KUSTA

60
KUSTA Oleh: dr. Retno Werdiningsih. SpKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Transcript of KUSTA

Page 1: KUSTA

KUSTA

Oleh:dr. Retno Werdiningsih. SpKKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Page 2: KUSTA

Definisi:

Penyakit menular yang menahun Primer menyerang saraf tepi dan sekunder

menyerang sistem RES, kulit, testis dan organ lain

Menyebabkan kecacatan dan dampak psikososial

Page 3: KUSTA

Etiology:

Mycobacterium leprae(M.leprae) Basil tahan asam, batang, ukuran 1-8 µ Hidup dalam sel, terutama jaringan suhu

dingin Tidak dapat dikultur dalam media buatan

Page 4: KUSTA

Patogenesa:

Basil kusta →masuk tubuh→sel schwan pada syaraf tepi→pecah → menyebar ke sel schwan dan kulit

Reaksi imun seluler berperan dalam menentukan tie penyakit

Page 5: KUSTA

Gambaran klinis:

Kelainan kulit: Makula anastesi(panas/dingin;nyeri;raba) Nodule , ichtyosis Ulkus (malperforan du pied) madarosis

Page 6: KUSTA

BENTUK KUSTA

Page 7: KUSTA

Kelainan urat syaraf tepi: Penebalan syaraf tepi: N auricularis magnus

N ulnaris

N pereneous lateralis

N cutaneous radialis Neuritis

Page 8: KUSTA
Page 9: KUSTA
Page 10: KUSTA

Kelainan organ lain: Penebalan cuping telinga Facies leonina Saddle nose Orchitis Claw hand, drop hand, drop foot, mutilasi dll

Page 11: KUSTA
Page 12: KUSTA

Klasifikasi

Untuk mempermudah pelaporan dan pengobatan,

secara klinis dibagi 2 tipe :

Pausibasilar(PB)

Multibasilar(MB)

Page 13: KUSTA

Perbedaan tipe PB dan MB

1. Lesi kulit PB MB(makula datar,papul, 1-5 lesi > 5 lesi

Nodus) hipopigmentasierytema

distribusi asimetrissimetris

hilangnya sensasi jelas tidak jelas

Kerusakan syaraf hanya satu cabang syaraf banyak

Page 14: KUSTA

Tipe Tuberkuloid(PB)- terdapat pada individu dengan reaksi

imunitas seluler baik- Makula batas jelas, asymetris, anastesi jelas- Bakteriologis negatif- Pemeriksaan histopatologi terdapat granuloma

dengan struktur tuberkuloid(sel sel epiteloid mengelilingi sel datia dengan banyak sel limfosit disekitarnya

Page 15: KUSTA

Tipe leromatosa- individu dg imunitas seluler rendah- lesi kulit bermacam macam, simetris, batas

kurang jelas, infiltrasi difus- hipoestesi- kasus berat terjadi glove and stocking

anastesia- bakteriologi: kuman globi,klups

Page 16: KUSTA

Keperluan riset: Klasifikasi Ridley Jopling , membagi jenis

penderita menurut derajad imunitas selulernya - tipe TT(tuberkuloid polar)

- tipe BT(boderline tuberkuloid)- tipe BB(midborderline)- tipe BL(borderline lepromatous)- tpe lepromatosa(LL)

Page 17: KUSTA

Tipe indeterminate

- satu/dua makula hipopigmentasi

- belum didapatkan gejala lain

- setelah bertahun tahun dapat berubah bentuk

ke tipe lain

Page 18: KUSTA

Diagnosa:

Didasarkan pada penemuan tanda kardinal yi: Bercak kulit mati rasa (mati rasa total atau sebagian) Penebalan syaraf tepi Dapat disertai nyeri dan gangguan fungsi syaraf

yang terkena:- gangguan fungsi sensoris:mati rasa- gangguan fungsi motoris: paresa atau paralisa- gangguan fungsi otonom:kulit kering,retak,edema

Ditemukan basil tahan asam(BTA)Bahan pemeriksaan dari cuping telinga/lesi kulit

Page 19: KUSTA

Pemeriksaan penderita

Anamnesis- keluhan penderita- riwayat kontak dengan penderita- latar belakang sosio ekonomi

Inspeksi dengan penerangan yang baik

Page 20: KUSTA

Palpasi:- kelainan kulit,nodus,infiltrat,ulkus - kelainan syaraf Cara:- Bandingkan syaraf bagian kiri dan kanan- membesar atau tidak- perabaan keras atau kenyal- nyeri atau tidak

Page 21: KUSTA

Tes fungsi syarafMenggunakan kapas,jarum,tes tabung hangat dan dingin.

Pemeriksaan komplikasi- mata, hidung,laring,testis- kerusakan syaraf sensoris, motoris dan otonom

Pemeriksaan bakterioskopik

Page 22: KUSTA
Page 23: KUSTA
Page 24: KUSTA

Pemeriksaan bakterioskopik

Bahan kerokan kulit, mukosa hidung dan cuping telinga

Pewarnaan dengan ziehl nieelsen(BTA) Bakterioskopik negatif bukan berarti orang

tersebut tidak mengandung M.leprae Kepadatan BTA tanpa membedakan solid

dan nonsolid dinyatakan dengan Bakterial Indeks(BI) dengan nilai 0 sampai 6+

Page 25: KUSTA

Pengambilan sampel untuk pemeriksaan BTA

Page 26: KUSTA

BI 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lp BI 1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP BI 2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP BI 3+ bila 1-10 BTA dalam 1 LP BI 4+ bila 11-100 BTA rata rata dalam 1 LP BI 5+ bila 101-1000 BTA/LP BI 6+ bila > 1000 BTA dalam 1 LPBI seseorang adalah BI rata rata semua lesi yang

dibuat sediaan

Page 27: KUSTA
Page 28: KUSTA

Indeks Morfologi:

prosentase bentuk solid dibandingkan dengan jumlah solid dan nonsolid

Rumus: jumlah solid

Ҳ 100% =.

jumlah solid+non solid

Page 29: KUSTA

Syarat perhitungan MI:

- jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA

- BI +1 tidak usah dibuat MI nya

Page 30: KUSTA

Pengobatan

Tujuan :

- memutus rantai penularan, insidens

penyakit↓

- mengobati dan menyembuhkan penderita

- mencegah timbulnya cacat

Page 31: KUSTA

Rejimen PB- Rifampicin 600 mg sebulan sekali supervised- ditambah dapson 100mg/hari selama 6 bulan

Rejimen MB- Rifampicin 600 mg sebulan sekali supervised- dapson 100 mg/hari + klofazimin 300 mg

sebulan sekali + klofazimin 50 mg/hari selama 12 bulan Dosis anak menyesuaikan

Page 32: KUSTA
Page 33: KUSTA
Page 34: KUSTA

Karakteristik obat:

Dapson(DDS):

- bakteriostatik, menghambat dihidrofolat

sintetase.

- murah, efektif, aman

- Efek samping:

erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia

Jarang terjad pada dosis lazim

Page 35: KUSTA

Rifampicin

- bakterisidal kuat, menghambat enzim

polimerase RNA

- Dosis tunggal 600 mg/hari mampu

membunuh 99,9% dalam waktu beberapa hari

- Efek samping: hepatotoksik, erupsi kulit, ggn

GIT

Page 36: KUSTA

Klofazimin:

- derivat zat warna iminofenazin, bakteriostatik

- cara kerja melalui gangguan metablisme

radikal oksigen & anti inflamasi

- menyebabkan pigmentasi kulit

Page 37: KUSTA

KOMPLIKASI

Dapat berupa: Komplikasi akibat reaksi Komplikasi akibat kerusakan syaraf Disebabkan karena penyebaran basil(invasi

masif kuman) Akibat relaps Komplikasi akibat imunitas menurun

Page 38: KUSTA

Faktor pencetus reaksi:

Setelah pengobatan antikusta yang intensif Infeksi rekuren Pembedahan Stress fisik Imunisasi Kehamilan Saat setelah melahirkan

Page 39: KUSTA

Macam reaksi:

Reaksi tipe 1(ok hipersensitivitas selular) Reaksi tipe 2(ok hipersensitivitas humoral) Fenomena lucio(merupakan bentuk reaksi

tipe 2 yang berat)

Page 40: KUSTA

Reaksi tipe 1

Episode inflamasi akut karena terjadi hipersensititas tipe lambat

Terjadi pada kusta borderline Berhubungan dengan upgrading atau downgrading Kadang disebut reaksi reversal Mempunyai gambaran yang mengenai kulit, syaraf Mempunyai gejala sistemik

Page 41: KUSTA

Reaksi tipe 2

Disebabkan karena pengendapan antigen antibodi kompleks

Terjadi pada kusta multibasiler Disebut juga erythema nodusum leprosum Mempunyai lesi mengenai kulit dan syaraf Ada gejala sistemik

Page 42: KUSTA

Penanganan reaksi kusta

Mengatasi neuritis untuk mencegah agar tidak berkelanjutan menjadi paralisis atau kontraktur

Membunuh kuman penyebab agar penyakit tidak meluas

Mengatasi rasa nyeri Secepatnya dilakukan tindakan agar tidak

terjadi kebutaan bila mengenai mata

Page 43: KUSTA

Prinsip pengobatan reaksi kusta

Pemberian obat anti reaksi Istirahat atau imobilisasi Analgetik,sedatif untuk mengatasi nyeri Obat antikusta diteruskan(bila tidak ada

kontraindikasi)

Page 44: KUSTA

CACAT KUSTA

Jenis cacat kusta: Kelompok cacat primer

cacat yang disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit, terutama akibat respons terhadap m leprae. - cacat pada fungsi syaraf sensorik(anastesi)- fungsi syaraf motorik(claw hand, dropfoot

lagophtalmus- infiltrasi kuman pada kulit,jaringan subkutan(fasies leonina,ektropion)- madarosis, alopesia(akibat kerusakan folikel rambut)- akibat infiltrasi pada tendon, tulang,testis dll

Page 45: KUSTA

Kelompok cacat sekunder

terjadi akibat cacat primer, terutama akibat

adanya kerusakan saraf sensorik, motorik, otonom:

- kontraktur, ulkus

- keratitis

Page 46: KUSTA

Pencegahan cacat pada kusta

Tujuan : Mencegah timbulnya cacat pada saat

diagnosis kusta ditegakkan dan diobati Mencegah agar cacat yang telah terjadi

jangan menjadi lebih berat Menjaga agar cacat yang telah baik tidak

kambuh lagi

Page 47: KUSTA

Upaya pencegahan cacat

Cacat primer: Diagnosis dini Pengobatan secara teratur dan adekuat Diagnosis dini dan penatalaksanaan neuritis,

termasuk silent neuritis Diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi

Page 48: KUSTA

Cacat sekunder: Perawatan diri sendiri untuk luka Perawatan mata, tangan dan kaki yang

anastesi/ mengalami kelumpuhan otot Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang

mengalami kelumpuhan agar tidak mengalami tekanan yang berlebihan

Page 49: KUSTA
Page 50: KUSTA
Page 51: KUSTA
Page 52: KUSTA
Page 53: KUSTA
Page 54: KUSTA

b

Page 55: KUSTA
Page 56: KUSTA
Page 57: KUSTA
Page 58: KUSTA
Page 59: KUSTA
Page 60: KUSTA

Terima kasih