kwn

download kwn

of 10

description

hbhbhj

Transcript of kwn

1. Paham kekuasaan yg bagaimana yang dapat diterapkan di Indonesia agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat.

Bicara teori kekuasaan maka kita akan banyak disuguhi dengan paham kekuasaan para politikus dunia dari masa ke masa. Pada abad XVII Machiavelli menjelaskan bahwa sebuah negara akan tetap bertahan apabila mampu menerapkan dalil-dalil di mana negara dihalalkan mempertahankan dan merebut sebuah kekuasan dengan cara apa pun, politik adu domba atau devide et empera juga sah-sah saja, dan terakhir Machiavelli menyatakan dalampolitik, yang kuat pasti menang.Sementara Napoleon Bonaparte pada abad XVIII, mewanti-wanti bahwa perang pada masa yang akan datang adalah perang total di mana segala daya dan upaya dikerahkan. Napoleon juga mengatakan kalau kekuatan politik haruslah selalu didampingi oleh kekuatan logistik dan perekonomian. Pendukungnya adalah kondisi sosial budaya dalam wujud ilmu pengetahuan dan teknologi yang sejatinya menjadi semacam power guna mempertahanankan keamanan, bahkan bisa digunakan untuk menjajah bangsa lain.Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia Bangsa Indonesia yang berfalsafah & berideologi Pancasila menganut paham : tentang perang dan damai berupa, Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan. Dengan demikian Wawasan Nasional bangsa Indonesia : Tidak mengembangkan ajaran tentang kekuatan & adu kekuatan, (karena mengandung benih persengketaan & ekspansionisme), tetapi menyatakan bahwa : Idiologi digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan politik nasional yang dihadapkan pada kondisi & konstelasi geografis Indonesia dengan segala aspeknya, agar bangsa Indonesia dapat menjamin kepentingan bangsa & negara, ditengah tengah perkembangan dunia. Dari penjelasan tersebut, bisa dipahami bahwa betapa penting perluasan daerah sebagai salah satu strategi memperkuat kekuasaan. Inilah yang kemudian menjadi landasan dasar pada pemahaman geopolitik. istilah wawasan nasional Indonesia yang dipahami secara universal yang tak lain adalah berjiwa dan berpaham geopolitik.Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi Pancasila menganut paham perang dan damai dalam sebuah ungkapan Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan. Jelas, Indonesia tidak mengembangkan ajaran kekuasaan serta adu kekuatan karena mengandung ekspansionisme dan persengketaan.Akan tetapi tidak kemudian Indonesia menutup praktek teori Geopolitik. Hal ini bisa dilihat dari konsepArchipelago yang mengatakan bahwa lautlah penghubung daratan sehingga negara menjadi satu yang utuh dan kita menyebutnya dengan negara kepulauan.

2. Bagaimana pemanfaatan wilayah laut Indonesia ? apa saja hambatan dan keuntungan dalam eksplorasi hasil laut

Laut kita menyimpan warisan terpendam.. Karenanya, semangat bahari warisan nenek moyang kita perlu digelorakan sepanjang zaman. Menurut data United Nation Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982), luas wilayah perairan Indonesia meliputi kawasan laut 3,1 juta km2, yang terdiri atas Perairan Kepulauan seluas 2,8 juta km2 dan Wilayah Laut seluas 0,3 juta km2. Di samping itu, Indonesia memiliki hak berdaulat atas sumber kekayaan alam dan berbagai kepentingan yang berada dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yang telah diakui secara internasional seluas 2,7 juta km2. Kebijakan deregulasi yang dilaksanakan pemerintah untuk mendayagunakan potensi ZEE memang tepat. Namun juga perlu dibarengi dengan terobosan strategis dalam pemberdayaan kaum nelayan tradisional. Sejak dulu hingga sekarang, yang namanya pemberdayaan nelayan belumlah tergarap secara proporsional.Laut Indonesia mempunyai potensi lestari sebesar 6,4 juta ton per tahun. Jumlah tangkap yang diperbolehkan besarnya 80% dari potensi lestari sumber daya perikanan. Dengan demikian, jumlah tangkap yang diperbolehkan di laut kita sebesar 5,12 juta ton per tahun. Total tangkapan nelayan (baik tradisional maupun modern) Indonesia mencapai 3,6 juta ton. Berarti, selanjutnya kita masih bisa meningkatkan hasil tangkapan sebesar 1,5 sampai 2,8 juta ton setiap tahun.Sayang, eksplorasi dan eksploitasi kekayaan tadi belum banyak dinikmati oleh bangsa kita secara optimal. Ke depan, berbagai strategi perlu ditempuh untuk mendayagunakan sumber daya kelautan sekaligus memberdayakan masyarakat nelayan dan kawasan pesisir. Ini berarti menuntut adanya kebijakan yang jelas dari pemerintah. Perlu dicatat, jika nenek moyang kita hidupnya lebih banyak di laut, hal itu menunjukkan bahwa mereka lebih jeli dibandingkan dengan kita saat ini, terutama dalam melihat potensi yang terkandung dalam lautan di seluruh penjuru Nusantara ini. Ironi ini lebih jauh bisa kita lihat lewat kenyataan bahwa hampir semua sendi kehidupan bangsa Indonesia kontemporer lebih banyak berlangsung di daratan. Sedangkan optimalisasi terhadap fungsi laut sebagai arena kegiatan kehidupan masyarakat relatif dipandang sebelah mata, untuk tidak mengatakan dikesampingkan sama sekali. Kasus lepasnya Pulau Ligitan dan Sipadan dari kepemilikan Indonesia, kendati telah melalui proses diplomasi yang tidak sebentar, menunjukkan bahwa bangsa ini masih kurang peduli terhadap aset kelautan yang dipunyainya. Ketidakpedulian itu kian nyata dengan adanya realitas bahwa belum semua pulau yang berada di wilayah NKRI ini mempunyai nama.

Kesadaran bahwa bangsa Indonesia berada dalam sebuah negara kepulauan harus senantiasa ditanamkan sejak dini dalam hati sanubari para anak bangsa ini, sebagaimana melalui lagu nenek moyangku seorang pelaut. Tapi hal itu juga harus dibarengi oleh para penentu kebijakan di Nusantara ini untuk senantiasa memberi prioritas dalam semua bidang yang berhubungan dengan kelautan.Selama ini, kendati bangsa Indonesia hidup di tengah kepulauan Nusantara, tapi semua kebijakan pemerintah lebih kerap berorientasi pada kegiatan di darat. Jumlah lembaga pendidikan bidang kelautan di Indonesia mungkin dapat kita hitung dengan jari. Karenanya, jumlah orang Indonesia yang berpendidikan bidang kelautan tentu saja minimal sekali di negeri yang mengaku sebagai negara kepulauan zamrut katulistiwa ini. Jumlah skuadron pesawat tempur sebagai garda depan penjaga wilayah udara semua kepulauan Nusantara milik kita pun belum sanggup menjaga setiap sudut wilayah udara Indonesia. Ditambah lagi kondisi kapal patroli angkatan laut kita, baik jumlah maupun teknologinya, yang sangat minim. Kondisi itu, untuk menjaga pantai kita sepanjang sekian ribu kilometer, tentu saja amat memprihatinkan dan memalukan untuk suatu negara kepulauan ini.Berapa jumlah industri perkapalan yang kita punyai? Berapa persen penduduk Indonesia yang hidupnya tergantung pada laut? Laut kita memang hampir tak pernah kita manfaatkan sama sekali. Justru negara atau bangsa lain yang mengambil keuntungan dengan melakukan pencurian besar-besaran terhadap potensi yang dipunyai laut kita, tanpa kita tahu bahwa kita sudah kehilangan. Selama ini mindset kita masih melihat laut sebagai pemisah antarpulau. Padahal, semestinya laut kita lihat sebagai penghubung antarpulau yang ada di Indonesia ini. Laut merupakan pemersatu semua pulau yang ada di Indonesia, bukan pemisah antarpulau yang satu dengan yang lain. Laut merupakan halaman depan rumah yang menghubungkan kita dengan tetangga-tetangga yang satu dengan yang lain. Laut merupakan halaman depan rumah yang menghubungkan kita dengan tetangga-tetangga yang berada di pulau lain.Di sisi lain, kemajuan teknologi belakangan ini juga memungkinkan kita untuk mengoptimalkan jalur hubungan antarpulau melalui transportasi udara. Namun untuk ini tentu diperlukan biaya yang jauh lebih tinggi, dengan persyaratan-persyaratan teknis penerbangan yang lebih rumit dan tak murah.Kalau kegiatan di laut bisa lebih meningkat lagi, tentu saja di samping pembuatan dermaga modern dengan teknologi tinggi yang dapat dibangun pemerintah, masyarakat juga bisa menghidupkan kembali pelabuhan tradisional yang sudah ada. Selama ini kondisi pelabuhan tradisional kita cukup memprihatinkan karena memang tak ada optimalisasi perekonomian di lautan kita.Jika kita bisa mengubah mindset kita selama ini, kita akan dapat kembali menjadi bangsa bahari dengan semua kejayaannya seperti nenek moyang pendahulu kita. Sudah waktunya

bangsa Indonesia, yang kini mengaku telah berusia 63 tahun, melakukan reorientasi kembali terhadap prioritas tatanan kehidupan berbangsa dan bernegaranya sebagai bangsa bahari. Dengan demikian, ke depan, kesadaran bahwa kita hidup di pulau yang dikelilingi lautan yang demikian luas dan kaya raya, seharusnya dibangkitkan kembali secara kontinyu. Ini semua, sekali lagi, tentu perlu ditopang dengan strategi dan kebijakan yang jelas dari pemerintah. Potensi Indonesia yang memiliki wilayah laut yang lebih luas dari daratan, tetapi belum dieksplorasi secara optimal menjadi dasar filosofi mengangkat tema ini dalam kegiatan Pangan Nusa 2010, yang tahun ini penyelenggaraannya dilakukan bersamaan dengan Trade Expo Indonesia.Ardiansyah Parman, Sekjen Kementerian Perdagangan (Kemendag) saat bertutur kepada Business News, Jumat (1/10), karena wilayah kelautan Indonesia cukup luas, sehingga dari segi marine ecosystem-nya, ada sekitar lima atau enam wilayah yang konsentrasi hasil lautnya luar biasa besarnya.Apalagi dalam eksplorasi hasil laut di Indonesia, potensinya sangat besar. Saat ini sudah ada sebagian usaha kecil dan menengah yang mengelola hasil produk kelautan. Melihat potensi yang besar ini, Kemendag bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, turut aktif mendorong konsumsi hasil pengolahan produk perikanan (pangan) laut.Sebenarnya peluang bagi Indonesia sangat terbuka, karena negara lain seperti Taiwan yang sebenarnya tidak memiliki wilayah laut seluas Indonesia, memiliki sarana peralatan tangkap ikan yang menggunakan teknologi tinggi. Karena itu, kalau misalnya mereka menangkap ikan, dan industri pengolahannya justru sekaligus berada di sekitar wilayah lautan, maka hal tersebut menjadikan industri pengolahan hasil lautnya menjadi lebih kompetitif. Hal yang hampir serupa adalah dalam hal kecanggihan kapal penangkap ikan yang mereka miliki, di mana kapal-kapal mereka tersebut mampu mengarungi sampai wilayah lautan yang cukup luas. Sebaliknya kalau perahu atau kapal penangkap ikannya hanya mampu mengarungi lautan dalam jarak hanya sekian mil laut saja, pasti mereka tidak akan mampu memperoleh hasil tangkapan laut, di mana ikan-ikan besar terkonsentrasi di wilayah tersebutKarena itu, kedepan Menteri Kelautan dan Perikanan sedang berusaha keras bagaimana meningkatkan konsumsi ikan. Selain itu penting juga adalah upaya meningkatkan kinerja industri pengolahan produk perikanan, karena kendati ada di laut, tetapi produknya langsung diekspor sehingga tidak akan ada nilai tambahnya.Bagi UMKM sebenarnya kendala yang dihadapi adalah, karena kebanyakan mereka lebih memerlukan sentuhan dalam hal kemasan (packaging), dalam hal pengolahan lebih bersih (hygienis), tetapi memang produk yang ditampilkan lebih banyak ke arah perkenalan produk bahari. Sayang negara Indonesia kalau tidak unggul di situ, maka akan diambil semua oleh negara lain. Menghadapi hal ini, maka harus dilakukan percepatan, dalam hal bagaimana upaya Indonesia menjadi pemasok ikan dan produk hasil olahannya ke tingkat dunia.Penelitian laut dalam adalah investasi buat Indonesia

Penelitian di laut dalam merupakan investasi Indonesia untuk menggali potensi-potensi keragaman biota serta untuk mengetahui potensi cadangan biota laut yang bisa dikembangkan menjadi pangan dan obat-obatan. Demikian diungkapkan Prof. Dr. Indroyono Soesilo pada open-ship penutupan INDEX SATAL-2010 di Pelabuhan Bitung, Minggu (8/8).INDEX SATAL-2010 telah memperoleh beberapa hasil, yakni pemetaan biota, pemetaan fenomena geologi, penemuan gunung bawah laut, serta penemuan basin dan trench baru."Hasil penetlitian ini sesuai harapan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. Para peneliti kelautan dan perikanan Indonesia bisa berdiri sejajar dengan para peneliti internasional. Kerja sama semacam ini perlu ditingkatkan dan dilanjutkan," kata Dr. Gellwynn Jusuf, Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP). Hasil penelitian ini perlu disebarluaskan untuk meningkatkan pemahaman dan menggugah minat masyarakat untuk mempelajari fenomena laut di Indonesia.Hasil penelitian ini, diakui oleh Prof. Dr. Indroyono, mungkin tidak terlihat dalam waktu dekat. "Namun demikian, para peneliti Indonesia memfokuskan penelitian demi kesejahteraan rakyat," katanya dalam siaran pers.INDEX SATAL-2010 merupakan eksplorasi laut dalam hasil kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat. Penelitian bertujuan untuk memajukan ilmiah kelautan, teknologi, dan pendidikan tentang kelautan. Kajian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dilakukan di perairan laut dalam Kepulauan Sangihe-Talaud, Sulawesi Utara. Dalam ekspedisi tersebut, Amerika mengerahkan kapal riset termodern NOAA, Okeanos Explorer yang mengusung teknologi telepresence dan robot bawah-laut Remotely Operated Vehicle (ROV) yang mampu menyelam dan menayangkan video dengan kualitas high definition dari kedalaman 6.500 meter secara langsung. Sementara itu, Indonesia mengirim Kapal Riset Baruna Jaya IV yang mampu memetakan topografi dasar laut hingga kedalaman 2.500 meter, dan mampu mengambil sampel biota (ikan, udang, dan kerang) hingga kedalaman 1,000 meter.Index Satal 2010 mencakup beberapa aspek penelitian dan pemanfaatan teknologi dalam bidang biologi kelautan, geologi, oseanografi, teknologi eksplorasi laut dalam dan teknologi informasi kelautan. Beberapa hasil riset sementara dan luaran dari ekspedisi ini diantaranya adalah pemetaan biota, pemetaan fenomena geologi di daerah survei dan penemuan gunung bawah laut baru (seamounts).Senada dengannya, Menteri Kelautan dan Perikanan pun mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memberikan perhatian lebih pada bidang kelautan; baik dalam pengembangan iptek, dalam pengelolaan yang berkelanjutan, hingga pengembangan ekonomi dan kebijakan kelautan.

3. Apa yang harus dilakukan Indonesia dalam memanfaatkan ruang udara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat?

Seiring pertambahan jumlah penduduk, terjadi peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup, sementara ketersediaan sumber daya alam di daratan dan perairan semakin terbatas. Dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendorong manusia menjadi lebih intensif melakukan eksplorasi terhadap manfaat ruang udara. Beragamnya kepentingan untuk menggali manfaat ekonomis yang dimiliki ruang udara, menyebabkan timbulnya berbagai masalah dan persoalan terhadap sumber daya yang terkandung di dalamnya. Sesungguhnya masalah organisasi pengelolaan lalu lintas udara telah menjadi isu global yang dihadapi hampir semua negara di dunia termasuk negara Indonesia.Beberapa contoh nyata masalah yang pernah dan atau sedang terjadi terkait kepentingan pengorganisasian pengelolaan lalu lintas udara di atas wilayah Indonesia (ruang udara nasional), antara lain: 1. masalah pelanggaran batas wilayah kedaulatan ruang udara RI oleh negara asing sebagai salah satu masalah dalam penegakan hukum di ruang udara nasional; 2. masalah konflik pengelolaan ruang udara untuk kepentingan penerbangan (FIR) di atas wilayah perbatasan negara RI dengan negara tetangga; 3. masalah konflik kepentingan antar sektoral/instansi Pemerintah yang memiliki kepentingan terhadap ruang udara; 4. masalah pembagian kewenangan pengelolaan ruang udara antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah;5. masalah pencemaran udara yang bersifat lintas sektoral dan lintas daerah, bahkan lintas negara; 6. masalah penetapan peruntukkan (zonasi) ruang udara antara instansi Pemerintah, dan atau Pemerintah Daerah, dan atau masyarakat yang berdampak kepada keamanan dan keselamatan;7. masalah keterbatasan sistem informasi tentang ruang udara yang berdampak kepada pengembangan potensi ruang udara nasional; dan 8. masalah-masalah lainnya yang terkait ruang udara nasional dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Masalah-masalah tersebut di atas terjadi akibat belum adanya peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum bagi beragam kepentingan dalam penggunaan dan atau pemanfaatan ruang udara termasuk sumber daya di dalamnya secara komprehensif dan terpadu hingga saat ini. Ruang udara sebagai wilayah kedaulatan, mempunyai fungsi strategis sebagai aset nasional yang berharga, tidak hanya untuk kepentingan pertahanan keamanan negara, serta untuk berbagai kepentingan sosial dan ekonomi lainnya, baik yang bersifat publik maupun privat. Ruang udara beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya sangat penting untuk

mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, antara lain : bangunan, bangunan gedung bertingkat tinggi, jalan layang, jaringan transmisi listrik, jaringan dan menara telekomunikasi, frekuensi, jalur penerbangan, pemetaan udara, olahraga dan wisata udara, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan energi angin, bahan baku industri, jalur periodik migrasi burung antar wilayah atau benua, dan lain-lain. Berkenaan dengan potensi pengorganisasian pengelolaan lalu lintas udara nasional yang sangat besar bagi kemakmuran rakyat Indonesia tersebut, sangat disayangkan jika di dalam Konstitusi Negara RI tidak menyebutkan keberadaan ruang udara sebagai salah satu kekayaan alam nasional. Pasal 33 UUD 1945 baik sebelum amandemen dan sesudah amandemen hanya menyebutkan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, tidak menyebutkan keberadaan ruang udara. Sementara ruang udara merupakan unsur utama pembentuk wilayah suatu negara selain ruang daratannya. Semua negara di dunia ini pasti memiliki kedua unsur tersebut yaitu darat dan udara sebagai wilayah negara, namun tidak semua negara memiliki wilayah laut. Ada negara-negara yang tidak memiliki wilayah laut (land locked). Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis terdiri dari 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, membutuhkan pengem-bangan terpadu terhadap potensi sosial-ekonomi dari ruang udara untuk menunjang pembangunan di seluruh wilayah nusantara hingga ke daerah-daerah terpencil serta dalam rangka mempertahankan integritas Negara Kesatuan RI. Indonesia sebagai wilayah tropis yang berada di posisi strategis lintasan khatulistiwa, di antara dua benua Asia-Australia dan dua samudera Pasifik- Hindia, memiliki kekhasan atmosfer yang menjadi penggerak sistem sirkulasi udara global dan berperan dalam pembentukan iklim dunia. Hanya ada tiga negara di dunia yang ruang udaranya memiliki kekhasan atmosfer tersebut, Keunggulan komparatif global ini telah mengarahkan wilayah Indonesia sebagai natural laboratory kegiatan-kegiatan pengamatan gejala iklim dunia, yang berpotensi ekonomis dan menjadi tantangan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berangkat dari wacana bahwa pengorganisasian dan pengelolaan lalu lintas udara adalah sumber daya milik bersama/publik (common resources) yang tanpa pengaturan yang baik dipastikan akan terjadi tragedi sumber daya umum (tragedy of common), maka kebutuhan akan pengintegrasian melalui pengelolaan dapat mengoptimalkan pemanfaatan ruang udara nasional secara terpadu menjadi sangat penting. Dari uraian tentang masalah-masalah (konflik) kepentingan yang terjadi dalam pengorganisasian dan pengelolaan lalu lintas udara, dan potensi yang dimilikinya sebagaimana tersebut di atas, menunjukkan bahwa :

(1) Negara Republik Indonesia membutuhkan pengaturan pengelolaan ruang udara nasional yang komprehensif dan integratif terhadap semua aspek yang terkait, dalam rangka optimasi, sinergis dan minimasi konflik. (2) Diperlukan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum bagi beragam kepentingan dalam pemanfaatan dan pengorganisasian pengelolaan lalu lintas udara .Berdasarkan hasil Kongres Kedirgantaraan Nasional Pertama (1998), bahwa ruang udara nasional memiliki 3 (tiga) peran dan fungsi, yaitu sebagai wadah untuk kepentingan hidup manusia, sebagai wilayah kedaulatan, dan sebagai wadah untuk kepentingan nasional sesuai dengan amanat UUD 1945. Untuk wadah kepentingan hidup manusia, ruang udara nasional dipandang sebagai ruang gerak, media, dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya harus dikelola dan dilestarikan untuk kesejahteraan rakyat. Sebagai wilayah kedaulatan negara, ruang udara nasional merupakan wawasan nusantara (darat, perairan, dan udara) sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai wadah untuk kepentingan nasional, bahwa pemanfaatan ruang udara nasional diatur berdasarkan hukum nasional dan hukum internasional. Sesuai dengan amanat UUD 1945, pengelolaan ruang udara nasional dalam rangka optimalisasi, sinergi, dan pengendalian konflik diperlukan kebijakan nasional pemanfaatan ruang udara untuk kemakmuran rakyat. Meskipun demikian, dalam penetapan kebijakan tersebut tidak dapat dilakukan semata-mata berdasarkan kepentingan nasional, harus memperhatikan kepentingan negara-negara lain sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Keharusan untuk memperhatikan prinsip-prinsip hukum internasional dalam pengelolaan ruang udara nasional, dimaksudkan untuk mengurangi konflik antar negara dalam pemanfaatan ruang udara nasional dengan negara tetangga. Oleh sebab itu, sangat diperlukan kerja sama bilateral atau internasional. Kerja sama tersebut juga diperlukan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan teknologi. Dengan memperhatikan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan ruang udara nasional di masa mendatang, maka perlu dikembangkan unsur-unsur sebagai berikut : 1.Keamanan dan keselamatan, bahwa dalam pengelolaan ruang udara nasional harus memperhatikan sistem keamanan dan keselamatan baik terhadap negara maupun aktivitas yang dilakukan di ruang udara. 2. Kelembagaan, bahwa dalam pengelolaan ruang udara nasional harus dikembangkan kapasitas kelembagaan baik pemerintah maupun non-pemerintah, sehingga terwujud koordinasi dan jaringan kerja sama dalam perencanaan, pemanfaatan, pembinaan, dan pengawasan sesuai peraturan perundang-undangan.

3. Politik dan hukum, bahwa pengelolaan ruang udara nasional sebagai upaya menengakkan kedaulatan atas wilayah udara nasional dan penegakkan hukum atas berbagai pelanggaran yang terjadi. 4. Sumber daya manusia, bahwa dalam pengelolaan ruang udara nasional harus didukung sumber daya manusia yang berkualitas baik pemerintah maupun non-pemerintah. 5. Sarana dan prasarana, bahwa dalam pengelolaan ruang udara nasional dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan perkembangan teknologi. 6. Dana, bahwa dalam pengelolaan ruang udara nasional harus didukung oleh dana yang memadai agar ruang udara nasional dapat dikelola untuk kesejahteraan rakyat baik saat ini maupun mendatang. 7. Peran serta masyarakat, bahwa dalam pengelolaan ruang udara nasional tidak terlepas dari peranserta masyarakat seperti perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial kemasyarakat, politik, dan media massa sebagai ujung tombak khususnya dalam pengawasan. Didasarkan uraian di atas, pendekatan yang digunakan dalam pendekatan-pendekatannya adalah empiris dan yuridis. Dasar pendekatan tersebut, sebagai dasar merumuskan konsepsi pengelolaan ruang udara nasional, sebagai upaya tegaknya kedaulatan atas ruang udara sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional, dalam rangka pengorganisasian dan pengelolaan lalu lintas udara untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia. Melalui konsepsi pengorganisasian dan pengelolaan lalu lintas udara nasional, pemerintah dapat menetapkan kebijakan perencanaan, pemanfaatan, pembinaan dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang udara nasional secara terpadu, sehinga ruang udara nasional dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien, dan berlanjutan untuk pembangunan yang bersinergi dengan pemanfaatan sumber daya lainnya .

4. Inti ajaran wawasan nusantara ialah persatuan dan kesatuan. Dapatkah dipertahankan dalam kondisi Indonesia sekarang .

Persatuan dan Kesatuan harus bisa diterapkan di Indonesia karena Bhinneka Tunggal Ika adalah ciri khas dari suatu bangsa yang bernama Indonesia, yang memiliki makna khas pula yakni walau berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ini melambangkan bahwa bangsa Indonesia yang memiliki sekitar 18.110 pulau itu juga memiliki bermacam-macam perbedaan, dari Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan atau umum disebut SARA. Selain menjadi negara kepulauan dan negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia juga salah satu negara yang mempunyai SARA yang beraneka ragam dibandingkan dengan negara lainnya di dunia.Hal di atas menunjukkan betapa besarnya nama Indonesia di mata dunia, yang berarti kita selaku rakyat Republik Indonesia harus selalu menjaga nama baik bangsa di mata dunia pula. Namun kenyataannya telah berbeda. Sudah banyak masalah terjadi yang mencoreng nama

Indonesia di mata dunia. Contoh mudahnya, kerusuhan yang terjadi antarsuku, antarorganisasi masyarakat, bahkan pula di dalam pemerintahan. Hal tersebut terjadi karena adanya provokator yang ingin menghancurkan kepribadian bangsa, martabat bangsa, dan mengakibatkan kemunduran bangsa dalam segala bidang, terutama bidang sosial/kemanusiaan.Sasaran utama dari adanya pertentangan sosial yang terjadi pada bangsa Indonesia adalah kepribadian masyarakat Indonesia. Bila pemikiran masyarakat dapat dipengaruhi, maka secara perlahan-lahan namun pasti, bangsa Indonesia pun akan mengalami kemunduran. Karena nasib bangsa ditentukan oleh sikap dan sifat masyarakatnya sendiri terhadap bangsa. Seharusnya, bila kita selaku masyarakat Bangsa Indonesia, apabila menghadapi pertentangan sosial antarmasyarakat, dihadapi dengan kepala dingin dan melakukan suatu musyawarah untuk mufakat, seperti nenek moyang kita zaman dahulu.Musyawarah dan mufakat merupakan suatu warisan nenek moyang bangsa Indonesia supaya terus dijaga dan dilestarikan adanya. Karena bila kita selalu berpedoman pada musyawarah untuk mendapatkan suatu mufakat, maka masalah pertentangan sosial yang terjadi selama ini dalam kehidupan bermasyarakat takkan pernah terjadi.Pertentangan-pertentangan sosial akan mengecil, tetapi persatuan dan kesatuan bangsa akan membesar, karena masalah yang terjadi dapat kita atasi bersama-sama dengan kepala dingin dan berpedoman pada musyawarah dan mufakat. Karena Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh.Jadi, kita selaku masyarakat sekaligus rakyat Indonesia sudah seharusnya mejaga dan mengaplikasikan segala warisan nenek moyang bangsa untuk nasib kita dan bangsa Indonesia ke depannya nanti, supaya pertentangan-pertentangan sosial yang terjadi dapat diminimalisir sekecil mungkin. Dan agar nama bangsa Indonesia selalu berkibar di mata dunia. Karena besarnya martabat bangsa tergantung pada tingginya nasionalisme rakyatnya dan berkualitasnya kepribadian bangsanya.