KP Zaki Isi

35
PROPOSAL KERJA PRAKTEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan dalam dunia usaha semakin ketat seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini secara langsung menyebabkan dunia kerja menuntut tersedianya tenaga kerja handal yang mampu menguasai pekerjaannya dengan baik, terampil dan profesional. Perguruan tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan bertanggung jawab penuh mempersiapkan calon tenaga kerja yang profesional sebagai tulang punggung perekonomian bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan kerjasama erat dan aktif antara beberapa pihak yaitu perguruan tinggi, mahasiswa, dan perusahaan. Kerja praktek pada suatu pabrik atau perusahaan diperlukan mahasiswa terutama untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah dan membandingkan dengan kenyataan yang terdapat di pabrik agar mahasiswa dapat lebih mengenal dunia kerja nantinya. Sistem instrumentasi dan pengendalian proses merupakan salah satu bidang study teknik kimia yang di terapkan di dalam proses industri. Oleh karena itu praktikan ingin mempelajari sistem instrumentasi dan kontrol pada salah satu unit proses yang ada di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. Dari uraian diatas, kami bermaksud untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan 1

description

proposal kp

Transcript of KP Zaki Isi

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingkat persaingan dalam dunia usaha semakin ketat seiring dengan semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini secara langsung menyebabkan dunia

kerja menuntut tersedianya tenaga kerja handal yang mampu menguasai pekerjaannya dengan

baik, terampil dan profesional. Perguruan tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan bertanggung

jawab penuh mempersiapkan calon tenaga kerja yang profesional sebagai tulang punggung

perekonomian bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan kerjasama erat dan aktif

antara beberapa pihak yaitu perguruan tinggi, mahasiswa, dan perusahaan.

Kerja praktek pada suatu pabrik atau perusahaan diperlukan mahasiswa terutama untuk

menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah dan membandingkan dengan

kenyataan yang terdapat di pabrik agar mahasiswa dapat lebih mengenal dunia kerja nantinya.

Sistem instrumentasi dan pengendalian proses merupakan salah satu bidang study teknik

kimia yang di terapkan di dalam proses industri. Oleh karena itu praktikan ingin mempelajari

sistem instrumentasi dan kontrol pada salah satu unit proses yang ada di PT PERTAMINA

(PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap.

Dari uraian diatas, kami bermaksud untuk melaksanakan kegiatan kerja praktek di PT

PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap yang diharapkan mampu menjadi

sarana pembelajaran, pemahaman dan pengaplikasian disiplin ilmu teknik kimia di dunia

industri.

1.2. Tujuan Kerja Praktek

a. Untuk memenuhi kurikulum yang telah ditetapkan pada program study tingkat Strata

Satu (S-1) Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

b. Menghitung neraca massa dan neraca energi dan mempelajari konfigurasi

pengendalian proses pada Menara Destilasi di PT PERTAMINA RU IV CILACAP.

Namun tidak menutup kemungkinan tugas khusus menyesuaikan dari pembimbing

lapangan

1

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

1.3. Manfaat Kerja Praktek

Bagi Mahasiswa

a. Mengenal cara kerja suatu perusahan atau industri secara umum dengan lebih

mendalam, khususnya peralatan dan proses produksi yang dilakukan.

b. Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang praktek di lapangan.

c. Menambah pengetahuan dan pemahaman keteknikan secara praktis yang diterapkan

pada industri.

d. Memberikan bekal tentang perindustrian, sebelum terjun ke dunia kerja secara nyata.

Bagi Jurusan

a. Terjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan atau industri yang ditempati untuk

kerja praktek.

b. Dapat mengetahui korelasi antara ilmu yang diberikan di bangku kuliah dengan

kondisi nyata di industri.

c. Sebagai bahan evaluasi di bidang akademik untuk perbaikkan kurikulum.

Bagi Perusahaan dan Industri

a. Terjalin kerja sama dengan dunia pendidikan

b. Dapat membantu menyiapkan sumber daya manusia yang potensial untuk perusahaan

atau industri.

c. Tidak tertutup kemungkinan adanya saran dari mahasiswa pelaksanaan kerja praktek

yang bersifat membangun dan menyempurnakan sistem yang telah ada.

2

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap

PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu dari

7 jajaran unit pengolahan di tanah air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000

barrel/hari, dan terlengkap fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34%

kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa, Selain itu kilang ini

merupan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk

kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air. Kilang di PT PERTAMINA (PERSERO)

Unit Pengolahan IV Cilacap terdiri atas:

a) Kilang Minyak I

b) Kilang Minyak II

c) Kilang Paraxylene

Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 barrel/hari.

Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan

dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui

Debottlenecking project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk

memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain mendapatkan

BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil

base) dan aspal. Mengolah minyak dari Timur tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan

dasar pelumas dan aspal, mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis

untuk produksi dimaksud.

Sedangkan Kilang Minyak II ini dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan untuk

pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4

Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal 200.000 barrel/hari.

3

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM ditanah air, sejalan dengan proyek

peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun 1998/1999, kapasitasnya juga ditingkatkan

menjadi 230.000 barrel/hari. Kilang ini mengolah minyak "cocktail" yaitu minyak campuran,

tidak saja dari dalam negeri juga di impor dari luar negeri.

Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beropersi setelah diresmikan oleh

Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia.

Pertimbangan pembangunan Kilang ini didasarkan atas pertimbangan:

a) Tersedianya bahan baku Naptha yang cukup dari Kilang Minyak II Cilacap.

b) Adanya sarana pendukung berupa dermaga tangki dan utilitas.

c) Disamping terbukanya peluang pasar baik didalam maupun luar negeri.

(http://www.pertamina.com/)

2.2. Peralatan Proses

Pada unit peralatan Menara Destilasi biasanya diikuti / didahului oleh beberapa alat

diantaranya Heat Exchanger, Kondensor, Reboiler.

2.2.1. Heat Exchanger

Heat exchanger adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa

berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai

superheated steam dan air biasa dipakai sebagai cooling water. Penukar panas dirancang sebisa

mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.

Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang

memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat luas

dipakai dalam industry seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas

alam, refrigerasi, pembangkit listrik.

4

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Alat penukar panas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

Shell & Tube Heat Exchanger

Sebuah shell & tube heat exchanger adalah kelas penukar panas yang paling

umum dari penukar panas di kilang minyak dan proses kimia besar lainnya. Dua cairan

dengan suhu awal yang berbeda, mengalir melalui penukar panas. Satu mengalir melalui

tabung (sisi tabung) dan arus lain di luar tabung tapi dalam shell (sisi shell). Panas

ditransfer dari satu fluida ke yang lain melalui dinding tabung, baik dari sisi tabung untuk

shell sisi atau sebaliknya. Fluida pada shell dan tube dapat berupa cairan atau gas. Berikut

adalah salah satu contoh skema aliran fluida pada shell & tube heat exchanger berupa

straight-tube heat exchanger dengan satu pass pada sisi tube.

Gambar 1. Straight-tube heat exchanger (one pass tube-side)

Plate Heat Exchanger

Sebuah plate heat exchanger adalah jenis penukar panas yang menggunakan pelat

logam untuk mentransfer panas antara dua cairan . Ini memiliki keuntungan besar

dibandingkan penukar panas konvensional bahwa luas permukaan fluida yang terkena

5

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

jauh lebih luas karena fluida tersebar di plate. Hal ini memudahkan transfer panas, dan

sangat meningkatkan kecepatan perubahan suhu. Berikut adalah salah satu contoh skema

aliran fluida pada plate heat exchanger.

Gambar 2. Plate heat exchanger

2.2.2. Menara Destilasi

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan

perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik

pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Berikut ini adalah skema tipe unit

destilasi dengan arus umpan dan dua arus produk.

6

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 3. Skema tipe unit destilasi dengan arus umpan dan dua arus produk

Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini

kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih

lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Beberapa komponen utama dari alat destilasi adalah sebagai berikut:

Sebuah shell vertikal dimana pemisah komponen cairan dilakukan.

Internal column seperti tray/plate/packing yang digunakan untuk meningkatkan

pemisahan komponen.

Reboiler sebagai penyedia penguapan yang dbutuhkan bagi proses destilasi. Pemanas

untuk boiler harus menghasilkan panas yang stabil.

Kondensor untuk mendinginkan dan mengembunkan uap yang meninggalkan bagian atas

kolom.

Sebuah reflux drum untuk menahan uap terkondensasi dari bagian atas kolom sehingga

cairan dapat di daur ulang ke kolom.

Rumah-rumah shell vertikal, internal column dan bersama-sama dengan kondensor serta

reboiler menyusun suatu kolom destilasi.

7

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

2.2.3. Kondensor

Kondensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi air. Prinsip

kerja Kondensor proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap ke dalam suatu

ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir di luar pipa-pipa (shell side) sedangkan air

sebagai pendingin mengalir di dalam pipa-pipa (tube side). Air pendingin pada kondensor

didapat dari unit utilitas yang sumbernya bisa didapat dari danau, sungai atau laut. Pada menara

destilasi kondensor dipakai untuk menembunkan kembali uap hasil atas menara destilasi agar

dapat diteruskan ke unit proses selanjutnya. Berikut ini adalah skema kondensor secara umum

Gambar 4. Skema kondensor secara umum

2.2.4. Reboiler

Reboiler merupakan alat penukar panas yang bertujuan untuk mendidihkan kembali serta

menguapkan sebagian cairan yang diproses. Biasanya liquid yang diuapkan diletakan dibagian

shell sedangkan pemanas diletakan dibagian pipa atau tube. Media pemanas yang digunakan

antara lain yaitu uap (steam) dan minyak (oil). Alat penukar panas ini biasa digunakan pada

peralatan distilasi. Berikut ini adalah skema reboiler secara umum.

Gambar 5. Skema reboiler secara umum8

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

2.3. Sistem Pengandalian

Alat instrumen yang dipakai dalam sistem pengukuran dan pengendalian secara umum terdiri

dari beberapa elemen yang digabung menjadi satu sistem. Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Primary element (sensor)

2. Secondary element (transmitter)

3. Control element (receiver)

4. Final control element (control valve)

Dalam sistem pengendalian ke empat elemen diatas selalu dipakai, sedangkan pada sistem

pengukuran control element diganti dengan receiver berupa indikator. Sistem pengendalian dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu :

2.3.1. Feedback Control Sistem

Feedback control adalah suatu sistem pengontrolan dimana control action tergantung

pada output process. Tipe sistem kontrol ini mengukur control variable pada output process.

Setiap terjadi perubahan pengukuran pada output process akibat adanya efek dari

disturbances, maka sistem kontrol feedback bereaksi memberikan corrective action untuk

menghilangkan kesalahan (error). Jadi sistem control feedback akan bereaksi setelah efek

dari disturbances dirasakan pada proses keluaran.

(Stephanopoulus, 1984)

Contoh sistem pengendalian Feedback secara umum dapat dilihat pada gambar dibawah.

9

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Algoritma Pengontrolan dari Controller

Controller memutuskan apa yang yang harus dilakukan untuk menjaga CV pada set-

point dengan menyelesaikan persamaan berdasarkan perbedaan antara set-point dan CV;

yang disebut error:

e(t) = r(t) – c(t)

dimana:

e(t) = error, [%TO] ; r(t) = set-point, [%TO] ; c(t) = CV, [%TO]

Proportional Controller (P)

P controller merupakan jenis pengendali sederhana dengan persamaan:

m(t) = m + Kce(t)

dimana: m(t) = output pengendali, [%CO]

Kc = gain pengendali, [%CO/%TO]

m = nilai bias [%CO] saat error = 0

Proportional Integral Controller (PI)

Dikenal juga sebagai proportional-plus-reset-controller, dengan persamaan:

m( t )= m + Kce(t)+ Kc/ τI∫e(t)dt

dimana: τI= integral (reset) time, [menit] biasanya: 0.1≤ τI ≤ 50 menit

Proportional Integral Derivative Controller (PID)

10

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Dalam praktek industri dikenal sebagai proportional-plus-reset-plus-rate-

controller, dengan persamaan:

m( t )= m + Kce(t)+ Kc/ τI∫e(t)dt + KcτD de(t)/dt

dimana: τD = derivative (rate) time, [menit]

3 parameter yang harus diatur dalam PID: Kc atau PB, τI atau τIR, dan τD

2.3.2. Feedforward Control Sistem

Tidak seperti konfigurasi feedback, kontrol feedforward tidak menunggu efek

disturbances dirasakan oleh proses, sebaliknya akan beraksi sebelum disturbances

mempengaruhi sistem untuk mengantisipasi efek yang akan disebabkan olehnya.

(Stephanopoulus, 1984)

Contoh sistem pengendalian Feedforward secara umum dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 7. Sistem Pengendalian Feedforward secara umum

2.4. Alat Ukur

11

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Alat ukur (measuring device) adalah alat yang berada di lapangan (field) untuk mengukur

variable proses seperti flow, pressure, level dan temperature. Pada industri proses output data

dari alat ukur akan ditransmisikan ke ruangan kontrol (control room) untuk diproses lebih lanjut

dalam kaitannya dengan sistem kontrol.

2.4.1. Sensor

Sensor merupakan alat yang sangat sensitif terhadap perubahan besaran fisik yang terjadi

pada suatu proses di industri. Perubahan pada proses tersebut oleh sensor diubah dalam suatu

perubahan sejenis maupun dalam perubahan lain yang memungkinkan secondary element

mengolah data dari sensor tersebut. Data pengukuran ini dapat berupa mekanik (gerakan

mekanik) atau besaran listrik (perubahan nilai kapasitansi suatu kapasitor, perubahan tahanan

listrik) yang nilainya sebanding dengan nilai besaran proses yang diukur.

Contoh beberapa sensor yang digunakan pada proses industri Migas :

2.4.1.1. Pengukuran Flow

1. Differential Pressure Flowmeter

Prinsip operasi Differential Pressure Flowmeter (DP Flowmeter) di dasarkan pada

persamaan Bernoulli yang menguraikan hubungan antara tekanan dan kecepatan pada suatu

aliran fluida. Alat ini memandu aliran ke dalam suatu penghalang aliran (yang mempunyai

lubang dengan diameter yang berbeda dengan diameter pipa), sehingga menyebabkan

perubahan kecepatan aliran (flow velocity) dan tekanan (pressure) antara sisi upstream dan

downstream dari penghalang. Dengan mengukur perubahan tekanan tersebut, maka

kecepatan aliran dapat dihitung. Bentuk Differential Pressure Flowmeter dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

12

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 8. Differential Pressure Flowmeter

2. Rotameter

Prinsip operasi dari rotameter (variable area meter) didasarkan pada pelampung (float)

yang berfungsi sebagai penghalang aliran, pelampung tersebut akan melayang dalam suatu

tabung yang mempunyai luas penampang tidak konstan. Luas penampang tabung berubah

tergantung ketinggiannya (semakin tinggi semakin besar). Posisi pelampung akan

menyatakan harga aliran fluida yang mengenainya. Pada posisi tersebut pada pelampung

akan terjadi keseimbangan gaya, yaitu keseimbangan antara berat pelampung dengan gaya

tarik aliran yang mengenainya dan gaya apung pelampung. Bentuk Rotameter dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

Gambar 9. Rotameter.

2.4.1.2. Pengukuran Pressure

1. U Tube Manometer

13

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Tabung U (U Tube) adalah contoh sederhana instrument pengukuran tekanan yang

menggunakan kolom zat cair. Alat ukur tekana ini terdiri dari air atau air raksa didalam U-

Shaped, dan umumnya digunakan untuk mengukur tekanan gas. Salah satu ujung dari tabung

U dihubungkan ke bidang tekanan yang tidak diketahui dan ujung yang lain dihubungkan

dengan sumber tekanan acuan (umumnya tekanan atmosfer), seperti pada gambar di bawah

ini.

Gambar 10. Manometer tabung U dengan kolom zat cair

2. Diaphragm Pressure Gage

Diaphragm Pressure Gage menggunakan prinsip perubahan bentuk yang elastis (elastic

deformation) dari suatu diaphragm (membrane) untuk mengukur perbedaan suatu tekanan

yang tidak diketahui dengan suatu tekanan acuan.

Bentuk dari diaphragm pressure gage terdiri dari kapsul (capsule) yang dibagi oleh suatu

sekat rongga (diapraghm), seperti ditunjukkan pada gambar dibawah. Satu sisi diaphragm

terbuka bagi tekanan target (eksternal) PExt, dan sisi yang lain dihubungkan dengan tekanan

diketahui (reference pressure), PRef. Beda tekanan, PExt - PRef, secara mekanik

membelokkan diaphragm. Berikut adalah gambar prinsip operasi diaphragm pressure gage

14

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 11. Prinsip operasi Diaphragm Pressure Gage

2.4.1.3. Pengukuran Level

Pengukuran level Displacement Type memiliki prinsip kerja jika sebuah pelampung

diapungkan pada permukaan fluida, maka pelampung akan naik dan turun mengikuti gerakan

dari permukaan fluida yang bersangkutan. Selanjutnya dengan suatu mekanisme, pergerakan

pelampung ini dapat ditranslasikan kedalam alat ukur displacer level berdasarkan prinsip

Archimedes. Berikut adalah gambar Displacement Level Measurement.

Gambar 12. Displacement Level Measurement

Displacement atau buoyancy method pada gambar di atas, adalah metode pengukuran

tinggi permukaan fluida yang paling banyak digunakan sejak beberapa tahun yang lalu.

Metode ini masih tetap popular untuk fluida yang bersih, namun banyak proses yang

mengandung “slurry” yang cenderung mengakibatkan “coat” pada alat ukur jenis tersebut.

Sehingga diperlukan metode lain yang lebih dapat diterima.

15

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Hampir semua jenis peralatan D/P dapat digunakan untuk mengukur level jika peralatan

tersebut tersedia dalam range yang diperlukan untul level yang dimaksud. Pada umumnya

range D/P untuk level adalah sekitar (10 ~ 150) inches H20.

2.4.1.4. Pengukuran Temperature

1. Thermocouple

Pada tahun 1821 ahli fisika Germany, Estonian Thomas Johann Seebeck menemukan

bahwa suatu konduktor apapun (misalnya metal) akan menghasilkan suatu tegangan (voltage)

ketika diberikan gradien thermal. Peristiwa ini dikenal sebagai efek Seebeck atau efek

termoelektrik. Thermocouple adalah suatu sensor temperatur termoelektris yang terdiri dari

dua kawat logam yang berlainan (misalnya chromel dan constantan) dengan

penggabungannnya pada probe tip (measurement junction) dan reference junction

(temperature yang diketahui).

Perbedaan temperatur antara probe tip dan reference junction dideteksi dengan mengukur

perubahan tegangan voltage (electromotive force, EMF) pada reference junction. Pembacaan

absolute temperature kemudian bisa diperoleh dengan kombinasi informasi dari temperatur

acuan yang diketahui dengan perbedaan temperature antara probe tip dengan reference.

16

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Gambar 13. Thermocouple

2.4.2. Transmitter

Secondary element ini berfungsi mengolah perubahan fisik yang dihasilkan oleh sensor

menjadi suatu penunjukkan (indicator) atau tenjadi suatu sinyal standar untuk ditransmisikan ke

Receiver (Indicator dan Recorder) maupun control element (Controller).

• Signal Pneumatik 3-15 psi; 0,2-1,0 kg/cm2

• Signal Elektrik 4-20 mA DC; 1-5 VDC

Secondary element secara umum disebut Transmitter, yaitu suatu alat yang mengubah

besaran fisik dari sensor menjadi signal standart untuk dikirim ke alat lainnya.

2.4.3. Control Element dan receiver

Control element atau sering disebut kontroler yaitu alat yang berfungsi melakukan

pengaturan dengan jalan membandingkan besaran proses terhadap nilai yang dikehendaki.

Apabila antara besaran proses dan set point terjadi ketidaksamaan maka kontroler akan

melakukan koreksi dengan jalan memerintahkan final control element untuk mengatur besaran

proses, sampai controler menyatakan set point.

17

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Receiver adalah alat yang menerima signal standar dari transmitter untuk dipakai sebagai

alat ukur.

a. Indikator : menunjukan hasil pengukuran besaran proses dalam waktu tertentu.

b. Sistem alarm : memberikan peringatan (dalam bentuk suara atau cahaya lampu) apabila

suatu besaran proses menyimpang pada tahap yang membahayakan.

c. Sistem safeguard & shutdown : menghentikan suatu proses apabila proses tersebut sudah

tidak terkendali dan pada tahap yang membahayakan.

2.5 Final Control Element

Final Element (Control Valve) ini merupakan Alat terakhir dari suatu pengaturan yang

secara langsung mengontrol besaran proses agar berada pada nilai yang dikehendaki sesuai

dengan perintah dari controller. Final element dalam suatu pengaturan adalah control valve yang

berfungsi untuk mewujudkan sinyal keluaran controller menjadi suatu aksi yang dapat

mengembalikan kondisi proses ke harga yang dikehendaki. Aksi control valve ada tiga macam

yaitu:

Air to Open (ATO) : Failure Close (FC) Adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal

kendali sebanding dengan besarnya bukaan valve, dan berbanding terbalik dengan

tutupan valve. Sehingga saat udara tekan kecil, bukaan juga kecil, saat udara tekan besar,

bukaan juga besar. Ditandai dengan cat warna merah. Air to open valve sangat bergantung

kepada udara tekan yang diperoleh dari unit utilitas. Jika terjadi kegagalan dalam

memasok udara tekan dari unit utilitas maka fail close valve akan secara otomatis

menutup valve nya karena dianggap kondisi tersebut adalah yang paling aman. Aksi air to

open diperlihatkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Air to Open.

Air to Close (ATC): Failure Open (FO) adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal

kendali berbanding terbalik dengan besarnya bukaan valve, dan sebanding dengan

18

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

tutupan valve. Sehingga saat sinyal kecil bukaan besar, saat sinyal besar, bukaan justru

kecil. Ditandai dengan cat warna hijau. Air to close valve sangat bergantung kepada udara

tekan yang diperoleh dari unit utilitas. Jika terjadi kegagalan dalam memasok udara tekan

dari unit utilitas maka fail open valve akan secara otomatis membuka valve nya karena

dianggap kondisi tersebut adalah yang paling aman Aksi air to close diperlihatkan pada

Gambar 15.

Gambar 15. Air to Close.

(Mukhaitir, 2011)

Speed pump: Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan

cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara

menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung secara terus

menerus. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian

masuk (suction) dengan bagian keluar (discharge). Dengan kata lain, pompa berfungsi

mengubah tenaga mekanis dari suatu sumber tenaga (penggerak) menjadi tenaga kinetis

(kecepatan), dimana tenaga ini berguna untuk mengalirkan cairan dan mengatasi

hambatan yang ada sepanjang pengaliran.

Aksi-Aksi Pengendali (action of controllers)

Aksi pengendali ada dua macam yaitu :

1) Reverse acting merupakan aksi controller apabila terjadi kenaikan CV, maka akan

menyebabkan penurunan MV atau sebaliknya.

2) Direct acting merupakan aksi controller apabila terjadi kenaikan CV, maka

menyebabkan kenaikan MV.

(BPST, 2007)

19

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1. Peserta

Peserta kerja praktek adalah mahasiswa Program studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Program S-1, sebagai

berikut:

1. Ahmad Zaki Hilmi (121120032)

20

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

3.2. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV

Cilacap. yang kami ajukan adalah bulan Maret-April 2016 dengan periode waktu yang

diperlukan untuk pelaksanaan kerja praktek ini adalah selama satu bulan.

3.3. Kegiatan Kerja Praktek

Rencana kegiatan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap.

yang kami ajukan adalah sebagai berikut :

No KegiatanHari ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 A

2 B

3 C

4 D

5 E

No KegiatanHari ke

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 A

2 B

3 C

4 D

5 E

Keterangan :

A. Orientasi dan pengenalan lapangan secara umum

B. Pengambilan data PFD dan penjelasannya yang terdapat pada Menara Destilasi

C. Pengambilan data kondisi operasi Menara Destilasi pada arus input dan output

(Suhu, Tekanan, Flowrate, dsb)

D. Instrumentasi dan Pengendalian Proses pada Menara Destilasi

E. Pengerjaan laporan

21

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Kegiatan diatas dapat berubah sesuai dengan waktu dan kepentingan PT PERTAMINA

(PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Data Primer

Survei

Yaitu menanyakan secara langsung kepada pembimbing dari PT

PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. di lapangan pada saat

pelaksanaan kerja praktek.

Observasi

Yaitu pengamatan langsung mengenai obyek yang diperlukan seperti : laju alir

massa in dan out, kondisi operasi (P,T), konfigurasi kendali (sensor, controller,

valve)

2. Data Sekunder

Dengan metode pustaka yaitu melalui literatur-literatur dan data-data atau

informasi yang dibuat serta hanya tercatat dan terdapat di perpustakaan PT

PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. maupun literatur dari

perpustakaan lain yang relevan.

3.4 Laporan Kerja Praktek

Hasil kerja praktek diwujudkan dalam bentuk laporan kerja praktek oleh masing-masing

mahasiswa yang melakukan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV

Cilacap. Laporan kerja praktek akan disahkan oleh Dosen Pembimbing Kerja Praktek dan

diketahui oleh Pembimbing Kerja Praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV

Cilacap. Selanjutnya laporan resmi kerja praktek ini tidak untuk dipublikasikan, hanya

diperuntukkan Jurusan Teknik Kimia namun pihak PT PERTAMINA (PERSERO) Unit

Pengolahan IV Cilacap. tetap berhak menerima laporan resmi dari mahasiswa peserta kerja

praktek.

22

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

BAB IV

PENUTUP

Demikianlah proposal kegiatan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit

Pengolahan IV Cilacap. ini kami susun untuk memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan oleh pihak perusahaan. Semoga proposal kegiatan kerja praktek ini dapat

menjadi salah satu pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dan segenap karyawan PT

PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. dalam menerima kami selaku

23

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

mahasiswa sarjana Strata-1 (S-1) Prodi Teknik kimia yang akan melaksanakan kerja

praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap.

Atas perhatian dan kesediaan pimpinan perusahaan dan segenap karyawan PT

PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. yang telah memberikan

kesempatan bagi kami untuk melaksanakan kerja praktek, maka kami mengucapkan

terima kasih.

DAFTAR PUSTAKAStephanopoulos, G., 1984, Chemical Process Controll: An Introduction to Theory and Practice,

PTR. Prentice-Hall, Inc., A Simon and Shuster Company, New Jersey.

Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST)., 2007, Dasar Instrumentasi dan Proses Kontrol, edisi

1, Direktorat Pengolahan Angkatan XVIII, Balongan.

24

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Mukhaitir, Ahmad Shafi, Analisa Sistem Kontrol Pada Vessel 11V2 di FOC I PT PERTAMINA

(PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP, Diponegoro, 2011.

https://id.wikipedia.org/wiki/Penukar_panas (Diakses tanggal 27 Juni 2015)

https://en.wikipedia.org/wiki/Shell_and_tube_heat_exchanger (Diakses tanggal 27 Juni 2015)

https://en.wikipedia.org/wiki/Plate_heat_exchanger (Diakses tanggal 27 Juni 2015)

http://www.academia.edu/5649186/Makalah-destilasi (Diakses tanggal 27 Juni 2015)

http://mechanic-mechanicalengineering.blogspot.com/2011/03/pompa-pump.html (Diakses

tanggal 27 Juni 2015)

25