Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan ...
Transcript of Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan ...
165
Lampiran 1.
Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft
Universitas Sumatera Utara
166
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas
Aspek Standar 1: Profesionalisme
Elemen Standar Deskripsi Ideal
1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi
sumpah/janji apoteker
Dalam melaksanakan pengabdian profesi,
apoteker senantiasa berpegang teguh pada
sumpah/janji apoteker Indonesia
1.2. Pelayanan apoteker
Setiap hari pada jam buka, minimal ada
satu apoteker pendamping untuk
memastikan terpenuhinya pelayanan
apoteker
1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode
etik apoteker Indonesia
Dalam bertindak dan mengambil
keputusan, apoteker berpedoman pada
prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker
Indonesia
1.4. Komitmen bekerja Apoteker mempunyai komitmen bekerja
sesuai standar kefarmasian
1.5. Komitmen kehadiran
Apabila berhalangan /terlambat hadir
segera memberitahu kepada individu yang
tepat di tempat kerja
1.6. Tanggungjawab
Apoteker menyelesaikan semua tugas yang
menjadi tanggungjawabnya, dengan
berpedoman pada standar prosedur
opersional
1.7. Kualitas kerja
Penyelesaian semua pekerjaan di apotek,
dilakukan dengan berpedoman pada standar
praktik
1.8. Pencapaian penghargaan Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar
praktik
1.9. Kemandirian
Apoteker mandiri dalam melakukan
pekerjaan kefarmasian, tanpa intervensi
orang lain
1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan bagi masyarakat
Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi
masyarakat, berpedoman pada standar
prosedur opersional dan dicatat dalam
catatan pengobatan
1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien
Dalam hal barang tidak tersedia,
pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan
dari tempat lain tanpa biaya tambahan
1.12. Perlakuan kepada pasien
Apoteker berinteraksi dengan pasien,
memperlakukan dengan rasa hormat yang
sama, terlepas dari latar belakang sosial
atau kemampuan bayarnya
Universitas Sumatera Utara
167
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar Deskripsi Ideal
1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan
pasien untuk membayar
Apoteker memberikan alternatif pilihan
untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai
kemampuan bayar
1.14. Hubungan profesional dengan dokter
Apoteker membangun hubungan
profesional dengan dokter untuk
kemungkinan manajemen terapi terbaik
bagi pasien
1.15. Konsultasi dengan apoteker lain Apoteker melakukan konsultasi dan
kerjasama dengan apoteker/apotek lain
1.16. Kesalahan terapi
Apoteker melaporkan kejadian kesalahan
terapi walaupun tidak ada orang lain yang
menyadari, untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya dengan baik
1.17. Kritik konstruktif Apoteker merespon kritik konstruktif,
melalui penyediaan kotak saran
1.18. Belajar sepanjang hayat
Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
1.19. Program pengembangan profesi
berkelanjutan untuk peningkatan
kompetensi
Apoteker memiliki fasilitas yang
disediakan apotek dalam program
pengembangan profesi berkelanjutan bagi
peningkatan kompetensi
1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional
Apoteker secara teratur melakukan
penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional
1.21. Akses ke jasa informasi untuk
memungkinkan praktik efisien
Apoteker memiliki fasilitas akses tak
terbatas yang disediakan apotek ke sumber
informasi internet dan berbagai literatur
untuk kemungkinan praktik efisien
ASPEK STANDAR 2: MANAJERIAL
2.1. Pengelolaan sediaan farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi melalui
perencanaan yang baik didukung kartu stok
dan buku defekta
2.2. Kualitas sediaan farmasi
Pengadaan sediaan farmasi melalui jalur
resmi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
168
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar Deskripsi Ideal
2.3. Penyimpanan sediaan farmasi
Penyimpanan sediaan farmasi didukung
fasilitas yang lengkap: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi persyaratan
penyimpanan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata
untuk mempermudah pencarian
2.4. Obat kadaluwarsa / rusak
Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1
tahun terakhir akan kadaluwarsa dan
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/ rusak
2.5. Penataan lingkungan apotek
Penataan lingkungan apotik sesuai dengan
fungsi area/ruangan yang mencerminkan
pengaturan profesional
2.6. Area Konseling Area konseling tertutup/ terpisah dari
kegiatan lain
2.7. Ruang Tunggu Mempunyai ruang tunggu yang nyaman
2.8. Keuntungan Keuntungan diambil dengan menerapkan
HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek
2.9. Imbalan
Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan
yang telah ditetapkan, ditambah insentif
sesuai dengan perolehan laba
ASPEK STANDAR 3: DISPENSING
3.1. Persyaratan Administratif Resep Dilakukan penilaian persyaratan
administratif resep
3.2. Penyerahan obat atas resep dokter Penyerahan obat atas resep dokter
dilakukan oleh apoteker
3.3. Aspek ekonomi obat Apoteker mempertimbangan aspek
ekonomi obat
3.4. Penyerahan obat keras
Penyerahan obat keras hanya melalui resep
dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa
resep dilayani oleh apoteker dan dicatat
dalam catatan pengobatan pasien
3.5. Penjelasan dan informasi obat Apoteker memberikan penjelasan dan
informasi obat bagi pasien
ASPEK STANDAR 4: ASUHAN KEFARMASIAN
4.1. Konseling Apoteker melaksanakan konseling pada
penggunaan obat
Universitas Sumatera Utara
169
Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar Deskripsi Ideal
4.2. Three prime questions
Apoteker menyampaian Three prime
questions pada penyerahan obat melalui
resep
4.3. Komunikasi dengan dokter tentang
kemajuan terapi pasien
Apoteker melakukan komunikasi dengan
dokter tentang kemajuan terapi pasien
4.4. Kesesuaian farmasetik Apoteker mempertimbangankan kesesuaian
farmasetik
4.5. Pertimbangan Klinis Apoteker melakukan pertimbangan klinis
4.6. Catatan Pengobatan Pasien Apoteker membuat Catatan Pengobatan
Pasien
4.7. Monitoring Penggunaan Obat Apoteker melakukan Monitoring
Penggunaan Obat
4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep Apoteker melakukan pemilihan pengobatan
tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien
4.9. Rujukan pasien ke dokter Apoteker melakukan rujukan pasien ke
dokter
ASPEK STANDAR 5: PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi
masyarakat
Apoteker menyediakan informasi kesehatan
bagi masyarakat
5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien
dan tenaga kesehatan lain
Apoteker menyediakan informasi obat bagi
pasien dan dokter
5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat
Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran leaflet/brosur atau
poster; dan kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya
Universitas Sumatera Utara
170
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
KATA PENGANTAR
Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU
Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas di Indonesia”, saya
membutuhkan sejumlah data melalui beberapa kuesioner. Untuk maksud tersebut, saya
mohon kesediaan Teman Sejawat meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner
pertama sebagaimana Teman Sejawat terima melalui e-mail atau facebook, atau Teman
sejawat temukan di grup diskusi ini, dan selanjutnya klik "kirim" setelah diisi. Pernyataan
yang akan Teman Sejawat tanggapi terdiri dari "elemen praktik yang diusulkan" dan ":::
→deskripsi idealnya" Saya sangat berharap Teman Sejawat memberikan identitas secara
jujur dan apa adanya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang
salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban dan identitas Teman Sejawat akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selanjutnya untuk
memberikan gambaran secara singkat, di bawah ini saya sampaikan abstak terkait
kuesioner ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Teman Sejawat sebagai
responden, saya ucapkan terimakasih
Peneliti,
Wiryanto
Fakultas Farmasi USU Medan
ABSTRAK
Praktik farmasi komunitas di Indonesia saat ini dideskripsikan sebagai praktik yang tidak
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mengacu pada kaidah-
kaidah profesi. Praktik yang terjadi hanya sebagai kegiatan transaksi jual beli komoditas
bernama obat tanpa standar praktik dan dilakukan bukan oleh apoteker. Berbagai upaya
perbaikan telah dilakukan, akan tetapi praktik farmasi komunitas tetap saja berlangsung
mengikuti caranya sendiri. Obat tetap dikelola sebagai komoditas ekonomi yang seolah
tanpa risiko pada penggunaannya, obat keras dijual tanpa resep dokter dan dilakukan oleh
siapa saja. Tujuan penelitian adalah tersedianya model konseptual revitalisasi praktik
farmasi komunitas/apotek, yang dirancang dengan mempertimbangkan berbagai aspek
permasalahan praktis di lapangan, mengakomodir pendapat dan masukan para apoteker
praktisi, akademisi dan tokoh pemerhati farmasi komunitas/apotek di Indonesia. Model
konseptual revitalisasi dimaksudkan sebagai sebuah model pembinaan dan pengawasan
dengan pendekatan pemecahan masalah dan peningkatan mutu secara bertahap dan
berkelanjutan (Plan Do Check Action). Target khusus yang ingin dicapai adalah kepastian
bahwa masyarakat terhindar dari pelayanan kefarmasian yang tidak profesional, dan
memastikan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat bagi peningkatan kualitas
hidup dari penyelenggaraan praktik farmasi komunitas di Indonesia. Untuk merancang
model dimaksud, tahap pertama dibutuhkan sebuah standar praktik farmasi komunitas
terdiri dari 5 aspek standar, yaitu: profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan
kefarmasian, dan pelayanan kesehatan masyarakat, masing-masing tersusun atas elemen-
elemen praktik terpilih dan deskripsi idealnya. Pemilihan elemen-elemen praktik
dilakukan berdasarkan kelayakan dan relevansi dari sejumlah elemen-elemen praktik
serta pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi, tokoh pemerhati praktik
farmasi komunitas di Indonesia, melalui kuesioner menggunakan skala Likert lima poin
berkisar antara 1 = sangat tidak setuju hingga 5 = sangat setuju.
Kata kunci: Model revitalisasi, standar praktik, pembinaan, pengawasan, farmasi
komunitas.
Universitas Sumatera Utara
171
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Alumnus Apoteker
USU
UNAND
UI
ITB
UNPAD
UGM
UNAIR
UNHAS
Yang lain:
Tahun Lulus Apoteker
Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek
Frekuensi Kehadiran di Apotek
Selama apotek buka
Setiap hari, pada jam tertentu
2-3 x seminggu
1 x seminggu
1 x sebulan
Yang lain:
Apoteker Pengelola Apotek merangkap Pemilik Modal Apotek
Ya
Tidak
Status Kepemilikan Apotek
BUMN
Perusahaan Swasta
Perorangan
Universitas Sumatera Utara
172
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Pekerjaan Lain Selain Sebagai APA
Tidak ada
PNS
Non PNS
Kota Alamat Apotek:
Kuesioner Elemen-elemen Praktik Farmasi Komunitas
Aspek Standar 1: Profesionalisme
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah /
janji apoteker ::: →Dalam melaksanakan
pengabdian profesi, apoteker senantiasa
berpegang teguh pada sumpah / janji
apoteker Indonesia
1.2. Pelayanan apoteker ::: →Setiap hari pada
jam buka, minimal ada satu apoteker
pendamping untuk memastikan
terpenuhinya pelayanan apoteker
1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik
apoteker Indonesia ::: →Dalam bertindak
dan mengambil keputusan, apoteker
berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik
Apoteker Indonesia
1.4. Komitmen bekerja ::: →Apoteker
mempunyai komitmen bekerja sesuai
standar kefarmasian
1.5. Komitmen kehadiran ::: →Apabila
berhalangan /terlambat hadir segera
memberitahu kepada individu yang tepat di
tempat kerja
1.6. Tanggungjawab ::: →Apoteker
menyelesaikan semua tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, dengan berpedoman
pada standar prosedur opersional
1.7. Kualitas kerja ::: →Penyelesaian semua
pekerjaan di apotek, dilakukan dengan
berpedoman pada standar praktik
Universitas Sumatera Utara
173
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
1.8. Pencapaian penghargaan ::: →Menunjukkan
kinerja terbaik sesuai standar praktik
1.9. Kemandirian ::: →Apoteker mandiri dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian, tanpa
intervensi orang lain
1.10. Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan bagi masyarakat :::
→Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi
masyarakat, berpedoman pada standar
prosedur opersional dan dicatat dalam
catatan pengobatan
1.11. Pemenuhan kebutuhan pasien ::: →Dalam
hal barang tidak tersedia, pemenuhan
kebutuhan pasien diusahakan dari tempat
lain tanpa biaya tambahan
1.12. Perlakuan kepada pasien ::: →Apoteker
berinteraksi dengan pasien, memperlakukan
dengan rasa hormat yang sama, terlepas
dari latar belakang sosial atau kemampuan
bayarnya
1.13. Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien
untuk membayar ::: →Apoteker
memberikan alternatif pilihan untuk
pemenuhan kebutuhan pasien sesuai
kemampuan bayar
1.14. Hubungan profesional dengan dokter :::
→Apoteker membangun hubungan
profesional dengan dokter untuk
kemungkinan manajemen terapi terbaik
bagi pasien
1.15. Konsultasi dengan apoteker lain :::
→Apoteker melakukan konsultasi dan
kerjasama dengan apoteker/apotek lain
1.16. Kesalahan terapi ::: →Apoteker
melaporkan kejadian kesalahan terapi
walaupun tidak ada orang lain yang
menyadari, untuk ditindaklanjuti
penyelesaiannya dengan baik
Universitas Sumatera Utara
174
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
1.17. Kritik konstruktif ::: →Apoteker merespon
kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak
saran
1.18. Belajar sepanjang hayat ::: →Apoteker
mengikuti seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
1.19. Program pengembangan profesi
berkelanjutan untuk peningkatan
kompetensi ::: →Apoteker memiliki
fasilitas yang disediakan apotek dalam
program pengembangan profesi
berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi
1.20. Penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional ::: →Apoteker secara
teratur melakukan penilaian sendiri atas
kompetensi dan aktivitas profesional
1.21. Akses ke jasa informasi untuk
memungkinkan praktik efisien :::
→Apoteker memiliki fasilitas akses tak
terbatas yang disediakan apotek ke sumber
informasi internet dan berbagai literatur
untuk kemungkinan praktik efisien
Aspek Standar 2: Manajerial
2.1. Pengelolaan sediaan farmasi :::
→Pengelolaan sediaan farmasi melalui
perencanaan yang baik didukung kartu stok
dan buku defekta
2.2. Kualitas sediaan farmasi ::: →Pengadaan
sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2.3. Penyimpanan sediaan farmasi :::
→Penyimpanan sediaan farmasi didukung
fasilitas yang lengkap: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi persyaratan
penyimpanan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata
untuk mempermudah pencarian
Universitas Sumatera Utara
175
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
2.4. Obat kadaluwarsa / rusak ::: →Membuat
penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun
terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan
obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak
2.5. Penataan lingkungan apotek ::: →Penataan
lingkungan apotik sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang mencerminkan
pengaturan profesional
2.6. Area Konseling ::: →Area konseling
tertutup/ terpisah dari kegiatan lain
2.7. Ruang Tunggu ::: →Mempunyai ruang
tunggu yang nyaman
2.8. Keuntungan ::: →Keuntungan diambil
dengan menerapkan HET, untuk memenuhi
biaya tetap apotek
2.9. Imbalan ::: →Apoteker menerima imbalan
sesuai imbalan yang telah ditetapkan,
ditambah insentif sesuai dengan perolehan
laba
Aspek Standar 3: Dispensing
3.1. Persyaratan Administratif Resep :::
→Dilakukan penilaian persyaratan
administratif resep
3.2. Penyerahan obat atas resep dokter :::
→Penyerahan obat atas resep dokter
dilakukan oleh apoteker
3.3. Aspek ekonomi obat ::: →Apoteker
mempertimbangan aspek ekonomi obat
3.4. Penyerahan obat keras ::: →Penyerahan obat
keras hanya melalui resep dokter,
penyerahan obat daftar OWA tanpa resep
dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam
catatan pengobatan pasien
3.5. Penjelasan dan informasi obat ::: →Apoteker
memberikan penjelasan dan informasi obat
bagi pasien
Universitas Sumatera Utara
176
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Aspek Standar 4: Asuhan Kefarmasian
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
4.1. Konseling ::: →Apoteker melaksanakan
konseling pada penggunaan obat
4.2. Three prime questions ::: →Apoteker
menyampaian Three prime questions pada
penyerahan obat melalui resep
4.3. Komunikasi dengan dokter tentang
kemajuan terapi pasien ::: →Apoteker
melakukan komunikasi dengan dokter
tentang kemajuan terapi pasien
4.4. Kesesuaian farmasetik ::: →Apoteker
mempertimbangankan kesesuaian
farmasetik
4.5. Pertimbangan Klinis ::: →Apoteker
melakukan pertimbangan klinis
4.6. Catatan Pengobatan Pasien ::: →Apoteker
membuat Catatan Pengobatan Pasien
4.7. Monitoring Penggunaan Obat :::
→Apoteker melakukan Monitoring
Penggunaan Obat
4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep :::
→Apoteker melakukan pemilihan
pengobatan tanpa resep yang paling sesuai
bagi pasien
4.9. Rujukan pasien ke dokter ::: →Apoteker
melakukan rujukan pasien ke dokter
Aspek Standar 5: Pelayanan Kesehatan Masyarakat
5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi
masyarakat ::: →Apoteker menyediakan
informasi kesehatan bagi masyarakat
5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan
tenaga kesehatan lain ::: →Apoteker
menyediakan informasi obat bagi pasien dan
dokter
Universitas Sumatera Utara
177
Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas
(Sambungan)
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat
::: →Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran leaflet/brosur atau
poster; dan kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya
KOMENTAR DAN USUL/MASUKAN SECARA UMUM:
Mohon dituliskan dibawah ini
Diberdayakan oleh Google Docs
Universitas Sumatera Utara
178
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.1 1.11 1.12 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
1.1 Pearson Correlation 1 .349* .560
** .550
** .145 .373
** .480
** .280
* .440
** .389
** .210 .239 .640
** .100 .363
** .224 .024 .255 .291
*
Sig. (2-tailed) .013 .000 .000 .317 .008 .000 .049 .001 .005 .144 .095 .000 .491 .010 .119 .870 .074 .041
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
1.2 Pearson Correlation .349* 1 .363
** .456
** .233 .224 .530
** .448
** .447
** .312
* .244 .381
** .382
** .292
* .452
** .319
* .150 .498
** .310
*
Sig. (2-tailed) .013 .010 .001 .104 .117 .000 .001 .001 .027 .088 .006 .007 .040 .001 .024 .300 .000 .028
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
1.3 Pearson Correlation .560** .363
** 1 .486
** .341
* .583
** .526
** .427
** .281
* .262 .591
** .356
* .532
** .220 .328
* .442
** .076 .211 .268
Sig. (2-tailed) .000 .010 .000 .015 .000 .000 .002 .048 .066 .000 .011 .000 .125 .020 .001 .598 .142 .060
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
1.4 Pearson Correlation .550** .456
** .486
** 1 .208 .250 .678
** .420
** .640
** .556
** .273 .323
* .717
** .156 .459
** .476
** .167 .224 .454
**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .146 .080 .000 .002 .000 .000 .055 .022 .000 .280 .001 .000 .246 .118 .001
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
1.5 Pearson Correlation .145 .233 .341* .208 1 .372
** .241 .343
* .303
* .054 .250 .137 .171 .085 .177 .265 .195 .259 .173
Sig. (2-tailed) .317 .104 .015 .146 .008 .092 .015 .032 .710 .080 .343 .239 .559 .219 .063 .174 .069 .230
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
1.6 Pearson Correlation .373** .224 .583
** .250 .372
** 1 .333
* .357
* .276 .232 .671
** .318
* .393
** .358
* .515
** .436
** .028 .249 .380
**
Sig. (2-tailed) .008 .117 .000 .080 .008 .018 .011 .053 .106 .000 .024 .005 .011 .000 .002 .849 .081 .006
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
1.7 Pearson Correlation .480** .530
** .526
** .678
** .241 .333
* 1 .649
** .688
** .640
** .350
* .405
** .585
** .323
* .421
** .437
** .301
* .302
* .434
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .092 .018 .000 .000 .000 .013 .004 .000 .022 .002 .002 .033 .033 .002
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
1.8 Pearson Correlation .280* .448
** .427
** .420
** .343
* .357
* .649
** 1 .583
** .359
* .312
* .474
** .351
* .306
* .334
* .388
** .116 .207 .206
Sig. (2-tailed) .049 .001 .002 .002 .015 .011 .000 .000 .010 .027 .001 .013 .031 .018 .005 .423 .150 .152
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
Universitas Sumatera Utara
179
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
2.8 2.9 2.1 2.11 2.12 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 5.1 5.2 Total
.353* .246 -.021 .233 .123 .336
* .356
* .092 .280
* .475
** .331
* .458
** .246 .485
** .118 .180 .262 .388
** .220 .169 .332
* .493
**
.012 .085 .884 .103 .395 .017 .011 .525 .049 .000 .019 .001 .085 .000 .416 .210 .066 .005 .125 .247 .019 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.363** .429
** .445
** .283
* .343
* .547
** .395
** .240 .489
** .663
** .567
** .467
** .407
** .566
** .484
** .632
** .510
** .404
** .401
** .224 .444
** .681
**
.010 .002 .001 .046 .015 .000 .004 .094 .000 .000 .000 .001 .003 .000 .000 .000 .000 .004 .004 .121 .001 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.168 .378** .123 .072 -.031 .371
** .382
** .373
** .304
* .514
** .274 .398
** .267 .386
** .237 .369
** .325
* .288
* .119 .233 .322
* .541
**
.244 .007 .395 .619 .829 .008 .006 .008 .032 .000 .054 .004 .061 .006 .098 .008 .021 .043 .409 .107 .022 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.421** .549
** .347
* .325
* .105 .420
** .455
** .099 .322
* .537
** .323
* .315
* .443
** .541
** .393
** .434
** .467
** .433
** .176 .265 .550
** .665
**
.002 .000 .014 .021 .469 .002 .001 .492 .022 .000 .022 .026 .001 .000 .005 .002 .001 .002 .222 .066 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.174 .181 .278 .256 .083 .208 .125 .420** .086 .321
* .142 .246 .154 .301
* .267 .253 .283
* .187 .169 .070 .115 .363
**
.227 .207 .051 .073 .567 .148 .387 .002 .554 .023 .324 .085 .286 .033 .061 .076 .046 .194 .240 .633 .426 .010
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.316* .285
* .159 .136 .218 .357
* .275 .490
** .174 .369
** .291
* .354
* .148 .161 .190 .219 .243 .450
** .286
* .235 .286
* .509
**
.026 .044 .269 .345 .128 .011 .053 .000 .228 .008 .040 .012 .305 .265 .185 .127 .089 .001 .044 .104 .044 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.410** .439
** .521
** .371
** .137 .508
** .526
** .308
* .410
** .562
** .364
** .384
** .497
** .641
** .491
** .500
** .527
** .278 .336
* .304
* .510
** .735
**
.003 .001 .000 .008 .343 .000 .000 .030 .003 .000 .009 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .050 .017 .034 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.090 .295* .326
* .266 .054 .455
** .315
* .448
** .320
* .552
** .101 .198 .506
** .628
** .345
* .523
** .617
** .190 .157 .314
* .538
** .602
**
.535 .038 .021 .062 .707 .001 .026 .001 .023 .000 .486 .167 .000 .000 .014 .000 .000 .186 .277 .028 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
Universitas Sumatera Utara
180
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
4.4 Pearson Correlation .118 .484** .237 .393
** .267 .190 .491
** .345
* .457
** .501
** .233 .375
** .295
* .256 .313
* .490
** .361
* .274 .350
*
Sig. (2-tailed) .416 .000 .098 .005 .061 .185 .000 .014 .001 .000 .104 .007 .040 .073 .027 .000 .010 .054 .013
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
4.5 Pearson Correlation .180 .632** .369
** .434
** .253 .219 .500
** .523
** .500
** .423
** .265 .447
** .453
** .203 .456
** .545
** .351
* .433
** .341
*
Sig. (2-tailed) .210 .000 .008 .002 .076 .127 .000 .000 .000 .002 .063 .001 .001 .157 .001 .000 .012 .002 .016
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
4.6 Pearson Correlation .262 .510** .325
* .467
** .283
* .243 .527
** .617
** .561
** .472
** .297
* .508
** .520
** .318
* .406
** .555
** .368
** .351
* .334
*
Sig. (2-tailed) .066 .000 .021 .001 .046 .089 .000 .000 .000 .001 .036 .000 .000 .024 .003 .000 .009 .012 .018
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
4.7 Pearson Correlation .388** .404
** .288
* .433
** .187 .450
** .278 .190 .425
** .401
** .404
** .431
** .498
** .152 .509
** .437
** .130 .265 .488
**
Sig. (2-tailed) .005 .004 .043 .002 .194 .001 .050 .186 .002 .004 .004 .002 .000 .291 .000 .001 .370 .063 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
4.8 Pearson Correlation .220 .401** .119 .176 .169 .286
* .336
* .157 .359
* .396
** .223 .359
* .455
** .073 .376
** .429
** .299
* .324
* .508
**
Sig. (2-tailed) .125 .004 .409 .222 .240 .044 .017 .277 .010 .004 .120 .011 .001 .615 .007 .002 .035 .022 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
5.1 Pearson Correlation .169 .224 .233 .265 .070 .235 .304* .314
* .387
** .261 .301
* .275 .224 .015 .358
* .421
** .394
** .146 .214
Sig. (2-tailed) .247 .121 .107 .066 .633 .104 .034 .028 .006 .070 .035 .056 .126 .919 .012 .003 .005 .317 .140
N 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 48 49 49 49 49 49 49
5.2 Pearson Correlation .332* .444
** .322
* .550
** .115 .286
* .510
** .538
** .602
** .543
** .293
* .491
** .557
** .112 .551
** .571
** .317
* .153 .424
**
Sig. (2-tailed) .019 .001 .022 .000 .426 .044 .000 .000 .000 .000 .039 .000 .000 .439 .000 .000 .025 .288 .002
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
Total Pearson Correlation .493** .681
** .541
** .665
** .363
** .509
** .735
** .602
** .755
** .680
** .529
** .626
** .700
** .358
* .709
** .708
** .438
** .540
** .592
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .011 .000 .000 .001 .000 .000
N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50 50 50 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Universitas Sumatera Utara
181
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
.405** .668
** .691
** .651
** .319
* .527
** .572
** .325
* .127 .443
** .468
** .520
** .584
** .650
** 1 .718
** .755
** .453
** .523
** .376
** .426
** .707
**
.004 .000 .000 .000 .024 .000 .000 .021 .379 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .008 .002 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.320* .592
** .554
** .454
** .248 .602
** .608
** .381
** .387
** .731
** .465
** .540
** .591
** .700
** .718
** 1 .734
** .498
** .536
** .325
* .581
** .773
**
.024 .000 .000 .001 .082 .000 .000 .006 .005 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .023 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.416** .581
** .498
** .443
** .188 .654
** .518
** .301
* .354
* .671
** .411
** .561
** .736
** .781
** .755
** .734
** 1 .512
** .512
** .485
** .649
** .799
**
.003 .000 .000 .001 .192 .000 .000 .034 .012 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.597** .425
** .300
* .294
* .405
** .440
** .445
** .315
* .297
* .511
** .560
** .627
** .410
** .497
** .453
** .498
** .512
** 1 .577
** .341
* .542
** .665
**
.000 .002 .034 .038 .004 .001 .001 .026 .036 .000 .000 .000 .003 .000 .001 .000 .000 .000 .016 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.549** .321
* .415
** .526
** .349
* .418
** .548
** .201 .300
* .360
* .502
** .498
** .486
** .488
** .523
** .536
** .512
** .577
** 1 .306
* .527
** .617
**
.000 .023 .003 .000 .013 .003 .000 .161 .034 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .032 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.369** .417
** .356
* .316
* .122 .507
** .345
* .275 .183 .159 .325
* .429
** .390
** .309
* .376
** .325
* .485
** .341
* .306
* 1 .580
** .504
**
.009 .003 .012 .027 .403 .000 .015 .056 .209 .277 .023 .002 .006 .030 .008 .023 .000 .016 .032 .000 .000
49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
.476** .503
** .383
** .284
* .190 .538
** .406
** .204 .383
** .479
** .276 .429
** .650
** .563
** .426
** .581
** .649
** .542
** .527
** .580
** 1 .723
**
.000 .000 .006 .045 .186 .000 .003 .155 .006 .000 .053 .002 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
.627** .683
** .632
** .529
** .435
** .721
** .671
** .454
** .511
** .767
** .654
** .660
** .724
** .761
** .707
** .773
** .799
** .665
** .617
** .504
** .723
** 1
.000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 49 50 50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Universitas Sumatera Utara
182
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan)
Reliability
Case Processing Summary N %
Cases Valid 48 96.0
Excludeda 2 4.0
Total 50 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.9560 40
Universitas Sumatera Utara
183
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas
Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Pembinaan
dan
pengawasan:
Pemerintah
dan OP belum
tegas dan
belum
konsisten
Butuh proses
pembinaan
secara
bertahap
IAI masih
harus
berupaya
keras
mewujudkan
visi dan
melaksanakan
misi
Menambah
kewenangan
apoteker
>44 Jalur distribusi obat-obatan hendaknya diperketat pengawasannya
dan penjualan obat secara langsung dari PBF ke dokter harus
ditertibkan, agar fungsi apotek benar-benar seperti seharusnya dan
apoteker dapat benar-benar bekerja secara profesional.
Ketidakoptimalan apoteker dalam memberikan pelayanan
kefarmasian bukan sepenuhnya menjadi kesalahan apoteker yang
berpraktik, tetapi regulasi pemerintah yang tidak tegas dan tidak
konsisten terhadap peraturan dan undang-undang yang telah
dibuat. Tidak ada sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar, tidak
menjalankan undang-undang dan peraturan, sehingga praktik
kefarmasian yang ideal tidak pernah teraplikasi sebagaimana
seharusnya.
Aturan yang sudah ada sudah cukup baik, yang perlu ditingkatkan
adalah sistem pengawasan. Kalau mengharapkan kesadaran
apoteker, itu sangat subjektif dan fluktuatif. Kalau ada
pengawasan yang ketat maka apoteker, suka atau tidak suka, pasti
akan melaksanakan apa yang telah diatur.
IAI juga dilibatkan dalam melakukan pengawasan terhadap
kehadiran apoteker di sarana kefarmasian, dan IAI juga diberi
wewenang untuk memberikan sangsi dan di mana sangsi tersebut
juga sebagai rekomendasi utama di dinas kesehatan.
Apotek dijadikan sarana berbisnis tanpa mempedulikan aturan
dan etika, bahkan tidak jarang tidak mempedulikan keselamatan
dan kesehatan pasien. Demi kelancaran bisnisnya, apoteker
dirumahkan. Praktik farmasi komunitas/apotek tidak berjalan,
yang ada hanya praktik bisnis obat yang tidak sesuai standar
praktik dan tidak mengikuti kode etik.
Paradigma pemberian obat keras yang tidak termasuk OWA
tanpa menggunakan resep sudah terlanjur melekat di hampir
semua apotek, bukan hanya karena kesalahan atau kemauan
apoteker untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, tetapi melihat
kondisi pasien juga harus dipertimbangkan.. semua butuh proses
untuk sesuai atau diharap ideal seperti peraturan undang-undang.
Banyak hal yang dituntut oleh organisasi keprofesian kepada pihak
anggotanya guna mendapatkan pengakuan tanpa ikut serta dalam
memperhatikan kenapa anggota tidak tertarik dalam
keanggotaan.
Dalam pelaksanaannya diharapkan IAI mampu membimbing dan
mengarahkan anggotanya untuk dapat melaksanakannya.
Pembinaan secara intens dan pelaksanaan bertahap perlu
dilakukan mengingat terjadinya perubahan dalam pola fikir dan
perilaku profesional apoteker.
Penetapan standar minimal terlebih dahulu baru selanjutnya
menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik
Daftar OWA perlu ditambah jumlahnya
Database Apoteker yang ada harap diadakan selengkap-lengkapnya
ada petugas tetap yang mengupdatenya atau dibuat sistem di
mana apoteker dapat mengupdate status apotekernya sendiri,
misal dengan login ke account di IAI. Hal ini untuk memastikan
bahwa semua informasi terbaru tentang kebijakan maupun kegiatan
continuing education dapat tersosialisasi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
184
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Organisasi profesi apoteker yang berwenang mengeluarkan standar
toolkit yang edukatif dan interaktif untuk alat bantu
konseling/edukasi pasien. Misal seperti Asosiasi Diabetes Amerika
mengeluarkan berbagai perangkat untuk membantu petugas
kesehatan maupun pasien dalam menghadapi kondisi penyakitnya.
Keterampilan komunikasi apoteker-pasien-dokter harus
dipastikan berada di atas rata-rata. Apotek jaringan untuk
memfasilitasi apoteker muda dapat segera memiliki apoteknya
sendiri dan juga menggalakkan bahwa apotek harus dimiliki oleh
apoteker sendiri.
Pemberian izin apotek ada baiknya dilakukan uji kelayakan oleh
pemerintah dalam hal lokasi, jarak antar apotek, jangan asal diberi
izin saja. Honor apoteker harus disesuaikan dengan standar
kelayakan profesi
Permasalahan
praktis:
Rasa keadilan
belum
mendapatkan
perhatian
PSA tidak
memahami
aturan
Posisi tawar
sangat lemah
Persaingan
tidak sehat
>36 Selama ini saya sebagai apoteker pengelola di sebuah apotek milik
perusahaan swasta sudah dituntut untuk kerja full time untuk dapat
melayani informasi obat atau penyerahan obat kepada pasien yang
membutuhkan, karena tuntutan pula dari IAI jawa barat khususnya
depok menuntut motto tiada pelayanan tanpa apoteker. Sekarang
bagaimana kepada teman sejawat kita yang bekerja di dinkes
atau pemerintahan yang setiap hari bekerja di luar apotek tapi
juga sebagai pemegang apoteker pengelola apotik (APA), kapan
waktunya mereka akan mengabdi di apotek sesuai dengan motto di
atas tadi....adilkah?
Mohon peraturan yang ada juga disosialisasikan pada PSA...dan
kalau perlu juga dirumuskan peraturan untuk PSA..., sehingga
APA tidak selalu terombang-ambing antara peraturan untuk
apoteker dengan ketentuan / kebijakan dari PSA. Selama ini sering
mendengar teman-teman APA selalu jadi pihak yang lemah dalam
menghadapi PSA, minta kerja full time dengan meminta tambahan
fee 1% omset selalu dibilang kalau apotek untungnya kecil...,
akhirnya PSA minta untuk off saja.. (seperti yang terjadi pada saya)
sedangkan kita butuh kerja... dll masih banyak lagi...
Masukan saja, saya berharap bukan hanya apotekernya saja yang
diterapkan PP atau peraturan lainnya, tetapi para owner/PSA pun
seharusnya disosialisasikan kewajibannya, agar para apoteker
juga nyaman dan dapat menjalankan kefarmasiannya sesuai dengan
yang diharapkan masyarakat.
Di kota Kediri (3 kecamatan) ada 90 apotek, karena persaingan
menjadi tidak mudah menegakkan peraturan, kode etik,
profesionalisme, karena harus mempertahankan omset. Saya
pernah beli di beberapa apotek, adalat oros, maintate, antidiabet
oral, dsb dengan mudahnya diberi tanpa ditanya ini itu. Beberapa
apotek ada yang melayani periksa asam urat, kolesterol, gula darah
dilakukan oleh AA. Di sebuah apotek yang terkenal bila beli obat
keras di beri struk pembayaran tertulis atas resep dokter.
Universitas Sumatera Utara
185
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Komitmen:
Menuju
paradigma
baru,
pelayanan
berorientasi
pasien
Menaikkan
nilai tawar
bagi
terwujudnya
praktik yang
lebih baik
Bekerja
sebagai APA
sebaik-
baiknya atau
tidak menjadi
APA sama
sekali
>50 Revitalisasi Praktek Kefarmasian oleh apoteker di Indonesia yang
diperlukan adalah:
a. kesadaran apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berperan
lewat pelayanan kefarmasian agar dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien
b. pergeseran paradigma dari product oriented ke patient oriented
c. pergeseran paradigma sehat > memberi peluang beragam
produk layanan kesehatan yaitu tidak hanya treating desease,
tapi managing desease, managing health dan preventing
desease
Farmasi komunitas agar lebih eksis dengan membuat formula
bersama sebagai nilai tawar kepada pemilik modal dalam
penerapan pelayanan di apotek atas dasar standar profesionalisme,
manajerial, dispensing, asuhan kefarmasian dan pelayanan
kesehatan masyarakat, termasuk penerapan imbalan, hak dan
kewajiban Apoteker
Yang paling penting apoteker punya jiwa entrepreneurship jangan
hanya minta gaji besar saja, kasian PSA. Harus berani punya
apotek sendiri. Apoteker cuma buat standar saja, masuk apotek
nggak pernah .. bagaimana?
Kalau tak sanggup melaksanakan standar kefarmasian sebagai
apoteker pengelola apotek dengan alasan imbalan yang tak
memadai, sehingga tak bisa hadir selama jam buka apotek, jangan
menjadi apoteker pengelola apotek, daripada bikin malu
profesi apoteker.
Dan saya yakin, akan terjadi kesenjangan antara yang diisi di
kuisioner ini dengan yang sedang apoteker praktekkan saat ini....
Poinnya apoteker suka ber-retorika tapi sebenarnya mereka
malas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kuisioner tsb di
atas.., ini pengalaman saya membina apoteker baik melalui Dinkes
maupun organisasi ISFI/IAI.
Realita dilapangan memang masih banyak apoteker yg belum
menerapkan pharmaceutical care
Dalam berprofesi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, sebaiknya
diperlukan komitmen dan kerjasama dari teman-teman sejawat
untuk menjaga dan menghidupkan profesi ini. Semoga peran apoteker di Indonesia kembali ke jalur yg benar,
sesuai dengan tanggungjawab yang sesungguhnya
Sebaiknya dilakukan tindakan yang real dalam pengembangan
peranan apoteker di apotek tidak hanya sebagai wacana karena
sampai saat ini belum terdapat perubahan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
186
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Kompetensi:
Pemberdaya-
an lembaga
pendidikan
Kompetensi
tidak bisa
diperoleh
hanya melalui
PUKA/SKPA
saja,
diperlukan
sistem
CPD/CE
Butuh
pengembang-
an kearah
ilmu-ilmu
sosial
humaniora
>18 Kompetensi bagi APA sangat penting, lembaga pendidikan
pencipta sumber daya apoteker yang kompeten, harus yang
pertama diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya, agar visi dan
misinya sebagai penghasil apoteker yang kompeten terwujud.
Kompetensi yang dimaksud harus sejalan dengan perbaikan
kesejahteraan apoteker itu sendiri, agar apoteker tetap
bertanggungjawab melaksanakan perannya selama apotek
beroperasi (buka), bukan seperti yang terjadi sekarang ini, duduk2
di hotel 3 hari sudah mengantungi sertifikat kompetensi. Tiga
hari yang sangat singkat mengalahkan kuliah reguler 5-7 tahun….
bingung
Agar setiap organisasi profesi (IAI) di berbagai cabang
meningkatkan aktivitas ilmiah untuk menambah ilmu apoteker.
Apoteker sudah saatnya menunjukkan citra diri dan profesi sebagai
sebuah profesi yang dikenal masyarakat luas. Selalu menambah
ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan ilmu dan
peraturan perundang-undangan terbaru untuk menambah
rasa percaya diri.
Merupakan suatu keharusan, bahwa informasi obat harus dari
seorang apoteker bukan profesi lain. Profesi kesehatan lain adalah
mitra bagi seorang apoteker bukan pesaing atau musuh, bahkan
jangan sampai ada kesan seorang apoteker adalah seorang polisi
bagi profesi kesehatan lain. Pengobatan oleh apoteker harus
rasional. Seorang apoteker tidak boleh berhenti dan puas hanya
bisa menguasai ilmu farmasi saja, seorang apoteker harus belajar
ilmu leadership, public speaking, team work dan ilmu2 manajemen
lain. Ilmu kewirausahaan, pemasaran, ilmu psikhologi juga penting
diketahui seorang apoteker.
Menurut saya, apoteker masa kini sudah waktunya untuk muncul
sebagai profesi yg dikenal masyarakat, bukan hanya sekedar tokoh
dibelakang layar di balik berdirinya sebuah apotek. Masyarakat
wajib tahu bahwa kita adalah profesi yang paling tepat untuk
memberikan segala informasi tentang obat dan sediaan farmasi,
karena memang pada dasarnya kita lah yang dibekali ilmu detail
tentang itu semua dibanding para medis lain, atau bisa disebut
apoteker=ahli obat. Untuk mewujudkan itu semua, sudah
sepantasnya kita memperluas wawasan dengan manambah ilmu
serta menerapkanya pada pasien,.. Boleh saja kalau berorientasi
profit, tapi jangan se-mata2 profit, jadi ada hubungan timbal balik
yang tepat antara pasien dan apoteker.
Program pendidikan perlu dibenahi agar dapat lebih
meningkatkan mutu dan kualitas apoteker. Juga apoteker perlu
selalu belajar dan belajar selama masih aktif melakukan praktek
kefarmasian.
Untuk mencapai standar kompetensi seorang apoteker, harus
dimulai sejak dari kuliah. Pendidikan Tinggi Farmasi semestinya
memberikan fasilitas bagi perubahan paradigma mahasiswa, yang
selama ini scientist bergeser ke sosial dan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
187
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Praktik apoteker perlu penyiapan SDM yang mumpuni di bidang
klinik/farmakoterapi. Dengan bekal ilmu cukup didorong supaya
percaya diri bertemu pasien ataupun dokter. Mungkin akan lebih
mudah bila apoteker sekaligus sebagai PSA dan APA
Kuisener ini ideal banget. Kapan kira-kira apoteker Indonesia
siap baik dari sisi ilmu, kapasitas diri, percaya diri bisa jadi
apoteker profesional.
Imbalan:
Profesi APA
belum melum
menjanjikan
masa depan
Perlu ada
standarisasi
imbalan
Perlu adanya
persyaratan
studi
kelayakan
pada
pendirian
apotek
>31 Mohon untuk mensejahterakan apoteker, bila memang apoteker
dianjurkan standby di apotek, tolong IAI juga menstandarkan gaji
apoteker di atas 2 juta....untuk syarat pendirian apotek yang
bukan milik apoteker..... karena sebagian apoteker masih berat bila
stanbay karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi bila cuma
standby di apotek saja. mohon ditinjau kembali....
Dengan banyaknya tanggungjawab seorang apoteker sebaiknya
kesejahteraan apoteker juga harus diperjuangkan... di mana
profesi apoteker di lapangan seperti profesi kelas dua, dokter yang
pada kenyataannya lebih banyak memegang peranan... IAI sebagai
wadah perkumpulan apoteker harus lebih konsen dan
merangkul anggota-anggotanya agar profesi apoteker benar-
benar lebih maju dan berperan sesuai fungsinya.
Sampai saat ini apotek tidak/belum bisa terlepas dari faktor sebagai
komoditas ekonomi, karena sebahagian besar apotek melibatkan
PSA yang bukan apoteker. Saya sangat setuju dengan adanya PP
51/2009 dan Permenkes 889/2011, tapi pertanyaannya… apakah
PSA bersedia meningkatkan penghasilan/kesejahteraan
apoteker, kemudian apakah bisa meningkatkan omset dari apotik.
Bagaimana dengan apoteker-apoteker yang PNS (lebih dari 70%
jumlah apotek yang ada ditangani oleh apoteker-apoteker PNS),
Tentunya ini akan meminimalisir pelayanan kesehatan masyarakat
di bidang farmasi... Perlunya ke depan untuk memikirkan
bagaimana agar kesejahteraan apoteker lebih baik dari
sekarang (yang jelas2 tidak menjanjikan).
Apoteker selain dituntut untuk bertanggungjawab pada pengelolaan
dan penggunaan obat juga memiliki kewajiban selalu
meningkatkan pengetahuan melalui seminar ataupun evidence base
kasus lapangan.... untuk itu perlu juga diperhatikan hak-haknya
sehingga dengan kesejahteraan yang baik tuntutan masyarakat
atas keprofesian apoteker dapat terpenuhi....
Dengan tanggungjawab yang cukup berat sebagai penanggung-
jawab apotek, hendaknya disesuaikan dengan standar upah yang
diterima oleh apoteker, dan sosialisasi praktik farmasi/apotek
juga ditekankan ke pemilik apotek dan instansi/profesi yg
terkait, sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Imbalan apoteker disesuaikan dengan standar kelayakan profesi
dan ada baiknya diatur dalam peraturan pemerintah. Dalam hal
pendirian apotek ada baiknya dilakukan studi kelayakan oleh
pihak pendiri apotek dan oleh pemerintah sebagai pemberi izin
agar kelangsungan apotek dapat berjalan dengan baik
Universitas Sumatera Utara
188
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Imbalan yang diberikan kepada apoteker yang berpraktik tidak
sesuai dengan besarnya tanggungjawab dan pekerjaan yang
harus dilakukan.
Dukungan:
Secara umum
penelitian ini
mendapatkan
dukungan
positif
>117 Disertasi bapak sangat bagus.. Semoga hasil disertasi bapak
dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan
pekerjaan kefarmasian yang lebih aplikatif di Indonesia..
Sehingga para Apoteker dapat melakuan tugasnya dengan
profesional. Dengan demikian profesi apoteker dapat diakui di
antara para tenaga kesehatan lainnya dan juga dikenal oleh negara
dan masyarakat. Dan akhirnya kita dapat memperjuangkan hak-
hak/upah atas jasa profesi kita.
Semoga model praktek farmasi komunitas seperti ini dapat
terwujud dan dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia.
Semoga saja semua elemen-elemen praktik di atas dapat
diterapkan....
Elemen-elemen praktik farmasi, yang telah dipaparkan sangat
bagus sekali untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang
farmasi.
Semoga hasil dari penelitian ini dapat direalisasikan secara
nyata, tidak hanya sekedar wacana saja.
Kuesioner ini sangat tepat untuk dilakukan, agar kita semua tau
seberapa profesionalisme apoteker saat ini yang diterapkan di
masyarakat, dan hal itu bisa sebagai tolok ukur atau indikator,
sudah pantaskah kita disebut ahli obat yang profesional...
Komentar
lain-lain:
Masih ada
keinginan
untuk praktik
tidak
professional
Masih ada
ketidak
pahaman
profesi
>15 Semakin banyaknya pertumbuhan apotek seharusnya akan
meningkatkan kualitas pelayanan dalam artian persaingan lebih
mengarah kepelayanan. Tetapi yang sering saya liat ada beberapa
apotek yang justru karena adanya kompetitor bukannya
meningkatkan pelayan atau ketersediaan obat tapi kok justru
menjalin kerjasama dengan dokter yang mau memberikan
resep sejenis narkotika/psikotropika, yang mana pasiennya
adalah anak muda, dalam artian resep yang dibuat memang hanya
untuk memberi kemudahan bagi para pecandu obat tersebut.
Apakah dengan begitu secara tidak langsung apotek tersebut
berperan terhadap peredaran obat terlarang? Kenapa dibiarkan
adanya apotek seperti itu? Sungguh sangat miris sekali.
Sebaiknya ditambahkan kuesioner tentang "APA boleh
melakukan praktek lebih dari 1 tempat, seperti dokter"
HET terkadang dapat dijadikan acuan harga tetapi tidak selalu
karena ketika harga obat naik tetapi HET yg dicantumkan tidak
ikut naik. Itu menjadi penyebab pasien atau konsumen protes
terhadap harga.
Mengenai kehadiran apoteker selama apotek buka: DILEMA buat
apoteker.
Secara profesional, ini memang keharusan sebagaimana halnya di
negara-negara maju. Namun prakteknya, bisa menyulitkan
apoteker karena berkaitan dengan biaya operasional apotek.
Universitas Sumatera Utara
189
Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi
komunitas (Sambungan)
Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih
Apotek perlu jam buka semaksimal mungkin (jika tidak bisa 24
jam, setidaknya buka pukul 08.00 s/d 21.00) untuk memaksimalkan
pendapatan. Sementara itu, jika harus ada apoteker pendamping
demi tercapainya apotek buka hanya jika ada apotekernya, maka
berarti APA harus berbagi pendapatan dengan apoteker
pendamping (aping) padahal tidak semua apotek beromset tinggi.
Atau, apabila tanpa aping maka berarti apoteker harus bekerja
melebihi jam kerja umum. Bukankah ini merugikan apoteker?
Namun jika apotek buka tanpa apoteker, maka sama saja
menghapus peranan apoteker. Alias, ada atau tidak ada apoteker,
adalah sama saja. Di mana, keberadaan apoteker itu tidak dirasakan
masyarakat.
Menurut saya, lebih baik dilakukan jalan tengah. Yaitu, apoteker
bisa saja tidak berada di apotek namun akses ke pelayanan
pasien di apotek tetap berjalan. Misal, pasang CCTV di ruang
racik untuk bisa memantau kerja AA dan di OTC untuk memantau
penyerahan obat ke pasien. Apabila ada yang perlu disampaikan
apoteker ke AA atau pasien, maka dilakukan lewat telpon.
Demikian pula sebaliknya.
Namun ini berarti harus tersedia komputer di rumah apoteker. Tapi
bagaimanapun, biaya operasional itu tetap lebih hemat
daripada harus membayar 2 apoteker
Hendaknya dilakukan survei kepada pemilik modal apakah
setuju dengan praktek farmasi seperti yang ada dalam
kuestioner
Total 292
Universitas Sumatera Utara
190
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas
Kata Pengantar
Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU
Medan, dengan judul “Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas/Apotek di
Indonesia”, serta sebagai kelanjutan dari kuesioner pertama yang telah selesai dilakukan,
saya membutuhkan data dari Sejawat para Apoteker Penanggung jawab Apotek. Data
dimaksud adalah ►diskripsi keadaan nyata elemen-elemen standar praktik farmasi
komunitas/apotek di Indonesia saat ini. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan
Sejawat meluangkan waktu sejenak mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 atau 3 pilihan
►diskripsi untuk masing-masing elemen standar dengan cara “klik” kolom dengan
nomor yang sesuai dengan nomor ►diskripsi yang sejawat pilih di bawah ini. Oleh
karena salah satu tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang
sesungguhnya dari praktik farmasi komunitas di Indonesia, maka suksesnya penelitian ini
sangat bergantung pada Sejawat dalam memberikan identitas dan pilihan ►deskripsi
secara jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya.
Tidak ada jawaban yang salah dalam kuesioner ini. Semua jawaban dan identitas Sejawat
akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Sejawat sebagai responden, saya ucapkan
terimakasih.
Medan, 22 Juni 2012
Peneliti,
Wiryanto
Fakultas Farmasi USU Medan
IDENTITAS RESPONDEN
Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Alumnus Apoteker
USU
UNAND
UI
ITB
UNPAD
UGM
UNAIR
UNHAS
Yang lain:
Universitas Sumatera Utara
191
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
Tahun lulus apoteker:
Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek
Tuliskan dalam angka saja berapa tahun Teman Sejawat bekerja sebagai Apoteker
Pengelola Apotek
Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Pengelola Apotek
PNS di lingkungan Badan POM
PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas kesehatan
PNS di Rumah Sakit Pemerintah
Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Negeri
Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Swasta
Tidak ada pekerjaan lain
Yang lain:
Frekuensi Kehadiran di Apotek
Selama apotek buka
Setiap hari, pada jam tertentu
2-4 x seminggu
1 x seminggu
1 x sebulan
Yang lain:
Imbalan per bulan (Rp.)
Sampai dengan 1.000.000
>1.000.000 - 2.000.000
>2.000.000 - 3.000.000
>3.000.000 - 4.000.000
>4.000.000
Yang lain:
Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan
Tuliskan dalam angka saja imbalan per bulan yang diharapkan untuk pemenuhan
Standar Praktik sesuai PP.51/2009
Universitas Sumatera Utara
192
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
Usulan Sejawat tentang upaya pemenuhan imbalan yang diharapkan
Kenyataan imbalan yang diterima APA pasti jauh dari harapan, dan sudah barang
tentu tidak mudah untuk memenuhinya, tuliskan usul sejawat tentang upaya-upaya
yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut
Kemungkinan upaya yang sejawat usulkan berhasil
Pilih kemungkinan upaya yang sejawat usulkan dapat berhasil sehubungan dengan
keadaan nyata di lapangan
sangat mungkin
mungkin
tidak mungkin
Kepemilikan Apotek
Milik Sendiri
Milik PSA perorangan
Milik Perusahaan Swasta
Milik BUMN
Yang lain:
Rata-rata jumlah lembar resep per hari.
Tuliskan dalam angka saja
Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep.
Tuliskan dalam angka saja
Rata-rata omset (Rp.) per hari.
Tuliskan dalam angka saja
Jumlah tenaga kefarmasian selain Apoteker Penanggung Jawab Apotek.
Tuliskan dalam angka saja
Apoteker Pendamping
Tenaga Teknis Kefarmasian
Universitas Sumatera Utara
193
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
Kota / Kabupaten.
Tuliskan nama kota atau kabupaten dimana apotek berada
KUESIONER Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya
Aspek Standar 1. Profesionalisme Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati keadaan nyata di apotek sejawat
1 2 3
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji dalam
melaksanakan praktik kefarmasian: ► 1. Senantiasa berpegang
teguh pada sumpah/janji ► 2. Tidak sepenuhnya berpegang teguh
pada sumpah/janji ► 3. Apoteker tidak melaksanakan praktik
kefarmasian
1.2. Pelayanan langsung apoteker: ► 1. Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker pendamping ► 2. Setiap hari pada jam
tertentu, tidak ada apoteker pendamping ► 3. Tidak dilakukan,
tidak ada apoteker pendamping
1.3. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik apoteker Indonesia,
dalam bertindak dan mengambil keputusan: ► 1. Berpedoman
pada prinsip-prinsip kode etik ► 2. Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik ► 3. Tidak pernah
bertindak dan mengambil keputusan
1.4. Komitmen bekerja apoteker: ► 1. Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai standar praktik ► 2. Menunjukkan kinerja terbaik sesuai
kondisi dan situasi ► 3. Tidak menunjukkan kinerja
1.5. Komitmen kehadiran apoteker, bila terlambat/berhalangan hadir:
► 1. Segera memberitahu ► 3. Tidak memberitahu
1.6. Tanggungjawab apoteker dalam menyelesaikan tugas: ► 1.
Menyelesaikan seluruh tugas yang menjadi tanggungjawabnya ►
2. Menyelesaikan sebagian tugas yang menjadi
tanggungjawabnya ► 3. Tidak menyelesaikan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya
1.7. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam menyelesaian semua
pekerjaan di apotek ► 1. Berpedoman pada standar prosedur
opersional ► 3. Berpedoman pada kebiasaan, belum ada standar
prosedur opersional
Universitas Sumatera Utara
194
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1 2 3
1.8. Dalam melakukan praktik kefarmasian, apoteker: ► 1.
Mempunyai kemandirian sikap, tanpa intervensi orang lain ► 2.
Tidak mempunyai kemandirian sikap, mengikuti kondisi dan
situasi ► 3. Tidak melakukan praktik kefarmasian
1.9. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang tidak tersedia: ►
1. Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan ► 2.
Diusahakan dari tempat lain dengan biaya tambahan ► 3. Tidak
diusahakan dari tempat lain
1.10. Perlakuan apoteker kepada pasien: ► 1. Berinteraksi dengan
pasien, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan
bayarnya ► 2. Berinteraksi dengan pasien bila diperlukan ► 3.
Tidak berinteraksi dengan pasien
1.11. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk membayar: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Dilakukan oleh siapa saja
1.12. Hubungan profesional apoteker dengan dokter: ► 1. Dibangun
untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien ► 3.
Tidak dibangun
1.13. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan apoteker dari apotek
lain: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan
1.14. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan terapi: ► 1.
Menindaklanjuti penyelesaiannya ► 3. Tidak menindaklanjuti
penyelesaiannya
1.15. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif: ► 1. Merespon
dengan menyediakan kotak saran ► 2. Merespon, tidak
menyediakan kotak saran ► 3. Tidak merespon, tidak
menyediakan kotak saran
1.16. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan yang diselenggarakan
organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi setempat dalam
rangka belajar sepanjang hayat: ► 1. Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti ► 2. Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti ► 3. Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti
1.17. Fasilitas untuk mengikuti program pengembangan profesi
berkelanjutan dalam rangka peningkatan kompetensi: ► 1. Lebih
dari 60% diberikan apotek ► 2. Kurang dari 60% diberikan
apotek ► 3. Kurang dari 30% diberikan apotek
Universitas Sumatera Utara
195
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1 2 3
1.18. Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional
apoteker: ► 1. Dilakukan ► 3. Tidak dilakukan
1.19. Akses ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker menjadi lebih efisien: ► 1.
Disediakan apotek ► 3. Tidak disediakan apotek
Aspek Standar 2. Manajerial
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
2.1. Pengelolaan sediaan farmasi: ► 1. Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok dan buku catatan barang kosong ► 2.
Melalui perencanaan yang kurang baik, hanya didukung salah
satu kartu stok atau buku catatan barang kosong ► 3. Melalui
perencanaan yang tidak baik, tidak didukung kartu stok maupun
buku catatan barang kosong
2.2. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya dengan kualitas: ► 1.
Melalui jalur resmi ► 3. Tidak hanya melalui jalur resmi
2.3. Penyimpanan sediaan farmasi: ► 1. Didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan dengan temperatur ruangan yang telah
ditetapkan, dengan penataan yang sangat teratur untuk
mempermudah pencarian ► 2. Kurang didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin dipakai umum, rak yang kurang
memenuhi syarat-syarat penyimpanan, dengan penataan yang
kurang teratur ► 3. Tidak didukung fasilitas yang memadai:
lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak memenuhi syarat-
syarat penyimpanan, dengan penataan yang tidak teratur
2.4. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak: ► 1. Membuat penandaan
bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/rusak ► 2. Tidak
membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun ke depan akan
kadaluwarsa, memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/rusak ► 3. Tidak menangani secara khusus obat-
obat kadaluwarsa/rusak
2.5. Penataan lingkungan apotek: ► 1. Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional ► 2.
Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan ► 3. Tidak melakukan
penataan lingkungan apotik
2.6. Area Konseling: ► 1. Tertutup/terpisah dari kegiatan lain ► 2.
Tidak terpisah dari kegiatan lain ► 3. Tidak mempunyai area
konseling
Universitas Sumatera Utara
196
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1 2 3
2.7. Ruang Tunggu: ► 1. Nyaman ► 2. Seadanya ► 3. Tidak punya
2.8. Keuntungan: ► 1. Menerapkan sistem yang dapat menjamin
pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah
yang wajar ► 3. Menerapkan sistem yang tidak dapat menjamin
pemenuhan imbalan kepada tenaga kefarmasian dalam jumlah
yang wajar
2.9. Imbalan apoteker: ► 1. Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif
sesuai omset ► 2. Layak sesuai ketentuan ► 3. Tidak layak,
tidak sesuai ketentuan
Aspek Standar 3. Dispensing
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
3.1. Pengecekan persyaratan administratif resep: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Tidak dilakukan pengecekan
3.2. Penyerahan obat atas resep dokter: ► 1. Dilakukan oleh apoteker
► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Dilakukan
oleh siapa saja
3.3. Pertimbangan aspek ekonomi obat: ► 1. Dilakukan oleh Apoteker
► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
dilakukan
3.4. Penyerahan obat keras: ► 1. Hanya melalui resep dokter ► 2.
Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep dokter oleh
apoteker ► 3. Kecuali dengan resep dokter, dilayani tanpa resep
dokter oleh siapa saja
3.5. Penjelasan dan informasi obat: ► 1. Diberikan oleh Apoteker ►
2. Diberikan oleh tenaga kefarmasian ► 3. Diberikan oleh siapa
saja
Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
4.1. Konseling pada penggunaan obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker
► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
dilakukan
Universitas Sumatera Utara
197
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
1 2 3
4.2. Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep: ► 1.
Disampaikan oleh apoteker penanggungjawab apotek ► 2.
Disampaikan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
dilakukan
4.3. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian terapi obat► 1.
Dilakukan oleh apoteker 2. Dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan
4.4. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Tidak dilakukan
4.5. Pertimbangan Klinis: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.
Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan
4.6. Catatan Pengobatan Pasien: ► 1. Diselenggarakan oleh apoteker
► 2. Diselenggarakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
diselenggarakan
4.7. Monitoring Penggunaan Obat: ► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2.
Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak dilakukan
4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien:
► 1. Dilakukan oleh apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian ► 3. Dilakukan oleh siapa saja
4.9. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter: ► 1. Dilakukan oleh
apoteker ► 2. Dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3.
Tidak dilakukan
Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang mendekati
keadaan nyata di apotek sejawat
5.1. Informasi kesehatan termasuk informasi obat bagi masyarakat,
pasien, dan tenaga kesehatan lain ► 1. Disediakan oleh Apoteker
► 2. Disediakan oleh tenaga teknis kefarmasian ► 3. Tidak
disediakan
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat: ► 1. Dilakukan
melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau
poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan
sejenisnya ► 3. Tidak dilakukan
Universitas Sumatera Utara
198
Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik
Farmasi Komunitas (Sambungan)
Usulan/masukan yang lebih konstruktif pilihan deskripsi:
Apabila ada mohon dituliskan dibawah ini
Diberdayakan oleh Google Docs
Universitas Sumatera Utara
199
Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas
Aspek Standar 1. Profesionalisme
Elemen Standar Deskripsi Ideal
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi
sumpah / janji dalam melaksanakan
praktik kefarmasian
Senantiasa berpegang teguh pada sumpah /
janji
1.2 Akuntabilitas apoteker memenuhi kode
etik apoteker Indonesia, dalam
bertindak dan mengambil keputusan
Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik
1.3. Komitmen bekerja apoteker Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar
praktik
1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian,
Mempunyai kemandirian sikap, tanpa
intervensi orang lain
1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien
Berinteraksi dengan pasien, terlepas dari
latar belakang sosial atau kemampuan
bayarnya
1.6. Pelayanan langsung apoteker Setiap hari pada jam buka, minimal ada
satu apoteker pendamping
1.7. Hubungan profesional apoteker dengan
dokter
Dibangun untuk kemungkinan manajemen
terapi terbaik bagi pasien
1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker
dengan apoteker dari apotek lain
Dilakukan
1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian
kesalahan terapi
Menindaklanjuti langsung penyelesaiannya
1.10. Sikap apoteker terhadap kritik
konstruktif
Menyediakan kotak saran untuk merespon
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat
Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti
1.12. Penilaian apoteker sendiri atas
kompetensi dan aktivitas
profesionalnya
Dilakukan
Aspek Standar 2. Manajerial
2.1. Mewujudkan kualitas dan akuntabilitas
kerja
Berpedoman pada standar prosedur
opersional dalam menyelesaian semua
pekerjaan
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam
hal barang tidak tersedia
Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya
tambahan
Universitas Sumatera Utara
200
Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar Deskripsi Ideal
2.3. Fasilitas untuk mengikuti program
pengembangan profesi berkelanjutan
dalam rangka peningkatan kompetensi
Lebih dari 60% diberikan apotek
2.4. Akses ke sumber informasi internet
dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker
menjadi lebih baik
Disediakan apotek
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi Melalui perencanaan yang baik, didukung
kartu stok dan buku catatan barang kosong
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas
Melalui jalur resmi
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi
Didukung fasilitas yang memadai: lemari
pendingin khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan dengan
temperatur ruangan yang telah ditetapkan,
dengan penataan yang sangat teratur untuk
mempermudah pencarian penyimpanan,
dengan penataan yang kurang teratur
2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak
Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1
tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/ rusak
2.9. Penataan lingkungan apotek Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan profesional
2.10. Area Konseling Tertutup/ terpisah dari kegiatan lain
2.11. Ruang Tunggu Nyaman
2.12. Besaran imbalan apoteker sebagai
tenaga profesional
Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif
sesuai omset
ASPEK STANDAR 3. DISPENSING
Elemen Standar Deskripsi Ideal
3.1. Pengecekan persyaratan administratif
resep
Dilakukan oleh Apoteker
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat Dilakukan oleh Apoteker
3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk
pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk
membayar
Dilakukan oleh apoteker
3.4. Penyerahan obat keras Hanya melalui resep dokter oleh Apoteker
Universitas Sumatera Utara
201
Lampiran 7. Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan)
Elemen Standar Deskripsi Ideal
3.5. Penyerahan obat atas resep dokter Dilakukan oleh apoteker
3.6. Penjelasan dan informasi obat Diberikan oleh Apoteker
Aspek Standar 4. Asuhan Kefarmasian
4.1. Konseling pada penggunaan obat Dilakukan oleh apoteker
4.2. Komunikasi dengan dokter tentang
kemajuan terapi pasien
Dilakukan oleh apoteker
4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik Dilakukan oleh apoteker
4.4. Pertimbangan Klinis Dilakukan oleh apoteker
4.5. Catatan Pengobatan Pasien Diselenggarakan oleh apoteker
4.6. Monitoring Penggunaan Obat Dilakukan oleh apoteker
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang
paling sesuai bagi pasien
Dilakukan oleh apoteker
4.8. Rujukan pasien ke dokter, bila
diperlukan,
Dilakukan oleh apoteker
Aspek Standar 5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
5.1. Informasi kesehatan termasuk
informasi obat bagi masyarakat,
pasien, dan tenaga kesehatan lain
Disediakan oleh Apoteker
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat
Dilakukan melalui diseminasi informasi:
penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian masyarakat:
penyuluhan dan sejenisnya
Universitas Sumatera Utara
202
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0
Standar 1. PROFESIONALISME
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi
sumpah/janji dalam melaksanakan
praktik kefarmasian:
Senantiasa berpegang teguh
pada sumpah/janji
Tidak sepenuhnya berpegang
teguh pada sumpah/janji
Tidak berpegang teguh pada
sumpah/janji 0
1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi
kode etik apoteker Indonesia, dalam
bertindak dan mengambil keputusan:
Berpedoman pada prinsip-
prinsip kode etik
Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsip-
prinsip kode etik
Tidak pernah bertindak dan
mengambil keputusan 0
1.3. Komitmen bekerja apoteker: Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai standar praktik
Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai kondisi dan situasi Tidak menunjukkan kinerja 0
1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian:
Mempunyai kemandirian
sikap, tanpa intervensi orang
lain
Tidak mempunyai
kemandirian sikap, mengikuti
kondisi dan situasi
Tidak melakukan praktik
kefarmasian 0
1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien:
Berinteraksi dengan pasien,
terlepas dari kondisi dan
situasi
Berinteraksi dengan pasien,
tergantung kondisi dan
situasi
Tidak berinteraksi dengan
pasien 0
Keterangan: 1. HASIL PENILAIAN adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi
2. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek
3. Besaran nilai setiap elemen standar adalah bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi
Universitas Sumatera Utara
203
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0
1.6. Pelayanan langsung apoteker:
Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker
pendamping
Setiap hari pada jam tertentu Tidak setiap hari 0
1.7 Hubungan profesional apoteker
dengan dokter, untuk kemungkinan
manajemen terapi terbaik bagi pasien:
Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 0
1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker
dengan apoteker dari apotek lain,
menuju praktik farmasi yang baik:
Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 0
1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian
kesalahan terapi:
Menindaklanjuti secara
langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi
Tidak menindaklanjuti
secara langsung
penyelesaiannya
0
1.10 Sikap apoteker terhadap kritik
konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi
Tidak menyediakan kotak
saran 4
Universitas Sumatera Utara
204
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat:
Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti 4
1.12. Penilaian apoteker sendiri atas
kompetensi dan aktivitas
profesionalnya :
Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4
Standar 2. MANAJERIAL
2.1. Mewujudkan kualitas dan
akuntabilitas kerja:
Menerapkan standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua pekerjaan
Tidak ada deskripsi
Tidak berpedoman pada
standar prosedur opersional
dalam menyelesaian semua
pekerjaan
4
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien
dalam hal barang tidak tersedia:
Diusahakan dari tempat lain
tanpa biaya tambahan
Diusahakan dari tempat lain
dengan biaya tambahan
Tidak diusahakan dari
tempat lain 4
2.3. Fasilitas untuk mengikuti program
pengembangan profesi berkelanjutan
dalam rangka peningkatan kompetensi:
Lebih dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 30% diberikan
apotek 4
Universitas Sumatera Utara
205
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN
BOBOT NILAI 4 2 0
2.4. Akses ke sumber informasi
internet dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker
menjadi lebih baik:
Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok dan
buku catatan barang kosong
Melalui perencanaan yang
kurang baik, hanya didukung
salah satu kartu stok atau
buku catatan barang kosong
Melalui perencanaan yang
tidak baik, tidak didukung
kartu stok maupun buku
catatan barang kosong
4
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi
Tidak hanya melalui jalur
resmi 4
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:
Didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan
dengan temperatur ruangan
yang telah ditetapkan, dengan
penataan yang sangat teratur
untuk mempermudah
pencarian
Kurang didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin dipakai umum, rak
yang kurang memenuhi
syarat-syarat penyimpanan,
dengan penataan yang kurang
teratur
Tidak didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin tidak ada, rak
yang tidak memenuhi syarat-
syarat penyimpanan, dengan
penataan yang tidak teratur
4
Universitas Sumatera Utara
206
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN
BOBOT NILAI 4 2 0
2.8. Penanganan obat
kadaluwarsa/rusak:
Membuat penandaan bagi
obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
Tidak membuat penandaan
bagi obat-obat yang 1 tahun
ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
Tidak menangani secara
khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak 4
2.9. Penataan lingkungan apotek:
Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan
profesional
Kurang sesuai dengan fungsi
area/ruangan
Tidak melakukan penataan
lingkungan apotik 4
2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari kegiatan
lain
Tidak terpisah dari kegiatan
lain
Tidak mempunyai area
konseling 4
2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 4
2.12. Besaran imbalan apoteker
sebagai tenaga profesional:
Layak sesuai ketentuan,
ditambah insentif sesuai omset Layak sesuai ketentuan
Tidak layak, tidak sesuai
ketentuan 4
Standar 3. DISPENSING
3.1. Pengecekan persyaratan
administratif resep: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
Universitas Sumatera Utara
207
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL
PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi
obat: Dilakukan oleh Apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk
pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk
membayar:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep dokter,
oleh apoteker
Kecuali dengan resep dokter,
dilayani tanpa resep dokter
oleh tenaga kefarmasian
Kecuali dengan resep dokter,
dilayani tanpa resep dokter
oleh siapa saja
0
3.5. Penyerahan obat atas resep dokter: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
3.6. Penjelasan dan informasi obat: Diberikan oleh apoteker Diberikan oleh tenaga
kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 0
Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN
4.1. Konseling pada penggunaan obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
4.2. Komunikasi dengan dokter tentang
resep atau tentang pemberian terapi
pasien:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
Universitas Sumatera Utara
208
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0
4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh apoteker Diselenggarakan oleh tenaga
kefarmasian
Diselenggarakan oleh siapa
saja 0
4.6. Monitoring Penggunaan Obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep
yang paling sesuai bagi pasien: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
4.8. Rujukan pasien ke dokter bila
diperlukan: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 0
Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Informasi kesehatan termasuk
informasi obat bagi masyarakat, pasien,
dan tenaga kesehatan lain:
Disediakan oleh Apoteker Disediakan oleh tenaga
kefarmasian Disediakan oleh siapa saja 0
Universitas Sumatera Utara
209
Lampiran 8. Lembar penilaian tingkat pemenuhan standar (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN BOBOT NILAI 4 2 0
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan
masyarakat:
Dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran
leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan
sejenisnya
Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4
Kehadiran Apoteker: Kehadiran 0
0 : 1 kali sebulan Imbalan 4
1 : 1 kali seminggu Omset
2 : 2-4 kali seminggu Kepemilikan
3 : setiap hari pada jam tertentu
4 : setiap jam buka apotek Apoteker Pendamping
Omset per hari/Imbalan per bulan: TTK
1 : =< 2.000.000
2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 Identitas:
3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 Nama Apotek:
4 : >5.000.000 Alamat:
Universitas Sumatera Utara
210
Lampiran 9. Lembar Penentuan Kriteria Praktik Farmasi Komunitas
Nama Apotek: Kab./Kota: Hasil ke: . . Poin kumulatif: 64
Alamat: Provinsi: Tahapan: . . Akreditasi: tidak terakreditasi
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 12 1.00
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
0 0 0 0 0 0 0 0
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
0 4
4
2
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: bawah standar
Standar 1 4 1.00 tidak layak TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 4.00 sangat baik peringatan
Standar 3 4 0.00 sangat tidak layak KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 0.00 sangat tidak layak Pencabutan Izin Sementara
Standar 5 4 2.00 kurang Pencabutan Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
211
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.1. Akuntabilitas apoteker memenuhi sumpah/janji
dalam melaksanakan praktik kefarmasian:
1 Senantiasa berpegang teguh pada
sumpah/janji
2 Tidak sepenuhnya berpegang teguh pada
sumpah/janji
3 Tidak berpegang teguh pada sumpah/janji
A
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.2. Akuntabilitas apoteker memenuhi kode etik
apoteker Indonesia, dalam bertindak dan
mengambil keputusan:
1 Berpedoman pada prinsip-prinsip kode etik
2 Tidak sepenuhnya berpedoman pada
prinsip-prinsip kode etik
3 Tidak pernah bertindak dan mengambil
keputusan
A
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
Keterangan:
lk >2 ≈ 4: Untuk level kehadiran lebih dari 2 diberikan bobot nilai 4
lk =2 ≈ 2: Untuk level kehadiran sama dengan 2 diberikan bobot nilai 2 lk <2 ≈ 0: Untuk level kehadiran kurang dari 2 diberikan bobot nilai 0
Universitas Sumatera Utara
212
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.3. Komitmen bekerja apoteker:
1 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai
standar praktik
2 Menunjukkan kinerja terbaik sesuai
kondisi dan situasi
3 Tidak menunjukkan kinerja
A
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.4. Kemandirian sikap apoteker dalam melakukan
praktik kefarmasian:
1 Mempunyai kemandirian sikap, tanpa
intervensi orang lain
2 Tidak mempunyai kemandirian sikap,
mengikuti kondisi dan situasi
3 Tidak melakukan praktik kefarmasian
A Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.5. Perlakuan apoteker kepada pasien:
1 Berinteraksi dengan pasien, lepas dari
kondisi dan situasi
2 Berinteraksi dengan pasien, tergantung
kondisi dan situasi
3 Tidak berinteraksi dengan pasien
B
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk =2 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
Observasi
Universitas Sumatera Utara
213
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.6. Pelayanan langsung apoteker:
1 Setiap hari pada jam buka, minimal ada
satu apoteker pendamping
2 Setiap hari pada jam tertentu
3 Tidak setiap hari
C
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 2;
lk ≤2 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk =3 ≈ 2;
lk <2 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.7. Hubungan profesional apoteker dengan dokter,
untuk kemungkinan terapi terbaik bagi pasien:
1 Dibangun
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dibangun
D
Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk ≤2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk ≤2 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.8. Konsultasi dan kerjasama apoteker dengan
apoteker dari apotek lain, menuju praktik
farmasi yang baik:
1 Dilakukan
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dilakukan
D Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk ≤2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk ≤2 ≈ 0
Observasi
Universitas Sumatera Utara
214
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
1.9. Sikap apoteker terhadap kejadian kesalahan
terapi:
1 Menindaklanjuti secara langsung
penyelesaiannya
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak menindaklanjuti secara langsung
penyelesaiannya
D Level
Kehadiran
(lk)
lk >2 ≈ 4;
lk ≤2 ≈ 0
lk >2 ≈ 4;
lk ≤2 ≈ 0
Observasi
Komitmen Profesional-
isme
1.10. Sikap apoteker terhadap kritik konstruktif:
1 Menyediakan kotak saran
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak menyediakan kotak saran
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Komitmen Profesional-
isme
1.11. Sikap apoteker terhadap seminar/pelatihan
yang diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi setempat
dalam rangka belajar sepanjang hayat:
1 Lebih 60% berpartisipasi/mengikuti
2 Kurang dari 60% berpartisipasi/mengikuti
3 Kurang dari 30% berpartisipasi/mengikuti
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Universitas Sumatera Utara
215
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen Profesional-
isme
1.12. Penilaian sendiri atas kompetensi dan
aktivitas profesional apoteker:
1 Dilakukan
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dilakukan
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.1. Kualitas dan akuntabilitas kerja, dalam
menyelesaian semua pekerjaan di apotek:
1 Berpedoman pada standar prosedur
opersional
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak berpedoman pada standar prosedur
opersional
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien dalam hal barang
tidak tersedia:
1 Diusahakan dari tempat lain tanpa biaya
tambahan
2 Diusahakan dari tempat lain dengan biaya
tambahan
3 Tidak diusahakan dari tempat lain
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Universitas Sumatera Utara
216
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Dukungan
manajemen Manajerial
2.3. Fasilitas untuk mengikuti program
pengembangan profesi berkelanjutan dalam
rangka peningkatan kompetensi:
1 Lebih dari 60% diberikan apotek
2 Kurang dari 60% diberikan apotek
3 Kurang dari 30% diberikan apotek
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.4. Akses ke sumber informasi internet dan
berbagai literatur untuk memungkinkan praktik
apoteker menjadi lebih baik:
1 Disediakan apotek
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak disediakan apotek
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
1 Melalui perencanaan yang baik, didukung
kartu stok dan buku catatan barang kosong
2 Melalui perencanaan yang kurang baik,
hanya didukung salah satu kartu stok atau
buku catatan barang kosong
3 Tidak melalui perencanaan yang baik,
tidak didukung kartu stok maupun buku
catatan barang kosong
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Universitas Sumatera Utara
217
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Dukungan
manajemen Manajerial
2.6. Pengadaan sediaan farmasi hubungannya
dengan kualitas:
1 Melalui jalur resmi
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak hanya melalui jalur resmi
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:
1 Didukung fasilitas yang memadai: lemari
pendingin khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan dengan
temperatur ruangan yang telah ditetapkan,
dengan penataan yang sangat teratur untuk
mempermudah pencarian
2 Kurang didukung fasilitas yang memadai:
lemari pendingin dipakai umum, rak yang
kurang memenuhi syarat-syarat
penyimpanan, dengan penataan yang
kurang teratur
3 Tidak didukung fasilitas yang memadai:
lemari pendingin tidak ada, rak yang tidak
memenuhi syarat-syarat penyimpanan,
dengan penataan yang tidak teratur
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Universitas Sumatera Utara
218
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Dukungan
manajemen Manajerial
2.8. Penanganan obat kadaluwarsa/rusak:
1 Membuat penandaan bagi obat-obat yang
1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/rusak
2 Tidak membuat penandaan bagi obat-obat
yang 1 tahun ke depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang sudah
kadaluwarsa/rusak
3 Tidak menangani secara khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.9. Penataan lingkungan apotek:
1 Sesuai dengan fungsi area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan profesional
2 Kurang sesuai dengan fungsi area/ruangan
3 Tidak melakukan penataan lingkungan
apotik
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.10. Area Konseling:
1 Tertutup/terpisah dari kegiatan lain
2 Terbuka/tidak terpisah dari kegiatan lain
3 Tidak mempunyai area konseling
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Universitas Sumatera Utara
219
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Dukungan
manajemen Manajerial
2.11. Ruang Tunggu:
1 Nyaman
2 Seadanya
3 Tidak punya
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Dukungan
manajemen Manajerial
2.12. Imbalan apoteker sebagai tenaga profesional:
1 Layak sesuai ketentuan, ditambah insentif
sesuai omset
2 Layak sesuai ketentuan
3 Tidak layak, tidak sesuai ketentuan
F
Level
Imbalan
(li)
li >2 ≈ 4;
li =2 ≈ 2;
li =1 ≈ 0
li >2 ≈ 4;
li =2 ≈ 2;
li =1 ≈ 0
li >2 ≈ 4;
li =2 ≈ 2;
li =1 ≈ 0
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Dispensing
3.1. Persyaratan administratif resep:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Universitas Sumatera Utara
220
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Dispensing
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi obat:
1 Dilakukan oleh Apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Profesional-
isme
3.3. Pemberian alternatif pilihan untuk pemenuhan
kebutuhan terkait ketidakmampuan pasien
untuk membayar:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Dispensing
3.4. Penyerahan obat keras:
1 Hanya melalui resep dokter, oleh apoteker
2 Kecuali dengan resep dokter, dilayani
tanpa resep dokter oleh tenaga
kefarmasian
3 Kecuali dengan resep dokter, dilayani
tanpa resep dokter oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Universitas Sumatera Utara
221
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Dispensing
3.5. Penyerahan obat atas resep dokter:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Dispensing
3.6. Penjelasan dan informasi obat:
1 Diberikan oleh Apoteker
2 Diberikan tenaga kefarmasian
3 Diberikan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.1. Konseling pada penggunaan obat:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.2. Komunikasi dengan dokter tentang pemberian
terapi pasien
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Universitas Sumatera Utara
222
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.3. Pertimbangan kesesuaian farmasetik:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Tidak dilakukan
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.4. Pertimbangan Klinis:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.5. Catatan Pengobatan Pasien:
1 Diselenggarakan oleh apoteker
2 Diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian
3 Diselenggarakan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.6. Monitoring Penggunaan Obat:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Universitas Sumatera Utara
223
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling
sesuai bagi pasien:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Dilakukan oleh siapa saja
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Asuhan
Kefarmasian
4.8. Bila diperlukan, rujukan pasien ke dokter:
1 Dilakukan oleh apoteker
2 Dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 Tidak dilakukan
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Komitmen
kehadiran dan
keterlibatan
apoteker
Pelayanan
Kesmas
5.1. Informasi kesehatan bagi masyarakat, pasien,
dan tenaga kesehatan lain
1 Disediakan oleh Apoteker
2 Disediakan oleh tenaga kefarmasian
3 Tidak disediakan
E Level
Kehadiran
(lk)
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
lk =4 ≈ 4;
lk >1 ≈ 2;
lk ≤1 ≈ 0
Observasi
Universitas Sumatera Utara
224
Lampiran 10. Model rumusan penilaian untuk setiap tahapan pembinaan, menggunakan level frekuensi kehadiran (lk) dan
level besaran imbalan (li) sebagai variabel, untuk masing-masing elemen standar (Sambungan)
Aspek
Permasalahan
Aspek
Standar Elemen Standar
Rumusan
Penilaian Variabel
Tahapan Pembinaan
Tahap Awal Tahap
Antara
Tahap
Lanjut
Dukungan
manajemen
Pelayanan
Kesmas
5.2. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat:
1 Dilakukan melalui diseminasi informasi:
penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian masyarakat:
penyuluhan dan sejenisnya
2 Tidak ada deskripsi
3 Tidak dilakukan
G Fakta
Lapangan Observasi Observasi Observasi
Keterangan:
Kode level frekuensi kehadiran (lk) apoteker:
0: sekali dalam sebulan
1: sekali dalam seminggu
2: 2-4 kali dalam seminggu
3: setiap hari pada jam tertentu
4: sepanjang jam buka apotek, ada apoteker pendamping
Kode level besaran imbalan (li) apoteker:
1: ≤ 2 juta rupiah per bulan
2: > 2 juta rupiah s/d 3 juta rupiah
3: > 3 juta rupiah s/d 5 juta rupiah
4: > 5 juta rupiah
Universitas Sumatera Utara
225
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
Standar 1. PROFESIONALISME
1.1. Akuntabilitas apoteker
memenuhi sumpah/janji dalam
melaksanakan praktik
kefarmasian:
Senantiasa berpegang
teguh pada sumpah/janji
Tidak sepenuhnya
berpegang teguh pada
sumpah/janji
Tidak berpegang teguh
pada sumpah/janji 4 4 0 0 2
1.2. Akuntabilitas apoteker
memenuhi kode etik apoteker
Indonesia, dalam bertindak dan
mengambil keputusan:
Berpedoman pada prinsip-
prinsip kode etik
Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsip-
prinsip kode etik
Tidak pernah bertindak
dan mengambil keputusan 4 4 0 0 2
1.3. Komitmen bekerja apoteker:
Menunjukkan kinerja
terbaik sesuai standar
praktik
Menunjukkan kinerja
terbaik sesuai kondisi dan
situasi
Tidak menunjukkan
kinerja 4 4 0 0 2
1.4. Kemandirian sikap apoteker
dalam melakukan praktik
kefarmasian:
Mempunyai kemandirian
sikap, tanpa intervensi
orang lain
Tidak mempunyai
kemandirian sikap,
mengikuti kondisi dan
situasi
Tidak melakukan praktik
kefarmasian 4 4 0 0 2
Keterangan: 1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek
2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi
3. Angka-angka dalam tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah nilai hasil observasi elemen-elemen standar apotek MDN 1 hingga MDN 5
Universitas Sumatera Utara
226
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
1.5. Perlakuan apoteker kepada
pasien:
Berinteraksi dengan
pasien, terlepas dari
kondisi dan situasi
Berinteraksi dengan
pasien, tergantung
kondisi dan situasi
Tidak berinteraksi dengan
pasien 4 4 0 0 2
1.6. Pelayanan langsung
apoteker:
Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker
pendamping
Setiap hari pada jam
tertentu Tidak setiap hari 2 4 0 0 0
1.7 Hubungan profesional
apoteker dengan dokter, untuk
kemungkinan manajemen terapi
terbaik bagi pasien:
Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 4 4 0 0 0
1.8. Konsultasi dan kerjasama
apoteker dengan apoteker dari
apotek lain, menuju praktik
farmasi yang baik:
Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 0 0
1.9. Sikap apoteker terhadap
kejadian kesalahan terapi:
Menindaklanjuti secara
langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi
Tidak menindaklanjuti
secara langsung
penyelesaiannya
4 4 0 0 0
Universitas Sumatera Utara
227
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
1.10 Sikap apoteker terhadap
kritik konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi
Tidak menyediakan kotak
saran 0 4 0 0 4
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat:
Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti 4 4 0 4 0
1.12. Penilaian apoteker sendiri
atas kompetensi dan aktivitas
profesionalnya :
Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 4 4
Standar 2. MANAJERIAL
2.1. Mewujudkan kualitas dan
akuntabilitas kerja:
Menerapkan standar
prosedur opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
Tidak ada deskripsi
Tidak berpedoman pada
standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
0 4 0 0 0
2.2. Pemenuhan kebutuhan
pasien dalam hal barang tidak
tersedia:
Diusahakan dari tempat
lain tanpa biaya tambahan
Diusahakan dari tempat
lain dengan biaya
tambahan
Tidak diusahakan dari
tempat lain 4 4 0 0 4
Universitas Sumatera Utara
228
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
2.3. Fasilitas untuk mengikuti
program pengembangan profesi
berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kompetensi:
Lebih dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 60%
diberikan apotek
Kurang dari 30%
diberikan apotek 4 4 0 4 0
2.4. Akses ke sumber informasi
internet dan berbagai literatur
untuk memungkinkan praktik
apoteker menjadi lebih baik:
Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4 4 0 0 0
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok
dan buku catatan barang
kosong
Melalui perencanaan
yang kurang baik, hanya
didukung salah satu kartu
stok atau buku catatan
barang kosong
Melalui perencanaan
yang tidak baik, tidak
didukung kartu stok
maupun buku catatan
barang kosong
2 4 2 2 2
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi
Tidak hanya melalui jalur
resmi 4 4 0 0 4
Universitas Sumatera Utara
229
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
2.7. Penyimpanan sediaan
farmasi:
Didukung fasilitas yang
memadai: lemari
pendingin khusus, rak
yang memenuhi
persyaratan penyimpanan
dengan temperatur
ruangan yang telah
ditetapkan, dengan
penataan yang sangat
teratur untuk
mempermudah pencarian
Kurang didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin dipakai umum,
rak yang kurang
memenuhi syarat-syarat
penyimpanan, dengan
penataan yang kurang
teratur
Tidak didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin tidak ada, rak
yang tidak memenuhi
syarat-syarat
penyimpanan, dengan
penataan yang tidak
teratur
2 4 2 2 2
2.8. Penanganan obat
kadaluwarsa/rusak:
Membuat penandaan bagi
obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat
yang sudah
kadaluwarsa/rusak
Tidak membuat
penandaan bagi obat-obat
yang 1 tahun ke depan
akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat
yang sudah
kadaluwarsa/rusak
Tidak menangani secara
khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak 4 4 4 4 4
Universitas Sumatera Utara
230
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
2.9. Penataan lingkungan apotek:
Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan
profesional
Kurang sesuai dengan
fungsi area/ruangan
Tidak melakukan
penataan lingkungan
apotik 4 4 2 2 4
2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari
kegiatan lain
Tidak terpisah dari
kegiatan lain
Tidak mempunyai area
konseling 2 2 0 0 2
2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 2 4 2 2 4
2.12. Besaran imbalan apoteker
sebagai tenaga profesional:
Layak sesuai ketentuan,
ditambah insentif sesuai
omset
Layak sesuai ketentuan Tidak layak, tidak sesuai
ketentuan 4 4 0 2 2
Standar 3. DISPENSING
3.1. Pengecekan persyaratan
administratif resep: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
3.2. Pertimbangan aspek
ekonomi obat: Dilakukan oleh Apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
3.3. Pemberian alternatif pilihan
untuk pemenuhan kebutuhan
terkait ketidakmampuan pasien
untuk membayar:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
Universitas Sumatera Utara
231
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep
dokter, oleh apoteker
Kecuali dengan resep
dokter, dilayani tanpa
resep dokter oleh tenaga
kefarmasian
Kecuali dengan resep
dokter, dilayani tanpa
resep dokter oleh siapa
saja
2 4 0 0 2
3.5. Penyerahan obat atas resep
dokter: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
3.6. Penjelasan dan informasi
obat: Diberikan oleh apoteker
Diberikan oleh tenaga
kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN
4.1. Konseling pada penggunaan
obat: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
4.2. Komunikasi dengan dokter
tentang resep atau tentang
pemberian terapi pasien:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
4.3. Pertimbangan kesesuaian
farmasetik: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
Universitas Sumatera Utara
232
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh
apoteker
Diselenggarakan oleh
tenaga kefarmasian
Diselenggarakan oleh
siapa saja 2 4 0 0 2
4.6. Monitoring Penggunaan
Obat: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa
resep yang paling sesuai bagi
pasien:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
4.8. Rujukan pasien ke dokter
bila diperlukan: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 0 0 2
Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Informasi kesehatan
termasuk informasi obat bagi
masyarakat, pasien, dan tenaga
kesehatan lain:
Disediakan oleh Apoteker Disediakan oleh tenaga
kefarmasian
Disediakan oleh siapa
saja 2 4 0 0 2
Universitas Sumatera Utara
233
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN
1
MDN
2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
5.2. Kegiatan peningkatan
kesehatan masyarakat:
Dilakukan melalui
diseminasi informasi:
penyebaran leaflet/brosur
atau poster; dan kegiatan
pengabdian masyarakat:
penyuluhan dan sejenisnya
Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 0 4 0 0 4
Universitas Sumatera Utara
234
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Hasil observasi data apotek:
Kehadiran Apoteker: Kehadiran Apoteker 3 4 0 0 2
0 : 1 kali sebulan Imbalan Apoteker 4 4 1 2 2
1 : 1 kali seminggu Omset Apotek 3 4 4 4 4
2 : 2-4 kali seminggu Kepemilikan Apotek* MS BUMN PMA PMA BU
3 : setiap hari pada jam tertentu
4 : setiap jam buka apotek Apoteker Pendamping
0 1 0 0 0
Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan: TTK
3 5 2 6 7
1 : =< 2.000.000
2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 Nama Apotek: MDN
1 MDN 2
MDN
3
MDN
4
MDN
5
3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 Alamat: Medan
4 : >5.000.000
Keterangan Kepemilikan Apotek*: MS : Milik Sendiri
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
PMA : Pemilik Modal Apotek Perorangan
BU : Badan Usaha Swasta
Universitas Sumatera Utara
235
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 1 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 98
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
4 4 4 4 4 2 4 4 4 0 0 4 38 3.17
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
0 4 4 4 2 4 0 4 0 2 2 4 30 2.50
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
2 2 2 2 2 2 12 2
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
2 2 2 2 2 2 2 2 16 2
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
2 0 2 1
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: kurang
Standar 1 4 3.17 cukup TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 2.50 kurang peningkatan keterlibatan
Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 1.00 tidak layak Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
236
3.753.8
3.853.9
3.954
1
2
34
5
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 2 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 158
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Lanjut Akreditasi: A
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 46 3.83
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
4 4 4 4 4 4 24 4
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
4 4 8 4
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: sangat baik
Standar 1 4 4.00 sangat baik TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 3.83 sangat baik peningkatan standar praktik
Standar 3 4 4.00 sangat baik KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Tetap
Universitas Sumatera Utara
237
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 3 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 12
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: tidak terakreditasi
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
0 0 0 0 2 0 2 4 2 0 2 0 12 1.00
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
0 0 0 0 0 0 0 0
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
0 0 0 0
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: sangat tidak layak
Standar 1 4 0.00 sangat tidak layak TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 1.00 tidak layak peringatan
Standar 3 4 0.00 sangat tidak layak KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
238
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 4 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 26
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: tidak terakreditasi
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 8 0.67
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
0 0 4 0 2 0 2 4 2 0 2 2 18 1.50
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
0 0 0 0 0 0 0 0
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
0 0 0 0
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: sangat tidak layak
Standar 1 4 0.67 sangat tidak layak TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 1.50 bawah standar peringatan
Standar 3 4 0.00 sangat tidak layak KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 0.00 sangat tidak layak Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
239
Lampiran 11. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 5 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 80
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
2 2 2 2 2 0 0 0 0 4 0 4 18 1.50
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
0 4 0 0 2 4 2 4 4 2 4 2 28 2.33
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
2 2 2 2 2 2 12 2
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
2 2 2 2 2 2 2 2 16 2
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
2 4 6 3
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: kurang
Standar 1 4 1.50 bawah standar TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 2.33 kurang peningkatan keterlibatan
Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
240
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
Standar 1. PROFESIONALISME
1.1. Akuntabilitas apoteker
memenuhi sumpah/janji dalam
melaksanakan praktik kefarmasian:
Senantiasa berpegang teguh
pada sumpah/janji
Tidak sepenuhnya berpegang
teguh pada sumpah/janji
Tidak berpegang teguh
pada sumpah/janji 4 4 2 2 4
1.2. Akuntabilitas apoteker
memenuhi kode etik apoteker
Indonesia, dalam bertindak dan
mengambil keputusan:
Berpedoman pada prinsip-
prinsip kode etik
Tidak sepenuhnya
berpedoman pada prinsip-
prinsip kode etik
Tidak pernah bertindak
dan mengambil keputusan 4 4 2 2 4
1.3. Komitmen bekerja apoteker: Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai standar praktik
Menunjukkan kinerja terbaik
sesuai kondisi dan situasi
Tidak menunjukkan
kinerja 4 4 2 2 4
1.4. Kemandirian sikap apoteker
dalam melakukan praktik
kefarmasian:
Mempunyai kemandirian
sikap, tanpa intervensi orang
lain
Tidak mempunyai
kemandirian sikap, mengikuti
kondisi dan situasi
Tidak melakukan praktik
kefarmasian 4 4 2 2 4
Keterangan:
1. HASIL PENILAIAN 5 APOTEK adalah hasil perolehan bobot nilai (4, 2, atau 0) sesuai pilihan deskripsi elemen (1, 2, atau 3) pada saat observasi 5 apotek
2. MDN 1 hingga MDN 5 adalah kode 5 apotek di kota Medan yang diobservasi
3. Tabel di bawah HASIL PENILAIAN 5 APOTEK yang berlatar warna hitam adalah nilai hasil peningkatan deskripsi elemen-elemen standar dalam proses revitalisasi
Universitas Sumatera Utara
241
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
1.5. Perlakuan apoteker kepada
pasien:
Berinteraksi dengan pasien,
terlepas dari kondisi dan
situasi
Berinteraksi dengan pasien,
tergantung kondisi dan situasi
Tidak berinteraksi dengan
pasien 4 4 2 2 4
1.6. Pelayanan langsung apoteker:
Setiap hari pada jam buka,
minimal ada satu apoteker
pendamping
Setiap hari pada jam tertentu Tidak setiap hari 2 4 0 0 2
1.7 Hubungan profesional apoteker
dengan dokter, untuk kemungkinan
manajemen terapi terbaik bagi
pasien:
Dibangun Tidak ada deskripsi Tidak dibangun 4 4 0 0 4
1.8. Konsultasi dan kerjasama
apoteker dengan apoteker dari
apotek lain, menuju praktik farmasi
yang baik:
Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 0 4
1.9. Sikap apoteker terhadap
kejadian kesalahan terapi:
Menindaklanjuti secara
langsung penyelesaiannya Tidak ada deskripsi
Tidak menindaklanjuti
secara langsung
penyelesaiannya
4 4 0 0 4
Universitas Sumatera Utara
242
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
1.10 Sikap apoteker terhadap kritik
konstruktif: Menyediakan kotak saran Tidak ada deskripsi
Tidak menyediakan kotak
saran 4 4 4 4 4
1.11. Sikap apoteker terhadap
seminar/pelatihan yang
diselenggarakan organisasi
profesi/perguruan tinggi farmasi
setempat dalam rangka belajar
sepanjang hayat:
Lebih 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 60%
berpartisipasi/mengikuti
Kurang dari 30%
berpartisipasi/mengikuti 4 4 4 4 4
1.12. Penilaian apoteker sendiri atas
kompetensi dan aktivitas
profesionalnya :
Dilakukan Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 4 4 4
Standar 2. MANAJERIAL
2.1. Mewujudkan kualitas dan
akuntabilitas kerja:
Menerapkan standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
Tidak ada deskripsi
Tidak berpedoman pada
standar prosedur
opersional dalam
menyelesaian semua
pekerjaan
4 4 4 4 4
2.2. Pemenuhan kebutuhan pasien
dalam hal barang tidak tersedia:
Diusahakan dari tempat lain
tanpa biaya tambahan
Diusahakan dari tempat lain
dengan biaya tambahan
Tidak diusahakan dari
tempat lain 4 4 4 4 4
Universitas Sumatera Utara
243
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
2.3. Fasilitas untuk mengikuti
program pengembangan profesi
berkelanjutan dalam rangka
peningkatan kompetensi:
Lebih dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 60% diberikan
apotek
Kurang dari 30%
diberikan apotek 4 4 4 4 4
2.4. Akses ke sumber informasi
internet dan berbagai literatur untuk
memungkinkan praktik apoteker
menjadi lebih baik:
Disediakan apotek Tidak ada deskripsi Tidak disediakan apotek 4 4 0 0 0
2.5. Pengelolaan sediaan farmasi:
Melalui perencanaan yang
baik, didukung kartu stok dan
buku catatan barang kosong
Melalui perencanaan yang
kurang baik, hanya didukung
salah satu kartu stok atau buku
catatan barang kosong
Melalui perencanaan
yang tidak baik, tidak
didukung kartu stok
maupun buku catatan
barang kosong
4 4 4 4 4
2.6. Pengadaan sediaan farmasi
hubungannya dengan kualitas: Melalui jalur resmi Tidak ada deskripsi
Tidak hanya melalui jalur
resmi 4 4 4 4 4
Universitas Sumatera Utara
244
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
2.7. Penyimpanan sediaan farmasi:
Didukung fasilitas yang
memadai: lemari pendingin
khusus, rak yang memenuhi
persyaratan penyimpanan
dengan temperatur ruangan
yang telah ditetapkan, dengan
penataan yang sangat teratur
untuk mempermudah
pencarian
Kurang didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin dipakai umum, rak
yang kurang memenuhi
syarat-syarat penyimpanan,
dengan penataan yang kurang
teratur
Tidak didukung fasilitas
yang memadai: lemari
pendingin tidak ada, rak
yang tidak memenuhi
syarat-syarat
penyimpanan, dengan
penataan yang tidak
teratur
4 4 4 4 4
2.8. Penanganan obat
kadaluwarsa/rusak:
Membuat penandaan bagi
obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
Tidak membuat penandaan
bagi obat-obat yang 1 tahun ke
depan akan kadaluwarsa,
memisahkan obat-obat yang
sudah kadaluwarsa/rusak
Tidak menangani secara
khusus obat-obat
kadaluwarsa/rusak 4 4 4 4 4
Universitas Sumatera Utara
245
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
2.9. Penataan lingkungan apotek:
Sesuai dengan fungsi
area/ruangan yang
mencerminkan pengaturan
profesional
Kurang sesuai dengan fungsi
area/ruangan
Tidak melakukan
penataan lingkungan
apotik 4 4 4 4 4
2.10. Area Konseling: Tertutup/terpisah dari
kegiatan lain
Tidak terpisah dari kegiatan
lain
Tidak mempunyai area
konseling 4 4 2 4 4
2.11. Ruang Tunggu: Nyaman Seadanya Tidak punya 4 4 2 4 4
2.12. Besaran imbalan apoteker
sebagai tenaga profesional:
Layak sesuai ketentuan,
ditambah insentif sesuai
omset
Layak sesuai ketentuan Tidak layak, tidak sesuai
ketentuan 4 4 2 2 4
Standar 3. DISPENSING
3.1. Pengecekan persyaratan
administratif resep: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
3.2. Pertimbangan aspek ekonomi
obat: Dilakukan oleh Apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
3.3. Pemberian alternatif pilihan
untuk pemenuhan kebutuhan terkait
ketidakmampuan pasien untuk
membayar:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
Universitas Sumatera Utara
246
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
3.4. Penyerahan obat keras: Hanya melalui resep dokter,
oleh apoteker
Kecuali dengan resep dokter,
dilayani tanpa resep dokter
oleh tenaga kefarmasian
Kecuali dengan resep
dokter, dilayani tanpa
resep dokter oleh siapa
saja
2 4 2 2 2
3.5. Penyerahan obat atas resep
dokter: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
3.6. Penjelasan dan informasi obat: Diberikan oleh apoteker Diberikan oleh tenaga
kefarmasian Diberikan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
Standar 4. ASUHAN KEFARMASIAN
4.1. Konseling pada penggunaan
obat: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
4.2. Komunikasi dengan dokter
tentang resep atau tentang
pemberian terapi pasien:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
4.3. Pertimbangan kesesuaian
farmasetik: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
4.4. Pertimbangan Klinis: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
Universitas Sumatera Utara
247
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
4.5. Catatan Pengobatan Pasien: Diselenggarakan oleh
apoteker
Diselenggarakan oleh tenaga
kefarmasian
Diselenggarakan oleh
siapa saja 2 4 2 2 2
4.6. Monitoring Penggunaan Obat: Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
4.7. Pemilihan pengobatan tanpa
resep yang paling sesuai bagi
pasien:
Dilakukan oleh apoteker Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
4.8. Rujukan pasien ke dokter bila
diperlukan: Dilakukan oleh apoteker
Dilakukan oleh tenaga
kefarmasian Dilakukan oleh siapa saja 2 4 2 2 2
Standar 5. PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.1. Informasi kesehatan termasuk
informasi obat bagi masyarakat,
pasien, dan tenaga kesehatan lain:
Disediakan oleh Apoteker Disediakan oleh tenaga
kefarmasian
Disediakan oleh siapa
saja 2 4 2 2 2
Universitas Sumatera Utara
248
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
DESKRIPSI ELEMEN 1 2 3 HASIL PENILAIAN 5 APOTEK
BOBOT NILAI 4 2 0 MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
5.2. Kegiatan peningkatan
kesehatan masyarakat:
Dilakukan melalui diseminasi
informasi: penyebaran
leaflet/brosur atau poster; dan
kegiatan pengabdian
masyarakat: penyuluhan dan
sejenisnya
Tidak ada deskripsi Tidak dilakukan 4 4 0 4 4
Universitas Sumatera Utara
249
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Hasil observasi data apotek:
Kehadiran Apoteker: Kehadiran Apoteker 3 4 2 2 3
0 : 1 kali sebulan Imbalan Apoteker 4 4 2 2 3
1 : 1 kali seminggu Omset Apotek 3 4 4 4 4
2 : 2-4 kali seminggu Kepemilikan Apotek* MS BUMN PMA PMA BU
3 : setiap hari pada jam tertentu
4 : setiap jam buka apotek Apoteker Pendamping 0 1 0 0 0
Omset apotek per hari/Imbalan apoteker per bulan: TTK 3 5 2 6 7
1 : =< 2.000.000
2 : >2.000.000 s/d 3.000.000 Nama Apotek: MDN 1 MDN 2 MDN 3 MDN 4 MDN 5
3 : >3.000.000 s/d 5.000.000 Alamat: Medan
4 : >5.000.000
Keterangan Kepemilikan Apotek*: MS : Milik Sendiri
BUMN : Badan Usaha Milik Negara PMA : Pemilik Modal Apotek Perorangan
BU : Badan Usaha Swasta
Universitas Sumatera Utara
250
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 1 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 128
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: B
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 46 3.83
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
2 2 2 2 2 2 12 2
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
2 2 2 2 2 2 2 2 16 2
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
2 4 6 3
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: cukup
Standar 1 4 3.83 sangat baik TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 4.00 sangat baik peningkatan mutu kinerja
Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
251
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 2 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 160
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Lanjut Akreditasi: A
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4.00
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
4 4 4 4 4 4 24 4
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
4 4 4 4 4 4 4 4 32 4
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
4 4 8 4
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: sangat baik
Standar 1 4 4.00 sangat baik TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 4.00 sangat baik peningkatan standar praktik
Standar 3 4 4.00 sangat baik KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 4.00 sangat baik Cabut Izin Tetap
01234
1
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
252
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 3 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 90
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
2 2 2 2 2 0 0 0 0 4 4 4 22 1.83
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
4 4 4 0 4 4 4 4 4 2 2 2 38 3.17
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
2 2 2 2 2 2 12 2
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
2 2 2 2 2 2 2 2 16 2
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
2 0 2 1
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: kurang
Standar 1 4 1.83 bawah standar TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 3.17 cukup peningkatan keterlibatan
Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 1.00 tidak layak Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
253
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 4 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 98
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: C
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
2 2 2 2 2 0 0 0 0 4 4 4 22 1.83
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 2 42 3.50
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
2 2 2 2 2 2 12 2
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
2 2 2 2 2 2 2 2 16 2
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
2 4 6 3
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: kurang
Standar 1 4 1.83 bawah standar TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 3.50 baik peningkatan keterlibatan
Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
254
Lampiran 12. Hasil penentuan kriteria 5 apotek di kota Medan setelah langkah revitalisasi (Sambungan)
Nama Apotek: Medan 5 Kab./Kota: Medan Hasil ke: 1 Poin kumulatif: 124
Alamat: Medan Provinsi: Sumut Tahapan: Awal Akreditasi: B
Standar 1:
Profesionalisme
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12 total rerata
4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 46 3.83
Standar 2:
Manajerial
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 total rerata
4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 44 3.67
Standar 3:
Dispensing
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 total rerata Rekomendasi Asesor
2 2 2 2 2 2 12 2
Standar 4:
Asuhan Kefarmasian
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 total rerata
2 2 2 2 2 2 2 2 16 2
Standar 5:
Pelayanan Kesmas
5.1 5.2 total rerata
2 4 6 3
ASPEK STANDAR IDEAL NILAI KRITERIA
kriteria: cukup
Standar 1 4 3.83 sangat baik TINDAK LANJUT:
Standar 2 4 3.67 baik peningkatan mutu kinerja
Standar 3 4 2.00 kurang KEPUTUSAN AKHIR:
Standar 4 4 2.00 kurang Cabut Izin Sementara
Standar 5 4 3.00 cukup Cabut Izin Tetap
0
1
2
3
41
2
34
5
Universitas Sumatera Utara
255
Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap
pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 18502.500 19884.000 19561.500 19979.500 19806.500 19552.000
Wilcoxon W 45067.500 35284.000 46126.500 46544.500 46371.500 46117.000
Z -1.393 -.207 -.487 -.125 -.186 -.491
Asymp. Sig. (2-tailed) .163 .836 .626 .900 .852 .623
a. Grouping Variable: Jenis kelamin
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 18650.500 18953.500 18424.500 18631.000 19199.000 18676.000
Wilcoxon W 32511.500 32814.500 32285.500 32492.000 32894.000 32537.000
Z -1.162 -.902 -1.365 -1.184 -.626 -1.138
Asymp. Sig. (2-tailed) .245 .367 .172 .236 .531 .255
a. Grouping Variable: lama kelulusan
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
std manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 3832.000 4280.500 4385.000 4874.000 4560.000 4237.000
Wilcoxon W 4328.000 4776.500 4881.000 5370.000 5056.000 4733.000
Z -2.163 -1.337 -1.151 -.245 -.846 -1.414
Asymp. Sig. (2-tailed) .031 .181 .250 .807 .398 .157
a. Grouping Variable: perguruan tinggi
Universitas Sumatera Utara
256
Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap
pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar
(Sambungan)
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 14852.500 17022.000 16719.500 15792.500 16570.500 16030.000
Wilcoxon W 24863.500 27033.000 26730.500 25803.500 26581.500 26041.000
Z -2.298 -.238 -.529 -1.411 -.639 -1.178
Asymp. Sig. (2-tailed) .022 .812 .597 .158 .523 .239
a. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 11202.500 11956.000 11332.500 12256.500 11883.500 11565.000
Wilcoxon W 45918.500 46672.000 46048.500 46972.500 46336.500 46281.000
Z -1.777 -.914 -1.639 -.573 -1.001 -1.359
Asymp. Sig. (2-tailed) .076 .361 .101 .566 .317 .174
a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 9975.000 11615.500 9333.500 9734.000 10801.000 10268.500
Wilcoxon W 56946.000 58586.500 56304.500 56705.000 57466.000 57239.500
Z -2.244 -.365 -2.999 -2.531 -1.333 -1.904
Asymp. Sig. (2-tailed) .025 .715 .003 .011 .182 .057
a. Grouping Variable: apa merangkap pma
Universitas Sumatera Utara
257
Lampiran 13. Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap
pendapatnya tentang standar praktik dan aspek aktivitas standar
(Sambungan)
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 15659.000 15460.500 14331.500 14490.500 15784.500 14762.000
Wilcoxon W 27749.000 27550.500 26421.500 26580.500 27719.500 26852.000
Z -1.489 -1.679 -2.785 -2.624 -1.342 -2.347
Asymp. Sig. (2-tailed) .137 .093 .005 .009 .180 .019
a. Grouping Variable: frekuensi kehadiran
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
pendapat thd
profesionalis-
me
pendapat thd
manajerial
pendapat thd
asuhan
kefarmasian
pendapat thd
dispensing
pendapat thd
yankesmas
pendapat thd
std praktik
Mann-Whitney U 16521.500 16471.500 15990.500 16284.500 16693.000 16900.500
Wilcoxon W 31227.500 31177.500 35691.500 35985.500 31228.000 31606.500
Z -.400 -.449 -.927 -.635 -.143 -.028
Asymp. Sig. (2-tailed) .689 .654 .354 .526 .886 .978
a. Grouping Variable: lokasi apotek
Universitas Sumatera Utara
258
Lampiran 14.
Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas
Mann-Whitney Test
Ranks
Jenis kelamin N Mean Rank Sum of Ranks
kriteria tingkat
pemenuhan standar
Perempuan 53 49.94 2647.00
Laki-laki 50 54.18 2709.00
Total 103
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U 1216.000
Wilcoxon W 2647.000
Z -.760
Asymp. Sig. (2-tailed) .447
a. Grouping Variable: Jenis kelamin
Mann-Whitney Test
Ranks
Perguruan
Tinggi N Mean Rank Sum of Ranks
kriteria tingkat
pemenuhan standar
negeri 76 43.42 3300.00
swasta 13 54.23 705.00
Total 89
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U 374.000
Wilcoxon W 3300.000
Z -1.473
Asymp. Sig. (2-tailed) .141
a. Grouping Variable: Perguruan Tinggi
Universitas Sumatera Utara
259
Lampiran 14.
Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Mann-Whitney Test
Ranks
pengalaman
menjadi APA N Mean Rank Sum of Ranks
kriteria tingkat
pemenuhan standar
=<5 tahun 58 50.85 2949.50
>5 tahun 39 46.24 1803.50
Total 97
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U 1023.500
Wilcoxon W 1803.500
Z -.834
Asymp. Sig. (2-tailed) .404
a. Grouping Variable: pengalaman menjadi APA
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Pekerjaan lain selain APA N Mean Rank
kriteria tingkat
pemenuhan standar
POM 3 48.17
Kemenkes 9 35.78
RS-Puskesmas 11 46.82
Dosen PTF 22 35.23
Lain-lain 10 35.25
Tidak ada 14 21.86
Total 69
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square 12.249
df 5
Asymp. Sig. .032
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Pekerjaan lain selain APA
Universitas Sumatera Utara
260
Lampiran 14.
Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Mann-Whitney Test
Ranks
Ada tidaknya
pekerjaan lain N Mean Rank Sum of Ranks
kriteria tingkat
pemenuhan standar
Tidak Ada 14 21.86 306.00
Ada 55 38.35 2109.00
Total 69
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U 201.000
Wilcoxon W 306.000
Z -2.880
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
a. Grouping Variable: Ada tidaknya pekerjaan lain
Mann-Whitney Test
Ranks
Kehadiran di
apotek N Mean Rank Sum of Ranks
kriteria tingkat
pemenuhan standar
tiap hari 62 36.51 2263.50
tidak tiap hari 38 73.33 2786.50
Total 100
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U 310.500
Wilcoxon W 2263.500
Z -6.534
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Kehadiran di apotek
Universitas Sumatera Utara
261
Lampiran 14.
Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Imbalan per bulan N Mean Rank
kriteria tingkat
pemenuhan standar
=<2.000.000 50 53.23
>2.000.000-3000000 25 34.64
>3000000-5000000 12 31.50
>5000000 1 10.50
Total 88
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square 15.935
df 3
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Imbalan per bulan
Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden terhadap tingkat
pemenuhan standar praktik farmasi komunitas (Sambungan)
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Kepemilikan Apotek N Mean Rank
kriteria tingkat
pemenuhan standar
Milik sendiri 21 31.26
BUMN 9 32.83
Perusahaan swasta 13 40.81
Perorangan 55 61.25
Total 98
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square 24.820
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kepemilikan Apotek
Universitas Sumatera Utara
262
Lampiran 14.
Hasil analisis statistik pengaruh karakteritik responden
terhadap tingkat pemenuhan standar praktik farmasi
komunitas (Sambungan).
Mann-Whitney Test
Ranks
lokasi apotek N Mean Rank Sum of Ranks
kriteria tingkat
pemenuhan standar
pulau jawa 49 46.43 2275.00
luar pulau
jawa
54 57.06 3081.00
Total 103
Test Statisticsa
kriteria tingkat pemenuhan standar
Mann-Whitney U 1050.000
Wilcoxon W 2275.000
Z -1.904
Asymp. Sig. (2-tailed) .057
a. Grouping Variable: lokasi apotek
Kruskal-Wallis Test
Ranks
rerata omset per hari N Mean Rank
kriteria tingkat
pemenuhan standar
=<2.000.000 40 56.18
>2.000.000-3000000 12 49.50
>3000000-5000000 20 51.35
>5000000 28 42.21
Total 100
Test Statisticsa,b
kriteria tingkat pemenuhan standar
Chi-Square 4.326
df 3
Asymp. Sig. .228
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: rerata omset per hari
Universitas Sumatera Utara