kurikulum-smk

30
1 KURIKULUM PENDIDIKAN SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN) Definisi Kurikulum Istilah kurikulum berasal dari kata "Curriculum" yang mempunyai arti "a course of study in school or university", istilah kurikulum ini pada mulanya dipakai oleh bangsa Yunani di lapangan atlantik dengan pengertian "jarak yang ditempuh". Sedangkan menurut pandangan lama (tradisional) kurikulum kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh peserta didik. Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yangdigunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman. Guru merupakan pendidik profesional, yang mana secara implisit ia telah merelakan dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan. dipundak orang tua. Para orangtua tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru, tentunya orang tua mengharapkan agar anaknya akan menemukan guru yang baik, berkompetensi dan berkualitas. Fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para anak didik. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. Sedangkan bagi anak didiknya keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik, anak didik diharapkan dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya nanti.

description

wqw

Transcript of kurikulum-smk

  • 1

    KURIKULUM PENDIDIKAN SMK

    (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)

    Definisi Kurikulum

    Istilah kurikulum berasal dari kata "Curriculum" yang mempunyai arti "a course of

    study in school or university", istilah kurikulum ini pada mulanya dipakai oleh bangsa

    Yunani di lapangan atlantik dengan pengertian "jarak yang ditempuh". Sedangkan

    menurut pandangan lama (tradisional) kurikulum kumpulan mata pelajaran yang harus

    disampaikan guru atau dipelajari oleh peserta didik.

    Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana

    tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu

    pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang

    dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis

    itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang

    mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna

    bahwa kurikulum sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus

    dimiliki peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta

    didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta didik. Kurikulum dalam

    bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan

    kurikulum karena ia menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan

    yangdigunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum sebagai suatu pengalaman.

    Guru merupakan pendidik profesional, yang mana secara implisit ia telah merelakan

    dirinya untuk memikul sebagian tanggungjawab pendidikan. dipundak orang tua. Para

    orangtua tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian

    tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru, tentunya orang tua mengharapkan agar

    anaknya akan menemukan guru yang baik, berkompetensi dan berkualitas. Fungsi

    kurikulum bagi guru atau pendidik adalah Pedoman kerja dalam menyusun dan

    mengorganisir pengalaman belajar para anak didik. Pedoman untuk mengadakan evaluasi

    terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang

    diberikan. Sedangkan bagi anak didiknya keberadaan kurikulum sebagai organisasi

    belajar tersusun merupakan suatu persiapan bagi anak didik, anak didik diharapkan dapat

    dikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhi bekal

    hidupnya nanti.

  • 2

    Proses Pengembangan Kurikulum

    Model pengembangan kurikulum berikut ini adalah model yang biasanya digunakan

    dalam banyak proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini kurikulum lebih

    banyak mengambil posisi pertama yaitu sebagai rencana dan kegiatan. Ide yang

    dikembangkan pada langkah awal lebih banyak berfokus pada kualitas apa yang harus

    dimiliki dalam belajar suatu disiplin ilmu, teknologi, agama, seni, dan sebagainya. Pada

    fase pengembangan ide, permasalahan pendidikan hanya terbatas pada permasalahan

    transfer dan transmisi. Masalah yang muncul di masyarakat atau ide tentang masyarakat

    masa depan tidak menjadi kepedulian kurikulum. Kegiatan evaluasi diarahkan untuk

    menemukan kelemahan kurikulum yang ada, model yang tersedia dan dianggap sesuai

    untuk suatu kurikulum baru, dan diakhiri dengan melihat hasil kurikulum berdasarkan

    tujuan yang terbatas.

    Keseluruhan proses pengembangan kurikulum dapat digambarkan sebagai berikut:

    Dalam proses pengembangan tersebut unsur-unsur luar seperti kebudayaan di mana suatu

    lembaga pendidikan berada tidak pula mendapat perhatian. Konsep diversifikasi

    kurikulum menempatkan konteks social-budaya seharusnya menjadi pertimbangan utama.

    Sayangnya, karena sifat ilmu yang universal menyebabkan konteks social-budaya tersebut

    terabaikan.

    Struktur Kurikulum di SMK

    Kompetensi Teknik Elektronika Industri

    A. Dasar Kompetensi Kejuruan

    1. Menerapkan dasar-dasar kelistrikan

    2. Menerapkan dasar-dasar elektronika

    3. Menerapkan dasar-dasar teknik digital

    4. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3)

    B. Kompetensi Kejuruan

    1. Mengukur besaran-besaran listrik dalam rangkaian elektronika

    2. Menerapkan konsep elektronika digital dan rangkaian elektronika komputer

    3. Menerapkan sistem mikroprosesor

  • 3

    4. Menerapkan sistem mikrokontroller

    5. Mengoperasikan sistem operasi komputer

    6. Mengoperasian software aplikasi program dan gambar

    7. Menggambar teknik elektronika menggunakan komputer

    8. Mengoperasikan rangkaian elektronika terapan

    9. Mengoperasikan power supply elektronika industri

    10. Memahami komunikasi data sinyal digital antar peralatan elektronika

    11. Merakit perangkat keras komputer

    12. Memprogram peralatan sistem pengendali elektronik yang berkaitan akses I/O

    berbantuan mikroprosesor dan mikrokontroller

    13. Memprogram peralatan sistem pengendali elektronik yang berkaitan dengan I/O

    berbantuan PLC dan komputer

    14. Mengerjakan dasar-dasar pekerjaan bengkel elektronika

    15. Melaksanakan pemeliharaan peralatan elektronika sistem pengendali elektronika

    16. Merakit peralatan dan perangkat elektronik sistem pengendali elektronika

    17. Melaksanakan pemeliharaan peralatan elektronik sistem otomasi elektronika

    18. Merakit peralatan dan perangkat elektronik sistem otomasi elektronika

    Posisi Kurikulum dalam Pendidikan

    Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan Klein, 1989:15).

    Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan di atas harus diakui ada kesan bahwa

    kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern dan yang telah

    memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana

    tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian di atas memang pengertian yang

    diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara administratif kurikulum harus terekam

    secara tertulis.

    Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan kependidikan

    yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik, pendidik, sumber dan

    lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa

    dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat

    dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari interaksi tersebut.

  • 4

    Dalam posisi maka kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga pendidikan

    terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga pendidikan yang terbuka

    untuk setiap orang ataukah lembaga pendidikan khusus haruslah dapat

    mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap masyarakat. Lembaga

    pendidikan tersebut harus dapat memberikan "academic accountability" dan "legal

    accountability" berupa kurikulum. Oleh karena itu jika ada yang ingin mengkaji dan

    mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin dihasilkan oleh suatu lembaga

    pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui

    apakah yang dihasilkan ataukah pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan

    tersebut tidak bertentangan dengan hukum maka ia harus mempelajari dan mengkaji

    kurikulum lembaga pendidikan tersebut.

    Dalam pengertian "intrinsic" kependidikan maka kurikulum adalah jantung

    pendidikan Artinya, semua gerak kehidupan kependidikan yang dilakukan sekolah didasarkan

    pada apa yang direncanakan kurikulum. Kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang

    dirancang berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum. Pengembangan potensi peserta didik

    menjadi kualitas yang diharapkan adalah didasarkan pada kurikulum. Proses belajar yang

    dialami peserta didik di kelas, di sekolah, dan di luar sekolah dikembangkan berdasarkan apa

    yang direncanakan kurikulum. Kegiatan evaluasi untuk menentukan apakah kualitas yang

    diharapkan sudah dimiliki oleh peserta didik dilakukan berdasarkan rencana yang

    dicantumkan dalam kurikulum. Oleh karena itu kurikulum adalah dasar dan sekaligus

    pengontrol terhadap aktivitas pendidikan. Tanpa kurikulum yang jelas apalagi jika tidak ada

    kurikulum sama sekali maka kehidupan pendidikan di suatu lembaga menjadi tanpa arah dan

    tidak efektif dalam mengembangkan potensi peserta didik menjadi kualitas pribadi yang

    maksimal.

    Untuk menegakkan akuntabilitasnya maka kurikulum tiak boleh hanya membatasi diri

    pada persoalan pendidikan dalam pandangan perenialisme atau esensialisme. Kedua

    pandangan ini hanya akan membatasi kurikulum, dan pendidikan, dalam kepeduliaannya.

    Kurikulum dan pendidikan melepaskan diri dari berbagai masalah social yang muncul, hidup,

    dan berkembang di masyarakat. Kurikulum menyebabkan sekolah menjadi lembaga menara

    gading yang tidak terjamah oleh keadaan masyarakat dan tidak berhubungan dengan

    masyarakat. Situasi seperti ini tidak dapat dipertahankan dan kurikulum harus memperhatikan

    tuntutan masyarakat dan rencana bangsa untuk kehidupan masa mendatang. Problema

  • 5

    masyarakat harus dianggap sebagai tuntutan, menjadi kepeduliaan dan masalah kurikulum.

    Apakah kurikulum bersifat mengembangkan kualitas peserta didik yang diharapkan dapat

    memperbaiki masalah dan tatangan masyarakat ataukah kurikulum merupakan upaya

    pendidikan membangun masyarakat baru yang diinginkan bangsa menempatkan kurikulum

    pada posisi yang berbeda.

    Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Posisi pertama

    adalah kurikulum adalah "construct" yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi

    di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan.

    Pengertian kurikulum berdasarkan pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme sangat

    mendukung posisi pertama kurikulum ini. Kedua, adalah kurikulum berposisi sebagai

    jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah social yang berkenaan dengan pendidikan.

    Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi

    progresivisme. Posisi ketiga adalah kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan

    dimana kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan

    pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.

    Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan diterjemahkan dalam tujuan

    pendidikan nasional, tujuan pendidikan jenjang pendidikan dan tujuan pendidikan lembaga

    pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan besar pendidikan bangsa Indonesia

    yang diharapkan tercapai melalui pendidikan dasar. Apabila pendidikan dasar Indonesia

    adalah 9 tahun maka tujuan pendidikan nasional harus tercapai dalam masa pendidikan 9

    tahun yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Tujuan di atas pendidikan dasar tidak mungkin

    tercapai oleh setiap warganegara karena pendidikan tersebut, pendidikan menengah dan

    tinggi, tidak diikuti oleh setiap warga bangsa. Oleh karena itu kualitas yang dihasilkannya

    bukanlah kualitas yang harus dimiliki seluruh warga bangsa tetapi kualitas yang dimiliki

    hanya oleh sebagian dari warga bangsa.

    Jenjang Pendidikan Dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

    (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau program

    Paket A dan Paket B. Setiap lembaga pendidikan ini memiliki tujuan yang berbeda. SD/MI

    memiliki tujuan yang tidak sama dengan SMP/MTs baik dalam pengertian ruang lingkup

    kualitas mau pun dalam pengertian jenjang kualitas. Oleh karena itu maka kurikulum untuk

    SD/MI berbeda dari kurikulum untuk SMP/MTs baik dalam pengertian dimensi kualitas mau

    pun dalam pengertian jenjang kualitas yang harus dikembangkan pada diri peserta didik.

  • 6

    Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36

    ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan

    dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: peningkatan

    iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat

    peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan

    nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;

    dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Pasal ini

    jelas menunjukkan berbagai aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang

    menyeluruh dan pengembangan pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan

    agama, ekonomi, budaya, seni, teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum

    haruslah memperhatikan permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini

    dengan menyesuaikan diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap

    jenjang pendidikan (pasal 36 ayat (2).

    Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam

    bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk kehidupan

    bangsa di masa depan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri,

    reformasi dari system pemerintahan sentralistis ke system pemerintahan disentralisasi,

    pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap dan tindakan demokratis, produktif,

    toleran, cinta damai, semangat kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan

    membaca, sikap senang dan kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup

    sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan

    menjadi tujuan setiap jenjang pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi

    tujuan kurikulum.

    Sayangnya, kurikulum yang dikembangkan di Indonesia masih membatasi dirinya

    pada posisi sentral dalam kehidupan akademik yang dipersepsikan dalam pemikiran

    perenialisme dan esensialisme. Konsekuensi logis dari posisi ini adalah kurikulum membatasi

    dirinya dan hanya menjawab tantangan dalam kepentingan pengembangan ilmu dan

    teknologi. Struktur kurikulum 2004 yang memberikan sks lebih besar pada mata pelajaran

    matematika, sains (untuk lebih mendekatkan diri pada istilah yang dibenarkan oleh

    pandangan esensialis), dan teknologi dengan mengorbankan Pengetahuan Sosial dan Ilmu

    Sosial, PPKN/kewarganegaraan, bahasa Indonesia dan daerah, serta bidang-bidang yang

  • 7

    dianggap kurang "penting". Alokasi waktu ini adalah "construct" para pengembang

    kurikulum dan jawaban kurikulum terhadap permasalahan yang ada.

    Kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kurikulum 2004 gagal menjawab

    keseluruhan spectrum permasalahan masyarakat. Kurikulum 2004 hanya menjawab sebagian

    (kecil) dari permasalahan yang ada di masyarakat yaitu rendahnya penguasaan matematika

    dan ilmu alamiah (sains) yang diindikasikan dalam tes seperti TIMMS atau tes seperti UAN.

    Permasalahan lain yang terjadi di masyarakat dan dirumuskan dalam ketetapan formal seperti

    undang-undang tidak menjadi perhatian kurikulum 2004. Tuntutan dunia kerja yang

    seharusnya menjadi kepeduliaan besar dalam model kurikulum berbasis kompetensi tidak

    muncul karena kompetensi yang digunakan kurikulum dikembangkan dari diisplin ilmu dan

    bukan dari dunia kerja, masyarakat, bangsa atau pun kehidupan global.

    Posisi kurikulum yang dikemukakan di atas barulah pada posisi kurikulum dalam

    mengembangkan kehidupan social yang lebih baik. Posisi ketiga yaitu kurikulum merupakan

    "construct" yang dikembangkan untuk membangun kehidupan masa depan sesuai dengan

    bentuk dan karakteristik masyarakat yang diinginkan bangsa. Posisi ini bersifat konstruktif

    dan antisipatif untuk mengembangkan kehidupan masa depan yang diinginkan. Dalam posisi

    ketiga ini maka kurikulum seharusnya menjadi jantung pendidikan dalam membentuk

    generasi baru dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi

    dirinya memenuhi kualitas yang diperlukan bagi kehidupan masa mendatang.

    Pertanyaan yang muncul adalah kualitas apa yang harus dimiliki semua manusia

    Indonesia yang telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun? Ini adalah kualitas minimal dan

    harus dimiliki seluruh anggota bangsa. Jika pasal 36 ayat (3) Undang-Undang nomor 20

    tahun 2003 dijadikan dasar untuk mengidentifikasi kualitas minimal yang harus dimiliki

    bangsa Indonesia maka kurikulum haus mengembangkannya. Jika mentalitas bangsa

    Indonesia yang diinginkan adalah mentalitas baru yang religius, produktif, hemat, memiliki

    rasa kebangsaan tinggi, mengenal lingkungan, gemar membaca, gemar berolahraga, cinta

    seni, inovatif, kreatif, kritis, demokratis, cinta damai, cinta kebersihan, disiplin, kerja keras,

    menghargai masa lalu, menguasai pemanfatan teknologi informasi dan sebagainya maka

    kurikulum harus mampu mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kualitas

    tersebut sebagai kualitas dasar atau kualitas minimal bangsa yang menjadi tugas kurikulum

    SD/MI dan SMP/MTs.

  • 8

    Jika masa depan ditandai oleh berbagai kualitas baru yang harus dimiliki peserta didik

    yang menikmati jenjang pendidikan menengah maka adalah tugas kurikulum untuk

    memberikan peluang kepada peserta didik mengembangkan potensi dirinya. Jika penguasaan

    ilmu, teknologi, dan seni di jenjang pendidikan menengah diarahkan untuk persiapan

    pendidikan tinggi maka kurikulum harus mampu memberi kesempatan itu. Barangkali untuk

    itu sudah saatnya konstruksi kurikulum SMA dengan model penjurusan yang sudah berusia

    lebih dari 50 tahun itu ditinjau ulang. Model baru perlu dikembangkan yang lebih efektif,

    bersesuaian dengan kaedah pendidikan, dan didasarkan pada kajian keilmuan terutama kajian

    psikologi mengenai minat/interest sebagai model penjurusan untuk kurikulum SMA.

    Posisi kurikulum di jenjang pendidikan tinggi memang berbeda dari jenjang

    pendidikan dasar dan menengah. Jika kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah lebih memberikan perhatian yang lebih banyak pada pembangunan aspek

    kemanusiaan peserta didik maka kurikulum pendidikan tinggi berorientasi pada

    pengembangan keilmuan dan dunia kerja. Kedua orientasi ini menyebabkan kurikulum di

    jenjang pendidikan tinggi kurang memperhatikan kualitas yang diperlukan manusia di luar

    keterkaitannya dengan disiplin ilmu atau dunia kerja. Dalam banyak kasus bahkan terlihat

    bahwa kurikulum pendidikan tinggi tidak juga memperhatikan hal-hal yang berkenaan

    dengan kualitas kemanusiaan yang seharusnya terkait dengan pengembangan ilmu dan dunia

    kerja. Kualitas kemanusiaan seperti jujur, kerja keras, menghargai prestasi, disiplin, taat

    aturan, menghormati hak orang lain, dan sebagainya terabaikan dalam kurikulum pendidikan

    tinggi walau pun harus diakui bahwa Kepmen 232/U/1999 mencoba memberikan perhatian

    kepada aspek ini.

    Komponen dalam Kurikulum

    Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu :

    (1) Tujuan

    Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah

    mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai

    ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara,

    keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya

    masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada

    dasarnya memiliki esensi yang sama.

  • 9

    Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat

    secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm

    Pendidikan Nasional, bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

    kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

    dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

    potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

    Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

    dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

    Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran

    makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan

    pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan

    pendidikan tertentu.

    Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan

    tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan

    umum pendidikan berikut.

    1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

    kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

    mengikuti pendidikan lebih lanjut.

    2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

    kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

    mengikuti pendidikan lebih lanjut.

    3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

    pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

    mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

    Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam

    tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata

    pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.

    Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang berkaitan dengan

    pembelajaran ekonomi, sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas No. 23

    Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar :

    Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan tujuan

    mata pelajaran masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena itu perlu

    dioperasionalkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran.

  • 10

    Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih operasional, yang

    hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran.

    Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat

    spesifik dan lebih menggambarkan tentang what will the student be able to do

    as result of the teaching that he was unable to do before (Rowntree dalam Nana

    Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain, tujuan pendidikan tingkat

    operasional ini lebih menggambarkan perubahan perilaku spesifik apa yang

    hendak dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran. Merujuk pada

    pemikiran Bloom, maka perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam

    aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

    Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata

    (1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada

    tujuan pembelajaran, yakni :

    1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik,

    dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang

    dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku

    peserta didik; dan (c) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber

    yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak

    bekerja sama.

    2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam

    bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan

    frekuensi respons.

    3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku

    peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau

    lingkungan psikologis.

    Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting..

    Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan

    menentukan terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya.

    Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum sangat

    terkait erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang

    dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme, essensialisme,

    eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka tujuan kurikulum lebih banyak

    diarahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada

    upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif.

  • 11

    Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat progresivisme

    sebagai pijakan utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses

    pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada

    upaya pengembangan aspek afektif.

    Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekonsktruktivisme

    sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya

    pemecahan masalah sosial yang krusial dan kemampuan bekerja sama.

    Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi

    teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan

    lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi.

    Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan

    tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk

    merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu

    filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten dan

    konsekuen. Oleh karena itu untuk mengakomodir tantangan dan kebutuhan

    pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan

    mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat

    yang ada, sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan

    secara bereimbang.

    (2) Materi

    Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat

    dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa

    pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,

    essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang

    utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis,

    dalam bentuk :

    1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling

    berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan

    menspesifikasi hubungan hubungan antara variabel-variabel dengan

    maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

    2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-

    kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.

  • 12

    3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber

    dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

    4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang

    mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

    5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran

    yang harus dilakukan peserta didik.

    6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri

    dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.

    7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan

    dalam materi.

    8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk

    memperjelas suatu uraian atau pendapat.

    9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata

    dalam garis besarnya.

    10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran

    dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

    Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih

    memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh

    karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh

    peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat

    konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk

    tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang

    krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi

    pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari

    disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang

    esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi

    pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian

    atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.

    Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang

    melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan

    materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk

    menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu.,

    maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel..

  • 13

    Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan

    materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar

    yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk

    menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :.

    1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-

    benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi

    yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan

    memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.

    2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik.

    Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.

    3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis

    maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar

    pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada

    jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat

    mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek

    tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun

    aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.

    5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat

    memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa

    ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri

    kemampuan mereka.

    (3) Strategi, pembelajaran

    Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang

    melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan

    dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap

    penentuan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang

    menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah penguasaan informasi-intelektual,

    sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik

    dalam rangka pewarisan budayaataupun keabadian, maka strategi pembelajaran

    yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh

  • 14

    sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan

    pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara

    pasif menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran

    yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal,

    seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih

    bersifat tekstual.

    Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari

    kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif

    dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik

    secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan

    kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai

    untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang

    berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme

    yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.

    Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran

    yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat

    individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif),

    seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan

    sejenisnya.

    Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya

    sebagaifasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha

    menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta

    didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan menstimulasi

    peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar. Sedangkan sebagai

    guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta

    didiknya secara personal.

    Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang

    menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri

    dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi

    atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran

    teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual.

    Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa

    tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik

    lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung

  • 15

    sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta

    didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah

    didesain sebelumnya.

    Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan

    strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan

    keunggulannya tersendiri.

    Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai

    muncul konsep pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim

    dariPembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam

    prakteknya seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran

    secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk

    dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan,

    dengan efektivitas yang tinggi.

    (4) Organisasi kurikulum

    Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan

    terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat

    enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:

    1. Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah

    mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada

    hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada

    waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan

    kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama

    2. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk

    mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran.

    Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-pokok yang saling

    berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.

    3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa

    pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri

    yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran.

    Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan core subject, dan mata pelajaran

    lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.

  • 16

    4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum

    yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata

    pelajaran.

    5. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit

    masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu,

    dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam

    upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi

    pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.

    6. Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara

    organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.

    Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih

    cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke

    dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu : (1) kelompok mata pelajaran agama

    dan akhlak mulia; (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

    (3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) kelompok mata

    pelajaran estetika; dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan

    kesehatan

    Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam

    sejumlah mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis

    sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata

    pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat

    peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri.

    (5) Evaluasi.

    Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa

    tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui

    kurikulum yang bersangkutan. Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung

    pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering

    mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan

    untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif.

    Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes

    standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen

    untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori,

    interview, catatan anekdot dan sebagainya

  • 17

    Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan

    pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam

    kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para

    pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih

    dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan

    model kurikulum yang digunakan.

  • 18

    Contoh Silabus SMK Jurusan Elektronika Industri

    SILABUS

    NAMA SEKOLAH : .............................

    MATA PELAJARAN : DASAR KOMPETENSI KEJURUAN ELEKTRONIKA INDUSTRI

    KELAS/SEMESTER : I / 1

    STANDAR KOMPETENSI : 3. MENGERJAKAN DASAR-DASAR PEKERJAAN BENGKEL ELEKTRONIKA

    KODE KOMPETENSI : OE.PBE.005.A

    ALOKASI WAKTU : 30 X 45 Menit

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

  • 19

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    3.1. Menerapkan prosedur pekerjaan

    bengkel

    elektronika.

    Identifikasi dan prosedur penerapan

    pekerjaan

    bengkel elektronika.

    Melaksanakan instruksi kerja .

    Penerapan prosedur operasi baku kerja bengkel yang

    berkaitan dgn : - Standar Simbol Listrik

    dan Elektronika.

    - Standar Angka/Huruf dan Warna.

    - Gambar Teknik Elektronika.

    - Komponen Elektronika. - Dasar Rangkaian Listrik

    dan Elektronika.

    - Teknik Perakitan Komponen.

    Mampu membaca dan mengimplementasikan instruksi kerja bengkel

    elektronika yang berkaitan

    dengan :

    - Mengidentifikasi fungsi dan spesifikasi komponen

    elektr.

    - Memasang/melepas komponen pada PCB.

    - Menyolder komponen elekt.

    .

    Prosedur/Instruksi kerja bengkel

    elektronika

    dapat diaplikasikan

    sesuai dengan

    Standar Kerja Bengkel

    Elektronika.

    Tes Tulis

    Tes Prak

    tek

    Pengamatan

    Produk

    2 4

    (8)

    - Buku Pembuatan

    Pesawat Elektronika

    Tool Set

    PCB

    Komponen Elektronika

    Kit Power Suply

  • 20

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    - Menguji keandalan dan kualitas penyolderan komponen elekt.

    - Melakukan pengawatan / interkoneksi kabel dan

    konektor. - Bekerja dibawah

    pengawasan terbatas.

    - Bekerja dengan standar mutu dan waktu yang

    ditetapkan.

    - Menjelaskan dan menerapkan SOP.

    - Membuat laporan pekerjaan sesuai standar

    yang ditetapkan

  • 21

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    3.2. Mempersiapkan

    pelaksanaan

    perakitan komponen.

    Fungsi manajemen operasi .

    Penggunaan kelengkapan

    peralatan kerja.

    Penguasaan dasar elektronika

    analog yang

    merupakan fungsi dari sinyal

    kontinyu dan

    elektronika digital yang

    merupakan fungsi

    sinyal diskrit.

    Mengkaji konsep dasar manajerial tingkat operator Tekun dan kritis.

    Menjelaskan dasar manajemen operasi

    perakitan. Menjelaskan prinsip-prinsip

    manajemen operasi.

    Menjelaskan : - Dasar teori atom dan

    molekul.

    - Sifat dan macam bahan penghantar dan isolator.

    - Karakteristik komponen semi konduktor

    - Prinsip dasar penyearah. - Prinsip dasar penguat. - Prinsip dasar filter. - Prinsip dasar osilator. - Prinsip dasar. penguat

    daya. - Prinsip dasar gerbang

    dasar.

    - Prinsip dasar logika kombinasional.

    - Prinsip dasar logika

    Peralatan kerja dan kelengkapann

    ya

    diidentifikasi

    dan dipersiapkan

    sesuai

    spesifikasi pekerjaan.

    Komponen elektronika

    diidentifikasi

    dan dikelompokk

    an sesuai

    jenis dan

    spesifikasinya.

    Tes Tulis

    Tes Prak

    tek

    Pengamatan

    Produk

    2

    4

    (8)

    -

    Buku Pembuatan

    Pesawat Elektronika

    Tool Set

    PCB

    Komponen Elektronika

    Kit Power Suply

  • 22

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    Penguasaan dasar Instruction sheet pada masing-

    masing job

    pekerjaan.

    Penguasaan elektronika dasar

    dan karakteristik

    komponen.

    Lingkungan kerja yang mendukung

    pekerjaan.

    Mengkaji perawatan peralatan elektronika berbasis komponen analog

    dengan tekun dan kritis

    Mampu membaca dan menginterpretasikan Instruction sheet pada

    masing-masing job.

    Melaksanakan proses pemelajaran dengan tekun

    dan kritis. Mengidentifikasi catu daya

    sesuai dengan spesifikasi

    yang telah ditentukan.

    Memilih lokasi kerja yang aman, nyaman, dan efisiensi dalam proses produksi

    dengan memahami aspek

    lingkungan kerja yang sehat.

    Mengimplementasikan pemilihan tempat kerja yang

    aman, nyaman, dan efisiensi

    dalam proses produksi.

    Perlengkapan kerja (gambar,

    instruksi

    kerja, SOP.)

    diinterpretasikan sesuai

    dengan

    rencana kerja.

    Sistem catu daya

    diidentifikasi

    dan

    dipersiapkan sesuai

    spesifikasi

    pekerjaan.

    Lokasi kerja disiapkan

    sesuai dengan

    keperluan pekerjaan dan

    prosedur

    perusahaan.

  • 23

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    3.3 Melaksanakan perakitan komponen

    elektronika.

    Prosedur baku pelaporan sementara yang

    dituangkan dalam

    buku catatan kegiatan dan

    prosedur baku

    cara pelaporan resmi.

    Prosedur baku penyolderan komponen yang

    disesuaikan

    dengan jenis dan macam

    Membuat laporan prosedur pengukuran dan menganalisis jika terjadi

    kekeliruan-kekeliruan dalam

    proses pengukuran dengan menggunakan pendekatan

    statistika pengukuran

    Menjelaskan kejujuran profesional yang ditunjukkan

    dengan sikap Tekun, kritis,

    dan cermat dalam mensikapi

    proses dan hasil pengukuran. Mampu membuat laporan

    hasil pengukuran dan

    menganalisis hasil pengukuran berdasarkan

    kaidah-kaidah statsitika

    pengukuran.

    Melakukan proses penyolderan dengan teliti,

    tekun, dan cermat

    Melakukan proses penyolderan komponen berdasarkan prosedur operasi

    baku penyolderan dengan

    tetap memperhatikan jenis dan macam komponen.

    Mampu mengerjakan penyolderan komponen

    elektronika dengan tetap memperhatikan jenis dan

    macam komponenyang

    hendak disolder.

    Komponen elektronika sejenis

    dipasang pada

    PCB dengan urutan dari

    komponen

    yang memiliki

    ukuran tinggi

    terendah

    berpedoman pada gambar

    layout

    komponen.

    Penyolderan dilakukan

    sesuai dengan

    spesifikasi komponen

    dan prosedur/

    instruksi kerja.

    Tes Tulis

    Tes Prak

    tek

    Pengamatan

    Produk

    2 4

    (8)

    - Buku Pembuatan

    Pesawat Elektronika

    Tool Set

    PCB

    Komponen Elektronika

    Kit Rangkaian Elekteronika

  • 24

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    Pengawatan rangkaian elektronika

    Pengawatan komponen pada tata letak komponen dengan tekun, cermat, dan teliti

    Melaksanakan pengawatan komponen elektronika

    berdasarkan standaar operasi baku

    Mampu melaksanakan pengawatan komponen elektronika dengan

    menggunakan PCB sebagai

    basis pengawatan

    Pengawatan kabel dan konektor

    dilakukan

    dengan

    berpedoman pada standar

    warna sesuai

    prosedur/instruksi kerja

  • 25

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    3.4. Menguji hasil perakitan

    Quality assurance dari proses perakitan

    Prosedur baku uji estetika dan

    kekuatan hasil

    dengan metoda

    pengujian yang lazim

    Melakukan proses penjaminan kualitas pekerjaan berdasarkan

    standar lokal, nasional dan

    global

    Menguji Rangkain yang telah direalisikan

    berdasarkan prosedur operasi

    baku. Mampu melakukan uji

    penjaminan kualitas pada

    masing-masing hasil

    pekerjaannya berdasarkan standar operasi baku.

    Melakukan pekerjaan pengujian

    Pengujian estetika rancangan yang sesuai dengan standar

    operasi baku

    Melaksanakan uji estetika standar perakitan berdasarkan prosedur operasi baku.

    Komponen yang telah dirakit

    diperiksa

    sesuai gambar

    dan prosedur / instruksi

    kerja.

    Hasil penyolderan

    diuji estetika dan

    kekuatannya

    dengan metode

    pengujian

    standar perakitan

    sesuai

    prosedur /

    instruksi kerja.

    Tes Tulis

    Tes Prak

    tek

    Pengamatan

    Produk

    2

    4

    (8)

    -

    Buku Pembuatan

    Pesawat Elektronika

    Tool Set

    PCB

    Komponen Elektronika

    Kit Rangkaian

    Elekteronika

  • 26

    KOMPETENSI

    DASAR

    MATERI

    PEMBELAJARA

    N

    KEGIATAN

    PEMBELAJARAN INDIKATOR

    PENILAIA

    N

    ALOKASI

    WAKTU

    SUMBER

    BELAJAR

    T

    M

    PS PI

    3.5. Membuat Laporan

    Prosedur baku pelaporan sementara yang

    dituangkan dalam

    buku catatan

    kegiatan dan prosedur baku

    cara pelaporan

    resmi

    Menjelaskan kejujuran profesional yang ditunjukkan dengan sikap Tekun, kritis,

    dan cermat dalam mensikapi

    proses dan hasil pengukuran.

    Pembuatan laporan prosedur perakitan dan menganilisis

    jika terjadi kekeliruan-

    kekeliruan dalam proses perakitan dengan

    menggunakan pendekatan

    statiska terapan

    Membuat laporan hasil pengukuran dan

    menganalisis hasil

    pengukuran berdasarkan kaidah-kaidah metode ilmiah

    Laporan hasil pekerjaan dibuat sesuai

    dengan

    format dan

    prosedur/instruksi kerja

    yang

    ditetapkan.

    Tes Tulis

    Tes Prak

    tek

    Pengamatan

    Produk

    2

    4

    (8)

    -

    Buku Pembuatan

    Pesawat Elektronika

    Tool Set

    PCB

    Komponen Elektronika

    Kit Rangkaian

    Elekteronika

  • 27

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh

    setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar

    yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan ( BSNP ). Dalam Standar Nasonal

    Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

    masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan

    dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang

    dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

    KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut.

    1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional

    pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

    2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip

    diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

    Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan

    pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:

    KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan

    karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan peserta didik.

    Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

    dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi

    lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama

    yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

    Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi

    dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu

    pada Standar Nasional Pendidikan.

    KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang

    efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan

    kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan

    masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi

  • 28

    diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam megelola

    sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas

    kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

    KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang

    paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan

    sekolah dan satauan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping

    menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga merupakan sarana

    peningkatan kualitas, efisisen, dan pemerataan pendidikan. KTSP merupakan salah satu

    wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan

    pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntunan, dan

    kebutuhan masing-masing. Otonomi dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran

    merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf sekolah,

    menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan

    pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, khususnya kurikulum. Pada sistem KTSP,

    sekolah memiliki full authority and responsibility dalam menetapkan kurikulum dan

    pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk

    mengembangkan strategi, menentukan prioritas, megendalikan pemberdayaan berbagai

    potensi seklah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya kepada

    masyarakat dan pemerintah.

    Dalam KTSP, pengembangan kurikulm dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta

    Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan

    berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan

    perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga

    pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang

    menetapkan kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikna yang

    berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan

    berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai tujuan

    sekolah

    Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah unutk memandirikan dan

    memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada

    lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara

    partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

    Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

  • 29

    1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam

    mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang

    tersedia.

    2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam mengembangankan

    kurikulum melalui pengembalian keputusan bersama.

    3. Meningkatkan kompetesi yang sehat antar satuan pendidikan yang akan dicapai.

    Memahami tujuan di atas, KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru

    dalam pengembangan kurikulum dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan

    sewasa ini. Oleh Karen itu, KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama

    berkaitan dengan tujuh hal sebagi berikut.

    1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya

    sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk

    memajukan lembaganya.

    2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang

    akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan

    perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

    3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi

    kebutuhan seklah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi

    sekolahnya.

    4. Keterlibatan semua warga seklah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum

    menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif

    bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.

    5. Sekolah daapt bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada

    pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia

    akan berupaya semaksimalkam mungkin unutk melaksanakna dan mencapai sasaran

    KTSP.

    6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk

    meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan

    orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

    7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang

    berubah dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.

  • 30

    Landasan KTSP adalah sebagai berikut, yaitu:

    1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    2. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    3. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

    4. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

    5. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23

    Tahun 2006

    Ciri-ciri KTSP, antara lain:

    1. KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk menyelenggarakan program

    pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik,

    sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah.

    2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

    3. Guru harus mandiri dan kreatif.

    4. Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.