KRISTANTI ANDARINI 0808015042

147
SKRIPSI GAMBARAN FAKTOR RISIKO KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN KRISTANTI ANDARINI 0808015042 i

description

tekanan darah pada bising

Transcript of KRISTANTI ANDARINI 0808015042

SKRIPSI

GAMBARAN FAKTOR RISIKO KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

KRISTANTI ANDARINI0808015042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDA2012SKRIPSI

GAMBARAN FAKTOR RISIKO KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)

KRISTANTI ANDARINI0808015042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MULAWARMANSAMARINDA2012HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini,

N a m a:KRISTANTI ANDARININIM:0808015042Program Studi:Pendidikan dokterFakultas:KedokteranJudul Skripsi:Gambaran Faktor Risiko Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja Yang Terpajan Kebisingan Di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mulawarman.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis, Materai Rp.6000

[Kristanti Andarini]

LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN FAKTOR RISIKO KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

TUGAS AKHIRDiajukan untuk memenuhi salah satu syarat gunameraih gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:KRISTANTI ANDARINI0808015042

Komisi Pembimbing

v

Pembimbing I

dr. Leli Hesti Indriyati, MKKNIP. 19770604 200912 2 003Pembimbing II

dr. Cisca H. Nelwan, M. Kes NIP. 140 345 162

Universitas MulawarmanFakultas kedokteranDekan,

dr. Emil Bachtiar Moerad, Sp. PNIP. 19530812 198111 1 001LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

GAMBARAN FAKTOR RISIKO KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

Oleh:KRISTANTI ANDARINI0808015042

Telah dipertahankan di depan PengujiPada tanggal 9 Januari 2012dinyatakan telah memenuhi syarat

Komisi Penguji

Penguji I Penguji II

dr. Kuntjoro Yakti, Sp. PDdr. M. Khairul Nuryanto, M. Kes NIP. 19680119 201001 1 003NIP. 19780612 200604 1 006

Universitas MulawarmanFakultas kedokteranDekan,

dr. Emil Bachtiar Moerad, Sp. PNIP. 19530812 198111 1 001KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul Gambaran Faktor Risiko Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja Yang Terpajan Kebisingan Di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan dapat terselesaikan dengan baik.Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:1. Bapak Prof. DR. H. Zamruddin Hasid, SE, SU, selaku Rektor Universitas Mulawarman.2. dr. Emil Bachtiar, Sp. P selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.3. dr. Ika Fikriah, M. Kes selaku Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Mulawarman.4. dr. Leli Hesti, M. KK selaku dosen Pembimbing I atas segala kesabaran, bimbingan, arahan, motivasi dan kesediaan waktuyang selalu diberikan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.5. dr. Cisca H. Nelwan, M. Kes selaku dosen Pembimbing II yang senantiasa menyediakan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.6. dr. Kuntjoro Yakti, Sp. PD selaku dosen Penguji I yang memberikan arahan, kritik, dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.7. dr. M. Khairul Nuryanto, M. Kes selaku dosen Penguji II yang telah banyak membantu mengoreksi dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.8. dr. Mona Zubaidah, M. Kes dan Bapak Krispinus Duma, SKM, M. Kes selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan motivasi selama penulis menjalani proses perkuliahan.9. dr. Danial, M. Kes dan dr. Riries Choiru, M. Kes selaku dosen pada blok okupasi atas segala bimbingannya.10. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman atas ilmu yang telah diberikan.11. Tim Balai Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) atas segala bimbingannya selama Blok Okupasi.12. Manager PT. Angkasa Pura I beserta para pekerja di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan yang telah bersedia memberikan izin dan ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data penelitian ini.13. Mbak Endah serta seluruh staff akademik dan kemahasiswaan yang telah banyak membantu dalam proses pengerjaan skripsi maupun selama proses perkuliahan.14. Kedua orang tua Saya, Bapak Sudardi dan Ibu Endang Sumiar yang senantiasa memberikan dukungan moral dan material yang tak terhingga serta selalu mendoakan untuk kebaikan dan keberhasilan Ananda.15. Kakak saya, Mas Agus Dwi Wahyono dan Mbak Mitra Wulandari serta keponakan saya, Hafizh Aljair Kholqilah yang selalu memberikan dukungan dan doanya.16. Iqbal Muhammad yang senantiasa memberikan doa, semangat, perhatian, dan waktunya untuk selalu ada setia mendampingi penulis.17. Sahabat-sahabat Saya, Ayu, Reni, Desi, Kia, Ratna, Acunk, Echa, Titin, Melin yang senantiasa memberikan bantuan dan semangatnya.18. Teman-teman PI TBM Azygos 2010/2011, Gandi, Ayuhe, Hafid, Ucup, Harry, Puput, Adel yang telah membantu memberikan inspirasi dalam berkarya selama ini.19. Kakak-kakak senior, Mbak Anggi, Mbak Sally, Kak Viska, Kak Pandi, Mbak Aul, Mbak Isti yang telah banyak mengajarkan pengalaman dan sesuatu yang sangat bermanfaat. 20. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2008, khususnya Teman-teman Blok Okupasi 2008, serta semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat dalam penulisan skripsi ini.Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, besar harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta bagi mereka yang membutuhkannya.

Samarinda, 9 Januari 2012

Penulis

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, saya yang bertanda tangan di bawah ini:N a m a:KRISTANTI ANDARININIM:0808015042Program Studi:Pendidikan dokterFakultas:KedokteranJenis karya:Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Hak Bebas Royalti atas karya ilmiah saya yang berjudul :GAMBARAN FAKTOR RISIKO KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPANbeserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : SamarindaPada tanggal : 9 Januari 2012Yang menyatakan

( Kristanti Andarini)RIWAYAT HIDUP

Nama:KRISTANTI ANDARINIJenis kelamin:PEREMPUANTempat/ tanggal lahir:BALIKPAPAN, 3 MARET 1991Agama:ISLAMAlamat rumah:JL. PRONA II RT.14 NO.8 SEPINGGAN BALIKPAPANAlamat email:[email protected] Formal: Sekolah Dasar (1996 -2002):SDN 020, Balikpapan SMP (2002 -2005):SMP Negeri 1, Balikpapan SMU (2005-2008):SMUN 10 MELATI, Samarinda Perguruan Tinggi (2008-2011):Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas MulawarmanPengalaman Organisasi : Anggota Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) cabang Samarinda 2009/2010 Staf Biro Hubungan Luar Departemen Eksternal BEM FK UNMUL periode 2009/2010 Ketua Panitia Seminar Kesehatan Departemen Eksternal BEM FK UNMUL 2009 Anggota Divisi Asy-Syams Asy-Syifaa FK UNMUL periode 2009/2010 Kepala Divisi Pendidikan dan Pelatihan TBM Azygos FK UNMUL periode 2009/2010 Ketua Umum TBM Azygos FK UNMUL periode 2010/2011 DPP Divisi Diklat dan Kaderisasi TBM Azygos FK UNMUL periode 2011/2012 Anggota Komisi A DPM FK UNMUL periode 2011/2012

Kegiatan yang Pernah Diikuti : Latihan Dasar Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa FK Unmul tahun 2008 Musyawarah Nasional VII dan Jambore Nasional XIII PTBMMKI di Makassar-Tana Toraja Utara tahun 2009 Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Batu Ampar Kota Balikpapan tahun 2011

ABSTRAK

Nama:KRISTANTI ANDARINIProgram Studi:Pendidikan dokterJudul:GAMBARAN FAKTOR RISIKO KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA YANG TERPAJAN KEBISINGAN DI BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

Sebagian besar tempat kerja diBandar Udara Sepinggan Balikpapan memiliki intensitas kebisingan melebihi NAB yaitu >85 dBA. Semua pekerja bekerja selama 8 jam per hari. Mereka yang terpajan kebisingan melebihi NAB dapat mengalami kenaikan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan menggambarkan faktor risiko kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan. Penelitian ini besifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah pekerja Bandar Udara Sepinggan, yang terdiri dari 24 unit kerja. Jumlah responden sebanyak 122 pekerja. Data penelitian ini menggunakan analisis univariat. Dari penelitian ini didapatkan 76 orang (62,3%) mengalami kenaikan tekanan darah; 43 orang (56,6%) mengalami kenaikan tekanan darah sistol, 8 orang (10,5%) mengalami kenaikan tekanan darah diastol, 25 orang mengalami kenaikan tekanan darah sistol dan diastol. Pekerja yang cenderung mengalami kenaikan tekanan darah yaitu 63 orang (67%) pada unit kerja dengan intensitas kebisingan >85 dBA, 18 orang (94,7%) yang berusia 21-25 tahun, 57 orang (62,7%) yang berjenis kelamin laki-laki, 47 orang (66,2%) dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) normal, 40 orang (76,9%) perokok, 50 orang (62,5%) yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga, 82 orang (84,2%) yang telah bekerja selama 1-5 tahun, 29 orang (70,7%) yang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) telinga. Kenaikan tekanan darah terbanyak yaitu kenaikan tekanan darah sistol, dengan rata-rata kenaikan tekanan sebesar 8,5 mmHg. Kenaikan tekanan darah sistol berkaitan dengan faktor intensitas kebisingan, usia, jenis kelamin, IMT, masa kerja dan pemakaian APD telinga. Kenaikan tekanan darah sistol dan diastol berkaitan dengan kebiasaan merokok dan masa kerja.

Kata Kunci: Tekanan Darah, Kebisingan, Pekerja Bandara

ABSTRACT

Name:KRISTANTI ANDARINIStudy Program:Medical FacultyTitle:DESCRIPTION THE RISK FACTORS OF BLOOD PRESSURE INCREASED ON WORKERS EXPOSED TO NOISE IN SEPINGGAN AIRPORT BALIKPAPAN

Most of the work places at Sepinggan Airport Balikpapan have a noise intensity level over the limit value of 85 dBA. All workers work continuously 8 hour a day. They might be exposed to aircraft noise over limit value that could make the blood pressure increases. The Objective of this research was to describe the risk factors related to the increasing of the blood pressure on workers that may be exposed to aircraft noise in Sepingan Airport. This was a descriptive research using cross sectional design. Population was the workers of Sepinggan Airport, consist of 24 units. Number of respondent was 122 workers. Data were analyzed using univariat analysis. This research found that 76 peoples (62,3%) had blood pressure increased; 43 peoples (56,6%) had systolic increased only, 8 peoples (10,5%) had diastolic increased only, 25 peoples (32,9%) had systolic and diastolic increased. The workers that inclined had blood pressure increased were 63 peoples (67%) at noise exposed over 85 dBA, 18 peoples (94,7%) were 21-25 years old, 57 peoples (62,7%) were men, 47 peoples (66,2%) had normal BMI (Body Mass Index), 40 peoples (76,9%) were smokers, 50 peoples (62,5%) did not have hypertension heredity, 32 peoples (84,2%) have been working 1-5 years, 29 peoples (70,7%) did not wear ear protector equipment. The most blood pressure increased are systolic increased, and the average value is about 8,5 mmHg. Systolic increased is related to noise intensity level, ages, sex, BMI, work period, and using ear protector equipment. Systolic and dyastolic increased is related to smoking and work period.

Key Words : Blood Pressure, Noise, Airport Workers

DAFTAR ISIHALAMAN JUDULiiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITASiiiLEMBAR PERSETUJUANivLEMBAR PENGESAHANvKATA PENGANTARviLEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIixRIWAYAT HIDUPxABSTRAKxiiABSTRACTxiiiDAFTAR TABELxviiDAFTAR GAMBARxviiiDAFTAR LAMPIRANxixDAFTAR SINGKATANxxBAB 11PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah31.3Tujuan Penelitian31.3.1Tujuan Umum31.3.2Tujuan Khusus31.4Manfaat Penelitian41.4.1Subjek Penelitian41.4.2PT. Angkasa Pura I Balikpapan41.4.3Peneliti4BAB 25TINJAUAN PUSTAKA52.1Pengertian Kebisingan52.2Sumber Kebisingan62.3Jenis Kebisingan72.4Pengukuran Kebisingan92.5Standar Kebisingan102.6Pengendalian Kebisingan122.7Pengaruh Kebisingan142.8Pengertian Tekanan Darah172.8.1Tekanan Darah Sistol182.8.2Tekanan Darah Diastol182.9Klasifikasi Tekanan Darah182.10Pengaturan Tekanan Darah192.11Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah202.11Kerangka Teoritis25BAB 326KERANGKA KONSEP26BAB 427METODE PENELITIAN274.1Desain Penelitian274.2Lokasi dan Waktu Penelitian274.2.1Lokasi Penelitian274.2.2Waktu Penelitian274.3Populasi dan Sampel Penelitian274.3.1Populasi Penelitian274.3.2Sampel Penelitian274.3.3Cara Pengambilan Sampel Penelitian274.3.4Kriteria Sampel Penelitian274.4Cara Pengumpulan Data284.4.1Data Primer284.4.2Data Sekunder284.5Instrumen Penelitian284.5.1Sound level meter284.5.2Sfigmomanometer air raksa riester dan Stetoskop littman294.5.3Timbangan Badan camry294.5.4Microtoise Saturmeter294.5.5Kuesioner294.6Variabel Penelitian294.7Definisi Operasional294.8Pengolahan dan Penyajian Data324.8.1Pengolahan Data324.8.2Penyajian Data324.9Analisis Data334.10Alur Penelitian334.11Jadwal Kegiatan34BAB 535HASIL PENELITIAN355.1Gambaran Umum Perusahaan355.2Karakteristik Umum Responden365.2.1Intensitas Kebisingan375.2.2Usia Responden375.2.3Jenis Kelamin Responden385.2.4Indeks Massa Tubuh (IMT) Responden385.2.5Kebiasaan Merokok Responden395.2.6Riwayat Hipertensi Keluarga Responden395.2.7Lama Kerja Responden395.2.8Masa Kerja Responden405.2.9Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Responden405.2.10Tekanan Darah Responden415.2.11Kenaikan Tekanan Darah Responden425.3Analisis Univariat435.3.1Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan435.3.2Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Usia Responden445.3.3Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin Responden465.3.4Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan IMT Responden475.3.5Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Merokok Responden495.3.6Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga Responden505.3.7Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Lama Kerja Responden525.3.8Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja Responden535.3.9Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APD Responden55BAB 657PEMBAHASAN576.1Interpretasi dan Diskusi hasil576.1.1Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah576.1.1Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan tiap Unit Kerja586.1.2Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Usia Responden596.1.3Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin Responden606.1.4Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan IMT Responden616.1.5Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Merokok Responden626.1.6Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga Responden626.1.7Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Lama Kerja Responden636.1.8Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja Responden636.1.9Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APD Responden656.3Keterbatasan Penelitian656.4Implikasi untuk Bidang Keilmuan65BAB 767KESIMPULAN DAN SARAN677.1Kesimpulan677.2Saran68DAFTAR PUSTAKA70

DAFTAR TABELTabel2.1. Intensitas Kebisingan dan Jam Kerja Yang Diperkenankan10Tabel 2.2. Pembagian Zona Bising oleh Menteri Kesehatan11Tabel 2.3. Pengaruh Bunyi terhadap Fisiologis dan Psikologis Manusia15Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan JNC 718Tabel 2.5. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT22Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian34Tabel 5.1.Distribusi Responden Menurut Intensitas Kebisingan37Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Usia37Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin38Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut IMT38Tabel 5.5. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok39Tabel 5.6.Distribusi Responden Menurut Riwayat Hipertensi Keluarga39Tabel 5.7. Distribusi Responden Menurut Lama Kerja39Tabel 5.8. Distribusi Responden Menurut Masa Kerja40Tabel 5.9. Distribusi Responden Menurut Pemakaian APD40Tabel 5.10. Distribusi Responden Menurut Tekanan Darah41Tabel 5.11.Distribusi Responden Menurut Kenaikan Tekanan Darah42Tabel 5.12. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan43Tabel 5.13. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Usia44Tabel 5.14. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin46Tabel 5.15. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan IMT47Tabel 5.16.Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Merokok49Tabel 5.17. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga50Tabel 5.18. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Kerja52Tabel 5.19. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja53Tabel 5.20. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APD55

DAFTAR GAMBARGambar 2.1. Earplug13Gambar 2.2. Earmuff14Gambar 5.1. Grafik Tekanan Darah Setelah Bekerja41Gambar 5.2. Grafik Kenaikan Tekanan Darah Setelah Bekerja42Gambar 5.3. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan43Gambar 5.4. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan44Gambar 5.5. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Usia45Gambar 5.6. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Usia45Gambar 5.7. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin46Gambar 5.8. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin47Gambar 5.9. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan IMT48Gambar 5.10. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan IMT48Gambar 5.11. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Merokok49Gambar 5.12. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Merokok50Gambar 5.13. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga51Gambar 5.14. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga51Gambar 5.15. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Kerja52Gambar 5.16. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Lama Kerja53Gambar 5.17. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja54Gambar 5.18. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja54Gambar 5.19. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APD56Gambar 5.20.. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APD56

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Data Pekerja PT. Angkasa Pura I Balikpapan73Lampiran 2 Informed Consent75Lampiran 3 Data Responden76Lampiran 4 Tabel Master78Lampiran 5 Surat Kode Etik Penelitian84

DAFTAR SINGKATANAPD:Alat Pelindung DiriIMT:Indeks Massa TubuhNAB:Nilai Ambang BatasJNC:Joint National CommitteACE:Angiotensin-Converting EnzymeHDL:High Density LipoproteinWHO:World Health OrganizationMAOIs:Monoamine oxidase inhibitors KTP:Kartu Tanda PendudukBMI:Body Mass Index

xiii

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangKebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan kerja yang selalu timbul, termasuk pada industri jasa seperti transportasi udara yaitu pesawat terbang. Menurut Permenkes RI No: 718/ MENKES/ PER/ XI/ 1987, kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan(Hermawati, 2006).Berdasarkan Kep Menaker No. KEP 51/ MEN/ 1999, nilai ambang batas intensitaskebisingan yang diperkenankan untuk suatu ruang kerja adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja (Habsari, 2003, hal. 33).Pajanan kebisingan bisa dihubungkandengan sejumlah efek kesehatan, diantaranya respon psikologis seperti kejengkelan, gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, dan respon fisik seperti hilangnya pendengaran, hipertensi dan penyakit jantung iskemik (van Kempen, Kruize, Boshuizen, Ameling, Staatsen, & de Hollander, 2002). Kebisingan dapat menjadi salah satu stressor yang dapat direspon oleh otak yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinefrine, norepinefrine dan kortisol. Stres akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudianberpengaruh pada detak jantung, akan berakibat perubahan tekanan darah. Stres yang berulang-ulang dalam jangka waktu lama dan terus menerus akan menyebabkan adaptasi tubuh yang akan menghasilkan kenaikan tekanan darah yangsemakin tinggi dan menetap. Hal ini dapat mengakibatkan hipertensi dan penyakit-penyakit lainnya, seperti stroke dan jantung (Bly, Vlahovic, Mclean, & Cakmak, 2002; Meister, 2003; Groothoff, 1996).Penelitian di India mengenai dampak kebisingan pada tempat kerja terhadap tekanan darah menunjukkan terdapat kenaikan tekanan darah sistol pada 63,15% responden dan kenaikan tekanan darah diastol pada 57,02% responden, dengan hasil rata-rata tekanan darah sistol 130 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastol 85 mmHg pada intensitas kebisingan sebesar 104 dBA (Singhal, Yadav, Hashmi, & Muzammil, 2009). Penelitian di Bandara Ahmad Yani Semarang tahun 2005, didapatkan intensitas kebisingan menurut lokasi bagian/unit kerja meliputi unit PKP-PK sebesar 89,4 dB(A), unit cargo sebesar 89,1 dB(A) dan yang terendah di unit security sebesar 71,2 dB(A). Dari hasil analisis data kenaikan tekanan darah sistol diperoleh hasil 33 orang atau 55,0% responden mengalami kenaikan tekanan darah sistol, sedangkan 27 orang atau 45,0% responden tekan darah sistolnya turun atau tetap. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mengalami kenaikan tekanan darah sistol (Hastuti, Setiani, & Nurjazuli, 2005).Kebisingan dapat ditimbulkan dari berbagai sumber, diantaranya dapat berasal dari pesawat terbang. Kebisingan yang berasal dari pesawat terbang di bandara termasuk jenis kebisingan terputus-putus (intermitten) (Suma'mur, 1996, hal. 58). Bandar Udara Sepinggan merupakan Bandara domestik dan internasional yang terletak di kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Bandara Sepinggan dioperasikan oleh PT. (Persero) Angkasa Pura I. Berdasarkan data terakhir yang dicatat dalam informasi lalu lintas di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan yaitu Bulan November 2008, diketahui penerbangan domestic baik datang maupun berangkat rata-rata berjumlah 124 penerbangan/ hari. Sedangkan pada penerbangan internasional, rata-rata berjumlah 4 penerbangan/ hari (Dinas SIM, Tapor, & Humas Bandar Udara Sepinggan, 2010). Data ini menggambarkan bahwa aktivitas penerbangan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan cukup padat akibatnya kebisingan pun meningkat.Pekerja bandara adalah orang yang paling banyak terpajan oleh kebisingan penerbangan yang suatu saat dapat mengalami gangguan kesehatan, diantaranya kenaikan tekanan darah. Namun, risiko kenaikan tekanan darah akibat kebisingan pada tiap pekerja di Bandara berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah tersebut, seperti intensitas kebisingan, usia, jenis kelamin, Indeks Masa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok, lama kerja, masa kerja, dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja. Berdasarkan uraian diatas, penulis mengangkat judul Gambaran Faktor Risiko Kenaikan Tekanan Darah pada Pekerja yang Terpajan Kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.

1.2Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran faktor risiko kenaikan tekanan darah pada Pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.

1.3Tujuan Penelitian1.3.1Tujuan UmumMengetahui gambaran faktor risiko kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2Tujuan Khusus1.3.2.1Mengetahui gambaran intensitas kebisingan yang berbeda di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan1.3.2.2Mengetahui gambaran kenaikan tekanan darah pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.3Mengetahui gambaran usia pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.4Mengetahui gambaran jenis kelamin pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.5Mengetahui gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.6Mengetahui gambaran kebiasaan merokok pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.7Mengetahui gambaran riwayat hipertensi keluarga pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.8Mengetahui gambaran lama kerja (jam/hari) pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.9Mengetahui gambaran masa kerja (tahun) pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.1.3.2.10Mengetahui gambaran pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) telinga pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.

1.4Manfaat Penelitian1.4.1Subjek PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan subjek penelitian dalam hal ini adalah pekerja Bandar Udara Sepinggan Balikpapan mengenai bahaya kebisingan dan pengendalian terhadap pajanan kebisingan agar mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat kerja.1.4.2PT. Angkasa Pura I BalikpapanPenelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang bagaimana pengendalian yang tepat terhadap pekerja yang terpajan kebisingan sehingga dapat menghindari pekerja tersebut dari penyakit akibat kerja.1.4.3Penelitia. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.b. Menambah pengetahuan peneliti tentang dampak akibat pajanan kebisingan dan pengendaliannya, khususnya yang berhubungan dengan tekanan darah.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian KebisinganBunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain. Bunyi dapat juga ditangkap melalui kontak langsung dengan objek-objek yang sedang bergetar. Telinga manusia mampu menangkap bunyi dalam batas 20-20.000 Hz (Gabriel, 1996, hal. 89; Department of Health and Ageing, 2004). Bising adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan (Habsari, 2003, hal. 32). Menurut Dwi P Sasongko (2001, hal. 1) dan berdasarkan KepMenLH No.48 Tahun 1996, Kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dapat dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia. Bising atau tidaknya suatu suara tidak hanya ditentukan oleh keras atau lemahnya suara itu saja, tetapi juga ditentukan oleh selera atau persepsi seseorang terhadap sumber bunyi tersebut. Misal musik rock atau underground yang dikenal sebagai musik yang memekar telinga, namun bagi para penggemarnya bukan dirasakan sebagai suatu kebisingan. Tetapi kalangan yang tidak dapat menghayati musik rock, maka musik tersebut dianggap sebagai sumber bising yang mengganggu(Sasongko, 2000, hal. 1).Dari beberapa pengertian bising tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya bising atau kebisingan adalah suara yang mengganggu/suara yang tidak dikehendaki oleh yang mendengarnya.Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitas bunyi. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau disebut Hertz (Hz) yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai ditelinga setiap detiknya (Suma'mur, 1996, hal. 57). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz (Habsari, 2003, hal. 32). Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel (dBA) dengan membandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1.000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal (Suma'mur, 1996, hal. 57).

2.2Sumber KebisinganDalam industri, peningkatan mekanisme kerja mengakibatkan meningkatnya intensitas kebisingan. Kebisingan yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat kebisingan yang berbeda dari suatu model ke model lain (Sasongko, 2000, hal. 13).Pekerjaan-pekerjaan yang menimbulkan bising dengan intensitas tinggi umumnya terdapat di pabrik tekstil (weaving, spinning), pekerjaan pemotongan plat baja, pembuatan terowongan (Habsari, 2003, hal. 33). Dengan mengacu pada pengertian dan melihat sumber yang diketahui, maka sebenarnya sumber kebisingan berada dimana-mana. Sumber-sumber bising sangat banyak, namun dikelompokkan menjadi kebisingan industri, kebisingan kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga dan seni, dan kebisingan lalu lintas. Selanjutnya, emisi kebisingan dipantulkan melalui lantai, atap, dan alat-alat(Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003). Menurut Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar(2003), sumber bising secara umum, yaitu:a. Indoor:manusia, alat-alat rumah tangga dan mesinb. Outdoor:lalu lintas, industri dan kegiatan lainPembagian sumber bising lain dapat dibedakan menjadi(Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003):a. Sumber terbesar: lalu lintas (darat, laut dan udara)Tingkat tekanan suara dari lalu lintas dapat diprediksi dari:1. Kecepatan lalu lintas2. Kecepatan kendaraan3. Kondisi permukaan jalanb. Industri:tergantung kepada jenis industri dan peralatan1. Mesin-mesin proses, pemotong, penggerinda, blower, kompresor, kipas dan pompa2. Sumber terbesarnya abrasi gas pada kecepatan tinggi, fan dan katup ketel uapc. Bidang jasa gedung: ventilasi, pembangkit pendingin ruangan, pompa pemanas, plambing dan elevatord. Bidang domestik: kegiatan rumah tangga, vaccum cleaner, mesin cuci, dan pemotong rumpute. Aktivitas waktu luang: balap mobil, diskotik, ski dan menembak.

2.3Jenis KebisinganJenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu: 1. Bising terus menerus (continuous noise)Bising terus-menerus adalah bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising ini dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa henti(Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003).Bising kontinyu dibagi menjadi 2, yaitu (Suma'mur, 1996, hal. 58):a. Kebisingan yang kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state wide band noise). Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dBA untuk periode 0,5 detik berturut-turut, misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar.b. Kebisingan yang kontinyu dengan frekuensi yang sempit (steady state norrow band noise).Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000 Hz), misalnya gergaji sirkuler, katup gas.2. Kebisingan terputus-putus (intermittent noise)Adalah kebisingan saat tingkat kebisingan naik dan turun dengan cepat(Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003).Bising disini tidak terjadi secara terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta (Suma'mur, 1996, hal. 58).3. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba. Efek awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar (Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003). Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dBA dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya, misalnya tembakan bedil atau meriam, ledakan(Suma'mur, 1996, hal. 59).4. Bising berpola (tones in noise)Merupakan bising yang disebabkan oleh ketidakseimbangan atau pengulangan yang ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola gangguan misalnya disebabkan oleh putaran bagian mesin seperti motor, kipas, dan pompa. Pola dapat diidentifikasi secara subjektif dengan mendengarkan atau secara objektif dengan analisis frekuensi(Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003).5. Bising frekuensi rendah (low frequency noise)Bising ini memiliki energi akustik yang penting dalam range frekuensi 8-100 Hz. Bising jenis ini biasanya dihasilkan oleh mesin diesel besar di kereta api, kapal dan pabrik, dimana bising jenis ini sukar ditutupi dan menyebar dengan mudah ke segala arah dan dapat didengar sejauh bermil-mil (Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003).6. Kebisingan impulsif berulangSama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang, misalnya mesin tempa di perusahaan (Suma'mur, 1996, hal. 59).

Menurut Buchari (2007), berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, kebisingan dapat dibagi atas:a. Kebisingan yang mengganggu (irritating noise)Intensitas tidak terlalu keras, misalnya, mendengkur.b. Kebisingan yang menutupi (masking noise)Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.c. Kebisingan yang merusak (damaging/ injurious noise)Adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

2.4Pengukuran KebisinganPengukuran kebisingan bertujuan untuk membandingkan hasil pengukuran pada suatu saat dengan standar atau NAB yang telah ditetapkan. Disamping itu, pengukuran kebisingan bertujuan untuk memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja dan untuk mengurangi tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan (Suma'mur, 1996, hal. 58)Satuan yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah desibel (dBA). dBA adalah satuan dari tingkat tekanan suara (sound pressure level). Alat utama yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan diantara 30-130 dBA dan dari frekuensi antara 20-20.000 Hz (Sasongko, 2000, hal. 3). Mekanisme kerja Sound Level Meterapabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk (Buchari, 2007).Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja (Buchari, 2007).

2.5Standar KebisinganStandar kebisingan ditentukan dengan nilai ambang batas (NAB). NAB adalah intensitas kebisingan dimana manusia masih sanggup menerima tanpa menunjukkan gejala sakit akibat bising atau dengan tidak menunjukkan kelainan pada pemaparan kebisingan tersebut dalam waktu 8 jam perhari atau 40 jam seminggu(Suma'mur, 1996, hal. 106).Tabel2.1. Intensitas Kebisingan dan Jam Kerja Yang DiperkenankanWaktu Pemaparan per hariIntensitas (dBA)

8421Jam85889194

30157,53,751,880,94Menit97100103106109112

28,1214,067,033,521,750,880,440,220,11Detik11511812112412713133136139

Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-51/MEN/1999Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja No. KEP- 51/ MEN/ 1999 tentang nilai ambang batas kebisingan, intensitas kebisingan dan jam kerja yang diperkenankan untuk seorang tenaga kerja yaitu pada intensitas kebisingan 85 dBA diperkenankan untuk bekerja selama 8 jam, pada intensitas 88 dBA diperkenankan untuk bekerja selama 4 jam, dan pada intensitas kebisingan 100 dBA diperkenankan untuk bekerja hanya selama jam saja (Habsari, 2003, hal. 33).Di Indonesia NAB kebisingan adalah 85 dBA yang secara terus-menerus dinilai oleh Panitia Teknik Nasional NAB. Berbagai ahli mengusulkan kriteria risiko kerusakan pendengaran dan kesatuan pendapat tentang intensitas tertentu tentang hal itu secara internasional belum dapat dicapai secara bulat. Terdapat kesamaan pendapat, bahwa selain di tempat kerja intensitas adalah boleh lebih dari 90 dBA. Manakala kebisingan terputus,waktu kerja dan istirahat mempengaruhi besarnya intensitas yang diperbolehkan (Suma'mur, 1996, hal. 62).Tabel 2.2. Pembagian Zona Bising oleh Menteri KesehatanZonaTingkat Kebisingan (dB A)

Maksimum yang dianjurkanMaksimum yang diperbolehkan

A3545

B4555

C5060

D6070

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No. 718/Men/Kes/Per/XI/1987Keterangan:Zona A=tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan dsb;Zona B=perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya;Zona C =perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya;Zona D =industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 718/ Men/ Kes/ Per/ XI/ 1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, terdapat pembagian tingkat kebisingan maksimum yang dianjurkan dan diperbolehkan berdasarkan tempat-tempat yang telah dibagi dalam 4 zona A, B, C, D seperti pada tabel 2.2 (Oktavia, 2009).

2.6Pengendalian KebisinganMenurut Habsari (2003, hal. 34-35), untuk mengurangi risiko terhadap dampak kebisingan di tempat kerja, dapat dilakukan dengan cara pengendalian kebisingan tersebut, diantaranya :1) Pengendalian secara teknisa. Mengubah cara kerjab. Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suarac. Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingand. Subtitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bisinge. Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam dengan karetf. Modifikasi mesin atau prosesg. Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi suara bising.2) Pengendalian secara administratifa. Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu (misalnya bagian diesel). Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan serta menggunakan alat pelindung diri.b. Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.3) Pengendalian secara medisPemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja, secara periodik, secara khusus dan pada akhir masa kerja.4) Penggunaan alat pelindung diri (APD)Alat Pelindung Diri (APD) merupakan Alat yang memiliki kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja, digunakan apabila setelah usaha rekayasa/ teknis (engineering) dan cara kerja yang aman (work praktices) telah dilakukan dengan maksimal.Kelemahan penggunaan APD antara lain:a. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurnab. Sering APD tidak tidak dipakai karena kurang nyamanAPD telinga yang digunakan untuk melindungi telinga dari suara bising terdapat 3 jenis yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi dan penurunan intensitas kebisingan yang diharapkan, yaitu :1) Sumbat telinga (ear plug)

58

Gambar 2.1.Earplug(Oktavia, 2009)Kemampuan attenuasi (daya lindung) sumbat telinga sebesar 8-30 dBA. Bila ada kebocoran sedikit saja, dapat mengurangi attenuasi kurang lebih 15 dBA. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dBA. Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain formable type, costum-molded type, premolded type. Sumbat telinga yang terbuat dari kapas mempunyai daya attenuasi paling kecil antara 2-12 dBA (Buchari, 2007).2) Tutup telinga (earmuff)

Gambar 2.2. Earmuff(Oktavia, 2009)Tutup telinga mempunyai attenuasi berkisar antara 25-40 dBA. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dBA. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dengan sumbat telinga, sehingga dapat mempunyai daya lindung yang lebih besar (Buchari, 2007).Pekerja yang terpajan kebisingan lebih dari 100 dBA selama 8 jam/hari harus mengenakan APD telinga ganda, contohnya mengenakan earplug dan earmuff secara bersamaan(U. S. Department of Health and Human Service, 1998).3) Helm (helmet)Helm dapat mengurangi kebisingan 40-50 dBA (Buchari, 2007).

2.7Pengaruh KebisinganPengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengar yang dapat menyebabkan ketulian (Suma'mur, 1996, hal. 61). Menurut Dwi P Sasongko, dkk (2000: 16), pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisik, waktu berlangsung, dan waktu kejadiannya. Pengaruh tersebut berbentuk gangguan yang dapat menurunkan kesehatan, kenyamanan, dan rasa aman manusia. Beberapa bentuk gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan adalah sebagai berikut : Tabel 2.3. Pengaruh Bunyi terhadap Fisiologis dan Psikologis ManusiaBunyi (dBA)Pengaruh terhadap Manusia

39-40Tidak mengganggu

55-65Penyempitan pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung

70Kontinu akan berdampak penyakit jantung

80Kelelahan mental dan fisik, psikomatis dan perasaan jengkel

90Kerusakan alat pendengaran dan penurunan daya pendengaran

100Kontinu dapat kehilangan pendengaran secara permanen dan pada waktu singkat dapat mengurangi daya dengar

120Rasa nyeri dan sakit

150Kehilangan pendengaran pada saat itu juga

Sumber: (Goembira, Fadjar, & Bachtiar, 2003)

a. Gangguan KomunikasiKebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi komunikasi yang berlangsung (tatap muka atau via telepon) (Sasongko, 2000, hal. 16).Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung dapat mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja (Buchari, 2007). b. Gangguan Produktivitas kerjaKebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang, dimulai dari gangguan psikologis dangangguan komunikasi sehingga menurunkan produktivitas kerja(Sasongko, 2000, hal. 18). c. Gangguan KesehatanKebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia apabila terpajan suara dalam suatu periode yang lama dan terus-menerus (Sasongko, 2000, hal. 18). Berikut ini merupakan beberapa gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat kebisingan, antara lain :1) Gangguan PendengaranAlat pendengaran yang berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu merespons suara pada kisaran antara 0-140 dB tanpa menimbulkan rasa sakit. Kerusakan pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan penurunan sensitivitas yang berlangsung secara terus-menerus(Sasongko, 2000, hal. 19). 2) Gangguan PsikologisKebisingan bisa menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan, ketakutan, dan hilangnya konsentrasi. Gangguan psikologis akibat kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, periode, saat dan lama kejadian, kompleksitas spectrum atau kegaduhan dan ketidakteraturan kebisingan(Sasongko, 2000, hal. 17).Dalam sebuah penelitian,anak-anakyangterpajan tingkatkebisingandi atas55dBmengalami penurunanperhatian, kesulitandengansosialadaptasi, danpeningkatanperilakuoposisikepadaorang laindibandingkandengananak-anaktidakterkenainitingkat kebisingan(Ritovska, Djorgjev, & Jordanova, 2004).3) Gangguan KardiovaskularKebisingan akibat suara-suara keras yang ditimbulkan dari mesin pabrik yang terus-menerus, akan mengganggu proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh manusia dan akan memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress, apalagi jika ditambah dengan penyempitan pembuluh darah, maka dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu yang lama, tekanan darah akan naik, dan hal inilah yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi, stroke dan jantung (van Kempen, Kruize, Boshuizen, Ameling, Staatsen, & de Hollander, 2002).4) Gangguan TidurCukup istirahat atau tiduradalah hal pentingdalammenjagakesehatan dan fungsi mental yang baik.Kebisingandapatmenyebabkan gangguantidurprimerdansekunder. Efekprimeradalahkesulitantertidur, perbedaanpola tidur, danterjaga. Efek sekundermenggambarkankonsekuensidaritidur yang terganggutermasukkelelahan, penurunankesejahteraandankinerja (Patlak, 2005).

2.8Pengertian Tekanan DarahTekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan daerah dinding pembuluh. Bila orang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh adalah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmHg(Guyton & Hall, 2007, hal. 172-173).Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh yang bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance atau daya regang dinding pembuluh darah yang bersangkutan. Selama sistol ventrikel, volume sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke dalam arteri-arteri, sementara darah terus meninggalkan mereka, terdorong oleh recoil elastik(Sherwood, 2001, hal. 303-304).2.8.1Tekanan Darah SistolTekanan darah sistol adalah tekanan puncak (maksimum) yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama sistol ventrikel, rata-rata adalah 120 mmHg(Sherwood, 2001, hal. 304).

2.8.2Tekanan Darah DiastolTekanan darah diastol adalah tekanan terendah (minimum) yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir keluar ke pembuluh-pembuluh di hilir sewaktu diastol ventrikel, rata-rata adalah 80 mmHg (Sherwood, 2001, hal. 304).Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar (Sherwood, 2001, hal. 304).

2.9Klasifikasi Tekanan DarahKlasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC 7 adalah sebagai berikut.Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan DarahKlasifikasi Tekanan DarahTekanan Darah Sistol (mmHg)Tekanan Darah Diastol (mmHg)

Normal< 120Dan < 80

Pra Hipertensi120 139Atau 80 89

Hipertensi Stadium I140 -159Atau 90 99

Hipertensi Stadium II 160Atau 100

Sumber : JNC 7Berdasarkan klasifikasi JNC 7, seseorang dengan dikatakan normal, jika tekanan darah sistolnya < 120 mmHg dan tekanan diastolnya < 80 mmHg. Apabila tekanan darah sistolnya 120-139 mmHg atau tekanan diastolnya 80 89 mmHg, maka dinyakatan pra hipertensi. Hipertensi dibagi menjadi 2 stadium, yaitu stadium 1 dan stadium 2, dimana pada stadium 1 tekanan darah sistol sebesar 140 159 mmHg atau tekanan darah diastol sebesar 90 99 mmHg. Jika tekanan darah sistol 160 mmHg atau tekanan darah diastol 100, maka diklasifikasikan sebagai hipertensi stadium II(Joint National Committee, 2003).

2.10Pengaturan Tekanan DarahTingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan, dan demografik yang mempengaruhi dua variabel hemodinamik yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Total curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistensi perifer total terutama ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh vasokonstriksi humoral (termasuk angiotensin II dan katekolamin) dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin, dan nitratoksida). Pembuluh resistensi juga memperlihatkan autoregulasi, peningkatan aliran darah memicu vasokonstriksi agar tidak terjadi hiperperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti pH dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adregenik - dan -) mungkin penting(Schoen & Cotran, 2007, hal. 379-380).Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah, sebagai berikut(Schoen & Cotran, 2007, hal. 380) :1. Melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi resistensi perifer dan homeostasis natrium. Renin yang dikeluarkan oleh jukstaglomerulus ginjal mengubah angiotensinogen plasma menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme (ACE). Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan volume darah (stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorpsi natrium dalam tubulus distal).2. Ginjal juga menghasilkan berbagai zat vasodepresor atau anti hipertensi (termasuk prostaglandin dan nitrat oksida) yang mungkin melawan efek vasopresor angiotensin.3. Bila volume darah berkurang, laju filtrasi glomerulus urun sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi natrium oleh tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan volume darah meningkat.4. Faktor natriuretik yang tidak bergantung pada laju filtrasi glomerulus, termasuk peptida natriuretik atrium, disekresikan oleh atrium jantung sebagai respon terhadap ekspansi volume, menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal dan menyebabkan vasodilatasi.5. Bila fungsi ekskresi ginjal terganggu, mekanisme kompensasi yang membantu memulihkan keseimbangan elektrolit dan cairan adalah peningkatan tekanan arteri.

2.11Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan DarahFaktor- faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah, antara lain:1) UsiaHipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistol meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastol meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Kumar, Abbas, & Fausto, 2005, hal. 528-529)2) Jenis KelaminPrevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, Abbas, & Fausto, 2005, hal. 528-529).3) GenetikAdanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Wade, Hwheir, & Cameron, 2003).4) Indeks Massa Tubuh (IMT)IMT merupakan indikator yang paling sering dan praktis untuk diguanakan untuk menentukan berat badan lebih atau obes. Pengukuran IMT dilakukan dengan menghitung ukuran berat badan (kg) dibagi dengan ukuran tinggi badan (m2) (Sugondo, 2009, hal. 1977). Tabel 2.5. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT menurut Kriteria Asia PasifikKlasifikasiIMT (kg/m2)

Berat Badan Kurang< 18,5

Normal18,5 22,9

Pra-Obes23 24,9

Obes I25 29,9

Obes II 30

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment (2000)Berdasarkan kriteria Asia Pasifik, klasifikasi berat badan lebih dan obesitas untuk orang Asia adalah dikatakan berat badan kurang apabila IMT < 18,5 kg/m2, normal 18,5-22,9 kg/m2, berat badan lebih 23 kg/m2, yaitu terdiri dari pra-obes, obes I dan obes II, dimana dikatakan obes II apabila IMT 30 kg/m2(Sugondo, 2009, hal. 1978).Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 30 kg/m2(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT 85 dBA2) Tidak melebihi NAB= 85 dBA

2. UsiaAdalah usia responden berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) responden dan apabila usia lebih dari 6 bulan, dibulatkan 1 tahun.Kriteria Objektif :1) 21 25 tahun2) 26 30 tahun3) 31 35 tahun4) 36 40 tahun5) 41 45 tahun

3. Jenis KelaminAdalah jenis kelamin responden berdasarkan KTP responden.Kriteria Objektif :1) Laki-laki2) Perempuan

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)Adalah nilai untuk mengukur tingkat obesitas seseorang dengan menghitung berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m2) berdasarkan kriteria Asia Pasifik (Sugondo, 2009, hal. 1977).Kriteria Objektif :1) Kurang=< 18.5 kg/mm22) Normal=18.5-22.9 kg/mm23) Pre obesitas=23-24.9 kg/mm24) Obesitas 1=25-29.9 kg/mm25) Obesitas 2= 30kg/mm2

5. Kebiasaan MerokokAdalah gaya hidup responden yangmasih memiliki kebiasaan merokok.

Kriteria Objektif :1) Merokok2) Tidak merokok

6. Riwayat Hipertensi KeluargaAdalah riwayat keluarga responden yang sedang atau pernah menderita hipertensi.Kriteria Objektif :1) Ada riwayat hipertensi keluarga2) Tidak ada riwayat hipertensi keluarga

7. Lama KerjaAdalah jumlah jam rata-rata yang dijalani responden dalam sehari bekerja di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan.Kriteria Objektif :1) 8 jam/ hari2) > 8 jam/ hari

8. Masa KerjaAdalah jumlah tahun yang telah dijalani responden terhitung sejak responden menjadi pekerja di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan dan apabila lebih dari 6 bulan, dibulatkan 1 tahun.Kriteria Objektif :1) 1 5 tahun2) 6 10 tahun3) 11 15 tahun4) 16 20 tahun5) 21 25 tahun

9. Pemakaian APD (Telinga)Adalah kecenderungan responden untuk menggunakan alat pelindung telinga yang disediakan perusahaan dengan tepat.Kriteria Objektif :1) Ya=Memakai APD pada saat bekerja2) Tidak=Tidak memakai APD pada saat bekerja

10. Tekanan DarahAdalah tekanan darah responden yang diukur sebelum dan setelah bekerja (terpajan kebisingan) menggunakan tensi meter air raksa dengan satuan mm/Hg (Sherwood, 2001, hal. 305).Kriteria Objektif :1) Tekanan Darah sebelum bekerja2) Tekanan Darah setelah bekerja

11. Kenaikan Tekanan DarahAdalah perbedaan tekanan darah responden antara tekanan darah yang diukur sebelum dan setelah bekerja (terpajan kebisingan).Kriteria Objektif :1) Kenaikan tekanan darah sistol2) Kenaikan tekanan darah diastol3) Kenaikan tekanan darah sistol dan diastol

4.8Pengolahan dan Penyajian Data4.8.1Pengolahan DataPengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program Microsoft Excel dan SPSS.4.8.2Penyajian DataPenyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

4.9Analisis DataDilakukan analisis univariat yaitu mendeskripsikan setiap variabel dalam penelitian dengan gambaran distribusi frekuensi dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

4.10Alur Penelitian

Meminta izin penelitian ke PT. Angkasa Pura I BalikpapanMelakukan studi pendahuluan dengan meminta data dan karakteristik pekerja Bandar Udara Sepinggan pada masing-masing bagian/unit pekerjaan ke bagian personalia PT. Angkasa Pura I Balikpapan Memilih sampel dengan mewawancarai pekerja mengenai usia, jenis kelamin, lama kerja, masa kerja, pemakaian apd, gaya hidup/ kebiasaan dan riwayat penyakit.Mengukur tingkat intensitas kebisingan di setiap bagian/ unit pekerjaanMengukur tekanan darah sampel sebelum dan setelah bekerjaMencatat dan mengolah data hasil penelitianMengukur berat badan dan tinggi badan sampel penelitian

4.11Jadwal KegiatanTabel 4.1. Jadwal Kegiatan PenelitianKode

April, MeiJuniJuliAgustusSeptemberOktober-DesemberJanuari

1234123412341234123412341234

A

B

C

D

E

Keterangan :A:Pembuatan Proposal PenelitianB:Seminar ProposalC:PenelitianD:Pengolahan DataE:Seminar Hasil

BAB 5HASIL PENELITIAN5.1Gambaran Umum PerusahaanBandar Udara Sepinggan Balikpapan merupakan bandar udara ke-4 terbesar dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Dengan posisi yang strategis dikawasan Indonesia Bagian Tengah, maka diharapkan bandara ini dapat menjadi penghubung kawasan Indonesia Bagian Barat dengan kawasan Indonesia Bagian Timur. Dengan posisi yang strategis dan didukung oleh potensi alam Kalimantan Timur sehingga menjadi daya tarik bagi para pelaku bisnis dan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Keberadaan Bandar Udara Sepinggan diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian di Kalimantan Timur dan wilayah Kalimantan lainnya.Pada pra kemerdekaan, perusahaan ini digunakan untuk kegiatan perusahaan minyak Belanda. Tahun 1960, diserahkan operasionalnya ke Jawatan Penerbangan Sipil, selanjutnya disebut Direktorat Jendral Perhubungan Udara. Kemudian tahun 1987, sesuai PP no. 1 tahun 1987 tanggal 9 Januari 1987, pengelolaan Bandara dialihkan ke Perum Angkasa Pura I.Tahun 1991 s/d 1994, pelaksanaan proyek pengembangan fasilitas Bandar Udara dan keselamatan penerbangan tahap I, untuk pekerjaan fisik terdiri dari landasan pacu (Runway), landasan hubung (taxy way), apron, terminal penumpang dan terminal barang, serta fasilitas penunjang keselamatan penerbangan.Tahun 1992, sesuai Peraturan Pemerintah PP. No. 5 tahun 1992 tanggal 4 Februari 1992, perubahan status dari Perusahaan Umum Angkasa Pura I menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura I.Tanggal 20 Agustus 1993, uji coba pengoperasian (shadow operation) Bandara Sepinggan yang baru (new airport) dan pada tanggal 6 September 1993 pengoperasian secara penuh (Full Operation) Bandara Sepinggan yang baru di Jl. Marsma. R. Iswahyudi Balikpapan. Kemudian pada tahun 1995, Bandar Udara Sepinggan Balikpapan ditetapkansebagai Bandar Udara Embarkasi Haji yang ke V, yang meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.Tahun 1996, Penganugerahan Piagam Penghargaan "Abdi Satya Bhakti" kepada Bandar Udara Sepinggan dari Presiden RI atas prestasinya dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya tahun 1996 s/d 1997, pelaksanaan proyek pengembangan fasilitas Bandar Udara dan keselamatan penerbangan tahap II, untuk pekerjaan fisik terdiri dari hanggar, depot pengisian bahan bakar pesawat udata (DPPU) dan gedung administrasi.Bandar Udara Sepinggan Balikpapan yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura I terdiri dari beberapa unit kerja, diantaranya General Manager yang bertanggung jawab kepada Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura I dalam menyelenggarakan pengusahaan jasa kebandarudaraan, yang membawahi Airport Duty Manager dan beberapa divisi, yaitu Divisi Ops. L. L. P. (Dinas ADC, Dinas APP (Approach Control Service), Dinas FN & Kompen (Flight Service dan Komunikasi Penerbangan), Dinas Rangtika (Penerangan Aeronautika)); Divisi Ops. Bandara (Dinas Ops. TMA, SD & Pn. Band. (Tim Sisi Darat dan Penerangan Bandara), Dinas Ops. Sisi Udara, Dinas Pengamanan Bandara, Dinas PKP-PK, Dinas Tek. Bangunan, Dinas Tek. Land. Taling & AAB ((landasan, Taling dan Alat-alat Besar), Dinas Tek. Mekanikal & Air); Divisi Tek. Elektro & Listrik; Divisi Tek. Fasilitas Kespen (Dinas Tek. Elektro Bandara, Dinas Tek. Listrik); Divisi Komersial & P.U. (Dinas P.U. & Pemasaran, Dinas Komersial); Divisi Keuangan (Dinas Akuntansi & Anggaran, Dinas Perbendaharaan, Dinas PKBL (Kemitraan dan Bina Lingkungan)); Divisi Personalia & Umum (Dinas Personalia, Dinas Umum & Hukum, Dinas SIM, Tapor, & Humas; dan Unit Pengadaan.Dari 31 unit kerja yang ada di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan, terdapat 268 pekerja. Semua pekerja bekerja selama rata-rata 8 jam/ hari.

5.2Karakteristik Umum RespondenPenelitian yang telah dilakukan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan, dimana pada studi pendahuluan, dari 268 pekerja pada 31 unit kerja, didapatkan 151 pekerja pada 24 unit kerja yang akan dipilih untuk menjadi sampel penelitian. Namun, dari 151 pekerja tersebut, hanya 122 pekerja pada 24 unit kerja yang termasuk dalam kriteria penelitian.

5.2.1Intensitas KebisinganTabel 5.1. Distribusi Responden Menurut Intensitas KebisinganIntensitas KebisinganJumlahUnit KerjaJumlah RespondenPresentase (%)

Melebihi NAB149477

Tidak melebihi NAB102823

Jumlah24122100

Intensitas kebisingan adalah tingkat kebisingan yang berasal dari lingkungan kerja di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan dan diukur menggunakan alat sound level meter, dengan satuan dBA, pada tiap unit kerja. Intensitas kebisingan dikategorikan menjadi melebihi NAB jika >85 dBA dan tidak melebihi NAB jika 85 dBA. Dari tabel 5.1 menunjukkan terdapat 14 unit kerja yang melebihi NAB dengan jumlah responden sebanyak 94 orang (77%), sedangkan 10 unit kerja tidak melebihi NAB dengan jumlah responden sebanyak 28 orang (23%).

5.2.2Usia RespondenTabel 5.2. Distribusi Responden Menurut UsiaUsia (tahun)Jumlah RespondenPresentase (%)

21-251915,6

26-30119

31-352218

36-404536,9

41-452620,5

Jumlah122100

Usia responden merupakan usiaberdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) responden dan apabila usia lebih dari 6 bulan, dibulatkan 1 tahun, dimana didapatkan usia minimal yaitu 21 tahun dan usia maksimal 45 tahun. Usia responden dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu usia 21-25, 26-30, 31-35, 36-40, 41-45 tahun. Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 21-25 tahun berjumlah 19 orang (15,6%), 26-30 tahun berjumlah 11 orang (9%), 31-35 tahun berjumlah 22 orang (18 %), 36-40 tahun berjumlah 45 orang (36,9%) dan usia 41-45 tahun sebanyak 26 orang (20,5%).

5.2.3Jenis Kelamin RespondenTabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Jenis KelaminJenis KelaminJumlah RespondenPresentase (%)

Laki-Laki9174,6

Perempuan3125,4

Jumlah122100

Jenis kelamin responden merupakan jenis kelamin responden berdasarkan KTP responden. Dari tabel 5.3 menunjukkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 91 orang (74,6%) dan responden perempuan sebanyak 31 orang (25,4%).

5.2.4Indeks Massa Tubuh (IMT) RespondenTabel 5.4. Distribusi Responden Menurut IMTIMTJumlah RespondenPresentase (%)

Kurang97,3

Normal7158,2

Pre Obesitas2923,8

Obesitas 11310,7

Obesitas 200

Jumlah122100

IMT responden adalah nilai untuk mengukur tingkat obesitas seseorang dengan menghitung berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m2) berdasarkan kriteria Asia Pasifik. IMT dikategorikan menjadi 5 kategori. Dari tabel 5.4 menunjukkan reponden yang memiliki IMT dibawah normal (kurang) berjumlah 9 orang (7,3%), IMT normal sebanyak 71 orang (58,2%), pre obesitas sebanyak 29 orang (23,8%), obesitas 1 sebanyak 13 orang (10,7%) dan tidak ada responden yang dikategorikan obesitas 2.5.2.5Kebiasaan Merokok RespondenTabel 5.5. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan MerokokKebiasaan MerokokJumlah RespondenPresentase (%)

Ya5242,6

Tidak7057,4

Jumlah122100

Kebiasaan merokok responden merupakan gaya hidup responden yangmasih memiliki kebiasaan merokok. Dari tabel 5.5 menunjukkan 52 responden (42,6%) memiliki kebiasaan merokok, sedangkan 70 responden (57,4%) tidak memiliki kebiasaan merokok.

5.2.6Riwayat Hipertensi Keluarga RespondenTabel 5.6. Distribusi Responden Menurut Riwayat Hipertensi KeluargaRiwayat Hipertensi KeluargaJumlah RespondenPresentase (%)

Ya4234,4

Tidak8065,6

Jumlah122100

Riwayat hipertensi keluarga merupakanriwayat keluarga responden yang sedang atau pernah menderita hipertensi. Dari tabel 5.6 responden yang memiliki riwayat hipertensi keluarga berjumlah 42 orang (34,4%), sedangkan 80 responden (65,6%) tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga.

5.2.7Lama Kerja RespondenTabel 5.7. Distribusi Responden Menurut Lama KerjaLama Kerja (jam/hari)Jumlah RespondenPresentase (%)

8122100

> 800

Jumlah122100

Lama kerja responden adalah jumlah jam rata-rata yang dijalani dalam sehari bekerja. Dari tabel 5.7 seluruh pekerja (100%) memiliki lama kerja yang sama, yaitu 8 jam/hari.5.2.8Masa Kerja RespondenTabel 5.8. Distribusi Responden Menurut Masa KerjaMasa Kerja (tahun)Jumlah RespondenPresentase (%)

1-53831,1

6-1065

11-153932

16-202722,1

21-25129,8

Jumlah122100

Masa kerja responden adalah jumlah tahun yang telah dijalani responden terhitung sejak responden menjadi pekerja di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan dan apabila lebih dari 6 bulan, dibulatkan 1 tahun, dimana didapatkan masa kerja minimal 1 tahun dan masa kerja maksimal 25 tahun. Masa kerja responden dikategorikan menjadi 5 kategori, yaitu masa kerja antara 1-5, 6-10, 11-15, 16-20, 21-25 tahun. Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden yang telah bekerja selama 1-5 tahun sebanyak 38 orang (31,1%), 6-10 tahun sebanyak 6 orang (5%), 11-15 tahun sebanyak 39 orang (32%), 16-20 tahun sebanyak 27 orang (22,1%) dan 21-25 tahun sebanyak 12 orang (9,8%).

5.2.9Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) RespondenTabel 5.9. Distribusi Responden Menurut Pemakaian APDPemakaian APDJumlah Unit KerjaJumlah RespondenPresentase (%)

Ya95356,4

Tidak54143,6

Jumlah1494100

Pemakaian APD responden adalah kecenderungan responden untuk menggunakan alat pelindung telinga yang disediakan perusahaan dengan tepat. Dari hasil penelitian, dari 24 unit kerja, pekerja yang seharusnya menggunakan APD telinga adalah pekerja yang bekerja pada unit kerja yang terpajan kebisingan > 85 dBA, yaitu 94 pekerja pada 14 unit kerja. Berdasarkan tabel 5.9, dari 14 unit kerja tersebut hanya 9 unit kerja atau 53 responden (56,4%) yang disediakan APD telinga oleh perusahaan, sedangkan 5 unit kerja atau 41 responden (43,6%) tidak disediakan APD telinga oleh perusahaan, sehingga 43,6% responden yang seharusnya memakai APD telinga pada saat bekerja, tidak menggunakan APD telinga.

5.2.10Tekanan Darah RespondenTabel 5.10. Distribusi Responden Menurut Tekanan DarahTekanan DarahJumlah RespondenPresentase (%)

Naik7662,3

Tetap/turun4637,7

Jumlah122100

Gambar 5.1. Grafik Tekanan Darah Setelah BekerjaTekanan darah responden adalah tekanan darah yang diukur sebelum dan setelah bekerja. Dari tabel 5.10 menunjukkan terdapat kenaikan tekanan darah setelah bekerja pada 76 responden (62,3%), sedangkan pada 46 responden (37,7%), tekanan darahnya tetap atau menurun. Dari gambar 5.1 terlihat lebih banyak pekerja yang mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja.

5.2.11Kenaikan Tekanan Darah RespondenTabel 5.11. Distribusi Responden Menurut Kenaikan Tekanan DarahKenaikan Tekanan DarahJumlah respondenPresentase (%)

Sistol4356,6

Diastol810,5

Sistol dan Diastol2532,9

Jumlah76100

Gambar 5.2. Grafik Kenaikan Tekanan Darah Setelah BekerjaKenaikan tekanan darah responden adalah perbedaan tekanan darah antara tekanan darah yang diukur sebelum dan setelah bekerja (terpajan kebisingan). Dari tabel 5.11 menunjukkan 43 responden (56,6%) mengalami kenaikan tekanan darah sistol, 8 responden (10,5%) mengalami kenaikan tekanan darah diastol, dan 25 responden (32,9%) mengalami kenaikan tekanan darah sistol dan diastol. Dari gambar 5.2 terlihat lebih banyak pekerja yang mengalami kenaikan tekanan darah sistol.

5.3Analisis Univariat5.3.1Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan di Bandar Udara Sepinggan BalikpapanTabel 5.12. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan Intensitas KebisinganJumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

Melebihi NAB35 (37,2)8 (8,5)20 (21,3)31 (33)94

Tidak Melebihi NAB8 (28,6)0 (0)5 (17,8)15 (53,6)28

Tabel 5.12 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja pada unit kerja dengan intensitas kebisingan yang berbeda. Pada unit kerja dengan intensitas kebisingan yang melebihi NAB (> 85 dBA) lebih banyak pekerja yang mengalami kenaikan darah yaitu sebanyak 63 orang (67%), dimana terbanyak mengalami kenaikan tekanan darah sistol yaitu sebanyak 35 orang (37,2%). Pada unit kerja dengan intensitas kebisingan yang tidak melebihi NAB ( 85 dBA) lebih banyak pekerja yang tekanan darahnya tetap atau turun setelah bekerja, hanya 13 orang (46,4%) yang mengalami kenaikan tekanan darah.

Gambar 5.3. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan

Gambar 5.4. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas KebisinganGambar 5.3 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja, dimana kenaikan tekanan darah lebih banyak didapatkan pada pekerja yang bekerja pada unit kerja dengan intensitas kebisingan melebihi NAB (>85 dBA). Gambar 5.4 memperlihatkan jenis kenaikan tekanan darah responden. Untuk pekerja pada unit kerja yang melebihi NAB, cenderung mengalami kenaikan tekanan darah sistol (37,2%). Begitu pula pekerja pada unit kerja yang tidak melebihi NAB, juga cenderung mengalami kenaikan tekanan darah sistol (28,6%).

5.3.2Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Usia RespondenTabel 5.13. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan UsiaUsia (tahun)Jumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

21-2515 (78,9)0 (0)3 (15,8)1 (5,3)19 (100)

26-305 (45,5)1 (9)2 (18,2)3 (27,3)11 (100)

31-358 (36,4)2 (9,1)7 (31,8)5 (22,7)22 (100)

36-4011 (24,4)4 (8,9)9 (20)21 (46,7)45 (100)

41-454 (16)1 (4)4 (16)16 (64)25 (100)

Tabel 5.13 memperlihatkan distribusi tekanan darah reponden setelah bekerja berdasarkan kelompok usia, dimana didapatkan kelompok usia yang paling banyak mengalami kenaikan tekanan darah, yaitu pada kelompok usia 21-25 sebanyak 18 orang (94,7%). Pada semua kelompok usia yaitu 21-25, 26-30, 31-35, dan 36-40 lebih banyak responden yang mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja dibandingkan dengan responden yang tekanan darahnya tetap atau turun, kecuali pada kelompok usia 41-45, lebih banyak responden yang tekanan darahnya tetap atau turun yaitu sebanyak 16 orang (64%).

Gambar 5.5. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Usia

Gambar 5.6. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan UsiaGambar 5.5 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan kelompok usia responden, dimana terlihat semakin tinggi usia responden, semakin kecil kecenderungan untuk mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Gambar 5.6 memperlihatkan pada setiap kelompok usia responden paling banyak mengalami kenaikan tekanan darah sistol.

5.3.3Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin RespondenTabel 5.14. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Jenis KelaminJenis KelaminJumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

Laki-Laki27 (29,7)6 (6,6)24 (26,4)34 (37,3)91 (100)

Perempuan16 (51,6)2 (6,5)1 (3,2)12 (38,7)31 (100)

Tabel 5. 14 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan jenis kelamin responden, dimana didapatkan baik laki-laki maupun perempuan lebih banyak yang mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Pada laki-laki sebanyak 57 orang (62,3%) yang mengalami kenaikan darah dan perempuan sebanyak 19 orang (61,3%).

Gambar 5.7. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 5.8. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Jenis KelaminGambar 5.7 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan jenis kelamin responden, dimana terlihat pada responden berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan hampir sama untuk mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Gambar 5.8 memperlihatkan pada laki-laki maupun perempuan memiliki kecenderungan mengalami kenaikan tekanan darah sistol, dimana pada laki-laki sebanyak 27 orang (29,7%) dan perempuan sebanyak 16 orang (51,6%).

5.3.4Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan IMT RespondenTabel 5.15. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan IMTIMTJumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

Kurang 3 (33,3)0 (0) 0 (0)6 (66,7)9 (100)

Normal26 (36,6)5 (7,1)16 (22,5)24 (33,8)71 (100)

Pre Obesitas11 (37,9)2 (6,9)6 (20,7)10 (34,5)29 (100)

Obesitas 13 (23,1)1 (7,7)3 (23,1)6 (46,1) 13 (100)

Obesitas 20 (0)0 (0)0 (0)0 (0)0 (100)

Tabel 5.15 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan IMT responden, dimana pada IMT kurang lebih banyak responden yang tekanan darahnya tetap atau turun yaitu sebanyak 6 orang (66,7%), sedangkan pada IMT normal, pre obesitas, dan obesitas 1 lebih banyak responden yang mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Pada IMT normal kenaikan darah dialami oleh 47 orang (66,2%), pre obesitas 19 orang (65,5%), dan obesitas 1 sebanyak 7 orang (53,9%).

Gambar 5.9. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan IMT

Gambar 5.10. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan IMTGambar 5.9 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan IMT responden, dimana kenaikan tekanan darah cenderung dialami responden dengan IMT normal, pre obesitas, dan obesitas 1. Gambar 5.10 memperlihatkan pada IMT kurang, normal, dan pre obesitas cenderung terjadi kenaikan tekanan darah sistol. Sedangkan pada obesitas 1, kenaikan tekanan darah sistol serta sistol dan diastol memiliki kecenderungan yang sama yaitu sebesar 23,1%.

5.3.5Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Merokok RespondenTabel 5.16. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan MerokokKebiasaan MerokokJumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

Ya10 (19,2)6 (11,5)24 (46,2)12 (23,1)52 (100)

Tidak33 (47,1)2 (2,9)1 (1,4)34 (48,6)70 (100)

Tabel 5.16 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan kebiasaan merokok responden, dimana didapatkan pada responden dengan kebiasaan merokok yang mengalami kenaikan tekanan darah sebanyak 40 orang (76,9%), sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan merokok mengalami kenaikan tekanan darah pada 36 orang (51,4%).

Gambar 5.11. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Gambar 5.12. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Kebiasaan MerokokGambar 5.11 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan kebiasaan merokok responden, dimana terlihat responden yang memiliki kebiasaan merokok pada waktu kerja, cenderung mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja dibandingkan dengan responden yang tidak merokok. Gambar 5.12 memperlihatkan gambaran kenaikan tekanan darah yang terjadi pada responden yang memiliki kebiasaan merokok yaitu lebih banyak kenaikan tekanan darah sistol dan diastol, yaitu sebesar 46,2%, sedangkan pada responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok, cenderung mengalami kenaikan tekanan darah sistol (47,1%).

5.3.6Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga RespondenTabel 5.17. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi KeluargaRiwayat Hipertensi KeluargaJumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

Ya14 (33,3)3 (7,2)9 (21,4)16 (38,1)42 (100)

Tidak29 (36,3)5 (6,2)16 (20)30 (37,5)80 (100)

Tabel 5.17 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan riwayat hipertensi keluarga responden, dimana didapatkan kenaikan tekanan darah sebanyak 26 orang (61,9%) pada responden yang memiliki riwayat hipertensi keluarga dan sebanyak 50 orang (62,5%) pada responden yang tidak memilki riwayat hipertensi keluarga.

Gambar 5.13. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi Keluarga

Gambar 5.14. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Hipertensi KeluargaGambar 5.13 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan riwayat hipertensi keluarga responden, dimana terlihat kecenderungan kenaikan tekanan darah setelah bekerja yang hampir sama pada responden yang memiliki riwayat hipertensi keluarga atau tidak. Gambar 5.14 memperlihatkan baik responden yang memiliki riwayat hipertensi keluarga maupun tidak, cenderung mengalami kenaikan tekanan darah sistol.

5.3.7Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Lama Kerja RespondenTabel 5.18. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Lama KerjaLama Kerja (jam/hari)Jumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

843 (35,2)8 (6,6)25 (20,5)46 (37,7)122

> 80 (0)0 (0)0 (0)0 (0)0

Tabel 5.18 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan lama kerja responden. Karena semua pekerja rata-rata bekerja dalam 8 jam/hari, maka tidak ada hasil untuk pekerja yang bekerja >8 jam/hari.

Gambar 5.15. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Lama Kerja

Gambar 5.16. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Lama KerjaGambar 5.15 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan lama kerja, dimana terlihat lebih banyak pekerja yang mengalami kenaikan tekanan darah yaitu sebesar 62,3 %. Gambar 5.16 memperlihatkan pekerja cenderung mengalami kenaikan tekanan darah sistol, yaitu sebesar 35,2%.

5.3.8Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja RespondenTabel 5.19. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Masa KerjaMasa Kerja (tahun)Jumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

1-5 25 (65,8)1 (2,6) 6 (15,8)6 (15,8)38 (100)

6-101 (16,7)1 (16,7)3 (50)1 (16,6)6 (100)

11-1510 (25,6)3 (7,7)11 (28,2)15 (38,5)39 (100)

16-206 (22,2)2 (7,4)3 (11,1)16 (59,3) 27 (100)

21-251 (8,3)1 (8,3)2 (16,7)8 (66,7)12 (100)

Tabel 5.19 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan masa kerja responden, dimana dari kelima kelompok masa kerja, pekerja yang telah bekerja selama 1-5 tahun, paling banyak mengalami kenaikan tekanan darah yaitu sebanyak 32 orang (84,2%) dan pekerja dengan masa kerja paling lama yaitu 21-25 tahun hanya 4 orang (33,3%) yang mengalami kenaikan tekanan darah.

Gambar 5.17. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja

Gambar 5.18. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Masa KerjaGambar 5.17 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan lama kerja, dimana terlihat kecenderungan pekerja yang mengalami kenaikan tekanan darah yaitu pada pekerja dengan masa kerja paling sedikit yaitu 1-5 tahun. Semakin lama masa kerja, kecenderungan untuk mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja, semakin kecil. Gambar 5.18 memperlihatkan gambaran kecenderungan kenaikan tekanan darah sistol pada kelompok masa kerja 1-5 dan 16-20, sedangkan pada kelompok masa kerja 6-10, 11-15, dan 21-25 cenderung mengalami kenaikan tekanan darah sistol dan diastol.

5.3.9Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APD RespondenTabel 5.20. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APDPemakaian APDJumlah Responden yang mengalami kenaikan tekanan darahJumlah Responden yang Tekanan Darahnya Tetap/turun (%)Jumlah (%)

Sistol(%)Diastol(%)Sistol dan Diastol(%)

Ya17 (32,1)5 (9,4)12 (22,6)19 (35,9)53 (100)

Tidak18 (43,9)3 (7,3)8 (19,5)12 (29,3)41 (100)

Tabel 5.20 memperlihatkan distribusi tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan pemakaian APD, dimana didapatkan kenaikan tekanan darah pada pekerja yang memakai APD pada saat bekerja sebanyak 34 orang (64,1%), sedangkan pada pekerja yang tidak memakai APD pada saat bekerja lebih cenderung mengalami kenaikan tekanan darah, yaitu sebanyak 29 orang (70,7%).

Gambar 5.19. Grafik Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APD

Gambar 5.20. Grafik Distribusi Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Pemakaian APDGambar 5.19 memperlihatkan gambaran tekanan darah responden setelah bekerja berdasarkan pemakaian APD, dimana terlihat pada pekerja yang tidak memakai APD pada saat bekerja, cenderung mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Gambar 5.20 memperlihatkan baik pekerja yang memakai APD maupun tidak pada saat bekerja, cenderung mengalami kenaikan tekanan darah sistol.

BAB 6PEMBAHASANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kenaikan tekanan darah pada pekerja yang terpajan kebisingan di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan. Faktor risiko yang diteliti adalah intensitas kebisingan tiap unit kerja, usia, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh (IMT), kebiasaan merokok, riwayat hipertensi keluarga, masa kerja, lama kerja, dan pemakaian APD pekerja Bandar Udara Sepinggan.Peneliti mengambil seluruh sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti dan diperoleh sebanyak 122 responden pada 24 unit kerja.

6.1Interpretasi dan Diskusi hasil6.1.1Tinjauan Kenaikan Tekanan DarahKenaikan Tekanan Darah adalah naiknya tekanan darah setelah bekerja. Dari data hasil penelitian, diperoleh hasil sebanyak 76 responden (62,3%) mengalami kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah sistol sebanyak 43 responden (56,6%) dengan rata-rata kenaikan sebesar 8,5 mmHg. Kenaikan tekanan darah diastol sebanyak 8 responden (10,5%) dengan rata-rata kenaikan sebesar 7,5mmHg. Kenaikan tekanan darah sistol dan diastol sebanyak 25 responden (32,9%) dengan kenaikan rata-rata sebesar 9,4/5,8 mmHg. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang mengalami kenaikan tekanan darah sistol. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Cohen di Los Angles (1980) yang menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistol 3 mmHg, penelitian Morell di Sidney (1988) yang menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistol 2 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastol 3 mmHg, penelitian Evan di Munich (1995) yang menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistol 3 mmHg (Bly, Vlahovic, Mclean, & Cakmak, 2002). Penelitian yang di lakukan olehEny Hastuti di Semarang (2004) menemukan rata-rata kenaikan tekanan darah sistol 2,2 mmHgdan kenaikan tekanan darah diastol 0,87 mmHg(Hastuti, Setiani, & Nurjazuli, 2005). Penelitian oleh Jennie Babba di Semarang (2007) diperoleh kenaikan rata-rata tekanan darah sistol sebesar 19,2 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastol rata-rata 6,8 mmHg (Babba, 2007).Naiknya tekanan darah, biasanya berjalan bersama-sama antara sistol dengan diastol. Pengaturan tekanan darah tergantung pada kontrol dua penentu utamanya yaitu curah jantung dan resistensi perifer total. Kontrol curah jantung banyak bergantung pada pengaturan kecepatan denyut jantung dan volume sekucup. Sementara resistensi perifer total terutama ditentukan oleh derajat vasokonstriksi arteri. Peningkatan kecepatan denyut jantung akan berpengaruh langsung pada tekanan darah sistol. Sedangkan tekanan darah diastol, lebih banyak di pengaruhi oleh resistensi perifer total(Babba, 2007).

6.1.1Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Intensitas Kebisingan tiap Unit KerjaKenaikan tekanan darah yang dialami pekerja Bandar Udara Sepinggan Balikpapan menggambarkan pekerja yang bekerja pada unit kerja yang melebihi NAB lebih banyak mengalami kenaikan tekanan darah (67%) dibandingkan dengan pekerja yang bekerja pada unit kerja yang tidak melebihi NAB, dimana sebanyak 37,2% mengalami kenaikan tekanan darah sistol, 8,5 % mengalami kenaikan tekanan darah diastol, dan 21,3% mengalami kenaikan tekanan darah sistol dan diastol. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jennie Babba di Semarang (2007), yaitu responden yang terpajan kebisingan >85 dBA sebesar 95.9% responden atau 47 orang yang mengalami peningkatan tekanan darah sistol dan 69.4% responden atau 34 orang yang mengalami peningkatan tekanan darah diastol (Babba, 2007).Sedangkan pada data hasil penelitian untuk responden dengan kebisingan 85 dB, ternyata 46,4% responden mengalami kenaikan tekanan darah setelah bekerja, dimana 28,6% mengalami kenaikan tekanan darah sistol dan 17,8% mengalami tekanan darah sistol dan diastol. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Jennie Babba (2007), pada intensitas kebisingan 85dBA sebanyak 9,1% responden atau 1 orang mengalami peningkatan tekanan darah sistol dan 9,1% responden atau 1 orang mengalami peningkatan tekanan darah diastol (Babba, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas kebisingan di lingkungan kerja Bandar Udara Sepinggan Balikpapan dengan intensitas kebisingan 85 dB, juga bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah sistol maupun diastol. Walaupun pada intensitas kebisingan 85 dB pengaruhnya lebih kecil dibandingkan dengan intensitas kebisingan >85 dB.Kebisingan dapat direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stress, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stress seperti epinephrine (hormon katekolamin yang disekresi olehbagian mendula kelenjar adrenal dan sebuah neurotransmiter yang dilepas oleh neuron-neuron tertentu yang bekerja aktif di sistem susunan saraf pusat), norepineprhrine (salah satu katakolamin alami) dan cortisol (glukokortikoid alami utama yang disintesis dalam zona fasciculata cortex adrenalis, mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak dan memiliki aktivitas mineralokor tikoid yang cukup berarti). Stress akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada denyut jantung, yang mengakibatkan perubahan tekanan darah. Stress yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan berakibat pada hipertensi (Miswar, 2004).

6.1.2Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Usia RespondenKenaikan tekanan darah yang dialami pekerja Bandar Udara Sepinggan Balikpapan terbanyak berada pada kelompok usia 21-25 tahun yaitu dengan presentase 94,7%, dimana seluruh kelompok usia rata-rata mengalami kenaikan tekanan darah sistol. Dari grafik hasil penelitian menggambarkan semakin tinggi usia pekerja, semakin rendah presentase terjadinya kenaikan tekanan darah setelah bekerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eny Hastuti di Semarang (2004) yang menggambarkan terdapat 60% pekerja berusia 8 jam mempunyai risiko kenaikan tekanan darah sistol sebesar 1,179 kali lebih besar dibanding dengan pekerja yang lama kerjanya 8 jam(Hastuti, Setiani, & Nurjazuli, 2005).Menurut Dwi P Sasongko, dkk (2000: 16), pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisik, waktu berlangsung, dan waktu kejadiannya. Semakin lama seseorang terpajan kebisingan, maka semakin besar risiko yang ditimbulkan akibat kebisingan tersebut.

6.1.8Tinjauan Kenaikan Tekanan Darah Berdasarkan Masa Kerja RespondenKenaikan tekanan darah yang dialami pekerja Bandar Udara Sepinggan Balikpapan setelah bekerja terbanyak terdapat pada pekerja yang telah bekerja di Bandara itu selama 1-5 tahun (84,2%). Grafik hasil penelitian menggambarkan semakin lama pekerja tersebut bekerja di Bandara itu, semakin rendah presentase kenaikan tekanan darah yang dialami pekerja. Kenaikan tekanan darah pada kelompok masa kerja 1-5 dan 16-20 tahun, kenaikan tekanan darah terbanyak adalah kenaikan tekanan darah sistol, sedangkan pada kelompok masa kerja 6-10, 11-15, dan 21-25 tahun adalah kenaikan tekanan darah sistol dan diastol. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jennie Babba di Semarang (2007), dimana sebesar 93,3% pekerja yang telah terpajan kebisingan selama 10 tahun, mengalami kenaikan tekanan darah setelah terpajan kebisingan (Babba, 2007). Penelitian oleh Eny Hastuti di Semarang (2004), mendapatkan hasil yaitupekerja yang masa kerjanya >10 tahun mempunyai risiko kenaikan tekanan darah sebesar 1,737 kali lebih besar dibanding dengan pekerja yang masa kerjanya10 tahun(Hastuti, Setiani, & Nurjazuli, 2005).Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa masa tahun kerja karyawan bisa disamakan dengan masa tahun pajanan kebisingan yang diterima karyawan. Pajanan kebisingan yang diterima