kurikulum-smk
-
Upload
lucky-rahmat-zaelani -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
description
Transcript of kurikulum-smk
-
1
KURIKULUM PENDIDIKAN SMK
(SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)
Definisi Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari kata "Curriculum" yang mempunyai arti "a course of
study in school or university", istilah kurikulum ini pada mulanya dipakai oleh bangsa
Yunani di lapangan atlantik dengan pengertian "jarak yang ditempuh". Sedangkan
menurut pandangan lama (tradisional) kurikulum kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari oleh peserta didik.
Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana
tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu
pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang
dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis
itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang
mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna
bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus
dimiliki peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta
didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam
bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan
kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan
yangdigunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.
Guru merupakan pendidik profesional, yang mana secara implisit ia telah merelakan
dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan. dipundak orang tua. Para
orangtua tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian
tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru, tentunya orang tua mengharapkan agar
anaknya akan menemukan guru yang baik, berkompetensi dan berkualitas. Fungsi
kurikulum bagi guru atau pendidik adalah Pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisir pengalaman belajar para anak didik. Pedoman untuk mengadakan evaluasi
terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang
diberikan. Sedangkan bagi anak didiknya keberadaan kurikulum sebagai organisasi
belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik, anak didik diharapkan dapat
dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal
hidupnya nanti.
-
2
Proses Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum berikut ini adalah model yang biasanya digunakan
dalam banyak proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini kurikulum lebih
banyak mengambil posisi pertama yaitu sebagai rencana dan kegiatan. Ide yang
dikembangkan pada langkah awal lebih banyak berfokus pada kualitas apa yang harus
dimiliki dalam belajar suatu disiplin ilmu, teknologi, agama, seni, dan sebagainya. Pada
fase pengembangan ide, permasalahan pendidikan hanya terbatas pada permasalahan
transfer dan transmisi. Masalah yang muncul di masyarakat atau ide tentang masyarakat
masa depan tidak menjadi kepedulian kurikulum. Kegiatan evaluasi diarahkan untuk
menemukan kelemahan kurikulum yang ada, model yang tersedia dan dianggap sesuai
untuk suatu kurikulum baru, dan diakhiri dengan melihat hasil kurikulum berdasarkan
tujuan yang terbatas.
Keseluruhan proses pengembangan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut:
Dalam proses pengembangan tersebut unsur-unsur luar seperti kebudayaan di mana suatu
lembaga pendidikan berada tidak pula mendapat perhatian. Konsep diversifikasi
kurikulum menempatkan konteks social-budaya seharusnya menjadi pertimbangan utama.
Sayangnya, karena sifat ilmu yang universal menyebabkan konteks social-budaya tersebut
terabaikan.
Struktur Kurikulum di SMK
Kompetensi Teknik Elektronika Industri
A. Dasar Kompetensi Kejuruan
1. Menerapkan dasar-dasar kelistrikan
2. Menerapkan dasar-dasar elektronika
3. Menerapkan dasar-dasar teknik digital
4. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3)
B. Kompetensi Kejuruan
1. Mengukur besaran-besaran listrik dalam rangkaian elektronika
2. Menerapkan konsep elektronika digital dan rangkaian elektronika komputer
3. Menerapkan sistem mikroprosesor
-
3
4. Menerapkan sistem mikrokontroller
5. Mengoperasikan sistem operasi komputer
6. Mengoperasian software aplikasi program dan gambar
7. Menggambar teknik elektronika menggunakan komputer
8. Mengoperasikan rangkaian elektronika terapan
9. Mengoperasikan power supply elektronika industri
10. Memahami komunikasi data sinyal digital antar peralatan elektronika
11. Merakit perangkat keras komputer
12. Memprogram peralatan sistem pengendali elektronik yang berkaitan akses I/O
berbantuan mikroprosesor dan mikrokontroller
13. Memprogram peralatan sistem pengendali elektronik yang berkaitan dengan I/O
berbantuan PLC dan komputer
14. Mengerjakan dasar-dasar pekerjaan bengkel elektronika
15. Melaksanakan pemeliharaan peralatan elektronika sistem pengendali elektronika
16. Merakit peralatan dan perangkat elektronik sistem pengendali elektronika
17. Melaksanakan pemeliharaan peralatan elektronik sistem otomasi elektronika
18. Merakit peralatan dan perangkat elektronik sistem otomasi elektronika
Posisi Kurikulum dalam Pendidikan
Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan Klein, 1989:15).
Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan di atas harus diakui ada kesan bahwa
kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah
memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana
tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian di atas memang pengertian yang
diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara administratif kurikulum harus terekam
secara tertulis.
Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan kependidikan
yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber dan
lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa
dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat
dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari interaksi tersebut.
-
4
Dalam posisi maka kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan
terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka
untuk setiap orang ataukah lembaga pendidikan khusus haruslah dapat
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga
pendidikan tersebut harus dapat memberikan "academic accountability" dan "legal
accountability" berupa kurikulum. Oleh karena itu jika ada yang ingin mengkaji dan
mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga
pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui
apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan
tersebut tidak bertentangan dengan hukum maka ia harus mempelajari dan mengkaji
kurikulum lembaga pendidikan tersebut.
Dalam pengertian "intrinsic" kependidikan maka kurikulum adalah jantung
pendidikan Artinya, semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah didasarkan
pada apa yang direncanakan kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang
dirancang berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum. Pengembangan potensi peserta didik
menjadi kualitas yang diharapkan adalah didasarkan pada kurikulum. Proses belajar yang
dialami peserta didik di kelas, di sekolah, dan di luar sekolah dikembangkan berdasarkan apa
yang direncanakan kurikulum. Kegiatan evaluasi untuk menentukan apakah kualitas yang
diharapkan sudah dimiliki oleh peserta didik dilakukan berdasarkan rencana yang
dicantumkan dalam kurikulum. Oleh karena itu kurikulum adalah dasar dan sekaligus
pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa kurikulum yang jelas apalagi jika tidak ada
kurikulum sama sekali maka kehidupan pendidikan di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan
tidak efektif dalam mengembangkan potensi peserta didik menjadi kualitas pribadi yang
maksimal.
Untuk menegakkan akuntabilitasnya maka kurikulum tiak boleh hanya membatasi diri
pada persoalan pendidikan dalam pandangan perenialisme atau esensialisme. Kedua
pandangan ini hanya akan membatasi kurikulum, dan pendidikan, dalam kepeduliaannya.
Kurikulum dan pendidikan melepaskan diri dari berbagai masalah social yang muncul, hidup,
dan berkembang di masyarakat. Kurikulum menyebabkan sekolah menjadi lembaga menara
gading yang tidak terjamah oleh keadaan masyarakat dan tidak berhubungan dengan
masyarakat. Situasi seperti ini tidak dapat dipertahankan dan kurikulum harus memperhatikan
tuntutan masyarakat dan rencana bangsa untuk kehidupan masa mendatang. Problema
-
5
masyarakat harus dianggap sebagai tuntutan, menjadi kepeduliaan dan masalah kurikulum.
Apakah kurikulum bersifat mengembangkan kualitas peserta didik yang diharapkan dapat
memperbaiki masalah dan tatangan masyarakat ataukah kurikulum merupakan upaya
pendidikan membangun masyarakat baru yang diinginkan bangsa menempatkan kurikulum
pada posisi yang berbeda.
Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Posisi pertama
adalah kurikulum adalah "construct" yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi
di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan.
Pengertian kurikulum berdasarkan pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme sangat
mendukung posisi pertama kurikulum ini. Kedua, adalah kurikulum berposisi sebagai
jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah social yang berkenaan dengan pendidikan.
Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi
progresivisme. Posisi ketiga adalah kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan
dimana kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan
pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.
Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan diterjemahkan dalam tujuan
pendidikan nasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan dan tujuan pendidikan lembaga
pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan besar pendidikan bangsa Indonesia
yang diharapkan tercapai melalui pendidikan dasar. Apabila pendidikan dasar Indonesia
adalah 9 tahun maka tujuan pendidikan nasional harus tercapai dalam masa pendidikan 9
tahun yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Tujuan di atas pendidikan dasar tidak mungkin
tercapai oleh setiap warganegara karena pendidikan tersebut, pendidikan menengah dan
tinggi, tidak diikuti oleh setiap warga bangsa. Oleh karena itu kualitas yang dihasilkannya
bukanlah kualitas yang harus dimiliki seluruh warga bangsa tetapi kualitas yang dimiliki
hanya oleh sebagian dari warga bangsa.
Jenjang Pendidikan Dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau program
Paket A dan Paket B. Setiap lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yang berbeda. SD/MI
memiliki tujuan yang tidak sama dengan SMP/MTs baik dalam pengertian ruang lingkup
kualitas mau pun dalam pengertian jenjang kualitas. Oleh karena itu maka kurikulum untuk
SD/MI berbeda dari kurikulum untuk SMP/MTs baik dalam pengertian dimensi kualitas mau
pun dalam pengertian jenjang kualitas yang harus dikembangkan pada diri peserta didik.
-
6
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36
ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan
iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan
nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;
dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Pasal ini
jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang
menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan
agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum
haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini
dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap
jenjang pendidikan (pasal 36 ayat (2).
Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam
bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk kehidupan
bangsa di masa depan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri,
reformasi dari system pemerintahan sentralistis ke system pemerintahan disentralisasi,
pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap dan tindakan demokratis, produktif,
toleran, cinta damai, semangat kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan
membaca, sikap senang dan kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup
sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan
menjadi tujuan setiap jenjang pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi
tujuan kurikulum.
Sayangnya, kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya
pada posisi sentral dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran
perenialisme dan esensialisme. Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi
dirinya dan hanya menjawab tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan
teknologi. Struktur kurikulum 2004 yang memberikan sks lebih besar pada mata pelajaran
matematika, sains (untuk lebih mendekatkan diri pada istilah yang dibenarkan oleh
pandangan esensialis), dan teknologi dengan mengorbankan Pengetahuan Sosial dan Ilmu
Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia dan daerah, serta bidang-bidang yang
-
7
dianggap kurang "penting". Alokasi waktu ini adalah "construct" para pengembang
kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap permasalahan yang ada.
Kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kurikulum 2004 gagal menjawab
keseluruhan spectrum permasalahan masyarakat. Kurikulum 2004 hanya menjawab sebagian
(kecil) dari permasalahan yang ada di masyarakat yaitu rendahnya penguasaan matematika
dan ilmu alamiah (sains) yang diindikasikan dalam tes seperti TIMMS atau tes seperti UAN.
Permasalahan lain yang terjadi di masyarakat dan dirumuskan dalam ketetapan formal seperti
undang-undang tidak menjadi perhatian kurikulum 2004. Tuntutan dunia kerja yang
seharusnya menjadi kepeduliaan besar dalam model kurikulum berbasis kompetensi tidak
muncul karena kompetensi yang digunakan kurikulum dikembangkan dari diisplin ilmu dan
bukan dari dunia kerja, masyarakat, bangsa atau pun kehidupan global.
Posisi kurikulum yang dikemukakan di atas barulah pada posisi kurikulum dalam
mengembangkan kehidupan social yang lebih baik. Posisi ketiga yaitu kurikulum merupakan
"construct" yang dikembangkan untuk membangun kehidupan masa depan sesuai dengan
bentuk dan karakteristik masyarakat yang diinginkan bangsa. Posisi ini bersifat konstruktif
dan antisipatif untuk mengembangkan kehidupan masa depan yang diinginkan. Dalam posisi
ketiga ini maka kurikulum seharusnya menjadi jantung pendidikan dalam membentuk
generasi baru dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi
dirinya memenuhi kualitas yang diperlukan bagi kehidupan masa mendatang.
Pertanyaan yang muncul adalah kualitas apa yang harus dimiliki semua manusia
Indonesia yang telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun? Ini adalah kualitas minimal dan
harus dimiliki seluruh anggota bangsa. Jika pasal 36 ayat (3) Undang-Undang nomor 20
tahun 2003 dijadikan dasar untuk mengidentifikasi kualitas minimal yang harus dimiliki
bangsa Indonesia maka kurikulum haus mengembangkannya. Jika mentalitas bangsa
Indonesia yang diinginkan adalah mentalitas baru yang religius, produktif, hemat, memiliki
rasa kebangsaan tinggi, mengenal lingkungan, gemar membaca, gemar berolahraga, cinta
seni, inovatif, kreatif, kritis, demokratis, cinta damai, cinta kebersihan, disiplin, kerja keras,
menghargai masa lalu, menguasai pemanfatan teknologi informasi dan sebagainya maka
kurikulum harus mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kualitas
tersebut sebagai kualitas dasar atau kualitas minimal bangsa yang menjadi tugas kurikulum
SD/MI dan SMP/MTs.
-
8
Jika masa depan ditandai oleh berbagai kualitas baru yang harus dimiliki peserta didik
yang menikmati jenjang pendidikan menengah maka adalah tugas kurikulum untuk
memberikan peluang kepada peserta didik mengembangkan potensi dirinya. Jika penguasaan
ilmu, teknologi, dan seni di jenjang pendidikan menengah diarahkan untuk persiapan
pendidikan tinggi maka kurikulum harus mampu memberi kesempatan itu. Barangkali untuk
itu sudah saatnya konstruksi kurikulum SMA dengan model penjurusan yang sudah berusia
lebih dari 50 tahun itu ditinjau ulang. Model baru perlu dikembangkan yang lebih efektif,
bersesuaian dengan kaedah pendidikan, dan didasarkan pada kajian keilmuan terutama kajian
psikologi mengenai minat/interest sebagai model penjurusan untuk kurikulum SMA.
Posisi kurikulum di jenjang pendidikan tinggi memang berbeda dari jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Jika kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah lebih memberikan perhatian yang lebih banyak pada pembangunan aspek
kemanusiaan peserta didik maka kurikulum pendidikan tinggi berorientasi pada
pengembangan keilmuan dan dunia kerja. Kedua orientasi ini menyebabkan kurikulum di
jenjang pendidikan tinggi kurang memperhatikan kualitas yang diperlukan manusia di luar
keterkaitannya dengan disiplin ilmu atau dunia kerja. Dalam banyak kasus bahkan terlihat
bahwa kurikulum pendidikan tinggi tidak juga memperhatikan hal-hal yang berkenaan
dengan kualitas kemanusiaan yang seharusnya terkait dengan pengembangan ilmu dan dunia
kerja. Kualitas kemanusiaan seperti jujur, kerja keras, menghargai prestasi, disiplin, taat
aturan, menghormati hak orang lain, dan sebagainya terabaikan dalam kurikulum pendidikan
tinggi walau pun harus diakui bahwa Kepmen 232/U/1999 mencoba memberikan perhatian
kepada aspek ini.
Komponen dalam Kurikulum
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu :
(1) Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah
mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai
ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara,
keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya
masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada
dasarnya memiliki esensi yang sama.
-
9
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat
secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm
Pendidikan Nasional, bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran
makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan
pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan
umum pendidikan berikut.
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam
tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata
pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.
Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang berkaitan dengan
pembelajaran ekonomi, sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas No. 23
Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar :
Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan
mata pelajaran masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu
dioperasionalkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran.
-
10
Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang
hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.
Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat
spesifik dan lebih menggambarkan tentang what will the student be able to do
as result of the teaching that he was unable to do before (Rowntree dalam Nana
Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat
operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang
hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada
pemikiran Bloom, maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata
(1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada
tujuan pembelajaran, yakni :
1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik,
dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang
dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku
peserta didik; dan (c) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber
yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak
bekerja sama.
2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam
bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan
frekuensi respons.
3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku
peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau
lingkungan psikologis.
Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting..
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan
menentukan terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya.
Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum sangat
terkait erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang
dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme, essensialisme,
eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka tujuan kurikulum lebih banyak
diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada
upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif.
-
11
Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat progresivisme
sebagai pijakan utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses
pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada
upaya pengembangan aspek afektif.
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekonsktruktivisme
sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya
pemecahan masalah sosial yang krusial dan kemampuan bekerja sama.
Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi
teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan
lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi.
Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan
tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk
merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu
filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten dan
konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan kebutuhan
pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan
mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat
yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan
secara bereimbang.
(2) Materi
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat
dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa
pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang
utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis,
dalam bentuk :
1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
-
12
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata
dalam garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih
memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh
karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh
peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat
konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk
tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang
krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi
pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari
disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang
esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi
pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian
atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang
melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan
materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk
menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu.,
maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel..
-
13
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan
materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk
menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :.
1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-
benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi
yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik.
Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis
maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada
jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat
mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek
tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun
aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa
ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri
kemampuan mereka.
(3) Strategi, pembelajaran
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang
melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan
dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap
penentuan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang
menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual,
sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik
dalam rangka pewarisan budayaataupun keabadian, maka strategi pembelajaran
yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh
-
14
sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara
pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran
yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal,
seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih
bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari
kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif
dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik
secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai
untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme
yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran
yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat
individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif),
seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan
sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya
sebagaifasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha
menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta
didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi
peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar. Sedangkan sebagai
guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta
didiknya secara personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang
menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri
dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi
atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran
teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual.
Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa
tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik
lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung
-
15
sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta
didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah
didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan
strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan
keunggulannya tersendiri.
Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai
muncul konsep pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim
dariPembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam
prakteknya seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran
secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk
dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan,
dengan efektivitas yang tinggi.
(4) Organisasi kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan
terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat
enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
1. Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah
mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada
hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada
waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan
kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama
2. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran.
Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling
berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri
yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran.
Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan core subject, dan mata pelajaran
lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
-
16
4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum
yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata
pelajaran.
5. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit
masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu,
dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam
upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi
pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
6. Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara
organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih
cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke
dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu : (1) kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia; (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
(3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) kelompok mata
pelajaran estetika; dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan
Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam
sejumlah mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis
sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata
pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat
peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri.
(5) Evaluasi.
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan. Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung
pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering
mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan
untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif.
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes
standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen
untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori,
interview, catatan anekdot dan sebagainya
-
17
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan
pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam
kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan
model kurikulum yang digunakan.
-
18
Contoh Silabus SMK Jurusan Elektronika Industri
SILABUS
NAMA SEKOLAH : .............................
MATA PELAJARAN : DASAR KOMPETENSI KEJURUAN ELEKTRONIKA INDUSTRI
KELAS/SEMESTER : I / 1
STANDAR KOMPETENSI : 3. MENGERJAKAN DASAR-DASAR PEKERJAAN BENGKEL ELEKTRONIKA
KODE KOMPETENSI : OE.PBE.005.A
ALOKASI WAKTU : 30 X 45 Menit
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
-
19
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
3.1. Menerapkan prosedur pekerjaan
bengkel
elektronika.
Identifikasi dan prosedur penerapan
pekerjaan
bengkel elektronika.
Melaksanakan instruksi kerja .
Penerapan prosedur operasi baku kerja bengkel yang
berkaitan dgn : - Standar Simbol Listrik
dan Elektronika.
- Standar Angka/Huruf dan Warna.
- Gambar Teknik Elektronika.
- Komponen Elektronika. - Dasar Rangkaian Listrik
dan Elektronika.
- Teknik Perakitan Komponen.
Mampu membaca dan mengimplementasikan instruksi kerja bengkel
elektronika yang berkaitan
dengan :
- Mengidentifikasi fungsi dan spesifikasi komponen
elektr.
- Memasang/melepas komponen pada PCB.
- Menyolder komponen elekt.
.
Prosedur/Instruksi kerja bengkel
elektronika
dapat diaplikasikan
sesuai dengan
Standar Kerja Bengkel
Elektronika.
Tes Tulis
Tes Prak
tek
Pengamatan
Produk
2 4
(8)
- Buku Pembuatan
Pesawat Elektronika
Tool Set
PCB
Komponen Elektronika
Kit Power Suply
-
20
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
- Menguji keandalan dan kualitas penyolderan komponen elekt.
- Melakukan pengawatan / interkoneksi kabel dan
konektor. - Bekerja dibawah
pengawasan terbatas.
- Bekerja dengan standar mutu dan waktu yang
ditetapkan.
- Menjelaskan dan menerapkan SOP.
- Membuat laporan pekerjaan sesuai standar
yang ditetapkan
-
21
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
3.2. Mempersiapkan
pelaksanaan
perakitan komponen.
Fungsi manajemen operasi .
Penggunaan kelengkapan
peralatan kerja.
Penguasaan dasar elektronika
analog yang
merupakan fungsi dari sinyal
kontinyu dan
elektronika digital yang
merupakan fungsi
sinyal diskrit.
Mengkaji konsep dasar manajerial tingkat operator Tekun dan kritis.
Menjelaskan dasar manajemen operasi
perakitan. Menjelaskan prinsip-prinsip
manajemen operasi.
Menjelaskan : - Dasar teori atom dan
molekul.
- Sifat dan macam bahan penghantar dan isolator.
- Karakteristik komponen semi konduktor
- Prinsip dasar penyearah. - Prinsip dasar penguat. - Prinsip dasar filter. - Prinsip dasar osilator. - Prinsip dasar. penguat
daya. - Prinsip dasar gerbang
dasar.
- Prinsip dasar logika kombinasional.
- Prinsip dasar logika
Peralatan kerja dan kelengkapann
ya
diidentifikasi
dan dipersiapkan
sesuai
spesifikasi pekerjaan.
Komponen elektronika
diidentifikasi
dan dikelompokk
an sesuai
jenis dan
spesifikasinya.
Tes Tulis
Tes Prak
tek
Pengamatan
Produk
2
4
(8)
-
Buku Pembuatan
Pesawat Elektronika
Tool Set
PCB
Komponen Elektronika
Kit Power Suply
-
22
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
Penguasaan dasar Instruction sheet pada masing-
masing job
pekerjaan.
Penguasaan elektronika dasar
dan karakteristik
komponen.
Lingkungan kerja yang mendukung
pekerjaan.
Mengkaji perawatan peralatan elektronika berbasis komponen analog
dengan tekun dan kritis
Mampu membaca dan menginterpretasikan Instruction sheet pada
masing-masing job.
Melaksanakan proses pemelajaran dengan tekun
dan kritis. Mengidentifikasi catu daya
sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.
Memilih lokasi kerja yang aman, nyaman, dan efisiensi dalam proses produksi
dengan memahami aspek
lingkungan kerja yang sehat.
Mengimplementasikan pemilihan tempat kerja yang
aman, nyaman, dan efisiensi
dalam proses produksi.
Perlengkapan kerja (gambar,
instruksi
kerja, SOP.)
diinterpretasikan sesuai
dengan
rencana kerja.
Sistem catu daya
diidentifikasi
dan
dipersiapkan sesuai
spesifikasi
pekerjaan.
Lokasi kerja disiapkan
sesuai dengan
keperluan pekerjaan dan
prosedur
perusahaan.
-
23
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
3.3 Melaksanakan perakitan komponen
elektronika.
Prosedur baku pelaporan sementara yang
dituangkan dalam
buku catatan kegiatan dan
prosedur baku
cara pelaporan resmi.
Prosedur baku penyolderan komponen yang
disesuaikan
dengan jenis dan macam
Membuat laporan prosedur pengukuran dan menganalisis jika terjadi
kekeliruan-kekeliruan dalam
proses pengukuran dengan menggunakan pendekatan
statistika pengukuran
Menjelaskan kejujuran profesional yang ditunjukkan
dengan sikap Tekun, kritis,
dan cermat dalam mensikapi
proses dan hasil pengukuran. Mampu membuat laporan
hasil pengukuran dan
menganalisis hasil pengukuran berdasarkan
kaidah-kaidah statsitika
pengukuran.
Melakukan proses penyolderan dengan teliti,
tekun, dan cermat
Melakukan proses penyolderan komponen berdasarkan prosedur operasi
baku penyolderan dengan
tetap memperhatikan jenis dan macam komponen.
Mampu mengerjakan penyolderan komponen
elektronika dengan tetap memperhatikan jenis dan
macam komponenyang
hendak disolder.
Komponen elektronika sejenis
dipasang pada
PCB dengan urutan dari
komponen
yang memiliki
ukuran tinggi
terendah
berpedoman pada gambar
layout
komponen.
Penyolderan dilakukan
sesuai dengan
spesifikasi komponen
dan prosedur/
instruksi kerja.
Tes Tulis
Tes Prak
tek
Pengamatan
Produk
2 4
(8)
- Buku Pembuatan
Pesawat Elektronika
Tool Set
PCB
Komponen Elektronika
Kit Rangkaian Elekteronika
-
24
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
Pengawatan rangkaian elektronika
Pengawatan komponen pada tata letak komponen dengan tekun, cermat, dan teliti
Melaksanakan pengawatan komponen elektronika
berdasarkan standaar operasi baku
Mampu melaksanakan pengawatan komponen elektronika dengan
menggunakan PCB sebagai
basis pengawatan
Pengawatan kabel dan konektor
dilakukan
dengan
berpedoman pada standar
warna sesuai
prosedur/instruksi kerja
-
25
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
3.4. Menguji hasil perakitan
Quality assurance dari proses perakitan
Prosedur baku uji estetika dan
kekuatan hasil
dengan metoda
pengujian yang lazim
Melakukan proses penjaminan kualitas pekerjaan berdasarkan
standar lokal, nasional dan
global
Menguji Rangkain yang telah direalisikan
berdasarkan prosedur operasi
baku. Mampu melakukan uji
penjaminan kualitas pada
masing-masing hasil
pekerjaannya berdasarkan standar operasi baku.
Melakukan pekerjaan pengujian
Pengujian estetika rancangan yang sesuai dengan standar
operasi baku
Melaksanakan uji estetika standar perakitan berdasarkan prosedur operasi baku.
Komponen yang telah dirakit
diperiksa
sesuai gambar
dan prosedur / instruksi
kerja.
Hasil penyolderan
diuji estetika dan
kekuatannya
dengan metode
pengujian
standar perakitan
sesuai
prosedur /
instruksi kerja.
Tes Tulis
Tes Prak
tek
Pengamatan
Produk
2
4
(8)
-
Buku Pembuatan
Pesawat Elektronika
Tool Set
PCB
Komponen Elektronika
Kit Rangkaian
Elekteronika
-
26
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
PEMBELAJARA
N
KEGIATAN
PEMBELAJARAN INDIKATOR
PENILAIA
N
ALOKASI
WAKTU
SUMBER
BELAJAR
T
M
PS PI
3.5. Membuat Laporan
Prosedur baku pelaporan sementara yang
dituangkan dalam
buku catatan
kegiatan dan prosedur baku
cara pelaporan
resmi
Menjelaskan kejujuran profesional yang ditunjukkan dengan sikap Tekun, kritis,
dan cermat dalam mensikapi
proses dan hasil pengukuran.
Pembuatan laporan prosedur perakitan dan menganilisis
jika terjadi kekeliruan-
kekeliruan dalam proses perakitan dengan
menggunakan pendekatan
statiska terapan
Membuat laporan hasil pengukuran dan
menganalisis hasil
pengukuran berdasarkan kaidah-kaidah metode ilmiah
Laporan hasil pekerjaan dibuat sesuai
dengan
format dan
prosedur/instruksi kerja
yang
ditetapkan.
Tes Tulis
Tes Prak
tek
Pengamatan
Produk
2
4
(8)
-
Buku Pembuatan
Pesawat Elektronika
Tool Set
PCB
Komponen Elektronika
Kit Rangkaian
Elekteronika
-
27
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Dalam Standar Nasonal
Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama
yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang
efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan
kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan
masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi
-
28
diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola
sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang
paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan
sekolah dan satauan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping
menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana
peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu
wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan
kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran
merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah,
menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP,
sekolah memiliki full authority and responsibility dalam menetapkan kurikulum dan
pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk
mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai
potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada
masyarakat dan pemerintah.
Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta
Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan
berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan
perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga
pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang
menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang
berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan
berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan
sekolah
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
-
29
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan
kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.
Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru
dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan
sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama
berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut.
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya.
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang
akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.
4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia
akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran
KTSP.
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan
orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.
-
30
Landasan KTSP adalah sebagai berikut, yaitu:
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23
Tahun 2006
Ciri-ciri KTSP, antara lain:
1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program
pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik,
sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.
2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Guru harus mandiri dan kreatif.
4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.