BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil...
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil Penelitian
1.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam gambaran umum lokasi penelitian, peneliti membagi dua hal yang
perlu di lihat yaitu keadaan keadaan geografis dan demografis yang di jelaskan
sebagai berikut :
1.1.1.1. Keadaan Geografis
Secara geografis Desa Dimito terletak pada 120o-22’.00” Bujur Barat
(BB), 120o-26’.45” Bujur Timur (BT), 00
o-42’.40” Lintas Utara (LU), 00
o-
45’.00” Lintang Selatan (LS). Adapun keadaan topografi Desa Dimito yaitu
memiliki ketinggian 14 meter diatas permukaan laut. Keadaan iklim Desa Dimito
yakni suhu 27 – 30 °c, Curah Hujan 2000/3000 mm.
Desa Dimito Kecamatan Wonosari adalah desa yang memilki luas wilayah
1.964 Ha. Yang terbagi menjadi lahan basah yakni sawah tada hujan yang
memiliki luas 71 Ha dan tanah kering yakni 654,50 ha, Tanah perkebunan
perorangan 81,50 ha, Tanah perkebunan swasta/HGU (tebu) 421 ha, Tanah
perkebunan rakyat 112 ha luas lahan pemukiman 702,5 Ha. Lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel sebagi berikut :
Tabel 1
Luas Wilayah Menurut Penggunaanya
No Luas Wilayah Menurut Penggunaanya Ha/m2
1 Luas persawahan
-Sawah tadah hujan
-Sawah Irigasi
71
….
2 Luas perkebunan 94,25
3 Luas Pemakaman Umum 2
4 Luas pekarangan 76
5 Luas taman 525
6 Perkantoran 1
7 Tegal/ladang 654,50
8 Pekarangan 76
9 Tanah perkebunan rakyat 112
10 Tanah perkebunan swasta/HGU (tebu) 421
11 Tanah perkebunan perorangan 81,50
12 Lapangan olahraga 1
13 Perkantoran pemerintah 1
14 Tempat pemakaman desa/umum 2
15 Bangunan sekolah/perguruan tinggi 2
(Sumber : Data Profil Desa Diimito 2013)
Desa Dimito terbagi menjadi tujuh wilayah dusun yaitu Dusun Satu,
Dusun Dua, Dusun Kali Dingin, Dusun Batu Kerujuk, Dusun Blora, Dusun Pos
Pasar dan Dusun Mutiara. Desa Dimito memiliki empat batas wilayah desa yakni
di sebelah utara berbatasan dengan Desa Sukamulya di sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Bongo Empat di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tangga
Barito dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Bongo Tiga. Berikut tabel
batas wilayah desa:
Tabel 2
Batas Wilayah Desa Dimito
No. Batas Desa/kelurahan Kecamatan
1 Sebelah utara Sukamulya Kec. Wonosari
2 Sebelah selatan Bongo 4 Kec. Wonosari
3 Sebelah timur Bongo 3 Kec. Wonosari
4 Sebelah barat Tangga Barito Kec. Dulupi
(Sumber : Data Profil Desa Diimito 2013)
1.1.1.2. Keadaan Demografi
1.1.1.2.1. Keadaan Penduduk
a. Jumlah Penduduk
Sesuai dengan data penduduk Kecamatan Wonosari yang sesuai pula
dengan laporan pendataan penduduk yang telah dilakukan oleh pemerintah Desa
Dimito yakni terdapat 2003 jiwa penduduk Desa Dimito dengan jumlah Kepala
Keluarga terdapat 528 KK. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tebel berikut :
Tabel 3
Jumla Penduduk Berdasarkan Usia
No Jenis Kelami Usia (Tahun) Jiwa
1 Laki-laki
0 – 15 tahun
16 – 55 tahun
Diatas 55 tahun
368
572
88
2 Perempuan
0 – 15 tahun
16 – 55 tahun
Diatas 55 tahun
413
487
75
Jumlah total 2003 (Sumber : Data Profil Desa Dimito 2013)
b. Etnis
Desa Dimito merupakan desa yang masyarakatnya lebih dari satu etnis (
Multi etnis) yang disebapkan oleh adanya program transmigrasi. Wilayah
transmigrasi di Desa Dimito merupakan wilayah yang secara sengaja ditempatkan
oleh pemerintah sebagai salah satu wilayah transmigrasi, hal ini dikarenakan di
Desa Dimito dianggap sebagai salah satu wilayah yang memenuhi syarat sebagai
wilayah transmigrasi. Sehingga secara sadar di Desa dimito dapat dijumpai lebih
dari satu suku bangsa (Multi etnis). Masing-masing suku bangsa ini telah
membentuk kelompok-kelompok didalam lingkungannya. Baik dalam kelompok
usaha pertanian, agama atau keyakinan maupun sosial budaya.
Selain itu juga kehidupan berkelompok masing-masing suku dilatar
belakangi oleh kondisi keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, pola kehidupan
berkelompok suku bangsa ini bersifat dinamis. Didorong oleh adanya kebutuhan
yang tidak dapat dipenuhi sendiri dan selalu membutuhkan kerja sama antara
sesama. Berikut tabel jumlah etnis desa dimito :
Tabel 4
Jumlah Etnis Desa Dimito
No ETNIS LAKI-LAKI (Jiwa) PEREMPUAN (Jiwa)
1 Jawa 68 71
2 Minahasa 11 7
3 Gorontalo 804 755
4 Lombok 145 142
Jumlah 1028 975
(Sumber : Data Profil Desa Dimito 2013)
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dalam pembangunan merupakan sektor fundamental
dalam upaya pencapaian keberhasilan pembangunan desa, karena pembangunan
itu sendiri adalah suatu proses yang terus menerus, yang dilakukan terencana
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek. Pembangunan
dilakukan dengan memaksimalakan pembangunan sumberdaya manusia yang ada.
Sehingga tingginya tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh dalam
keberhasilan pembangunan dalam suatu desa. Sehingga perlu adanya peningkatan
sarana dan prasarana pendidikan serta tingkat kesadaran masyarakat untuk
meningkatkan sumberdaya manusia dalam suatu desa.
Sesuai data profil Desa Dimito, pendidikan masyarakat Desa Dimito
terdapat sebanyak 560 jiwa tidak lulus Sekolah Dasar, 309 jiwa tingkat Sekolah
Dasar, 66 jiwa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
terdapat 34 jiwa dan lulusan perguruan tinggi terdapat 5 jiwa. Untuk lebih jelas
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5
Tingkat Pendidikan Desa Dimito
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1 A. Tidak tamat SD 560
2 B. SD 309
3 C. SLTP 66
4 D. SLTA 34
5 E. Diploma/Sarjana 5
(Sumber : Data Profil Desa Dimito 2013)
d. Agama
Sesuai data yang diperoleh bahwa terdapat dua agama yang dianut oleh
masyarakat Desa Dimito yaitu agama Islam terdapat 1981 jiwa dan pemeluk
agama Kristen terdapat 32 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel
berikut :
Tabel 6
Jumlah Penganut Agama Desa Dimito
No AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Islam 1018 orang 963 orang
2 Kristen 10 orang 12 orang
Jumlah 1028 orang 975 orang
(Sumber : Data Profil Desa Dimito 2013)
e. Keadaan Ekonomi
Ketersediaan lapangan kerja sangatlah menentukan tingkat pendapatan dan
tingkat kesejahteraan suatu desa.Desa Dimito sebagian besar penduduknya
bekerja di bidang pertanian dan sebagian lainya adalah buruh serta pegawai negeri
sipil dan pegawai pabrik. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 7
Lapangan Kerja Masyarakat Desa Dimito
No JENIS PEKERJAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Petani 477 orang 230 orang
2 Buruh tani 20 orang 12 orang
3 Pegawai Negeri Sipil 3 orang 6 orang
4 Pedagang keliling 14 orang 23 orang
5 Bidan swasta ............. orang 1 orang
6 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 1 orang ................. orang
7 Dukun Kampung Terlatih ............. orang 4 orang
8 Karyawan perusahaan swasta 2 orang ................. orang (Sumber : Data Profil Desa Dimito 2013)
Melihat data yang ada sebagian besar pekerjaan masyarakat Desa Dimito
adalah petani. Adapun komoditas pertanian Desa Dimito adalah jagung, padi
sawah, kelapa dan cokelat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table sebagi
berikut :
Tabel 8
Komoditas Desa Dimito
No Jenis Luas (ha)
1 Jagung 499
2 Padi sawah 26
3 Kelapa 39,75
4 Coklat 49,50
(Sumber : Data Profil Desa Dimito 2013)
1.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada tahun 1982, pada waktu itu Desa Dimito masih termasuk Desa
Bongo 3 Sub B telah dibuka lokasi transmigrasi yang dipersiapkan untuk
transmigran yang berasal dari kepulauan Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 50 KK. Ini merupakan tantangan bagi
Etnis Lombok sebagai etnis baru yang hidup diwilayah baru dan berada di tengah
kehidupan etnis yang lain, baik dari kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan (Etnis
Lombok) dan Kepala Desa maka diperoleh gambaran riil tentang kehidupan
Etnis Lombok diwilayah transmigrasi yakni Di Desa Dimito Kecamatan
Wonosari.
1.2.1. Keadaan Ekonomi Etnis Lombok Diwilayah Transmigrasi
Perkembangan perekonomian Etnis Lombok Di Desa Dimito dibagi menjadi
dua tahap yang dimulai dari sebelum mengikuti kegiatan transmigrasi dan setelah
mengikuti kegiatan transmigrasi. Adapun pembagian tahap perkembangan
perekonomian Etnis Lombok Di Desa Dimito terbagi sebagai berikut :
1.2.1.1. Perekonomian Etnis Lombok Di Desa Dimito Sebelum Mengikuti
Program Transmigrasi
Etnis Lombok Di Desa Dimito merupakan transmigran yang berasal dari
kepulauan Lombok Porvinsi Nusa Tenggara Barat, yang secara sadar dan sengaja
mengikuti program transmigrasi dengan tujuan untuk merubah kehidupannya
yakni dari kehidupan yang seklilingya di hantui dengan kepadatan penduduk
dalam lingkungan, dan kurangnya lapangan kerja, serta tidak adanya produktifitas
dan pendapatan yang mampu memenuhi kehidupan keluarga menuju kekhidupan
yang diharapkan sesuai dengan tujuan transmigrasi.
Sesuai hasil wawancara dengan bapak Salib ( salah satu tokoh Etnis
Lombok di Desa Dimito), beliau menyatakan sebagai berikut :
“Kehidupan kami le’lombok dulu itu sangat susah, mau nanam aja sangat
susah, karena kami ndek punya tanah buat nanam. Mau begawean kance
dengan juga susah karena loe’an yang berebut begawe. Yaah terpakse aku
kance istri aku waktu itu cuman begawean le’ sawahan smeton. yaah
hanya di gaji secukupnya, yaaah hanya untuk mangan bilang jelo, tapi
walaupun begitu itu sudah lumayan dari pada gak makan.”(Wawancara,
17-12-2014)
Maksud dari perkataan bapak Salib :
Kehidupan beliau masih dilombok sangat susah. Hal ini dikarenakan
kurangnya lahan pertanian serta kurangnya lapangan kerja sehingga membawa
keluarga beliau dalam arus kemiskinan. Sehingga beliau dan keluarga harus rela
bekerja dengan upah yang hanya mencukupi kebutuhan makan untuk sehari.
Seperti yang diungkapkan informan bahwa kehidupan mereka masih
berada di Lombok berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan
kurangnya lapangan kerja, serta tidak adanya produktifitas dan pendapatan yang
mampu memenuhi kehidupan keluarga.
Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh bapak Sudir, beliau adalah
salah satu tokoh Etnis Lombok yang juga dipercayakan sebagi Ketua LPM di
Desa Dimito. Berikut hasil wawancara dengan bapak Sudir :
“Dulu aku masih le’ Lombok bekerja sebagai buruh tembakau di salah satu
kebun punyaan ba’tur. Yaah walaupun punyaan ba’atur tetap gajinya ndek
cukup buat kehidupan.Yaah namanya le’ Lombok sama saja tetap susah
cari kelebihan. Jangankan cari lebih cari untuk mangan sejelo aja sangat
susah. pokoknya le’ Lombok no yang kaya tambah berade yang miskin
tambah ndek berade hehe.” (Wawancara, 17-12-2014)
Maksud dari bapak Sudir adalah sebagai berikut :
Dulu beliau masih di Lombok bekerja sebagai salah seorang buruh tani
tembakau, yang juga upah tiap harinya tidak mencukupi untuk menghidupi
kebutuhan keluarganya. Beliau juga menyampaikan bahwa kehidupan di Lombok
sangatlah susah yang kaya tambah kaya yang miskin tambah miskin.
Seperti yang diungkapkan bapak Sudir di atas bahwa sebelum mengikuti
program transmigrasi kehidupan mereka masih berada dibawah garis kemiskinan.
Hal ini disebabkan kurangnya lapangan kerja, serta tidak adanya produktifitas dan
pendapatan yang mampu memenuhi kebutuhan keluarga.
Begitu pula apa yang disampaikan oleh bapak Marjuki dalam wawancara
sebagai berikut :
“Kehidupan papuk le’ Lombok susah sekali, ndek nara peningkatan.
Lamun papuk begawean yang dapat cuman makan doang. Penghasilan
leman begawean ndek baun jarin jaminan kehidupan. Ape malik ara
tanggungan kanak istri hhhhmmm paling kanak istri lamun masih le’
lombok uwah jarin gelandangan. Memang dengan kaya le’ Lombok loe’
lamun dengan melarat juga loe’. Yah uwah meno, lamun papuk le’lombok
senang ndek mungkin papuk jok te.” (Wawancara, 17-12-2014)
Maksud dari bapak Marjuki sebagai berikut :
Kehidupan bapak Marjuki sewaktu masih di Lombok sangatlah susah,
tidak ada peningkatan. Kalau bapak Marjuki pergi kerja yang didapat cuman
hanya cukup untuk makan saja. Penghasilan kerja tidak bisa menjamin kehidupan.
Apa lagi ada tanggungan anak istri. Beliau sampaikan kalu seandainya masih
berada di Lombok palingan anak istri sudah jadi gelandangan. Beliau juga
mengungkapkan bahwa orang kaya di Lombok juga banyak tpi lebih banyak lagi
orang miskin. Beliau menambahkan kalau seandainya disana bapak Marjuki
senang dalam artian kehidupan mencukupi palingan bapak Marjuki gak akan ikut
program transmigrasi.
Seperti apa yang diungakapkan oleh bapak Marjuki diatas telah memberi
penjelasan bahwa sebagian besar Etnis Lombok di Desa Dimito merupakan
penduduk berada dibawah garis kemiskinan yang ingin merubah kehidupanya
dengan mengikuti kegiatan transmigrasi.
Apa yang disampaikan informan diatas bahwa perekonomian Etnis
Lombok sebelum mengikuti program transmigrasi rata-rata berada dibawah garis
kemiskinan. Sehingga hal itu dijadikan sebagai motivasi Etnis Lombok untuk
mengikuti program transmigrasi.
1.2.1.2. Perekonomian Etnis Lombok Di Desa Dimito Setelah Mengikuti
Program Transmigrasi
Program Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah
dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran
penduduk, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktifitas dan
peningkatan pendapatan bagi mereka yang menjadi masyarakat transmigran.
Berdasarkan hal tersebut maka sudah sewajarnya para transmigran mengalami
perubahan kehidupan terutama yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi.
Sesuai hasil wawancara dengan bapak Salib ( salah satu tokoh Etnis
Lombok di Desa Dimito), beliau menyatakan sebagai berikut :
”Setelah aku bareng keluarga uwah le’ te ni uwah ara perubahan
kehidupan. Karena kami uwah ara ladang untuk menanam. yang
merupakan jatah dari pembagian program transmigrasi. Bahkan sampai
sekarang kami uwah ara lahan sawah walaupun masih sawah tadah hujan.
Tapi yang penting uwah mampu mandiri dan memberikan sedikit
kelebihan dibandingkan dengan masih waktu le’ Lombok.” (Wawancara,
17-12-2014)
Maksud dari bapak Salib tersebut diatas adalah sebagi berikut :
Setelah beliau dan keluarga telah berada dilokasi transmigrasi sudah
tentunya kehidupan sudah mulai berubah. Karena bapak Salib punya tanah untuk
bertani bahkan sampai sekarang mereka sudah punya lahan persawahan walaupun
masih tada hujan. Yang terpenting bagi bapak salib adalah sudah mampu hidup
mandiri dan bisa ada tabungan untuk masa depan.
Selain hasil wawancara tersebut penghasilan bapak Salib juga dapat dilihat
dalam gambar proses penggilingan hasil pertanian sebagai berikut :
Gambar 1
Proses Penggilingan hasil Pertanian Bapak Salib
Apa yang diungkapkan dan menurut gambar yang ada menun jukan bahwa
keadaan ekonomi bapak Salib setelah mengikuti program transmigrasi \sudah
mulai meningkat, dalam artian sejak mereka berada dilokasi transmigrasi sudah
mampu hidup mandiri dengan ketersedian lahan pertanian yang ada.
Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh tua’ Sudir, beliau adalah
salah satu tokoh Etnis Lombok yang juga dipercayakan sebagai Ketua LPM di
Desa Dimito. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Sudir :
“Kalau seandainya kehidupan disana lebih baik dari pada le’te ndek
mungkin sampai sekarang tua’ sudir masih bertahan le’te, jujur tujuan tua’
kance keluarga le’te ni untuk merubah kehidupan. Kalau dulu hanya
begawean le’ ladang dengan, Alhamdulillah sekarang tua’ uwah ara ladang
sendiri bahkan sawah juga uwah ara. Yah lumayanlah uwah bisa bangun
rumah Alhamdulillah.” (Wawancara, 17-12-2014)
Maksud dari bapak Sudir adalah sebagai berikut :
Maksud dari bapak Sudir bahwa setelah berada Desa Dimito dalam hal ini
mengikuti program transmigrasi kehidupan beliau mulai berubah dan sudah bisa
hidup sendiri dengan mengelola lahan pertanian milik sendiri sehingga
pembangunan telah dirasakan oleh beliau.
Selain hasil wawancara tersebut keadaan ekonomi bapak Sudir juga dapat
dilihat dalam gambar proses penggilingan hasil pertanian sebagai berikut :
Gambar 2
Proses penggilingan hasil pertanian bapak Sudir
Apa yang diungkapkan dan dari gambar yang ada tersebut memberi
petunjuk bahwa setelah mengikuti program transmigrasi kehidupan transmigran
ini sudah terdapat peningkatan khususnya dibidang ekonomi, dalam artian sejak
mereka berada dilokasi transmigrasi sudah mampu hidup mandiri dengan
ketersedian lahan pertanian yang ada.
Begitu pula apa yang disampaikan oleh bapak Mubni dalam wawancara
sebagai berikut :
“Alhamdulillah setelah tua’ uwah jok te uah mulai ara perubahan
kehidupan artinya uwah lebih baik kalau dibandingkan dengan masih le’
Lombok. Le’ te ni tua’ uwah jarin seperti dengan lain. kalau dengan lain
ara rumah untuk tinggal tua’ malik uwah ara, kalau dengan lain uwah ara
motor, tua’ juga uwah ara. Ne berkat tua’ uwah ara tanah begawean.”
(Wawancara, 17-12-2014)
Maksud dari bapak Mubni tersebut adalah sebagai berikut :
Setelah bapak Mubni mengikuti program transmigrasi, kehidupan beliau
sudah mulai berubah dari yang dulunya serba kekurang Alhamdulillah sudah sama
dengan kehidupan orang lain, misalnya saja kalau yang orang lain ada motor
bapak Mubni juga punya.Menurut beliau hal itu terjadi karena ketersediaan
lapangan kerja.
Selain hasil wawancara tersebut keadaan eknomi bapak mubni juga dapat
dilihat dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 3
Bapak Mubni Sedang Memperbaiki Motor Miliknya
Dari gambar yang ada menunjukan bahwa bapak Mubni telah mengalami
peningkatan dari segi ekonomi. Yang dulunya masih berada di Lombok belum
memiliki kendaraan, Setelah ikut program transmigrasi Alhamdulillah beliau
sudah memiliki kendraan seperti motor.
Apa yang disampaikan informan diatas bahwa perekonomian Etnis
Lombok setelah mengikuti program transmigrasi rata-rata berada padatahap
peningakatan yang didukung oleh adanya ketersedian lapangan pekerjaan dilokasi
transmigrasi.
1.2.2. Perkembangan Hubungan Sosial Dan Budaya Etnis Lombok Di Desa
Dimito
1.2.2.1. Bentuk Interaksi Sosial Etnis Lombok Di Desa Dimito
Bentuk interaksi sosial Etnis Lombok yang terjadi dapat dilihat dari
tingkat proses adaptasi Etnis Lombok di Desa Dimito, bentuk kerja sama Etnis
Lombok di Desa Dimito dan tingkat konflik Etnis Lombok di Desa Dimito.
a. Proses Adaptasi Etnis Lombok Di Desa Dimito
Adaptasi merupakan proses penyesuaian terhadap apapun yang terjadi
secara alamiah baik di dalam lingkungan hidup atau dalam sistem manusia
sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi terkait dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
Sesuai hasil observasi peneliti melihat bahwa dalam kehidupan sehari-hari
Etnis Lombok menggunakan bahasa lombok dan bahasa Indonesia. Bahasa
Lombok biasanya digunakan pada situasi tertentu. Seperti jika pada saat berbicara
dengan sesama Etnis Lombok dan bahasa Indonesia itu digunakan pada saat
berbicara dengan masyarakat lokal. Jadi Etnis Lombok yang ada di Desa Dimito
ini tidak sulit untuk berkomunikasi.
Sesuai hasil wawancara dengan tua’ Marjuki ( salah satu tokoh Etnis
Lombok di Desa Dimito), beliau menyatakan sebagai berikut :
“Awalnya tua’juga agak sulit lampak-lampak kance suku lain le’ te, karena
tua’ ndekman tao bahase. Tpi lama-lama tua’ uwah baun bergaul kance
suku lain juga le’te. Karena sekedi-sekedi tua’ juga uwah tao’ bahasa suku
lain le’te, macam Jawa kance Gorontalo. kalau tua’ sehari-hari pake
bahase Lombok, tapi kalau ba’tur ngeraos tua’ ndek tao bahase Lombok,
tua’pake malik bahase Indonesia tergantung kance hai tua’ ngeraos.”
(Wawancara, 18-12-2014)
Maksud dari bapak Marjuki tersebut adalah sebagai berikut :
Pada awalnya memang sulit untuk bergaul dan beradaptasi dengan suku
lain Di Desa Dimito.tapi seiring dengan waktu bapak Marjuki juga sudah
mengerti bahasa dan bisa bergaul dengan suku lain. Keseharian bapak Marjuki
menggunakan bahasa Lombok tapi kalau lawan bicara beliau tidak ngerti bahasa
Lombok beliau menggunakan bahasa Indonesia. Artinya bapak Marjuki
menyesuaikan dengan siapa beliau berbicara.
Selain hal tersebut, bapak Marja’ah juga menambahkan dalam hasil
wawancara sebagai berikut :
“Tua’ kance istri akrab kance tetangga le’ te ni. Apalgi tua’ punya
warung hampir tiap hari selalu ada komunikasi kance dengan te. Kalau
dalam keseharian tua’ pake bahasa Lombok tapi kalau ba’tur ngeraos,
ndek tao bahasa Lombok, uwah tua’ pake malik bahasa Indonesia. Kalau
menurut tua’ yang penting ndek menyinggung tidak apa-apa kita cerita
dengan siapa saja.” (Wawancara, 18-12-2014)
Maksud dari bapak Marja’ah tersebut adalah sebagi berikut :
Bapak Marja’a dengn istri sudah akra dengan tetangga di lingkunganya.
Apagi eliau punya warung yang jelas tiap hari komunikasi selalu ada baik dengan
Etnis Lombok mapn dengan suku lain. Bapak Marja’ah juga menjelaskan bahwa
kalau beliau sedang komunikasi dengan sesame suku beliau menggunakan bahasa
Lombok kalau dengan suku lain saya mnggunakn bahasa Indonesia. Yang
terpenting menurut beliau ialah tidak menyinggung perasan itu tidak jadi
persoaaln dalam berkomunikasi.
Selain itu juga bapak Suhirman menambahkan dalam wawancara sebagai
berikut :
“Pertama Tua’ disini memang sangat sulit untuk berbicara dengan suku
lain disini. Bahkan ada kalau dulu kita ketemu dengan suku lain mereka
gak mau di ajak bercerita terkadang mereka pergi begitu saja. Tapi lama-
lama kita sudah akrab bahkan sebagian dari kami maupun mereka sudah
saling mengerti bahasa. kalau bapak sendiri sudah tau bahasa jawa, karena
teman pergi ke brentekan dengan orang Jawa jadi cepat tau. Kalu teman
yang lain bahkan bahasa Jawa dengan bahasa Gorontalodah dimengerti.”
(Wawancara, 18-12-2014)
Maksud dari bapak Suhirman adalah sebagi berikut :
Pertama bapak Suhirman memnag sangat kesulitan untuk berkomunikasi
dengan penduduk setempat. Tapi lambat laun komunikasi juga tetap terjalin
bahkan sedikit demi sedikit bapak marja’ah sudah saling mengerti bahasa. orang
ombok mulai mengerti bahasa suku lain maupun sebaliknya.
Berikut adalah gambar proses komunikasi yang terjadi antara Etnis
Lombok dengan orang Gorontalo :
Gambar 5
Proses Komunikasi Etnis Lombok Dengan Suku lain
Dari gambar di atas menunjukan bahwa adaptasi yang dilakukan Etnis
Lombok di desa Dimito berjalan dengan baik. Hal ini disebakan oleh adanya rasa
saling memahami antara sesama masyarakat di Desa Dimito.
Apa yang disampaikan informan dan dari gambar tersebut menunjukan
bahwa mereka tidak mengalami kesulitan yang bebarti dalam beradaptasi. Hal ini
dalam artian penyesuaian diri terhadap sesama penduduk atau Etnis Lombok
dengan suku lain. Mereka hanya mengalami kesulitan dengan bahasa daerah
setempat. Tetapi lambat laun seiring dengan berjalannya waktu semua kesulitan
itu dapat teratasi karena sifat kekeluargaan yang lahir dari setiap suku.
b. Bentuk Kerja Sama Etnis Lombok Di Desa Dimito
Kerja sama di sini di maksudkan sebagai suatu usaha bersama antara
orang-perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya dan kelompok lainnya. Adapun kerjasama Etnis Lombok dengn
suku lain dapat dilihat dalam hasil wawancara.
Sesuai hasil wawancara dengan bapak Nasirin dapat diperoleh informasi
sebagai berikut :
“Kalau kerja samanya kita Etnis Lombok disini biasanya dalam bentuk
kegiatan gotong royong membangun fasilitas umum seperti kantor desa
membangun masjid, lapangan. Baru-baru saja kami bersama membangun
jalan untuk tembusan ke Dusun kuala dingin”. (Wawancara, 19-12-2014)
Maksud dari bapak Nasiri adalah sebagai berikut :
Kerja sama yang dibangun oleh Etnis Lombok di Desa Dimito yaitu
melalui kegiatan gotong royong yang membangun fasiitas-fasilitas umum. Seperti
membangu masjid, membangun kantor desa jalan dan lain-lain yang terkait
dengan kepentingan bersama.
Kemudian bapak Sudiarto menambahkan dalam hasil wawancara sebagai
berikut :
“biasanya kalau ada orang yang kawin dari kita Etnis Lombok ikut
membantu misalnya membangun tenda, ibu-ibu juga membantu didapur
untuk masak begitupun sebaliknya. Begitu juga kalo ada yang meninggal
pasti kita saling membantu. Mengantar mayat untuk dimakamkan,
kemudian ikut ta’ajiah.” (Wawancara, 19-12-2014)
Maksud dari bapak Sudiarto tersebut adalah sebagi berikut :
Kegiatan kerja sama Etnis Lombok terjalin dikala ada pesta perkawinan
pada suku lain maupun sebaliknya. Selain itu juga kerja sama terjalin dikala ada
kedukaan. Dalam artian Etnis Lombok turut membantu proses kegiatan
pernikahan ataupun kedukaan.
Berikut bapak Iton juga menambahkan dalam hasil wawancara sebagai
berikut :
“Biasanya Etnis Lombok jaga baku bantu bakarja di kantor desa, ba
bekeng jalan, bagitu olo kalau ada orang kaweng dorang kuat baku bantu.
Apa lagi kalau ada orang maninggal kasana pasti dorang hadir hadir sama-
sama baku bantu dan dorang olo ikut acara ta’jiah.” (Wawancara, 20-12-
2014)
Maksud dari bapak Iton tersebut adalah sebagai berikut :
Etnis Lombok di Desa Dimito selalu bekerja sama dalam mengerjakan
pekerjaan yang terkait dengan kepentingan umum. Misalnya dalam kerja bakti
yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah desa maupu kegiatan yang
diselenggarakan orang perorang,
Selain hal tersebut di atas bapak kepala desa Dimito yakni bapak
Syahrudin Maliki juga menambahkan dalam hasil wawancara sebagai berikut :
“kerja sama Etnis Lombok disini sangat baik, biasanya dilakukan disaat
ada pekerjaan yang perlu diselesaikan bersama. Misalnya ada perbaikan
jembatan, Perbaikan Jalan, apalagi ada hari-hari besar seperti acara 17
agustus, maulid nabi dan hajatan lain, mereka saling bahu membahu untuk
bergotong-royong untuk menyukseskan kegiatan tersebut.” (Wawancara,
20-12-2014)
Maksud dari bapak kepala desa Dimito tersebut adalah sebagai berikut :
kerja sama yang dibangun oleh Etnis Lombok di Desa Dimito dilakukan
disaat ada pekerjaan yang perlu diselesaikan bersama dalam hal ini terkait dengan
fasilitas umum dan acara-acara hajatan. Etnis Lombok bahu-mambahu untuk
menyukseskan kegiatan yang akan diselenggrakan tersebut.
Berikut adalah gambar kerja sama Etnis Lombok dalam pembangunan
jalan menuju gunung malang terlihat sebagai berikut :
Gambar 6
Kegiatan Gotong Royong Etnis Lombok Dengan Suku Lain dalam
Pembuatan Jalan di gunung Malang
Apa yang disampaikan beberapa informan dan dilihat dari gambar
tersebut menunjukan bahwa Etnis Lombok di Desa Dimito selalu bekerja sama
dalam mengerjakan pekerjaan yang terkait dengan kepentingan umum. Dalam hal
ini kerja bakti yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah desa maupun kegiatan
yang diselenggarakan bersama dalam bentuk hajatan-hajatan dan hari-hari besar
tertentu.
c. Tingkat Pendidikan Etnis Lombok Di Desa Dimito
Pendidikan merupakan salah satu agenda penting dan strategis yang
menuntut perhatian sungguh-sungguh dari semua pihak. Sebab, pendidikan adalah
faktor penentu kemajuan bangsa di masa depan. Jika kita, sebagai bangsa, berhasil
membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang yang lain.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia (human
investment), yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu
bangsa. Bangsa-bangsa maju di dunia pasti ditopang oleh SDM berkualitas,
sehingga memiliki keunggulan hampir di semua bidang, termasuk ekonomi.
Adapun tingkat pendidikan etnis Lombok di desa Dimito secara
keseluruhan masih terbilang rendah. Karena hal ini dipengaruhi oleh adanya
tingkat ekonomi etnis Lombok di daerah asal yang tidak mendukung untuk
melanjutkan pendidikan sampai kejenjang yang diinginkan. Untuk lebih jelas
dapat dilihat dalam hasil wawancara dengan informan.
Hasil wawancara dengan bapak Jaidun dapat di peroleh informasi sebagai
berikut :
“Dengan lombok le’te ndekman ara yang sekolah samapai tinggi-tinggi.
cuma sampai di SMA doang. Kalau tua’ sebenarnya meleh lanjutin
sekolah le’ SMA bahakan sampai le’ sekolah tinggi. Tapi, kendalanya dulu
waktu masih le’ Lombok ndekman ara kepeng untuk sekolah. Jadi tua’
kance keluarga pasrah aja. Karena ndek baun juga memaksakan kehendak.
Yah Insya Allah kedepan untuk anak-anak tua’ uwah baun lanjutin
sekolah. Amiin.
Maksud dari pak Jaidun tersebut adalah sebagai berikut:
Orang Lombok disini belum ada yang melanjutkan samapai diperguruan
tinggi. Cuma setingkat SMA saja. Kalau pak Jaidun sebenarnya punya keinginan
untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SMA bahkan samapai di perguruan
tinggi. Tapi, kendalanya dulu beliu masih berada dilombok belum memiliki biaya
unutk sekolah. Jadi bapak jaidun dan keluarga pasrah aja. Karena menurut beliau
bahwa tidak bias jugaemaksakan kehendak. Beliu berharap kedepan anak-anak
beliau bisa melanjutkan sekolah.
Apa yang disampaikan informan tersebut menunjukan bahwa tingkat
pendidikan orang Lombok rata- rata rendah karena hal ini dipengaruhi oleh
adanya ekonomi mereka sewaktu masih berada di daerah asal. Namun mereka
masih punya keinginan untuk menyekolahkan para generasi, anak cucu mereka
untuk mengenyam pendidikan samapai diperguruan tinggi.
d. Integrasi Etnis Lombok Di Desa Dimito
Integrasi merupakan pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan
sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. Sesuai hasil wawancara dengan bapak
Badri dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
“Selama saya disini belum ada perkelahian yang terjadi, Karena kami
disini hidup rukun dan saling menghargai antara sesama, baik itu berbeda
agama mapun suku. tapi kalau perbedaan pendapat itu ada, apalagi waktu
pemilihan kepala desa. Soalnya setiap suku ada perwakilan calon jadi
suasananya agak memanas. Tapi bagi kami itu hal yang wajar saja.”
Maksud dari bapak Badri tersebut adalah sebagai berikut :
Selama beliau berada di lokasi transmigrasi beliau belum pernah melihat
adanya konflik, karena mereka hidup rukun di desa Dimito. dalam artian hampir
tidak pernah ada konflik fisik yang terjadi hanya konflik non fisik yang terjadi
seperti perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan.
Misalnya dalam pemilihan kepala desa karena hal ini dipengaruhi adanya
perwakilan calon di setiap suku di desa Dimito.
Kemudian bapak Mustiawan juga menambahkan dalam hasil wawancara
sebagai berikut :
“Kalu kami Etnis Lombok disini baik-baik, gak suka kalau ada masalah. Kalau
ada masalah, kami selalu menghindar karena kami tidak mau kehadiran
kami disini disangka jadi pengacau. Kalau cuma perbedaan pendapat itu
wajar saja, seperti kalau ada rapat di kantor desa perbedaan pendapat itu
hal biasa saja. Macam kemarin itu pembagian lahan kelapa sawit sempat
memanas tapi tidak samapai bakelahi.” (Wawancara, 21-12-2014)
Maksud dari bapak mustiawan adalah sebagai berikut :
Beliau menjelaskan bahwa Etnis Lombok di desa Dimito itu baik-baik,
kalau misalnya ada masalah mereka selalu mencoba untuk mengihindari.karena
mereka hawatir jangan sampai kehadiran mereka di Desa Dimito terindikasi
sebagai pemicu kekacauan. Menurut beliau bahwa kalau perbedaan pendapat itu
hal yang wajar terjadi di rapat-rapat atau musyawarah di Desa Dimito.
Selain hal tersebut di atas bapak kepala desa Dimito yakni bapak
Syahrudin Maliki juga menambahkan dalam hasil wawancara sebagai berikut :
“Selama ti Ayah jadi bulum pernah ada laporan terkait dengan adanya
konflik dilingkungan Etnis Lombok. Karena dorang hidup dengan tentram
dan saling menghargai. Cuma kalau perbedaan pendapat itu hal yang
wajar. bisanya dalam musyawarah itu sering kali terjadi.” (Wawancara,
21-12-2014)
Maksud dari Kepala Desa Dimito adalah sebagai berikut :
Beliau menjelaskan bahwa selama beliau menjabat belum pernah masuk
laporan terkait dengan konflik yang di lingkungan Etnis Lombok, hali ini
disebabkan karena Etnis Lombok memiliki sifat saling menghargai antara sesame.
Beliau juga menjelaskan bahwa kalau adanya perbedaan pendapat yang terjadi,
menurut beliau itu hal yang wajar saja, biasanya hal tersebut terjadi dikala ada
rapat-rapat atau musyawarah.
Dari hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa di lingkungan Etnis
Lombok hampir tidak pernah ada konflik fisik yang terjadi hanya konflik hanya
perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan.
Contohnnya dalam musyawarah pemilihan kepala desa dan dalam musyawarah
pembagian lahan pertanian.
1.2.2.2. Keadaan Budaya Etnis Lombok Di Desa Dimito
a. Keadaan budaya Lombok ditengah mayoritas Orang Gorontalo
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
itu. Sehingga masing-masing individu atau suku bangsa memiliki kebudayaan
tersendiri.
Budaya Lombok dikenal dengan kebiasaanya memakai sarung. Hal ini
berawal dari ketekunan Etnis Lombok dalam beribadah. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman hal itu telah mengalami perubahan dalam keseharian
mereka. Dimana Etnis Lombok yang biasanya dalam kegiatan keseharia dalam
acara silaturahim dan jalan-jalan keliling desa selalu memakai sarung, kini
cenderung telah menggunakan celana. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam hasil
wawancara dengan bapak Mubni sebagai berikut :
“ Dulu Kalau tua’ lampak-lampak le’te lebih deman pakai sarung
daripada celana. Karena leman shoalat biasa tua’ langsung lampak-lampak
le’balen ba’tur. Tapi skarang tua’ uwah ndek meleh pakai sarung. Tua’
sekarang uwah malu kance dngan Gorontalo yang biasa pakai celana.
Karena kalau tua’ pakai sarung dngan gorontalo bilang baru abis disunat.
Hehe tu’a jarin malu kance ba’tur Gorontalo.
Maksud dari bapak Mubni tersebut adalah sebagai berikut :
Dulu kalau paman lebih suka menggunakan sarung daripada celana.
Karena dari shoalat biasanya langsung jalan – jalan kerumah teman. Tapi
sekarang paman sudah cenderung memakai celana. paman sudah malu sama
teman-teman orang gorontalo yang biasanya pakai celana. Karena kalau paman
pakai sarung orang gorontalo dibilangin sama orang Gorontalo kalau paman abis
disunat.jadi paman malu sama teman-teman gorontalo.
Dari penjelasan informan tersebut telah jelas bahwa Etnis Lombok didesa
Dimito telah dipengaruhi oleh suku mayoritas yaitu suku gorontalo. Dimana Etnis
Lombok yang keseharianya biasanya menggunakan sarung kini telah berubah dan
telah menggunakan celana dalam keseharianya.
b. Asimilasi
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu
asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau
kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha
mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama. Keadaan budaya etnis Lombok di desa Dimito
dapat dilihat dalam hasil wawancara.
Sesuai hasil wawancara dengan bapak Jaidun dapat diperoleh informasi
sebagai berikut :
“ Budaya kita le te ndekman ara yang berubah cuma kalau ara yang biasa
kita dngan Lombok laksanakan dianggap sulit dan masih ara yang
gampang untuk kita lakukan itu kami ikuti. Itu seperti diacara pernikahan,
kebiasaan kami le te lamun le resepsi no kami mangan bareng-bareng.
Tapi kami lelah doang dalam penyediaan dengan mangan, jadi kami ikuti
saja cara resepsi yang biasa dengan jawa lakukan le te. itu dibuat satu
ruangan khusus mangan dan siapa yang datang duluan dia yang duluan
mangan begitu seterusnya secara gantian sampai selesai acara. kecuali para
tokoh-tokoh dengan Lombok, itu memang ada tempat khusus dan mereka
duluan mangan dibandingkan dengan peserta undangan.” (Wawancara, 21-
12-2014)
Maksud dari bapak Jaidun tersebut adalah sebagai berikut :
Budaya etnis Lombok Didesa Dimito tidak ada yang berubah, akan tetapi
dengan adanya budaya orang jawa yang dianggap lebih baik dan mempermudah
proses berlangsungnya acara resepsi pernikahan, sehingga Etnis Lombok di Desa
Dimito mengkolaborasikan dua kebudayaan tersebut. Terkecuali para tokoh-tokoh
atau pemuka adat Etnis Lombok di Desa Dimito.
Kemudian bapak Mubni juga menambahkan dalam hasil wawancara
sebagai berikut :
“Budaya kami le te memang ndekman berubah, kami selalu menjaga
kelestarian budaya kami le te, kalaupun berubah itu hanya tambahan saja
supaya bagus pelaksanaan dalam acara. Seperti le acara pernikahan kalau
le resepsi biasanya tamu undangan no magan bareng-bareng. Tapi ternyata
kami kuawalahan juga dalam penyediaan manganan, sehingga kami
mencoba menambahkan cara resepsi yang biasa dengan jawa laksanakan le
te. Tapi itu khusus tamu undangan doang, lamun dengan tokoh- tokoh adat
kita seperti biasa saja, cuma ada tempat khusus buat mereka. Seperti
acaranya Abdul itu kan kamu liat sendiri.” (Wawancara, 21-12-2014)
Maksud dari bapak Mubni tersebut yakni sebagai berikut :
Badaya Etnis Lombok di Desa Dimito itu tidak berubah, mereka selalu
melestarikan budayanya, kalau ada perubahan itu hanya kolaborasi aja supaya
pelaksanaan bagus dan mudah, seperti halnya diacara pernikahn Etnis Lombok,
kalau di resepsi biasanya tamu undangan itu mangan secara serentak. Tapi karena
mereka kuawalahan dalam penyediaan manganan sehingga mereka mengikuti cara
resepsi yang biasa dengan jawa laksanakan. Tapi itu dikuhususkan kepada tamu
undangan saja. Kalau para pemuka adat Etnis Lombok itu ada tempat khusus.
Gambar proses pelayanan Etnis Lombok dalam resepsi acaraa perkawinan
di desa Dimito dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 6
Acara Pelayanan Resepsi Pernikahan Etnis Lombok
Dari gambar tersebut menunjukan bahwa budaya Etnis Lombok di desa
Dimito dalam pelayanan acara resepsi pernikahan telah mengalami percampuran.
Dimana telah dibuat satu kamar (yang terlihat di bagian kiri gambar) untuk tamu
atau para undangan yang hadir dalam acara resepsi tersebut.
Apa yang disampaikan beberapa informan dan dari gambar tersebut
menunjukan bahwa budaya Etnis Lombok di Desa Dimito telah mengalami
Percampuran budaya jawa yang digabung dengan adat budaya Lombok sehingga
akan meninggalkan tradisi adatnnya yang asli.
1.2.3. Pembangunan Desa Dimito
Salah satu faktor pembangunan dalam suatu desa yaitu faktor sosial
budaya. Faktor sosial budaya merupakan hal yang tidak kalah penting dalam
mensukseskan pembangunan, hal ini semakin jelas dari pengalaman bahwa
pembangunan tidak berhasil, walaupun kekayaan ekonomis primer melimpah
ruah, karena kekayaan ekonomi primer tergantung kepada mentalitas, pola
tindakan manusia yang terlibat dalam proses pembangunan itu, sedang pola
tindakan ditentukan oleh kuantitas manusia, pola hubungan kemasyarakatan.
Sehingga secara tidak langsung kehadiran Etnis Lombok dapat berpengaruh
terhadap pembangunan desa Dimito.
Hal ini dapat dilihat pada pembangunan Desa sebelum adanya masyarakat
transmigrasi yang salah satunya berasal dari Daerah Lombok yang masuk ke Desa
Dimito. Dimana yang awalnya Desa Dimito merupakan desa yang masih terbilang
hutan belantara yang tidak layak dihuni serta infrastrukturnya yang lemah seperti
halnya jalan raya yang menjadi salah satu penghubung antara desa dengan Desa
lainnya tidak tersedia. Akan tetapi, setelah adanya masyarakat transmigrasi yang
ditempatkan di Desa Dimito, keadaan pun kian berubah, yang dulunya Desa
Dimito merupakn Desa yang terlihat sebagai Hutan belantara kini telah menjadi
salah satu Desa yang layak untuk dihuni, pembangunan-pembangunan yang
dulunya tidak tersedia kini telah tersedia untuk masyarakat Desa Dimito dengan
masyarakat sekitar.
Seperti halnya yang didapatkan pada beberapa informan yang berhasil
diwawancarai. Seperti yang didapat dari hasil wawancara dengan Bapak Iton
yakni sebagai berikut :
“ Waktu bulum ada ini dorang orang trans disini Desa Dimito ini madelo
hutan uwty, masih banyak depe pohon-pohon yang basar skali disini ini, kong
kalu dulu m bajalan disini torang mesti mo pake tolu kong bulum ada olo depe
jalan tembusan kamari. Tapi sekarang torang lebe so sanang so banyak rumah-
rumah dan orang-orang yang kasana kamari. (Wawancara, 21-12-2014)
Maksud dari bapak iton tersebut diatas adalah sebagai berikut :
“ Waktu belum ada mereka orang transmigrasi disini, Desa Dimito ini
seperti hutan, masih banyak pohon-pohon yang besar sekali disini, dan jika
sedang berjalan harus memakai alat pelindung kepala dan juga belum ada jalan
yang menjadi penghubung untuk ke Desa Dimito. Tapi sekarang mereka ebih
senang karna sudah banyak rumah-rumah dan orang-orang yang lalu lalang.
Dari penjelasan diatas dimana Desa Dimito yang sebelumnya menjadi
tempat dimana masyarakat transmigrasi di tempatkan, masih menjadi salah satu
Desa yang ditumbuhi oleh pohon-pohon besar atau dapat dikatakan masih hutan
yang belum layak untuk di huni. Tapi setelah masyarakat transmigrasi
ditempatkan di Desa Dimito telah membawa banyak perubahan dalam hal
pembangunan Desa serta infrastruktur dan akses yang dapat menghubungkan
mereka dengan Desa sekitar.
1.3. Pembahasan
1.3.1. Keadaan Ekonomi Etnis Lombok Di Desa Dimito
Keadaan perekonomian Etnis Lombok Di Desa Dimito dibagi menjadi dua
tahap yang dimulai dari sebelum mengikuti kegiatan transmigrasi dan setelah
mengikuti kegiatan transmigrasi.
1.3.1.1. Perekonomian Etnis Lombok Di Desa Dimito Sebelum Mengikuti
Program Transmigrasi
Etnis Lombok Di Desa Dimito merupakan transmigran yang berasal dari
kepulauan Lombok Porvinsi Nusa Tenggara Barat, yang secara sadar dan sengaja
mengikuti program transmigrasi dengan tujuan untuk merubah kehidupannya
yakni dari kehidupan yang seklilingya di hantui dengan kepadatan penduduk
dalam lingkungan, dan kurangnya lapangan kerja, serta tidak adanya produktifitas
dan pendapatan yang mampu memenuhi kehidupan keluarga menuju kekhidupan
yang diharapkan sesuai dengan tujuan transmigrasi. Yakni, sebagai salah satu
bentuk upaya pemerintah dalam mengambil keputusan, guna tercapainya
keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja, serta
meningkatkan produktifitas dan peningkatan pendapatan bagi mereka yang
menjadi masyarakat transmigran (Yudohusodo 1998 : 77).
Sesuai dengan apa yang disampaikan informan, dapat diperoleh informasi
bahwa perekonomian dengan Lombok sebelum mengikuti program transmigrasi
rata-rata berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
tanah yang dapat diolah sebagai sumber kehidupan dan kurangnya lapangan
pekerjaan yang akan dijadikan sebagai jaminan kehidupan untuk memenuhi
kehidupan keluaraga. Sehingga hal itu dijadikan sebagai motivasi Etnis Lombok
untuk mengikuti program transmigrasi.
1.3.1.2. Perekonomian Etnis Lombok Di Desa Dimito Setelah Mengikuti
Program Transmigrasi
Program Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah
dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran
penduduk, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktifitas dan
peningkatan pendapatan bagi mereka yang menjadi masyarakat transmigran.
Berdasarkan hal tersebut maka sudah sewajarnya para transmigran mengalami
perubahan kehidupan terutama yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi
(Yudohusodo ,1998 : 78).
Salah satu peranan program transmigrasi yang menonjol ialah
pemanfaatan sumber daya alam yang te rsedia dan pemanfaatan sumberdaya alam
yang tersedia dan penyaluran potensi sumberdaya manusia dalam rangka
peningkatan kesejahteraan dan pembangunan wilayah.Program transmigrasi juga
merupakan kegiatan investasi, baik dalam bentuk human investmen maupun
capital investmen. Sebagai proyek human investmen, program transmigrasi
memberikan dampak positif dalam bentuk peningkatan kualitas dan kesejahteraan
transmigrandan masyrakat disekitarnya (Yudohusodo ,1998 : 78).
Apa yang disampaikan informan, dapat diperoleh informasi bahwa
perekonomian Etnis Lombok setelah mengikuti program transmigrasi rata-rata
berada pada tahap peningakatan. Hal ini didukung oleh adanya ketersedian
lapangan pekerjaan berupa tanah yang dapat dijadikan sebagai ladang dan sawah
dilokasi transmigrasi.
1.3.2. Perkembangan Hubungan Sosial Dan Budaya Etnis Lombok Di Desa
Dimito
1.3.2.1. Bentuk Interaksi Sosial Etnis Lombok Di Desa Dimito
Bentuk interaksi sosial dengan Lombok yang terjadi dapat dilihat dari
tingkat proses adaptasi Etnis Lombok di Desa Dimito, bentuk kerja sama Etnis
Lombok di Desa Dimito dan tingkat konflik Etnis Lombok di Desa Dimito.
a. Proses Adaptasi Etnis Lombok Di Desa Dimito
Adaptasi merupakan proses penyesuaian terhadap apapun yang terjadi
secara alamiah baik di dalam lingkungan hidup atau dalam sistem manusia
sebagai reaksi terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi terkait dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
Sesuai data yang diperoleh dari beberapa informan dapat diperoleh
informasi bahwa mereka tidak mengalami kesulitan yang bebarti dalam
beradaptasi. Hal ini dalam artian penyesuaian diri terhadap sesama penduduk atau
dengan Lombok dengan suku lain. Mereka hanya mengalami kesulitan dengan
bahasa daerah setempat. Tetapi lambat laun seiring dengan berjalannya waktu
semua kesulitan itu dapat teratasi karena sifat kekeluargaan yang lahir dari setiap
suku yang ada di Desa Dimito.
b. Bentuk Kerja Sama Etnis Lombok Di Desa Dimito
Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara
dengan-perdenganan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang -perorangan terhadap
kelompoknya dan kelompok lainnya.
Sesuai informasi yang diperoleh dari beberapa informan, menunjukan
bahwa Etnis Lombok di Desa Dimito selalu bekerja sama dalam mengerjakan
pekerjaan yang terkait dengan kepentingan umum. Dalam hal ini kerja bakti yang
diselenggarakan oleh pihak pemerintah desa maupun kegiatan yang
diselenggarakan bersama dalam bentuk hajatan-hajatan dan hari-hari besar
tertentu. Seperti, gotong royong dalam membangun jalan, gotong royong dalam
acara ta’jiah, gotong royong dalam membersihkan lingkungan kantor desa.
e. Tingkat Pendidikan Etnis Lombok Di Desa Dimito
Pendidikan merupakan salah satu agenda penting dan strategis yang
menuntut perhatian sungguh-sungguh dari semua pihak. Sebab, pendidikan adalah
faktor penentu kemajuan bangsa di masa depan. Jika kita, sebagai bangsa, berhasil
membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang yang lain.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia (human
investment), yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu
bangsa. Bangsa-bangsa maju di dunia pasti ditopang oleh SDM berkualitas,
sehingga memiliki keunggulan hampir di semua bidang, termasuk ekonomi.
Apa yang disampaikan informan tersebut menunjukan bahwa tingkat
pendidikan orang Lombok rata- rata rendah karena hal ini dipengaruhi oleh
adanya ekonomi mereka sewaktu masih berada di daerah asal. Namun mereka
masih punya keinginan untuk menyekolahkan para generasi, anak cucu mereka
untuk mengenyam pendidikan samapai diperguruan tinggi
c. Integrasi Etnis Lombok Di Desa Dimito
Integrasi merupakan pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan
sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
Sesuai informasi yang dapat diperoleh dari beberapa informan dapat
diperoleh informasi bahwa di lingkungan Etnis Lombok hampir tidak pernah ada
konflik fisik yang terjadi hanya konflik hanya saja terjadi perbedaan pendapat
yang terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan. Contohnnya dalam
musyawarah pemilihan kepala desa dan dalam musyawarah pembagian lahan
pertanian.
1.3.2.2. Keadaan Budaya Etnis Lombok Di Desa Dimito
a. Keadaan budaya Lombok ditengah mayoritas Orang Gorontalo
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
itu. Sehingga masing-masing individu atau suku bangsa memiliki kebudayaan
tersendiri.
Budaya Lombok dikenal dengan kebiasaanya memakai sarung. Hal ini
berawal dari ketekunan Etnis Lombok dalam beribadah. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman hal itu telah mengalami perubahan dalam keseharian
mereka. Dimana Etnis Lombok yang biasanya dalam kegiatan keseharia dalam
acara silaturahim dan jalan-jalan keliling desa selalu memakai sarung, kini
cenderung telah menggunakan celana
b. Asimilasi
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu
asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau
kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha
mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan
kepentingan serta tujuan bersama.
Apa yang disampaikan beberapa informan dan dari gambar tersebut
menunjukan bahwa budaya Etnis Lombok di Desa Dimito telah mengalami
Percampuran budaya jawa yang digabung dengan adat budaya Lombok sehingga
akan meninggalkan tradisi adatnnya yang asli.