Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMK
Transcript of Manajemen Pendidikan Kejuruan - Kurikulum SMK
PENERAPAN KURIKULUM PENDIDIKAN PADA SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK)
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Manajemen Pendidikan Kejuruan
yang dibina oleh Drs. Yoto, S.T, M.Pd, M.M
Oleh:
Dewi Izzatus Tsamroh 130511616269
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Maret 2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Penerapan
Kurikulum Pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)”.
Makalah ini berisikan informasi tentang penerapan kurikulum pendidikan
pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mana kerap kali berganti.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang
bagaimana seharusnya kurikulum yang dianggap tepat untuk siswa SMK. Ketika
penyusunan makalah pembelajaran ini, banyak pihak yang turut membantu serta
memberikan dorongan pemikiran dan materi. Oleh karena itu, penyusun
menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberi
sumbangan dalam penyelesaian makalah ini. Ucapan terima kasih penyusun
sampaikan kepada Bapak Yoto atas bimbingan, tuntunan, dan bantuan selama
proses penyusunan makalah ini.
Akhir kata penyusun menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, Maret 2015
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penyusunan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penyusunan ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia ...................................................... 4
2.1.1 Rencana Pelajaran 1947 .................................................................................... 5
2.1.2 Rencana Pelajaran Terurai 1952 ........................................................................ 6
2.1.3 Kurikulum 1968 ................................................................................................ 6
2.1.4 Kurikulum 1975 ................................................................................................ 7
2.1.5 Kurikulum 1984 ................................................................................................ 7
2.1.6 Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 ............................................. 7
2.1.7 Kurikulum 2004 ................................................................................................ 8
2.1.8 KTSP 2006 ........................................................................................................ 9
2.1.9 Kurikulum 2013 ................................................................................................ 9
2.2 Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ......................... 10
2.2.1 Prinsip Umum ................................................................................................. 12
2.2.2 Prinsip Khusus................................................................................................. 13
2.2.3 Komponen Pengembangan Kurikulum ........................................................... 15
2.3 Penerapan Kurikulum yang Tepat Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 17
2.3.1 Karakteristik KTSP ......................................................................................... 18
2.3.2 Karakteristik Kurikulum 2013......................................................................... 18
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 22
3.1 Simpulan ................................................................................................................. 22
3.2 Saran ....................................................................................................................... 22
DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................................... 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang ada di
dunia. Sebagai negara berkembang, maka banyak upaya yang dilakukan
dalam berbagai hal untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih
baik lagi. Beberapa hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut,
pendidikan, ekonomi, kesejahteraan, kesehatan, dll.
Aspek mendasar dalam pembangunan suatu bangsa adalah dengan
pendidikan, dengan pendidikan yang baik maka suatu bangsa dapat mengatur
segala aspek dalam kehidupannya dengan baik. Aspek-aspek tersebut adalah
sebagai berikut, ekonomi, kesehatan, kesejahteraan, dll.
Sebagai negara yang tengah berkembang, di Indonesia telah dilakukan
berbagai macam cara untuk meningkatkan pendidikan, salah satunya adalah
dengan pembuatan dan pemberlakuan kurikulum sebagai kerangka
pelaksanaan pendidikan di Indonesia serta tercapailah tujuan pendidikan
nasional.
Setiap negara, tentunya memiliki sistem pendidikan nasional masing-
masing yang disusun berdasarkan pada filosofis negara masing-masing.
Misalnya Indonesia yang menyusun sistem pendidikan nasional berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945. Dalam sistem pendidikan nasional, terdapat
tujuan yang mana harus tercapai. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan
nasional tersebut maka disusunlah kurikulum pendidikan.
Kurikulum pendidikan di Indonesia dari tahun 1947 hingga 2013 telah
mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan ini tentunya didasari oleh
kebutuhan bangsa tersebut. Dengan adanya beberapa kali perubahan pada
kurikulum tersebut seharusnya tidak menjadikan pendidik bingung untuk
menerapkan kurikulum tersebut. Bahkan seharusnya pendidik dapat
memodifikasi kurikulum yang telah ditetapkan sehingga sesuai dengan
2
perkembangan peserta didiknya. Terlebih untuk pendidik pada Sekolah
Menengah Kejuruan, karena output dari Sekolah Menengah Kejuruan
diharapkan adalah siswa-siswa yang siap terjun di dunia kerja dengan
skill/ability yang baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penyusun tertarik untuk
mengkaji kurikulum pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan judul
“Penerapan Kurikulum Pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
beberapa masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perkembangan sejarah kurikulum pendidikan
Indonesia?
2. Bagaimana pengembangan kurikulum yang tepat untuk Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia?
3. Bagaimana kurikulum pendidikan untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yang seharusnya di terapkan di Indonesia saat
ini?
1.3 Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perkembangan sejarah kurikulum pendidikan di
Indonesia
2. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum yang tepat untuk
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia
3. Untuk mengetahui kirikulum pendidikan untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yang tepat diterapkan di Indonesia saat ini.
3
1.4 Manfaat Penyusunan
Manfaat dari penyusunan makalah ini bagi pemabaca pada umumnya
dan penyusun pada khususnya adalah sebagai berikut.
1. Dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mengetahui sejarah
perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia
2. Dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengembangan
kurikulum pendidikan di Indonesia
3. Dapat dijadikan rujukan untuk menentukan kurikulum pendidikan
yang mana yang tepat digunakan di Indonesia untuk Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam kurun waktu 1945-1969, tujuan pendidikan nasional Indonesia
telah mengalami lima kali perubahan, mengikuti perubahan dalam suasana
kehidupan kebangsaan. Sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP&TK), Mr. Suwandi,
tanggal 1 Maret 1046, tujuan pendidikan nasional pada masa awal
kemerdekaan amat menanamkan penananman jiwa patriotisme. Hal ini dapat
dipahami, karena pada saat itu bangsa Indonesia baru saja lepas dari
penjajahan yang berlangsung ratusan tahun, dan masih ada gelagat bahwa
Belanda ingin kembali menjajah Indonesia. Oleh karena itu, penanaman jiwa
patriotisme melalui pendidikan dianggap merupakan jawaban guna
mempertahankan negara yang baru diproklamasikan.
Sejalan dengan perubahan suasana kehidupan kebangsaan, tujuan
pendidikan nasional Indonesia pun mengalami perluasan; tidak lagi semata-
mata menekankan jiwa patriotisme. Dalam Undang-Undang No. 4/1950
tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, Bab II pasal 3
dinyatakan, ”Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia
susila yang cakup dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan tujuan pendidikan yang telah diubah ini menekankan pada
“karakter” yang sampai saat ini tetap dipertahankan.
Agar tujuan pendidikan tercapai, maka disusunlah kurikulum.
Menurut UU No.2 Tahun 1989, kurikulum yaitu seperangkat rencana dan
peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannya
dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (Rohman, 2012: 3).
Sedangkan kurikulum sendiri telah mengalami perubahan dari tahun 1947,
1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, 2013. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
5
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada
penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya. Berikut adalah penjelasan ringkas mengenai kurikulum
dari tahun 1947-2013.
2.1.1 Rencana Pelajaran 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama
Rencana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan
kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih
dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utam
kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain. Kurikulum pertama yang lahir
pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda,
artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa
Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada
1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali
dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata
pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana
Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan
watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani. Setelah rencana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum
Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi
Rentjana Pelajaran Terurai 1952.Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini
6
adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari.
2.1.2 Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut
Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali.
seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur
Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun
Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan
1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa,
karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis.Usai tahun
1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum pendidikan di indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana
Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran
dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
2.1.3 Kurikulum 1968
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan
7
pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya terdapat 9
mata pelajaran.
2.1.4 Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada
tujuan agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
2.1.5 Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
2.1.6 Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito
menjelaskan.
8
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994,
di antaranya sebagai berikut:
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sekitar
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental,
fisik, dan sosial
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa,
sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang
menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks
Pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman
2.1.7 Kurikulum 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mana setiap pelajaran
diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya,
kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni
ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda.
Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak
pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar
pemahaman dan kompetensi siswa.
9
2.1.8 KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncul lah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari
segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga
teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa
serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD),
standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar
(SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat
pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan
satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota.
2.1.9 Kurikulum 2013
Pada dasarnya, kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013
merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada
tahun 2004. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan
oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013
memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan,
dan aspek sikap dan perilaku. Kurikulum ini dikenal dengan kurikulum yang
menekankan pada pendidikan karakter. Sehingga, dalam kegiatan apapun
sikap seperti sopan, santun, religius harus selalu diterapkan.
Apabila ditarik benang merah, sesungguhnya poin dari setiap
kurikulum, baik itu dari kurikulum 1947 hingga kurikulum 2013 adalah
karakter. Karakter untuk membangun bangsa sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional.
10
2.2 Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan yang mana
menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Salah satu tujuan dari
pendidikan adalah untuk mempersiapkan generasi yang siap terjun ke
lingkungan masyarakat, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
mana salah satu perannya adalah sebagai pencetak tenaga kerja yang baik.
Oleh karena itu, hendaknya kurikulum yang diterapkan di SMK dapat
dikembangkan dengan baik. Pengembangan kurikulum yang akan diterapkan,
tentunya disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekayaan, dan
perkembangan masyarakat tersebut. Misalnya di daerah Tulungagung
terdapat tiga SMK yang berstandar Nasional pada kelompok teknologi yaitu
SMKN 3 Boyolangu, SMK Sore, dan SMK Veteran (Yasmono, 2008:45).
Dengan mendapatkan predikat sebagai SMK berstandar Nasional, tentunya
SMK ini dapat menerapkan dan mengembangkan kurikulum pendidikan
dengan baik.
Berikut akan penyusun paparkan mengenai cara pengembangn
kurikulum pendidikan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Salah satu
tujuan pengkajian yang dilakukan oleh Sudsomboon dan Anmanatarkul
adalah untuk mengembangkan sebuah kompetensi dasar pada suatu model
kurikulum yang telah diberlakukan di King Mongkut’s University of
Technology Thonburi di Thailand, khususnya pada mata kuliah teknik
otomotif untuk program teknik mesin. Data kualititatif didapatkan melalui
analisis suatu dokumen serta interview dengan 21 orang yang ahli dalam
bidang industri otomotif yang mana mereka juga terlibat dalam
pengembangan kurikulum/ pengembangan program diklat. Data tersebut
digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis lebih jauh lagi apa yang
telah mereka temukan. Tujuan dari kerangka kompetensi dasar kurikulum
yang ada menggambarkan tuntutan sosial, profil-profil kecakapan,
persayaratan kecakapan pengajar, dan racangan instruksi untuk program
teknik mesin.
11
Terdapat metode penelitian mengenai pengembangan kurikulum untuk
pendidikan kejuruan yang tersusun dalam 8 langkah, yaitu sebagai berikut,
Langkah 1
Langkah ini merupakan langkah dimana pengembang kurikulum
mengumpulkan literatur dan dokumen yang relevan, penelitian dalam bidang
kurikulum, kerangka materi pengajaran, analisis dokumen dan interview
dengan akademisi yang ahli dan pelaku dalam dunia industri yang nantinya
terlibat dalam pengembangan kurikulum dalam bidang kejuruan.
Langkah 2
Mengumpulkan dan memadu padankan data yang telah terkumpul
dimana dalam langkah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu untuk mengetahui
apa yang perlu dilakukan dalam dunia pendidikan, serta yang kedua adalah
apa yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Sehingga, ketika pengembang
kurikulum telah mengetahui keduanya, maka dapat dirancang suatu
kurikulum yang harmonis.
Langkah 3
Mendiskusikan kompetensi apa dalam pendidikan teknik mesin
(PTM) dalam perspektif umum. Setelah itu dilakukan analisis dengan
menggunakan analisis SWOT.
Langkah 4
Setelah mengetahui hasil analisis yang menggunakan analisis SWOT,
maka dapat ditentukan kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya dilakukan.
Langkah 5
Mengembangkan kerangka kurikulum berdasarkan pada profil-profil
kecakapan yang telah ditemukan.
Langkah 6
Konfirmasi adanya tenaga pendidik dan peralatan yang memenuhi
syarat.
Langkah 7
Menentukan aliran program berdasarkan pada pondasi, perintis, dan
program sederhana yang dapat diaplikasikan pada tahun ajaran depan serta
tahun-tahun selanjutnya.
12
Langkah 8
Evaluasi.
Langkah-langkah di atas dapat diterapkan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) sehingga dapat dihasilkan output yang seimbang
kemampuannya dalam ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Sedangkan untuk lima tahun terakhir ini, kurikulum yang digunakan
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013
yang mana sebenarnya kedua kurikulum ini merupakan pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Waras, 2010).
Sedangkan menurut Sukmadinata (2013: 150), yang menjadi prinsip
dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut.
2.2.1 Prinsip Umum
Prinsip umum dalam pengembangan suatu kurikulum adalah sebagai
berikut. Prinsip yang pertama adalah prinsip relevansi. Terdapat dua macam
relevansi, yaitu sebagai relevansi ke dalam dan ke luar. Relevansi ke dalam
maksudnya adalah kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen
kurikulum, yaitu antara tujuan, isis, proses penyampaian dan penilaian.
Sedangkan relevansi ke luar adalah hendaknya kurikulum tersebut relevan
dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat.
Prinsip yang kedua adalah fleksibilitas, kurikulum bersifat luwes
dimana kurikulum tersebut mudah untuk disesuaikan, diubah, dilengkapi atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan keampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku (Hamalik, 2013: 31).
Prinsip yang ketihga adalah kontinuitas yaitu kesinambungan. Proses
dan perkembangan belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak
terputus-putus atau berhendti-henti. Oleh karena it, pengalaman-pengalaman
belajar yang disediakan kurikulum hendaknya berkesinambungan antara satu
tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan
pekerjaan.
13
Prinsip yang keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat sederhana dan biaya yang juga murah. Prinsip ini juda
disebut prinsip efisiensi.
Prinsip yang kelima adalah efektivitas. Keberhasilan pelaksanaan
suatu kurikulum seharusnya dapat ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya.
Meskipun kurikulum seharusnya murah dan sederhana, akan tetapi
keberhasilannya harus diperhatikan.
Kurikulum pada dasarnya berintikan pada empat aspek utama, yaitu:
tujuan-tujuan pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian.
2.2.2 Prinsip Khusus
Terdapat beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman
belajar dan penilaian yaitu sebagai berikut.
Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, tujuan menjadi pusat
kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-
komponen kurikulum jendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek. Perumusan tujuan pendidikan
bersumber pada beberapa hal sebagai berikut.
1. Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah yang dapat ditemukan
dalam dokumen lembaga negara mengenai tujuan,dan strategi
pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan
2. Survai mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan
mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara tentang
kebutuhan mereka
3. Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu
4. Survai tentang manpower
5. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama
6. Penelitian.
14
Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, memilih isi
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan
para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana
2. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
3. Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
sistematis.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar,
hendaknya dipilih dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Apakah metode yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan
pelajaran?
2. Apakah metode tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat melayani perebedaan individual siswa?
3. Apakah metode teknik tersebut memberkan urutan kegitan yang
bertingkat-tingkat?
4. Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk
mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
5. Apakah metode tersebut lebih megaktifkan siswa atau
mengaktifkan guru atau kedua-duanya?
6. Apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan
baru?
7. Apakah metode tersebut menimbulkan jalinan keguatan belajar di
sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang
ada di rumah dan di masyarakat?
8. Untuk belajara keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar
yang menekankan “learning by doing” disamping “learning by
seeing and knowing”.
15
Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat penagajaran,
proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media
pembelajaran yang tepat (Sukmadinata, 2013: 154).
Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penialaian, penilaian
merupakan bagian interal dari pengajaran yang meliputi beberapa hal sebagai
berikut.
1. Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-
langkah sebagai berikut: rumuskan tujuan pendidikan yang umu
dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Uraikan ke dalam
bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan
pelajaran dan buat butir-butir soal
2. Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan
beberapa hal yaitu bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan
kelompok yang akan di test, berapa lama waktu yang dibutuhkan,
tes berbentuk uraian atau objektif, berapa banyak butir tes yang
perlu disusun, tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh
murid
3. Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan
hal-hal sebagai berikut yaitu norma, formula quessing,
pengubahan skor ke dalam skor masak, skor standar, untuk apa
hasil tes digunakan.
Menurut Ruhimat dan Alinawati (2011: 79), terdapat beberapa macam
model pengembangan kurikulum yaitu sebagai berikut, model Ralph Tyler,
administratif, Grass Root, demonstrasi, Miller-Seller, Taba dan model
Beauchamp.
2.2.3 Komponen Pengembangan Kurikulum
Terdapat beberapa komponen yang dikembangkan, komponen
tersebut adalah sebagai berikut.
16
a. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kea rah
pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang telag ditetapkan
dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Tujuan mata ajaran dikelompokkan menjadi beberapa bidang studi,
yaitu sebagai berikut (Hamalik, 2013: 24).
1. Bidang studi Bahasa dan Seni
2. Bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial
3. Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam
4. Bidang studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
b. Materi Kurikulum
Materi kurikulum merupakan isis kurikulum, dalam Undang-undang
Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan, bahwa…
“Isu kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional” (Bab IX, Ps. 39). Materi
kurikulum hendaknya meliputi beberapa hal sebagai berikut, teori, konsep,
generalisasi, prinsip, prosedur,fakta, istilah, contoh atau ilustrasi, definisi, dan
preposisi (Hamalik, 2013: 26).
c. Metode
Metode merupakan cara yang digunakan dalam menyampaikan
pelajaran agar tujuan kurikulum dapat tercapai. Metode dilakukan dengan
prosedur tertentu. Dapat dilakukan tiga pendekatan dalam penerapan metode
yaitu sebagai berikut.
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa
3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat.
17
d. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk yang masing-
masing memiliki ciri-ciri.
1. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (isolated subjects)
2. Mata ajaran yang berkorelasi (correlated)
3. Bidang studi (broadfield)
4. Program yang berpusat pada anak (childrecentered program)
5. Core program
6. Eclectic program
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum
adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya
evaluasi maka dapat diperoleh infornasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.
2.3 Penerapan Kurikulum yang Tepat Untuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
Sejak tahun 2004 telah diterapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) yang mana sering disebut dengan Kurikulum tahun 2004, kemudian
pada tahun 2006, KBK ini dikembangkan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan uji coba pelaksanaan KBK dihentikan. Hingga pada
tahun 2013 dikembangkan Kurikulum 2013 yang sering disebut dengan K13
yang sebenarnya merupakan pengembangan dari KBK.
Akan tetapi dengan perubahan kurikulum dari KTSP menjadi K13,
banyak guru yang mengeluhkan adanya perubahan tersebut yang dianggap
mempersulit. Sehingga pada awal ajaran tahun baru 2014-2015 banyak
sekolah yang kembali menggunakan kurikulum KTSP. Hal ini dikarenakan
banyak sekolah yang belum siap menerapkan K13 berkenaan dengan fasilitas
pendukung kurikulum ini. Terdapat beberapa sekolah yang tetap
menggunakan K13 seperti sekolah-sekolah yang ada di Kota Malang,
sedangkan Kabupaten Malang, Kota Batu, Kediri kembali menggunakan
18
KTSP. Hal ini tentunya ironis sekali, mengingat kurikulum di negara-negara
lain yang kian berkembang dan di Indonesia malah kembali ke kurikulum
yang sebelumnya. Sehingga akan muncul pertanyaan, kurikulum yang mana
yang tepat untuk diterapkan di Indonesia untuk sekarang?
Berikut adalah beberapa karakteristik KTSP dan Kurikulum 2013.
2.3.1 Karakteristik KTSP
KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum
dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Menurut
Yasmono (2008: 19) KTSP setidaknya memiliki karaktersitik sebagai berikut.
a. Berbasis kompetensi dasar (curriculum based competencies)
b. Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa
(developmentally-appropriate practice), bukan penerusan materi
pelajaran
c. Berpendekatan atau berpusat pada pembelajar (learner centered
curriculum) bukan pengajaran
d. Berependekatan terpadu atau integrative (integrative curriculum or
learning across curriculum), bukan diskrit
e. Bersifat diversifikatif, pluralistis, dan mulitikultural
f. Bermuatan empat pilar pendidikan yaitu memahami (leanring to
know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri
(learning to be oneself), dan belajar hidup bersama (learning to live
together)
g. Berwawasan dan bermuatan manajemen berbasis sekolah.
2.3.2 Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi sehingga
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil
kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum
dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen
kurikulum oleh seluruh peserta didik.
19
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif
dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang
harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui
pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa
aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas
tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan
menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)
antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan
vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema
(SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata
pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang
untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
20
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui perbedaan-
perbedaan antara KTSP dan Kurikulum 2013. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
No Aspek KTSP Kurikulum 2013
1 Struktur
Kurikulum
Struktur kurikulum
merupakan pola dan
susunan mata
pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta
didik dalam kegiatan
pembelajaran.
Struktur kurikulum
dijelaskan sebagai
gambaran
konseptualisasi konten
kurikulum dalam
bentuk mata pelajaran,
posisi konten/mata
pelajaran dalam
kurikulum, dostribusi
konten/mata pelajaran
dalam semester atau
tahun, beban belajar
untuk mata pelajaran
dan beban belajar per
minggu untuk setiap
siswa.
2 Mata Pelajaran
KTSP memuat 8 mata
pelajaran, muatan
lokal, dan
pengembangan diri.
Mata pelajaran
dikelompokkan menjadi
dua yaitu kelompok A
yang menekankan
aspek kognitif dan
kelompok B yang lebih
menekankan aspek
afektif dan psikomotor
(lebih sedikit).
3 Pembelajaran
KTSP masih
menggunakan
pendekatan mata
Kurikulum 2013
menuntut pembelajaran
dilakukan dengan
21
pelajaran pendekatan tematik
integratif,
4 Beban Belajar Lebih sedikit
dibandingkan K13
Lebih banyak
dibandingkan dengan
KTSP
5 Pengembangan
Kurikulum
Kurikulum
dikembangkan hanya
sampai pada standar
kompetensi dan
kompetensi dasar.
Pengembangan
kurikulum sudah
mencakup silabus, buku
teks, serta buku
pedoman guru.
Berdasarkan pada pemaparan di atas maka menurut penyusun,
kurikulum yang tepat digunakan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
adalah Kurikulum 2013, hal itu disebabkan adanya aspek-aspek yang lebih
rinci pada Kurikulum 2013. Misalnya mata pelajaran yang lebih sedikit,
tentunya peserta didik akan mendapatkan mata pelajaran yang mana relevan
dengan bidang keahliannya. Sehingga peserta didik tidak hanya unggul dalam
ranah psikomotorik saja, akan tetapi kognitif dan afektifnya juga baik.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kurikulum di Indonesia telah berkembang setelah Indonesia merdeka,
dari kurun waktu 1945-2013 kurikulum telah berubah sebanyak sembilan kali
yaitu sebagai berikut 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004,
2006, 2013. Kurikulum tersebut mengalami pengembangan seiring dengan
kebutuhan global dan tentunya pengembangan kurikulum setiap negara
memiliki landasan filosofis masing-masing.
Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu prinsip umum dan khusus, komponen, serta
model pengembangan kurikulum.
Terdapat perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum
sebelumnya yaitu KTSP pada aspek struktur kurikulum, mata pelajaran,
pembelajaran, beban belajar, dan pengembangan kurikulum.
Menurut penyusun kurikulum yang tepat digunakan pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) adalah Kurikulum 2013, hal itu disebabkan
adanya aspek-aspek yang lebih rinci pada Kurikulum 2013.
3.2 Saran
Kepada Pemerintah
Kurikulum yang telah dikembangkan (Kurikulum 2013) sudah sangat
bagus, akan tetapi kurikulum ini tentunya masih jauh dari sempurna
sehingga perlu diadakan lagi pengembangan selanjutnya,
Kepada Guru
Seharusnya guru tidak perlu bingung dengan adanya perubahan kurikulum
dan memaksakan diri untuk kembali kepada kurikulum yang lama. Dengan
adanya mindset mengajar yang baik maka dengan apapun bentuk
kurikulumnya, bukanlah menjadi masalah. Bahkan kurikulum 2013
memberikan waktu yang lebih untuk belajar dengan peserta didik sehingga
dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan yang kreatif.
23
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hatimi, Nur. 2013. Karakteristik Kurikulum 2013. (Online),
(http://kabarinata.blogspot.com/2014/05/karakteristik-kurikulum-
2013.html) diakses 15 Maret 2015
Murwani, Estri. 2013. Perbedaan Struktur Kurikulum 2013 dengan KTSP.
(Online), (http://estrimurwani.blogspot.com/2013/07/perbedaan-
struktur-kurikulum-2013.html) diakses 15 Maret 2015
Rohman, Muhammad. 2012. Kurikulum Berkarakter. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher
Ruhimat, Toto. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sudsombon & Anmanatarkul. Competency-Based Curriculum Development
On Automotive Technology Subjects for Mechanical Technology
Education Program. Thailand: 2007
Sukmadinata, Nana S. 2013. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Waras. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Silabus. Malang: Universitas
Negeri Malang
Yasmono, Arif Budi. 2008. Analisis Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada SMK Berstandar Nasional di Kebupaten
Tulungagung. Malang: Universitas Negeri Malang
Yoto. 2015. Manajemen Pendidikan Kejuruan. Malang: Universitas Negeri
Malang