KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

95
1 BAB I KONSEP DASAR A. DEFINISI Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan patogen parasitik. (Donna L. Wong, 2003 : 492). Diare adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali untuk anak dan 4 kali untuk bayi dengan konsistensi feses encer, dapat bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2005 : 224). Diare akut didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi dan kandungan air pada tinja yang berlangsung selama 5-7 hari. ( Schwartz, M. William, 2005 : 265). Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa diare adalah inflamasi lambung dan usus yang menyebabkan buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer.

Transcript of KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

Page 1: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

1

BAB I

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Gastroenteritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh

berbagai bakteri, virus, dan patogen parasitik. (Donna L. Wong, 2003 : 492).

Diare adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali

untuk anak dan 4 kali untuk bayi dengan konsistensi feses encer, dapat

bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2005 : 224).

Diare akut didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi dan

kandungan air pada tinja yang berlangsung selama 5-7 hari. ( Schwartz, M.

William, 2005 : 265).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa diare adalah

inflamasi lambung dan usus yang menyebabkan buang air besar lebih dari 3

kali sehari dengan konsistensi encer.

B. ETIOLOGI

Diare disebabkan oleh beberapa faktor menurut Ngastiyah (2005 : 224),

antara lain yaitu :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral

Adalah saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

1

Page 2: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

2

utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :

1. Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

2. Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO ,Coxsackie, Poliomyelitis),

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

3. Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),

Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas

hominis), Jamur : Candida albicans.

b. Infeksi parenteral

Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : Otitis

Media Akut (OMA) tonsilitis / tonsilofaringitis , bronkopneumonia,

ensefalitis.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa ), monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan glaktosa ).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

b. Malabsorbsi lemak.

c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan : makanan basi , makanan beracun , alergi terhadap

makanan.

4. Faktor psikologis : rasa takut, rasa cemas.

Page 3: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

3

C. PATOFISIOLOGI

Menurut Ngastiyah (2005 : 224) mekanisme dasar yang menyebabkan

gastroenteritis adalah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan

sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga

usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik usus akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul pula diare.

Page 4: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

4

Diare juga terjadi karena berbagai faktor antara lain :

Pertama infeksi (parasit, bakteri, virus, jamur) masuk dan berkembang

didalam usus yang mengakibatkan terjadinya hipersekresi air dan elektrolit

sehingga isi rongga usus meningkat yang menyebabkan diare.

Faktor kedua ialah malabsorbsi yang meliputi karbohidrat, protein, dan

lemak menyebabkan makanan tidak dapat diserap sehingga terjadi

peningkatan pada tekanan osmotic sehingga terjadi diare.

Faktor ketiga ialah psikologis faktor ini disebabkan karena adanya

kecemasan yang menyebabkan hiperperistaltik pada usus sehingga

kesempatan usus menyerap makanan menjadi turun sehingga muncul diare.

Faktor keempat makanan disebabkan karena keracunan makanan,

makanan yang basi, dan jumlah yang berlebih mengakibatkan toksin tidak

dapat diserap yang menyebabkan hiperperistaltik pada usus sehingga

kesempatan usus menyerap makanan menjadi turun sehingga muncul diare.

Hiperperistaltik juga dapat menyebabkan radang pada mukosa lambung

sehingga terjadi mual dan muntah yang mengakibatkan intake tidak adekuat

sehingga muncul masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Toksin juga

dapat mempengaruhi munculnya masalah karena toksin yang tidak dapat

diserap dapat membentuk endotoksin yang merangsang sintesis dan pelepasan

zat pirogen sehingga mempengaruhi sel point termosat hipotalamus sehingga

menyebabkan hipertermi. Diare dapat mengakibatkan kehilangan cairan

berlebih karena output yang banyak sehingga muncul masalah keperawatan

kekurangan volume cairan. Diare juga dapat menyebabkan gelisah atau

Page 5: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

5

bingung karena ketidaktahuan keluarga tentang kondisi penyakit yang dialami

anggota keluarganya. Hal ini karena kurangnya binformasi keluarga tentang

penyakit anaknya, sehingga muncul masalah keperawatan kurang pengetahuan

keluarga. Perawatan yang terjadi di RS juga dapat mengakibatkan hospitalisasi

pada anak – anak yang mungkin menjadi menangis dan gelisah sehingga

muncul masalah keperawatan cemas. Diare juga dapat menyebabkan

gangguan keseimbangan elektrolit sehingga terjadi hiponatremi yang

akibatnya kulit menjadi dingin dan kejang sehingga terjadi kekurangan

volume cairan dan dapat mengakibatkan syok. Diare menyebabkan frekuensi

buang air besar meningkat dan terdapat adanya asam laktat sehingga

menyebabkan iritasi kulit anal, hal ini karena banyaknya asam laktat yang

berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare sehingga

menyebabkan masalah keperawatan kerusakan integritas kulit.

Page 6: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

6

D. PATHWAY

Faktor Infeksi Faktor Faktor makanan Faktor Psikologi Malabsorbsi Karbohidrat,

Protein, lemak Keracunan basi Jumlah berlebihan

Masuk dan Berkembang Dalam Makanan tidak Toksin tidak Usus dapat diserap dapat diserap cemas

Membentuk endotoxin Tekanan osmotik Hiperperistal

Hipersekresi meningkat (menurunnya kesempatanair dan elektrolit Merangsang sintesis usus menyerap makanan)(isi rongga usus dan pelepasan zat pirogen

meningkat) mukosa lambung radang

Pergeseran air Mempengaruhi dan elektrolit set point termosat kerongga usus hipotalamus mual, muntah

Intake tidak adekuat

Gangguan Kehilangan Keluarga Masuk RS Frekuensi BABkeseimbangan cairan berlebih gelisah, meningkatElektrolit bingung Hospitalisasi

Adanya asam

hiponatremi Output Kurang mengetahui Menangishipokalemia berlebih keadaan klien gelisah penurunan Iritasiklorida serum Kurang informasi kulit

analKulit dingin

Syok

HIPERTERMI

NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN

TUBUHDIARE

KURANGVOLUMECAIRAN RESIKO

KERUSAKANINTEGRITAS

KULIT

CEMAS

KURANGPENGETAHUAN

KELUARGA

Page 7: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

7

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala diare menurut Ngastiyah (2005 : 225 ) antara lain

sebagai berikut :

1. Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat.

2. Nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.

3. Tinja cair mungkin disertai lendir atau bercampur darah.

4. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena dering defekasi.

5. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit.

6. Karena kehilangan cairan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak antara

lain : berat badan turun, `turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun

besar menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir pada mulut dan kulit

tampak kering

Penilaian derajat dehidrasi menurut Behram (2000 : 261) adalah :

Tanda dan gejala Ringan Sedang Berat

Kehilangan berat

badan

3 - 5 6 - 9 10 atau lebih

Kesan dan

kondisi umum

bayi dan anak

kecil

Haus, sadar dan

gelisah

Haus, gelisah,

atau letargis

tetapi iritabel

bila dipegang

Mengantuk,

ekstre-mitas

lemas, dingin

sianotik, lembab,

Page 8: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

8

atau mengantuk bisa koma

Anak besar dan

dewasa

Haus, sadar dan

gelisah

Haus, sadar,

hipotensi

postural

Biasanya sadar,

kuatir,

ekstremitas

dingin, lembab,

sianotik, kulit

jari tangan dan

kaki berkerut,

kejang otot

Nadi radial Kecepatan dan

tekanan normal

Cepat dan lemah Cepat, sangat

lemah, kadang

tidak teraba

respirasi Normal Dalam, mungkin

cepat

Dalam dan cepat

Fontanella

anterior

Normal Cekung Sangat cekung

Tekanan darah

sistolik

Normal Normal atau

rendah, hipotensi

ortostatik

Rendah,

mungkin tidak

teratur

Elastisitas kulit Cubitan segera

kembali

Cubitan kembali

perlahan

Cubitan tidak

segera kembali

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada atau Tidak ada

Page 9: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

9

berkurang

Membrana

mukosa

Lembab Kering Sangat kering

Keluaran

kencing

Normal Jumlah

berkurang dan

pekat

Anuria atau

oliguria berat

Pengisian

kembali kapiler

Normal 2 detik Lebih dari 3

detik

Perkiraan defisit

cairan (mL/kg)

30 - 50 60 - 90 100 atau lebih

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dan uji daiagnostik menurut Betz, Cecily L

(2002 : 160) antara lain adalah :

1. Hematest feses untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada

yang bakterial).

2. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus.

3. Hitung darah lengkap dengan diferensial.

4. Uji antigen imunoesei enzim untuk memastikan rotavirus.

5. Kultur feses (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feses yang

berkepanjangan) untuk menentukan patogen.

6. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit.

Page 10: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

10

7. Aspirasi duodenum (jika diduga G. lamblia)

8. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme

Shigella keluar melalui urin).

G. PENATALAKSANAAN

Pengobatan dasar gastroenteritis menurut Ngastiyah (2005 : 225) adalah

sebagai berikut :

1. Pemberian cairan

Jenis cairan yang diberikan yakni cairan parenteral (misalnya Ringer

Laktat) dan cairan dehidrasi oral meliputi formula yang lengkap

mengandung NaCL, NHCO, KCL, dan glukosa. Formula ini sering disebut

oralit. Formula tidak lengkap misalnya larutan gula garam, larutan air tajin

garam, larutan tepung beras garam, dan sebagainya yang mengandung

NaCl dan sukrosa.

Cara pemberian cairan menurut Ngastiyah (2005 : 227) berdasarkan

derajat dehidrasi adalah :

a. Belum ada tanda dehidrasi

Per oral sebanyak anak m au minum atau 1 gelas tiap defekasi dan

selanjutnya 125 ml/kg berat badan per hari.

b. Dehidrasi ringan

1. Satu jam pertama 50 sampai 100ml/kg BB peroral.

2. Selanjutnya 125 ml/kg BB hari ad libitum

c. Dehidrasi berat

Page 11: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

11

Untuk anak umur 1 bulan sampai 2 tahun, berat badan 3-10 kg

1. 1 jam pertma : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (set infus

berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13/kg BB/menit (set infus 1 ml =

20 tetes),

2. 7 jam berikutnya : 12 ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/Menit (set

infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml = 20

tetes),

3. 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau bila anak

tidak mau minum dapat dib erikan DG aa intravena 2 tetes/kg

BB/menit (1 ml =15 tetes) atau 3 tetes/kg BB/menit (set 1 ml = 20

tetes).

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak menurut

Ngastiyah (2005 : 226) adalah sebagai berikut :

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak dibawah 2 tahun :

Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan 50 100 25 175

Sedang 75 100 25 200

Berat 125 200 25 350

Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan

umur :

Berat badan Umur PWL NWL CWL Jumlah

0 – 3 kg 0 – 1 bulan 150 125 25 300

Page 12: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

12

3 – 10 kg 1 -2 bulan 125 100 25 250

10 -15 kg 2 – 5 tahun 100 80 25 205

15 – 25 kg 5 – 10 tahun 80 25 25 130

Keterangan :

a. PWL, Previouus Water Loss (ml/kgBB), cairan yang hilang karena

muntah.

b. NWL, Normal Water Loss (ml/kgBB), cairan hilang lewat urine, kulit,

pernafasan.

c. CWL, Concomitant Water Loss (ml/kgBB), cairan hilang karena

muntah hebat.

2. Pengobatan dietik

Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg jenis makanan diantaranya :

a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron).

b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila

anak tidak mau minum susu.

c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misal

susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai

sedang atau tidak jenuh.

Cara memberikannya :

Page 13: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

13

Hari 1 : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi

ASI/susu formula tetapi diare masih sering, berikan oralit selang seling

dengan ASI misalnya 2 kali ASI atau susu khusus, 1 kali oralit.

Hari 2 – 4 : ASI atau susu formula rendah laktosa penuh.

Hari 5 : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan.

3. Obat – obatan

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang

melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung

elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin).

a. Obat anti sekresi Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum

30 mg, Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg/kg BB/hari.

b. Obat spasmolitik seperti Papaverin.

H. FOKUS PENGKAJIAN

Fokus pengkajian menurut Smeltzer (2002 : 1049) antara lain adalah :

1. Pengkajian subyektif meliputi :

a. Riwayat kesehatan sekarang.

b. Terapi obat-obatan saat ini.

c. Riwayat medis dan bedah terdahulu.

d. Asupan diet harian.

e. Apa ada kram abdomen dan nyeri.

f. Frekuensi dan dorongan mengeluarkan feses.

g. Adanya feses cair atau berminyak, mukus, pus dan darah dalam feses.

Page 14: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

14

2. Pengkajian obyektif meliputi :

a. Penimbangan berat badan.

b. Mengkaji terhadap adanya hipotensi postural atau takikardi.

c. Inspeksi feses dalam hal konsistensi, bau dan warna.

d. Auskultasi abdomen menunjukkan adanya bising usus dan

karakteristiknya.

e. Perhatikan adanya distensi abdomen atau nyeri tekan.

f. Inspeksi membran mukosa dan kulit.

g. Inspeksi kulit perianal terhadap adanya iritasi.

Sedangkan fokus pengkajian menurut Donna L. Wong (2003 : 492) antara lain

adalah :

1. Kemungkinan memakan makanan atau air yang terkontaminasi.

2. Kemungkinan infeksi ditenpat lain.

3. Lakukan pengkajian fisik rutin.

4. Observasi dan catat adanya tanda-tanda yang berkaitan (tenesmus, kram

dan muntah).

5. Bantu dengan prosedur diagnostik (misal : tampung spesimen sesuai

program, feses untuk pil, gula darah).

6. Deteksi sumber infeksi.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Nanda (2005 - 2006) pada klien dengan gastroenteritis dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Page 15: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

15

1. Diare berhubungan dengan kehilangan volume aktif (Nanda, 2005 - 2006 :

89).

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume aktif,

kegagalan dalam mekanisme pengaturan (Nanda, 2005 - 2006 : 89).

3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi (Nanda, 2005 - 2006 : 107).

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi

makanan karena faktor biologi, psikologi, atau ekonomi (Nanda, 2005 -

2006 : 139).

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status

kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.

(Nanda, 2005 - 2006 : 9).

6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena

diare.(Nanda, 2005 - 2006 : 197).

7. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang informasi.

(Nanda, 2005-2006 : 125).

J. FOKUS INTERVENSI

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada dapat ditemukan intervensi

keperawatan menurut Nanda (2005 - 2006) sebagai berikut :

1. Diare berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (Nanda, 2005 –

2006 : 89).

Page 16: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

16

Dengan batasan karakteristik yaitu sedikitnya BAB cair lebih dari 3

kali dalam sehari, suara usus hiperaktif, nyeri perut, kram, urgensi (Nanda,

2005 – 2006 : 67).

Tujuan yang diharapkan terhadap diagnosa tersebut adalah diare

berkurang dengan kriteria hasil penurunan frekuensi defekasi, konsistensi

kembali normal.

Menurut NIC (2007 : 134), intervensi yang diberikan untuk diagnosa

tersebut antara lain :

a. Kaji dan dokumentasikan frekuensi defekasi, warna, konsistensi, dan

jumlah feses.

Rasionalisasi : untuk mengkaji beratnya penyakit.

b. Kaji dan dokumentasikan turgor kulit dan kondisi mukosa mulut.

Rasionalisasi : untuk mengkaji beratnya penyakit.

c. Ajarkan keluarga/klien tentang cara menggunakan obat anti diare

dengan benar.

Rasionalisasi : menambah pengetahuan keluarga.

d. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil, sering dan jumlah

ditingkatkan secara bertahap.

Rasionalisasi : untuk mengurangi absorbsi makanan.

e. Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus besar (puasa, diet cair)

Rasionalisasi : untuk menurunkan rangsangan cairan makanan.

f. Konsultasi dengan dokter anak untuk alternatif tipe pemberian

makanan.

Page 17: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

17

Rasionalisasi : memberikan diet yang sesuai.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam

mekanisme pengaturan (Nanda, 2005 - 2006 : 89).

Batasan karakteristik yaitu kelemahan, haus, penurunan turgor kulit,

membran mukosa/kulit kering, nadi meningkat, tekanan darah menurun,

volume/tekanan nadi menurun, penurunan pengisian kapiler, perubahan

status mental, penurunan urin output, peningkatan konsentrasi urin,

peningkatan suhu tubuh, hematokrit meningkat, kehilangan berat badan

mendadak (Nanda, 2005 – 2006 : 89).

Tujuan yang diharapkan terhadap diagnosa tersebut adalah volume

cairan terpenuhi dengan kriteria hasil memperlihatkan volume cairan

adekuat dibuktikan dengan membran mukosa lembab, turgor kulit baik,

keseimbangan masukan dan haluaran urine normal dalam konsistensi atau

jumlah.

Menurut NIC (2007 : 177) intervensi untuk diagnosa tersebut antara

lain :

a. Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan.

Rasionalisasi : untuk mengkaji rehidrasi.

b. Observasi terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (misalnya

diare) .

Rasionalisasi : untuk mengkaji rehidrasi.

Page 18: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

18

c. Identifikasi faktor yang terkontribusi terhadap bertambah buruknya

dehidrasi (misalnya : obat-obatan, demam, stres dan program

pengobatan).

Rasionalisasi : untuk mengetahui faktor penyebab.

d. Pantau status dehidrasi ( kelembaban membran mukosa keadekuatan

nadi, dan tekanan osmotik).

Rasionalisasi : untuk mengetahui status dehidrasi.

e. Pertahankan keakuratan catatan asupan dalam haluaran.

Rasionalasasi : untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

f. Tingkatkan asupan oral.

Rasionalisasi : untuk rehidrasi dengan pergantian cairan melalui feses.

g. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.

Rasionalisasi : untuk mencegah dehidrasi.

h. Kolaborasi dalam pemberian terapi IV.

Rasionalisasi : menambah masukan cairan klien.

3. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi (Nanda, 2005 - 2006 : 107).

Batasan karakteristik yaitu peningkatan suhu tubuh di atas normal.

Kejang dan konvulsi, takikardi, frekuensi nafas meningkat, diraba hangat,

kulit merah (Nanda, 2005 – 2006 : 107) .

Tujuan yang diharapkan dari intervensi diagnosa tersebut adalah

mendemonstrasikan suhu badan dalam batas normal dengan kriteria hasil

Page 19: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

19

mempertahankan nomothermi yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya

tanda dan gejala hipertermi seperti takikardi, kulit kemerahan.

Menurut NIC (2007 : 222) intervensi untuk diagnosa tersebut antara

lain :

a. Pantau suhu minimal setiap 2 jam sesuai dengan kebutuhan.

Rasionalisasi : peningkatan suhu tubuh menunjukkan adanya

toksin penyebab diare.

b. Ajarkan klien atau keluarga dalam mengatur suhu untuk mencegah dan

menggali secara dini hipertermi.

Rasionalisasi : menambah pengetahuan klien.

c. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi klien hanya dengan

selembar pakaian.

Rasionalisasi : guna mempercepat proses penguapan.

d. Anjurkan asupan cairan oral.

Rasionalisasi : untuk mencegah dehidrasi.

e. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik sesuai kebutuhan.

Rasionalisasi : untuk mengurangi demam.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, menaabsorpsi

makanan karena faktor biologi, psikologi, ekonomi (Nanda, 2005 - 2006 :

139).

Page 20: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

20

Batasan karkteristik yaitu berat badan di bawah ideal lebih dari 20%,

melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan,

konjungtiva dan membran mukosa pucat, lemah otot untuk menelan atau

mengunyah, luka. Inflamasi pada rongga mulut, mudah merasa kenyang

sesaat setelah mengunyah makanan, melaporkan kurang makan,

melaporkan perubahan sensasi rasa, tidak mampu mengunyah makanan,

enggan makan, kerusakan minat terhadap makanan (Nanda, 2005 – 2006 :

139).

Tujuan yang diharapkan dari intervensi terhadap diagnosa tersebut

adalah kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil menunjukkan

peningkatan masukan per oral.

Adapun intervensi menurut NIC (2007 : 323) untuk diagnosa tersebut

antara lain :

a. Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya

nafsu makan.

Rasionalisasi : untuk membantu memilih intervensi.

b. Identifikasi faktor pencetus mual/muntah.

Rasionalisasi : untuk mengetahui faktor penyebab mual/muntah.

c. Catat warna, jumlah dan frekuensinya.

Rasionalisasi : untuk mengetahui nutrisi yang hilang.

d. Ciptakan hubungan saling percaya dan mendukung dengan klien.

Rasionalisasi : mempermudah komunikasi.

e. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan.

Page 21: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

21

Rasionalisasi : untuk meningkatkan kenyamanan.

f. Bersihkan mulut secara teratur.

Rasionalisasi : untuk meningkatkan selera makan.

g. Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan bervariasi.

Rasionalisasi : mengganti nutrisi yang hilang.

h. Konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori harian.

Rasionalisasi : perlu bantuan dalam perencanaan diet untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi.

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status peran, status kesehatan,

pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.(Nanda, 2005 -

2006: 9).

Batasan karakteristik yaitu penuruna produktifitas, kontak mata buruk,

gelisah, pandangan sekilas, pergerakan yang tidak bermakna (jalan

menyeret, gerak tangan dan kaki), ekspresi yang mendalam terhadap

perubahan hidup, insomnia, resah. (Nanda, 2005 – 2006 : 9).

Tujuan yang diharapkan dari intervensi terhadap diagnosa tersebut

adalah ansietas teratasi dengan kriteria hasil menggunakan mekanisme

koping yang efektif dalam menghadapi stress.

Adapun intervensi menurut NIC (2007 : 26) untuk diagnosa tersebut

adalah :

a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

Rasionalisasi : untuk meningkatkan keyakinan keluarga pada perawat.

b. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan klien.

Page 22: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

22

Rasionalisasi : untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas.

Rasionalisasi : untuk mengetahui faktor pencetus.

g. Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pada klien.

Rasionalisasi : untuk menempatkan klien pada posisi yang positif.

h. Beri dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Rasionalisasi : untuk mengeksternalisasikan ansietas.

f. Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis perawatan dan

prognosis.

Rasionalisasi : menambah pengetahuan dan mengurangi kecemasan.

g. Instruksikan klien tentang penggunaan tehnik relaksasi.

Rasionalisasi : untuk mengurangi kecemasan.

6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare.

(Nanda, 2005 - 2006 : 197)

Batasan karakteristik menurut Nanda (2005 - 2006 : 197) yaitu infeksi

struktur tubuh, kerusakan lapisan kulit, disrupsi permukaan kulit

(epidermis).

Tujuan yang diharapkan menurut Donna L. Wong (2004 : 497)

dariintervensi terhadap diagnosa tersebut adalah anak tidak mengalami

bukti-bukti kerusakan kulit. Dengan kriteria hasil mengembalikan kondisi

atau keutuhan kulit klien.

Page 23: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

23

Menurut NIC (2007 : 469) intervensi yang dapat diberikan untuk

diagnosa tersebut adalah :

a. Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet, warna dan suhu, kelembaban

dan keringat yang berlebih, area kemerahan dan rusak.

Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan kulit dan memulai

terapi.

b. Bersihkan kulit saat terkena kotoran.

Rasional : untuk mengurangi kelembaban.

c. Minimalkan kulit terpajan pada kelembaban.

Rasionalisasi : mengurangi resiko infeksi.

d. Gunakan lapisan pelindung seperti krim atau bantal..

Rasionalisasi : untuk menghilangkan kelembaban yang berlebih.

e. Gunakan balutan transparan untuk area yang beresiko.

Rasionalisasi : untuk melindungi kulit dari kebasahan.

f. Ganti posisi dengan hati-hati.

Rasionalisasi : untuk menghindari cidera pada kulit yang sama

.

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (Nanda, 2005

- 2006 : 125).

Adapun batasan karakteristik menurut nanda (2005 - 2006 : 125) yaitu

mengungkapan adanya masalah, mengikuti instruksi tidak akurat, tes

penampilan tidak akurat, perilaku berlebihan atau tidak sesuai

(histeris,bermusuhan, agitas, apatis).

Page 24: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

24

Tujuan yang diharapkan terhadap intervensi terhadap diagnosa tersebut

adalah keluarga menunjukkan pemahaman tentang penyakit dengan

kriteria hasil keluarga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan, ekspresi wajah kembali tenang.

Intervensi dapat diberikan untuk diagnosa tersebut menurut NIC (2007

: 275) antara lain :

a. Tentukan tingkat pengetahuan keluarga/klien dan pahami isinya.

Rasionalisasi : untuk mengetahui seberapa jauh tingkat

pengetahuan keluarga tentang penyakit.

b. Tentukan kemampuan klien/keluarga untuk mempelajari informasi.

Rasionalisasi : untuk mengetahui kemampuan klien.

c. Tentukan motivasi klien/keluarga untuk mempelajari informasi.

Rasionalisasi : untuk mengetahui tujuan klien mengetahui

informasi tersebut.

d. Memberikan pengajaran sesuai tingkat pemahaman klien/keluarga.

Rasionalisasi : untuk mengetahui tingkat pemahaman klien /

keluarga.

e. Menggunakan pendekatan pengajaran multipel, dan demonstrasi

secara verbal.

Rasionalisasi : umpan balik.

f. Merencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama klien dan

dokter.

Page 25: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

25

Rasionalisasi : untuk memfasilitasi kemampuan klien / keluarga

mengikuti penanganan yang dianjurkan.

K. KONSEP TUMBUH KEMBANG

Berikut ini penulis akan menyampaikan tentang tumbuh kembang anak

usia 18 bulan sesuai dengan kasus yang didapat penulis yaitu :

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak usia 1 – 2 tahun menurut

(Hidayat, Azis Alimul, 2005 : 25) adalah pertumbuhan dan perkembangan

pada tahun kedua pada anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam

pertumbuhan fisik, dimana pada tahun kedua anak akan mengalami kenaikan

berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan panjang badan 6 – 10 cm, kemudian

pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan yaitu kenaikan lingkar

kepala hanya 2 cm, untuk pertumbuhan gigi terdapat tambahan 8 buah gigi

susu termasuk gigi geraham pertama, dan gigi taring sehingga seluruhnya

berjumlah 14 – 16 buah.

Pertumbuhan dan perkembangan selama masa bayi umur 18 bulan menurut

(Donna L. Wong, 2003 : 190) antara lain :

a. Dalam perkembangan motorik kasar anak diawali kemampuan untuk

berlari secara kikuk, sering terjatuh, berjalan naik tangga dengan satu

tangan berpegangan, menarik dan mendorong mainan, melompat di tempat

dengan kedua kaki, duduk sendiri di kursi, melempar bola dari satu tangan

ke tangan lain tanpa jatuh.

Page 26: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

26

b. Perkembangan motorik halus dimulai dengan membangun menara 3

sampai 4 kotak, membalik halaman dalam buku 2 atau 3 lembar sekaligus,

dalam menggambar membuat tekanan sesuai tiruan dan mampu mengatur

sendok tanpa memutar.

c. Pada perkembangan bahasa mampu mengatakan 10 kata atau lebih,

menunjuk objek umum seperti sepatu, bola, dan dua atau tiga bagian

tubuh.

d. Perkembangan sosialisasi dapat mengatur sendok dengan baik,

melepaskan sarung tangan, kaos kaki, sepatu serta resleting, mulai sadar

kepemilikan ( ‘mainanku’).

L. HOSPITALISASI PADA ANAK

Hospitalisasi menurut Donna L. Wong (2003 : 333) mengemukakan

bahwa sakit dan hospitalisasi akan menimbulkan krisis pada kehidupan anak.

Perasaan yang sering muncul pada anak dengan usia 1,5 tahun di rumah sakit,

anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak

dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Sering kali anak harus

mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian dan

berbagai hal yang tidak diketahui. Interpretasi mereka terhadap kejadian

respon mereka terhadap pengalaman dan signifikasi yang mereka tempatkan

pada pengalaman secara langsung berhubungan dengan tingkat perkembanga.

Reaksi anak terhadap perpisahan meliputi berbagai aspek yang pertama

yaitu protes, menangis, berteriak, melihat pada orang tua, memegang erat

Page 27: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

27

orang tua, menghindari dan menolak kontak dengan orang asing. Perilaku

tersebut dapat berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Protes

seperti menangis dapat berlangsung terus menerus, akan berhenti apabila

sudah lelah. Pendekatan orang asing dapet menimbulkan peningkatan proses.

Yang kedua yaitu putus asa biasanya anak tidak aktif, menarik diri, depresi,

sedih dan tidak tertarik pada lingkungan sekitar. Prilaku tersebut dapat berlaku

variabel waktu, kondisi fisik dapat menyimpang dan menolak makan minum

atau bergerak. Dan yang terakhir adalah pelepasan meliputi : menunjukkan

peningkatan minat pada sekitar, berinteraksi pada orang asing atau pemberi

asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru tetapi bersifat superfisal,

tampak bahagia.

Page 28: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

28

BAB II

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN DATA

1. IDENTITAS KLIEN

Setelah penulis melakukan pengkajian data tanggal 12 Januari 2011

jam 08.00 WIB didapatkan gambaran umum dari kasus tersebut yang

meliputi identitas klien. Nama An.Y, umur 1,5 tahun, jenis kelamin laki-

laki, agama Islam, suku Jawa, bangsa Indonesia, alamat Roworejo Rt

01/Rw 04 Kebumen, tanggal masuk rumah sakit 11 Januari 2011 jam

06.30 WIB,dengan diagnosa medis gastroenteritis, nama ayah Tn P. umur

29 tahun, pekerjaan swasta, nama ibu Ny R. umur 28 tahun, pekerjaan ibu

rumah tangga.

2. KELUHAN UTAMA

Keluhan utama adalah ibu klien mengatakan anaknya buang air besar

lebih dari enam kali sehari.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Riwayat penyakit sekarang adalah ibu klien mengatakan anaknya

buang air besar lebih dari enam kali sehari dengan konsistensi cair sedikit

ampas, keluan ini muncul sejak tanggal 10 Januari 2011 sekitar jam 18.00

WIB, muntah 2 kali, dan badannya demam.

4. PENANGANAN SELAMA DIRUMAH

Ibu klien mengatakan anaknya buang air besar cair lebih dari enam kali

sehari dengan konsistensi cair disertai demam. Sebelum dibawa ke rumah

Page 29: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

29

sakit Ibu klien tidak memberikan obat apapun, Ibu klien hanya

mengompres agar panasnya turun. Kemudian pada hari senin 11 Januari

2011 pada pukul 06.30 WIB klien dibawa di RSUD Kebumen.

5. RIWAYAT KESEHATAN LAMPAU

Klien belum pernah menderita diare dan penyakit serius. Klien

belum pernah dirawat di RS, klien mendapatkan imunisasi lengkap.

Riwayat kehamilaan dan kelahiran : selama hamil Ibu klien tidak pernah

menderita penyakit dan tidak ada keluhan selama kehamilannya. Selama

hamil Ibu klien mendapatkan imunisasi tetanus sebanyak dua kali. Ibu

klien selama hamil setiap bulan selalu mengontrolkan kehamilannya

dibidan terdekat.

Riwayat natal : Ny. R. mengatakan klien lahir dengan spontan dan normal

dengan BB : 3,3 kg dan panjang : 50 cm. Kondisi Ibu dan klien sehat.

Riwayat neonatal : klien mendapat imunisasi hepatitis, BCG, polio, DPT

dan campak.

Imunisasi An. Y :

UMUR JENIS IMUNISASI

0 Bulan Hepatitis B (HB) 0

1 Bulan BCG, Polio 1

2 Bulan DPT / HB 1, Polio 2

3 Bulan DPT / HB 2, Polio 3

4 Bulan DPT / HB 3, Polio 4

9 Bulan Campak

Page 30: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

30

6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit kronis, menular dan keturunan.

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis pernikahan

: Garis keturunan

: Klien

: Tinggal satu rumah

Dari hasil uji Denver pada tanggal 12 Januari 2011 yang dilakukan

pada An Y didapatkan hasil normal karena An Y dapat melakukan semua

Page 31: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

31

item pada garis umur. Data-data yang didapat sesuai dengan uji Denver

yaitu pada personal sosial, An Y dapat makan menggunakan sendok atau

garpu, membuka pakaian, menyuapi boneka, gosok gigi dengan bantuan.

Pada adaptif motorik halus An Y dapat mencorat-coret, mengambil manik-

manik dan ditunjukkan, membangun menara dari 2 kubus, membangun

menara dari 4 kubus, membangun menara dari 6 kubu. Pada tahap bahasa

An Y dapat mengucapkan 2 kata, mengucapkan 3 kata, mengucapkan 6

kata, menunjukkan 2 gambar, dapat melakukan kombinasi kata, dan dapat

bicara dengan dimengerti. Pada motorik kasar An Y dapat berjalan

mundur, berlari, berjalan naik tangga, menendang bola kedepan, dan

melempar bola keatas.

7. RIWAYAT SOSIAL

Dari pengkajian didapatkan data pada riwayat sosial klien diasuh

kedua orang tuanya, terutama ibunya karena ayahnya bekerja, hubungan

dengan anggota keluarga baik. Pembawaan secara umum klien adalah

anak yang periang. Tetapi saat didekati oleh perawat klien kelihatan

ketakutan klien menangis saat mau diinjeksi. Tetapi klien dapat diajak

bercanda dan ketawa.

8. KEADAAN KESEHATAN

Pada pemeriksaan fisik diperoleh data : keadaan umum klien lemah,

kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital suhu 380C, nadi

120 kali per menit, respirasi 30 kali per menit. Berat badan klien 10 kg,

tinggi badan 88 cm. Pada pemeriksaan to head toe didapatkan data pada

Page 32: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

32

mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva an anemis, pupil isokor,

hidung simetris bersih tidak ada polip, telinga simetris tidak ada serumen,

mulut bersih, mukosa bibir kering, pada ekstremitas atas terpasang infus

RL 20 tetes per menit di tangan kiri, tidak terdapat udema.

9. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL

a. Pola nutrisi dan metabolik

Ibu klien mengatakan nafsu makan klien baik, klien masih di beri

ASI,sebelum sakit klien minum sehari sekitar 800 cc, selama sakit

nafsu minum klien sedikit menurun, klien makan 3 kali sehari dengan

nasi, lauk, dan sayur dengan menggunakan mangkuk dan sendok,

klien masih mau makan walaupun tidak habis dari porsi diit makanan

yang diberikan RS.Klien tidak mempunyai alergi makanan. Berat

badan klien saat ini 10 kg, tinggi badan 88 cm.

b. Pola eliminasi

Sebelum sakit ibu klien mengatakan dalam sehari klien buang air

besar 1 sampai 2 kali dengan konsistensi lembek berwarna kuning,

buang air kecil sehari 5 sampai 6 kali sehari. Selama sakit ibu klien

mengatakan dalam sehari klien buang air besar lebih dari enam kali

dengan konsistensi cair terdapat sedikit ampas berwarna kuning, buang

air kecil 4 sampai 5 kali sehari.

c. Pola aktivitas dan latihan

Pola aktifitas dan latihan klien sebelum sakit kegiatan klien

makan, tidur, bermain bersama ibu,bapak, dan kakak, jika ada waktu

Page 33: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

33

luang ibu klien mengajak klien bermain di tetangga, selama di rumah

sakit klien hanya terbaring lemah di tempat tidur, kadang klien rewel,

pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti makan, mandi, dan toileting

masih di bantu penuh oleh orang tuanya

d. Pola istirahat dan tidur

Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit dimalam hari klien tidur 10

sampai 11 jam, di siang hari tidur 2 sampai 3 jam , selama sakit klien

rewel dimalam hari klien tidur 9 sampai 10 jam, disiang hari tidur 2

sampai 3 jam dengan pengantar tidur dengan minum ASI kadang

digendong ibu, gangguan pada saat tidur biasanya ketika klien

ngompol.

e. Pola bicara, persepsi dan kognitif

Klien sudah bisa bicara, klien bisa memanggil “ibu, bapak, mbah,

mas”. Kemampuan untuk bekerjasama dan berkomunikasi : klien

sudah bisa diajak bekerjasama dan berkomunikasi, jika ibunya

menyuruh untuk mengambilkan mainan klien dapat mengambilnya.

Fungsi penglihatan, pendengaran, penghidu, peraba, nyeri : semua

fungsi tersebut berfungsi dengan baik (normal).

Respon terhadap suara berisik, sentuhan, perbincangan dan musik :

klien dapat merespon terhadap suara berisik, sentuhan, perbincangan

dan musik yang keras dibuktikan jika klien masih tidur klien dapat

bangun.

Pengalaman pendidikan, klien belum pernah sekolah.

Page 34: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

34

f. Pola reproduksi sosial

Klien sudah mengetahui tentang jenis kelaminnya, teman dekat

klien adalah ibu.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Penampilan klien bersih, kebiasaan klien menangis, saat klien

dirawat di rumah sakit klien terlihat ketakutan bila didekati oleh

perawat apalagi saat mau diinjeksi, klien dapat diajak bercanda dan

tertawa.

h. Pola koping

Respon terhadap perubahan tekanan (lingkungan baru,

hospitalisasi), selama dirawat di rumah sakit klien belum dapat

beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit, klien tampak rewel, klien

hanya terbaring dan kadang di gendong ibunya.

i. Pola nilai dan kepercayaan

Ibu klien menginginkan agar anaknya cepat sembuh dan keluar

dari rumah sakit, ibu klien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah

penting , ibu klien mengatakan sakitnya anaknya ini merupakan

cobaan dari Tuhan.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 11 Januari 2011.

1.

Nama Hasil Normal Satuan

WBC 10,92 L 5 – 10

P 5 – 10

10^3/UL

Page 35: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

35

RBC 4,20 L 4,5 – 5,5

P 4 – 5

10^6/UL

HGB 10,5 L 13 – 16

P 12 - 15

9/dl

HCT 33,9 L 40 – 48

P 37 – 43

%

MCV 80,7 79,0 – 99,0 Fl

MCH 25,0 27,0 – 31,0 Pg

MCHC 31,0 33,0 – 37,0 g/dl

PLT 471 150 – 400 10^3/UL

RDW-CV 17,3 11,5 – 14,5 %

RDS-SD 48,9 35 – 47 Fl

PDW 8,3 9,10 – 13,0 Fl

MPV 8,0 7,2 – 11,1 Fl

P-LCR 10,8 15,0 – 11,1 %

2. Feses rutin : bakteri (+), jamur (+).

3. Widal : (-)

Program pengobatan antara lain : infus RL 20 tetes per menit, paracetamol

syrup 3 x 1 sendok teh, cefotaxime 2 x 250 mg, zinc 1 x 1 tab, dialac 3 x ½

sachet.

Page 36: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

36

Program pengobatan yang diberikan tanggal 12 Januari 2011 adalah infus

RL 20 tetes per menit, paracetamol syrup 3 x 1 sendok teh, injeksi cefotaxime

2 x 250 mg, zinc 1 x 1 tab, dialac 3 x ½ sachet.

B. ANALISA DATA

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Januari 20111 didapatkan

hasil analisa data sebagai berikut :

Tgl / Jam Data Problem Etiologi

12-01-11

09.00 WIB

DS : Ibu klien mengatakan anak-

nya buang air besar lebih

dari 6 kali sehari dengan

konsistensi cair sedikit

ampas dan berwarna kuning

dan muntah 2 kali.

DO : - Klien tampak lemah

-Mukosa bibir sedikit

kering

- Kesadaran

composmentis

-Warna feses kuning cair

sedikit ampas

- Mata cekung

- BB 10 kg

Kekurangan

volume

cairan menit

Kehilangan

volume

cairan aktif

Page 37: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

37

- Infus RL 20 tetes per

menit

- Nadi 120 kali per menit

- Turgor kulit berkurang

-Peristaltik usus 24 kali per

menit

09.00 WIB DS : Ibu klien mengatakan anak-

nya panas sejak 10 Januari

2011 sampai sekarang masih

panas (12 Januari 2011).

DO : - Klien tampak lemah

- Badan teraba panas

- Klien tampak berkeringat

banyak

- Klien rewel

- Suhu 380C

- Nadi 120 kali per menit

- RR : 30 kali per menit

- Mukosa bibir sedikit

kering

Hipertermi Intake

cairan

kurang

adekuat

(dehidrasi)

09.00 WIB DS : Ibu klien mengatakan belum

Mengetahui tentang penye-

Kurang

pengetahuan

Kurang

informasi

Page 38: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

38

bab diare dan cara pencega-

hanya

DO : - Ibu klien bertanya-tanya

tentang diare

- ibu klien tampak bingung

mengenai

penyakit

diare

Prioritas Masalah :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

aktif (diare).

2. Hipertermi berhubungan dengan cairan kurang adekuat (dehidrasi).

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai

penyakit diare.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan analisa data hasil pengkajian pada An. Y muncul diagnosa

keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah sebagai berikut :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

aktif.

2. Hipertermi berhubungan dengan intake cairan kurang adekuat, efek

sirkulasi endotoksin (dehidrasi).

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai

penyakit diare.

Page 39: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

39

D. RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan, yang meliputi tujuan keperawatan, penetapan pemecahan

masalah dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah pasien.

Tujuan rencana keperawatan adalah konsolidasi dan organisasi informasi

pasien ssebagai sumber dokumentasi, sebagai alat komunikasi perawat klien,

sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan, langkah dari proses

keperawatan yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Rencana tindakan keperawatan untuk 3 diagnosa yang penulis angkat

adalah sebagai berikut :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(diare).

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24

jam diharapkan volume cairan terpenuhi.

Kriteria hasil : Memperlihatkan volume cairan adekuat yang dibuktikan

dengan membran mukosa lembab, turgor kulit baik,

keseimbangan masukan dan haluaran urin normal dalam

konsistensi atau jumlah.

Intervensi :

a. Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan.

Rasionalisasi : untuk mengkaji rehidrasi.

b. Tingkatkan tirah baring klien.

Page 40: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

40

Rasionalisasi : istirahat dapat menurunkan mortilitas usus.

c. Tingkatkan masukan cairan per oral secara bertahap.

Rasionalisasi : memberikan istirahat pada kolon dengan

menurunkan rangsang cairan atau makanan.

d. Kaji turgor kulit dan kondisi mukosa bibir.

Rasionalisasi : mengkaji beratnya penyakit.

e. Konsultasi dengan ahli gizi untuk alternatif tipe pemberian makanan.

Rasionalisasi ; memberika diet yang sesuai.

f. Kelola dalam pemberian cairan IV.

Rasionalisasi : menambah masukan cairan.

2. Hipertermi berhubungan dengan intake cairan kurang adekuat efek

sirkulasi endotoksin (dehidrasi).

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24

jam diharapkan dapat mempertahankan nomothermi

yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya tanda-tanda

gejala hipertermi.

Kriteria hasil : Badan klien tidak panas saat diraba, suhu badan antara

360C – 37,50C.

Intervensi :

a. Pantau suhu minimal setiap 2 jam sesuai kebutuhan.

Rasionalisasi : Peningkatan suhu tubuh adanya toksin penyebab diare.

Page 41: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

41

b. Ajarkan klien dan keluarga dalam mengatur suhu untuk mencegah dan

menggali secara dini hipertermi.

Rasionalisasi : Menambah pengetahuan klien dan keluarga.

c. Lepaskan pakaian yang berlebih dan ditutup hanya dengan selembar

pakaian.

Rasionalisasi : Mempercepat proses penguapan.

d. Kelola dalam pemberian obat antipiretik sesuai kebutuhan.

Rasionalisasi :Untuk mengurangi demam.

e. Ajarkan cara kompres hangat.

Rasionalisasi : Mempercepat sirkulasi suhu tubuh.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30

menit, pengetahuan keluarga bertambah.

Kriteria hasil : Orang tua klien paham dan mengerti tentang penyakit

diare serta perubahan dalam pola hidup serta dapat

menjelaskan kembali materi yang sudah diberikan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga dan pahami isinya.

Rasionalisasi : Untuk mengetahui faktor penyebab.

b. Motifasi keluarga untuk mempelajari informasi.

Rasionalisasi : Agar keluarga mau mempelajari informasi yang

didapat.

Page 42: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

42

c. Rencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama keluarga dan

dokter.

Rasionalisasi : Untuk memotivasi kemampuan keluarga mengikuti

penanganan yang dianjurkan.

d. Lakukan kontrak waktu dengan keluarga untuk penyuluhan kesehatan.

Rasionalisasi : Menyiapkan waktu yang dapat diterima keluarga.

e. Lakukan penyuluhan kesehatan tentang diare.

Rasionalisasi : menambah pengetahuan keluarga dengan memberikan

informasi tentang diare.

E. IMPLEMENTASI

Adapun tindakan keperawatan yang dilakukan untuk tiga diagnosa yang

penulis angkat sebagai berikut :

Tanggal 12 Januari 2011

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif.

a. Memantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan (pukul

08.00 WIB).

Respon : warna kuning, jumlah + 30 cc dan frekuensi malam sampai

pagi lebih dari 6 kali.

b. Meningkatkan tirah baring klien (pukul 09 .00 WIB).

Respon : Klien tampak terbaring di tempat tidur.

c. Mengkaji tugor kulit dan kondisi mukosa bibir (pukul 09.30 WIB).

Page 43: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

43

Respon : Tugor kulit elastis mukosa bibir sedikit kering.

d. Mengelola program terapi dokter cairan infus RL 20 tetes per menit

dan injeksi cefotaxime 250 mg (pukul 10.00 WIB).

Respon : Klien tampak ketakutan.

e. Menganjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering (pukul

10.20 WIB).

Respon : Ibu klien memberikan biskuit dengan sering.

f. Menimbang berat badan klien (pukul 11.00 WIB).

Respon : berat badan klien 10 kg.

2. Hipertermi berhubungan dengan intake cairan kurang adekuat efek cairan

endotoksin (dehidrasi).

a. Memantau suhu minimal setiap 2 jam sesuai kebutuhan (pukul 10.00

WIB).

Respon : Keluarga bersedia dan mengerti.

b. Melepaskan pakaian yang berlebih dan ditutupi hanya dengan

selembar pakaian (pukul 10.35 WIB).

Respon : Klien hanya berbalut baju dan celana saja.

c. Menganjurkan untuk memberikan asupan cairan oral terutama ASI

(pukul 10.45 WIB).

Respon : Ibu mau menyusui anaknya, memberikan obat penurun

panas paracetamol ½ sendok teh.

Page 44: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

44

d. Mengajarkan keluarga dalam mengatur suhu untuk mencegah dan

menggali secara dini hipertermi.(10.45 WIB).

Respon : Keluarga berseedia dan mengerti.

3. Kekurangan pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

a. Melakukan penilaian tingat pengetahuan keluarga dan pahami isinya

(pukul 11.00 WIB).

Respon : Keluarga tidak tahu penyebab anaknya diare.

b. Memotivasi keluarga uuntuk mempelajari informasi (pukul 12.20

WIB).

Respon : Keluarga mau mempelajarinya.

c. Memberikan pengajaran tentang pengertian, penyebab, serta diet yang

boleh dan tidak boleh diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman

keluarga (pukul 13.00 WIB).

Respon : Keluarga sedikit demi sedikit memahami.

Tanggal 13 Januari 2011

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

a. Memantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan (pukul

10.00 WIB).

Respon : Ibu klien mengatakan klien sudah buang air besar empat kali

dari pukul 07.00 sampai 10.00 WIB, konsisitensi masih cair,

warna kuning, berat badan klien 10 kg.

b. Meningkatkan tirah baring klien (pukul 08.30 WIB).

Page 45: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

45

Respon : Klien tampak berbaring ditempat tidur

c. Mempertahankan cairan IV.(09.00).

Respon : Infus RL 20 tetes per menit.

d. Memonitor cairan infus.(10.00 WIB).

Respon : Cairan infus dalam flabot tetap menetes.

2. Hipertermi berhubungan dengan intake cairan kurang adekuat efek

sirkulasi endotoksin (dehidrasi).

a. Mengobservasi suhu tubuh dan vital sign (pukul 12.00 WIB).

Respon : Suhu tubuh klien 37,20C, nadi 110 kali per menit, pernafasan

26 kali per menit.

b. Mengelola pemberian paracetamol sirup ½ sendok teh (pukul 10.00

WIB).

Respon : Obat paracetamol masuk per oral.

3. Melakukan penyuluhan kesehatan tenntang diare (pukul 11.00 WIB).

Respon : Keluarga memperhatikan saat dilakukan penyuluhan yang

diberikan dan dapat menjelaskan kembali materi

penyuluhan

yang sudah diberikan.

F. EVALUASI

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka penulis melakukan evaluasi

yaitu sebagai berikut :

1. Tanggal 12 Januari 2011 pukul 13.00 WIB.

Page 46: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

46

a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif.

S : Ibu klien mengatakan anaknya masih diare 6 kali, tetapi sudah

tidak muntah.

O : Faces cair, warna kuning, mengandung ampas, mukosa bibir

sedikit kering, peristaltik usus 24 kali per menit.

A : Masalah kekurangan volume cairan belum teratasi.

P : Lanjutkan intervrensi :

- Pantau warna jumlah dan frekuensi buang air besar.

- Kaji turgor kulit dan kondisi mukosa bibir.

- Anjurkan keluarga untukmemberi makan dalam porsi kecil

tapi sering.

- Kelola dalam pemberian cairan IV sesuai kondisi, terapi, dan

obat-obatan anti diare

b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

S : Ibu klien mengatakan anaknya masih panas.

O : Klient tampak lemah, kesadaran composmentis, badan teraba

panas, klien mengeluarkan keringat banyak, suhu 380C, nadi 110

kali per menit.

A : Masalah hipertermi belum teratasi.

P : Lanjutkan intervrensi :

- Pantau suhu minimal setiap 2 jam sesuai kebutuhan.

Page 47: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

47

- Lepaskan pakaian yang berlebih dan ditutupi hanya dengan

selembar pakaian.

- Anjurkan untuk memberikan asupan oral.

- Anjurkan untuk kompres hangat.

- Kelola dalam pemberian antipiretik sesuai kebutuhan.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

S : Ibu klien mengatakan belum mengetahui tentang anaknya diare

serta diet yang harus diberikan dan apa saja yang harus dihindari.

O : Ibu klien tampak bingung, ibu klien menyetujui kontrak waktu

untuk penyuluhan pada tanggal 13 Januari 2011 pukul 11.00

WIB selam 30 menit.

A : Masalah kurang pengetahuan belum teratasi.

P : Lanjutkan intervrensi :

- Lakukan penyuluhan kesehatan tentang diare sesuai waktu

yang telah disepakati.

2. Tanaggal 13 Februari 2011 pukul 10.00 WIB

a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif.

S : Ibu klien mengatakan anaknya buang air besar 4 kali sejak

sealam mulai jam 20.00 WIB sampai jam 10.00 WIB.

O : Konsistensi feses lembek, warna kuning, peristaltik usus 22 kali

per menit keadaan umum membaik, mukosa bibir lembab, klien

terlihat banyak minum ASI.

Page 48: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

48

A : Masalah kekurangan cairan teratasi sebagian

P : Penulis mendelegasikan pada perawat untuk melanjutkan

intervensi sebagai berikut.

- Observasi frekuensi buang air besar.

- Kelola dalam pemberian obat anti diare.

b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

S : Ibu klien mengatakan anaknya pananya sudah turun.

O : Keadaan umum klien baik, suhu 37,20C, nadi 110 kali per menit,

mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, pernafasan 26 kali

per menit, berat badan 10 kg, paracetamol sirup ½ sendok teh

sudah diminumkan klien.

A : Masalah hipertermi teratasi.

P : Pertahankan intervensi.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang infomasi.

S : Keluarga mengatakan sudah mengerti dan memahami tentang

pengertian, penyebab serta diet yang harus diberikan dan apa

saja yang harus dihindari.

O : Keluarga tampak lebih tenang, keluarga tidak gelisah

lagi,

keluarga dapat mengulang apa yang telah dijelaskan penyuluh

yaitu pengertian, penyebab dan perawatan pada penderita diare

serta cara membuat larutan gula garam.

Page 49: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

49

A : Masalah teratasi.

P : Hentikan intervensi.

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas masalah keperawatan yang muncul dan tidak

muncul dalam asuhan keperawatan pada An. Y. di bangsal melati RSUD

Kebumen dengan masalah gangguan pada saluran pencernaan gastroenteritis

disini akan dibahas tentang masalah atau diagnosa keperawatan yang muncul dan

tidak muncul beserta mengapa penulis tidak mengangkat masalah tersebut, tujuan,

rencana tindakan, rasional, tindakan keperawatan, serta respon klien dari tindakan

yang telah dilakukan dan hasil evalusasi yang telah dicapai setelah dilakukan

tindakan keperawatan ada tanggal 13 Januari 2011.

Pada asuhan keperawatan An. Y. dengan gastroenteritis setelah dilakukan

pengkajian ditemukan tiga masalah keperawatan :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan denganm kehilangan cairan aktif

(diare).

Definisi kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan

interavasculer, interstisial, dan atau intraselular, mengarah kepada

dehidrasi, kehilangan tanpa perubahan sodium (Nanda, 2005 – 2006 : 89)

Batasan karakteristik menurut Nanda (2005 – 2006 : 89) antara lain :

kelemahan, haus, penurunan turgor kulit / lidah, membran mucus / kulit

49

Page 50: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

50

kering, nadi meningkat, tekanan darah menurun, volume / tekan nadi

menurun, penurunan pengisihan kapiler, perubahan status mental,

penurunan urin output, peningkatan konsentrasi urin, peningkatan suhu

tubuh, hematokrit meningkat, dan kehilangan berat mendadak.

Penulis menegakkan diagnosa keperawata pada An. Y. karena pada

saat pengkajian pada tanggal 12 Januari 2011 ditemukan data-data yang

mendukung untuk munculnya masalah keperawatan tersebut yaitu, Ibu

klien mengatakan anaknya buang air besar lebih dari enam kali sehari

dengan konsistensi cair, warna kekuningan, sedikit ampas, mukosa bibir

sedikit kering, turgor kulit elastis, nadi 120 kali per menit, peristatik 24

kali per menit dan keadaan umum klien lemah dan rewel.

Penulis mengambil diagnosa kekurangan volume cairan kehilangan

cairan aktif (diare) sebagai prioritas masalah. Hal ini menyebabkan

terjadinya penurunan volume darah kolaps kardiovaskuler dan terjadi syok

hipovolemik. Sesuai dengan Hierarki Maslow masalah kekurangan volume

cairan merupaka kebutuhan dasar fisiologis masusia yang harus dipenuhi

terlebih dahulu oleh karena itu jika kehilangan cairan terus berlanjut bisa

menyebabkan kematian

Tujuan yang diharapkan pada diagnosa keperawatan kekurangan

volume cairan adalah volume cairan adi kuat dengan kriteria hasil

membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pemasukan cairan meningkat.

Agar tidak terjadi dehidrasi sehingga penggantian cairan adikuat

(Doengoes, 2000 : 449).

Page 51: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

51

Intervensi untuk diagnosa kekurangan volume cairan adalah kaji

keadaan umum klien karena keadaan klient dapat mempengaruhi

terjadinya diare. Pantau buang air besar, karakteristik, warna fases karena

buang air besar lebih dari tiga kali menandakan klien masih mengalami

diare, warna fases menandakan keadaan fases, seperti warna fases merah

menandaka ada darah dalm fases, warna fases kuning kehijauan

menandakan fases bercampur empedu. Tingkatkan tirah baring, karena

dengan istirahat dapat menurunkan mortilitas usus. Kaji turgor kulit dan

kondisi mukosa bibir, karena dengan kondisi turgor kulit dan mukosa bibir

yang buruk menunjukkan kehilangan cairan atau dehidrasi. Tingkatkan

masukan cairan per orang secara bertahap untuk memberika intirahat pada

kolon. Kolaborasi dalam pemberian caira IV dan obat anti diare, untuk

mencegah terjadinya dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang bersama

fases dan untuk menghentikan diare. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk

pemberian diit makanan penulis melakukan interferensi ini dengan alasan

untuk memberika diit yang sesuai.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi

kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

(diare) adalah mengkaji keadaan umum klien, penulis melakukan tindakan

keperawatan ini tujuannya untuk mengetahui kedaan klien. Memantau

frekuensi buang air besar, karakteristik, warna, penulis melakukan

tindakan keperawatan ini tujuannya untuk mengetahui karakteristik dan

jumlah cairan yang hilang bersama fases itu. Meningkatkan kirah baring,

Page 52: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

52

karena dengan tirah baring dapat mengurangi beban usus dan peristaltik

usus. Mengkaji turgor kulit dan mukosa bibir, karena dengan kondisi

turgor kulit dan mukosa bibir yang buruk menandakan klien kehilangan

cairan, meningkatkan cairan per oral secara bertahap setiap dua jam sekali

untuk menurunkan beban kerja usus dan mengistirahatkan usus agar

peristaltik kembali normal. Menimbang berat badan klien untuk

mengetahui apakah terjadi penurunan berat badan atau tidak, karena

dengan penurunan berat badan secara mendadak menandakan klien

mengalami dehidrasi. Melakukan kolaborasi dalam pembrian obat anti

diare dan cairan IV untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan mengganti

cairan yang hilang bersama fases, sedangkan obat anti diare digunakan

untuk mengurangi atau menghentikan diare.

Evaluasi yang dicapai setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2

x 24 jam adalah masalah teratasi sebagian, intervensi yang telah

direncanakan dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan dengan tepat

dan baik sehingga kekurangan volume cairan dapat diatasi yang

dibuktikan dengan mukosa bibir klien sedikit lembab, turgor kulit elastis,

dan buang air besar klien masih 4 kali sehari dengan konsistensi sedikit

cair dan mengandung ampas. Faktor pendukung keberhasilan tindakan

keperawatan ini adalah kerjasama antara keluarga dengan perawat yaitu

keluarga mau memberikan cairan yang cukup yaitu sekitar 1000 cc per

hari yang berupa ASI dan air putih.Sedangkan faktor yang menghambat

dari tindakan keperawatan yaitu klien masih rewel.

Page 53: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

53

2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi ( Nanda, 2005-2006 : 107).

Definisi dari hipertermi adalah peningkatan temperature tubuh di atas

rentang normal. (Nanda, 2005-2006 : 107).

Batasan karakteristik menurut (Nanda, 2005-2006 : 107) adalah

peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal, kejang atau konvulsi,

takikardi, frekwensi napas meningkat, diraba hangat, kulit memerah.

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan ini karena pada saat

pengkajian ditemukan data yang mendukung yaitu suhu tubuh klien 380C,

nadi 120 kali per menit, pernapasan 30 kali per menit, mukosa bibir sedikit

kering, badan klien teraba panas, kulit klien terlihat memerah, data ini

masuk dalam karakteristik untuk menegakkan diagnosa hipertermi

berhubungan dengan dehidrasi. Masalah ini menjadi nomor dua, karena

menurut penulis hipertermi terjadi akibat tubuh kehilangan cairan, oleh

karena itu kekurangan volume cairan diprioritaskan terlebih dahulu agar

tidak terjadi kehilangan cairan lebih lanjut, sehingga dapat menurunkan

suhu tubuh. Bila penulis memprioritaskan masalah hipertermi terlebih

dahulu, penurunan suhu tubuh mungkin tidak akan terjadi, karena terjadi

kehilangan cairan terus-menerus. Suhu tubuh yang meningkat

mengakibatkan aliran darah pada otak yang abnormal sehingga akan

terjadi pelepasan hantaran listrik dalam otak akibatnya terjadi kekakuan

otak yang menyebabkan kejang.

Tujuan yang diharapkan pada diagnosa tersebut adalah suhu tubuh

dalam batas normal (360C – 37,50C) dengan kriteria hasil mempertahankan

Page 54: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

54

nomothermi yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya tanda-tanda dan

gejala hipertermi seperti takikardi dan kulit kemerahan.

Intervensi untuk diagnosa keperwatan hipetermi adalah pantau suhu

tubuh minimal 2 jam sekali atau sesuai kebutuhan, karena jika terjadi

peningkatan suhu tubuh menunjukkan adanya toksin penyebab diare.

Anjurkan pada keluarga agar klien mengenakan pakaian tipis yang

menyerap keringat, karena dengan memakai pakaian tipis diharapkan

dapat menyerap keringat dan mempercepat proses penguapan. Ajarkan

pada keluarga cara mengompres hangat, karena air hangat dapat

menyebabkan vasodilatasi atau membukanya pembuluh darah sehingga

mempercepat menurunnya suhu tubuh.

Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik sesuai kebutuhan agar

dapat menurunkan suhu tubuh dengan menghambat toksin pada

hipotalamus.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi

hipertermi berhubungan dengan dehidrasi adalah memantau suhu minimal

2 jam sesuai kebutuhan untuk mengetahui suhu tubuh, karena suhu tubuh

yang tinggi menandakan terdapat adanya tanda-tanda dehidrasi.

Menganjurkan pada keluarga untuk mengenakan pakaian yang tipis dan

menyerap keringat pada klien, karena dengan pakaian yang tipis

diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh. Mengelola obat penurun panas

untuk mengurangi demam. Mengajarkan cara kompres hangat agar

Page 55: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

55

keluarga dapat mengompres klien dengan cara yang benar sesuai apa yang

telah diajarkan.

Evaluasi yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2 x 24 jam adalah masalah teratasi. Apabila tindakan keperawatan

dilakukan dengan baik dan rencana bisa terlaksana maka waktu tersebut

diharapkan cukup untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan tersebut,

yang dibuktikan dengan suhu tubuh klien turun yang dari 380C menjadi

37,20C.

Faktor yang mendukung dalam keberhasilan tindakan keperawatan

dalam diagnosa keperawatan tersebut adalah kerjasama antara keluarga

dan perawat, keluarga mau mendemonstrasikan cara kompres hangat yang

sudah diajarkan, keluarga juga mau melakukan kegiatan yang disarankan

seperti mengenakan pakaian tipis yang dapat menyerap keringat.

Faktor yang menghambat keberhasilan tindakan keperawatan ini

adalah klien yang rewel jika ibu mengompres badannya sehingga

mengakibatkan suhu badan tidak cepat turun.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (Nanda, 2005-

2006 : 125 ).

Definisi dari kurang pengetahuan adalah tidak ada atau kurang

informasi kognitif berhubungan dengan topic yang spesifik (Nanda, 2005-

2006 : 125).

Batasan karakteristik kurang pengetahuan menurut (Nanda, 2005-2006

: 125) adalah mengungkapkan adanya masalah, mengikuti adanya instruksi

Page 56: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

56

yang tidak adekuat, tes penampilan tidak akurat, perilaku berlebihan atau

tidak sesuai (histeris, bermusuhan, agitasi, apatis).

Penulis mengangkat diagnosa keperawatan ini didukung oleh data

yaitu ibu klien mengatakan tidak tahu tentang diare, ibu klien menanyakan

penyebab, pencegahan dan penanganan diare, ibu klien tampak bingung

dan bertanya-tanya.

Hal tersebut bila tidak segera diatasi maka keluiarga terutama ibu akan

mengalami kesulitan dalam perawatan lanjutan klien atau jika ada anggota

keluarga yang menderita diare. Penyebab diare selain karena infeksi

enteral maupun parenteral serta faktor lain. Tetapi mengingat ada beberapa

faktor resiko yang ikut berperan dalam timbulnya diare yang kebanyakan

karena kurangnya pengetahuan orang tua maka perlu diberikan

penyuluhan.

Tujuan yang diharapkan pada diagnosa keperawatan tersebut adalah

pengetahuan keluarga bertambah dengan kriteria hasil orang tua klien

khususnya ibu klien paham dan mengerti tentang penyakit diare serta

perubahan dalam pola hidup serta dapat menjelaskan kembali materi yang

sudah diberikan.

Intervensi untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan adalah,

kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit, penulis melakukan

intervensi ini dengan alasan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan

klien tentang penyakit anaknya. Motivasi keluarga untuk mempelajari

informasi tentang penyakit klien karena dengan kita memberikan motivasi

Page 57: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

57

diharapkan keluarga dapat mengerti tentang penyakit klien.Lakukan

kontrak dengan keluarga untuk penyuluhan kesehatan supaya dapat

menyiapkan waktuyang dapat diterima keluarga. Lakukan penyuluhan

kesehatan tentang diare dan cara membuat larutan gula garam karena

dengan penyuluhan dapat menambah pengetahuan keluarga dengan

memberikan informasi tentang diare.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan untuk mengatasi kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi adalah, mengkaji

tingkat pengetahuan keluarga. Penulis melakukan tindakan keperawatan

ini tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh keluarga mengetahui

tentang penyakit anaknya dan untuk mempersiapkan materi yang akan

diberikan oleh penyuluh. Memotivasi keluarga untuk mempelajari

informasi karena dengan belajar dapat menambah pengetahuan keluarga.

Melakukan kontrak dengan keluarga untuk penyuluhan kesehatan, agar

keluarga dapat menerima penyuluhan kesehatan pada waktu yang tepat.

Memberikan pengajaran tentang pengertian, penyebab, pencegahan, serta

cara membuat larutan gula garam sesuai dengan tingkat pemahaman

keluarga karena dengan penyuluhan diharapkan dapat menambah

pengetahuan keluarga dengan memberikan informasi tentang diare dan

juga dapat menambah ketrampilan keluarga tentang perawatan keluarga

tentang perawatan pertama diare dirumah.

Evaluasi yang dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1 x 30 menit adalah masalah teratasi. Apabila tindakan dilakukan dengan

Page 58: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

58

baik dan rencana bisa terlaksana maka waktu tersebut diharapkan cukup

untuk menyelesaikan diagnosa tersebut.Dibuktikan dengan ibu klien dapat

menyebutkan kembali pengertian, penyebab, pencegahan, dan dapat

menjelaskan kembali cara membuaam untuk perawatan diaret larutan gula

garam untuk perawatan diare di riumah.

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan tindakan penyuluhan

kesehatan yang dilakukan adalah media pendukung yang membantu proses

penyuluhan seperti leaflet serta adanya motifasi belajar, sehingga materi

penyuluhan yang diberikan mudah diterima.

Tidak ada faktor yang menghambat keberhasilan dalam tindakan

keperawatan yang dilakukan karena pada saat memberikan penyuluhan

klien sedang tidur, sehingga penyuluhan kesehatan dapat berjalan dengan

lancar.

Diagnosa keperawatan yang terdapat dalam teori tetapi tidak muncul

dalam kasus adalah :

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan tidak dapat mengabsorbsi makanan karena faktor biologi,

psikologi/ekonomi (Nanda, 2005 – 2006 : 139).

Definisi dari diagnosa keperawatan ini menurut NANDA (2005-

2006 : 139) adaah intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristik menurut NANDA (2005-2006 : 139) adalah

berat badan dibawah ideal, melaporkan intake makanan kurang dari

Page 59: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

59

kebutuhan yang dianjurkan, konjungtiva dan membran mukus pucat,

lemah otot untuk menelan atau mengunyah, luka inflamasi pada

rongga mulut, mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah

makanan, melaporkan kurang makan, melaporkan perubahan sensasi

rasa, tidak mampu mengunyah makanan, miskonsepsi, penurunan berat

badan dengan intake makanan adekuat, enggan makan, kram

abdominal, tonus otot buruk, nyeri abdomen patologi atau bukan,

kerusakan minat terhadap makanan, pembuluh kapiler rapuh, diare

atau steatorea, kehilangan rambut banyak, suara usus hiperaktif,

kurang informasi, misinformasi.

Penulis tidak mengangkat masalah tersebut karena pada saat

pengkajian tidak ditemukan data yang mendukung dibuktikan dengan

berat badan tidak turun lebih dari 20 %, intake makanan cukup, tidak

lemah otot untuk menelan atau mengunyah, tidak melaporkan kurang

makan dan kram abdomen.

2. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status

kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.

(Nanda, 2005 – 2006 :9)

Menurut NANDA ( 2005 – 2006 : 9 ) cemas adalah perasaan tidak

nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan

respon otonom ( sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui

oleh individu ), perasaan yang was – was untuk mengatasi bahaya. Ini

Page 60: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

60

merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan

individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.

Batasan karakteristik cemas menurut (Nanda, 2005 – 2006 : 9 – 11)

terbagi dalam perilaku, efektif, fisiologis dan kognitif. Gejala – gejala

bervariasi sesuai dengan tingkat cemas. Gejala perilaku diantaranya

adalah penurunan produktifitas, insomnia, gelisah dan resah. Gejala

afektif diantaranya adalah rasa menyesal, takut, gugup, mudah

btersinggung dan kewaspadaan meningkat. Gejala fisiologis

diantaranya adalah peningkatan frekuensi pernafasan, pucat atau

kemerahan, sering berkemih dan diare. Gejala kognitif diantaranya

mudah lupa, tidak dapat konsentrasi, dan kurang kesadaran tentang

lingkungan sekitar.

Penulis tidak mengangkat masalah tersebut karena pada saat

pengkajian tidak ditemukan data yang mendukung dibuktikan dengan

klien tidak berespon terhadap perubahan lingkungan tersebut, karena

klien merasa seperti dirumah dan dapat bermain dengan ibunya. Klien

tidak terlihat gelisah, pendekatan terhadap klien juga baik, sehingga

dampak dari hospitalisasi dapat diminimalkan. Masalah cemas tidak

muncul dalam pengelolaan kasus karena tidak terdapat data yang

mendukung untuk menegakkan diagnosa cemas berhubungan dengan

perubahan lingkungan dan ststus kesehatan akibat hospitalisasi.

3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit

akibat diare (Nanda, 2005 – 2006 : 197).

Page 61: KT Anak Lengkap (BAB I & BAB II)

61

Menurut NANDA (2005 – 2006 : 197 ) resiko kerusakan integritas

kulit adalah perubahan pada epidermis dan dermis.

Batasan karakteristik dari diagnosa tersebut adalah invasi struktur

tubuh, kerusakan lapisan kulit ( dermis ) dan disrupsi permukaan kulit

( epidermis).

Penulis tidak mengangkat masalah tersebut karena pada saat

pengkajian tidak ditemukan adanya data – data yang mendukung untuk

menegakkan diagnosa tersebut dibuktikan dengan kemandirian orang

tua menjaga kebersihan daerah anus klien terutama setelah klien buang

air besar, tidak adanya gangguan jaringan epidermis maupun dermis,

kulit sekitar anus terlihat kering, tidak terlihat lecet dan kemerahan.