KWN (OTONOMI DAERAH)

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unsur lain dari demokrasi adalah adanya pembagian kekuasaan dan kewenangan pemerintahan. Tuntutan akan pengelolaan pemerintahan daerah yang mandiri dengan semangat otonomi daerah ( OTDA ) semakin marak. Namun demikian, kebijakan otda banyak disalah artikan oleh jajaran pengelola pemerintah didaerah. Otda dipahami sebagai kebebasan mengelola sumbe daya daerah yang cenderung melahirkan pemerintahan yang tidak professional dan tidak terkontrol. Hal yang sangat mengkhawatirkasn, sering dengan pelaksanaan otda adalah lahirnya perundang-undangan daerah ( perda ) yang cenderung bertolak belakang dengan semangat konstitusi Negara dan dasar Negara yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Disini kami akan mencoba menjelaskan tentang otonomi daerah khususnya kepada orang yang awam. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah otonomi daerah ? 2. Apa pengertian otonomi daerah ? 1

description

Kewarganegaraan Semester 1

Transcript of KWN (OTONOMI DAERAH)

Page 1: KWN (OTONOMI DAERAH)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Unsur lain dari demokrasi adalah adanya pembagian kekuasaan dan

kewenangan pemerintahan. Tuntutan akan pengelolaan pemerintahan daerah yang

mandiri dengan semangat otonomi daerah ( OTDA ) semakin marak. Namun

demikian, kebijakan otda banyak disalah artikan oleh jajaran pengelola

pemerintah didaerah. Otda dipahami sebagai kebebasan mengelola sumbe daya

daerah yang cenderung melahirkan pemerintahan yang tidak professional dan

tidak terkontrol. Hal yang sangat mengkhawatirkasn, sering dengan pelaksanaan

otda adalah lahirnya perundang-undangan daerah ( perda ) yang cenderung

bertolak belakang dengan semangat konstitusi Negara dan dasar Negara yang

dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ).

Disini kami akan mencoba menjelaskan tentang otonomi daerah khususnya

kepada orang yang awam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah otonomi daerah ?

2. Apa pengertian otonomi daerah ?

3. Apa prinsip dan tujuan otonomi daerah ?

4. Apa nilai-nilai otonomi daerah ?

5. Apa syarat pembentukan daerah otonom dan asas otonomi daerah ?

6. Apa kewenangan daerah otonom dan bagaimana cara menjadikan otonomi

daerah agar Indonesia menjadi Madani ?

7. Bagaimana mengatasi kendala dalam melaksanakan otonomi daerah ?

1

Page 2: KWN (OTONOMI DAERAH)

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk menjelaskan sejarah otonomi daerah.

2. Untuk mengetahui pengertian otonomi daerah.

3. Apa prinsip dan tujuan otonomi daerah.

4. Untuk menyebutkankan dan menjelaskan niai-nilai otonomi daerah.

5. Untuk mengetahui syarat-syarat pembentukan daerah otonom dan asas-asas

otonomi daerah.

6. Untuk mengetahui kewenangan daerah otonom dan untuk menjelaskan cara

menjadikan otonomi daerah agar Indonesia menjadi Madani.

7. Untuk memaparkan kendala dalam mengatasi otonomi daerah.

D. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis ialah metode literatur

(mengkaji beberapa buku yang berkaitan dengan judul makalah) dan dengan cara

menggali informasi dari beberapa situs internet.

2

Page 3: KWN (OTONOMI DAERAH)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Otonomi Daerah

Peraturan perundang-undangan yang pertama kali yang mengatur tentang

pemerintahan derah pasca proklamasi kemerdekaan adalah UU No. 1 Tahun 1945.

Ditetapkannya undang-undang ini merupakaan hasil dari berbagai pertimbangan

pemerintahan kolonial. Undang-undang ini menekankan aspek cita-cita

kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan Badan Perwakilan Rakyat

Daerah. Didalam undang-undang ini ditetapkan 3 jenis daerah otonom, yaitu

keresidenan, kabupaten, dan kota. Periode berlakunya undang-undang ini sangat

terbatas. Sehingga dalam kurun waktu 3 tahun beliu ada peraturan pemerintahan

yang mengatur mengenai penyerahan urusan (desentralisasi) kepada daerah.

Undang-undang ini kemudian diganti dengan undang-undang Nomor 22 Tahun

1948.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang

susunan pemerintahan daerah yang demokratis. Di dalam undang-undang ini

ditetapkan 2 jenis daerah otonom, yaitu daerah otonom biasa dan daerah otonom

istimewa, serta 3 tingkatan daerah otonom , yaitu provinsi, kabupaten/kota besar,

dna desa/kota kecil. Mengacu pada ketentuan undang-undang Nomor 22 Tahun

1948, penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada daerah telah mendapat

perhatian dari pemerintah. Pemberian otonom kepada daerah berdasarkan undang-

undang tentang pembentukan daerah, telah dirinci lebih lanjut pengaturannya

melalui peraturan pemarintahan tentang penyarahan sebagian urusan

pemerintahan tertentu kepada daerah. Perjalanan sejarah otonomi daerah di

Indonesia selalu ditandai dengan lahirnya suatu produk perundang-undangan yang

menggantikan produk sebelumnya. Perubahan tersebut pada satu sisi menandai

dinamika orientasi pembangunan daerah di Indonesia dari masa ke masa. Akan

tetapi. Di sisi lain hal ini bisa pula dipahami sebagai bagian dari eksperimentasi

3

Page 4: KWN (OTONOMI DAERAH)

politik penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Periode otonomi daerah di

Indonesia pasca UU No. 22 tahun 1948 diisi denagn munculnya beberapa UU

tentang pemerintahan daerah, yaitu UU No. 1 Tahun 1957, UU No. 18 Tahun

1965, dan UU No. 5 Tahun 1974. UU yang disebut terakhir mengatur pokok-

pokok penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas pemerintah pusat di

daerah bukan lagi otonomi yang riil dan seluas-luasnya dapat menimbulkan

kecebdrungan pemikiran yang dapat membahayakan keutuhan Negara Republik

Indonesia dan tidak serasi dengan maksud dan tujuan otonomi kepada daerah

sesuai denagn prinsip-prinsip yang digariskan dalam GBHN yang berorientasi

pada pembangunan dalam arti luas. Undang-undang ini berumur paling panjang,

yaitu 254 tahun, dan baru diganti denagn undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

dan undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 setekah tuntutan reformasi berakhir.

Kehadiran undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tidak terlepas dari

perkembangan situasi yang terjadi pada masa itu lengsernya rezim otoriter orde

baru dan munculnya kehendak masyarakat untuk melakukan reformasi disemua

aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Berdasarkan kehendak reformasi itu,

siding istimewa MPR tahun 1998 yang lalu menetapkan ketetapan MPR Nomor

XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan,

pemanfaatan, dan pembagiaan. Momentum otonomi daerah di Indonesia semakin

mendapatkan tempatnya setelah MPR RI melakukan amandemen pada pasal 18

UUD 1945 dalam perubahan kedua yang secara tegas dan eksplisit menyebutkan

bahwa Negara Indonesia memakai prinsipo otonomi daerah dan desentralisasi

politik.

B. Pengertian Otonomi Daerah

Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan

namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Otonomi daerah adalah hak

wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur mengatur dan mengurus

4

Page 5: KWN (OTONOMI DAERAH)

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa pendapat ahli yang dikutip Abdulrahman (1997) mengemukakan

bahwa :

1. F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan

wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.

2. Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna

kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang

terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus

dipertanggungjawabkan.

3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan

memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa

otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah

nasional suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan

Philip Mahwood (1983) mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu

pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan sendiri yang keberadaannya

terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan

sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda.

Kemudian, Vincent Lemius (1986) mengemukakan bahwa otonomi daerah

merupakan kebebasan untuk mengambil keputusan politik maupun administrasi,

dengan tetap menghormati peraturan perundang-undangan.

C. Prinsip dan Tujuan Otonomi Daerah

Otonomi daerah dan daerah otonom, biasa rancu dipahami oleh

masyarakat. Padahal sebagaimana pengertian otonomi daerah di atas, jelas bahwa

untuk menerapkan otonomi daerah harus memiliki wilayah dengan batas

administrasi pemerintahan yang jelas.

5

Page 6: KWN (OTONOMI DAERAH)

Daerah otonomi adalah wilayah administrasi pemerintahan dan

kependudukan yang dikenal dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Dengan demikian jenjang daerah otonom ada dua bagian,

walau titik berat pelaksanaan otonomi daerah dilimpahkan pada pemerintah

kabupaten/kota. Adapun daerah provinsi, berotonomi secara terbatas yakni

menyangkut koordinasi antar/lintas kabupaten/kota, serta kewenangan pusat yang

dilimpahkan pada provinsi, dan kewenangan kabupaten/kota yang belum mampu

dilaksanakan maka diambil alih oleh provinsi.

Secara konsepsional, jika dicermati berlakunya Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004, dengan tidak adanya perubahan struktur daerah otonom, maka

memang masih lebih banyak ingin mengatur pemerintah daerah baik provinsi

maupun kabupaten/kota. Disisi lain, pemerintah kabupaten/kota yang daerah

otonomnya terbentuk hanya berdasarkan kesejahteraan pemerintahan, maka akan

sulit untuk berotonomi secara nyata dan bertanggungjawab di masa mendatang.

Dalam diktum menimbang huruf (b) Undang-undang Nomor 22 tahun

1999, dikatakan bahwa dalam penyelenggaraan otonomi daerah, dipandang perlu

untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,

pemerataan dan keadilan serta mempertimbangkan potensi dan keanekaragaman

daerah.

Otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 22  tahun 1999 adalah

otonomi luas yaitu adanya kewenangan daerah untuk menyelenggarakan

pemerintahan yang mencakup semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan di

bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, 

agama serta kewenangan-kewenangan bidang lainnya yang ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah. Di samping itu, keleluasaan otonomi maupun kewenangan

yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

Dalam penjelesan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dikatakan

bahwa yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk

menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang tertentu yang secara nyata

ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah. Sedangkan

6

Page 7: KWN (OTONOMI DAERAH)

yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa

perwujudan pertanggung jawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan

kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul

oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan

pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, serta pemeliharaan

hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka

menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Atas dasar pemikiran di atas¸ maka prinsip-prinsip pemberian otonomi

daerah dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan

aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan

keanekaragaman daerah yang terbatas.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan

bertanggung jawab.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada

daerah Kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi

merupakan otonomi yang terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontibusi negara

sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

serta antar daerah.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota

tidak ada lagi wilayah administrasi.

f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan

fungsi badan legislatif daerah, baik fungsi legislatif, fungsi pengawas

maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.

g. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam

kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

kewenangan sebagai wakil daerah.

h. Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari

pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah

7

Page 8: KWN (OTONOMI DAERAH)

kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana,

serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan

dan mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.

Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Sejalan dengan pendapat di atas, The Liang Gie dalam Abdurrahman

(1987) mengemukakan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah :

a. Mengemukakan kesadaran bernegara/berpemerintah yang mendalam

kepada rakyat diseluruh tanah air Indonesia.

b. Melancarkan penyerahan dana dan daya masyarakat di daerah terutama

dalam bidang perekonomian.

D. Nilai-Nilai Otonomi Daerah

Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam UUD 1945 berkenaan

dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:

1. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak

mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara

("Eenheidstaat"), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan

negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan

pemerintahan; dan

2. Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa pasal 18 Undang-undang

Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka jelaslah

bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan

dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.

Dikaitkan dengan dua nilai dasar tersebut di atas, penyelenggaraan

desentralisasi di Indonesia berpusat pada pembentukan daerah-daerah otonom dan

penyerahan/pelimpahan sebagian kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke

8

Page 9: KWN (OTONOMI DAERAH)

pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sebagian sebagian kekuasaan

dan kewenangan tersebut. Adapun titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah

pada Daerah Tingkat II (Dati II) ]dengan beberapa dasar pertimbangan:

1. Dimensi Politik, Dati II dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan

sehingga resiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi

federalis relatif minim;

2. Dimensi Administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat relatif dapat lebih efektif;

3. Dati II adalah daerah "ujung tombak" pelaksanaan pembangunan sehingga Dati

II-lah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.

Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut adalah:

1. Nyata, otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi

obyektif di daerah;

2. Bertanggung jawab, pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk

memperlancar pembangunan di seluruh pelosok tanah air; dan

3. Dinamis, pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih

baik dan maju

E. Syarat Pembentukan Daerah Otonom dan Asas Otonomi Daerah

1. Syarat-syarat Pembentukan daerah Otonom

Wilayah Negara kesatuan RI dapat dijadikan sebagai daerah otonom

apabila daerah tersebut memenuhi persyaratan, yaitu :

a. Kemampuan Ekonomi

Untuk menjadi daerah otonom, suatu daerah harus

mempunyai kemampuan ekonomi yang memadai agar jalannya

9

Page 10: KWN (OTONOMI DAERAH)

pemerintahn tidak tersendat-sendat dan pembangunan dapat

terlaksana dengan baik

b. Luas Daerah

Untuk menjadikan daerah otonom diperlukan luas wilayah

tertentu, sehingga keamanan dan stabilitas serta pengawasan dari

pemerintah daerah dapat dijalani dengan baik.

c. Pertahanan dan Keamanan Nasional

Hankam suatu daerah merupakan modal penting utama

bagi jalannya sebuah pemerintahan.

d. Syarat-Syarat Lain

Artinya yaitu segala sesuatu yang memungkinkan daerah

untuk dapat melaksanakan pembangunan dan pembinaan

kestabilan politik serta persatuan dan keatuan bangsa dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung

jawab.

2. Asas-Asas Otonomi Daerah

a. Asas Sentralisasi adalah pemusatan seluruh penyelenggaraan

pemerintah Negara dengan pemerintah pusat.

b. Asas Desentralisasi adalah segala pelimpahan kewenangan pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah.

c. Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah

gubernur sebagai wakil pemerintah dan perangkat pusat di daerah.

d. Asas Pembantuan adalah asas yang menyatakan turut serta dalam

pelaksanaan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah

daerah dengan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada

yang memberi tugas.

10

Page 11: KWN (OTONOMI DAERAH)

F. Kewenangan Daerah Otonom dan Menjadikan Otonomi Daerah Agar

Indonesia Menjadi Madani

1. Kewenangan Daerah Otonom

a. Kewenangan Politik

Adanya otonomi daerah, rakyat melalui DPRD memiliki

kewenangan memilih kepala daerah sendiri.

b. Kewenangan Administrasi

Menyangkut keuangan pemerintah pusat dengan memberikan uang

kepada daerah untuk mengelola karyawan dan organisasi.

2. Menjadikan Otonomi Daerah Agar Indonesia Menjadi Madani

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional tidak lepas dari prinsip otonomi daerah, sebagai implementasi

dari UU No. 22 Tahun 1999. Berdasarkan prinsip otonomi daerah tersebut,

daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan

pemerintahan. Wewenang daerah dilaksanakan dalam rangka mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat di daerah sesuai aspirasi

masyarakat. Adapun hal yang sangat fundamental yang tersirat di dalam

UU No. 22 Tahun 1999 tersebut adalah upaya pemberdayaan masyarakat,

peningkatan partisipasi masyarakat secara aktif serta peningkatan peran

dan fungsi DPRD pada setiap tingkatan. Di dalam otonomi, pemerintah

daerah berkewajiban membangun interaksi atau kompabilitas di antara

komponen-komponen publik, private dan community daripada hanya

menfokuskan kepada otoritas. Kendatipun demikian, banyak orang

beranggapan bahwa perspektif tersebut masih jauh dalam realitasnya,

otonomi daerah masih lebih dirasakan sebagai harapan ketimbang

kenyataan yang telah terjadi. Anggapan ini cukup beralasan mengingat,

sudah tiga tahun otonomi daerah diimplementasikan, namun dalam

pelaksanaannya, penuh disesaki dengan tuduhan-tuduhan pemerintah pusat

terhadap daerah.

11

Page 12: KWN (OTONOMI DAERAH)

Daerah dituduh tidak "becus" menjalankan otonomi daerah

sehingga otonomi menjadi kebablasan, atau otonomi daerah memunculkan

"raja-raja kecil". Nayaris seluruh energi pemerintah daerah tertuju pada

melawan tuduhan pemerintah pusat yang juga tidak kalah sengitnya.

Melihat kenyataan seperti ini, maka tidak heran jika ada orang yang

mengatakan bahwa otonomi daerah sebenarnya belumlah terwujud

sebagaimana yang diharapkan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang

mejemuk yang terdiri dari tidak kurang 300 kelompok etnis suku dengan

berbagai identitas kulturalnya yang tersebar luas di berbagai pelosok

daerah. Sementara itu, kesenjangan antara daerah juga mewarnai

kehidupan bangsa ini. Dari daerah yang kaya raya, yang memiliki sumber

daya melimpah, sampai daerah yang miskin yang sama sekali tidak

memiliki sumber daya alam. Sedangkan kompenen masyarakat yang hidup

di dalamnya juga memiliki keanekaragaman. Fenomena tersebut

merupakan gambaran dari pluralistiknya bangsa Indonesia, Oleh

karenanya adalah suatu anugerah yang tiada terkira jikalau kemajemukan

yang begitu kompleks dapat ditata dalam sebuah tatanan masyarakat yang

hidup dalam keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran, dalam sebuah

tatanan masyarakat yang bernama "masyarakat madani." Dalam sebuah

tatanan masyarakat madani, rakyat memiliki kedudukan yang

emansipatoris terhadap negara (pemerintah). Kedudukan yang

emansipatoris ini memberikan peluang bagi rakyat untuk memberikan

peran yang sama sebagaimana peran yang dilakukan oleh negara. Di lain

pihak, kedudukan yang emansipatoris ini, rakyat juga memiliki peluang

untuk berbeda pendapat terhadap pemerintah. Dalam perspektif

masyarakat madani, demokrasi mengandaikan adanya civil yang

berkembang sedemikian rupa sehingga punya otonomi dan independensi

terhadap negara. Dalam perspektif masyarakat madani, peran civil yang

pada masa orde baru sebagian besar dikuasai oleh negara, harus kembali

diposisikan segingga memiliki peran menjadi sederajat. Kondisi

masyarakat seperti inilah yang diinginkan dan diperjuangkan oleh para

12

Page 13: KWN (OTONOMI DAERAH)

pejuang reformasi. Dalam perkembangannya , perspektif masyarakat

madani menginginkan adanya kesamaan dalam hal derajat, hak dan

kewajiban, adanya kebebasan dalam masyarakat yang pluralis baik ras,

suku dan agama, adanya sikap dan moral yang menjunjung tinggi martabat

manusia (human dignity), adanya kedaulatan rakyat (populer

sovereignity), dan adanya hukum yang dijunjung tinggi (rule of law).

Untuk mencapai kemandirian masyarakat dan kemandirian daerah

dibutuhkan dasar yang kuat di antaranya; kesadaran yang tinggi bahwa

Indonesia adalah masyarakat majemuk yang harus diakomodir

kemajemukannya, kesadaran dari pemerintah pusat bahwa formulasi dan

implementasi demokrasi juga harus ditempatkan dalam kerangka

demokrasi di tingkat lokal, kesadaran dari pemerintah pusat dan daerah

bawah pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai melalui suatu tahapan.

Dengan demikian pengimplementasian otonomi daerah merupakan

tuntutan dari masyarakat yang memiliki diversity (keragaman) untuk

mewujudkan civi society dan democratization. Otonomi tidak hanya

sekedar penyerahan pelaksanaan urusan tetapi lebih mendekati makna

yang sesungguhnya ialah kewenangan pemerintah untuk menerapkan lokal

democrasy. Artinya, dengan melaksanakan otonomi daerah maka

pemerintah akan menjadi lebih demokratis. Pelaksanaan otonomi daerah

akan membawa efektifitas dalam pemerintahan, sebab wilayah negara

Indonesia terdiri dari berbagai satuan daerah yang masing-masing

memiliki sifat-sifat khusus tersendiri yang disebabkan oleh faktor-faktor

geografi, adat istiadat, kehidupan ekonomi, bahasa, tingkat pendidikan dan

sebagainya. Suatu harapan kita semua, bahwa otonomi daerah segera

terwujud dan berjalan baik. Otonomi daerah merupakan suatu tantangan

dan kesempatan yang baik bagi penyelenggara pemerintahan daerah dalam

menampilkan kinerja pelayanan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintah

dan pembangunan di daerah diharapkan lebih adil, demokratis,

memberdayakan masyarakat di segala aspek dan tingkatan.

13

Page 14: KWN (OTONOMI DAERAH)

G. Mengatasi Kendala dalam melaksanakan otonomi daerah

Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat

mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara

optimal.Dimana untuk mewujudkan keadaan tersebut,berlaku proposisi bahwa

pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah untuk

mengidentifikasikan,merumuskan,dan memecahkannya,kecuali untuk persoalan-

persoalan yang memang tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu sendiri dalam

perspektif keutuhan negara-bangsa.

1. Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam pemberian otonomi daerah :

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan

bertanggung jawab.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah

kabupaten dan daerah kota sedang pada daerah propinsi merupakan otonomi

yang terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih mengikatkan kemandirian daerah

otonomi.

f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peran dan fungsi

badan legislatif daerah.

g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

kedudukannya sebagai daerah administrasi.

14

Page 15: KWN (OTONOMI DAERAH)

h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dari pemerintah dan daerah ke desa

disertai pembiayaan sarana dan prasarana serta SDM dengan kewajiban

melaporkan dan bertanggung jawab kepada yang menugaskan.

2. Kendala/ketimpangan-ketimpangan yang sering terjadi dalam penerapan

kebijakan otonomi daerah :

a. High Cost Economic dalam bentuk pungutan-pungutan yang membabi buta.

Otonomi daerah dapat berubah sifat menjadi “Anarkisme Financial”.

b. High Cost Economic dalam bentuk KKN.

c. Orientasi Pemda pada Cash Inflow, bukan pendapatan.

d. Pemda bisa menjadi “drakula” bagi anak-anak mereka sendiri yaitu BUMD-

BUMD yang berada dibawah naungannya. Modusnya bisa jadi bukan

melalui penjualan aset, melainkan melalui kebijakan penguasa daerah yang

sulit ditolak oleh jajaran pimpinan BUMD.

e. Karena terfokus pada penerimaan dana Pemda bisa melupakan kriteria

pembuktian berkelanjutan.

f. Munculnya hambatan bagi mobilitas sumber daya.

g. Potensi konflik antar daerah menyangkut pembagian hasil pungutan.

h. Bangkitnya egosentrisme.

i. Karena derajat keberhasilan otonomi lebih dilandaskan pada aspek-aspek

finansial pemerintah daerah bisa melupakan misi dan visi otonomi

sebenarnya.

j. Munculnya bentuk hubungan kolutif antara eksekutif dan legislatif di

daerah.

15

Page 16: KWN (OTONOMI DAERAH)

3. Upaya pejabat daerah untuk mengatasi ketimpangan yang terjadi :

a. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang

berada di pusat dapat terdistribusi ke daerah.

b. Pejabat harus melakukan pemberdayaan politik warga masyarakat dilakukan

melalui pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya masyarakat,

media massa dan lainnya.

c. Pejabat daerah harus bisa bertanggung jawab dan jujur.

d. Adanya kerjasama antara pejabat dan masyarakat.

e. Dan yang menjadi prioritas adalah pejabat daerah harus bisa memahami

prinsip-prinsip otonomi daerah.

4. Analisis langkah-langkah yang harus diambil pemerintah dalam mengontrol

otonomi daerah :

a. Merumuskan kerangka hukum yang memenuhi aspirasi untuk otonomi di

tingkat propinsi dan sejalan dengan strategi desentralisasi secara

bertahap.Untuk itu perlu dipersiapkan revisi UU No.22 dan No.25 ,termasuk

usaha sosialisasi besar-besaran pada masyarakat dan parlemen di tingkat

pusat maupun daerah.

b. Menyusun sebuah rencana implementasi desentralisasi dengan

memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut penjaminan kesinambungan

pelayanan pada masyarakat,perlakuan perimbangan antara daerah-

daerah,dan menjamin kebijakan fiskal yang berkelanjutan.

c. Untuk mempertahankan momentum desentralisasi,pemerintah pusat perlu

menjalankan segera langkah desentralisasi,akan tetapi terbatas pada sektor-

sektor yang jelas merupakan kewenangan Kabupaten dan Kota dan dapat

segera diserahkan.

16

Page 17: KWN (OTONOMI DAERAH)

d. Proses otonomi tidak dapat dilihat sebagai semata-mata tugas dan tanggung

jawab dari menteri negara otonomi atau menteri dalam negeri,akan tetapi

menuntut koordinasi dan kerjasama dari seluruh bidang dalam kabinet

(Ekuin,Kesra & Taskin, dan Polkam).

17

Page 18: KWN (OTONOMI DAERAH)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban

yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan

daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan

terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

B. Saran

Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar di

seluruh pelosok Negara, dan dalam membina kestabilan politik serta kesatuan

bangsa maka hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah atas dasar

keutuhan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab yang dapat

menjamin perkembangan dan pembangunan daerah dan dilaksanakan bersama-

sama dengan dekonsentrasi.

18

Page 19: KWN (OTONOMI DAERAH)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kewarganegaraan.com/order2.php (diakses, 12 Desember 2012)

http://khazanna032.wordpress.com/2009/07/16/kendalaotonomidaerah/

(diakses, 12 Desember 2012)

http://makalah-creator.blogspot.com/2012/02/pelaksanaan-otonomi-daerah-dalam-

tata.html (diakses, 12 Desember 2012)

Kusumah, mulya W. Perspektif, teori dan kebijaksanaan hukum. Jakarta:

Rajawalu pers, 1986 (diakses, 12 Desember 2012)

Ubaedillah dan Abdul Rozaq, 2010. Pendidikan kewarganegaraan, cetakan ke-5,

Jakarta:ICCE UIN Jakarta. (diakses, 12 Desember 2012)

19