Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

17
LAKTASI dan MATERNAL BEHAVIOUR Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dai ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati, 2010). Fisiologi laktasi Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka produksi hormon esterogen dan progesteron berkurang. Pada hari kedua atau ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan progesteron turun drastis sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. Saat bayi mulai menyusu, rangsangan isapan bayi pada puting susu menyebabkan prolaktin dikeluarkan dari hipofise sehingga sekresi ASI semakin lancar. Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu adalah: a. Refleks prolaktin Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu kelenjar hipofise bagian depan untuk mengeluarkan hormon proaktin ke dalam peredaran darah yang menye-

description

Oleh Ainul Mardiah

Transcript of Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

Page 1: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

LAKTASI dan MATERNAL BEHAVIOUR

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dai ASI diproduksi sampai proses

bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan

pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun

secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami

(Ambarwati, 2010).

Fisiologi laktasi

Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka produksi

hormon esterogen dan progesteron berkurang. Pada hari kedua atau ketiga setelah

persalinan, kadar esterogen dan progesteron turun drastis sedangkan kadar prolaktin

tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. Saat bayi mulai menyusu, rangsangan

isapan bayi pada puting susu menyebabkan prolaktin dikeluarkan dari hipofise

sehingga sekresi ASI semakin lancar.

Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi. Refleks

yang terjadi pada ibu adalah: 

a. Refleks prolaktin

Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu kelenjar hipofise

bagian depan untuk mengeluarkan hormon proaktin ke dalam peredaran darah yang

menye-babkan sel kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi menghisap

semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise. Akibatnya

makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel kelenjar. Sebaliknya berkurangnya isapan

bayi menyebabkan produksi ASI berkurang, mekanisme ini disebut supply and

demand.

b. Refleks oksitosin (let down reflex)

Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise bagian

belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini

menyebabkan sel – sel myopytel yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkon-traksi,

sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Dengan

Page 2: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

demikian sering menyusu baik dan penting untuk pengosongan payudara agar tidak

terjadi engorgement (pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya memperlancar

pengeluaran ASI.

Oksitosin juga merangsang otot rahim berkontraksi  sehingga mempercepat

terlepasnya plasenta dari dinding rahim dan mengurangi perdarahan setelah

persalinan. Let down reflex dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan

kurang percaya diri.

Sedangkan untuk refleks pada bayi adalah:

a. Refleks mencari puting (rooting reflex)

Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan menoleh ke arah sentuhan,

membuka mulutnya dan beru-saha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah

keluar dan melengkung mengangkap puting dan areola.

b. Refleks menghisap (sucking reflex)

Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada palatum durum bayi bila areola

masuk ke dalam mulut bayi. Gusi bayi menekan areola, lidah dan langit – langit

sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Kemudian terjadi

gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI dari payudara masuk ke dalam mulut

bayi.

c. Refleks menelan (swallowing reflex)

ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

(Pinem, 2009; h. 16-18)

Pengaruh Hormonal

Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang

berperan adalah:

1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.

Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini

menstimulasi produksi secara besar-besaran.

2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.

Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa

bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB

Page 3: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah

produksi ASI.

3. Follicle stimulating hormone (FSH)

4. Luteinizing hormone (LH)

5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.

6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat

melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu,

pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli

untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses

turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.

7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta

mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara,

puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.

Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).

Proses Pembentukan Laktogen

Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Laktogenesis I

2. Laktogenesis II

3. Laktogenesis III

Laktogenesis I

Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus. Terjadi pada fase

terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa

cairan kental kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi

ASI. Pengeluaran kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak

menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau

banyaknya produksi ASI.

Laktogenesis II

Page 4: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon

progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi.

Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak

dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga

jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk

memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian

mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI

lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah

saat payudara terasa penuh.

Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam

proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi

mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah

melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73

jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak

langsung keluar setelah melahirkan.

Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum

mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya,

khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi

usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga

mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan,

kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan

beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem

kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara

akan memproduksi ASI banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara

dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan

demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi

menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.

Page 5: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:

Kurang sering menyusui atau memerah payudara

Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:

struktur mulut dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang salah.

Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)

Jaringan payudara hipoplastik

Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna

ASI

Kurangnya gizi ibu

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI

A. Anatomi Fisiologi Payudara

1) Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara disebut Glandulla Mammae, berkembang sejak usia janin 6 minggu dan

membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron.

Estrogen meninggkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung.

Prosesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain

seperti prolaktin, growth hormon, adenokostikosteroid. dan tiroid juga diperlukan

dalam kelenjar air susu.

Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak.

Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada wanita yang tidak hamil berat rata-r4ata

sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar 400-

600 gram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai 600-800 gram.

Besarnya payudara setiap wanita berbeda, tidak menjadi ukuran banyaknya ASI yang

di produksi. Payudara terbagi 3 bagian:

1. Korpus (badan) yaitu bagian yang besar

2. Areola yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman

3. Papilla (putting) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Kulit

b. Jaringan subkutan (jaringan di bawah kulit)

Page 6: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

c. Corpus mammae terdiri dari:

Parenkin: duktus laktiferus uktus), duktulus (duktuli), lobus,alveoli.

Stroma

Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang menjadi

20-40 duktuli. Duktulus bercabang-cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi

sebagai satu kasatuan kelenjar. Payudara merupakan kumpulan dari sejumlah

kelenjar susu tunggal.

Masing-masing duktus akan membentuk lobus dan duktulus akan

membentuk lobulus. Duktulus dan duktus berpusat kearah puting susu.

Sebelum bermuara pada puting susu, masing-masing duktus melebar membentuk

ampulla atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus,

dan alveolus dikelilingi oleh myoepitel yang dapat berkontraksi untuk memompa

ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-

sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu. Bagian

stroma mdari payudara tersusun dari bagian-bagian berikut:

1. Jaringan ikat

2. Jaringan lemak

3. Pembuluh darah

4. Syaraf

5. Pembuluh limpa

Puting susu dan areola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih)

adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui.

Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada

proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat

berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Dengan cekapan bibir bayiyang

menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.

Pada umumnya putting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang

dijumpai putting yang panjang, datar (flat nipples), atau masuk ke dalam (inverted

nipples). Namun, bentuk putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Hal

terpenting adalah bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk

tonjolan seperti dot ke dalam mulut bayi. Kadang-kadang terdapat pula putting yang

Page 7: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

tidak lentur, terutama pada bentuk yang terbenam sehingga butuh penanganan

khusus, ibu dengan kondisi seperti itu perlu mendapatkan perawatan payudara sejak

sebelum masa laktasi.

Pada ujung putting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus),

sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar, misalnya Kelenjar Montgory yang

berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar putting tetap

lunak dan lentur.

2) Fisiologi Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang

lebih besar dibanding dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi

mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi. Laktasi

mempunyai dua pengertian berikut ini:

1. Pembentukan / produksi air susu

2. Pengeluaran air susu

Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini

disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus

laktiferus dan sel-sel- kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi

oleh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin,

estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah

lancarnya peredaran darah pada payudara.

Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung putting

keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena

pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise.

Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan

sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat

oleh hormon estrogen.

Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya

plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap

prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya,

pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah kelahiran. Setelah

Page 8: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

persalinan, segera susu-kan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari

hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar. Dua hari pertama pasca

persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit sakit. Keadaan yang

disebut engorgement disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke payudaran

serta mulainya laktasi yang sempurna.

3) Refleks pada laktasi

Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi. Refleks

yang terjadi pada ibu, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex).

Kedua refleks ini bersumber dari rangsangan putting susu akibat isapan bayi. Adapun

refleks pada bayi, yaitu refleks menangkap (rooting refleks), refleks mengisap, dan

refleks menelan. Refleks tersebut adalah dasar dari laktasi.

a. Refleks prolactin

Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada putting susu

terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di

dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu

pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah.

Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi,

semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise,

sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri

dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh

karena itu, tindakan sering menyusui bayi merupakan cara terbaik untuk

mendapatkan air susu yang banyak.

b. Refleks Aliran

Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang

kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam darah.

Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuli

berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli, dan sinus menuju

putting susu.

Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat

penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada

Page 9: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang,

mengakibatkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang-kadang, tekanan akibat

kontraksi otot-otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar.

Hal ini dapat menyebabkan bayi tersedak. Keluarnya air susu karena kontraksi otot

polos tersebut disebut refleks aliran.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi

sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu

mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir harus segera

disusukan pada ibunya jika keadaan memungkinkan. Dengan seringnya menyusui,

penciutan rahim akan semakin cepat dan makin baik. Perlu ibu ketahui, tidak jarang

perut ibu terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini

merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya rahim pada bentuk

semula.

Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, Rasa khawatir dan rasa sakit

(misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks tersebut.

Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitosin

tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian, tidak ada rangsangan kontraksi

dari otot polos.

c. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)

Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Jika bibirnya dirangsang

atau disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk

menyusu. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah reflaks menangkap.

d. Refleks Mengisap.

Reflaks mengisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-langit

(palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang langit-langit bagian belakan

secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut (masuk ke dalam

mulut) bayi. Dengan demikian, sinus laktiferus yang berada di bawah areola akan

tertekan oleh gusi, lidah, serta langi-langit sehingga air susu diperas secara sempurna

ke dalam mulut bayi.

e. Refleks Menelan

Page 10: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflaks

menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan putting susu dan

areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut

ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang

berada di bawah areola.

Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme minum

dengan botol ayau dot. Dot memiliki karet panjang yang tidak perlu diregangkan

sehingga bayi tidak perlu mengisap kuat. Jika bayi telah diajarkan minum dari

botol/dot, akan timbul kesulitan menyusu pada ibunya. Ia akan mencoba mengisap,

seperti halnya mengisap dot. Pada keadaan ini, ibu dan bayi perlu bantuan untuk

belajar proses ini dengan baik dan benar.

Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI:

MotivaSi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui bayinya sangat

penting.

Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.

Pengosongan ASI yang tidak teratur.

Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi kuantitas dan

kualitas ASI.

Ibu yang lelah atau kurang istirahat /stress /sakit.

Oleh karena itu, hindari faktor-faktor di atas dengan lebih meningkatkan percaya diri,

melakukan perawatan payudara secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa

dijadwal sesuai kebutuhan bayinnya. Semakin sering bayi menyusu dan semakin kuat

daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.

Produksi ASI selalu berkesinambungan. Setelah payudara disusukan, ASI akan terasa

kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan

ASI karena ASI akan terus diproduksi, asal bayi tetap mengisap serta ibu cukup

makan dan minum. Selain itu ibu mempunyai keyakinan mampu memberikan ASI

pada bayinya. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif murni

selama 4-6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia dua tahun untuk

mendapatkan anak yang sehat dan cerdas.

Page 11: Laktasi Dan Maternal Behaviour (2)

DAFTAR PUSTAKA

JHIPIEGO. 2001. Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum. Pusdiknakes. WHO

Depkes RI. 1992. Manajemen Laktasi

Modul Pelatihan Tatalakasana Ibu Hamil. 2001. Bersalin dan BBL. PERINASIA Cab. Jawa Barat.

V. Ruth Bennet & Linda. 1999. Myles Texbook for Midwifery

Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/ fisiologi-laktasi.html. Diunduh 6 September 2009

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Salemba Medika. Jakarta