KWN Task.doc

12

Transcript of KWN Task.doc

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan rempah-rempah dan juga memiliki banyak kepulauan. Tidak heran wilayah Indonesia pada zaman dahulu pernah dijajah oleh Bangsa lain, ini disebabkan karena wilayah Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam nya. Namun sayang sekali Indonesia belum memiliki Sumber Daya Manusia yang dapat mengelola kekayaan alam yang ada di Indonesia dengan baik, maksimal dan efisien.

Tercatat Indonesia memiliki 17.506 pulau-pulau yang menjadi batas langsung Indonesia dengan Negara tetangga. Berdasarkan hasil survey Base Point atau Titik Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL, untuk menetapkan batas wilayah dengan negara tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92 pulau terluar, sisanya ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantai. Dari 92 pulau terluar ini ada 12 pulau yang harus mendapatkan perhatian serius.Akibatnya wilayah perbatasan yang ada di Indonesia kurang diperhatikan, dan mungkin karena hal tersebut Negara-negara lain mulai berpikir untuk merebut perbatasan yang ada di Indonesia. Salah satu kasus yang akan penulis bahas didasari oleh kepedulian penulis terhadap isu wilayah yang mejadi perbatasan territorial Indonesia dengan Negara lain yang berbatasan langsung maupun tidak langsung. Yang salah satunya penulis ambil dari permasalahan batas wilayah territorial dengan Malaysia dalam kasus ambalat

BAB IIPERMASALAHAN

Sebuah Negara tidak akan pernah terlepas dari sebuah permasalahan, begitu juga dengan Negara Indonesia yang tidak pernah terlepas dari masalah. Contohnya permasalahan mengenai perbatasan dengan Negara Malaysia.Masalah sengketa mengenai Blok Ambalat ini dimulai ketika pada 16 Februari 2005 perusahaan minyak Malaysia Petronas memberikan konsesi bagi hasil kepada perusahaan minyak Belanda Shell untuk mengeksplorasi minyak di Laut Sulawesi, yang disebut oleh pihak-pihak itu sebagai blok Y dan Z. Sedangkan Indonesia, yang melihat wilayah tersebut sebagai bagian dari kedaulatan teritorialnya, menyebutnya sebagai Blok Ambalat dan Ambalat Timur.Klaim Indonesia atas wilayah tersebut ditunjukkan dengan adanya kebijakan pemerintah Indonesia sejak 1966 untuk memberikan konsesi minyak kepada berbagai perusahaan minyak di kawasan timur Kalimantan itu tanpa pernah diprotes oleh pihak Malaysia. Tapi, pada 1979, pemerintah Malaysia mengumumkan peta wilayah berdasarkan interpretasi sepihak yang memasukkan wilayah timur Kalimantan tersebut ke dalam wilayah kedaulatan Malaysia. Ketika itu, peta buatan Malaysia ini diprotes oleh beberapa negara, seperti RRC, Filipina, Thailand, Inggris (mengatas namakan Brunei Darussalam), dan Indonesia,tapi tidak mendapatkan tanggapan dari pihak Malaysia hingga saat ini.Indonesia, yang merasa batas-batas wilayahnya tidak berubah, menegaskan klaim teritorialnya dengan memberikan konsesi selama 30 tahun kepada dua perusahaan minyak Italia, ENI Ambalat Ltd. dan ENI Bukat Ltd., untuk mengeksplorasi minyak di wilayah tersebut dan juga kepada perusahaan AS Unocal untuk melakukan pengeboran sejak 24 Februari 1998. Salah satu jenis konflik yang sebenarnya paling primitif dalam peradaban manusia adalah konflik yang muncul karena adanya kompetisi untuk memperebutkan sumber daya yang vital dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, yang dikenal dengan terminologi "konflik energi" (Michael T. Klare, Foreign Affairs, 80/3, Mei/Juni 2001). Menurut Klare, setidaknya ada tiga jenis konflik energi yang telah berlangsung, yaitu kompetisi untuk memperoleh akses atas sumber daya utama seperti minyak dan gas bumi, friksi atas alokasi air, dan perang internal untuk memperebutkan komoditas yang bernilai tinggi seperti berlian, emas, dan tembaga.

Dari uraian permasalahan diatas, terdapat beberapa masalah yang penulis bahas yaitu :

1. Mengapa Ambalat Menjadi Perebutan Indonesia dan Malaysia

2. Apa Peranan Mahasiswa teknik elektro dalam menghadapi konflik territorial Negara

BAB III

PEMBAHASAN

A. Mengapa Ambalat Menjadi Rebutan ?Mengapa Ambalat jadi rebutan? Blok Ambalat dengan luas 15.235 kilometer persegi, ditengarai mengandung kandungan minyak dan gas yang dapat dimanfaatkan hingga 30 tahun. Bagi masyarakat perbatasan, Ambalat adalah asset berharga karena di sana diketahui memiliki deposit minyak dan gas yang cukup besar. Kelak, jika tiba waktunya minyak dan gas tersebut bisa dieksploitasi, rakyat di sana juga yang mendapatkan dampaknya. Ambalat memang menjadi wilayah yang disengketakan oleh Malaysia dan Indonesia. Bahkan, pada 2005 sempat terjadi ketegangan di wilayah itu karena Angkatan Laut Indonesia dan Malaysia sama-sama dalam keadaan siap tempur.

Ahli geologi memperkirakan minyak dan gas yang terkandung di Ambalat ini mencapai Rp 4.200 triliun. Pemerintah melihat potensi ini. Dua perusahaan perminyakan raksasa diizinkan beroperasi di perairan Ambalat yang terbagi dalam tiga blok, yaitu East Ambalat, Ambalat, dan Bougainvillea, itu. Yaitu Eni Sp. A dan Chevron Pacific Indonesia.

B. Peranan Mahasiswa Bidang Teknik Elektro dalam menghadapi Isu Perbatasan Wilayah Teritorial Negara

Dalam menyikapi isu teritorial ini sebagai warga Indonesia, seharusnya kita kemabali ke nilai Pancasila sila ke 3 dan 5 yaitu persatuan Indonesia, dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dimana perilaku seperti Malaysia yang ingin mengekspansi wilayahnya secara diam diam dan mengklaim wilayah Indonesia merupakan teritori mereka dan ingin mengambil kekayaan alam yang ada disana sangat mengancam persatuan Indonesia. Perilaku seperti itu secara tidak langsung meninggalkan warga Indonesia dalam ketidakadilan, karena bagaimapun juga wilayah seperti Ambalat merupakan Teritorial laut Indonesia, dan sepatutnya kita mempertahankan wilayah NKRI tersebut.

Pemerintah harus lebih tegas dalam menentukan batas batas wilayah Indonesia , hubungan Diplomasi kedua negara pun harus diperkuat lagi untuk mencegah konflik yang berujung kebencian yang berlarut-larut atau jika dengan cara diplomasi sudah tidak bisa dilakukan cara yang lain adalah dengan cara konfrontasi langsung.Pertanyaannya sekarang, di antara dua pilihan tersebut, mana yang lebih tepat dilakukan oleh kedua negara? Penyelesaian melalui jalur diplomasi, tampaknya, akan lebih elegan dalam masa sekarang ini dibandingkan dengan melaui jalur konfrontasi bersenjata.

Mengingat zaman telah berubah dan hubungan antarbangsa telah berkembang menuju hubungan yang lebih mengedepankan penghargaan pada martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, perang yang ganas dan keji tidak lagi menjadi pilihan populer sebagai resolusi konflik antarbangsa

Penyelesaian sengketa wilayah Ambalat melalui konfrontasi bersenjata akan merugikan kedua belah pihak, yang tidak saja secara politik sebagai akibat langsung konfrontasi, tetapi juga di bidang ekonomi dan sosial. Secara politik, citra kedua negara akan tercoreng, paling tidak, di antara negara-negara anggota ASEAN. Kedua negara termasuk pelopor berdirinya ASEAN, di mana ASEAN didirikan sebagai sarana resolusi konflik, maka cara-cara penyelesaian konflik yang konfrontatif dapat menjatuhkan citra mereka di ASEAN.

Dalam bidang ekonomi, kedua negara akan mengalami kerugian. Kedua belah pihak akan meningkatkan anggarannya untuk biaya berperang, sedangkan biaya itu bisa dialihkan kepada sektor lain. Belum lagi masalah TKI, yang kedua belah pihak sangat berkepentingan. Bagi Indonesia, TKI adalah remittance yang menjadi sumber devisa, sementara ekonomi Malaysia juga bergantung kepada keberadaan TKI. Perputaran ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan yang saling bergantung juga perlu dipertimbangkan.

Untuk Menyikapi hal seperti ini, kita sebagai Mahasiwa Teknik Elektro dapat berkontribusi lebih baik dalam menghadapi konflik seperti ini. Dengan kemampuan yang kita miliki sebagai sarjana Teknik khususnya elektro, kita dapat membuat suatu sistem pemetaan dengan memanfaatkan Citra satelit untuk lebih memperjelas batas batas wilayah republik Indonesia dan untuk mengamankan wilayah yang menjadi perbatasan, dengan sistem Radar kita dapat memantau apapun yang terjadi di wilayah tersebut setiap saat, setiap waktu tanpa harus berada di lokasi tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita dapat mengembangkan pesawat tanpa awak (drone) berbasi militer yang selalu siap siaga di lokasi perbatasan wilayah perairan atau darat Indonesia untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan.

REFERENSIhttp://ramliberbagiilmu.blogspot.com/2012/04/upaya-dalam-menjaga-keutuhan-nkri.html (Diakses 15 April 2015, 17.45)

http://nurii-thaa.blogspot.com/2013/06/upaya-mempertahankan-keutuhan-negara.html (Diakses 15 April 2015, 18.00)

Sengketa Ambalat: Ruth Apriyana Tri Ayu, Universitas Gunadarma, 2007