Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada...

45
2 - 1 2.1. Wilayah Administrasi 2.1.1. Letak Geografis Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada posisi 00 50′ sampai dengan 00 59′ Lintang Utara dan 1040 23′ sampai 1040 34′ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Tanjungpinang adalah 258,82 km2 yang terdiri dari 150,86 km2 luas daratan dan 107,96 km2 luas lautan dengan keadaan geologis sebagian berbukit-bukit dan lembah yang landai sampai ke tepi laut dan beberapa pulau seperti Pulau Dompak, Pulau Penyengat, Pulau Terkulai, Pulau Los, Pulau Basing, Pulau Sekatap dan Pulau Bayan. Kondisi geografis Kota Tanjungpinang sangat strategis yaitu berbatasan langsung dengan Kota Batam sebagai kawasan perdagangan bebas (FTZ), dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, juga terletak pada posisi silang perdagangan dan pelayaran dunia, antara timur dan barat, antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Kondisi geografis wilayah yang sangat strategis jika dimanfaatkan dengan baik akan menjadi potensi geografis yang sangat menguntungkan dan merupkan aset berharga yang turut berperan terhadap pertumbuhan perdagangan regional dan nasional.

Transcript of Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada...

Page 1: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 1

2.1. Wilayah Administrasi

2.1.1. Letak Geografis

Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada posisi 00 50′

sampai dengan 00 59′ Lintang Utara dan 1040 23′ sampai 1040 34′ Bujur

Timur. Luas wilayah Kota Tanjungpinang adalah 258,82 km2 yang terdiri

dari 150,86 km2 luas daratan dan 107,96 km2 luas lautan dengan

keadaan geologis sebagian berbukit-bukit dan lembah yang landai sampai

ke tepi laut dan beberapa pulau seperti Pulau Dompak, Pulau Penyengat,

Pulau Terkulai, Pulau Los, Pulau Basing, Pulau Sekatap dan Pulau

Bayan.

Kondisi geografis Kota Tanjungpinang sangat strategis yaitu berbatasan

langsung dengan Kota Batam sebagai kawasan perdagangan bebas

(FTZ), dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, juga

terletak pada posisi silang perdagangan dan pelayaran dunia, antara timur

dan barat, antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Kondisi

geografis wilayah yang sangat strategis jika dimanfaatkan dengan baik

akan menjadi potensi geografis yang sangat menguntungkan dan

merupkan aset berharga yang turut berperan terhadap pertumbuhan

perdagangan regional dan nasional.

Page 2: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 2

Kota Tanjungpinang dapat dijangkau dengan pesawat udara dari kota-

kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara Internasional Hang

Nadim Batam dan dilanjutkan dengan kapal Ferry menuju ke Pulau

Bintan, atau melalui Bandara Raja Haji Fisabilillah. Dari Singapura dan

Johor menuju Kota Tanjungpinang dapat ditempuh dengan waktu 2 jam

menggunakan kapal ferry ke pelabuhan Sri Bintan Pura.

2.1.2. Batas Administrasi

Kota Tanjungpinang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bintan,

yaitu sebagai berikut:

Sebelah Utara :Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan;

Sebelah Selatan :Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan

Sebelah Barat :Kelurahan Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan,

Kabupaten Bintan

Sebelah Timur :Kec. Bintan Timur dan Kec. Toa Paya,Kabupaten

Bintan

Kota Tanjungpinang terbentuk berdasarkan PP No. 5 Tahun 2001 sebagai

daerah otonom kota. Sebelumnya Kota Tanjungpinang memiliki status

sebagai Kota Administratif Tanjungpinang dalam wilayah Kabupaten

Kepulauan Riau. Melalui pembentukan Kota Tanjungpinang sebagai salah

satu daerah otonom di Indonesia, maka statusnya sebagai kota

administratif dihapus. Secara administratif di wilayah Kota Tanjungpinang

terdiri dari 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat

yang memiliki 4 (empat) Kelurahan, Tanjungpinang Timur yang memiliki 5

(lima) Kelurahan, Tanjungpinang Kota yang memiliki 4 (empat) Keluraha

dan Kecamatan Bukit Bestari yang memiliki 5 (lima) Kelurahan dengan

satu pulau yang ditetapkan sebagai kawasan perkantoran pemerintah

provinsi Kepulauan Riau yaitu Pulau Dompak. Untuk lebih jelas wilayah

administrasi Kota Tanjungpinang seperti disajikan Tabel 2.1 dan Gambar

2.1 dibawah ini.

Page 3: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 3

Tabel 2.1 : Luas Wilayah Administrasi Kota Tanjungpinang Tahun

2015

No Nama Kecamatan dan Kelurahan Luas Wilayah (Ha)

1

Kecamatan Tanjungpinang Barat terdiri dari:

1. Kelurahan Tanjungpinang Barat

2. Kelurahan Kemboja

3. Kelurahan Kampung Baru

4. Kelurahan Bukit Cermin

549

191

100

184

75

2

Kecamatan Tanjungpinang Timur terdiri dari:

1. Kelurahan Melayu Kota Piring

2. Kelurahan Kampung Bulang

3. Kelurahan Air Raja

4. Kelurahan Batu Sembilan

5. Kelurahan Pinang Kencana

6.094

421

262

1.933

1.904

1.547

3

Kecamatan Tanjungpinang Kota terdiri dari:

1. Kelurahan Tanjungpinang Kota

2. Kelurahan Kampung Bugis

3. Kelurahan Senggarang

4. Kelurahan Penyengat

3.670

94

1.967

1.439

171

4

Kecamatan Bukit Bestari terdiri dari:

1. Kelurahan Tanjungpinang Timur

2. Kelurahan Dompak

3. Kelurahan Tanjungayun Sakti

4. Kelurahan Sei Jang

5. Kelurahan Tanjung Unggat

4.650

233

3.747

201

432

128

Total Luas Wilayah Kota Tanjungpinang 15.086

Sumber : Kota Tanjungpinang Dalam AngkaTahun 2015

Page 4: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 4

Page 5: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 5

2.2. Potensi Wilayah Kota Tanjungpinang

2.2.1. Potensi Fisik

A. Potensi Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011, permukiman didefinisikan sebagai

bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan

perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta

mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau

perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari

pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan

perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari

pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas

permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan

perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan,

kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

Berbagai isu strategis di sektor pengembangan permukiman yang ada di

Provinsi Kepulauan Riau diantaranya adalah:

Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta

mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Percepatan pencapaian target MDGS 2020 yaitu penurunan proporsi

rumah tangga kumuh perkotaan.

Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi tehadap proporsi penduduk

perkotaan dan bertambahnya kawasan kumuh.

Belum optimalnya pemanfaatan infrastruktur permukiman yang sudah

dibangun.

Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman.

Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung

pembangunan permukiman ditopang oleh belum optimalnya kapasitas

kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat

organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal

di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Page 6: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 6

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungpinang, kondisi

kawasan yang potensial untuk pengembangan wilayah terbangun sebesar

126,45 km² atau sekitar 96,13% dari total luas daratan. Kawasan kendala

hanya mencakup wilayah seluas 5,09 km²atau sekitar 3,87%. Sedangkan

untuk kawasan limitasi dari sisi kelas lereng, di Kota Tanjungpinang

hampir tidak ditemui karena tidak ada ketinggian lereng di atas 40%.

Kalaupun ada kawasan limitasi hanyalah berupa hutan lindung Bukit

Kucing dan Sungai Pulai.

Kriteria kawasan yang berpotensi, kawasan kendala dan kawasan limitasi

adalah sebagai berikut:

Kawasan Potensi adalah kawasan yang sesuai dan cocok untuk

dikembangkan untuk berbagai kegiatan, dengan kisaran lereng 0-15%.

Kawasan Kendala adalah kawasan yang sesuai dan cocok untuk

pengembangan kegiatan-kegiatan tertentu (seperti rekreasi umum dan

bangunan terhitung) yang dapat dikembangkan dengan bantuan

teknologi atau persyaratan-persyaratan teknis, dengan kisaran

lerengnya 15-40%.

Kawasan Limitasi adalah kawasan yang tidak berpotensi untuk

pengembangan kegiatan budidaya, dengan kisaran lerengnya > 40%

Berdasarakan kriteria yang telah disebutkan diatas wilayah Kota

Tanjungpinang sangat berpotensi untuk pengembangan kawasan

permukiman. Permukiman di Kota Tanjungpinang cukup beragam

karakteristiknya,yaitu terdiri dari permukiman tepi laut, permukiman

perdesaan serta permukiaman perkotaan. Permukiman tepi laut tersebar

hampir semua wilayah kecamatan yang ada di Kota Tanjungpinang. Hal

ini sesuai dengan arah perkembangan kota yang telah ditetapkan dalam

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Arah perkembangan Kota

Tanjungpinang yang sebelumnya merupakan kota tradisional dengan

aktivitas utama ialah di sektor kelautan menjadi sebuah kota modern

dengan aktivitas utama di sektor perdagangan dan jasa, adapun isu

strategis pengembangan permukiman di wilayah Kota Tanjungpinang,

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 7: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 7

Tabel 2.2. : Isu Strategis Pengembangan Permukiman Kota

Tanjungpinang

No. Isu Strategis Keterangan

1

Pembangunan perumahan khususnya untuk

masyarakat berpendapatan menengah ke

bawah, dipelopori oleh Perum Perumnas

sebagai developer milik pemerintah dengan

melakukan pembangunan perumahan

beberapa daerah termasuk di Kota

Tanjungpinang

Kawasan ini adalah kawasan

permukiman yang terlanjur

berkembang dimana isu

lingkungan yang merupakan

pertimbangan utama,

2 Munculnya permukiman baru di sekitar

Kecamatan Tanjungpinang Timur

Permukiman baru tumbuh dan

berkembang seiring dengan

pertumbuhan ekonomi dan

penduduk di Kota

Tanjungpinang

3 Sarana dan Prasarana permukiman yang

masih belum tersebar secara merata

Sarana dan prasaarana

permukiman terutama di

kawasan padat dan kumuh

masih kurang memadai

3 Kawasan permukiman padat dan kumuh

tersebar di beberapa lokasi Kota Tanjungpinang

Kawasan permukiman kumuh

tersebar di Kelurahan Tanjung

Unggat, Senggarang, Tanjung

Ayun Sakti dan lainnya

Tipologi permukiman yang ada di Kota Tanjungpinang meliputi

permukiman padat tepi laut dan permukiman perkotaan, berikut ini adalah

penjelasan masing-masing tipologi permukiman yang ada di Kota

Tanjungpinang.

1. Permukiman Padat Tepi Laut

Yang termasuk permukiman padat tepi laut di Kota Tanjungpinang

tersebar di beberapa lokasi antara lain Tanjung Unggat, Lembah

Purnama, Pantai Impian, Pelantar Sulawesi, Kp. Bugis. Berikut ini

gambaran permukiman padat tepi laut :

Page 8: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 8

Gambar 2.2. : Permukiman Padat Tepi Laut

2. Permukiman Perkotaan

Permukiman padat perkotaan di Kota Tanjungpinang tersebar di kawasan

yang merupakan kota lama dari Tanjungpinang, yaitu diantaranya

Kelurahan Kemboja dan Kelurahan Senggarang Untuk lebih jelasnya

mengenai Visualisasi Tipologi Permukiman Padat Perkotaan dapat dilihat

pada Gambar berikut :

Gambar 2.3 : Kawasan Permukiman Perkotaan

Gambar 2.4. : Kawasan Kumuh Kampung Bugis

Page 9: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 9

Sementara itu untuk lokasi permukiman kumuh di Kota Tanjungpinang

tersebar di Kelurahan Tanjung unggat, Tanjung Ayun Sakti, Kampung

Baru, Tanjungpinang Timur, Kemboja, Senggarang dan Kampung Bugis.

Gambar 2.4 diatas merupakan kawasan kumuh yang berada di Kelurahan

Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota merupakan salah satu

kawasan permukiman padat penduduk dengan kondisi perumahan yang

kumuh, luas kawasan yang teridentifikasi kumuh berdasarkan SK Walikota

Tanjungpinang yaitu 18,9 Ha. Kondisi lingkungan permukiman tidak

tertata, bangunan padat, sarana dan prasarana tidak memadai serta

sanitasi masyarakat yang berda dibawa standar kesehatan. Kondisi

permukiman tersebut menimulkan berbagai macam persoalan baik

persoalan sosial masyarakat maupun masalah kesehatan, permasalahan

yang sering ditemukan di wilayah tersebut adalah permasalahn

kesehatan, dengan kondisi lingkungan yang sudah tercemar oleh limbah

domestik maupun limbah rumah tangga sehingga banyak timbul penyakit

kulit dan penyakit menular lainnya.

Kelurahan Tanjung Unggat terletak di kecamatan Bukit Bestari merupakan

kawasan permukiman padat dan kumuh, luas kawasan yang teridentifikasi

kumuh yaitu 31,6 Ha kondisi lingkungan permukiman tidak tertata,

bangunan padat, sarana dan prasarana tidak memadai.

Gambar 2.5. : Kawasan Kumuh Tanjung Unggat

B. Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang,

terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun

di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya

Page 10: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 10

Lingkup Kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik

sehingga terjadi peningkatan kualitaas permukiman dan lingkungan

meliputi :

1) Kegiatan penataan lingkungan permukiman

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Pembangunan Prasarana dan sarana peningkatan lingkungan

permukiman kumuh dan nelayan

Pembangungan prasarana dan sarana penataan lingkungan

permukiman tradisional

2) Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan

dan lingkungan

Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung

arsitektur

Pelatihan teknis

3) Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan

Paket Replikasi

Untuk dapat merumuskan isu strategis bidang PBL maka dapat dilihat dari

agenda internasional yang mempengaruhi sektor PBL untuk agenda

Nasional, salah satunya adalah program PNPM Mandiri, yaitu Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka

kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) bidang pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untk

sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam

pengurusan IMB di Kabupaten / Kota dan tersedianya pedoman Harga

Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/Kota.

Page 11: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 11

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapain MDG‟s

2015 khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup,

Target MDGs yang terkait bidang cipta karya adalah target 7c, yaitu

menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap

air minum layak dan sanitasi layak pada 2015 serta target 7D, yaitu

mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin

di permukiman kumuh pada tahun 2020. Agenda Habitat juga merupakan

salah satu agenda internasional yang juga mempengaruhi isu strategis

sektor PBL. Konferensi Habitat 1 yang diselenggarakan di Vancouver,

Canada pada 31 Mei- 11 Juni 1976 sebagai dasar terbentuknya UN

Habitat pada tahun 1978 yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi

permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan

perkotaan, Konferensi habitat II yang dilaksanakan di Istanbl Turki, pada

3–1 Juni 1996 dengan dua tema pokok yaitu “Adequate Shelter For All”

dan „Suistainable Human Settlements Development in an Urbanizing

word” sebagau keraangka dalam penyediaan perumahan dan

permukiman yang layak bagi masyarakat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat Provinsi

Kepulauan Riau untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai

berikut :

1. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan

c. Pemenuhan Kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau

(RTH) di perkotaan

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan

bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh

kembangnya ekonomi lokal

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenurahan

standar pelayanan minimal

f. Perlibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam

penataan bangunan dan lingkungan

Page 12: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 12

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangungan gedung

(Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan dan kemudahan)

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda

bangunan gedung di kab/kota

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional

tertib andal dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan

rumah negara

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung

dan rumah negara

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk

sharing in-cash sesuai MoU Paket.

b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah

dalam penanggulangan kemiskinan.

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi antara lain :

1. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana dan sistem proteksi

kebakaran

b. Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa

RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam

penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan

permukiman

c. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan

ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta Heritage

d. Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan

permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi

anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam

rangka pemenuhan SPM

Page 13: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 13

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi

efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah

Negara

b. Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan

besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia

c. Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan

pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,

kesehatan, kenyamanan dan kemudahan )

d. Kurang ditegakannya aturan keselamatan, keamanan dan

kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah

rawan bencana

e. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang yang tidak

berfungsi dan kurang mendapat perhatian

f. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di

daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan

g. Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi

persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

h. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang

tertib dan efisien

i. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan

baik

3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau

a. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana dan lingkungan

Hijau/terbuka, sarana olahraga

4. Kapasitas Kelembagaan Daerah

a. Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam

pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk

pengawasan

b. Masih adanya tuntunan reformasi peraturan perundang-undangan

dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi

c. Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan di

daerah dalam penyediaan perangkat pengaturan

Page 14: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 14

C. Sistem Penyediaan Air Minum

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,

melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi,

memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik

penyediaan air minum.

Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara

(BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha

swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan

penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku,

penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan

SPAM.

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya

Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu

ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam

lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal

Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum;

2. Pengembangan Pendanaan;

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;

5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;

6. Rencana Pengamanan Air Minum;

7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan

8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah

Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Dalam pengembangan SPAM di Tingkat daerah lebih khususnya di

Provinsi Kepulauan Riau terdapat beberapa isu strategis yang mengacu

kepada Dokumen Rencana Sistem Penyediaan Air Minum di Provinsi

Kepulauan Riau antara lain yaitu:

Page 15: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 15

1. Berkurangnya pemakaian air tanah dan terpeliharanya sumber daya air

tanah dan air permukaan sebagai air baku.

2. Terlaksananya distribusi air minum untuk seluruh lapisan masyarakat

baik di perkotaan maupun di pedesaan serta pulau - pulau kecil yang

memiliki keterbatasan sumberdaya air baku untuk air minum

3. Terlaksananya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air yang

dapat mendukung kebutuhan penduduk serta aktivitas kawasan

perencanaan dengan melihat kecenderungan dan kendala faktor

ketersediaan produksi air dan kecenderungan peningkatan aktivitas dan

penduduk dan penyediaan air minum untuk masyarakat dengan

kualitas yang baik serta kuantitas yang mencukupi secara

berkesinambungan.

4. Terlaksananya konservasi air tanah untuk pengendalian muka tanah,

muka air tanah dan kerusakan struktur tanah.

5. Tersedianya air minum yang memenuhi standar yang ditetapkan, baik

secara kualitas maupun kuantitas kepada seluruh penduduk.

6. Tercapainya target pelayanan air minum sebesar 75% pada akhir tahun

perencanaan.

7. Terjaganya konservasi hutan dalam rangka menjaga ketersediaan air

baku dari sumber sumber air yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

2.2.2. Potensi Sumberdaya Alam

Potensi sumberdaya alam yang terdapat di wilayah perencanaan meliputi

potensi pertambangan, bahan galian, potensi air tanah serta potensi

kelautan. Kota Tanjungpinang memiliki potensi sumberdaya alam berupa

bahan galian adalah bauksit dan bahan galian golongan C, yang terdapat

di Kelurahan Dompak, Batu IX dan Senggarang. Potensi bahan galian

tersebut sangat terbatas dan menimbulkan berbagai dampak yang negatif

terhadap lingkungan. Sedangkan untuk potensi sumber air tanah tersebar

hampir di seluruh wilayah Kota Tanjungpinang, hal tersebut terlihat dari

banyaknya masyarakat yang memiliki sumur untuk sumber air bersihnya.

Secara geografis dan administrasi Kota Tanjungpinang merupakan

wilayah yang sebagai besar dikelilingi oleh lautan, maka pemanfaatan

Page 16: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 16

potensi kelautan seperti perikanan tangkap, budidaya ikan, pengolahan

hasil tangkapan serta berbagi industri kerajinan yang memanfaatkan

komoditi lautan. Potensi kelautan juga merupakan komoditi penentu selain

sebagai mata pencahrian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari, juga dengan memeanfaatkan komoditi lautan dapat meningkatkan

perekonomian sekaligus pendapat masyarakat. Berbagai jenis komoditi

ikan laut yang terdapat di Kota Tanjungpinang termasuk komoditi

pengolahan hasil tangkapan.

Wilayah penyebaran potensi kelautan ini menyebar di seluruh wilayah

perairan Kota Tanjungpinang. Secara lebih jelas mengenai peta potensi

sumberdaya alam di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada Gambar 2.3

2.2.3. Potensi Bencana Alam

Bila dilihat secara keseluruhan wilayah Kota Tanjungpinang dapat

dianggap tidak mempunyai potensi bencana alam seperti imbasan gempa

dan tsunami (berdasarkan peta rawan gempa dan tsunami Indonesia). Hal

ini di sebabkan karena Kota Tanjungpinang relatif jauh dari subduksi

pasifik di sepanjang pantai Barat Sumatera, sehingga kemampuan

standar yang selama ini dilaksanakan di Kota Tanjungpinang masih dapat

dikembangkan. Wilayah rawan kebencanaan yang paling mungkin terjadi

di Kota Tanjungpinang adalah genangan/banjir, erosi, dan longsor tanah

di bagian hulu. Hal ini bukan disebabkan oleh kondisi geologi wilayah

yang tidak stabil, melainkan lebih dikarenakan oleh perilaku kegiatan

budidaya manusia yang berlebih-lebihan dan kurang memperhatikan

pentingnya kelestarian lingkungan.

Potensi genangan/banjir di Kota Tanjungpinang lebih disebabkan oleh

kondisi drainase yang kurang baik. Sistem drainase Kota Tanjungpinang

menggunakan sistem drainase terbuka dan sistem drainase

tertutup,sistem drainase tertuup mempunyai potensi genangan/banjir lebih

besar jika tidak diperhatikan karena lebih mudah tersumbat oleh sampah

dll, sedangkan sistem drainase terbuka potensi genangan/banjir karena

ketidakmampuan drainase tersebut untuk menampung kuantitas air yang

cukup banyak sehingga meluap dan menyebabkan genangan/banjir.

Page 17: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 17

Potensi genangan/banjir ini dapat dilihat apabila terjadi hujan yang cukup

lebat hingga lebat. Potensi erosi juga merupakan bencana alam yang

sering terjadi di Kota Tanjungpinang sehingga menyebabkan berbagai

masalah seperti longsor dll. Bencana alam seperti longsor sangat

dipengaruhi oleh kondisi alam yang tidak menentu dan kondisi geologi

wilayah yang tidak stabil. Secara lebih jelas mengenai wilayah potensi

bencana alam di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada Gambar 2.4

2.2.4. Potensi Pariwisata

Pengembangan potensi /wisata dalam suatu daerah dapat meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD) dengan pengelolaan yang menerapkan

konsep ekoturisme. Pendapatan Asli Daerah yang merupakan gambaran

potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak

daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah

dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya

alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor

pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam

pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan pendapatan

asli daerah. Untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait

antara barang berupa obyek wisata sendiri yang dapat dijual dengan

sarana dan prasarana yang mendukungnya yang terkait dalam industri

pariwisata. Usaha mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus

memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan

suatu daerah tujuan wisata. Objek wisata yang ada di Kota

Tanjungpinang, diantaranya merupakan wisata sejarah dan agama, hal ini

dikarenakan Kota Tanjungpinang berdasarkan sejarah merupakan pusat

Kerajaan Riau-Lingga. Penyengat Kecamatan Tanjungpinang Kota.

Peninggalan sejarah yang masih ada diantaranya yaitu Gedung lstana,

Kantor Gedung Tengku Bilik, Mesjid Penyengat, Makam Engku Putri dan

Makam Raja Haji. Keberadaan peninggalan bersejarah itu perlu dijaga

kelestariannya agar tidak mengalami penurunan nilai sejarahnya karena

merupakan daya tarik utama untuk menarik minat wisatawan lokal,

nasional maupun mancanegara untuk datang ke Kota Tanjungpinang.

Page 18: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 18

Page 19: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 19

Page 20: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 20

Page 21: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 21

Penyengat Kecamatan Tanjungpinang Kota. Peninggalan sejarah yang

masih ada diantaranya yaitu Gedung lstana, Kantor Gedung Tengku Bilik,

Mesjid Penyengat, Makam Engku Putri dan Makam Raja Haji. Keberadaan

peninggalan bersejarah itu perlu dijaga kelestariannya agar tidak

mengalami penurunan nilai sejarahnya karena merupakan daya tarik

utama untuk menarik minat wisatawan lokal, nasional maupun

mancanegara untuk datang ke Kota Tanjungpinang. Selain di Kelurahan

Penyengat, wisata agama lainnya ada di Kelurahan Senggarang, obyek

wisata yang terdapat di wilayah Kelurahan Senggarang meliputi; klenteng

yang menjadi tempat yang wajib dikunjungi oleh masyarakat Kong hu cu

baik dari Kota Tanjungpinang maupun umat Kong hu cu dari luar negeri

seperti dari Singapura dan Malaysia.

Keberadaan kawasan wisata sangat berpengaruh pada kondisi atau

keadaan masyarakat sekitar tempat tersebut. Menurut Alikodra (1994),

kegiatan wisata dapat meningkatkan perekonomian sektor informal, begitu

juga dengan perekonomian masyarakat sekitar kawasan wisata. Kegiatan

rekreasi selain berdampak baik untuk wisatawan juga akan berdampak

bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata. Biasanya masyarakat akan

memanfaatkan kegiatan wisata tersebut untuk mencari nafkah. Berbagai

profesi dapat dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan wisata seperti

berdagang, bertani dan beternak (Rachmawati, 2005).

Berdasarkan data BPS Tahun 2015 jumlah wisatawan yang datang ke

Tanjungpinang masih didominasi oleh wisatawan dari Singapura dengan

71,39% dan Malaysia sebanyak 13,71%. Selain itu, wisatawan dari eropa

juga datang ke Tanjungpinang, seperti dari Negara Inggris, Perancis, dan

juga dari Amerika Serikat. Pada tahun 2013, jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Kota Tanjungpinang mengalami penurunan sebesar 1,48%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 : Jumlah Wisatawan Berdasarkan Kewarganegaraan yang

Datang Kota Tanjungpinang

No Kewarganegaraan Jumlah Presentase

1 Singapura 70.049 71,39

2 Malaysia 13.452 13,71

3 Jepang 256 0,26

Page 22: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 22

No Kewarganegaraan Jumlah Presentase

4 Korea Selatan 234 0,24

5 Jerman 526 0,54

6 Tiongkok 3.247 3,31

7 India 2.168 2,21

8 Philipina 1.761 1,79

9 Prancis 485 0,49

10 Inggris 1.060 1,08

11 Australia 647 0,66

12 Amerika Serikat 490 0,50

13 Lainnya 3.746 3,82

Jumlah 98.121 100,00

Sumber : Tanjungpinang Dalam Angka, 2015

Gambar 2.5 Obyek-obyek wisata di Kota Tanjungpinang

(Wisata Pulau Penyengat)

(Vihara Avalokitesvara Graha) (Patung Seribu)

Page 23: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 23

(Wisata Tepi Laut) (Wisata Kota Lama)

2.2.5. Potensi Pengembangan Wilayah

Kota Tanjungpinang memiliki beberapa potensi sumber daya alam yang

bisa dikelola, dalam rangka mendongkrak pendapatan daerah. Potensi

sumber daya alam tersebut adalah:

1. Potensi Hutan

Luas hutan di Kota Tanjungpinang yaitu sekitar 367,7 hektar.

Semuanya termasuk hutan lindung yang terdapat hanya di Kecamatan

Bukit Bestari dan Tanjungpinang Timur. Luas hutan lindung di

Kecamatan Bukit Bestari yaitu 54,4 hektar, sedangkan di Kecamatan

Tanjungpinang Timur yaitu 313,3 hektar.

2. Potensi Pertanian Pangan

Komoditas tanaman pangan yang berada di Kota Tanjungpinang yaitu

jagung, ubi kayu, ubi jalar, padi sawah, dan kacang tanah. Berdasarkan

data Kota Tanjungpinang dalam angka. Jumlah produksi bahan

makanan terbesar di Kota Tanjungpinang pada tahun 2014 adalah

jagung yang mencapai 19 Ha dengan produktifitas mencapai 260 ton.

Sedangkan ubi kayu mencapai 9 Ha dengan produktifitas sebesar 144

ton. Jenis sayur-sayuran yang produksinya di atas 50 ton pada tahun

2014 adalah sawi. Sedangkan Produksi buah-buahan yang paling

banyak pada tahun 2014 adalah nangka, yakni mencapai 227,2 ton.

Page 24: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 24

3. Potensi Peternakan

Ternak salah satu potensi ekonomi yang dimiliki olehpetani/peternak di

Kota Tanjungpinang yang sifatnya sambilandan bukan menjadi mata

pencarian pokok oleh penduduk Kota Tanjungpinang. Jenis usaha

ternak yang di usahakan antara lainsapi, kerbau, kambing, dan babi

serta jenis unggas lainnya. Berdasarkan data BPS Pada tahun 2014

populasi sapi berjumlah 368 ekor, populasi kambing berjumlah 257

ekor, dan populasi babi berjumlah 620 ekor. Populasi ternak sapi dan

kambing meningkat akan tetapi populasi kerbau dan babi menurun jika

dibandingkan dengan tahun lalu. Populasi ternak unggas yang banyak

di pelihara adalah ayam ras petelur dan ayam ras pedaging. Walaupun

tidak tertalu banyak, populasi ayam ras petelur dan ayam pedaging

pada tahun 2014 masingmasing 62.000 dan 58.400 ekor.

4. Potensi Perikanan

Sebagian dari luas Kota Tanjungpinang merupakan daerah perairan.

Untuk itu potensi kelautan merupakan salah satu komoditi penentu

yang dapat meningkatkan perekonomians ekaligus meningkatkan

pendapatan masyarakat. Berbagai jenis komoditi ikan yang terdapat di

Kota Tanjungpinang adalah ikan air tawar, ikan laut, dan komoditi

pengolahan hasil tangkap, dimana wilayah penyebaran potensi

perikanan ini terdapat pada sepanjang perairan Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan data Kota Tanjungpinang dalam angka. Produksi

penangkapan ikan tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan

tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 produksi perikanan berjumlah

15.766,74 ton. Nilai produksi perikanan justru mengalami kenaikan.

Pada tahun 2013 senilai 377.276.775 ribu rupiah dan pada tahun 2014

menjadi 451.177.140 ribu rupiah.

5. Potensi Industri

Kegiatan Industri Rumah Tangga merupakan komoditas utama yang

cukup potensial dan mempunyai pasar yang baik di Kota

Tanjungpinang. Jenis industri yang ada adalah Industri Rumah Tangga

Kecil dan Menengah. Adapun industri kecil dan rumah tangga yang

potensial dan sudah banyak dipasarkan baik lokal maupun antar

Page 25: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 25

daerah seperti makanan, dan hasil kerajinan dari laut. Sedangkan

industri menengah yang sudah berkembang dan mendapat pasar

adalah industri konveksi/garmen dan industri pengolahan hasil

pertanian. Wilayah penyebaran potensi industri di Kota Tanjungpinang

sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan juga telah

diamantkan dalam arahan kebijakn Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Batam Bintan Karimun (BBK), yang dapat dijadikan kawasan industri

besar ataupun industri sedang adalah di kawasan pengembangan baru

di Dompak darat dan kawasan industri yang sudah eksis yaitu industri

Air Raja. Potensi ini merupakan prospek yang baik dalam mendukung

visi pembangunan Kota Tanjungpinang sebagai kota dagang dan

industri. Berdasarkan data Kota Tanjungpinang dalam angka pada

tahun 2014 terdapat 13 perusahaan Industri Besar dan Sedang di Kota

Tanjungpinang yang mampu menyerap 1.442 tenaga kerja.

Dibandingkan dengan tahun 2012, jumlah perusahaan bertambah satu

perusahaan dan tenaga kerja yang diserap bertambah sebanyak 405

orang.

6. Potensi Tambang

Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan ekonomi yang

mendayagunakan sumber daya alam dan diharapkan dapat menjamin

kehidupan di masa yang akan datang. Secara teknis kegiatan

pertambangan meliputi proses pembersihan lahan; pengambilan dan

penimbunan top soil serta overburden penambangan bahan galian dan

penimbunan kembali sehingga memberikan dampak perubahan

bentang alam.

Jenis-jenis bahan tambang juga potensial dan cukup untuk dilakukan

eksplorasi seperti Bauksit dan Galian Golongan C yang terdapat di

Kelurahan Dompak, Batu IX dan Senggarang. Potensi pertambangan

lainnya masih dalam tahap survei atau penelitian. Berdasarkan visi

Kota Tanjungpinang serta analisis potensi daerah, maka yang menjadi

prioritas Daerah Kota Tanjungpinang adalah pengembangan di bidang

perdagangan, bidang pariwisata,bidang industri, bidang kelautan dan

perikanan, bidang pertanian,bidang kehutanan, serta bidang Energi dan

Sumber Daya Mineral. Sumber daya mineral yang dimiliki antara lain

Page 26: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 26

golongan bahan galian pertambangan tingkat C dan B yang meliputi

pertambangan bouxit, tanah uruk dan sumber air baku, namun

kekayaan ini pada umumnya merupakan sumber daya yang tidak dapat

diperbaharui. Oleh karenanya agar tetap memberi manfaat dan

kemakmuran bagi masyarakat maka perlu pengelolaan yang baik

dengan menyusun perencanaan dan berorentasi jauh kedepan serta

selalu mempertimbangkan aspek rehabilatsi lahan pasca tambang.

Pada pasca tambang, kegiatan yang utama dalam merehabalitisai

lahan yaitu mengupayakan agar menjadi ekosistem yang berfungsi

optimal atau menjadi ekosistem yang lebih baik. Reklamasi lahan

dilakukan dengan mengurug kembali lubang tambang serta melapisinya

dengan tanah pucuk, dan revegetasi lahan serta diikuti dengan

pengaturan drainase dan penanganan/pencegahan air asam tambang.

Penataan lahan bekas tambang disesuaikan dengan penetapan

tataruang wilayah bekas tambang. Lahan bekas tambang dapat

difungsikan menjadi kawasan lindung ataupun budidaya. Lahan pasca

tambang memerlukan penanganan yang dapat menjamin perlindungan

terhadap lingkungan.

2.3. Demografi dan Urbanisasi

2.3.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang

Sebagai modal dasar pembangunan penduduk merupakan asset penting

dalam menggerakkan pembangunan suatu daerah. Bukan hanya dengan

jumlah yang besar saja tetapi didukung oleh kualitas yang baik lebih

berguna dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan yaitu

kesejahteraan, keharmonisan, kenyamanan dan keamanan masyarakat

secara umum. Jumlah penduduk Kota Tanjungpinang sebagai ibukota

provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2014 berdasarkan data badan pusat

statistik (BPS) adalah berjumlah 199.723 jiwa dan merupakan jumlah

penduduk terbanyak kedua di provinsi Kepri setelah Kota Batam.

Perkembangan jumlah penduduk Kota Tanjungpinang berdasarkan data

Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang, tidak mengalami

perkembangan yang cukup berarti dari data tahun 2012 dan 2013 jumlah

Page 27: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 27

penduduk Kota Tanjungpinang mengalami peningkatan yaitu tahun 2012

yaitu 1.476 jiwa menigkat menjadi 1497 jiwa pada tahun 2013, sedangkan

2014 mengalami penurunan menjadi 1.324 jiwa.

Untuk lebih jelasnya penyebaran penduduk dan kepadatan penduduk

setiap kecamatan di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 2.3

berikut ini.

Tabel 2.4. : Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di

Kota Tanjungpinang

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

1 Bukit Bestari 57.732 1.241

2 Tanjungpinang Timur 75.543 1.258

3 Tanjungpinang Kota 18.148 420

4 Tanjungpinang Barat 48.300 10.500

2014 199.723 1.324

2013 196.980 1.497

2012 194.099 1.476

Sumber : Tanjungpinang Dalam Angka, 2015

Jumlah dan kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang terus mengalami

peningkatan. Menurut data BPS Kota Tanjungpinang tahun 2014,

kepadatan penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun 2012 adalah

194.099 jiwa dengan kepadatan 1.476 jiwa/Km2, pada tahun 2013 jumlah

dan kepadatan penduduk mengalami peningkatan yang cukup signifikan

yaitu 196.980 jiwa degan kepadatan penduduk rata-rata sebayak 1.497

jiwa/Km2. Pada tahun 2014 jumlah dan kepadatan penduduk Kota

Tanjungpinang mengalami peningkatan yaitu 199.723 jiwa dengan

kepadatan penduduk sebanyak 1.324 jiwa/Km2.

Kecamatan yang memliki jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan

Tanjungpinang Timur dengan jumlah penduduk mencapai 75.543 jiwa

dengan kepadatan penduduk mencapai 1.258 jiwa/Km2, kemudian disusul

dengan kecamatan Bukit Bestari yang memiliki jumlah penduduk

mencapai 57.732 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.241jiwa/Km2 dan

kecamatan Tanjungpinang Barat yang memiliki jumlah penduduk

sebanyak 48.300 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 10.500

Page 28: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 28

jiwa/Km2, sedangkan kecamatan Tanjungpinang Kota yang memiliki

jumlah penduduk paling sedikit yaitu 18.148 jiwa dengan kepadatan

penduduk mencapai 420 jiwa/Km2.

Penyebaran penduduk di Kota Tanjungpinang belum merata pada setiap

kecamatan. Dari data kepadatan penduduk setiap kecamatan pada tabel

diatas terlihat bahwa penduduk terpadat berada di Kecamatan

Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak 48.300 jiwa dan

luas daratan 4,6 km2 sehingga setiap km2 terdapat 10.500 jiwa.

Selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 1.258

jiwa/km2 dan Bukit Bestari serta Tanjungpinang Kota masing-masing

dengan 1.241 jiwa/Km2 dan 420 jiwa/Km2. Penyebaran penduduk yang

tidak merta di Kota Tanjungpinang dipengaruhi oleh pola hidup

masyarakat yang lebih berorientasi ke pusat kota, dan pembangunan

infrastruktur yang tidak merata di setiap wilayah kecamatan. Oleh karena

itu hal ini menjadi permasalah yang harus segera diselesaikan sehingga

tidak menyebabkan penumpukan penduduk sehingga menimbulkan kesan

kumuh di pusat kota.

2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin Kota Tanjungpinang

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang yang

mencakup banyak segi, dan ditandai dengan pengangguran dan

keterbelakangan yang nantinya menjadi ketimpangan antar sektor,

wilayah dan antar kelompok atau golongan masyarakat (sosial). Dengan

demikian kemiskinan merupakan masalah bersama antara pemerintah,

masyarakat dan segenap pelaku ekonomi. Keadaan kemiskinan pada

umumnya diukur dengan tingkat pendapatan dan dapat dibedakan

menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Selain itu, berdasarkan

pola waktunya kemiskinan dapat dibedakan menjadi: persistent poverty,

cyclical poverty, seasonal poverty, serta accidenal poverty.

Penduduk miskin erat kaitannya dengan wilayah miskin. Wilayah dengan

potensi daerah yang tertinggal besar kemungkinan menyebabkan

penduduknya miskin. Oleh karena itu pendekatan pemecahan kemiskinan

dapat pula dilakukan terhadap pengembangan wilayah atau desa yang

Page 29: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 29

bersangkutan. Apabila dikaji terhadapfaktor penyebabnya, maka terdapat

kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan kultural

mengacu kepada sikap masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup,

kebiasaan hidup dan budayanya.

Jumlah penduduk miskin di Kota Tanjungpinang berdasrkan data BPS

Kota Tanjungpinang tahun 2015 jumlah rumah tangga miskin di Kota

Tanjungpinang sebanyak 8.935 rumah tangga. jumlah rumah tangga

miskin di Kota Tanjungpinang i terbagi dalam 4 kategori yang meliputi

1.258 rumah tangga sangat miskin (SM), 1.781 rumah tangga miskin (M),

3.117 rumah tangga hampir miskin (HM), dan 2.779 rumah tangga rentan

miskin lainnya (RML). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5

berikut ini.

Tabel 2.4 : Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Kecamatan

No Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga Menurut Kategori

Kemiskinan Jumlah

SM M HM RML

1 Bukit Bestari 314 378 808 832 2.332

2 Tanjungpinang Timur 330 603 1.168 1.032 3.133

3 Tanjungpinang Kota 367 391 491 242 1.491

4 Tanjungpinang Barat 247 409 650 673 1.979

Total 1.258 1.781 3.117 2.779 8.935

Sumber : Tanjungpinang Dalam Angka, 2015

Penyebaran rumah tangga miskin di Kota Tanjungpinang tersebar di

setiap kecamatan. Rumah tangga miskin di Kota Tanjungpinang terdiri dari

4 kategori berdasarkan pendataan PPLSD pada tahun 2013 yaitu sangat

miskin (SM), miskin (M), hampir miskin (HM) dan rentan miskin lainnya

(RML). Kategori rumah tangga hampir miskin (HM) merupakan yang

paling banyak yaitu 3.117, rumah tangga miskin kategori rentan miskin

(RML) yaitu sebanyak 2.779, kemudian dikuti oleh rumah tangga miskin

kategori miskin (M) dan sangat miskin (SM) yang masing-masing

berjumlah 1.781 dan 1.258 rumah tangga.

Page 30: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 30

Rumah tangga dengan kategori sangat miskin (SM), paling banyak

pertama berada di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota yaitu 367,

jumlah rumah tangga dengan kategori miskin (M) dan hampir miskin(HM)

paling banyak berada di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Timur yaitu

sebanyak 603 dan 1.168, sedangkan jumlah rumah tangga dengan

kategori rentan miskin lainnya (RML) paling banyak berada di wilayah

Kecamatan Tanjungpinang Timur.

2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Tanjungpinang

Pertumbuhan penduduk mengindikasikan bahwa ada peningkatan akan

pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana di suatu wilayah. Oleh

karena itu dalam suatu arahan pembangunan diperlukan proyeksi

penduduk sehingga kebutuhan penduduk suatu wilayh dapat terpenuhi

untuk masa datang.

Proyeksi penduduk (population projections) dan peramalan penduduk

(population forecast) sering dipergunakan sebagai dua istilah yang sering

dipertukarkan. Meskipun demikian, kedua istilah ini sebenarnya memiliki

perbedaan yang sangat mendasar. Berbagai literatur menyatakan

proyeksi penduduk sebagai prediksi atau ramalan yang didasarkan pada

asumsi rasional tertentu yang dibangun untuk kecenderungan masa yang

akan datang dengan menggunakan peralatan statistik atau perhitungan

matematik. Di sisi lain, peramalan penduduk (population forecast) bisa

saja dengan/tanpa asumsi dan atau kalkulasi tanpa kondisi, syarat dan

pendekatan tertentu (Smith, et.al 2001). Oleh karena itu, dapat dikatakan

bahwa peramalan adalah proyeksi, tetapi tidak semua proyeksi

membutuhkan peramalan.

Proyeksi penduduk adalah perhitungan kondisi masa depan yang mungkin

terjadi dengan menggunakan beberapa asumsi, seperti bila angka

kelahiran, kematian, dan migrasi saat ini tidak berubah. Proyeksi

penduduk di Kota Tanjungpinang diarahkan hingga tahun 2020 dengan

jangka waktu 5 tahun dimulai tahun penghitungannya pada tahun 2015.

Dari hasil perhitungan proyeksi pada akhir tahun proyeksi, diperkirakan

penduduk Kota Tanjungpinang pada tahun 2015 berjumlah 201.920 jiwa

dan pada tahun 2020 akan berjumlah 213.273 jiwa dengan asumsi laju

Page 31: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 31

pertumbuhan penduduk Kota Tanjungpinang sebesar 1,1%. Jika dilihat

dari sebaran penduduknya, kecamatan yang mempunyai jumlah

penduduk terbesar sampai pada tahun 2020 terdapat di wilayah

Kecamatan Tanjungpinang Timur, yaitu sebesar 80.668 jiwa. Sedangkan

untuk wilayah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil terdapat

di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Kota, yaitu dengan jumlah

penduduk 19. 379 jiwa.

Tabel 2.5 : Proyeksi Penduduk Kota Tanjungpinang

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Eksisting

(2014)

2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Tanjungpinang Kota

18.148 18.348 18.549 18.753 18.960 19.168 19.379

2 Tanjungpinang Timur

75.543 76.374 77.214 78.063 78.922 79.790 80.668

3 Tanjungpinang Barat

48.300 48.831 49.368 49.911 50.461 51.016 51.577

4 Bukit Bestari 57.732 58.367 59.009 59.658 60.314 60.978 61.649

TOTAL 199.723 201.920 204.141 206.387 208.657 210.952 213.273

Sumber : Hasil Analisis 2016

2.3.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

2.3.4.1. Kondisi Perekonomian Wilayah

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tanjungpinang

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah gambaran makro mengenai

hasil dari proses pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh seluruh

stake holders, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat menuju

keadaan yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu

gambaran dari peningkatan pendapatan yang berakibat pada peningkatan

kemakmuran dan taraf hidup. Karena itu pertumbuhan ekonomi yang

tinggi dan berkelanjutan serta lebih cepat daripada laju pertumbuhan

penduduknya merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan

ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat

perkembangan pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke

Page 32: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 32

tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas dasar harga konstan.

Secara riil, pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang mengalami

peningkatan yang diukur dari besaran PDRB atas dasar harga konstan,

sebesar 4,76 persen, dari 11.308.822,3 juta rupiah tahun 2013 menjadi

11.846.825,6 juta rupiah tahun 2014.

Tabel 2.6 : PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar Harga Konstan

(Dalam Juta)

No Lapangan Usaha 2012 2013 2014

1. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 97.255,6 101.653,0 106.331,4

2. Pertambangan dan Penggalian 344.173,1 372.344,7 42.037,5

3. Industri Pengolahan 762.913,3 795.766,9 845.296,9

4. Pengadaan Listrik dan Gas 36.513,6 38.193,0 39.985,5

5. Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7.255,9 7.888,4 8.454,8

6. Konstruksi 3.580.366,2 3.903.061,6 4.207.338,9

7. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.099.478,1 2.288.861,5 2.519.407,8

8. Transportasi dan Pergudangan 606.558,0 651.834,5 707.056,0

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 125.215,8 134.046,6 145.812,5

10. Informasi dan Komunikasi 351.881,0 386.809,1 421.496,3

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 357.613,5 377.754,1 401.961,3

12. Real Estate 344.794,5 368.266,5 393.336,4

13. Jasa Perusahaan 1.548,9 1.683,2 1.780,0

14.

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

958.514,3 1.025.003,8 1.096.105,5

15. Jasa Pendidikan 402.302,6 430.916,8 461.566,2

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 273.848,5 290.613,8 308.405,5

17. Jasa lainnya 129.578,8 134.125,0 140.453,3

Produk Domestik Regional Bruto 10.479.811,9 11.308.822,3 11.846.825,6

Sumber : Tanjungpinang Dalam Angka, 2015

Page 33: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 33

Pertumbuhan ekonomi Kota Tanjungpinang berdasarkan data, terus

mengalami peningkatan untuk 3 tahun terakhir terhitung mulai tahun 2012-

2014. Pada tahun 2012 PDRB Kota Tanjungpinang adalah 10.479.811,9

juta, mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 11.308.822,3

juta dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu sebesar

11.846.825,6 juta.

Dilihat dari PDRB Kota Tanjungpinang pada tahun 2014 ada 3 sektor yang

memberikan kontribusi terbesar, yaitu pertama jasa konstruksi dengan

nilai PDRB pada tahun 2014 sebesar 4.207.338,9 juta. Angka ini

mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan

nilai PDRB untuk sektor yang sama pada tahun 2012 yaitu sebesar

3.580.366,2 juta. Kontribusi terbesar kedua adalah sektor Perdagangan

Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan nilai PDRB

pada tahun 2014 sebasar 2.519.407,8 juta. Angka ini juga mengalami

peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan nilai PDRB yang

sama pada tahun 2012 dan tahun 2013 untuk sektor yang sama yaitu

sebesar 2.099.478,1 juta dan 2.288.861,5 juta dan yang memberikan

kontribusi terbesar ketiga dalam PDRB Kota Tanjungpinang adalah sektor

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib dengan

nilai PDRB pada tahun 2014 sebesar 1.096.105,5 juta. Angka ini juga

menunjukan peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan jika

dibandingkan dengan tahu 2012 dan 2014, jumlah atau nilai PDRB untuk

sektor tersebut adalah sebesar 958.514,3 juta dan 1.025.003,8 juta.

B. Laju Pertumbuhan Ekonomi atas PDRB Kota Tanjungpinang

Laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari besaran PDRB atas dasar

harga konstan sebesar 4,76%, yaitu dari 11.308.822,3 juta rupiah tahun

2013 menjadi 11.846.825,6 juta rupiah tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi

yang terus mengalami peningkatan ini didorong oleh karena Kota

Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi Kepri dan merupakan salah satu

kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional yaitu KSN

BBK. Sehingga laju perekonomian di Kota Tanjungpinang mulai

meningkat secara bertahap.

Page 34: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 34

Pertumbuhan ekonomi sektoral yang mengalami pertumbuhan terbesar

adalah sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda

motor, yaitu mencapai 10,07 persen. Selanjutnya sektor informasi dan

komunikasi berada pada urutan kedua yang mana pertumbuhan

ekonominya mencapai 8,97 persen. Sedangkan di posisi ketiga ditempati

oleh sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang mana

pertumbuhan ekonominya mencapai 8,78 persen.

Tabel 2.7 : Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar

Harga Konstan

No Lapangan Usaha 2012 2013 2014

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,36 4,52 4,60

2. Pertambangan dan Penggalian 3,26 8,19 -88,71

3. Industri Pengolahan 4,42 4,31 6,22

4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,53 4,60 4,69

5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang 11,03 8,72 7,18

6. Konstruksi 8,83 9,01 7,80

7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 7,47 9,02 10,07

8. Transportasi dan Pergudangan 8,51 7,46 8,47

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,20 7,05 8,78

10. Informasi dan Komunikasi 8,74 9,93 8,97

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,71 5,63 6,41

12. Real Estate 5,92 6,81 6,81

13. Jasa Perusahaan 8,89 8,67 5,75

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 4,53 6,94 6,94

15. Jasa Pendidikan 5,95 7,11 7,11

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,53 6,12 6,12

17. Jasa lainnya 4,39 3,51 4,72

Produk Domestik Regional Bruto 7,11 7,91 4,76

Sumber : Tanjungpinang Dalam Angka, 2015

Page 35: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 35

C. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan daerah pada dasarnya merupakan kumpulan pendapatan

masyarakat suatu daera. Tinggi rendahnya pendapatan daerah akan

mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan per kapita masyarakat. Akan

tetapi, banyak sedikitnya jumlah penduduk pun akan mempengaruhi

jumlah pendapatan per kapita suatu daerah. PDRB per kapita atas dasar

harga berlaku Kota Tanjungpinang tahun 2014 mencapai 73,23 juta

rupiah, naik 8,14% dibanding tahun 2013 yang besarnya 67,72 juta rupiah.

2.3.4.2. Kondisi Lingkungan

A. Topografi Wilayah

Wilayah Kota Tanjungpinang berada di pulau bintan oleh karena itu

topografi wilayahnya hampir sama dengan Kabupaten Bintan yang terdiri

dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada umumnya merupakan daerah

dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki topografi yang bervariatif

dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0-2% hingga

40%. Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di

Kota Tanjungpinang berkisar antara 0-50 meter di atas permukaan laut

hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara

keseluruhan kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar,

umumnya didominasi kelerengan yang berkisar antara 0-2% dengan luas

wilayah mencapai 75,30 Km² tersebar disemua wilayah Kota

Tanjungpinang, dan kemiringan lereng 2-15% mempunyai luas sekitar

51,15 Km² juga tersebar di semua wilayah kecamatan. Wilayah

kecamatan yang didominasi oleh kemiringan lereng 2-15% sebagian

besar berada di wilayah Kecamatan Tanjungpinang barat dan Kecamatan

Tanjungpinang Kota. Sedangkan kemiriringan lereng 15- 40% memiliki

luas wilayah paling sedikit yaitu 5,09 Km² terdapat di wilayah hutan

lindung bukit kucing dan hutan llindung sei pulai. Untuk lebih jelasnya

mengenai kondisi topografi di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel

2.7 dan gambar 2.6 berikut ini.

Page 36: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 36

Tabel 2.8 : Kondisi Topografi Kota Tanjungpinang

No Kecamatan Kemiringan Lereng (Km2)

0–2 % 2–15 % 15-40%

1. Bukit Bestari 18,87 7,42 1,67

2. Tanjungpinang Timur 25,53 11.04 2,72

3. Tanjungpinang Kota 22,58 16,32 0,7

4. Tanjungpimamg Barat 7,32 27,41 0

JUMLAH (Km2) 75,30 51,15 5,09

Sumber : Hasil Analisis

B. Geologi

Pulau Bintan termasuk dalam Provinsi Kepulaun Riau, mempunyai kondisi

geologi yang unik, dimana cebakan bauksit terbentuk yang memiliki

dengan potensi ekonomi dan telah lama diusahakan dengan tata guna

lahan sebagian besar terdiri atas perkebunan karet dan sawit. Kota

Tanjungpinang yang menjadi bagian dari daratan Pulau Bintan merupakan

bagian dari paparan kontinental yang terkenal dengan nama “Paparan

Sunda”. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa erosi

atau pencetusan daerah daratan pra tersier yang membentang dari

Semenanjung Malaysia di bagian utara sampai dengan Pulau Bangka dan

Belitung di bagian selatan. Proses pembentukan lapisan bumi di Pulau ini

berasal dari formasi-formasi vulkanik, yang akhirnya membentuk tonjolan-

tonjolan pada permukaan bumi yang disebut pulau, baik pulau-pulau yang

ukurannya cukup besar, maupun pulau yang ukurannya relatif kecil.

Secara umum bentuk batuan di Pulau Bintan termasuk antara akhir

poleozoikum dan tersier. Batuan tertua terdiri dari bahan senyawa yang

berasal dari gunung api dan deposit sedimen plastis yang sedikit

mengalami metamorfosa yang dapat dikorelasikan dengan pahang

vulkanik series di Malaysia.

Batuan muda terdiri dari batuan pasir serpih konglomerat yang dapat

dikorelasikan dengan plateau dari batu pasir Kalimantan dan terbentuk

pada umur tersier bawah. Batu-batuannya kebanyakan merupakan

Page 37: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 37

batuan-batuan metamor dan batuan beku yang berumur dari pra tersier,

sedangkan penyebaran batuan sedimen sangat terbatas.Jenis batuan

yang mendominasi di Pulau Bintan adalah Formasi Goungon dan Granit.

Adapun dominasi formasi goungon kurang lebih sebesar 65% yang

tersebar merata di seluruh wilayah Pulau Bintan. Untuk batuan granit

dominasinya sebesar 34% dan batuan ini tersebar di daerah Berakit,

Malang Rapat, Gunung Kijang, Gunung Lengkuas sampai dan juga

terdapat di Pulau Mantang dan Pulau Siolong. Jenis batuan lain yang

terdapat di Pulau Bintan adalah Andesit dan Aluvium, Andesit terdapat di

daerah Teluk Bintan dan Aluvium terdapat di Daerah sungai Anculai dan

sungai Bintan.Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi geologi Kota

Tanjungpinang dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini.

C. Klimatologi

Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata

255,5/hari, sedangkan suhu udara rata-rata maksimum 27,1ºC dengan

kelembaban udara rata-rata 83% dan tekanan udara minimum 1.005,2

MBS dan maksimum 1.016,4 MBS. Selain itu, juga terdapat dua musim

yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung pada

bulan Oktober sampai bulan Juni. Sedangkan musim kemarau

berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus. Sedangkan

perubahan angin dapat dilihat pada musim angin. Musim angin utara

berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Angin

musim timur berlangsung pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei,

musim angin selatan berlangsung dari bulan September sampai bulan

November.

Pergantian musim yang terjadi setiap waktu didaerah ini mengakibatkan

arah angin tidak menentu atau dikenal dengan sebutan musim pancaroba.

Pada saat bulan barat angin bertiupnya angin utara dan angin barat,

hujan sering terjadi yang diiringi dengan tiupan angin kencang dan cuaca

tidak menentu,sedangkan pada musim angin timur dan selatan angin

bertiup sepoi-sepoi dan agak tenang. Kondisi iklim yang tidak menentu

cukup berdampak pada ekonomi masyarakat, karena sebagian besar

Page 38: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 38

masyarakat Kota Tanjungpinang bekerja sebagai nelayan. Selain

berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat, pengaruh perubahan

iklim yang ekstream sangat berdampak pada keselamatan masyarakat,

karena sebagian besar masyarakat Kota Tanjungpinang tinggal dan

menetap di tepi pantai. Oleh karena it, denagn melihat kondisi iklim yang

tidak menentu, maka pentingnya peringatan serta antisipasi dini akan

bahaya/dampak buruk yang ditimbulkan. Untuk mengetahui lebih jelas

mengenai kondisi klimatologi Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel

2.9 berikut ini.

Tabel 2.9 : Kondisi Klimatologi Kota Tanjungpinang

No Bulan Suhu Udara (ºC) Tekanan Udara (MBS) Kelembaban Udara (%)

1 Januari 25,9 1 012,5 79

2 Februari 26,7 1 011,2 76

3 Maret 27,2 1 011,4 79

4 April 27,1 1 010,6 85

5 Mei 27,4 1 010,1 87

6 Juni 28,0 1 009,3 85

7 Juli 27,6 1 010,3 84

8 Agustus 26,6 1 011,1 87

9 September 27,7 1 011,2 80

10 Oktober 27,5 1 010,8 83

11 November 26,8 1 010,4 87

12 Desember 26,6 1 010,5 87

2014 27,1 1 005,2 83

Sumber : Kota Tanjungpinang dalam Angka

Page 39: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 39

D. Hidrologi dan Hidrogeologi

Kondisi geografis Kota Tanjungpinang yang mepunyai wilayah perairan

kurang lebih 70% yang terdiri dari sunagi dan laut. Sungai-sungai yang

mengalir di Kota Tanjungpinang kebanyakan kecil-kecil dan dangkal,

seperti halnya sungai-sungai yang ada di Pulau Bintan, dan tidak

sepenuhnya dipergunakan untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya

hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa

tertentu. Selain digunakan sebagai saluran drainase sungai yang cukup

besar juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi penduduk kota

dan sekitarnya. Adapun sungai-sungai yang terdapat di Kota

Tanjungpinang antara lain adalah: Sungai Gugus, Sungai Terusan,

Sungai Papah, Sungai Jang,Sungai Senggarang, Sungai Sei Payung, dan

Sungai Dompak.

Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2

(dua) kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut

terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-

beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari:

Air Bawah Tanah Dangkal

Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium

dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi

setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir

lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu

dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air

bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya

tinggi dengan daerah sekitarnya.

Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2-3 m.Air

bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined

aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan

kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan

rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13 m dan pada

umumnya akan menipis ke arah perbukitan.

Page 40: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 40

Air Bawah Tanah Dalam

Air bawah tanah dalam di Kota Tanjungpinang tersusun atas litologi

berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas

sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat

terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran

yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di

beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau

semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem

akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kota Tanjungpinang

tergolong multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain

kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama.

Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang

bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang

kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut.

Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam berkisar sekitar

26 m.

Sedangkan keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang

terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe

pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada

tekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk

air minum penduduk sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 2.8 dan tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9 : Daerah Aliran Sungai di Kota Tanjungpinang

No Nama DAS Luas (M2)

1 DAS Dompak N/A

2 DAS Jang N/A

3 DAS Katubi N/A

Sumber: Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013

Page 41: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 41

Page 42: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 42

Page 43: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 43

Page 44: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 44

2.3.4.3. Isu-isu Strategis Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta

Karya

Kondisi Bidang Cipta Karya di Provinsi Kepulauan Riau berbeda-beda

pada setiap Kabupaten/Kotanya, namun secara garis besar ada satu

kesamaan karakteristik yaitu sebagai wilayah kepulauan yang tentunya

banyak masyarakat yang tinggal di pesisir, tentu hal tersebut berpengaruh

terhadap pelayanan di bidang cipta karya baik di sektor permukiman,

penyehatan lingkungan permukiman, air minum maupun penataan

bangunan dan lingkungan.

Isu strategis pembangunan infrastruktur di Kota Tanjungpinang meliputi;

pengembangan permukiman, penataan bangunan, pengembangan air

minum dan pengembangan sanitasi berupa sistem persampahan dan air

limbah. Selanjutnya akan dibahas mengenai permasalahn serat rencana

pengembangan pada tiap sektor di bidang cipta karya di Kota

Tanjungpinang.

Tabel 2.10 : Isu Strategis Bidang Cipta Karya Kota Tanjungpinang

Kota Tanjungpinang

No

Sektor

Pengembangan

Bidang Cipta Karya

Isu Strategis

1 Pengembangan

Permukiman

Pembangunan perumahan khususnya untuk masyarakat

berpendapatan menengah ke bawah, dipelopori oleh Perum

Perumnas sebagai developer milik pemerintah dengan

melakukan pembangunan perumahan beberapa daerah

termasuk di Kota Tanjungpinang

Munculnya permukiman baru di sekitar Kecamatan

Tanjungpinang Timur

Sarana dan Prasarana permukiman yang masih belum

tersebar secara merata.

Kawasan permukiman padat dan kumuh tersebar di beberapa

lokasi Kota Tanjungpinang

Page 45: Kota Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, berada pada ...sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCR… · kota besar Indonesia maupun dunia, melalui Bandara

2 - 45

Kota Tanjungpinang

No

Sektor

Pengembangan

Bidang Cipta Karya

Isu Strategis

2 Penataan Bangunan

Belum terdatanya bangunan gedung dan rumah negara

Minimnya prasarana dan sarana lingkungan permukiman

tradisional di Kota Tanjungpinang

Masih minimnya prasarana dan sarana hidran kebakaran yang

tidak berfungsi

Masih lemahnya pengaturan penyelenggaraan bangunan

gedung

3 Pengembangan Air

Minum

Cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan belum

seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk

Terjadinya kontaminasi pada jaringan distribusi air minum

PDAM

4

Air limbah

Rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah

Belum tersedianya sistem pengolahan air limbah off-site

Penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah mengalami

kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan,

disebabkan rendahnya kemauan masyarakat untuk membayar

retribusi air limbah serta tidak tertariknya sektor swasta untuk

melakukan investasi dibidang air limbah

Persampahan

Kurangnya sarana dan prasarana sampah seperti armada, bak

sampah, lokasi TPS

Pelayanan sampah masih sangat terbatas belum menjangkau

seluruh wilayah. Sumber: Hasil Analis