LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui...

127
LAMPIRAN PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 16 AGUSTUS 1990 PELAKSANAAN REPELITA V TAHUN PERTAMA ( 1 APRIL 1989/90 S/ D 31 MARET REPUBLIK INDONESIA

Transcript of LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui...

Page 1: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

LAMPIRAN

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

16 AGUSTUS 1990

PELAKSANAAN REPELITA VTAHUN PERTAMA

( 1 APRIL 1989/90 S/ D 31 MARET 1990/91 )

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

I

Page 3: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

DAFFAR ISI

Halaman

Bab I. Umum ......................................................... 7Bab 11. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan

Hidup ...........................................................75

Bab III. Pengembangan Dunia Usaha ....................... 109Bab IV. Keuangan Negara, Perkembangan Moneter

dan Lem-baga-Lembaga Keuangan ............................

151Bab V. Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar

Negeri ..........................................................215

Bab VI. Pertanian dan Pengairan ............................. 255Bab VII. Pangan dan Perbaikan Gizi .......................... 311Bab VIII . Industri

...............................................................................355

Bab IX. Pertambangan dan Energi ........................... 387Bab X. Perhubungan dan Pariwisata ...................... 433Bab XI. Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri . . 483Bab XII. Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja dan

Transmigrasi ....539

Bab XIII. Perumahan Rakyat dan Pemukiman ............ 593Bab XIV. Pembangunan Daerah, Desa dan Kota ........ 615Bab XV. A g a m a....................................................... 661Bah XVI. Pendidikan, Generasi Muda, Kebudayaan

Nasional danKepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

687Bab XVII. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian dan

Statistik727

Bab XVIII. Kesehatan, Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wa- 765nita ..............................................................Bab XIX. Kependudukan dan Keluarga Berencana ... 829Bab XX. H u k u m....................................................... 861Bab XXI. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial . . . 889Bab XXII. Aparatur Pemerintah .................................. 905

Page 4: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam
Page 5: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

U M U M

Page 6: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam
Page 7: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

BAB I

UMUM

Laporan ini merupakan Lampiran dari Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 16 Agustus 1990. Di dalamnya dilaporkan pelaksanaan pembangunan tahun pertama Repelita V, yang meli-puti kurun waktu 1 April 1989. sampai dengan 31 Maret 1990. Berhubung tahun 1990 bertepatan dengan peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-4'S, pelaksanaan pem-bangunan tahun pertama Repelita V dilaporkan dengan latar be-lakang hasil-hasil pembangunan yang dicapai sejak Repelita I.

Sesuai dengan penggarisan Garis-garis Besar Haluan Ne-gara, pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang mer-deka, bersahabat, tertib dan damai.

Untuk mencapai tujuan tersebut disusun Pola Umum Pem-bangunan Jangka Panjang. Sasaran utama Pembangunan Jangka Panjang adalah terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa In-donesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

7

Page 8: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Titik berat dalam Pembangunan Jangka Panjang adalah pemba-ngunan ekonomi. Pembangunan di luar bidang ekonomi dilaksana-kan seirama dan serasi dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang ekonomi.

Repelita V adalah tahap akhir dari Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama. Sebagaimana halnya dengan setiap tahap pembangunan dalam rangka pelaksanaan Pola Umum Pemba-ngunan Jangka Panjang, maka tujuan Repelita V adalah: (a) me-ningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang semakin merata dan adil, dan (b) meletakkan lan-dasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.

Pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan dalam Repelita V tetap bertumpukan pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasio-nal yang sehat dan dinamis.

Pelaksanaan pembangunan nasional tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sosial, ekonomi dan politik dunia. Perubah-an-perubahan yang mendasar dan cepat di dunia internasional, terutama akhir-akhir ini, menciptakan peluang-peluang dan se-kaligus tantangan-tantangan bagi pembangunan di dalam negeri.

Perubahan-perubahan yang fundamental sifatnya sedang terjadi di Eropa Timur dan Uni Soviet. Bersamaan dengan per-ubahan-perubahan politik dan perubahan pola hubungan inter-nasional negara-negara tersebut, terjadi perubahan-perubahan yang mendasar dalam sistem perekonomian mereka. Kecenderung-annya dan arah perkembangannya jelas, yaitu menuju ke kehidup-an ekonomi yang lebih terbuka, lebih memberi tempat bagi inisiatif perorangan dan lebih mengandalkan pada ekonomi pasar. Dengan masuknya-secara penuh negara-negara ini ke dalam jaringan kegiatan ekonomi dunia, dalam jangka panjang prospek pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia juga menjadi lebih cerah. Peluang ekspor akan semakin terbuka, terutama bagi ne-gara-negara industri, tetapi pada akhirnya juga bagi negara-negara berkembang.

Sementara itu, pengalaman negara-negara itu menunjukkan bahwa untuk mengubah sistem ekonomi komando ke sistem ekonomi pasar ternyata bukan tanpa masalah. Negara-negara itu harus mengatasi berbagai hambatan politik, sosial, kelembagaan dan bahkan psikologis yang cukup pelik. Dalam beberapa tahun ini

8

Page 9: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

masih banyak yang perlu dilaksanakan oleh negara-negara ter-sebut sebelum benar-benar menjadi peserta penuh dalam pereko-nomian dunia. Di antara negara-negara Eropa Timur, Jerman Timur melalui penyatuannya dengan Jerman Barat, tampak paling siap untuk segera dapat menjadi peserta penuh dalam perekono-mian dunia.

Dalam jangka pendek dan jangka menengah, negara-negara bekas blok Timur tersebut di dalam berbagai hal justru meru-pakan saingan bagi negara-negara berkembang lainnya. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, harus bersiap diri urituk dapat bersaing dengan mereka di berbagai bidang: dalam menarik dana investasi swasta dan bantuan luar negeri, dalam memperoleh teknologi dan dalam menjual hasil-hasil ekspornya.Dari segi ini kebutuhan dan kepentingan mereka lebih mirip dengan negara-negara berkembang lainnya. Bagi Indonesia, prospek kelangkaan dana serta persaingan yang lebih keras dalam hal memperoleh teknologi dan pasar itu menuntut upaya yang lebih keras lagi untuk meningkatkan tabungan nasional, semakin memantapkan kemampuan menguasai teknologi dan semakin meningkatkan efisiensi dan semakin memperkuat daya saing.

Perkembangan lainnya yang perlu dioatat adalah semakin kuatnya arus perkembangan ke arah pembentukan blok-blok ekonomi di berbagai bagian dunia. Di antaranya, yang a k a n mem-punyai dampak sangat besar bagi negara-negara berkembang adalah penyatuan pasar Eropa tahun 1992. Di satu pihak, pe-nyatuan pasar itu sendiri akan meningkatkan produksi dan. investasi di Eropa, sehingga diharapkan akan meningkatkan permintaan negara-negara tersebut akan hasil-hasil produksi negara-negara lain, termasuk negara-negara berkembang. Di lain pihak perlu diwaspadai kemungkinan yang sebaliknya, yaitu bahwa tembok-tembok proteksi di antara negara-negara Masyara- kat Ekonomi Eropa yang dihapus itu akan muncul kembali sebagai tembok-tembok proteksi baru terhadap negara-negara di luar blok ekonomi itu. Apabila hal ini terjadi, ekspor negara- negara berkembang ke negara-negara Eropa tersebut justru akan terhambat. Di sampihg itu juga perlu diamati akibat dari pe-nyatuan pasar tersebut terhadap tersedianya dana investasi dan bantuan luar negeri bagi negara-negara berkembang. Per-kembangan ke arah blok-blok ekonomi ini juga menggarisbawahi pentingnya bagi Indonesia untuk tetap aktif memupuk dan me-ngembangkan kerja sama ekonomi regional ASEAN, kerja sama- kerja sama antar negara berkembang dan dalam kerja sama-kerja sama lain, agar dalam arus perubahan yang cepat ini selalu dapat menempatkan diri pada posisi yang paling menguntungkan bagi kepentingan nasional.

9

Page 10: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Dengan latar belakang perubahan-perubahan besar yang terjadi seperti itu, perekonomian dunia dalam tahun 1989 ter-catat tumbuh dengan 3%. Laju pertumbuhan ini merupakan suatu penurunan dari laju pertumbuhan sebesar 4% dalam tahun 1988. Dalam tahun 1990 ini laju pertumbuhan ekonomi dunia diperki-rakan masih akan melambat lagi, yaitu di bawah 2,5%. Namun setelah itu, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan me-ningkat lagi.

Apabila dalam tahun 1989 kegiatan ekonomi dunia melambat, laju inflasi dunia justru sedikit meningkat. Laju inflasi di negara-negara industri meningkat dari 3,3% dalam tahun 1988 menjadi 4,4% dalam tahun 1989. Di kelompok negara sedang ber-kembang, inflasi juga secara umum meningkat. Laju inflasi di negara-negara berkembang sebagai kelompok meningkat,dari 70,5% dalam tahun 1988 menjadi 104,1% dalam tahun 1989. Lajunya sa-ngat bervariasi di antara masing-masing negara, dari di bawah 10% di berbagai negara 'Asia sampai dengan di atas 1.000% di beberapa negara Amerika Latin dan Eropa Timur. Pengelolaan ekonomi makro dan moneter sangat menentukan perbedaan dalam prestasi pengendalian inflasi di negara-negara ini. Yang agak melegakan adalah adanya indikasi-indikasi bahwa di tahun-tahun mendatang inflasi di negara-negara berkembang diperkirakan menurun dan semakin terkendali.

Bersamaan dengan meningkatnya laju inflasi dunia selama tahun 1989, telah meningkat pula tingkat bunga yang berlaku di berbagai pusat keuangan dunia. Suku bunga LIBOR untuk jangka enam bulan, misalnya, telah meningkat dengan lebih dari 1%, dari 8,1% dalam tahun 1988 menjadi 9,3% dalam tahun 1989. Prospeknya di tahun-tahun mendatang diperkirakan sejalan dengan prospek penurunan laju inflasi dunia, yaitu akan me-nurun kembali secara bertahap. Tetapi sementara ini kenaikan tingkat bunga tersebut telah meningkatkan beban pembayaran kembali hutang negara-negara berkembang.

Dalam konteks perkembangan ekonomi dunia seperti di-gambarkan di atas, ekonomi Indonesia selama tahun 1989 menun-jukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Selama tahun itu tingkat kegiatan ekonomi dalam negeri sangat meningkat. Produksi nasional, yang diukur dengan Produk Domestik Bruto riil, selama tahun 1989 telah meningkat dengan 7,4%. Kegiatan produksi di sektor-sektor di luar migas secara keseluruhan bahkan meningkat lebih cepat lagi, yaitu dengan 8,2% selama tahun tersebut. Laju pertumbuhan beberapa sektor penting se-lama tahun 1989 adalah sebagai berikut: pertanian 4,3%; per-

10

Page 11: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

tambangan 5,2%; industri pengolahan 9,1% (dan khusus sub-sektor industri pengolahan non migas 11,6%); listrik 12,2%; bangunan 11,8%; perdagangan 10,0%; pengangkutan dan komuni-kasi 8,7%, bank dan lembaga keuangan lain 14,3%.

Pola pertumbuhan dalam tahun 1989 ini merupakan kelanjut-an dari pola pertumbuhan dalam tahun-tahun sebelumnya, yang telah mengubah secara mendasar struktur ekonomi Indonesia ke arah yang lebih seimbang. Selama 2 dasawarsa antara tahun 1969 - 1989, peranan sektor industri dalam produksi nasional telah meningkat dua kali lipat dari 9,2% menjadi 18,4%, se-dangkan peranan sektor pertanian menurun dari 49,3% menjadi 23,4%. Yang perlu dicatat adalah bahwa penurunan peranan re-latif sektor pertanian tersebut justru terjadi seiring dengan sektor pertanian yang tumbuh dengan pesat. Produksi berbagai hasil pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Penurunan peranan relatif sektor pertanian tersebut, terjadi karena sektor industri dan sektor-sektor lain meningkat jauh lebih cepat daripada sektor pertanian itu sendiri. Ekonomi Indonesia telah dapat mencapai tingkat industrialisasi yang lebih tinggi, dengan struktur ekonomi yang semakin bertumpukan pada kekuatan industri yang maju didukung oleh sektor pertanian yang tangguh.

Setelah mengalami hambatan dan tantangan berat dalam tahun-tahun pertengahan 1980-an, dalam beberapa tahun terakhir ini pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan laju yang se-makin mantap. Apabila dalam tahun 1987 laju pertumbuhan eko-nomi adalah 4,91, dalam tahun 1988 mencapai 5,.7% dan dalam tahun 1989 meningkat menjadi 7,4%. Ini merupakan suatu per-tanda pulihnya kembali kegiatan ekonomi dari masa-masa sulit tersebut.

Dua faktor yang merupakan pendorong utama kegiatan eko-nomi adalah ekspor non migas yang terus meningkat dan inves-tasi di dalam negeri oleh dunia usaha yang melonjak.

Dalam tahun 1989/90 ekspor non migas mencapai US$ 14.493 juta atau meningkat dengan 19,0% dari jumlah yang dicapai dalam tahun 1988/89. Pertumbuhan ekspor ini tetap didominasioleh hasil-hasil industri. Proses perluasan basis komoditi ekspor yang terjadi sejak beberapa tahun sebelumnya terus berlangsung dalam tahun 1989/90. Berbagai produk baru muncul sehingga struktur ekspor semakin terdiversifikasi dan makin mantap, dan pada gilirannya struktur industri dalam negeri juga menjadi semakin kokoh. Dalam pada itu produk-produk

11

Page 12: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

ekspor yang berasal dari industri sedang dan kecil juga terus meningkat. Dengan demikian, ekspor non migas mempunyai peranan penting dalam menciptakan dan menyebarkan kesempatan kerja, yang merupakan salah satu sasaran utama dalam Repelita V.

Dalam tahun 1989/90 minat investasi di dalam negeri juga sangat meningkat. Penanaman modal asing (PMA) baru dan per-luasan yang disetujui selama tahun itu mencapai US$ 5.730,9 juta atau meningkat dengan 84,2% dari tahun 1988/89. Sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) baru dan perluasan yang disetujui mencapai Rp 29,6 triliun atau meningkat dengan 105,3% dibanding tahun 1988/89. Investasi-investasi ini akan meningkatkan kapasitas produksi di tahun-tahun mendatang.

Sebagian besar dari proyek-proyek investasi tersebut adalah di sektor industri, khususnya cabang-cabang industri yang menghasilkan komoditi ekspor. Dalam hal PMA, peranan investor dari negara-negara industri baru di Asia meningkat pesat. Peningkatan kegiatan investasi di dalam negeri dalam tahun 1989/90 juga ditunjukkan oleh impor untuk proyek-proyek PMA yang.meningkat dengan 25,9% dan impor sektor swasta (yang sebagian besar terdiri dari barang-barang modal dan bahan-bahan baku dan penolong) yang meningkat dengan 34,0%.

Pertumbuhan ekonomi dalam tahun 1989 juga ditunjang oleh adanya panen padi yang sangat baik. Produksi padi tahun 1989 (dihitung dengan konversi baru) meningkat menjadi 7,3%, suatu laju kenaikan yang sangat tinggi. Selama Repelita IV laju kenaikan produksi padi adalah rata-rata 3,4% per tahun.

Pulihnya kembali kegiatan ekonomi meningkatkan kemampuan bangsa untuk menangani masalah kemiskinan dan mengangkat derajat kesejahteraan rakyat pada umumnya. Seperti diketahui, berkat pembangunan jumlah penduduk miskin di Indonesia telah dapat diturunkan dari sekitar 70.juta (atau 60% dari seluruh penduduk) pada tahun 1970 menjadi 30 juta (atau 17,4% dari seluruh penduduk) dalam tahun 1987. Berkembangnya ekspor non migas dan industri non migas, terus meningkatnya produksi padi dan sektor pertanian pada umumnya, terlaksananya proyek-proyek pemerataan yang dibiayai anggaran negara dan meluasnya inves-tasi oleh dunia usaha sejak tahun 1987, diharapkan dapat me-nurunkan lebih lanjut jumlah penduduk miskin dan meningkatkan lebih lanjut derajat kesejahteraan rakyat secara umum. Kema-juan-kemajuan yang dicapai pada beberapa bidang yang menyang-kut kesejahteraan rakyat diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian dari bab ini, dan secara lebih terinci pada bab-bab lain dalam laporan ini.

12

Page 13: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Pembangunan yang semakin meningkat memerlukan dana dalam jumlah yang semakin besar pula. Pemupukan dana pembangunan tersebut merupakan salah satu unsur dari kebijaksanaan ke-uangan negara. Dalam lingkup yang lebih luas kebijaksanaan keuangan negara merupakan bagian dari kebijaksanaan pengenda-lian ekonomi makro. Bersama-sama dengan kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan neraca pembayaran, kebijaksanaan fiskal di-arahkan untuk menciptakan dan memelihara stabilitas ekonomi yang mantap dalam rangka pelaksanaan Trilogi Pembangunan, yaitu keselarasan antara pemerataan, pertumbuhan dan stabi-litas.

Sejak Repelita I kebijaksanaan keuangan negara selalu didasarkan pada prinsip anggaran belanja berimbang dan dinamis. Dengan pelaksanaan prinsip ini kebijaksanaan keuang-an.negara telah mampu mendukung kelangsungan pembangunan na-sional, termasuk selama tahun-tahun yang penuh gejolak dan tantangan. Berikut ini gambaran singkat perkembangan keuangan negara sejak Repelita I.

Dana pembangunan yang berhasil dihimpun melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tersedia untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan meningkat dengan pesat. Dana pembangunan telah meningkat dari Rp 57,9 miliar dalam tahun 1968 menjadi Rp 9.903,3 miliar dalam tahun 1983/84, atau rata-rata kenaikan sebesar 40,9% per tahun. Kenaikan yang pesat tersebut sangat ditunjang oleh'naiknya harga ekspor minyak bumi. Dalam bulan Januari 1969 harga minyak bumi Indo-nesia adalah US$ 1,67 per barel. Harga tersebut terus me-ningkat dan mencapai puncaknya pada bulan Januari 1981, yaitu US$ 35,00 per barel. Setelah itu harga minyak cenderung me-rosot terus dan mencapai titik terendah yaitu di bawah US$ 10,00 per barel pada bulan Agustus 1986. Dalam tahun-tahun itu keuangan negara mepgalami masa yang sulit.

Langkah-langkah dini telah diambil untuk mengatasi ma-salah tersebut. Dalam rangka menghadapi prospek penerimaan minyak bumi dan gas alam yang kurang menggembirakan tersebut dan sekaligus memperbaiki struktur penerimaan dalam negeri sumber penerimaan alternatif harus dikembangkan. Dalam hubung-an ini telah diambil langkah yang sangat mendasar berupa pem-baruan sistem perpajakan yang mulai dilaksanakan sejak tahun 1984. Dengan penyederhanaan sistem perpajakan, perluasan dasar pajak dan kepatuhan membayar pajak yang semakin tinggi pene-rimaan pajak meningkat dari Rp 4.788,3 miliar dalam tahun 1984/85 menjadi Rp 15.425,6 miliar dalam tahun 1989/90 atau

13

Page 14: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

meningkat dengan rata-rata 26,4% per tahun. Pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai merupakan unsur penerimaan penting, dan dalam kurun waktu tersebut, masing-masing me-ningkat dengan rata-rata 20,9% dan 46,1.% per tahun. Sementara itu penerimaan bukan pajak juga terus meningkat sebagai hasil dari peningkatan efisiensi usaha dan penyempurnaan adminis-trasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Peranan penerimaan pajak yang semakin besar tersebut, mendukung upaya untuk se-makin meningkatkan kemandirian pembiayaan pembangunan dari sumber-sumber dalam negeri dan mengurangi ketergantungan ter-hadap bantuan luar negeri.

Dengan meningkatnya penerimaan dalam negeri dari sumber-sumber non migas tersebut struktur penerimaan dalam negeri menjadi membaik. Apabila pada akhir Repelita III penerimaan dari sumber-sumber non migas memberikan sumbangan sebesar Rp 4.912,5 miliar atau 34,0% dari penerimaan dalam negeri, maka pada tahun 1989/90 penerimaan dari sumber ini mampu men-capai Rp 17.487,7 miliar atau 60,8% dari penerimaan dalam negeri. Membaiknya sumbangan sumber non migas ini, meningkat-kan daya tahan anggaran terhadap gejolak harga minyak bumi internasional.

Dana pembangunan terdiri dari tabungan pemerintah dan dana bantuan luar negeri. Dalam tahun 1968 tabungan pemerintah belum ada. Namun setelah itu seiring dengan peningkatan pene-rimaan dalam negeri yang cukup pesat, secara bertahap tabungan pemerintah dapat dihimpun dan dalam tahun 1981/82 mencapai Rp 5.235,0 miliar, yang merupakan 75,4% dari seluruh dana pembangunan. Dengan merosotnya harga minyak bumi dan gas alam setelah itu, ditambah dengan meningkatnya tingkat bunga in-ternasional serta meningkatnya pelunasan hutang-hutang luar negeri, terutama setelah tahun 1985, sebagai akibat dari me-ningkatnya nilai tukaT - beberapa mata uang utama dunia, tabungan pemerintah mengalami penurunan sehingga hanya men-capai Rp 2.581,3 miliar dalam tahun 1986/87. Sejak saat itu Indonesia memanfaatkan bantuan khusus, guna mempertahankan tingkat kegiatan pembangunan dan sekaligus untuk mengendali-kan situasi neraca pembayaran. Dengan membaiknya situasi per-ekonomian dan meningkatnya penerimaan non migas, pada tahun 1989/90 tabungan pemerintah meningkat lagi menjadi Rp 4.408,7 miliar. Bantuan khusus secara bertahap juga menurun peranan-nya.

Dari segi keuangan negara, masa pelaksanaan Repelita IV merupakan masa yang sulit. Prinsip anggaran berimbang berarti

14

Page 15: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

bahwa pengeluaran negara dibatasi sesuai dengan keterbatasan dana pada masa itu. Namun berbagai pelaksanaan program yang menyangkut kehidupan rakyat banyak tetap dipertahankan. Salah satu sektor yang mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan adalah sektor pembangunan daerah, desa dan kota. Dalam masa yang sulit seperti yang dialami dalam tiga tahun terakhir Re-pelita IV dana yang disediakan untuk sektor ini tetap dinaik-kan.

Sesuai dengan penggarisan kebijaksanaan dalam Repelita V, dalam tahun 1989/90, dengan prospek anggaran yang masih ketat, prioritas utama pengeluaran pembangunan diberikan kepada pem-bangunan prasarana, penyediaan pelayanan dasar bagi rakyat, pepgembangan sumber daya manusia, penyediaan operasi dan pe-meliharaan bagi proyek-proyek yang telah ada serta program petianggulangan kemiskinan. Dalam tahun 1989/90 harga minyak ternyata cukup mantap sehingga APBN dapat dilaksanakan denganbaik. Realisasi pengeluaran pembangunan dalam tahun 1989/90 mencapai Rp 13.834,3 miliar atau 5,4% di atas rencana. Situasi keuangan negara yang mantap ini ikut menunjang pertumbuhan ekonomi yang baik selama tahun 1989.

Seperti halnya dengan kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter juga merupakan bagian dari kebijaksanaan makro yang diarahkan untuk memantapkan stabilitas di bidang ekonomi, mendorong kegiatan ekonomi serta menunjang pemerataan pem-bangunan.

Pengendalian uang beredar yang berhati-hati merupakan salah satu asas dasar dari pengelolaan ekonomi negara. Selama Repelita I, II, III dan IV, jumlah uang beredar meningkat rata-rata sebesar 43,0%, 29,0%, 23,5% dan 13,21 per tahun.Dalam tahun 1989/90, sejalan dengan peningkatan kegiatan eko-nomi yang sangat pesat, jumlah uang beredar meningkat dengan 47,6%. Seperti akan diuraikan lebih lanjut di bawah, laju inflasi dalam tahun 1989/90 adalah 5,5%. Inflasi tetap ter-kendali tersebut karena pertambahan jumlah uang beredar ter-sebut diimbangi dengan peningkatan produksi yang cukup besar.

Sementara itu antara tahun 1968 dan tahun 1988/89, li-kuiditas perekonomian, yang terdiri dari uang beredar dan uang kuasi, meningkat cepat, yaitu dengan rata-rata 34,0% per tahun. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan uang kuasi yang sangat pesat. Uang kuasi adalah simpanan masyarakat di bank dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan lain, yang merupakan salah satu bentuk tabungan masyarakat yang

15

Page 16: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

tersedia bagi kegiatan pembangunan. Uang kuasi meningkat cepat terutama sesudah deregulasi bidang moneter bulan Juni 1983 dan terlebih lagi setelah paket deregulasi bulan Oktober 1988. Kemudahan yang dibrrikan untuk membuka, bank baru, memperluas jaringan bank dan sarana-sarana mobilisasi dana membuat uang kuasi melonjak. Dalam tahun 1989/90 likuiditas perekonomian meningkat dengan 69,9%.

Dengan kebijaksanaan fiskal dan pengendalian moneter yang diuraikan di atas laju inflasi terkendali. Dalam masa stabi-lisasi, yaitu masa menjelang dimulainya Repelita I, tingkat inflasi dapat diturunkan dari 650% pada tahun 1966 menjadi 22,8% dalam tahun 1968/69. Pada tahun 1973/74, karena terja-dinya musim kemarau panjang yang mempengaruhi jumlah produksi beras dan karena faktor-faktor lain, laju inflasi meningkat lagi menjadi 47,4%. Namun sejak saat itu, laju inflasi cen-derung menurun hingga mencapai 6,6% dalam tahun 1988/89 dan 5,5% dalam tahun 1989/90. Seperti disebutkan di atas, dalam tahun 1989 laju inflasi bagi negara-negara berkembang sebagai kelompok mencapai 104,1%. Dengan terkendalinya inflasi dan dipertahankannya kebijaksanaan nilai tukar rupiah yang wajar kepercayaan masyarakat terhadap rupiah mantap dan iklim ber-usaha yang sehat dapat tercipta.

Sebelum Juni 1983, kebijaksanaan pengendalian uang ber-edar dilakukan secara langsung, yakni melalui penyediaan kredit likuiditas Bank Indonesia dan melalui penetapan pagu kredit perbankan. Setelah kebijaksanaan bulan Juni 1983 bank diberi kebebasan dalam menentukan tingkat bunga deposito dan tingkat bunga pinjaman, pagu kredit ditiadakan dan kredit likuiditas semakin dibatasi. Pengendalian moneter sejak saat itu dilaksanakan secara tidak langsung, yakni melalui penen-tuan cadangan wajib, operasi pasar terbuka dan kebijaksanaan diskonto ulang. Dalam rangka mengembangkan piranti pengen-dalian moneter, sejak Pebruari 1984 diterbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan disediakan fasilitas diskonto bagi bank-bank. Selanjutnya, dalam bulan Pebruari 1985 dikeluarkan ketentuan tentang penerbitan dan. perdagangan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Ketentuan-ketentuan tersebut dikeluarkan dalam rangka mengembangkan piranti kebijaksanaan moneter tam-bahan yang dapat meningkatkan pengaturan likuiditas perekono-mian melalui operasi pasar terbuka.

Kebijaksanaan bulan Juni 1983 dan paket-paket deregulasi sesudahnya telah berhasil mengerahkan dana masyarakat dalam jumlah yang semakin meningkat. Jumlah dana yang dapat dihimpun

16

Page 17: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

oleh perbankan telah meningkat dari Rp 864,8 miliar pada akhir Repelita I menjadi Rp 59.192,1 miliar dalam tahun 1989/90, atau meningkat lebih dari 68 kalinya. Ini berarti dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan yang produktif semakin meningkat. Pada tahun 1989/90 jumlah kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp 73.849 miliar. Pembia-yaan investasi yang diberikan oleh sektor perbankan terus me-ningkat.

Berbagai kebijaksanaan juga diarahkan untuk membangun segi kelembagaan sektor keuangan. Paket kebijaksanaan Oktober 1988 dan Desember 1988 merupakan langkah-langkah yang sangat penting di bidang ini. Terutama berkat kebijaksanaan Oktober 1988, dalam tahun 1989/90 jumlah bank telah bertambah dengan 35 bank menjadi 146 bank, sedangkan jumlah kantor bank me-ningkat dari sebanyak 1.164 kantor menjadi 2.880 kantor. Penyempurnaan pasar modal dan lembaga-lembaga penunjangnya serta kemudahan-kemudahan pendirian dan perluasan usaha lem-baga keuangan bukan bank yang diatur dalam Paket 20 Desember 1988, telah membuahkan kemajuan yang berarti. Sampai dengan akhir tahun 1989/90 jumlah lembaga keuangan bukan bank (LKBB) telah mencapai 13 buah, yang terdiri dari 9 buah LKBB jenis investasi, 3 buah LKBB jenis pembangunan dan 1 buah LKBB jenis pembiayaan perumahan. Lembaga pembiayaan juga meningkat dengan pesat setelah adanya Paket 20 Desember 1988. Pada tahun 1989/90 lembaga pembiayaan tersebut meliputi kegiatan sewa guna usaha sebanyak 101 buah, anjak piutang berjumlah 14 buah, modal ventura sebanyak 21 buah, kartu kredit 15 buah, dan pembiayaan konsumen 28 buah. Dengan semakin berkembangnya LKBB dan lembaga pembiayaan, semakin besar pula dana masyarakat yang dapat dihimpun dan memperluas dunia usaha.

Peranan pasar modal semakin meningkat pula. Pada akhir Desember 1989 jumlah perusahaan yang menjual saham di Bursa Efek menjadi sebesar 61 buah dan 6 buah di Bursa Paralel. Pada periode yang sama, dana masyarakat yang ditarik mencapai Rp 3.921,3 miliar dengan jumlah saham yang diterbitkan se-banyak 426,9 juta lembar. Sedangkan perusahaan yang menerbit-kan obligasi meningkat menjadi 22 perusahaan dengan penarik- an dana masyarakat sebesar Rp 1.527,2 miliar. Sampai dengan akhir Maret 1990 jumlah perusahaan yang "go public" meningkat lagi menjadi 109 perusahaan yang terdiri dari 86 perusahaan yang menjual saham dan 23 perusahaan menjual obligasi dan se-kuritas kredit dengan penarikan dana masyarakat sebesar Rp 7,2 triliun. Ini berarti partisipasi masyarakat terhadap pembiayaan investasi/pembangunan menjadi semakin besar dan

17

Page 18: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

produksi nasional dapat ditingkatkan lagi dalam masa-masa yang akan datang.

Pelaksanaan pembangunan memerlukan pembiayaan dalam rupiah dan devisa. Oleh sebab itu kebijaksanaan neraca pemba-yaran dan perdagangan luar negeri memegang peranan yang sangat penting.

Seperti disebutkan di atas, ekspor merupakan salah satu penggerak utama kegiatan ekonomi akhir-akhir ini. Namun ekspor juga merupakan sumber utama penerimaan devisa. Dalam kurun waktu 1968 - 1989/90 nilai ekspor total telah meningkat dengan pesat dari US$ 872 juta menjadi US$ 23.830 juta, atau me-ningkat lebih dari 27 kalinya. Kenaikan yang sangat cepat di-alami dalam periode 1968 - 1980/81, yaitu pada waktu peranan ekspor minyak bumi dan gas alam sangat meningkat. Namun, se-perti disebutkan di atas, setelah tahun 1981 harga minyak cenderung terus menurun dan merosot dengan drastis pada tahun 1986. Guna menghadapi keadaan itu sejak tahun 1983 diambil serangkaian kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di b'erbagai bidang. Dari segi perdagangan luar negeri rangkaian langkah yang sangat penting adalah sebagai berikut. Pada tahun 1985 dikeluarkan Instruksi Presiden No. 4 yang ditujukan pada peningkatan efisiensi dan kelancaran dalam lalu lintas barang di pelabuhan. Selanjutnya untuk meningkatkan daya,saing hasil produksi Indonesia, melalui Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986 diberikan fasilitas pembebasan dan pengembalian bea masuk atas bahan baku dan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi barang-barang ekspor. Paket kebijaksanaan tersebut diikuti oleh Paket Kebijaksanaan 25 Oktober 1986, 15 Januari 1987, 24 Desember 1987 dan Nopember 1988 yang diarahkan untuk me-ngurangi hambatan-hambatan non tarif terhadap impor, sehingga meningkatkan efisiensi produksi dalam negeri dan ekspor. Ke-bijaksanaan struktural tersebut dilengkapi dengan kebijaksa-naan devaluasi tahun 1983 dan 1986 guna lebih meningkatkan daya saing produk Indonesia.

Sektor dunia usaha memberikan reaksi yang positif atas langkah-langkah kebijaksanaan tersebut. Ekspor non migas me-ningkat dari US$ 6.731 juta dalam tahun 1986/87 menjadi US$ 14.493 juta dalam tahun 1989/90, atau meningkat lebih dari 2 kali lipat dalam 3 tahun. Dalam kurun waktu yang sama sumbangan ekspor non migas terhadap total ekspor meningkat dari 49% menjadi 61%. Peranan ekspor hasil industri pengolahan seperti kayu lapis, tekstil, alat listrik, pupuk urea dan semen sangat besar. Di samping itu, produk-produk baru ekspor

18

Page 19: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

juga menjadi semakin penting seperti pakaian jadi, sepatu, bola tenis dan lain sebagainya. Nilai ekspor hasil-hasil lainnya yang terutama terdiri atas produk-produk industri baru telah meningkat dari US$ 444,7 juta pada tahun 1983/84 menjadi US$ 2.869,7 juta dalam tahun 1989/90 atau meningkat dengan 6,5 kali dalam waktu 6 tahun. Tidak sedikit dari produk-produk baru tersebut dihasilkan oleh perusahaan-per-usahaan berskala usaha menengah dan kecil. Dengan demikian peningkatan ekspor non migas yang pesat tersebut mempunyai implikasi yang luas terhadap perluasan kesempatan kerja, ke-sempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan rakyat.

Dengan meningkatnya pembangunan maka impor meningkat pula. Dalam kurun waktu 1968 - 1981/82 impor meningkat dari US$ 831 juta menjadi US$ 17.911 juta atau suatu peningkatan sebesar rata-rata 26,6% -per tahun. Merosotnya harga minyak bumi setelah tahun 1981 mengharuskan diambilnya berbagai ke-bijaksanaan penyesuaian, agar cadangan devisa dapat selalu dipertahankan pada tingkat yang aman. Salah satu di antaranya adalah pentahapan kembali pelaksanaan proyek-proyek pemerintah yang mempunyai unsur impor yang tinggi pada tahun 1983. Di samping itu, untuk mengamankan neraca pembayaran diambil pula langkah devaluasi dalam tahun 1983 dan 1986. Dengan berbagai kebijaksanaan tersebut maka impor berhasil diturunkan hingga mencapai US$ 11.451 juta dalam tahun 1986/87. Dengan me-ningkatnya kegiatan ekonomi, impor berangsur-angsur meningkat kembali hingga mencapai US$ 14.311 juta dalam tahun 1988/89. Dalam tahun 1989/90 impor meningkat dengan pesat, yakni se-besar 21,4% menjadi US$ 17.374 juta. Peningkatan yang pesat tersebut berkaitan dengan semakin meningkatnya kegiatan in-vestasi dan ekspor.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan selalu dapat dikendalikan pada tingkat yang aman. Defisit transaksi ber-jalan menunjukkan kekurangan penerimaan devisa dibanding dengan pengeluaran devisa, untuk transaksi-transaksi barang dan jasa serta transaksi-transaksi lancar lainnya, kekurangan ini harus ditutup/dibiayai dengan pemasukkan modal dari luar negeri (baik oleh pemerintah atau swasta) atau dengan meng-gunakan cadangan devisa yang ada. Defisit tersebut berfluk-tuasi dari tahun ke tahun, dan membesar pada tahun 1982/83 dan 1983/84 ketika penerimaan ekspor migas mulai menurun te-tapi pengeluaran impor masih tinggi, dan dalam tahun 1986/87 ketika harga minyak bumi mencapai titik terendah. Sejak tahun 1987/88 defisit transaksi berjalan dapat ditekan di bawah US$ 2 miliar. Dalam tahun 1989/90, defisit transaksi berjalan

19

Page 20: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

berjumlah US$ 1,6 miliar, yang merupakan perbaikan dari defi-sit dalam tahun 1988/89 yang berjumlah US$ 1,9 miliar.

Dalam rangka meningkatkan pembangunan, pinjaman luar ne-geri dimanfaatkan sebagai pelengkap dana yang dapat dipupuk dari dalam negeri. Bersama-sama dengan dana yang berhasil di-himpun dari dalam negeri, pinjaman luar negeri tersebut telah digunakan dalam berbagai sektor pembangunan. Sesuai dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, penarikan pinjaman peme-rintah telah meningkat dari US$ 266 juta dalam tahun 1968 menjadi US$ 3.432 juta dalam tahun 1985/86. Sementara itu mulai tahun 1985 telah terjadi apresiasi beberapa mata uang utama dunia terhadap dolar Amerika Serikat, yang berakibat meningkatnya beban pembayaran kembali hutang Indonesia. Dalam rangka mempertahankan kelangsungan pembangunan, sejak tahun 1986/87 dimanfaatkan bantuan khusus yang bersyarat lunak dan mudah dicairkan,. Bantuan khusus ini digunakan untuk menunjang neraca pembayaran dan anggaran pembangunan. Karena syarat-syaratnya yang lunak, pemanfaatan bantuan khusus sekaligus j.uga memperbaiki struktur hutang Indonesia. Dengan adanya bantuan khusus ini jumlah penarikan pinjaman pemerintah men-capai US$ 5.516 juta dalam tahun 1989/90. Dalam pada itu dengan membaiknya posisi neraca pembayaran dan anggaran belanja, maka berangsur-angsur peranan bantuan khusus menurun.

Di samping pinjaman luar negeri pemerintah, dimanfaatkan pula penanaman modal asing baik yang berupa penanaman modal langsung maupun pinjaman. Diberlakukannya Daftar Negatif In-vestasi (DNI) pada bulan Mei 1989 sangat mendorong investasi sehingga nilai PMA yang disetujui dalam tahun 1989/90 me-ningkat 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Sebagai akibat dari langkah-langkah kebijaksanaan di atas, investasi langsung menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat terutama dengan semakin membaiknya iklim usaha.

Dalam pada itu, terutama dalam Repelita IV peranan dunia usaha nasional sangat meningkat. Dalam Repelita V peranan dunia usaha dalam pembangunan diharapkan semakin meningkat lebih besar lagi. Peningkatan kemampuan dan peranan dunia usaha dicerminkan antara lain oleh peningkatan investasinya.

Proyek baru PMDN yang telah disetujui pada tahun pertama Repelita V (1989/90) berjumlah 975 buah dengan nilai investasi sebesar Rp 21,2 triliun. Pada tahun terakhir Repelita IV (1988/89), pioyek baru PMDN adalah sebanyak 843 buah dengan nilai investasi Rp 10,3 triliun. Ini berarti bahwa dalam tahun

20

Page 21: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

pertama Repelita V telah terjadi peningkatan sebesar 15,7% dalam jumlah proyek dan 105,6% dalam nilai investasi. Sebagai pembanding, pada akhir Repelita I (1973/74) jumlah proyek adalah 270 buah dengan nilai Rp 451 miliar. Dalam tahun 1989/90, proyek baru PMDN yang terbesar adalah di cabang industri kimia, industri tekstil dan industri kertas.

Di samping proyek-proyek baru, telah dilaksanakan pula perluasan proyek PMDN yang pada tahun pertama Repelita V ber-jumlah 319 buah dengan nilai investasi sebesar Rp 8.352,0 miliar. Apabila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repe-lita IV, yaitu sebanyak 219 buah dengan investasi Rp 4.080,6 miliar, berarti jumlah proyek perluasan PMDN tersebut mening-kat sebesar 45,7% dan nilai investasinya meningkat sebesar 104,7%. Sebagai pembanding, pada akhir Repelita I jumlah proyek adalah 17 buah dengan nilai Rp 5,1 miliar. Dalam tahun 1989/90 nilai investasi terbesar di antara proyek-proyek per-luasan PMDN adalah di cabang industri tekstil, industri logam dasar dan industri kertas.

Penanaman Modal Asing (PMA) juga menunjukkan perkembangan serupa. Proyek baru PMA yang disetujui pada tahun pertama Re-pelita V berjumlah 338 buah dengan nilai investasi US$ 4.373,7 juta. Apabila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repe- lita IV, sebanyak 155 proyek dengan nilai investasi US$ 1.849,1 juta, jumlah proyek dan nilai investasi tersebut masing-masing meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat. Pada akhir Repelita I jumlah proyek adalah 71 buah dengan nilai sebesar US$ 584,0 juta. Investasi PMA terbesar dalam tahun 1989/90 adalah di cabang industri kimia, industri tekstil, dan usaha perhotelan.

Sedangkan perluasan proyek PMA yang disetujui pada tahun pertama Repelita V berjumlah 115 buah dengan nilai investasi sebesar US$ 1.357,2 juta. Apabila dibandingkan dengan akhir Replita IV, yaitu sebanyak 74 proyekdengan investasi sebesar US$ 1.261,6 juta, maka berarti perluasan PMA pada tahun per-tama Repelita V mengalami kenaikan sebesar 55,4% dalam jumlah proyek dan 7,61 dalam nilai investasi. Dalam tahun 1989/90 investasi terbesar adalah di industri kimia, industri kertas, dan industri tekstil.

Pada tahun pertama Repelita V investor dalam proyek-pro-yek baru PMA yang terbesar adalah Jepang dengan nilai inves-tasi yang berjumlah US$ 624,3 juta, kemudian disusul oleh

21

Page 22: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Korea Selatan dan Hongkong dengan nilai investasi masing-masing sebesar US$ 605,6 juta dan US$ 271,9 juta. Untuk pro-yek-proyek perluasan PMA, pada tahun pertama Repelita V in-vestor terbesar adalah juga Jepang dengan nilai investasi US$ 418,6 juta, kemudian disusul oleh Hongkong dan Belanda masing-masing dengan nilai investasi sebesar US$ 229,6 juta dan US$ 192,2 juta.

Deregulasi di bidang penanaman modal pada bulan Mei 1989 merupakan faktor penting yang mendorong peningkatan investasi yang pesat selama tahun 1989/90.

Sementara itu, jumlah BUMN dalam tahun pertama Repelita V adalah 212 perusahaan, mengalami penurunan dibanding tahun terakhir Repelita III yang berjumlah 222 perusahaan. Penurunan ini sejalan dengan usaha peningkatan daya guna dan hasil gunadi lingkungan BUMN.

Sementara itu kegiatan BUMN meningkat pesat. Pada akhir Repelita II aktiva total BUMN adalah Rp 14.774 miliar, nilai penjualan Rp 2.077 miliar dan laba sebelum pajak sebesar Rp 200 miliar. Pada tahun pertama Repelita V nilai aktiva totalnya mencapai Rp 138.016 miliar, nilai penjualan mencapai Rp 40.913,0 miliar dan laba sebelum pajak mencapai Rp 4.742 miliar.

Sumbangan BUMN dalam APBN tercermin dari pajak penghasil-an BUMN dan dari deviden/dana pembangunan semesta/bagian laba pemerintah (Deviden/DPS/BLP). Pada tahun pertama Repelita I pajak penghasilan BUMN adalah Rp 32,5 miliar dan pada akhir Repelita V menjadi Rp 1.198,6 miliar. Sedangkan sumbangan BUMN berupa deviden meningkat dari Rp 10,6 miliar pada akhir Repe-lita I menjadi Rp 811,0 miliar pada tahun pertama Repelita V.

Untuk membarltu pengusaha golongan ekonomi lemah dalam menghadapi masalah yang sebagian besar berada di luar jang-kauan kemampuannya, sejak Repelita I bagi mereka telah dise-diakan fasilitas permodalan berupa penyediaan kredit dengan persyaratan ringan. Fasilitas tersebut berupa Kredit Investasi Kecil (KIK) dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP); kemudian sejak tahun 1974 diperluas dengan Kredit Mini, tahun 1979/80 Kredit Candak Kulak dan pada tahun 1980/81 ditambah Kredit Midi. Dalam perkembangannya Kredit Mini dan Kredit Midi di-ganti dengan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) yang diadakan sejak Januari 1984.

22

Page 23: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Di samping itu, kemudahan dalam bidang perkreditan tetap dilanjutkan seperti pada tahun-tahun sebelumnya dengan penye-diaan modal dalam bentuk Kredit Usaha Kecil (KUK) yang diada-kan sejak 29 Januari 1990, yang dikenal dengan Paket Januari 1990.

Pengembangan kelompok industri kecil memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional terutama karena besarnya peranannya dalam pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan lapangan kerja. Sebagian besar usaha industri kecil berlokasi di''daerah pedesaan, sehingga perkembangannya semakin penting bagi pembangunan pedesaan, terutama dalam mendayagunakan pe-manfaatan potensi daerah setempat.

Dalam pada itu, koperasi sebagai salah satu dari tiga unsur utama dalam dunia usaha nasional terus berkembang dan dikembangkan. Sebagai hasil dari usaha pembinaan kelembagaan koperasi, jumlah koperasi terus meningkat. Dalam kurun waktu 1973 - 1989 jumlah koperasi meningkat dengan 13% per tahun. Dari peningkatan sebesar itu, jumlah KUD meningkat 14% per tahun dan koperasi Non KUD meningkat 3% per tahun. Dalam tahun 1989 jumlah koperasi (KUD dan Non KUD) mencapai 35.006 buah.

Jumlah anggota koperasi juga meningkat. Secara keseluruh-an dalam kurun waktu 1968 - 1989 jumlah anggota koperasi me-ningkat dengan rata-rata 73% per tahun. Kelengkapan organisasi koperasi juga semakin mantap. Hal ini ditunjukkan oleh pe-ningkatan penyelenggaraan Rapat Anggota Tahunan (RAT), serta terus berkembangnya jumlah manajer koperasi, khususnya kope-rasi bukan KUD. Pada tahun 1989 dari 35.006 buah koperasi, 59% sudah menyelenggarakan RAT. Jumlah manajer koperasi bukan KUD meningkat'dari 1.200 orang dalam tahun 1988 menjadi 1.397 orang dalam tahun 1989. Sementara itu, dalam periode yang sama- jumlah manajer KUD menurun dari 5.090 orang menjadi 5.069 orang.

Dengan keberhasilan yang telah dicapai di dalam pembinaan kelembagaan koperasi semenjak Repelita I sampai dengan awal Repelita V yang mencerminkan peningkatan jumlah dan anggota koperasi sekaligus juga peningka-tan kualitas koperasi, pada gilirannya diharapkan dapat memberikan dampaknya dalam pe-ningkatan kesejahteraan para anggota koperasi yang bersangkut-an.'Kesejahteraan anggota koperasi tersebut digambarkan dalam bentuk simpanan anggota, modal dan nilai usaha koperasi beserta jumlah kredit yang terserap yang semakin meningkat.

23

Page 24: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Upaya pembinaan usaha koperasi juga telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Jumlah simpanan anggota koperasi pada tahun 1989 adalah sebesar hampir Rp 518,0 miliaryang berarti ada peningkatan sebesar 314% dibandingkan dengan simpanan anggota pada tahun 1983. Sedangkan modal usaha selama kurun waktu 1973 - 1989, meningkat dari hampir Rp 21,9 miliar menjadi Rp 1.242,9 miliar.

Dalam rangka membantu menyediakan modal usaha, telah di-kembangkan kredit koperasi melalui perbankan yang dijamin oleh Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK). Jaminan yang diberikan oleh Perum PKK sejak tahun 1973/74 terus meningkat, akan tetapi pada tahun 1988/89 dan 1989/90 menurun. Namun demikian nilai kredit yang diberikan semakin meningkat. Dalam kurun waktu 1973/74 sampai dengan 1989/90, nilai kredit yang dijamin oleh Perum PKK meningkat rata-rata 25% per tahun. Pada tahun 1989/90 nilai kredit meningkat se-besar 47% dibanding tahun 1988.

Dengan tersedianya bermacam-macam bantuan kredit usaha, maka secara keseluruhan nilai usaha koperasi juga semakin me-ningkat. Dalam kurun waktu 1968 - 1989, peningkatan nilai usaha adalah sebesar 197% per tahun. Nilai usaha pada tahun 1989 adalah sebesar Rp 3.284.111 juta atau 62% lebih tinggi dibanding nilai usaha pada tahun 1988.

Sementara itu bidang usaha yang ditangani oleh koperasi juga semakin beragam. Dalam Repelita III melalui KUD mulai dilaksanakan penyaluran kredit bagi usaha-usaha Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), industri logam dan tambang, batik dan garment, produksi tahu tempe, angkutan darat/sungai dan laut, dan usaha jasa listrik pedesaan. Dengan demikian selain ke-lembagaan koperasi semakin diperkuat dan disempurnakan, nampak pula adanya usaha untuk terus meningkatkan keragaman dan kua-litas usaha agar koperasi benar-benar dapat menjadi wadah usaha masyarakat golongan ekonomi lemah.

Kegiatan ekonomi yang terus berkembang perlu ditunjang oleh sistem tata niaga dan distribusi nasional yang efektif dan efisien. Dalam hubungan ini pembangunan perdagangan dalam negeri memegang peranan penting. Pembangunan perdagangan dalam negeri ditujukan pula untuk lebih memeratakan kesempatan ber-usaha, memperluas lapangan kerja, menunjang peningkatan pro-duksi dan untuk menjamin kepentingan konsumen.

Keberhasilan kebijaksanaan perdagangan dalam negeri di-tunjukkan antara lain oleh adanya penyaluran dan harga bebe-

24

Page 25: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

rapa barang pokok di tingkat konsumen yang cukup stabil. Disparitas harga antar daerah juga semakin berkurang, kecuali di daerah tertentu yang masih menghadapi masalah sarana dan prasarana transportasi.

Prasarana perdagangan juga terus ditingkatkan, baik berupa prasarana fisik maupun prasarana kelembagaan. Prasarana fisik perdagangan yang dibangun antara lain berupa pasar dan pertokoan, khususnya yang menunjang pengembangan perdagangan golongan ekonomi lemah sampai dengan tahun 1983/84 telah ber-hasil dibangun sebanyak 2.800 pasar tersebar di daerah-daerah dan mampu menampung sebanyak 520 ribu pedagang. Pembangunan pasar percontohan juga dilakukan di daerah-daerah perbatasan, terpencil dan transmigrasi, dalam rangka merintis pengembangan ekonomi daerah. Sampai dengan tahun 1989/90 telah berhasil dibangun sebanyak 75 pasar percontohan.

Dalam rangka mewujudkan tertib usaha, tertib niaga, ke-pastian berusaha dan perlindungan konsumen dilaksanakan ber-bagai kegiatan, antara lain: pendaftaran surat izin usaha perdagangan (SIUP), pelaksanaan Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, pelaksanaan Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

Sementara itu, dilaksanakan pula pelatihan bagi para pe-latih kegiatan bimbingan dan penyuluhan untuk menunjang pe-ningkatan peranan pedagang ekonomi lemah. Sejak Repelita II sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dilatih sebanyak. 773 orang tenaga pelatih. Dan sejak tahun 1986/87 juga telah dilaksanakan pelatihan bagi petugas KUD, penyalur dan pengecer pupuk bersubsidi sebanyak 3.066 orang. Di samping kegiatan pelatihan juga telah didirikan pusat pelayanan pedagang eko-nomi lemah di 33 kabupaten tersebar di 12 propinsi.

Sumber alam merupakan modal dasar pembangunan yang harus dilestarikan kemampuannya. Dalam pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam diupayakan untuk dimanfaatkan secara ra-sional dan berwawasan jangka panjang.

Untuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan, maka setiap proyek pembangunan harus memperhatikan aspek pelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Dalam kaitan ini maka sejak Repelita I telah dirintis dan dilaksanakan berbagai program konkrit di bidang sumber alam dan lingkungan hidup. Program-program ini bertujuan bukan saja bagi peningkatan dan rehabilitasi sumber-sumber alam dan lingkungan hidup yang

25

Page 26: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

telah berada dalam keadaan yang kurang optimal tetapi juga bagi peningkatan kemampuan perencanaan dan pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup. Peningkatan kemampuan pe-rencanaan dan pengelolaan ini amat penting peranannya di dalam optimalisasi pemanfaatan sumber alam dan lingkungan yang serba terbatas baik untuk kepentingan generasi masa kini maupun bagi generasi-generasi yang akan datang. Program-program ini me-liputi: Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam dan Lingkungan Hidup, Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air, Program Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup, Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika, Program Pembinaan Daerah Pantai, Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup dan Program Rehabilitasi Hutan dan Tanah Kritis.

Program inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan ling-kungan hidup antara lain meliputi kegiatan-kegiatan inven-tarisasi dan pemetaan dasar matra darat dan matra laut; in-ventarisasi dan pemetaan sumber alam dan tipe ekosistem; pe-natagunaan sumber alam seperti hutan, tanah dan air dan pengembangan sistem informasi dan neraca sumber alam dan lingkungan. Dalam upaya pemetaan dasar nasional matra darat, dilaksanakan kegiatan pengukuran Jaring Geodesi Nasional, pemotretan udara dan pembuatan peta dasar. Sampai dengan tahun pertama Repelita V telah selesai dilaksanakan pengukuran jaring Sipat Datar Teliti dan pemasangan pilar titik tinggi untuk Jawa dan Bali, pengukuran 1.004 posisi Doppler di se-luruh Indonesia, serta kegiatan pemotretan untuk pembuatan peta dasar seluruh nusantara dengan berbagai skala.

Program penyelamatan hutan, tanah dan air mencakup upaya untuk melindungi plasma nutfah dan menjaga kelangsungan proses ekologis esensial. Sampai dengan tahun 1989/90 telah dikem-bangkan kawasan konservasi sumber daya alam sebanyak 342 unit yang mencakup areal seluas hampir 15 juta ha dan telah pula ditetapkan sebanyak 26 unit taman nasional dengan areal seluas sekitar 7 juta ha. Sementara itu dalam upaya pemeliharaan daerah aliran sungai telah dilaksanakan kegiatan perbaikan, pengaturan dan pengembangan wilayah sungai. Sampai dengan tahun 1989/90 telah berhasil diamankan areal seluas 1,74 juta ha.

Program pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup di-maksudkan untuk mengembangkan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sehubungan dengan itu telah disusun perangkat peraturan tentang pengelolaan berbagai segi ling-kungan hidup, seperti Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang

26

Page 27: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Menge-nlai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dalam pelaksanaan peraturan-peraturan ini peran serta masyarakat sangat penting.

Usaha peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup dilaksanakan melalui pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura, pendidikan dan latihan di bidang lingkungan hidup serta kegiatan penyuluhan. Karena pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup erat kaitannya dengan masalah penataan ruang, maka suatu langkah yang sangat penting yang perlu dicatat adalah dibentuknya Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional pada tahun pertama Repelita V.

Program pengembangan meteorologi dan geofisika dilaksa-nakan melalui pengembangan meteorologi penerbangan, meteoro-logi pertanian, meteorologi maritim dan geofisika, memperba-nyak jaringan stasiun, meningkatkan kemampuan alat sesuai dengan perkembangan teknologi dan meningkatkan sistem penyam-paian informasi. Sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dibangun 5 balai meteorologi dan geofisika, 118 stasiun me-teorologi, 5.197 stasiun klimatologi dan 2P stasiun geofisika. Sedangkan produksi data pada tahun 1989/90 meningkat 7% dari tahun sebelumnya menjadi lebih dari 1,3 juta data.

Dalam pada itu, dalam rangka pelaksanaan program pembinaan daerah.pantai telah dilakukan kegiatan perencanaan pe-ngendalian dan pengamanan pantai di Pantai Teluk Jakarta, Pantai Utara Jawa, Pantai Padang dan Pantai Bali. Di samping itu dilakukan pula pengembangan hutan bakau rakyat yang men-cakup areal seluas 1.900 ha di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Upaya pembinaan taman nasional laut dilaksanakan di Pulau Seribu, Pulau Pombo (Maluku), Karimunjawa (Jawa Tengah) dan di kawasan.pelestarian alam laut lainnya.

Pengendalian pencemaran lingkungan hidup dilakukan melalui kegiatan pengembangan berbagai pengaturan pengendalian pencemaran, pengembangan fasilitas pembuangan limbah, pengua-saan teknologi bersih lingkungan, pengembangan daur ulang, peningkatan peran serta masyarakat, pengembangan institusi pengendalian pencemaran, pengembangan keahlian, pengadaan sarana dan prasarana pengendalian pencemaran, penegakan hukum, rehabilitasi lingkungan rusak dan pengembangan sistem infor-masi dalam pengendalian pencemaran.

27

Page 28: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Sampai dengan tahun pertama Repelita V, melalui upaya rehabilitasi hutan dan tanah kritis, telah dilakukan kegiatan penghijauan, reboisasi dan rehabilitasi areal bekas tebangan masing-masing seluas 3,4 juta ha, 1,4 juta ha dan 340 ribu ha. Di samping itu, juga,dilakukan kegiatan pengendalian peladang-an yang meliputi, sebanyak 131 ribu KK peladang melalui resetlement desa, pengikutsertaan para peladang dalam pem-bangunan hutan tanaman industri, perkebunan, transmigrasi dan kegiatan percontohan usaha pertanian menetap.

Salah satu perwujudan penting dari pemanfaatan sumber alam adalah kegiatan pertanian. Pembangunan pertanian memper-oleh prioritas yang sangat tinggi sejak Repelita I, karena sektor ini mempunyai peranan strategis dalam peningkatan pen-dapatan rakyat, dalam penyediaan pangan dan bahan mentah, dalam menciptakan lapangan kerja, dalam mendukung ekspor dan dalam menanggulangi kemiskinan.

Salah satu hasil penting dalam pembangunan pertanian adalah dicapainya swasembada beras pada tahun 1984, yang sampai sekarang tetap dapat dipertahankan. Keberhasilan ini merupakan produk dari kebijaksanaan dan upaya terpadu di ber-bagai bidang yang meliputi rehabilitasi dan pembangunan pra-sarana pengairan, pemanfaatan teknologi dan penyuluhan, ter-sedianya sarana kredit tepat waktu dan terjangkau oleh petani dan rekayasa sosial melalui pembentukan kelompok tani dalam program Insus, Opsus dan Supra Insus. Di samping itu kebijak-sanaan harga dan pemasaran hasil-hasil dan sarana produksi pertanian yang efektif mempunyai peranan penting pula dalam mendukung tercapainya swasembada tersebut. Salah satu indikasi dari meluasnya penerapan teknologi baru adalah meningkatnya dengan pesat pemakaian pupuk (N,P,K) nasional, dari 119,8 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 1.960 ribu ton dalam tahun 1989, atau peningkatan sebesar lebih dari 16 kali dalam kurun waktu 23 tahun.

Sebagai hasilnya, produksi padi sangat meningkat, yaitu dari 17,2 juta ton gabah kering giling pada tahun 1968 men-jadi 44,8 juta ton gabah kering giling pada tahun 1989, atau meningkat dengan 2,6 kali selama 22 tahun. Dengan adanya pe-ningkatan produksi tersebut, maka produksi beras yang ter-sedia per jiwa telah meningkat dari sekitar 116 kg beras pada tahun 1973 menjadi lebih dari 160 kg pada tahun 1989, atau meningkat sekitar 40%. Di samping itu peningkatan produksi padi tersebut telah meningkatkan pendapatan serta taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan mutu gizi masyarakat luas.

28

Page 29: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Dalam pada itu produksi berbagai tanaman pangan lain juga meningkat. Produksi palawija yang menonjol pertumbuhannya adalah kedele yang meningkat dengan rata-rata 6,0% per tahun sejak Repelita I sampai dengan tahun terakhir Repelita IV. Dalam tahun pertama Repelita V peningkatan produksi beberapa tanaman pangan adalah sebagai berikut: kedele meningkat se-besar 2,4%, ubi kayu meningkat dengan 10,5%, sayuran meningkat dengan 16,6%.

Sementara itu, hasil-hasil peternakan juga meningkat pesat. Produksi daging, telur dan susu menunjukkan peningkat-an yang menonjol. Sejak tahun 1968, produksi daging, telur dan susu rata-rata meningkat dengan masing-masing 5,8%, 11,5% dan 11,8% per tahun. Dibanding dengan tahun 1988, dalam tahun pertama Repelita V produksi susu meningkat sebesar 23,0%, produksi daging meningkat sebesar 7,6% dan produksi telur me-ningkat sebesar 4,7%. Dalam pada itu produksi perikanan juga menunjukkan peningkatan yang berarti. Sejak awal Repelita I saiinpai dengan tahun terakhir Repelita IV produksi perikanan meningkat rata-rata 4,7% per tahun. Dalam tahun pertama Repe-lita V produksi perikanan meningkat sebesar 5% dibanding tahun 1988. Peningkatan produksi tersebut telah meningkatkan pene-rimaan devisa, terutama yang berasal dari ekspor udang dan ikan segar. Sejak awal Repelita I sampai dengan akhir Repe-lita IV, ekspor udang meningkat sebesar rata-rata 18,3% per tahun. Dalam tahun awal Repelita V ekspor udang bahkan lebih meningkat, yaitu naik 35,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Di samping itu perkembangan produksi hasil-hasil perikanan dan peternakan tersebut telah meningkatkan mutu pangan yang ter-sedia bagi masyarakat.

Sementara itu, sub sektor perkebunan berkembang pesat. Peningkatan tertinggi terjadi dalam produksi kapas, kelapa sawit, cengkeh, kopi, gula dan karet. Yang perlu dicatat adalah bahwa peningkatan produksi hasil perkebunan tersebut pada umumnya berasal dari perkebunan rakyat dan melalui pola perusahaan inti rakyat. Dalam tahun pertama Repelita V pe-ningkatan produksi tertinggi terjadi dalam perkebunan cengkeh, yang meningkat dengan 18,0%; diikuti oleh teh, kopi, lada,' karet dan gula yang meningkat masing-masing dengan 11,7%; 9,6%; 7,1%; 6,8% dan 6,7%.

Di antara hasil-hasil perkebunan, kelapa sawit menunjuk-kan pertumbuhan produksi yang sangat mantap. Apabila pada akhir Repelita III produksi minyak sawit tercatat sebanyak 982 ton, pada tahun pertama Repelita V produksi meningkat

29

Page 30: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

menjadi 1,9 juta ton, atau meningkat hampir 2 kali lipat dalam waktu 6 tahun. Karena perluasan perkebunan di tahun-tahun lalu, produksi kelapa sawit akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang, dan peranannya sebagai penghasil devisa juga akan semakin menonjol.

Sementara itu, hutan dalam pembangunan tidak terbatas perannya sebagai sumber devisa negara dan pemasok bahan mentah bagi industri, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi ma-syarakat serta berfungsi sebagai penjaga,kelestarian lingkung-an.

Sebagai sumber devisa negara, nilai ekspor kayu sebagai hasil utama hutan telah meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1968/69 nilai ekspor mencapai US$ 26,8 juta, kemudian meningkat menjadi US$ 3.229,2 juta pada tahun pertama Repe-lita V.

Kebijaksanaan pembangunan kehutanan juga mempertimbang-kan aspek nilai tambah bagi masyarakat dan perlindungan ter-hadap lingkungan. Selama Repelita I kebijaksanaan pembangunan kehutanan diarahkan kepada pengembangan sistem Hak Pengusaha-an Hutan untuk meningkatkan produksi dan ekspor log dan se-kaligus meningkatkan manfaat hutan alam yang berkelanjutan. Dalam Repelita II sistem Hak Pengusahaan Hutan lebih diting-katkan dan diintegrasikan dengan upaya pelestarian hutan alam dan kebijaksanaan pengembangan industri kehutanan mulai di-kembangkan. Dalam Repelita III produksi kehutanan lebih di-arahkan untuk mendukung pengembangan industri dan pengolahan hasil hutan di dalam negeri serta pelestarian hutan alam. Ekspor log dibatasi dan dihentikan sama sekali pada tahun 1985. Ekspor hasil hutan dalam bentuk barang jadi ditingkat-kan dengan mendorong tumbuhnya industri kayu gergajian dan kayu lapis. Aneka jenis produksi dan pembangunan hutan tanaman industri mulai dikembangkan untuk mengurangi tekanan terhadap hutan alam.

Antara tahun 1973/74 dan tahun 1988/89 produksi kayu bulat (rimba dan jati) meningkat sebesar 7,6%. Untuk menjaga kelestarian hutan alam, maka produksi kayu bulat dalam Repe-lita V diturunkan, sehingga pada tahun 1989/90 jumlah produksi kayu bulat hanya mencapai 19 juta m3 atau menurun sebesar 31% dibandingkan dengan tahun sebelumnya

Hasil hutan bukan kayu seperti: rotan, tengkawang, arang, gondorukem, kayu manis, damar dan kopal mempunyai potensi

30

Page 31: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

cukup besar sebagai sumber devisa. Ekspor hasil hutan bukan kayu ini mulai tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1988/89 me-ningkat rata-rata sebesar hampir 7% per tahun. Namun antara lain karena faktor pemasaran pada tahun 1989/90 ekspor hasil-hasil tersebut menurun 53%.

Dalam rangka merehabilitasi kawasan hutan yang rusak, dilakukan pembangunan hutan tanaman industri yang sampai saat ini telah mencapai areal seluas 203 ribu ha, yang tersebar di 16 propinsi.

Seperti telah disinggung di atas, pemenuhan kebutuhan pangan rakyat merupakan salah satu sasaran utama pembangunan. Iebijaksanaan di bidang pangan diarahkan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan upaya penganekaragaman pola konsumsi pangan guna mengurangi ketergantungan pada beras, sekaligus meningkatkan mutu pangan dan gizi rakyat dengan tetap memperhatikan pola konsumsi masyarakat setempat.

Satu unsur penting dari kebijaksanaan pangan adalah ke-bijaksanaan harga agar harga pangan yang terbentuk terjangkau oleh rakyat dan sekaligus merangsang petani. Untuk merangsang petani harga dasar gabah secara pe riodik disesuaikan. Sejak tahun 1986/87 sampai dengan 1988/89 harga dasar gabah dite-tapkan menurut empat kelompok kualitas, yaitu Gabah Kering Panen (GKP), Gabah Kering Desa (GKD), Gabah Kering Lumbung (GKL) dan Gabah Kering Giling (GKG). Pada tahun 1989/90 dila-kukan penyesuaian atas pengelompokan kualitas tersebut agar lebih mendekati keadaan yang sesungguhnya. Kelompok kualitas yang baru adalah GKP, Gabah Kering Simpan (GKS) dan GKG.

Dalam tahun pertama Repelita V harga dasar GKG diting-katkan 19,0% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 250 per kg. Peningkatan ini disesuaikan dengan perkembangan biaya pro- duksi dan konsumsi petani, agar pendapatan nyata petani tetap meningkat, sehingga mereka terangsang untuk meningkatkan pro-duksi. Harga dasar GKG pada tahun 1989/90 tersebut mencapai lebih dari satu setengah kali lipat harga dasar pada tahun terakhir Repelita III.

Peningkatan harga dasar juga diberlakukan untuk komoditi jagung, kedele dan kacang hijau. Dibandingkan pada tahun ter-akhir Repelita IV, harga dasar jagung meningkat 12% menjadi Rp 140 per kg, harga dasar kedele meningkat 13,8% menjadi Rp 370 per kg, dan harga dasar kacang hijau meningkat 14,3% menjadi Rp 400 per kg. Kebijaksanaan peningkatan harga dasar

31

Page 32: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

palawija ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani produsen palawija, sehingga mereka tetap berminat untuk me-ningkatkan produksi palawija. Peningkatan produksi palawija, pada gilirannya akan menunjang pelaksanaan penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan guna mengurangi ketergantungan pada beras, sekaligus meningkatkan mutu pangan dan gizi rakyat.

Dalam rangka menjaga agar harga beras tetap terjangkau oleh daya beli masyarakat luas maka kebijaksanaan harga batas tertinggi tetap dilaksanakan. Kebijaksanaan ini senantiasa ditinjau kembali agar tetap selaras dengan kebijaksanaan harga dasar dan dengan perkembangan harga kebutuhan pokok yang lain.

Melalui kebijaksanaan sarana penyangga dan operasi pasar, harga beras di tingkat konsumen tetap stabil dan terkendali. Pada tahun pertama Repelita V jumlah pembelian beras untuk sarana penyangga mencapai 2.329,3 ribu ton atau meningkat 10,1% dari tahun terakhir Repelita IV. Peningkatan stok pe-nyangga ini menjamin kemantapan perkembangan harga pangan.

Untuk mendukung upaya penganekaragaman pola konsumsi pangan guna mengurangi ketergantungan pada beras dilakukan impor gandum untuk diolah menjadi tepung terigu. Impor gandum cenderung meningkat sejak akhir Repelita I (753 ribu ton). Pada tahun pertama Repelita V jumlah impor mencapai 1.773 ribu ton atau meningkat 10,3% dibanding tahun terakhir Repelita IV.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula pasir di-lakukan peningkatan penyediaan gula pasir yang pengadaannya terutama berasal dari produksi dalam negeri. Pengadaan dalam -negeri dan impor gula pasir pada tahun pertama Repelita V masing-masing mencapai 1.987 ribu ton dan 437 ribu ton.

Pembangunan sektor industri diarahkan untuk mewujudkan struktur ekonomi yang semakin kokoh dan seimbang dengan sektor industri yang maju dan didukung. oleh sektor pertanian yang tangguh, penciptaan' lapangan kerja yang semakin luas, ekspor yang terus meningkat serta kemampuan teknologi yang semakin mantap.

Selama Repelita I dan II pembangunan sektor industri di-arahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan keper-luan menunjang kegiatan produksi terutama sektor pertanian. Dalam Repelita III pembangunan industri mulai diarahkan untuk mengembangkan industri-industri antara dan hulu terutama

32

Page 33: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

industri yang mengolah sumber daya alam. Sampai dengan Repe-lita III cabang-cabang industri yang berkembang terutama mengarah pada pasar dalam negeri. Namun ekspor beberapa hasil industri sudah mulai berkembang. Selama Repelita I sampai dengan Repelita III, pertumbuhan sektor industri cukup tinggi, yaitu rata-rata sebesar lebih dari 12% per tahun.

Dalam tahun-tahun penuh gejolak selama Repelita IV, berkat. kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi, pertum-buhan sektor industri yang tinggi dapat berlangsung terus, yaitu rata-rata sebesar 12,9%. Yang perlu dicatat adalah bahwa dalam periode ini industri berorientasi ekspor berkembang pesat dan kelompok aneka industri memberikan sumbangan ter-besar dalam peningkatan ekspor hasil industri. Dalam tahun pertama Repelita V sektor industri tumbuh 9,1% dengan sub sektor industri pengolaham non migas tumbuh dengan 11,6%. Pada tahun 1989 nilai ekspor kelompok aneka industri mencapai US$ 7.315 juta atau 66,1% dari nilai ekspor hasil industri yang berjumlah US$ 11.068 juta.

Pertumbuhan tersebut terjadi bukan hanya di kelompok in-dustri besar dan menengah, tetapi juga dalam kelompok industri kecil yang umumnya padat tenaga kerja. Dengan demikian per-tumbuhan industri dan pertumbuhan ekspor non migas merupakan sumber penting dalam penciptaan lapangan kerja. Sampai dengan tahun terakhir Repelita IV kelompok aneka industri menyerap 57,2% dari seluruh tenaga kerja di sektor industri, dan in-dustri kecil merupakan penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja secara keseluruhan.

Upaya untuk mendukung pengembangan industri kecil antara lain dilaksanakan melalui pembinaan di sentra-sentra industri yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik melalui ke-giatan bimbingan dan penyuluhan maupun pembinaan kelembagaan dengan cara pembentukan Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan (KOPINKRA) serta penerapan pola bapak angkat. Secara bertahap upaya ini telah mampu mendorong peningkatan perekonomian di pedesaan, meningkatkan skala usaha serta mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru.

Kemampuan dan penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri semakin meningkat terutama dalam pem-buatan mesin peralatan pabrik, pembuatan pabrik secara utuh dan pembangunan pabrik. Sampai saat ini telah mampu dibangun pabrik secara utuh dengan menggunakan teknologi tinggi, antara lain: pabrik ammonia, Urea, TSP, ZA, pabrik petrokimia, pulp

33

Page 34: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

dan kertas serta besi baja. Dalam pada itu, kegiatan peneli-tian dan pengembangan terapan terus ditingkatkan. Kemampuan nasional telah sefnakin meningkat di bidang penerapan teknologicanggih, pengembangan teknologi tepat guna dan peralatan se-derhana serta pengembangan desain produk.

Sektor pertambangan memegang peranan penting dalam per-ekonomian di Indonesia. Sektor pertambangan menyediakan bahan baku untuk industri, energi untuk berbagai kegiatan ekonomi dan komoditi untuk ekspor. Dengan demikian, peranannya sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, penerimaan devisa dan penerimaan negara, penciptaan kesempatan kerja dan kesem-patan berusaha.

Salah satu landasan pokok yang diperlukan dalam usaha memanfaatkan sumber daya pertambangan secara rasional adalah adanya peta-peta geologi yang akurat dan lengkap sebagai sumber informasi utama. Sejak sebelum Repelita I telah dilak- sanakan pemetaan geologi Jawa - Madura beserta pulau-pulau iainnya dan kompilasi peta geologi Indonesia. Sampai dengan tahun pertama Repelita V telah berhasil diselesaikan peta geologi Jawa - Madura dan sebagian besar peta geologi pulau lainnya. Di samping itu telah pula dilaksanakan pemetaan gaya berat, pemetaan geologi tata lingkungan dan pemetaan hidro-geologi yang meliputi wilayah-wilayah di seluruh Indonesia. Penyelesaian peta-peta geologi ini diharapkan dapat lebih merangsang para pemilik modal untuk mengadakan investasi di bidang pertambangan.

Dalam pada itu, inventarisasi dan eksplorasi sumber daya mineral telah dilaksanakan di berbagai tempat di Indonesia. Tujuan penyelidikan ini terutama adalah untuk mengetahui potensi bahan galian logam dan non logam dengan penekanan pada mineral yang dapat dipasarkan (marketable mineral). Adapun temuan yang penting di antaranya adalah endapan tembaga porfir yang mengandung emas, timah, wolfram, timah hitam, seng dan logam kromit. Selain itu telah berhasil ditemukan pula mineral industri yang sangat diperlukan sebagai bahan baku industri, antara lain bentonit, felspar, dolomit dan silika. Di berbagai lokasi juga ditemukan endapan batu bara dan gambut.

Berbagai penelitian geologi yang lebih mendalam juga di-laksanakan untuk menyediakan informasi dasar guna menunjang pengembangan wilayah, pelestarian lingkungan hidup dan pe-nanggulangan bencana alam.

34

Page 35: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Suatu hasil pertambangan yang sangat penting adalah minyak bumi. Sampai menjelang akhir dasawarsa 1970-an, pro-duksi minyak bumi terus meningkat bersamaan dengan meningkat-nya harga minyak dunia. Peranan minyak bumi sebagai penghasil devisa dan sebagai sumber penerimaan negara sangat dominan. Dalam tahun 1980-an produksi minyak Indonesia berfluktuasi dan bersamaan dengan itu harga cenderung menurun. Peranan minyak bumi dalam neraca pembayaran maupun penerimaan peme-rintahbmenurun. Pada tahun 1989/90 produksi minyak bumi men-capai 515,3 juta barel atau meningkat sebesar 3,9% dari tahun sebelumnya. Kemampuan produksi di masa-masa mendatang akan sangat ditentukan oleh hasil-hasil eksplorasi, upaya secondary recovery, dan perkembangan harga. Sementara itu, produksi gas bumi terus meningkat dan mempunyai prospek yang baik. Dalam tahun 1989/90 produksi LNG mencapai 998,7 juta MMBTU atau me-ningkat dengan 2,4% dari tahun sebelumnya.

Sejalan dengan semakin meningkatnya pembangunan nasional, kebutuhan energi dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Penggunaan energi secara keseluruhan dari semua sumber energi meningkat dari 40,7 juta SBM (setara barel minyak) pada tahun 1968 menjadi 319,9 juta SBM pada tahun 1989/90 atau meningkat hampir 8 kali. Kecenderung ini akan terus berlanjut seiring dengan peningkatan laju pembangunan. Salah satu sasaran kebi-jaksanaan pengembangan energi adalah mengurangi ketergantungan konsumsi energi di dalam negeri pada minyak bumi, mengingat minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharui sedangkan cadangannyapun terbatas. Dalam hubungan ini pemanfaatan gas bumi dan batu bara sebagai sumber energi semakin ditingkatkan.

Salah satu bentuk energi yang pemanfaatannya sangat me-ningkat sangat cepat adalah tenaga listrik. Guna mengimbangi permintaan yang meningkat cepat, pembangunan di bidang listrik terus ditingkatkan. Sarana pembangkit tenaga listrik mengalami kenaikan dari 661,6 MW dalam tahun 1968/69 menjadi 9.088,4 MW dalam tahun 1989/90, atau meningkat dengan lebih dari 13 kali. Dalam kurun waktu yang sama jaringan transmisi meningkat dari 2.800 kms menjadi 14.764,8 kms, kapasitas gardu induk naik dari 1.300 MVA menjadi 19.571,6 MVA, panjang jaringan tegangan menengah naik dari 5.060 kms menjadi 75.773,3 kms, panjang jaringan tegangan rendah bertambah dari 13.400 kms menjadi 90.955 kms, dan kapasitas gardu distribusi juga meningkat dari 2.300 MVA menjadi 10.961,7 MVA. Perluasan sarana tenaga listrik yang cepat itu dimaksudkan dapat mendorong sektor in-dustri, komersial, dan sektor lainnya serta memenuhi kebutuhan untuk rumah tangga yang semakin meningkat. Di samping itu,

35

Page 36: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasilnya, peningkatan sarana tersebut juga untuk mendukung program listrik pedesaan yang terus ditingkatkan pelaksanaannya. Jumlah desa yang dapat menikmati listrik terus bertambah. Apabila pada tahun terakhir Repelita II hanya 2.244 desa yang dilistriki, pada tahun per-tama Repelita V jumlah tersebut telah menjadi 20.690 desa, atau meningkat dengan lebih dari 9 kali dalam waktu 11 tahun. Hal ini diharapkan dapat mendorong berkembangnya sektor in-dustri di pedesaan.

Di samping energi, peningkatan kegiatan pembangunan mem-butuhkan prasarana dan sarana perhubungan dan komunikasi yang dapat menjangkau ke seluruh wilayah tanah air. Perhubungan dan komunikasi yang baik diperlukan untuk menunjang mobilitas barang, jasa, manusia dan informasi yang terkait dengan me-ningkatnya laju pembangunan. Dalam hubungan ini, sejak Repe-lita I telah dibangun berbagai prasarana dan sarana perhubung-an darat, laut, udara dan telekomunikasi.

Di bidang perhubungan darat, kegiatan pembangunan meli-puti rehabilitasi, pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan dan jembatan baru. Di beberapa kota pengadaan angkutan umum terus ditambah dan jalan-jalan tol dibangun. Di bidang angkutan sungai, danau dan penyeberangan, jalur pelayanan terutama ke daerah terisolir dan terpencil juga semakin di-tambah dan diperluas. Hasil-hasil yang dicapai selama ini sungguh banyak. Selama 23 tahun antara tahun 1968 sampai dengan tahun 1989/90 telah direhabilitasi dan dipelihara jalan sepanjang 325.911 km dan jembatan 174.862 m, telah ditingkat-kan jalan sepanjang 40.248 km dan diganti jembatan sepanjang 57.618 m, dan dibangun jalan baru 3.838 km serta jalan tol 243 km. Jangkauan jaringan jalan semakin meluas di Jawa dan di luar Jawa, demikian pula mutu dan kemampuan jalanpun telah sangat meningkat sehingga mendukung kegiatan ekonomi yang semakin cepat, dengan mempersingkat waktu tempuh perjalanan lalu lintas barang maupun penumpang. Peningkatan prasarana jalan tersebut telah mendorong pertumbuhan yang sangat pesat dalam jumlah sarana angkutan jalan raya, yang pada gilirannya memainkan peranan sangat penting dalam memperlancar arus barang maupun penumpang di seluruh pelosok Tanah Air, mem-bantu proses pembangunan dan mengurangi perbedaan harga antar daerah.

Di samping itu dalam rangka semakin memenuhi kebutuhan masyarakat akan angkutan kereta api, sejak Repelita I sampai

36

Page 37: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

dengan tahun pertama Repelita V telah direhabilitasi dan di-tingkatkan jalan kereta api sepanjang 4.545,5 km, kereta pe-numpang sebanyak 2.550 buah, gerbong barang sebanyak 22.116 buah dan lok diesel sebanyak 1.455 buah. Pelaksanaan pemba-ngunan di bidang ini telah dapat menunjang kelancaran angkut-an penumpang, hasil-hasil pertanian seperti minyak sawit dan karet, hasil pertambangan seperti batu bara dan hasil-hasil industri seperti semen, pupuk dan lain-lain.

Di bidang perhubungan laut diutamakan peningkatan kelan-caran arus barang di pelabuhan-pelabuhan guna menunjang kegi-atan ekonomi. Hasil penting yang dicapai sejak Repelita I sam-pai dengan tahun pertama Repelita V antara lain adalah reha-bilitasi dermaga seluas 130.150 m2 dan pembangunan dermaga baru seluas 424.204 m2. Selain itu telah pula diupayakan keseimbangan antara jumlah armada dengan perkembangan volume muatan di antaranya melalui: deregulasi angkutan laut, pe-nihgkatan pengelolaan perusahaan pelayaran dan peningkatan pelayanan jasa pelabuhan. Di bidang.angkutan penumpang sejak tahun 1983 telah dioperasikan sebuah kapal khusus penumpang, sedang pada tahun pertama Repelita V dioperasikan 7 buah kapal yang melayani 10 trayek mulai dari pelabuhan Malahayati di Daerah Istimewa Aceh sampai Jayapura di Irian Jaya. Dalam rangka mencegah adanya kecelakaan lalu lintas kapal sejak awal Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dibangun 179 unit menara suar, 708 unit rambu suar, 436 unit pelampung suar dan 18 unit radar beacon. Selain itu telah dipelihara kedalaman alur pelayaran melalui kegiatan rutin pengerukan.

Di bidang perhubungan udara, salah satu kegiatan penting adalah peningkatan kemampuan daya dukung landasan bandar uda-ra, penambahan fasilitas telekomunikasi dan keselamatan pe-nerbangan dan penambahan frekuensi penerbangan. Sejak Repeli- ta I sampai dengan tahun pertama Repelita V telah ditingkat- kan kemampuan landasan di 145 lokasi, dilengkapi dengan pema-sangan peralatan bantu navigasi udara. Bersamaan dengan itu jumlah armada nasional terus bertambah dan akhir-akhir ini perusahaan swasta nasional telah menambah armadanya dan mulai beroperasi dengan pesawat udara bermesin jet. Semua itu ada- lah untuk mendukung kebutuhan angkutan udara baik dalam negeri maupun luar negeri yang semakin meningkat luar biasa.

Sementara itu jasa pos dan giro ditingkatkan dengan men-jadikan ibukota kecamatan sebagai sentra pelayanan pos dalam bentuk pelayanan Pos Keliling Desa atau pelayanan Rumah Pos. Hasil-hasil pembangunan yang dicapai sejak Repelita I sampai

37

Page 38: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

dengan tahun pertama Repelita V terdiri dari pembangunan Kan-tor Pos/Pembantu/Tambahan sebanyak 1.534 buah, Kantor Pos Besar 36 buah dan Pos Keliling Desa sebanyak 1.900 buah. Pe-layanan pos telah menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya tidak mengenal pelayanan ini.

Telekomunikasi merupakan sarana kehidupan modern. Di bi-dang telekomunikasi telah dibangun jaringan sentral telepon otomat yang tersebar di seluruh tanah air. Sejak permulaan Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V telah diba-ngun sebanyak 1.118.175 satuan sambungan. Fasilitas telekomu-nikasi untuk umum diperluas melalui penambahan telepon-tele-pon umum dan pembukaan Warung Telekomunikasi. Dalam pada itu sampai dengan tahun pertama Repelita V, pembangunan fasilitas telekomunikasi umum internasional telah dapat diperluas dan meliputi fasilitas Sambungan Langsung Internasional di 58 kota dan dapat berhubungan langsung dengan 147 negara. Partisipasi swasta didorong untuk mempercepat pembangunan telekomunikasi. Pada tahun pertama Repelita V dilaksanakan kerja sama dalam bentuk pola bagi hasil untuk pembangunan fasilitas telekomu-nikasi dengan pihak swasta. Di samping memperlancar arus in-formasi, pembangunan telekomunikasi tersebut mempunyai peranan sangat penting dalam mendorong kegiatan ekonomi.

Sementara itu, kemajuan-kemajuan di bidang perhubungan dan kegiatan-kegiatan ekonomi lain semakin memerlukan infor-masi yang akurat mengenai cuaca, iklim dan sebagainya. Di bi-dang meteorologi dan geofisika telah berhasil dibangun stasiun Meteorologi, Stasiun Geofisika, Stasiun Klimatologi dan fasi-litas pengamatan lainnya.

Pariwisata merupakan sumber devisa yang sangat potensial dan sekaligus sebagai pendorong kegiatan ekonomi dan pencip-taan lapangan kerja di berbagai daerah. Program Kampanye Na-sional Sadar Wisata (KNSW) di seluruh Nusantara berhasil me-ningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Jumlah wisatawan man-canegara sangat meningkat dari 86 ribu orang dalan tahun 1968 menjadi 1,6 juta orang dalam tahun _1989/90 dan penyebarankunjungannyapun semakin luas yang mencakup 19 Daerah Tujuan Wisata (DTW). Program KNSW berintikan pelaksanaan Sapta Pesona yaitu: aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah dan kenangan. Perkembangan jumlah wisatawan tersebut telah didu-kung oleh perluasan dan penyempurnaan objek-objek wisata, pe-nataan dan pembinaan kelembagaan industri jasa pariwisata serta perluasan jenis pelayanan wisata. Rancangan Undang-un-dang Pariwisata telah dipersiapkan; isinya mencakup ketentuan

38

Page 39: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

ketentuan di bidang kelembagaan, keimigrasian, penerbangan dan perizinan usaha pariwisata untuk menunjang usaha-usaha meningkatkan bidang kepariwisataan.

Manusia adalah titik sentral dari pembangunan nasional. Oleh sebab itu masalah kependudukan memperoleh perhatian khu-sus. Kegiatan pembangunan di bidang kependudukan menyangkut tidak hanya segi kuantitatifnya, seperti penurunan laju per-tumbuhan penduduk, tetapi juga segi kualitatifnya, seperti peningkatan mutu kehidupan keluarga. Pembangunan kependudukan merupakan bagian dari upaya yang lebih besar yaitu peningkatan kUalitas manusia Indonesia.

Satu hasil penting yang patut dicatat dalam program ke-pendudukan dan keluarga berencana adalah penurunan angka ke-lahiran dan angka kematian. Pada tahun 1971 jumlah penduduk Indonesia adalah sekitar 118 juta jiwa dan pada tahun 1989 meningkat menjadi sekitar 179 juta jiwa. Dengan berbagai upaya di bidang kependudukan terutama melalui keluarga berencana, laju pertumbuhan penduduk telah berhasil diturunkan dari 2,3% pada kurun waktu 1971 - 1980 menjadi 2,0% pada tahun pertama Repelita V. Sementara itu tingkat kelahiran kasar telah ber-hasil diturunkan dari 44,0 per seribu penduduk pada tahun 1971 menjadi 28,7 pada tahun 1988. Bersamaan dengan penurunan tingkat kelahiran, tingkat kematian bayi juga telah menurun dari 142 per seribu kelahiran pada tahun 1971 menjadi 58 pada tahun 1988. Pada periode yang sama angka kematian kasar turun dari 14,1 per seribu penduduk menjadi 7,9.

Penurunan tingkat kematian bayi memberikan petunjuk ada-nya kenaikan tingkat kesejahteraan penduduk sebagai hasil usaha pembangunan terutama usaha peningkatan derajat kesehatan dan gizi penduduk. Sampai akhir Repelita IV telah dicakup 227ribu kelompok binaan usaha peningkatan gizi, keluarga (UPGK). Di samping itu, umur perkawinan pertama wanita telah mening-.kaf, menjadi sekitar 22 tahun pada tahun 1987. Tingkat pendi-dikan penduduk juga sudah menjadi lebih tinggi. Pada akhir Repelita IV, angka partisipasi murni pendidikan dasar telah mencapai 99,6%.

Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa program ke-pendudukan telah berhasil meningkatkan mutu manusia yang cukup besar. Laju pertumbuhan penduduk yang menurun sekaligus diba rengi dengan penurunan tingkat kematian dan peningkatan kese-jahteraan.

39

Page 40: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Pelaksanaan KB terus dikembangkan dengan pendekatan kli-nis dan pendekatan kemasyarakatan. Dalam Repelita IV pelaksa-naan KB mulai diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan, keterpaduan dengan program lainnya dan diarahkan pada program yang semakin mandiri dengan didukung oleh swadaya masyarakat.

Kegiatan penerangan dan motivasi KB diarahkan pada pe-lembagaan dengan meningkatkan peran aktif masyarakat. Sebagai hasilnya adalah semakin meningkatnya jumlah kelompok peserta KB dalam bentuk Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) dan Sub- PPKBD. Pada tahun pertama Repelita V jumlah PPKBD dan Sub- PPKBD masing-masing adalah sekitar 83 ribu PPKBD dan 244 ribu Sub-PPKBD. Sejak akhir Repelita IV kelompok-kelompok tersebut dikembangkan lebih lanjut menjadi kelompok peserta KB Dasa Wisma dan kelompok peserta KB Panca Wisma. Apabila pada akhir Repelita I jumlah peserta KB Aktjf adalah 1,7 juta, pada tahun pertama Repelita V meningkat menjadi 18,5 juta, atau naik ham-pir 11 kali lipat dalam waktu 2 dasawarsa.

Peningkatan sarana pelayanan dan kesejahteraan merupakan pendukung dari tercapainya hasil-hasil tersebut. Kegiatan-ke-giatan yang dilakukan mencakup antara lain peningkatan jumlah dan kualitas tenaga pelayanan KB, jumlah klinik pelayanan KB, pelayanan keliling KB dan rumah sakit yang memberi pelayanan KB. Sedangkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan peserta KB dilakukan dengan memberi bantuan modal untuk usaha ekonomis produktif.

Perluasan kesempatan kerja merupakan salah satu sasaran utama pembangunan. Pekerjaan bukan hanya memberikan pengha-silan tetapi juga meningkatkan harkat dan martabat manusia. Kebijaksanaan di bidang ini diarahkan untuk mendorong kegiat-an-kegiatan pembangunan yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dengan produktivitas yang semakin meningkat bagi angkatan kerja. Untuk itu pertumbuhan ekonomi yang memadai harus dica-pai, terutama di sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Ekspor non migas yang meningkat pesat mendukung terca-painya sasaran ini. Keberhasilan upaya pembangunan di berbagai sektor, seperti pertanian, industri, transmigrasi dan seba-gainya juga sangat menunjang tercapainya sasaran ini.

Pada tahun 1971, 1980, 1985, dan 1989, angkatan kerja masing-masing berjumlah 41,3 juta orang, 52,4 juta orang, 63,8 juta orang, dan 76,1 juta orang. Angkatan kerja yang be-kerja masing-masing berjumlah 37,6 orang, 51,5 juta orang,

40

Page 41: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

62,4 juta orang dan 73,9 juta orang. Dalam kurun waktu terse-but jumlah orang yang menganggur atau mencari pekerjaan ma-sing-masing sebanyak 3,6 juta orang, 0,9 juta, 1,4 juta orang, dan 2,2 juta orang. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa proses pembangunan yang berlangsung sejak Repelita I sampai pada tahun pertama Repelita V telah berhasil menciptakan la-pangan kerja baru bagi sebagian besar tambahan angkatan kerja. Selain dari itu proses pembangunan dalam kurun waktu yang sama juga telah berhasil memperbaiki alokasi sektoral lapangan kerja. Pada tahun 1971 lebih dari 64% angkatan kerja bekerja di sektor pertanian. Pada tahun 1989, persentase ini adalah sekitar 55%. Selanjutnya tingkat pendidikan angkatan kerja juga telah mengalami kemajuan yang berarti. Pada tahun 1971 sekitar 29% dari angkatan kerja yang bekerja berpendidikan SD dan SD ke atas. Pada tahun 1989 persentase ini telah mening-kat menjadi sekitar 551. Daya serap teknologi dan inovasi angkatan kerja Indonesia kiranya telah meningkat secara ber-arti. Hal-hal ini semua telah menyumbang secara berarti bukan hanya kepada pertumbuhan ekonomi tetapi sekaligus kepada pe-ngurangan kemiskinan dalam masyarakat Indonesia.

Dapat dikemukakan bahwa walaupun dialami berbagai kema-juan keadaan ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini mengha-dapi beberapa ketidakseimbangan yang satu,sama lain membutuhkan langkah dan kebijaksanaan yang tepat. Keadaan ini tercermin dalam persentase setengah pengangguran yang relatif tinggi, dan status pekerja keluarga yang relatif besar pula.

Selain peningkatan pertumbuhan ekonomi dan ekspor, ber- bagai langkah-langkah khusus juga dilaksanakan, untuk menang-gulangi masalah kesempatan kerja, antara lain berupa pelaksa-naan proyek padat karya gaya baru (PPKGB), bantuan Dati II serta reboisasi dan penghijauan.

Kegiatan PPKGB dilaksanakan secara reguler dan ditujukan pada perluasan lapangan kerja produktif-dengan mendayagunakan tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur, yang produk-tivitas serta pendapatannya rendah di daerah yang relatif tertinggal dan di daerah padat penduduk. Di daerah-daerah se-perti sejak Repelita I sampai Repelita IV sekitar 1,5 juta sampai dengan 1 juta tenaga kerja telah dimanfaatkan pada proyek-proyek padat kerja setiap Repelita. Dalam tahun pertama Repelita V PPKGB dilaksanakan di 319 kecamatan, dengan menda-yagunakan tenaga kerja sebanyak 123.848 orang.

Kegiatan pro ram Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Kabupaten) dilaksanakan dengan membangun fasilitas

41

Page 42: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

umum yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masing-ma-sing daerah dan dengan memanfaatkan tenaga kerja dan bahan lokal yang ada di sekitar proyek. Lapangan kerja yang dicip-takan sejak Repelita I sampai pada Repelita IV cukup besar. Jumlah lapangan kerja yang telah tercipta melalui program ini meliputi 1,5 sampai 'dengan 4,3 juta dalam seratus hari kerja untuk setiap Repelita. Dengan demikian program Inpres Kabupa-ten telah menyumbang pada pengurangan pengangguran. Selanjut-nya program Inpres Kabupaten pada tahun pertama Repelita V telah menciptakan lapangan kerja sebanyak 534.339 dalam sera-tus hari kerja.

Program reboisasi dan penghijauan dilaksanakan melalui pelestarian hutan, tanah dan air. Secara keseluruhan sejak Repelita I sampai pada Repelita IV reboisasi dan penghijauan telah menciptakan lapangan kerja yang cukup besar, yaitu rata-rata sekitar 45 - 173 ribu dalam seratus hari kerja. Pada ta-hun pertama Repelita V program ini telah berhasil menciptakan 7.576 lapangan kerja dalam seratus hari kerja.

Sementara ini kegiatan penyebaran tenaga kerja sarjana/ sarjana muda secara sukarela (TKS-BUTSI) yang pada awal per-kembangannya bertugas sebagai pendorong dan penggerak pemba-ngunan pedesaan dalam Repelita V menjadi TKS Terdidik yang diarahkan sesuai dengan kebutuhan tenaga terdidik di sektor-sektor yang sulit mendapatkan tenaga kerja tersebut misalnya koperasi. TKST ditujukan pada pembinaan usaha mandiri melalui pelbagai latihan keterampilan dan kewiraswastaan, agar tumbuh dan berkembang sebagai kader-kader wiraswasta. Kader-kader ini diharapkan dapat menjadi konsultan manajemen koperasi, pemandu wirausaha dan motivator di Lembaga Ketahanan Masyara-kat Desa (LKMD) di desa-desa swadaya, atau sebagai tenaga teknis sektor-sektor pembangunan. Jumlah tenaga sarjana/sar-jana muda yang dikerahkan bervariasi antara 813 orang sampai pada sekitar 16 ribu orang pada setiap Repelita. Dalam tahun pertama Repelita V dikerahkan sekitar 1.000 orang.

Peningkatan mutu sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembangunan dilaksanakan melalui pelatihan keterampilan, kewiraswastaan dan peningkatan pro-duktivitas dalam Sistem Pelatihan Tenaga Kerja Nasional (Sis-latkernas). Perkembangan yang paling mencolok tampak sejak Repelita I sampai dengan Repelita IV dalam jumlah tenaga kerja yang dilatih di balai pelatihan industri dan Mobile Training Unit (MTU) untuk daerah pedesaan. Jumlah tenaga kerja yang dilatih setidak-tidaknya meliputi 44,5 ribu sampai

42

Page 43: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

pada 418 ribu setiap Repelita. Pada tahun pertama Repelita V jumlah yang dilatih di bidang-bidang industri dan manajemen dan bidang-bidang lain sesuai kebutuhan pembangunan meliputi sekitar 57.000 orang.

Dapatlah disimpulkan bahwa dengan berbagai langkah khusus yang ditempuh di bidang ketenagakerjaan maka telah berhasil diciptakan jumlah lapangan kerja baru pada waktu dan lokasi yang sesuai dan sasaran kelompok tenaga kerja yang sesuai pula. Dapat diperkirakan bahwa segala sesuatu ini telah dapat menyumbang secara berarti kepada pengurangan pengangguran dan kemiskinan.

Bergesernya lapangan kerja secara sektoral membutuhkan iangkah-langkah tersendiri dalam rangka menanggulangi masalah-masalah tenaga kerja yang semakin meningkat di sektor non pertanian. Langkah-langkah ketenagakerjaan bagi pemecahan ma-salah-masalah yang timbul.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan pengamalan Hubungan Industrial Pancasila (HIP), terus dikembangkan dan dimantapkan agar tercipta hubungan yang serasi antara pelaku produksi yang mengacu kepada ketenangan bekerja dan berusaha. Berbagai kebijaksanaan yang telah ditempuh selama ini akan dilanjutkan dan disempurnakan.

Badan Kerja Sama (BKS) Tripartite yang berfungsi sebagai wadah konsultasi, komunikasi dan musyawarah antara pekerja, pengusaha dan pemerintah banyak berhasil dalam mencegah per-selisihan dan memecahkan masalah-masalah yang timbul. Demiki- an pula wadah antara pengusaha dan pekerja berupa lembaga Bipartite di perusahaan-perusahaan semakin menunjukkan kema-juan. Sampai pada tahun pertama Repelita V telah terbentuk BKS Tripartite di tingkat Nasional, 27 buah di Dati I dan 179 buah di Dati II. BKS Bipartite hingga kini jumlahnya mencapai 2.732 buah di 2.732 perusahaan.

Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, program Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) terus dikembangkan baik peserta-nya maupun ruang lingkupnya. Pada tahun 1989 jumlah peserta ASTIIC telah menjadi 25.558 perusahaan dengan jumlah karyawan lebih dari 3,6 juta orang dan dana investasi lebih dari Rp 650 miliar. Santunan yang telah diberikan kepada peserta ASTEK berjumlah Rp 14,4 miliar yang terdiri dari asuransi ke-celakaan Rp 7,5 miliar, tabungan hari tua Rp 5,0 miliar dan asuransi kematian Rp 1,9 miliar.

43

Page 44: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Dengan makin meluasnya jangkauan program ASTEK dan per-usahaan yang menjadi peserta ASTEK, maka karyawan-karyawan perusahaan tersebut merasa lebih dilindungi serta aman, dari segala resiko bahaya kecelakaan kerja.

Tujuan program transmigrasi erat kaitannya dengan program kependudukan dan program perluasan kesempatan kerja, yaitu mengusahakan persebaran penduduk dan tenaga kerja ke arah yang lebih seimbang. Keberhasilan program itu dalam penyebaran penduduk terlihat antara lain dari proporsi penduduk di pulau Jawa yang menurun dari 64% pada tahun 1971 menjadi sekitar 60% pada tahun 1989. Jumlah kumulatif penduduk yang pindah melalui program transmigrasi pemerintah dan swakarsa sejak tahun 1968 sampai dengan tahun pertama Repelita V mencapai sebanyak 1,4 juta kepala keluarga atau sekitar 7,1 juta jiwa.

Pemindahan jumlah penduduk yang demikian besar mempunyai pengaruh positif bagi pembangunan daerah. Di daerah asal tekanan penduduk di daerah-daerah kurang layak huni telah dapat dikurangi. Pemindahan penduduk dari daerah-daerah ter-tentu lainnya telah membantu pemanfaatan sumber daya alam air dan tanah secara lebih efisien dengan dimungkinkannya pem-bangunan bendungan dan pengembangan wilayah secara lebih ter-padu. Di daerah penerima kedatangan keluarga baru dalam jumlah relatif besar telah membawa serta investasi baru bukan hanya dalam bentuk prasarana ekonomi dan sosial tetapi juga dalam bentuk kegiatan ekonomi yang langsung meningkatkan produksi dalam jangka pendek. Pengaruh positif yang mendasar bagi pem-bangunan daerah di daerah penerima adalah bahwa kedatangan keluarga-keluarga baru transmigran telah merubah imbangan sumber alam dan sumber daya manusia ke arah yang lebih optimal daripada keadaan sebelumnya. Imbangan yang lebih optimal ini bukan hanya memacu perkembangan daerah tetapi juga mempermudah pelaksanaan kebijaksanaan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Selama periode empat Repelita di daerah transmigrasi telah dibangun jalan baru sekitar 49 ribu km dan jembatan sekitar 43 km. Di samping pembangunan jalan baru dilaksanakan pula pemeliharaan jalan-jalan yang sudah ada tetapi belum dapat berfungsi dengan baik. Selama 10 tahun terakhir telah berhasil dipelihara jalan dan jembatan masing-masing sekitar 7 ribu dan 33 km. Bersamaan dengan pembangunan jalan tersebut melalui prog ram transmigrasi telah dipersiapkan pula pemba-ngunan rumah serta fasilitas-fasilitas umum lainnya seperti sekolah, balai pengobatan, rumah ibadah, gedung dan lain-lain.

44

Page 45: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Kegiatan pembangunan di daerah penerima seperti pemba-ngunan prasarana dan sarana telah menyumbang kepada upaya pembentukan satuan pemukiman baru atau desa baru. Desa barutersebut akan terus berkembang lebih lanjut menjadi satuan ekonomi dan sosial budaya yang memenuhi persyaratan dalam pembangunan daerah.

Upaya pembinaan dimulai sejak transmigran berada di pe-mukiman baru. Sementara lahan usaha yang dikelola belum meng-hasilkan maka setiap kepala keluarga memperoleh paket jaminan hidup di samping paket-paket pertanian, kesehatan dan lain-lain. Di samping itu di daerah pemukiman transmigran dilaksa-nakan pula program pembinaan di bidang ekonomi dan sosial budaya. Diharapkan dalam waktu relatif singkat yaitu selama litna tahun, masyarakat transmigran mampu mandiri. Sampai dengan tahun pertama Repelita V jumlah transmigran yang dibina sekitar 410 ribu kepala keluarga.

Perkembangan produktivitas lahan untuk berbagai jenis tanaman pertanian, khususnya tanaman palawija, terus membaik. Pada tahun pertama Repelita V hasil per ha kacang-kacangan dan ubi-ubian masing-masing 1,3 ton/ha dan 8,5 ton/ha. Luas produksi tanaman keras dan jumlah populasi ternak di daerah transmigrasi juga terus meningkat.

Dalam upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia, pembangunan pendidikan mendapatkan prioritas yang sangat tinggi. Untuk memantapkan landasan perundang-undangan di bidang pendidikan, dalam tahun pertama Repelita V telah dite-tapkan W No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan undang-undang tersebut pendidikan dasar mencakup SD 6 tahun dan SLTP 3 tahun. Dalam rangka mempersiapkan pe-laksanaan wajib belajar 9 tahun telah diusahakan pengembangan kurikulum serta penel.itian tentang kemampuan berbagai daerah untuk melaksanakan wajib belajar 9 tahun tersebut. Sejalan dengan itu telah dikembangkan pula model penuntasan anak usiapendidikan dasar dalam rangka program wajib belajar dan pemetaan sekolah lanjutan tingkat pertama.

Upaya untuk meningkatkan kecerdasan bangsa dan memerata-kan pendidikan telah mencapai hasil-hasil yang sangat nyata dan menggembirakan. Angka partisipasi murni dalam pendidikandasar selama Repelita I sampai dengan Repelita IV terus me-ningkat dari 66,6% menjadi 99,60. Untuk meningkatkan lebih lanjut angka partisipasi tersebut dalam Repelita V, pelaksana-annya dalam tahun 1989/90 masih menghadapi beberapa kesulitan,

45

Page 46: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

antara lain karena sulitnya menjangkau anak-anak usia 7 - 12 tahun yang tinggal di daerah-daerah terpencil. Peningkatan jumlah lulusan pendidikan dasar ini akan membawa dampak pada penuntasan wajib belajar tingkat SD. Selain itu berarti semakin luas pula kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP baik Umum maupun Kejuruan.

Dalam Repelita V dilanjutkan penyediaan fasilitas be-lajar, seperti pembangunan gedung baru, ruang,kelas, dan re-habilitasi gedung untuk SD Negeri, SD. Swasta dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Pada tahun pertama Repelita V di-bangun 140 unit gedung baru, 250 unit ruang kelas baru dan rehabilitasi gedung sebanyak 6.030 unit. Di samping itu telah disediakan bantuan operasi dan perawatan untuk 163 ribu se-kolah. Selanjutnya juga dibangun rumah kepala sekolah dan guru sebanyak 150 unit, rumah penjaga sekolah 110 unit.

Dengan semakin meningkatnya lulusan Pendidikan Sekolah Dasar jumlah murid SLTP meningkat dengan pesat. Jumlah murid SLTP, termasuk murid SLTP kejuruan pada tahun pertama Repe-lita V (1989/90) 7,1 juta orang. Apabila dibandingkan dengan julnlah murid SLTP pada tahun 1988/89 (akhir Repelita IV) dan 1973/74 (akhir Repelita I), maka jumlah murid tahun 1989/90 meningkat, berturut-turut 6,6% dan 363,4%.

Jumlah murid SLTP pada tahun pertama Repelita V menggam-barkan adanya angka partisipasi kasar dan angka partisipasi melanjutkan ke SLTP pada tahun tersebut masing-masing menjadi sebesar 56,6% dan 69,4%. Hal tersebut berarti bahwa kesempat-an untuk memperoleh pendidikan tingkat SLTP semakin diperluas, menuju ke arah pelaksanaan perintisan perluasan wajib belajar sampai tingkat SLTP atau Pendidikan Dasar 9 tahun.

Untuk menyiapkan wajib belajar di SLTP, pada tahun 1989/90 antara lain telah dilaksanakan penambahan 50 buah gedung baru, 423 ruang kelas, dan rehabilitasi 60 buah gedung. Selain itu pada tahun tersebut juga dibangun ruang laboratorium IPA disertai pengadaan berbagai peralatan pendidikan.

Jumlah murid SMA pada tahun 1989/90 tercatat kurang lebih 3,0 juta, yang berarti naik sebanyak 311,1 ribu atau 11,3% dibandingkan dengan jumlah murid SMA pada tahun ter-akhir Repelita IV. Kecenderungan terus meningkatnya jumlah murid SMA tersebut mulai terjadi dalam Repelita I, dan ber-tambah dengan mencolok pada akhir Repelita III dan IV. Pada akhir Repelita III jumlah murid meningkat sebesar 1.301 ribu

46

Page 47: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

atau 50,2% dibandingkan dengan akhir Repelita II dan pada akhir Repelita IV meningkat sebanyak 1.619 ribu atau 38,4% dibandingkan dengan akhir Repelita III. Dampak peningkatan jumlah murid SMA tersebut menunjukkan makin meluasnya kesem-patan untuk memperoleh pendidikan di tingkat SLTA. Selain itu juga akan membawa pengaruh terhadap penin katan kebutuhan untuk melajutkan di Perguruan Tinggi (PT) dan kebutuhan lapangan kerja bagi mereka yang tidak akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Untuk menampung pertambahan murid SMA ter-sebut, dalam tahun pertama Repelita V (1989/90) telah dibangun sebanyak 16 unit gedung baru SMA dan 171 ruang kelas baru. Di samping itu juga telah dilakukan rehabilitasi sebanyak 42 gedung.

Dengan tercapainya kemajuan-kemajuan yang berarti di bidang pemerataan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan memperoleh prioritas yang semakin tinggi.. Dalam rangka itu penyediaan buku pelajaran pokok dan buku dasar perpustakaan diperluas. Sekolah-sekolah yang masih memerlukan dilengkapi dengan ruang laboratorium IPA, ruang keterampilan dan ruang perpustakaan; sedangkan tenaga-tenaga kependidikannya ditatar. Pada tahun pertama Repelita V telah dibangun 18 ruang labora-torium, 11 ruang keterampilan dan 5 ruang perpustakaan. Bagi sekolah-sekolah tersebut disediakan sebanyak 749 perangkat alat kesenian dan olah raga, 400 perangkat alat peraga mate-matika, 1.064 perangkat alat praktek IPA, 492 perangkat alat keteramp ilan. Selanjutnya sebanyak 40,7 ribu orang tenaga ke-pendidikannya ditatar. Usaha-usaha tersebut diharapkan akan membantu proses belajar mengajar sehingga mutu pendidikan akan semakin meningkat. Di samping itu guna memenuhi kebutuh-an akan tenaga kerja tingkat SLTA, maka pembinaan serta pe-ningkatan mutu pendidikan SLTA kejuruan dan teknologi diting-katkan.

Seperti halnya dengan perkembangan pendidikan di tingkat SLTP dan SLTA, angka partisipasi kasar dan angka melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT) juga terus meningkat. Pada tahun 1989/90 angka partisipasi kasar dan angka melanjutkan ke Per-guruan Tinggi masing-masing adalah 9,1% dan 38,2%. Pada akhir Repelita IV kedua angka tersebut masing-masing adalah 8,5% dan 28,5%. Ini berarti bahwa telah terjadi kenaikan angka partisipasi dan angka melanjutkan masing-masing 6% dan 33% dalam satu tahun.

Lulusan pendidikan tinggi pada tahun 1989/90 mencapai 183,2 ribu orang, terdiri dari lulusan program gelar (S1)

47

Page 48: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

sebanyak 109,6 ribu orang dan program non gelar/diploma (SO) sebanyak 73,6 ribu orang. Apabila dibandingkan dengan lulusan pada akhir Repelita IV, maka lulusan tahun 1989/90 meningkat dengan kurang lebih 12%. Kenaikan tersebut semakin nyata, yaitu berkisar antara 99 - 190%, apabila dibandingkan dengan lulusan pada tahun terakhir Repelita I sampai Repelita III. Dengan makin meningkatnya lulusan pendidikan tinggi pada dasarnya makin tersedia tenaga kerja ahli dan terampil untuk berbagai bidang pembangunan. Masalah utama dalam hal ini ialah belum sesuainya mutu lulusan pendidikan tinggi dengan kebu-tuhan pembangunan akan tenaga ahli serta lulusan yang memiliki wawasan untuk berusaha sendiri dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru.

Selain itu dalam tahun 1989/90 telah dilaksanakan pula tambahan pengadaan tenaga kependidikan yang meliputi Pendidik-an Diploma, Non Kependidikan, dan Pendidikan Pasca Sarjana meliputi Doktor berturut-turut sebanyak 18,9 ribu, 2,4 ribu dan 5,1 ribu. Tenaga berketerampilan tinggi ini merupakan modal yang sangat penting bagi pembangunan nasional.

Sementara itu, pembinaan Generasi muda diarahkan untuk meningkatkan kualitas generasi muda menjadi kader penerus perjuangan bangsa dan manusia pembangunan yang berjiwa Panca-sila. Dalam hubungan itu dalam tahun pertama Repelita V telah dikembangkan proyek rintisan Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (SP3) yang melibatkan sebanyak 800 pemuda bergelar sarjana. Sementara itu diberikan stimulan sarana usaha kepada sebanyak 2.125 Karang Taruna. Kegiatan dalam program ini juga dilakukan dalam bentuk pelatihan bagi 40 pemuda dalam bidang kesehatan dan perbaikan gizi, pelatihan keterampilan dan ke-pemimpinan diberikan kepada sebanyak 40 orang pemuda di daerah transmigrasi, dan pembinaan dan pelatihan kepada 650 orang di bidang perkoperasian.

Di bidang pembinaan kebudayaan nasional dan kepercayaaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Regiatan-kegiatan yang telah dimulai sejak Repelita I terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Dalam tahun 1989/90 kegiatan inventarisasi dan pembinaan nilai-nilai budaya meliputi, antara lain, bimbingan teknis perekaman dan analisis naskah, penelitian aspek-aspek pengem-bangan Kebudayaan Nasional dan persiapan Kongres Kebudayaan. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra an-tara lain telah dilaksanakan kegiatan pembakuan kebahasaan, penyusunan naskah dan nilai susastra Nusantara serta pengem-bangan minat kebahasaan melalui TVRI dan RRI.

48

Page 49: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Dalam pembinaan perpustakaan dilaksanakan pengkajian koleksi perpustakaan sebanyak 3.840 eksemplar. Dalam pembinaan kesenian telah dilaksanakan antara lain festival baca puisi dan pergelaran sastra Tingkat Nasional, pergelaran seni tingkat Kabupaten/Kodya dan pergelaran kesenian di Taman Mini Indonesia Indah. Selain itu pemugaran kepurbakalaan dilakukan di 27 propinsi meliputi pemugaran-pemugaran masjid, gereja, pura, candi, kraton/istana, makam, monumen/site museum, benteng, komplek megalith dan pemugaran gedung bersejarah.

Di samping pendidikan, faktor penting lainnya yang mem-pongaruhi kualitas manusia adalah derajat kesehatannya. Pem-bangunan di bidang kesehatan mendapatkan perhatian khusus sejak Repelita I. Sasaran utama pembangunan kesehatan adalah untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat termasuk ke-adaan gizinya dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya.

Program-program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan sejak permulaan Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV telah membawa dampak yang sangat positif terhadap derajat ke-sehatan masyarakat, seperti tercermin pada beberapa indikator derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian bayi (AKB) yang dalam Repelita I masih berkisar sekitar angka 142 per 1.000 kelahiran hidup telah dapat ditekan menjadi kurang lebih 58 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita IV. Penurunan AKB tersebut secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan semakin baiknya keadaan gizi rata-rata anak balita.

Angka harapan hidup penduduk Indonesia juga terus me-ningkat dari rata-rata kurang dari 50 tahun dalam Repelita I menjadi rata-rata 63 tahun pada akhir Repelita IV. Sementara itu pola penyakit selama periode Repelita II sampai dengan Repelita IV juga menunjukkan kecenderungan berubah ke arah pola penyakit negara maju, yaitu: penyakit bukan infeksi se-makin menonjol sedang penyakit infeksi semakin berkurang.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat tersebut dicapai sebagai hasil dari upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, yang antara lain dilaksanakan penyediaan pelayanan kesehatan yang menjangkau rakyat melalui Puskesmas dan pela-yanan kesehatan rujukan melalui Rumah Sakit. Upaya-upaya ini didukung oleh upaya-upaya pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, pengadaan dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan, penyediaan air bersih dan pe-nyehatan lingkungan pemukiman, penyuluhan kesehatan, pening-katan pendidikan tenaga kesehatan, dan sebagainya.

49

Page 50: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan se-cara merata. Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Pus-kesmas Keliling terus ditingkatkan. Secara kumulatif sejak Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V di seluruh wilayah tanah air telah dibangun sebanyak 5.742 buah Puskes-mas, 18.389 buah Puskesmas Pembantu dan 3.821 Puskesmas Keli-ling. Saat ini di setiap kecamatan rata-rata terdapat antara 1 sampai 2 Puskesmas, 5 buah Puskesmas Pembantu dan 1 buah Puskesmas Keliling. Dengan demikian pelayanan kesehatan mela-lui Puskesmas semakin dapat mencakup mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil serta kelompok-kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah. Di samping itu peran serta masya-rakat di bidang masyarakat terus berkembang, dan ini tercermin antara lain pada meluasnya pelaksanaan Posyandu yang sekarang menyebar ke hampir seluruh desa. Posyandu mempunyai peranan penting dalam menjangkau masyarakat yang lebih luas lagi.

Sementara itu pelayanan kesehatan rujukan di Rumah Sakit diberikan kepada penderita penyakit yang dirujuk oleh Puskes-mas atau Rumah Sakit lain. Pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit dilakukan dalam berbagai tingkatan atau kelas, yaitu RS kelas D, RS kelas C, RS kelas B, dan RS kelas A. Saat ini secara keseluruhan terdapat 1.532 Rumah Sakit, terdiri dari 756 RSU dan 776 Rumah Sakit Khusus (RSK), masing-masing dengan jumlah tempat tidur sebanyak 91.338 buah dan 27.227 buah. Dengan demikian mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan pelayanan rujukan medik dan rujukan kesehatan di rumah sakit dapat lebih ditingkatkan.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit dilaksanakan secara terpadu melalui Puskesmas dan rujukan serta upaya lainnya. Prioritas utama ditujukan pada penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan angka kesakitan dan atau angka kematian yang tinggi serta dapat menimbulkan wabah bagi masyarakat, khusus-nya bayi, anak dan ibu.

Upaya peningkatan pemberantasan penyakit menular antara lain diprioritaskan pada pencegahan dan pemberantasan penyakit diare, malaria, demam berdarah, tuberkulosis paru-paru dan schistosomiasis, pada surveilans epidemiologi dan pada per-luasan cakupan imunisasi.

Upaya pemberantasan penyakit diare dan atau kholera (muntaber) masih tetap ditujukan untuk sejauh mungkin mencegah kematian penderitanya. Angka kematian akibat penyakit diare

50

Page 51: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

dan atau kholera telah menurun dari 1,62% pada akhir Repelita III menjadi 1,42% pada akhir Repelita IV.

Dengan terus meningkatnya kegiatan pemberantasan penyakit malaria dari Repelita I sampai dengan Repelita IV, maka angka kesakitan (Annual Parasite Index) telah menurun. Dalam Repe-lita I angka kesakitan rata-rata di Jawa-Bali tercatat 1,83 per 1.000 penduduk. Dalam Repelita IV angka tersebut telah menurun menjadi 0,34 per 1.000 penduduk setiap tahun. Sedang di luar Jawa dan Bali angka kesakitan pada menurun dari 9,3% dalam Repelita I menjadi 6,9% dalam Repelita IV.

Penanggulangan penyakit demam berdarah dilakukan melalui penyemprotan jentik nyamuk dengan menggunakan racun serangga abate (abatisasi massal), Angka kesakitan penyakit ini dalam Repelita IV setiap tahun berkisar antara 7,8 - 27,9 per 100.000 penduduk. Sedang pada tahun 1989/90 angka kesakitan tersebut tercatat 6,5 per 100.000 penduduk.

Jenis dan cakupan program imunisasi terutama untuk bayi, anak, dan ibu hamil terus meningkat. Pada tahun 1989/90 cakupan bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap (Universal Child Imunization) mencapai 77,1%. Sedangkan cakupan ibu hamil yang mendapatkan vaksinasi TT sebesar 45,1%. Cakupan imunisasi yang semakin meluas ini akan membawa dampak yang nyata terhadap upaya penurunan angka kematian bayi dan ibu melahirkan.

Sementara itu dalam upaya pengendalian dan pengawasan obat, makanan, dan bahan berbahaya lainnya antara lain telah dilaksanakan kegiatan pemeriksaan atas produksi, dan distribusi obat dan makanan, pengujian terhadap sample obat, makanan dan perbekalan farmasi lainnya, dan registrasi obat yang beredar di masyarakat. Dengan peningkatan kegiatan-kegiatan tersebut, maka jumlah dan mutu produksi dan distribusi obat, makanan dan perbekalan farmasi lainnya dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Di samping itu dalam rangka penyediaan obat yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, maka pengada- an obat generik makin ditingkatkan.

Usaha perbaikan gizi adalah sisi lain dari peningkatan derajat kesehatan rakyat. Saat ini upaya yang dilaksanakan meliputi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), Perbaikan GiziInstitusi, Penanggulangan Kekurangan Vitamin A dan Gondok Endemik, Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), dan Penelitian, Ketenagaan dan Kelembagaan gizi.

51

Page 52: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Kegiatan UPGK merupakan kegiatan lintas sektor yang di-laksanakan dengan prinsip swadaya dan partisipasi aktif ma-syarakat. Tujuan'utamanya adalah mendorong masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan gizinya melalui pemanfaatan aneka ragam pangan sesuai dengan kemampuan dan keadaan lingkungan setempat. Kegiatan-kegiatan UPGK, meliputi: penyuluhan gizi masyarakat, pelayanan gizi melalui Posyandu, dan peningkatan pemanfaatan tanaman pekarangan.

Kegiatan penyuluhan gizi sejak Repelita III sampai dengan akhir Repelita IV diperluas ke semua propinsi yang meliputi 58.296 desa binaan. Dalam tahun 1989/90 jumlah desa yang ter-cakup bertambah dengan 2.427 desa baru. Secara kumulatif jumlah desa yang dibina UPGK-nya mencapai sebanyak 60.723 desa binaan dan 222,2 ribu Posyandu. Dengan peningkatan ke-giatan UPGK khususnya yang dilaksanakan di Posyandu dan di-dukung oleh perbaikan keadaan sosial ekonomi keluarga pada umumnya, maka keadaan gizi anak balita semakin baik.

Hal ini tercermin pada semakin menurunnya prevalensi anak balita yang kurang kalori protein (KKP). Prevalensi anak balita yang bergizi kurang (KKP ringan) menurun dari 12,3% pada akhir Repelita II menjadi sekitar 9,8% pada akhir Repe-lita IV. Sedang untuk yang bergizi buruk (KKP berat) dalam periode yang sama menurun dari 3,7% menjadi 1,3%. Penurunan KKP berpengaruh pada percepatan upaya penurunan angka kematian balita.

Dalam program diversifikasi pangan ditekankan upaya pen-dayagunaan bahan makanan setempat. Kegiatan ini dalam tahun 1989/90 telah dilakukan di 1.000 desa di 5 propinsi, yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kegiatan-kegiatannya meliputi antara lain pengadaan bibit buah-buahan dan benih sayuran untuk pekarang- an di desa UPGK.

Distribusi kapsul vitamin A telah dilaksanakan sejak permulaan Repelita I. Pada tahun pertama Repelita V telah di-distribusikan kapsul vitamin A kepada sekitar 6,7 juta anak balita. Ini merupakan peningkatan yang sangat berarti dari distribusi kapsul vitamin. A yang baru mencapai 30.000 anak dalam satu tahun pada awal pelaksanaan program ini.

Dengan intensifikasi pemberian kapsul vitamin A kepada balita sejak permulaan Repelita I, ditambah dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan gizi mengenai masalah kekurangan vitamin A

52

Page 53: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

ini, diperkirakan prevalensi kelainan mata akibat kekurangan vitamin A (xeropthalmia) pada awal Repelita V ini sudah sangat menurun. Hasil suatu penelitian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi memperkirakan bahwa pada akhir Repe- lita V Indonesia diharapkan dapat bebas dari gangguan kebuta-an, akibat kurang vitamin A. Dengan berhasilnya upaya pence-gahan kebutaan ini, selanjutnya program vitamin A akan lebih ditujukan untuk meningkatkan daya tahan dan pertumbuhan anak balita.

Pencegahan dan penanggulangan penyakit karena gangguan kekurangan iodium (GAKI) terus digalakkan sejak permulaan Re-pelita II melalui iodisasi garam dan penyuntikan preparat iodium. Dalam Repelita II sampai dengan Repelita IV jumlah penduduk yang mendapat suntikan preparat iodium rata-rata berkisar antara 200 ribu - 1,2 juta orang setiap tahunnya. Dengan kegiatan-kegiatan penanggulangan yang intensif ter-sebut prevalensi gondok endemik pada anak sekolah dasar di daerah-daerah rawan gondok menurun dari 37,2% pada akhir Re-pelita III menjadi 23,2% pada akhir Repelita IV.

Meskipun telah terjadi penurunan dalam jumlah penderita Gordok Endemik, dalam Repelita V kegiatan penanggulangan GAKI akan lebih diintensifkan lagi dengan memperluas jangkauan cakupannya dan memantapkan teknologi dan pengelolaannya. Pada tahun pertama Repelita V, selain dilanjutkan penyuntikan pre-parat iodium terhadap 540 ribu penduduk, mulai dikembangkan pula penggunaan preparat iodium oral dan iodisasi air minum di'sejumlah desa percontohan di Propinsi Sumatera Barat, Jawa Barat dan Jawa Timur. Selain itu diintensifkan pula penyuluh-anlgizi tentang pencegahan dan penanggulangan GAKI.

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang dimulai dalam Repelita III merupakan upaya pemantauan untuk memper-oleh informasi dini mengenai keadaan pangan dan perkembangan atau perubahan pola konsumsi pangan penduduk di tingkat pede-saan. Upaya pemantauan ini disebut juga sebagai Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI). Di samping itu SKPG juga bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi gizi.

Sampai dengan tahun 1989/90 kegiatan SIDI dibatasi di beberapa kecamatan di 12 propinsi. Oleh karena keadaan pangan dan lingkungan sosial ekonomi penduduk umumnya telah bertambah baik maka kegiatan SKPG dengan pendekatan SIDI mulai tahun 1989/90 disesuaikan dengan perkembangan dan keadaan setelppat. Dengan penyesuaian tersebut kegiatan-kegiatan SIDI dapat di-

53

Page 54: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

laksanakan lebih efisien dan efektif sesuai dengan perkem-bangan keadaan sosial ekonomi penduduk setempat.

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial merupakan bagian penting dari pembangunan nasional. Tujuannya adalah membantu dan membina kelompok masyarakat yang kurang beruntung ke-hidupannya, agar mereka dapat hidup secara mandiri dan pro-duktif sehingga dapat berperan serta dalam kegiatan pemba-ngunan.

Sasaran pembinaan dan pelayanan sosial terutama adalah anak-anak terlantar, yatim piatu, lanjut usia yang tidak mampu, penyandang cacat, fakir miskin, korban bencana alam, masyarakat terasing dan terpencil serta para tuna sosial. Pe-laksanaan kegiatannya diwujudkan dalam berbagai program dan proyek.

Program pembinaan dan pengembangan sosial mencakup ke-giatan penyuluhan dan bimbingan sosial, pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), penumbuhan swadaya masyarakat dalam bidang perumahan, pembinaan masyarakat terasing dan pembinaan organisasi sosial masyarakat.

Dalam tahun 1989/90 telah dilakukan penyuluhan dan bim-bingan sosial di desa-desa yang menjadi sumber permasalahan sosial. Berkaitan dengan ini telah dibina dan ditatar seba-nyak kurang lebih 10 ribu orarig PSM.- Sampai dengan tahun pertama Repelita V secara kumulatif telah dibina dan ditatar tidak kurang dari 157,4 ribu PSM yang tersebar hampir di se-luruh desa.

Pembinaan swadaya masyarakat di bidang perumahan dan lingkungan diarahkan pada pemugaran perumahan bagi rakyat berpenghasilan rendah. Sampai dengan tahun pertama Repelita V jumlah rumah yang dipugar dengan bantuan Pemerintah dan swa-daya masyarakat mencapai 167 ribu rumah. Dalam tahun 1989/90 jumlah rumah yang dipugar berjumlah sekitar 38 ribu rumah di 3,2 ribu desa.

Usaha pembinaan masyarakat terasing dilaksanakan secara terpadu dengan sektor-sektor terkait. Selama Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dibina dan dimukimkan sebanyak leb.ih dari 37 ribu KK, sedangkan dalam tahun 1989/90 telah dibina dan dimukimkan sebanyak 1.027 KK masyarakat ter-asing. Dalam pada itu telah diberikan pembinaan dan bantuan kepada 7,6 ribu organisasi sosial masyarakat.

54

Page 55: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Sampai dengan tahun pertama Repelita V program pelayanan dan rehabilitasi sosial telah memberikan santunan kepada 607,8 ribu orang anak terlantar dan yatim piatu. Santunan juga diberikan kepada. 453,6 ribu orang lanjut usia yang tidak mampu, kepada 295,6 ribu orang penyandang cacat, dan kepada 34,5 ribu orang tuna sosial. Dalam rangka pelaksanaan penyan-t(inan dan rehabilitasi sosial bagi para penyandang masalah sosial, telah dilakukan pula perbaikan, penyempurnaan dan pembangunan panti-panti sosial di 142 buah panti lanjut usia, 115 panti penyantunan anak termasuk milik pemerintah dan milik swasta, 18 panti rehabilitasi penyandang cacat, dan 4 sasana rehabilitasi wanita milik pemerintah.

Sementara itu, dalam rangka terlaksananya program pem-binaan dan pengembangan sosial juga telah dilakukan pengentas-an terhadap 30,8 ribu KK fakir miskin yang tersebar di 723 desa, dan pemberian bantuan rehabilitasi rumah yang meliputi 55,6 ribu unit rumah korban bencana alam.

Pembinaan Karang Taruna, yang termasuk dalam program pembinaan generasi muda, dilakukan melalui berbagai upaya peningkatan mutu Karang Taruna. Sampai dengan tahun 1989/90 telah tumbuh dan berkembang sekitar 66 ribu Karang Taruna. Dalam pada itu usaha pemantapan organisasi dilakukan dengan memberikan stimulan dalam bentuk sarana usaha kepada 2,1 ribu Karang Taruna.

Melalui program peranan wanita berbagai indikator kese-jahteraan masyarakat, terutama wanita, telah dapat ditingkat-kan. Misalnya jumlah wanita buta huruf dalam kelompok umur 10 - 44 tahun menurun, partisipasi pendidikan di berbagai tingkat makin tinggi, dan makin banyak wanita memasuki lapangan kerja. Demikian pula tingkat kesehatan wanita makin baik, antara lain terlihat dari angka kematian ibu melahirkan yang menurun dan angka harapan hidup wanita yang semakin meningkat.

Beberapa kegiatan yang mendorong tercapainya peningkatan kesejahteraan wanita tersebut di atas antara lain dilaksana-kan melalui Gerakan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Kegiatan Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Pada 'tahun 1989/90 Gerakan PKK dengan 10 program pokoknya telah ditingkatkan kegiatannya di semua desa di Indonesia (66.989 desa) sedangkan kegiatan ter-padu P2WKSS telah pula dilaksanakan di 296 kecamatan yang mericakup 592 desa. Keberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak

55

Page 56: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

dunia (UNICEF) dalam bentuk penghargaan "Sazakawa Prize" dan "Maurice Pate Award" pada tahun 1988.

Di samping itu juga telah dilaksanakan kegiatan Bina Ke-luarga dan Balita yang,bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu dan anggota keluarga yang lain dalam mengusa-hakan pertumbuhan dan perkembangan anak balita secara menye-luruh. Sampai dengan tahun 1989/90 kegiatan ini telah dikem-bangkan di 18 propinsi yang meliputi 1.500 desa. Kegiatan-ke-giatan lain yang dilaksanakan adalah kegiatan pelatihan dan penyuluhan mengenai kesejahteraan ibu. Pada tahun 1989/90 telah diberikan pelatihan dan penyuluhan kepada 80 orang wanita dari organisasi wanita, Tim penggerak PKK dan calon ibu pasangan usia muda dan ibu-ibu hamil usia muda. Selanjutnya dilaksanakan pula kegiatan peningkatan kesadaran dalam gerakan kebersihan dan pelatihan di bidang kesehatan ibu dan anak yang diikuti oleh 540 orang utusan dari 27 propinsi. Dan kegiatan peningkatan pengetahuan kesehatan diberikan kepada wanita yang bekerja di perusahaan-perusahaan di 18 propinsi, dan pelatih- an kesehatan kerja kepada wanita nelayan, petani dan peng- rajin di 414 desa; masing-masing kegiatan diikuti oleh 10 orang wanita pekerja dari setiap desa.

Dalam kerja sama internasional peran wanita Indonesia semakin menonjol, antara lain sebagai koordinator Asean Network of Clearing House on Information of Women in Develop- ment, sebagai pejabat Senior Women's Adviser dari Executive Board UNEP, sebagai Wakil Ketua International Council of Women (ICW) dan sebagai anggota komisi PBB perihal kedudukan wanita (UN Commision 'on the Status of Women). Wanita Indone-sia juga tercatat sebagai anggota pimpinan dari Board of Trustees INSTRAW (International Institute for Training and Research on the Advancement of Women) dan anggota CEDAW (United Nation Committee on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women).

Dalam pada itu, kegiatan penyuluhan, pembinaan dan bim-bingan dilaksanakan pula di beberapa sektor, seperti sektor pertanian, industri, transmigrasi, koperasi, kesejahteraan sosial, hukum, penerangan dan pendidikan. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penataran dan penyuluhan mengenai keluarga bahagia dan sejahtera, penyuluhan mengenai teknologi tepat guna, bimbingan dan pelatihan untuk swadaya wanita desa, pe-nyuluhan mengenai manajemen usaha, pelatihan kepemimpinan wanita, penyuluhan mengenai hukum, dan pelatihan untuk pe-ningkatan keterampilan juru penerang wanita.

56

Page 57: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Untuk memudahkan pembinaan serta memperkuat kerja sama di antara kegiatan usaha wanita, telah dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB). Khususnya dalam sektor tenaga kerja dilaksana-kan pengkajian mengenai kemungkinan disusunnya undang-undang yang mengatur perlindungan tenaga kerja wanita.

Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar rakyat yang pemenuhannya merupakan salah satu sasaran penting pem-bangunan nasional. Pembangunan sektor perumahan dan pemukiman terus ditingkatkan dengan sasaran agar semakin banyak rakyat yang dapat menghuni rumah dengan lingkungan pemukiman yang layak, sehat, aman dan serasi. Perhatian utama diberikan ke-pada masyarakat berpenghasilan rendah baik yang bermukim di daerah perkotaan maupun yang di pedesaan, termasuk yang di kawasan pantai. Kegiatan pembangunan di bidang ini dilaksana-kan' melalui tiga program utama, yaitu Program Perumahan Rakyat, Program Penyediaan Air Bersih dan Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Pelaksanaan program-program tersebut diutamakan di lokasi-lokasi pemukiman kumuh, yang umumnya rawan air bersih dan rawan penyakit, daerah terpencil dan pantai, pusat-pusat pertumbuhan dan daerah transmigrasi. Dalam pada itu program-program tersebut juga diarahkan untuk saling mendukung pembangunan sektor lainnya, seperti industri, perhubungan, perdagangan dan sosial.

Program perumahan rakyat dilaksanakan antara lain melalui kegiatan peningkatan penyediaan perumahan sederhana, pemugar- an perumahan desa, perbaikan kampung dan penataan bangunan.

Selama tahun ertama Repelita V (1989/90) jumlah rumah yang dibangun dan disalurkan melalui fasilitas Kredit Pemilik- an Rumah oleh Bank Tabungan Negara (KPR-BTN) mencapai 86.466 unit, dengan perincian sebanyak 17.160 unit berasal dari Perum Perumnas dan sebanyak 69.306 unit berasal dari developer swasta. Sejak dimulainya usaha ini dalam Repelita II sampai dengan i989/90 jumlah rumah KPR-BTN yang dibangun secara ku-mulatif mencapai 625,9 ribu unit yang terdiri dari 194,2 ribu unit dibangun oleh Perum Perumnas dan 431,7 ribu unit dibangun oleh developer swasta.

Usaha pemugaran perumahan desa dalam tahun 1989/90 telah berhasil dilaksanakan di 3.178 desa dan mencakup sebanyak 38,1 ribu buah rumah terpugar termasuk kegiatan yang dijalan- kan dengan sistem perantaian yang diusahakan oleh masyarakat. Sejak dimulainya dalam Repelita II sampai dengan tahun 1989/90 usaha ini telah berhasil dilaksanakan di sekitar 17,8 ribu

57

Page 58: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

desa yang mencakup kurang lebih 321,0 ribu buah rumah ter-pugar.

Selanjutnya dalam tahun 1989/90 usaha perbaikan kampung telah berhasil dilaksanakan di 242 kota yang tersebar di se-luruh Daerah Tingkat I, mencakup areal seluas kurang lebih 5.250 ha yang dinikmati oleh sekitar 1,5 juta orang penduduk. Dengan demikian sejak dimulainya dalam Repelita I sampai dengan tahun 1989/90 usaha ini telah berhasil melaksanakan perbaikan kampung di 501 kota meliputi areal seluas kurang lebih 55,0 ribu ha dan dinikmati oleh sekitar 17,3 juta orang penduduk. Dengan makin ditingkatkannya program perbaikan kam-pung ini maka bagi penduduk yang sebelumnya tinggal di ling-kungan kumuh dan tidak sehat, secara bettahap dapat menikmati dan tinggal di tempat yang lebih baik. Hal tersebut akan mem-punyai dampak terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan kesejahteraan penduduk.

Program lain yang cukup besar peranannya dalam meningkat-kan kesejahteraan masyarakat adalah program penyediaan air bersih. Dalam program ini diprioritaskan usaha-usaha pening-katan pelayanan di daerah kumuh baik di perkotaan maupun pedesaan, termasuk kawasan pantai yang rawan air bersih. Dalam rangka pelaksanaan program ini juga diprioritaskan upaya-upaya pemanfaatan kapasitas produksi terpasang, peningkatan operasi dan pemeliharaan serta pengurangan kebocoran.

Pada tahun 1989/90 dalam usaha peningkatan pelayanan air bersih perkotaan telah berhasil dibangun sebanyak 5,9 ribu buah hidran/kran umum (termasuk terminal air) atau 57% dari jumlah yang mampu dibangun selama Repelita IV, dan 296,8 ribu buah sambungan rumah yang dapat melayani sebanyak 2,8 juta orang penduduk. Dengan adanya penambahan hidran umum, maka harga air bersih yang dijajakan (dengan dorongan) di daerah perkotaan dapat diturunkan menjadi.kurang lebih 40% dari harga sebelumnya. Dengan demikian hidran umum yang dibangun telah membantu meringankan beban ekonomi penduduk yang berpeng-hasilan rendah.

Pada tahun yang sama untuk daerah pedesaan telah dibangun sekitar 1,1 ribu buah hidran/kran umum, 4,8 ribu buah sumur, 543 buah penampungan air hujan, 60 buah perlindungan mata air dan 9,5 ribu buah sambungan rumah, yang sebagai keseluruhan semuanya dapat melayani kurang lebih 1,6 juta orang. Dengan terus ditingkatkannya penyediaan sarana air bersih pedesaan melalui kegiatan penyuluhan dan partisipasi masyarakat desa,

58

Page 59: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

diharapkan kesadaran dan pengertian masyarakat akan penting-nya air bersih dan sanitasi lingkungan semakin meningkat. Hal tersebut penting artinya bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya untuk mencegah timbulnya berbagai pe-nyakit yang ditularkan melalui air. Di samping itu kapasitas produksi air bersih daerah perkotaan telah bertambah dengan sebanyak 1.483 liter/detik, dan untuk daerah pedesaan bertambah sekitar 366 liter/detik. Dengan demikian secara kumulatif sejak tahun 1968 sampai dengan tahun pertama Repelita V di daerah perkotaan telah tersedia sebanyak 55,7 ribu buah hidran/kran umum dan 1,5 juta buah sambungan rumah yang se-cara keseluruhan dapat melayani sebanyak 24,3 juta orang penduduk. Di samping itu dalam kurun waktu yang sama kapasitas produksi air bersih di daerah perkotaan yang tersedia menjadi sekitar 53,5 ribu liter/detik.

Program penyehatan lingkungan pemukiman dilaksanakan me- lalui usaha penanganan saluran air hujan (drainese), persam- pahan dan air limbah. Peningkatan penanganan drainase pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan di 88 kota yang dapat mela- yani kurang lebih 4,6 juta orang, sedang dalam lima tahun Repelita IV telah dilaksanakan di 107 kota yang melayani kurang lebih 10,5 juta orang. Penanganan persampahan pada tahun 1989/90 telah dilaksanakan di 152 kota yang dimanfaat- kan oleh kurang lebih 2,3 juta orang. Selama Repelita IV ke-giatan dilaksanakan di 204 kota dan memberi manfaat bagi kurang lebih 15,5 juta orang. Selanjutnya penanganan air limbah dalam tahun 1989/90 telah dilaksanakan di 43 kota yang memberi manfaat kepada kurang lebih 337 ribu orang, sedangkan dalam lima tahun Repelita IV telah dilaksanakan di 58 kota yang memberi manfaat bagi sekitar 4,7 juta orang.

Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa ditentu-kan oleh kemampuannya dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selama Repelita IV kebijaksanaan nasional di bidang riset dan teknologi diprioritaskan pada bidang-bidang, Pengembangan Kebutuhan Dasar Manusia, Sumber Daya Alam dan Energi, Industri, Pertahanan dan Keamanan, Sosial Ekonomi, Falsafah, Budaya, Hukum dan Perundang-undang-an.

Hasil-hasil yang dicapai di bidang riset dan teknologi antara lain adalah berbagai penelitian yang menghasilkan te-muan-temuan yang berguna bagi penyusunan kebijaksanaan, pe-rencanaan dan pelaksanaan program-program pembangunan di ber-bagai bidang.

59

Page 60: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Dalam rangka pengembangan sektor pertanian antara lain telah diteliti berbagai masalah sehubungan dengan pengembang-an tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman industri dan perkebunan, perikanan, peternakan, usaha tani dan pertanahan. Di bidang kesehatan diadakan penelitian yang mencakup berbagai soal mengenai penyakit menular, penyakit tidak menular, eko-logi kesehatan, farmasi dan peningkatan pelayanan kesehatan.

Penelitian yang telah dilaksanakan di bidang sumber daya alam dan energi mencakup: survai dan pemetaan sumber alam, penelitian sumber daya energi, dan penelitian kedirgantaraan. Survai dan pemetaan sumber alam mencakup kegiatan pemetaan dasar nasional matra darat, inventarisasi dan evaluasi sum-berdaya matra darat serta mengadakan pembinaan dan pengembang-an data dasar dan perpetaan wilayah nasional.

Kegiatan penginderaan jauh selama ini mencakup kegiatan pemanfaatan data dari satelit sumber alam "Landsat" dan sa-telit cuaca dan lingkungan. Dalam bidang kedirgantaraan telah diteliti berbagai aspek pembuatan roket ilmiah dan teknologi satelit.

Pengkajian di bidang industri dilakukan melalui wahana transformasi teknologi, yaitu industri penerbangan, maritim dan perkapalan, transportasi darat, telekomunikasi dan elek-tronika, serta energi dan rekayasa.

Dalam bidang pertahanan dan keamanan antara lain telah dilakukan penelitian tentang teknologi kelautan, teknologi elektronika, sistem persenjataan, sistem pemeliharaan dan perbaikan alat pertahanan keamanan serta teknologi dirgantara.

Sementara itu bidang sosial ekonomi telah dilakukan pe-nelitian untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan masyarakat Indonesia, dan mencakup penelitian perubahan sosial, perekonomian desa, koperasi, transmigrasi, tenaga kerja, agama, pendidikan dan kebudayaan, administrasi pembangunan dan hukum.

Untuk memperkecil ketergantungan Indonesia pada ilmu pengetahuan dan teknologi luar negeri, senantiasa diusahakan peningkatan kualitas peneliti melalui pendidikan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pemasyarakatan dan penyebar-luasan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan berbagai fasilitas dan prasarana penelitian seperti kompleks labora-torium di Puspiptek/Serpong/Jawa Barat.

60

Page 61: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Erat kaitannya dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tersedianya data statistik yang lengkap dan akurat. Statistik penting baik untuk penyusunan rencana dan kebijaksanaan pembangunan nasional maupun untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai. Tersedianya data statistik yang andal, lengkap dan konsisten mendukung keberhasilan pem-bangunan.

Program penyempurnaan dan pengembangan 'statistik diarah-kan untuk mengembangkan statistik pertanian pusat, pengembang-an statistik makro (pendapatan nasional, regional dan tabel input-output), survai sosial ekonomi nasional (SUSENAS), sta-tistik daerah, survai biaya hidup 1989, studi neraca arus dana 1987 dan sensus penduduk 1990. Dalam tahun pertama Repe-lita V telah dihasilkan sebanyak 71 jenis publikasi mengenai hal-hal tersebut.

Untuk mencapai sistem perstatistikan terpadu, dilaksana-kan komputerisasi di tingkat pusat maupun daerah. Dalam tahun pertama Repelita V, sebanyak 6 kantor statistik propinsi di-lcngkapi dengan sistem mini komputer dan 21 kantor statistik propinsi lainnya dilengkapi dengan komputer "PC-AT". Dengan sistem komputerisasi yang telah dikembangkan, penyajian data statistik menjadi lebih sistematis, lebih akurat dan lebih cepat.

Peningkatan perangkat keras harus diimbangi dengan pe-ningkatan perangkat lunak. Untuk ini telah dilaksanakan pe-ningkatan keterampilan pegawai statistik melalui berbagai kursus, seperti kursus statistik praktis, statistik menengah, statistik lanjutan, pengajar kursus, kursus komputer, kursus statistik tertulis, kursus administrasi lanjutan, kursus ad-ministrasi praktis, pendidikan sarjana statistik serta bim-bingan dan-bantuan belajar. Sedangkan di daerah-daerah kepada para mantri statistik diberikan kursus-kursus yang dilaksana-kan di 6 pusat latihan, yaitu: Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Bali. Sampai dengan tahun pertama Repelita V Jumlah tenaga yang mengikuti pendidikan statistik tercatat sebanyak 4.351 orang mengikuti program kursus dan 3.966 orang mengikuti program diploma.

Pembangunan nasional mencakup segi materiil dan segi spiritual kehidupan bangsa. Pembangunan di bidang agama meru-pakan bagian integral dari pembangunan nasional dan kegiatan-nya terus ditingkatkan dan diarahkan pada pengembangan kehi-dupan keagamaan, agar terkembangkan landasan moral, etik dan

61

Page 62: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

spiritual bagi rakyat, dan tercipta kehidupan rukun di antara sesama umat beragama, tercipta kesatuan dan persatuan bangsa yang kokoh.

Kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang agama antara lain meliputi kegiatan-kegiatan pembangunan dan rehabilitasi tempat peribadatan, pengadaan kitab suci bagi berbagai agama, penerangan dan bimbingan hidup beragama, pembinaan perguruan agama, dan pembinaan guru agama pada sekolah umum.

Dengan didukung oleh partisipasi masyarakat pembangunan di bidang agama telah menunjukkan hasil-hasil yang menggembi-rakan. Tempat peribadatan berbagai agama yang pada tahun 1968 berjumlah 380.951 buah pada tahun 1989/90 menjadi 658.938 buah atau meningkat lebih dari 1,7 kali.

Pembinaan keagamaan dilaksanakan melalui penyuluhan, pe-nyediaan brosur, penyediaan paket dakwah dan musyawarah keru-kunan hidup beragama. Dalam tahun pertama Repelita V, kegiat-an penyuluhan dilaksanakan melalui 19.027 kelompok, dilengkapi dengan penyediaan brosur agama sebanyak 16,9 juta eksemplar dan penyediaan paket dakwah sebanyak 337,6 ribu perangkat. Kegiatan pembinaan ini meningkat pesat dibanding akhir tahun Repelita I, yaitu penyuluhan baru diselenggarakan melalui 1.441 kelompok dengan penyediaan brosur sebanyak 2,7 juta eksemplar dan penyediaan paket dakwah sebanyak 32,7 ribu perangkat.

Peningkatan mutu pendidikan agama pada Madrasah Ibti-daiyah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN), dilengkapi dengan pengadaan buku pelajaran dan pedomanguru, penataran guru serta rehabilitasi dan perluasan gedung bangunan sekolah. Untuk kegiatan-kegiatan tersebut pada akhir Repelita II pengadaan buku adalah sebanyak 923,1 ribu buah buku, penataran guru sebanyak 2.980 orang dan rehabilitasi dan perluasan pada 510 buah gedung. Pada tahun pertama Repelita V dilaksanakan pengadaan buku sebanyak 1.379,3 ribu buah, pe-nataran guru sebanyak 971 orang, pembangunan dan perluasan sebanyak 301 buah gedung.

Hal-hal penting yang dicapai dalam kegiatan pembinaan hukum dilaksanakan melalui pengesahan Rancangan Undang-undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), Penetapan Kepu-tusan Presiden dan Penetapan Instruksi Presiden. Selama lima tahun dalam Repelita I telah disahkan sebanyak 259 RPP menjadi Peraturan Pemerintah, selama lima tahun dalam Repelita IV

62

Page 63: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

disahkan sebanyak 182 RPP dan sebanyak 18 RPP disahkan menjadi Peraturan Pemerintah dalam tahun pertama Repelita V. Sejak Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV telah ditetapkan sebanyak 1.297 Keputusan Presiden dan sebanyak 229 Instruksi Presiden. Pada tahun pertama Repelita V ditetapkan 52 Keputusan Presiden dan ditetapkan 5 Instruksi Presiden.

Dalam pada itu penyelesaian perkara pada badan peradilan dilaksanakan melalui Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Selama lima tahun dalam Re elita I sebanyak 900.158 perkara yang ada sebanyak 698.923 (p77,6%) dapat di-selesaikan oleh Pengadilan Negeri, selama Repelita IV dapat diselesaikan sebanyak 8.572 ribu (98,7%) dari 8.698 ribu perkara yang ada dan pada tahun pertama Repelita V diselesaikan sebanyak 1.188 ribu (95,6%) dari 1.245 ribu perkara. Melalui Pengadilan Tinggi selama Repelita I sebanyak 66.780 perkara dapat diselesaikan sebanyak 25.830 (38,7%), selama Repelita IV diselesaikan sebanyak 43.361 (76,9%) dari 56.386 perkara dan dalam tahun pertama Repelita V sebanyak 8.157 (78,90) dapat diselesaikan. Sebanyak 12.253 perkara yang diajukan melalui Mahkamah Agung dapat diselesaikan sebanyak 6.885 (56,2%) selama lima tahun dalam Repelita I, selama Repelita IV sebanyak 6.609 (28,8%) perkara diselesaikan dan sebanyak 5.560 (24,9%) perkara diselesaikan dalam tahun pertama Repelita V.

Sementara itu penyelesaikan perkara pada kejaksaan juga terjadi peningkatan. Selama lima tahun dalam Repelita I dari 1.069.240 perkara yang masuk, sebanyak 905.309 (84,7%) dapat diselesaikan. Selama Repelita IV sebanyak 6.641.522 (97,7%) perkara dapat diselesaikan. Efektifitas penyelesaian masalah pada Mahkamah Agung semakin meningkat pada tahun pertama Repelita V yaitu dari 1.089.320 perkara sebanyak 1.086.563 (99,8%) dapat diselesaikan dalam satu tahun.

Untuk menunjang pelaksanaan dan penegakan hukum secara adil dan bijaksana, kepada para tenaga penegak hukum dan tenaga teknis lainnya dilaksanakan pendidikan dan pelatihan. Selama lima tahun dalam Repelita I sebanyak 1.238 orang dalam lingkungan kehakiman mendapatkan pelatihan bermacam bidang meliputi penataran dan latihan: hakim, calon hakim, panitera, juru sita, tenaga pemasyarakatan, tenaga keimigrasian, admi-nistrasi kehakiman, SESPA, SEPADYA, SEPADA, SEPADA, pimpro bendaharawan, teknis hukum dan kewaspadaan nasional dan wawasan nusantara. Selama Repelita IV sebanyak 15.261 orang memperoleh pelatihan dan penataran, dalam tahun pertama Repelita V

63

Page 64: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

sebanyak 1.554 orang mengikuti pelatihan dan penataran ter-sebut.

Di lingkungan Kejaksaan Agung pendidikan dan penataran diberikan dalam bentuk: pembentukan jaksa, peningkatan ke-terampilan jaksa, pendidikan staf pimpinan administrasi, bidang intelijen, bidang pengawasan, penelitian hukum dan jaksa khusus. Selama lima tahun dalam Repelita I sebanyak 160 orang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut, se-lama Repelita IV pendidikan dan penataran diikuti oleh 1.973 peserta dan dalam tahun pertama Repelita V diikuti oleh 380 peserta.

Upaya pengamanan keuangan negara, baik dari segi peneri-maan maupun pengeluaran, dilanjutkan melalui berbagai tindak-an hukum. Tindakan hukum tersebut berupa pencegahan dan pem-berantasan terhadap perbuatan korupsi, penyelundupan dan ma-nipulasi pajak, dan terhadap bentuk penyelewengan lainnya yang dapat menghambat pelaksanaan pembangunan. Upaya-upaya ini dilaksanakan melalui Operasi Wibawa, Operasi Jaring, Ope-rasi Tegak dan Operasi 812 (pemberantasan judi buntut). Untuk lebih meningkatkan penegakan hukum di bidang keimigrasian, pelacakan'dan penindakan terhadap orang-orang asing yang tidak mentaati ketentuan yang berlaku. tetap terus dilancarkan khu-susnya terhadap orang-orang asing yang melakukan kegiatan atau usaha yang tidak sah di wilayah Republik Indonesia.

Pembinaan narapidana dalam bentuk pemberian pelatihan keterampilan telah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti. Peningkatan pelatihan keterampilan dilakukan bekerja samadengan berbagai Departemen dan kalangan swasta. Dalam bidang pendidikan ini Lembaga Pemasyarakatan Sragen telah memperoleh penghargaan "Noma Literacy Prize", yaitu Penghargaan Inter-nasional dari UNESCO/PBB atas keberhasilan Lembaga Pemasyara-katan mensukseskan Kejar Paket A. Dalam rangka mengatasi kerawanan keamanan dan pemantapan pembinaan para narapidana, telah dilaksanakan penyesuaian penempatan, dan pemindahan narapidana dari satu Lembaga Pemasyarakatan ke Lembaga Pema-syarakatan lainnya.

Garis-garis Besar Haluan Negara antara lain mengamanatkan bahwa kegiatan penerangan dan media massa merupakan sarana pembangunan bangsa yang harus dapat membudayakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam semua kehidupan masyarakat. Selain itu kegiatan tersebut juga diarahkan untuk menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya partisipasi dan tanggung jawab masyarakat luas dalam pembangunan nasional.

64

Page 65: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Sejak awal Repelita I telah banyak sarana dan prasarana media penerangan yang ditingkatkan guna mencapai tujuan ter-sebut. Di antaranya telah dibangun 277 buah Pusat Penerangan Masyarakat (Puspenmas) sebagai pusat informasi pembangunan pada masyarakat luas dan pusat untuk menampung aspirasi masyarakat. Dengan meningkatnya kegiatan-kegiatan yang dilak-sanakan di Puspenmas, maka masyarakat dapat lebih memahami program-program pembangunan dan permasalahannya serta mampu lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan pembangunan.

Hingga tahun pertama Repelita V jumlah Studio RRI adalah 49 buah dan pemancar sebanyak 362 buah dengan kekuatan ter-pasang 3.299 kw. Jumlah stasiun pemancar/penghubung TVRI me-nihgkat dari 7 pemancar/penghubung pada tahun 1968 menjadi 254 pemancar/penghubung pada tahun pertama Repelita V dengan kekuatan terpasang seluruhnya berjumlah 338,55 kw. Jumlah stasiun penyiaran (studio) TVRI sampai tahun pertama Repe- lita V mencapai 10 buah, termasuk TVRI Pusat Jakarta, dibantu oleh 10 buah stasiun produksi keliling (SPK).

Dengan perluasan jaringan pemancar RRI dan TVRI tersebut, jangkauan siaran RRI maupun TVRI semakin meluas. Jumlah ke-lompok pendengar/pirsawan yang pada awal Repelita I baru ber-jumlah 127 kelompok, pada awal Repelita V telah berkembang menjadi 72.000 kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasil-an!penambahan sarana dan pelayanan komunikasi oleh masyarakat telah dirasakan manfaatnya, antara lain untuk tukar-menukar informasi tentang hasil-hasil pembangunan melalui kelompok-kelompok pendengar tersebut.

Jumlah penguasaan surat kabar sebagai sumber informasi bagi masyarakat semakin meningkat pula. Perkembangan rasio sirkulasi surat kabar untuk setiap penduduk yang berumur 10 tahun ke atas semakin bertambah baik, yaitu satu surat kabar untuk 47 penduduk pada tahun 1969/70 menjadi satu surat kabar untuk 30 penduduk pada akhir Repelita IV. Dengan peningkatan oplah surat kabar tersebut, maka jangkauan penyebaran infor-masi makin meluas sampai ke daerah terpencil. Dengan demikian diharapkan partisipasi masyarakat dalam berbagai program pem-bangunan dapat ditingkatkan.

Penggunaan parabola sebagai alat penerima siaran televisi semakin memasyarakat. Bila pada akhir Repelita IV tercatat 9.870 buah, maka pada tahun pertama Repelita V tercatat 10.256 parabola di seluruh Indonesia. Dengan meningkatnya pe-manfaatan antena parabola oleh perorangan dan oleh pemerintah

65

Page 66: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

daerah, maka masyarakat di daerah-daerah terpencilpun dapat terjangkau siaran, televisi.

Sementara itu kemampuan produksi siaran TVRI rata-rata per hari mencapai sembilan jam per hari, dengan perbandingan antara produksi dalam negeri dan produksi siaran luar negeri adalah 4:1. Angka ini merupakan peningkatan yang nyata di-banding pada tahun 1968 dengan perbandingan 2:3.

Dalam pada itu, keseimbangan pembangunan antar daerah selalu menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan dan pe-laksanaan program-program pembangunan. Pembangunan daerah me-rupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional. Sebagai hasil dari pembangunan keadaan sosial ekonomi daerah-daerah pada umumnya telah mengalami peningkatan. Pendapatan masyarakat pada umumnya telah meningkat, kemiskinan semakin berkurang dan kesejahteraan sosial juga semakin merata. Se-perti disebutkan di muka, di setiap kecamatan telah dibangun Puskesmas dan Puskesmas pembantu, sehingga rakyat umumnya telah dapat menikmati pelayanan kesehatan dengan mudah. Fasi-litas pendidikan dasar telah dibangun di setiap desa dan hampir seluruh anak usia 7 - 12 tahun telah mendapat kesempat-an bersekolah.

Dengan semakin bertambah baiknya infrastruktur dan fasilitas komunikasi serta angkutan antar daerah, daerah yang terisolasi semakin berkurang dan lalu lintas barang dan orang semakin lancar. Dalam pada itu kemampuan daerah dalam meren-canakan dan melaksanakan pembangunan juga semakin meningkat. Semua itu semakin mendorong gairah dan partisipasi masyarakat untuk lebih meningkatkan kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing.

Sejak permulaan Repelita I bantuan pembangunan yang di-berikan kepada daerah telah berkembang dengan pesat, baik jenis maupun besarnya bantuan.

Untuk mengembangkan usaha-usaha swadaya gotong royong masyarakat di pedesaan, telah diberikan bantuan pembangunan desa. Pada akhir Repelita I, desa yang menerima bantuan ber-jumlah 45.587 desa dengan jumlah bantuan seluruhnya sebesar Rp 5,7 miliar. Bantuan tersebut terus bertambah sesuai dengan perkembangan jumlah desa yang meningkat. Pada tahun pertama Repelita V jumlah desa yang memperoleh bantuan meningkat men-jadi 66.979 desa dengan jumlah bantuan yang berlipat ganda, yaitu sebesar Rp 112,0 miliar. Bantuan tersebut digunakan

66

Page 67: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

untuk membangun berbagai macam proyek prasarana desa yang me-liputi proyek prasarana produksi, prasarana perhubungan, pra-sarana pemasaran dan prasarana sosial yang dibutuhkan masya-rakat. Bantuan tersebut telah mendorong berbagai jenis kegiat-an swadaya masyarakat. Dalam tahun terakhir Repelita I besar-nya swadaya masyarakat pedesaan mencapai Rp 11,2 miliar.Jumlah tersebut telah meningkat menjadi Rp 221,3 miliar pada tahun pertama Repelita V.

Di samping itu sejak tahun 1970/71 diberikan bantuan me-lalui Program Pembangunan'daerah Tingkat II, yang didasarkan atas jumlah penduduk. Pada tahun 1970/71 jumlah seluruh bantuan ini adalah sebesar Rp 5,7 miliar. Pada tahun pertama Repelita V (1989/90) Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II seluruhnya berjumlah Rp.270 miliar. Dengan bantuan tersebut, dalam tahun 1989/90 telah berhasil dibangun berbagai proyek, di antaranya adalah peningkatan/pembangunan jalan sepanjang 23.463 km, jembatan 10.251 meter, lain-lain proyek sebanyak 468 buah, dan dapat diciptakan tambahan kesempatan kerja bagi sebanyak kurang lebih 534.000 orang.

Di samping Program Pembangunan Daerah Tingkat II, setiap Kabupaten/Kotamadya juga menerima bantuan lainnya, yaitu program peningkatan jalan dan penggantian jembatan kabupaten,program pembinaan pendidikan dasar, program pelayanan kese-hatan dan program rehabilitasi hutan dan lahan kering.

Dalam rangka meningkatkan keserasian antara pembangunan sektoral dan daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan memeratakan pembangunan, sejak tahun 1974/75 dilaksanakan Program Pembangunan Daerah Tingkat I. Bantuan yang disediakan dalam tahun 1974/75 berjumlah sebesar Rp 43,9 miliar. Dalam tahun pertama Repelita V bantuan yang diberikan seluruhnya berjumlah Rp 324,0 miliar, atau 7 kali lipat dibanding tahun 1974/75. Bantuan tersebut dalam tahun 1989/90 antara lain telah digunakan untuk membiayai kegiatan operasi dan pemeli-haraan pengairan, pemeliharaan jalan propinsi dan proyek-pro-yek lain yang dianggap penting oleh daerah. Jumlah proyek yang dibiayai sebanyak 2.577 buah.

Di samping bantuan tersebut mulai tahun 1989/90 kepada setiap propinsi diberikan bantuan untuk menangani jalan pro-pinsi, yaitu Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi. Pada tahun 1989/90 disediakan bantuan sebesar Rp 69,25 miliar. Dengan dana tersebut telah ditingkatkan jalan propinsi sepanjang 2.493 km dan penggantian/rehabilitasi jembatan se panjang

67

Page 68: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

7.177 meter. Dengan bantuan ini pula diharapkan daerah dapat meningkatkan pelaranan jasa angkutan darat kepada masyarakat setempat dengan lebih baik lagi. Selain itu, perhatian khusus diberikan kepada daerah tertentu seperti Irian Jaya dan Timor Timur melalui Program Khusus Pembangunan Daerah.

Untuk mendukung usaha pemanfaatan ruang secara optimal dan mencegah penggunaan tanah yang dapat merugikan kepenting-an,masyarakat dan kepentingan pembangunan, telah dilaksanakan kegiatan penataan ruang dan penataan pertanahan. Seperti di-sebutkan di muka, suatu langkah penting di bidang ini adalah telah dibentuknya Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Na-sional berdasarkan Kepres No. 57 tahun 1989. Tim ini bertugas antara lain menyusun pengembangan pola tata-ruang nasional yang akan menjadi acuan penyusunan tata ruang di daerah tingkat I dan tingkat II.

Penataan ruang yang telah dilaksanakan sampai dengan tahun 1989/90 telah memberikan landasan yang lebih baik ke-pada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan koordinasi pem-bangunan di daerahnya. Perencanaan tata ruang dilaksanakan melalui tahapan-tahapan, disesuaikan dengan masalah mendesak yang dihadapi.

Dalam pada itu, kemajuan yang telah dicapai dalam bidang pertanahan juga cukup baik. Secara bertahap berbagai masalah mendesak dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan dan pengalih-an hak atas tanah dapat diatasi. Hasil yang telah dicapai dalam penatagunaan tanah dalam tahun 1989/90 yang penting antara lain ialah pemetaan penggunaan tanah detail seluas 2,03 juta ha tersebar di seluruh tanah air. Dalam bidang pen-daftaran tanah telah diselesaikan pemetaan perkotaan di 50 kota seluas 198.500 ha dan penerbitan sebanyak 31.255 serti-fikat bagi golongan ekonomi kurang mampu.

Dengan semakin meluas dan meningkatnya kegiatan pem-bangunan yang dilaksanakan oleh daerah, keperluan akan aparatur dengan mutu yang memadai semakin meningkat, termasuk lembaga perencanaan yang dapat melaksanakan koordinasi peren-canaan. Untuk itu berdasarkan Keppres No. 15 Tahun 1974, yang disempurnakan dengan Keppres No. 27 Tahun 1980, telah dibentuk Bappeda Tingkat I dan Bappeda Tingkat II. Dengan terbentuknyaBappeda dan penyempurnaan yang terus menerus, maka mekanisme dan koordinasi perencanaan dari bawah dapat dilaksanakan dengan semakin baik. Konsultasi pembangunan yang dilaksanakan mulai dari tingkat kecamatan sampai ke tingkat nasional mem-

68

Page 69: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

bantu memantapkan keserasian pembangunan sektoral dengan pem-bangunan daerah.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional aparatur pemerin-tah memegang peranan yang sangat penting. Pendayagunaan aparatur pemerintah yang telah dilakukan Pemerintah sejak Repelita I pada pokoknya bertujuan untuk meningkatkan kemam-puan aparatur pemerintah, di pusat dan di daerah, agar dapat menyelenggarakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan ber-dasarkan Pancasila dan UUD 1945, secara lebih tertib, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan berwibawa, serta mampu membei?ikan pelayanan dan mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan.

Langkah-langkah pendayagunaan yang telah dilakukan meli-puti keseluruhan unsur dalam sistem administrasi pemerintahan seperti, pertama, pembinaan, penyempurnaan, dan penertiban bidang kelembagaan, bidang kepegawaian dan bidang ketatalak-sanaan baik pada aparatur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Desa, maupun pada aparatut Perekonomian Negara dan Daerah; kedua, pemantapan hubungan koordinasi dan kerja sama dalam dan antar aparatur Pemerintah Pusat dan dengan Pemerin-tahlDaerah di bidang perencanaan, pemantauan pelaksanaan, ke-uangan, pengawasan dan kepegawaian; ketiga, peningkatan ke-mampuan aparatur dalam merencanakan, mengawasi dan mengen-dalikan pelaksanaan kebijaksanaan, program dan proyek pem-bangunan; dan keempat, peningkatan kemampuan aparatur peme-rintah dalam menumbuhkan prakarsa dan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Pelaksanaan pendayagunaan aparatur pemerintah sejak Repelita I hingga tahun pertama Repelita V antara lain meliputi hasil dan langkah-langkah sebagai berikut:

Dalam bidang kelembagaan telah diambil langkah-langkah penyempurnaan dalam bentuk penataan kembali susunan organisasi Departemen dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen, termasuk pembentukan dan atau penghapusan satuan kerja, guna memper-jelas wewenang, tanggung jawab, fungsi dan tugas lembaga pe-merintahan. Penertiban organisasi departemen pada dasarnya tetap berpedoman pada Keppres No. 44 Tahun 1974; sedangkan susunan organisasi departemen-depattemen mengalami perkembang-an sesuai kebutuhan pembangunan. Dalam hubungan yang terakhirini, Keppres No. 45 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen telah disempurnakan dan diganti dengan Keppres No. 15 Tahun 1984. Dalam tahun pertama Repelita V diterbitkan Keppres No. 4 Tahun 1990 yang mengatur perubahan susunan

69

Page 70: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

organisasi Departemen Perdagangan. Semua ini dimaksudkan agar aparatur pemerintah benar-benar dapat menampung beban kerja sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan dan melakukan koordinasi serta kerja sama secara lebih mantap.

Pendayagunaan aparatur Pemerintah Daerah, di samping di-tujukan untuk meningkatkan kemampuan aparatur daerah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan termasuk peningkatan prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pem-bangunan di daerah juga peningkatan proses perencanaan dan. pelaksanaan pembangunan dari bawah. Di samping itu, pendaya-gunaan aparatur pemerintah daerah dimaksudkan untuk mewujudkan keserasian kegiatan antara yang dilakukan oleh aparatur pusat dan yang dilakukan oleh aparatur daerah. Kemudian, dalam rangka mewujudkan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab, dengan titik berat pada Daerah Tingkat II, diambil langkah-langkah untuk mengatur hubungan aparatur Pusat dengan Daerah yang serasi dan selaras, sesuai dengan asas de-sentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. Untuk Repelita V telah ditetapkan program pendayagunaan aparatur pemerintah yang mengacu pada peletakan titik berat otonomi daerah pada Daerah Tingkat II. Dalam hubungan ini telah diterbitkan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dan dengan Keppres No. 23 Tahun 1975 dibentuk Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Kemudian juga dalam tahun 1974 dengan Keppres No. 15/1974 tentang Pemben-tukan Bappeda Tingkat I, dan Keppres. No. 27/1980 tentang Pem-bentukan Bappeda Tingkat II. Pembentukan Bappeda meningkatkan kemampuan aparatur daerah dalam perencanaan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan, juga menunjang proses perencanaan dari bawah. Hal tersebut terakhir ini lebih dimantapkan lagi dengan pengembangan dan pembinaan UDKP dan LKMD secara terus menerus. Sebelum itu, dalam tahun 1979 diterbitkan UU No. 5/1979 tentang Pemerintahan Desa, kemudian dengan PP IVo. 6 Tahun 1988 diatur Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah. Dengan demikian aparatur pemerintah daerah semakin mantap, demikian juga kemampuannya dalam melaksanakan koor-dinasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Dalam bidang aparatur perekonomian negara, upaya penda-yagunaan telah terus menerus dilakukan sejak Repelita I, me-liputi penertiban status hukum, organisasi, pertanggungjawaban dan kedudukan karyawan BUMD. Dalam Repelita III upaya tersebut ditingkatkan dengan diterbitkannya Keppres No. 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan BUMN. Selanjutnya dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1988 dan Keputusan

70

Page 71: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Menteri Keuangan No. 740/KMK.00/1989 tanggal 28 Juni 1989, upaya pendayagunaan BUMN telah lebih didorong lagi dengan me-ningkatkan efisiensi dan peranannya dalam pembangunan melalui langkah-langkah penyehatan dan penyempurnaan pengelolaan BUMN/D.

Dalam bidang kepegawaian telah dilakukan langkah-langkah pendayagunaan yang bertujuan untuk memperluas wawasan dan me-ningkatkan motivasi, semangat pengabdian dan kemampuan pro-fgsionalismenya, agar tidak hanya dapat berfungsi melaksanakan dan memperlancar tugas pemerintahan umum tetapi juga mampu mendorong dan memberikan arah pada proses pembangunan nasio-nal. Langkah-langkah yang ditempuh meliputi antara lain per-ba!,ikan peraturan perundang-undangan kepegawaian, pendidikan, pelatihan dan penataran, pengembangan jabatan fungsional, perbaikan sistem informasi kepegawaian, serta penyesuaian/ke-naikan gaji. Khusus mengenai penghasilan pegawai, Pemerintah telah melakukan beberapa kali peningkatan, bahkan secara men-dasar melalui penambahan gaji pokok yang lebih progresif. Apabila pada Repelita I, dalam PP No. 12 Tahun 1967 perban-dingan gaji pokok terendah dan tertinggi adalah 1:25, dalamRepelita III dengan PP No. 7 Tahun 1977 perbandingan tersebut menjadi 1:10, kemudian dalam Repelita IV dengan PP No. 15 Tahun 1985 perbandingan tersebut dirubah lagi sehingga menjadi 1:8. Di samping itu dilakukan pula beberapa perbaikan tunjangan jabatan baik yang struktural maupun jabatan fung-sional. Selama tahun pertama Repelita V dilakukan 2 kali per-baikan gaji pegawai, dalam bulan April 1989 dan Januari 1990, masing-masing sebanyak 15% dan 10% dari gaji yang diterima pegawai dalam bulan Desember tahun sebelumnya.

Dalam bidang ketatalaksanaan, telah dilakukan langkah-langkah perbaikan dan penyederhanaan, kemudian diikuti dengan penyesuaian selaras dengan langkah-langkah deregulasi dan de-birokratisasi. Hal ini dimaksudkan untuk semakin meningkatkan efisiensi administrasi dengan membuka -peluang bagi masyarakat untuk melakukan inisiatif dan melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan, memperlanca'r pelayanan aparatur bagi masyarakat dan mendukung pembangunan nasional, serta meningkatkan efi-siensi saling hubungan antar aparatur, baik di Pusat maupun di Daerah. Langkah-langkah yang diambil meliputi penyesuaian dan penyederhanaan peraturan, ketentuan dan prosedur di berbagai bidang kegiatan, seperti bidang industri, perdagangan, perhubungan laut, pertanian, perbankan, lembaga keuangan bukan bank, dan pasar modal; dan kegiatan-kegiatan pelayanan umum lainnya dari pemerintah kepada masyarakat.

71

Page 72: LAMPIRAN - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewKeberhasilan Gerakan PKK ini telah diakui oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan badan kesejahteraan anak 55 dunia (UNICEF) dalam

Selanjutnya dalam usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan pembangunan, dilakukan berbagai perbaikan dalam sistem administrasi perencanaan, pelaksanaan, pengawas-an dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan, program dan proyek pembangunan, dan pengawasan keuangan negara. Untuk itu ditingkatkan langkah-langkah perbaikan sistem pengawasan, agar pengawasan semakin dapat berjalan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari fungsi perencanaan, pelaksanaan dan pengen-dalian pembangunan. Pengawasan meliputi pengawasan sebelum, pada saat, dan setelah suatu kegiatan dilakukan. Sejak tahun terakhir Repelita IV telah dilakukan peningkatan pendayaguna-an pengawasan melekat (Waskat). Hal ini didahului dengan pe-laksanaan penataran Waskat di berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah, yang diikuti oleh seluruh pejabat eselon I, 11, 111, dan di beberapa instansi juga eselon IV. Pengawasan legislatif terus dikembangkan sesuai ketentuan-ketentuan konstitusi dan konvensi yang tumbuh secara konstruktif, bukan saja melalui pelaksanaan hak budget DPR, tetapi juga melalui kunjungan kerja komisi-komisi DPR ke daerah-daerah untuk me-nyaksikan sendiri pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah secara nyata. Hasil kunjungan kerja tersebut kemudian dilaporkan ke Sidang Paripurna DPR dan kepada Pemerintah untuk mendapatkan perhatian dan tanggapan. Selain itu, pengawasan masyarakat terus dikembangkan dengan berbagai cara, antara lain melalui berbagai media massa, pengaduan langsung ke instansi-instansi terkait, terakhir ditingkatkan pula dengan dibukanya Tromol Pos 5000.

Akhirnya, penertiban operasional dalam bentuk penindakan yang dilakukan baik sebagai tindak lanjut pengawasan ataupun akibat langkah-langkah khusus dalam rangka peningkatan disi-plin aparatur dan tertib hukum terus dilakukan, guna membantu departemen/lembaga dan pemerintah daerah dalam menertibkan aparatur dalam lingkungan masing-masing, sehingga keadaan aparatur pemerintah yang bersih, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna dapat terus ditingkatkan.

72