BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH · 2020. 7. 27. · 15 Jayanti 23.89 2.49 16 Sukamulya 26.94...
Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH · 2020. 7. 27. · 15 Jayanti 23.89 2.49 16 Sukamulya 26.94...
-
-16-
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
Posisi geografis Kabupaten Tangerang yang berdekatan dengan DKI
Jakarta dan Jawa Barat sangat strategis bagi perkembangan wilayah,
dimana Kabupaten Tangerang manjadi alternatif bagi DKI Jakarta yang
sudah padat. Ditinjau dari segi transportasi, Kabupaten Tangerang
dilalui oleh Jalan Raya Serang-Jakarta dan Jalan Tol Merak-Jakarta,
Double Track Kereta Api Jakarta-Rangkas Bitung, serta akses alternatif
ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Kebutuhan akses yang sangat
cepat bagi industri dan perdagangan membutuhan kawasan
pergudangan dan industri untuk menditribusikan produk industri dan
perdagangan, sehingga kemudahan akses terhadap pelabuhan dan
Bandara menjadi kebutuhan utama, selain itu, perkembangan sektor
properti semakin meningkat terutama disekitar Bandara Soekarno-Hatta,
Cisauk, dan Pagedangan membutuhkan lahan yang sangat luas bagi
warga commuter Jakarta-Tangerang.
Ditinjau dari sumber daya manusia Kabupaten Tangerang rata-rata
pertumbuhan penduduknya mencapai 3,17% dengan jumlah penduduk
3.584.770 jiwa. Dampak melimpahnya SDM adalah melimpahnya tenaga
kerja untuk kebutuhan sektor Industri dan perdagangan, dengan
dominannya investasi industri pengolahan akan membutuhkan tenaga
kerja dari Kabupaten Tangerang maupun dari luar.
Kondisi geografis dan demografi Kabupaten Tangerang menjadi
tantangan bagi Kabupaten Tangerang untuk mengatasi dampak dari
beban wilayah yang sangat besar kedepannya. Perluasan Run Way
Bandara Soekarno-Hatta, pembangunan Tol Serpong-Balaraja, Tol
Bandara-Balaraja, penataan Stasiun Kereta Api Cisauk dan Tigaraksa,
serta pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan action plan
untuk meminimalisir dampak negatif baik kemacetan, banjir, kawasan
kumuh, serta pengangguran.
2.2.2.Karakteristik...
-
-17-
4.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
4.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Tangerang sebesar 959,61 Km2
berada di bagian Timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-
106°43’ Bujur Timur dan 6°00’-6°20’ Lintang Selatan. Kabupaten
Tangerang termasuk salah satu daerah yang menjadi bagian dari
wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup
strategis dengan batas-batas.
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kota
Tangerang dan DKI Jakarta
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Lebak
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak
Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat
pemerintahan Republik Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km,
keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas
hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas
perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera.
2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis
Kabupaten Tangerang mempunyai garis pantai sepanjang 51 Km, terdiri
dari 29 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 246 desa dan 28 kelurahan.
Tabel 2 .1 Luas Wilayah dan Persentase menurut Kecamatan
di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No. Kecamatan Luas Km2 Persentase
(%)
1 Cisoka 29.98 3.12
2 Solear 29.01 3.02
3 Tigaraksa 48.74 5.08
4 Jambe 26.02 2.71
5 Cikupa 42.68 4.45
6 Panongan 34.93 3.64
7 Curug 27.41 2.86
8 Kelapa Dua 24.38 2.54
9 Legok 35.13 3.66
10 Pagedangan 45.69 4.76
11 Cisauk 27.77 2.89
12 Pasar Kemis 25.92 2.70
13 Sindang Jaya 37.15 3.87
14 Balaraja 33.56 3.50
15 Jayanti 23.89 2.49
16 Sukamulya 26.94 2.81
17 Kresek 25.97 2.71
18
Gunung
Kaler 29.63 3.09
-
-18-
No. Kecamatan Luas Km2 Persentase
(%)
19 Kronjo 44.23 4.61
20 Mekar Baru 23.82 2.48
21 Mauk 51.42 5.36
22 Kemiri 32.7 3.41
23 Sukadiri 24.14 2.52
24 Rajeg 53.7 5.60
25 Sepatan 17.32 1.80
26 Sepatan Timur 18.27 1.90
27 Pakuhaji 51.87 5.41
28 Teluknaga 40.58 4.23
29 Kosambi 29.76 3.10
TOTAL 959.61 100 Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2018
Gambar 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang
Kedudukan...
Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI
Jakarta menjadi salah satu potensi Kabupaten Tangerang untuk
berkembang menjadi daerah penyangga Ibukota Jakarta. Secara geografis
menjadi pintu gerbang untuk hubungan Provinsi Banten dengan Provinsi
DKI Jakarta. Kedekatan dengan Ibukota dan sebagai pintu gerbang
antara Banten dan DKI Jakarta maka akan menimbulkan interaksi yang
menumbuhkan fenomena interdepedensi yang kemudian berdampak
pada timbulnya pertumbuhan pada suatu wilayah. Sebagai bentuk efek
pertumbuhan wilayah, trickling down dan backwash effect, sehingga
terjadi bentuk hubungan yang sinergis.
Kabupaten Tangerang merupakan daerah dengan wilayah terluas
di Provinsi Banten yang perkembangan pembangunannya tergolong cepat
dengan tersedianya infrastruktur, pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar,
serta pembangunan perumahan di kawasan baru dan prasarana lainya
-
-19-
sebagai pendukung. Dalam era otonomi daerah, pembangunan diarahkan
kepada tercapainya tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera.
2.1.1.3. TOPOGRAFIS
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tangerang merupakan dataran
rendah, yang memiliki topografi relatif datar dengan kemiringan tanah
rata-rata 0 - 3%. Ketinggian wilayah antara 0 - 85 m di atas permukaan
laut. Secara garis besar terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Dataran rendah dibagian utara dengan ketinggian berkisar antara 0-
25 meter di atas permukaan laut, yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk,
Kemiri, Sukadiri, Kresek, Gunung Kaler, Kronjo, Mekarbaru,
Pakuhaji, Sepatan dan Sepatan Timur.
2. Dataran tinggi di bagian tengah ke arah selatan dengan ketinggian
antara 25 - 85 meter di atas permukaan laut. Kemiringan tanah rata-
rata 0-8 % menurun ke Utara.
-
-20-
-
-21-
2.1.1.4. GEOLOGI / JENIS TANAH
Struktur batuan yang terbentuk di Kabupaten Tangerang adalah:
a. Alluvium, terdiri dari lempung, kerikil, kerakal.
b. Tuf Banten (Banten Tuff), terdiri dari batu apung dan batu pasir
tuffan.
Kabupaten Tangerang bagian Utara merupakan daerah yang
sedikit bergelombang lemah. Daerah ini termasuk dalam ketegori
bentuk lahan bentukan asal pengendapan (alluvial).
Jenis tanah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan terdiri
dari aluvial kelabu, aluvial kelabu tua, asosiasi aluvial kelabu tua
dan glei humus rendah, asosiasi glei humus, dan planosol, regosol
coklat, asosiasi latosol merah dan latosol merah kecoklatan,
padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning, asosiasi padsolic kuning
dan hidromorf kelabu. Dengan jenis tanah demikian
memungkinkan untuk pengembangan pertanian dan budidaya.
Proses terjadinya tanah aluvial ini berlangsung karena adanya
endapan sungai dan danau di daerah dataran dan daerah
cekungan. Di wilayah dataran rendah dijumpai pula jenis tanah glei
regosol dan sedikit padsolic yaitu asosiasinya.
Tekstur tanah adalah komposisi fraksi pasir, debu dan tanah
liat pada agregat (massa) tanah, sehingga dapat dikelompokkan ke
dalam kelas tekstur tanah yaitu : halus, sedang, dan kasar. Luas
wilayah Kabupaten Tangerang berdasarkan pengelompokan
tersebut terdiri dari :
- Tekstur halus : 60.549 Ha (54,53 %)
- Tekstur sedang : 46.936 Ha (42,27 %)
- Tekstur kasar : 3.553 Ha (3,20 %)
Tekstur tanah seperti ini sangat cocok untuk pengembangan
budidaya pertanian dan tanaman keras.
2.1.1.5. Klimatologi ...
-
-22-
2.1.1.6. Klimatologi
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah dengan suhu yang
relatif panas dengan kelembaban yang tinggi. Temperatur udara
berdasarkan penelitian di Stasiun Meteorologi Kabupaten Tangerang
rata-rata berkisar antara 24,7-32,50C, suhu maksimum tertinggi pada
bulan Oktober yaitu 33,50C dan suhu minimum terendah pada bulan
Juli-Agustus yaitu 24,20C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas
matahari sekitar 80,2 % dan 53,4 %. Keadaan curah hujan tertingi
terjadi pada bulan Februari sedangkan rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 390,4 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Februari
dengan hari hujan sebanyak 24 hari.
Efektif tanah adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan
tanah atau suatu lapisan di mana perakaran tanaman dapat
menerobosnya. Kedalarnan efektif tanah berpengaruh terhadap erosi
dan pemilihan jenis tanaman yang cocok di suatu wilayah. Kabupaten
Tangerang terbagi atas 3 kelas kedalaman efektif tanah, meliputi :
1. Kedalaman 30 60 cm seluas 33 Ha (0,03 %)
2. Kedalaman > 60 90 cm seluas 2.598 Ha (2,34 %)
3. Kedalaman > 90 cm seluas 101.777 Ha (91,66 %)
-
-23-
-
-24-
-
-25-
Tabel 2.2 Data Geografis dan Iklim Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Uraian Data Nilai Satuan
DATA GEOGRAFIS
a. Luas Wilayah 959,6 km2
b. Ketinggian 85 mdpl
c. Sungai Terpanjang (S. Cisadane) 414,3 Ha
d. Wilayah Terluas (Rajeg) 53,7 Ha
e. Wilayah Terkecil (Sepatan) 17,32 Ha
IKLIM
a. Rata-rata Temperatur Udara 24,7 – 32,5 0C
b. Rata-rata Kelembaban Udara 80,2 %
c. Rata-rata Intensitas Matahari 53,4 %
d. Rata-rata Curah Hujan 170,5 mm
e. Rata-rata Kecepatan Angin 12,6 Km/Jam Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2018
2.1.1.7. Hidrologi
Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten Tangerang
digambarkan melalui kondisi sumber air permukaan dan air tanah.
Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi meskipun terjadi fluktuasi debit
aliran yang cukup besar antara musim hujan dan musim kemarau,
sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran di
beberapa sungai. Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan
kegiatan dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang. Kebutuhan air ini
harus tetap bisa dipenuhi dari sumber-sumber air yang ada, sehingga
diperlukan tindakan pelestarian sumberdaya air, baik air permukaan
maupun air tanah.
Air tanah secara umum memiliki potensi yang cukup tinggi,
meskipun di beberapa Kecamatan (Kecamatan Mauk, Sukadiri, Kemiri,
Kronjo, Pakuhaji, Teluk Naga dan Kecamatan Kosambi) terindikasi intrusi
air laut dan terjadinya eksploitasi air tanah yang cukup tinggi untuk
kebutuhan industri karena terbatasnya sumber air permukaan.
Berdasarkan hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Tangerang dengan Puskom dan IT FMIPA UI (2003) diketahui bahwa di
sebagian wilayah Kabupaten Tangerang (meliputi enam kecamatan yaitu :
Mauk, Rajeg, Pasar Kemis, Cikupa, Curug dan Legok) terdapat tiga lapisan
akifer meliputi:
1. Akifer dangkal dengan kedalaman < 20 m yang didominasi oleh
lapisan pasir;
2.Akifer menengah...
-
-26-
2. Akifer menengah dengan kedalaman 20 – 70 m yang merupakan
lapisan lempung formasi Bantam Atas;
3. Akifer dalam dengan kedalaman > 70 m yang merupakan bagian dari
formasi Genteng dan formasi Bojongmanik.
Recharge akifer dangkal dan menengah berasal dari air hujan dan
sungai/danau, sedang recharge akifer dalam melalui batuan formasi
Bojongmanik di sebelah selatan yang tersingkap (outcroped) dengan
elevasi yang lebih tinggi dibanding lokasi penelitian.
-
-27-
-
-28-
2.1.1.8. Penggunaan Lahan
Perkembangan penduduk yang cepat serta melimpahnya kegiatan
industri dan permukiman di Wilayah Kabupaten Tangerang mengakibatkan
banyak terjadi pergeseran lahan. Kecenderungan yang terjadi adalah
beralihnya fungsi lahan, untuk itu perlu mendapatkan perhatian mengenai
keseimbangan antara fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya serta
aspek kesesuaian lahan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang saat ini meliputi
penggunaan untuk kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan
budidaya. Penggunaan lahan untuk kegiatan lindung meliputi sempadan
pantai, danau/situ, dan sempadan sungai. Sedangkan penggunaan lahan
untuk kegiatan budidaya meliputi perumahan perkotaan, perumahan
perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan industri, pertanian
irigasi teknis, pertanian tadah hujan, kebun campuran, tegalan, perikanan
(tambak), hutan, dan lain-lain.
Karakter perkembangan kawasan terbangun Kabupaten Tangerang tidak
lepas dari keberadaan Kabupaten Tangerang yang berada pada perlintasan
pergerakan antarwilayah serta jaringan jalan regional yang menghubungkan
kota-kota utama di Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sebagai
konsekuensinya kawasan terbangun yang mencakup permukiman perkotaan,
permukiman perdesaan, perdagangan dan jasa, zona industri, kawasan
industri industri dan fasilitas umum cenderung berkembang mengikuti pola
jaringan jalan utama (linier).
Sejalan kondisi tersebut maka perkembangan Kabupaten Tangerang
terjadi secara linier dengan titik orientasi perkembangan pada simpul poros
jalur Lintas Tengah (poros Serang – Grogol) (terkonsentrasi pada pusat kota),
sehingga distribusi kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan tidak
merata. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya pelayanan kota (kesenjangan
perkembangan kegiatan di bagian Tengah (pusat kabupaten) dan selatan
dengan bagian utara, terjadi konflik pemanfaatan ruang terbangun dan
sebagainya.
Pola..
-
-29-
Pola pengembangan fisik/tata guna lahan saat ini berupa pola
ekstensifikasi dan intensifikasi. Pola intensifikasi lebih banyak dijumpai pada
daerah terbangun di pusat-pusat kegiatan/pusat kota, sedangkan pola
ekstensifikasi dijumpai pada daerah-daerah pinggiran kota atau daerah
transisi.
Melihat progresifitas pembangunan Kabupaten Tangerang serta fungsi
yang berkembang saat ini yang menekankan kepada kegiatan industri akan
menimbulkan konsekuensi meningkatnya aktivitas penduduk di Kabupaten
Tangerang. Peningkatan kegiatan tanpa diimbangi dengan pelayanan sarana
dan prasarana yang memadai akan menimbulkan berbagai permasalahan
yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, seperti misalnya
permasalahan transportasi. Hal ini perlu diantisipasi dalam proses revisi
RTRW Kabupaten Tangerang.
Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Kabupaten Tangerang Tahun 2017
Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2017 (Ha)
No Kecamatan
Jalan, Pemukiman, Perkantoran,
Sungai, dll
Tambak, Kolam,
Empang, Hutan
Negara
Hutan Rakyat
Rumput/ Tanah Kosong
Sawah Tegalan/ Kebun
Perkebunan Total
1 Cisoka 968 129 59
1228 314 - 2.698
2 Solear 955 319 144
1182 301 - 2.901
3 Tigaraksa 1393 374 125 526 1213 1243 - 4.874
4 Jambe 887 103 155
750 707 - 2.602
5 Cikupa 3458 148 39 149 251 223 - 4.268
6 Panorangan 2225 172 9
850 237 - 3.493
7 Curug 1984 157 10 2 270 318 - 2.741
8 Kelapa Dua 1801 110
10 517 - 2.438
9 Legok 1500 52 18 49 841 1053 - 3.513
10 Pagedangan 2613
587 239 424 706 - 4.569
11 Cisauk 1615 154 329 86 310 283 - 2.777
12 Pasar Kemis 1595 268
5 484 240 - 2.592
13 Sindang Jaya 1753 1 19 66 1314 562 - 3.715
14 Balaraja 1683 12
1142 519 - 3.356
15 Jayanti 780 39 98 16 1299 157 - 2.389
16 Sukamulya 1011 7
77 1451 148 - 2.694
17 Kresek 392 104
7 1857 237 - 2.597
18 Gunung Kaler 194 216 1 2 2510 40 - 2.963
19 Kronjo 1329 496
2417 181 - 4.423
20 Mekar Baru 90 91
2183 18 - 2.382
21 Mauk 978 872
16 2805 439 32 5.110
22 Kemiri 873 666
1589 142
3.270
23 Sukadiri 626 65
1666 57
2.414
24 Rajeg 1658 357 33
2453 869
5.370
25 Sepatan 1054
3 9 650 16
1.732
26 Sepatan Timur 752 50
4 849 172
1.827
27 Pakuhaji 1325 822 1 22 2559 399
5.128
-
-30-
Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2017 (Ha)
No Kecamatan
Jalan, Pemukiman, Perkantoran, Sungai, dll
Tambak, Kolam,
Empang, Hutan
Negara
Hutan Rakyat
Rumput/ Tanah Kosong
Sawah Tegalan/ Kebun
Perkebunan Total
28 Teluknaga 983 1525 24 98 1315 50
3.995
29 Kosambi 2256 371
321 28
2.976
Total 38.731 7.680 1.654 1.373 36.193 10.176 32 95.807
Sumber: Kabupaten Tangerang dalam Angka, 2018
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
RTRW Nasional, kawasan lindung dan kawasan budidaya dipantai barat-
selatan khususnya Kabupaten Tangerang. dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kawasan Lindung di Wilayah Kabupaten Tangerang
No. Kawasan Luas Lokasi Arah Pengembangan
1 Kawasan Lindung 3.841 Ha Melindungi sumberdaya alam atau
buatan yang ada di dalamnya,
2 Kawasan Lindung
Setempat 2.321 Ha
kawasan sempadan pantai, sungai,
dan sekitar danau/rawa/situ.
3 Kawasan Sempadan
Pantai 510,00Ha pantai berhutan bakau.
4 KawasanSempadan
Sungai 572,33 Ha
dilindungi meliputi Sungai
Cisadane, Cidurian, Cipasilian,
Cilontar, Cimanceuri, Cileles,
Cilarangan, Cirarab, Pecah, Kali
Cigung
Sumber : RTRW Kabupaten Tangerang, 2011-2031.
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
Wilayah Kabupaten Tangerang memiliki potensi kebencanaan yang
cukup tinggi. Potensi bencana geologi berupa gempa bumi merupakan potensi
kebencanaan yang relatif sama tingginya dengan daerah lain di sepanjang
pantai utara yang membentang di seluruh wilayah Pantura.
Potensi kebencanaan ini dapat menimbulkan kerusakan yang parah
karena sebagian besar wilayah perkotaan berkembang di pesisir pantai barat.
Potensi kebencanaan yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang meliputi:
a) Potensi bencana geologi; berupa bencana gempa bumi yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Tangerang.
b)Potensi...
-
-31-
b) Potensi bencana tsunami; umumnya tersebar di sepanjang pesisir pantai
utara yang berjarak 1 km dari bibir pantai. Daerah yang memiliki resiko
dampak parah yaitu pada kecamatan kronjo, Kemeri dan Mauk.
c) Potensi bencana banjir; berupa banjir rob (pasang surut)
d) Potensi kekeringan; terjadi akibat curah hujan di suatu kawasan jauh
dibawah curah hujan normal dalam waktu lama. Bencana ini dipicu
oleh perubahan siklus iklim global yang ditandai dengan meningkatnya
temperatur rata-rata atmosfir, laut, dan daratan.
-
-32-
-
-33-
2.1.4. Demografi
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik penduduk
Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 berjumlah 3.584.770 orang terdiri
dari 1.833.470 orang laki-laki dan 1.751.300 orang perempuan. Laju
pertumbuhan penduduk pertahun dalam kurun waktu satu tahun terakhir
sebesar 3,17%.
Tabel. 2.5 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan
di Kabupaten Tangerang Tahun 2017
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis
Kelamin
1 Cisoka 49,923 46,593 96,516 107.15
2 Solear 47,799 45,942 93,741 104.04
3 Tigaraksa 82,316 78,817 161,133 104.44
4 Jambe 23,393 22,195 45,588 105.40
5 Cikupa 149,218 139,847 289,065 106.70
6 Panongan 73,544 71,017 144,561 103.56
7 Curug 110,835 104,198 215,033 106.37
8 Kelapa Dua 117,326 119,053 236,379 98.55
9 Legok 65,010 60,453 125,463 107.54
10 Pagedangan 61,852 59,115 120,967 104.63
11 Cisauk 43,912 42,293 86,205 103.83
12 Pasar Kemis 175,422 169,648 345,070 103.40
13 Sindang Jaya 49,319 47,403 96,722 104.04
14 Balaraja 69,424 65,272 134,696 106.36
15 Jayanti 37,621 36,430 74,051 103.27
16 Sukamulya 34,004 32,817 66,821 103.62
17 Kresek 33,588 32,619 66,207 102.97
18 Gunung Kaler 26,668 26,344 53,012 101.23
19 Kronjo 31,850 30,467 62,317 104.54
20 Mekar Baru 19,739 18,698 38,437 105.57
21 Mauk 42,386 40,907 83,293 103.62
22 Kemiri 23,078 21,251 44,329 108.60
23 Sukadiri 29,230 27,225 56,455 107.36
24 Rajeg 90,982 87,269 178,251 104.25
25 Sepatan 63,614 59,433 123,047 107.03
26 Sepatan Timur 49,729 47,195 96,924 105.37
27 Pakuhaji 59,465 56,517 115,982 105.22
28 Teluknaga 85,518 81,540 167,058 104.88
29 Kosambi 86,705 80,742 167,447 107.39
Jumlah/Total 1,833,470 1,751,300 3,584,770 104.69
Sumber : Tangerang Dalam Angka/BPS Tahun 2018
Sex Ratio...
-
-34-
Sex Ratio penduduk Kabupaten Tangerang 104,69 yang artinya
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. atau setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. Sex Ratio
terbesar terdapat di Kecamatan Kemiri yakni sebesar 108.60 dan yang
terkecil terdapat di Kecamatan Kelapa Dua yakni sebesar 98.55 dan
merupakan satu-satunya kecamatan yang mempunyai angka sex ratio
dibawah 100 ,yang artinya setiap 100 perempuan hanya terdapat 98 laki-
laki atau jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah penduduk laki-laki. Perkembangan jumlah penduduk dari tahun
2013-2017 dapat dilihat sebagaimana tabel dan dan grafik pertumbuhan
penduduk dari tahun 2012-2017.
Tabel 2.6 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Per Kecamatan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013 – 2017
No. Kecamatan Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) LPP
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
1 Cisoka 86,754 89,291 91,753 94,116 96,516 2.67
2 Solear 82,566 85,414 88,213 90,946 93,741 3.17
3 Tigaraksa 137,259 143,389 149,564 154,897 161,13
3 4.01
4 J a m b e 42,868 43,657 44,375 44,973 45,588 1.54
5 Cikupa 252,318 261,508 270,630 279,785 289,06
5 3.40
6 Panongan 116,084 123,067 130,273 136,925 144,56
1 5.48
7 C u r u g 186,889 193,916 200,904 207,906 215,03
3 3.51
8 Kelapa Dua 203,619 212,280 220,982 227,782 236,379 3.73
9 L e g o k 110,005 113,910 117,770 121,577 125,46
3 3.29
10 Pagedangan 106,411 110,100 113,738 117,317 120,96
7 3.21
11 Cisauk 73,458 76,622 79,792 82,941 86,205 4.00
12 Pasar Kemis 282,591 298,067 313,945 328,455 345,07
0 4.99
13 Sindang
Jaya 85,686 88,511 91,278 93,973 96,722 3.03
14 Balaraja 121,900 125,232 128,451 131,566 134,69
6 2.50
15 Jayanti 68,447 69,972 71,407 72,724 74,051 1.97
16 Sukamulya 62,643 63,710 64,679 65,911 66,821 1.61
17 K r e s e k 63,415 64,153 64,782 65,659 66,207 1.08
18 Gunung
Kaler 50,255 50,980 51,618 52,443 53,012 1.34
19 K r o n j o 56,913 57,350 57,681 61,489 62,317 2.27
20 Mekar Baru 36,529 36,788 36,968 38,174 38,437 1.27
-
-35-
No. Kecamatan Perkembangan Penduduk Pertahun (Jiwa) LPP
2013 2014 2015 2016 2017 (%)
21 M a u k 80,679 81,517 82,220 82,768 83,293 0.80
22 K e m i r i 41,964 42,294 42,540 43,977 44,329 1.37
23 Sukadiri 55,039 55,543 55,943 56,199 56,455 0.64
24 R a j e g 152,262 158,678 165,112 171,597 178,25
1 3.94
25 Sepatan 105,373 109,758 114,145 118,532 123,04
7 3.88
26 Sepatan
Timur 88,655 90,852 92,949 94,929 96,924 2.23
27 Pakuhaji 109,236 110,928 112,459 114,517 115,982 1.50
28 Teluknaga 151,199 155,317 159,300 163,176 167,05
8 2.49
29 Kosambi 146,763 151,972 157,123 162,241 167,44
7 3.30
Jumlah 3,157,780 3,264,776 3,370,594 3,477,495 3,584,770 3.17
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018, diolah.
Gambar 2.7. Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang
Tahun 2012-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2018
Jumlah penduduk Kabupaten pada tahun 2017 berjumlah 3.584.770
Orang. Berdasarkan kelompok umur. proporsi kelompok umur 15-64 tahun
menyumbang hampir 68,90%. usia 0-14 tahun sebanyak 28,17% dan
kelompok umur diatas 65 tahun sebesar 2.9%.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2017
-
-36-
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
0 – 4 183,461 176,294 359,755
5 – 9 177,124 168,973 346,097
10 – 14 154,968 149,093 304,061
15 – 19 161,991 156,944 318,935
20 – 24 170,600 160,833 331,433
25 – 29 170,757 165,613 336,370
30 – 34 169,053 170,598 339,651
35 – 39 160,834 159,736 320,570
40 – 44 141,779 128,731 270,510
45 – 49 111,203 96,495 207,698
50 – 54 83,167 73,056 156,223
55 – 59 58,535 52,361 110,896
60 – 64 40,224 37,477 77,701
65 – 69 24,200 23,284 47,484
70 – 74 13,891 15,980 29,871
75+ 11,683 15,832 27,515
Jumlah 1,833,470 1,751,300 3,584,770
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
Gambar 2.8. Piramida Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2017
Piramida penduduk Kabupaten Tangerang berbentuk ekspansif. Hal
ini tampak dari sebagian besar penduduk terdapat pada kelompok usia
muda atau bagian bawah piramida melebar dan semakin meruncing pada
bagian atas. Bagian bawah melebar menunjukkan terjadinya kelahiran
yang cukup tinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Piramida ekspansif
umumnya terdapat pada negara-negara dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang cepat akibat dari masih tingginya angka kelahiran dan
-
-37-
menurunnya tingkat kematian. Angka TFR Kabupaten Tangerang sebesar
2,35 berarti bahwa wanita (usia 15-49 tahun) secara rata-rata mempunyai
2-3 anak selama masa usia suburnya. TFR yang tinggi merupakan
cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan rendah
terutama wanitanya dan tingkat sosial ekonomi rendah (tingkat
kemiskinan tinggi).
2.1.5 Potensi Sumber Daya
Potensi sumber daya Kabupaten Tangerang sesuai arahan
pemanfaatan ruang diarahkan untuk:
1. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura dengan luas
kurang lebih 13.720,06 (tiga belas ribu tujuh ratus dua puluh koma
nol enam) hektar meliputi: Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar
Baru, Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Gunung Kaler, Kecamatan
Kresek, Kecamatan Mauk, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Sukadiri.Kawasan tanaman pangan dan holtikultura yang
ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)
dengan luas kurang lebih 13.720,06 (tiga belas ribu tujuh ratus dua
puluh koma nol enam) Hektar, yang terdiri dari Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih 10.996,77
(sepuluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma tujuh
tujuh) Hektar dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LCP2B) dengan luas kurang lebih 2.723,29 (dua ribu tujuh ratus
dua puluh tiga koma dua sembilan) Hektar.
Kawasan agropolitan terletak di Kecamatan Sepatan Timur Desa
Gempolsari, Desa Sangiang dan Desa Pondok Kelor.
Kawasan Tanaman Pangan dan Holtikultura
Kawasan tanaman pangan dan holtikultura termasuk lahan
penangkaran benih yang dikelola oleh kelompok tani, meliputi:
a. Kecamatan Sukadiri di Desa Sukadiri.
b. Kecamatan Rajeg di Desa Tanjakan Mekar.
c. Kecamatan Kemiri di Desa Rancalabuh.
d. Kecamatan Jayanti di Desa Pabuaran.
e. Kecamatan Kresek di Desa Kresek.
f. Kecamatan Sukamulya di Desa Bunar.
-
-38-
g. Kecamatan Balaraja di Desa Gembong.
h. Kecamatan Mekar Baru di Desa Klutuk.
Kawasan Peternakan...
Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan terdiri atas:
a. Perusahaan peternakan
Perusahaan peternakan meliputi: Kecamatan Curug, Kecamatan
Cikupa, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Cisoka, Kecamatan
Jambe, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Kemiri, Kecamatan
Kresek, Kecamatan Legok, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan
Pagedangan, Kecamatan Panongan, Kecamatan Pasar Kemis,
Kecamatan Rajeg, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Solear,
Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Mauk,
Kecamatan Gunung Kaler.
Perusahaan peternakan yang berada di kawasan peruntukan
pertanian memiliki luas kurang lebih 37,15 (tiga puluh tujuh
koma satu lima) hektar.
b. Peternakan rakyat
Peternakan rakyat tersebar di seluruh wilayah kabupaten.
2. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan meliputi:
a. Kawasan perikanan tangkap
Kawasan perikanan tangkap meliputi prasarana dan sarana
perikanan tangkap yang terdiri atas lokasi Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) meliputi :
PPI Kronjo di Desa Kronjo Kecamatan Kronjo.
PPI Cituis di Desa Suryabahari Kecamatan Pakuhaji.
PPI Tanjung Pasir di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga.
b. Kawasan perikanan budi daya.
Kawasan perikanan budi daya meliputi:
Perikanan budi daya air payau berupa tambak, meliputi:
1. Kecamatan Mekar Baru terletak di desa Jenggot.
2. Kecamatan Kronjo terletak di Desa Kronjo dan Desa
Muncung.
3. Kecamatan Kemeri terletak di Desa Lontar dan Desa
Karanganyar.
-
-39-
4. Kecamatan Mauk terletak di Desa Mauk Barat dan Desa
Ketapang.
5.Kecamatan...
5. Kecamatan Teluknaga terletak di Desa Tanjung Pasir dan
Desa Muara.
Perikanan budi daya air tawar berupa kolam yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten.
Balai benih Ikan Air Tawar di Desa Kaliasin Kecamatan
Sukamulya.
3. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri dengan luas kurang lebih 15.390.07
(lima belas ribu tiga ratus sembilan puluh koma nol tujuh) Hektar,
meliputi :
a. Kawasan industri
Kawasan industri, meliputi : Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Balaraja, Kecamatan
Jayanti, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Legok, Kecamatan
Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan Kosambi, Kecamatan
Sepatan Timur, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan Mekar Baru
Kawasan industri di Kecamatan Pakuhaji merupakan industri
maritim yang berada di Desa Kohod, sedangkan Kawasan industri
di Kecamatan Mekar Baru merupakan industri pengolahan hasil
laut yang berada di Desa Jenggot.
b. Sentra industri kecil dan menengah
Sentra industri kecil dan menengah, meliputi : Kecamatan
Tigaraksa, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sepatan, Kecamatan
Balaraja, Kecamatan Jayanti, Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan
Legok, Kecamatan Curug, Kecamatan Cikupa, Kecamatan
Kosambi, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Jambe,
Kecamatan Panongan, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa
Dua, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Sindang Jaya, Kecamatan
Sukadiri.
Kawasan...
-
-40-
4. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:
a. Pariwisata alam
Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi:
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Tanjung Pasir di Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga.
Kawasana pariwisata Bahari Pantai Mutiara di Kecamatan
Teluknaga.
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Tanjung Kait di Kecamatan
Mauk.
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Dadap di Kecamatan
Kosambi.
Kawasan pariwisata Bahari Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo.
Kawasan pariwisata Bahari Pantai Karang Serang di Kecamatan
Sukadiri.
Kawasan pariwisata situ/danau di Situ Kelapa Dua di
Kecamatan Kelapa Dua.
Kawasan pariwisata Situ Cihuni di Kecamatan Pagedangan.
Kawasan pariwisata Situ Pondok di Kecamatan Pasar Kemis.
Kawasan pariwisata Situ Garukgak di Kecamatan Kresek.
Kawasan pariwisata Situ Patrasana di Kecamatan Kresek.
Kawasan pariwisata tangerang mangrove center di Kecamatan
Teluknaga
b. Pariwisata budaya
Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi:
Rumah asli peninggalan Raden Aria Wangsakara, situs makam
Raden Aria Wangsakara, situs makam Buyut Onang, situs
makam Ki Muttaqin, situs makam Ki Yunus, dan situs makam
Ki Musa di Kecamatan Pagedangan.
Rumah kebaya tempo dulu, situs makam Nyi Mas Melati, dan
situs makam Pangeran Jayakarta di Kecamatan Sukamulya.
Situs makam Gajah Barong, situs makam Nyi Mas Gamparan,
situs makam Buyut Siyam, situs makam Syech Mubarak, situs
-
-41-
makam Buyut Sandi, situs makam Buyut Mali, situs makam
Nyi Saritinem, situs makam Ki Mas Laeng, situs makam Raden
Mas Kuncung, dan situs makam Wali Ahmad di Kecamatan
Tigaraksa.
Sisa fosil-fosil...
Sisa fosil-fosil Elephant Maximus, situs bangunan Pekong
Soekong, dan situs makam Dewi Neng di Kecamatan Mauk.
Situs Sumur Tujuh dan situs makam Nyi Mas Aulia di
Kecamatan Cikupa
Situs Sumur Tua dan situs Rawa Kidang di Kecamatan
Sukadiri.
Situs makam Panjang Syech Daud dan situs makam Wali
Riman di Kecamatan Pakuhaji
Situs Penggilingan Tebu di Kecamatan Teluknaga.
Situs makam Jaga Laut di Kecamatan Kronjo.
Situs makam Solear di Kecamatan Solear.
Situs makam Panjang Dadap di Kecamatan Kosambi.
Situs makam Buyut Mijah, situs makam Buyut Akhir (Kyai
Jebeng), situs makam Kepuh, dan situs makam Buyut Resem di
Kecamatan Sepatan.
Situs makam Mede, situs makam Tubagus Taram, situs makam
Ki Buyut Golokgog dan situs makam Ki Buyut Demang di Desa
Sampora Kecamatan Cisauk.
c. Pariwisata buatan
Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi:
Wisata Edukasi terletak di Kecamatan Teluknaga, Kecamatan
Pakuhaji, Kecamatan Kelapa Dua dan Kecamatan Cisoka.
Wisata penangkaran buaya di Kecamatan Teluknaga.
Wisata Bumi Perkemahan Kitri Bhakti di Desa Sukabakti
Kecamatan Curug.
Wisata olahraga berada di Kecamatan Cisauk, Kecamatan
Kelapa Dua, Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan Pasar Kemis.
Wisata Danau Biru Cigaru di Kecamatan Cisoka.
Wisata Rekreasi World of Wonders (WOW) di Citra Raya
Kecamatan Cikupa.
Wisata Teluknaga Mas di Kecamatan Teluknaga.
-
-42-
Wisata Mancing Muara Ujung di Kecamatan Teluknaga.
Wisata Religi berada di Kecamatan Tigaraksa dan Kecamatan
Jayanti.
Wisata Rekreasi...
Wisata Rekreasi Alun-alun Tigaraksa.
Wisata Belanja dan Kuliner berada di Kecamatan Kelapa Dua,
Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Panongan, Kecamatan
Cisauk, Kecamatan Cikupa dan Kecamatan Balaraja.
Wisata Akomodasi berada di Kecamatan Pagedangan,
Kecamatan Cikupa, Kecamatan Curug, Kecamatan Panongan,
Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan
Mauk.
5. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman terbagi menjadi kawasan
permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaan meliputi:
a. Permukiman perkotaan dengan kepadatan penduduk tinggi dan
kepadatan penduduk sedang dengan luas kurang lebih
67.677,23 (enam puluh tujuh ribu enam ratus tujuh puluh
tujuh koma dua tiga) hektar meliputi:
Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Legok,
Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan Curug, Kecamatan Cikupa,
Kecamatan Pasar Kemis, Kecamatan Balaraja, Kecamatan
Sukamulya, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Panongan,
Kecamatan Jambe, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear,
Kecamatan Jayanti, Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Sepatan,
Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Kosambi, Kecamatan
Sindang Jaya, Kecamatan Rajeg, Kecamatan Pakuhaji,
Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar Baru, Kecamatan Gunung
Kaler, Kecamatan Kresek, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri,
Kecamatan Sukadiri
b. Permukiman perdesaan dengan kepadatan penduduk rendah luas
kurang lebih 3.040,26 (tiga ribu empat puluh koma dua enam)
hektar, meliputi : Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mauk,
Kecamatan Kemiri, Kecamatan Sukadiri.
6. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan Negara
-
-43-
Kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:
a. Komplek Datasemen Arhanud Rudal 003 Falatehan berada di
Kecamatan Cikupa;
b. Makorem 052 Jayakarta berada di Kecamatan Kelapa Dua;
c. Radar TNI AU berada di Kecamatan Mauk;
d.Polres...
d. Polres Metropolitan Tigaraksa berada di Kecamatan Tigaraksa;
e. Pos Angkatan Laut tipe C di Kecamatan Kronjo;
f. Polsek tersebar di seluruh kecamatan; dan
g. Koramil tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
7. Kawasan Reklamasi
Kawasan reklamasi diperuntukan sebagai kawasan permukiman
perkotaan, kawasan bandara soekarno-hatta II dan kawasan industri di
bagian perairan laut wilayah Utara, dengan luas kurang lebih 9.000
(sembilan ribu) hektar, berjarak kurang lebih 200 (dua ratus) meter
dari garis pantai ke arah laut, meliputi: Kecamatan Kosambi,
Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri,
Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Kronjo
8. Kawasan Pusat Rehabilitasi/ Lembaga Pemasyarakatan
Pusat rehabilitasi/lembaga pemasyarakatan berada di Kecamatan
Jambe dan Kecamatan Legok.
9. Kawasan Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan
Rencana pengembangan sarana pendidikan berada di seluruh wilayah
kabupaten.
10. Kawasan Komples Sekolah Pelayaran
Kompleks sekolah pelayaran berada di Desa Karang Serang Kecamatan
Sukadiri.
11. Kawasan Rencana Pengembangan Tempat Pemakaman Umum
(TPU)
Rencana pengembangan Tempat Pemakaman Umum (TPU) terdiri atas:
a. Zona TPU tersebar di seluruh wilayah kabupaten;
b. TPU zona swasta berada di : Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan
Teluknaga, Kecamatan Jambe, Kecamatan Kosambi
12. Kawasan Rencana Pembangunan Stadion Olahraga
Rencana pembangunan stadion olahraga berada di :
-
-44-
a. Sport center di Kecamatan Kelapa Dua
b. Stadion mini di seluruh Kecamatan
13. Kawasan Rencana Pengembangan Rumah Sakit
Rencana pengembangan rumah sakit meliputi:
a. Pembangunan rumah sakit Tipe A di Kecamatan Tigaraksa;
b. Optimalisasi rumah sakit tipe B di Kecamatan Balaraja;
c.Pembangunan...
c. Pembangunan rumah sakit tipe B di Kecamatan Teluknaga; dan
d. Peningkatan rumah sakit tipe C menjadi tipe B di Kecamatan
Pakuhaji.
14. Kawasan Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan
Pengembangan kawasan pusat pemerintahan dengan luas kurang lebih
126,57 (seratus dua puluh enam koma lima tujuh) Hektar yang berada
di Kecamatan Tigaraksa.
15. Kawasan Pengembangan Kawasan Bandaar Udara Soekarno Hatta
dan Pengembangannya Pengembangan kawasan bandar udara
Soekarno Hatta dan pengembangannya dengan luas kurang lebih
481,57 (empat ratus delapan puluh satu koma lima tujuh) Hektar yang
berada di Kecamatan Kosambi.
16. Kawasan Bandar Udara Budiarto Curug
Kawasan bandar udara Budiarto Curug dengan luas kurang lebih
384,79 (tiga ratus delapan puluh empat koma tujuh sembilan) Hektar
yang berada di Kecamatan Legok.
17. Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Lontar
Kawasan pembangkit listrik tenaga uap Lontar dengan luas kurang
lebih 92,57 (sembilan puluh dua koma lima tujuh) Hektar yang berada
di Kecamatan Kemeri.
18. Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Kawasan tempat pembuangan akhir (TPA) Jatiwaringin dengan luas
kurang lebih 57,46 (lima puluh tujuh koma empat enam) Hektar yang
berada di Kecamatan Mauk.
2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1. FOKUS KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI
A. Pertumbuhan PDRB
-
-45-
Selama periode 2013-2017, struktur ekonomi masyarakat Kabupaten
Tangerang di dominasi dari kelompok lapangan usaha sekunder yang
terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan masing-masing
kelompok lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Tangerang.
Pada...
Pada tahun 2017, kelompok usaha sekunder memberikan
sumbangan sebesar 54,54% yang mengalami penurunan dibandigkan
dengan tahun 2013 sebesar 57,14%. Kelompok lapangan usaha primer
dan tersier memberikan sumbangan masing-masing sebesar 6,86% dan
38,61%. Kelompok lapangan usaha primer dan tersier ini mengalami
kenaikan dibandingkan pada tahun 2013 yang masing-masing sebesar
6,71% dan 36,16%.
Apabila dilihat menurut lapangan usahanya, pada tahun 2017,
lapangan usaha industri pengolahan memberikan sumbangan tertinggi
sebesar 36,87%, kemudian disusul lapangan usaha Konstruksi sebesar
13,61%, lapangan perdagangan besar dan eceran;reparasi mobil dan
sepeda motor sebesar 10,92%. Selanjutnya lapangan usaha Real Estate
menyumbang 7,22% dan lapangan usaha pertanian, Kehutanan, dan
perikanan memberikan sumbangan sebesar 6,81%.
Perekonomian Kabupaten Tangerang tahun 2017 mengalami
percepatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun-tahun
sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang tahun 2017
mencapai 5,84%, sedangkan tahun 2015 dan 2016 sebesar 5,60% dan
5,36%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Real
Estate sebesar 10,03%. Seluruh lapangan usaha ekonomi yang lain pada
tahun 2017 mencatat pertumbuhan yang positif, kecuali lapangan usaha
Pengadaan Listrik dan Migas.
Adapun lapangan usaha lainnya yang mencatat pertumbuhan
positif, berturut-turut adalah Konstruksi sebesar 9,92%, Jasa Pendidikan
sebesar 9,68%, jasa lainnya sebsar 9,67%, jasa kesehatan dan kegiatan
sosial sebesar 9,51%. Penyediaan akomodasi dan makan minuman
sebesar 9,01%, transportasi dan pergudangan sebesar 8,86%, pengadaan
air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 8,13%, informasi
-
-46-
dan komunikasi sebesar 8,11%, JAsa Administrasi Pemerintahan,
pertanahan dan jaminan sosial wajib sebesar 6,13%, Perdagangan Besar
dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Motor sebesar 5,41%, pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 5,33%. Jasa keuangan dan asuransi
sebesar 5,21%, industri pengolahan sebesar 3,63%, dan pertambangan
dan penggalian sebesar 2,28%. Sedangkan lapangan usaha Pengadaan
Listrik dan Gas mengalami penyusutan sebesar 7,25%.
Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tangerang
Menurut Kategori Lapangan Usaha (persen) 2013 – 2017
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
A
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
6.41 4.46 4.5 5.39 5.33
B Pertambangan dan
Penggalian -5.4 3.44 2.3 2.27 2.28
C Industri Pengolahan 7.24 0.82 3.16 2.92 3.63
D Pengadaan Listrik
dan Gas -4.88 8.61 -2.22 -11.14 -7.25
E
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah. Limbah
dan Daur Ulang
4.75 8.33 5.05 7.38 8.13
F Konstruksi 9.88 12.42 9.59 7.58 9.92
G
Perdagangan Besar
dan Eceran;
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
4.01 6.39 5.71 3.48 5.41
H Transportasi dan
Pergudangan 6.16 9.27 8.62 9.46 8.86
I Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
4.26 11.24 7.24 7.75 9.01
J Informasi dan
Komunikasi 5.19 18.78 10.07 8.62 8.11
K Jasa Keuangan dan
Asuransi 8.06 4.09 7.86 16.97 5.21
L Real Estat 6.6 9.16 8.88 9.08 10.03
M.N Jasa Perusahaan 7.01 7.5 6.51 6.93 7.72
O
Administrasi
Pemerintahan.
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
1.74 7.87 9.13 9.1 6.13
P Jasa Pendidikan 3.41 8.86 9.25 9.19 9.68
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2.08 7.95 7.65 8.58 9.51
R.S.T.U Jasa lainnya 6.36 7.27 7.12 8.45 9.67
Produk Domestik Regional Bruto
6.41 5.37 5.6 5.36 5.84
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
-
-47-
Kategori dengan laju pertumbuhan tertinggi dalam PDRB Kabupaten
Tangerang 2017 adalah kategori real estate yang mencapai 10,03 persen.
Sedangkan kategori dengan laju pertumbuhan terendah adalah kategori
Pengadaan Listrik dan Gas dimana satu-satunya kategori dengan laju
pertumbuhan negatif yaitu sebesar -7,25 persen. Secara umum laju
pertumbuhan ekonomi 2017 untuk sebagian besar kategori meningkat
dibanding tahun sebelumnya, kecuali beberapa kategori yang menurun,
seperti kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Transportasi dan
Pergudangan, Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi, dan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
Tabel 2.9 PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Juta Rupiah)
KATE GORI
URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**
A
Pertanian.
Kehutanan. dan Perikanan
5.363.428.89 5.989.836.10 6,752,916.02 7,519,060.42 8,127,375.97
B Pertambangan dan Penggalian
39.059.79 44.400.04 47,823.20 50,219.54 51,556.88
C Industri Pengolahan
34.248.067.72 35.927.533.40 38,796,274.54 40,991,524.65 43,988,517.82
D Pengadaan Listrik dan Gas
2.432.214.90 5.209.264.86 6,159,387.38 5,385,879.56 4,763,253.04
E
Pengadaan Air. Pengelolaan
Sampah. Limbah dan Daur Ulang
50.041.76 54.574.55 60,673.93 66,283.02 74,495.39
F Konstruksi 9.306.825.71 11.362.034.62 12,947,763.92 14,312,257.55 16,232,044.51
G
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8.989.484.26 10.003.287.53 10,966,623.39 11,707,838.73 13,027,256.20
H Transportasi dan Pergudangan
2.025.683.35 2.414.984.25 2,811,684.95 3,134,260.41 3,527,917.05
I
Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
1.105.969.42 1.301.192.60 1,472,588.26 1,630,086.49 1,816,466.02
J Informasi dan
Komunikasi 2.596.905.30 2.984.500.69 3,193,726.12 3,497,818.22 3,945,354.48
K Jasa Keuangan dan Asuransi
3.930.736.60 4.275.621.19 4,790,870.08 5,763,597.78 6,364,925.45
L Real Estate 5.265.382.22 5.853.331.96 6,795,715.71 7,584,001.61 8,607,425.59
M.N Jasa Perusahaan
755.067.50 859.747.28 995,613.94 1,107,726.69 1,244,837.52
O
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
1.203.232.40 1.383.847.31 1,621,473.04 1,839,993.52 2,021,748.41
P Jasa Pendidikan
1.849.418.30 2.118.719.82 2,413,119.47 2,736,789.32 3,215,657.44
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
311.786.09 354.784.80 396,067.84 439,210.53 497,573.24
R.S.T.U
Jasa lainnya 1.097.247.68 1.272.810.61 1,437,098.52 1,577,245.10 1,786,874.62
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
72.303.651.4
0
80.570.551.8
7
101,659,420.3
1
109,343,793.1
4
119,293,279.6
3
-
-48-
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Pada tahun 2017...
Pada tahun 2017 PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga berlaku
sebesar 119.293.279,63 juta rupiah atau tumbuh sebesar 9,10 persen dari
tahun sebelumnya yang nilainya 109.343.793,14 juta rupiah. Sedangkan atas
harga konstan 2010 sebesar 86,937,312.90 juta rupiah atau tumbuh sebesar
5,84 persen dari tahun sebelumnya yang nilainya 82,139,044.21 juta rupiah.
Tabel 2.10 PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Juta Rupiah)
KAT-EGOR
I URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**
A
Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan
4,383,527.18 4,578,933.08 4,784,900.83 5,042,833.79 5,311,802.56
B Pertambangan dan Penggalian
32,405.59 33,521.01 34,291.40 35,069.81 35,868.78
C Industri Pengolahan
30,586,738.98 30,836,158.49 31,809,340.84 32,739,478.87 33,927,003.68
D Pengadaan Listrik dan Gas
1,620,271.11 1,759,703.63 1,720,663.85 1,528,964.95 1,418,091.47
E
Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah. Limbah dan Daur Ulang
53,373.79 57,821.46 60,743.20 65,225.95 70,530.82
F Konstruksi
7,501,833.06 8,433,393.43 9,242,362.20 9,942,933.26 10,929,515.52
G
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8,110,604.99 8,629,025.19 9,121,795.75 9,439,636.98 9,949,894.84
H
Transportasi dan Pergudangan
1,757,150.03 1,920,099.90 2,085,520.07 2,282,779.10 2,485,124.20
I Penyediaan Akomodasi
935,696.91 1,040,875.69 1,116,259.48 1,202,815.97 1,311,136.71
-
-49-
KAT-EGOR
I URAIAN 2013 2014 2015 2016* 2017**
dan Makan Minum
J
Informasi
dan Komunikasi
2,889,537.67 3,432,313.02 3,777,946.94 4,103,605.97 4,436,548.55
K
Jasa Keuangan dan Asuransi
3,134,515.05 3,262,769.73 3,519,070.98 4,116,294.40 4,330,801.41
L Real Estate
4,933,439.75 5,385,274.28 5,863,712.39 6,396,137.47 7,037,581.18
M.N Jasa Perusahaan
624,475.19 671,314.00 715,000.77 764,550.33 823,604.19
O
Administrasi Pemerinta
han. Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
915,297.74 987,376.54 1,077,540.49 1,175,561.18 1,247,584.35
P Jasa Pendidikan
1,433,574.15 1,560,574.35 1,704,856.03 1,861,532.30 2,041,728.63
Q
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
263,965.07 284,944.38 306,746.47 333,065.32 364,739.83
R.S.T.U
Jasa lainnya
889,576.98 954,286.53 1,022,194.12 1,108,558.56 1,215,756.18
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
70,065,983.24 73,828,384.71 77,962,945.81 82,139,044.21 86,937,312.90
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
B. LAJU INFLASI
Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat
menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok
barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli
masyarakat. Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik
terhadap 417 jenis barang dan jasa serta hasil Survei Biaya Hidup
(SBH) tahun 2012 di Kota Serang, Tangerang dan Cilegon baik secara
mingguan, dua mingguan maupun bulanan, diketahui pada bulan
Desember 2017 sebanyak 216 komoditas mengalami perubahan
harga. Rincian lengkapnya adalah 141 komoditas mengalami
kenaikan harga dan sisanya sebanyak 75 komoditas mengalami
penurunan harga. Angka inflasi disajikan dalam table 2.11.
-
-50-
Tabel 2.11 Perkembangan Inflasi di Kabupaten Tangerang
Tahun 2012-2017
Uraian Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Kabupaten Tangerang
6,08 10,02 10.03 3.94 2,65 3,50
Provinsi 6,10 9,65 10.20 4,29 2,94 3,98
Nasional 6,96 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61
Sumber : Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Provinsi Banten, 2012 - 2017
Inflasi Kabupaten Kabupaten Tangerang sampai saat ini masih
mengacu pada Inflasi Kota Tangerang, hal tersebut karena Kabupaten
Tangerang belum dipilih oleh BPS RI sebagai acuan penghitungan
inflasi pada kota-kota di Indonesia. Pada periode tahun 2012-2017,
laju inflasi di Kabupaten Tangerang menunjukkan fluktuasi dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 24,28% per tahun dan
kecenderungannya menurun. Nilai inflasi tertinggi Kabupaten
Tangerang adalah pada tahun 2014, yaitu sebesar 10,03% dan nilai
inflasi pada tahun 2016 adalah yang terendah, yaitu 2,65%.
C. PDRB PER KAPITA
Pada tahun 2017, secara agregat PDRB per kapita Kabupaten
Tangerang mencapai 33,28 juta rupiah atau senilai US$ 2.487,38
meningkat 5,83% bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang
sebesar 31,44 juta rupiah (US$ 2.363,10). Peningkatan tersebut lebih
tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan pada tahun 2016 lalu,
tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan peningkatan pada
tahun-tahun 2014-2015, yaitu berturut-turut sebesar 7,72% dan
9,74%.
Tabel 2.12 PDRB perkapita Kabupaten Tangerang Tahun 2013 - 2017
Lapangan
Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
PDRB per
Kapita (Juta
rupiah)
25,51 28,00 30,16 31,44 33,28
PDRB per
Kapita (US $) 2.439,83 2.358,87 2.251,92 2.363,10 2.487,38
Indeks Perkembangan
PDRB per
kapita
(2010=100)
124,47 136,59 147,14 153,40 162,35
Pertumbuhan
PDRB per 7,66 9,74 7,72 4,25 5,83
-
-51-
Lapangan
Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
Kapita (persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
D. PDRB...
D. PDRB Per Sektor
Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB pada
tahun 2017 sekitar 6,81%, mengalami penurunan dari tahun 2016
sekitar 6,88%, pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan dari
6,66% menjadi 6,55%. Sektor pertambangan dan penggalian
berkontribusi sebesar 0,05% pertahun terhadap PDRB Kabupaten
Tangerang, sedangkan sektor Industri mempunyai kontribusi sebesar
36,87% pada tahun 2017, sedangkan pada tahun 2016 sebesar
37,49%, kontribusi sector industri cenderung fluktuatif. Sedangkan
sector Perdagangan mengalami hal yang sama dengan sector industry
yang cenderung fluktuatif dengan kontribusi pada tahun 2017 sebesar
10,92%.
Tabel 2.13 Peranan PDRB Per Sektor terhadap PDRB (persen), 2013 - 2017
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
1
Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan
6,66 6,55 6,64 6,88 6,81
2 Pertambangan dan
Penggalian 0,05 0,05 0,05 0,05 0,04
3 Industri Pengolahan 42,51 39,30 38,16 37,49 36,87
4 Pengadaan Listrik dan
Gas 3,02 5,70 6,06 4,93 3,99
5
Pengadaan Air,
Pengolahan Sampah,
Limbah, dan Daur
Ulang
0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
5 Konstruksi 11,55 12,43 12,74 13,09 13,61
6 Perdagangan Besar 11,16 10,94 10,79 10,71 10,92
-
-52-
Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
7 Transportasi dan
Pergudangan 2,51 2,64 2,77 2,87 2,96
8
Penyediaan
Akomodasi dan
Makan Minum
1,37 1,42 1,45 1,49 1,52
9 Informasi dan
Komunikasi 3,22 3,26 3,14 3,20 3,31
10 Jasa Keuangan dan
Asuransi 4,88 4,68 4,71 5,27 5,34
11 Real Estate 6,54 6,40 6,68 6,94 7,22
12 Jasa Perusahaan 0,94 0,94 0,98 1,01 1,04
13
Administrasi Pemerintahan.
Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
1,49 1,51 1,60 1,68 1,69
14 Jasa Pendidikan 2,30 2,32 2,37 2,50 2,70
15 Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 0,39 0,39 0,39 0,40 0,42
16 Jasa lainnya 1,36 1,36 1,41 1,44 1,50
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten TangerangTahun 2018
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
E. Gini Ratio
Ada berbagai tolok ukur yang dapat digunakan untuk
menghitung tingkat pemerataan pendapatan, antara lain Kurva
Conrad Lorenz, Corrado Gini Coeffisient, Kuznets Index, Oshima Index
dan Theil Decomposition Index. Namun yang paling banyak dan juga
digunakan di Indonesia adalah Gini Coeffisient atau lebih dikenal
dengan nama Gini Ratio (GR).
Tabel 2.14 Pendapatan Penduduk 40% terendah dan Gini Rasio di
Kabupaten Tangerang, Tahun 2010-2017
Tahun Gini Ratio
Distribusi Pendapatan Penduduk 40% terrendah
2010 0.33 20.87
2011 0.37 19.05
2012 0.32 22.42
2013 0.34 20.93
2014 0.37 19.60
2015 0.34 19.49
2016 0.30 21.14
-
-53-
Tahun Gini Ratio
Distribusi Pendapatan Penduduk 40% terrendah
2017 0.32 21.43
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2017
F. INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON (INDEKS
KETIMPANGAN REGIONAL)
Indeks ketimpangan Williamson yang diperoleh terletak
antara 0 (nol) sampai 1 (satu).
Jika ketimpangan Williamson mendekati 0 maka ketimpangan
distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten
Tangerang adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi antara
kecamatan merata.
Jika ketimpangan Williamson mendekati 1 maka ketimpangan
distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten
Tangerang adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara
kecamatan tidak merata.
Tabel 2.15 Indeks Ketimpangan Williamson Kabupaten Tangerang
Tahun 2016
No. Kecamatan PDRB
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kecamatan
PDRB per Kapita Kecamatan (Rp.)
fi Yi
1 Cisoka 708,376 94,116 7,526,625
2 Solear 579,605 90,946 6,373,072
3 Tigaraksa 3,215,544 154,897 20,759,238
4 Jambe 336,199 44,973 7,475,576
5 Cikupa 18,529,287 279,785 66,226,877
6 Panongan 1,680,367 136,925 12,272,168
7 Curug 11,283,137 207,906 54,270,376
8 Kelapa Dua 8,423,128 227,782 36,978,901
9 Legok 1,818,214 121,577 14,955,243
10 Pagedangan 2,993,990 117,317 25,520,517
11 Cisauk 698,764 82,941 8,424,827
12 Pasarkemis 7,407,811 328,455 22,553,503
13 Sindang Jaya
1,032,011 93,973 10,981,994
14 Balaraja 8,057,519 131,566 61,243,168
15 Jayanti 888,787 72,724 12,221,370
16 Sukamulya 513,901 65,911 7,796,887
17 Kresek 615,778 65,659 9,378,428
18 Gunung Kaler
385,415 52,443 7,349,214
-
-54-
No. Kecamatan PDRB
Jumlah Penduduk
(jiwa) Kecamatan
PDRB per Kapita Kecamatan (Rp.)
19 Kronjo 557,996 61,489 9,074,726
20 Mekar Baru 227,756 38,174 5,966,253
21 Mauk 688,973 83,768 8,224,771
22 Kemiri 518,133 43,977 11,781,917
23 Sukadiri 494,882 56,199 8,805,889
24 Rajeg 1,202,987 171,597 7,010,537
25 Sepatan 1,969,989 118,532 16,619,890
26 Sepatan Timur
755,143 94,929 7,954,823
27 Pakuhaji 809,695 114,517 7,070,518
28 Teluknaga 1,601,285 163,176 9,813,238
29 Kosambi 3,929,323 162,241 24,219,049
T O T A L 81,923,992 3,478,495 17,546,538
Dengan...
Dengan PDRB Perkapita rata-rata sebesar 17.546.537,69 dan jumlah
penduduk tahun 2016 sebesar 3.478.495 jiwa, maka indeks ketimpangan
Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) mendekati 1 IW > 0.50 atau
1.15 > 0.50, maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan
di Kabupaten Tangerang adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antara
kecamatan tidak merata.
G. PENDUDUK DI ATAS GARIS KEMISKINAN
Kemiskinan didasarkan pada ketidakmampuan individu untuk
mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar minimal untuk hidup layak. Badan Pusat Statistik (BPS)
menggunakan konsep kemiskinan absolute yang pengukuran tingkat
kemiskinan didasarkan pada satu garis yang disebut sebagai Garis
Kemiskinan (GK). Garis kemiskinan ini terdiri dari 2 komponen yaitu
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM).
Masalah kemiskinan merupakan salah satu permasalahan
mendasar yang menjadi pusat perhatian Pemerintah Daerah.
Perkembangan Prosentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017 dapat di lihat pada gambar
2.9 dan 2.10.
-
-55-
Gambar 2.9. Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan (GK)
Tahun 2013-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang 2017
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Tangerang tahun
2017 sekitar 0,68 dengan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
mencapai 0,13. Sedangkan pada tahun 2016 P1 mencapai 0,79
dengan P2 sekitar 0,18.
Berdasarkan data yang telah dirilis oleh BPS prosentase
penduduk miskin Kabupaten Tangerang tahun 2017 sekitar 5,39%
atau sebanyak 191,62 ribu orang, kenaikan dari tahun 2016 yang
hanya 182,5 ribu orang dengan kenaikan sebanyak 9,1 ribu orang.
Prosentase penduduk miskin berada dibawah garis kemiskinan
yang pada tahun 2017 senilai Rp.423.486 /kapita/bulan.
Gambar 2.10. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin 2013-2017
-
-56-
Perkembangan Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten dan Nasional pada Tahun 2013-2017
dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.11. Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Tangerang, Banten,
dan Nasional Tahun 2013-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2017
Berdasarkan...
Berdasarkan data yang telah dirilis BPS, prosentase penduduk
miskin Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional berfluktuasi nilainya
pada tahun 2014 menurun kemudian prosentase penduduk miskin tahun
2015 mengalami kenaikan dan tahun 2016 kembali menurun. Sedangkan
tahun 2017 prosentase penduduk miskin ditingkat nasional dan banten
mengalami peningkatan. Fenomena ini kemungkinan juga terjadi di
Kabupaten Tangerang.
2.2.2 FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL
A. Angka Melek Huruf (AMH) dan Angka Harapan Lama Sekolah
Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi
adalah kemampuan membaca dan menulis. Dimana hal ini
merupakan ketrampilan minimum yang dibutuhkan penduduk dalam
proses bermasyarakat, sehingga penduduk dapat berperan lebih aktif
dalam pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di Kabupaten
Tangerang. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari
indikator angka melek huruf. Angka Melek Huruf (AMH) merupakan
salah satu indikator pencapaian program pendidikan di Indonesia.
Secara matematis, angka ini memperlihatkan rasio antara jumlah
penduduk yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah
-
-57-
penduduk usia lima belas tahun keatas dalam satuan ratusan.
Indikator tersebut penting mengingat melek huruf merupakan pintu
dari segala ilmu pengetahuan. Pada tahun 2016 terdapat 96,07
persen penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten Tangerang
yang sudah mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan
sisanya sebanyak 3,93 persen masih belum/tidak dapat membaca
dan menulis (buta huruf). Bila dibandingkan antara penduduk laki-
laki dan perempuan, persentase penduduk laki-laki yang melek huruf
lebih tinggi dibanding perempuan, yaitu 97,81 persen berbanding
94,25 persen.
Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur
pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas
pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar
daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antardaerah dengan baik.
Tabel 2.16...
Tabel 2.16 Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2018
No. Tahun Angka Melek
Huruf
1 2013 96,37
2 2014 97,25
3 2015 96,90
4 2016 96,07
5 2017 95,92
6 2018 96,76
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017, BPS Kab. Tangerang, 2018
Pendidikan merupakan salah satu penentu kualitas penduduk.
Indikator atau ukuran yang bisa digunakan untuk melihat tingkat
kemajuan pendidikan disuatu daerah antara lain adalah dengan
melihat persentase harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan
pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Kualitas sumber daya manusia
sangatlah bergantung dari pembangunan di bidang pendidikan.
Tercatat tahun 2017 dengan penghitungan metode baru IPM tercatat
-
-58-
Harapan Lama Sekolah (HLS) selama 12,51 tahun, rata-rata
bersekolah selama 8,24 tahun atau kebanyakan memutuskan
berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP, tidak banyak peningkatan
dengan keadaan tahun sebelumnya.
Tabel 2.17 Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No Uraian 2013 2014 2015 2016 2017
1
Jumlah
penduduk
usia diatas 15
tahun
yang bisa
membaca
dan
menulis
2,164,120.38 2,263,941.10 2,334,565.19 2,393,917.41 2,469,802.83
2
Jumlah penduduk
usia 15
tahun
keatas
2,245,637 2,327,960 2,409,252 2,491,847 2,574,857
3
Angka
Melek Huruf
96,37 97,25 96,90 96,07 95,92
Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017, BPS Kab. Tangerang, 2018
Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur
pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas
pendidikan. Selain itu, karena angka melek huruf di sebagian besar
daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antardaerah dengan baik. Angka Melek Huruf dari tahun
2013-2017 nilainya berfluktuatif antara 95-97 persen, akan tetapi
jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis
tiap tahun mengalami peningkatan.
B. RATA-RATA LAMA SEKOLAH
Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai rata-rata jumlah
tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas
untuk menempuh seluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani dari
masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir.
Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Tangerang pada
tahun 2017 mencapai 8,24 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa
rata-rata penduduk Tangerang baru dapat bersekolah hingga jenjang
SMP kelas tiga. sebagai mana Tabel 2.19. Angka usia harapan hidup
-
-59-
Kabupaten Tangerang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
untuk usia harapan hidup pada tahun 2017 sebesar 69,47 tahun.
Tabel 2.18 Angka HLS, RLS, UHH Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
No. Tahun Angka Harapan Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah
(RLS)
Angka usia harapan hidup
1 2013 11,44 8,18 68,96
2 2014 11,65 8,20 68,98
3 2015 11,89 8,22 69,28
4 2016 12,11 8,23 69,37
5 2017 12,51 8,24 69,47
Sumber : BPS Kab. Tangerang, 2018
Rata-rata lama sekolah peningkatan yang dicapai oleh Kabupaten
Tangerang juga jauh lebih rendah. Pada tahun yang sama Banten dapat
mencapai peningkatan sebesar 3 sementara Tangerang hanya mencapai
0,02 atau 1,98%. Rendahnya capaian kinerja pendidikan diduga terkait
dengan relatif tingginya penduduk usia kerja yang telah memiliki
pendidikan yang relatif rendah. Sementara itu kinerja pendidikan
penduduk muda belum mampu mengimbangi kondisi pendidikan yang
telah berada pada level rendah itu.
Tabel 2.19 Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2016-2017
No. Tahun Laki-Laki Perempuan
1 2016 8,59 7,52
2 2017 8,60 7,53
Sumber : Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Banten Tahun 2017
Kualitas pendidikan perempuan menjadi lebih rendah daripada
laki-laki. Kondisi ini terlihat dari rata-rata lama sekolah penduduk
perempuan Kabupaten Tangerang usia 25 tahun ke atas yang lebih
singkat dibandingkan laki-laki, seperti yang ditunjukkan oleh besaran
RLS nya.
C. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Pada tahun 2017 APS Kabupaten Tangerang, untuk anak usia 7-
12 tahun sebesar 99,56 persen. Angka ini menunjukkan bahwa
persentase anak usia 7-12 tahun yang bersekolah hanya 99,56
-
-60-
persen, sisanya sebesar 0,43% tidak bersekolah. Anak yang tidak
bersekolah terdiri dari anak yang sudah memasuki usia sekolah tetapi
belum bersekolah dan anak yang putus sekolah. Jika dilihat
berdasarkan jenis kelamin, untuk usia 7-12 tahun anak laki-laki lebih
rendah dibanding anak perempuan, tetapi untuk anak usia 13-15
tahun partisipasi sekolah anak laki-laki lebih tinggi dibanding
partisipasi anak perempuan. Demikian juga untuk usia 16-18 tahun
partisipasi sekolah anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak
perempuan.
Sementara itu, APS anak usia 13-15 tahun lebih rendah
dibanding APS anak usia 7-12 tahun. Demikian juga APS anak usia
16-18 tahun jauh lebih rendah dibanding APS anak usia 7-12 tahun.
APS anak usia 13-15 tahun sebesar 93,41 persen dan APS anak usia
16-18 tahun sebesar 66,9 persen. Angka ini menunjukkan bahwa ada
sekitar 94 anak usia 13-15 tahun yang sedang bersekolah dari 100
anak usia 13-15 tahun. Sedangkan untuk anak usia 16-18 tahun
keadaanya lebih rendah, yaitu dari 100 anak usia 16-18 tahun hanya
sekitar 69 anak yang sedang bersekolah. Semakin tinggi usia anak,
partisipasi sekolahnya semakin menurun. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula biaya
yang harus dikeluarkan, lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.20 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Tahun 2013-2017 Kabupaten Tangerang
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 2017
SD/MI
jumlah murid usia 7-12
thn 300.653 321.014 297.026 315.607 320.479 324.186
jumlah penduduk kelompok usia 7-12
tahun
321.705 341.312 314.992 335.337 331.762 336.625
Usia SD (7 - 12) 98.62 98.75 99.47 98.84 99.26 99.66
SMP/MTs
jumlah murid usia 13-
15 thn 124.696 124.508 132.359 134.217 124.567 126.252
jumlah penduduk
kelompok usia 13-15
tahun
171.779 165.205 157.325 159.193 158.887 159.922
Usia SMP ( 13 -15) 91.53 91.27 94.32 94.56 93.41 95.69
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2017
E. ANGKA KELULUSAN (AL)
Angka Kelulusan (AL) tahun 2017 di Kabupaten Tangerang untuk tingkat
-
-61-
SD/MI sebesar 100,70%, angka kelulusan SMP/MTS sebesar 102%, dan
angka kelulusan tingkat SMA/sederajat sebesar 110%.
Tabel 2.21 Angka Kelulusan (AL) Kabupaten Tangerang
Tahun 2015-2017
No. Lulusan Sekolah
2015 2016 2017
1 SD/MI 100 100 100.70
2 SMP/MTS 100 100 102.61
3 SMA/SMK/MA 100 100 110.24
Sumber : Dinas Pendidikan, 2017
F. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan rata-rata lama hidup
penduduk suatu daerah yang mencerminkan gambaran umur yang
mungkin dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Angka harapan
hidup cenderung meningkat dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2017, tercatat pada tahun 2013 sebesar 68,96 tahun, tahun 2014
sebesar 68,98 tahun 2015 mencapai 69,28 dan tahun 2016
mencapai 69,37. Peningkatan angka harapan hidup ini
menunjukkan peningkatan derajat hidup masyarakat. Angka
Harapan Hidup Kabupaten Tangerang tahun 2017 sebesar 69,47
merupakan angka tertinggi di Banten dibandingkan dengan
Kabupaten lain dan dengan Kota Cilegon, tapi masih dibawah jika
dibandingkan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang,
serta Provinsi Banten yang sebesar 69,49. Gambar berikut ini
memberikan gambaran kondisi angka harapan hidup tingkat
Kabupaten Tangerang.
Gambar 2.12 Diagram Perkembangan Angka Harapan Hidup
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2017
Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, tahun 2017, diolah.
-
-62-
Dari diagram diatas, bahwa angka harapan hidup peningkatannya
juga rendah, hanya mencapai angka 0,65% dalam waktu lima tahun
tersebut. Rendahnya capaian kinerja angka harapan hidup terkait
dengan kinerja kesehatan secara keseluruhan.
G. Indeks Pembangunan Manusia
Dari tahun 2012 sampai 2017, tercatat capaian IPM
Kabupaten Tangerang selalu lebih rendah dari pada capaian Provinsi
Banten, walaupun masih sedikit lebih tinggi dari pada angka
nasional (lihat grafik 2.13).
Capaian angka IPM yang relatif lambat dibandingkan Banten
itu tampaknya bersumber dari kontribusi daya beli yang
peningkatnya sangat kecil hanya 0,001 atau 0,14% dari tahun 2012
ke tahun 2016 (lihat tabel 2.6). Pertumbuhan daya beli yang rendah
itu terkait dengan perkembangan sektor yang terjadi. Sebagaimana
diuraikan di atas sektor sektor penyerap tenaga terbanyak memiliki
nilai produktivitas yang relatif rendah, dengan demikian penduduk
yang bekerja pada sektor bersangkutan (pertanian dan akomodasi,
konsumsi) juga memiliki pendapatan per kapita yang relatif rendah.
Inilah alasan mengapa pertumbuhan daya beli yang dicapai
Tangerang juga rendah.
Grafik 2. 13 Angka IPM Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional Tahun
2012-2017
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2012-2017
68,83
68,9
2
70,97 71,42
70,81
-
-63-
Tabel 2. 22 Komponen Pembentuk IPM Kabupaten Tangerang, Banten dan
Nasional
Tahu
n
Rata-Rata Lama Sekolah
(%)
Angka Harapan Hidup
(UHH) Paritas Daya Beli
Kab.
Tangera
ng
Bante
n
Nasion
al
Kab.
Tangera
ng
Bante
n
Nasion
al
Kab.
Tangera
ng
Bante
n
Nasion
al
2012 8,07 8,06 7,59 68,92 68,86 72,22 11.640 11.00
8 -
2013 8,18 8,17 7,61 68.96 69,04 72,41 11.648 11.06
1 -
2014 8,20 8,19 7,73 68,98 69,13 72,59 11.666 11.15
0 -
2015 8,22 8,27 7,84 69,28 69,43 70,78 11.727 11.26
1 10.150
2016 8,23 8,37 7,95 69,37 69,46 70,9 11.863 11.46
9 10.420
2017 8,24 8
8,53 8,10 69,47 69,49 71,06 11.914
11.65
9 10.664
Sumber: Diolah dari IPM Metode Baru BPS 2010-2014, BPS tahun 2012-2016, RKPD Kabupaten
Tangerang 2017
Tingkat kesejahteraan sosial suatu masyarakat, secara makro dapat
dilihat dari tingkat pemekerjaan, IPM dan penduduk miskin. Tingkat
pemekerjaan di Tangerang dibandingkan dengan Banten maupun Nasional
ternyata tidak cukup baik. Grafik 2.14 menyajikan angka pengangguran
terbuka Kabupaten Tangerang dibandingkan Banten dan Nasional. Dari
diagram dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka Kabupaten
Tangerang selalu dalam keadaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Banten maupun angka Nasional. Salah satu hal yang dapat menjelaskan
kondisi ini adalah sifat dan karakter investasi yang terjadi. Karakter investasi
yang padat modal mampu menciptakan nilai tambah dengan cepat sehingga
menciptakan pertumbuhan yang tinggi, namun demikian sifat investasi yang
demikian kurang memiliki kemampuan untuk menyerap tenaga kerja. Faktor
lain yang mungkin menyebabkan tingginya angka pengangguran terbuka
adalah ketidakmampuan penduduk Kabupaten Tangerang untuk mengakses
pekerjaan yang ada. Kabupaten Tangerang sebagai kota industri menjadi daya
tarik luar biasa bagi penduduk luar Kabupaten Tangerang untuk bermigrasi
dalam rangka mencari pekerjaan. Para migran adalah pekerja yang telah
berbekal ketrampilan dan tekat yang tinggi, untuk itu maka jiwa perjuangan
-
-64-
para migran diasumsikan lebih tinggi. Berbeda dengan penduduk lokal yang
mungkin merasa lebih aman dengan keadaannya. Hal ini berdampak pada
kemampuan untuk bersaing, dengan daya saing yang relatif tinggi, maka
persaingan akan dimenangkan oleh penduduk pendatang.
Gambar 2.14 Perkembangan Angka Penganguran Terbuka Kabupaten Tangerang, Banten dan Nasional Tahun 2012 -2017
Sumber: Diolah dari BPS Banten dalam Angka 2012-2016 dan BPS Tangerang tahun 2012-2017
Sebagaimana diuraikan di atas, sektor penting di Kabupaten
Tangerang adalah sektor industri dengan nilai tambah yang luar bisa
tinggi dengan jumlah pekerja yang relatif rendah dibandingkan nilai
tambah yang dihasilkan. Artinya sektor terpenting di Tangerang justru
bersifat padat modal. Kondisi ini menjelaskan mengapa pertumbuhan
yang tinggi masih menyisakan demikian banyak pengangguran
terbuka.
Angka pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan
pada indikator sosial lainnya. Seseorang yang menganggur tentu
memiliki daya beli yang rendah. Rendahnya daya beli itu kemudian
kemudian berpengaruh pada capaian angka IPM.
H. Gini Rasio
Satu lagi indikator kesejahteraan sosial yang dapat didiskusikan
di sini adalah Gini Indeks yang mengukur tingkat ketimpangan
pendapatan. Grafik 2.5 menyajikan data ketimpangan pendapatan di
Tangerang dibandingkan Banten dan angka nasional. Dari diagram
terlihat bahwa dalam beberapa tahun belakangan ketimpangan
11,46
10,13
6,25
11,94
9,90
6,02
8,45 9,07
5,82
9,07 9,55
6
8,43
5,56
10,57
9,28
5,5
-
-65-
Tangerang bergerak sangat cepat melebihi angka Banten maupun
angka nasional. Jika dibiarkan angka ini akan melebihi angka
nasional. Sebagaimana diuraikan di atas ketimpangan terjadi antara
sektor industri dan jasa dengan sektor lainnya. Dari tabel 2.5 dapat
diketahui bahwa pendapatan per kapita penduduk yang bekerja di
industri pengolahan dan jasa mampu menghasilkan pendapatan per
kapita lebih dari Rp 70 juta rupiah per tahun, sementara mereka yang
bekerja di sektor akomodasi dan makan minum hanya mencapai
angka Rp 4 juta per tahun, atau hampir 20 kali lebih rendah dari
yang dicapai penduduk sektor industri.
Gambar 2.15 Gini Indeks Kab. Tangerang, Banten dan Nasional Tahun
2012-2016
Sumber: Diolah dari website BPS
Ketimpangan...
Ketimpangan yang tinggi bersumber dari dua aspek, pertama tidak
berkembangnya sektor pertanian. Dilihat dari jumlah penduduk yang
bekerja di sektor pertanian memang tidak banyak, tetapi nilai tambah
sektor ini kecil. Nilai tambah yang kecil bersumber dari tidak
berkembangnya sektor yang bersangkutan. Sebagai daerah yang
berkembang ke arah industri, permintaan lahan untuk industri cukup
tinggi, akibatnya lahan lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan
industri, sedangkan lahan pertanian bergeser ke tanah yang lebih
marginal. Sementara kebijakan yang diambil daerah lebih banyak
mendukung sektor industri yang menciptakan pertumbuhan dengan
cepat.
-
-66-
Penyebab lain dari ketimpangan adalah produkstivitas tenaga kerja
yang rendah dari sektor rumah makan, hotel dan restoran. Sektor ini
adalah sektor yang memiliki pendapatan per kapita paling rendah. Sektor
ini adalah sektor yang sangat padat tenaga kerja. Sektor ini melayani
hotel, rumah makan dan restoran dari segala segmen. Sebagai daerah
industri yang berkembang maka, dapat diduga segmen rendah adalah
yang terbanyak dari sektor ini. Kebutuhan pekerja pabrik atas akomodasi
dan konsumsi mendominasi sektor ini. Maka tidak mengherankan jika
produktivitas sektor ini jauh lebih rendah dari rata-rata kabupaten.
Pada sisi lain, sektor industri pengolahan yang menjadi penopang
utama pertumbuhan bersifat padat modal. Industri padat modal hanya
membutuhkan sedikit tenaga kerja tetapi menghasilkan nilai tambah
yang sangat tinggi. Dengan demikian maka terjadilah ketimpangan antar
antar sektor yang sangat mencolok. Dari konsisi ini sangat mudah diduga
bahwa mereka yang masih terkategorikan penduduk miskin adalah
mereka yang bekerja di sektor pertanian dan akomodasi konsumsi itu.
Ketimpangan yang tinggi akan bermuara pada penduduk yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya alias miskin. Dilihat dari
jumlahnya penduduk miskin Kabupaten Tangerang memang hanya
sekitar 2% sampai 3% penduduk, jauh lebih rendah dari angka nasional
yang masih mencapai angka diatas 10%.
Persentase penduduk miskin Kabupaten Tangerang jauh lebih
rendah dari angka nasional, namun demikian jika dilihat dari tingkat
keparahannya, penduduk miskin yang berada di Kabupaten Tangerang
kondisinya jauh lebih buruk dibandingkan Banten dan Nasional
umumnya. Indeks kedalam kemiskinan yang mengukur gap antara data
observasi dan rata-rata penduduk miskin menunjukan angka yang
dicapai Kabupaten Tangerang jauh lebih tinggi dari Banten maupun
angka nasional (lihat tabel 2.8). Tahun 2016 ketika Banten mencapai
angka jauh dibawah 0,1, Kabupaten Tangerang mencapai angka 0,79 dan
tahun 2015 kondisinya lebih buruk lagi.
Tabel 2.23 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan tahun 2013-2017
Tahun Kedalaman Kemiskinan Keparahan Kemiskinan
Tangerang Banten Nasional Tangerang Banten Nasional
2013 0,78 0,95 1,88 0,21 0,28 0,48
-
-67-
2014 0,63 0,79 1,75 0,12 0,18 0,44
2015 0,82 0,94 1,84 0,18 0,23 0,51
2016 0,79 080 1,74 0,18 0,17 0,44
2017 0,68 0,86 1,79 0,13 0,19 0,46
Sumber: diolah dari Website BPS Pusat, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten_kota
2.2.3 FOKUS SENI BUDAYA DAN OLAHRAGA
Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan
kualitas hidup manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya dan beradab.
Tabel 2.24 Jumlah Sanggar Seni dan Budaya di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
Uraian 2013 2015 2016 2017
Sanggar Seni
255 264 264 264
Seni
Tradisional 26 26 8 8
Seni Tradisi 33 33 33 33
Seni Modern
8 6 72 72
Seniman 12 12 33 33
Lembaga Seni
1 1 2 1
Galeri 1 1 1 1
Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata, 2017
2.3. Aspek...
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib
2.3.1.1. PENDIDIKAN
Pendidikan Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Tangerang tahun
ajaran 2016/2017 untuk siswa TK sebanyak 21.262 siswa, tingkat
RA sebanyak 12.950, penitipan anak sebanyak 101 anak, dan PAUD
sebanyak 3.946 siswa, sehingga jumlah usia siswa PAUD se-
Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 38.259 siswa, dengan
jumlah usia penduduk 4-6 tahun sebanyak 193.969 siswa.
Persentase partisipasi siswa PAUD yang ikut pendidikan
dibandingkan dengan jumlah anak usia 4-6 tahun adalah sekitar
-
-68-
2,03%.
Tabel 2.25 Jumlah Usia Siswa TK/RA/PAUD Tahun Ajaran 2016/2017
di Kabupaten Tangerang
URAIAN Jumlah Siswa
Siswa TK 21.262
Siswa RA 12.950
Penitipan Anak 101
PAUD 3.946
JUMLAH 38.259
Usia
PAUD/RA/TK 193.969
Sumber : Profil Disdik Kabupaten Tangerang, 2017
A. ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK)
APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat
pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk
berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa. berapapun
u