Kritikal Review.docx

6
Kritikal Review: Relevansi Pancasila terhadap Fenomena Outsourcing” Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian cepat membawa dampak timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dan terjadi di semua bidang. Lingkungan yang sangat kompetitif untuk menuntut dunia usaha untuk menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang memerlukan respons yang cepat dan fleksibel dalam meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan.Untuk itu dperlukan suatu perubahan struktural dalam pengelolaan usaha dengan memperkecil rentang kendali manajemen, dengan memangkas sedemikian rupa sehingga dapat menjadi lebih efektif, efisien dan produktif. Dalam kaitan itulah dapat dimengerti bahwa kalau kemudian muncul kecenderungan outsourcing yaitu memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian disebut perusahaan penerima pekerjaan. Praktek sehari-hari outsourcing selama ini diakui lebih banyak merugikan pekerja/buruh, karena hubungan kerja selalu dalam bentuk tidak tetap/kontrak (PKWT), upah lebih rendah, jaminan sosial kalaupun ada hanya sebatas minimal, tidak adanya

Transcript of Kritikal Review.docx

Page 1: Kritikal Review.docx

“Kritikal Review: Relevansi Pancasila terhadap Fenomena Outsourcing”

Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang demikian cepat membawa dampak

timbulnya persaingan usaha yang begitu ketat dan terjadi di semua bidang. Lingkungan yang

sangat kompetitif untuk menuntut dunia usaha untuk menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang

memerlukan respons yang cepat dan fleksibel dalam meningkatkan pelayanan terhadap

pelanggan.Untuk itu dperlukan suatu perubahan struktural dalam pengelolaan usaha dengan

memperkecil rentang kendali manajemen, dengan memangkas sedemikian rupa sehingga dapat

menjadi lebih efektif, efisien dan produktif. Dalam kaitan itulah dapat dimengerti bahwa kalau

kemudian muncul kecenderungan outsourcing yaitu memborongkan satu bagian atau beberapa

bagian kegiatan perusahaan yang tadinya dikelola sendiri kepada perusahaan lain yang kemudian

disebut perusahaan penerima pekerjaan.

 

Praktek sehari-hari outsourcing selama ini diakui lebih banyak merugikan pekerja/buruh,

karena hubungan kerja selalu dalam bentuk tidak tetap/kontrak (PKWT), upah lebih rendah,

jaminan sosial kalaupun ada hanya sebatas minimal, tidak adanya keamanan pekerjaan

(asuransi) serta tidak adanya jaminan pengembangan karir dan lain-lain sehingga memang benar

kalau dalam keadaan seperti itu dikatakan praktek outsourcing akan menyengsarakan

pekerja/buruh.

Hal tersebut dapat terjadi karena sebelum adanya UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun

2003, tidak ada satupun peraturan perundang-undangan dibidang ketengakerjaan yang mengatur

perlindungan terhadap pekerja/buruh dalam melaksanakan outsourcing. Walaupun diakui bahwa

pengaturan outsourcing dalam UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 belum dapat menjawab

semua permasalahan outsourcing yang begitu luas dan kompleks, namun setidak-tidaknya dapat

memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja/buruh terutama yang menyangkut syarat-

Page 2: Kritikal Review.docx

syarat kerja, kondisi kerja serta jaminan sosial dan perlindungan kerja lainnya serta dapat

dijadikan acuan dalam menyelesaikan apabila terjadi permasalahan.

Persoalan pertama yakni dalam Undang-Undang (UU) Ketenagakerjaan Republik

Indonesia  no 13 tahun 2003 yang memperbolehkan perusahaan menerima karyawan dengan cara

sistem outsourcing (melalui jasa pihak ketiga) dari perusahaan pemasok jasa tenaga kerja. Dalam

sistem ini status karyawan bukan sebagai karyawan perusahaan yang meminta jasa tenaga kerja,

tapi justru sebagai karyawan perusahaanoutsourcing tersebut. Inilah yang menjadi ujung

persoalan sistem outsourcing yang banyak diprotes para buruh.

Para karyawan atau buruh menandatangani kontrak kerja dengan

perusahaanoutsourcing bukan dengan perusahaan tempat mereka akan bekerja sehari-harinya. Ini

memang agak aneh dan tidak logis. Sehingga, pantaslah apabila para  pekerja mengeluhkan

berbagai persoalan di tempat kerja dan tidak dapat di akomodasidengan baik  mengingat yang

bersangkutan bukanlah karyawan "resmi"  perusahaan tempatnya bekerja, melainkan karyawan

perusahaan outsourcing. Jika ada persoalan terhadap dirinya, maka  perusahaan tempat bekerja

selalu dengan mudah "menang" karena dengan entengnya perusahaan itu dapat memulangkan

pekerja ke perusahaanoutsourcing untuk diminta penggantinya.1

Karena pekerja tersebut adalah karyawan outsourcing yang dimana pengupahan

dilakukan tidak dari perusahaan tempatnya bekerja melainkan dari perusahaan outsourcing.

Tentu, pekerja mendapat gaji atau upah yang telah di terpotong. Contoh, seorang satpam

(security) yang ditempatkan bekerja di perusahaan multi nasional oleh perusahaan

outsourcing akan memperoleh gaji sekitar 2 juta saja per bulan, padahal perusahaan multi

nasional itu telah mengeluarkan biaya hingga 6-8 juta/bulan untuk setiap pekerja yang diberikan

kepada perusahaan outsourcing. Terlebih lagi, jumlah tenaga kerja dari

perusahaan outsourcing cukup banyak bisa puluhan bahkan ratusan tenaga kerja yang dikirim ke

perusahaan multi nasional dan swasta lainnya. Dengan kesenjangan demikian besar dan tanpa

perlindungan memadai atas nasib  pekerja Anda bisa bayangkan betapa besar "keuntungan"

perusahaan outsourcing tersebut dari contoh diatas.

1 Jawa Pos, Kamis 8 Desember 2011

Page 3: Kritikal Review.docx

Masih ada sederet fakta empiris yang menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar

negara Republik Indonesia kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan,

misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi pro-”kapital”. Pasar-

pasar tradisional digusur digantikan dengan supermarket. Semuanya dilakukan seolah-olah

sebagai hal wajar dan tidak memiliki dampak jangka panjang. Akibatnya, rakyat mulai

kehilangan mata pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini mulai kehilangan daya kritisnya

karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah tekanan global. Nasib buruh semakin

ternistakan karena keserakahan juragannya dan kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik

outsourcing yang kerap tak manusiawi.

“….Negara melindungi segenap bangsa Indoensia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dengan berdasarkan atas persatuan….”.

Kalimat tersebut adalah penggalan kalimat dari paragraf empat Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945) yang merupakan satu dari

empat tujuan negara Indonesia. Tujuan pertama Indonesia tersebut menjadi panduan politik

hukum dalam hidup berbangsa. Namun dengan keadaan masyarakat Indonesia yang

beranekaragam budaya, sosial, suku, agama, adat istiadat, ekonomi, dan politik. Namun akan

dipertanyakan konsep yang akan diterapkan agar perlindungan terhadap segenap bangsa

Indonesia yang dilandaskan kesatuan dapat tercipta.. Kesatuan Indonesia tidak hanya

dipengaruhi oleh unsur-unsur dalam negara tetapi juga unsur lain diluar negara misalnya

pengaruh negara lain.

Tantangan implementasi Pancasila saat ini lebih relevan dikaitkan dengan bagaimana

nilai-nilai mendasar seperti kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia tersebut diaplikasikan dalam perilaku nyata kehidupan publik. Pancasila kita

sekarang diuji bukan lagi sekadar untuk membendung aliran komunisme, tetapi diuji apakah

ideologi ini bisa mengatasi kemiskinan.

Kini ideologi Pancasila sedang menghadapi krisis multidimensional. Pancasila sedang

berhadapan dengan pola perilaku elite yang tidak lagi peka terhadap masyarakatnya. Dan juga

Pancasila sedang menghadapi tantangan bagaimana membuat orang-orang beragama lebih

toleran terhadap lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus dimaknai bersama-sama dengan

Page 4: Kritikal Review.docx

sila-sila lainnya. Sebagai bangsa yang bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak boleh

dilakukan dengan cara menegasikan kemanusiaan2. Kemanusiaan harus tetap dijunjung sehingga

tercipta suasana adil dan beradab. Untuk bisa menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab,

kebijakan sosial-politik-ekonomi harus berlandaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Jika kita gagal menerapkan Pancasila dalam makna sesungguhnya, sebenarnya

Pancasila tidak relevan lagi.

2 elearning.gunadarma.ac.id/.../bab4 hubungan_industrial_pancasila