Kti irnawati baco akbid paramata

116
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. RDENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 29 APRIL S.D 1 MEI TAHUN 2015 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh Irnawati Baco 2012.IB.0053 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA TAHUN 2015

Transcript of Kti irnawati baco akbid paramata

Page 1: Kti irnawati baco akbid paramata

i

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANANPADA BAYI NY. “R” DENGAN ASFIKSIA SEDANGDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA

TANGGAL 29 APRIL S.D 1 MEITAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikandi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Oleh

Irnawati Baco2012.IB.0053

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

KABUPATEN MUNATAHUN 2015

Page 2: Kti irnawati baco akbid paramata

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidananpada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedangdi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tanggal 29 April s.d 1 Mei Tahun 2015

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Milawati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

ii

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidananpada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedangdi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tanggal 29 April s.d 1 Mei Tahun 2015

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Milawati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

ii

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidananpada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedangdi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

Tanggal 29 April s.d 1 Mei Tahun 2015

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Milawati, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

ii

Page 3: Kti irnawati baco akbid paramata

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.

TIM PENGUJI

1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes (.....................................)

2. Milawati, S.ST (.....................................)

3. Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners (.....................................)

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Milawati, S.ST Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupatenMuna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes

iii

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.

TIM PENGUJI

1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes (.....................................)

2. Milawati, S.ST (.....................................)

3. Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners (.....................................)

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Milawati, S.ST Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupatenMuna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes

iii

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.

TIM PENGUJI

1. La Ode Muhlisi, A.Kep.,M.Kes (.....................................)

2. Milawati, S.ST (.....................................)

3. Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners (.....................................)

Raha, Juli 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Milawati, S.ST Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners

Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupatenMuna

Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes

iii

Page 4: Kti irnawati baco akbid paramata

iv

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Irnawati Baco

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Waara, 19 September 1994

Agama : Islam

Alamat lengkap : Desa Waara, Kecamatan Loghia, Kabupaten

Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara

B. Riwayat pendidikan

1. Lulus SDN 4 Lohia : Tahun 2006

2. Lulus SMPN 4 Raha : Tahun2009

3. Lulus SMAN 1 Lohia : Tahun 2012

4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha

Kabupaten Muna sampai sekarang

iv

iv

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Irnawati Baco

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Waara, 19 September 1994

Agama : Islam

Alamat lengkap : Desa Waara, Kecamatan Loghia, Kabupaten

Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara

B. Riwayat pendidikan

1. Lulus SDN 4 Lohia : Tahun 2006

2. Lulus SMPN 4 Raha : Tahun2009

3. Lulus SMAN 1 Lohia : Tahun 2012

4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha

Kabupaten Muna sampai sekarang

iv

iv

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Irnawati Baco

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Waara, 19 September 1994

Agama : Islam

Alamat lengkap : Desa Waara, Kecamatan Loghia, Kabupaten

Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara

B. Riwayat pendidikan

1. Lulus SDN 4 Lohia : Tahun 2006

2. Lulus SMPN 4 Raha : Tahun2009

3. Lulus SMAN 1 Lohia : Tahun 2012

4. Sejak tahun 2012 mengikuti pendidikan D3 Kebidanan Paramata Raha

Kabupaten Muna sampai sekarang

iv

Page 5: Kti irnawati baco akbid paramata

v

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi

DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna dengan judul : ” Manajemen

dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”R” Dengan Asfiksia

Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April-1 Mei

tahun 2015”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sedikit menemui

kendala, namun atas bantuan dari berbagai pihak sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada

Milawati, S.ST., selaku Pembimbing I dan Dina Asminatalia,S.Kep.,Ners., selaku

Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, pengarahan, masukan, kritikan serta petunjuk sehingga tersusunlah

Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan

Paramata Raha, Kabupaten Muna dan selaku penguji yang telah memberikan

masukan saran dan kritik dalam ujian Karya Tulis Ilmiah

2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes., selaku direktur Akademi Kebidanan

Paramata Raha, Kabupaten Muna

3. dr. Tutut Purwanto, selaku kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna yang telah banyak membantu penulis dalam pengambilan data Karya

Tulis Ilmiah di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.

4. Segenap Dosen dan Staf Program Studi DIII Kebidanan Paramata Raha,

Kabupaten Muna yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan selama

penulis mengikuti pendidikan.

v

v

Page 6: Kti irnawati baco akbid paramata

vi

Setiap orang selalu berusaha untuk mempersembahkan sebuah karya

yang baik termasuk penulis, namun patut disadari sepenuhnya Karya Tulis Ilmiah

ini belum sempurna baik isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu,

segala usul, saran, komentar serta kritikan yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan dan akan diterima dengan senang hati

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu kebidanan dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan

rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan Karya Tulis Ilmiah ini. Amin....

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Raha, Juli 2015

Penulis

vi

Page 7: Kti irnawati baco akbid paramata

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i

Lembar Persetujuan.................................................................................................ii

Lembar pengesahan................................................................................................iii

Riwayat Hidup........................................................................................................iv

Kata Pengantar.........................................................................................................v

Daftar Isi................................................................................................................vii

Daftar Tabel............................................................................................................ix

Moto dan Persembahan............................................................................................x

Intisari.....................................................................................................................xi

Bab I Pendahuluan.................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Ruang Lingkup Pembahasan........................................................................6

C. Tujuan Telaah...............................................................................................6

D. Manfaat Telaah.............................................................................................7

E. Metode Telaah..............................................................................................8

F. Sistematika Penulisan...................................................................................9

Bab II Tinjauan Pustaka.....................................................................................11

A. Telaah Pustaka...........................................................................................11

B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan...................................................40

Bab III Studi Kasus..............................................................................................52

A. Pengumpulan Data Dasar...........................................................................52

B. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual.......................................................57

C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial...................................................59

D. Tindakan Segera/Kolaborasi......................................................................60

E. Rencana Asuhan Kebidanan......................................................................61

F. Implementasi Asuhan Kebidanan..............................................................64

G. Evaluasi Keefektifan Asuhan.....................................................................67

H. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan.............................................67

I. Catatan Perkembangan...............................................................................75

Bab IV Pembahasan.............................................................................................82

vii

Page 8: Kti irnawati baco akbid paramata

viii

Bab V Penutup......................................................................................................93

A. Kesimpulan................................................................................................93

B. Saran...........................................................................................................95

Daftar Pustaka......................................................................................................96

Lampiran-Lampiran

viii

Page 9: Kti irnawati baco akbid paramata

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Nilai APGAR........................................................................................28

ix

Page 10: Kti irnawati baco akbid paramata

x

MOTO DAN PERSEMBAHAN

A. MOTO

1. Be Your Self.

2. Kegagalan adalah sukses yang tertunda, maka terus berusaha patang

menyerah karena sesuatu yang indah itu butuh perjuangan.

3. Sesulit apapun rintangannya, jika kita sabar menghadapi dan terus

berusaha yakinlah pasti kita bisa melaluinya.

B. PERSEMBAHAN

1. Terimah kasih kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan

dan jalan keluar disetiap kesulitan sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Kepada kedua orang tua tercinta, ayah (Uddin Baco) dan ibu (Wa Ode

Lifaana) yang selalu memberi doa dan motivasi baik moril maupun

material. Khusunya kepada ibu, terimah kasih, berkat doa dan

perjuanganmu semua menjadi lancar.

3. Kepada kanda Harmin Baco,S.Pd, Awaluddin Baco,A.MKL, Syahruddin

Baco,SE, Fandi Aklim Mangkarsi,Amd.Kep yang selalu memberikan

dukungan baik moril maupun materil dan semangat mengerjakan Karya

Tulis Ilmiah ini, menemani dan mendampingi dikala susah dan senang.

4. Teman-teman seperjuangan DIII Kebidanan Paramata Raha Kabupetan

Muna angkatan 2012. Khusunya kepada sahabat saya Elvi, Herda, Mina,

dan Nani yang selalu membantu memberikan masukan dan saran kepada

penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Kepada yang lebih terkhusus, Almamaterku tercinta.

x

Page 11: Kti irnawati baco akbid paramata

xi

INTISARI

Irnawati Baco (2012.IB.0053), “Manajemen Dan Pendokumentasian AsuhanKebidanan Pada Bayi Ny “R” Dengan Asfiksia Sedang di Rumah SakitUmum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April S.D 1 Mei Tahun 2015”Dibawah Bimbingan Milawati, S.ST dan Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners.

Latar belakang : Angka kematian bayi di Indonesia masih sangat tinggi salahsatu penyebabnya adalah asfiksia. Asfiksia sedang memerlukan penanganan yangsegera agar bayi dapat bertahan hidup. Angka kejadian bayi asfiksia di RumahSakit Umum Daerah Kabupaten Muna sejak mulai dibukanya ruang teratai ataukamar bayi pada bulan Januari 2014 sampai Mei 2015 jumlah kelahiran 1317bayi, bayi yang megalami asfiksia adalah 51 atau sekitar 3,8%.Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”R” denganAsfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yangdilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.Metode : Jenis laporan studi kasus menggunakan metode deskriptif, intrumenyang digunakan adalah format asuhan kebidanan, tehnik pengumpulan datamenggunakan data sekunder dan data primer.Hasil : Dari pengkajian pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang diketahui nilaiAPGAR skor pada menit pertama yaitu 6, warna tubuh kemerahan ekstremitaskebiruan, hidung dan mulut terdapat secret, mulut kebiruan dan aktifitas kurang.Asuhan yang diberikan yaitu melakukan JAIKAN.Setelah diberikan asuhanselama 3 hari kondisi asfiksia dapat teratasi dan kondisi bayi normal dengankeadaan umum bayi baik.Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada bayi Ny “R” dengan asfiksia sedang dalampelaksanaanya sebagian ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.

(xi Halaman + 94 Halaman + 1 Tabel + 3 Lampiran)Kepustakaan : 19 literatur (2008 s/d 2014)Kata kunci : Asuhan Kebidanan dan Asfiksia sedang

xi

Page 12: Kti irnawati baco akbid paramata

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 garam.

Neonatus adalah bayi yang berusia antara 0 sampai 1 bulan. Sementara itu, bayi

dan balita merupakan fase lanjutan dari neonatus. Masa-masa ini sangat penting

dan memerlukan perhatian dan perawatan khusus. Bahkan tidak jarang di

perlukan perawatan tambahan terutama apabila terjadi kelainan atau gangguan

pada neonatus, bayi, atau balita. Hal ini dapat di pahami karena pada waktu

kelahiran, bayi yang baru lahir mengalami sejumlah adaptasi. Bayi ini

membutuhkan pemantauan ketat untuk menghadapi masa transisi dari kehidupan

di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Penanganan bayi baru lahir yang sehat

yang kurang baik dapat menyebabkan kelainan atau gangguan yang

mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian. Asuhan keperawatan dan

kebidanan untuk neonatus, bayi, dan balita bertujuan memberikan asuhan secara

komprehensif kepada bayi baru lahir, baik pada saat di ruang perawatan maupun

pada saat di pulangkan, serta mengajarkan kepada orangtua yang percaya diri

(Saputra, 2014).

Beberapa masalah yang dapat muncul pada bayi baru lahir yaitu asfiksia

neonatorum, bayi baru lahir rendah, RDS, ikterus, kejang, hipotermia,

hipertermia, tetanus neonatorum, hipoglikemia, perdarahan tali pusat, dan

omfalitis (Saputra, 2014).

1

Page 13: Kti irnawati baco akbid paramata

2

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan

secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah

bayi lahir (Sukarni, 2014). Asfksia neonatorum adalah kegagalan napas secara

spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang di tandai

dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra, 2014).

Oleh karena itu pencegahan asfiksia sangat penting yaitu dengan

pemeriksaan prenatal yang baik dan memperhatikan gizi ibu. Penanganan dan

pemberian asuhan yang baik dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian

asfiksia hendaknya dilakukan secara komprehensif meliputi aspek promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta

memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh bio-psiko-sosial dan spiritual.

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator

yang digunakan, pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas,

dan status gizi. Derajat kesehatan Indonesia digambarkan melalui Angka

Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu

(AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit. Derajat kesehatan masyarakat

juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal

dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan

prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan,

lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya (Kemenkes RI, 2011).

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang

kesehatan, semakin bertambah pula permasalahan – permasalahan yang di hadapi

dalam bidang kesehatan. Jika di amati dengan baik seharusnya dengan semakin

Page 14: Kti irnawati baco akbid paramata

3

bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan, semakin

berkurang pula masalah – masalah kesehatan yang muncul. Tapi kenyataannya

berkata lain, yang muncul sekarang terutama di Negara Republik Indonesia ini

masalah – masalah kesehatan belum bisa teratasi dengan baik. Dengan contoh,

dapat dilihat angka kematian ibu dan bayi dari tahun ketahun semakin bertambah

dengan berbagai penyebab kematian yang berbeda – beda. Salah satunya banyak

ibu yang melahirkan dengan Asfiksia, yang mengakibatkan kematian pada bayi.

Kejadian kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu

sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal), pada umumnya disebabkan

oleh Tetanus Neonatorum, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan penyebab lain

seperti pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kurangnya

oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan

saat lahir atau beberapa saat setelah lahir/asfiksia lahir (Profil Kesehatan Provinsi

Sulawesi Tenggara Tahun 2012).

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan

derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal

mencapai 37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru

lahir di dunia meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari

semua kematian bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan

antara 25% sampai 45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama

kehidupan seorang bayi. Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal

di dunia antara lain bayi lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% serta

23% lain merupakan bayi lahir dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir

1

2

Page 15: Kti irnawati baco akbid paramata

4

menempati penyebab kematian bayi ke 3 di dunia dalam periode awal kehidupan

(World Health Organization (WHO), 2012).

Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)

berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah

dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah

32/1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40/1000 kelahiran hidup dan

mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) Angka

Kematian Bayi (AKB) turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja

sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).

Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010–2012

cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587 dari 42.624

kelahiran atau sekitar 1,37%, tertinggi terjadi di Kabupaten Kolaka 6,5%,

menyusul Kabupaten Bombana 3% dan Buton 2,7% sedangkan untuk Kabupaten

Muna berada pada urutan kesembilan yaitu 1,13%. Tahun 2011 jumlah kematian

bayi mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166

kematian dari 42.540 kelahiran atau sekitar 2,7%. Kematian Bayi yang tertinggi

pada tahun 2011 terdapat di Buton Utara 3,8%, disusul Kabupaten Bombana 3,7%

dan Kabupaten Muna berada pada urutan ketiga yaitu 3,5%. Tahun 2012 jumlah

kematian bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 693 kematian

dari 46.049 kelahiran atau sekitar 1,5% , jumlah tertinggi terjadi di Buton Utara

3,5%, menyusul Konawe Utara 2,5% dan Bombana 2,4%, sedangkan untuk

3

Page 16: Kti irnawati baco akbid paramata

5

Kabupaten Muna sendiri berada pada urutan keempat yaitu 2,1% (Profil

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012).

Data yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan

Kabupaten Muna pada tahun 2012 tercatat angka kejadian asfiksia sekitar 47

orang (0,81%) dari 5802 kelahiran dan 9 orang (0,15%) meninggal karena

asfiksia. Pada tahun 2013 angka kejadian asfiksia sekitar 46 orang (0,77%) dari

5946 kelahiran dan 9 orang (0,15%) meningal karena asfiksia. Pada tahun 2014

angka kejadian asfiksia 52 orang (0,91) dari 5714 kelahiran dan 11 orang (0,19%)

meninggal karena asfiksia(Profil Kesehatan Kabupaten Muna Tahun 2014).

Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

sejak mulai dibukanya ruang teratai atau kamar bayi pada bulan Januari 2014

sampai Mei 2015 jumlah kelahiran 1317 bayi, bayi yang megalami asfiksia adalah

51 atau sekitar 3,8%. Jumlah kematian bayi 58 atau sekitar 4,4% dan 4 atau

sekitar 6,8% diantaranya disebabkan oleh asfiksia (Catatan Rekam Medik Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015).

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi

penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah pelayanan antenatal yang

berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal

oleh tenaga professional. Untuk menurunkan kematian bayi baru lahir karena

asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir.

Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong persalinan

(JNPK-KR, 2008).

Page 17: Kti irnawati baco akbid paramata

6

Dengan melihat masih tingginya angka kematian bayi akibat asfiksia,

serta didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis tertarik untuk

mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.”R”dengan

Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan meliputi Manajemen Asuhan Kebidanan

pada Bayi Ny. ”R” dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna yang dilaksanakan pada tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

C. Tujuan Telaah

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”R” dengan

Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang

dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengumpulkan dan menganalisis data dasar pada bayi Ny.“R“

dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual pada bayi Ny.“R“ dengan

Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang

dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

c. Mampu merumuskan diagnosa/masalah potensial pada bayi Ny.”R“ dengan

Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna yang

dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

Page 18: Kti irnawati baco akbid paramata

7

d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada bayi Ny.“R“

dengan Asfiksai Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.“R“

dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

f. Mampu melaksanankan tindakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”R“

dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

g. Mampu melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan

pada bayi Ny.“R“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

h. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan

pada bayi Ny.”R“ dengan Asfiksia Sedang di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna yang dilaksanakan tanggal 29 April-1 Mei tahun 2015.

D. Manfaat Telaah

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Ujian Akhir

Pendidikan DIII Kebidanan Paramata Raha.

b. Sebagai pengalaman berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan

menambah wawasan penulis dalam memberikan perawatan kepada klien

dengan kasus Bayi Asfiksia.

5

Page 19: Kti irnawati baco akbid paramata

8

c. Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

sebagai bahan acuan bagi penulis Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

2. Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan

mahasiswa Diploma III Kebidanan Paramata Raha, dalam pelaksanaan asuhan

kebidanan.

3. Manfaat Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis serta

tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam memberikan Asuhan

Kebidanan pada Bayi Asfiksia dan dapat memperluas wawasan keilmuan

sebagai sarana pengembangan diri melalui penulisan Karya Tulis Ilmiah.

E. Metode Telaah

1. Studi Kepustakaan

Penulis mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan

asfiksia antara lain : membaca buku dari berbagai sumber, mengakses data

melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada.

2. Studi Kasus

Penulis menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan

kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny.“R“ meliputi : pengumpulan dan

analisa data, merumuskan diagnosa/masalah aktual dan potensial,

melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan,

melaksanakan tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan serta

6

Page 20: Kti irnawati baco akbid paramata

9

mendokumentasikan dengan metode Subyektif, Obyektif, Asessment dan

Planning (SOAP). Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Anamnesa

Melakukan Tanya jawab pada kedua orang tua bayi serta bidan untuk

memperoleh informasi secara aktual.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dilakukan secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki

yang meliputi pemeriksaan secara inspeksi, palpasi dan auskultasi.

c. Studi Dokumentasi

Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan

keadaan bayi yang bersumber dari catatan perawatan maupun dari sumber

lain yang menunjang yaitu hasil pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan diagnostik.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan studi kasus ini,

maka penulis menyusun secara sistematika yaitu :

1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup pembahasan,

tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tinjauan Pustaka terdiri dari tinjauan umum bayi baru lahir, tinjauan

umum asfiksia dan tinjauan umum tentang manajemen kebidanan.

3. Bab III Studi Kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi

diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa /masalah potensial, tindakan

7

Page 21: Kti irnawati baco akbid paramata

10

segera/kolaborasi, rencana asuhan kebidanan, implementasi asuhan kebidanan,

evaluasi keefektifan asuhan, pendokumentasian hasil asuhan.

4. Bab IV Pembahasan, membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil

studi kasus di lahan praktek.

5. Bab V Penutup berisikan kesimpulan hasil pelaksanaan studi kasus yang

dilaksanakan serta saran yang merupakan alternatif rujukan.

Page 22: Kti irnawati baco akbid paramata

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000

gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat antara 2.500-4.000

gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

kongenital (cacat bawaan) yang berat (Saputra, 2014).

b. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar

Kandungan.

Periode neonatal merupakan periode paling kritis dalam fase

pertumbuhan dan perkembangan bayi karena pada periode ini terjadi

transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar

kandungan yang merupakan perubahan drastis. Proses transisi ini

menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna

memastikan kemampuan bertahan hidup. Proses penyesuaian fungsional

neonatus (bayi baru lahir) dari kehidupan di dalam kandungan ke

kehidupan di luar kandungan di sebut adaptasi fisiologis.

Pada neonatus lewat waktu dapat terjadi hambatan pada

pertumbuhan janin intrauterine akibat penurunan fungsi plasenta. Hal ini

dapat menyebabkan hipoksia janin.

11

Page 23: Kti irnawati baco akbid paramata

12

1) Sistem Pernapasan/Respirasi

Perubahan yang terjadi pada sistem pernapasan adalah selama dalam

kandungan, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui

plasenta. Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10

detik pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernapasan pertama

terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

a) Stimulasi mekanik, yaitu karena tekanan mekanik dari toraks pada

saat melewati jalan lahir.

b) Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan PaO2 (dari 80 ke 15 mmHg),

kenaikan PaO2(dari 40 ke 70 mmHg), dan penurunan pH

merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus.

c) Stimulasi sensorik, yaitu adanya rangsangan suhu dingin

mendadak pada bayi saat meninggalkan suasana hangat pada

uterus dan memasuki udara luar yang relatif dingin.

d) Refleks deflasi hering breur.

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk

mengeluarkan cairan dalam paru-paru serta mengembangkan

jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

2) Perlindungan Termal

Ketika bayi baru lahir, ia berada pada suhu lingkungan yang lebih

rendah dari pada suhu di dalam kandungna ibu. Hilangnya panas dari

tubuh bayi baru lahir ke lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa

mekanisme, yaitu sebagai berikut:

Page 24: Kti irnawati baco akbid paramata

13

a) Konduksi

Konduksi adalah pemindahan panas dari suatu objek ke objek lain

melalui kontak langsung. Melalui proses ini, panas dari tubuh bayi

berpindah ke objek lain yang lebih dingin yang bersentuhan

langsung dengan kulit bayi. Meja, tempat tidur, atau timbangan

yang suhunya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas

tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi di letakkan di

atas benda-benda tersebut. Tangan penolong yang dingin saat

memegang bayi baru lahir dan penggunaan stetoskop yang dingin

saat memeriksa bayi baru lahir juga dapat menyebabkan

kehilangan panas karena konduksi.

b) Konveksi

Hilangnya panas melalui konveksi terjadi ketika panas dari tubuh

bayi berpindah ke udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang di

lahirkan atau di tempatkan di dalam ruangan yang dingin akan

cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi

jika terdapat konveksi aliran udara dari kipas angin dan hembusan

udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. Kehilangan panas

dapat terjadi misalnya karena membiarkan atau menempatkan bayi

baru lahir di dekat pintu yang sering terbuka dan tertutup atau

karena menempatkan bayi di ruang yang terpasang kipas angin.

Page 25: Kti irnawati baco akbid paramata

14

c) Radiasi

Radiasi adalah perpindahan panas antara dua objek dengan suhu

berbeda tanpa saling bersentuhan. Kehilangan panas melalui

radiasi karena bayi di tempatkan di dekat benda-benda yang

mempunyai suhu lebih rendah dari pada suhu tubuh bayi. Bayi bisa

kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut

menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan

secara langsung). Contohnya adalah jika bayi baru lahir di biarkan

dalam ruangan yang dingin tanpa di beri pemanas (radiant

warmer), bayi baru lahir di biarkan telanjang, bayi baru lahir di

tidurkan berdekatan dengan bagian ruangan yang dingin, misalnya

dekat tembok.

d) Evaporasi

Evaporasi adalah proses perpindahan panas dengan cara

mengubah cairan menjadi uap. Evaporasi adalah jalan utama bayi

kehilangna panas.

3) Metabolisme karbohidrat.

Di dalam kandungan, janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari

plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir

menyebabkan seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar

glukosa darahnya sendiri.

Page 26: Kti irnawati baco akbid paramata

15

4) Sistem perederan darah

Janin menerima oksigen dan sari-sari makanan dari plasenta. Selain

itu, plasenta juga menjalankan fungsi paru-paru sehingga tidak ada

sirkulasi pulmonal seperti pada orang dewasa. Pada bayi baru lahir

terjadi perubahan fisiologis pada sistem peredaran darah karena paru-

paru mulai berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen ke seluruh

jaringan tubuh berubah.

5) Sistem Gastrointestinal

Pada bayi baru lahir, saluran pencernaan mengandung zat berwarna

hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini di sebut

mekonium. Mekonium biasanya di keluarkan dalam 12-24 jam

pertama dan dalam 4 hari biasanya feses sudah terbentuk dan berwarna

kekuningan.

6) Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)

Semua bayi baru lahir dan terutama bayi prematur, berisiko tinggi

terkena infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupannya. Selama

periode ini, infeksi merupakan salah satu penyebab utama mordibitas

dan mortalitas. Bayi baru lahir tidak dapat membatasi patogen yang

menerobos masuk akibat hipofungsi mekanisme inflamasi dan imun.

7) Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal

Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relatif banyak air. Bayi baru lahir

sudah buang air kecil dalam 24 jam pertama. Jumlah urine sekitar 20-

Page 27: Kti irnawati baco akbid paramata

16

30 Ml/jam dan meingkat menjadi 100-200 mL/jam pada akhir minggu

pertama.

8) Sistem Hepatik

Segera setelah lahir, pada hati terjadi perubahan kimia dan morfologis,

yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan

glikogen.

9) Sistem Saraf

Fungsi sensori pada bayi baru lahir sudah sangat berkembang dan

memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan,

termasuk proses perlekatan (attachment) (Saputra, 2014).

c. Ciri-Ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal

Berat badan 2.500 – 4.00 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar

kepala 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, masa kehamilan 37-42 minggu,

denyut jantung pada menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian turun

menjadi 120 kali/menit, respirasi pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80

kali/menit, kemudian turun mejadi 40 kali/menit, kulit berwarna

kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan di

liputi verniks kaseosa, kuku agak panjang dan lemas, genetalia perempuan

labia mayor sudah menutupi labia minor sedangkan laki- laki testis sudah

turun dalam skroktum, refleks mengisap dan menelan, refleks moro,

refleks menggenggam sudah baik, jika di kagetkan. Bayi akan

memperlihatkan gerakan seperti memeluk, jika di letakkan suatu benda di

telapak tangan bayi, bayi akan menggenggam (grasping refleks). Eliminasi

Page 28: Kti irnawati baco akbid paramata

17

baik urine dan mekoniium keluar dalam 24 jam pertama serta suhu 36,5-

37°C (Saputra, 2014).

d. Tahapan Pada Bayi Baru Lahir

1) Tahap I terjadi segera setelah lahir

Selama menit pertama kelahiran, pada tahap ini digunakan sistem

scoring APGAR untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan

ibu.

2) Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas

Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap

adanya perubahan prilaku.

3) Tahap III disebut tahap periodik

Ditahap ini pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang

meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi, 2010).

e. Penanganan Bayi Baru Lahir Normal

Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah menjaga

bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran napas (hanya jika perlu),

mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda

bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan inisiasi menyusui

dini, memberikan suntikan vitammin K1, memberi salep mata antibiotik

pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik, serta memberi imunisasi

Hepatitis B.

Page 29: Kti irnawati baco akbid paramata

18

1) Menjaga bayi agar tetap hangat

Langkah awal dalam menjaga bayi agar tetap hangat adalah dengan

menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir. Lalu, tunda

memandikan bayi selama setidaknya 6 jam atau sampai bayi stabil

untuk mencegah hipotermia.

2) Membersihkan saluran napas

Bayi normal akan segera menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera di bersihkan

dengan cara sebagai berikut:

a. Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril.

b. Bayi di letakkan dengan posisi terlentang di tempat yang keras dan

hangat. Badan bayi dalam keadaan terbungkus.

c. Posisi kepala bayi di atur lurus sedikit tengadah ke belakang.

d. Pangkal penghisap lendir di bungkus dengan kain kasa steril,

kemudian di masukkan ke dalam mulut bayi.

e. Tangan kanan penolong membuka mulut bayi, kemudian jari

telunjuk tangan kiri di masukkan ke dalam mulut bayi sampai

epiglotis (untuk menahan lidah bayi). Setelah itu, jari tangan

kanan memasukkan pipa.

f. Dengan posisi sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri, lendir di

isap sebanyak-banyaknya dengan arah memutar.

g. Selang di masukkan berulang-ulang ke hidung dan mulut untuk

dapat mengisap lendir sebanyak-banyaknya.

Page 30: Kti irnawati baco akbid paramata

19

h. Lendir di tampung di atas bengkok dan ujung pipa di bersihkan

dengan kain kasa.

i. Pengisapan di lakukan sampai bayi menangis dan lendirnya bersih.

Setelah itu, daerah telinga dan sekitarnya juga di bersihkan.

3) Mengeringkan tubuh bayi

Tubuh bayi di keringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan

membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah di

keringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit

sebelum tali pusat di klem. Hindari mengeringkan punggung tangan

bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari

puting ibunya yang berbau sama.

4) Memotong dan mengikat tali pusat

Cara pemotongan tali pusat adalah sebagai berikut:

a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.

b. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT/klem

tali pusat 3 cm dari dinding perut bayi.

c. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan

menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan

lainnya memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan

menggunakan gunting tali pusat DTT/steril.

Page 31: Kti irnawati baco akbid paramata

20

d. Ikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian

lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.

e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan dalam

larutan klorin 0,5%.

f. Letakkan bayi tengkurap di atas dada ibu untuk upaya inisiasi

menyusui dini.

5) Melakukan Inisiasi Menyusui Dini

Prinsip pemberian ASI adalah di mulai sedini mungkin, eksklusif

selam 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat di lakukan setelah

tali pusat bayi di potong dan di ikat.

6) Memberikan Identitas Diri

Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

menyatakan bahwa setiap anak berhak atas identitas diri. Oleh sebab

itu, tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan perlu menuliskan

keterangan lahir untuk di gunakan orangtua dalam memperoleh akte

kelahiran bayi.

7) Memberikan Suntikan K1

Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,

semua bayi akan beresiko untuk mengalami perdarahan. Suntikan

vitamin K1 di lakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian

imunisasi Hepatitis B.

Page 32: Kti irnawati baco akbid paramata

21

8) Memberi Salep Mata Antibiotik pada kedua Mata

Salep mata antibiotik di berikan untuk mencegah terjadinya infeksi

pada mata. Salep ini sebaiknya di berikan 1 jam setelah lahir. Salep

mata yang biasa di gunakan adalah tertrasiklin 1%.

9) Memberikan Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB0) di berikan 1-2 jam setelah

pemberian vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi hepatitis B

bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatiti B terhadap bayi, terutama

jalur penularan ibu-bayi.

10) Melakukan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir di lakukan untuk mengetahui

apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera dan

kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan

kelahiran.

f. Neonatus Resiko Tinggi

1) Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas seacar spontan dan

teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang di tandai

dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (IDAI). Seorang

neonatus di katakan mengalami asfiksia jika memenuhi kondisi

sebagai berikut yitu nilai APGAR menit kelima 0-3, ditemukan

asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat(pH ≤ 7), gangguan

neurologis, adanya gangguan sistem multiorgan.

Page 33: Kti irnawati baco akbid paramata

22

2) Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.

BBLR dapat di golongkan dua yaitu BBLR prematuritas murni yaitu

BBLR yang memiliki gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan

sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa di sebut

neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (SMK).

Sedangkan BBLR dismatur yaitu BBLR yang lahir dengan berat badan

kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan.

3) Respiratory Distres Syndrom (RDS)

Respiratory distres syndrom (RDS) adalah sindrom gawat napas yang

di sebabkan oleh defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir

dengan masa gestasi kurang. Kumpulan gejala dari RDS terdiri atas

sesak nafas berat (dispnea), frekuensi napas meningkat lebih dari 60

kali/menit, sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan

daya pengembang paru, terdapat gambaran inflitrat alveolar yng

merata pada foto toraks dan dan adanya atelektasis, kongesti vaskular,

perdarahan, edema paru, serta adanya membran hialin pada saat

autopsi.

4) Ikterus

Ikterus adalah kondisi dimana terdapat bilirubin dalam jumlah yang

berlebih di dalam darah yang menyebabkan warna kuning pada kulit

neonatus, membran mukosa, dan sklera. Ikterus fisiologi adalah ikterus

Page 34: Kti irnawati baco akbid paramata

23

normal yang di alami bayi baru lahir, tidak memiliki dasar patologis

sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus. Sedangkan ikterus

patologis adalah ikterus yang memiliki dasar patologis dengan kadar

bilirubin mencapai suatu nilai yang di sebut hiperbilirubenia.

5) Kejang

Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologis baik fungsi

motorik maupun fungsi autonomik karena kelebihan pancaran listrik

pada otak. Kejang itu sendiri bukanlah suatu penyakit tetapi

merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik.

Penyebab kejang harus segera di kelola dengan baik agar dapat di

antisipasi dengan tindakan promotif dan preventif.

6) Hipotermia

Hipotermia pada bayi adalah kondisi dimana bayi mengalami atau

beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah

35,5°C. Gejala awal hipotermia adalah suhu tubuh di bawah 36°C atau

kedua kaki dan tangan teraba dingin.

7) Hipertermia

Hipertermia bayi baru lahir adalah suatu kondisi di mana suhu inti

tubuh bayi berada terus menerus di atas 37,8°C peroral atau 38,8°C

perectal. Kondisi ini di sebabkan oleh suhu lingkungan yang berlebih,

dehidrasi, atau perubahan mekanisme pengaturan sentral yang

berhubungan dengan trauma lahir pada otak atau malformasi dan obat-

Page 35: Kti irnawati baco akbid paramata

24

obatan. Hipertermia ini bukan di sebabkan oleh pengaturan panas

hipotalamus.

8) Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada

neonatus yang di induksi oleh eksotoksin dan clostridium tetani .

Masa inkubasi clostrudium tetani berkisar antara 3-14 hari, tetapi

bisa lebih pendek atau lebih pajang. Berat atau ringannya penyakit

juga tergantung dari masa inkubasi. Makin pendek masa inkubasi

biasanya prognosisnya makin buruk.

9) Hipoglikemia

Hipoglikemia pada neonatus adalah kosentrasi glukosa darah bayi

yang lebih rendah daripada kosentrasi rata-rata pada populasi bayi

dengan usaha dan BB yang sama;di bawah 1,7mmol/L (30mg/Dl)

untuk bayi cukup bulan dan kurang dari1,1 mmol/L (20 mg/dL) untuk

bayi kurang bulan.

10) Perdarahan Tali Pusat

Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang keluar di sekitar tali

pusat bayi. Perdarahan ini normal jika terjadi dalam jumlah sedikit,

yaitu perdarahan tidak melebihi luasan uang logam dan akan berhenti

melalui pemberian tekanan yang halus selama 5 menit.

11) Omfalitis

Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat, terutama pada pangkal tali

pusat. Kondisi ini terutama terjadi pada neonatus dan jarang terjadi di

Page 36: Kti irnawati baco akbid paramata

25

luar masa neonatal. Infeksi dapat meluas hinga vena porta dan

menyebabkan berbagai komplikasi.

2. Asfiksia

a. Pengertian

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan

secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat

sesudah bayi lahir (Sukarni, 2014). Asfksia neonatorum adalah kegagalan

napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah

lahir yang di tandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra,

2014). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan

teratur segera setelah lahir (WHO). Asfiksia adalah kegagalan untuk

memulai dan melanjutkan pernapasan secara spontan dan teratur pada saat

bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Fauziah, 2013).

b. Etiologi

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama

kelahiran, kemudian di susul dengan pernapasan teratur. Jika dalam proses

tersebut terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari

ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat

timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir.

Penyebab asfiksia menurut adalah sebagai berikut:

1) Asfiksia dalam kehamilan

a) Penyakit infeksi akut

b) Penyakit infeksi kronik

Page 37: Kti irnawati baco akbid paramata

26

c) Keracunan oleh obat bius

d) Uremia dan toksemia gravidarum

e) Anemia berat

f) Cacat bawaan

g) Trauma

2) Asfiksia dalam persalinan

a) Kekurangan O2 terdiri dari partus lama, ruptur uteri yang

memberat, tekanan terlalu kuat pada plasenta oleh kepala janin,

prolapsus fenikuli, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak

tepat pada waktunya, perdarahan banyak, serta kalau plasenta

sudah tua (serotinus).

b) Paralisis pusat pernapasan terdiri atas trauma dari luar seperti oleh

tindakan forseps serta trauma dari dalam akibat obat bius (Saputra,

2014).

c. Tanda dan Gejala Asfiksia

1) Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat

(kurang dari 30 kali per menit).

2) Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada).

3) Tangisan lemah atau merintih.

4) Warna kulit pucat atau biru.

5) Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.

6) Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) (Sudarti, 2014).

Page 38: Kti irnawati baco akbid paramata

27

d. Klasifikasi klinis

1) Asfiksia Berat (nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga

memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda

dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:

a) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali/menit.

b) Tidak ada usaha napas.

c) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.

d) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.

e) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.

f) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau

sesudah persalinan.

2) Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai

berikut:

a) Frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit.

b) Usaha napas lambat.

c) Tonus otot kurang baik atau baik.

d) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.

e) Bayi tampak sianosis.

f) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses

persalinan.

19

Page 39: Kti irnawati baco akbid paramata

28

3) Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-10)

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah

sebagai berikut :

a) Tak dari 60 kali/menit.

b) Bayi tampak sianosis.

c) Adanya retraksi sela iga.

d) Bayi merintih (grunting).

e) Adanya pernapasan cuping hidung.

f) Bayi kurang aktivitas (Dewi, 2010).

Tabel 1 Skor APGAR

Tanda 0 1 2

Frek.jantung

Tonus otot

Pernapasan

Refleks

Warna Kulit

Tidak ada

Tidak ada

Lemah

Tdk mrspon

Biru/pucat

<100/menit

Pelan,ireguler

Ada fleksi

Menyeringai

Tubuh

merah,ekstremitas

biru

>100/menit

Baik,menangis

Gerak aktif

Batuk,bersin

Seluruh merah

Sumber (Sasmi, 2014).

e. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan

dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat

Page 40: Kti irnawati baco akbid paramata

29

dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.

Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

1) Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya,

akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit

di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda

bahaya

2) Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi

pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi

dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada

presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri

persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3) Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks

dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah

janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan

turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu

dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

f. Patofisiologis

Varney (2007), hipoksia dimulai dengan frekuensi jantung dan

tekanan darah pada awalnya meningkat dan bayi melakukan upaya megap-

megap. Bayi kemudian masuk pada periode Apnea Primer. Bayi yang

Page 41: Kti irnawati baco akbid paramata

30

menerima stimulasi adekuat selama Apnea Primer akan melakukan usaha

napas dan bayi yang mengalami asfiksia jauh lebih berbeda dalam tahap

Apnea Sekunder. Apnea Sekunder cepat menyebabkan kematian kalau

tidak dibantu dengan pernapasan buatan dan warna bayi berubah dari biru

menjadi putih karena bayi baru lahir menutupi sirkulasi perifer sebagai

upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ seperti jantung dan

ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah di

paru-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini menyebabkan paru-paru

resisten terhadap ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi.

Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan

metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob,

terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber

energi pada saat darurat. Neonatus yang lahir melalui seksio caesarea,

terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan pengurangan

cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru

basah yang lebih persisten, situasi ini dapat mengakibatkan Takipnea

sementara pada bayi baru lahir Transient Tachaypnea Of The Newborn

(TTN).

g. Penanganan Bayi Asfiksia

1) Persiapan Resusitasi

a) Memakai alat pelindung diri : celemek plastik, sepatu yang

tertutup.

b) Lepaskan cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.

22

Page 42: Kti irnawati baco akbid paramata

31

c) Cuci tangan dengan air mengalir atau alkohol yang bercampur

gliserin.

d) Keringkan dengan lap bersih.

e) Gunakan sarung tangan.

2) Keluarga

Bicarakan dengan keluarga tentang kemungkinan yang terjadi

pada ibu, kemungkinan yang terjadi pada bayi, persiapan yang perlu

dilakukan.

3) Langkah awal resusitasi

a) Bila air ketuban bercampur mekonium maka dapat melakukan

langkah berikut :

(1) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.

(2) Memotong tali pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan

langkah awal yaitu jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi,

isap lendir, keringkan dan rangsang bayi, atur posisi kepala

bayi,dan evaluasi. Bila bayi bernapas spontan maka di

lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir normal.

b) Bila bayi tidak bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi

dengan cara sebagai berikut :

(1) Pasang sungkup

Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut,

dagu.

Page 43: Kti irnawati baco akbid paramata

32

(2) Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara melalui alat tabung &

sungkup / memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan

hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air), melihat apakah

dada bayi mengembang saat di tiup atau di pompa. Jika dada

bayi tidak berkembang maka memeriksa posisi sungkup dan

pastikan tidak ada udara bocor, memeriksa posisi kepala dan

membetulkan agar sedikit ekstensi, memeriksa apakah ada

cairan /lendir dimulut dan mengisap bila ada, meniup udara

melalui alat tabung & sungkup / memompa alat balon &

sungkup ke mulut & hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm

air) dan melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi

berkembang.

(3) Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm

air.

(4) Lakukan penilaian tentag usaha napas, jika bernapas spontan

maka menghentikan ventilasi bertahap, kemudian melakukan

asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas maka ulangi

ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik

(5) Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik, kemudian

melanjutkan dengan menilai usaha napas bayi. Jika bayi

bernapas spontan maka hentikan ventilasi bertahap lalu

lakukan asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas

spontan maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik

Page 44: Kti irnawati baco akbid paramata

33

dan hentikan ventilasi serta nilai frekuensi jantung, napas tiap

ventilasi 30 detik.

(6) Jika megap-megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi

maka meneruskan ventilasi 20x/30 detik, hentikan ventilasi &

nilai napas tiap ventilasi 30 detik, kemudian menyiapkan

rujukan bayi bersama ibunya sesuai pedoman.

(7) Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 10 menit maka

pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10

menit (Depkes RI, 2007).

4) Tindakan khusus

Tindakan ini dikerjakan setelah penatalaksaaan awal

diselenggarakan tanpa hasil, prosedur yang dilakukan disesuaikan

dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi, yang dinyatakan oleh

tinggi rendahnya nilai APGAR.

1) Asfiksia ringan (7-9)

Penanganan pada bayi dengan asfiksia ringan sama halnya dengan

penangan bayi baru lahir pada umumnya. Biasanya hanya

memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lendir atau

cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb syringe atau

suction unit tekanan rendah. Penghisapan harus dilakukan secara

hati-hati karena penghisapan terlalu kuat/traumatik dapat

menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti

jantung. Stelah dilakukan penghisapan observasi tanda-tanda vital

Page 45: Kti irnawati baco akbid paramata

34

dan APGAR score bayi dan masukkan kedalam inkubator karena

neonatus yang mengalami asfiksia mempunyai sistem pengaturan

suhu tubuh yang lebih tidak stabil sehingga dapat mengakibatkan

hipotermi dimana hipotermi ini dapat memperberat/ memperlambat

pemulihan keadaan asidosis yang terjadi. Apabila tindakan diatas

tidak berhasil maka perlakukan bayi sebagai penderita asfiksia

sedang.

2) Asfiksia sedang (4-6)

a) Pada keadaan ini dapat dilakukan rangsangan untuk menimbulkan

refleks pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik,

bila waktu tersebut pernapasan tidak timbul maka segera lakukan

penghisapan lendir dan berikan rangsangan nyeri berupa tepokan

atau sentilan pada telapak kaki dan gosokkan selimut kering pada

punggung sambil memantau frekuensi jantung dan respirasi

secara terus-menerus. Pernapasan aktif dapat dilakukan dengan

pernapasan kodok (frog breathing) selama 1-2 menit dengan cara

kepala bayi diletakkan dalam ekstensi maksimal kemudian

masukkan pipa kedalam hidung dan alirkan O2 dengan kecepatan

1-2 liter/menit. Lakukan gerakan membuka dan menutup lubang

hidung dan mulut disertai pergerakan dagu keatas dan kebawah

secara teratur dalam frekuensi 20 kali/menit dengan

memperhatikan gerakan dinding thoraks dan abdomen. Bila bayi

28

Page 46: Kti irnawati baco akbid paramata

35

mulai memperlihatkan pernapasan, usahakan upaya gerakan

tersebut diikuti.

b) Bila frekuensi jantung menurun atau tidak adekuat dalam waktu

tersebut, maka berikan Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dengan

kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat ventilasi

maka lakukan tehnik pernapasan buatan dari mulut ke mulut

dengan menggunakan prinsip pencegahan infeksi. Sebelum

bantuan pernapasan dilakukan, terlebih dahulu dimasukkan

pharyngeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah

kedepan agar jalan nafas berada dalam keadaan sebebas-

bebasnya. Sebelum peniupan dilakukan telebih dahulu mulut

penolong diisi dengan O2. Peniupan dilakukan secara teratur

dengan frekuensi 20-30 kali/menit perhatikan gerakan pernapasan

yang mungkin timbul. Tindakan dikatakan tidak berhasil bila

setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi

jantung atau pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi

harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.

3) Asfiksia berat (0-3)

Resusitasi aktif harus segera dilakukan, langkah utama memperbaiki

ventilasi paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan

berulang-ulang. Cara yang terbaik dengan melakukan intubasi

endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2

diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Asfiksia berat

29

Page 47: Kti irnawati baco akbid paramata

36

hampir selalu disertai asidosis, yang membutuhkan perbaikan segera

karena itu, Bikarbonas Natrikus 7,5% harus segera diberikan dengan

dosis 2-4 ml/kg berat badan, disamping itu glukosa 40% diberikan

pula 1-2 ml/kg berat badan, untuk menghindarkan dari efek samping

obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat

diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui pembuluh darah

umbilikus. Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak

timbul dan frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 kali/menit)

maka pemberian obat-obatan lain serta massage jantung sebaiknya

dilakukan. Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan

diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali/menit. Tindakan ini

dilakukan berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap kali massage

jantung diikuti dengan satu kali pemberian nafas buatan, bila

tindakan-tindakan tersebut di atas tidak memberi hasil yang

diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin

disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum

diperbaiki secara semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia

diafragmatika, atresia atau stenosis jalan nafas (Prawirohardjo, 2008)

h. Komplikasi Bayi Baru Lahir Asfiksia

Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :

1) Edema otak & Perdarahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah

berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke

Page 48: Kti irnawati baco akbid paramata

37

otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan

iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat

menimbulkan perdarahan otak.

2) Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,

keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,

yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah

jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan

ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada

pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran

urine sedikit.

3) Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan

pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan

persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat

menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak

efektif.

4) Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan

menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan

perdarahan pada otak (Yulianti, KTI asfiksia sedang) di akses tanggal

10 agustus 2015.

Page 49: Kti irnawati baco akbid paramata

38

i. Asuhan pasca resusitasi

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah

menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan pada

keadaan :

1) Resusitasi berhasil

Bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau sesudah

ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan. Resusitasi dinyatakan

berhasil apabila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal

yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.

Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.

a) Konseling

(1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang

telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.

(2) Ajarkan ibu cara menilai pernafasan dan menjaga kehangatan

tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan segera hubungi penolong.

(3) Anjurkan ibu segera memberi ASI pada bayi (asuhan dengan

metode kanguru).

(4) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda

bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan

segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.

b) Lakukan asuhan bayi baru lahir normal, meliputi :

(1) Anjurkan ibu menyususi sambil memperhatikan dan membelai

bayinya.

31

Page 50: Kti irnawati baco akbid paramata

39

(2) Berikan vitamin K1, antibiotik, salep mata dan imunisasi

hepatitis B.

(3) Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi

selama 2 jam pertama.

(4) Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi. Tarikan

intercostal, nafas megap-megap, frekuensi nafas < 30 kali/

menit atau > 60 kali/menit, bayi kebiruan atau pucat, bayi lemas.

(5) Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernafas

normal.

(6) Jaga bayi agar tetap hangat dan kering.

2) Resusitasi tidak/kurang berhasil/bayi memerlukan rujukan

Bayi perlu rujukan, yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas

atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada

pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk, segera rujuk ke

fasilitas rujukan. Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan

sesudah resusitasi :

a) Frekuensi pernafasan < 30 kali/menit atau > 60 kali/menit.

b) Adanya retraksi tarikan intercostal.

c) Bayi merintih (bising nafas ekspirasi) atau megap-megap (bising

nafas inspirasi).

d) Tubuh bayi pucat atau kebiruan.

Page 51: Kti irnawati baco akbid paramata

40

3) Resusitasi gagal

Resusitasi dinyatakan gagal apabila setelah 20 menit diventilasi, bayi

gagal bernapas, hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan

mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan

kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral

yang adekuat secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluaraga

untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan

dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.

B. Tinjauan Umum Manajemen Kebidanan

Pengertian manajemen sering dikenal orang dengan defenisi “ proses

melaksanakan pekerjaan melalui orang lain“. Dalam pelayanan kebidanan,

manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk

memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan

kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan, dan kepuasan bidan sebagai

provider (Simatupang, 2008).

1. Pedoman Penerapan

Manajemen kebidanan adalah suatu metoda pengaturan,

pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam urutan yang logis, efektif dan

efisien baik bagi pasien maupun bidan sebagai petugas kesehatan. Pada saat

ini manejemen kebidanan belum diterapkan oleh komunitas bidan yang ada di

unit pelayanan kesehatan, hanya dilaksanakan pada institusi pendidikan.

Pedoman manajemen asuhan kebidanan ini disusun untuk

memberikan arahan bagaimana bidan berfikir kritis, analisis dan sistimatis 32

Page 52: Kti irnawati baco akbid paramata

41

dalam menangani kliennya. Saat memberikan asuhan kepada ibu hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta balita disetiap tatanan pelayanan

kesehatan. Sehingga pada saat memberikan pelayanan seorang bidan dapat

memberikan tindakan antisipatif, tindakan emergency dan tindakan

komprehansif dengan cepat dan tepat. Pada pedoman ini dijelaskan pula

bagaimana cara mendokumentasikan asuhan kebidanan yang sudah dilakukan

bidan pada status pasien atau rekam medik.

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis

sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi

seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus

yang menjadi tanggung jawabnya.

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang profesional memberikan

asuhan kepada klien. Sesuai dengan perannya pula bidan memiliki kewajiban

memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan

kesehatan. Untuk melaksanakan asuhan tersebut di gunakan metode dan

pendekatan yang di sebut manajemen kebidanan. Dalam melaksanakan

tugasnya pada pelayanan kebidanan,seorang bidan melakukan pendekatan

dengan metode pemecahan masalah yang di kenal dengan manajemen

kebidanan (Estiwidani, 2011).

Page 53: Kti irnawati baco akbid paramata

42

2. Langkah–Langkah Manajemen

Proses Asuhan Kebidanan (Varney, 2007)

a. Langkah I : Pengkajian dan analisa data dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengeveluasi keadaan

klien secara lengkap yaitu : riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai

dengan kebutuhannya, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya,

dan membandingkan dengan hasil studi.

Data subjektif pada pengkajian bayi asfiksia di dapatkan

bahwa asfiksia pada bayi baru lahir pada kehamilan lewat bulan yang

mengakibatkan ketuban bercampur mekonium. Setelah itu terjadinya

asfiksia karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah

rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat.

Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia sedang

diperlukan data obyektif yang meliputi frekuensi detak jantung kurang

dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik,

bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang di berikan, bayi

tampak sianosis dan tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna

selama proses persalinan, berdasarkan data dari klien dengan bayi baru

lahir asfiksia dan rentan terjadinya hipotermi dan kematian pada janin.

b. Langkah II : Merumuskan Diagnosa Masalah Aktual

Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang

diputuskan berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa

3

4

Page 54: Kti irnawati baco akbid paramata

43

dasar. Dalam menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan

profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa

kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan

hidup klien.

Data objektif pada pengkajian data bayi asfiksia didapatkan

bahwa bayi lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dan bayi lahir dengan

asfiksia sedang.

Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia diperlukan

data objektif yang meliputi bayi lahir tidak segera menangis, tubuh

kemerahan dan ekstremitas bawah biru/pucat, bibir pucat, banyak lendir

pada hidung dan mulut dan Apgar Scor 6/8.

c. Langkah III : Merumuskan Diagnosa Atau Masalah Potensial.

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

melakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat

bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia diperlukan

data objektif yang meliputi bayi lahir tidak segera menangis, tubuh

kemerahan dan ekstremitas bawah biru/pucat, bibir pucat, banyak lendir

pada hidung dan mulut dan Apgar Scor 6/8. Berdasarkan diagnosa

asfiksia sedang masalah potensial yang akan timbul yaitu terjadinya

Page 55: Kti irnawati baco akbid paramata

44

asfiksia berat, hipotermi, edema otak & perdarahan otak, anuria/oliguria,

kejang, dan koma.

d. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim

anggota kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah

keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan.

Berdasarkan teori tindakan kolaborasi segera yaitu kolaborasi

dengan dokter spesalis anak atas intruksi dokter untuk meletakkan bayi

dibawah pemancar panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakkan bayi

pada posisi kepala lebih rendah dari badan, membersihkan jalan napas,

mengeringkan & melakukan rangsangan taktil, atur posisi kepala bayi

dan evaluasi, melakukan tindakan pemasangan oksigen 5 liter/menit.

e. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar

yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau

dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

Page 56: Kti irnawati baco akbid paramata

45

antisipasi terhadap klien seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya.

Dalam teori tindakan yang perlu dilakukan oleh bidan dalam

penanganan kasus Bayi asfiksia sedang bila air ketuban bercampur

mekonium maka dapat melakukan langkah berikut :

1) Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir.

2) Memotong tali pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan langkah awal

yaitu jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir, keringkan

dan rangsang bayi, atur posisi kepala bayi, dan evaluasi. Bila bayi

bernapas spontan maka di lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir

normal.

3) Bila bayi tidak bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi

dengan cara sebagai berikut :

(a) Pasang sungkup

Memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut,

dagu.

(b) Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara melalui alat tabung &

sungkup / memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan hidung

bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air), melihat apakah dada bayi

mengembang saat di tiup atau di pompa. Jika dada bayi tidak

berkembang maka memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak

ada udara bocor, memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar

sedikit ekstensi, memeriksa apakah ada cairan /lendir dimulut dan

Page 57: Kti irnawati baco akbid paramata

46

mengisap bila ada, meniup udara melalui alat tabung & sungkup /

memompa alat balon & sungkup ke mulut & hidung bayi 2x

(dengan tekanan 30 cm air) dan melanjutkan langkah ventilasi jika

dada bayi berkembang.

(c) Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air.

(d) Lakukan penilaian tentang usaha napas, jika bernapas spontan

maka menghentikan ventilasi bertahap, kemudian melakukan

asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas maka ulangi

ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik

(e) Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik, kemudian

melanjutkan dengan menilai usaha napas bayi. Jika bayi bernapas

spontan maka hentikan ventilasi bertahap lalu lakukan asuhan

pasca resusitasi dan jika tidak bernapas spontan maka ulangi

ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik dan hentikan ventilasi serta

nilai frekuensi jantung, napas tiap ventilasi 30 detik.

(f) Jika megap-megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi maka

meneruskan ventilasi 20x/30 detik, hentikan ventilasi & nilai

napas tiap ventilasi 30 detik, kemudian menyiapkan rujukan bayi

bersama ibunya sesuai pedoman

(g) Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 10 menit maka

pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10 menit

(Depkes RI, 2007).

Page 58: Kti irnawati baco akbid paramata

47

Rencana asuhan yang diberikan pada bayi asfiksia yaitu

mengobservasi keadaan umum bayi, mempertahankan suhun tubuh agar

tetap hangat, atur posisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi,

membersihkan jalan napas menggunakan delle, mengeringkan tubuh bayi

mulai dari kepala sampai tungkai, melakukan rangsangan taktil dan

mengobservasi keadaan umum khususnya pernapasan.

f. Langkah VI : Melaksanakan Asuhan Kebidanan

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksananya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi

dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang

menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyikat waktu dan

biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus

asfiksia yaitu meminta persetujuan (informed consent) pada ibu atau atau

keluarga untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan tindakan, menjaga kehangatan pada

bayi,mengatur posisi bayi,isap lendir, mengeringkan bayi, mengatur

kembali posisi bayi, menilai bayi.

35

Page 59: Kti irnawati baco akbid paramata

48

Jika asfiksia telah teratasi maka di lakukan Penanganan utama

untuk bayi baru lahir normal yaitu menjaga bayi agar tetap hangat,

membersihkan saluran napas (hanya jika perlu), mengeringkan tubuh

bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan

mengikat tali pusat, melakukan inisiasi menyusui dini, memberikan

suntikan vitammin K1, memberi salep mata antibiotik pada kedua mata,

melakukan pemeriksaan fisik, serta memberi imunisasi Hepatitis B.

g. Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa

(Saputra, 2014).

Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi asfiksia

yaitu hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas

normal.

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

Salah satu metode dalam membuat dokumen manjaemen kebidanan

adalah metode SOAP. SOAP merupakan singkatan dari subjektif (S),

Objektif (O), Asessment atau pengkajian (A), dan planing atau perencanaan

(P).

Page 60: Kti irnawati baco akbid paramata

49

a. Data Subjektif

Data subjektif merupakan data yang di peroleh melalui

anamnesis. Data ini berhubungan dengan sudut pandang pasien.

Kekhawatiran dan keluhan pasien di catat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Untuk

pasien yang bisu, bagian data di belakang huruf “S” di beri huruf “O”

atau “X” sebagai tanda bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.

Data subjektif pada pengkajian bayi asfiksia di dapatkan bahwa

asfiksia pada bayi baru lahir pada persalinan lewat bulan dan ketuban

bercampur mekonium. Setelah itu terjadinya asfiksia karena janin

kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap

nesovagus sehingga jantung janin menjadi lambat.

b. Data Objektif

Data objektif merupakan data yang di peroleh melalui hasil

observasi dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, dan

pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medis dan informasi dari keluarga

atau orang lain dapat di masukkan ke dalam data objektif ini. Data

objektif akan memberikan gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis.

c. Asessment

Asessment atau pengkajian merupakan pendokumentasian hasil

analisis serta interpretasi dari data subjektif dan objektif. Pengkajian

yang tepat dan akurat akanmenjamin cepat diketahuinya perubahan pada

36

Page 61: Kti irnawati baco akbid paramata

50

pasien sehingga dapat di ambil keputusan atau tindakan yang tepat.

Pengkajian ini akan mencangkup (1) diagnosis atau masalah, (2)

diagnosis atau asalah potensial, dan (3) identifikasi kebutuhan tindakan

segra untuk antisipasi diagnostis atau masalah potensial. Kebutuhan

tindakan segera di identifikasi menurut kewenangan bidan dan meliputi

tindakan mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk pasien.

Pada kasus bayi asfiksia assesment yang didapat seperti :

a) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, serotinus, dengan masalah

asfiksia sedang.

b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya, asfiksia berat dan hipotermi.

c) Tindakan segra yaitu melakukan (menjaga kehangatan bayi, atur

posisi bayi dengan posisi ekstensi, mengisap lendir dengan alat isap

lendir, mengeringkan bayi, atur kembali posisi bayi, dan menilai bayi)

lalu dilanjutkan dengan penanganan lanjutan.

d. Planning/Perencanaan

Planing atau perencanaan merupakan proses membuat rencana asuhan

saat ini dan yang akan datang. Rencana ini di susun beerdasarkan

pengumpulan data dan pengkajian terhadap pasien yang telah di lakukan

sebelumnya. Rencana asuhan harus bisa mencapai tujuan yang di

harapkan dalam waktu tertentu. Tindakan yang di rencanakan dalam

asuhan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus

sesuai dengan hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, misalnya

dokter. Selain berisi rencana, tahap planing juga berisi pelaksanaan dan

Page 62: Kti irnawati baco akbid paramata

51

evaluasi. Pelaksanaan tindakan harus mendapat persetujuan dari pasien,

kecuali jika pasien dalam keadaan tidak sadar dan harus mendapatkan

tindakan tersebut. Pasien harus sebanyak mungkin di libtkan dalam

pelaksanaan tindakan ini. Perubahan dalam kondisi pasien dapat

menyebabkan perlunya penyesuaian sehingga rencana asuhan dan

pelaksanaannya dapat berubah (Saputra, 2014).

Page 63: Kti irnawati baco akbid paramata

52

BAB III

STUDI KASUS

Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen kebidanan

dalam asuhan kebidanan pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang di ruang

teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tanggal 29 April sampai

dengan tanggal 1 Mei tahun 2015, diawali dengan pengumpulan data dasar dan

berakhir dengan evaluasi.

A. Manajemen

1.Langkah I Pengumpulan Data Dasar

a. Data Subyektif

1) Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. “R”

Tanggal/Jam Lahir : 29-04-2015,jam 16.55 WITA

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1 ( Satu )

Umur Saat Dikaji : 0 hari

2) Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )

Nama : Ny.“R” / Tn.“R”

Umur : 34 Tahun / 40 Tahun

Suku : Muna / Bajo

Agama : Islam / Islam

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Pernikahan : I / I

52

Page 64: Kti irnawati baco akbid paramata

53

Lama Menikah : ± 1 Tahun

Alamat : Desa Lagasa

3) Data Biologis / Fisiologis

a) Riwayat Kehamilan :

(1) G1P0 A0

(2) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 06-07-2014

(3) Tafsiran persalinan (TP) : 13-04-2015

(4) Pemeriksaan kehamilan : 3 kali selama hamil yakni oleh

bidan dan 1 kali di dokter spesialis kandungan di Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna, poli Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA) 1 kali.

(5) Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) selama hamil 2 kali yaitu

pada umur kehamilan 6 bulan dan 7 bulan.

(6) Pengobatan : Fe dan kalak

b) Riwayat persalinan / kelahiran sekarang

(1) Umur kehamilan : 42 minggu 3 hari.

(2) Tempat persalinan : RSUD Kabupaten Muna

(3) Penolong : Dokter spesialis.

(4) Jenis persalinan : Seksio Caesarea ( SC ).

(5) Penyulit persalinan : CPD dan Serotinus

(6) Bayi lahir : Tanggal 29-04-2015 jam 16.55

wita, berat Badan lahir : 3950 gram, panjang badan : 50

Page 65: Kti irnawati baco akbid paramata

54

cm, jenis kelamin : perempuan, Penyuntikan Vitamin

K1 1 mg.

(7) Proses persalinan : Kala I dan Kala II serta Kala III

berlangsung di kamar operasi Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna, Kala IV 2 jam post partum

berlangsung di kamar bersalin Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Muna.

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum bayi lemah

b) Menangis : lemah/merintih

c) Warna kulit : badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.

d) Pergerakan/tonus otot : lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan.

e) APGAR skor :

No. KriteriaMenit

Pertama

Menit

Kelima

1. Appearance colour (warna kulit) 1 2

2. Pulse (frekuensi jantung) 2 2

3. Grimace (refleks) 1 1

4. Activity (tonus otot) 1 1

5. Respiration (pernapasan) 1 2

Jumlah 6 8

4

0

Page 66: Kti irnawati baco akbid paramata

55

f) Tanda-tanda vital :

Laju jantung : 154 kali/menit

Pernapasan : 39 kali/menit

Suhu : 37,1 0C

g) Jenis kelamin : Perempuan

2) Pemeriksaan Fisik Khusus

a) Kepala

Ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak ada

molase dan tidak ada caput.

b) Mata

Sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak

bersih.

c) Hidung

Lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping hidung,

tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan teratur.

d) Mulut dan bibir

Bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan pada mulut dan

bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks mengisap tidak ada.

e) Telinga

Simetris kiri dan kanan, lubang telinga kiri/kanan ada dan

tampak bersih.

Page 67: Kti irnawati baco akbid paramata

56

f) Dada

Simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama

pernapasan bayi, terdapat retraksi pada dada, tidak ada tonjolan

tulang dada, puting susu tampak jelas dan menonjol.

g) Abdomen

Tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan tali pusat dan

tali pusat tampak basah.

h) Genitalia

Labia mayora menutupi labia minora

i) Anus

Lubang anus ada

j) Bokong

Tidak ada lipatan kulit bokong.

k) Punggung

Tidak ada tonjolan tulang punggung.

l) Ekstremitas atas dan bawah

Pergerakan lemah, warna kebiruan, simetris kiri dan kanan, tidak

ada kelainan/cacat bawaan dan jari-jari lengkap.

m) Kulit

Integritas kulit normal, kencang, elastis dan tidak berkeriput.

n) Pemeriksaan Antropometri

a. Berat badan lahir : 3950 gram

b. Panjang badan lahir : 50 cm

Page 68: Kti irnawati baco akbid paramata

57

c. Lingkar kepala : 36 cm

d. Lingkar dada : 34 cm

e. Lingkar perut : 29 cm

f. Lingkar lengan atas : 12 cm

o) Pemeriksaan Refleks

a. Refleks sucking (menghisap) : tidak ada

b. Refleks rooting (menelan) : tidak ada

c. Refleks graps (menggenggem) : tidak ada

d. Refleks moro (kaget) : tidak ada

e. Refleks batuk dan bersin : tidak ada

p) Pemeriksaan laboratorium

Tidak dilakukan.

2. Langkah II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Diagnosa : Bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dengan

asfiksia sedang

a) Bayi Baru Lahir,sesuai masa kehamilan

Dasar :

Data subyektif :

(1) HPHT : 06-07-2014

(2)Bayi lahir tanggal 29-04-2015, jam 16.55 wita

Data obyektif :

(1) TP :13 -04-2015

(2)Umur kehamilan 42 minggu 2 hari.

Page 69: Kti irnawati baco akbid paramata

58

Analisis dan interprestasi

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000

gram. Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat antara 2.500-

4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada

kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Saputra, 2014).

b) Serotinus

Dasar :

Data Subyektif :

(1) HPHT : 06-07-2014

(2) Bayi lahir : 29-04-2015

(3) Umur kehamilan ± 10 bulan

Data Obyektif

(1) TP : 13-04-2015

(2) Terdapat cairan ketuban bercampur mekonium

Analisis dan interpretasi

Bayi serotinus adalah bayi yang di lahirkan dengan kehamilan lewat

bulan yaitu berlangsung 42 minggu (294 hari) atau lebih, di hitung

dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus

haid rata-rata 28 hari (prawirohardjo, 2009).

c) Asfiksia sedang

Dasar :

Data Subyektif : -

Page 70: Kti irnawati baco akbid paramata

59

Data obyektif :

1. Bayi tidak segera menangis.

2. Badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.

3. Pergerakan/tonus otot lemah.

4. Apgar skor 6/8

5. Usaha nafas 39 x/menit

Analisis dan interprestasi

1. Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau

beberapa saat sesudah bayi lahir (Sukarni, 2014).

2. Asfiksia sedang adalah dengan tanda gejala sebagai berikut

Frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit, usaha napas

lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi

terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak

terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses

persalinan (Yuliana, 2012).

3. Identifikasi Diagnosa /Masalah Potensial

Diagnosa potensial yaitu terjadinya asfiksia berat dan terjadinya hipotermi.

a) Potensial terjadinya asfiksia berat

Dasar :

Data Subyektif : -

Data obyektif :

1. APGAR skor 6/8

44

Page 71: Kti irnawati baco akbid paramata

60

2. Laju jantung 154x/menit

3. Terdapat lendir dan cairan dalam hidung dan mulut.

4. Bayi lahir tidak langsung menangis.

5. Tubuh kemerahan dan ekstremitas kebiruan

Analisis dan interprestasi

Adanya lendir yang banyak pada saluran nafas (mulut dan hidung)

dapat menghambat jalan nafas sehingga proses respirasi terganggu dan

menimbulkan asfiksia sedang dan tanpa pertolongan yang lebih lanjut

akan berpotensial asfiksia berat (Viona, 2012).

b) Potensial terjadinya hipotermi

Dasar :

Data Subyektif : -

Data obyektif :

1. Tubuh bayi masih basah oleh lendir dan air ketuban.

2. Bagian ekstremitas biru dan dingin

Analisis dan interprestasi

Hipotermi pada bayi adalah kondisi di mana bayi mengalami atau

beresiko mengalami penurunan suhu tubuh terus mmenerus di bawah

35,5°C (Saputra, 2014).

4. Tindakan Segera /Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter spesalis anak atas instruksi dokter

untuk meletakkan bayi di bawah pemancar panas, melakukan penanganan

awal bayi asfiksia dan melakukan tindakan pemasangan oksigen 5

Page 72: Kti irnawati baco akbid paramata

61

liter/menit, selanjutnya pemasangan selang NGT pada bayi, pemberian

nutrisis serta pemasangan infus pada bayi yaitu D10% dengan13 tpm.

5. Rencana Asuhan

a. Tujuan

1) Asfiksia pada bayi teratasi.

2) Bayi dalam keadaan sehat.

3) Tidak terjadi hipotermi.

b. Kriteria Keberhasilan

1) Asfiksia teratasi yang ditandai dengan pernapasan lancar dan

teratur, seluruh tubuh kemerahan, pergerakan aktif.

2) Bayi dalam keadaan sehat yang ditandai dengan keadaan umum

bayi baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu :

Laju jantung : 120-160 kali/menit

Pernapasan : 40-60 kali/menit

Suhu : 36,70c–37,50 c

3) Kehangatan tubuh bayi terjaga

c. Rencana Tindakan

1) Lakukan informed consent atas tiap tindakan yang akan di lakukan

Rasional: Mencegah terjadinya kesalah pahaman antara petugas

dan orangtua bayi.

2) Beritahu ibu/keluarga hasil pemeriksaan

Rasional: Agar keluarga kooperatif atau memberi dukungan

dengan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

45

Page 73: Kti irnawati baco akbid paramata

62

3) Penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN):

a) Jaga kehangatan bayi, letakan bayi di bawah pemancar panas.

Rasional: agar bayi tidak kehilangan panas dan tidak terjadi

hipotermi.

b) Atur posisi kepala

Rasional: Untuk membantu mencegah fleksi leher,

penyumbatan jalan nafas dan untuk membuka jalan

nafas agar pernapasan bayi lancar dan teratur.

c) Isap lendir

Rasional: Membebaskan saluran napas dari sumbatan lendir

sehingga bayi dapat bernafas secara normal.

d) Keringkan dan berikan rangsangan taktil

Rasional: Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan

berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir.

Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan

stimulasi. Hal ini biasanya cukup untuk merangsang

terjadinya pernapasan spontan.

e) Atur kembali posisi kepala

Rasional: untuk memudahkan membungkus bayi dan

menilai kembali pernapasan bayi.

f) Lakukan penilaian pada bayi

Rasional : untuk menilai kembali bayi apakah asfiksia telah

teratasi atau belum.

46

Page 74: Kti irnawati baco akbid paramata

63

4) Penanganan lanjutan :

a) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian O2

(Oksigen)

Rasional: Untuk mempertahankan oksigenasi janin yang

normal dan keseimbangan asam basa.

b) Bungkus tali pusat

Rasional: Mengurangi insiden infeksi pada neonatus

c) Berikan salep mata Oxytetracyclline 1 %

Rasional: Mencegah terjadinya konjungtivitis pada bayi.

d) Berikan suntikan vitamin K 1 mg

Rasional: Mencegah perdarahan otak akibat defisiensi

vitamin K

e) Timbang berat badan bayi

Rasional: Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan

bayi dan merupakan pedoman pemberian nutrisi

selanjutnya.

5) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan NGT

Rasional: Membantu pemenuhan nutrisi pada bayi melalui

selang.

6) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian dosis

nutrisi pada bayi

Rasional: bayi baru lahir memiliki lambung yang belum siap

100% untuk menampung makanan yang diberikan

47

Page 75: Kti irnawati baco akbid paramata

64

selain ASI, sehingga pemberin nutrisi perlu

dilakukan pemantauan khusus oleh dokter/perawat

yang menangani langsung.

7) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian cairan

infus pada bayi yaitu D10% dengan 13 tpm.

Rasional: Cairan infus di gunakan untuk mencegah dehidrasi

pada bayi.

8) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang

pemberian obat injeksi cefotaxim 180 mg/12 jam/iv dan Gentamicin

18 mg/24 jam/iv.

Rasional: Pemberian antibiotik pada bayi berfungsi untuk

mencegah terjadinya infeksi pada bayi.

9) Pantau tanda-tanda vital bayi

Rasional: Mengetahui keadaan umum bayi untuk mengetahui

perkembangan bayi.

6. Langkah VI Implementasi Asuhan Kebidanan

Tangaal : 29-04-2015 jam : 17.00 wita

1. Melakukan informed consent atas tiap tindakan yang akan di lakukan

pada orangtua bayi.

Hasil : Orangtua bayi kooperatif dengan petugas

2. Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak

segera menangis, keadaan umum bayi lemah.

48

Page 76: Kti irnawati baco akbid paramata

65

Hasil : Keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya pada

petugas.

3. Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN)

a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan

meletakan bayi di bawah pemancar panas.

Hasil : Bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta

bayi telah berada di bawah pemancar panas.

b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.

Hasil : Posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan

sarung setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.

c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam

rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.

Hasil : Lendir telah dibersihkan.

d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil

dengan menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok

punggung bayi.

Hasil : Bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil.

e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan

yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung

bersih, hangat dan kering.

Hasil : Sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.

f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna

kulit dan laju jantung bayi.

Page 77: Kti irnawati baco akbid paramata

66

Hasil : Bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah, bayi

bernapas spontan, warna kulit kemerahan, laju jantung

154 kali/menit.

4. Melakukan penanganan lanjutan :

a. Melakukan kolaborasi degan dokter spesialis anak tentang

pemberian oksigen pada bayi.

Hasil : Oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 5

liter/menit.

b. Membungkus tali pusat.

Hasil : Tali pusat terbungkus dengan kasa steril.

c. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan

kanan bayi

Hasil : Mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline

1 %. Pada jam : 17.15 wita

d. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 0,5 cc secara Intra

Muskular (IM) pada 1/3 paha kiri bayi pada jam : 18.00 wita

Hasil : Bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak

0,5 cc. Jam : 18.00 wita

e. Menimbang berat badan bayi.

Hasil : Berat badan bayi 3950 gram.

5. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan selang

NGT (Naso Gastric Tube) pada bayi, jam : 20.00 wita

Hasil : Selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi

49

Page 78: Kti irnawati baco akbid paramata

67

6. Melakuka kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis

pemberian nutrisi kepada bayi.

Hasil : Dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi

melalui selang sebanyak 20 cc/2 jam.

7. Melakukan kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak untuk di lakukan

penginfusan pada bayi yaitu D10% dengan 13 tetesan permenit.

Hasil : Telah di lakukan penginfusan D10% dengan 13 tetesan

per menit.

8. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian

obat injeksi cefotaxime 180 mg/12 jam/iv dan gentamicin 18 mg/24

jam/iv.

Hasil : Telah di lakukan injeksi cefotaxime dan gentamicin pada

jam 20.20 wita.

9. Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit sampai KU bayi baik.

Hasil : Laju jantung (HR) : 154 x/menit, pernapasan (RR) :

40x/menit, Suhu 37,1°C.

7. Langkah VII Evaluasi Keefektifan Asuhan

Tanggal : 29-04-2015 jam : 18.00 wita

1. Asfiksia pada bayi teratasi.

2. Keadaan umum bayi baik yaitu anda–tanda vital dalam batas

normal yaitu laju jantung : 154 kali/menit, pernapasan : 40

kali/menit dan suhu : 37, 10 c.

3. Tidak terjadi hipotermi

Page 79: Kti irnawati baco akbid paramata

68

B. Pendokumentasian

Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan

pada Bayi Ny.”R” Dengan Asfiksia Sedang di Ruang Teratai Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 29 April s.d. 1 Mei 2015, maka

dibuatlah pendokumentasian, yang diawali dengan data subyektif, obyektif,

assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya yaitu :

1. Identitas Bayi dan Orang Tua

a. Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. “R”

Tanggal/Jam Lahir : 29-04-2015,jam 16.55 WITA

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 1 ( Satu )

Umur Saat Dikaji : 0 hari

b. Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah )

Nama : Ny.“R” / Tn.“R”

Umur : 34 Tahun / 40 Tahun

Suku : Muna / Bajo

Agama : Islam / Islam

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Pernikahan : I / I

Lama Menikah : ± 1 Tahun

Alamat : Desa Lagasa

Page 80: Kti irnawati baco akbid paramata

69

2. Data Subyektif

Ibu mengatakan :

a. Bayinya tidak langsung menangis dan tidak bernapas spontan

b. Masuk rumah sakit bersama bidannya tanggal 28-04-2015 dengan

masalah kehamilan lewat bulan dan CPD.

c. Hari pertama haid terakhirnya tanggal 06-07-2014.

3. Data Obyektif

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan umum bayi lemah.

2) Menangis : lemah/merintih.

3) Warna kulit : badan kemerahan, ekstremitas kebiruan.

4) Pergerakan/tonus otot : lemah, ada reaksi bila diberi rangsangan.

5) APGAR skor :

No. KriteriaMenit

Pertama

Menit

Kelima

1. Appearance colour (warna kulit) 1 2

2. Pulse (frekuensi jantung) 2 2

3. Grimace (reaksi) 1 1

4. Activity (tonus otot) 1 1

5. Respiration (pernapasan) 1 2

Jumlah 6 852

Page 81: Kti irnawati baco akbid paramata

70

6) Tanda-tanda vital :

Laju jantung(HR) : 154 kali/menit

Pernapasan(RR) : 39 kali/menit

Suhu : 37,1 0C

7) Jenis kelamin : perempuan

b. Pemeriksaan Fisik Khusus (Inspeksi, Palpasi, Perkusi)

1) Kepala : ubun-ubun serta sutura lebar dan belum menutup tidak

ada molase dan tidak ada caput.

2) Mata : sklera tidak ikterus, konjungtiva merah muda dan tampak

bersih.

3) Hidung : lubang simetris kiri dan kanan, ada gerakan cuping

hidung, tampak lendir serta pernapasan tidak lancar dan teratur.

4) Mulut dan bibir : bibir lembab agak pucat, tidak ada kelainan

pada mulut dan bibir, tampak lendir dalam mulut dan refleks

mengisap tidak ada.

5) Dada : simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai

irama pernapasan bayi, terdapat retraksi pada dada, tidak ada

tonjolan tulang dada, puting susu tampak jelas dan menonjol.

6) Abdomen : tidak ada benjolan pada perut, tidak ada perdarahan

tali pusat dan tali pusat tampak basah.

7) Genitalia : labia mayora menutupi labia minora.

8) Anus : lubang anus ada

9) Bokong : tidak ada lipatan kulit bokong. 53

Page 82: Kti irnawati baco akbid paramata

71

10) Punggung : tidak ada tonjolan tulang punggung.

11) Ekstremitas atas dan bawah : pergerakan lemah, warna

kebiruan, simertsi kiri dan kanan, tidak ada kelainan/cacat bawaan

dan jari-jari lengkap.

12) Kulit : integritas kulit normal, kencang, elastis dan tidak

berkeriput.

c. Pemeriksaan Antropometri

1) Berat badan lahir : 3950 gram

2) Panjang badan lahir : 50 cm

3) Lingkar kepala : 36 cm

4) Lingkar dada : 34 cm

5) Lingkar perut : 29 cm

6) Lingkar lengan atas : 12 cm

d. Pemeriksaan Refleks

1)Refleks sucking (menghisap) : lemah

2) Refleks rooting (menelan) : tidak ada

3) Refleks graps (menggenggem): tidak ada

4) Refleks moro (kaget) : tidak ada

5) Refleks batuk dan bersin : tidak ada

4. Assesment

a) Diagnosa aktual yaitu bayi baru lahir, serotinus, dengan asfiksia sedang.

b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya, asfiksia berat dan hipotermi.

Page 83: Kti irnawati baco akbid paramata

72

c) Tindakan segra yaitu melakukan ( menjaga kehangatan bayi,atur posisi

bayi dengan posisi ekstensi, mengisap lendir dengan alat isap lendir,

mengeringkan bayi, atur kembali posisi bayi, dan menilai bayi) lalu

dilanjutkan dengan penanganan lanjutan.

5. Planing

Tangaal : 29-04-2015 jam : 17.00 wita

1) Melakukan informed consent atas tiap tindakan yang di lakukan pada

orangtua bayi.

Hasil : Orang tua bayi kooperatif dengan petugas.

2) Memberitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan, dimana bayi tidak

segera menangis, keadaan umum bayi lemah.

Hasil : keluarga tenang dan mempercayakan sepenuhnya

pada petugas.

3) Melakukan tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN)

a. Menjaga kehangatan bayi dengan segera menyelimuti bayi dan

meletakan bayi di bawah pemancar panas.

Hasil : bayi terbungkus kain bersih, hangat dan kering serta

bayi telah berada di bawah pemancar panas.

b. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi.

Hasil : posisi kapala bayi sedikit ekstensi dengan ganjalan

sarung setinggi ± 5 cm pada bahu bayi.

c. Menghisap lendir mulai dari mulut bayi sampai 5 cm kedalam rongga

mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang hidung.

54

Page 84: Kti irnawati baco akbid paramata

73

Hasil : lendir telah dibersihkan

d. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan

menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi.

Hasil : bayi telah dikeringkan dan diberikan rangsangan taktil

e. Mengatur kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan

yang ada pada bahu dan mengganti sarung bayi dengan sarung bersih,

hangat dan kering.

Hasil : sarung telah diganti dan posisi kepala kembali normal.

f. Melakukan penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna

kulit dan laju jantung bayi.

Hasil : bayi masih menangis lemah, tonus otot lemah,bayi

bernapas spontan, warna kulit kemerahan, laju jantung

154 kali/menit.

4) Melakukan penanganan lanjutan :

a. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian

oksigen pada bayi.

Hasil : oksigen diberikan melalui sungkup sebanyak 2 liter/menit

b. Membungkus tali pusat.

Hasil : tali pusat terbungkus dengan kasa steril.

c. Memberikan salep mata Oksitetracyclline 1 % pada mata kiri dan

kanan bayi, jam : 17.15 wita.

Hasil : mata bayi telah diberikan salep mata Oksitetracyclline 1

%

55

Page 85: Kti irnawati baco akbid paramata

74

d. Memberikan suntikan vitamin K sebanyak 1 mg secara Intra

Muskular (IM) pada 1/3 paha kiri bayi setelah pada jam : 18.00 wita.

Hasil : bayi telah mendapatkan suntikan vitamin K sebanyak 1

mg pada paha kiri atas setelah 1 jam bayi lahir.

e. Menimbang berat badan bayi

Hasil : berat badan bayi 3950 gram.

5) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasangan

selang NGT (Naso Gastric Tube) pada bayi, jam : 20.00 wita.

Hasil : selang NGT terpasang pada hidung kanan bayi

6) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dosis

pemberian nutrisi kepada bayi.

Hasil : dokter menganjurkan agar bayi diberi nutrisi

melalui selang sebanyak 20 cc/2 jam (10 x 20 cc) / NGT.

7) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemeberian

infus pada bayi yaitu D10% dengan 13 tpm.

Hasil : telah di lakukan penginfusan D10% pada tangan kanan

bayi.

8) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemberian

obat injeksi cefotaxime 180 mg/12 jam/iv dan gentamicin 18 mg/24

jam/iv.

Hasil : Telah di lakukan injeksi cefotaxime dan gentamicin pada jam

20.20 wita.

6

Page 86: Kti irnawati baco akbid paramata

75

9) Memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit sampai KU bayi baik.

Hasil : HR : 154x/menit, RR : 40x/menit, S : 37,1°C

C. Catatan Perkembangan

Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari

yaitu mulai pada hari rabu sampai hari jumat dengan menggunakan metode

pendekatan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “R” dengan

Asfiksia sedang Di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

mulai Tanggal 29 April s.d 1 Mei 2015.

1. Perawatan Hari Pertama

Kamis, 30 April 2015 Jam : 01-24.00 WITA

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan :

1)Bayinya masih dirawat diruang bayi

2)ASI-nya belum keluar dan bayi masih diberi susu formula.

3)Masih terpasang infus pada lengan bayinya sebelah kanan.

4)Kaki dan tangan bayinya teraba dingin.

b. Data Obyektif

1)Keadaan umum bayi lemah

2) Gerakan lemah

3) Warna kulit : pucat

4) Berat badan: 3850 gram.

5) Tanda-tanda vital :

Laju jantung : 150 kali/menit

Page 87: Kti irnawati baco akbid paramata

76

Pernapasan : 46 kali/menit

Suhu : 35,40C

6)Sistem refleks :

a. Refleks sucking (menghisap): baik

b. Refleks rooting (menelan) : baik

c. Refleks graps (menggenggem): lemah

d. Refleks moro (kaget) : lemah

e. Refleks batuk dan bersin : baik

7)Tali pusat masih basa dan terbungkus kasa steril.

8) Ekstremitas teraba dingin

c. Assesment

1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 1 hari, keadaan umum lemah dengan

hipotermi

2) Tindakan segra yaitu mempertahankan kehangatan bayi dan meletakkan

bayi di bawah pemancar panas (infant warmer).

d. Planing

Tanggal : 30-04-2015 jam : 11.00 wita

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.

Hasil : tangan dicuci sebelum dan sesudah merawat bayi.

2) Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 1 jam.

Hasil : SH : 36,6°C, HR : 142x/menit, RR : 42x/menit.

3) Melakukan injeksi cefotaxim pada bayi secara iv pada jam : 08.20

wita

58

Page 88: Kti irnawati baco akbid paramata

77

Hasil : Telah di lakukan injeksi cefotaxim pada bayi

4) Melakukan pelepasan selang NGT dan O2 pada bayi

Hasil : Selang NGT dan O2 pada bayi telah di lepas, jam 10.55

wita

5) Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering.

Hasil : bayi terbungkus sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga.

6) Meletakkan bayi di dalam infant warmer selama 30 menit dengan

suhu 36 - 37°C

Hasil : bayi telah di letakkan ditempat pemancar panas (infant

warmer), jam : 11.00 WITA

7) Mengeluarkan bayi dari infant warmer setelah 30 menit dan

mematikan AC ruangan.

Hasil : Jam 11.30 WITA Suhu tubuh bayi mulai membaik yaitu

36,6°C.

8) Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril.

Hasil : tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril.

9) Menimbang berat badan bayi setiap hari.

Hasil : berat badan bayi hari pertama 3850 gram

10) Mengganti popok tiap kali basah atau kotor.

Hasil : popok diganti tiap kali basah atau kotor.

11) Memberikan bayi susu formula melalui oral (priming)/2 jam atau tiap

kali bayi menangis.

Hasil : bayi minum sebanyak 20 cc/oral jam 12.00 WITA

59

Page 89: Kti irnawati baco akbid paramata

78

12) Melakukan injeksi cefotaxim dan gentamicin pada bayi secara iv pada

jam 20.20 wita

Hasil : Telah di lakukan injeksi pada bayi

Kesimpulan : Hipotermi pada bayi dapat teratasi, keadaan umum bayi

baik, dan tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu HR : 142 x/menit, SH :

36,6°c,RR : 42 x/menit.

2. Perawatan Hari Ke Dua

Jumat, 1 Mei 2015, Jam : 01.00-15.00 WITA

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan :

1) Bayinya masih dirawat di ruang bayi.

2) Keadaan umum bayinya baik.

3) ASI-nya sedikit demi sedikit telah keluar dan bayi masih diberi

susu formula.

b. Data Obyektif

1) Keadaan umum bayi baik.

2) Berat badan : 3880 gram.

3) Tanda-tanda vital :

Laju jantung: 140 kali/menit

Pernapasan : 45 kali/menit

Suhu : 36,80C

4) Sistem refleks

a) Refleks sucking (menghisap) : baik

Page 90: Kti irnawati baco akbid paramata

79

b) Refleks rooting (menelan) : baik

c) Refleks graps (menggenggem): baik

d) Refleks moro (kaget) : baik

e) Refleks batuk dan bersin : baik

5) Tali pusat kering dan terbungkus kasa steril.

6) Bayi telah buang air besar dan buang air kecil.

c. Assesment

Bayi umur 2 hari, keadaan umum bayi baik.

d. Planing

Tanggal : 01-05-2015 jam : 07.00 WITA

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.

Hasil : tangan dicuci sebelum dan sesudah merawat bayi.

2. Mengukur tanda-tanda vital bayi.

Hasil : laju jantung 140 kali/menit, pernapsan 45 kali/menit dan

suhu 36,80 C.

3. Mempertahankan bayi dalam keadaan hangat dan kering

Hasil : bayi terbungkus sarung dan kehangatan bayi tetap terjaga.

4. Mengganti kasa pembungkus tali pusat dengan kasa steril

Hasil : tali pusat telah terbungkus dengan kasa steril.

5. Menimbang berat badan bayi.

Hasil : berat badan bayi hari kedua 3880 gram.

6. Mengganti popok tiap kali basah atau kotor.

Hasil : popok diganti tiap kali basah atau kotor.

60

Page 91: Kti irnawati baco akbid paramata

80

7. Memberikan bayi susu formula melalui oral (dot)/2 jam atau tiap kali

bayi menangis.

Hasil : bayi minum melalui dot sebanyak 30 cc pada jam 08.00

wita

8. Melakukan injeksi cefotaxim pada bayi secara iv pada jam :08.20 wita

Hasil : Telah di lakukan injeksi pada bayi

9. Melakukan pelepasan infus pada bayi

Hasil : Telah di lakukan pelepasan infus pada bayi.

10. Menganjurkan pada ibu tetap menyusui bayinya agar merangsang

pengeluaran ASI.

Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan.

11. Memberikan HE pada ibu tentang :

1. ASI Eksklusif

2. Perawatan Payudara

3. Personal hyegene

4. Perawatan tali pusat di rumah

5. Kb pasca salin

Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan bidan

12. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk

mendapatkan imunisasi lengkap.

Hasil : ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan.

Page 92: Kti irnawati baco akbid paramata

81

Kesimpulan : Bayi dalam kondisi baik, tanda-tanda vital dalam batas

normal serta bayi telah di bolehkan pulang, serta ibu memahami dan mau

mengikuti anjuran dari bidan menyangkut dirinya dan bayinya.

Page 93: Kti irnawati baco akbid paramata

82

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan

kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada

Bayi Ny.“R“ Dengan Asfiksia sedang di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna Tanggal 29 April tahun 2015, dengan teori penanganan bayi baru lahir

dengan asfiksia.

A. Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang

ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik,

psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis,

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi,

dan perkusi.

Berdasarkan respon ibu dalam memberikan informasi, begitu pula

dengan keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah

memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus sehingga

intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien. Menurut teori yang ada

bahwa asfiksia disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor ibu (preklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal (plasenta previa

atau solusio plasenta), partus lama atau partus macet, demam selama

persalinan, infeksi berat (malaria, sifillis, TBC, HIV), kehamilan postmatur

(setelah usia kehamilan 42 minggu), penyakit ibu dan gangguan his (tetania

uteri/hipertonik)).

82

Page 94: Kti irnawati baco akbid paramata

83

2. Faktor tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali pusat dan

prolapsus tali pusat).

3. Faktor bayi (bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan

dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,

ekstraksi forsep), kelainan kongenital dan air ketuban bercampur mekonium.

Adapun tanda dan asfiksia sedang (frekuensi detak jantung lebih dari

100/menit, usaha napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa

bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi

kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan).

Data subjektif pada pengkajian bayi asfiksia di dapatkan bahwa asfiksia

pada bayi baru lahir pada kehamilan lewat bulan yang mengakibatkan ketuban

bercampur mekonium. Setelah itu terjadinya asfiksia karena janin kekurangan O2

dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap nesovagus sehingga

jantung janin menjadi lambat.

Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus asfiksia sedang diperlukan

data obyektif yang meliputi frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit, usaha

napas lambat, tonus otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap

rangsangan yang di berikan, bayi tampak sianosis dan tidak terjadi kekurangan

oksigen yang bermakna selama proses persalinan, berdasarkan data dari klien

dengan bayi baru lahir asfiksia dan rentan terjadinya hipotermi dan kematian pada

janin.

Berdasarkan studi kasus pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang, bayi

lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus

61

62

Page 95: Kti irnawati baco akbid paramata

84

otot lemah, frekuensi jantung 154 kali/menit, pernapasan 39 kali/menit, bayi

masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan. Dalam hal ini ditemukan

tidak ada kesenjangan antara teori dan data yang di dapat di lapangan.

B. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Aktual

Diagnosa : bayi baru lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dengan asfiksia

sedang

Bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dengan usia kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 gram.Bayi

baru lahir normal adalah bayi dengan berat antara 2.500-4.000 gram, cukup bulan,

lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang

berat (Saputra, 2014).

Bayi serotinus adalah bayi yang di lahirkan dengan kehamilan lewat

bulan yaitu berlangsung 42 minggu (294 hari) atau lebih, di hitung dari hari

pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari

(prawirohardjo, 2009).

Menurut teori, Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan

melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau

beberapa saat sesudah lahir, asfiksia sedang nilai APGAR 4-6. Pada asfiksia

sedang frekuensi detak jantung kurang dari 100/menit, usaha napas lambat, tonus

otot kurang baik atau baik, bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang

diberikan, bayi tampak sianosis, tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna

selama proses persalinan.

63

Page 96: Kti irnawati baco akbid paramata

85

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “R” bahwa bayi

lahir dengan tidak segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus

otot lemah, frekuensi jantung 154 kali/menit, pernapasan 39 kali/menit, bayi

masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan dan penilaian APGAR

skor 6/8.Selain itu bayi lahir dengan umur kehamilan 42 minggu 2 hari. Dengan

demikian ada kesesuaian antara tinjauan pustaka dan kasus bayi Ny. “R” sehingga

diagnosa aktual dapat ditegakan dan memudahkan bidan dalam memberikan

asuhan sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian

yang telah dilakukan.

C. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah

mengidentifikasi masalah potensial yaitu mengantisipasi bila memungkinkan

melakukan pencegahan, sambil mengamati bayi, bidan diharapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Begitu pula

dengan asfiksia sedang jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan

asfiksia berat, hipotermi, edema otak, anuria/oliguria, kejang, koma.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “R” di lahan

praktek dapat diidentifikasikan masalah potensial yaitu potensial terjadi asfiksia

berat dan hipotermi. Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan

manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus bayi Ny. “R” tampak ada

persamaan dan tidak ditemukan adanya kesenjangan.

64

Page 97: Kti irnawati baco akbid paramata

86

D. Menilai Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi

Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera

dimana harus menyelamatkan jiwa bayi. Tindakan tersebut berupa kolaborasi

dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai dengan keadaan yang

dialami oleh bayi ataupun konsultasi dengan dokter.

Berdasarkan teori tindakan kolaborasi segra yaitu kolaborasi dengan

dokter spesalis anak atas intruksi dokter untuk meletakkan bayi dibawah

pemancar panas, mengeringkan tubuh bayi, meletakkan bayi pada posisi kepala

lebih rendah dari badan, membersihkan jalan napas, mengeringkan & melakukan

rangsangan taktil, mengatur posisi kepala bayi kemudian evaluasi, melakukan

tindakan pemasangan oksigen 2 liter/menit.

Bersdasarkan tindakan yang di lakukan pada studi kasus bayi Ny”R” yaitu

kolaborasi dengan dokter spesalis anak atas instruksi dokter untuk meletakkan

bayi di bawah pemancar panas, melakukan penanganan awal bayi asfiksia dan

melakukan tindakan pemasangan oksigen 2 liter/menit, selanjutnya pemasangan

selang NGT pada bayi,pemberian nutrisis serta pemasangan infus pada bayi yaitu

D10% dengan13 tpm.Dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan

manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus di lahan praktek dan berarti tidak

ada kesenjangan.

E. Perencanaan Tindakan

Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehesif

ditunjukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi bayi serta

hubungannya dengan masalah yang dialami bayi meliputi antisipasi dan 65

Page 98: Kti irnawati baco akbid paramata

87

bimbingan dan konseling terhadap orang tua bayi. Rencana tindakan harus

disetujui orang tua bayi dan semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional

yang relevan yang diakui kebenarannya. Bila air ketuban bercampur mekonium

maka dapat melakukan langkah berikut : Membuka lebar mulut bayi, usap mulut

bayi, isap lendir. Memotong tali pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan langkah

awal yaitu jaga bayi tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir, keringkan dan

rangsang bayi, atur posisi kepala bayi, dan evaluasi. Bila bayi bernapas spontan

maka di lanjutkan dengan perawatan bayi baru lahir normal dan bila bayi tidak

bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi dengan cara sebagai berikut :

Pasang sungkup, memasang sungkup pada muka bayi, menutup hidung, mulut,

dagu. Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara melalui alat tabung & sungkup /

memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan hidung bayi 2x (dengan tekanan

30 cm air), melihat apakah dada bayi mengembang saat di tiup atau di pompa.

Jika dada bayi tidak berkembang maka memeriksa posisi sungkup dan pastikan

tidak ada udara bocor, memeriksa posisi kepala dan membetulkan agar sedikit

ekstensi, memeriksa apakah ada cairan / lendir dimulut dan mengisap bila ada,

meniup udara melalui alat tabung & sungkup / memompa alat balon & sungkup

ke mulut & hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air) dan melanjutkan langkah

ventilasi jika dada bayi berkembang. Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik

dengan tekanan 20 cm air. Lakukan penilaian tentang usaha napas, jika bernapas

spontan maka menghentikan ventilasi bertahap, kemudian melakukan asuhan

pasca resusitasi dan jika tidak bernapas maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam

30 detik. Hentikan ventilasi dan nilai bayi tiap 30 detik, kemudian melanjutkan

Page 99: Kti irnawati baco akbid paramata

88

dengan menilai usaha napas bayi. Jika bayi bernapas spontan maka hentikan

ventilasi bertahap lalu lakukan asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas

spontan maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik dan hentikan ventilasi

serta nilai frekuensi jantung, napas tiap ventilasi 30 detik. Jika megap-

megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi maka meneruskan ventilasi

20x/30 detik, hentikan ventilasi & nilai napas tiap ventilasi 30 detik, kemudian

menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai pedoman. Bila tidak bernapas

sesudah resusitasi 10 menit maka pertimbangkan menghentikan ventilasi sesudah

resusitasi 10 menit (Depkes RI, 2007).

Pada bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang penulis merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosa, masalah aktual dan masalah potensial yaitu

melakukan informed consent atas tiap tindakan yang di lakukan pada orang tua

bayi, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, beritahu ibu/keluarga

hasil pemeriksaan, lakukan penanganan awal bayi asfiksia (JAIKAN) yaitu jaga

kehangatan bayi, atur posisi kepala sedikit fleksi, isap lendir, keringkan dan

berikan rangsangan, atur kembali posisi kepala dan lakukan penilaian,

penanganan lanjutan yaitu beri oksigen pada bayi, bungkus tali pusat, berikan

salep mata Oxytetracyclline 1 %, berikan suntikan vitamin K 0,5 cc setelah 1 jam

bayi lahir, timbang berat badan bayi, kolaborasi dengan dokter spesialis anak

tentang pasang NGT dan penginfusan lalu pantau tanda-tanda vital bayi. Dengan

demikian ada kesesuaian antara teori dan kasus yang ada.

Page 100: Kti irnawati baco akbid paramata

89

F. Pelaksanaan Tindakan

Berdasarkan tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan

rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman bayi. Implementasi dapat

dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian dilaksanakan klien serta kerja

sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah

direncanakan.

Adapun secara teori pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus

asfiksia yaitu meminta persetujuan (informed consent) pada ibu atau atau keluarga

untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan, menjaga kehangatan pada bayi,mengatur posisi bayi,isap

lendir, mengeringkan bayi, mengatur kembali posisi bayi, menilai bayi.

Bila air ketuban bercampur mekonium maka dapat melakukan langkah

berikut : Membuka lebar mulut bayi, usap mulut bayi, isap lendir. Memotong tali

pusat dengan cepat, di lanjutkan dengan langkah awal yaitu jaga bayi tetap hangat,

atur posisi bayi, isap lendir, keringkan dan rangsang bayi, atur posisi kepala bayi,

dan evaluasi. Bila bayi bernapas spontan maka di lanjutkan dengan perawatan

bayi normal dan bila bayi tidak bernapas spontan maka lanjutkan dengan ventilasi

dengan cara sebagai berikut : Pasang sungkup, memasang sungkup pada muka

bayi, menutup hidung, mulut, dagu. Lakukan ventilasi 2x yaitu meniup udara

melalui alat tabung & sungkup / memompa alat balon dan sungkup ke mulut dan

hidung bayi 2x (dengan tekanan 30 cm air), melihat apakah dada bayi

mengembang saat di tiup atau di pompa. Jika dada bayi tidak berkembang maka

memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor, memeriksa posisi

Page 101: Kti irnawati baco akbid paramata

90

kepala dan membetulkan agar sedikit ekstensi, memeriksa apakah ada cairan /

lendir dimulut dan mengisap bila ada, meniup udara melalui alat tabung &

sungkup / memompa alat balon & sungkup ke mulut & hidung bayi 2x (dengan

tekanan 30 cm air) dan melanjutkan langkah ventilasi jika dada bayi berkembang.

Lakukan ventilasi 20x dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air. Lakukan

penilaian tentang usaha napas, jika bernapas spontan maka menghentikan ventilasi

bertahap, kemudian melakukan asuhan pasca resusitasi dan jika tidak bernapas

maka ulangi ventilasi sebanyak 20x dalam 30 detik. Hentikan ventilasi dan nilai

bayi tiap 30 detik, kemudian melanjutkan dengan menilai usaha napas bayi. Jika

bayi bernapas spontan maka hentikan ventilasi bertahap lalu lakukan asuhan

pasca resusitasi dan jika tidak bernapas spontan maka ulangi ventilasi sebanyak

20x dalam 30 detik dan hentikan ventilasi serta nilai frekuensi jantung, napas tiap

ventilasi 30 detik. Jika megap-megap/tidak bernapas sesudah 2 menit resusitasi

maka meneruskan ventilasi 20x/30 detik, hentikan ventilasi & nilai napas tiap

ventilasi 30 detik, kemudian menyiapkan rujukan bayi bersama ibunya sesuai

pedoman. Bila tidak bernapas sesudah resusitasi 10 menit maka pertimbangkan

menghentikan ventilasi sesudah resusitasi 10 menit (Depkes RI, 2007).

Jika asfiksia telah teratasi maka di lakukan Penanganan utama untuk bayi

baru lahir normal yaitu menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran

napas (hanya jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan),

memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali pusat, melakukan inisiasi

menyusui dini, memberikan suntikan vitammin K1, memberi salep mata antibiotik

Page 102: Kti irnawati baco akbid paramata

91

pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik, serta memberi imunisasi

Hepatitis B.

Pada studi kasus bayi Ny. “R” penulis melaksanakan asuhan kebidanan

berdasarkan rencana asuhan yaitu melakukan informed consent atas tiap tindakan

yang di lakukan pada orangrua bayi, mencuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan, membertitahukan kepada keluarga hasil pemeriksaan,

dimana bayi tidak segera menangis, keadaan umum bayi lemah, melakukan

tindakan awal penanganan bayi asfiksia (JAIKAN) yaitu menjaga kehangatan

bayi dengan segera menyelimuti bayi dan meletakannya di ruangan yang hangat,

mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi, menghisap lendir mulai dari mulut

bayi sampai 5 cm kedalam rongga mulut dan hidung sampai 3 cm kedalam lubang

hidung, mengeringkan tubuh bayi dan memberikan rangsangan taktil dengan

menepuk dan menyentil telapak kaki serta menggosok punggung bayi, mengatur

kembali posisi kepala bayi dengan melepaskan ganjalan yang ada pada bahu dan

mengganti sarung bayi dengan sarung bersih, hangat dan kering dan melakukan

penilaian yaitu menangis, tonus otot, pernapasan, warna kulit dan laju jantung

bayi, kemudian melakukan penanganan lanjutan yaitu memberikan oksigen pada

bayi, membungkus tali pusat, memberikan salep mata Oxytetracyclline 1 % pada

mata kiri dan kanan bayi, memberikan suntikan vitamin K sebanyak 1 gram

secara im pada 1/3 paha kiri bayi setelah 1 jam bayi lahir, menimbang berat badan

bayi, kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang pemasang selang NGT dan

penginfusan pada bayi serta memantau tanda-tanda vital bayi tiap 15 menit.

Semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan

Page 103: Kti irnawati baco akbid paramata

92

baik tanpa hambatan karena adanya kerja sama dan dukungan dari ibu dan

keluarga bayi di ruangan Bayi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.

Dengan demikian tidak di temukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dan hasil

tindakan yang telah di lakukan.

G. Evaluasi Keefektifan Asuhan

Evaluasi manajemen kebidanan merupakan langkah akhir dari proses

manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,

membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan,

memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah

diimplementasikan.

Pada studi kasus bayi Ny. “R”, evaluasi yang berhasil dilakukan adalah

pemantauan keadaan klien meliputi :

1. Keadaan umum bayi baik.

2. Asfiksia pada bayi teratasi.

3. Tidak terjadi hipotermi

Berdasarkan studi kasus bayi Ny. “R” dengan asfiksia sedang tidak

ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena

itu bila dibandingkan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny. “R” secara garis

besar tidak ditemukan kesenjangan.

66

67

Page 104: Kti irnawati baco akbid paramata

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny.

“R” dengan Asfiksia Sedang di Ruang Bayi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Muna Tahun 2015”. Maka penulis dapat menyimpulkan kasus

tersebut sebagai berikut :

1. Didapatkan hasil dari pengkajian terhadap Bayi Ny.”R” yaitu bayi baru lahir

secara operasi (SC), lahir pada tanggal 29 April tahun 2015, pukul 17.00 wita,

tidak segera menangis, tubuh kemerahan ektremitas kebiruan, tonus otot lemah,

usaha bernafas megap-megap, nilai APGAR 6/8.

2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap Bayi Ny.”R” yaitu “bayi

baru lahir, sesuai masa kehamilan, serotinus dengan asfiksia sedang”, masalah

yang muncul pada kasus ini yaitu bayi baru lahir operasi (SC) dengan tidak

segera menangis, tubuh kemerahan ekstremitas kebiruan, tonus otot lemah,

dan usaha bernapas megap-megap serta kebutuhan yaitu langkah awal

resusitasi.

3. Didapatkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi apabila masalah pada bayi

Ny.“R” tidak teratasi berupa asfiksia berat dan hipotermi.

4. Telah dilaksanakan antisipasi sebagaimana dijelaskan dalam teori yaitu

langkah awal resusitasi berupa JAIKAN untuk mencegah terjadinya diagnosa

potensial yaitu terjadinya asfiksia berat dan hipotermi.

93

Page 105: Kti irnawati baco akbid paramata

94

5. Didapatkan rencana asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi Ny.”R”

dengan asfiksia sedang yaitu langkah awal resusitasi, dan asuhan bayi baru

lahir normal.

6. Tindakan asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

telah dibuat yaitu dengan tindakan resusitasi, namun hanya sampai pada

langkah awal resusitasi yaitu JAIKAN dan dilanjutkan dengan asuhan bayi

baru lahir normal.

7. Hasil evaluasi terhadap Bayi Ny.”R” yaitu bayi telah menangis kuat, warna

kulit kemerahan serta tonus otot sudah baik.

8. Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dan proses

asuhan kebidanan, karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawaban bidan

terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada klien.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan disusunnya studi kasus ini keefektifan proses

belajar dapat ditingkatkan. Serta lebih meningkatkan kemampuan,

keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam hal penanganan kasus

asfiksia. Serta kedepan dapat menerapkan dan mengaplikasikan hasil dari

studi yang telah didapat pada lahan kerja. Selain itu diharapkan juga dapat

menjadi sumber ilmu dan bacaan yang dapat memberi informasi terbaru serta

menjadi sumber referensi yang dapat digunakan sebagai pelengkap dalam

pembuatan studi kasus pada semester akhir berikutnya.

68

69

Page 106: Kti irnawati baco akbid paramata

95

2. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan

asfiksia dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori yang di

dapat di bangku kuliah dan di lahan praktek serta mahir dalam penanganan

bayi asfiksia.

3. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih

meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya

pada kasus asfiksia dan dengan adanya studi kasus ini diharapkan dapat lebih

meningkatakan kualitas pelayanan secara komprehensif khususnya dalam

menangani bayi baru lahir dengan asfiksia, sehingga Angka Kematian Bayi

(AKB) dapat diturunkan.

70

Page 107: Kti irnawati baco akbid paramata

96

DAFTAR PUSTAKA

Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2015

Depkes RI, (2008) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan .Jakarta,Depkes.

Depkes RI, 2010, http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=423.Diakses tanggal 9 juni 2015, jam 21.10 wita.

Dewi,V,N,L,.(2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta, SlembaMedika.

Estiwidani, Dwiana. (2011) Konsep Kebidanan. Yogyakarta, Fitramayana.

Fauziah, Afroh, (2013) Asuhan Neonatus Resiko Tinggi & Kegawatan.Yogyakarta, Nuhamedika.

JNPK-KR, (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. POGI

Kemenkes RI, (2014) http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=14101.Diakses tanggal 27-07-2015.Jam 19.00 wita.

Prawirohardjo, S. (2008). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta.PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (2012), (http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI 2012/27 Profil Kes. Prov.SulawesiTenggara_2012.pdf). Diakses tanggal 05 /07/2015 jam 09.00wita.

Profil Kesehatan Kabupaten Muna (2015). Di akses di Dinas KesehatanKabupaten Muna Tanggal 5 Agustus 2015.Jam 13.00 wita.

Saputra, Lyndon (2014). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Tanggerang Selatan,Bina Rupa Aksara.

Sasmi, (2014). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas & Neonatus Resiko Tinggi.Yogyakarta, Nuhamedika.

Simatupang, E.J., (2008). Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta. EGC.

Sudarti, (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi & Kegawatan. Yogyakarta, NuhaMedika.

71

Page 108: Kti irnawati baco akbid paramata

97

Sukarni, (2014). Kehamilan, Persalinan, Nifas, & Neonatus Resiko Tinggi.Yogyakarta, Nuhamedika.

Varney, H.,Kriebs, J.M.,Gegor, L.C.,(2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi4. Jakarta. EGC.

Viona, (2012). (http://viona-bidangaul.blogspot.com/2012/05/contoh-kti-asfiksia-sedang.html). Diakses tangaal 21/07/2014 jam 21:16 wita).

WHO, (2012). http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7069. Diakses tanggal15/ 07/ 2015 jam 20.00 wita.

Yuliana, (2012), Proposal Asfiksia(http://yulianasept.blogspot.com/2012/10/proposal-asfiksia html). Di aksestanggal 27/07/2015, Jam 21.00 wita.

Yulianti. (2014) Karya Tulis Ilmiah Asfiksia Sedang(http;//Yulianti.blogspot.com/2014/10/KTI Asfiksia Sedang html). Diaksestanggal 10-08-2015.

72

Page 109: Kti irnawati baco akbid paramata

98

Page 110: Kti irnawati baco akbid paramata

99

Page 111: Kti irnawati baco akbid paramata

100

Lampiran 3. Manajemen Resusitasi Bayi Baru Lahir

Page 112: Kti irnawati baco akbid paramata

101

Lampiran 4 gambar bayi Ny”R”

Page 113: Kti irnawati baco akbid paramata

102

Lampiran 5HASIL OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL BAYI

Tgl 30-04-2015Nama : Bayi Ny. RosdiaJK : perempuanBB : 3850 Gram

Jam HR RR S (ᵒC)BAK/ ASI/

MuntahBAB PASI

07.00 154 x/i 54 x/i 36,7 BAK (+) (-) (-)08.00 36,5 (-) PASI 20cc/NGT (-)09.00 36 (-) (-) (-)10.00 145 x/i 46 x/i 35,8 (-) (-) (-)11.00 150x/i 46x/i 35,4 (-) (-) (-)11.15 35,8 (-) (-) (-)12.00 145 x/i 45 x/i 36,2 (-) PASI 20 cc/oral (-)13.00 36,6 BAB (+) (-) (-)14.00 36,8 (-) (-) (-)15.00 142 x/i 42 x/i 36,6 (-) PASI 30cc/oral (-)16.00 36,8 (-) (-) (-)17.00 36,8 BAK (+) PASI 10cc/Oral (-)18.00 140 x/i 40 x/i 36,8 (-) (-) (-)19.00 36,8 BAK (+) (-) (-)20.00 36,8 (-) PASI 10cc/Oral (-)21.00 140 x/i 40 x/i 36,8 (-) (-) (-)22.00 36,8 (-) PASI 10cc/Oral (-)23.00 142x/i 40x/i 36,8 (-) (-) (-)24.00 36,8 (-) (-) (-)

HASIL OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL BAYITgl 01-05-2015Nama : Bayi Ny.RosdiaJK : perempuanBB : 3850 Gram

Jam HR S (ᵒC) RRBAK/ ASI/

MuntahBAB PASI

07.00 154 x/i 37,1 39 x/i (+) (-) (-)07.15 154 x/i 37,i 40 x/i (-) (-) (-)07.30 154 x/i 37,1 40 x/i (-) (-) (-)

Page 114: Kti irnawati baco akbid paramata

103

07.45 155 x/i 37,2 40 x/i (-) (-) (-)08.00 155 x/i 37,2 40 x/i (-) PASI 10cc/oral (-)08.30 155 x/i 37,2 42 x/i (-) (-) (-)09.00 150 x/i 37,3 42 x/i (-) (-) (-)09.30 150 x/i 37,3 42 x/i (+) (-) (-)10.00 150 x/i 37,4 40 x/i (-) (-) (-)10.30 150 x/i 37,5 40 x/i (-) (-) (-)11.00 150 x/i 37,5 40 x/i (-) (-) (-)12.00 150 x/i 37,7 40 x/i (-) PASI 0cc/oral (-)13.00 150 x/i 38 40 x/i (-) (-) (-)14.00 148 x/i 37,8 41 x/i (+) (-) (-)15.00 148 x/i 37,5 43 x/i (-) (-) (-)

Page 115: Kti irnawati baco akbid paramata

104

Lampiran 6

DAFTAR SINGKATAN

AKABA Angka Kematian Balita

AKB Angka Kematian Bayi

AKI Angka Kematian Ibu

BBLR Berat Badan Lahir Rendah

CO2 Karbon dioksida

CPD Cepalo Pelvic Disporportion

DM Diabetes Melitus

HPHT Hari Pertama Haid Terakhir

HR Hate Rate

JAIKAN Jaga kehangatan bayi, atur posisi sedikit tengada, Isap lendir

dimulut dan dihidung, keringkan badan bayi, Melakukan

rangsangan taktil menggosok/menepuk telapak kaki, atur kembali

posisi bayi dan menilai bayi

KIA Kesehatan Ibu dan Anak

MDGs Millenium Development Goals

NGT Naso Gastric Tube

O2 Oksigen

RDS Respiratory Distres Syndrom

RR Respiration Rate

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

SC Seksio Caesarea

Page 116: Kti irnawati baco akbid paramata

105

SDKI Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

SMK sesuai masa kehamilan

TP Tafsiran persalinan

TTN Transient Tachaypnea Of The Newborn

TT Tetanus Toksoid

TTV Tanda-Tanda Vital

VTP Ventilasi tekanan positif

WHO World Health Organization