Kuasi eksperimen

12
Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment ` Program Studi Teknologi Pembelajaran Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang Oktober 2011 Soetam Rizky Wicaksono NIM : 110121609138 Jujuk Ferdianto NIM : 110121609117 Edy Suprapto NIM : 110121609119 Dosen Pembina :Prof. DR. Wayan Ardhana

description

 

Transcript of Kuasi eksperimen

Page 1: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

`

P r o g r a m S t u d i T e k n o l o g i P e m b e l a j a r a n

P r o g r a m P a s c a S a r j a n a

Universitas Negeri Malang

O k t o b e r 2 0 1 1

Soetam Rizky WicaksonoNIM : 110121609138Jujuk FerdiantoNIM : 110121609117Edy SupraptoNIM : 110121609119

Dosen Pembina :Prof. DR. Wayan Ardhana

Page 2: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

A. Pendahuluan

Eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah tes atau pengujian, atau juga dapat diartikan

sebagai sebuah tes yang tidak terlalu tampak penyebabnya dan dapat diartikan pula sebagai percobaan

atau manipulasi secara sengaja (Cook & Campbell, 1979). Percobaan tersebut dapat dilakukan dengan

simulasi atau dengan tes secara riil. Namun tes secara riil dianggap lebih valid dibandingkan percobaan

yang hanya dilakukan dengan menggunakan teknik simulasi.

Di dalam melakukan percobaan tersebut dibutuhkan adanya efek perlakuan dengan

menggunakan pembandingan dari satu percobaan dengan percobaan yang lain. Di dalam rancangan

eksperimen, langkah yang dianggap terbaik adalah dengan menggunakan penugasan secara acak yang

memiliki konsep penafsiran ceteris paribus (segala sesuatu yang lain bersifat sama). Tetapi hal tersebut

seringkali sulit diimplementasikan jika obyek penelitian yang dikenai adalah manusia. Khususnya di

bidang pendidikan yang hampir seluruh obyek penelitiannya adalah pebelajar, maka penugasan secara

acak sangat sulit diimplementasikan.

Dengan melihat kepada fenomena tersebut, maka dibutuhkan sebuah teknik eksperimen lain

yang tidak menggunakan penugasan secara acak. Penugasan secara acak umumnya dilakukan dengan

menggunakan teknik true experiment, sedangkan alternatif teknik yang tidak menggunakan penugasan

secara acak disebut sebagai quasi experimental design (Scott & Usher, 2011). Teknik eksperimen ini

umumnya dilakukan jika peneliti tidak memiliki kendali penuh terhadap obyek penelitian sehingga tidak

mampu menerapkan penugasan obyek secara acak.

Quasi experiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran

dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan

dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Jenis ini

juga seringkali disebut sebagai post-hoc research yang berarti bahwa peneliti dapat melihat efek yang

terjadi dari sebuah variabel setelah kejadian tertentu (Salkind, 2006:234). Quasi experiment

sesungguhnya dapat dikatakan mirip dengan true experiment jika dilihat dari pemanipulasian variabel

independen yang dilakukan (Ary et al, 2010:316).

Beberapa perbedaan yang sangat signifikan dari quasi experiment bila dibandingkan dengan

true experiment adalah jika di dalam true experiment digunakan untuk menguji sebab-akibat yang

sesungguhnya dari sebuah hasil relasi, sedangkan di dalam quasi experiment hanya melakukan

pengujian tanpa adanya kendali penuh didalamnya (Salkind, 2006:10; Levy & Ellis, 2011). Namun hal ini

bukan berarti bahwa peneliti sama sekali tidak memiliki kendali terhadap obyek penelitian di dalam

quasi experiment, tetapi yang dimaksudkan adalah kendali yang dimiliki tidak mutlak bisa digunakan.

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 1

Page 3: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi experiment adalah terlalu fokus terhadap

kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan tidak berkelanjutan sehingga dapat mengaburkan tujuan jika

terjadi perubahan yang tidak terduga akibat faktor fenomena ekonomi atau perkembangan politik. Dan

juga kurang kuatnya pengukuran dalam hal asosiasi yang menjadikan beberapa efek yang terjadi

pengukurannya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan beberapa efek seringkali “tidak terlihat” pada

saat pengukuran terjadi (Caporaso, 1973:31-38).

Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi experiment sangat

disarankan mengingat kondisi obyek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya penugasan

secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh (naturally formed intact

group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya

sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true experiment tidak dapat dipenuhi

secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan

sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran,

direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di dalam implementasinya (Azam, Sumarno &

Rahmat, 2006).

Tidak adanya pengacakan dalam menentukan subjek penelitian memungkinkan untuk

munculnya masalah-masalah yang terkait dengan validitas eksperimen, baik validitas internal maupun

eksternal. Akibatnya, interpreting and generalizing hasil penelitian menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh

karena itu, pembatasan hasil penelitian harus diidentifikasi secara jelas dan subjek penelitian perlu

dideskripsikan.

Secara umum, pelaksanaan penelitian dengan menggunakan teknik quasi experiment dapat

berhasil jika strategi berikut diterapkan didalamnya. Strategi tersebut antara lain (Robson et al,

2001:30): menambahkan kelompok kontrol, melakukan pengukuran sebelum dan sesudah implementasi

yang didalamnya dilakukan intervensi, secara bertahap memperkenalkan perlakuan terhadap kelompok

obyek, menambahkan prosedur terbalik terhadap tiap perlakuan di tiap kelompok dan menggunakan

pengukuran luaran tambahan.

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 2

Page 4: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

B. Jenis Desain Quasi Experiment

Terdapat beberapa jenis desain di dalam implementasi quasi experiment, yakni (Ary et al, 2010;

Azam, Sumarno & Rahmat, 2006):

1. Nonrandomized Control Group, Pretest–Posttest Design

Disebut juga sebagai non eqivalent control group design dan dianggap sebagai desain yang paling

banyak digunakan di dalam teknik quasi experiment (Salkind, 2006:235). Desain ini mirip dengan

pre-test-posttest di dalam true experiment namun tidak memiliki penugasan acak didalamnya.

Karena adanya pretest, maka pada desain penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut

diperhitungkan. Pretest dalam desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan

secara statistik (statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan

terhadap capaian skor (gain score).

Tabel 1: Skema Nonrandomized Control Group, Pretest–Posttest Design (Ary et al, 2010)

Group Pretest Independent Variable PosttestE Y1 X Y2

C Y1 — Y2

Hal yang penting diperhatikan di dalam desain ini adalah jika posttest yang dilakukan ternyata tidak

berpengaruh kepada subjek eksperimen akibat adanya pengaruh dari pretest sebelumnya. Sebab

hasil posttest bisa jadi hanya merupakan pengaruh akibat dari adanya pretest. Misal: jika di dalam

pretest terdapat pertanyaan, “Apakah Anda sering membaca harian Kompas?”, dan setelah terjadi

perlakuan pada subjek eksperimen yang didalamnya mengharuskan mereka sering melakukan

review terhadap artikel di harian Kompas, maka jawaban pada saat posttest untuk pertanyaan yang

sama bisa menjadi bias.

Tetapi bias yang terjadi antara hasil pretest dan posttest umumnya dapat dihindari jika tes yang

dilakukan lebih bersifat sebagai achievement test, karena didalamnya akan menuntut subjek

menjawab posttest berdasarkan hasil perlakuan eksperimen. Namun jika tes yang dilakukan lebih

mengarah ke motivasi atau sikap, maka disarankan untuk tidak menggunakan desain jenis ini (Ary et

al, 2010).

Hasil yang mungkin terjadi di dalam desain ini antara lain (Vockell, 1983:177) :

a. Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil posttest yang lebih baik (dianggap

sebagai hasil yang terbaik dari eksperimen)

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 3

Page 5: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

Gambar 1. Contoh Kemungkinan Pertama

b. Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil posttest yang sama baik atau sama

meningkat dengan kelompok yang tidak mendapat perlakuan (diasumsikan sebagai hasil gagal

dalam eksperimen karena perlakuan tidak memiliki pengaruh)

Gambar 2. Contoh Kemungkinan Kedua dan Ketiga

Secara umum, desain ini cukup memadai untuk dilakukan di dalam situasi yang tidak memungkinkan

bagi peneliti untuk melakukan penugasan secara acak dan lebih ditekankan kepada hasil posttest

yang bersifat achievement sehingga efek dari eksperimen dapat lebih terlihat secara jelas. Umumnya

desain jenis ini digabungkan dengan desain lain dari quasi experiment agar dapat mendapatkan hasil

yang lebih optimal (Vockell, 1983:178)

2. Counterbalanced Design

Desain jenis ini umumnya menggunakan lebih dari satu intact class (kelas yang sudah terbentuk

sebelumnya) lalu dirotasi perlakuannya pada interval waktu tertentu. Perbedaan utama antara jenis

ini dengan jenis sebelumnya adalah bahwa seluruh kelompok akan mengalami perlakuan yang sama,

tetapi dengan urutan yang berbeda-beda (lihat pada skema di tabel 2).

Jenis ini lazim digunakan apabila seorang pembelajar ingin melihat perbandingan efek perlakuan

yang sama kepada kelompok yang berbeda.Desain ini juga dapat digunakan jika perlakuan yang akan

diterapkan lebih dari satu jenis.

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 4

Pretest Posttest

Tanpa perlakuan

Dengan perlakuan

Tanpa perlakuan

Dengan perlakuan

Pretest Posttest

Page 6: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

Kelebihan dari desain ini dibandingkan desain pertama, yakni bahwa seluruh kelompok mendapat

perlakuan yang sama, sehingga mengurangi risiko akan terjadinya kekecewaan dari satu kelompok

karena merasa diperlakukan tidak adil di dalam proses eksperimen. Tetapi bisa juga terjadi bahwa

jika perlakuan yang dikenakan harus secara berurutan atau sekuensial, maka hasil eksperimen pada

kelompok tertentu (yang terkena perlakuan tidak urut) akan mendapatkan hasil yang berbeda.

Risiko lain adalah kebosanan dari kelompok yang mendapat perlakuan, jika perlakuan yang diberikan

dianggap terlalu banyak.

Tabel 2: Skema Counterbalanced Design (Ary et al, 2010)

Experimental TreatmentsReplication

X1 X2 X3 X4

1 Group A B C D2 Group B A D B3 Group C D A C4 Group D C B A

3. One-Group Time-Series Design

Desain jenis ini hanya dilakukan pada satu kelompok dengan perlakuan yang diulang-ulang. Skema di

tabel 3 menunjukkan contoh perlakuan pada desain jenis ini dengan melakukan observasi yang sama

secara berulang-ulang (dilambangkan dengan Y) dan kemudian diselingi dengan perlakuan

(dilambangkan dengan X) pada waktu tertentu, kemudian dilakukan observasi lagi secara berulang-

ulang.

Tabel 3: Skema One-Group Time-Series Design (Ary et al, 2010)

Y1 Y2 Y3 Y4 X Y5 Y6 Y7 Y8

Di dalam penerapan desain ini, ancaman terhadap validitas yang mungkin terjadi adalah adanya

perubahan yang radikal yang bisa terjadi hanya pada saat perlakuan pertama dilakukan, sehingga

dapat menimbulkan bias di perlakuan yang sama pada periode berikutnya. Namun dengan adanya

pola data yang dapat dibaca secara mudah, seharusnya ancaman tersebut dapat dihilangkan dengan

mudah (Vockell, 1983).

Hasil yang mungkin diperoleh dari desain ini tampak pada gambar 3, yakni :

a. Kemungkinan pertama (A)

Perlakuan khusus (X) benar-benar mempengaruhi variabel dependen

b. Kemungkinan kedua (B)

Perlakuan khusus (X) hanya mempengaruhi variabel dependen secara temporer

c. Kemungkinan ketiga (C)

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 5

Page 7: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

Perlakuan khusus (X) bukan pengaruh utama variabel dependen, tetapi lebih karena faktor

maturasi

d. Kemungkinan keempat (D)

Terjadi kejadian khusus di rentang waktu eksperimen sehingga hasilnya tidak beraturan.

Gambar 3. Ilustrasi Kemungkinan Luaran Pada Desain One-Group Time-Series Design (Ary et al,

2010)

Desain jenis ini memiliki keuntungan yakni mampu mendeteksi adanya kelemahan faktor maturasi

dan regresi. Tetapi di sisi lain, memiliki kelemahan di faktor sejarah, misal : di saat eksperimen

dilakukan, pada tahapan tertentu (misal Y5) tiba-tiba terjadi kejadian di luar dugaan seperti

perubahan cuaca, perubahan perilaku akibat peristiwa tertentu dan lainnya.

4. Control Group Time-Series Design

Desain jenis ini merupakan pengembangan dari desain jenis sebelumnya dengan menggabungkan

desain jenis ketiga dengan desain jenis pertama. Penggabungan tersebut diharapkan dapat

mengatasi kelemahan di desain jenis yang ketiga sehingga faktor sejarah dapat dideteksi dan

dihilangkan sebagai ancaman validitas internal.

Tabel 4: Skema Control Group Time-Series Design (Ary et al, 2010)

GroupExp. Y1 Y2 Y3 Y4 X Y5 Y6 Y7 Y8

Cont. Y1 Y2 Y3 Y4 - Y5 Y6 Y7 Y8

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 6

Page 8: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

C. Faktor Bias Mengukur Perubahan Dalam Eksperimen (Borg & Gall, 1983:720:726)

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam proses pengukuran yang terjadi pada

penelitian yang menggunakan desain berjenis eksperimen. Beberapa faktor tersebut dapat

menyebabkan bias di dalam hasil eksperimen antara lain:

1. Ceiling effect

Seringkali jangkauan nilai yang digunakan di dalam pelaksanaan tes sulit untuk dilakukan. Sebagai

contoh jika terdapat skala 0-100 dan seorang siswa memiliki peningkatan nilai dari 85 ke 90, bukan

berarti lebih baik peningkatannya dibanding seorang siswa yang memiliki peningkatan nilai dari 40

ke 60. Sehingga seakan-akan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 90 memiliki perkembangan lebih

baik dibandingkan siswa yang mendapatkan nilai akhir 60.

2. Regression effect

Terdapat kemungkinan bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih rendah pada saat pre-test

nantinya akan mendapatkan nilai lebih tinggi pada saat posttest dan begitu pula sebaliknya. Hal

tersebut bisa terjadi karena adanya faktor keberuntungan dan kemungkinan besar bahwa

keberuntungan tersebut tidak terulang lagi. Asumsi lain yang terjadi adalah adanya perlakuan yang

dianggap sama rata untuk tiap peningkatan nilai tes, misal : peningkatan dari nilai 90 ke 95

seharusnya tidak dianggap sama dengan peningkatan dari nilai 40 ke 45.

3. Simpangan pengukuran yang berulang

Seringkali keefektifan pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dalam rentang waktu tertentu bisa

menyebabkan adanya simpangan yang besar dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Untuk

mengatasi hal tersebut dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan analisa kelompok

perlakuan dikali dengan waktu pengujian agar didapat rasio yang signifikan pada perbedaan antara

pre-test dengan posttest.

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 7

Page 9: Kuasi eksperimen

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment

Daftar Pustaka

Ary, Donald et al, 2010, Introduction to Research in Education 8th edition, Wardswoth Cengage LearningAzam, Prof. Nurfani SU, Apt, DR. Sumarno & DR Adi Rahmat, 2006, Metodologi Penelitian Untuk

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi Eksperimen dalam PPKP, Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Borg, Walter R. & Meredith Damien Gall, 1983, Educational Research, an Introduction fourth edition, Longman

Caporaso, James .A, 1973, Quasi-Experimental Approaches to Social Science dalam Quasi-Experimental Approaches (ed. James A. Caporaso & Leslie L. Roos Jr), Northwestern University Press

Cook, Thomas .D & Donald T. Campbell, 1979, Quasi Experimentation Design & Analysis Issue for Field Settings, Houghton Mifflin Company:Boston

Levy, Yair & Timothy J. Ellis, 2011, A Guide for Novice Researchers on Experimental and Quasi-Experimental Studies in Information Systems Research, Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management Volume 6, 2011

Robson, Lynda et al, 2001, Guide to Evaluating the Effectiveness of Strategies for Preventing Work Injuries: How to Show Whether a Safety Intervention Really Works, National Institute for Occupational Safety and Health

Salkind, Neil .J, 2006, Exploring Research sixth edition, Pearson InternationalScott, David & Robin Usher, 2011, Researching Education 2nd edition, Continuum International Publishing

GroupVockell, Edward L, 1983, Educational Research, MacMillan Publishing

Soetam, Jujuk, Edy – 26 Oktober 2011 Hal. 8