LAPORAN PENELITIAN KWN

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran harus diorganisasikan sebaik mungkin dalam format perencanaan yang matang, sehingga ketika proses pembe-lajaran berlangsung seminimal mungkin terjadi kesalahan yang disebabkan penem- patan atau pemilihan komponen yang kurang tepat. Sebagai seorang guru, salah satu tugas utama adalah menyusun strategi pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Strategi adalah suatu cara untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila kata strategi dihubungkan dengan pembelajaran, maka diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran sebagai usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian semua tindakan guru apapun bentuknya yang berkaitan dengan usahanya menuju keberhasilan pembelajaran termasuk strategi pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang sangat penting untuk dilakukan guru adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Seorang guru yang mengajar tanpa persiapan dapat diibaratkan seperti orang 1

description

pedosfer

Transcript of LAPORAN PENELITIAN KWN

SINKRONISASI ANTARA PRESTASI AKADEMIK DAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran harus diorganisasikan sebaik mungkin dalam format perencanaan yang matang, sehingga ketika proses pembe-lajaran berlangsung seminimal mungkin terjadi kesalahan yang disebabkan penem-patan atau pemilihan komponen yang kurang tepat.

Sebagai seorang guru, salah satu tugas utama adalah menyusun strategi pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Strategi adalah suatu cara untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bila kata strategi dihubungkan dengan pembelajaran, maka diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran sebagai usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian semua tindakan guru apapun bentuknya yang berkaitan dengan usahanya menuju keberhasilan pembelajaran termasuk strategi pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang sangat penting untuk dilakukan guru adalah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Seorang guru yang mengajar tanpa persiapan dapat diibaratkan seperti orang yang ingin berjalan-jalan ke suatu tempat tetapi tidak mengetahui bagaimana cara untuk sampai ke tempat tersebut dan apa saja yang dibutuhkan dalam perjalanan. Tentu saja bisa sampai ke tempat yang dituju, tetapi kemungkinan waktu yang diperlukan lebih lama, karena banyak halangan di jalan yang tidak siap diantisipasi sebelumnya, misalnya ternyata di tengah jalan hujan padahal tidak membawa payung atau haus padahal tidak membawa minum, dan sebagainya. Selain itu karena tidak tahu jalannya, kemungkinan banyak bertanya bahkan mungkin tersesat. Seperti itulah gambaran seorang guru yang tidak memiliki kesiapan dalam pembelajaran. Mengajar sekedar menyampaikan apa yang terdapat dalam buku pegangan kepada siswa tanpa disertai perencanaan, baik yang berkaitan dengan penerapan suatu metode, penggunaan media, pemberian penguatan, evaluasi proses, maupun segala hal yang seharusnya diorganisasikan dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Salah satu bentuk persiapan pembelajaran adalah menyusun peren-canaan pembelajaran. Demikian pentingnya persiapan dan perencanaan pembela-jaran ini, sehingga bila seorang guru tidak menguasai cara-cara persiapan dan perencanaan pembelajaran yang baik, sudah dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak akan berhasil secara optimal. B. Rumusan Masalah

1. Apa yang harus dipersiapkan guru sebelum mengajar?

2. Apa yang harus dilakukan guru pada saat mengajar?

3. Bagaimana seharusnya guru dalam menagjar?

4. Apa manfaat dari pembelajaran teaching KWN?

C. Tujuan Penulisan Makalah1. Menjelaskan apa yang harus dipersiapkan guru sebelum mengajar.2. Menjelaskan yang harus dilakukan guru pada saat mengajar.3. Menjelaskan bagaimana seharusnya guru dalam menagjar.

4. Menjelaskan manfaat dari pembelajaran teaching KWN.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Apa Saja Yang Harus Dipersiapkan Guru Sebelum Mengajar?

Persiapan mengajar merupakan salah satu bagian dari program pengajaran yang memuat satuan bahasan untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan/ tatap muka. Persiapan mengajar dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana pembelajaran dan sekaligus sebagai acuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif (Moh. Uzer Usman, 1995 : 59). Komponen-komponen pembelajaran yang harus disiapkan guru antara lain :

1.1 Tujuan Pembelajaran

Sebagai guru, tujuan apa yang akan dicapai harus dipersiapkan sedini mungkin sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Mengajar memerlukan tujuan yang jelas yang akan menuntun ke arah mana pembelajaran akan dibawa. Tanpa tujuan yang jelas, guru akan berjalan tanpa tahu arah dan tidak dapat mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran yang dilakukan.

Dalam menetapkan dan merumuskan tujuan pembelajaran, guru harus mem-perhatikan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, seperti materi, metode, dan evaluasi. Sebagai contoh, tujuan yang dirumuskan harus sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi yang sudah direncanakan. Seringkali kita melihat seorang guru mengajarkan suatu materi secara dangkal, tetapi ketika melakukan evaluasi ternyata yang dituntut pemahaman materi yang sangat dalam lantaran soal dibuat menyesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan, atau sebaliknya guru menjelaskan terlalu dalam ternyata soalnya hanya mengenai pemahaman konsep yang dangkal. Oleh karena itu menyiapkan dan merencanakan tujuan pembelajaran harus benar-benar dilakukan dengan benar dan tepat.

1.2 Materi ajar Kunci keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan guru terhadap materi ajar yang akan disampaikan. Meskipun guru bisa saja meminta siswa untuk mencatat di kelas, tetapi sebisanya kita dapat menghindarkan diri dari kebiasaan ini, apalagi kalau alasan utamanya karena ketidaksiapan dalam mengajar. Setidaknya guru membaca materi ajar sehari sebelum mengajar sebagai persiapan, meskipun materi tersebut sudah dihafal di luar kepala. Membaca ulang menyebabkan guru berpikir untuk mem-persiapkan hal-hal lain yang berkaitan dengan materi tersebut. Sebagai contoh, bila semester sebelumnya hanya mengajarkan konsep Sistem Periodik dengan ceramah, maka ketika guru memiliki kesiapan akan muncul kreativitas dalam menvariasi cara mengajarnya. Mungkin saja timbul ide untuk menerapkan metode baru atau menyiap-kan latihan soal yang lebih variatif dengan mendasarkan pada pengalaman sebelum-nya bahwa konsep tersebut sering muncul dalam UAS ataupun SPMB. Dengan persiapan, maka ketika menyampaikan materi akan lebih mantap dan sistematis.

1.3 Metode MengajarBaik buruknya suatu metode pembelajaran sangat tergantung kecakapan guru dalam memilih dan menggunakan metode tersebut (Pasaribu dan Simanjuntak, 1983 : 15). Pengguna metode memberi warna dan nilai pada metode yang digunakan. Penggunaan metode yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Bagaimanapun sempurnanya kurikulum, betapapun lengkapnya sarana dan prasarana semuanya itu perlu didukung oleh peranan guru selaku ujung tombak pembaharuan pendidikan. Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa keunggulan pembelajaran di Jepang terutama disebabkan oleh peranan guru yang mampu memilih strategi pengajaran yang efektif termasuk di dalamnya memilih metode pengajaran (Aleks Masyunis, 2000 : 7).Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang berada di bawah kontrol guru. Oleh karena itu gurulah yang harus mempersiap-kan penerapan suatu metode pada pembelajaran suatu konsep. Seorang guru yang sering mengikuti seminar atau sering sharing antar sesama guru bidang studi akan memperoleh banyak tambahan pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran yang baru dikembangkan dalam dunia pendidikan. Sebelum merencanakan untuk menerapkan metode baru, guru sebaiknya me-mikirkan kesesuaiannya dengan materi yang akan diajarkan, termasuk kelancaran penerapannya dengan meninjau alokasi waktu yang tersedia dan sarana prasarana pendukung yang ada. Jangan sampai ketika menerapkan metode baru melebihi waktu yang tersedia atau ada peralatan yang ternyata tidak dapat terpenuhi, karena semua ini akan berakibat pada kegagalan penerapan metode tersebut. Padahal tujuan penerapan metode adalah untuk membantu pemahaman siswa, bukan sebaliknya membingungkan siswa. Perlu diingat bahwa meskipun ceramah merupakan metode konvensional, bukan berarti bahwa ceramah harus ditinggalkan, karena beberapa penelitian menun-jukkan metode ceramah masih relevan digunakan untuk mengajarkan materi yang bersifat teoretis. Hanya saja dalam penggunaannya, metode ceramah perlu dikombinasi dengan metode mengajar lainnya untuk menghilangkan kejenuhan siswa.

1.4 Media PembelajaranSecara umum media merupakan semua bentuk perantara yang dipakai oleh penyebar ide / gagasan sehingga sampai pada penerima. Menurut Briggs (Arief S, Sadiman. dkk., 1996 : 6) media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Penggunaan media dalam pendidikan terutama dimaksudkan untuk mempertinggi kualitas kegiatan pembelajaran.

Secara konvensional bentuk alat bantu apapun yang digunakan guru sebagai bahan sumber belajar termasuk dalam katagori media. Guru sebagai sumber utama yang memberikan stimulus kepada siswa untuk belajar, diharapkan tidak hanya memberikan bahan ajar dengan membaca tanpa diselingi penggunaan alat bantu pembelajaran (Nasution, 1987 : 194). Hal ini sesuai dengan pendapat Edgar bahwa pengalaman belajar manusia itu 75% diperoleh melalui indera penglihatan, 13% melalui indera pendengaran dan 12 % melalui indera lainnya. Pendapat ini memberikan arti bahwa pembelajaran dengan media selain dapat menarik perhatian siswa sekaligus siswa memperoleh pengalaman belajar melalui indera penglihatan.

1.5 EvaluasiSecara umum evaluasi ada dua macam, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses bertujuan menilai sejauhmana pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, sedangkan evaluasi hasil bertujuan menilai apakah hasil belajar yang dicapai siswa sesuai dengan tujuan (Mohamad Ali, 1985 : 126). Ditinjau dari tujuannya itulah, maka evaluasi wajib dilaku-kan bila kita ingin mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran yang sedang atau telah dilaksanakan. Oleh karena evaluasi dilakukan sebagai umpan balik keberhasilan pembelajaran, maka dalam menyiapkan dan merencanakan evaluasi harus benar-benar sejalan dengan tujuan yang akan dicapai. Semakin sering guru melakukan evaluasi semakin banyak umpan balik yang diperoleh guru sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Berdasarkan Kurikulum 2004, guru diharapkan melakukan evaluasi tidak hanya pada aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor. Penilaian afektif memberikan bahan renungan dan pemikiran bagi guru dalam menstimulus afektif siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Sebagai contoh, bila guru menilai sikap atau minat siswa dan ternyata hasilnya rendah, berarti guru perlu memberikan stimulus agar sikap atau minat siswa menjadi tinggi. Dengan sikap atau minat yang tinggi diharapkan prestasi belajarnya juga ikut meningkat.

Bidang studi yang berkaitan dengan Sains (kimia, biologi, fisika) sangat memerlukan penilaian aspek psikomotor, karena selain siswa memahami suatu produk ilmiah (konsep, prinsip, teori, hukum) pembelajaran Sains sangat perlu diberi keteram-pilan berpraktikum sebagai bentuk kegiatan penemuan / pembuktian konsep. Bentuk penilaian aspek psikomotor sangat tergantung pada konsep yang dipraktikumkan, sehingga bila guru ingin melakukan penilaian diperlukan persiapan dan perencanaan. Baik penilaian kognitif, afektif maupun psikomotor bentuk dan kriteria yang dinilai perlu divariasi, agar keseluruhan kemampuan yang dimiliki siswa dapat tercakup di dalamnya, sehingga guru memperoleh informasi kemampuan siswa secara utuh.

Bila kita perhatikan, lima komponen yang harus disiapkan tersebut sebenarnya saling berhubungan satu dengan yang lain, artinya dalam mempersiapkan tujuan kita harus melihat 4 komponen lainnya, dan seterusnya. Dengan demikian harus ada suatu format yang dapat mengcover kelima komponen itu agar menjadi satu kesatuan yag mudah digunakan guru sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. Format yang dimaksud adalah format Satuan Pelajaran dan Rencana Pembelajaran.

2. Satuan Pelajaran Dan Rencana Pembelajaran

Satuan pelajaran biasa disingkat SP, atau ada yang menyebut Satpel, SAP (Satuan Acara Pelajaran). Apapun namanya tidak jadi masalah, yang penting pengertiannya sama. Menurut Slameto (1995 : 93), guru akan dapat mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan perencanaan yang matang, maka pembelajaran akan berjalan lebih mantap dan sistematis. Perencanaan sebelum mengajar dapat memunculkan banyak inisiatif dan daya kreatif guru, sehingga meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa.

SP merupakan salah satu bentuk perencanaan pembelajaran yang berisi garis besar pembelajaran yang akan dilakukan untuk satu konsep. Berdasarkan SP ini guru merencanakan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, batasan kedalaman dan keluasan materi, metode yang akan diterapkan, media yang akan digunakan, jenis evaluasi yang akan digunakan, dan sumber bahan ajar. Selain itu melalui SP guru dapat menyesuaikan antara kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan alokasi waktu yang tersedia, memilah materi yang esensial untuk diberikan kepada siswa, me-rancang evaluasi agar sesuai dengan tujuan dan materi ajar.

Setelah menyusun SP yang berupa rancangan kegiatan pembelajaran secara garis besar, maka perlu dibuat format lain yang operasional, yaitu berupa Rencana Pembelajaran (RP). Jadi, RP merupakan penjabaran dari SP. Bila SP dibuat untuk 1 SP yang mewakili 1 konsep, maka RP dibuat untuk satu kali pertemuan / tatap muka (Moh. Uzer Usman, 1995 : 61). Untuk konsep yang cakupannya sempit dan tidak menuntut kedalaman pemahaman, maka bisa saja 1 SP hanya dijabarkan menjadi 1 RPP. Dengan kata lain, banyaknya RPP sangat tergantung pada keluasan materi, kedalaman materi yang ingin dicapai, dan alokasi waktu yang tersedia menurut kurikulum. Namun pada Kurikulum 2004, alokasi waktu diserahkan kepada guru, artinya bila guru menginginkan pengembangan materi yang lebih luas dan dalam bisa saja menggunakan waktu lebih banyak, tentunya dengan mengurangi alokasi waktu untuk konsep lainnya, sebab jumlah total jam pelajaran dalam 1 semester tetap. Berbeda dengan SP, RPP dibuat lebih terperinci dimana setiap langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran ditulis secara lengkap dan jelas, termasuk uraian materi pokok yang akan disampaikan dan butir evaluasi yang akan digunakan tercantum di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa RPP merupakan skenario pembelajaran yang menjadi pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran.

3. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Guru Sebelum Mengajar Sebelum mengajar, seorang guru perlu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kelancaran pembelajaran yang akan dilaksanakan. Namun sebelum mempersiapkan, banyak hal yang harus diketahui guru agar persiapan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan situasi dan kondisi yang akan dihadapi, baik yang menyangkut kondisi siswa, sarana prasarana sekolah, keadaan kelas, lingkungan sekolah, dan lain-lain. 3.1 Kondisi SiswaInformasi tentang kondisi siswa sangat diperlukan guru, karena bagaimanapun yang menjadi objek sekaligus subjek belajar adalah siswa. Hal ini berarti sebelum mengajar guru harus mengetahui terlebih dahulu tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kondisi siswa, agar perencanaan yang disusun benar-benar tepat sasaran. Beberapa kondisi siswa yang harus diketahui guru sebagai entering behavior (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1997 : 12-13) antara lain : a. tingkat kecerdasan (IQ)

b. tingkat kematangan (maturation)

c. tingkat penguasaan (mastery)

d. tingkat kecerdasan emosional (EQ)

e. motivasi dan minat belajar

f. latar belakang sosial-ekonomi

g. konsep diri

h. sikap

3.2 Sarana Prasarana SekolahInformasi tentang apa saja sarana prasarana yang tersedia di sekolah tempat kita mengajar sangat penting diketahui, agar bila guru ingin menerapkan suatu metode atau ingin menggunakan media, atau memberikan tugas kepada siswa dapat menyesu aikan dengan kondisi sarana prasarana yang tersedia. Jangan sampai guru memberi-kan tugas kepada siswanya untuk kaji pustaka, tetapi ternyata perpustakaan yang tersedia tidak memiliki buku yang harus dikaji. Sebenarnya dengan diberlakukannya Kurikulum 2004 diharapkan guru mampu menciptakan berbagai sumber belajar sederhana yang dapat diperoleh dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Namun tidak semua guru mampu dan mau untuk memi-kirkan, karena menciptakan sesuatu yang baru yang dapat menjadi sumber belajar bukan pekerjaan yang mudah, tetapi guru dituntut untuk banyak menggali kemampuan diri atau mengembangkan profesionalismenya. Mungkin dengan sharing sesama teman yang satu bidang studi, atau banyak membaca buku dan membuka internet mereka dapat menemukannya. Kurikulum 2004 memang berharap agar guru mampu mengikuti perkembangan IPTEK, sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelaja-ran yang lebih baik.3.3 Keadaan KelasKeadaan kelas yang dimaksud meliputi jumlah siswa dalam kelas dan fasilitas yang ada dalam kelas, seperti papan tulis, meja, kursi, ventilasi, dan lain-lain. Mengapa keadaan kelas juga perlu diketahui guru sebelum mengajar ? Keadaan kelas sangat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa.

Salah satu cara mengatasi keadaan seperti itu mungkin guru merencanakan pembelajaran yang banyak mengajak siswa beraktivitas di luar kelas. Suasana yang berbeda akan dapat menarik perhatian siswa. Dapat pula pembelajaran tetap di kelas, tetapi siswa sering diajak belajar sambil bermain, atau ceramah diselingi humor yang dapat menghidupkan suasana, sehingga siswa lupa dengan kepenatan di kelas.

3.4 Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah di sini tidak terbatas pada keadaan halaman, lapangan, atau taman yang ada di sekolah, tetapi juga mencakup bagaimana interaksi siswa dengan guru, Kepala Sekolah, karyawan, maupun siswa dengan siswa lainnya. Mengenai lingkungan yang berkaitan dengan keindahan, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa meskipun tidak secara langsung. Hal ini karena halaman yang asri, taman yang indah dilihat mata akan memberikan dampak positif kepada siswa, setidaknya mereka menjadi betah di sekolah. Hubungan antar sesama insan yang berada di sekolah sangat membantu kenyamanan siswa di sekolah. Informasi mengenai siapa siswa yang mudah atau sulit bergaul sangat diperlukan guru ketika mereka mengalami masalah. 4. Apa Yang Harus Dilakukan Guru Pada Saat Mengajar?4.1 Membuka pelajaranSaat masuk ke dalam kelas untuk mengajar, hal pertama yang akan dilakukan oleh guru adalah membuka pembelajaran. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk ini, akan tetapi pada dasarnya semua macam cara tersebut seyogyanya harus memuat beberapa hal, yaitu; (1) memberikan apersepsi dan memotivasi siswa; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Adalah hal yang sangat buruk apabila guru dalam melakukan proses interaksi belajar-mengajar melupakan kedua hal yang sangat penting ini. Apabila siswa tidak diberikan apersepsi maka tentu saja mereka akan sulit untuk mengaitkan apa yang akan mereka pelajari dengan apa yang telah mereka kuasai dan pelajari sebelumnya. Motivasi belajar sendiri merupakan hal yang sangat penting untuk mereka miliki saat proses pembelajaran berlangsung. Tidak akan ada siswa yang melakukan interaksi positif dalam belajar apabila mereka tidak memiliki motivasi belajar. Motivasi ibarat sebuah mesin pendorong yang akan membantu siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan perasaan enjoy dan senang tanpa beban. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat disampaikan pada saat interaksi proses pembelajaran oleh guru dengan beragam cara, yang penting, siswa mengetahui apa yang akan mereka harus kuasai setelah mengikuti sebuah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dan upaya belajar mereka akan menjadi terarah untuk mencapainya.

4.2 Menyajikan materi pembelajaranBanyak guru-guru kita yang bagus sekali dalam menyajikan materi pelajaran. Mereka menggunakan beragam cara, media, dan alat, bahkan hanya dengan berceramah saja. Keterampilan menyajikan pembelajaran secara baik oleh guru akan dikuasai dengan baik bersama pengalaman mengajar yang cukup. Akan tetapi, jam terbang bukanlah hal yang menjadi keharusan karena kemampuan menyajikan materi pembelajaran dalam interaksi proses belajar mengajar dapat dikuasai pula oleh guru-guru muda, asalkan mereka tetap peduli dan selalu berusaha memperbaiki bagaimana cara mereka mengajar dan menyajikan materi pembelajaran.4.3 Penggunaan metode/model/strategi/pendekatan yang efektifMengajar itu bukan pekerjaan yang sifatnya monoton. Jika anda guru, maka anda harus selalu menggunakan variasi-variasi metode, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran. Variasipun tidak sekedar digunakan begitu saja. Saat ini bersama kemajuan ilmu pengajaran (pedagogik), telah diciptakan beragam cara mengajar yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu dan diterapkan dalam situasi-situasi tertentu. Pelajarilah semua teorinya, dan latihkanlah penggunaannya di dalam kelas, maka niscaya anda akan segera menjadi guru yang melakukan interaksi positif dengan siswa anda dalam kegiatan pembelajaran.

4.4 Penggunaan media, alat, bahan, sumber belajarKemudahan selalu diberikan oleh kemajuan teknologi. Saat ini media pembelajaran menjadi hal yang lumrah digunakan. Kita bisa menggunakan beragam media yang sudah banyak terdapat di sekolah. Demikian pula alat, bahan, dan sumber belajar yang semakin dilengkapi oleh pemerintah. Nah, penggunaan semuanya ini secara sesuai akan menambah kualitas bagaimana guru berinteraksi secara positif dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

4.5 Penggunaan bahasa yang komunikatifBahasa adalah alat komunikasi. Bahasa yang dimaksud di sini bukan hanya bahasa secara lisan akan tetapi juga mencakup bahasa nonverbal, seperti gerak tubuh hingga mimik. Guru yang pandai berbahasa baik secara verbal (lisan) maupun nonlisan seperti isyarat gerak tubuh dan wajah tadi akan menjadi-sekaligus-guru yang variatif dan ekspresif. Secara lisan, kata-kata yang digunakan dalam berkomunikasi juga harus dipilih secara tepat sehingga akan terus dapat memotivasi dan memudahkan proses pembelajaran siswa. Dengan demikian, niscaya komunikasi akan menjadi lebih efektif.

4.6 Memotivasi siswaGuru yang efektif adalah guru mampu memotivasi siswanya yang tidak termotivasi, serta mampu memelihara motivasi yang siswa miliki untuk terus bertahan bahkan menjadi semakin kuat. Beragam cara dapat dilakukan untuk ini. Guru yang berpengalaman akan mampu menggunakan berbagai kesempatan yang ada saat proses interaksi berlangsung dalam pembelajaran untuk memotivasi siswanya dalam belajar.

4.7 Mengorganisasikan siswa/kelasKetika pertama-pertama masuk kelas dulu, saat saya baru menjadi guru saya ingat betul bahwa kelas saya tampak kacau balau. Saya seakan tidak punya wibawa di mata siswa-siswa saya sehingga mereka tampak tidak memperhatikan saya dan bicara bahkan berjalan-jalan seenaknya dan melakukan berbagai kegiatan di luar kegiatan belajar. Setelah saya mempelajari secara lebih mendalam bagaimana cara mengorganisasikan kelas saat proses pembelajaran berlangsung, dalam situasi atau kondisi bagaimanapun, sepertinya saya telah benar-benar menguasai kelas dan dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan interaksi positif antara seluruh komponen kelas. Saat anda berada di dalam kelas, anda harus mengatasi 20 sampai 35 orang siswa dengan beragam tingkah laku dan kegiatan. Anda harus mengawasi semuanya sekaligus sembari menyajikan pembelajaran. Itu tentu bukanlah hal yang mudah jika anda tidak berlatih bagaimana melakukan semuanya sekaligus untuk memperoleh hasil yang terbaik.4.8 Menyimpulkan pembelajaranSoal menyimpulkan pembelajaran, memang setahu saya sering agak kurang diperhatikan oleh guru-guru kita, padahal kegiatan ini merupakan salah kegiatan penting yang harus dilakukan saat melakukan interaksi dengan siswa. Kegiatan menyimpulkan pembelajaran dilakukan di menit-menit terakhir sebelum bel atau lonceng tanda waktu yang disediakan untuk mata pelajaran kita dibunyikan. Mungkin hal ini pulalah yang menjadi beberapa guru tidak sempat mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran. Kunci pertama sebelum kita dapat menyimpulkan pembelajaran dengan baik adalah ketersediaan waktu yang memadai. Biasanya diperlukan 10 menit sampai 15 menit untuk kegiatan di akhir pembelajaran ini agar siswa secara bersama-sama dapat menyimpulkan pembelajaran yang baru berlangsung. Setiap kesimpulan yang diambil apabila terkait konten mustinya harus dikembalikan (merujuk) kepada tujuan pembelajaran yang telah disampaikan di awal kegiatan pembelajaran.

4.9 Memberikan umpan balikSiapapun orang yang sedang belajar, demikian pula dengan siswa, memerlukan umpan balik dari orang yang lebih tahu (dalam hal ini guru) tentang pengetahuan atau keterampilan yang baru saja mereka pelajari, apakah sudah dikuasai dengan baik, sudah dipahami dengan benar, atau tidak. Mereka tidak akan mampu menilai dirinya apakah sudah melakukan sesuatu dengan tepat atau belum, sudah menguasai suatu konsep dengan benar atau masih keliru. Mereka membutuhkan umpan balik (feedback). Apabila apa yang mereka kuasai telah benar dan sempurna, mereka perlu mendapatkan umpan balik agar mereka mengulang kembali penguasaan mereka itu dengan cara yang sama. Sebaliknya, apabila mereka belum menguasai pengetahuan atau keterampilan dengan benar dan sempurna, maka mereka perlu diberi tahu pada bagian mana dari pengetahuan atau keterampilan itu yang belum mereka kuasai dengan baik dan bagaimana cara mmperbaikinya.

4.10 Melaksanakan penilaianSelama proses pembelajaran berlangsung, guru yang melakukan interaksi positif dengan siswa akan selalu melakukan penilaian. Penilaian ini dapat guru lakukan selama proses pembelajaran berlangsung ataupun di akhir sekuen atau unit pembelajaran. Hal ini diperlukan oleh guru untuk bahan masukan dalam memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa sendiri juga membutuhkan ini dalam kaitan introspeksi diri (penilaian diri) mengenai seberapa banyak atau seberapa jaub mereka telah belajar.

4.11 Menggunakan waktu secara efektif Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Semuanya mempunyai proporsi masing-masing, di mana alokasi waktu terbesar diberikan pada kegiatan inti. Kegitan-kegiatan pendahuluan, inti, dan akhirpun dapat dibagi-bagi lagi menjadi langkah-langkah atau sekuen-sekuen tertentu yang kesemuanya dapat disusun atau dirancang alokasi waktunya walaupun tidak secara presisi. Akan tetapi paling tidak, ketika guru melakukan interaksi pembelajaran sesungguhnya dengan siswa, semua perencanaan alokasi waktu yang disediakan dapat digunakan secara efektif. Ingat, waktu adalah salah satu sumber daya dalam pembelajaran di kelas yang ketersediaannya sangat terbatas. Jadi gunakan waktu selalu dengan baik sehingga interaksi pembelajaran menjadi efektif dan efisien.

5. Apa Yang Sudah Dilakukan Guru Dan Bagaimana Seharusnya (Harapan dan Kenyataan)5.1 Guru yang diharapkanKualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Pasal 39 ayat (2) Undang Undang Nomor 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu ; berfungsi untuk meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional; bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negar yang demokratis dan bertanggungjawab.Pasal 7 ayat (1) Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakn berdasarkan prinsip sebagai berikut :

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;

b. memiliki komitmen, untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia;

c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

d. memiliki kompetensi sesuai dengan bidang tugas;

e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas koprofesionalan ;

f. memperoleh penghasilan yang ditentukansesuai dengan prestasui kerja;

g. memiliki kesempatan untuk mmengembangkan koprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan;

i. memiliki organisasi profesi yang memiliki kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan guru.

Sedangkan pada pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal ini dijelaskan secara rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab VI pasal 28 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut :

(1).Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2). Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/sertifikatkeahlian yang relevan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

(3). Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:a. Kompetensi pedagogikb. Kompetensi kepribadianc. Kompetensi profesional,dand. Kompetensi sosial(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/ sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.(5) Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Menurut Abin Syamsudin (2003) seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :

1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan.

2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan.3. Transmitor (penerus) nilai-nilai tersebut kepada peserta didik.4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjilmaan dalam pribadi dan perilakunya dalam proses interaksi dengan sasaran didik.5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, dan Tuhan yang menciptakannya).Dalam penjelasan pasal demi pasal Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk pasal 28 ayat (3) disebutkan bahwa:

Yang dimaksud dengan kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang ditetapkan dalam Standar nasional Pendidikan

Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,dan masyarakat sekitar.

Pasal 14 ayat (1) Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan :

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak :

a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;

b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;

g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

j. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan /atau

k. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

5.2 Guru dalam kenyataan di lapanganGuru yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik ; dilindungi dengan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada kenyataannya belum sepenuhnya memiliki kualifikasi yang diharapkan dan/atau menikmati hak seperti yang tertulis dalam undang-undang.Sebagian besar guru di pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah belum berijazah setara diploma empat atau Sarjana. Mereka masih banyak yang berijazah diploma tiga, diploma dua, diploma satu, SPG atau KPG. Bahkan masih ada yang berijazah SMA atau SMEA namun mengikuti program tiga bulan pendidikan atau crashprogram.Dalam penguasaan kompetensi paedagogik , masih banyak guru yang mengajar asal-asalan, tanpa perencanaan tertulis dengan alasan sudah hafal materi dan cara mengajarnya; tanpa perencanaan evaluasi sehingga evaluasi diberikan ala kadarnya dan tidak terekam / terukur; program perbaikan dan pengayaan tidak dilaksanakan; pemahaman terhadap perkembangan kejiwaan siswa tidak dipahami.Dalam penguasaan kompetensi profesional, masih banyak guru yang tidak profesional dalam tugasnya ter bukti hasil ujian akhir sekolah berstandar nasional masih terdapat siswa yang tidak lulus, hal ini berarti guru kurang/ atau tidak mampu menguasai materi pembelajaran sehingga tidak mampu memberikan yang terbaik kepada siswanya.Dalam penguasaan kompetensi sosial, masih banyak guru yang tidak mampu berkomunikasi dengan siswa, rekan guru, atasan, dan masyarakat (orangtua siswa). Hal ini terbukti dengan adanya kasus pemukulan siswa oleh guru, kasus pemukulan guru oleh siswa , kasus perkelahian antara guru dengan sejawat dan atasannya, kasus perselisihan antara orangtua dengan guru masalah siswa. Dalam beberapa kasus sampai ke polisi dan pengadilan, namun ada beberapa kasus yang diselesaikan secara damai kekeluargaan.Dalam penguasaan kompetensi kepribadian, masih banyak guru yang belum mampu bersikap layaknya guru yang harus menjadi panutan dan teladan, bersikap bijaksana, berakhlak mulia, arif dan dewasa. Hal ini terbukti dengan adanya kasus asuaila yang dilakukan oleh guru baik terhadap siswa ataupun dengan sesama orang dewasa ; yang dipublikasikan oleh media masa ataupun tidak dipublikasikan karena diselesaikan secara kekeluargaan/damai.Dalam hal memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum, ternyata masih banyak guru yang belum memperoleh haknya secara layak. Hal ini dapat dilihat dari kesejahteraan para guru wiyata bhakti, guru honorer daerah (guru Honda), guru tidak tetap, guru latihan kerja dan lain-lain istilah yang sekarang ada. Dengan gaji empat ratus lima puluh ribu sebulan yang diterimakan tiga bulan sekali , sangat jauh di bawah kebutuhan hidup minimum yang diharapkan undang-undang. Dalam hal ikut menentukan dan mengevaluasi siswa, hak guru dipasung dengan adanya ujian akhir sekolah berstandar nasional dan ujian yang pengadaan naskah soalnya dipusatkan di tingkat kabupaten/kota, tingkat kecamatan, atau tingkat gugus sekolah.Dalam hal ikut menentukan kebijakan pendidikan, hak guru tersebut dikebiri dengan droping perangkat kurikulum dan administrasi kelas tanpa pernah diajak bicara apa yang dibutuhkan oleh masing-masing sekolah, bagaimana sebaiknya sekolah dikelola, apa yang dibutuhkan siswa dalam perkembangan intelektualnya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal-hal seperti itulah yang terjadi di lapangan di lingkup pendidikan nasional kita.Masih banyak ketimpangan di masyarakat seputar penyelenggaraan pendidikan yang belum terungkap atau diketahui secara umum, namun dengan adanya undang-undang dan peraturan pemerintah tentang pendidikan umumnya dan tentang guru dan dosen pada khususnya dapat menjembatani kesenjangan antara harapan dan kenyataan di lapangan.Dari beberapa hal yang disebutkan di atas, kita tidak menutup mata bahwa memang ada guru yang benar-benar belum sesuai dengan kriteria harapan pemerintah yang dijabarkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah. 6. Manfaat Dari Pembelajaran Teaching Kwn

6.1 Latar belakangGuru atau pendidik yang baik adalah, mereka yang berhasil membawa peserta didik mencapai tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam suatu pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu pembelajaran, tentunya dibutuhkan seorang guru profesional yang betul-betul memahami tentang bagaimana melaksanakan suatu pembelajaran dengan baik, serta memiliki ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik sebelum melaksankan tugas sebagai seorang pendidik atau guru.Keprofesionalisme seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan serta pengalaman belajar. Pelatihan dan pengalaman itu sendiri dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti pembelajaran (teaching). Khusunya pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pembelajaran Teaching PKn memiliki tujuan untuk membekali para calon pendidik (guru) agar memiliki beberapa keterampilan dasar dalam mengajar, serta dapat mendalami makna dan strategi yang akan digunakan pada suatu proses pembelajaran. Tenaga pendidik (guru) tentunya harus terus berlatih keterampilan tersebut satu demi satu.

Oleh karena itu, pembelajaran teaching PKn sangat dibutuhkan oleh seorang calon tenaga pendidik (guru) dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para calon pendidik sekalius dapat menjadi pengamat bagi teman sesama calon pendidik, untuk saling memberikan koreksi dan masukan mengenai penguasaan keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.

6.2 Manfaat Pembelajaran Teaching Pkn

PENUTUPTidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan seorang guru memang berat, tetapi bila semua dijalani dengan senang hati dan keikhlasan akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Salah satu tugas berat guru adalah mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan yang di dalamnya termasuk menyusun perencanaan pembelajaran dalam bentuk SP dan RP. Baik SP maupun RP akan terlaksana dengan baik dan mantap bila penyusunannya didasarkan pada pertimbangan berbagai hal yang berkaitan dengan kelancaran pelaksanaannya, seperti kondisi siswa, sarana prasarana, keadaan kelas, lingkungan sekolah, dan lain-lain. Selain itu SP dan RP harus mampu mempersatukan tujuan, materi ajar, metode, media, dan evaluasi dalam satu kesatuan yang kompak dan utuh, saling berkaitan secara sistematis. Dengan demikian ketika pembelajaran mengalami kegagalan guru dengan mudah dapat menelusuri penyebab dan kemudian memecahkannya. DAFTAR PUSTAKA

Aleks Masyunis. (2000). Strategi Kualitas Pendidikan MIPA di LPTK. Makalah pada Seminar Nasional FMIPA UNY tanggal 22 Agustus 2000.

Arif S. Sadiman. (1996). Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

John. Latuheru. (1988). Media Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.Mohamad Ali. (1985). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru.

Moh. Uzer Usman. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1987). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.

Oemar Hamalik. (1994). Media Pendidikan. Jakarta : Alumni.

Pasaribu dan Simanjuntak. (1983). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

PAGE 20