KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh...

65
KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI JENIS PELAPIS DAN LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG DAN SUHU REFRIGERASI SKRIPSI Oleh AYU SORAYA I 111 11 902 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Transcript of KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh...

Page 1: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN

BERBAGAI JENIS PELAPIS DAN LAMA

PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG DAN SUHU

REFRIGERASI

SKRIPSI

Oleh

AYU SORAYA

I 111 11 902

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

ii

KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN

BERBAGAI JENIS PELAPIS DAN LAMA

PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG DAN SUHU

REFRIGERASI

Oleh

AYU SORAYA

I 111 11 902

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

i

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ayu Soraya

NIM : I 111 11 902

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atasu seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab Hasil

dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan

dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Maret 2016

Ttd

Ayu Soraya

Page 4: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

ii

Page 5: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan

taufik-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kualitas

Mikrobiologis Dangke dengan Berbagai Jenis Pelapis dan Lama Penyimpanan yang

Berbeda pada Suhu Ruang dan Suhu Refrigerasi Penulis dengan rendah hati

mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini utamanya:

1. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc. sebagai pembimbing utama dan

Bapak Dr. Muhammad Irfan Said, S,Pt, MP. selaku pembimbing anggota

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan

dan memberikan nasihat serta motivasi sejak awal penelitian samapai

selesainya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc., Ibu Wakil Dekan I

dan Ibu Wakil Dekan II serta Bapak Wakil Dekan III.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc. selaku Penasehat Akademik

yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama penulis berstatus

mahasiswa.

4. Ibu dan Bapak dosen serta pegawai Fakultas Peternakan terima kasih atas

dukungan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

5. Kedua orang tua, ayahanda H. Abdul Rahman, S.sos. dan ibunda Hj. Nur

Haeda, SE. atas segala doa, motivasi, teladan, pengetahuan dan dukungan

penuh kasih sayang terbesar dan selamanya sehingga penulis selalu berusaha

dengan semangat dan percaya diri. Kepada kedua adik penulis Ayu Annisa

dan Ayu Sri Raodah yang selalu memberikan doa, bantuan dan dukungan.

Page 6: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

iv

6. Kakanda Purnama, S.Pt., M.Si., Muhammad Irfan, S.Pt. M.Si, yang telah

banyak membantu dan memberikan pengetahuan selama penelitian..

7. Sahabatku anak – anak rempong Kartina, Sitti Sarah, S.Pt, Fitria Ningsih,

S.Pt, Sitti Masita, S.Pt, Nur Handayani, S.Pt, Fitriani, S.Pt, Hendrawanto

yang setia bertahan menemani dan mendukung penulis meskipun sikap yang

selalu menjengkelkan namun rasa sayangnya lebih besar daripada rasa

bencinya.

8. Rekan-rekan Solandeven 2011 terima kasih telah banyak menjadi inspirasi

penulis untuk selalu belajar di tengah tingginya perbedaan di antara kita.

9. HIMATEHATE_UH terima kasih atas segala pengorbanan, bantuan,

pengertian, ilmu dan persahabatan selama ini. Kepada sahabat Syahriana

Sabil, S.Pt, Aprisal Nur, S.Pt, Nur Aryati, S.Pt Andi Muhammad Fuad,

S.Pt, Alifran Esarianto, S.Pt, Muh. Qurnaldy Hakim, S.Pt, Sri Hastuti

Ningsih, S.Pt, Rajma Fastawa, S.Pt, Abi Rangga Kanino, Andi Pancawati,

S.pt, Kiki Rezki Muklis, S.Pt Ahmad Yasir,, Budi Utomo, S.Pt

10. Kakanda Arham Janwar, S.Pt., Kakanda Syamsuddin, S.Pt., Kakanda

Basri, S.Pt., Imam Jufri, S.Pt., Kakanda Muhammad Amin, S.Pt, M.Si .,

Kakanda Syachroni, S.Pt., Kakanda Andri Teguh Prabowo, Kakanda

Haikal, S.Pt, Kakanda Lukman Hakim, S.Pt, terima kasih atas bantuan dan

motivasinya kepada penulis

11. Teman-teman KKN Reguler UNHAS angkatan 89 khususnya Kecamatan

Makassar. Kepada teman posko Kelurahan Bara-Barayya Widya Novianti,

ST, Puspitasari, Wadiah Hadisyam, S.Ked, Rezky Wulandari, Zapri, Andi

Page 7: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

v

Maraya, ST, Joni Ringgi Allo, Ray Sandhi terima kasih atas kebersamaan

yang telah kalian ciptakan serta dukungan dan motivasi kepada penulis.

12. Kepada sahabatku DISYA Dwi Astuti Hardianti, SE, Mustika Angri, SE,

Imas Rezki Saputri terima kasih telah menjadi sahabat dari bangku sekolah

hingga sekarang.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih telah

membantu dan banyak menjadi inspirasi bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, karena itu diharapkan saran untuk perbaikan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca terutama bagi saya sendiri. Aamiin.

Makassar, Maret 2016

Ayu Soraya

Page 8: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

vi

ABSTRAK

AYU SORAYA (I111 11 902). Kualitas Mikrobiologis Dangke dengan Berbagai

Jenis Pelapis (Coating) dan Lama Penyimpanan pada Suhu Ruang dan Refrigerasi.

Dibawah bimbingan RATMAWATI MALAKA sebagai pembimbing utama dan

MUHAMMAD IRFAN SAID sebagai pembimbing anggota.

Dangke merupakan salah satu produk olahan susu yang sangat popular

khususnya di Kabupaten Enrekang. Pelapisan merupakan wadah atau pembungkus

yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan

sehingga dapat memperlama masa simpan bahan. Selain jenis pelapis, suhu

penyimpanan dangke juga mempengaruhi daya simpan dangke. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui jenis pelapis (coating) dan lama penyimpanan yang

disimpan pada suhu ruang dan refrigerasi terhadap kualitas mikrobiologis dangke.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah baik bagi mahasiswa,

dosen dan masyarakat dalam upaya penggunaan kemasan yang baik pada

pembuatan dangke, serta untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pengolah

dangke. Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pelapis pada suhu ruang tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai total bakteri, nilai rata – rata dari setiap jenis

pelapis di suhu ruang menunjukkan relatif yang hampir sama berkisar antara 4,33

– 4,54 log cfu/g. Lama penyimpanan pada suhu ruang hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap nilai

total bakteri. Pengaruh lama penyimpanan pada suhu refrigerasi berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap total bakteri dangke. Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis

pelapis pada suhu ruang tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pertumbuhan

jamur. Lama penyimpanan pada suhu ruang, berdasarkan hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh (P<0,05) terhadap

pertumbuhan jamur pada dangke. Jenis pelapis pada suhu refrigerasi tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jamur. Analisis ragam menunjukkan

lama penyimpanan berpengaruh (P<0,05) terhadap pertumbuhan jamur.

Kata kunci : dangke, pelapis, lama penyimpan, suhu ruang, suhu refrigerasi

Page 9: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

vii

ABSTRACT

AYU SORAYA (I111 11 902). Microbial Quality of Dangke with Different Type

of Coating and Time Storage at Room Temperature and Refrigerator Temperature.

RATMAWATI MALAKA as Supervisor and MUHAMMAD IRFAN SAID as

Co-Supervisor.

Dangke is one of dairy products that are very popular, especially in Enrekang.

A coating is a covering that is applied to the surface of a dangke that can prevent or

decrease the damaging of physical characteristic and even prolong the shelf-life. In

addition, the storage temperature of dangke also affects the shelf-life. The aim of

this study was to determine the types of coatings and storage time which is located

at room and refrigerator temperature to the microbial quality of dangke. This

research was expected to give the scientific information to student, lecturer and

society as the effort to use coating in the processing of dangke, all at once improve

the society income. Analysis of variance showed that the types of coatings at room

temperature did not affect the value of total bacteria. The average of all types of

coatings at room temperature showed relatively range between 4.33 to 4.54 log

cfu/g. The storage time at room temperature significantly affected (P<0.05) the

value of total bacteria. The influence of storage time at refrigeration temperature

significantly affected (P<0.05) the total bacteria of dangke. The type of coatings did

not significantly affect (P>0.05) the fungi development. Time storage at room

temperature did significantly (P<0.05) affect to the fungi development. The type of

coatings did not affect (P>0.05) the fungi growth. The time storage did significantly

affect (P<0.05) the fungi growth.

Key words : Dangke, Coating, Storage time, room temperature and refrigeration

temperature.

Page 10: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Dangke ......................................................................... 3

Tinjauan Umum Getah Pepaya ............................................................... 6

Tinjauan Umum Bahan Pelapis .............................................................. 8

Mikroba Pencemar Dangke ..................................................................... 15

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat .................................................................................. 18

Materi Penelitian ..................................................................................... 18

Prosedur Penelitian ................................................................................. 18

Analisa Data ............................................................................................ 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Plate Count .................................................................................... 24

Jumlah Jamur .......................................................................................... 28

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Sifat – Sifat Enzim yang Terdapat pada Getah Pepaya ........................ 7

2. Kareakteristik Getah Pepaya Segar, Getah Pepaya Kering, dan

Papain ................................................................................................... 7

3. Nilai Rata – Rata Jumlah Bakteri ........................................................ 26

4. Nilai Rata – Rata Jumlah Jamur .......................................................... 29

Page 12: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Alur Penelitian ...................................................................................... 23

Page 13: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data SPSS............................................................................................. 39

2. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 49

Page 14: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

1

PENDAHULUAN

Pengembangan produk olahan susu di berbagai daerah dapat meningkatkan

konsumsi susu, sehingga ketidaksukaan susu dapat dikurangi. Salah satu produk

olahan susu tradisional adalah dangke. Dangke merupakan salah satu produk olahan

susu yang sangat popular khususnya di Kabupaten Enrekang. Rasanya yang khas

menyebabkan dangke disukai oleh berbagai kalangan masyarakat. Dangke juga

memiliki nilai gizi yang cukup tinggi karena terbuat dari bahan susu sapi atau susu

kerbau yang dipanaskan kemudian ditambahkan getah papaya lalu dikemas dengan

menggunakan daun pisang. Kandungan air pada dangke yang masih cukup tinggi

sehingga produk olahan susu ini mudah mengalami kerusakan dan memiliki daya

simpan singkat, sehingga menyulitkan dalam penyimpanan dan penanganan

khususnya dalam pendistribusiannya. Rendahnya daya tahan dangke memicu

berbagai penelitian untuk menemukan teknik terbaik untuk mempermudah

penanganannya. Salah satu teknik yang dilakukan untuk memperpanjang daya

simpannya adalah teknik pelapisan.

Pelapisan merupakan wadah atau pembungkus yang dapat membantu

mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan pada bahan sehingga dapat

memperlama masa simpan bahan. Adanya pelapisan pada sebuah produk dapat

memperlambat terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh jamur yang dapat

tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan

pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk mengetahui jumlah

bakteri/ Total Plate Count (TPC) serta dilakukan uji total jamur.

Page 15: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

2

Penelitian mengetahui daya simpan dangke yang diberi perlakuan pelapisan

dengan bahan pelapis yang berbeda. Jenis pelapis yang digunakan yaitu agar-agar,

keragenan dan beewax (lilin cair). Pelapis ini termasuk jenis pelapis primer yang

berfungsi menutup permukaan dangke dan memperlambat terjadinya kerusakan

pada dangke. Selain jenis pelapis, suhu penyimpanan dangke juga mempengaruhi

daya simpan dangke. Sebagian besar bakteri pembusuk dapat hidup pada suhu

ruang (27-30oC) sehingga penyimpanan dangke pada suhu ruang dapat

mempercepat kerusakannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pelapis (coating) dan

lama penyimpanan yang disimpan pada suhu ruang dan refrigerasi terhadap kualitas

mikrobiologis dangke. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

ilmiah baik bagi mahasiswa, dosen dan masyarakat dalam upaya penggunaan

kemasan yang baik pada pembuatan dangke, serta untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat pengolah dangke.

Page 16: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

3

TINJAUAN PUSTAKA

DANGKE

Dangke adalah sebutan keju dari daerah Enrekang, Sulawesi Selatan

merupakan makanan tradisional yang rasanya mirip dengan keju, namun tampilan

dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih hingga kekuningan.

Makanan khas ini dibuat dengan bahan dasar susu segar dari kerbau yang

digumpalkan dengan menggunakan bahan alami atau tanpa pengawet buatan. Oleh

sebab itu, dangke memiliki kandungan protein yang tinggi, dan aman untuk

dikonsumsi walaupun hanya bisa bertahan beberapa hari saja pada suhu ruang. Cara

membuat dangke cukup mudah, yaitu dengan merebus campuran susu, garam, dan

digumpalkan dengan getah pepaya (Abrianto, 2010).

Menurut Surono (1983) bahwa di Indonesia terdapat produk susu semacam

keju keras tanpa pemeraman yang disebut dangke. Susu tersebut tidak

dikoagulasikan oleh renin tetapi oleh papain. Dangke banyak terdapat di Sulawesi

Selatan dan digunakan sebagai lauk pauk. Dangke mempunyai nilai gizi tinggi dan

mempunyai cita rasa yang khas.

Istilah dangke sendiri berasal dari kata dank U well yang diucapkan orang

Belanda sebagai ucapan terima kasih ketika disuguhi pangan tersebut oleh

masyarakat pada jaman penjajahan dulu. Seperti umumnya produk olahan susu

tradisional Indonesia, dangke juga pada awalnya dibuat dari susu kerbau.

Kecamatan Curio merupakan salah satu daerah penghasil dangke paling banyak.

Titik - titik pemasaran dangke di daerah tersebut yaitu sekitar Curio, pasar

Salubarani, pasar tradisional Sudu, pasar Cakke’, pasar Enrekang dan ada juga yang

Page 17: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

4

memesan langsung dari daerah Pare-pare, Makassar bahkan ada yang dikirim ke

Kalimantan (Marzoeki dkk, 1978).

Dangke susu kerbau maupun susu sapi di Kabupaten Enrekang memiliki

kandungan gizi yang relatif sama meskipun secara teoritis susu kerbau dan susu

sapi memiliki beberapa perbedaan dalam hal komposisi gizi. Kandungan kalsium

susu kerbau tergolong tinggi, yakni mencapai 216 mg, sedangkan susu sapi sebesar

143 mg. Kandungan lemak susu kerbau ± 7,4% lebih tinggi dari susu sapi, yakni ±

3,9%. Kadar laktosa susu kerbau sekitar 4,8% dan kadar whey protein sebesar 0,6%

relatif sama dengan kadar laktosa susu sapi, yakni ± 4,6% dan kadar whey protein

juga ± 0,6% (Winarno dan Fernandez 2007).

Adapun kriteria dangke asli yaitu berwarna putih dan bersifat elastis

sedangkan dangke campuran (palsu) warnanya agak kuning kusam dan tidak elastis.

Dangke adalah makanan tradisional khas Enrekang yang berbahan dasar susu sapi,

dan kerbau telah terindentifikasi, tetapi bahan- bahan makanan ini masih

didominasi sumber protein dan lemak. Dangke yang masih dalam keadaan panas

dibungkus dengan daun pisang dan ada kalanya agar bisa tahan lama dilakukan

pengawetan dengan ditaburi garam dapur, setelah itu siap dipasarkan. Pengaruh

penggunaan garam dan kemasan terhadap daya simpan dali, produk olahan susu

tradisional masyarakat Sumatra Utama yang memiliki karakteristik produk yang

hampir sama dengan dangke di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa

penggaraman dengan larutan garam jenuh perbandingan 1:1 mampu

mempertahankan daya simpan sampai hari keenam. Pengemasan dapat

mempertahankan tekstur dan warna, pengemasan dapat mempertahankan

penguapan air. Pengemasan yang terbaik adalah dengan menggunakan plastik

Page 18: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

5

poliprofilen atau dengan pengemasan menggunakan aluminium foil (Marzoeki dkk,

1978).

Data yang tercatat pada Januari 2008 menunjukkan bahwa terdapat

sekitar 256 unit usaha pengolah dangke dan berdasarkan jumlah populasi yang

ada sekarang dapat dihasilkan susu murni sekitar 672.000 liter/tahun yang diolah

menjadi dangke. Tahun 2008 sampai pertengahan tahun 2009, tercatat angka

produksi susu antara 3.287 sampai 3.376 liter/hari se-Kabupaten Enrekang. Jika

diasumsikan untuk menghasilkan sebuah dangke dibutuhkan 1,5 liter susu segar,

berarti sekitar 2000 dangke di produksi setiap harinya. Sebagai salah satu produk

olahan susu, dangke memiliki nilai tambah (added value) tersendiri dari

limbahnya yakni berupa whey dangke yang juga dapat diolah menjadi produk

olahan bergizi tinggi lainnya, misalnya dalam bentuk nata de whey. Namun untuk

saat ini, whey hanya dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai susu subtitusi

(tambahan/pengganti) bagi pedet sapi perah (JICA, 2009). Saat ini pemasaran

dangke tidak hanya di daerah Sulawesi Selatan, tetapi bahkan sampai ke

Kalimantan, Jakarta, Papua, Malaysia, dan daerah-daerah dimana komunitas

masyarakat Enrekang berada (Marzoeki, 1978). Salah satu kendala yang dialami

dalam pengembangan makanan tradisional tersebut adalah ketidakseragaman

kualitas produk yang dihasilkan oleh masyarakat dan masa simpan produk yang

masih singkat sehingga relatif sulit dalam menjangkau wilayah pemasaran yang

lebih luas.

Page 19: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

6

GETAH PEPAYA

Menurut Fennema (1985), Enzim papain adalah enzim proteolitik yang

terdapat pada getah tanaman papaya (Cacica papaya L). Secara umum yang

dimaksud dengan papain adalah papain yang dimurnikan maupun papain yang

masih kasar. Semua bagian pepaya seperti buah, daun, tangkai daun, dan batang

mengandung enzim papain dalam getahnya, tetapi bagian yang paling banyak

mengandung enzim papain adalah buahnya.

Sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya

diklasifikasikan sebagai berikut (Faradillah dkk. 2012):

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Class : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Caricales

Familia : Caricaceae

Genus : Carica

Species : Carica papaya L

Aktivitas papain cukup spesifik karena papain hanya dapat mengkatalisis

proses hidrolisis dengan baik pada kondisi pH serta suhu dalam kisaran waktu

tertentu. Papain mempunyai kondisi pH 5,0 – 7,0, tetapi untuk pH optimumnya

tergantung pada substrat (Muchtadi, dkk., 1992). Suhu optimal papain menurut

Winarno (1995) adalah 50-60oC sedangkan menurut Ming, dkk. (2002) suhu

optimal papain sekitar 60oC. Kelebihan papain dibandingkan proteolitik yang lain

adalah lebih tahan terhadap suhu proses, mempunyai kisaran pH yang luas dan lebih

Page 20: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

7

murni dibandingkan bromelin dan ficin. Adapun sifat – sifat enzim yang terdapat

pada getah pepaya dapat dilihat pada Tabel 1dan 2 :

Tabel 1. Sifat-sifat enzim yang terdapat pada getah papaya

Jenis enzim BM (gr/gmol) Titik isoelektris

(pH)

Jumlah dalam

lateks (%)

Papain

Khimopapain

Lisosim

21000

36000

25000

8,75

10,10

10,50

10

45

20

Sumber :Winarno (1995)

Tabel 2. Karakteristik getah pepaya segar, getah pepaya kering, dan papain

Komponen

Kadar air

(%)

Rendemen

(%)

Aktifitas

proteolitik 2

Aktifitas

proteolitik 3

Getah pepaya

segar 81±0,3 - 1944,9±10 371±2

Getah pepaya

kering 9,8±0,2 17,1±1,26 722,5±20 652±18

Papain 3,4±0,1 1,5±0,28 687±5 656±5

Sumber : Arum,dkk (2014)

Papain pada pepaya sering disebut dengan nama enzim pepaya. Zat ini lazim

digunakan untuk merangsang sistem pencernaan secara alamiah. Berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh ilmuan di Pittsburgh Medical Center University,

diketahui bahwa ekstrak getah pepaya yang dikeringkan dan kemudian dijadikan

bubuk, sangat ampuh untuk membantu tubuh mencerna beberapa zat tertentu

terutama protein dan juga mengobati beberapa masalah pencernaan. Papain juga

diketahui memiliki efek modulasi terhadap sistem kekebalan tubuh, memiliki sifat

anti-kanker dan anti-tumor (Anonim, 2014).

Adapun untuk konsistensi curd dengan penambahan getah pepaya (enzim

papain) adalah pada setiap penambahan konsentrasi menghasilkan konsistensi curd

dengan nilai 2 yaitu lembek. Tinggi rendahnya konsentrasi enzim papain yang

diberikan tidak mempengaruhi konsistensi curd. Hal ini disebabkan karena tidak

akan terjadi pembentukan curd yang lebih banyak karena jumlah protein yang

menggumpal dalam susu sesuai dengan jumlah kandungan protein yang secara

Page 21: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

8

alami terdapat dalam susu, sehingga semakin banyak konsentrasi enzim yang

ditambahkan tidak akan menambah jumlah curd yang dihasilkan. Konsistensi yang

lembek disebabkan karena temperatur yang digunakan rendah, sedangkan pada

pembuatan keju temperatur yang rendah akan memperlambat sineresis pada keju

dan menghasilkan body tekstur yang lebih lunak. Hal ini sesuai dengan pendapat

Malaka (1997), bahwa temperatur yang lebih rendah akan memperlambat hasil

sineresis pada keju dengan tekstur yang lebih lunak.

BAHAN PELAPIS

Pelapisan (Coating) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar

(substrate) yang bertujuan untuk melindungi material dari korosi dan memberi

perlindungan pada material tersebut. Selain itu, coating juga memberikan gaya

apung negatif (negative buoyancy force), memberikan fungsi anti slip pada

permukaan substrat dan beberapa fungsi lainnya (Holmberg dan Matthews, 2010).

Coating merupakan suatu lapisan yang dibuat dari bahan yang dapat

dimakan, dibentuk untuk melapisi makanan (coating) atau diletakkan di antara

komponen makanan yang berfungsi sebagai penghalang terhadap perpindahan

massa (kelembaban, oksigen, cahaya, lipid, zat terlarut), sebagai pembawa aditif,

untuk meningkatkan penanganan suatu makanan dan merupakan barrier terhadap

uap air dan pertukaran gas O2 dan CO2 (Bourtoom, 2008). Coating juga dapat

mencegah kerusakan bahan akibat penanganan mekanik, membantu

mempertahankan integritas struktural dan mencegah hilangnya senyawa-senyawa

volatil, dan sebagai carrier zat aditif seperti zat antimikrobial dan antioksidan pada

bahan (Kester dan Fennema 1988).

Page 22: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

9

Coating dapat berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan

(antioksidan, antimoikroba dan flavor), dapat berperan sebagai penghambat selektif

untuk mencegah transport uap - uap air, gas - gas dan zat terlarut ke bagian dalam

sistem pangan yang heterogen dan dapat dikonsumsi bersama bahan pangan yang

dikemas dan dilapisinya. Sifat-sifat suatu coating ditentukan dari komposisi coating

itu sendiri. Umumnya coating mengandung empat bahan dasar, yaitu pengikat

(binder), zat pewarna (pigmen), solven dan aditif (Choi dan Han, 2002).

JENIS – JENIS BAHAN PELAPIS (COATING)

Keragenan

Karagenan merupakan polisakarida linear yang tersusun atas molekul

galaktan dengan unit - unit utamanya adalah galaktosa. Karagenan dapat diekstraksi

dari rumput laut merah (Rhodophyceae) dengan menggunakan air atau larutan

alkali. Karagenan terdiri atas garam ester kalium, natrium, magnesium dan kalsium

sulfat, dengan galaktosa dan 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Karagenan dibagi

atas tiga kelompok utama berdasarkan gugus sulfatnya yaitu kappa, iota dan lamda

karagenan (Winarno, 1990).

Rumput laut jenis Eucheuma cottonii termasuk dalam kelas Rhodophyceae

(alga merah), dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena karaginan

yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan. Teknologi pengolahan rumput

laut Eucheuma cottonii sebagai produk intermediet dapat dilakukan dengan

perlakuan ATC (Alkali Treated Carrageenophyte) sehingga dihasilkan tepung

karaginan setengah jadi (semirefine carrageenan / SRC flour). SRC flour dapat

digunakan sebagai bahan baku pembuatan karaginan, bahan pengikat dan penstabil

Page 23: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

10

dalam industri makanan. Karagenan juga dapat digunakan sebagai pelapis bahan

pangan atau bahan pembentuk edible film (Winarno, 1990).

Sifat dasar karagenan terdiri dari tiga tipe karagenan yaitu kappa, iota dan

lambda karagenan. Tipe karagenan yang paling banyak dalam aplikasi pangan

adalah kappa karagenan. Karagenan sangat penting perananya sebagai stabilisator

(pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel,

pengemulsi, dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan,

obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan lain-lain.

Winarno (1990) melaporkan bahwa k-keragenan dihasilkan dari Eucheuma

Spinosum, sedangkan l keragenan dari Chondrus crispus. k-karagenan tersusun dari

α(1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan β(1,4)-3,6-anhidro-D-galaktosa. K-karagenan juga

mengandung D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat ester.

Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi dari k-karagenan, tetapi

dengan pemberian alkali mampu menyebabkan terjadinya transeliminasi gugusan

6-sulfat, yang menghasilkan 3,6-anhidro-D-galaktosa. Dengan demikian derajat

keseragaman molekul meningkat dan daya gelasinya juga bertambah.

k-karagenan jika dimasukkan ke dalam air dingin akan membesar membentuk

sebaran kasar yang memerlukan pemanasan sampai 700C untuk melarutkannya.

Suhu pembentukan gel dan kualitas gel dipengaruhi oleh konsentrasi, jumlah dan

adanya ion-ion logam seperti K+, NH4+, Ca++, Sr++ dan Ba++. Secara umum

karagenan membentuk gel yang keras pada suhu antara 450C dan 650C dan meleleh

kembali jika suhu dinaikkan sampai 10-200C dari suhu yang telah ditetapkan tadi.

Gel yang lebih lemah terbentuk jika terdapat ion NH4+, Ca++, Sr++ dan Ba++. k-

karagenan mempunyai tipe gel yang rigid atau mudah pecah dicirikan dengan

Page 24: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

11

tingginya sineresis, yaitu adanya aliran cairan pada permukaan gel. Aliran ini

berasal dari pengerutan gel sebagai akibatnya meningkatnya gumpalan pada daerah

penghubung. Sineresis tergantung pada konsentrasi kation-kation yang ada dan

harus dicegah dalam jumlah yang berlebih. Gel yang terbentuk dari k-karagenan

berwarna agak gelap dan mempunyai tekstur mudah retak (Fardiaz, 1989).

Agar – Agar

Agar salah satu hidrokoloid yang memiliki banyak manfaat. Agar banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari, maupun berbagai industri, seperti industri

makanan, industri kimia dan obat-obatan. Agar berasal dari makroalga (rumput

laut) (Widyastuti, 2009). Agar merupakan salah satu hidrokoloid yang mudah

dijumpai dipasaran. Agar berasal dari rumput laut merah dari kelas Rhodophyceae

dan memiliki polimer galaktosa (Rasyid, 2004).

Senyawa hidrokoloid seperti agar memiliki pasar cukup baik, karena

memiliki daya gelasi yang cukup kuat. Secara kimiawi, agar merupakan senyawa

polisakarida berantai panjang yang dibangun oleh agarosa secara berulang

(Anggadiredja, dkk., 2006). Senyawa ini memiliki fungsi utama sebagai bahan

penstabil, pengemulsi, pengental, pengisi, pembuat gel dan lain-lain (Afrianto dan

Liviawati, 1993).

Agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang

mengisi dinding sel rumput laut dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari

monomer galaktosa. Di dalam air panas agar-agar segera mengental dan

membentuk gel. Pada umumnya pengolahan rumput laut menjadi agar-agar dapat

dilakukan secara ekstraksi dengan pelarut air yang sebelumnya dilakukan

perendaman dengan asam (Rasyid, 2004).

Page 25: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

12

Struktur agar adalah ditentukan oleh fraksi yang memiliki kemampuan

membentuk gel terbesar yaitu agarose. Fraksi lainnya yang juga merupakan

penyusun struktur agar adalah agaropektin. Menurut Rasyid (2004), perbandingan

kedua komponen tersebut adalah bergantung pada jenis makroalgae penghasil agar

(umumnya kandungan agarose sekitar 55 – 66%). Agarose merupakan polisakarida

linear yang netral tanpa percabangan dan terdiri dari ikatan 1,3 b-D-galaktosa-(1,4)-

a-L-3,6 anhirogalaktosa. Istilah agarosa dan agaropektin telah digunakan untuk

menjelaskan fraksi-fraksi agar, baik yang berkurang ionik maupun yang lebih ionik.

Agar mengandung suatu spektrum yang memiliki kesamaan, tetapi dengan struktur

kimia yang berbeda-beda.

Menurut Salamah, dkk. (2006), pembuatan agar secara komersial adalah

dengan cara menggunakan air panas yang dilanjutkan dengan proses pembekuan

dan thawing. Mula-mula rumput laut direndam dan dicuci dengan air tawar dan

diekstrak dengan air mendidih. Kalsium hipoklorit atau sodium bisulfit digunakan

untuk memutihkan agar yang dihasilkan. Ekstrak yang dihasilkan kemudian

disaring dalam keadaan panas dan residu diekstrak lagi satu atau dua kali. Ekstraksi

yang dihasilkan menjadi dingin, membentuk gel kemudian dibekukan. Setelah itu

gel beku dilelehkan, dikeringkan, digiling dan dikemas.

Pemanfaatan agar dalam berbagai bidang telah banyak dikembangkan.

Industri polywood, menggunakan agar dalam pembuatan perekat tingkat tinggi.

Sementara dalam industri obat-obatan dan farmasi, agar digunakan dalam

pembedahan atau operasi. Agar dapat juga digunakan dalam pembuatan permen

jelly. Untuk menghasilkan gel yang kuat dan tekstur yang kenyal pada pembuatan

Page 26: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

13

permen jelly maka perlu dikombinasikan dengan bahan pembentuk gel lain seperti

karagenan dan gelatin (Salamah, dkk. 2006).

Agar memiliki fungsi sebagai zat pengental, pengelmusi, penstabil dan

pensuspensi yang banyak digunakan dalam berbagai industri makanan, minuman,

farmasi, biologi dan lain-lain. Saat ini agar-agar digunakan untuk keperluan

laboratorium sebagai media kultur mikroba, industri makanan dalam bentuk jelly,

ice cream, makanan kaleng, permen manisan dan roti. Industri bakery agar

digunakan sebagai cover coklat, lapisan donat, hal ini dikarenakan agar yang

diproduksi digunakan sebagai pencegah dehidrasi dari produk kue. Agar-agar juga

dapat digunakan sebagai clarifying agent bagi berbagai jenis industri minuman

seperti bir, anggur, kopi dan sebagai stabilisator dalam minuman coklat.

Beewax

Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran produk adalah

dengan melapisi produk dengan lilin. Pelilinan ini akan memberikan sifat yang

lebih kedap terhadap air pada permukaan produk dibandingkan dengan yang tidak

dilapisi lilin. Oleh karena itu, pelapisan dengan lilin dapat mencegah terjadinya

penguapan air sehingga dapat menghambat laju respirasi, memperlambat pelayuan

dan memberikan kesan mengkilap pada permukaan kulit produk. Pemberian lapisan

lilin dengan kepekatan dan ketebalan yang sesuai dapat menghindarkan keadaan

aerobik pada produk (Pantastico, 1986).

Lilin lebah (beewax) adalah lilin alami yang diproduksi dalam sarang lebah

oleh lebah madu. Lilin lebah adalah sejenis ester dari asam lemak dan berbagai

alkohol rantai panjang. Sarang lebah merupakan malam atau lilin dibentuk dari

madu lebah sebagai bahan utama dan diperkuat dengan bahan perekat yang disebut

Page 27: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

14

propolis. Biasanya, untuk lebah penjaga madu, empat kilogram madu dapat

menghasilkan 1 kg lilin. Zat ini umumnya digunakan dalam lip balm, sabun, lilin

dan produk lainnya.Lilin lebah digunakan sebagai pelapis untuk keju, untuk

pengawet makanan (Muchtadi dan Sugiyono ,1992).

Menurut Caron (1999) lilin lebah merupakan produk alami dari alam. Ketika

di produksi lebah pekerja, lilin berwarna putih tetapi sangat cepat berwarna gelap

akibat kontaminasi dengan serbuk sari dan kontak dengan lebah dalam sarang

lebah. Lilin lebah memiliki titik lebur yang cukup tinggi antara 143 – 1450 F, lilin

lebah sangat stabil dan tidak mudah rusak oleh pelarut. Lilin lebah memiliki aroma

yang alami dan sangat harum. Dua kualitas, yaitu aroma dan pembakaran yang

lambat membuat lilin lebah benar-benar unik dan unggul. Lilin lebah sangat

berguna untuk kosmetik dan sebagai lilin untuk berbagai tujuan. Beberapa syarat

yang diperlukan untuk lilin sebagai bahan pelapis antara lain, tidak mempengaruhi

bau dan rasa dari produk yang dilapisi, mudah kering, tidak mudah pecah,

mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang tebal, murah harganya

dan tidak beracun (Furness, 1997).

Pelilinan selain untuk memperbaiki penampilan produk, pelilinan juga

bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, mencegah susut produk, menutup

luka atau goresan kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah busuk dan

mempertahankan warna. Lilin (wax) yang digunakan untuk pelapisan harus

memenuhi beberapa persyaratan yaitu : tidak mempengaruhi bau dan rasa produk,

cepat kering, tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilat dan licin, tipis, tidak

mengandung racun, harga murah dan mudah diperoleh (Malik, 2009).

Page 28: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

15

Muchtadi dan Sugiyono (1992) melaporkan bahwa emulsi lilin harus

memenuhi beberapa persyaratan, yaitu (1) tidak berpengaruh terhadap rasa dan

komoditi, (2) tidak beracun, (3) mudah kering dan tidak lengket, (4) tidak mudah

pecah, mengkilap dan licin, (5) mudah diperoleh dan murah harganya.

MIKROBA PENCEMAR PADA DANGKE

Jamur

Jamur adalah organisme yang mempunyai inti, spora, tidak berklorofil,

dinding sel terdiri atas sellulosa, khitin atau kombinasi keduanya, berbentuk

filamen atau benang-benang bercabang yang bersekat atau tidak bersekat. Benang-

benang pada jamur ini disebut hifa. Hifa terdiri atas sel-sel yang berinti satu

(uninukleat) atau dua (binukleat). Hifa jamur menyatu membentuk kumpulan hifa

yang disebut miseliurn (Aryantha dan Rahmat, 1999).

Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang

berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang

memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan

(Tjitrosoepomo,1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding

sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat

fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak

(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan

cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).

Banyak jamur yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh di

roti, buah, keju, ragi dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab,

serta beberapa jenis cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi

antibiotik yang digunakan dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Tortora,

Page 29: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

16

et al., 2001). Diantara semua organisme, jamur adalah organisme yang paling

banyak menghasilkan enzim yang bersifat degradatif yang menyerang secara

langsung seluruh material oganik. Adanya enzim yang bersifat degradatif ini

menjadikan jamur bagian yang sangat penting dalam mendaur ulang sampah-

sampah alam, dan sebagai dekomposer dalam siklus biogeokimia (Mc-Kane, 1996).

Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang

ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella

(gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari

pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu jenis

jamur (Smith, et al., 1988). Menurut Alexopoulus dan Mimms (1979), beberapa

karakteristik umum dari jamur yaitu: jamur merupakan organisme yang tidak

memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh

terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa disebut

miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

1. Kelembaban

Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water

activity). Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity).

Ketersediaan air di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya

dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat

menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat

(Carlile dan Watkinson, 1995). Variasi suhu yang rendah dan kelembaban yang

relatif tinggi ini sangat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi (Bernes, et al.,

1998).

Page 30: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

17

2. Suhu

Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan

jamur untuk tumbuh berkisar 30-40⁰C dan optimalnya pada suhu 20-30⁰C. Jamur-

jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina sp, Hypsigius sp, dan Pleurotus sp,

tumbuh optimal pada suhu 22⁰C. Sementara jamur-jamur Coprinus sp, tumbuh

optimal pada kisaran suhu 25 - 28⁰C.

3. Intensitas cahaya

Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap

pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses

reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya,

atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon

berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum

akan terbentuk dalam kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk

pembentukan pileusnya (Purdy, 1956).

Jamur dari famili polyporaceae tahan terhadap intensitas cahaya matahari

yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena kebanyakan jamur family polyporaceae

memiliki tubuh buah yang relatif besar. Jamur dari famili polyporaceae merupakan

jamur pembusuk kayu (Nugroho, 2004).

4. pH

Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya

pada kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat

bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh

terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada

permukaan sel.

Page 31: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

18

METODE PENELITIAN

WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober–November 2015,

bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

MATERI PENELITIAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panci kecil, kompor,

sendok, saringan, cetakan, gelas ukur, erlenmeyer, spoit, pisau, timbangan analitik,

cawan petri, magnetic stirrer, tabung reaksi, rak tabung, autoclave, lemari

pendingin, vortex, coloni counter, bunsen, dan termometer.

Bahan yang digunakan adalah susu segar, getah papaya kering, agar – agar,

keragenan, bewax, PDA (Potato Dextrose Agar), NA (Nutrient Agar), aquades,

alkohol 70 %, aluminium foil, spiritus, kapas, tissue, karet, dan kertas label.

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4

x 4 x 2. Perlakuan pada penelitian ini merupakan kombinasi dari 3 faktor yang

diulang sebanyak 3 kali. Faktor A adalah jenis pelapis, sebagai berikut:

1. Kontrol 3. Agar - agar

2. Keragenan 4. Beewax

Faktor B adalah lama penyimpanan, sebagai berikut :

1. 0 hari 3. 2 hari

2. 1 hari 4. 3 hari

Page 32: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

19

Faktor C adalah lama penyimpanan, sebagai berikut :

1. Suhu Ruang (270C)

2. Suhu Refrigerasi (50C)

METODE PENELITIAN

Larutan Getah Pepaya Kering

Getah pepaya kering dilakukan dengan mencampurkan 1 bagian getah

pepaya dengan 4 bagian asam sulfit (H2SO3) 0,7%. Kemudian suspensi

dihomogenkan dengan vortex selama 30 detik. Selanjutnya suspensi dikeringkan

dengan oven suhu 500C selama ± 8 jam (sampai benar-benar kering). Getah pepaya

yang telah kering, dihaluskan. Larutan getah pepaya yang digunakan dalam

pembuatan dangke, dibuat dengan menimbang 1 gram getah pepaya kering lalu

dilarutkan dalam 100 ml aquades (b/v).

Pembuatan Dangke

Susu sapi segar dipanaskan di atas kompor hingga suhu mencapai 400C,

kemudian ditambahkan getah pepaya kering yang telah dilarutkan sebanyak 0,3 %

dari volume susu (v/v). Disuspensi sebentar lalu dipanaskan kembali hingga suhu

mencapai 950C dan mengalami penggumpalan. Curd disaring dan dimasukkan ke

dalam cetakan sambil ditekan – tekan menggunakan sendok agar whey yang tersisa

keluar. Dangke didinginkan ± 2 menit, kemudian dipotong – potong membentuk

sebuah dadu kecil menjadi enam belas bagian.

Page 33: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

20

PELAPISAN

1. Kontrol

Sampel kontrol adalah dangke yang tidak diberi perlakuan lapisan.

2. Agar – agar

Agar – agar ditimbang sebanyak 20 gr kemudian tambahkan 50 ml air (25 %

b/v). Kemudian dipanaskan di atas kompor hingga seluruh agar-agar terlarut

sempurna. Larutan agar-agar dibiarkan hingga suhu 600C, selanjutnya agar –

agar di masukkan kedalam cetakan sekitar seperdua bagian kemudian dangke

dimasukkan kedalam agar – agar lalu sisa agar – agar di tuang kembali hingga

seluruh permukaan dangke terlapisi secara sempurna. Lalu membiarkan lapisan

agar-agar mengering dan mengeras.

3. Keragenan

Keragenan ditimbang sebanyak 20 gr kemudian ditambahkan 50 ml air (25 %

b/v). Kemudian dipanaskan di atas kompor hingga seluruh keragenan terlarut

sempurna. Larutan keragenan dibiarkan hingga suhu 600C, selanjutnya

keragenan di masukkan kedalam cetakan sekitar seperdua bagian kemudian

dangke dimasukkan kedalam keragenan lalu sisa keragenan di tuang kembali

hingga seluruh permukaan dangke terlapisi secara sempurna. Lalu membiarkan

lapisan keragenan mengering dan mengeras.

4. Beewax (lilin cair madu)

Beewax yang berbentuk padat diiris tipis-tipis lalu di cairkan dengan cara

dipanaskan. Beewax yang telah cair seutuhnya, dibiarkan hingga suhunya 600C.

Selanjutnya dangke dicelupkan hingga seluruh permukaan dangke terlapisi

Page 34: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

21

secara sempurna oleh beewax, lalu dibiarkan lapisan beewax mengering dan

mengeras.

PARAMETER YANG DIAMATI

Pengamatan kualitas dangke dilakukan sebanyak 3 periode pengamatan

dengan total susu yang digunakan 12 liter dan selanjutnya dilakukan pengamatan

sebagai berikut

Perhitungan Jumlah Total Mikroba

Pembuatan media Nutrien Agar (NA): pembuatan media dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi. Sebanyak 28 gram NA dilarutkan dalam 1 liter

akuades, kemudiaan dipanaskan hingga larut sempurna lalu di sterilkan dalam

autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.

Perhitungan jumlah total mikroba : dangke ditimbang sebanyak 1 gram

kemudian dilarutkan menggunakan aquades sebanyak 10 ml kemudian disimpan

pada gelas ukur, selanjutnya sampel diambil 1 ml kemudian dicampurkan 9 ml

dengan aquades (menjadi Pengenceran 1:10 atau 10-1) pada tabung reaksi dan

dihomogenkan dengan vortex. Pengenceran dilakukan 1:100 (10-2) dengan cara

memindahkan 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam 9 ml aquades. Pengenceran

dilakukan dengan cara yang sama pada tabung reaksi 10-2, sampai 10-4.

Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri. Media NA sebanyak

15 ml pada Suhu 40-500C dituangkan ke masing – masing cawan petri tersebut,

lalu dihomogenkan perlahan (cawan petri digeser-geser di atas meja membuat

angka 8 mendatar) lalu biarkan agar memadat. Inkubasi dilakukan pada suhu 35-

370C, 24-48 jam.

Page 35: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

22

Perhitungan Jumlah Mikroba :

Jumlah mikroba dihitung dengan alat colony counter yaitu jumlah mikroba per ml

=

Perhitungan Jumlah Jamur :

Pembuatan media PDA: pembuatan media dilaksanakan di Laboratorium

Mikrobiologi. Sebanyak 25 gram PDA dilarutkan dalam 1 liter akuades,

kemudian dipanaskan hingga larut sempurna lalu disterilkan dalam autoklaf

pada suhu 1210C selama 15 menit.

Perhitungan jumlah jamur : dangke ditimbang sebanyak 1 gram kemudian

dilarutkan menggunakan aquades sebanyak 10 ml kemudian disimpan pada

gelas ukur, selanjutnya sampel diambil 1 ml kemudian dicampurkan 9 ml dengan

aquades (menjadi Pengenceran 1:10 atau 10-1) pada tabung reaksi dan

dihomogenkan dengan vortex. Pengenceran dilakukan 1:100 (10-2) dengan cara

memindahkan 1 ml dari pengenceran 10-1 ke dalam 9 ml aquades. Pengenceran

dilakukan dengan cara yang sama pada tabung reaksi 10-2, sampai 10-4.

Sampel sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri. 15 ml PDA pada suhu

40-500C dituangkan ke masing-masing cawan petri kemudian digeser-geser di

atas meja membuat angka 8 mendatar lalu biarkan agar memadat. Inkubasi

dilakukan pada suhu 35 - 370C, 24 - 48 jam.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 X 1

faktor pengencer

Page 36: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

23

Perhitungan Jumlah Jamur :

Menghitung jumlah jamur yang tumbuh yang mencirikan jamur menggunakan

colony counter yaitu koloni yang membentuk titik warna hitam dari masing-

masing pengenceran yang dilakukan secara duplo.

ANALISIS DATA

Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam sesuai dengan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 4x4x2.

Adapun model matematikanya yaitu :

i = 1,2,3,4 (Faktor a)

j = 1,2, (Faktor b)

k = 1,2, (factor c)

l = 1,2,3 (ulangan)

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada kualitas mikrobiologis dangke ke-k

yang memperoleh kombinasi perlakuan penggunaan jenis suhu

penyimpanan ke- i dan jenis pelapis ke-j.

μ = Nilai rata-rata perlakuan

αi = Pengaruh jenis pelapis terhadap kualitas mikrobiologis dangke

ke-i

βj = Pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas mikrobiologis

dangke

ke-j

(αβ)ij= Pengaruh interaksi antara perlakuan jenis pelapis ke-i dan suhu

penyimpanan ke-j

Yijk = μ + αi +βj + (αβ)ij + €ijk

Page 37: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

24

Diagram alir pembuatan dangke

Gambar 1. Skema Alur Penelitian

Dangke

Dikemas :

1. Tanpa Kemasan

2. Agar-agar

3. Keragenan

4. Beewax

Disimpan pada

suhu ruang (270C)

Disimpan pada

suhu refrigerasi

(5oC)

Pengamatan setiap

hari :

1. TPC

2. Total Jamur

3. Total E. Coli

Susu Segar

Dipanaskan

sampai 40oC

Ditambahkan 0,3%

getah pepaya kering

(v/v)

Dipanaskan hingga

suhu 95oC

Page 38: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Total Plate Count

Kualitas mikrobiologis merupakan salah satu kualitas yang dapat

mempengaruhi produk pangan asal hewani selain kualitas fisik dan kimia. Salah

satu contoh kualitas mikrobiologis yang dapat mengurangi mutu produk pangan

adalah bakteri. Bakteri merupakan salah satu faktor biologis yang dapat mencemari

produk pangan asal hewani terutama pada produk susu. Ada beberapa kelompok

bakteri yang yang dapat mencemari produk susu yaitu thermoduric, yakni bakteri

yang bertahan hidup pada suhu pasteurisasi, demikian juga ada bakteri yang disebut

psychrotrophic merupakan kontaminan utama pada produk susu, tetap hidup pada

suhu dingin, namun tidak bertahan hidup selama proses pasteurisasi, dan

menghasilkan flavor yang tidak sedap. Bacillus cereus, bakteri pembentuk spora

yang mampu bertahan hidup selama proses pasteurisasi, juga bertahan pada suhu

pendinginan, dan penghasil enterotoxin, yang menjadi penyebab keracunan pangan,

dapat berkembang biak pada susu pasteurisasi selama masa penyimpanan (Valik

dkk. 2003).

Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu pemeriksaan mikrobiologi

yang digunakan untuk melihat jumlah mikroba secara keseluruhan (Elmoslemany

et al, 2009). Jumlah TPC dapat menggambarkan kondisi sanitasi susu mulai dari

pemerahan, kebersihan lingkungan kandang serta penanganan setelah pemerahan.

Monitoring sanitasi dari suatu produk pangan atau minuman dimulai dari awal

produksi sampai siap konsumsi dengan mengunakan parameter TPC. Total plate

Page 39: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

26

count dangke yang dibuat dengan menggunakan bahan pelapis dan dan lama

penyimpanan pada suhu ruang dan refrigerasi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai rata-rata Total Plate Count (TPC) (log CFU/g) terhadap kualitas

mikrobiologis dangke dengan berbagai jenis pelapis dan lama

penyimpanan pada suhu ruang dan refrigerasi.

Suhu

Penyimpana

n

Lama

Penyimpana

n

(Hari)

Jenis Pelapis

Rata-

rata Kontrol Keragenan Agar-

agar

Beewax

Suhu ruang

(270C)

0

1

2

3

3,87±0,64

4,54±0,00

4,68±0,19

4,57±0,66

4,09±0,57

4,60±0,41

3,97±0,04

4,67±0,53

3,86±0,31

4,36±0,00

5,10±0,16

4,57±0,57

3,99±0,56

5,00±0,45

4,34±0,56

4,44±0,90

3,95a

4,60b

4,62 b

4,56 b

Rata – rata 4,39 4,33 4,47 4,54

Suhu

refrigerasi

(50C)

0

1

2

3

3,81±0,14

3,81±0,14

4,67±0,41

4,44±0,89

3,90±0,38

3,90±0,38

4,22±0,31

4,51±0,10

4,05±0,04

4,05±0,04

4,28±0,25

4,46±0,03

3,91±0,09

3,91±0,09

4,29±0,32

4,47±0,02

3,92a

3,92a

4,37b

4,47b

Rata – rata 4,18 4,13 4,21 4,14

Ket: huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berpengaruh nyata

(P<0,05)

Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pelapis pada suhu ruang tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai total bakteri. Terlihat pada Tabel 3 bahwa nilai

rata – rata dari setiap jenis pelapis di suhu ruang menunjukkan relatif yang hampir

sama berkisar antara 4,33 – 4,54 log cfu/g, angka ini cenderung tinggi dari batas

maksimum total bakteri dalam keju olahan yang ditetapkan oleh FDA (2013) yaitu

4 log cfu/g. Hal ini disebabkan kemungkinan kontaminasi awal pada susu sudah

tinggi sebelum diolah menjadi dangke dan setiap mikroorganisme memiliki suhu

tersendiri untuk pertumbuhannya. Menurut Gaman dan Sherrington (1994), tiap-

tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan maksimum, minimum dan

optimum. Suhu maksimum yaitu suhu tertinggi, di atas suhu tersebut mikroba tidak

dapat tumbuh. Suhu minimum yaitu suhu terendah, di bawah suhu tersebut mikroba

Page 40: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

27

tidak dapat tumbuh. Suhu optimum yaitu suhu di mana mikroba tumbuh sangat

baik. Ini berarti suhu memberikan kesempatan pertumbuhan yang sangat cepat dan

menghasilkan jumlah sel yang maksimal.

Berbeda dengan jenis kemasan pada suhu ruang, lama penyimpanan pada

suhu ruang hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan

berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap nilai total bakteri. Pada Tabel 3 menunjukkan

bahwa nilai rata – rata total bakteri pada penyimpanan 0 hari sebesar 3,95 log cfu/g,

kemudian meningkat pada penyimpanan 1 hari dan penyimpanan 2 hari sebesar

4,60 dan 4,62 log cfu/g, akan tetapi pada penyimpanan 3 hari nilai rata – rata total

bakteri menurun sebesar 4,56 log cfu/g. Adanya kenaikan dan penurunan nilai rata

– rata total bakteri pada penyimpanan 0, 1, 2, dan 3 hari disebabkan karena

kemungkinan karena faktor penyimpanan dan terjadinya kontaminasi silang.

Menurut Judkin dan Kenner (1966) mikroorganisme termodurik dan termofilik

tahan terhadap pasteurisasi, namun bakteri patogen mengalami kematian. Masih

terdapatnya bakteri dalam susu dalam jumlah yang tinggi dimungkinkan juga

oleh terjadinya kontaminasi silang atau selama prosessing sampai pengemasan

susu pasteurisasi kurang sempurna, atau juga oleh suhu pasteurisasi yang

kurang tinggi dan waktu pasteurisasinya kurang lama.

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis kemasan pada

suhu refrigerasi tidak berpengaruh nyata terhadap total bakteri. Hal ini

menunjukkan bahwa total bakteri dangke dengan menggunakan kemasan berbeda

yang disimpan pada suhu refrigerasi lebih rendah dibandingkan total bakteri pada

suhu ruang, karena penyimpanan dengan menggunakan suhu rendah dapat

menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Jay (2000) suhu yang rendah dapat

Page 41: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

28

digunakan untuk menghambat atau menurunkan pertumbuhan dan aktivitas

mikroorganisme dalam makanan. Ditambahkan oleh Frazier dan Westhoff (1988)

bakteri memiliki suhu optimum atau terbaik untuk tumbuh dan memiliki suhu yang

minimum, dimana suhu tersebut dapat menurunkan atau menghambat pertumbuhan

bakteri.

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh lama

penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total bakteri dangke. Nilai rata

– rata total bakteri yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu penyimpanan 0 hari

3,92 log cfu/g, penyimpanan 1 hari 3,95 log cfu/g, penyimpanan 2 hari 4,37 log

cfu/g, dan penyimpanan 3 hari 4,47 log cfu/g. Jika dilihat dari nilai rata – rata total

bakteri seiring lama penyimpanan pada suhu refrigerasi terus mengalami

peningkatan, dilihat pada masa penyimpanan dari 0 sampai 3 hari terjadi

peningkatan secara signifikan. Hal ini disebabkan karena cenderung meningkatnya

aktivitas metabolisme dan poliferasi mikroba. Jumlah mikroorganisme yang

bertambah dengan semakin lamanya penyimpanan disebabkan terdapat

mikroorganisme yang mampu tetap hidup dalam suhu rendah. Soeparno (1998),

menyatakan bahwa pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh suhu dan pH.

Suhu merupakan suhu optimal pertumbuhan bakteri psikrofilik yang dapat hidup

pada suhu rendah antara 0–100C. Salah satu spesies bakteri psikrofilik mempunyai

aktifitas mendegradasi glikogen menjadi asam lakta

2. Jamur

Jamur adalah organisme yang mempunyai inti, spora, tidak berklorofil,

dinding sel terdiri atas sellulosa, khitin atau kombinasi keduanya, berbentuk

filamen atau benang-benang bercabang yang bersekat atau tidak bersekat. Benang-

Page 42: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

29

benang pada jamur ini disebut hifa. Hifa terdiri atas sel-sel yang berinti satu

(uninukleat) atau dua (binukleat). Hifa jamur menyatu membentuk kumpulan hifa

yang disebut miseliurn (Aryantha dan Rahmat, 1999). Jumlah jamur dangke yang

dibuat dengan menggunakan berbagai jenis pelapis dan lama penyimpanan pada

suhu ruang dan refrigerasi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai rata-rata jamur (log CFU/g) terhadap kualitas mikrobiologis dangke

dengan berbagai jenis pelapis dan lama penyimpanan pada suhu ruang dan

refrigerasi.

Suhu

Penyimpana

n

Lama

Penyimpana

n

(Hari)

Jenis Pelapis Rata

rata

Kontrol Keragena

n

Agar –

agar

Beewax

Suhu ruang

(270C)

0

1

2

3

3,65±0,00

4,89±0,34

4,28±0,60

5,10±0,39

3,79±0,00

4,87±0,60

3,76±0,34

4.46±0,39

3,78±0,00

4,58±0,61

4,48 ±0,54

4,64±0,37

3,41±0,00

3,85±0,05

4,78±0,13

4,78±0,25

3.65a

4.55c

4.15b

4.75 c

Rata – rata 4.48 4.22 4.37 4.02

Suhu

refrigerasi

(50C)

0

1

2

3

3.65±0,00

3.68±0,19

3.91±0,46

4.32±0,05

3.79±0,12

3.92±0,42

4.08±0,01

4.75±0,51

3.78±0,00

3.84±0,10

3.92±0,00

4.33±0,39

3.41±0,00

3.59±0,19

3,86±0,18

4.41±0,01

3.65 a

3.76 a

3.84a

4.45 b

Rata – rata 3.89 4.91 4,08 3.81

Ket: huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berpengaruh nyata

(P<0,05)

Berdasarkan hasil data analisis ragam di atas menunjukkan bahwa jenis

pelapis pada suhu ruang tidak nyata terhadap jumlah pertumbuhan jamur. Pada

Tabel 4 di atas terlihat bahwa nilai rata – rata kontrol dan pelapis agar – agar

memiliki nilai yang relatif sama dan merupakan nilai rata – rata yang tertinggi

dibanding dengan jenis pelapis yang lain. Sedangkan nilai rata – rata jenis pelapis

yang terendah pada suhu ruang yaitu terdapat pada beewax sebesar 4,02 log cfu/g.

Hal ini menunjukkan bahwa beewax merupakan jenis pelapis yang baik digunakan

dan dapat mencegah terjadinya penguapan air secara berlebihan yang dapat

mengakibatkan tumbuhnya jamur. Malik (2009) melaporkan bahwa pelilinan selain

Page 43: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

30

untuk memperbaiki penampilan produk, pelilinan juga bertujuan untuk

memperpanjang daya simpan, mencegah susut produk, menutup luka atau goresan

kecil, mencegah timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna

produk. Pantastico (1986) menambahkan bahwa salah satu cara untuk

mempertahankan mutu dan kesegaran produk adalah dengan melapisi produk

dengan lilin. Pelilinan ini akan memberikan sifat yang lebih kedap terhadap air pada

permukaan produk dibandingkan dengan yang tidak dilapisi lilin. Oleh karena itu,

pelapisan dengan lilin dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat

menghambat laju respirasi, memperlambat pelayuan dan memberikan kesan

mengkilap pada permukaan kulit produk.

Dilihat dari lama penyimpanan pada suhu ruang, berdasarkan hasil analisis

ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh (P<0,05) terhadap

pertumbuhan jamur pada dangke. Terlihat pada Tabel 4 rata – rata jumlah bakteri

yang terendah yaitu terdapat pada penyimpanan 0 hari sebesar 3,65 log cfu/g dan

yang tertinggi yaitu terdapat pada penyimpanan 3 hari dengan jumlah rata – rata

jamur adalah 4,75 log cfu/g. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama dangke

disimpan pada suhu ruang maka jumlah jamur akan bertambah. Besarnya kerusakan

terjadi tergantung pada lama atau waktu suatu bahan pangan disimpan. Waktu yang

lebih lama akan menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan

penelitian Indrianty (2009) yang menggunakan sampel roti tawar dengan

penyimpanan 3-4 hari menunjukkan bahwa pada penyimpanan 3 hari dengan

menggunakan suhu kamar jumlah jamur pada melebih batas cemaran mikroba yaitu

1 x 104.

Page 44: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

31

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pelapis pada

suhu refrigerasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jamur. Terlihat

pada tabel 4 bahwa nilai rata – rata jamur pada suhu refrigerasi dengan

menggunakan jenis pelapis yang berbeda memiliki nilai rata – rata yang hampir

sama. Hal ini disebabkan karena penyimpanan pangan pada suhu dingin akan

menghambat pertumbuhan jamur serta dapat memperpanjang masa simpan. Hal ini

sesuai Polutu (2013) menyatakan bahwa suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum

bagi mikroorganisme tersebut bersifat merusak, sedangkan suhu yang lebih rendah

dapat memperlambat aktivitas metabolisme dan menghambat pertumbuhan

mikroba.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh

(P<0,05) terhadap pertumbuhan jamur. Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan

bahwa dangke yang disimpan selama 3 hari dan diuji dari hari 0 sampai hari ke 3

setiap harinya mengalami peningkatan. Lama penyimpanan 0 hari tidak jauh

berbeda dengan lama penyimpanan 1 hari, 2 hari maupun lama penyimpanan 3 hari.

Namun pada lama penyimpanan 0 sampai 3 hari menunjukkan perbedaan pola

pertumbuhan jamur. Perbedaan tersebut terlihat pada nilai rata – rata lama

penyimpanan yang menghasilkan jumlah jamur pada masing – masing perlakuan

jenis pelapis yang berbeda. Jumlah jamur yang tertinggi terdapat pada lama

penyimpanan 3 hari sedangkan jumlah jamur yang terendah terdapat pada

penyimpanan 0 hari. Hal ini menunjukkan semakin lama dangke disimpan maka

jumlah jamur semakin bertambah dan penyimpanan makan pada suhu lebih rendah

dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan. Buckle (2007) menyatakan

bahwa pengaruh suhu dan waktu sangat menentukan populasi pertumbuhan jamur

Page 45: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

32

karena pada umumnya waktu antara masing- masing pembelahan sel berbeda-beda

pada setiap jenis mikroorganisme, tergantung dari species dan suhu sekitarnya.

Interaksi antara suhu dan lama merupakan pemberian suhu dan waktu yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba.

Page 46: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

33

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di tarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Beewax merupakan jenis pelapis terbaik yang digunakan untuk melapisi dangke

dilihat dari jumlah total jamur

2. Dangke dapat di simpan selama 2 hari pada suhu refrigerasi karena ketiga jenis

pelapis masih perlu di kombinasikan dengan penyimpanan refrigerasi untuk

memperpanjang daya simpan dangke

Saran

Untuk hasil terbaik, masih perlu dilakukan optimasi proses untuk mengurangi

kadar air dalam dangke untuk memperkecil kemungkinan pertumbuhan

mikroorganisme

Page 47: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

34

DAFTAR PUSTAKA

Abrianto, P. 2010. Dangke, Olahan Susu Sapi Tradisional Khas Enrekang Sulawesi

Selatan. (http://dangke-olahan-susu-sapi-tradisional-khas-enrekang-

Sulawesi-selatan.html, diakses tanggal 19 Agustus 2015).

Afrianto, E. dan E. Liviawati, 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara

Pengolahannya, Bhratara, Jakarta.

Arum,R.H.,Sariawiharja,B.,dan Kusuma Ningrum,A.B. 2014. Aktivitas Anti

BAkteri Getah Pepaya Kering terhadap Staphylococcus aureus pada Dangke.

Teknologi Industri Pangan

Aryantha, I, dan B, Rahmat. 1999. Dasar-dasar Usaha Budidaya Jamur. Pusat PAU

llmu Hayati Lernlit ITB. Bandung : 19-23.

Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini. 2006. Rumput Laut,

Penebar Swadaya, Jakarta.

Anonim. 2014. Manfaat Getah Pepaya. http://webcache.googleusercontent.com.

Diakses : 18 Januari 2015.

Alexopulus, CJ dan Mims, C.W. 1979. Introductory Micologi. John Willey dan

Shons New York.

Bernees, B. P. Donald, R. Z, dan Stephen, H. S. 1998. Forest Ecologi. John MIlley

dan Shons INC. New York.

Buckle, K. Edwards, R. Fleet, G. Dan Wootton, M. 2007. Ilmu Pangan. Jakarta: UI

PRESS.

Bourtoom T. 2008. Edible films and coatings: characteristics and properties.

International Food Research Journal 15(3): 237-248.

Carlie,N.J,dan Watkinson,S.J.1995.The Fungi. Academi Press Harcoud Prase &

Company Publishe. London.

Caron, D .M.,1999. Beewax. Cooperative extention,UD

Choi, W.S., and J.H. Han, 2002. Film-forming mechanism and heat denaturation

effects on the physical and chemical properties of peaprotein - isolate edible

films. Journal of Food Science, 67 (4): 1399-1406.

Elmoslemany AM, Keefe GP, Dohoo IR, Dingwell RT. Microbiological quality of

bulk tank raw milk in Prince Edwad Island dairy herds. J.Dairy Sci. 2009;

(92): 4239- 4248

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi .IPB p133, 136, 206-

207. Bogor.

Page 48: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

35

Fardhillah, A., Saifuddin, S., dan Henrayati. 2012. Pengaruh konsentrasi getah

pepaya terhadap kualitas dangke dan daya terima masyarakat. Universitas

Hasanuddin, Makassar.

[FDA] Food and Drug Administration. 2013. Reseived Guidelines for The Assessment of Microbiological Quality of Processed Foods. Department of

Healthy Food and Drug Administration Republic of The Philippines. 27

Februari 2013. Fennema, O.W., 1985. Principle of Food Science, Food Chemistry, 2nd (ed).

Marcel Dekker Inc, New York.

Furness, C. 1997. How to Make Beeswax Candles. British Bee Publ.: Geddington,

UK

Frazier WC, Westhoff DC. 1988. Food Microbiology. Edisi ke-4. New York:

McGraw-Hill Book Company.

Ganjar,I. Ariyanti, O dan Welizar,S. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan, Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta.

Gaman PM. Dan Sherrington KB. 1994. ILMU PANGAN. Pengantar Ilmu Pangan,

Nutrisi dan Mikrobiologi, Edisi kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press. Terjemahan dari: The Science of Food: An Introduction to Food

Science, Nutrition, and Microbiology.

Holmberg, K. dan Matthews, A. 2010. Coating Tribology-Properties,Mechanisms,

Techniques, and Aplications in Surface Engineering Second Edition. The

University of Sheffield, UK.

Indrianty, Y. 2009 .Higiene dan Sanitasi Pengolahan Roti pada Pabrik Roti di

Desa Kampung Lalang Kecamatan Sunggal Medan Tahun. Skripsi.

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara Medan

Japan International Coforation Agenci (JICA). 2009. Laporan Hasil Kegiatan:

Identifikasi dan Kajian Komoditi Utama Provinsi Selawasi Selatan:

Komunitas Susu JICA dan Univeristas Hasanuddin. Makassar.

Jay JM. 2000. Modern Food Microbiology. Ed ke-6. Maryland: Aspen

Publisher.

Judkins, H. F. and Keener, H. A. 1966. Milk Production and Processing. New

York: John Wiley & Sons, Inc.

Kester JJ, Fennema OR. 1988. Edible films and coatings. A review. Food

Technology 42:47-59.

Malaka,R. 1997. Effect of Curd lan a Bacteria Polysaccharide on the Phisical

Proparties and Microstucture of Acide Milk Curd by Lactid Acid

Page 49: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

36

Fermentaion. Master Thesis. Faculty of Agriculture,Miyazaki University.

Japan

Marzoeki, A.A.M., A. Hafid, M. Jufri, Amir dan Madjid. 1978. Penelitian

peningkatan mutu dangke. Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian.

Ujung Pandang.

Malik, I. 2009. Pelilinan (wax) pada buah-buahan.

http://iwanmalik.wordpress.com. Akses 20 Mei 2015.

MC-Kane,L. 1996. Microbiologi Aplied and Practise. MC Graw Hill Book

Company. New York.

Ming, C.C., A. Bono., D. Krisnaiah dan T.S. Han. 2002. Effects of ionic and non-

ionik surfactants on papain activity. Borneo Science 12: 71-77.

Muchtadi, D., N.S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Enzim dalam Industri Pangan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Pusat Antar Unversitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Nugroho, P. 2004. Infertarisasi Jamur Makroskopis di Kawasan Taman Wisata

Alam Sibolangit Kab.Deli Serdang Sumatra Utara. Skripsi Program Studi

Biologi. F.MIPA. USU Medan.

Pantastico, B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan Buah -

buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan oleh :

Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Purdy, L. H. 1956. Factor’s Affectin Apothecial Formation by Scelerotinia

Sclerotiorum. Phitopathology.

Rasyid, A. 2004. Beberapa cacatan tentang agar. Journal of Oseana 29(2):0216-

1877.

Salamah E, CE Anna, R Yuni. 2006. Pemanfaatan Gracilaria sp. dalam pembuatan

permen jelly. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 9(1):38-46.

Smith, I. H and Weber, N.S. 1988. The Mushroom Hunter’s Field Quide. The

University of Michikan Press.

Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke Dua. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Surono, I.S. 1983. Tradisional Milk Product From Buffalo Milk by Use Higher

Pantsas Coagulants In Indonesia-Japanese. J. Dairy Sci and Food Sci.

Tortora,G.Berdel,S.Punke,I dan Cristin,C.C. 2001 .Micologi an Introduction.

Benjamin. New York.

Page 50: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

37

Tjitrosoepomo, G. 1991. Taksonomi Umum: Dasar- Dasar Taksonomi Jamur.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 150-154.

Valik L., F. Gorner, and D. Laukova. 2003. Growth dynamics of Bacillus cereus

and shelf-life of pasteurised milk. Czech J. food SCI. (21): 195–202.

Widyastuti, S. 2009. Kadar Alginat Rumput Laut yang Tumbuh di Perairan Laut

Lombok. Jurnal Teknologi Pertanian (10): 144-152.

Winarno, F.G., 1990. Tempe, Misteri Gizi dari Jawa, Info Pangan. Teknologi

Pangan dan Gizi, Fatameta, IPB, Bogor.

Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F.G. dan B. S. I. Jenie, 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara

Pencegahannya. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Winarno, F.G. dan I.E. Fernandez. 2007. Susu dan Produk Fermentasinya. M-Brio

Press, Bogor.

Yudhabuntara, D. 2008. Pengendalian Mikroorganisme dalam Bahan Makanan

Asal Hewan. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner. Fakultas

Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta

Page 51: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

38

Page 52: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

39

Page 53: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

40

LAMPIRAN 1

Analisis Ragam Total Plate Count (TPC) terhadap jenis pelapis, dan lama

penyimpanan (Suhu Ruang)

Tabel deskriptif NA (Suhu Ruang)

Dependent Variable: NA

Lama_penyimpan

an

Jenis_kemasan Mean Std. Deviation N

0 hari

Kontrol 3.8733 .64655 3

keragenan 4.0967 .57012 3

agar-agar 3.8633 .31754 3

beewax 3.9933 .56190 3

Total 3.9567 .46992 12

1 hari

Kontrol 4.4500 .00000 3

keragenan 4.6000 .41569 3

agar-agar 4.3600 .00000 3

beewax 5.0000 .45398 3

Total 4.6025 .36656 12

2 hari

Kontrol 4.6833 .19630 3

keragenan 3.9767 .04041 3

agar-agar 5.1067 .16166 3

beewax 4.7467 .56862 3

Total 4.6283 .50369 12

3 hari

Kontrol 4.5700 .66204 3

keragenan 4.6733 .53304 3

agar-agar 4.5700 .57297 3

beewax 4.4667 .90512 3

Total 4.5700 .58806 12

Total

Kontrol 4.3942 .51843 12

keragenan 4.3367 .49331 12

agar-agar 4.4750 .54745 12

beewax 4.5517 .67439 12

Total 4.4394 .55064 48

Page 54: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

41

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: NA

Source Type III Sum

of Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 6.654a 15 .444 1.869 .068

Intercept 945.986 1 945.986 3985.058 .000

Lama_penyimpanan 3.749 3 1.250 5.264 .005

Jenis_kemasan .318 3 .106 .446 .722

Lama_penyimpanan *

Jenis_kemasan

2.588 9 .288 1.211 .322

Error 7.596 32 .237

Total 960.237 48

Corrected Total 14.250 47

a. R Squared = .467 (Adjusted R Squared = .217)

Post Hoc Tests Lama_penyimpanan

NA

Duncana,b

Lama_penyimpanan N Subset

1 2

0 hari 12 3.9567

3 hari 12 4.5700

1 hari 12 4.6025

2 hari 12 4.6283

Sig. 1.000 .785

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .237.

Page 55: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

42

Jenis_kemasan Homogeneous Subsets

NA

Duncana,b

Jenis_kemasan N Subset

1

keragenan 12 4.3367

Kontrol 12 4.3942

agar-agar 12 4.4750

beewax 12 4.5517

Sig. .333

Means for groups in homogeneous subsets

are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) =237.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size

=12.000.

a. Alpha = .05.

Page 56: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

43

LAMPIRAN 2

Analisis Ragam Total Plate Count (TPC) terhadap jenis pelapis, dan lama

penyimpanan pada Suhu Refrigerasi

Tabel deskriptif NA (Suhu Refrigerasi)

Dependent Variable: NA

Lama_penyimpanan Jenis_kemasan Mean Std. Deviation N

0 hari

Kontrol 3.8133 .14364 3

keragenan 3.9067 .38004 3

agar-agar 4.0533 .04619 3

beewax 3.9133 .09866 3

Total 3.9217 .20045 12

1 hari

Kontrol 3.8133 .14364 3

keragenan 3.9067 .38004 3

agar-agar 4.0533 .04619 3

Beewax 3.9133 .09866 3

Total 3.9217 .20045 12

2 hari

Kontrol 4.6767 .41765 3

keragenan 4.2267 .31134 3

agar-agar 4.2833 .25403 3

Beewax 4.2967 .32716 3

Total 4.3708 .33956 12

3 hari

Kontrol 4.4467 .89556 3

keragenan 4.5133 .10116 3

agar-agar 4.4600 .03000 3

Beewax 4.4767 .02887 3

Total 4.4742 .38559 12

Total

Kontrol 4.1875 .58735 12

Keragenan 4.1383 .37651 12

agar-agar 4.2125 .21111 12

Beewax 4.1500 .29778 12

Total 4.1721 .38209 48

Page 57: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

44

Post Hoc Tests

Lama_penyimpanan

Homogeneous Subsets

NA

Duncana,b

Lama_penyimpanan N Subset

1 2

0 hari 12 3.9217

1 hari 12 3.9217

2 hari 12 4.3708

3 hari 12 4.4742

Sig. 1.000 .431

Jenis_kemasan

Homogeneous Subsets

NA

Duncana,b

Jenis_kemasan N Subset

1

keragenan 12 4.1383

beewax 12 4.1500

Kontrol 12 4.1875

agar-agar 12 4.2125

Sig. .608

Dependent Variable: NA

Source Type III Sum

of Squares

df Mean

Square

F Sig.

Corrected Model 3.640a 15 .243 2.411 .018

Intercept 835.501 1 835.501 8298.996 .000

Lama_penyimpanan 3.074 3 1.025 10.178 .000

Jenis_kemasan .042 3 .014 .139 .936

Lama_penyimpanan

* Jenis_kemasan

.524 9 .058 .578 .805

Error 3.222 32 .101

Total 842.363 48

Corrected Total 6.862 47

Page 58: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

45

LAMPIRAN 3

Analisis Ragam Jamur terhadap jenis pelapis, dan lama penyimpanan pada Suhu

Ruang

Tabel deskriptif Jamur (Suhu Ruang)

Dependent Variable: PDA

Lama_penyimpanan Jenis_kemasan Mean Std. Deviation N

0 hari

Kontrol 3.6500 .00000 3

keragenan 3.7933 .12702 3

agar-agar 3.7800 .00000 3

beewax 3.4100 .00000 3

Total 3.6583 .16964 12

1 hari

Kontrol 4.8933 .60343 3

keragenan 4.8700 .62554 3

agar-agar 4.5867 .61978 3

beewax 3.8533 .00577 3

Total 4.5508 .63246 12

2 hari

Kontrol 4.2800 .34641 3

keragenan 3.7667 .15011 3

agar-agar 4.4867 .54784 3

beewax 4.0767 .13279 3

Total 4.1525 .40093 12

3 hari

Kontrol 5.1033 .39879 3

keragenan 4.4600 .00000 3

agar-agar 4.6467 .37528 3

beewax 4.7867 .25403 3

Total 4.7492 .35569 12

Total

Kontrol 4.4817 .68432 12

Keragenan 4.2225 .56107 12

agar-agar 4.3750 .53134 12

Beewax 4.0317 .53389 12

Total 4.2777 .58765 48

Page 59: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

46

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: PDA

Source Type III Sum

of Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 12.270a 15 .818 6.609 .460

Intercept 878.342 1 878.342 7096.159 .351

Lama_penyimpanan 8.354 3 2.785 22.498 .438

Jenis_kemasan 1.376 3 .459 3.705 .220

Lama_penyimpanan

* Jenis_kemasan

2.540 9 .382 2.280 .742

Error 3.961 32 .124

Total 894.573 48

Corrected Total 16.231 47

Post Hoc Test

Lama_penyimpanan

Homogeneous Subsets

PDA

Duncana,b

Lama_penyimpanan N Subset

1 2 3

0 hari 12 3.6583

2 hari 12 4.1525

1 hari 12 4.5508

3 hari 12 4.7492

Sig. 1.000 1.000 .177

Jenis_kemasan

Homogeneous Subsets

PDA

Duncana,b

Jenis_kemasan N Subset

1

beewax 12 4.0317

keragenan 12 4.2225

agar-agar 12 4.3750

Kontrol 12 4.4817

Sig. .193

Page 60: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

47

LAMPIRAN 4

Analisis Ragam Jamur terhadap jenis pelapis, dan lama penyimpanan pada Suhu

Refrigerasi

Tabel deskriptif Jamur (Suhu Refrigerasi)

Dependent Variable: PDA

Lama_penyimpanan Jenis_kemasan Mean Std. Deviation N

0 hari

Kontrol 3.6500 .00000 3

keragenan 3.7933 .12702 3

agar-agar 3.7800 .00000 3

beewax 3.4100 .00000 3

Total 3.6583 .16964 12

1 hari

Kontrol 3.6867 .19630 3

keragenan 3.9233 .42147 3

agar-agar 3.8400 .10392 3

beewax 3.5900 .19053 3

Total 3.7600 .25736 12

2 hari

Kontrol 3.9100 .46893 3

keragenan 3.8667 .01155 3

agar-agar 3.7200 .00000 3

beewax 3.8667 .18475 3

Total 3.8408 .22773 12

3 hari

Kontrol 4.3200 .05292 3

keragenan 4.7500 .51157 3

agar-agar 4.3367 .39311 3

beewax 4.4100 .01732 3

Total 4.4542 .33063 12

Total

Kontrol 3.8917 .35357 12

keragenan 4.0833 .49676 12

agar-agar 3.9192 .30888 12

beewax 3.8192 .41069 12

Total 3.9283 .39794 48

Page 61: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

48

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: PDA

Source Type III

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 5.537a 15 .369 6.198 .240

Intercept 740.727 1 740.727 12437.42

7

.367

Lama_penyimpanan 4.625 3 1.542 25.884 .221

Jenis_kemasan .448 3 .149 2.510 .440

Lama_penyimpanan

* Jenis_kemasan

.464 9 .222 .865 .665

Error 1.906 32 .560

Total 748.169 48

Corrected Total 7.443 47

Post Hoc Tests

Lama_penyimpanan

Homogeneous Subsets

PDA

Duncana,b

Lama_penyimpanan N Subset

1 2

0 hari 12 3.6583

1 hari 12 3.7600

2 hari 12 3.8408

3 hari 12 4.4542

Sig. .092 1.000

Jenis kemasan

Homogeneous Subsets

PDA

Duncana,b

Jenis_kemasan N Subset

1

Beewax 12 3.8192

Kontrol 12 3.8917

agar-agar 12 3.9192

keragenan 12 4,0833

Sig. .352

Page 62: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

49

Page 63: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

50

Pembuatan Larutan Getah Pepaya Pembuatan Dangke

Pembuatan Media Dangke yang Dilapisi Agar-

agar

Dangke yang dilapisi beewax Dangke yang Dilapisi

Keragenan

Page 64: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

51

Jumlah Bakteri Dangke Jumlah Jamur Dangke

Menghitung Koloni Inkubasi Media

Page 65: KUALITAS MIKROBIOLOGIS DANGKE DENGAN BERBAGAI … · tumbuh pada produk pangan yang lembab, oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan bakteri menggunakan metode cawan tuang untuk

52

RIWAYAT HIDUP

Ayu Soraya, lahir pada tanggal 15 Oktober 1993 di Benteng

Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah

anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Abdul Rahman

Adam dan Nur Haeda. Jenjang pendidikan formal yang pernah

ditempuh Penulis adalah TK Bayangkara Kab. Selayar yang lulus pada tahun 1999

dan melanjutkan Sekolah Dasar Negeri Benteng I Kab. Selayar dan lulus tahun

2005. Kemudian setelah lulus, Penulis melanjutkan di SMP Negeri 1 Benteng

Selayar tahun 2005, kemudian pada tahun 2008 lanjut di Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) Negeri 1 Benteng Selayar, lulus pada tahun 2011. Setelah

menyelesaikan SMK, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui

Jalur POSK di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar. Saat ini

Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Ternak Universitas

Hasanuddin (HIMATEHATE_UH)