Kti irnawati baco akbid paramata
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Education
-
view
147 -
download
0
Transcript of Kti irnawati baco akbid paramata
i
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANANPADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFIKSIA SEDANGDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TANGGAL 29 APRIL S.D 1 MEITAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikandi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh
Irnawati Baco2012.IB.0053
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNATAHUN 2015
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidananpada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedangdi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tanggal 29 April s.d 1 Mei Tahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Milawati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidananpada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedangdi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tanggal 29 April s.d 1 Mei Tahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Milawati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidananpada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedangdi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tanggal 29 April s.d 1 Mei Tahun 2015
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Milawati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes (.....................................)
2. Milawati, S.ST (.....................................)
3. Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners (.....................................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Milawati, S.ST Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupatenMuna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes (.....................................)
2. Milawati, S.ST (.....................................)
3. Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners (.....................................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Milawati, S.ST Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupatenMuna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
TIM PENGUJI
1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes (.....................................)
2. Milawati, S.ST (.....................................)
3. Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners (.....................................)
Raha, Juli 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Milawati, S.ST Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupatenMuna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Irnawati Baco
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Waara, 19 September 1994
Agama : Islam
Alamat lengkap : Desa Waara, Kecamatan Loghia, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 4 Lohia : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 4 Raha : Tahun2009
3. Lulus SMAN 1 Lohia : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
iv
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Irnawati Baco
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Waara, 19 September 1994
Agama : Islam
Alamat lengkap : Desa Waara, Kecamatan Loghia, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 4 Lohia : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 4 Raha : Tahun2009
3. Lulus SMAN 1 Lohia : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
iv
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Irnawati Baco
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Waara, 19 September 1994
Agama : Islam
Alamat lengkap : Desa Waara, Kecamatan Loghia, Kabupaten
Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Riwayat pendidikan
1. Lulus SDN 4 Lohia : Tahun 2006
2. Lulus SMPN 4 Raha : Tahun2009
3. Lulus SMAN 1 Lohia : Tahun 2012
4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna sampai sekarang
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi
DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : ” Manajemen
dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”R” Dengan Asfiksia
Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April-1 Mei
tahun 2015”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui
kendala, namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
Milawati, S.ST., selaku Pembimbing I dan Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners., selaku
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah
Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna dan selaku penguji yang telah memberikan
masukan saran dan kritik dalam ujian Karya Tulis Ilmiah
2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes., selaku direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha, Kabupaten Muna
3. dr. Tutut Purwanto, selaku kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data Karya
Tulis Ilmiah di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha,
Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama
penulis mengikuti pendidikan.
v
v
vi
Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya
yang baik termasuk penulis, namun patut disadari sepenuhnya Karya Tulis Ilmiah
ini belum sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu,
segala usul, saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan dan akan diterima dengan senang hati
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan Karya Tulis Ilmiah ini. Amin....
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Raha, Juli 2015
Penulis
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Lembar Persetujuan.................................................................................................ii
Lembar pengesahan................................................................................................iii
Riwayat Hidup........................................................................................................iv
Kata Pengantar.........................................................................................................v
Daftar Isi................................................................................................................vii
Daftar Tabel............................................................................................................ix
Moto dan Persembahan............................................................................................x
Intisari.....................................................................................................................xi
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pembahasan........................................................................6
C. Tujuan Telaah...............................................................................................6
D. Manfaat Telaah.............................................................................................7
E. Metode Telaah..............................................................................................8
F. Sistematika Penulisan...................................................................................9
Bab II Tinjauan Pustaka.....................................................................................11
A. Telaah Pustaka...........................................................................................11
B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan...................................................40
Bab III Studi Kasus..............................................................................................52
A. Pengumpulan Data Dasar...........................................................................52
B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual.......................................................57
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial...................................................59
D. Tindakan Segera/Kolaborasi......................................................................60
E. Rencana Asuhan Kebidanan......................................................................61
F. Implementasi Asuhan Kebidanan..............................................................64
G. Evaluasi Keefektifan Asuhan.....................................................................67
H. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan.............................................67
I. Catatan Perkembangan...............................................................................75
Bab IV Pembahasan.............................................................................................82
vii
viii
Bab V Penutup......................................................................................................93
A. Kesimpulan................................................................................................93
B. Saran...........................................................................................................95
Daftar Pustaka......................................................................................................96
Lampiran-Lampiran
viii
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Nilai APGAR........................................................................................28
ix
x
MOTO DAN PERSEMBAHAN
A. MOTO
1. Be Your Self.
2. Kegagalan adalah sukses yang tertunda, maka terus berusaha patang
menyerah karena sesuatu yang indah itu butuh perjuangan.
3. Sesulit apapun rintangannya, jika kita sabar menghadapi dan terus
berusaha yakinlah pasti kita bisa melaluinya.
B. PERSEMBAHAN
1. Terimah kasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan
dan jalan keluar disetiap kesulitan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Kepada kedua orang tua tercinta, ayah (Uddin Baco) dan ibu (Wa Ode
Lifaana) yang selalu memberi doa dan motivasi baik moril maupun
material. Khusunya kepada ibu, terimah kasih, berkat doa dan
perjuanganmu semua menjadi lancar.
3. Kepada kanda Harmin Baco,S.Pd, Awaluddin Baco,A.MKL, Syahruddin
Baco,SE, Fandi Aklim Mangkarsi,Amd.Kep yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil dan semangat mengerjakan Karya
Tulis Ilmiah ini, menemani dan mendampingi dikala susah dan senang.
4. Teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupetan
Muna angkatan 2012. Khusunya kepada sahabat saya Elvi, Herda, Mina,
dan Nani yang selalu membantu memberikan masukan dan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kepada yang lebih terkhusus, Almamaterku tercinta.
x
xi
INTISARI
Irnawati Baco (2012.IB.0053), “Manajemen Dan Pendokumentasian AsuhanKebidanan Pada Bayi Ny “R” Dengan Asfiksia Sedang di Rumah SakitUmum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April S.D 1 Mei Tahun 2015”Dibawah Bimbingan Milawati, S.ST dan Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners.
Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi salahsatu penyebabnya adalah asfiksia. Asfiksia sedang memerlukan penanganan yangsegera agar bayi dapat bertahan hidup. Angka kejadian bayi asfiksia di RumahSakit Umum Daerah Kabupaten Muna sejak mulai dibukanya ruang teratai ataukamar bayi pada bulan Januari 2014 sampai Mei 2015 jumlah kelahiran 1317bayi, bayi yang megalami asfiksia adalah 51 atau sekitar 3,8%.Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”R” denganAsfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yangdilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.Metode : Jenis laporan studi kasus menggunakan metode deskriptif, intrumenyang digunakan adalah format asuhan kebidanan, tehnik pengumpulan datamenggunakan data sekunder dan data primer.Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang diketahui nilaiAPGAR skor pada menit pertama yaitu 6, warna tubuh kemerahan ekstremitaskebiruan, hidung dan mulut terdapat secret, mulut kebiruan dan aktifitas kurang.Asuhan yang diberikan yaitu melakukan JAIKAN.Setelah diberikan asuhanselama 3 hari kondisi asfiksia dapat teratasi dan kondisi bayi normal dengankeadaan umum bayi baik.Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada bayi Ny “R” dengan asfiksia sedang dalampelaksanaanya sebagian ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
(xi Halaman + 94 Halaman + 1 Tabel + 3 Lampiran)Kepustakaan : 19 literatur (2008 s/d 2014)Kata kunci : Asuhan Kebidanan dan Asfiksia sedang
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 garam.
Neonatus adalah bayi yang berusia antara 0 sampai 1 bulan. Sementara itu, bayi
dan balita merupakan fase lanjutan dari neonatus. Masa-masa ini sangat penting
dan memerlukan perhatian dan perawatan khusus. Bahkan tidak jarang di
perlukan perawatan tambahan terutama apabila terjadi kelainan atau gangguan
pada neonatus, bayi, atau balita. Hal ini dapat di pahami karena pada waktu
kelahiran, bayi yang baru lahir mengalami sejumlah adaptasi. Bayi ini
membutuhkan pemantauan ketat untuk menghadapi masa transisi dari kehidupan
di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Penanganan bayi baru lahir yang sehat
yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Asuhan keperawatan dan
kebidanan untuk neonatus, bayi, dan balita bertujuan memberikan asuhan secara
komprehensif kepada bayi baru lahir, baik pada saat di ruang perawatan maupun
pada saat di pulangkan, serta mengajarkan kepada orangtua yang percaya diri
(Saputra, 2014).
Beberapa masalah yang dapat muncul pada bayi baru lahir yaitu asfiksia
neonatorum, bayi baru lahir rendah, RDS, ikterus, kejang, hipotermia,
hipertermia, tetanus neonatorum, hipoglikemia, perdarahan tali pusat, dan
omfalitis (Saputra, 2014).
1
2
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan
secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
bayi lahir (Sukarni, 2014). Asfksia neonatorum adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang di tandai
dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra, 2014).
Oleh karena itu pencegahan asfiksia sangat penting yaitu dengan
pemeriksaan prenatal yang baik dan memperhatikan gizi ibu. Penanganan dan
pemberian asuhan yang baik dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
asfiksia hendaknya dilakukan secara komprehensif meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh bio-psiko-sosial dan spiritual.
Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator
yang digunakan, pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas,
dan status gizi. Derajat kesehatan Indonesia digambarkan melalui Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu
(AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit. Derajat kesehatan masyarakat
juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal
dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan
prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya (Kemenkes RI, 2011).
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kesehatan, semakin bertambah pula permasalahan – permasalahan yang di hadapi
dalam bidang kesehatan. Jika di amati dengan baik seharusnya dengan semakin
3
bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan, semakin
berkurang pula masalah – masalah kesehatan yang muncul. Tapi kenyataannya
berkata lain, yang muncul sekarang terutama di Negara Republik Indonesia ini
masalah – masalah kesehatan belum bisa teratasi dengan baik. Dengan contoh,
dapat dilihat angka kematian ibu dan bayi dari tahun ketahun semakin bertambah
dengan berbagai penyebab kematian yang berbeda – beda. Salah satunya banyak
ibu yang melahirkan dengan Asfiksia, yang mengakibatkan kematian pada bayi.
Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal), pada umumnya disebabkan
oleh Tetanus Neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain
seperti pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya
oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir/asfiksia lahir (Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2012).
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal
mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru
lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari
semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan
antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama
kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal
di dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% serta
23% lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir
1
2
4
menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan
(World Health Organization (WHO), 2012).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)
berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah
dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah
32/1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40/1000 kelahiran hidup dan
mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) Angka
Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja
sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).
Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010–2012
cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587 dari 42.624
kelahiran atau sekitar 1,37%, tertinggi terjadi di Kabupaten Kolaka 6,5%,
menyusul Kabupaten Bombana 3% dan Buton 2,7% sedangkan untuk Kabupaten
Muna berada pada urutan kesembilan yaitu 1,13%. Tahun 2011 jumlah kematian
bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166
kematian dari 42.540 kelahiran atau sekitar 2,7%. Kematian Bayi yang tertinggi
pada tahun 2011 terdapat di Buton Utara 3,8%, disusul Kabupaten Bombana 3,7%
dan Kabupaten Muna berada pada urutan ketiga yaitu 3,5%. Tahun 2012 jumlah
kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 693 kematian
dari 46.049 kelahiran atau sekitar 1,5% , jumlah tertinggi terjadi di Buton Utara
3,5%, menyusul Konawe Utara 2,5% dan Bombana 2,4%, sedangkan untuk
3
5
Kabupaten Muna sendiri berada pada urutan keempat yaitu 2,1% (Profil
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012).
Data yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Muna pada tahun 2012 tercatat angka kejadian asfiksia sekitar 47
orang (0,81%) dari 5802 kelahiran dan 9 orang (0,15%) meninggal karena
asfiksia. Pada tahun 2013 angka kejadian asfiksia sekitar 46 orang (0,77%) dari
5946 kelahiran dan 9 orang (0,15%) meningal karena asfiksia. Pada tahun 2014
angka kejadian asfiksia 52 orang (0,91) dari 5714 kelahiran dan 11 orang (0,19%)
meninggal karena asfiksia(Profil Kesehatan Kabupaten Muna Tahun 2014).
Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
sejak mulai dibukanya ruang teratai atau kamar bayi pada bulan Januari 2014
sampai Mei 2015 jumlah kelahiran 1317 bayi, bayi yang megalami asfiksia adalah
51 atau sekitar 3,8%. Jumlah kematian bayi 58 atau sekitar 4,4% dan 4 atau
sekitar 6,8% diantaranya disebabkan oleh asfiksia (Catatan Rekam Medik Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal
oleh tenaga professional. Untuk menurunkan kematian bayi baru lahir karena
asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.
Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan
(JNPK-KR, 2008).
6
Dengan melihat masih tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia,
serta didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”R”dengan
Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan meliputi Manajemen Asuhan Kebidanan
pada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”R” dengan
Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan dan menganalisis data dasar pada bayi Ny.“R“
dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny.“R“ dengan
Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
c. Mampu merumuskan diagnosa/masalah potensial pada bayi Ny.”R“ dengan
Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang
dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
7
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada bayi Ny.“R“
dengan Asfiksai Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.“R“
dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
f. Mampu melaksanankan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”R“
dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
g. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada bayi Ny.“R“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan
pada bayi Ny.”R“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Praktis
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Ujian Akhir
Pendidikan DIII Kebidanan Paramata Raha.
b. Sebagai pengalaman berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan penulis dalam memberikan perawatan kepada klien
dengan kasus Bayi Asfiksia.
5
8
c. Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan acuan bagi penulis Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan
mahasiswa Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan.
3. Manfaat Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis serta
tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam memberikan Asuhan
Kebidanan pada Bayi Asfiksia dan dapat memperluas wawasan keilmuan
sebagai sarana pengembangan diri melalui penulisan Karya Tulis Ilmiah.
E. Metode Telaah
1. Studi Kepustakaan
Penulis mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan
asfiksia antara lain : membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data
melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada.
2. Studi Kasus
Penulis menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.“R“ meliputi : pengumpulan dan
analisa data, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial,
melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan,
melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan serta
6
9
mendokumentasikan dengan metode Subyektif, Obyektif, Asessment dan
Planning (SOAP). Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Anamnesa
Melakukan Tanya jawab pada kedua orang tua bayi serta bidan untuk
memperoleh informasi secara aktual.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki
yang meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi dan auskultasi.
c. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan
keadaan bayi yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber
lain yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan diagnostik.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan studi kasus ini,
maka penulis menyusun secara sistematika yaitu :
1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup pembahasan,
tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka terdiri dari tinjauan umum bayi baru lahir, tinjauan
umum asfiksia dan tinjauan umum tentang manajemen kebidanan.
3. Bab III Studi Kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi
diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa /masalah potensial, tindakan
7
10
segera/kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, implementasi asuhan kebidanan,
evaluasi keefektifan asuhan, pendokumentasian hasil asuhan.
4. Bab IV Pembahasan, membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil
studi kasus di lahan praktek.
5. Bab V Penutup berisikan kesimpulan hasil pelaksanaan studi kasus yang
dilaksanakan serta saran yang merupakan alternatif rujukan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000
gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat antara 2.500-4.000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital (cacat bawaan) yang berat (Saputra, 2014).
b. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar
Kandungan.
Periode neonatal merupakan periode paling kritis dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan bayi karena pada periode ini terjadi
transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar
kandungan yang merupakan perubahan drastis. Proses transisi ini
menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna
memastikan kemampuan bertahan hidup. Proses penyesuaian fungsional
neonatus (bayi baru lahir) dari kehidupan di dalam kandungan ke
kehidupan di luar kandungan di sebut adaptasi fisiologis.
Pada neonatus lewat waktu dapat terjadi hambatan pada
pertumbuhan janin intrauterine akibat penurunan fungsi plasenta. Hal ini
dapat menyebabkan hipoksia janin.
11
12
1) Sistem Pernapasan/Respirasi
Perubahan yang terjadi pada sistem pernapasan adalah selama dalam
kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10
detik pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernapasan pertama
terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
a) Stimulasi mekanik, yaitu karena tekanan mekanik dari toraks pada
saat melewati jalan lahir.
b) Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan PaO2 (dari 80 ke 15 mmHg),
kenaikan PaO2(dari 40 ke 70 mmHg), dan penurunan pH
merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus.
c) Stimulasi sensorik, yaitu adanya rangsangan suhu dingin
mendadak pada bayi saat meninggalkan suasana hangat pada
uterus dan memasuki udara luar yang relatif dingin.
d) Refleks deflasi hering breur.
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru-paru serta mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
2) Perlindungan Termal
Ketika bayi baru lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang lebih
rendah dari pada suhu di dalam kandungna ibu. Hilangnya panas dari
tubuh bayi baru lahir ke lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa
mekanisme, yaitu sebagai berikut:
13
a) Konduksi
Konduksi adalah pemindahan panas dari suatu objek ke objek lain
melalui kontak langsung. Melalui proses ini, panas dari tubuh bayi
berpindah ke objek lain yang lebih dingin yang bersentuhan
langsung dengan kulit bayi. Meja, tempat tidur, atau timbangan
yang suhunya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas
tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi di letakkan di
atas benda-benda tersebut. Tangan penolong yang dingin saat
memegang bayi baru lahir dan penggunaan stetoskop yang dingin
saat memeriksa bayi baru lahir juga dapat menyebabkan
kehilangan panas karena konduksi.
b) Konveksi
Hilangnya panas melalui konveksi terjadi ketika panas dari tubuh
bayi berpindah ke udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang di
lahirkan atau di tempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika terdapat konveksi aliran udara dari kipas angin dan hembusan
udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. Kehilangan panas
dapat terjadi misalnya karena membiarkan atau menempatkan bayi
baru lahir di dekat pintu yang sering terbuka dan tertutup atau
karena menempatkan bayi di ruang yang terpasang kipas angin.
14
c) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan panas antara dua objek dengan suhu
berbeda tanpa saling bersentuhan. Kehilangan panas melalui
radiasi karena bayi di tempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari pada suhu tubuh bayi. Bayi bisa
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung). Contohnya adalah jika bayi baru lahir di biarkan
dalam ruangan yang dingin tanpa di beri pemanas (radiant
warmer), bayi baru lahir di biarkan telanjang, bayi baru lahir di
tidurkan berdekatan dengan bagian ruangan yang dingin, misalnya
dekat tembok.
d) Evaporasi
Evaporasi adalah proses perpindahan panas dengan cara
mengubah cairan menjadi uap. Evaporasi adalah jalan utama bayi
kehilangna panas.
3) Metabolisme karbohidrat.
Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari
plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
menyebabkan seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri.
15
4) Sistem perederan darah
Janin menerima oksigen dan sari-sari makanan dari plasenta. Selain
itu, plasenta juga menjalankan fungsi paru-paru sehingga tidak ada
sirkulasi pulmonal seperti pada orang dewasa. Pada bayi baru lahir
terjadi perubahan fisiologis pada sistem peredaran darah karena paru-
paru mulai berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen ke seluruh
jaringan tubuh berubah.
5) Sistem Gastrointestinal
Pada bayi baru lahir, saluran pencernaan mengandung zat berwarna
hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini di sebut
mekonium. Mekonium biasanya di keluarkan dalam 12-24 jam
pertama dan dalam 4 hari biasanya feses sudah terbentuk dan berwarna
kekuningan.
6) Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Semua bayi baru lahir dan terutama bayi prematur, berisiko tinggi
terkena infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupannya. Selama
periode ini, infeksi merupakan salah satu penyebab utama mordibitas
dan mortalitas. Bayi baru lahir tidak dapat membatasi patogen yang
menerobos masuk akibat hipofungsi mekanisme inflamasi dan imun.
7) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Bayi baru lahir
sudah buang air kecil dalam 24 jam pertama. Jumlah urine sekitar 20-
16
30 Ml/jam dan meingkat menjadi 100-200 mL/jam pada akhir minggu
pertama.
8) Sistem Hepatik
Segera setelah lahir, pada hati terjadi perubahan kimia dan morfologis,
yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan
glikogen.
9) Sistem Saraf
Fungsi sensori pada bayi baru lahir sudah sangat berkembang dan
memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk proses perlekatan (attachment) (Saputra, 2014).
c. Ciri-Ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
Berat badan 2.500 – 4.00 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar
kepala 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, masa kehamilan 37-42 minggu,
denyut jantung pada menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian turun
menjadi 120 kali/menit, respirasi pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80
kali/menit, kemudian turun mejadi 40 kali/menit, kulit berwarna
kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan di
liputi verniks kaseosa, kuku agak panjang dan lemas, genetalia perempuan
labia mayor sudah menutupi labia minor sedangkan laki- laki testis sudah
turun dalam skroktum, refleks mengisap dan menelan, refleks moro,
refleks menggenggam sudah baik, jika di kagetkan. Bayi akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk, jika di letakkan suatu benda di
telapak tangan bayi, bayi akan menggenggam (grasping refleks). Eliminasi
17
baik urine dan mekoniium keluar dalam 24 jam pertama serta suhu 36,5-
37°C (Saputra, 2014).
d. Tahapan Pada Bayi Baru Lahir
1) Tahap I terjadi segera setelah lahir
Selama menit pertama kelahiran, pada tahap ini digunakan sistem
scoring APGAR untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan
ibu.
2) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas
Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan prilaku.
3) Tahap III disebut tahap periodik
Ditahap ini pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang
meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi, 2010).
e. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah menjaga
bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran napas (hanya jika perlu),
mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda
bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan inisiasi menyusui
dini, memberikan suntikan vitammin K1, memberi salep mata antibiotik
pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik, serta memberi imunisasi
Hepatitis B.
18
1) Menjaga bayi agar tetap hangat
Langkah awal dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah dengan
menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir. Lalu, tunda
memandikan bayi selama setidaknya 6 jam atau sampai bayi stabil
untuk mencegah hipotermia.
2) Membersihkan saluran napas
Bayi normal akan segera menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera di bersihkan
dengan cara sebagai berikut:
a. Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril.
b. Bayi di letakkan dengan posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat. Badan bayi dalam keadaan terbungkus.
c. Posisi kepala bayi di atur lurus sedikit tengadah ke belakang.
d. Pangkal penghisap lendir di bungkus dengan kain kasa steril,
kemudian di masukkan ke dalam mulut bayi.
e. Tangan kanan penolong membuka mulut bayi, kemudian jari
telunjuk tangan kiri di masukkan ke dalam mulut bayi sampai
epiglotis (untuk menahan lidah bayi). Setelah itu, jari tangan
kanan memasukkan pipa.
f. Dengan posisi sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri, lendir di
isap sebanyak-banyaknya dengan arah memutar.
g. Selang di masukkan berulang-ulang ke hidung dan mulut untuk
dapat mengisap lendir sebanyak-banyaknya.
19
h. Lendir di tampung di atas bengkok dan ujung pipa di bersihkan
dengan kain kasa.
i. Pengisapan di lakukan sampai bayi menangis dan lendirnya bersih.
Setelah itu, daerah telinga dan sekitarnya juga di bersihkan.
3) Mengeringkan tubuh bayi
Tubuh bayi di keringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan
membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah di
keringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit
sebelum tali pusat di klem. Hindari mengeringkan punggung tangan
bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari
puting ibunya yang berbau sama.
4) Memotong dan mengikat tali pusat
Cara pemotongan tali pusat adalah sebagai berikut:
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
b. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT/klem
tali pusat 3 cm dari dinding perut bayi.
c. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
lainnya memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting tali pusat DTT/steril.
20
d. Ikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan dalam
larutan klorin 0,5%.
f. Letakkan bayi tengkurap di atas dada ibu untuk upaya inisiasi
menyusui dini.
5) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini
Prinsip pemberian ASI adalah di mulai sedini mungkin, eksklusif
selam 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat di lakukan setelah
tali pusat bayi di potong dan di ikat.
6) Memberikan Identitas Diri
Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Oleh sebab
itu, tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan perlu menuliskan
keterangan lahir untuk di gunakan orangtua dalam memperoleh akte
kelahiran bayi.
7) Memberikan Suntikan K1
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,
semua bayi akan beresiko untuk mengalami perdarahan. Suntikan
vitamin K1 di lakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi Hepatitis B.
21
8) Memberi Salep Mata Antibiotik pada kedua Mata
Salep mata antibiotik di berikan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada mata. Salep ini sebaiknya di berikan 1 jam setelah lahir. Salep
mata yang biasa di gunakan adalah tertrasiklin 1%.
9) Memberikan Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB0) di berikan 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatiti B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi.
10) Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir di lakukan untuk mengetahui
apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera dan
kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
kelahiran.
f. Neonatus Resiko Tinggi
1) Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas seacar spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang di tandai
dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (IDAI). Seorang
neonatus di katakan mengalami asfiksia jika memenuhi kondisi
sebagai berikut yitu nilai APGAR menit kelima 0-3, ditemukan
asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat(pH ≤ 7), gangguan
neurologis, adanya gangguan sistem multiorgan.
22
2) Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
BBLR dapat di golongkan dua yaitu BBLR prematuritas murni yaitu
BBLR yang memiliki gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa di sebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (SMK).
Sedangkan BBLR dismatur yaitu BBLR yang lahir dengan berat badan
kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan.
3) Respiratory Distres Syndrom (RDS)
Respiratory distres syndrom (RDS) adalah sindrom gawat napas yang
di sebabkan oleh defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir
dengan masa gestasi kurang. Kumpulan gejala dari RDS terdiri atas
sesak nafas berat (dispnea), frekuensi napas meningkat lebih dari 60
kali/menit, sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan
daya pengembang paru, terdapat gambaran inflitrat alveolar yng
merata pada foto toraks dan dan adanya atelektasis, kongesti vaskular,
perdarahan, edema paru, serta adanya membran hialin pada saat
autopsi.
4) Ikterus
Ikterus adalah kondisi dimana terdapat bilirubin dalam jumlah yang
berlebih di dalam darah yang menyebabkan warna kuning pada kulit
neonatus, membran mukosa, dan sklera. Ikterus fisiologi adalah ikterus
23
normal yang di alami bayi baru lahir, tidak memiliki dasar patologis
sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus. Sedangkan ikterus
patologis adalah ikterus yang memiliki dasar patologis dengan kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang di sebut hiperbilirubenia.
5) Kejang
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologis baik fungsi
motorik maupun fungsi autonomik karena kelebihan pancaran listrik
pada otak. Kejang itu sendiri bukanlah suatu penyakit tetapi
merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik.
Penyebab kejang harus segera di kelola dengan baik agar dapat di
antisipasi dengan tindakan promotif dan preventif.
6) Hipotermia
Hipotermia pada bayi adalah kondisi dimana bayi mengalami atau
beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah
35,5°C. Gejala awal hipotermia adalah suhu tubuh di bawah 36°C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin.
7) Hipertermia
Hipertermia bayi baru lahir adalah suatu kondisi di mana suhu inti
tubuh bayi berada terus menerus di atas 37,8°C peroral atau 38,8°C
perectal. Kondisi ini di sebabkan oleh suhu lingkungan yang berlebih,
dehidrasi, atau perubahan mekanisme pengaturan sentral yang
berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-
24
obatan. Hipertermia ini bukan di sebabkan oleh pengaturan panas
hipotalamus.
8) Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus yang di induksi oleh eksotoksin dan clostridium tetani .
Masa inkubasi clostrudium tetani berkisar antara 3-14 hari, tetapi
bisa lebih pendek atau lebih pajang. Berat atau ringannya penyakit
juga tergantung dari masa inkubasi. Makin pendek masa inkubasi
biasanya prognosisnya makin buruk.
9) Hipoglikemia
Hipoglikemia pada neonatus adalah kosentrasi glukosa darah bayi
yang lebih rendah daripada kosentrasi rata-rata pada populasi bayi
dengan usaha dan BB yang sama;di bawah 1,7mmol/L (30mg/Dl)
untuk bayi cukup bulan dan kurang dari1,1 mmol/L (20 mg/dL) untuk
bayi kurang bulan.
10) Perdarahan Tali Pusat
Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang keluar di sekitar tali
pusat bayi. Perdarahan ini normal jika terjadi dalam jumlah sedikit,
yaitu perdarahan tidak melebihi luasan uang logam dan akan berhenti
melalui pemberian tekanan yang halus selama 5 menit.
11) Omfalitis
Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat, terutama pada pangkal tali
pusat. Kondisi ini terutama terjadi pada neonatus dan jarang terjadi di
25
luar masa neonatal. Infeksi dapat meluas hinga vena porta dan
menyebabkan berbagai komplikasi.
2. Asfiksia
a. Pengertian
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan
secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat
sesudah bayi lahir (Sukarni, 2014). Asfksia neonatorum adalah kegagalan
napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir yang di tandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra,
2014). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir (WHO). Asfiksia adalah kegagalan untuk
memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan teratur pada saat
bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Fauziah, 2013).
b. Etiologi
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama
kelahiran, kemudian di susul dengan pernapasan teratur. Jika dalam proses
tersebut terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari
ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat
timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir.
Penyebab asfiksia menurut adalah sebagai berikut:
1) Asfiksia dalam kehamilan
a) Penyakit infeksi akut
b) Penyakit infeksi kronik
26
c) Keracunan oleh obat bius
d) Uremia dan toksemia gravidarum
e) Anemia berat
f) Cacat bawaan
g) Trauma
2) Asfiksia dalam persalinan
a) Kekurangan O2 terdiri dari partus lama, ruptur uteri yang
memberat, tekanan terlalu kuat pada plasenta oleh kepala janin,
prolapsus fenikuli, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak
tepat pada waktunya, perdarahan banyak, serta kalau plasenta
sudah tua (serotinus).
b) Paralisis pusat pernapasan terdiri atas trauma dari luar seperti oleh
tindakan forseps serta trauma dari dalam akibat obat bius (Saputra,
2014).
c. Tanda dan Gejala Asfiksia
1) Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat
(kurang dari 30 kali per menit).
2) Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada).
3) Tangisan lemah atau merintih.
4) Warna kulit pucat atau biru.
5) Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.
6) Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (Sudarti, 2014).
27
d. Klasifikasi klinis
1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda
dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:
a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali/menit.
b) Tidak ada usaha napas.
c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau
sesudah persalinan.
2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut:
a) Frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit.
b) Usaha napas lambat.
c) Tonus otot kurang baik atau baik.
d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e) Bayi tampak sianosis.
f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan.
19
28
3) Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut :
a) Tak dari 60 kali/menit.
b) Bayi tampak sianosis.
c) Adanya retraksi sela iga.
d) Bayi merintih (grunting).
e) Adanya pernapasan cuping hidung.
f) Bayi kurang aktivitas (Dewi, 2010).
Tabel 1 Skor APGAR
Tanda 0 1 2
Frek.jantung
Tonus otot
Pernapasan
Refleks
Warna Kulit
Tidak ada
Tidak ada
Lemah
Tdk mrspon
Biru/pucat
<100/menit
Pelan,ireguler
Ada fleksi
Menyeringai
Tubuh
merah,ekstremitas
biru
>100/menit
Baik,menangis
Gerak aktif
Batuk,bersin
Seluruh merah
Sumber (Sasmi, 2014).
e. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan
dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat
29
dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1) Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya,
akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit
di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda
bahaya
2) Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi
dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3) Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks
dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu
dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.
f. Patofisiologis
Varney (2007), hipoksia dimulai dengan frekuensi jantung dan
tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi melakukan upaya megap-
megap. Bayi kemudian masuk pada periode Apnea Primer. Bayi yang
30
menerima stimulasi adekuat selama Apnea Primer akan melakukan usaha
napas dan bayi yang mengalami asfiksia jauh lebih berbeda dalam tahap
Apnea Sekunder. Apnea Sekunder cepat menyebabkan kematian kalau
tidak dibantu dengan pernapasan buatan dan warna bayi berubah dari biru
menjadi putih karena bayi baru lahir menutupi sirkulasi perifer sebagai
upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ seperti jantung dan
ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah di
paru-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini menyebabkan paru-paru
resisten terhadap ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi.
Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan
metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob,
terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber
energi pada saat darurat. Neonatus yang lahir melalui seksio caesarea,
terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan
cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru
basah yang lebih persisten, situasi ini dapat mengakibatkan Takipnea
sementara pada bayi baru lahir Transient Tachaypnea Of The Newborn
(TTN).
g. Penanganan Bayi Asfiksia
1) Persiapan Resusitasi
a) Memakai alat pelindung diri : celemek plastik, sepatu yang
tertutup.
b) Lepaskan cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
22
31
c) Cuci tangan dengan air mengalir atau alkohol yang bercampur
gliserin.
d) Keringkan dengan lap bersih.
e) Gunakan sarung tangan.
2) Keluarga
Bicarakan dengan keluarga tentang kemungkinan yang terjadi
pada ibu, kemungkinan yang terjadi pada bayi, persiapan yang perlu
dilakukan.
3) Langkah awal resusitasi
a) Bila air ketuban bercampur mekonium maka dapat melakukan
langkah berikut :
(1) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.
(2) Memotong tali pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan
langkah awal yaitu jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi,
isap lendir, keringkan dan rangsang bayi, atur posisi kepala
bayi,dan evaluasi. Bila bayi bernapas spontan maka di
lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir normal.
b) Bila bayi tidak bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi
dengan cara sebagai berikut :
(1) Pasang sungkup
Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut,
dagu.
32
(2) Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara melalui alat tabung &
sungkup / memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan
hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air), melihat apakah
dada bayi mengembang saat di tiup atau di pompa. Jika dada
bayi tidak berkembang maka memeriksa posisi sungkup dan
pastikan tidak ada udara bocor, memeriksa posisi kepala dan
membetulkan agar sedikit ekstensi, memeriksa apakah ada
cairan /lendir dimulut dan mengisap bila ada, meniup udara
melalui alat tabung & sungkup / memompa alat balon &
sungkup ke mulut & hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm
air) dan melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi
berkembang.
(3) Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm
air.
(4) Lakukan penilaian tentag usaha napas, jika bernapas spontan
maka menghentikan ventilasi bertahap, kemudian melakukan
asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas maka ulangi
ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
(5) Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik, kemudian
melanjutkan dengan menilai usaha napas bayi. Jika bayi
bernapas spontan maka hentikan ventilasi bertahap lalu
lakukan asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas
spontan maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
33
dan hentikan ventilasi serta nilai frekuensi jantung, napas tiap
ventilasi 30 detik.
(6) Jika megap-megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi
maka meneruskan ventilasi 20x/30 detik, hentikan ventilasi &
nilai napas tiap ventilasi 30 detik, kemudian menyiapkan
rujukan bayi bersama ibunya sesuai pedoman.
(7) Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 10 menit maka
pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10
menit (Depkes RI, 2007).
4) Tindakan khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah penatalaksaaan awal
diselenggarakan tanpa hasil, prosedur yang dilakukan disesuaikan
dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi, yang dinyatakan oleh
tinggi rendahnya nilai APGAR.
1) Asfiksia ringan (7-9)
Penanganan pada bayi dengan asfiksia ringan sama halnya dengan
penangan bayi baru lahir pada umumnya. Biasanya hanya
memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lendir atau
cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb syringe atau
suction unit tekanan rendah. Penghisapan harus dilakukan secara
hati-hati karena penghisapan terlalu kuat/traumatik dapat
menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti
jantung. Stelah dilakukan penghisapan observasi tanda-tanda vital
34
dan APGAR score bayi dan masukkan kedalam inkubator karena
neonatus yang mengalami asfiksia mempunyai sistem pengaturan
suhu tubuh yang lebih tidak stabil sehingga dapat mengakibatkan
hipotermi dimana hipotermi ini dapat memperberat/ memperlambat
pemulihan keadaan asidosis yang terjadi. Apabila tindakan diatas
tidak berhasil maka perlakukan bayi sebagai penderita asfiksia
sedang.
2) Asfiksia sedang (4-6)
a) Pada keadaan ini dapat dilakukan rangsangan untuk menimbulkan
refleks pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik,
bila waktu tersebut pernapasan tidak timbul maka segera lakukan
penghisapan lendir dan berikan rangsangan nyeri berupa tepokan
atau sentilan pada telapak kaki dan gosokkan selimut kering pada
punggung sambil memantau frekuensi jantung dan respirasi
secara terus-menerus. Pernapasan aktif dapat dilakukan dengan
pernapasan kodok (frog breathing) selama 1-2 menit dengan cara
kepala bayi diletakkan dalam ekstensi maksimal kemudian
masukkan pipa kedalam hidung dan alirkan O2 dengan kecepatan
1-2 liter/menit. Lakukan gerakan membuka dan menutup lubang
hidung dan mulut disertai pergerakan dagu keatas dan kebawah
secara teratur dalam frekuensi 20 kali/menit dengan
memperhatikan gerakan dinding thoraks dan abdomen. Bila bayi
28
35
mulai memperlihatkan pernapasan, usahakan upaya gerakan
tersebut diikuti.
b) Bila frekuensi jantung menurun atau tidak adekuat dalam waktu
tersebut, maka berikan Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dengan
kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat ventilasi
maka lakukan tehnik pernapasan buatan dari mulut ke mulut
dengan menggunakan prinsip pencegahan infeksi. Sebelum
bantuan pernapasan dilakukan, terlebih dahulu dimasukkan
pharyngeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah
kedepan agar jalan nafas berada dalam keadaan sebebas-
bebasnya. Sebelum peniupan dilakukan telebih dahulu mulut
penolong diisi dengan O2. Peniupan dilakukan secara teratur
dengan frekuensi 20-30 kali/menit perhatikan gerakan pernapasan
yang mungkin timbul. Tindakan dikatakan tidak berhasil bila
setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi
jantung atau pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi
harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.
3) Asfiksia berat (0-3)
Resusitasi aktif harus segera dilakukan, langkah utama memperbaiki
ventilasi paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan
berulang-ulang. Cara yang terbaik dengan melakukan intubasi
endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2
diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Asfiksia berat
29
36
hampir selalu disertai asidosis, yang membutuhkan perbaikan segera
karena itu, Bikarbonas Natrikus 7,5% harus segera diberikan dengan
dosis 2-4 ml/kg berat badan, disamping itu glukosa 40% diberikan
pula 1-2 ml/kg berat badan, untuk menghindarkan dari efek samping
obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat
diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui pembuluh darah
umbilikus. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak
timbul dan frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 kali/menit)
maka pemberian obat-obatan lain serta massage jantung sebaiknya
dilakukan. Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan
diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali/menit. Tindakan ini
dilakukan berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap kali massage
jantung diikuti dengan satu kali pemberian nafas buatan, bila
tindakan-tindakan tersebut di atas tidak memberi hasil yang
diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin
disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum
diperbaiki secara semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis jalan nafas (Prawirohardjo, 2008)
h. Komplikasi Bayi Baru Lahir Asfiksia
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1) Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke
37
otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan
iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2) Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran
urine sedikit.
3) Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
4) Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak (Yulianti, KTI asfiksia sedang) di akses tanggal
10 agustus 2015.
38
i. Asuhan pasca resusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah
menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada
keadaan :
1) Resusitasi berhasil
Bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan. Resusitasi dinyatakan
berhasil apabila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal
yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.
Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.
a) Konseling
(1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang
telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
(2) Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga kehangatan
tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan segera hubungi penolong.
(3) Anjurkan ibu segera memberi ASI pada bayi (asuhan dengan
metode kanguru).
(4) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda
bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan
segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
b) Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi :
(1) Anjurkan ibu menyususi sambil memperhatikan dan membelai
bayinya.
31
39
(2) Berikan vitamin K1, antibiotik, salep mata dan imunisasi
hepatitis B.
(3) Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi
selama 2 jam pertama.
(4) Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi. Tarikan
intercostal, nafas megap-megap, frekuensi nafas < 30 kali/
menit atau > 60 kali/menit, bayi kebiruan atau pucat, bayi lemas.
(5) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernafas
normal.
(6) Jaga bayi agar tetap hangat dan kering.
2) Resusitasi tidak/kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan
Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas
atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada
pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk, segera rujuk ke
fasilitas rujukan. Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan
sesudah resusitasi :
a) Frekuensi pernafasan < 30 kali/menit atau > 60 kali/menit.
b) Adanya retraksi tarikan intercostal.
c) Bayi merintih (bising nafas ekspirasi) atau megap-megap (bising
nafas inspirasi).
d) Tubuh bayi pucat atau kebiruan.
40
3) Resusitasi gagal
Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 20 menit diventilasi, bayi
gagal bernapas, hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan
mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan
kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral
yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluaraga
untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan
dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan
Pengertian manajemen sering dikenal orang dengan defenisi “ proses
melaksanakan pekerjaan melalui orang lain“. Dalam pelayanan kebidanan,
manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk
memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan
kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan, dan kepuasan bidan sebagai
provider (Simatupang, 2008).
1. Pedoman Penerapan
Manajemen kebidanan adalah suatu metoda pengaturan,
pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis, efektif dan
efisien baik bagi pasien maupun bidan sebagai petugas kesehatan. Pada saat
ini manejemen kebidanan belum diterapkan oleh komunitas bidan yang ada di
unit pelayanan kesehatan, hanya dilaksanakan pada institusi pendidikan.
Pedoman manajemen asuhan kebidanan ini disusun untuk
memberikan arahan bagaimana bidan berfikir kritis, analisis dan sistimatis 32
41
dalam menangani kliennya. Saat memberikan asuhan kepada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta balita disetiap tatanan pelayanan
kesehatan. Sehingga pada saat memberikan pelayanan seorang bidan dapat
memberikan tindakan antisipatif, tindakan emergency dan tindakan
komprehansif dengan cepat dan tepat. Pada pedoman ini dijelaskan pula
bagaimana cara mendokumentasikan asuhan kebidanan yang sudah dilakukan
bidan pada status pasien atau rekam medik.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus
yang menjadi tanggung jawabnya.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang profesional memberikan
asuhan kepada klien. Sesuai dengan perannya pula bidan memiliki kewajiban
memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan
kesehatan. Untuk melaksanakan asuhan tersebut di gunakan metode dan
pendekatan yang di sebut manajemen kebidanan. Dalam melaksanakan
tugasnya pada pelayanan kebidanan,seorang bidan melakukan pendekatan
dengan metode pemecahan masalah yang di kenal dengan manajemen
kebidanan (Estiwidani, 2011).
42
2. Langkah–Langkah Manajemen
Proses Asuhan Kebidanan (Varney, 2007)
a. Langkah I : Pengkajian dan analisa data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengeveluasi keadaan
klien secara lengkap yaitu : riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,
dan membandingkan dengan hasil studi.
Data subjektif pada pengkajian bayi asfiksia di dapatkan
bahwa asfiksia pada bayi baru lahir pada kehamilan lewat bulan yang
mengakibatkan ketuban bercampur mekonium. Setelah itu terjadinya
asfiksia karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah
rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat.
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia sedang
diperlukan data obyektif yang meliputi frekuensi detak jantung kurang
dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik,
bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang di berikan, bayi
tampak sianosis dan tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna
selama proses persalinan, berdasarkan data dari klien dengan bayi baru
lahir asfiksia dan rentan terjadinya hipotermi dan kematian pada janin.
b. Langkah II : Merumuskan Diagnosa Masalah Aktual
Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa
3
4
43
dasar. Dalam menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan
profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa
kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan
hidup klien.
Data objektif pada pengkajian data bayi asfiksia didapatkan
bahwa bayi lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dan bayi lahir dengan
asfiksia sedang.
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia diperlukan
data objektif yang meliputi bayi lahir tidak segera menangis, tubuh
kemerahan dan ekstremitas bawah biru/pucat, bibir pucat, banyak lendir
pada hidung dan mulut dan Apgar Scor 6/8.
c. Langkah III : Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
melakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia diperlukan
data objektif yang meliputi bayi lahir tidak segera menangis, tubuh
kemerahan dan ekstremitas bawah biru/pucat, bibir pucat, banyak lendir
pada hidung dan mulut dan Apgar Scor 6/8. Berdasarkan diagnosa
asfiksia sedang masalah potensial yang akan timbul yaitu terjadinya
44
asfiksia berat, hipotermi, edema otak & perdarahan otak, anuria/oliguria,
kejang, dan koma.
d. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim
anggota kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan.
Berdasarkan teori tindakan kolaborasi segera yaitu kolaborasi
dengan dokter spesalis anak atas intruksi dokter untuk meletakkan bayi
dibawah pemancar panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakkan bayi
pada posisi kepala lebih rendah dari badan, membersihkan jalan napas,
mengeringkan & melakukan rangsangan taktil, atur posisi kepala bayi
dan evaluasi, melakukan tindakan pemasangan oksigen 5 liter/menit.
e. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
45
antisipasi terhadap klien seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya.
Dalam teori tindakan yang perlu dilakukan oleh bidan dalam
penanganan kasus Bayi asfiksia sedang bila air ketuban bercampur
mekonium maka dapat melakukan langkah berikut :
1) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.
2) Memotong tali pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan langkah awal
yaitu jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir, keringkan
dan rangsang bayi, atur posisi kepala bayi, dan evaluasi. Bila bayi
bernapas spontan maka di lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir
normal.
3) Bila bayi tidak bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi
dengan cara sebagai berikut :
(a) Pasang sungkup
Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut,
dagu.
(b) Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara melalui alat tabung &
sungkup / memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan hidung
bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air), melihat apakah dada bayi
mengembang saat di tiup atau di pompa. Jika dada bayi tidak
berkembang maka memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak
ada udara bocor, memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar
sedikit ekstensi, memeriksa apakah ada cairan /lendir dimulut dan
46
mengisap bila ada, meniup udara melalui alat tabung & sungkup /
memompa alat balon & sungkup ke mulut & hidung bayi 2x
(dengan tekanan 30 cm air) dan melanjutkan langkah ventilasi jika
dada bayi berkembang.
(c) Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air.
(d) Lakukan penilaian tentang usaha napas, jika bernapas spontan
maka menghentikan ventilasi bertahap, kemudian melakukan
asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas maka ulangi
ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik
(e) Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik, kemudian
melanjutkan dengan menilai usaha napas bayi. Jika bayi bernapas
spontan maka hentikan ventilasi bertahap lalu lakukan asuhan
pasca resusitasi dan jika tidak bernapas spontan maka ulangi
ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik dan hentikan ventilasi serta
nilai frekuensi jantung, napas tiap ventilasi 30 detik.
(f) Jika megap-megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi maka
meneruskan ventilasi 20x/30 detik, hentikan ventilasi & nilai
napas tiap ventilasi 30 detik, kemudian menyiapkan rujukan bayi
bersama ibunya sesuai pedoman
(g) Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 10 menit maka
pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10 menit
(Depkes RI, 2007).
47
Rencana asuhan yang diberikan pada bayi asfiksia yaitu
mengobservasi keadaan umum bayi, mempertahankan suhun tubuh agar
tetap hangat, atur posisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi,
membersihkan jalan napas menggunakan delle, mengeringkan tubuh bayi
mulai dari kepala sampai tungkai, melakukan rangsangan taktil dan
mengobservasi keadaan umum khususnya pernapasan.
f. Langkah VI : Melaksanakan Asuhan Kebidanan
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksananya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,
maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyikat waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus
asfiksia yaitu meminta persetujuan (informed consent) pada ibu atau atau
keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan, menjaga kehangatan pada
bayi,mengatur posisi bayi,isap lendir, mengeringkan bayi, mengatur
kembali posisi bayi, menilai bayi.
35
48
Jika asfiksia telah teratasi maka di lakukan Penanganan utama
untuk bayi baru lahir normal yaitu menjaga bayi agar tetap hangat,
membersihkan saluran napas (hanya jika perlu), mengeringkan tubuh
bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan
mengikat tali pusat, melakukan inisiasi menyusui dini, memberikan
suntikan vitammin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua mata,
melakukan pemeriksaan fisik, serta memberi imunisasi Hepatitis B.
g. Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa
(Saputra, 2014).
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi asfiksia
yaitu hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas
normal.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Salah satu metode dalam membuat dokumen manjaemen kebidanan
adalah metode SOAP. SOAP merupakan singkatan dari subjektif (S),
Objektif (O), Asessment atau pengkajian (A), dan planing atau perencanaan
(P).
49
a. Data Subjektif
Data subjektif merupakan data yang di peroleh melalui
anamnesis. Data ini berhubungan dengan sudut pandang pasien.
Kekhawatiran dan keluhan pasien di catat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Untuk
pasien yang bisu, bagian data di belakang huruf “S” di beri huruf “O”
atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
Data subjektif pada pengkajian bayi asfiksia di dapatkan bahwa
asfiksia pada bayi baru lahir pada persalinan lewat bulan dan ketuban
bercampur mekonium. Setelah itu terjadinya asfiksia karena janin
kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap
nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat.
b. Data Objektif
Data objektif merupakan data yang di peroleh melalui hasil
observasi dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medis dan informasi dari keluarga
atau orang lain dapat di masukkan ke dalam data objektif ini. Data
objektif akan memberikan gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
c. Asessment
Asessment atau pengkajian merupakan pendokumentasian hasil
analisis serta interpretasi dari data subjektif dan objektif. Pengkajian
yang tepat dan akurat akanmenjamin cepat diketahuinya perubahan pada
36
50
pasien sehingga dapat di ambil keputusan atau tindakan yang tepat.
Pengkajian ini akan mencangkup (1) diagnosis atau masalah, (2)
diagnosis atau asalah potensial, dan (3) identifikasi kebutuhan tindakan
segra untuk antisipasi diagnostis atau masalah potensial. Kebutuhan
tindakan segera di identifikasi menurut kewenangan bidan dan meliputi
tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk pasien.
Pada kasus bayi asfiksia assesment yang didapat seperti :
a) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, serotinus, dengan masalah
asfiksia sedang.
b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya, asfiksia berat dan hipotermi.
c) Tindakan segra yaitu melakukan (menjaga kehangatan bayi, atur
posisi bayi dengan posisi ekstensi, mengisap lendir dengan alat isap
lendir, mengeringkan bayi, atur kembali posisi bayi, dan menilai bayi)
lalu dilanjutkan dengan penanganan lanjutan.
d. Planning/Perencanaan
Planing atau perencanaan merupakan proses membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana ini di susun beerdasarkan
pengumpulan data dan pengkajian terhadap pasien yang telah di lakukan
sebelumnya. Rencana asuhan harus bisa mencapai tujuan yang di
harapkan dalam waktu tertentu. Tindakan yang di rencanakan dalam
asuhan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus
sesuai dengan hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, misalnya
dokter. Selain berisi rencana, tahap planing juga berisi pelaksanaan dan
51
evaluasi. Pelaksanaan tindakan harus mendapat persetujuan dari pasien,
kecuali jika pasien dalam keadaan tidak sadar dan harus mendapatkan
tindakan tersebut. Pasien harus sebanyak mungkin di libtkan dalam
pelaksanaan tindakan ini. Perubahan dalam kondisi pasien dapat
menyebabkan perlunya penyesuaian sehingga rencana asuhan dan
pelaksanaannya dapat berubah (Saputra, 2014).
52
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan
dalam asuhan kebidanan pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang di ruang
teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tanggal 29 April sampai
dengan tanggal 1 Mei tahun 2015, diawali dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi.
A. Manajemen
1.Langkah I Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subyektif
1) Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “R”
Tanggal/Jam Lahir : 29-04-2015,jam 16.55 WITA
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 ( Satu )
Umur Saat Dikaji : 0 hari
2) Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )
Nama : Ny.“R” / Tn.“R”
Umur : 34 Tahun / 40 Tahun
Suku : Muna / Bajo
Agama : Islam / Islam
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pernikahan : I / I
52
53
Lama Menikah : ± 1 Tahun
Alamat : Desa Lagasa
3) Data Biologis / Fisiologis
a) Riwayat Kehamilan :
(1) G1P0 A0
(2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 06-07-2014
(3) Tafsiran persalinan (TP) : 13-04-2015
(4) Pemeriksaan kehamilan : 3 kali selama hamil yakni oleh
bidan dan 1 kali di dokter spesialis kandungan di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, poli Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) 1 kali.
(5) Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) selama hamil 2 kali yaitu
pada umur kehamilan 6 bulan dan 7 bulan.
(6) Pengobatan : Fe dan kalak
b) Riwayat persalinan / kelahiran sekarang
(1) Umur kehamilan : 42 minggu 3 hari.
(2) Tempat persalinan : RSUD Kabupaten Muna
(3) Penolong : Dokter spesialis.
(4) Jenis persalinan : Seksio Caesarea ( SC ).
(5) Penyulit persalinan : CPD dan Serotinus
(6) Bayi lahir : Tanggal 29-04-2015 jam 16.55
wita, berat Badan lahir : 3950 gram, panjang badan : 50
54
cm, jenis kelamin : perempuan, Penyuntikan Vitamin
K1 1 mg.
(7) Proses persalinan : Kala I dan Kala II serta Kala III
berlangsung di kamar operasi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna, Kala IV 2 jam post partum
berlangsung di kamar bersalin Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum bayi lemah
b) Menangis : lemah/merintih
c) Warna kulit : badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.
d) Pergerakan/tonus otot : lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan.
e) APGAR skor :
No. KriteriaMenit
Pertama
Menit
Kelima
1. Appearance colour (warna kulit) 1 2
2. Pulse (frekuensi jantung) 2 2
3. Grimace (refleks) 1 1
4. Activity (tonus otot) 1 1
5. Respiration (pernapasan) 1 2
Jumlah 6 8
4
0
55
f) Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 154 kali/menit
Pernapasan : 39 kali/menit
Suhu : 37,1 0C
g) Jenis kelamin : Perempuan
2) Pemeriksaan Fisik Khusus
a) Kepala
Ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak ada
molase dan tidak ada caput.
b) Mata
Sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak
bersih.
c) Hidung
Lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping hidung,
tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan teratur.
d) Mulut dan bibir
Bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan pada mulut dan
bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks mengisap tidak ada.
e) Telinga
Simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri/kanan ada dan
tampak bersih.
56
f) Dada
Simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama
pernapasan bayi, terdapat retraksi pada dada, tidak ada tonjolan
tulang dada, puting susu tampak jelas dan menonjol.
g) Abdomen
Tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan tali pusat dan
tali pusat tampak basah.
h) Genitalia
Labia mayora menutupi labia minora
i) Anus
Lubang anus ada
j) Bokong
Tidak ada lipatan kulit bokong.
k) Punggung
Tidak ada tonjolan tulang punggung.
l) Ekstremitas atas dan bawah
Pergerakan lemah, warna kebiruan, simetris kiri dan kanan, tidak
ada kelainan/cacat bawaan dan jari-jari lengkap.
m) Kulit
Integritas kulit normal, kencang, elastis dan tidak berkeriput.
n) Pemeriksaan Antropometri
a. Berat badan lahir : 3950 gram
b. Panjang badan lahir : 50 cm
57
c. Lingkar kepala : 36 cm
d. Lingkar dada : 34 cm
e. Lingkar perut : 29 cm
f. Lingkar lengan atas : 12 cm
o) Pemeriksaan Refleks
a. Refleks sucking (menghisap) : tidak ada
b. Refleks rooting (menelan) : tidak ada
c. Refleks graps (menggenggem) : tidak ada
d. Refleks moro (kaget) : tidak ada
e. Refleks batuk dan bersin : tidak ada
p) Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan.
2. Langkah II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Diagnosa : Bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dengan
asfiksia sedang
a) Bayi Baru Lahir,sesuai masa kehamilan
Dasar :
Data subyektif :
(1) HPHT : 06-07-2014
(2)Bayi lahir tanggal 29-04-2015, jam 16.55 wita
Data obyektif :
(1) TP :13 -04-2015
(2)Umur kehamilan 42 minggu 2 hari.
58
Analisis dan interprestasi
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000
gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat antara 2.500-
4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Saputra, 2014).
b) Serotinus
Dasar :
Data Subyektif :
(1) HPHT : 06-07-2014
(2) Bayi lahir : 29-04-2015
(3) Umur kehamilan ± 10 bulan
Data Obyektif
(1) TP : 13-04-2015
(2) Terdapat cairan ketuban bercampur mekonium
Analisis dan interpretasi
Bayi serotinus adalah bayi yang di lahirkan dengan kehamilan lewat
bulan yaitu berlangsung 42 minggu (294 hari) atau lebih, di hitung
dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus
haid rata-rata 28 hari (prawirohardjo, 2009).
c) Asfiksia sedang
Dasar :
Data Subyektif : -
59
Data obyektif :
1. Bayi tidak segera menangis.
2. Badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.
3. Pergerakan/tonus otot lemah.
4. Apgar skor 6/8
5. Usaha nafas 39 x/menit
Analisis dan interprestasi
1. Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau
beberapa saat sesudah bayi lahir (Sukarni, 2014).
2. Asfiksia sedang adalah dengan tanda gejala sebagai berikut
Frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit, usaha napas
lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi
terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak
terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan (Yuliana, 2012).
3. Identifikasi Diagnosa /Masalah Potensial
Diagnosa potensial yaitu terjadinya asfiksia berat dan terjadinya hipotermi.
a) Potensial terjadinya asfiksia berat
Dasar :
Data Subyektif : -
Data obyektif :
1. APGAR skor 6/8
44
60
2. Laju jantung 154x/menit
3. Terdapat lendir dan cairan dalam hidung dan mulut.
4. Bayi lahir tidak langsung menangis.
5. Tubuh kemerahan dan ekstremitas kebiruan
Analisis dan interprestasi
Adanya lendir yang banyak pada saluran nafas (mulut dan hidung)
dapat menghambat jalan nafas sehingga proses respirasi terganggu dan
menimbulkan asfiksia sedang dan tanpa pertolongan yang lebih lanjut
akan berpotensial asfiksia berat (Viona, 2012).
b) Potensial terjadinya hipotermi
Dasar :
Data Subyektif : -
Data obyektif :
1. Tubuh bayi masih basah oleh lendir dan air ketuban.
2. Bagian ekstremitas biru dan dingin
Analisis dan interprestasi
Hipotermi pada bayi adalah kondisi di mana bayi mengalami atau
beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus mmenerus di bawah
35,5°C (Saputra, 2014).
4. Tindakan Segera /Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter spesalis anak atas instruksi dokter
untuk meletakkan bayi di bawah pemancar panas, melakukan penanganan
awal bayi asfiksia dan melakukan tindakan pemasangan oksigen 5
61
liter/menit, selanjutnya pemasangan selang NGT pada bayi, pemberian
nutrisis serta pemasangan infus pada bayi yaitu D10% dengan13 tpm.
5. Rencana Asuhan
a. Tujuan
1) Asfiksia pada bayi teratasi.
2) Bayi dalam keadaan sehat.
3) Tidak terjadi hipotermi.
b. Kriteria Keberhasilan
1) Asfiksia teratasi yang ditandai dengan pernapasan lancar dan
teratur, seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif.
2) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum
bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :
Laju jantung : 120-160 kali/menit
Pernapasan : 40-60 kali/menit
Suhu : 36,70c–37,50 c
3) Kehangatan tubuh bayi terjaga
c. Rencana Tindakan
1) Lakukan informed consent atas tiap tindakan yang akan di lakukan
Rasional: Mencegah terjadinya kesalah pahaman antara petugas
dan orangtua bayi.
2) Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan
Rasional: Agar keluarga kooperatif atau memberi dukungan
dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
45
62
3) Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN):
a) Jaga kehangatan bayi, letakan bayi di bawah pemancar panas.
Rasional: agar bayi tidak kehilangan panas dan tidak terjadi
hipotermi.
b) Atur posisi kepala
Rasional: Untuk membantu mencegah fleksi leher,
penyumbatan jalan nafas dan untuk membuka jalan
nafas agar pernapasan bayi lancar dan teratur.
c) Isap lendir
Rasional: Membebaskan saluran napas dari sumbatan lendir
sehingga bayi dapat bernafas secara normal.
d) Keringkan dan berikan rangsangan taktil
Rasional: Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan
berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir.
Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan
stimulasi. Hal ini biasanya cukup untuk merangsang
terjadinya pernapasan spontan.
e) Atur kembali posisi kepala
Rasional: untuk memudahkan membungkus bayi dan
menilai kembali pernapasan bayi.
f) Lakukan penilaian pada bayi
Rasional : untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah
teratasi atau belum.
46
63
4) Penanganan lanjutan :
a) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian O2
(Oksigen)
Rasional: Untuk mempertahankan oksigenasi janin yang
normal dan keseimbangan asam basa.
b) Bungkus tali pusat
Rasional: Mengurangi insiden infeksi pada neonatus
c) Berikan salep mata Oxytetracyclline 1 %
Rasional: Mencegah terjadinya konjungtivitis pada bayi.
d) Berikan suntikan vitamin K 1 mg
Rasional: Mencegah perdarahan otak akibat defisiensi
vitamin K
e) Timbang berat badan bayi
Rasional: Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan
bayi dan merupakan pedoman pemberian nutrisi
selanjutnya.
5) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan NGT
Rasional: Membantu pemenuhan nutrisi pada bayi melalui
selang.
6) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian dosis
nutrisi pada bayi
Rasional: bayi baru lahir memiliki lambung yang belum siap
100% untuk menampung makanan yang diberikan
47
64
selain ASI, sehingga pemberin nutrisi perlu
dilakukan pemantauan khusus oleh dokter/perawat
yang menangani langsung.
7) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian cairan
infus pada bayi yaitu D10% dengan 13 tpm.
Rasional: Cairan infus di gunakan untuk mencegah dehidrasi
pada bayi.
8) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang
pemberian obat injeksi cefotaxim 180 mg/12 jam/iv dan Gentamicin
18 mg/24 jam/iv.
Rasional: Pemberian antibiotik pada bayi berfungsi untuk
mencegah terjadinya infeksi pada bayi.
9) Pantau tanda-tanda vital bayi
Rasional: Mengetahui keadaan umum bayi untuk mengetahui
perkembangan bayi.
6. Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan
Tangaal : 29-04-2015 jam : 17.00 wita
1. Melakukan informed consent atas tiap tindakan yang akan di lakukan
pada orangtua bayi.
Hasil : Orangtua bayi kooperatif dengan petugas
2. Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak
segera menangis, keadaan umum bayi lemah.
48
65
Hasil : Keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada
petugas.
3. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN)
a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
meletakan bayi di bawah pemancar panas.
Hasil : Bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta
bayi telah berada di bawah pemancar panas.
b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.
Hasil : Posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan
sarung setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam
rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.
Hasil : Lendir telah dibersihkan.
d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil
dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok
punggung bayi.
Hasil : Bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil.
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung
bersih, hangat dan kering.
Hasil : Sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna
kulit dan laju jantung bayi.
66
Hasil : Bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah, bayi
bernapas spontan, warna kulit kemerahan, laju jantung
154 kali/menit.
4. Melakukan penanganan lanjutan :
a. Melakukan kolaborasi degan dokter spesialis anak tentang
pemberian oksigen pada bayi.
Hasil : Oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 5
liter/menit.
b. Membungkus tali pusat.
Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kasa steril.
c. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan
kanan bayi
Hasil : Mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline
1 %. Pada jam : 17.15 wita
d. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intra
Muskular (IM) pada 1/3 paha kiri bayi pada jam : 18.00 wita
Hasil : Bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak
0,5 cc. Jam : 18.00 wita
e. Menimbang berat badan bayi.
Hasil : Berat badan bayi 3950 gram.
5. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan selang
NGT (Naso Gastric Tube) pada bayi, jam : 20.00 wita
Hasil : Selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi
49
67
6. Melakuka kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis
pemberian nutrisi kepada bayi.
Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi
melalui selang sebanyak 20 cc/2 jam.
7. Melakukan kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak untuk di lakukan
penginfusan pada bayi yaitu D10% dengan 13 tetesan permenit.
Hasil : Telah di lakukan penginfusan D10% dengan 13 tetesan
per menit.
8. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian
obat injeksi cefotaxime 180 mg/12 jam/iv dan gentamicin 18 mg/24
jam/iv.
Hasil : Telah di lakukan injeksi cefotaxime dan gentamicin pada
jam 20.20 wita.
9. Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit sampai KU bayi baik.
Hasil : Laju jantung (HR) : 154 x/menit, pernapasan (RR) :
40x/menit, Suhu 37,1°C.
7. Langkah VII Evaluasi Keefektifan Asuhan
Tanggal : 29-04-2015 jam : 18.00 wita
1. Asfiksia pada bayi teratasi.
2. Keadaan umum bayi baik yaitu anda–tanda vital dalam batas
normal yaitu laju jantung : 154 kali/menit, pernapasan : 40
kali/menit dan suhu : 37, 10 c.
3. Tidak terjadi hipotermi
68
B. Pendokumentasian
Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan
pada Bayi Ny.”R” Dengan Asfiksia Sedang di Ruang Teratai Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April s.d. 1 Mei 2015, maka
dibuatlah pendokumentasian, yang diawali dengan data subyektif, obyektif,
assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya yaitu :
1. Identitas Bayi dan Orang Tua
a. Identitas Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. “R”
Tanggal/Jam Lahir : 29-04-2015,jam 16.55 WITA
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 ( Satu )
Umur Saat Dikaji : 0 hari
b. Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )
Nama : Ny.“R” / Tn.“R”
Umur : 34 Tahun / 40 Tahun
Suku : Muna / Bajo
Agama : Islam / Islam
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Pernikahan : I / I
Lama Menikah : ± 1 Tahun
Alamat : Desa Lagasa
69
2. Data Subyektif
Ibu mengatakan :
a. Bayinya tidak langsung menangis dan tidak bernapas spontan
b. Masuk rumah sakit bersama bidannya tanggal 28-04-2015 dengan
masalah kehamilan lewat bulan dan CPD.
c. Hari pertama haid terakhirnya tanggal 06-07-2014.
3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum bayi lemah.
2) Menangis : lemah/merintih.
3) Warna kulit : badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.
4) Pergerakan/tonus otot : lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan.
5) APGAR skor :
No. KriteriaMenit
Pertama
Menit
Kelima
1. Appearance colour (warna kulit) 1 2
2. Pulse (frekuensi jantung) 2 2
3. Grimace (reaksi) 1 1
4. Activity (tonus otot) 1 1
5. Respiration (pernapasan) 1 2
Jumlah 6 852
70
6) Tanda-tanda vital :
Laju jantung(HR) : 154 kali/menit
Pernapasan(RR) : 39 kali/menit
Suhu : 37,1 0C
7) Jenis kelamin : perempuan
b. Pemeriksaan Fisik Khusus (Inspeksi, Palpasi, Perkusi)
1) Kepala : ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak
ada molase dan tidak ada caput.
2) Mata : sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak
bersih.
3) Hidung : lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping
hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan teratur.
4) Mulut dan bibir : bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan
pada mulut dan bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks
mengisap tidak ada.
5) Dada : simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai
irama pernapasan bayi, terdapat retraksi pada dada, tidak ada
tonjolan tulang dada, puting susu tampak jelas dan menonjol.
6) Abdomen : tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan
tali pusat dan tali pusat tampak basah.
7) Genitalia : labia mayora menutupi labia minora.
8) Anus : lubang anus ada
9) Bokong : tidak ada lipatan kulit bokong. 53
71
10) Punggung : tidak ada tonjolan tulang punggung.
11) Ekstremitas atas dan bawah : pergerakan lemah, warna
kebiruan, simertsi kiri dan kanan, tidak ada kelainan/cacat bawaan
dan jari-jari lengkap.
12) Kulit : integritas kulit normal, kencang, elastis dan tidak
berkeriput.
c. Pemeriksaan Antropometri
1) Berat badan lahir : 3950 gram
2) Panjang badan lahir : 50 cm
3) Lingkar kepala : 36 cm
4) Lingkar dada : 34 cm
5) Lingkar perut : 29 cm
6) Lingkar lengan atas : 12 cm
d. Pemeriksaan Refleks
1)Refleks sucking (menghisap) : lemah
2) Refleks rooting (menelan) : tidak ada
3) Refleks graps (menggenggem): tidak ada
4) Refleks moro (kaget) : tidak ada
5) Refleks batuk dan bersin : tidak ada
4. Assesment
a) Diagnosa aktual yaitu bayi baru lahir, serotinus, dengan asfiksia sedang.
b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya, asfiksia berat dan hipotermi.
72
c) Tindakan segra yaitu melakukan ( menjaga kehangatan bayi,atur posisi
bayi dengan posisi ekstensi, mengisap lendir dengan alat isap lendir,
mengeringkan bayi, atur kembali posisi bayi, dan menilai bayi) lalu
dilanjutkan dengan penanganan lanjutan.
5. Planing
Tangaal : 29-04-2015 jam : 17.00 wita
1) Melakukan informed consent atas tiap tindakan yang di lakukan pada
orangtua bayi.
Hasil : Orang tua bayi kooperatif dengan petugas.
2) Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak
segera menangis, keadaan umum bayi lemah.
Hasil : keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya
pada petugas.
3) Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN)
a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan
meletakan bayi di bawah pemancar panas.
Hasil : bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta
bayi telah berada di bawah pemancar panas.
b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.
Hasil : posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan
sarung setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.
c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga
mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.
54
73
Hasil : lendir telah dibersihkan
d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi.
Hasil : bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil
e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan
yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih,
hangat dan kering.
Hasil : sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.
f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna
kulit dan laju jantung bayi.
Hasil : bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah,bayi
bernapas spontan, warna kulit kemerahan, laju jantung
154 kali/menit.
4) Melakukan penanganan lanjutan :
a. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian
oksigen pada bayi.
Hasil : oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 2 liter/menit
b. Membungkus tali pusat.
Hasil : tali pusat terbungkus dengan kasa steril.
c. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan
kanan bayi, jam : 17.15 wita.
Hasil : mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1
%
55
74
d. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 1 mg secara Intra
Muskular (IM) pada 1/3 paha kiri bayi setelah pada jam : 18.00 wita.
Hasil : bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 1
mg pada paha kiri atas setelah 1 jam bayi lahir.
e. Menimbang berat badan bayi
Hasil : berat badan bayi 3950 gram.
5) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan
selang NGT (Naso Gastric Tube) pada bayi, jam : 20.00 wita.
Hasil : selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi
6) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis
pemberian nutrisi kepada bayi.
Hasil : dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi
melalui selang sebanyak 20 cc/2 jam (10 x 20 cc) / NGT.
7) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemeberian
infus pada bayi yaitu D10% dengan 13 tpm.
Hasil : telah di lakukan penginfusan D10% pada tangan kanan
bayi.
8) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian
obat injeksi cefotaxime 180 mg/12 jam/iv dan gentamicin 18 mg/24
jam/iv.
Hasil : Telah di lakukan injeksi cefotaxime dan gentamicin pada jam
20.20 wita.
6
75
9) Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit sampai KU bayi baik.
Hasil : HR : 154x/menit, RR : 40x/menit, S : 37,1°C
C. Catatan Perkembangan
Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari
yaitu mulai pada hari rabu sampai hari jumat dengan menggunakan metode
pendekatan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “R” dengan
Asfiksia sedang Di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
mulai Tanggal 29 April s.d 1 Mei 2015.
1. Perawatan Hari Pertama
Kamis, 30 April 2015 Jam : 01-24.00 WITA
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan :
1)Bayinya masih dirawat diruang bayi
2)ASI-nya belum keluar dan bayi masih diberi susu formula.
3)Masih terpasang infus pada lengan bayinya sebelah kanan.
4)Kaki dan tangan bayinya teraba dingin.
b. Data Obyektif
1)Keadaan umum bayi lemah
2) Gerakan lemah
3) Warna kulit : pucat
4) Berat badan: 3850 gram.
5) Tanda-tanda vital :
Laju jantung : 150 kali/menit
76
Pernapasan : 46 kali/menit
Suhu : 35,40C
6)Sistem refleks :
a. Refleks sucking (menghisap): baik
b. Refleks rooting (menelan) : baik
c. Refleks graps (menggenggem): lemah
d. Refleks moro (kaget) : lemah
e. Refleks batuk dan bersin : baik
7)Tali pusat masih basa dan terbungkus kasa steril.
8) Ekstremitas teraba dingin
c. Assesment
1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 1 hari, keadaan umum lemah dengan
hipotermi
2) Tindakan segra yaitu mempertahankan kehangatan bayi dan meletakkan
bayi di bawah pemancar panas (infant warmer).
d. Planing
Tanggal : 30-04-2015 jam : 11.00 wita
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
Hasil : tangan dicuci sebelum dan sesudah merawat bayi.
2) Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 1 jam.
Hasil : SH : 36,6°C, HR : 142x/menit, RR : 42x/menit.
3) Melakukan injeksi cefotaxim pada bayi secara iv pada jam : 08.20
wita
58
77
Hasil : Telah di lakukan injeksi cefotaxim pada bayi
4) Melakukan pelepasan selang NGT dan O2 pada bayi
Hasil : Selang NGT dan O2 pada bayi telah di lepas, jam 10.55
wita
5) Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering.
Hasil : bayi terbungkus sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga.
6) Meletakkan bayi di dalam infant warmer selama 30 menit dengan
suhu 36 - 37°C
Hasil : bayi telah di letakkan ditempat pemancar panas (infant
warmer), jam : 11.00 WITA
7) Mengeluarkan bayi dari infant warmer setelah 30 menit dan
mematikan AC ruangan.
Hasil : Jam 11.30 WITA Suhu tubuh bayi mulai membaik yaitu
36,6°C.
8) Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril.
Hasil : tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril.
9) Menimbang berat badan bayi setiap hari.
Hasil : berat badan bayi hari pertama 3850 gram
10) Mengganti popok tiap kali basah atau kotor.
Hasil : popok diganti tiap kali basah atau kotor.
11) Memberikan bayi susu formula melalui oral (priming)/2 jam atau tiap
kali bayi menangis.
Hasil : bayi minum sebanyak 20 cc/oral jam 12.00 WITA
59
78
12) Melakukan injeksi cefotaxim dan gentamicin pada bayi secara iv pada
jam 20.20 wita
Hasil : Telah di lakukan injeksi pada bayi
Kesimpulan : Hipotermi pada bayi dapat teratasi, keadaan umum bayi
baik, dan tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu HR : 142 x/menit, SH :
36,6°c,RR : 42 x/menit.
2. Perawatan Hari Ke Dua
Jumat, 1 Mei 2015, Jam : 01.00-15.00 WITA
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan :
1) Bayinya masih dirawat di ruang bayi.
2) Keadaan umum bayinya baik.
3) ASI-nya sedikit demi sedikit telah keluar dan bayi masih diberi
susu formula.
b. Data Obyektif
1) Keadaan umum bayi baik.
2) Berat badan : 3880 gram.
3) Tanda-tanda vital :
Laju jantung: 140 kali/menit
Pernapasan : 45 kali/menit
Suhu : 36,80C
4) Sistem refleks
a) Refleks sucking (menghisap) : baik
79
b) Refleks rooting (menelan) : baik
c) Refleks graps (menggenggem): baik
d) Refleks moro (kaget) : baik
e) Refleks batuk dan bersin : baik
5) Tali pusat kering dan terbungkus kasa steril.
6) Bayi telah buang air besar dan buang air kecil.
c. Assesment
Bayi umur 2 hari, keadaan umum bayi baik.
d. Planing
Tanggal : 01-05-2015 jam : 07.00 WITA
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
Hasil : tangan dicuci sebelum dan sesudah merawat bayi.
2. Mengukur tanda-tanda vital bayi.
Hasil : laju jantung 140 kali/menit, pernapsan 45 kali/menit dan
suhu 36,80 C.
3. Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering
Hasil : bayi terbungkus sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga.
4. Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril
Hasil : tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril.
5. Menimbang berat badan bayi.
Hasil : berat badan bayi hari kedua 3880 gram.
6. Mengganti popok tiap kali basah atau kotor.
Hasil : popok diganti tiap kali basah atau kotor.
60
80
7. Memberikan bayi susu formula melalui oral (dot)/2 jam atau tiap kali
bayi menangis.
Hasil : bayi minum melalui dot sebanyak 30 cc pada jam 08.00
wita
8. Melakukan injeksi cefotaxim pada bayi secara iv pada jam :08.20 wita
Hasil : Telah di lakukan injeksi pada bayi
9. Melakukan pelepasan infus pada bayi
Hasil : Telah di lakukan pelepasan infus pada bayi.
10. Menganjurkan pada ibu tetap menyusui bayinya agar merangsang
pengeluaran ASI.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan.
11. Memberikan HE pada ibu tentang :
1. ASI Eksklusif
2. Perawatan Payudara
3. Personal hyegene
4. Perawatan tali pusat di rumah
5. Kb pasca salin
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan bidan
12. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk
mendapatkan imunisasi lengkap.
Hasil : ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan.
81
Kesimpulan : Bayi dalam kondisi baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal serta bayi telah di bolehkan pulang, serta ibu memahami dan mau
mengikuti anjuran dari bidan menyangkut dirinya dan bayinya.
82
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada
Bayi Ny.“R“ Dengan Asfiksia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tanggal 29 April tahun 2015, dengan teori penanganan bayi baru lahir
dengan asfiksia.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik,
psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi,
dan perkusi.
Berdasarkan respon ibu dalam memberikan informasi, begitu pula
dengan keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah
memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus sehingga
intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien. Menurut teori yang ada
bahwa asfiksia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor ibu (preklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal (plasenta previa
atau solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama
persalinan, infeksi berat (malaria, sifillis, TBC, HIV), kehamilan postmatur
(setelah usia kehamilan 42 minggu), penyakit ibu dan gangguan his (tetania
uteri/hipertonik)).
82
83
2. Faktor tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan
prolapsus tali pusat).
3. Faktor bayi (bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan
dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep), kelainan kongenital dan air ketuban bercampur mekonium.
Adapun tanda dan asfiksia sedang (frekuensi detak jantung lebih dari
100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa
bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi
kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan).
Data subjektif pada pengkajian bayi asfiksia di dapatkan bahwa asfiksia
pada bayi baru lahir pada kehamilan lewat bulan yang mengakibatkan ketuban
bercampur mekonium. Setelah itu terjadinya asfiksia karena janin kekurangan O2
dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap nesovagus sehingga
jantung janin menjadi lambat.
Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia sedang diperlukan
data obyektif yang meliputi frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit, usaha
napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap
rangsangan yang di berikan, bayi tampak sianosis dan tidak terjadi kekurangan
oksigen yang bermakna selama proses persalinan, berdasarkan data dari klien
dengan bayi baru lahir asfiksia dan rentan terjadinya hipotermi dan kematian pada
janin.
Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang, bayi
lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus
61
62
84
otot lemah, frekuensi jantung 154 kali/menit, pernapasan 39 kali/menit, bayi
masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan. Dalam hal ini ditemukan
tidak ada kesenjangan antara teori dan data yang di dapat di lapangan.
B. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Aktual
Diagnosa : bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dengan asfiksia
sedang
Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 gram.Bayi
baru lahir normal adalah bayi dengan berat antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang
berat (Saputra, 2014).
Bayi serotinus adalah bayi yang di lahirkan dengan kehamilan lewat
bulan yaitu berlangsung 42 minggu (294 hari) atau lebih, di hitung dari hari
pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari
(prawirohardjo, 2009).
Menurut teori, Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau
beberapa saat sesudah lahir, asfiksia sedang nilai APGAR 4-6. Pada asfiksia
sedang frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus
otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna
selama proses persalinan.
63
85
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “R” bahwa bayi
lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus
otot lemah, frekuensi jantung 154 kali/menit, pernapasan 39 kali/menit, bayi
masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan dan penilaian APGAR
skor 6/8.Selain itu bayi lahir dengan umur kehamilan 42 minggu 2 hari. Dengan
demikian ada kesesuaian antara tinjauan pustaka dan kasus bayi Ny. “R” sehingga
diagnosa aktual dapat ditegakan dan memudahkan bidan dalam memberikan
asuhan sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian
yang telah dilakukan.
C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah
mengidentifikasi masalah potensial yaitu mengantisipasi bila memungkinkan
melakukan pencegahan, sambil mengamati bayi, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Begitu pula
dengan asfiksia sedang jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
asfiksia berat, hipotermi, edema otak, anuria/oliguria, kejang, koma.
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “R” di lahan
praktek dapat diidentifikasikan masalah potensial yaitu potensial terjadi asfiksia
berat dan hipotermi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan
manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus bayi Ny. “R” tampak ada
persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan.
64
86
D. Menilai Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera
dimana harus menyelamatkan jiwa bayi. Tindakan tersebut berupa kolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang
dialami oleh bayi ataupun konsultasi dengan dokter.
Berdasarkan teori tindakan kolaborasi segra yaitu kolaborasi dengan
dokter spesalis anak atas intruksi dokter untuk meletakkan bayi dibawah
pemancar panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakkan bayi pada posisi kepala
lebih rendah dari badan, membersihkan jalan napas, mengeringkan & melakukan
rangsangan taktil, mengatur posisi kepala bayi kemudian evaluasi, melakukan
tindakan pemasangan oksigen 2 liter/menit.
Bersdasarkan tindakan yang di lakukan pada studi kasus bayi Ny”R” yaitu
kolaborasi dengan dokter spesalis anak atas instruksi dokter untuk meletakkan
bayi di bawah pemancar panas, melakukan penanganan awal bayi asfiksia dan
melakukan tindakan pemasangan oksigen 2 liter/menit, selanjutnya pemasangan
selang NGT pada bayi,pemberian nutrisis serta pemasangan infus pada bayi yaitu
D10% dengan13 tpm.Dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan
manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus di lahan praktek dan berarti tidak
ada kesenjangan.
E. Perencanaan Tindakan
Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehesif
ditunjukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi bayi serta
hubungannya dengan masalah yang dialami bayi meliputi antisipasi dan 65
87
bimbingan dan konseling terhadap orang tua bayi. Rencana tindakan harus
disetujui orang tua bayi dan semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional
yang relevan yang diakui kebenarannya. Bila air ketuban bercampur mekonium
maka dapat melakukan langkah berikut : Membuka lebar mulut bayi, usap mulut
bayi, isap lendir. Memotong tali pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan langkah
awal yaitu jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir, keringkan dan
rangsang bayi, atur posisi kepala bayi, dan evaluasi. Bila bayi bernapas spontan
maka di lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir normal dan bila bayi tidak
bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi dengan cara sebagai berikut :
Pasang sungkup, memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut,
dagu. Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara melalui alat tabung & sungkup /
memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2x (dengan tekanan
30 cm air), melihat apakah dada bayi mengembang saat di tiup atau di pompa.
Jika dada bayi tidak berkembang maka memeriksa posisi sungkup dan pastikan
tidak ada udara bocor, memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit
ekstensi, memeriksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan mengisap bila ada,
meniup udara melalui alat tabung & sungkup / memompa alat balon & sungkup
ke mulut & hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air) dan melanjutkan langkah
ventilasi jika dada bayi berkembang. Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik
dengan tekanan 20 cm air. Lakukan penilaian tentang usaha napas, jika bernapas
spontan maka menghentikan ventilasi bertahap, kemudian melakukan asuhan
pasca resusitasi dan jika tidak bernapas maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam
30 detik. Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik, kemudian melanjutkan
88
dengan menilai usaha napas bayi. Jika bayi bernapas spontan maka hentikan
ventilasi bertahap lalu lakukan asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas
spontan maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik dan hentikan ventilasi
serta nilai frekuensi jantung, napas tiap ventilasi 30 detik. Jika megap-
megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi maka meneruskan ventilasi
20x/30 detik, hentikan ventilasi & nilai napas tiap ventilasi 30 detik, kemudian
menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai pedoman. Bila tidak bernapas
sesudah resusitasi 10 menit maka pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah
resusitasi 10 menit (Depkes RI, 2007).
Pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang penulis merencanakan asuhan
kebidanan berdasarkan diagnosa, masalah aktual dan masalah potensial yaitu
melakukan informed consent atas tiap tindakan yang di lakukan pada orang tua
bayi, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, beritahu ibu/keluarga
hasil pemeriksaan, lakukan penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN) yaitu jaga
kehangatan bayi, atur posisi kepala sedikit fleksi, isap lendir, keringkan dan
berikan rangsangan, atur kembali posisi kepala dan lakukan penilaian,
penanganan lanjutan yaitu beri oksigen pada bayi, bungkus tali pusat, berikan
salep mata Oxytetracyclline 1 %, berikan suntikan vitamin K 0,5 cc setelah 1 jam
bayi lahir, timbang berat badan bayi, kolaborasi dengan dokter spesialis anak
tentang pasang NGT dan penginfusan lalu pantau tanda-tanda vital bayi. Dengan
demikian ada kesesuaian antara teori dan kasus yang ada.
89
F. Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan
rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman bayi. Implementasi dapat
dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan klien serta kerja
sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan.
Adapun secara teori pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus
asfiksia yaitu meminta persetujuan (informed consent) pada ibu atau atau keluarga
untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, menjaga kehangatan pada bayi,mengatur posisi bayi,isap
lendir, mengeringkan bayi, mengatur kembali posisi bayi, menilai bayi.
Bila air ketuban bercampur mekonium maka dapat melakukan langkah
berikut : Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir. Memotong tali
pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan langkah awal yaitu jaga bayi tetap hangat,
atur posisi bayi, isap lendir, keringkan dan rangsang bayi, atur posisi kepala bayi,
dan evaluasi. Bila bayi bernapas spontan maka di lanjutkan dengan perawatan
bayi normal dan bila bayi tidak bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi
dengan cara sebagai berikut : Pasang sungkup, memasang sungkup pada muka
bayi, menutup hidung, mulut, dagu. Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara
melalui alat tabung & sungkup / memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan
hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air), melihat apakah dada bayi
mengembang saat di tiup atau di pompa. Jika dada bayi tidak berkembang maka
memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor, memeriksa posisi
90
kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi, memeriksa apakah ada cairan /
lendir dimulut dan mengisap bila ada, meniup udara melalui alat tabung &
sungkup / memompa alat balon & sungkup ke mulut & hidung bayi 2x (dengan
tekanan 30 cm air) dan melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi berkembang.
Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air. Lakukan
penilaian tentang usaha napas, jika bernapas spontan maka menghentikan ventilasi
bertahap, kemudian melakukan asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas
maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik. Hentikan ventilasi dan nilai
bayi tiap 30 detik, kemudian melanjutkan dengan menilai usaha napas bayi. Jika
bayi bernapas spontan maka hentikan ventilasi bertahap lalu lakukan asuhan
pasca resusitasi dan jika tidak bernapas spontan maka ulangi ventilasi sebanyak
20x dalam 30 detik dan hentikan ventilasi serta nilai frekuensi jantung, napas tiap
ventilasi 30 detik. Jika megap-megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi
maka meneruskan ventilasi 20x/30 detik, hentikan ventilasi & nilai napas tiap
ventilasi 30 detik, kemudian menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai
pedoman. Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 10 menit maka pertimbangkan
menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10 menit (Depkes RI, 2007).
Jika asfiksia telah teratasi maka di lakukan Penanganan utama untuk bayi
baru lahir normal yaitu menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran
napas (hanya jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan),
memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan inisiasi
menyusui dini, memberikan suntikan vitammin K1, memberi salep mata antibiotik
91
pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik, serta memberi imunisasi
Hepatitis B.
Pada studi kasus bayi Ny. “R” penulis melaksanakan asuhan kebidanan
berdasarkan rencana asuhan yaitu melakukan informed consent atas tiap tindakan
yang di lakukan pada orangrua bayi, mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, membertitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan,
dimana bayi tidak segera menangis, keadaan umum bayi lemah, melakukan
tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) yaitu menjaga kehangatan
bayi dengan segera menyelimuti bayi dan meletakannya di ruangan yang hangat,
mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi, menghisap lendir mulai dari mulut
bayi sampai 5 cm kedalam rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang
hidung, mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan
menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi, mengatur
kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang ada pada bahu dan
mengganti sarung bayi dengan sarung bersih, hangat dan kering dan melakukan
penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna kulit dan laju jantung
bayi, kemudian melakukan penanganan lanjutan yaitu memberikan oksigen pada
bayi, membungkus tali pusat, memberikan salep mata Oxytetracyclline 1 % pada
mata kiri dan kanan bayi, memberikan suntikan vitamin K sebanyak 1 gram
secara im pada 1/3 paha kiri bayi setelah 1 jam bayi lahir, menimbang berat badan
bayi, kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasang selang NGT dan
penginfusan pada bayi serta memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit.
Semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan
92
baik tanpa hambatan karena adanya kerja sama dan dukungan dari ibu dan
keluarga bayi di ruangan Bayi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.
Dengan demikian tidak di temukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan hasil
tindakan yang telah di lakukan.
G. Evaluasi Keefektifan Asuhan
Evaluasi manajemen kebidanan merupakan langkah akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan,
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah
diimplementasikan.
Pada studi kasus bayi Ny. “R”, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah
pemantauan keadaan klien meliputi :
1. Keadaan umum bayi baik.
2. Asfiksia pada bayi teratasi.
3. Tidak terjadi hipotermi
Berdasarkan studi kasus bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang tidak
ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena
itu bila dibandingkan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny. “R” secara garis
besar tidak ditemukan kesenjangan.
66
67
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.
“R” dengan Asfiksia Sedang di Ruang Bayi Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna Tahun 2015”. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus
tersebut sebagai berikut :
1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap Bayi Ny.”R” yaitu bayi baru lahir
secara operasi (SC), lahir pada tanggal 29 April tahun 2015, pukul 17.00 wita,
tidak segera menangis, tubuh kemerahan ektremitas kebiruan, tonus otot lemah,
usaha bernafas megap-megap, nilai APGAR 6/8.
2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap Bayi Ny.”R” yaitu “bayi
baru lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dengan asfiksia sedang”, masalah
yang muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir operasi (SC) dengan tidak
segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus otot lemah,
dan usaha bernapas megap-megap serta kebutuhan yaitu langkah awal
resusitasi.
3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada bayi
Ny.“R” tidak teratasi berupa asfiksia berat dan hipotermi.
4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu
langkah awal resusitasi berupa JAIKAN untuk mencegah terjadinya diagnosa
potensial yaitu terjadinya asfiksia berat dan hipotermi.
93
94
5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny.”R”
dengan asfiksia sedang yaitu langkah awal resusitasi, dan asuhan bayi baru
lahir normal.
6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat yaitu dengan tindakan resusitasi, namun hanya sampai pada
langkah awal resusitasi yaitu JAIKAN dan dilanjutkan dengan asuhan bayi
baru lahir normal.
7. Hasil evaluasi terhadap Bayi Ny.”R” yaitu bayi telah menangis kuat, warna
kulit kemerahan serta tonus otot sudah baik.
8. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dan proses
asuhan kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawaban bidan
terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada klien.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan disusunnya studi kasus ini keefektifan proses
belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus
asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari
studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat
menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta
menjadi sumber referensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam
pembuatan studi kasus pada semester akhir berikutnya.
68
69
95
2. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan
asfiksia dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di
dapat di bangku kuliah dan di lahan praktek serta mahir dalam penanganan
bayi asfiksia.
3. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya
pada kasus asfiksia dan dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat lebih
meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam
menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga Angka Kematian Bayi
(AKB) dapat diturunkan.
70
96
DAFTAR PUSTAKA
Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2015
Depkes RI, (2008) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan .Jakarta,Depkes.
Depkes RI, 2010, http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=423.Diakses tanggal 9 juni 2015, jam 21.10 wita.
Dewi,V,N,L,.(2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta, SlembaMedika.
Estiwidani, Dwiana. (2011) Konsep Kebidanan. Yogyakarta, Fitramayana.
Fauziah, Afroh, (2013) Asuhan Neonatus Resiko Tinggi & Kegawatan.Yogyakarta, Nuhamedika.
JNPK-KR, (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. POGI
Kemenkes RI, (2014) http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=14101.Diakses tanggal 27-07-2015.Jam 19.00 wita.
Prawirohardjo, S. (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta.PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (2012), (http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI 2012/27 Profil Kes. Prov.SulawesiTenggara_2012.pdf). Diakses tanggal 05 /07/2015 jam 09.00wita.
Profil Kesehatan Kabupaten Muna (2015). Di akses di Dinas KesehatanKabupaten Muna Tanggal 5 Agustus 2015.Jam 13.00 wita.
Saputra, Lyndon (2014). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Tanggerang Selatan,Bina Rupa Aksara.
Sasmi, (2014). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas & Neonatus Resiko Tinggi.Yogyakarta, Nuhamedika.
Simatupang, E.J., (2008). Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta. EGC.
Sudarti, (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi & Kegawatan. Yogyakarta, NuhaMedika.
71
97
Sukarni, (2014). Kehamilan, Persalinan, Nifas, & Neonatus Resiko Tinggi.Yogyakarta, Nuhamedika.
Varney, H.,Kriebs, J.M.,Gegor, L.C.,(2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi4. Jakarta. EGC.
Viona, (2012). (http://viona-bidangaul.blogspot.com/2012/05/contoh-kti-asfiksia-sedang.html). Diakses tangaal 21/07/2014 jam 21:16 wita).
WHO, (2012). http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7069. Diakses tanggal15/ 07/ 2015 jam 20.00 wita.
Yuliana, (2012), Proposal Asfiksia(http://yulianasept.blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia html). Di aksestanggal 27/07/2015, Jam 21.00 wita.
Yulianti. (2014) Karya Tulis Ilmiah Asfiksia Sedang(http;//Yulianti.blogspot.com/2014/10/KTI Asfiksia Sedang html). Diaksestanggal 10-08-2015.
72
98
99
100
Lampiran 3. Manajemen Resusitasi Bayi Baru Lahir
101
Lampiran 4 gambar bayi Ny”R”
102
Lampiran 5HASIL OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL BAYI
Tgl 30-04-2015Nama : Bayi Ny. RosdiaJK : perempuanBB : 3850 Gram
Jam HR RR S (ᵒC)BAK/ ASI/
MuntahBAB PASI
07.00 154 x/i 54 x/i 36,7 BAK (+) (-) (-)08.00 36,5 (-) PASI 20cc/NGT (-)09.00 36 (-) (-) (-)10.00 145 x/i 46 x/i 35,8 (-) (-) (-)11.00 150x/i 46x/i 35,4 (-) (-) (-)11.15 35,8 (-) (-) (-)12.00 145 x/i 45 x/i 36,2 (-) PASI 20 cc/oral (-)13.00 36,6 BAB (+) (-) (-)14.00 36,8 (-) (-) (-)15.00 142 x/i 42 x/i 36,6 (-) PASI 30cc/oral (-)16.00 36,8 (-) (-) (-)17.00 36,8 BAK (+) PASI 10cc/Oral (-)18.00 140 x/i 40 x/i 36,8 (-) (-) (-)19.00 36,8 BAK (+) (-) (-)20.00 36,8 (-) PASI 10cc/Oral (-)21.00 140 x/i 40 x/i 36,8 (-) (-) (-)22.00 36,8 (-) PASI 10cc/Oral (-)23.00 142x/i 40x/i 36,8 (-) (-) (-)24.00 36,8 (-) (-) (-)
HASIL OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL BAYITgl 01-05-2015Nama : Bayi Ny.RosdiaJK : perempuanBB : 3850 Gram
Jam HR S (ᵒC) RRBAK/ ASI/
MuntahBAB PASI
07.00 154 x/i 37,1 39 x/i (+) (-) (-)07.15 154 x/i 37,i 40 x/i (-) (-) (-)07.30 154 x/i 37,1 40 x/i (-) (-) (-)
103
07.45 155 x/i 37,2 40 x/i (-) (-) (-)08.00 155 x/i 37,2 40 x/i (-) PASI 10cc/oral (-)08.30 155 x/i 37,2 42 x/i (-) (-) (-)09.00 150 x/i 37,3 42 x/i (-) (-) (-)09.30 150 x/i 37,3 42 x/i (+) (-) (-)10.00 150 x/i 37,4 40 x/i (-) (-) (-)10.30 150 x/i 37,5 40 x/i (-) (-) (-)11.00 150 x/i 37,5 40 x/i (-) (-) (-)12.00 150 x/i 37,7 40 x/i (-) PASI 0cc/oral (-)13.00 150 x/i 38 40 x/i (-) (-) (-)14.00 148 x/i 37,8 41 x/i (+) (-) (-)15.00 148 x/i 37,5 43 x/i (-) (-) (-)
104
Lampiran 6
DAFTAR SINGKATAN
AKABA Angka Kematian Balita
AKB Angka Kematian Bayi
AKI Angka Kematian Ibu
BBLR Berat Badan Lahir Rendah
CO2 Karbon dioksida
CPD Cepalo Pelvic Disporportion
DM Diabetes Melitus
HPHT Hari Pertama Haid Terakhir
HR Hate Rate
JAIKAN Jaga kehangatan bayi, atur posisi sedikit tengada, Isap lendir
dimulut dan dihidung, keringkan badan bayi, Melakukan
rangsangan taktil menggosok/menepuk telapak kaki, atur kembali
posisi bayi dan menilai bayi
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
MDGs Millenium Development Goals
NGT Naso Gastric Tube
O2 Oksigen
RDS Respiratory Distres Syndrom
RR Respiration Rate
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
SC Seksio Caesarea
105
SDKI Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
SMK sesuai masa kehamilan
TP Tafsiran persalinan
TTN Transient Tachaypnea Of The Newborn
TT Tetanus Toksoid
TTV Tanda-Tanda Vital
VTP Ventilasi tekanan positif
WHO World Health Organization