FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL DANGKE …

99
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL DANGKE SAPI DI KECAMATAN CENDANA KABUPATEN ENREKANG ADHA NURHAJIRAH 105960084911 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL DANGKE …

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL

DANGKE SAPI DI KECAMATAN CENDANA

KABUPATEN ENREKANG

ADHA NURHAJIRAH

105960084911

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

i

DANGKE SAPI DI KECAMATAN CENDANA

KABUPATEN ENREKANG

ADHA NURHAJIRAH

105960084911

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASAR

2015

ii

iii

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Harga Jual Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Agustus 2015

Adha Nurhajirah

105960084911

v

ABSTRAK

ADHA NURHAJIRAH. 105960084911. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Harga Jual Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang. Dibimbing

oleh Siti Wardah, selaku pembimbing I dan St. Aisyah, selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

harga jual dangke sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

Penentuan populasi dan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple

random sampling) dengan perhitungan jumlah sampel menggunakan metode

Slovin yaitu sebanyak 54 orang peternak pembuat dangke sapi sebagai responden.

Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksplanasi, yaitu suatu jenis penelitian yang

menjelaskan dan menggambarkan pengaruh atau hubungan suatu variabel

terhadap variabel lainnya.

Hasil penelitian analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa secara

simultan (uji f) faktor yang mempengaruhi harga jual dangke sapi adalah biaya

produksi, jumlah konsumen, jumlah produksi, dan lokasi. Secara parsial (uji t)

faktor yang mempengaruhi harga jual dangke sapi di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang adalah faktor jumlah produksi dan lokasi.

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam

tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat

dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Dangke Sapi di

Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Ir. Hj. Siti Wardah, M.Si, selaku pembimbing I dan St. Aisyah R, S.Pt, M.Si

selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing

dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Amruddin, S.Pt, M.Pd, M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii

4. Kedua orangtua ayahanda Idris. B dan ibunda Suherni yang banyak

memberikan doa, dorongan, perhatian dan kasih sayangnya dengan tulus

selama ini untuk segerah menyelesaikan studi .

5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada

penulis.

6. Kepada pihak Pemerintah Kabupaten Enrekang khususnya kepala Pak

Camat Cendana beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian di Daerah tersebut.

7. Seluruh teman-teman angkatan “011 Pertanian” atas dukungan, semangat,

bantuan pikiran, dan doanya yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga

kristal-kristal Allah SWT senantiasa tercurah kepadanya. Amin.

Makassar, Agustus 2015

Adha Nurhajirah

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................... iii

HALAMAN PERNYATAAN . ........................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... . viii

DAFTAR TABEL ................................................................................. . x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii

I. PENDAHULUAN. ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitia............................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6

2.1 Dangke sapi ………………………………………............... 6

2.2 Teori Harga …….................................................................... 12

2.3 Teori Biaya ............................................................................ 13

2.4 Teori Konsumen .................................................................... 17

2.5 Teori Produksi ....................................................................... 20

2.6 Kerangka Pemikiran .............................................................. 22

III. METODE PENELITIAN ............................................................ 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 24

3.2 Teknik Penentuan Sampel .................................................... 24

3.3 Jenis dan sumber Data.......................................................... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 26

3.5 Teknik Analisis Data ………….......……………………… .. 27

3.6 Defenisi Operasional ............................................................. 28

ix

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................ 29

4.1 Letak Geografis .................................................................. 29

4.2 Letak Wilayah...................................................................... 29

4.3 Keadaan Penduduk ............................................................. 30

4.4 Sarana dan Prasarana .......................................................... 33

4.5 Keadaan Pertanian/Peternakan ............................................. 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 35

5.1 Identitas Peternak Sapi ........................................................ 35

5.2 Harga Jual Dangke Sapi ....................................................... 43

5.3 Biaya Produksi Dangke Sapi ................................................ 44

5.4 Jumlah Konsumen Dangke Sapi ........................................... 45

5.5 Jumlah Produksi Dangke Sapi ………….......……………… 46

5.6 Lokasi Produksi Dangke Sapi ................................................ 47

5.7 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual

Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.. 49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 56

6.1 Kesimpulan ... ....... ................................................................. 56

6.2 Saran ..................... .............................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Jumlah Ternak Sapi Perah dan Produksi Susu di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang…………………………………. .. 3

2. Jumlah Penduduk di Kecamatan CendanaTahun 2014 ………… . 30

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Kecamatan Cendana Tahun 2014 ……………………………. 32

4. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2014………………………………………………….. . 33

5. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2014......................................................................... …. 34

6. Jumlah Peternak Berdasarkan Skala Usaha di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang ................................................ … 35

7. Identitas Peternak Berdasarkan Tingkat Umur di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang ...................................................... 36

8. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang...................................................... 37

9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang............................... . 38

10. Jenis Pekerjaan Responden Pada Petani/Peternak Pembuat Dangke

Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang......................... 39

xi

11. Jumlah Responden berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Berusaha

Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang ……... 41

12. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan

Kelurga di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang …………… 42

13. Harga Jual Dangke Berdasarkan Skala Usaha di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang …………………………………… 43

14. Biaya Pembuatan Satu Biji Dangke di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang …………………………………………….. 44

15. Jumlah Konsumen Dangke Berdasarkan Skala Usaha

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang ……..………….… 45

16. Jumlah Produksi Dangke Berdasarkan Skala Usaha

Di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang …….………….… 47

17. Lokasi Penelitian di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang …………………………….……………………….…. 48

18. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Dangke

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang ………..…………. 49

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioer Penelitian ………………………………… …………… 61

2. Peta Lokasi Penelitian …………………………………………... 63

3. Identitas Responden Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang……………………………………………... 64

4. Harga Jual Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang ………………………….…………………………...... 66

5. Biaya Pembuatan Dangke Peternak Sapi Perah di kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang ………………….………............ 68

6. Jumlah Konsumen Dangke Peternak Sapi Perah di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang................................................ …... 70

7. Jumlah Sapi Perah Betina Laktasi, Produksi Susu dan Produksi

Dangke di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang …………. 72

8. Lokasi Penjualan Dangke Peternak Sapi Perah di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang…………………………………... 74

9. Tabel Rincian Harga Jual, Biaya, Jumlah Konsumen, Jumlah

Produksi, Lokasi ………………………………………………… 76

10. Hasil Perhitungan dengan Menggunakan Program SPSS ………. 78

11. Dokumentasi Penelitian …………………………………………. 80

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ternak sapi merupakan komoditas unggulan penghasil daging dan susu.

Ternak sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95%

kebutuhan susu, dan 85% menghasilkan kulitnya. Ternak sapi memiliki peran

penting dan peluang usaha yang menjanjikan. Strategi pembangunan mempunyai

prospek yang baik dimasa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang

berasal dari ternak akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah

penduduk, pendapatan, dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan

bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata

penduduk (Damayanti, 2010).

Susu merupakan hasil perahan yang diperoleh dari sapi atau kerbau serta

hewan menyusui lainnya, yang dapat diminum atau dapat dipergunakan sebagai

bahan pangan yang aman dan sehat. Susu merupakan sumber gizi lengkap yang

mengandung kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, dan

asam amino esensial. Susu telah dipergunakan manusia untuk pangan baik dalam

bentuk aslinya maupun dalam bentuk yang telah diolah menjadi berbagai produk

lainnya. Kabupaten Enrekang adalah salah satu daerah yang menjadi prioritas

pengembangan peternakan sapi perah di Sulawesi Selatan (Saleh, 2004).

Di masa-masa lalu, dangke Enrekang lebih banyak dibuat dari susu kerbau.

Akan tetapi dalam perkembangannya kemudian lebih banyak dipilih bahan baku

dari susu sapi yang kandungan lemaknya 2,6 – 2,8% (Junwar, 2012). Dangke susu

2

sapi lebih gurih dibandingkan menggunakan susu kerbau yang kandungan

lemaknya mencapai 3,2 %. Lagi pula, dari seekor kerbau betina hanya dapat

menghasilkan 5 hingga 6 liter susu setiap hari. Atau hanya dapat digunakan untuk

membuat 2 sampai 3 biji dangke. Sedangkan dari seekor sapi perah, dapat

dihasilkan 20 hingga 30 liter susu setiap hari. Bahkan dengan perlakuan tertentu

seekor sapi perah berpotensi menghasilkan hingga 60 liter susu setiap hari

(Junwar, 2012). Hasil produksi sapi perah di wilayah tersebut yaitu susu murni

yang diolah menjadi dangke (sebutan masyarakat setempat untuk keju).

Dangke sapi adalah sejenis makanan bergizi yang dibuat dari susu

sapi.Teknik pengolahan dangke ini memungkinkan susu dapat disimpan dalam

jangka waktu yang lama (susu diubah bentuk menjadi dangke) dengan tanpa

mengurangi nilai gizi yang dikandungnya. Usaha pembuatan/pengolahan dangke

dikategorikan sebagai industri berskala rumah tangga. Sebab mulai dari produksi

bahan mentah sampai pada pengolahannya menjadi dangke dilakukan oleh

anggota keluarga. Umumnya bahan baku yang digunakan untuk membuat dangke

diperoleh dari susu segar dari ternak mereka sendiri. Dangke sekilas mirip tahu,

karena warna dan teksturnya putih dan kenyal. Biasanya dangke digunakan

sebagai makanan atau lauk pauk dengan cara digoreng, dipanggang atau

tergantung selera yang mengkonsumsinya (Anonim, 2012).

Enrekang merupakan salah satu penghasil dangke sapi yang terkenal. Bagi

masyarakat Kabupaten Enrekang dangke yang merupakan makanan khas paling

disenangi karena mempunyai rasa yang lezat. Selain itu, dengan pembuatan

dangke yang cukup sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya, maka

3

dangke juga dijadikan oleh masyarakat setempat sebagai mata pencaharian.Usaha

pembuatan dangke berkembang cukup pesat di Enrekang dengan populasi unit

usaha mencapai 256 (data pada Januari 2014). Pemerintah setempat berupaya

untuk mengembangkan usaha tersebut antara lain dengan mengakomodir

permintaan pasar, penambahan populasi, dan perbaikan sistem pemeliharaan yang

terus diproduksi dan dikembangkan dalam kelembagaan peternak.

Populasi sapi perah dan sapi potong di Kabupaten Enrekang sudah melebihi

40.000 ekor. Khusus populasi sapi perah di Kabupaten Enrekang sebanyak 1.450

ekor. Populasi sapi perah terdiri atas betina 767 ekor, jantan 65 ekor, dara 253

ekor, anak betina 346 ekor, dan pedet jantan 168 ekor. Kabupaten Enrekang

mampu memproduksi susu segar total 4.700 liter/hari dengan produksi susu rata-

rata 7,82 liter/hari (Junwar, 2012).

Untuk melihat jumlah sapi perah dan produksi susu di Kecamatan Cendana,

Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Ternak Sapi Perah dan Produksi Susu di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang.

Sumber : Data Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang, (2014)

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi susu terbanyak adalah di Desa

Cendana yaitu 482 liter/hari dengan jumlah sapi sebanyak 276 ekor yang tidak

sebanding dengan desa lainnya seperti Desa Pinang sebanyak 375 ekor tetapi

No Desa Sapi (Ekor) Produksi Susu

Liter/hari

1 Cendana 276 482

2 Pundi Lemo 92 153

3 Pinang 375 386

4 Lebang 210 291

Jumlah 953 1312

4

hanya mampu memproduksi susu sebanyak 386 liter/hari. Dari data tersebut dapat

dikatakan bahwa Desa Cendana merupakan desa yang memproduksi susu paling

banyak dibanding desa lainnya. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan

di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang.

Harga jual dangke di Kecamatan Cendana sangat bervariasi dan berbeda

jauh antara penjual satu dengan penjual lainnya mulai dari harga terendah sebesar

Rp 15.000,00 - Rp 25.000,00 harga tertinggi. Sedangkan untuk membuat satu

buah dangke, para pembuat dangke sama-sama membutuhkan susu sebanyak 1,5

liter. Menurut Kotler (1992), harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual

dalam suatu proses tawar menawar, penjual akan meminta harga jual yang lebih

tinggi diharapkan akan diterima, sedangkan pembeli akan menawar lebih rendah

dari yang diharapkan akan dibayarnya dengan tawar menawar dan mereka akan

sampai pada suatu kesepakatan tentang harga.

Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan

menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang

dapat diperoleh industri. Sedangkan produk yang sama dan berada dalam suatu

daerah yang sama seharusnya memiliki harga yang sama atau tidak jauh berbeda

seperti yang terjadi di Kecamatan Cendana.

Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dan menjadi salah

satu penentu keberhasilan suatu perusahaan, karena untuk menentukan seberapa

besar keuntungan yang akan mereka peroleh maka harus dengan menentukan

harga jual yang sesuai dengan produk yang mereka produksi untuk dijual.

5

Untuk menentukan harga jual yang sesuai untuk dangke sapi hasil produksi

di Kecamatan Cendana maka sebaiknya harus diketahui apa saja yang dapat

mempengaruhi harga jual tersebut. Oleh karena itulah maka dilakukan penelitian

dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Dangke Sapi

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang paling mempengaruhi harga jual

dangke sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi harga jual dangke

sapidi Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi produsen dangke, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai harga jual yang diperoleh dari usaha yang dijalankan.

2. Bagi peneliti, sebagai bahan penelitan untuk selanjutnya yang berhubungan

dengan pengembangan usaha dangke.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan masyarakat

khusus-nya di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dangke Sapi

Dangke sapi adalah makanan tradisional yang berasal dari Kabupaten

Enrekang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dangke terbuat dari fermentasi susu sapi

yang diolah secara tradisional dengan nilai gizi yang tinggi karena di dalamnya

terkandung zat-zat gizi seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan khas

dari Kabupaten Enrekang itu diolah dari susu sapi, kerbau atau kambing dengan

penambahan getah papaya (enzim papain) melalui proses pemanasan sederhana.

Salah satu kendala yang dialami dalam pengembangan makanan tradisional

tersebut adalah ketidak seragaman kualitas produk yang dihasilkan oleh

masyarakat dan masa simpan produk yang masih cukup singkat sehingga relatif

sulit dalam menjangkau wilayah pemasaran yang lebih luas (Yusron, 2008).

Khususnya di Kabupaten Enrekang, susu sapi segar yang diperah sebagian

besar diperuntukkan untuk pembuatan dangke dalam skala usaha rumah tangga.

Untuk menghasilkan sebuah dangke berukuran setengah tempurung kelapa,

dibutuhkan sekitar 1,25-1,50 liter susu segar, tergantung jenis sapi yang

digunakan (JICA, 2009).

Dilihat sepintas, dangke mirip dengan tahu karena teksturnya yang kenyal,

namun warnanya putih agak kekuningan. Rasanya gurih dengan aroma khas keju

parmesan. Dangke aman untuk kesehatan karena diproses tanpa bahan

pengawet. Dangke yang masih dalam keadaan panas dibungkus dengan daun

7

pisang dan kadang kala agar bisa tahan lama dilakukan pengawetan dengan

ditaburi garam dapur, setelah itu siap dipasarkan (Ridwan, 2004).

Berdasarkan penelitian Gunawan dalam Ridwan (2004), pengaruh

penggunaan garam dan kemasan terhadap daya simpan dari produk olahan susu

tradisional masyarakat Sumatera Utara yang memiliki karakteristik produk yang

hampir sama dengan dangke di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa

penggaraman dengan larutan garam jenuh perbandingan 1:1 mampu

mempertahankan daya simpan hari keenam. Pengemasan dapat mempertahankan

tekstur dan warna, pengemasan dapat mempertahankan penguapan air.

Pengemasan yang terbaik adalah dengan menggunakan plastic poliprofilen atau

dengan pengemasan menggunakan aluminium foil.

Sebagai salah satu produk olahan susu, dangke memiliki nilai tambah

(added value) tersendiri dari limbahnya yakni berupa whey dangke yang juga

dapat diolah menjadi produk olahan bergizi tinggi lainnya, misalnya dalam bentuk

nata de whey. Namun untuk saat ini, whey hanya dimanfaatkan untuk dijadikan

sebagai susu subsitusi (tambahan/pengganti) bagi pedet sapi perah (JICA, 2009).

Saat ini produksi dangke Enrekang mampu memenuhi permintaan

konsumen yang peminatnya tersebar di Makassar, Kalimantan, Papua, Jakarta

hingga Malaysia. Dengan harga jual antara Rp 8 - 15 ribu per potongnya, peternak

bisa mendapat keuntungan antara Rp 6 - 8 juta untuk setiap ekor sapi (Margianto,

2011).

8

Makanan tradisional merupakan makanan khas suatu daerah yang diolah

secara tradisional turun temurun dari bahan yang tersedia di daerah tersebut.

Makanan tradisional umumnya diolah secara tradisional dengan peralatan

sederhana dalam industri rumah tangga yang lingkungannya kurang menunjang

(Ridwan, 2004).

Dangke adalah susu sapi yang dikentalkan (koagulasi) sehingga terbentuk

padat seperti tahu bisa digoreng atau dibakar, dangke disantap sebagai lauk

bersama sambal. Dangke sangat mirip dengan dali ni hordo yang popular

di Tapanuli. Bedanya, dali ni hordo bisa dimasak lagi dengan kuah kuning dan

gurih, sedangkan dangke diperlakukan layaknya tahu goreng (Winarno, 2008).

Menurut Ridwan (2011), bahwa dangke merupakan produk makanan

tradisional, walaupun digemari konsumen, seringkali tidak dapat bersaing karena

pengemasannya yang kurang menarik dan bentuk serta ukurannya tidak lagi

sesuai dengan selera zaman. Dangke di Kabupaten Enrekang terdiri dari dua jenis

yaitu dangke yang berbahan dasar susu sapi dan dangke yang berbahan dasar

susu kerbau. Kedua jenis dangke tersebut memiliki ciri khas masing-masing.

Keberadaan dua jenis dangke tersebut memberikan kesempatan kepada konsumen

atau pembeli untuk menentukan jenis dangke yang sesuai dengan selera mereka.

Dangke terbuat dari fermentasi susu sapi yang diolah secara tradisional. Dangke

memiliki tekstur seperti tahu dan memiliki rasa yang mirip dengan keju. Dangke

juga terkenal memiliki kandungan protein betakaroten yang cukup tinggi. Dangke

dibuat dengan merebus campuran susu sapi, garam, dan sedikit getah buah

pepaya. Hasil rebusan tersebut kemudian disaring, dibuang airnya, dan kemudian

9

dicetak sesuai bentuk yang diinginkan. Dangke dapat langsung disajikan atau

diolah lagi menjadi variasi makanan lain seperti dangke bakar dan sejenisnya.

Berdasarkan hasil penelitian Ridwan (2004) dari sejumlah 100 orang

responden terpilih, 79% mengkonsumsi dangke tersebut dalam bentuk digoreng,

3% dimasak, 1% dibakar, 2% kombinasi digoreng-masak dan sisanya 15%

kombinasi digoreng-bakar. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi produk dangke

di Kabupaten Enrekang masih dalam bentuk yang tradisional, belum ada

diversifikasi yang luas atas produk tersebut. Hal ini akan berpengaruh pada

jumlah konsumsi masyarakat atas produk tersebut.

Konsumsi masyarakat Kabupaten Enrekang terhadap produk dangke adalah

25% responden mengkonsumsi 1-2 buah/hari, 14% respon mengkonsumsi 3-4

buah/hari dan sisanya 61% mengkonsumsi secara tidak menentu, tergantung

keinginan dan kebutuhan. Nilai tersebut masih cukup rendah jika dibandingkan

dengan jumlah rata-rata anggota keluarga per rumah tangga yang berada pada

kisaran 3-6 orang. Hal ini menyiratkan bahwa dengan potensi jumlah penduduk

dan rata-rata jumlah anggota keluarga per rumah tangga yang relatif besar, maka

terdapat adanya potensi peningkatan tingkat konsumsi masyarakat, yang salah

satu alternatifnya dengan memberikan kampanye konsumsi protein hewani, yang

barenergi dengan peningkatan diversifikasi produk dangke, sehingga tidak

terfokus pada bentuk goreng, masak dan bakar. Rendahnya tingkat konsumsi

tersebut mungkin juga disebabkan karena adanya persepsi masyarakat akan harga

dangke tersebut yang masih dirasakan agak mahal. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh data bahwa 76% responden menganggap bahwa harga dangke yang ada

10

tergolong sedang, dan sisanya 24% responden menganggap bahwa harga dangke

yang beredar di masyarakat tergolong mahal (Ridwan, 2004).

Konsumsi dangke sudah menjadi kebiasaan masyarakat dan bersifat turun

temurun, bahkan ada kecenderungan bahwa dangke sudah merupakan bagian

penting dari menu makan sehari-hari. Sejak bayi dan masa anak-anak kebiasaan

makan dangke telah dibentuk oleh lingkungan keluarga. Hasil penelitian Ridwan

(2005) menunjukkan bahwa terdapat delapan atribut yang menjadi pertimbangan

utama dan sekligus menjadi parameter konsumen dalam menilai produk dangke

mana yang lebih baik dibandigkan dengan lainnya. Hasil yang diperoleh

mengindikasikan bahwa konsumen dangke di Kabupaten Enrekang masih

merupakan konsumen konvensional dengan pandangan utama dalam

mengkonsumsi suatu produk terfokus pada atribut yang menjadi karakteristik

utama berupa aroma, rasa, dan harga, sementara atribut lainnya masih dianggap

sebagai pelengkap. Fenomena tersebut di atas dapat dimaklumi karena produk

dangke merupakan makanan khas tradisional.

Produk dangke mempunyai keistemewaan sebagai produk tradisional

sehingga ke-khasan produk merupakan kontributor nilai tambah terbesar dalam

produk ini, hal ini sehingga karakteristik produk perlu untuk dipertahankan dan

dilestarikan. Karakteristik produk yang dimaksud, bukan hanya pada bentuk dan

komposisi produk, namun juga pada kemasan produk. Sebuah penelitian yang

dilakukan oleh JICA (2009) menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang pada

pasar tradisional di Kabupaten Enrekang mengaku produk dangke yang dikemas

11

selain menggunakan daun pisang dan produk yang dicetak dalam bentuk kotak

kurang diminati oleh pelanggan.

Disisi lain keadaan ini secara tidak langsung menghambat perkembangan

inovasi teknologi dalam proses pembuatan dangke, karena tuntutan permintaan

konsumen yang menginginkan produk yang konvensional, proses pembuatannya

pun bertahan pada keadaan konvensional. Lebih lanjut Gultom dan Siagian (2005)

mengemukakan bahwa salah satu kendala perkembangan Usaha Kecil Menengah

(UKM) adalah inovasi yang dibatasi oleh karakteristik dasar produk yang

seringkali harus tetap dijaga, perubahan warna atau tampilan (kemasan) produk

sangat berpengaruh terhadap perubahan minat pelanggan akan produk yang

dihasilkan.

Proses produksi pembuatan dangke dengan metode yang konvensional

diduga masih tidak memperhatikan aspek klinis dan keamanan produk. Hasil

observasi lansung dilakukan oleh tim peneliti (JICA, 2009) melaporkan bahwa

kebanyakan pengrajin dangke tidak melakukan desinfeksi yang baik pada

peralatan yang digunakan pada saat pengambilan susu (pemerahan), alat

penyaring saat penyaringan susu, peralatan dalam pembuatan dangke dan bahan

pengemas (daun pisang) yang digunakan. Hal ini berdampak pada daya simpan

dangke pada suhu ruang yang relatif sangat pendek, dangke paling tidak dapat

bertahan hingga sore saat dijual dipasar, bahkan dalam beberapa jam saja bagian

permukaan dangke sudah mulai nampak kekuningan. Penyimpanan pada suhu

dingin dapat bertahan hingga lima hari (Anonim, 2010) dan hingga kurang lebih

21 hari pada suhu beku (JICA, 2009).

12

2.2. Teori Harga

Harga merupakan ukuran nilai dari barang dan jasa. Harga adalah sejumlah

uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang

beserta pelayanannya. Harga keseimbangan atau harga pasar (Equilibrium price)

adalah tinggi rendahnya tingkat harga yang terjadi atas kesepakatan antara

produsen/penawaran dengan konsumen atau permintaan. Pada harga

keseimbangan produsen atau penawaran bersedia melepas barang, sedangkan

permintaan atau konsumen bersedia membayar harganya. Dalam kurva harga

keseimbangan terjadi titik temu antara kurva permintaan dan kurva penawaran

yang disebut Equilibrium Price (Wira, 2012).

Terbentuknya harga pasar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan dan penawaran. Masing-masing faktor dapat

menyebabkan bergesernya jumlah permintaan dan jumlah penawaran. Dengan

bergesernya permintaan dan penawaran akan mengakibatkan bergesernya tingkat

harga keseimbangan (Purwanta, 2012).

Di pasar terdapat dua kekuatan utama yang saling berinteraksi, yaitu

permintaan dan penawaran, sehingga terbentuk keseimbangan yang dicerminkan

pada level harga dan kuantitas dimana kurva permintaan dan penawaran bertemu.

Hukum penawaran menghubungkan berbagai titik kombinasi antara jumlah

barang dan tingkat harga yang ditawarkan.Semakin tinggi harga, akan semakin

tinggi kuantitas yang ditawarkan atau sebaliknya jika harga turun dengan asumsi

ceteris paribus, sehingga terdapat hubungan yang positif antara harga dan

penawaran (Sugeng, 2010).

13

Menurut Permana (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual

adalah:

1. Jumlah Penawaran

2. Harga

3. Biaya produksi

Faktor-faktor diatas merupakan pertimbangan yang harus diperhatikan

dalam menetapkan harga jualnya dan dapat diterima oleh konsumen sehingga

konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut.

Menurut Hansen (2001), Harga jual adalah jumlah moneter yang

dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang

yang dijual atau diserahkan.

Menurut Mas’ud Machfoed (2007) dalam bukunya “Akuntansi Manajemen”

banyak faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual, baik dipandang dari

barang yang akan dijual atau pasarnya dan tak kalah pentingnya adalah biaya

untuk membuat barang tersebut.

2.3. Teori Biaya

Penentuan harga jual produk dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya

biaya. Walaupun demikian pengaruh biaya terhadap harga jual tidak dapat

diabaikan. Penetapan harga jual yang berorientasi biaya adalah penetapan harga

jual dengan menjadikan biaya masa datang sebagai dasar perhitungan, dan dalam

jangka panjang harga jual harus cukup untuk menutup biaya produksi dan non

produksi. Biaya masa datang merupakan biaya yang diprediksi akan terjadi jika

suatu keputusan diambil (Triyaswati, 2009).

14

Menurut Lutfi (2012), biaya produksi yang tidak terkendali akan

menyebabkan harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan daya

saing produk dan akhirnya dapat menurunkan laba. Maka dari itu biaya produksi

harus dicatat dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat

menghasilkan harga pokok produk yang tepat. Dengan demikian perusahaan dapat

menetapkan harga jual yang kompetitif yang dapat mengoptimalkan laba

sekaligus memenuhi tuntutan konsumen. Agar harga jual dapat ditetapkan dengan

memadai, dalam arti harga jual tersebut minimal dapat menutupi biaya yang

dikeluarkan, harga jual dapat bersaing dengan perusahaan sejenis, dan harga jual

mengandung laba yang dapat diharapkan perusahaan, maka satu cara yang

digunakan adalah dengan menghitung terlebih dahulu harga pokok produksi.

Adapun komponen biaya dalam pengolahan dangke yaitu terdiri dari susu

segar, getah papain, garam, bahan bakar serta pembungkus untuk lebih jelasnya

mengenai komponen biaya yang membentuk biaya produksi tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut (Irvan, 2010) :

1. Biaya bahan baku susu sapi segar

Bahan baku utama yang harus tersedia untuk memproduksi dangke adalah

susu segar, baik susu sapi maupun susu kerbau dengan kebutuhan susu segar

untuk sebuah dangke adalah 1,5 liter. Adapun harga beli yaitu dengan harga

Rp 8.000,00 per liter.

15

2. Biaya getah papain

Getah papain digunakan pada usaha pengolahan dangke untuk memadatkan

susu cair tersebut. Dengan penambahan beberapa tetes getah papain pada adonan

dangke akan menyebabkan terjadi kekentalan pada susu segar tersebut. Pengguna

getah papaya tidak boleh lebih dari takaran yang sudah ditentukan, apabila

penggunaannya berlebihan menyebabkan rasa dangke menjadi pahit.

3. Biaya garam

Bahan garam yang digunakan pada usaha pengolahan dangke berfungsi

sebagai penambah rasa gurih pada susu serta untuk bahan pengawet bahan

makanan tersebut dimana kebutuhan untuk 1 buah dangke adalah 0,25 mg atau ½

sendok teh. Seperti halnya getah papaya penggunaan bahan garam ini secukupnya

saja. Hal ini disebebkan karena jika penggunaan bahan garam terlalu banyak maka

akan mudah basi dan tidak layak untuk dikonsumsi.

4. Biaya bahan bakar

Bahan bakar pada usaha pengolahan dangke berfungsi pada saat pemasakan

bahan dangke tersebut, dalam hal ini susu segar. Bahan bakar yang yang

digunakan umumnya adalah minyak tanah. Hal ini disebabkan karena dalam

pemasakan susu segar untuk bahan dangke tersebut menggunakan kompor minyak

tanah, dalam setiap satu kali memproduksi dangke rata-rata menggunakan 2 liter

minyak tanah biasa menghasilkan 10 sampai 20 buah dangke perharinya.

16

5. Biaya kemasan

Setelah mengalami masa pengolahan dan pencetakan dangke, maka sebelum

dijual, dangke tersebut dikemas. Baiknya dengan menggunakan bahan alami

seperti daun pisang.

Secara sederhana biaya produksi dapat dicerminkan oleh jumlah uang yang

dikeluarkan untuk mendapatkan sebuah input, secara akuntansi sama dengan

jumlah uang keluar yang tercatat (Sugiarto, 2002).

Biaya susu diperoleh dengan cara mengalihkan jumlah penggunaan susu

pada satu buah dangke sebesar 1,5 liter per dangke dengan harga susu perliternya

sebesar Rp 8.000,00 per liter. Biaya garam diperoleh dengan cara membagi harga

satu bungkus garam dibagi dengan jumlah produksi dangke dalam seminggu.

Kemasan dangke berupa daun pisang, untuk memperoleh besar biaya yang

dikeluarkan yaitu dengan cara membagi harga satu pelepah daun pisang sebesar

Rp 1000,00 di bagi dengan jumlah maksimal penggunaan satu pelepah pisang

sebanyak 10 kemasan. Bahan bakar yang di gunakan oleh para pembuat dangke

menggunakan tabung gas berukuran 3 kg, untuk menghitung besarnya biaya

bahan bakar yaitu dengan cara membagi harga tabung gas 3 kg dibagi dengan

jumlah dangke dalam satu minggu. Sedangkan untuk menghitung biaya tenaga

kerja yaitu dengan cara mengalihkan antara Upah Minimum Provinsi (UMR)

Sulawesi Selatan dikonversi dalam menit dikali jam kerja yang digunakan dalam

mengolah dangke selama satu hari. Upah minimum provinsi Sulawesi Selatan

sebesar Rp. 1.265.000,00 per bulan dan jika dikonversikan dalam menit (satu hari

17

sama dengan 8 jam kerja, satu bulan sama dengan 25 hari kerja, 1 jam sama

dengan 60 menit), maka diperoleh upah permenitnya sebesar Rp 10.541667.

Penentuan harga jual yang baik akan menghasilkan informasi harga pokok

produksi persatuan yang dihasilkan selama periode kurun waktu tertentu. Bukan

hanya menentukan hasil akhir produksi yang akan dijual, tetapi juga besar

kecilnya pendapatan. Dengan demikian perusahaan penentu harga jual senantiasa

memerlukan informasi biaya produk dalam pengambilan keputusan penentuan

harga jual meskipun biaya bukan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan

dalam penentuanharga jual.

2.4. Teori Konsumen

Faktor yang menentukan harga jual pada perusahaan adalah termasuk

konsumen, yang memahami bagaimana konsumen akan bereaksi terhadap produk

yang akan ditawarkanakan mendorong perusahaan tersebut untuk membuat

produk yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan konsumen, sehingga dapat

meningkatkan volume penjualan dan meraih keuntungan yang lebih banyak. Oleh

karena itu harga produk, lokasi, dan pelayanan menjadi hal utama yang harus

diperhatikan oleh sebuah perusahaan. Harga pokok yang mampu bersaing dengan

produk diperusaan lain akan dapat mengundang konsumen lebih banyak

(Setyabudi, 2008).

Penjual dan pembeli yang berinteraksi akan melakukan proses tawar-

menawar. Proses tawar-menawar ini menunjukkan adanya permintaan dan

penawaran barang. Penjual akan menawarkan barang dagangannya dengan harga

yang telah ditentukan dan pembeli akan meminta barang diinginkan dengan harga

18

rendah. Proses tawar-menawar ini akan berlangsung hingga tercapai kesepakatan

harga. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran yang berlaku apabila faktor-faktor

lain yang memengaruhi penawaran tidak berubah (Ceteris paribus) bahwa

“Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia ditawarkan.

Sebaliknya, semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang yang

bersedia di tawarkan (Crayonpedia, 2011).

Pengertian Konsumen menurut Kotler (2011), adalah semua individu dan

rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk

di konsumsi. Pembeli diambil dari istilah asing (Inggris) yaitu consumer, secara

harfiah dalam kamus-kamus diartikan sebagai ”seseorang atau sesuatu perusahaan

yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu ” atau” sesuatu atau

seseorang yang mengunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”.

Ada juga yang mengartikan ”setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”.

Konsumen atau pembeli dibedakan menjadi dua yaitu konsumen sebagai orang

alami atau pribadi kodrati dan konsumen sebagai perusahan atau badan hukum

pembedaan ini penting untuk membedakan apakah konsumen tersebut

menggunakan barang tersebut untuk dirinya sendiri atau untuk tujuan komersial

(dijual, diproduksi lagi).

Membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat yang ditetapkan

dalam persetujuan. Jika pada waktu membuat persetujuan tidak ditetapkan hal-hal

itu, pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu penyerahan. Jika pembeli

tidak membayar harga pembelian, maka penjual dapat menuntut pembatalan jual

beli itu (Maddy, 2010).

19

Menurut Setyabudi (2008), lokasi juga menjadi hal utama yang harus

diperhatikan dalam perusahaan dalam menentukan harga jual karena lokasi

perusahaan yang strategis juga akan menjadi pertimbangan konsumen untuk

berkunjung pada perusahaan tersebut.

Adapun yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli adalah

lokasi. lokasi yang strategis dan harga barang yang sesuai dengan harga pasar

dengan barang yang di jual. Pengamatan sementara menunjukkan bahwa faktor

harga yang kurang sesuai dengan harga pasar atau barang yang dijual atau juga

karena letak lokasi yang kurang strategis menurut pembeli (Sari, 2010).

Bisa saja lokasi yang kita temukan adalah pasar tradisional. Kita harus pilah

dulu, apakah ada pengelompokan jenis dagangan atau bebas. Kita bisa

membandingkan jenis usaha, mau bersaing dengan yang sudah ada atau benar-

benar membuka usaha yang belum ada. Kalau mau bersaing, senjata apa yang kita

pakai untuk bersaing, apakah harga yang murah atau kualitas yang bagus. Lokasi

perusahaan harus dekat dengan sarana transportasi, agar hubungan antara

produsen dan konsumen di pasar, antara produsen dengan pemasok bahan baku

mudah atau cepat, bila menerima bahan baku untuk diproses menjadi produk jadi

dan cepat mengirim produknya baik ke pasar maupun ke pemesan, maka akan

memberikan kepuasan kepada pelanggannya.Lokasi yang “strategis” dalam teori

wirausaha ditafsirkan sebagai lokasi di mana banyak ada calon pembeli, dalam

artian lokasi ini mudah dijangkau, gampang dilihat konsumen, dan lokasi yang

banyak dilalui atau dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk atau

20

jasa yang dijual. Lokasi seperti ini cocok untuk usaha perdagangan barang atau

jasa yang harus berhubungan langsung dengan pelanggan (Miswan, 2012).

Setiap unit-unit pengambil keputusan mempunyai kepentingan tersendiri

bersumber dari aktivitas ekonomi yang dilakukan. Aktivitas ekonomi rumah

tangga yang paling pokok adalah penjualan jasa tenaga kerja dan konsumsi. Setiap

rumah tangga di hadapkan kepada masalah pengambilan keputusan mengenai

lokasi pemukiman, lokasi penjualan jasa (kerja) dan lokasi konsumsi, karena

diasumsikan bahwa setiap rumah tangga memaksimalkan kegunaan (utility) setiap

barang dan jasa. Kegiatan ekonomi dari suatu perusahaan dapat di bagi menjadi

tiga, yaitu pengumpul input, proses produksi, proses pemasaran. Pengambilan

keputusan tentang lokasi oleh suatu perusahaan adalah suatu usaha untuk

memaksimalkan keuntungan yang di perolehnya.

Menurut Losch, lokasi optimum adalah tempat dimana terjadi keuntungan

maksimum. Dalam teori Losch membutuhkan asumsi-asumsi berupa, penyebaran

faktor input merata, contohnya seperti penyebaran bahan mentah, tenaga kerja dan

modal, penyebaran penduduk (kepadatan penduduk) merata, selera masyarakat

preferensi penduduk sama dan tidak ada ketergantungan lokasi antar perusahaan

(Budiharsono, 2001).

2.5. Teori Produksi

Menurunnya populasi sapi perah betina tentunya akan berdampak kepada

rendahnya produksi susu. Sebagian besar usaha peternakan sapi perah yang

dijalankan masih terfokus kepada usaha meningkatkan produksi susu saja padahal

21

faktor reproduksi juga tak kalah penting karena susu memang baru bisa diperoleh

setelah sapi bunting dan melahirkan anak (Anonim, 2012).

Jumlah produksi seperti yang kita ketahui bahwa biaya produksi merupakan

faktor yang sangat menentukan tinggi atau rendahnya harga produk yang akan

dihasilkan atau ditawarkan kepada konsumen. Jika salah satu biaya produksi

seperti biaya bahan baku melambung tinggi maka perusahaan harus mengambil

keputusan yaitu tetap memproduksi produk dengan jumlah unit produk yang sama

tetapi dengan menaikan harga jual dari produk tersebut, kedua menurunkan

jumlah unit produk yang diproduksi dengan tidak merubah harga jual produk

(Lutfi, 2012).

Menurut Sugiarto (2002), Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah

input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa di nyatakan dalam

fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang

dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi

tertentu. Jumlah produksi juga dapat dikatakan sebagai jumlah barang yang

dihasilkan oleh produsen yang nantinya akan di tawarkan kepada pembeli.

Apabila harga naik, maka jumlah barang/jasa yang ditawarkan

meningkat/bertambah. Jika harga barang/jasa turun, maka jumlah barang/jasa

yang ditawarkan berkurang/turun. Hukum penawaran berbanding lurus dengan

harga barang. Hukum ini juga tidak berlaku mutlak (Cateris paribus). Dengan

demikian terjadi perbedaan antara hukum penawaran dengan hukum permintaan

(Sugiarto, 2002).

22

2.6. Kerangka Pemikiran

Harga adalah suatu tingkat kemampuan sesuatu barang untuk ditukar

dengan barang, harga merupakan ukuran nilai dari barang dan jasa. Harga adalah

sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari

barang beserta pelayanannya.

Dalam menentukan harga jual dari suatu produk terdapat beberapa hal yang

mendasari penetapan harga, salah satunya adalah biaya (Gitosudarmo, 2001).

Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh produk menjadi

pertimbangan dalam suatu usaha, sehingga peneliti ingin melihat biaya-biaya apa

saja yang dapat mempengaruhi harga jual dangke. Produksi dangke yang

merupakan 1 variabel terkait yang meliputiharga jual dangke (Y) variabel terikat

dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yang meliputi variabel biaya produksi

(X1), konsumen (X2), jumlah produksi (X3), lokasi (X4). Berdasarkan uraian

sebelumnya, maka kerangka pemikiran penelitian ini adalah :

23

Gambar 1. Kerangka Pikir Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Dangke

Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

Usaha Ternak Sapi Perah

Usaha ternak sapi perah

Susu Sapi

Dangke Sapi Harga Jual

(Y)

- Biaya Produksi (X1)

- Konsumen (X2)

- Jumlah Produksi (X3)

- Lokasi (X4) Pendapatan/Keuntungan

Penerimaan

24

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang,

pada bulan Mei sampai Juni 2015. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

pertimbangan bahwa di daerah tersebut potensial untuk pengembangan usaha

dangke.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan jumlah peternak pembuat

dangke di Kecamatan Cendana, adapun total populasi pembuat dangke yaitu

sebanyak 116 orang. Setelah mengetahui jumlah populasi maka dapat diketahui

jumlah sampel yang dapat digunakan dengan teknik (Simple Random Sampling)

yaitu cara pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Perhitungan jumlah

sampel dengan menggunakan metode Slovin dalam Umar (2001) adalah sebagai

berikut :

𝑛 =𝑁

1+𝑁 (𝑒)2

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah populasi

E = Tingkat Kelonggaran (10%)

25

Sehingga diperoleh jumlah Sampel

n = 116

1+116 (0,1)2

n = 116

1+116 (0,01)

n = 116

1+1,16 =

116

2,16

n = 54 sampel

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah yaitu :

1. Data kualitatif yaitu data yang berupa kata, kalimat, gambaran yang

bersumber dari hasil wawancara dan pengamatan langsung dilapangan,

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual dangke pada

peternak sapi perah/pembuat dangke di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang.

2. Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka berdasarkan hasil

olahan kuesioner berupa umur peternak, lama berternak, dan skala usaha

dari peternak sapi perah/pembuat dangke di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang.

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang bersumber dari hasil wawancara langsung

dengan responden peternak sapi perah/pembuat dangke di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang.

26

2. Data sekunder adalah data yang bersumber dari buku-buku, laporan-

laporan dan lain-lain yang berasal dari instansi terkait dengan penelitian

ini, seperti data biro pusat statistik dan kantor di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

secara langsung kepada objek yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab secara tatap muka atau langsung

antara penanya atau pewawancara dengan responden.

3. Dokumentasi

Pencatatan, yaitu pengumpulan data sekunder dari instansi pemerintah

dan lembaga yang terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Studi Literatur/Kepustakaan

Teknik yang dimaksudkan untuk memperoleh hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian, antara lain meliputi bahan-bahan bacaan yang relevan

berupa jurnal, buku, koran, dan lainnya yang didapatkan dari studi

kepustakaan di perpustakaan, internet, maupun sumber lain guna

mendapatkan bahan yang berhubungan dengan penelitian.

27

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi

Linear Berganda. Dimana, regresi linear berganda merupakan analisis regresi

linear yang variabel bebasnya lebih dari satu variabel yang diarahkan untuk

mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual dangke

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang maka digunakan analisis Regresi

Linear Berganda (Sugiono,1999) sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4 DL + e

Di mana :

Y = Harga jual dangke (Rp/biji)

X1 = Biaya produksi (Rp/biji)

X2 = Jumlah pembeli(Orang/hari)

X3 = Jumlah produksi (Biji/hari)

DL = Lokasi (Dummy)

= 1 di luar rumah

= 0 di dalam rumah

b1… b4 = Koefisien regresi variable X1, X2, X3, DL

a = Kostanta

e = Faktor kesalahan (Error term)

28

3.6. Defenisi Operasional

1. Dangke sapi adalah sejenis makanan bergizi yang dibuat dari susu sapi

makanan tradisional yang berasal dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi

Selatan.

2. Peternak pembuat dangke/responden adalah orang yang memproduksi

dangke di Kecamaan Cendana Kabupaten Enrekang.

3. Harga jual dangke adalah Jumlah harga yang ditetapkan oleh penjual

untuk menjual satu buah dangke kepada pembeli di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang. (Rp/biji)

4. Biaya produksi dangke adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh

produsen dangke untuk memproduksi dangke per hari di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang. (Rp/biji)

5. Jumlah pembeli dangke adalah jumlah orang yang datang membeli

dangke (pedagang/konsumen) di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang.

6. Lokasi produksi dangke adalah tempat di mana produsen menjual produk

dangke yang di hasilkan di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

7. Jumlah produksi dangke adalah jumlah dangke yang diproduksi dalam

satu hari.

29

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis

Kecamatan Cendana merupakan salah satu Kecamatan yang terletak

di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas Kecamatan

Cendana adalah 91,01 Km2. Ibukota Kecamatan Cendana terletak di Desa Taulan,

degan ketinggiannya berkisar 800 meter sampai > 845 meter di atas permukaan

air laut.

Secara Geografis Kecamatan Cendana berada pada daerah pegunungan,

yang berada pada daerah ketinggian, dan terletak pada lereng bukit dan

pegunungan, dengan batas kecamatan diantarai oleh sungai yang lebar dengan

aliran air yang deras jika musim hujan, dan jika musim hujan debit air sungai

kurang sehingga masyarakat kekurangan air.

4.2. Letak Wilayah

Secara administrasi, Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang, Kecamatan

Cendana berbatasan dengan wilayah :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Enrekang

Sebelah timur berbatasan dengan Kawasan Hutan Lindung

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Maiwa

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pinrang.

30

Kecamatan Cendana terbagi atas 7 Desa yaitu sebagai berikut :

1. Desa Malalin

2. Desa Karrang

3. Desa Taulan

4. Desa Pundilemo

5. Desa Cendana

6. Desa Lebang

7. Desa Pinang

4.3. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu negara atau

wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang

atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak

bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik,

budaya dan pendidikan, sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik

maupun nonfisik. Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi

perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar.

Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa jumlah penduduk berdasar jenis

kelamin di Kecamaatan Cendanadapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cendana Tahun 2014

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

4.243

4.546

48

52

Jumlah 8.789 100

Sumber : Kantor Kecamatan Cendana dalam Angka Tahun 2014

31

Tabel 2 menjelaskan bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Cendana yaitu

berjumlah 8.789 jiwa dimana perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki,

jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.243 jiwa, sedangkan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 4.546 jiwa.

Keadaan penduduk Kecamatan Cendana terhitung mulai angka bayi sampai

umur berlanjut. Keadaan penduduk Kecamatan Cendana masih sangat potensial

untuk mengembangkan satu titik usaha yang maksimal karena masih banyak

didominasi oleh umur yang masih produktif, sehingga pola pikir untuk

mengembangkan usaha di bidang pertanian terkhusus pada penciptaan ekonomi

sampingan pada tahapan-tahapan usaha-usaha sampingan.

4.3.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Menurut Soejono (1976), kemampuan seseorang di dalam berusaha tani

maupun ikut kegiatan di lingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh

tingkat pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun informal. Tingkat

pendidikan pada umumnya dapat berpengaruh terhadap pengetahuan seorang,

sampai pada tingkat pengusaha, terutama pada proses kecepatan dan ketepatan

dalam pengambilan keputusan usaha. Oleh karena itu, data penduduk berdasarkan

pendidikan merupakan hal yang cukup penting diketahui. Data penduduk

berdasarkan pendidikan di Kecamatan Cendana dapat dilihat pada Tabel 3.

32

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Cendana Tahun 2014

Sumber : Kantor Kecamatan Cendana dalam Angka Tahun 2014

Tabel 3 menjelaskan bahwa penduduk Kecamatan Cendana yang tidak

tamat SD berjumlah 441 orang dan selebihnya sudah mendapat ijazah SD 657

orang, tamat SMP 946 orang, tamat SMA 1.212 orang, tamat D3 834 orang dan

tamat S1 729 orang.

4.3.2. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

sebagian besar adalah petani. Namun tidak semua penduduk Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang bermata pencaharian sebagai petani karena ada juga

sebagian masyarakat yang mata pencahariannya sebagai buruh tani, PNS,

pengrajin industri, peternak, dan pengusahan kecil dan menengah, untuk lebih

jelasnya dilihat pada Tabel 4.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SMA

Tamat D3

Tamat S1

441

657

946

1.212

834

729

9

14

20

25

17

15

Jumlah 4.819 100

33

Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2014

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

Petani

Buruh Tani

PNS

Pengrajin Industri

Peternak

Pengusaha kecil dan menengah

Pensiunan PNS/TNI/POLRI

709

213

245

57

372

27

138

40

12

14

3

21

2

8

Jumlah 1761 100

Sumber : Kantor Kecamatan Cendana dalam Angka 2014

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian

sebanyak 709 orang. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian

didominasi oleh sektor pertanian.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan,

sedangkan prasarana adalah jembatan untuk menuju tingkat sarana. Aktivitas dan

kegiatan suatu wilayah sangat tergantung dari sirkulasi perekonomian wilayah

tersebut, oleh karena itu sarana dan prasarana sosial ekonomi merupakan salah

satu faktor penentu keberhasilan dalam bidang pembangunan.

Jenis sarana yang ada di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang sebagian

besar berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana tempat ibadah, sarana

34

pemerintahan dan sarana transportasi, sarana transportasi sudah cukup tersedia.

Keadaan sarana dan prasarana di Kecaamatan Cendana dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang 2014

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Kantor Desa

TK (PAUD)

TPA

SMP

SMA

SD

Posyandu

Pustu

Mesjid

KUD

KUA

Jembatan

7

7

4

2

1

16

1

5

20

1

1

10

10

10

5

3

1

21

1

7

27

1

1

13

Jumlah 75 100

Sumber : Kantor Kecamatan Cendana dalam Angka 2014

4.5. Keadaan Pertanian/Peternakan

Kecamatan Cendana memiliki dengan luas tanah mencapai 91,01 Km2,

sehingga potensial untuk dilakukan usaha pertanian, perkebunan dan peternakan.

Untuk usaha pertanian biasanya ditanam padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar

dan kacang tanah. Untuk usaha perkebunan ditanam kakao, aren, jambu mete,

kelapa, kemiri dan lain-lain. Sedangakan usaha peternakan seperti sapi potong,

sapi perah, kambing, ayam buras, ayam ras dan itik. Dari sekian banyak usahatani

dan peternakan yang paling di utamakan adalah tanaman padi sedangkan ternak

sapi adalah usaha sampingan di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Idenitas Peternak Sapi

Usaha peternakan sapi perah yang diusahakan di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang pada umumnya masih menggunakan pemeliharaan secara

tradisional. Peternak masih menggembalakan sapi perah di kebun dan di belakang

rumah peternak yang tersedia cukup pakan. Dari 54 jumlah responden sudah

melakukan pengandangan. Pada umumnya petani yang ada di Kecamatan

Cendana memelihara sapi perah sebagai pekerjaan utama dan pekerjaan

sampingan adalah petani.

Kepemilikan sapi perah menunjukan banyaknya sapi perah yang dimiliki

oleh responden, jumlah kepemilikan ternak yang dimiliki oleh responden

di Kecamatan Cendana bervariasi. Adapun jumlah populasi kepemilikan sapi

perah yang dimiliki oleh responden di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Peternak Berdasarkan Skala Usaha di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang.

No Skala Usaha Sapi

Betina Laktasi

(Ekor)

Jumlah Peternak/Pembuat

Dangke (Orang)

Persentase

(%)

1 1 – 2 35 65

2 3 – 4 15 28

3 5 – 6 3 5

4 ≥7 1 2

Total 54 100

Sumber : Data primer setelah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

36

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah kepemilikan sapi perah betina laktasi

yang dimiliki oleh responden sangat beragam yakni berkisar antara 1 ekor sampai

dengan lebih dari 6 ekor betina laktasi. Kepemilikan ternak tersebut akan

berpengaruh dengan jumlah produksi yang dihasilkan karena semakin banyak sapi

perah betina laktasi yang berproduksi maka akan semakin meningkat pula

produksi susu yang dihasilkan.

5.1.1. Umur Responden

Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi Peternak

sapi yang membuat dangke. Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan

cara berifikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan daya

serap informasi pengetahuan.Umur secara harfia sebagai usia kelahiran seseorang,

yang ditandai dengan denyutan nadi sampai meninggal. Umur merupakan ciri-ciri

kedewasaan fisiologis dan kematangan fisiologis, dengan kemampuan fisiknya

dalam bekerja dan berfikir.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa

umur responden, peternak sapi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Identitas Peternak Berdasarkan Tingkat Umur di Kecamatan Cendanan

Kabupaten Enrekang

No Umur (Tahun) Jumlah Peternak

(Orang)

Persentase (%)

1

2

3

4

25 – 35

36 – 46

47 – 57

58 – 68

8

24

20

2

15

44

37

4

Jumlah 54 100

Sumber : Data primer setelah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

37

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah peternak sapi pembuat dangke yang

terbanyak berada pada kelompok umur 36−46 tahun yaitu berjumlah 24 orang

atau 44%. Melihat hal tersebut sangat bagus karena umur yang masih sangat

produktif sangat mampu menyerap informasi sampai pada satu titik produktifitas

yang memadai atau cukup, sedangkan jumlah paling sedikit berada pada umur

58−68 tahun berjumlah 2 orang atau 4%. Maka dengan ini menunjukkan bahwa

umur petani secara responden sangat ditentukan pada kelompok umur 36−46

tahun. Sehingga umur merupakan satu titik tolak ukur menyerap dan bertindak

secara cepat dan produktif.

5.1.2. Jenis Kelamin Responden

Faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang dalam pemilihan jenis

pekerjaan yang akan di geluti. Adapun klasifikasi responden berdasarkan jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang.

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

Laki-laki

Perempuan

50

4

93

7

Jumlah 54 100

Sumber : Data primer setelah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh petani peternak di Kecamatan

Cendana, Kabupaten Enrekang yang menjadi responden adalah yang berjenis laki-

laki sebanyak 50 orang atau 93% dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak

4 orang atau 7%. Banyaknya petani peternak yang berjenis kelamin laki-laki

38

disebabkan karena jenis pekerjaan beternak dan bertani sebagian besar hanya

dilakukan oleh kaum laki-laki.

5.1.3. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan umumnya mempengaruhi cara berfikir serta cara

bertindak dalam pengambilan keputusan seseorang dalam menjalankan

pekerjannya. Secara umum tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang ditunjang

dari berbagai pengalaman akan dapat mempengaruhi prouduktifitas kemampuan

kerja yang lebih baik dan propesional. Kemampuan seseorang di dalam berusaha

tani maupun ikut di lingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat

pendidikanya, baik yang bersifat formal maupun informal.

Adapun klasifikasi pendidikan petani responden hubunganya dengan

pengembangan usaha tani bawang merah. Gambaran singkat pendidikan secara

rinci disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang 2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

4

5

SD

SMP

SMA

D3

S1

5

11

32

2

4

9

20

59

4

8

Jumlah 54 100

Sumber : Data primer setelah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

Tabel 9 terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang masih sangat rendah. Ini menunjukkan bahwa

dilihat dari tingkat pendidikan petani responden yang dominan adalah Sekolah

39

Dasar sebanyak 11 orang (44%), Sekolah Menengah Pertama sebanyak 6 orang

(24%) dan Sekolah Menengah Atas sebanyak 8 orang atau 32%. Mardikanto

(1982) mengemukakan bahwa, berusaha tani baru dapat berkembang dengan cepat

apabila petani yang menerimanya cukup mempunyai dasar keterampilan dan

kemampuan dalam mengatasi semua persoalan-persoalan yang menyangkut usaha

taninya dan kelembagaan mereka, dan begitu pula terhadap konstribusi

pendidikan dan daya persepsi merupakan sumber daya yang berdampak positif

terhadap sikap petani atau tindakan responden yang pada akhirnya akan

menghasilkan produksi dan jumlah pendapatan tinggi.

5.1.4. Jenis Pekerjaan Responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan dapat diketahui

bahwa petani/peternak pembuat dangke yang diambil sebagai responden memiliki

pekerjaan yang berbeda-beda. Jenis pekerjaan yang diambil sebagai responden

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis Pekerjaan Responden pada Petani/Peternak Pembuat Dangke Sapi

di Kecamattan Cendana Kabupaten Enrekang.

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

4

Petani

Peternak

PNS/Guru

Wiraswasta

12

36

4

2

22

67

7

4

Jumlah 54 100

Sumber : Data primer setelah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

40

Tabel 10 menunjukkan bahwa responden terbanyak memiliki pekerjaan

sebagai peternak sebanyak 36 orang dengan persentase tertinggi yaitu sebanyak

67%, sedangkan yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu 2 orang

dengan persentase terendah yaitu 4%. Hal ini disebabkan karena beternak sebagai

pekerjaan utama bagi mereka untuk menghasilkan pendapatan pokok.

5.1.5. Pengalaman Berusaha Dangke Sapi

Berdasarkan dengan teori inovasi kadang-kadang berlaku secara sederhana

atas dasar kebiasaan atau tradisi yang dialami. pengalaman berbeda disetiap orang

atau waktu yang memulainya berusaha hingga lamanya berusaha dengan hingga

lamanya berusaha memungkinkan terjadinya perbedaan dalam penerapan suatu

hal yang baru (Soekartawi, 1991). Waktu yang dialami seseorang menjadi dasar

pengalaman bagi orang tersebut untuk menentukan sikap atau tindakan yang akan

dilakukan dengan mengelolah usaha tani mereka dan juga akan lebih mudah

dalam upaya pembinaan peningkatan dangke yang baik yang dilakukan oleh

instansi lingkup peternakan maupun instansi-instansi yang terkait lainya. Menolak

atau menerima suatu yang baru, dia menolak jika inovasi yang ditawarkan tidak

mendukung adanya pengalaman usaha yang sudah lama mereka lakukan, dan

sebaiknya menerima inovasi yang ditawarkan jika sesuai dengan kebutuhan dan

merupakan perbaikan dari kelanjutan usaha yang sudah lama mereka lakukan

dengan pertimbangan akan memberikan keuntungan.

41

Adapun klasifikasi jumlah pengalaman berusaha dangke sapi oleh

responden di Kecamatan Cendana dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Responden berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Berusaha

Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

No Pengalaman Usaha

(Tahun)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1.

2.

3.

3 – 5

6 – 8

9 – 11

13

16

25

24

30

46

Jumlah 54 100

Sumber : Data primer setelah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

Tabel 11 menunjukkan bahwa pengalaman berusaha dangke sapi dari

54 orang peternak responden yaitu yang mengalami pengalaman beternak paling

banyak didominasi oleh pengalaman antara 9 – 11 tahun sebanyak 25 orang

responden atau sekitar (46%), dan pengalaman selanjutnya berturut-turut dari

pengalaman 6 – 8 tahun ada 16 orang responden (30%) antara 3 – 5 tahun

sebanyak 13 orang responden atau sekitar (16%) dari keseluruhan jumlah

responden.

Diketahui bahwa makin lama sesorang berusaha mempengaruhi untuk

mengiginkan terjadinya suatu perubahan. Semakin lama seseorang berusaha

semakin sulit menginginkan adanya suatu peruahan, mereka cenderung untuk

mempertahankan tradisi-tradisi lama berusaha mereka. Diduga disebabkan karena

peternak masih mempertahankan tradisi beternak mereka.

42

5.1.6. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Besarnya tanggungan keluarga peternak sapi pembuat dangke turut

berpengaruh terhadap pengolahan usaha dangke sapi, karena keluarga peternak

yang relatif besar merupakan sumber tenaga kerja yang potensial. Namun

demikian besarnya keluarga turut pula mempengaruhi beban peternak itu sendiri

karena keluarga yang jumlahnya besar tentu membutuhakan biaya hidup yang

besar, keluarga peternak biasanya terdiri atas peternak itu sendiri sebagai kepala

keluarga, ditambah istri dan anak-anaknya.

Hasil analisa data menunjukkan peternak responden memiliki jumlah

tanggungan keluarga terdistribusi kedalam beberapa kelas dari jumlah tanggungan

keluarga 2 – 3 orang, 4 – 5 orang dan 6 – 7 orang.

Adapun klasifikasi jumlah keluarga yang di tanggung oleh responden

di Desa Cendana dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan

Kelurga di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

No Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang)

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1

2

3

3 – 4

5 – 6

7 – 8

17

25

12

32

46

22

Jumlah 54 100

Sumber : Data primer setelah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

43

Tabel 12 menunjukkan bahwa peternak responden memiliki tanggungan

lebih besar antara 5 – 6 orang sebanyak 25 orang responden atau 46%, sedang

jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih rendah dari

7 − 8 orang hanya 12 orang responden atau 22%.

5.2. Harga Jual Dangke Sapi

Harga jual merupakan harga yang ditetapkan oleh pembeli dan penjual

dalam suatu proses tawar menawar. Di Kecamatan Cendana, harga jual dangke

sangat bervariasi dan berbeda jauh antara penjual satu dengan penjual lainnya,

harga jual dangke dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Harga Jual Dangke Berdasarkan Skala Usaha di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang.

No Skala Usaha Sapi Betina

Laktasi (Ekor)

Jumlah

(Orang)

Rata–rata

(Rp/biji)

1 1 – 2 35 17.300,00

2 3 – 4 15 18.500,00

3 5 – 6 3 19.300,00

4 ≥7 1 20.000,00

Total 54 75.100,00

Sumber : Data primer yang telah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015

Tabel 13 menunjukkan bahwa rata-rata harga jual dangke perbiji pada tiap

skala usaha terjadi peningkatan. Adapun rata-rata harga jual tertinggi pada skala

≥7 dengan harga sebesar Rp 20.000,00 sedangkan harga terendah pada skala

1 − 2 dengan harga Rp 17.300,00. Semakin besar skala usaha maka semakin

tinggi pula harga jual. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harnanto (1992),

menyatakan bahwa penerimaan setiap peternak bervariasi tergantung pada jumlah

populasi ternak yang dimiliki oleh setiap peternak. Harga merupakan kesepakatan

44

antara produsen dan konsumen,hal ini sesuai dengan pendapat Basuki (1996),

yang menyatakan bahwa harga adalah suatu tingkat kemampuan sesuatu barang

untuk ditukar dengan barang, harga merupakan ukuran nilai dari barang dan jasa.

5.3. Biaya Produksi Dangke Sapi

Biaya merupakan sejumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh peternak

dalam pemenuhan proses produksi. Biaya yang dikeluarkan oleh

peternak/pembuat dangke di Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang yaitu

berupa biaya bahan baku susu segar, getah papaya, garam, bahan bakar dan

kemasan. Adapun jumlah biaya pembuatan dangke produk hasil penelitian dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Biaya Pembuatan Satu Biji Dangke di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang.

No Skala Usaha Sapi Betina

Laktasi (Ekor)

Jumlah

(Orang)

Biaya Produksi

Dangke (Rp)

Rata-rata

(Rp/biji)

1 1 – 2 35 360.221,00 10.200,00

2 3 – 4 15 163.868,00 10.900,00

3 5 – 6 3 34.017,00 11.300,00

4 ≥7 1 12.600,00 12.600,00

Total 54 570.706,00 45.000,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi dangke perbiji pada

tiap skala usaha terjadi peningkatan. Rata-rata harga jual tertinggi pada skala

≥7 ekor dengan harga sebesar Rp 12.600,00 sedangkan harga terendah pada skala

1 – 2ekor dengan harga Rp 10.200,00 semakin besar skala usaha, semakin tinggi

pula harga jual. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan maka akan sangat

berpengaruh terhadap harga jual. Hal ini sesuai dengan pendapat Lutfi (2012),

45

yang menyatakan bahwa biaya produksi yang tidak terkendali akan menyebabkan

harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan daya saing produk

dan akhirnya akan menurunkan laba. Maka dari itu biaya produksi harus dicatat

dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat menghasilkan harga pokok

produk yang tepat.

5.4. Jumlah Konsumen Dangke Sapi

Di Kecamatan Cendana, jumlah pembeli dangke merupakan orang-orang

yang secara langsung maupun tidak langsung datang untuk membeli dangke

(konsumen) pada peternak yang memproduksi dangke di Kecamatan Cendana,

dimana pembeli dangke biasanya jika ingin membeli dangke dengan jumlah

banyak biasanya mereka memesan sehari sebelumnya, tidak hanya konsumen

langsung yang datang membeli, pedagang pun juga banyak yang memesan dan

membeli dangke. jumlah pembeli dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Konsumen Dangke Berdasarkan Skala Usaha di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang.

No Skala Usaha Sapi Betina

Laktasi (Ekor)

Jumlah

(Orang)

Jumlah Konsumen

(Orang/hari)

Rata-rata

1 1 – 2 35 89 2

2 3 – 4 15 54 4

3 5 – 6 3 11 4

4 ≥7 1 3 3

Total 54 157 13

Sumber : Data primer yang telah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah konsumen dangke secara keseluruhan

dari keempat kelas skala usaha ternak sapi perah, rata-rata terbanyak pada skala

usaha 3 – 4 sebanyak 4 orang, pada skala 5 – 6 sebanyak 4 orang dan pada skala

46

1 - 2 rata-rata sebanyak 2 orang perharinya.Penjual dan pembeli yang berinteraksi

akan melakukan proses tawar menawar, penjual akan menawarkan barang

dagangannya dengan harga yang telah ditentukan dan pembeli akan meminta

harga yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2011), yang

menyatakan bahwa semua individu dan rumah tangga yang membeli atau

memperoleh barang atau jasa untuk di konsumsi.

5.5. Jumlah Produksi Dangke Sapi

Betina laktasi yang telah berproduksi di Kecamatan Cendana akan

berpengaruh terhadap besar kecilnya penerimaan dari peternak tergantung dari

jumlah ternak betina laktasi yang dimilikinya dan harga dari produk yang

dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2006) yang

menyatakan bahwa penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual dan sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi

yang dihasilkan dan harga dari produksi tersebut.

Jumlah produksi dangke merupakan jumlah dangke yang dihasilkan dalam

sehari, jumlah produksi biasanya juga tergantung pada konsumen jika ada

pemesanan, semakin banyak jumlah dangke yang diproduksi maka semakin

mempengaruhi harga jual di Kecamatan Cendana yang dapat dilihat pada Tabel

16.

47

Tabel 16. Jumlah Produksi Dangke Berdasarkan Skala Usaha di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang.

No Skala Usaha

Sapi Betina

Laktasi

(Ekor)

Jumlah

(Orang)

Jumlah Sapi

Betina Laktasi

(Ekor)

Jumlah

Produksi

Dangke

(Hari)

Rata-rata

Produksi

Dangke

(Ekor/hari)

1 1 – 2 35 48 211 4,39

2 3 – 4 15 51 159 3,11

3 5 – 6 3 15 67 4,47

4 ≥7 1 7 30 4,28

Sumber : Data primer yang telah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

Tabel 16 menunjukkan bahwa jumlah produksi dangke pada tiap skala tidak

pengaruhi oleh jumlah betina yang laktasi dapat kita lihat pada skala 3 – 4 yang

mempunyai jumlah betina laktasi tertinggi yaitu sebanyak 51 ekor akan tetapi

yang mempunyai jumlah produksi dangke tertinggi yaitu pada skala 1 – 2 yaitu

sebanyak 211 biji/hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiarto (2002), yang

menyatakan bahwa jumlah produksi juga dapat dikatakan sebagai jumlah barang

yang dihasilkan oleh produsen yang nantinya akan di tawarkan kepada pembeli.

5.6. Lokasi Produksi Dangke Sapi

Lokasi merupakan jarak tempat usaha dari jalan poros atau jalan utama yang

memudahkan konsumen untuk memperoleh dangke di Kecamatan Cendana.

Lokasi penelitian di Kecamatan Cendana terdapat empat desa yaitu Desa

Cendana, Desa Pundi Lemo, Desa Pinang dan Desa Lebang dimana dari keempat

desa tersebut ada dua desa yang memiliki jarak yang sangat jauh dari pusat kota

yakni Desa Pinang dan Desa Lebang sedangkan Desa Cendana dan Desa Pundi

Lemo berada di pusat kota. Dimana keempat desa tersebut dengan dua lokasi yang

48

berbeda memiliki harga jual dangke yang juga berbeda, lokasi penjualan dangke

dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Lokasi Penelitian di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

No Skala Usaha Sapi

Betina Laktasi (Ekor)

Jumlah

(Orang)

Jumlah Lokasi Rata-rata

1 1 – 2 35 1 0,02

2 3 – 4 15 1 0,06

3 5 – 6 3 1 0,3

4 ≥7 1 − −

Total 54 3 0,38

Sumber : Data primer yang telah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

Lokasi penjualan dangke di Kecamatan Cendana tepatnya di Desa Cendana,

Pundi Lemo, Pinang dan Lebang merupakan tempat dimana para peternak

pembuat dangke menjual hasil produksi dangkenya, lokasi penjualan terdapat dua

bagian yaitu lokasi dalam diberi angka 1 dan lokasi luar diberi angka 0, dimana

lokasi dalam yang berada di kota kecamatan kebanyakan menjual dangkenya

kepada pedagang atau menjual dipasar di banding dengan lokasi luar yang berada

dipusat kota yang kebanyakan menjual dangkenya kepada konsumen langsung

yang datang membeli di lokasi tersebut, lokasi tersebut menjadi faktor yang

mempengaruhi harga jual karena memiliki jarak yang begitu jauh. Lokasi tersebut

menjadi salah satu faktor perbedaan harga jual dangke. Hal ini sesuai dengan

pendapat Setyabudi (2008) yang menyatakan bahwa lokasi juga menjadi hal

utama yang harus diperhatikan dalam perusahaan dalam menentukan harga jual

karena lokasi perusahaan yang strategis juga akan menjadi pertimbangan

konsumen untuk berkunjung pada perusahaan tersebut.

49

5.7. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Dangke Sapi

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

Dalam penelitian ini menggunakan 4 variabel bebas, biaya produksi (X1),

jumlah konsumen (X2), jumlah produksi (X3), lokasi (DL) terhadap harga jual

dangke sapi (Y) di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang. Untuk mengetahui

pengaruh variabel-variabel tersebut dilakukan dengan analisis regresi linear

berganda. Berdasarkan analisis regresi linear berganda, faktor-faktor yang

mempengaruhi harga jual dangke dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual Dangke

Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

Variabel Bebas Koefisien

Regresi (B)

THitung Sig

Konstanta

Biaya (X1)

Jumlah Konsumen (X2)

Jumlah Produksi (X3)

Lokasi (DL)

17344,902

-123,189ns

258,558ns

102,612**

2719,144***

6,721

-0,485

1,703

2,447

2,946

0,000

0,603

0,095

0,018

0,005

R2 = 0,364

Ftabel = 2,561

R = 0,603

Fhitung = 7,007

***) = signifikan pada taraf kepercayaan 99% atau α = 1%

**) = signifikan pada taraf kepercayaan 95% atau α = 5%

ns) = non signifikan (Tidak signifikan)

Sumber : Data primer yang telah diolah di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang 2015.

50

Hasil perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 18, maka dapat diketahui

koefisien regresi masing-masing variabel bebas (independen) dan nilai kostanta

sehingga dapat dibentuk suatu persamaan sebagai berikut :

Y = 17344,902 - 123,189ns

X1 +258,558ns

X2 + 102,612**X3 + 2719,144***DL + e

Dari persamaan regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien regresi

yaitu untuk variabel biaya produksi (X1), jumlah konsumen (X2), jumlah produksi

(X3), lokasi (DL) memiliki pengaruh negatif dan pengaruh positif terhadap harga

jual, artinya setiap menurunnya nilai biaya produksi maka akan menurunnya

harga jual dangke sapi, setiap pertambahan jumlah konsumen, jumlah produksi,

lokasi maka akan menyebabkan kenaikan nilai harga jual dangke sapi

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

Adapun nilai kostanta sebesar 17344,902 menunjukkan pada saat nilai

variabel bebas yaitu, biaya produksi (X1), jumlah konsumen (X2), jumlah produksi

(X3), lokasi (DL) sama dengan nol, maka harga jual dangke sapi (Y) akan bernilai

17344,902.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi harga jual dangke sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang sebagai berikut dengan melihat variabel bebas yaitu biaya produksi (X1)

dengan nilai -123,189ns

, jumlah konsumen (X2) dengan nilai 258,558ns

, jumlah

produksi (X3) bernilai 102,612** dan lokasi (DL) dengan nilai 2719,144***,

adapun variabel terikat yaitu harga jual (Y) dengan nilai 17344,902.

Untuk mengetahui pengaruh antara biaya produksi, jumlah konsumen,

jumlah produksi, dan lokasi terhadap harga jual dangke sapi di Kecamatan

51

Cendana Kabupaten Enrekang secara bersama-sama (simultan) maka dilakukan

uji F, dalam analisa ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai Fhitung

dengan Ftabel, pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai signifikan secara

simultan sebesar 0,000 dengan Fhitung sebesar 7,007. Pada df pembilang 4 dan df

penyebut 49 diperoleh Ftabel sebesar 2,561. Karena nilai Fhitung > Ftabel

(7,007 > 2,561) maka disimpulkan ada pengaruh antara biaya produksi, jumlah

konsumen, jumlah produksi dan lokasi terhadap harga jual dangke sapi

di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang secara bersama-sama (simultan),

atau Ha diterima. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian Ghozali (2001)

yang menyatakan bahwa beberapa variabel independen seperti biaya produksi,

jumlah konsumen, jumlah produksi dan lokasi sangat berpengaruh terhadap harga

jual dangke sapi, keempat variabel tersebut secara bersama-sama telah dibuktikan

bahwasanya faktor penting dalam mengelola dangke sapi.

Nilai R menunjukkan Korelasi berganda, yaitu korelasi antara variable

independen terhadap variable dependen. Niali R berkisar antara 0-1, jika

mendekati 1 maka hubungan semakin erat sebaliknya jika mendekati 0, maka

hubungannya semakin lemah (Sugiyono,2010). Angka R yang didapatkan .603,

artinya korelasi antara variabel independen biaya produksi (X1), konsumen (X2),

jumlah produksi (X3), lokasi (DL) terhadap harga jual dangke di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang (Y) sebesar 0,603. hal ini berarti terjadi hubungan

yang erat karena mendekati 1.

52

Nilai R scuare (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi. Nilai

koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel

terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi

sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X

sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan

dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1, maka semua titik

pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian baik atau buruknya

suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya yang mempunyai nilai antara nol

dan satu. Angka ini diubah kebentuk persen artinya persentase sumbangan

pengaruh independen (biaya produksi, konsumen, jumlah produksi, dan lokasi)

terhadap variable dependen (harga jual) sebesar 0,364 hal ini berarti 36,4%

sedangkan sisanya sebesar 63,6 % dipengaruhi oleh variable lain yang tidak

dimasukkan dalam model ini yaitu faktor permintaan konsumen artinya bahwa

setiap penambahan 63,6% akan menyebabkan naiknya harga jual dangke sapi

sebeesar 100%.

5.7.1. Biaya Produksi terhadap Harga Jual Dangke Sapi

Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai

signifikansi untuk variabel biaya produksi sebesar 0,630 dengan thitung sebesar

−0,485. Pada n = 48 dengan taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05 diperoleh nilai

ttabel sebesar 1,677. Karena nilai thitung < ttabel (−0,485 < 1,677) maka dapat

disimpulkan ada pengaruh negatif dan tidak berpengaruh nyata (signifikan) antara

53

biaya prouksi terhadap harga jual dangke sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang secara parsial, atau Ha ditolak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Lutfi (2012) yang menyatakan bahwa setiap biaya produksi pada pengolahan

dangke sapi sangat berpengaruh karena apabila biaya produksi tidak terkendali

maka menyebabkan harga pokok terlalu tinggi. Nilai koefisien regresi variable

biaya (X1) −123,189ns

, artinya setiap menurunnya biaya produksi maka akan

menurunya harga jual dangke di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

sebesar −123,189ns

dengan asumsi variable lain tetap.

5.7.2. Jumlah Konsumen terhadap Harga Jual Dangke Sapi

Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai

signifikansi untuk variabel jumlah konsumen sebesar 0,095 dengan thitung

sebesar 1,703. Pada n = 48 dengan taraf kepercayaan 0,05 diperoleh nilai

ttabel sebesar 1,677. Karena nilai thitung > ttabel (1,703 > 1,677) maka dapat

disimpulkan ada pengaruh positif dan tidak berpengaruh nyata (signifikan) antara

jumlah konsumen terhadap harga jual dangke sapi di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang secara parsial, atau Ha diterima. Hal ini sesuai dengan

penelitian Kolter (2011) yang menyatakan bahwa jumlah konsumen sangat

berpengaruh terhadap jenis usaha dimana semua individu dan rumah tangga yang

membeli atau memperoleh dangke sapi untuk dikonsumsi. Nilai koefisien regresi

variable jumlah konsumen (X2) 258,558ns

, artinya setiap pertambahan jumlah

konsumen maka akan menaikan harga jual dangke sapi di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang sebesar 258,558ns

dengan asumsi variable lain tetap.

54

5.7.3. Jumlah Produksi terhadap Harga Jual Dangke Sapi

Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai

signifikansi untuk variabel modal sebesar 0,018 dengan thitung sebesar 2,447. Pada

n = 48 dengan taraf kepercayaan 95% α = 0,05diperoleh nilai ttabel sebesar 1,677.

Karena nilai thitung > ttabel (2,447 > 1,677) maka dapat disimpulkan ada pengaruh

positif dan berpengaruh nyata (signifikan) antara jumlah produksi terhadap harga

jual dangke sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang secara parsial, atau

Ha diterima. Hal ini sesuai dengan penelitian Sugiarto (2002) yang menyatakan

bahwa jumlah produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dangke sapi

dimana jumlah produksi yang dihasilkan oleh produsen yang nantinya akan

ditawarkan kepada pembeli. Nilai koefisien regresi variabel jumlah produksi (X3)

102,612** artinya setiap pertambahan jumlah produksi maka akan menaikan

harga jual dangke di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang sebesar 102,612**

dengan asumsi variable lain tetap.

5.7.4. Lokasi terhadap Harga Jual Dangke Sapi

Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai

signifikansi untuk variabel lokasi sebesar 0,005 dengan thitung sebesar 2,946. Pada

n = 48 dengan taraf kepercayaan 99% atau α = 0,01 diperoleh nilai ttabel sebesar

1,677. Karena nilai thitung > thitung (2,946 > 1,677) maka dapat disimpulkan ada

pengaruh positif dan berpengaruh nyata (signifikan) antara lokasi terhadap harga

jual dangke sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang secara parsial, atau

55

Ha diterima. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fifyanita (2012) yang

menyatakan bahwa lokasi sangat besar pengaruhnya terhadap jenis usaha

khususnya industri rumah tangga dimana lokasi menjadi hal utama yang harus

diperhatikan dalam perusahaan karena lokasi perusahaan yang strategis juga akan

menjadi pertimbangan konsumen untuk berkunjung pada perusahaan. Nilai

koefisien regresi variable lokasi (DL) 2719,144***, artinya setiap pertambahan

jumlah konsumen maka akan menaikan harga jual dangke di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang sebesar 2719,144*** dengan asumsi variable lain tetap.

56

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

harga jual dangke sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang dipengaruhi

oleh faktor jumlah produksi dan lokasi penjualan, dimana jumlah produksi dan

lokasi penjualan terdapat pengaruh positif dan signifikan terhadap harga jual

dangke sapi, semakin banyak jumlah dangke yang diproduksi maka semakin

mempengaruhi harga jual. Lokasi penjualan dangke terdapat dua bagian yaitu

lokasi dalam dan lokasi luar, dimana lokasi dalam yang berada tepat di kota

kecamatan dan lokasi luar tepatnya berada di pusat kota. Lokasi tersebut menjadi

faktor yang mempengaruhi harga jual dangke karena memiliki jarak yang begitu

jauh.

6.2. Saran

Sebaiknya produsen/peternak yang memproduksi dangke dalam hal ini

produsen/peternak sapi perah lebih memperhatikan lagi sistem pemeliharaan agar

dapat meningkatkan jumlah produksi susu yang berefek meningkatnya produksi

dangke.

57

DAFTAR PUSTAKA

Adji, 2012. Faktor – faktor yang mempengaruhi Permintaan dan Penawaran.

Anonim, 2010. Potensi Peternakan Kabupaten Enrekang. Situs Resmi Pemerintah

KabupatenEnrekang.http://www.enrekang.go.id/enrekang/index.php?

option=com_content&task=view&id=53&Itemid=130.13 April 2015.

Anonim, 2012. Cara Membuat Dangke Keju Indonesia Asal Enrekang.

http://yusrandante.blogspot.com/2012/12/Cara-Membuat-dangke-Keju-

Indonesia-asal-enrekang.html#sthash.Mc772NHD.dpuf.

Anonim, 2012. Jarak Beranak Sapi Perah. http://duniasapi.com/id/budidaya/

2909-jarak-beranak-sapi-perah-laktasi.html. Diakses 13 April 2015.

Anonim, 2014. Monografi Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

Budiharsono, 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.

PT Pradnya Paramita.

Crayonpedia, 2011. Permintaan Dan Penawaran Serta Terbentuknya Harga

Pasar. http:// www.crayonpedia.org/mw/BAB17. Diakses 18 April 2015.

Damayanti.2010. Sistem usaha ternak sapi potong dan kontribusinya. Reposi-

tory.usu.ac.id/bitstream/123456789/20797/4/Chapter%20II.pdf.

Diakses 18 April 2015.

Fifyanita Ghanimata,2012,Pengaruh harga, lokasi, dan kualitas produk terhadap

keputusan pembelian, Jurnal Manajemen, Univ. Diponegoro, Semarang,

online. http//:ejurnal.s1.undip.ac.id/index.php.

Jonathan, Sarwono. 2005, ”Teori dan Praktik Riset Pemasaran dengan SPSS”,

Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Junwar, 2012. Ekonomi.http://kompasiana.com/agrobisnis/2012/04/28/makan-

susu-dangke-yuk-industri-biologis-di-enrekang-458962.html jam

10:23Diakses 18 April 2015.

Kotler, P. 2011. Manajemen Pemasaran. Cetakan Ke V. Jakarta: Erlangga.

Gultom, P. Dan P. Siagian. 2005. Kajian Peningkatan Sumber Daya UKMK yang

Berdaya Saing Tinggi. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM 1:124-135.

Hansen, 2001. Pengertian Harga Jual. Universitas Sumatera Utara.pdf.

58

Japan International Cooperation Agency (JICA), 2009. Laporan Hasil Kegiatan:

Identifikasi dan Kajian Komoditi Utama Propinsi Sulawesi Selatan:

Komoditas Susu. JICA Dn UNHAS. Makassar.

Maddy, Khairul. 2010. Pengertian Pembeli.Id.shvoong.com/businessmanagement

/entrepreneurship/1990161pengertian-pembeli. Diakses 9 April 2015.

Margianto, 2011. Dangke, Keju Lokal yang Gurih Kenyal. KOMPAS.Com.

Diakses 18 April 2015.

Miswan, 2012. http://www.miswans.com/lokasi-usaha.html. Diakses 18 April

2015.

Permana, 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga jual. http://repository.

usu.ac.id/ handle/123456789/25495. Diakses 18 April 2015.

Purwanta, 2012. Harga Keseimbangan Pasar. http://119.252.162.5/perpusonline

/file.php/1/ebook/ekonomi/harga%20keseimbangan%20pasar.pdf. diakses

18 april 2015.

Ridwan, M. 2004. Analisis Kinerja Kualitas Industri Kecil Makanan Khas

Tradisional Dangke di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, Kerjasama

Dengan Lembaga Penelitian UNHAS Makassar, Makassar.

Ridwan, M. 2005. Stategi Pengembangan “Dangke” Sebagai Produk Unggulan

Lokal di Kabupaten Enrekang Selawesi Selatan. Tesis, Bogor : Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ridwan, M. 2011. Potensi Pengembangan Industry Dangke. http://www.

Damandiri.Or.id/pdf. Diakses 16 April 2015.

Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak, Program

Studi Produksi Ternak, Fakultas Pertanian Universitas, Sumatera Utara,

Digitized by USU digital library. Sumatra Utara.

Sari, 2010. Studi kasus : Pengaruh Lokasi Dan Harga Terhadap Keputusan

Berbelanja Di Mini Market Sarinah Swalayan Ngalian Semarang.

http://www.Koleksiskripsi.com/2012/05/308-pengaruh-lokasi-dan-harga-

terhadap.Html.

Setyabudi, 2008. Skripsi : Analisis Pengaruh Persepsi Harga Jual Produk, Lokasi

Dan Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Toserba

Lestari Baru Di Gemolong.

Soekartawi. 1995. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb Douglas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

59

Soekartawi. 2006.Analisis Usaha tani.Universitas Indonesia UI-Press. Jakarta.

Sugeng, 2010. Pengaruh Dinamika Penawaran dan Permintaan Valas terhadap

Nilai Tukar Rupiah dan Kinerja Perekonomian Indonesia.

Sugiarto, dkk. 2002. Ekonomi Mikro : Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Sugiono, 1999. Statistik Untuk Penelitian. CV Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.Bandung:

Alfabeta.

Triyaswati, 2009. Skripsi : Penentuan Harga Jual Produk Dengan Memper-

timbangkan Biaya Kualitas Pada PT. Lambang Indah Rotan Sukoharjo.

Winarno, B, 2008. Hmm, Soal Seafood.

Yusron, Z. 2008. Dangke Makanan Alternatif, bisa mencegah gizi buruk

Shttp://www.kr.co.id/web/detail. Diakses 16 april 2015.

60

L

A

M

P

I

R

A

N

61

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

1. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :………………………………

2. Umur : ………………………………

3. Jenis Kelamin : Laki-laki Wanita

4. Pendidikan : ………………………………

5. Pekerjaan Utama : ………………………………

6. Lama Berusaha Dangke Sapi : ………………………..tahun

7. Jumlah Tanggungan Keluarga : ………………………..orang

2. BIAYA PRODUKSI

No Uraian Satuan

(Unit)

Jumlah

(Rp)

Harga

(Rp/unit)

Nilai

(Rp)

1.

2.

Biaya Variabel

- Susu sapi

- Getah pepaya

- Garam

Biaya Tenaga Kerja

- Tenaga kerja

dalam keluarga

- Tenaga kerja luar

keluarga

62

3. Berapa jumlah produksi yang dihasilkan setiap hari?

...............................................................................................................................

4. Berapa harga jual produk anda?

...............................................................................................................................

5. Berapa jumlah sapi betina laktasi yang anda miliki?

...............................................................................................................................

6. Berapa liter susu sapi yang dihasilkan setiap hari?

...............................................................................................................................

7. Berapa jumlah konsumen yang datang membeli produk anda setiap hari?

...............................................................................................................................

8. Dimana saja lokasi anda menjual produk tersebut?

A. Di rumah .......................................................................................................

B. Di pasar .........................................................................................................

63

Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian

64

Lampiran 3. Identitas Responden Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cendana

Kabupaten Enrekang.

No Nama Umur

(Tahun)

Jenis

Kelamin

Pendidikan Pekerjaan Laman

Berusaha

(Tahun)

Tanggungan

Keluarga

(Jumlah)

1 Agussalim 32 L SMA Peternak 3 4

2 Asrul 39 L SMA Peternak 5 3

3 Yunus. K 48 L SMA Petani 3 5

4 Amran 39 L SMA Peternak 6 5

5 Sukrianto 49 L SMA Peternak 8 5

6 Syarifuddin 46 L SMA Peternak 10 6

7 Burhanuddin 35 L SD Peternak 8 3

8 Nasrul 46 L D3 Peternak 9 5

9 Iriansa 52 L SMP Peternak 11 3

10 Rusyid 37 L SMA Peternak 11 6

11 Asman 41 L SMP Petani 10 4

12 Natsir 47 L SMA Petani 8 5

13 Baharuddin 52 L SMA Peternak 10 8

14 Daud 38 L SMP Peternak 6 4

15 Maspar 37 L SMP Peternak 8 3

16 Ibrahim 38 L SMA Peternak 5 6

17 Rusdi 40 L SMA Peternak 7 5

18 Marham 57 L SMA Petani 3 7

19 Suryadi 41 L SMP Peternak 8 6

20 Darwan 25 L S1 PNS 3 3

21 Marhumi 54 L SMA Peternak 4 8

22 Syarif 55 L SMA Petani 5 8

23 Harfa yusuf 27 L S1 PNS 3 4

24 Ibrahim 42 L SMP Peternak 4 5

25 Subir 32 L SMP Peternak 7 3

26 Salama 34 L SMA Peternak 6 4

27 Hasyim 42 L SMA Petani 5 6

28 M. Saad 52 L SD Peternak 11 5

29 Nawati 48 P SMA Peternak 8 8

30 Abd. Majid 42 L SMA Peternak 8 6

31 Muh. Nasir 36 L SMP Peternak 6 7

32 Sutomo 49 L SMA Peternak 10 5

33 Syamsuddin 52 L SD Peternak 9 7

34 Saharuddin 42 L SMA Peternak 5 5

35 Duardin 33 L SMA Peternak 5 6

36 Basri. C 51 L SMA Peternak 11 8

37 Jufri 50 L SMA Peternak 10 3

38 Hadirman 47 L SMA Peternak 8 3

39 Hatta 57 L SD Peternak 11 4

40 Nasruddin 53 L SMA Wiraswasta 11 6

65

41 Imam Khambali 43 L D3 Wiraswasta 11 5

42 Lacappa 51 L SD Peternak 8 5

43 Ridwan 38 L S1 PNS 6 4

44 Muh. Saleh 63 L SMA Petani 11 8

45 Ismail 42 L SMP Petani 10 5

46 Peybing 67 L SMP Peternak 9 6

47 Dahlan 45 L SMA Petani 11 5

48 Samsia 44 P SMA Peternak 10 5

49 Abd. Halim 49 L SMP Petani 10 6

50 Wawan 40 L SMA Peternak 10 4

51 Lestari 38 P SMA Peternak 10 4

52 Awaluddin 35 L S1 PNS 11 7

53 H. Halim 47 L SMA Peternak 11 7

54 Fitri 40 P SMA Peternak 11 7

66

Lampiran 4. Harga Jual Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang

No Nama Harga Jual Dangke Sapi

(Rp/Biji)

Jumlah Ternak Laktasi

(Ekor)

1 Agussalim 15.000,00 1

2 Asrul 20.000,00 2

3 Yunus. K 17.000,00 1

4 Amran 17.000,00 2

5 Sukrianto 20.000,00 2

6 Syarifuddin 20.000,00 1

7 Burhanuddin 17.000,00 1

8 Nasrul 20.000,00 2

9 Iriansa 17.000,00 1

10 Rusyid 20.000,00 1

11 Asman 17.000,00 2

12 Natsir 17.000,00 1

13 Baharuddin 19.000,00 2

14 Daud 17.000,00 1

15 Maspar 17.000,00 1

16 Ibrahim 17.000,00 1

17 Rusdi 17.000,00 2

18 Marham 15.000,00 1

19 Suryadi 15.000,00 1

20 Darwan 18.000,00 1

21 Marhumi 17.000,00 2

22 Syarif 18.000,00 1

23 Harfa yusuf 17.000,00 1

24 Ibrahim 15.000,00 1

25 Subir 15.000,00 1

26 Salama 15.000,00 2

27 Hasyim 17.000,00 1

28 M. Saad 18.000,00 2

29 Nawati 18.000,00 2

30 Abd. Majid 18.000,00 1

31 Muh. Nasir 18.000,00 1

32 Sutomo 20.000,00 2

33 Syamsuddin 17.000,00 2

34 Saharuddin 17.000,00 1

35 Duardin 15.000,00 1

Total 607.000,00

Rata-rata 17.300,00

36 Basri. C 20.000,00 4

37 Jufri 17.000,00 4

38 Hadirman 17.000,00 3

39 Hatta 20.000,00 3

67

40 Nasruddin 20.000,00 4

41 Imam Khambali 20.000,00 4

42 Lacappa 17.000,00 3

43 Ridwan 17.000,00 3

44 Muh. Saleh 18.000,00 4

45 Ismail 18.000,00 3

46 Peybing 18.000,00 3

47 Dahlan 20.000,00 3

48 Samsia 18.000,00 4

49 Abd. Halim 18.000,00 3

50 Wawan 20.000,00 3

Total 278.000,00

Rata-rata 18.500,00

51 Lestari 17.000,00 5

52 Awaluddin 23.000,00 5

53 H. Halim 18.000,00 5

Total 58.000,00

Rata-rata 19.300,00

54 Fitri 20.000,00 7

Total 20.000,00

Rata-rata 20.000,00

68

Lampiran 5. Biaya Pembuatan Dangke Peternak Sapi Perah di kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang.

No Nama Biaya (Rp) Total Biaya

(Rp) Susu Garam Getah

Pepaya

Kemasan Bahan

Bakar

Tenaga

Kerja

1 Agussalim 8.000,00 625,00 − − 2.250,00 − 10.875,00

2 Asrul 8.000,00 500,00 − − 1.400,00 − 9.900,00

3 Yunus. K 8.000,00 833,00 − − 2.600,00 − 11.433,00

4 Amran 8.000,00 500,00 − − 1.400,00 − 9.900,00

5 Sukrianto 8.000,00 250,00 − − 1.700,00 − 9.950,00

6 Syarifuddin 8.000,00 312,00 − − 2.125,00 − 10.437,00

7 Burhanuddin 8.000,00 625,00 − − 1.250,00 − 9.875,00

8 Nasrul 8.000,00 416,00 − − 1.800,00 − 10.216,00

9 Iriansa 8.000,00 833,00 − − 2.600,00 − 11.433,00

10 Rusyid 8.000,00 500,00 − − 1.400,00 − 9.900,00

11 Asman 8.000,00 277,00 − − 1.800,00 − 10.077,00

12 Natsir 8.000,00 500,00 − − 1.400,00 − 9.900,00

13 Baharuddin 8.000,00 277,00 − − 1.800,00 − 10.077,00

14 Daud 8.000,00 625,00 − − 2.250,00 − 10.875,00

15 Maspar 8.000,00 312,00 − − 2.125,00 − 10.437,00

16 Ibrahim 8.000,00 625,00 − − 1.250,00 − 9.875,00

17 Rusdi 8.000,00 250,00 − − 1.700,00 − 9.950,00

18 Marham 8.000,00 625,00 − − 1.250,00 − 9.875,00

19 Suryadi 8.000,00 625,00 − − 1.250,00 − 9.875,00

20 Darwan 8.000,00 625,00 − − 1.250,00 − 9.875,00

21 Marhumi 8.000,00 312,00 − − 2.125,00 − 10.437,00

22 Syarif 8.000,00 625.00 − − 1.250,00 − 9.875,00

23 Harfa yusuf 8.000,00 625,00 − − 1.250,00 − 9.875,00

24 Ibrahim 8.000,00 625,00 − − 1.250,00 − 9.875,00

25 Subir 8.000,00 312,00 − − 2.125,00 − 10.437,00

26 Salama 8.000,00 277,00 − − 1.800,00 − 10.077,00

27 Hasyim 8.000,00 625,00 − − 2.250,00 − 10.875,00

28 M. Saad 8.000,00 277,00 − − 1.800,00 − 10.077,00

29 Nawati 8.000,00 312,00 − − 2.125,00 − 10.437,00

30 Abd. Majid 8.000,00 417,00 − − 2.800,00 − 11.217,00

31 Muh. Nasir 8.000,00 500,00 − − 2.250,00 − 10.750,00

32 Sutomo 8.000,00 192,00 − − 1.300,00 − 9.492,00

33 Syamsuddin 8.000,00 312,00 − − 2.125,00 − 10.437,00

34 Saharuddin 8.000,00 625,00 − − 2.250,00 − 10.875,00

35 Duardin 8.000,00 500,00 − − 2.250,00 − 10.750,00

Total Biaya 360.221,00

Rata-rata 10.200,00

36 Basri. C 8.000,00 277,00 − − 1.800,00 − 10.077,00

69

37 Jufri 8.000,00 166,00 − − 3.100,00 − 11.266,00

38 Hadirman 8.000,00 357,00 − − 2.400,00 − 10.757,00

39 Hatta 8.000,00 250,00 − − 1.700,00 − 9.950,00

40 Nasruddin 8.000,00 166,00 − − 3.100,00 − 11.266,00

41 Imam Khambali 8.000,00 250,00 − − 1.700,00 − 9.950,00

42 Lacappa 8.000,00 357,00 − − 2.400,00 − 10.757,00

43 Ridwan 8.000,00 277,00 − − 1.800,00 − 10.077,00

44 Muh. Saleh 8.000,00 166,00 − − 4.100,00 − 12.266,00

45 Ismail 8.000,00 153,00 − − 3.300,00 − 11.453,00

46 Peybing 8.000,00 285,00 − − 2.400,00 − 10.685,00

47 Dahlan 8.000,00 192,00 − − 3.300,00 − 11.492,00

48 Samsia 8.000,00 200,00 − − 1.700,00 − 9.900,00

49 Abd. Halim 8.000,00 222,00 − − 1.800,00 − 10.022,00

50 Wawan 8.000,00 250,00 − − 5.700,00 − 13.950,00

Total Biaya 163.868,00

Rata-rata 10.900,00

51 Lestari 8.000,00 125,00 − − 1.250,00 − 9.375,00

52 Awaluddin 8.000,00 104,00 − − 3.700,00 − 11.804,00

53 H. Halim 8.000,00 108,00 − − 4.730,00 − 12.838,00

Total Biaya 34.017,00

Rata-rata 11.300,00

54 Fitri 8.000,00 80,00 − − 4.520,00 − 12.600,00

Total Biaya 12.600,00

Rata-rata 12.600,00

70

Lampiran 6. Jumlah Konsumen Dangke Peternak Sapi Perah di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang.

No Nama Jumlah Konsumen

(Orang/hari)

1 Agussalim 5

2 Asrul 3

3 Yunus. K 2

4 Amran 2

5 Sukrianto 6

6 Syarifuddin 5

7 Burhanuddin 2

8 Nasrul 4

9 Iriansa 2

10 Rusyid 2

11 Asman 2

12 Natsir 2

13 Baharuddin 2

14 Daud 4

15 Maspar 4

16 Ibrahim 1

17 Rusdi 2

18 Marham 1

19 Suryadi 1

20 Darwan 1

21 Marhumi 2

22 Syarif 1

23 Harfa yusuf 3

24 Ibrahim 2

25 Subir 2

26 Salama 2

27 Hasyim 5

28 M. Saad 2

29 Nawati 2

30 Abd. Majid 2

31 Muh. Nasir 2

32 Sutomo 3

33 Syamsuddin 2

34 Saharuddin 3

35 Duardin 3

Total 89

Rata-rata 2,5

36 Basri. C 3

37 Jufri 6

38 Hadirman 3

39 Hatta 5

71

40 Nasruddin 6

41 Imam Khambali 5

42 Lacappa 4

43 Ridwan 2

44 Muh. Saleh 3

45 Ismail 2

46 Peybing 4

47 Dahlan 2

48 Samsia 4

49 Abd. Halim 2

50 Wawan 3

Total 54

Rata-rata 3,6

51 Lestari 5

52 Awaluddin 3

53 H. Halim 3

Total 11

Rata-rata 3,6

54 Fitri 3

Total 3

72

Lampiran 7. Jumlah Sapi Perah Betina Laktasi, produksi susu dan Produksi

Dangke di Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang.

No Nama Betina Laktasi Produksi Susu Produksi Dangke

1 Agussalim 1 7 4

2 Asrul 2 9 5

3 Yunus. K 1 5 3

4 Amran 2 10 5

5 Sukrianto 2 10 10

6 Syarifuddin 1 8 8

7 Burhanuddin 1 8 4

8 Nasrul 2 12 6

9 Iriansa 1 5 3

10 Rusyid 1 11 5

11 Asman 2 14 9

12 Natsir 1 8 5

13 Baharuddin 2 14 9

14 Daud 1 6 4

15 Maspar 1 12 8

16 Ibrahim 1 6 4

17 Rusdi 2 16 10

18 Marham 1 6 4

19 Suryadi 1 6 4

20 Darwan 1 6 4

21 Marhumi 2 14 8

22 Syarif 1 7 4

23 Harfa yusuf 1 6 4

24 Ibrahim 1 6 4

25 Subir 1 12 8

26 Salama 2 14 9

27 Hasyim 1 6 4

28 M. Saad 2 14 9

29 Nawati 2 12 8

30 Abd. Majid 1 8 6

31 Muh. Nasir 1 6 4

32 Sutomo 2 15 13

33 Syamsuddin 2 12 8

34 Saharuddin 1 7 4

35 Duardin 1 6 4

Total 48 324 211

36 Basri. C 4 14 9

37 Jufri 4 30 15

38 Hadirman 3 14 7

39 Hatta 3 16 10

40 Nasruddin 4 25 15

73

41 Imam Khambali 4 20 10

42 Lacappa 3 12 7

43 Ridwan 3 14 9

44 Muh. Saleh 4 23 15

45 Ismail 3 20 13

46 Peybing 3 12 7

47 Dahlan 3 18 13

48 Samsia 4 14 10

49 Abd. Halim 3 14 9

50 Wawan 3 14 10

Total 51 260 159

51 Lestari 5 30 20

52 Awaluddin 5 34 24

53 H. Halim 5 31 23

Total 15 95 67

54 Fitri 7 49 30

Total 7 49 30

74

Lampiran 8. Lokasi Penjualan Dangke Peternak Sapi Perah di Kecamatan

Cendana Kabupaten Enrekang.

No Nama Lokasi

1 Agussalim 0

2 Asrul 0

3 Yunus. K 0

4 Amran 0

5 Sukrianto 0

6 Syarifuddin 0

7 Burhanuddin 0

8 Nasrul 0

9 Iriansa 0

10 Rusyid 0

11 Asman 0

12 Natsir 0

13 Baharuddin 0

14 Daud 0

15 Maspar 0

16 Ibrahim 0

17 Rusdi 0

18 Marham 0

19 Suryadi 0

20 Darwan 0

21 Marhumi 0

22 Syarif 0

23 Harfa yusuf 0

24 Ibrahim 0

25 Subir 0

26 Salama 0

27 Hasyim 0

28 M. Saad 0

29 Nawati 0

30 Abd. Majid 0

31 Muh. Nasir 0

32 Sutomo 1

33 Syamsuddin 0

34 Saharuddin 0

35 Duardin 0

Total 1

36 Basri. C 0

37 Jufri 0

38 Hadirman 0

39 Hatta 0

40 Nasruddin 0

75

41 Imam Khambali 0

42 Lacappa 0

43 Ridwan 0

44 Muh. Saleh 0

45 Ismail 0

46 Peybing 0

47 Dahlan 0

48 Samsia 0

49 Abd. Halim 0

50 Wawan 1

Total 1

51 Lestari 0

52 Awaluddin 1

53 H. Halim 0

Total 1

54 Fitri 0

Total 0

76

Lampiran 9. Tabel Rincian Harga Jual, Biaya Produksi, Jumlah Konsumen,

Jumlah Produksi, Lokasi

No Nama Harga Jual

Dangke Sapi

(Rp/biji)

Total Biaya

Produksi (Rp)

Jumlah

Konsumen

(Orang/hari)

Jumlah

Produksi

Dangke

Lokasi

1 Agussalim 15.000,00 10.875,00 5 4 0

2 Asrul 20.000,00 9.900,00 3 5 0

3 Yunus. K 17.000,00 11.433,00 2 3 0

4 Amran 17.000,00 9.900,00 2 5 0

5 Sukrianto 20.000,00 9.950,00 6 10 0

6 Syarifuddin 20.000,00 10.437,00 5 8 0

7 Burhanuddin 17.000,00 9.875,00 2 4 0

8 Nasrul 20.000,00 10.216,00 4 6 0

9 Iriansa 17.000,00 11.433,00 2 3 0

10 Rusyid 20.000,00 9.900,00 2 5 0

11 Asman 17.000,00 10.077,00 2 9 0

12 Natsir 17.000,00 9.900,00 2 5 0

13 Baharuddin 19.000,00 10.077,00 2 9 0

14 Daud 17.000,00 10.875,00 4 4 0

15 Maspar 17.000,00 10.437,00 4 8 0

16 Ibrahim 17.000,00 9.875,00 1 4 0

17 Rusdi 17.000,00 9.875,00 2 10 0

18 Marham 15.000,00 9.875,00 1 4 0

19 Suryadi 15.000,00 9.875,00 1 4 0

20 Darwan 18.000,00 9.875,00 1 4 0

21 Marhumi 17.000,00 10.437,00 2 8 0

22 Syarif 18.000,00 9.875,00 1 4 0

23 Harfa yusuf 17.000,00 9.875,00 3 4 0

24 Ibrahim 15.000,00 9.875,00 2 4 0

25 Subir 15.000,00 10.437,00 2 8 0

26 Salama 15.000,00 10.077,00 2 9 0

27 Hasyim 17.000,00 10.875,00 5 4 0

28 M. Saad 18.000,00 10.077,00 2 9 0

29 Nawati 18.000,00 10.437,00 2 8 0

30 Abd. Majid 18.000,00 11.217,00 2 6 0

31 Muh. Nasir 18.000,00 10.750,00 2 4 0

32 Sutomo 20.000,00 9.492,00 3 13 1

33 Syamsuddin 17.000,00 10.437,00 2 8 0

34 Saharuddin 17.000,00 10.875,00 3 4 0

35 Duardin 15.000,00 10.750,00 3 4 0

Total 607.000,00 360.221,00 89 211 1

36 Basri. C 20.000,00 10.077,00 3 9 0

37 Jufri 17.000,00 11.266,00 6 15 0

38 Hadirman 17.000,00 10.757,00 3 7 0

39 Hatta 20.000,00 9.950,00 5 10 0

77

40 Nasruddin 20.000,00 11.266,00 6 15 0

41 Imam Khambali 20.000,00 9.950,00 5 10 0

42 Lacappa 17.000,00 10.757,00 4 7 0

43 Ridwan 17.000,00 10.077,00 2 9 0

44 Muh. Saleh 18.000,00 12.266,00 3 15 0

45 Ismail 18.000,00 11.453,00 2 13 0

46 Peybing 18.000,00 10.685,00 4 7 0

47 Dahlan 20.000,00 11.492,00 2 13 0

48 Samsia 18.000,00 9.900,00 4 10 0

49 Abd. Halim 18.000,00 10.022,00 2 9 0

50 Wawan 20.000,00 13.950,00 3 10 1

Total 278.000,00 163.868,00 54 159 1

51 Lestari 17.000,00 9.375,00 5 20 0

52 Awaluddin 23.000,00 11.804,00 3 24 1

53 H. Halim 18.000,00 12.838,00 3 23 0

Total 58.000,00 34.017,00 11 67 1

54 Fitri 20.000,00 12.600,00 3 30 0

Total 20.000,00 12.600,00 3 30 0

78

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Dengan Menggunakan Program SPSS

Regression

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Lokasi,

Jumlah

Konsumen,

Biaya

Produksi,

Jumlah

Poduksia

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Harga Jual

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .603a .364 .312 1438.99055

a. Predictors: (Constant), Lokasi, Jumlah Konsumen,

Biaya Produksi, Jumlah Poduksi

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.804E7 4 1.451E7 7.007 .000a

Residual 1.015E8 49 2070693.797

Total 1.595E8 53

a. Predictors: (Constant), Lokasi, Jumlah Konsumen, Biaya Produksi, Jumlah

Poduksi

b. Dependent Variable: Harga Jual

79

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 17344.902 2580.884 6.721 .000

Biaya Produksi -123.189 253.952 -.064 -.485 .630

Jumlah Konsumen 258.558 151.826 .203 1.703 .095

Jumlah Poduksi 102.612 41.937 .331 2.447 .018

Lokasi 2719.144 923.035 .362 2.946 .005

a. Dependent Variable: Harga Jual

80

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Melakukan wawancara di tempat penelitian

Gambar 2. Melakukan wawacara di tempat penelitian

81

Gambar 3. Keadaan kandang sapi perah

Gambar 4. Proses pembuatan dangke sapi

82

Gambar 5. Proses pencetakan dangke sapi

Gambar 6. Dangke sapi

83

RIWAYAT HIDUP

ADHA NURHAJIRAH. Lahir di Baba pada tanggal 26

Mei 1993dari ayah Idris. B dan ibu Suherni. Penulis

merupakan anak kelima dari delapan bersaudara.

Memulai pendidikan pertama diSDN 34 Baba pada

tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005, lalu melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 3 Enrekang tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008,

kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Cendana tahun 2008 dan

lulus pada tahun 2011kemudian melanjutkan pendidikan ditingkat perguruan

tinggi lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar dan tugas akhir dalam pendidikan tinggi

diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Harga Jual Dangke Sapi di Kecamatan Cendana Kabupaten

Enrekang.

84

85

86