KTI

67
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Berita merebaknya temuan gizi buruk, sangat mengejutkan dinegara tercinta yang terkenal subur dan makmur ini. Kasus ini bisa jadi tidak hanya menjadi momok bagi para ibu dan balita, namun juga bagi pemerintah. Karena akan menjadi cerminan buruknya performa dalam menyejahterakan rakyatnya, bukti lemahnya infrastruktur kesehatan dan pangan dan aneka polemik mencari biang keladi pun muncul ke permukaan. Kesenjangan, ketidakadilan, kemiskinan, kebijakan ekonomi, dan politik menjadi sering diperbincangkan. Bisa jadi hanya sedikit yang memikirkan dampak jangka panjang yang ditimbulkannya, jika hal ini tidak ditangani dengan serius seperti layaknya fenomena gunung es, bahwa ancaman yang sebenarnya jauh lebih besar dan perlu segera diambil langkah-langkah antisipasinya dari sekarang. (Yetty N dan M tohar Arifin, 2005). 1

description

KTI

Transcript of KTI

Page 1: KTI

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar belakang

Berita merebaknya temuan gizi buruk, sangat mengejutkan dinegara

tercinta yang terkenal subur dan makmur ini. Kasus ini bisa jadi tidak hanya

menjadi momok bagi para ibu dan balita, namun juga bagi pemerintah. Karena

akan menjadi cerminan buruknya performa dalam menyejahterakan rakyatnya,

bukti lemahnya infrastruktur kesehatan dan pangan dan aneka polemik

mencari biang keladi pun muncul ke permukaan. Kesenjangan, ketidakadilan,

kemiskinan, kebijakan ekonomi, dan politik menjadi sering diperbincangkan.

Bisa jadi hanya sedikit yang memikirkan dampak jangka panjang yang

ditimbulkannya, jika hal ini tidak ditangani dengan serius seperti layaknya

fenomena gunung es, bahwa ancaman yang sebenarnya jauh lebih besar dan

perlu segera diambil langkah-langkah antisipasinya dari sekarang. (Yetty N

dan M tohar Arifin, 2005).

Masalah gizi buruk masih dialami oleh anak-anak diberbagai tempat di

Indonesia dari tahun ke tahun. Ini menjadi potret buruk pemenuhan kebutuhan

mendasar bagi masyarakat Indonesia. Gizi buruk menjadi perhatian

masyarakat ketika media mengangkat kasus-kasus mengenai meninggalnya

anak-anak di banyak daerah karena malnutrisi. (Antonius Wiwan Koban,

2008).

Masalah gizi di Indonesia dan negera-negara berkembang pada

umumnya masih di dominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP),

1

Page 2: KTI

anemia, kekurangan yodium ( GAKI ), masalah kurang Vit A, Obesitas,

terutama di kota besar dan daerah terpencil. Pada widya pangan dan gizi tahun

1993 telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi “Ganda” yang

artinya, sementara masalah gizi kurang dan buruk masih belum diatasi secara

menyeluruh sudah muncul masalah baru yaitu gizi lebih ( Supariasa, 2002 ; 1).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi,

transportasi,penyimpanan, metabolisme, pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan tubuh, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ organ serta

menghasilkan energi ( Supariasa, 2002; 17).

Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan

kembali pada hari ke 10. berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir

pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu

tahun, dan menjadi 4 kali berat badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa pra

sekolah kenaikan berat badan rata–rata 2 kg per tahun. Kemudian

pertumbuhan konstan mulai berahir dan dimulai ”pre adolescent growth

spurt” dengan kenaikan rata–rata berat badan 3 – 3,5 kg/tahun, yang kemudian

dilanjutkan dengan ”adolescent growth spurt”. Anak perempuan mengalami

proses yang lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki (Soetjiningsih,

1995 : 18).

Periode penting dalam tumbuh kaembang anak adalah masa balita.

Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita perkembangan kemampuan

berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan inteljensi berjalan

2

Page 3: KTI

sangatlah cepat ( Soetjiningsih 1995 ; 29). Berat badan merupakan indikator

sederhana yang digunakan untuk menentukan status gizi anak, yaitu dengan

menggunakan kartu menuju sehat (KMS). Pada KMS dapat diketahui apakah

keadaan status gizi anak tergolong normal, kurang, dan buruk ( Nursalam,

2005 : 49).

Munculnya kasus gizi buruk pada balita hampir merata di semua

wilayah. Penyebabnya pun sangat beragam, mulai status kesehatan anak akibat

penyakit infeksi, status ekonomi keluarga, status sosial, status pendidikan,

ketahanan makanan keluarga, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang

kurang optimal. Angka prevalensi Bawah Garis Merah (BGM) total Jawa

Timur pada tahun 2007 mencapai 3,31% dari 2.207.353 balita yang ditimbang,

di kabupaten Banyuwangi mencapai 1,15% dari 91.891 balita yang ditimbang,

sedangkan di wilayah kerja puskesmas Paspan Balita Bawah Garis Merah

(BGM), mencapai 2,36% atau 36 balita dari 1526 balita yang ditimbang.

Masuk deretan sepuluh besar angka BGM tertinggi dari 24 kecamatan di

Banyuwangi ( Dinkes, 2007).

Sampai sekarang ini hambatan perkembangan anak masih umum

dijumpai, hal ini disebabkan oleh karena konsumsi makanan sehari-hari tidak

cukup mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan karena adanya

penyakit infeksi. Pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh

status gizi yang dimiliki anak atau balita, sehingga status gizi kurang akan

mengakibatkan perkembangan anak terhambat. Perkembangan anak melalui

sejumlah tahapan yang disebut sebagai tahapan perkembangan, keberhasilan

perkembangan disetiap area sangat menentukan keberhasilan perkembangan di

3

Page 4: KTI

area lainnya. Jika ada keterlambatan di area bicara dan bahasa maka

perkembangan sosial dan emosional akan terpengaruh (Deny Wardana,2005).

Sebagai seorang perawat atau tenaga kesehatan kita diharapkan

mampu terus memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu tentang pemberian

makanan yang cukup mengandung gizi dan makanan tambahan yang dapat

menunjang pemenuhan gizi untuk proses perkembangan anak.

Dengan mengetahui data dan permasalahan diatas maka perlu

dilakukan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana hubungan status gizi

terhadap perkembangan anak usia pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas

Paspan.

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang, maka penulis menemukan masalah penelitian

sebagai berikut :

“Adakah hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia (3–5) tahun di

kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskemas Paspan ?

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Diketahuinya hubungan status gizi dengan perkembangan anak

usia (3–5) tahun di Kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan

4

Page 5: KTI

2. Tujuan khusus

a Mengidentifikasi status gizi pada anak usia (3–5) di Kelurahan

Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan

b Mengidentifikasi perkembangan anak usia (3–5) di Kelurahan

Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan

c Menganalisa hubungan status gizi terhadap perkembangan anak

usia (3–5) di Kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas

Paspan

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharap dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

kesehatan, khususnya bagi Ilmu Keperawatan.

2. Bagi Keluarga/Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya

menjaga status gizi anak terhadap proses perkembangan anak usia pra

sekolah .

3. Bagi Puskesmas Paspan

Sebagai masukan bagi pengelola program gizi di puskesmas Paspan, untuk

pengembangan program gizi kedepan di masyarakat.

5

Page 6: KTI

E. Relevansi

Status gizi pada bayi hingga ank-anak sangat mempengaruhi

kondisi organ-organ seperti otot, jantung, tulang, dan mutu kualitas manusia.

Dengan kasus gizi yang baik organ-organ vital akan tumbuh dan berkembang

dengan optimal. Sebaliknya gizi yang kurang membuat perkembangan anak

terhambat. Pada otak misalnya, gizi buruk akan mengakibatkan jumlah sel

otak anak berusia dibawah 5 tahun berkurang 15 – 20 %. Pengaruh kehidupan

dan perkembangan ditunjukkan oleh keadaan berat badan atau tinggi badan

yang tidak sesuai dengan umur. Status gizi yang baik juga akan menambah

potensi sumber daya manusia yang mendukung pada perkembangan IPTEK.

Dengan berkembangnya IPTEK maka negara tersebut akan maju.

6

Page 7: KTI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gizi

1. Definisi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat pan, pertumbuhan,

yang tidak digunakn oleh tubuh untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan

energi (Supariasa, 2001 : 17). Nutrien adalah zat penyusun bahan makanan

yang diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme yaitu protein, karbohidrat,

vitamin, dan mineral (Admin Gendeng, 2008)

Sedangkan definisi Gizi menurut Depkes RI (1994 ; 5 ) adalah

makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang

terdapat dalam makanan dan dapat mempengaruhi kesehatan.

2. Fungsi

Ada empat fungsi makanan / Gizi bagi kehidupan manusia

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan

perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak

b. Memperoleh energi guna melakukan aktivitas sehari-hari

c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai

keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain

d. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh

7

Page 8: KTI

3. Zat-zat makanan beserta fungsinya untuk menjaga dan

meningkatkan kesehatan.

a. Protein

Diperoleh dari makanan yang berasal dari sumber makanan hewani

dan tumbuh-tumbuhan.

Fungsi protein dalam tubuh

1). Membangun sel yang rusak

2). Membentuk sel pengatur seperti enzim dan hormon

3). Membentuk zat inti energi

b. Lemak

Bahan yang berasal dari daging, minyak, margarin, dan sebagainya.

Fungsi pokok lemak adalah ;

1) Menghasilkan kalori dalam tubuh manusia

2) Sebagai pelarut vitamin A,D,E,K

3) Sebagai pelindung dari baagian tubuh tertentu dan

pelindung tubuh pada temperatur rendah.

c. Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai salah satu pembuat energi paling

murah, larena pada umumnya sumber karbohidrat berasal dari tumbuh-

tumbuhan ( beras, jagung, singkong, dan sebagainya ) ynag merupakan

makanan pokok.

d. Vitamin

Dibedakan menjadi dua, yaitu vitamin yang larut dalam air ( vitamin

B, dan C ) dan vitamin yang larut dalam lemak ( vitamin A,D,E,K )

8

Page 9: KTI

e. Mineral

Terdiri atas zat kapur (Ca), zat besi (Fe), flour (f), natriun (Na),

kalium ( K ), dan Iodium ( I ). Secara umum fungsi mineral adalah

sebagai zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting

dari struktur sel jaringan.

B. Status Gizi

1. Pengertian

Status gizi adalah konsumsi gizi makanan pada seorang yang dapat

menentukan tingkat kesehatan yang adapat diukur melalui pengukuran

berat badan terhadap tinggi badan (Nursalam, 2005 ; 48).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat gizi (Admin gendeng, 2008).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak

faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak meliputi

beberapa aspek yang berkaitan dengan kondisi medis, sosial, ekonomi, dan

tingkat pendidikan yang mencakup;

a. Kurangnya konsumsi makanan

b. Ketersediaan bahan makanan

c. Penyakit infeksi

d. Perawatan ibu dan anak

e. Pelayanan kesehatan

f. Pendidikan orang tua yang kurang tentang kesehatan

Semua itu didasari oleh tingkat kemiskinan dan pengetahuan keluarga

(Supariasa, 2001 : 13).

9

Page 10: KTI

3. Cara Mengetahui Status Gizi

Untuk mengetahui status gizi yang dimiliki anak dapat dilihat

dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat ( KMS ), dengan parameter

sebagai berikut :

a. KMS diatas garis hijau ; status

gizi baik

b. KMS diantara garis hijau dan diatas garis merah ; status

gizi kurang

c. KMS di bawah garis merah ; status gizi

buruk

(Nursalam, 2005; 49).

C. Perkembangan

Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang

dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan, dan belajar (Azis Alimul, 2005:

15).

Perkembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan peningkatan

kemampuan untuk berfungsi pada tingkat tertentu (Supartini, 2005: 49).

Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang

berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara stimulan

(Nursalam, 2005: 34). Perkembangan dipengaruhi faktor-faktor sebagai

berikut :

1. Faktor-faktor perkembangan

a. Faktor internal

10

Page 11: KTI

1) Genetika

Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan

kematangan tulang, alat seksual serta saraf yang merupakan

modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh

kembang.

2) Perbedaan Ras, Etnis, atau Bangsa

Tinggi badan orang eropa akan berbeda dengan indonesia atau

bangsa yang lainnya.

3) Keluarga

Ada keluarga cenderung mempunyai tubuh gemuk atau

perawakan pendek.

4) Umur

Masa pra natal, masa bayi dan masa remaja merupakan tahap

yang mengalami tumbuh kembang cepat dibandingkan dengan

masa lainnya.

5) Jenis kelamin

Wanita akan mengalami masa pubertas lebih dahulu

dibandingkan dengan laki-laki.

6) Kelainan kromosom

Dapat mengakibatkan kegagalan tumbuh kembang misalnya

syndroma down.

7) Pengaruh hormon

Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon

pertumbuhan somatotropin serta kelenjar tyroid yang

11

Page 12: KTI

menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk

metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.

b. Faktor lingkungan

1) Faktor pra natal

a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan

janin, terutama selama trimester akhir kehamilan.

b) Mekanis. Posisi janin yang abnormal dlam kandungan

dapat menyebabkan congenital, misalnya club foot.

c) Toksin, zat kimia, radiasi.

d) Kelainan endokrin.

e) Infeksi TORCH (Toxoplasma Rubella Citomegalovirus)

atau penyakit menular seksual.

f) Kelainan imunologi

g) Psikologis ibu.

2) Faktor kelahiran

Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat

menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga berisiko

terjadinya kerusakan jaringan otak.

3) Faktor Pasca natal

Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh

terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis

atau kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia,

12

Page 13: KTI

psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan,

stimulasi, dan obat-obatan.

(Nursalam, 2005 : 39)

2. Indikator perkembangan

Pada perkembangan anak usia pra sekolah indikator-indikator yang

dinilai meliputi :

a. Motorik kasar

1) Mengendarai sepeda roda tiga

2) Melompat dari langkah dasar

3) Berdiri pada satu kaki

4) Menaiki tangga dengan kaki bergantian

5) Melompat panjang

6) Mencoba berdansa, tetapi keseimbangan mungkin tidak

adekuat

b. Motorik halus

1) Membangun menara dari 9-10 balok

2) Membangun jembatan dengan tiga kotak

3) Memasukkan biji-bijian kedalam botol secara benar

4) Dalam menggambar, bisa meniru lingkaran, meniru silangan,

menyebutkan apa yang telah digambar

c. Bahasa / respon bicara

1) Mempunyai perbendaharaan kata ± 900 kata

2) Menggunakan bicara telegrafik

13

Page 14: KTI

3) Menggunakan kalimat lengkap dari 3 – 4 kata

4) Bicara tanpa henti tanpa peduli apakah seseorang

memperhatikannya.

5) Mengulang kalimat dari 6 suku kata

6) Mengajukan banyak pertanyaan

d. Adaptasi Sosial

1) Berpakaian sendiri hampir lengkap bila dibantu dengan

kancing belakang dan mencocokkan sepatu kanan atau kiri.

2) Mengalami peningkatan rentang perhatian

3) Makan sendiri sepenuhnya

4) Dapat menyiapkan makanan sederhana seperti sereal dan susu

dingin

5) Dapat membantu mengatur meja

6) Merasa takut khususnya pada kegelapan atau saat pergi tidur

7) Mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain

e. Kognitif

1) Berada pada fase perseptual egosentrik dalam berfikir dan

perilaku

2) Mulai memahami waktu menggunakan banyak ekspresi yang

berorientasi waktu, bicara tentang masa depan dan masa lalu,

berpura-pura memberitahu waktu

3) Mengalami perbaikan konsep tentang ruang seperti ditunjukkan

dalam pemahaman dan kemampuan mengikuti perintah

langsung

14

Page 15: KTI

4) Mulai mampu memandang konsep dari perspektif yang berbeda

f. Hubungan keluarga

1) Merusaha untuk menyenangkan orang tua dan menyesuaikan

diri dengan permintaan mereka.

2) Kecemburuan terhadap saudara kandung yang lebih muda

sudah berkurang sehingga dapat menjadi waktu yang tepat

untuk melahirkan saudara tambahan.

3) Menyadari hubungan keluarga dan fungsi peran jenis kelamin.

4) Anak laki-laki cenderung mengidentifikasi lebih banyak

dengan ayah atau figur pria lain.

5) Kemampuan untuk berpi1sah dengan mudah dan nyaman dari

orang tua untuk jangka waktu yang pendek telah meningkat

(Dona L Wong, 2003: 192).

3. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan (DDPK)

DDPK adalah salah satu dari metode screning terhadap kelainan

perkembangan anak, test ini bukanlah test diagnostik atau test IQ.

DDPK memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk metode

screening yang baik. Test ini mudah dan cepat (15–20 menit), dapat

diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa

penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDPK secara efektif dapat

mengidentifikasikan antara 85–100 % bayi dan anak-anak khususnya

pra sekolah yang mengalami keterlambatan sekolah, dan pada “follow

up” selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDPK abnormal

15

Page 16: KTI

mengalami kegagalan disekolah (5–6) tahun kemudian Aspek

perkembangan yang dinilai terdiri dari 10 tugas perkembangan.

1) Peningkatan 86 % pada sektor bahasa.

2) Pemeriksaan untuk artikulasi bahasa .

3) Skala umur yang baru.

4) Kategori baru untuk interprestasi pada kelainan yang ringan.

5) Skala penilaian tingkah laku.

6) Materi training yang baru.

Semua tugas perkembangan disusun berdasarkan urutan

perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor

perkembangan yang meliputi :

a. Sektor perkembangan

1) Personal Sosial

Aspek yang berhubungan denagan kemampuan mandiri,

bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine Motor Adaptif ( Gerakan Motorik

Halus )

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang bagian-bagian

tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat.

3) Language ( Bahasa )

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan.

16

Page 17: KTI

4) Gross motor ( gerakan motorik kasar )

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Setiap tugas atau kemampuan digambarkan dalam kotak persegi

panjang horizontal yang berurutan menjadi umur, dalam lembar

DDPK. Pada umumnya pada waktu test, tugas yang perlu diperiksa

pada setiap kali screening hanya berkisar 25–30 tugas saja, sehingga

tidak memakan waktu yang lama hanya sekitar 15–20 menit saja

(Soetjiningsih, 2002 : 71).

b. Alat yang digunakan

1) Alat peraga

2) Lembar formulir DDPK

3) Buku petunjuk sebagai referensi yang

menjelaskan cara-cara melakukan test dan penilaiannya.

c. Prosedur DDPK terdiri dari 2 tahap yaitu :

Tahap I : cara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :

1) 3 – 6 bulan

2) 9 – 12 bulan

3) 18 – 24 bulan

4) 3 tahun

5) 4 tahun

6) 5 tahun

17

Page 18: KTI

Tahap II : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya

hambatan perkembangan pada tahap I kemudian dilanjutkan

dengan evaluasi diagnostik yang tepat.

d. Penilaian

Dari buku petujuk terdapat penjelasan tentang bagaimana

melakukan penilaian, apakah lulus (passed = P), gagal (fail = F),

ataukah anak tidak mendapatkan kesempatan melakukan tugas (No

Opportunity = N O), hasil test diklasifikasi dalam : Normal,

Abnormal, Meragukan (questionable),

1) Abnormal

Bila jawaban Ya pada kuisioner < 6

2) Meragukan

Bila jawaban Ya pada kuisioner 7 - 8

3) Normal

jawaban Ya pada kuisioner 9 – 10

( Departemen Kesehatan RI, 2005).

D. Hubungan Status Gizi Terhadap Perkembangan

Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai

sejak dalam kandungan. yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai

pada ibu hamil. Setelah lahir harus diupayakan pemberian ASI ekslusif sampai

anak berusia 4–6 bulan. Barulah diberikan makanan tambahan dan makanan

pendamping ASI, untk melatih kebiasaan makan yang baik, untuk menghadapi

masa selanjutnya seperti masa pra sekolah, karena pada masa ini

18

Page 19: KTI

perkembangan yang terjadi sangatlah pesat, terutama perkembangan otak

(Nursalam, 2005 : 41)

Telah disebutkan bahwa untuk tumbuh dan berkembang, anak

membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat,

mineral, vitamin, dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang, dengan

jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya. Khusus selama periode

perkembangan yang cepat pada masa pranatal, usia bayi, atau remaja akan

membutuhkan lebih banyak kalori dan protein. anak dapat mengalami

hambatan pertumbuhan dan prkembangan hanya karena kurang adekuatnya

asupan zat gizi tersebut (Supartini, 2004 : 52).

Kartu menuju sehat atau yang sering disebut (KMS) adalah suatu alat

penting yang digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan

anak. KMS yang ada untuk saat ini adalah KMS untuk balita, yaitu kartu

untuk memuat grafik pertumbuhan serta indikator yang bermanfaat untuk

mencatat pertumbuhan dan perkembangan balita tiap bulannya, dari sejak lahir

sampai berusia 5 tahun. Dengan demikian KMS dapat diartikan sebagai raport

kesehatan gizi dan perkembangan balita. KMS juga mempunyai tujuan, yaitu

mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara

optimal (Nursalam, 2005 : 68).

Sebaiknya pemberian asupan nutrisi haruslah benar–benar seimbang

karena asupan nutrisi yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak buruk

bagi kesehatan anak, misalnya terjadi penumpukan kadar lemak yang

berlebihan dalam jaringan, bahkan pada pembuluh darah sehingga bila anak

sakit perkembangannya pun akan terganggu (Supartini, 2004 : 52).

19

Page 20: KTI

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

perkembangan

Faktor Internal

Faktor pra natal (gizi, nutrisi ibu hamil, mekanis, toksin, infeksi, kelainan imunologi, psikologis ibu)

Faktor kelahiran Faktor pasca natal

Faktor lingkungan

1.Genetika 2.Perbedaan ras,

etnik 3. keluarga4. umur5. jenis kelamin6. Kelainan

kromosom

pertumbuhan

Status gizi anak

20

KurangnyaKonsumsimakanan

Ketersediaan bahan makanan

Penyakit infeksi

Perawatan ibu dan anak

Pelayanan kesehatan

Pendidikan orang tua yang kurang tentang kesehatan

Page 21: KTI

Keterangan : :Variabel yang diteliti

:Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan sebab akibat

B. Hipotesa Penelitian

1. Hipotesa alternatif (Ha)

Adanya hubungan status gizi tarhadap perkembangan anak usia (3–5)

tahun.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain/Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah “Korelasional”

yaitu suatu penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel. Sehingga

peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan

menguji subyek menurut keadaan berdasarkan teori yang ada (Nursalam,

2010 : 84).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, adalah

suatu penelitian dengan variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang

sama, jadi tidak ada follow up. Dengan studi ini akan di peroleh prefalensi

atau efek suatu fenomena/variabel dependen dihubungkan dengan

penyebab/variabel independen (Nursalam, 2003 : 85).

21

Page 22: KTI

B. Kerangka Kerja

Sampel : Sebagian anak usia 3 – 5 tahun di kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan tahun 2008 sejumlah 30anak

Sampling :cluster sampling

Pengumpulan data : Observasi (Lembar obserbasi)

Dilakukan Scoring, Coding, Tabulating

Analisa data dengan uji rank spearman

Kesimpulan

Laporan

22

Populasi : Semua anak usia 3 – 5 tahun di kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan tahun 2008 sejumlah 50 anak

Page 23: KTI

C. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dll) (Nursalam,

2009: 101).

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel independent (bebas) adalah variabel yang menjadi

penyebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Aziz alimul,

2007 ; 35). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah Status

Gizi.

b. Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat dari variabel independen (Aziz alimul, (2007 ; 35).

Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Perkembangan

anak.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati dalam melakukan pengukuran

secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena dengan menggunakan

parameter yang jelas.

TABEL IV.1 Dfinisi Operasional

Variabel Definisi operasional

Indikator Alat ukur Skala Skor

23

Page 24: KTI

Variabel independen : Status Gizi

Keadaan / tingkat gizi balita yang dapat dilihat dari berat badan dibandingkan dengan umur, dan dapat dilihat melalui KMS

1.KMS diatas garis hijau

2. KMS diantara garis hijau dan diatas garis merah

3. KMS dibawah garis merah

4. Usia balita 5. Berat badan

KMS Ordinal 1. Gizi buruk ( KMS dibawah garis merah dan nilai 1

2. Gizi kurang ( KMS diantara garis hijau dan diatas garis merah ) nilai 2

3. Gizi baik ( KMS diatas garis hijau nilai 3

Variabel Dependent : Perkambangan anak

Bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan .

1.motorik kasar 2.motorik halus 3. respon bicara 4.adaptasi

social

Observasi DDPK

Ordinal 1. abnormal <

2. meragukan

3. normal 9 –

D. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti (Nursalam, 2003; 64).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 3–5 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Paspan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan tehnik

sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi

(Nursalam, 2003; 64).

24

Page 25: KTI

a. Besar sampel

Populasi (P) : 50 anak usia (3–5) tahun

Sampel (s) : jika populasi < 1000 maka

S = N . Z². p . q d (N – 1 ) + Z . p . q

= 50 x (1,96²) . 0,5 . 0,5 (0,05) . (50 – 1) + (1,96²) . 0,5 . 0,5

= 50 x 3,8416 2,45 + 3,8416

= 192,08 6,2916

= 30,52 = 30 anak .

b. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum objek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003:

81).

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Anak dengan usia 3–5 tahun yang datang ke

posyandu di kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas

Paspan

2) Anak dengan usia 3–5 tahun yang ada di

kelurahan Bakungan wilayah kerja Paspan

c. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

25

Page 26: KTI

sebab atau dengan kata lain tidak layak untuk di teliti ( Nursalam, 2003

; 96 ).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Anak dengan usia 3–5

tahun yang orang tuanya tidak setuju menjadi responden

2) Anak yang sedang

sakit

3. Tekhnik Sampling

Adalah pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan cara

atau tekhnik–tekhnik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin

mewakili populasinya (Notoatmojo, 2002:145). Sampling dalam penelitian

ini adalah Cluster sampling yaitu pengelompokan sampel berdasarkan

wilayah atau lokasi populasi (Nursalam, 2003 : 98).

E. Pengumpulan Data dan Analisa Data

1. Pengumpulan Data

Adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan pengumpulan

karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,

2003 ; 115).

a. Proses

Pengumpulan Data

26

Page 27: KTI

1) Birokrasi Perijinan

Sebelum melaksanakan penelitian peneliti akan meminta ijin

dan persetujuan kepada ibu yang mempunyai balita dan petugas

puskesmas wilayah kerja Paspan serta menjelaskan secara singkat

maksud dan tujuan penelitian.

2) Cara mengumpulkan data

a) Dengan mencari data yang telah ada di

puskesmas melalui program KIA (kesehatan Ibu dan Anak)

b) Melakukan penimbangan pada anak secara

langsung di posyandu

c) Dengan menggunakan lembar obserfasi

DDPK untuk mengetahui tingkat perkembangan anak

b. Instrumen

Penelitian

Adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data agar pekrjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik (Arikunto. S, 1997 : 126).

Instrument dalam penelitian ini adalah :

(1) Lembar Observasi (Status Gizi dan Perkembangan)

(2) KMS

(3) Lembar Observasi DDPK

27

Page 28: KTI

c. Waktu dan

tempat

1) waktu : Penelitian ini dimulai pada bulan Februari–

Juni 2009

2) tempat : Wilayah kerja Puskesmas Paspan

2. Analisa data

langkah-langkah anlisa

a. Coding

Memberikan kode-kode pada setip responden, pertanyaan-pertanyaan

dan segala hal yang dianggap perlu (Aziz Alimul, 2007).

b. Scoring

Penilaian skor untuk hasil observasi status gizi :

1) Baik : 3

2) Kurang : 2

3) Buruk : 1

penilaian skor untuk hasil observasi perkembangan :

1) Normal : 9–10

2) Meragukan : 7 – 8

3) Abnormal : < 6

c. Tabulating

Berdasarkan definisi operasional dari penelitian ini skala datanya

berbentuk ordinal, maka tergolong statistik non parametris. Dengan

28

Page 29: KTI

demikian uji statistik yang dipakai : Uji Korelasi Rank Spearman

(Sugiono, 2007 ; 106).

Tujuan : menguji signifikasi data yang berskala ordinal

Rumus : = 1 – 6 b 2 n (n2 - 1)

Tabe IV.2 kontingensi

X1 ; status gizi

X2 ; nilai perkembangan

Rank I Rank II B b2

Keterangan :

= Koefisien korelasi rank spearman

b = Beda antara jenjang setiap subjek

n = Besar sampel

dengan penetapan derajat kesalahan 5 % (0,05)

Setelah dilakukan perhitungan jika hitung tabel maka Ha

dietrima denga kata lain, ada hubungan Status Gizi Terhadap

perkembangan anak. Tetapi jika hitung tabel maka Ha ditolak

dengan kata lain tidak ada hubungan antara status Gizi terhadap

Perkembangan anak (Nursalam, 2003 : 86).

F. Etika Penelitian

1. Informed consent

29

Page 30: KTI

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mendapatkan

persetujuan (ijin) dari kepala Puskesmas. Bila responden bersedia menjadi

subjek penelitian harus ada bukti persetujuan secara tertulis.

2. Anonimity

Dalam pengisian lembar kuisioner responden tidak menuliskan

nama, tanggal pengisian, dan alamat melainkan hanya mengisi nomor

kode saja untuk menjamin kerahasiaan identitasnya.

3. Confudentiality

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek akan dijamin

oleh peneliti. Pengajuan data dari hasil penelitian hanya ditampilkan dalam

forum akademik.

G. Keterbatasan

1. Terbatasnya instrumen penelitian, dalam penelitian ini

metode pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi

sehingga dapat terjadi kesalahan secara subjektif dan ketidaksesuaian

dengan keadaan sebenarnya.

2. Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat mengulang proses

pengambilan data

3. Peneliti masih dalam taraf pemula, sehingga dalam

penelitian ini masih terbatas menggunakan analisa yang sederhana dan

peneliti perlu masukan dari semua pihak.

30

Page 31: KTI

BAB 1V Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni

2009, dengan menggunakan desain penelitian ” korelasional ” yaitu suatu

penelitian yang mengkaji hubumgan antara variabel. Dalam waktu tersebut

didapatkan sampel sebanyak 30 balita yang berada di 4 posyandu tersebar di

kelurahan Bakungan wilayah kerja puskesmas Paspan. Dalam penyajian hasil

penelitian terlebih dahulu disampaikan tentang keadaan umum atau gambaran

tempat penelitian dan karakteristik responden, kemudian baru dilaporkan hasil

penelitian dan pempabahasan tentang ”Hubungan Status Gizi Dengan

Perkembangan Anak Usia (3-5) tahun.

31

Page 32: KTI

1. Data umum

Data umum meliputi gambaran umum tentang tempat dilakukannya

penelitian dan karakteristik responden yang diteliti

a. gambaran

umum tempat penelitian

Puskesmas Paspan terletak di Jalan Raya panarukan

1) Sebel

ah timur

:

Kecamatan situbondo

2) Sebel

ah selatan :

Kecamatan kendit

3) Sebel

ah Barat

:

Kecamatan bungatan

b. Data

penduduk

1) Juml

ah penduduk seluruhnya

:

33.676 jiwa

32

Page 33: KTI

2) Juml

ah penduduk Laki – laki

:

16.441 jiwa

3) Juml

ah penduduk Permpuan

:

17.235 jiwa

4) Juml

ah balita

: 8.358 jiwa

c. Sumberdaya

puskesmas

1) Tena

ga Medis

: 32 Orang

2) Para

medis

: 14 Orang

3) Non

Medis

33

Page 34: KTI

: 15 Orang

d. Sarana

kesehatan

1) Pusk

esmas induk

: 1

Unit

2) Pusk

esmas pembantu

: 2

Unit

3) Posy

andu

: 40 Unit

4) Dokt

er praktek

: 1

Orang

5) Bida

n Praktek

: 10 Orang

34

Page 35: KTI

2. Karakteristik

Responden

a. Umur

Umur responden yang peneliti temukan dalam penelitian ini adalah

3 sampai dengan 5 tahun, dengan distribusi yang menyebar.

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.1 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di desa ge lung wiyah kerja puskesmas Paspan pada bulan Agustus 2012

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

Laki – laki 12 40%

Perempuan 18 60 %

Total 30 100 %

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah responden antara

laki – laki dan perempuan tidaklah terpaut jauh

c. Pekerjaan Ibu

Tabel 5.2 : Distribusi pekerjaan Ibu atau orang tua responden yang ada di desa gelung wilayah kerja Puskesmas Paspan panarukan

Pekerjaan Ibu Jumlah Prosentase

Ibu Rumah Tangga 25 83,3 %

Buruh 2 6,7 %

35

Page 36: KTI

PNS 3 10 %

Total 30 100 %

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerjaan

Ibu – ibu di desa Ibu Rulungmah Tangga.

3. Data Khusus

a. Status Gizi

Penilaian Status Gizi dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi

tiga tingkatan yaitu, Status gizi Normal, Kurang, dan Buruk

Tabel 5.3 : Distribusi responden berdasarkan status gizi di kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan pada bulan Maret 2012

Status Gizi jumlah Prosentase

Normal 27 90 %

Kurang 3 10 %

Buruk 0 0

Total 30 100 %

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

berstatus gizi Normal

b. Perkembangan Anak

Penilaian Perkembangan anak dalam penelitian ini dapat dibedakan

menjadi tiga yaitu, Normal, Meragukan, dan Abnormal

36

Page 37: KTI

Tabel 5.4 : Distribusi responden menurut Status Perkembangan di kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan Maret 2009

Perkembangan anak Jumlah Prosentase

Normal 26 86,7 %

Meragukan 4 13,3 %

Abnormal 0 0

Total 30 100 %

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden

mengalami Status perkembangan Normal denagn prosentase 86,7 %

mendominasi perolehan prosentase.

c. Tabulasi Silang

Tabel 5.5 : Distribusi Status gizi Anak terhadap Status Perkembangan

Status Gizi Status Perkembsngan Total

N M A

Normal 23 4 - 90 %

Kurang 3 - - 10 %

Buruk - - -

Total 26 4 100 %

Dari hasil penelitian terhadap 30 anak didapatkan status gizi Normal

sebanyak 27 anak yang terbagi dalam status perkembangan Normal, dan

meragukan namun lebih didominasi oleh anak yang status

perkembangannya Normal.

4. Analisa Statistik

37

Page 38: KTI

Setelah data didapatkemudian sianalisa secara analitik dengan

menggunakan uji statistik Rank Spearman secara manual atau perhitungan

rumus. Karena tujuan dari penulisan ini adalah mencari hubungan antara

Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia (3–5) tahun, maka adapun

hasil dari perhitungan adalah sebagai berikut :

Diketahui : b² = 3579,5

n = 30

= 1 – 6 b 2 n (n2 - 1)

table = ά ( 0,05) = 0,364

Ditanya : hitung = ?

Jawab : = 1 – 6 b 2 n (n2 - 1)

= 1 – 6. 3579,5 30 ( 30² - 1 )

= 1 – 21477 26970

= 1 – 0,7963293

= 0,2036707

= 0,204

Jadi kesimpulannya hitung < tabel

Artinya jika hitung < table maka Ha ditolak dan Ho diterima

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

status Gizi dengan Perkembangan anak usia (3–5) Tahun.

B. Pembahasan

1. Status Gizi Pada Anak

38

Page 39: KTI

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.3 telah ditemukan dari

30 anak yang di teliti, anak yang memiliki status gizi normal adalah

sebanyak 90 %, status Gizi kurang sebanyak 10 % sedangkan untuk yang

mengalami status gizi buruk tidak ditemukan.

Gizi adalah sustu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transprtasi,

penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat–zat sisa metabolisme

yang tidak digunakan oleh tubuh. Untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ – organ serta menghasilkan

energi ( Supariasa, 2001 ; 17 ). Sedangkan menurut Nursalam 2005 Status

gizi adalah konsumsi gizi makanan pada seseorang yang dapat

menentukan tingkat kesehatan yang dapat diukur melalui pengukuran berat

badan terhadap tinggi badan. (Supariasa, 2001 : 13).

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.3 bahwa sebagian

responden memiliki status gizi Normal, yaitu sebanyak 27 responden atau

90 %, bila dilihat dari jenis pekerjaan Ibu yang didominasi oleh Ibu

Rumah Tangga yaitu sebanyak 17 responden atau 62,96 %.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak meliputi

beberapa aspek yang berkaitan dengan kondisi medis, sosial, ekonomi, dan

tingkat pendidikan yang mencakup; Kurangnya konsumsi makanan,

ketersediaan bahan makanan, penyakit infeksi, perawatan ibu dan anak,

pelayanan kesehatan, serta pendidikan orang tua yang kurang tentang

kesehatan. Semua itu didasari oleh tingkat kemiskinan dan pengetahuan

keluarga (Supariasa, 2001 : 13 ).

39

Page 40: KTI

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Status Gizi pada anak

juga dapat di pengaruhi oleh pekerjaan Ibu. Hal ini menggambarkan

bahwa Ibu rumah tangga memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk

merawat dan memberikan perhatiannya kepada anaknya, terutama dari

segi kecukupan asupan nutrisi. Ibu yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga

selalu memperhatikan kebutuhan nutrisi anaknya, hal itu sudah sesuai

dengan konsep bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi

adalah Perawatan ibu dan anak.

2. Status Perkembangan

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 5.4 dapat

diketahui bahwa status perkembangan anak usia (3–5) tahun di kelurahan

Bakungan wilayah kerja puskesmas Paspan pada 30 anak, adalah sebanyak

26 anak atau 86,7 % berstatus Perkembangan Normal, 4 anak atau 13,3 %

memiliki status perkembangan meragukan.

Perkembangan sangatlah penting karena perkembangan adalah

bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui

tumbuh, kematangan, dan belajar (Azis Alimul, 2005, 15). Sampai

sekarang hambatan perkembangan pada anak sendiri belum diketahui

dengan pasti, namun gambaran yang sering muncul selama ini adalah anak

yang perkembangannya terganggu itu akibat asupan makanan yang kurang

40

Page 41: KTI

mengandung gizi, serta adanya penyakit yang diderita oleh anak itu

sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.4 didapatkan hasil

bahwa status perkembangan anak di kelurahan Bakungan wilayah kerja

puskesmas Paspan bila dilihat dari jenis kelamin didominasi oleh jenis

kelamin perempuan sebanyak 18 responden atau 60 %.

Hal ini disebabkan karena faktor–faktor perkembangan telah

diketahui sebagai berikut, faktor genetika, perbedaan ras, etnik, dan

bangsa, faktor keluarga, usia, jenis kelamin, kelainan kromosom, pengaruh

hormon dan faktor lingkungan seperti, faktor pra natal, kelahiran, dan

pasca natal. Pada anak perempuan hormon pertumbuhan somodotropin

serta kelenjar thyroid yang menghasilkan kelenjar tiroksin untuk

metabolisme serta maturasi tulang dan gigi, lebih cepat dihasilkan

daripada anak laki–laki ( Nursalam, 2005 ; 39 )

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status perkembangan

pada anak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan faktor hormonal dimana

anak perempuan memiliki kematanga hormon pertumbuhan yang lebih

cepat dibandingkan anak laki – laki.

3. Hubungan Status Gizi

dengan Perkembangan Anak

Berdasarkan analisa statistik yang dilakukan dengan uji Rank

Spearman pada Hubungan Status gizi dengan perkembangan Anak Usia

(3-5) Tahun didapatkan hasil hitung = 0,207 dan tabel = 0.364,

41

Page 42: KTI

karena hitung < tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima jadi tidak ada

hubungan antara Status Gizi dengan Perkembangan Anak usia (3-5) tahun

di Kelurahan Bakungan wilayah kerja Puskesmas Paspan.

Telah disebutkan bahwa untuk tumbuh dan berkembang, anak

membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak,

karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus dikonsumsi secara

seimbang, dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya.

Khusus selama periode perkembangan yang cepat pada masa pranatal, usia

bayi, atau remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein.

anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan prkembangan hanya

karena kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut (Supartini, 2004 : 52).

Berdasarkan data dan perhitungan yang telah didapatkan pada

penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi tidak sepenuhnya

mempengaruhi status perkembangan pada anak usia (3–5) tahun, namun

juga ada faktor – faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan anak

seperti faktor genetik, ras, keluarga, usia, dan jenis kelamin, selain itu

keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian juga menjadi faktor yang

berpengaruh.

42

Page 43: KTI

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar anak usia (3–5) tahun di desa gelung wilayah kerja

Puskesmas Paspan memilki status gizi normal.

2. Sebagian besar anak usia (3–5) tahun di desa gelung wilayah krja

Puskesmas Paspan memiliki status Perkembangan normal .

3. Status Perkembangan pada anak usia (3–5) tahun di desa gelung

wilayah kerja Puskesmas Paspan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh Status

43

Page 44: KTI

gizi pada anak tetapi juga oleh faktor–faktor lainnya seperti faktor genetik,

ras, keluarga, usia, jenis kelamin, dan kelainan kromosom.

B. Saran

1. Bagi orang tua

Diharapkan orang tua tidak hanya memperhatikan status gizi pada

anaknya tetapi juga faktor–faktor lain yang mempengaruhi perkembangan

anak usia (3–5) tahun seperti faktor genetik, ras, keluarga, usia, jenis

kelamin, dan kelainan kromosom.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan kepada puskesmas agar tidak hanya memantau status

Gizi pada anak tetapi juga faktor–faktor lain yang mempengaruhi

Perkembangan anak usia (3–5) tahun di desa gelung wilayah kerja

puskesmas Paspan, serta dapat menjalankan progam posyandu balita.

3. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapkan peneliti yang akan datang mampu menyempurnakan

penelitian ini dan mampu meneliti faktor–faktor lain yang yang

mempengaruhi perkembangan anak usia (3–5) tahun.

44

Page 45: KTI

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. ( 2007 ). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Asdi Mahasatya

Dinas kesehatan, (2007). Hasil Pencapaian Program Gizi.

Gendeng. Admind, (2005). Status Gizi Indonesia. http://io.ppi-jepang.org/article.pph?id=113

Koban. W. A, (2008). Masalah Gizi Buruk Masih Dialami. http://sinarharapan.co.id/berita/0804/14/opi01.html

Nursalam ( 2001 ). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

45

Page 46: KTI

Nursalam. ( 2003 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, cs. ( 2005 ). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika

Supariasa, IDN, et all. ( 2001 ). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Supartini. Yupi, (2004). Buku Ajar Keperawatan anak. Jakarta : EGC

Soetjiningsih. ( 2002 ). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Sugiono, (2007). Statistik non parametris. Bandung : CV ALVA BETA

Wardana, Deny. ( 2005 ). Tahap Perkembangan Anak. Jakarta : http// www.putra-putri.com

Yetty N dan M tohar Arifin, ( 2008). Balita Gizi Buruk. http://hizbut-tahrir.or.id/2008/09/13/12-balita-gizi-buruk-meninggal-sejak-januari/

Rumus pengukuran Berat Badan

menurut pedoman Behrman (1992)

1. Berat Badan Lahir rata-rata : 3,25 kg

2. Berat Badan usia 3 – 12 bln, menggunakan rumus :

Umur (bulan) + 9 = n + 9

2 2

3. Berat Badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :

{Umur (tahun) x 2 }+ 8 = 2n + 8

46

Page 47: KTI

Keterangan : n adalah usia anak

47