Ktm

3
Selayang pandang Berangkat dari kegelisahan akan fenomena perkembangan ekonomi umat saat ini, dimana hegemoni pengusaha non muslim telah menjadikan Indonesia yang 80% muslim justru sebagian besar kita hanya menjadi objek bukan subjek dari perputaran roda ekonomi. Bermula dari perubahan pola pikir masyarakat saat ini yang lebih suka belanja di swalayan, dimana mereka bisa memilih dan mengambil barang yang sesuai dengan keinginannya sendiri juga tempat belanja yang nyaman, bersih serta bisa menyesuaikan dengan anggaran belanja yang dimiliki. Kemudian diikuti dengan semakin menjamurnya mini market di berbagai daerah dengan daya saing yang semakin ketat. Dari sini bisa kita cermati dimana hampir 90% umat Islam belanja ke supermaket non muslim, malahan banyak juga yang ke supermarket asing seperti Carefour, Makro dan lain sebagainya, sehingga seakan akan umat islam hari ini tidak punya pilihan lain, dan tanpa sadar uang umat islam tidak mengalir ke sesama muslim, tetapi mengalir ke orang lain, dimana seperti yang sudah kita ketahui bahwa ada disinyalir keuntungan tersebut bahkan bisa digunakan untuk membiayai misi kelompok tertentu dalam menyerang umat islam. Ironis memang disaat melihat segala keperluan orang muslim yang membuat dan menjual adalah orang non muslim, bahkan sampai perlengkapan ibadah yang menjual juga orang non muslim. Di Amerika jika ada seorang Yahudi ingin membeli suatu barang maka ia akan pergi belanja ke kedai Yahudi, walaupun kedai itu jauh dari tempat tinggalnya dan dia tidak akan ke kedai bukan Yahudi meski itu didekat rumahnya, sehingga keuntungan perniagaan Yahudi akan menjadi bagian kekuatan dari ekonomi Yahudi. Begitupun yang dilakukan Rasulullah ketika awal masuk madinah perekonomian di kuasai Yahudi. Setelah nabi hijrah nabi menggerakkan sentra ekonomi masyarakat muslim yang diawali dengan memberikan motivasi agar setiap muslim bekerja. Terlepas dari itu semua ada kebutuhan yang menandasar bagi umat muslim dalam memenuhi keperluannya sehari hari yaitu kebutuhan akan halal dan syar’i. Dimana sebagai umat yang taat maka aspek ini tidak bisa ditawar dan di kompromikan. Seperti yang kita ketahui supermarket ataupun minimarket yang ada saat ini sangatlah global, sehingga tidak ada jaminan bagi umat akan nilai halal dan syar’inya apalagi jelas jelas pemiliknya adalah non muslim.Mengutip dari

description

Ktm

Transcript of Ktm

Page 1: Ktm

Selayang pandang

Berangkat dari kegelisahan akan fenomena perkembangan ekonomi umat saat ini, dimana hegemoni pengusaha non muslim telah menjadikan Indonesia yang 80% muslim justru sebagian besar kita hanya menjadi objek bukan subjek dari perputaran roda ekonomi.

Bermula dari perubahan pola pikir masyarakat saat ini yang lebih suka belanja di swalayan, dimana mereka bisa memilih dan mengambil barang yang sesuai dengan keinginannya sendiri juga tempat belanja yang nyaman, bersih serta bisa menyesuaikan dengan anggaran belanja yang dimiliki. Kemudian diikuti dengan semakin menjamurnya mini market di berbagai daerah dengan daya saing yang semakin ketat. Dari sini bisa kita cermati dimana hampir 90% umat Islam belanja ke supermaket non muslim, malahan banyak juga yang ke supermarket asing seperti Carefour, Makro dan lain sebagainya, sehingga seakan akan umat islam hari ini tidak punya pilihan lain, dan tanpa sadar uang umat islam tidak mengalir ke sesama muslim, tetapi mengalir ke orang lain, dimana seperti yang sudah kita ketahui bahwa ada disinyalir keuntungan tersebut bahkan bisa digunakan untuk membiayai misi kelompok tertentu dalam menyerang umat islam.

Ironis memang disaat melihat segala keperluan orang muslim yang membuat dan menjual adalah orang non muslim, bahkan sampai perlengkapan ibadah yang menjual juga orang non muslim. Di Amerika jika ada seorang Yahudi ingin membeli suatu barang maka ia akan pergi belanja ke kedai Yahudi, walaupun kedai itu jauh dari tempat tinggalnya dan dia tidak akan ke kedai bukan Yahudi meski itu didekat rumahnya, sehingga keuntungan perniagaan Yahudi akan menjadi bagian kekuatan dari ekonomi Yahudi. Begitupun yang dilakukan Rasulullah ketika awal masuk madinah perekonomian di kuasai Yahudi. Setelah nabi hijrah nabi menggerakkan sentra ekonomi masyarakat muslim yang diawali dengan memberikan motivasi agar setiap muslim bekerja.

Terlepas dari itu semua ada kebutuhan yang menandasar bagi umat muslim dalam memenuhi keperluannya sehari hari yaitu kebutuhan akan halal dan syar’i. Dimana sebagai umat yang taat maka aspek ini tidak bisa ditawar dan di kompromikan. Seperti yang kita ketahui supermarket ataupun minimarket yang ada saat ini sangatlah global, sehingga tidak ada jaminan bagi umat akan nilai halal dan syar’inya apalagi jelas jelas pemiliknya adalah non muslim.Mengutip dari tulisan Agustianto ketua I IAEI yang mengingatkan kita akan pesan yang diajarkan oleh Umar bin Khtob:

“ Kuasai ekonomi dan produktif-lah, kalau tidak, saya khawatir kamu akan tergantung kepada mereka”. Semua ini dimaksudkan untuk mencapai peri kehidupan umat yang mandiri, bebas, merdeka,adil, dan sejahtera.

KTM adalah embrio dari pemikiran kecil kita untuk memulai menggalang usaha bersama dengan harapan besar akan tumbuh menjadi sentral perputaran ekonomi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehari hari, dimana kami mencoba mengajukan wacana ini kepada pihak yang paling dekat dengan kami yaitu jamaah kita khususnya kader DPC PKS Banyumanik untuk turut berpartisipasi dalam upaya ikhtiar pemberdayaan ekonomi ini.

Sekilas mungkin apa yang kami usung tentang pendirian KTM ini masih terdengar sangat prematur mengingat kendala keterbatasan personal dan modal serta kekuatan managemennya. Namun ada keyakinan besar kami bahwa ini semua harus segera dimulai, dari lingkup yang paling kecil yaitu

Page 2: Ktm

beberapa personal dari kami yang sudah siap mencurahkan segenap energinya untuk memikirkan dan menjalankannya, serta upaya sosialisasi yang akan terus kami lakukan dari waktu ke waktu.

Harapan kedepan kita bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari dalam zona yang kita kondisikan atmosfernya baik itu dari segi sumber modal yang syar’i, jaminan mutu dan halal, serta aliran dana persen keuntungan yang akan kembali untuk sarana dakwah kita.

Ada beberapa market syariah yang sudah ada di Indonesia yang bisa kita jadikan referensi, dimana ini juga digalang oleh tokoh muslim diantaranya Az Zikra Mart dengan ustadz Arifin Ilham sebagai komisaris utamanya, Madinah Syariah di kota Medan oleh seorang pengusaha muda

Visi

Menjadi jaringan market syariah yang terpercaya, profesional dan turut membangun ekonomi umat

Misi

Mengembangkan konsep managemen syariah

Meningkatkan kualitas pelayanan dan mutu penjualan serta kenyamanan dalam transaksi

Membangun jaringan dan sosialisasi penyadaran akan pentingnya peran muslim dalam mendukung ekonomi umat

Berperan aktif sebagai retailer produk-produk islami