LAB.ANALISIS BHN PANGAN
description
Transcript of LAB.ANALISIS BHN PANGAN
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
PERCOBAAN I
PENENTUAN HIDROSIANIDA (HCN)
A. TUJUAN
• Mengetahui proses analisis kadar asam sianida dalam sampel
• Mengetahui kadar asam sianida yang terkandung dalam sampel
B. ALAT & BAHAN
Alat yang digunakan :
Erlenmeyer
Gelas kimia
Labu destilat
Buret
Pipet ukur
Pengaduk
Pipet tetes
Labu semprot
Lumping
Bahan yang digunakan :
Kacang panjang
Buncis
Aquades
AgNO3 0,02 N
Asam nitrit 70%
Indikator ferri
KCNS 0,02 N
Page 1
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
C. DASAR TEORI
Asam Sianida dapat pula disebut dengan nama Hidrogen sianida.
Hidrogen sianida merupakan salah satu senyawa dari berbagai contoh
senyawa sianida lainnya. Sianida dihasilkan oleh beberapa bakteri, jamur dan
ganggang. Contoh dari senyawa sianida lainnya adalah Sodium sianida
(NaCN) dan Potasium Sianida (KCN). Sianida juga dapat ditemukan di
sejumlah makanan dan secara alami terdapat di berbagai tumbuhan. Di dalam
tubuh, sianida dapat bergabung dengan senyawa lain, membentuk vitamin
B12. Hidrogen sianida merupakan gas tak berwarna yang samar-samar, dingin
dan tak berbau. Hidrogen sianida dapat digunakan dalam elektroplating,
metalurgi, produksi zat kimia, pengembangan fotografi, pembuatan plastik
dan beberapa proses pertambangan. Oleh karena dipakai dalam proses
pertambangan, hidrogen sianida merupakan salah satu pencemar air. Hidrogen
sianida adalah cairan tak berwarna atau juga dapat berwarna biru pucat pada
suhu kamar. Hidrogen sianida bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen
sianida dapat bedifusi baik dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen sianida
sangat mudah bercampur dengan air, sehingga sering digunakan. Sianida juga
banyak digunakan dalam industri terutama dalam pembuatan garam seperti
Natrium, Kalium atau Kalsium sianida. Sianida dengan konsentrasi tinggi
sangatlah berbahaya. Sebenarnya bila sianida masuk kedalam tubuh dalam
konsentrasi yang kecil, maka sianida dapat diubah menjadi tiosianat dan
berikatan dengan vitamin B12,tetapi bila kadar sianida yang masuk
meninggi,maka sianida akan mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom
oksidase dan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik.
Sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi
yang mengakibatkan timbulnya kematian atau histotoxic anoxia adalah karena
sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan
mengakibatkan terhentinya sel secara aerobik. Sebagai akibatnya, hanya
dalam waktu beberapa menit, akan mengganggu transmisi secara neuronal.
Sianida dapat dibuang melalui proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk
kedalam sel.
Page 2
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan
Cyanomethemoglobin (CNMe+Hb), sebagai hasil dari reaksi antara ion
sianida (CN+) dan Me+Hb.
Sianida dalam jumlah kecil akan diubah menjadi tiosianat yang lebih
aman dan disekresikan melalui urine, selain itu sianida dapat berikatan denga
vitamin B12, tapi bila jumlah sianida yang masuk dalam jumlah besar, tubuh
tak akan mampu mengikatnya dengan vitamin B12.
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada
tekanan darah, penglihatan, paru-paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin,
sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh
timbul rasa pedih di mata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena
mengiritasi mukosa saluran pernapasan. Sianida sangat berbahaya apalagi
jika terpapar dalam konsentrasi yang tinggi. Hanya dalam jangka waktu 5-8
menit, akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat dengan berakhir
dengan kematian.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah:
a. Hiperapnea sementara
b. Nyeri kepala
c. Disapnea
d. Kecemasan
e. Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah.
f. Berkeringat banyak, warna kulit memerah, tubuh terasa lemah dan vertigo
juga dapat muncul.
Tanda akhir adanya keracunan sianida adalah koma, dilatasi pupil,
tremor, aritmia, kejang-kejang, gagal nafas sampai henti jantung. Efek racun
dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan oksigen maka
akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan.
Page 3
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
D. PROSEDUR KERJA
Memotong kecil kecil sampel kacang panjang dan buncis, lalu digerus
Menimbang sampel 10-20 gram dimasukkan pada Erlenmeyer
Menambahkan 100 mL aquadest dan dimaserasikan selama 2 jam dikocok
dan ditutup
Setelah 2 jam ditambahkan lagi 100 mL aquadest
Didestilasi, distilat ditampung dalam Erlenmeyer yang sudah diisi dengan
20 ml 0,02 AgNO3, 1 ml HNO3 dan 20 mL indicator ferri
Setelah distilat mencapai 150 ml, distilat dihentikan.
Distilat dititrasi dengan K – thiosianat sampai berubah warna menjadi
merah bata.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pengamatan:
No. Sampel Berat sampel (g) Volume
titrasi (ml)
1 Blangko - 1,4
2 Kacang panjang I 10,0001 1,3
3 Kacang panjang II 10,0751 1,4
4 Buncis I 10,0462 1,4
5 Buncis II 10,5588 1,35
Perhitungan:
Page 4
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
Berat HCN = ml titrasi (blanko−conto h)
ml titrasi blanko x 20 x
N . AgNO30,02
x 0,54 mg
Kacang Panjang
Berat HCN=(1.4−1.35 )ml×20×0.02N×0.54mg
1.4ml
¿ 0.01081.4
= 0.0077 mg
Buncis
Berat HCN=(1.4−1.375 )ml×20×0.02N×0.54mg
1.4ml
¿ 0.00541.4
= 0.0038 mg
Pembahasan :
Pada percobaan kali ini kami menganalisis kadar asam sianida yang
terkandung dalam sampel kacang panjang dan buncis. Asam sianida atau
Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berbau, bau pahit seperti bau
kacang almond. HCN juga disebut formanitrille, dalam bentuk cairan disebut
asam prussit dan asam hidrosianik . Dalam bentuk cairan HCN tidak berwarna
atau dapat berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat flamable atau
mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak,
juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga mudah digunakan.
Pada proses analisa dilakukan maserasi (perendaman selama 2 jam)
yang berfungsi melarutkan kadar HCN dalam sampel sehingga mudah di
analisa pada saat proses destilasi.
Page 5
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
Dari hasil pengamatan diperoleh kadar HCN pada kadar HCN untuk
sampel kacang panjang sebesar 0.0077 mg dan untuk sampel buncis sebesar
0.0038 mg.
Kadar HCN pada sayuran dapat dihilangkan dengan cara memasak
karna HCN mudah menguap ( bersifat volatile).
F. KESIMPULAN
Kadar HCN yang terkandung dalam sampel kacang panjang sebesar
0,0077 mg
Kadar HCN yang terkandung dalam buncis sebesar 0,0038 mg
Page 6
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
PERCOBAAN II
BILANGAN PEROKSIDA
A. TUJUAN
Mengetahui proses analisis penentuan bilangan peroksida dalam sampel
Mengetahui kadar bilangan peroksida yang terkandung dalam sampel
B. ALAT DAN BAHAN
Erlenmeyer 250 ml
Gelas ukur 100 ml
Buret
Minyak goreng bekas/jelantah
Minyak goreng baru (merek yang sama dengan minyak jelantah)
Asam asetat glasial
Kloroform
KI
Aquades
Natrium tiosulfat 0,1 N
Indikator pati
C. DASAR TEORI
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang
telah mengalami oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi
tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak
jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa
peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida
adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan besarnya angka peroksida
dilakukan dengan titrasi iodometri
Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan
peroksida. Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar
peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi
lemak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak
Page 7
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan selalu
berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida
rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil
dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat
kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain
Oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak
dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya
tergantung pada tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Minyak curah
terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah
lebih besar dibanding dengan minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan
suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi.
Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu terjadinya oksidasi
minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan kenaikan suhu dan
berkurang pada suhu rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini
hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas.
Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan hidrogen
tersebut. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk
radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh
lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru.
Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor
yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari
100 meq peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai
bau yang tidak enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator
bahwa minyak akan berbau tengik.
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat
meningkatkan oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk
peroksida. Peroksida terbentuk akibat pemanasan yang mengakibatkan
kerusakan pada minyak atau lemak. Pada minyak goreng, angka peroksida
menunjukkan ketengikan minyak goreng akibat proses oksidasi serta
Page 8
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
hidrolisis. Kerusakan lemak atau minyak akibat pemanasan pada suhu tinggi
(200-250 E C) akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai
macam penyakit misalnya diarhea, pengendapan lemak dalam pembuluh darah
(artero sclerosis), kanker dan menurunkan nilai cerna lemak.
Selain itu, peroksida dapat menyebabkan destruksi beberapa macam
vitamin dalam bahan pangan berlemak (misalnya vitamin A, C, D, E, K dan
sejumlah kecil vitamin B). Bergabungnya peroksida dalam sistem peredaran
darah, mengakibatkan kebutuhan vitamin E meningkat lebih besar. Padahal
vitamin E dibutuhkan untuk menangkal radikal bebas yang ada dalam tubuh.
Minyak goreng yang memiliki kadar peroksida tinggi memiliki ciri-ciri
yang khas, diantaranya. Jika dilihat secara kasat mata minyak goreng tersebut
cenderung berwarna coklat tua sampai kehitaman, jika dibandingkan dengan
minyak goreng yang kadar peroksidanya sesuai standar masih berwarna
kuning sampai coklat muda. Warna gelap pada minyak goreng disebabkan
oleh proses oksidasi terhadap tekoferol (vitamin E). Minyak goreng dengan
kadar peroksida yang sudah melebihi standar memiliki endapan yang relatif
tebal, keruh, berbuih sehingga membuat minyak goreng lebih kental dari pada
minyak goreng yang kadar peroksidanya masih sesuai standar. Standar mutu
menurut SNI menyebutkan kriteria minyak goreng yang baik digunakan
adalah yang berwarna muda dan jernih, serta baunya normal dan tidak tengik.
Bau minyak goreng yang memiliki kadar peroksida melebihi standar, baunya
terasa tengik, jika dicium, tingkat ketengikan minyak goreng berbanding lurus
dengan jumlah kadar peroksida.
Page 9
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
Di Indonesia standar mutu minyak goreng ditentukan melalui
SNI 01-3741-1995 yaitu sebagai berikut :
D. PROSEDUR KERJA
Membuat campuran larutan dari asam asetat glasial dan kloroform (2 : 3)
Melarutkan 5 gram sampel dilarutkan dalam 30 ml campuran larutan dari
asam asetat glasial dan kloroform yang telah dibuat.
Menambahkan padatan KI jenuh sebanyak 2 gram
Disimpan pada tempat yang gelap selama 30 menit
Menambahkan 2-3 tetes indikator kanji
Menititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N hingga warna
kuning hilang. Blanko dibuat dengan cara yang sama.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Page 10
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
Data pengamatan :
Sampel Minyak Bekas Minyak Baru
Berat Sampel 5.07 g 5.02 g
Volume Titrasi 1.5 mL 0.8 mL
Perhitungan:
Bilangan peroksida dihitung dengan rumus :
Bilangan peroksida (mekv/1000 g)¿(V 1 −V 0 ) x N x 0.008
m x 100 %
Keterangan : V1 = Volume larutan natrium tiosulfat untuk minyak (ml)
V0 = Volume larutan natrium tiosulfat untuk blanko (ml)
N = Normalitas larutan standar natrium tiosulfat
m = Berat minyak (gram)
0.008 = mg Bst O2
- Minyak Bekas
¿(1. 5−0) ml x 0.1 ek/L x 0 .008
5 . 07 g x 100%
= 0.024 mg O2/gram
-Minyak Baru
¿(0 .8−0 ) ml x 0 . 1 x 0.008
5 .02 g x 100%
= 0.013 mg O2/gram
Page 11
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
Pembahasan:
Pada praktikum kali ini kami melakukan analisa penentuan
bilangan peroksida pada sampel minyak baru dan minyak bekas. Bilangan
peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami
oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi
minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat
teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa peroksida. Dari
hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh nilai bilangan peroksida pada
minyak goreng yang baru yaitu 15.93 mekv/1000g sedangkan untuk minyak
goreng bekas 29.58 mekv/1000g.
Terbukti pada minyak goreng bekas terkandung bilangan peroksida
yang lebih besar dari pada minyak baru, jadi semakin sering suatu minyak
goreng digunakan maka semakin tinggi kadar bilangan peroksida yang
terkandung karena proses pemanasan yang terus menerus.
F. KESIMPULAN
kadar bilangan peroksida pada sampel minyak baru sebesar 15.93
mekv/1000g
kadar bilangan peroksida pada sampel minyak bekas sebesar 29.58
mekv/1000g
semakin tinggi kadar bilangan peroksida maka semakin tidak bagus
kualitas suatu minyak goreng
Page 12
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D3 Teknik Kimia
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com.asam sianida.diakses pada tanggal 7 desember 2013
www.google.com. Bahaya asam sianida.diakses pada tanggal 8 desember
2013
www.google.com. Penentuan bilangan peroksida. Diakses pada tanggal 1
desember 2013
www.google.com. Angka peroksida. Diakses pada tanggal 1 desember 2013
Page 13