kuliah 3.ppt

22
MERAWAT ORANG SAKIT DALAM PANDANGAN ISLAM Islam mendorong umat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu yang baik bagi mereka di dunia dan di akhirat untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus dimiliki adalah sehat / kesehatan. Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya mampu. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Dalam Islam terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu perilaku lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dalam Al-Qur’an maupun hadits, telah diperingatkan akan pentingnya memperhatikan kesehatan baik dalam konteks upaya promotfi, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 1.Upaya Promotif Yaitu upaya untuk meningkatkan kondisi yang sudah baik atau sehat menjadi lebih baik atau lebih sehat. 2.Upaya Preventif. Yaitu upaya mencegah atau melindungi diri dari terjadinya penyakit. 3.Upaya Keratif. Walaupun yang menyembuhkan penyakit itu Allah, tetapi bila dalam keadaan sakit haruslah berusaha menyembuhkannya dengan jalan berobat. 4.Upaya Rehabilitatif. Upaya rehabilitatif adalah upaya memperbaiki atau mengembalikan suatu kondisi dari keadaan sakit menjadi lebih sehat. Upaya rehabilitatif harus senantiasa diupayakan agar

description

kuliah 3

Transcript of kuliah 3.ppt

MERAWAT ORANG SAKIT DALAM PANDANGAN ISLAM

Islam mendorong umat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu yang baik bagi mereka di dunia dan di akhirat untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus dimiliki adalah sehat / kesehatan.Manusia yang sehat adalah manusia yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan penuh daya mampu. Dengan kemampuannya itu ia dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidupnya seoptimal mungkin. Dalam Islam terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu perilaku lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan.Dalam Al-Qur’an maupun hadits, telah diperingatkan akan pentingnya memperhatikan kesehatan baik dalam konteks upaya promotfi, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.1.Upaya PromotifYaitu upaya untuk meningkatkan kondisi yang sudah baik atau sehat menjadi lebih baik atau lebih sehat.2.Upaya Preventif.Yaitu upaya mencegah atau melindungi diri dari terjadinya penyakit.3.Upaya Keratif.Walaupun yang menyembuhkan penyakit itu Allah, tetapi bila dalam keadaan sakit haruslah berusaha menyembuhkannya dengan jalan berobat.4.Upaya Rehabilitatif.Upaya rehabilitatif adalah upaya memperbaiki atau mengembalikan suatu kondisi dari keadaan sakit menjadi lebih sehat. Upaya rehabilitatif harus senantiasa diupayakan agar tidak jatuh kepada kondisi lebih parah atau buruk.

Keperawatan adalah suatu manifesatikan dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada keimanan, keilmuan, dan amal serta kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif, ditunjukkan kepada individu keluarga dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Keperawatan Islam tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam secara keseluruhan. Berbagai dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits juga Tarikh Islam diyakini bahwa keperawatan Islam ada sejak jaman nabi Adam. Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat dituntut memiliki keterampilan intelektual, interpersonal, tehnikal serta memiliki kemampuan berdakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar.  Pada umumnya perawat inilah yang mempunyai banyak waktu bergaul mengawasi pasien, menolong pasien, dan mendengarkan keluhan mereka. Tidak saja yang berhubungan dengan keadaan di rumah sakit, tetapi juga yang berhubungan dengan keluarga pasien. Dia jauh lebih akrab dengan penderita daripada dokternya. Oleh karena itu sebagai perawat, dia harus dapat menenangkan pasiennya, menanamkan bahwa ALLOH Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan menyembuhkan penyakitnya. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat iman pasien dan mempercepat proses penyembuhan penyakitnya.Selain itu perawat harus menjadi penghubung antara pasien dengan dokter, dan sekaligus juga penghubung antara dokter dengan keluarga pasien. Dia dapat berbuat baik kepada keluarga pasien yang tentu ikut cemas dan gelisah ingin mengetahui tentang penyakit saudaranya, dan kemudian memberikan keterangan tentang penyakit yang diderita pasien dan dapat memberikan nasihat kepada mereka agar bersabar dalam menghadapi semua cobaan ini.

Mengingat tugas yang sangat luhur dan mulia ini, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang psikologi pasien, sehingga ia dapat memahami tingkah laku penderita, dan dapat pula menyampaikan kondisi yang diderita oleh pasiennya, baik kepada pasien sendiri maupun kepada keluarganya dengan cara yang bijaksana. Terutama sekali perawat harus lebih banyak mengetahui tentang ajaran agama islam, sehingga perawat akan menjaga pasien yang kritis dengan sabar, sambil membaca surat Ya Sin, atau mentalqinkan pasien untuk membaca laa ilaha illallah ke dekat telinga pasien sehingga bila pasien meninggal, dia akan menemui Tuhan-nya dengan kalimat tauhid sebagai tanda orang yang memperoleh khusnul khatimah (akhir yang baik).

Begitu luhurnya tugas seorang perawat, betapa banyak amal kebaikan yang dapat dilakukannya. Oleh karena itu, islam telah menetapkan beberapa sifat terpuji bagi manusia. Sifat-sifat itu niscaya harus dimiliki oleh para dokter dan perawat muslim, karena orang yang merawat orang sakit haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1.Tulus ikhlasOrang yang tulus ikhlas adalah orang yang berhati bersih dan benar-benar terbit dari hati yang suci, jujur, tidak berpura-pura, dan hanya mengharap keridhaan ALLOH semata. ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:“Mereka hanya diperintahkan untuk mengabdikan diri kepada ALLOH dengan ikhlas dan lurus mengerjakan agama karena Dia” (Q. S. 98: 5)

“Mereka memberi makan orang miskin, yatim, dan tawanan perang, sedangkan mereka sendiri masih memerlukan makanan itu. Kami hanya karena ALLOH memberi makan kamu, dengan tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu (kata mereka)” (Q. S. 76: 8-9)

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya segala perbuatan itu dengan niat, dan sesungguhnya tiap-tiap seseorang itu mendapat sesuatu hanya menurut niatnya” (H. R. Bukhori, Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i, dari Umar bin Khoththob)

“Sesungguhnya ALLOH ‘assa wa jalla tidak menerima suatu amal perbuatan jika tidak disertai dengan keikhlasan, dan mengharapkan kerihoan-NYA” (H. R. Abu Dawud dan Nasa’i)

Adanya harapan untuk mendapatkan hasil dari sesuatu pekerjaan tidak bertentangan dengan sifat-sifat tulus ikhlas di atas, karena Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda,“Bahwasanya harapan itu rahmat dari ALLOH bagi umatku. Kalau tidak ada harapan tidaklah seorang ibu menjuruskan anak, dan tidak ada seorangpun akan menanam sebatang pohon” (H. R. Al-Khathib dari Anas bin Malik)

2.Penyantun

Penyantun ialah orang yang halus perasaan, baik budi bahasa dan lakunya, orang yang suka menaruh belas kasihan dan lekas merasakan kesukaran orang lain; turut berduka cita dengan orang yang kesusahan, serta suka menolong orang lain dengan sekuat tenaga.

ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:“Sesungguhnya rahmat ALLOH itu dekat kepada orang yang berbuat kebajikan” (Q. S. 7: 56)

“Tutur bahasa yang baik dan pemaaf lebih utama daripada pemberian yang diiringi dengan sesuatu yang menyakiti. Dan ALLOH Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Q. S. 2: 263)

Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Setiap orang yang menyantuni disantuni oleh ALLOH Yang Maha Penyantun. Santunilah orang yang di bumi, niscaya yang di langit menyantuni kamu” (H. R. Tirmidzi dan Abu Dawud)

“Orang yang tidak menyantuni manusia tidak disantuni oleh ALLOH” (H. R Bukhori, Muslim, dan Tirmidzi)

3.Peramah

Orang yang bertabiat ramah adalah orang yang baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan.

ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Maka karena rahmat ALLOH-lah engkau berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya engkau berlaku kasar dan berhati bengis, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” (Q. S. 3: 159)

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Senyuman terhadap saudaramu adalah kebajikan” (H. R. Tirmidzi)

“Sesungguhnya kamu tidak dapat melapangkan manusia dengan hartamu, tetapi manis-muka dan baik-budimulah yang dapat melapangkan mereka (H. R. Abu Ya’la)

4.Sabar

Orang yang sabar di antaranya adalah orang yang tidak lekas marah dalam mengerjakan sesuatu, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati.

ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:“Sungguh orang yang sabar dan pemaaf adalah pekerjaannya itu termasuk pekerjaan yang sangat perlu dipelihara” (Q. S. 42:43)

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Seorang muslim yang bergaul dengan orang lain, dan sabar menghadapi perbuatan mereka yang menyakiti, lebih utama dari seorang muslim yang tidak bergaul dan tidak sabar” (H. R. Tirmidzi dan Abu Huroiroh)

“Sebaik-baik senjata orang mukmin adalah sabar dan doa” (H. R. Ad-Dailami dari Ibu Abbas)

5.TenangOrang yang tenang di antaranya adalah orang yang tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan seuatu pekerjaan. Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Tetaplah kamu bersifat tenang” (H. R. Thabrani dan Baihaqi)

“Bila engkau melakukan sesuatu pekerjaan, hadapilah dengan tenang, hingga ALLOH menunjukkan kepada engkau jalan keluar (dari kesulitanmu)” (H. R. Bukhori)

6.Teliti

Orang yang teliti adalah orang yang hati-hati, saksama, cermat, dan rapi.

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya ALLOH Ta’ala menyukai bila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan supaya dilakukannya dengan teliti” (H. R. Baihaqi, Abu Ya’la, dan Ibnu ‘Asakir dari Siti Aisyah r.a)

“Bila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan, hendaklah dia mengerjakannya dengan teliti, karena yang demikian itu meyenangkan hati si penderita (H. R. Ibnu Sa’ad dari ‘Atha)

7.TegasOrang yang tegas adalah orang yang tentu dan pasti, dan tidak ragu-ragu lagi dalam mengerjakan sesuatu.

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Bila ada keraguan dalam hatimu, tinggalkanlah” (H. R. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Abu Umamah)

“Abu Sa’id meriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Nabi Muhammad shollalohu ‘alayhi wa sallam dan berkata, ‘Saudaraku sakit perut.’ Nabi bersabda, ‘Minumkanlah madu!’ Kemudian dia datang kedua kalinya, dan Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Minumkanlah madu!’ Kemudian dia datang lagi seraya berkata, ‘Sudah kukerjakan!’ Nabi bersabda, ‘Benarlah ALLOH dan berdustalah perut saudaramu, minumkanlah madu!’ Maka diminumkannyalah madu dan lantas dia sembuh” (H. R. Bukhori)

Hadits ini menyatakan bahwa si penanya merasa ragu-ragu memberikan obat (madu), tetapi Nabi tetap tegas menyuruhnya meminumkan madu tersebut kepada saudaranya yang sedang sakit itu.

8. Patuh

Orang yang patuh adalah orang taat pada perintah dan aturan, baik yang diberikan oleh agama maupun oleh atasan.

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Dengarkanlah dan patuhilah, walaupun yang dijadikan pemimpin atasmu seorang budak hitam’” (H. R. Bukhori)

“Abdulloh bin Umar r.a. bersabda, ‘Mendengarkan dan mematuhi wajib atas seorang islam dalam hal-hal yang disukainya atau tidak, selama dia tidak diperintahkan melakukan maksiat (pelanggaran hukum). Bila dia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak boleh dia mendengarkan dan mematuhinya” (H. R. Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud)

9. Bersih

Orang yang bersih adalah orang jelas, rapi, apik, dan suci.

ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:“ALLOH menyukai orang-orang yang bersih” (Q. S. 9: 108)

“Pakaianmu bersihkanlah” (Q. S. 74: 4)

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya ALLOH Ta’ala baik, menyukai kebaikan. Ia pemurah, menyukai kepemurahan. Ia pemberi, menyukai kedermawanan. Maka bersihkanlah pekaranganmu”

“Jabir bin Abdulloh meriwayatkan, bahwa Nabi shollallohu ‘alayhi wa sallam melihat seorang laki-laki dengan rambut kusut masai, lalu beliau bersabda, ‘Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk merapikan rambutnya?’ Dan beliau melihat laki-laki lain, pakaiannya kotor, lalu beliau bersabda, ‘Apakah orang ini tidak mempunyai sesuatu untuk mencuci pakaiannya?’” (H. R. Abu Dawud)

10.Penyimpan rahasia

Orang yang bertugas merawat orang sakit haruslah pandai menyimpan rahasia pasiennya, terutama kepada orang yang tidak berkepentingan. Sebab kemungkinan besar hal itu akan membuka aib diri pasien atau keluarganya, dan mungkin juga akan mengeruhkan suasana sehingga dapat memperburuk kesehatan pasiennya.

ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:“ALLOH tidak menyukai orang yang mengeluarkan kata-kata keji (menyebutkan dan menyebarkan keaiban orang lain) kecuali bila ia dianiaya” (Q. S. 4: 148)

“Sesungguhnya orang-orang yang menyukai tersiarnya kekejian pada orang-orang yang beriman, untuk mereka siksa yang pedih di dunia dan di akhirat” (Q. S. 24: 19)

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menyimpan rahasia (keaiban) temannya, ALLOH menyimpan pula rahasianya di hari kiamat. Dan barangsiapa membuka rahasia temannya sesama muslim, ALLOH membukakan pula rahasianya, hingga ALLOH memberi malu dia dalam rumah tangganya”“Barangsiapa menyimpan rahasia (keaiban), seakan-akan dia menghidupkan kembali anak yang dikubur hidup-hidup” (H. R. Abu Dawud dan Nasa’i)

“Bila seseorang menutup rahasia (keaiban) orang lain di dunia, pasti ALLOH menutup pula rahasia (keaiban)nya di hari kiamat” (H. R. Muslim dari Abu Huroiroh)

11.Dapat dipercaya

Seorang perawat harus menjadi orang yang dapat dipercaya, baik oleh dokter, pasien, atau keluarga pasien.

ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:“Sungguh berbahagialah orang-orang yang beriman yaitu yang khusuk dalam sembahyang, yang meninggalkan segala yang sia-sia, yang menunaikan zakat, yang memelihara kehormatannya selain kepada istri atau hamba sahayanya, buat ini mereka tidak tercela. Barangsiapa menghendaki selain dari itu, maka adalah mereka melampaui batas, yang memelihara amanat dan menetapi janji, yang menetapi segala sembahyangnya. Mereka itu memperoleh surga firdaus, di mana mereka akan kekal selama-lamanya” (Q. S. 23: 1-11)

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati ALLOH dan Rosul-NYA, dan janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahui” (Q. S. 8: 27)

“Sesungguhnya ALLOH memerintahkan kamu supaya menyampaikan segala amanat (yang dipercayakan) kepada yang berhak” (Q. S. 4: 48)

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Anas meriwayatkan, bahwa dalam khutbah atau pidatonya, Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam selalu bersabda, ‘Tidak ada iman pada orang yang tidak dapat dipercaya, tidak memelihara amanat, dan tidak ada agama pada orang yang tidak menepati janji” (H. R. Ahmad)

12.Bertanggung jawab

Seorang perawat haruslah bertanggung jawab dalam merawat pasiennya sesuai dengan tugas yang diembannya.

ALLOH subhanahu wa ta’ala berfirman:“Dan janganlah engkau menuruti apa-apa saja yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu masing-masingnya akan dimintai pertanggungjawabannya” (Q. S. 17: 36)

Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,“Sesungguhnya ALLOH akan memeriksa setiap orang tentang urusan yang dipertanggungjawabkan kepadanya, apakah diurusnya dengan baik atau disia-siakannya, sehingga pertanggungjawaban terhadap keluarga/ rumah tangganya pun akan diperiksa juga. (H. R. An-Nasa’i dan Ibnu Hibban dari Anas bin Malik)

“Tiap-tiap kamu adalah pemimpin/ pengurus, dan tiap-tiap kamu bertanggung jawab atas pimpinan/ urusannya; kepala negara adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas pimpinannya. Suami adalah pemimpin atas keluarganya dan ia bertanggung jawab atas pimpinannya. Istri adalah pengurus dalam rumah tangganya, dan dia bertanggung jawab atas urusannya. Pelayan adalah pengurus harta benda majikannya, dan dia bertanggung jawab atas urusannya. Laki-laki adalah pengurus harta benda orang tuanya, dan dia bertanggung jawab atas urusannya. Ringkasnya, tiap-tiap kamu adalah pemimpin/ pengurus dan bertanggung jawab atas pimpinan/ urusannya” (H. R. Ahmad, Bukhori, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi dari Ibnu Umar)

ADAB MENGHADAPI ORANG SAKIT Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian. Cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta'ala berfirman yang artinya,"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).

Menurut Islam sakit merupakan qadla dan qadar Allah yang diturunkan kepada mukmin dan juga kepada kafir dan sakit akan menghapuskan dosa. Sebagaimana firman Allah ta'ala, yang artinya: "Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. asy-Syuura: 30). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: "Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya, " Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim).

Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya. Allah ta'ala berfirman yang artinya,"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. al-An'am: 42)

yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)

 Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah.Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah ta'ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan." (HR. Tirmidzi, shohih).

”Penyakit merupakan cambuk Allah di bumi ini, dengannya Dia mendidik hamba-hamba-Nya.” (Al Hadits).

Bagi Penderita wajib bersabar dan ikhlas terhadap cobaan (sakit) yang menimpanya, sedang bersabar (dari cobaan itu) akan diberi pahala dan mendapatkan kebaikan di sisi Allah. Islam memerintahkan agar berobat pada saat ditimpa penyakit. Berobatlah, karena tiada satu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya, selain dari satu penyakit, yaitu ketuaan (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi dari sahabat Nabi Usamah bin Syuraik).

“Sesungungnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan menurunkan obatnya. Maka jika didapatkan obat maka sembuhlah ia dengan izin Allah”.

Bagi Keluarga, Kerabat, dan Orang lain disyariatkan menjenguk setiap orang sakit. Diriwayatkan di dalam hadits sahih muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: "Hak orang muslim atas orang muslim lainnya ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazahnya, mendatangi undangannya, dan mendoakannya ketika bersin."

Keutamaan dan Pahala Menjenguk Orang Sakit. Hadits Tsauban yang marfu' (dari Nabi saw.): "Sesungguhnya apabila seorang muslim menjenguk orang muslim lainnya, maka ia berada di dalam khurfatul jannah."

Dalam riwayat lain ditanyakan kepada Rasulullah saw.: "Wahai Rasulullah, apakah khurfatul jannah itu?" Beliau menjawab, "Yaitu taman buah di surga.“

Diriwayatkan dari Ali r.a., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Tiada seorang muslim yang menjenguk orang muslim lainnya pada pagi hari kecuali ia didoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari; dan jika ia menjenguknya pada sore hari maka ia didoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi hari, dan baginya kurma yang dipetik di taman surga." (HR Tirmidzi, dan beliau berkata, "Hadits hasan." ) Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda:

"Barangsiapa menjenguk orang sakit maka berserulah seorang penyeru dari langit (malaikat), 'Bagus engkau, bagus perjalananmu, dan engkau telah mempersiapkan tempat tinggal di dalam surga." Oleh sebab itu, menjenguk orang sakit, menanyakan keadaannya, dan mendoakannya merupakan bagian dari pengobatan menurut orang-orang yang mengerti. Maka pengobatan tidak seluruhnya bersifat materiil (kebendaan).

Menjenguk orang sakit bukan berarti semata-mata membesarkan hati penderita, tetapi hal itu juga merupakan tindakan dan perbuatan baik kepada keluarganya. janganlah suami atau wali melarang istri atau putrinya menjenguk orang yang punya hak untuk dijenguk olehnya, seperti kerabatnya yang bukan muhrim, atau besan (semenda), atau gurunya, atau suami kerabatnya, atau ayah kerabatnya, dan sebagainya dengan syarat-syarat seperti yang telah disebutkan di atas. menjenguk orang sakit itu, apa pun jenisnya, warna kulitnya, agamanya, atau negaranya, adalah amal kemanusiaan yang oleh Islam dinilai sebagai ibadah dan qurbah (pendekatan diri kepada Allah).

1. Jangan menyebutkan identitas diri secara tidak jelas, misalnya dengan mengatakan "saya," tanpa menyebut namanya.

2. Jangan berkunjung pada waktu yang tidak layak untuk berkunjung, seperti pada waktu si sakit minum obat, atau waktu mengganti pembalut luka, waktu tidur, atau waktu istirahat.

3. Jangan terlalu lama (kecuali bagi orang yang mempunyai hubungan khusus dengan si sakit seperti yang saya sebutkan di atas).

4. Menundukkan pandangan (apabila di tempat itu terdapat wanita yang bukan mahramnya).

5. Jangan banyak bertanya, dan hendaklah menampakkan rasa belas kasihan.

6. Mendoakannya dengan ikhlas.7. Menimbulkan optimisme kepada si sakit.8. Menganjurkannya berlaku sabar, karena sabar itu besar

pahalanya, dan melarangnya berkeluh kesah, karena berkeluh-kesah itu dosa."

ada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa yang menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, lalu ia mengucapkan doa ini disampingnya sebanyak tujuh kali:(Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung Tuhan bagõ 'arsy yang agung, semoga la berkenan menyembuhkanmu), niscaya Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut."

Kesabaran keluarga dan kerabatnya dalam merawat dan mengusahakan kesembuhannya tidak kalah besar pahalanya.Diantara orang yang paling wajib bersabar apabila keluarganya ditimpa sakit ialah suami atas istrinya, atau istri atas suaminya. Yang lebih wajib lagi ialah kesabaran anak laki-laki terhadap penyakit kedua orang tuanya. Sebab hak mereka adalah sesudah hak Allah Ta'ala, dan berbuat kebajikan atau berbakti kepada mereka termasuk pokok keutamaan yang diajarkan oleh seluruh risalah Ilahi. Karena itu Allah menyifati Nabi Yahya a.s. dengan firman-Nya:

"Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka." (Maryam: 14)Demikian juga dengan anak perempuan, bahkan dia lebih berhak memelihara dan merawat kedua orang tuanya, dan lebih mampu melaksanakannya karena Allah telah mengaruniainya rasa kasih dan sayang yang melimpah, yang tidak dapat ditandingi oleh anak laki-laki. Al-Qur'an sendiri menjadikan kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua ini dalam urutan setelah mentauhidkan Allah Ta'ala, sebagaimana difirmankan-Nya:

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu bapak..." (an-Nisa': 36)

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kam jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya ..." (al-lsra': 23)

Ungkapan Al-Qur'an "sampai ke usia lanjut dalam pemeliharaanmu" menunjukkan bahwa si anak bertanggung jawab atas kedua orang tuanya, dan mereka telah menjadi tanggungannya. Sedangkan bersabar terhadap keduanya --ketika kondisi mereka telah lemah atau tua-- merupakan pintu yang paling luas yang mengantarkannya ke surga dan ampunan;

Menjenguk orang sakit bagian dari adab Islam yang mulia. Dia bagian dari rahmat  yang dengannya Islam datang dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam diutus.

LينOمL TعLال Oل ل VةLمTح Lر Oال إ LاكL Tن ل Lس TرL أ وLمLا

 "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya': 107)Rahmat Islam ini mencakup semua sisi kehidupan, di antaranya rahmat Islam terhadap orang-orang lemah dan sakit. Karena orang sakit sedang merasakan penderitaan dan menahan rasa sakit yang menyerangnya. Oleh sebab itu, ia lebih membutuhkan perhatian dan bantuan dari sesamanya, serta hiburan dan motifasi untuk menguatkannya. Karena itulah Islam memberikan perhatian besar terhadap akhlak mulia ini melalui lisan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

LيO TعLان ال fوا وLفhك LيضOرLمT ال وLعhودhوا LعO ائ LجT ال LطTعOمhوا أ"Berilah makan oleh kalian orang yang lapar, jenguklah orang sakit, dan bebaskan tawanan (muslim)." (HR. Al-Bukhari Dari Abu Musa al-Asy'ari Radhiyallahu 'Anhu)Dituturkan oleh al-Bara' bin Azib Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kepada kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara: Beliau memerintahkan kami agar menjenguk orang sakit. . ." (Muttafaq 'alaih)

Bahkan perhatian Islam terhadap akhlak mulia ini sampai menjadikannya sebagai bagian dari hak persaudaraan se-Islam. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: OةLوTعtالد hةL اب LجO وLإ OزO Lائ ن LجT ال hاعL }ب وLات OيضOرLمT ال hةLادL ي OعLو O م Lال tالس fد Lر خLمTس� O Oم ل TسhمT ال عLلLى O Oم ل TسhمT ال fقLح

OسOاطLعT ال hيتOم TشL وLت"Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan yang bersin.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

hةLادL ي OعLو OةLوTعtالد hةL اب LجO وLإ OسOاطLعT ال hيتOم TشL وLت O م Lال tالس fد Lر OيهOخL أ عLلLى O Oم ل TسhمT Oل ل hبOجL ت خLمTس� OزO Lائ ن LجT ال hاعL }ب وLات OيضOرLمT ال

"Lima perkara yang wajib ditunaikan seorang muslim terhadap saudara (muslim)-nya: Menjawab salam, mendoakan yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit, dan mengantar jenazah." (HR. Muslim)Tidak cukup menganjurkan kaum muslimin untuk menjenguk orang sakit,  Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri memberi teladan langsung. Beliau menjenguk orang skait, menghiburnya, mendoakannya, dan meringankan beban-bebannya. Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu berkata: "Demi Allah, sesungguhnya kami sering menemani Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam safar maupun muqim. Adalah beliau menjenguk yang sakit di antara kami, mengantarkan jenazah kami, berperang bersama kami, dan membantu kami dengan yang sedikti dan banyak." (HR. Ahmad)

Terdapat banyak riwayat, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjenguk sebagian sahabatnya saat mereka sakit. Ada juga keterangan dalam Shahih al-Bukhari, beliau pernah menjenguk seorang anak Yahudi yang masih kecil, lalu mengajaknya masuk Islam sehingga ia menjadi Muslim. Sepantasnya kaum muslimin berakhlak dengan akhlak yang agung ini, terlebih lagi para tokoh, pejabat dan orang besarnya. Sesungguhnya menjenguk orang sakit walaupun ia rakyat jelata bukan tindakan tercela yang menurunkan wibawa. Telah ada contoh dari ulama salaf kita, mereka sangat memperhatikan urusan menjenguk orang sakit. Maka apabila mereka tidak melihat seseorang, mereka menanyakannya, dan jika ia sakit, maka segeralah mereka menjenguknya.

Para ulama salaf kita sangat memperhatikan urusan menjenguk orang sakit. Apabila mereka tidak melihat seseorang, mereka menanyakannya, dan jika ia sakit,

maka segeralah mereka menjenguknya.

Pada diri orang sakit terdapat keutamaan dan kemuliaan bagi orang yang menjenguknya berdasarkan kabar berita dari baginda Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang diutus menjadi rahmat bagi semesta alam. Allah telah janjikan pahala yang banyak dan ganjaran yang besar bagi orang yang menjenguk orang sakit. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan:

1. Dari Tsauban Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

ع& ج) ي&ر* ت.ى ح& ن.ة) ال*ج& ة) ف& ر* خ7 ف)ي ل* ي&ز& ل&م* ا ر)يض< م& ع&اد& م&ن*"Siapa yang menjenguk orang sakit, ia berada dalam kebun surga sehingga dia kembali."  (HR. Muslim dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' no. 6389) tentang maksud kebun surga di sini adalah buah-buahannya.

2. Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

ي& ي7م*س) ت.ى ح& Fل&ك م& &ل*ف& أ ب*ع7ون& س& ع&ل&ي*ه) ل.ى ص& إ)ال. غ7د*و&ة< ا ل)م< م7س* ي&ع7ود7 Fل)م م7س* م)ن* ا م& Yر)يف خ& ل&ه7 و&ك&ان& ب)ح& ي7ص* ت.ى ح& Fل&ك م& &ل*ف& أ ب*ع7ون& س& ع&ل&ي*ه) ل.ى ص& إ)ال. ي.ة< ع&ش) ع&اد&ه7 إ)ن* و&

ن.ة) ال*ج& ف)ي"Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga." (HR. al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Tirmidzi)

3. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,م)ن* أ*ت& ت&ب&و. و& اك& م&م*ش& و&ط&اب& ط)ب*ت& اء) م& الس. م)ن* Fن&اد م7 ن&اد&ى ا م&ر)يض< ع&اد& م&ن*

ن*ز)ال< م& ن.ة) ال*ج&"Siapa yang menjenguk orang sakit, maka ada seorang yang berseru dari langit: kamu adalah orang baik, dan langkahmu juga baik dan engkau berhak menempati satu tempat di surga." (HR. Ibnu Majah, al-Tirmidzi, dan ahmad. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Misykah no. 5015. Ibnu Hibbad juga menshahihkannya sebagaimana yang disebutkan Ibnul Hajar dalam Al-Fath)

4. Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

فOيهLا LسLمL اغTت LسLلLج OذLا فLإ LسOلTجL ي tى حLت OةLمTح tالر فOي hوضhخL ي Tل LزL ي TمL ل مLرOيضVا LادLع TنLم"Siapa yang mejenguk orang sakit, ia terus dalam naungan rahmat sehingga duduk. Maka apabila ia duduk, ia tenggelam ke dalamnya." (HR. Ahmad. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 2504)

5. Sesungguhnya menjenguk orang sakit adalah salah satu dari jalan surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa di antara kalian yang berpuasa di pagi ini?"Abu Bakar menjawab, "Saya."Beliau bertanya, "Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit hari ini?"Abu Bakar menjawab, "Saya."Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang telah menghadiri jenazah di pagi ini?"Abu Bakar menjawab, "Saya."Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin di pagi ini?Abu Bakar menjawab, "Saya".Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah semua ini terkumpul dalam diri seseorang ekcuali pasti ia masuk surga." (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 88)  Sesungguhnya kita tidak tahu amal kita mana yang menjadi sebab utama datangnya rahmat bagi diri kita. Berapa banyak rahmat Allah dilimpahkan kepada seseorang karena amal-amal kecil yang dilaziminya. Karena itulah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Janganlah engkau remehkan kebaikan sekecil apapun itu, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berbinar (menyenangkan)." (HR. Muslim dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu)