencapai 69,37. Peningkatan angka harapan hidup ini

    menunjukkan peningkatan derajat hidup masyarakat. Angka

    Harapan Hidup Kabupaten Tangerang tahun 2017 sebesar 69,47

    merupakan angka tertinggi di Banten dibandingkan dengan

    Kabupaten lain dan dengan Kota Cilegon, tapi masih dibawah jika

    dibandingkan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang,

    serta Provinsi Banten yang sebesar 69,49. Gambar berikut ini

    memberikan gambaran kondisi angka harapan hidup tingkat

    Kabupaten Tangerang.

    Gambar 2.12 Diagram Perkembangan Angka Harapan Hidup

    Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017

    Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, tahun 2017, diolah.

  • -62-

    Dari diagram diatas, bahwa angka harapan hidup peningkatannya

    juga rendah, hanya mencapai angka 0,65% dalam waktu lima tahun

    tersebut. Rendahnya capaian kinerja angka harapan hidup terkait

    dengan kinerja kesehatan secara keseluruhan.

    G. Indeks Pembangunan Manusia

    Dari tahun 2012 sampai 2017, tercatat capaian IPM

    Kabupaten Tangerang selalu lebih rendah dari pada capaian Provinsi

    Banten, walaupun masih sedikit lebih tinggi dari pada angka

    nasional (lihat grafik 2.13).

    Capaian angka IPM yang relatif lambat dibandingkan Banten

    itu tampaknya bersumber dari kontribusi daya beli yang

    peningkatnya sangat kecil hanya 0,001 atau 0,14% dari tahun 2012

    ke tahun 2016 (lihat tabel 2.6). Pertumbuhan daya beli yang rendah

    itu terkait dengan perkembangan sektor yang terjadi. Sebagaimana

    diuraikan di atas sektor sektor penyerap tenaga terbanyak memiliki

    nilai produktivitas yang relatif rendah, dengan demikian penduduk

    yang bekerja pada sektor bersangkutan (pertanian dan akomodasi,

    konsumsi) juga memiliki pendapatan per kapita yang relatif rendah.

    Inilah alasan mengapa pertumbuhan daya beli yang dicapai

    Tangerang juga rendah.

    Grafik 2. 13 Angka IPM Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional Tahun

    2012-2017

    Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2012-2017

    68,83

    68,9

    2

    70,97 71,42

    70,81

  • -63-

    Tabel 2. 22 Komponen Pembentuk IPM Kabupaten Tangerang, Banten dan

    Nasional

    Tahu

    n

    Rata-Rata Lama Sekolah

    (%)

    Angka Harapan Hidup

    (UHH) Paritas Daya Beli

    Kab.

    Tangera

    ng

    Bante

    n

    Nasion

    al

    Kab.

    Tangera

    ng

    Bante

    n

    Nasion

    al

    Kab.

    Tangera

    ng

    Bante

    n

    Nasion

    al

    2012 8,07 8,06 7,59 68,92 68,86 72,22 11.640 11.00

    8 -

    2013 8,18 8,17 7,61 68.96 69,04 72,41 11.648 11.06

    1 -

    2014 8,20 8,19 7,73 68,98 69,13 72,59 11.666 11.15

    0 -

    2015 8,22 8,27 7,84 69,28 69,43 70,78 11.727 11.26

    1 10.150

    2016 8,23 8,37 7,95 69,37 69,46 70,9 11.863 11.46

    9 10.420

    2017 8,24 8

    8,53 8,10 69,47 69,49 71,06 11.914

    11.65

    9 10.664

    Sumber: Diolah dari IPM Metode Baru BPS 2010-2014, BPS tahun 2012-2016, RKPD Kabupaten

    Tangerang 2017

    Tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat, secara makro dapat

    dilihat dari tingkat pemekerjaan, IPM dan penduduk miskin. Tingkat

    pemekerjaan di Tangerang dibandingkan dengan Banten maupun Nasional

    ternyata tidak cukup baik. Grafik 2.14 menyajikan angka pengangguran

    terbuka Kabupaten Tangerang dibandingkan Banten dan Nasional. Dari

    diagram dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka Kabupaten

    Tangerang selalu dalam keadaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    Banten maupun angka Nasional. Salah satu hal yang dapat menjelaskan

    kondisi ini adalah sifat dan karakter investasi yang terjadi. Karakter investasi

    yang padat modal mampu menciptakan nilai tambah dengan cepat sehingga

    menciptakan pertumbuhan yang tinggi, namun demikian sifat investasi yang

    demikian kurang memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja. Faktor

    lain yang mungkin menyebabkan tingginya angka pengangguran terbuka

    adalah ketidakmampuan penduduk Kabupaten Tangerang untuk mengakses

    pekerjaan yang ada. Kabupaten Tangerang sebagai kota industri menjadi daya

    tarik luar biasa bagi penduduk luar Kabupaten Tangerang untuk bermigrasi

    dalam rangka mencari pekerjaan. Para migran adalah pekerja yang telah

    berbekal ketrampilan dan tekat yang tinggi, untuk itu maka jiwa perjuangan

  • -64-

    para migran diasumsikan lebih tinggi. Berbeda dengan penduduk lokal yang

    mungkin merasa lebih aman dengan keadaannya. Hal ini berdampak pada

    kemampuan untuk bersaing, dengan daya saing yang relatif tinggi, maka

    persaingan akan dimenangkan oleh penduduk pendatang.

    Gambar 2.14 Perkembangan Angka Penganguran Terbuka Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional Tahun 2012 -2017

    Sumber: Diolah dari BPS Banten dalam Angka 2012-2016 dan BPS Tangerang tahun 2012-2017

    Sebagaimana diuraikan di atas, sektor penting di Kabupaten

    Tangerang adalah sektor industri dengan nilai tambah yang luar bisa

    tinggi dengan jumlah pekerja yang relatif rendah dibandingkan nilai

    tambah yang dihasilkan. Artinya sektor terpenting di Tangerang justru

    bersifat padat modal. Kondisi ini menjelaskan mengapa pertumbuhan

    yang tinggi masih menyisakan demikian banyak pengangguran

    terbuka.

    Angka pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan

    pada indikator sosial lainnya. Seseorang yang menganggur tentu

    memiliki daya beli yang rendah. Rendahnya daya beli itu kemudian

    kemudian berpengaruh pada capaian angka IPM.

    H. Gini Rasio

    Satu lagi indikator kesejahteraan sosial yang dapat didiskusikan

    di sini adalah Gini Indeks yang mengukur tingkat ketimpangan

    pendapatan. Grafik 2.5 menyajikan data ketimpangan pendapatan di

    Tangerang dibandingkan Banten dan angka nasional. Dari diagram

    terlihat bahwa dalam beberapa tahun belakangan ketimpangan

    11,46

    10,13

    6,25

    11,94

    9,90

    6,02

    8,45 9,07

    5,82

    9,07 9,55

    6

    8,43

    5,56

    10,57

    9,28

    5,5

  • -65-

    Tangerang bergerak sangat cepat melebihi angka Banten maupun

    angka nasional. Jika dibiarkan angka ini akan melebihi angka

    nasional. Sebagaimana diuraikan di atas ketimpangan terjadi antara

    sektor industri dan jasa dengan sektor lainnya. Dari tabel 2.5 dapat

    diketahui bahwa pendapatan per kapita penduduk yang bekerja di

    industri pengolahan dan jasa mampu menghasilkan pendapatan per

    kapita lebih dari Rp 70 juta rupiah per tahun, sementara mereka yang

    bekerja di sektor akomodasi dan makan minum hanya mencapai

    angka Rp 4 juta per tahun, atau hampir 20 kali lebih rendah dari

    yang dicapai penduduk sektor industri.

    Gambar 2.15 Gini Indeks Kab. Tangerang, Banten dan Nasional Tahun

    2012-2016

    Sumber: Diolah dari website BPS

    Ketimpangan...

    Ketimpangan yang tinggi bersumber dari dua aspek, pertama tidak

    berkembangnya sektor pertanian. Dilihat dari jumlah penduduk yang

    bekerja di sektor pertanian memang tidak banyak, tetapi nilai tambah

    sektor ini kecil. Nilai tambah yang kecil bersumber dari tidak

    berkembangnya sektor yang bersangkutan. Sebagai daerah yang

    berkembang ke arah industri, permintaan lahan untuk industri cukup

    tinggi, akibatnya lahan lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan

    industri, sedangkan lahan pertanian bergeser ke tanah yang lebih

    marginal. Sementara kebijakan yang diambil daerah lebih banyak

    mendukung sektor industri yang menciptakan pertumbuhan dengan

    cepat.

  • -66-

    Penyebab lain dari ketimpangan adalah produkstivitas tenaga kerja

    yang rendah dari sektor rumah makan, hotel dan restoran. Sektor ini

    adalah sektor yang memiliki pendapatan per kapita paling rendah. Sektor

    ini adalah sektor yang sangat padat tenaga kerja. Sektor ini melayani

    hotel, rumah makan dan restoran dari segala segmen. Sebagai daerah

    industri yang berkembang maka, dapat diduga segmen rendah adalah

    yang terbanyak dari sektor ini. Kebutuhan pekerja pabrik atas akomodasi

    dan konsumsi mendominasi sektor ini. Maka tidak mengherankan jika

    produktivitas sektor ini jauh lebih rendah dari rata-rata kabupaten.

    Pada sisi lain, sektor industri pengolahan yang menjadi penopang

    utama pertumbuhan bersifat padat modal. Industri padat modal hanya

    membutuhkan sedikit tenaga kerja tetapi menghasilkan nilai tambah

    yang sangat tinggi. Dengan demikian maka terjadilah ketimpangan antar

    antar sektor yang sangat mencolok. Dari konsisi ini sangat mudah diduga

    bahwa mereka yang masih terkategorikan penduduk miskin adalah

    mereka yang bekerja di sektor pertanian dan akomodasi konsumsi itu.

    Ketimpangan yang tinggi akan bermuara pada penduduk yang tidak

    mampu memenuhi kebutuhan hidupnya alias miskin. Dilihat dari

    jumlahnya penduduk miskin Kabupaten Tangerang memang hanya

    sekitar 2% sampai 3% penduduk, jauh lebih rendah dari angka nasional

    yang masih mencapai angka diatas 10%.

    Persentase penduduk miskin Kabupaten Tangerang jauh lebih

    rendah dari angka nasional, namun demikian jika dilihat dari tingkat

    keparahannya, penduduk miskin yang berada di Kabupaten Tangerang

    kondisinya jauh lebih buruk dibandingkan Banten dan Nasional

    umumnya. Indeks kedalam kemiskinan yang mengukur gap antara data

    observasi dan rata-rata penduduk miskin menunjukan angka yang

    dicapai Kabupaten Tangerang jauh lebih tinggi dari Banten maupun

    angka nasional (lihat tabel 2.8). Tahun 2016 ketika Banten mencapai

    angka jauh dibawah 0,1, Kabupaten Tangerang mencapai angka 0,79 dan

    tahun 2015 kondisinya lebih buruk lagi.

    Tabel 2.23 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan tahun 2013-2017

    Tahun Kedalaman Kemiskinan Keparahan Kemiskinan

    Tangerang Banten Nasional Tangerang Banten Nasional

    2013 0,78 0,95 1,88 0,21 0,28 0,48

  • -67-

    2014 0,63 0,79 1,75 0,12 0,18 0,44

    2015 0,82 0,94 1,84 0,18 0,23 0,51

    2016 0,79 080 1,74 0,18 0,17 0,44

    2017 0,68 0,86 1,79 0,13 0,19 0,46

    Sumber: diolah dari Website BPS Pusat, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten_kota

    2.2.3 FOKUS SENI BUDAYA DAN OLAHRAGA

    Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan

    kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan

    masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,

    berbudaya dan beradab.

    Tabel 2.24 Jumlah Sanggar Seni dan Budaya di Kabupaten Tangerang

    Tahun 2013-2017

    Uraian 2013 2015 2016 2017

    Sanggar Seni

    255 264 264 264

    Seni

    Tradisional 26 26 8 8

    Seni Tradisi 33 33 33 33

    Seni Modern

    8 6 72 72

    Seniman 12 12 33 33

    Lembaga Seni

    1 1 2 1

    Galeri 1 1 1 1

    Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata, 2017

    2.3. Aspek...

    2.3. Aspek Pelayanan Umum

    2.3.1. Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib

    2.3.1.1. PENDIDIKAN

    Pendidikan Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Tangerang tahun

    ajaran 2016/2017 untuk siswa TK sebanyak 21.262 siswa, tingkat

    RA sebanyak 12.950, penitipan anak sebanyak 101 anak, dan PAUD

    sebanyak 3.946 siswa, sehingga jumlah usia siswa PAUD se-

    Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 38.259 siswa, dengan

    jumlah usia penduduk 4-6 tahun sebanyak 193.969 siswa.

    Persentase partisipasi siswa PAUD yang ikut pendidikan

    dibandingkan dengan jumlah anak usia 4-6 tahun adalah sekitar

  • -68-

    2,03%.

    Tabel 2.25 Jumlah Usia Siswa TK/RA/PAUD Tahun Ajaran 2016/2017

    di Kabupaten Tangerang

    URAIAN Jumlah Siswa

    Siswa TK 21.262

    Siswa RA 12.950

    Penitipan Anak 101

    PAUD 3.946

    JUMLAH 38.259

    Usia

    PAUD/RA/TK 193.969

    Sumber : Profil Disdik Kabupaten Tangerang, 2017

    A. ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK)

    APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat

    pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk

    berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa. berapapun

    u