Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta...
Transcript of Bab 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta...
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 1
7.1 Pengembangan Permukiman
7.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti
kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan.
Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten Bandung dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.1
Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman di Kabupaten Bandung
No Isu Strategis Keterangan
1
Keterbatasan lahan pembangunan perumahan relatif berdasarkan batasan
lingkungan (negative list) dan ketentuan RTRW namun disisi lain kebutuhan
rumah tinggi yang membutuhkan lahan perluasan wilayah Perumahan
permukiman baru yang berimplikasi pada perluasan dan pemadatan kawasan
Perumahan permukiman yang berpotensi mengokupansi kawasan negatif list
(konservasi, sempadan sungai)
2
Lemahnya akses pemenuhan kebutuhan rumah bagi MBR karena ketarbatasan
daya beli rumah yang berkorelasi dengan kantong-kantong kemiskinan di
wilayah perkotaan maupun perdesaan
3
Keterbatasan infrastruktur pendukung Perumahan permukiman secara umum
khususnya perumahan swadaya akibat luasnya cakupan kawasan Perumahan
permukiman swadaya eksisting baik perdesaan maupun perkotaan
4
Backlog Kabupaten Bandung yang relatif tinggi dibandingkan dengan kota dan
kabupaten lain di Jawa Barat akibat tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif
tinggi akibat migrasi dan pertumbuhan ilmiah dan dalam karakteristik
Perumahan permukiman terepresentasikan dengan perkembangan luasan
kawan perumahan permukiman dan intensitas kepadatannya
5
Penurunan kuantitas lingkungan Perumahan permukiman swadaya yang
membentuk kantong permukiman padat kumuh,minum dalam dukungan
infrastruktur dan memunculkan keberadaan rumah tidak layak huni
Bab 7
Rencana Pembangunan
Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
Kabupaten Bandung
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 2
7.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib
memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang
layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan
maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Salah satu masalah yang ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Bandung terkait
dengan permukiman adalah penataan permukiman. Pada tahun 2014 Kabupaten
Bandung telah mengeluarkan SK Bupati No. 663/Kep.544-Dispertasih/2014 Tentang
Persetujuan Penetapan Kawasan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di
Kabupaten Bandung. Berdasarkan SK tersebut luas kawasan kumuh di Kabupaten
Bandung adalah 91.83 Ha.
Tabel 7.2
Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Bandung Tahun 2014
No Kecamatan Kelurahan Kawasan Kumuh Luas
(Ha)
1 Baleendah Baleendah Bale Endah 17,65
2 Baleendah Bojong Malaka Bojong Malaka 6,70
3 Dayeuhkolot Citeureup Citerureup 6,18
4 Dayeuhkolot Cangkuang Wetan Cangkuang Wetan 5,77
5 Rancaekek Bojongloan Bojongloan 4,68
6 Rancaekek Rancaekek Wetan Rancaekek Wetan 4,68
7 Bojongsoang Tegal Luar Tegal Luar 2,68
8 Cicalengka Panenjoan Panenjoan 2,68
9 Cicalengka Cicalengka Wetan Cicalengka Wetan 2,41
10 Cileunyi Cimekar Cimekar 2,31
11 Soreang Panyirapan Panyirapan 2,31
12 Margahayu Margahayu Tengah Margahayu Tengah 2,01
13 Margahayu Sayati Sayati 2,01
14 Soreang Parungserab Parungserab 2,01
15 Cileunyi Cibiru Hilir Cibiru Hilir 2,01
16 Margahayu Margahayu Selatan Margahayu Selatan 2,01
17 Cileunyi Cileunyi Kulon Cileunyi Kulon 2,01
18 Katapang Katapang Katapang 1,98
19 Cikancung Cihanyir Cihanyir 1,98
20 Cikancung Ciluluk Ciluluk 1,98
21 Baleendah Andir Andir 1,98
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 3
No Kecamatan Kelurahan Kawasan Kumuh Luas
(Ha)
22 Katapang Gandasari Gandasari 1,84
23 Margaasih Cigondewah Hilir Cigondewah Hilir 1,84
24 Margaasih Cigondewah Rahayu Cigondewah Rahayu 1,84
25 Majalaya Majasetra Majasetra 1,77
26 Majalaya Padaulun Padaulun 1,77
27 Rancaekek Linggar Linggar 1,70
28 Banjaran Kamasan Kamasan 1,18
29 Banjaran Neglasari Neglasari 1,18
30 Bojongsoang Bojongsoang Bojongsoang 0,68
Jumlah Kawasan Kumuh
91,83
Sumber : SK Bupati No. 663/Kep.544-Dispertasih/2014 Tentang Persetujuan Penetapan Kawasan Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Bandung
A. Perumahan Swadaya
Perumahan swadaya merupakan perumahan yang diusahakan sendiri pengadaannya
oleh masyarakat. Sebaran Perumahan swadaya di Kabupaten Bandung tidak terpola
dan tersebar di beberapa kawasan. Perumahan swadaya cenderung tidak teratur dan
tidak terencana sehingga perlu adanya pengaturan terhadap alokasi dan besaran
permukiman yang diarahkan untuk pengadaan perumahan swadaya.
Perumahan swadaya pada dasarnya seluruh perumahan yang ada di Kabupaten
Bandung yang bukan dikatagorikan sebagai perumahan yang dibangun oleh
developer dengan ciri perkembangan yang organik alamiah dengan kualitas yang
memenuhi syarat sampai pada perumahan sub standar dalam bentuk perumahan
kumuh.
Katagori penghuni perumahan swadaya meliputi MBR dan Non MBR dan tersebar
luas di wilayah perkotaan dan perdesaan sebagaimana terlihat pada peta. Namun
dalam program perumahan oleh pemerintah, program perumahan swadaya
dikonotasikan pada upaya peningkatan kualitas lingkungan, rumah sub standar
melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah perdesaan.
Berikut beberapa program perumahan swadaya yang ada di Kabupaten Bandung
yang telah mendapat stimulan dari pemerintah pusat dengan pengelolaan melalui
KSM setempat, berikut sebarannya :
Tabel 7.3
Program Perumahan Swadaya Kabupaten Bandung
No Lokasi Jumlah
KSM lembaga Pengelola Sumber Dana
Kecamatan Desa
1 Majalaya Padamulya 1 BKM Desa Padamulya PKP 2005, Kemenpera 2007
2 Cangkuang Bandasari 6 Forum Rancangsari PKP 2005
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 4
No Lokasi Jumlah
KSM lembaga Pengelola Sumber Dana
Kecamatan Desa
3 Cangkuang Cangkuang 1 Forum Rancangsari Kemenpera 2007
4 Pacet Sukarame 2 Koperasi Al-Bayan PKP 2005, Kemenpera 2007
5 Cileunyi Cimekar 2 Yayasan Bina Karya P2BPK, P2P 2003
6 Paseh Mekar Pawitan 1 Yayasan Bina Karya P2BPK, P2P 2003, kemenpera
2007
7 Ciparay Manggahang 1 Yayasan Bina Karya P2BPK, P2P 2004
8 Ciparay Ciheulang
BKM Desa Ciheulang Kemenpera 2007
9 Ciparay Cikoneng
Pontren Baiturahman Kemenpera 2007
10 Arjasari Lebakwangi 2 Paguyuban Bhumi
Damai Lestari P2BPK, P2P 2004
11 Dayeuhkolot Cangkuang Weta 1 FMPKB PKP 2005
12 Dayeuhkolot Citeureup 1 FMPKB PKP 2005, Kemenpera 2007
13 Dayeuhkolot Sukapura 5 FWB COBILD, Kemenpera 2007,
YSK
14 Rancabali Alam Endah 1 Pontren Al-Itifaq MLB 2004, kemenpera 2007
15 Margaasih Margaasih 1 Pontren Da'arul
Maarif MLB 2004, kemenpera 2007
16 Katapang Gandasari
BKM Desa Gandasari Kemenpera 2007
17 Rancaekek Bojongloa
KSM Bojong Plus Kemenpera 2007
18 Rancaekek Cangkuang
BLM Desa Cangkuang Kemenpera 2007
Sumber : SPPIP Kabupaten Bandung Tahun 2011
B. Perumahan Formal
Perumahan Formal adalah perumahan yang dibangun oleh developer atau
pemerintah yang cenderung merupakan perumahan yang teratur karena hasil
perencanaan. Dengan kata lain, kawasan pemukiman perumahan formal umumnya
telah memenuhi syarat kualitas baik rumah, lingkungan dan infrastrukturnya.
Pembangunan permukiman ini difasilitasi oleh pemerintah melalui pemberian ijin
pemanfataan lahan dan pembangunan, serta dieksekusi oleh pemerintah itu sendiri
maupun oleh pengembang (developer), dengan memenuhi ketentuan arahan tata
ruang dan dengan konsep penataan lingkungan yang teratur. Kawasan permukiman
ini telah dilengkapi dengan fasilitas yang baik, dirancang dengan arsitektur yang
tertata dengan baik, serta memiliki akses yang cukup mudah ke sarana dan prasarana
yang ada.
Perumahan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: perumahan developer/ pemerintah yang
membangun rumah horisontal, perumahan developer/ pemerintah yang membangun
rumah vertikal (rusun) dan penyiapan pembangunan perumahan dengan
dukunganpenyiapan lahan& infrastruktur dalam skala besar (kasiba dan lisiba).
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 5
Tabel 7.4
Sebaran Perumahan Developer/ Pemerintah di Kabupaten Bandung
No. Kecamatan Nama Perumahan Nama Pengembang Jumlah Unit
Terbangun
1 Nagreg Puri Adi Prima PT. Adiprawira Gita Persada 105
2 Cicalengka
Bumi Duta Persada PT. Megantara Pratama
Bumi 72
Cicalengka Indah PT. Ganda Rusa 150
Bumi Ciataman Asri PT. Bukit Rasamala
Puncak Nagreg PT. Sekron Presindo
Puri Adiprima PT. Adi Prawita Gita
Persada 92
Griya Inti Babakan
Peuteuy PT. Piratec Reka Bina 1100
3 Cikancung
Puri Indah Sari PT. Puri Satria Perdana 143
Hegarmanah Indah PT. Swara Yugos Pratama 289
Sagitarius PT. Karya Isma Graja 207
Suryarahayu PT. Perisai Daya Usaha 165
4 Rancaekek
Perum Bandung Indah
Kostrad Puskopad-Kostrad 180
Griya Al-Hamim Al Hamim Putra 18
Permata Hijau PT. Devindo-ASABRI 35
Griya Ranca Indah PT. Kreasi Graha Raya 228
Bumi Nusa Indah PT. Insan Indah Utama
Perkasa 124
Bumi Abdi Negara PT. Dendawindo Permai 805
Griya Utama Rancaekek PT. Donaro 222
Rancaekek Permai PT. Sentrad Naluri Kreasi 818
5 Paseh
Bumi Asri Majalaya PT. Bina Cipta Adiguna 277
Mustika Cipaku Majalaya PT. Era Namora Genah 121
Kembang Loa Permai PT. Putra Ratnanindo 164
Bukit Mandala Asri PT. Galura Pakuan 73
6 Solokanjeruk PEPABRI Puskopad PUSKOPAD 40
7 Cileunyi
Mutiara Cileunyi PT. Savitri 139
Griya Mitra Posindo Kopkar PT.Pos Indonesia 100
Puri Melati PT. Megaraya Puri Prakasa 0
Teratai Cinunuk Indah PT. Alam Semesta 91
Manglayang Regency PT. WIKA 225
Perum Boromeus Koprasi Boromeus 143
Bumi Langgeng Cinunuk PT. Langgeng Raharja 1162
Griya Cinunuk Indah PT. Bina Sarana Perfecta 285
Permata Biru PT. Marga Tirta Kencana 2541
Bumi Panyawangan PT. Dwi Putra Sabaraya
Kencana 580
Taman Cileunyi PT. Edi Center Arfamitra 545
Rama Biru Asri PT. Putra Biru Perkasa 111
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 6
No. Kecamatan Nama Perumahan Nama Pengembang Jumlah Unit
Terbangun
Bumi Sadang Permai PT. Gunung Jati Nusantara
Abadi 88
Bukit Cimekar Indah PT. Nata Usaha Abadi 482
Bumi Harapan PT. Pola Andhika Realton 556
Bumi Cibiru Raya PT. Bumi Kusuma Ardi Putra 243
Cibiru Asri PT. Lestari Prima Persada 209
Griya Tut Wuri
Handayani PT. Megakirta Grahajaya 81
Bukit Flamboyan Indah PT. Maharani Selatan 73
Perum Hasan Sadikin Koperasi Hasan Sadikin 96
8 Bojongsoang
Dadali Camperinik I PT. Bangun Camperenik
Mandiri 42
Dadali Camperinik II PT. Bangun Camperenik
Mandiri 37
Bojong Soang Asri I PT. Insan Sandang Perkasa 126
Bojong Soang Asri II PT. Insan Sandang Perkasa 56
Mutiara Bandung
Selatan PT. Sari Asih Tunggal Jaya 62
Griya Bandung Indah III PT. Kharisma Paramadya
Raya 740
Griya Bandung Indah
Pengembangan
PT. Kharisma Paramadya
Raya 150
Griya Bandung Asri III
Tahap I PT. Raya Devindo 134
Griya Bandung Indah
Tahap III (Blok E, F, G)
PT. Kharisma Paramadya
Raya 618
Griya Bandung Indah
Tahap III (Blok H, I, J) PT. Kreasi Graha Raya 1159
Drs. Jajat Priatna Tahap I Drs. Jajat Priatna 62
Drs. Jajat Priatna Tahap I Drs. Jajat Priatna 34
Griya Bandung Asri
(GBA) PT. Raya Devindo 753
Griya Bandung Asri
(GBA) 3C PT. Raya Devindo 121
Griya Bandung Asri 3J PT. Kharisma Paramadya
Raya 30
Griya Bandung Asri 3D PT. Kharisma Paramadya
Raya 522
Taman Lengkong Indah Koperasi Warga Wirakarya
Indonesia 146
Griya Permata Asri PT. Kharisma Paramadya
Raya 532
9 Ciparay
Ciparay Indah PT. Grafika Insan 156
Baranangsiang Indah PT. Gajah Tonggak Perkasa 680
Bumi Sukasari Mukti PT. Usaha Rama Budi
Sejahtera 105
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 7
No. Kecamatan Nama Perumahan Nama Pengembang Jumlah Unit
Terbangun Bukit Indah Cikahuripan PT. Megantara Karya Utama 210
Bumi Mandala Ciheulang PT. Wahana Putra Mandala 200
Bumi Karya Ciheulang PT. PT. Wahana Tinokon 363
Perum Baru Jati Permai PT. Sari Murni 78
Pasir Madur Indah PT. Hastuka Sarana Karya 37
10 Pacet
Griya Cipeujeuh Indah PT. Adson Citra Lestari 70
Sanggar Indah Banjaran
I PT. Sanggar Karya Indah SR 712
Sanggar Indah Banjaran
II PT. Sanggar Karya Indah SR 334
Pondok Asri Puteraco
Cikawao PT. Puteraco Indah 963
11 Ibun Perumahan Sudi Permai PT. Multi Citra Dayatama 0
12 Pangalengan Kebon Kopi PT. Cipta Sarana Pratama 250
Puri Elok PT. Pulau Sungai Indah 17
13 Cimaung
Batu Reok Cipinang
Indah PT. Konjala Wahyudin 223
Griya Jagabaya Putraco PT. Putraco Indah 44
14 Arjasari
Kota Baru Arjasari PT. Abadi Mukti Kirana 509
Giri Sedayu PT. Genah Tritunggal
Perkasa 320
Banjaran Indah PT. Sinar Toga Mentara 33
Jati Raya PT. Pending Melati 110
Arjasari Asri PT. Bandung Arta Jaya 83
Banjaran Inti Permai - 90
Lebak Wangi Asri PT. Mitra Sadharma Utama 37
Pondok Arjasari Indah PT. Cipta Nusa Linggar
Kencana 21
15 Baleendah
Baleendah Permai PT. Panca Karisma Setia
Perdana 396
Mekarsari Indah PT. Wibawa Karya Indah 230
Bumi Kertamanah
Permai PT. Baleendah Permai 263
Galih Pawarti PT. Puteraco 270
Pondok Sari Endah PT. Kerja Utama 84
Griya Prima Asri PT. Prima Cahaya Budi 868
Bukit Neglasari Indah PT. Usaha Rama Budi
Sejahtera 295
Pondok Giri Harja Indah PT. Sukamaju Raya Utama 273
Pondok Pasir Endah PT. Beringin Graha
Cendana 32
Bumi Sari Endah PT. Insan Indah Utama
Perkasa 215
Griya Rancamanyar PT. Fajar Ratna Komala 281
Perum-Ruko G
Rancamanyar
PT. Beringin Graha
Cendana 550
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 8
No. Kecamatan Nama Perumahan Nama Pengembang Jumlah Unit
Terbangun Cikawung Asri PT. Baani Baru 19
16 Pameungpeuk
Paledang Indah I PT. Chandra Dirgantara 495
Paledang Indah II PT. Tanjungsari Mandiri 661
Sukarasa Indah PT. Margahayu Raya 149
17 Cangkuang
Gading Tutuka 2 PT. Metrik Elocipta 1103
Bumi Parahiyangan
Kencana
Perum Perumnas Cab IV
Bandung 900
Griya Dirgantara Koperasi TNI AD 11
Bumi Parahiyangan
Kencana
Perum Perumnas Cab IV
Bandung 900
Bumi Parahiyangan
Kencana
Perum Perumnas Cab IV
Bandung 900
Banda Asri PT. Nuansa Timur Sejahtera 304
Bumi Parahiyangan
Kencana
Perum Perumnas Cab IV
Bandung 900
18 Katapang
Soreang Indah PT. Sinar Utama Pratama 988
Gading Tutuka PT. Metrik Daya Cipta 1498
Cincin Permata Indah PT. Mega Tirta Kencana 463
Bumi Laksana Permai PT. Arbitek Mandiri 193
Bumi Sukagalih Permai PT. Sukagalih Permai 105
Gading Juti Sari PT. Nata Usaha Abadi 1225
Taman Bunga Sukamukti PT. Abadi Mukti 635
Gandasoli PT. Mega Tirta Kencana 271
Bukit Bunga Kopo PT. Konjala Wahyudin 292
An. Amas Hartono An Amas Hartono 7
Gandasari Permai PT. Konjala Wahyudin 133
19 Pasirjambu
Bumi Ciwidey Indah PT. Viora Bumi Puri
Dirgantara 270
Sukarasa Permai PT. Kalmar Jaya 192
Wisma Alosius Yayasan Aloisius (Villa+Mes) 21
Argapuri Resort PT. Argapuri Aditama (Villa,
Mes) 71
20 Ciwidey Sindangsari Indah H. Odang 24
Sumber : SPPIP Kabupaten Bandung Tahun 2011
C. Profil Perumahan Vertikal
Perumahan formal vertikal maksudnya adalah pembangunan perumahan secara
vertikal sebagai penanganan dampak tingginya harga lahan, padatnya permukiman
perkotaan dan menurunnya kualitas permukiman. Perumahan vertikal yang ditangani
masyarakat swasta adalah rusunami.
Rumah Susun Milik (Rusunami). Rusunami ini ditujukan bagi masyarakat yang sudah
mampu memenuhi kebutuhan rumahnya dan masih tergolong pada MBR. Rusunami
ini merupakan alternative pemenuhan rumah bagi masyarakat selain rumah swadaya
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 - 9
dan developer/ pemerintah. Sekitar 19,27% masyarakat yang tergolong kedalam
pengadaan rusun yang menyasar masyarakat mampu. Dari angka 19,27% tersebut,
pembangunan rusunami sekitar 12,85% dan sisanya 6,42% dibangun rusunawa
industri.
D. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
Perumahan formal vertikal adalah pembangunan perumahan secara vertikal sebagai
penanganan dampak tingginya harga lahan, padatnya permukiman perkotaan dan
menurunnya kualitas permukiman.
Pembangunan perumahan vertikal salah satunya dengan pola penanganan Rumah
Sususn Sederhana Sewa(Rusunawa). Rusunawa ini ditujukan bagi masyarakat yang
tidak mampu memenuhi perumahannya dengan pola sewa. Berdasarkan BKKBN, 2007
di Kabupaten Bandung terdapat 14,5% masyarakat tidak mampu memenuhi
kebutuhan rumahnya dan 50% nya didistribusikan perumahannya pada rusunawa dan
50% nya diberikan bantuan uang muka rumah.
Pemenuhan pembangunan rusunawa dialokasikan pada wilayah-wilayah perkotaan
yang padat penduduk. Standar yang digunakan untuk luasan pembangunan lahan
rusunawa1 4500 m2 untuk setiap twin blok-nya, dimana hanya 3000 m2 digunakan
untuk bangunan rusun dan 1500 m2 untuk sarana dan prasarananya. Luas total
konstruksi pembangunan rusun ini adalah 12,99 Ha dan 30% (3,9 ha) dari luas lahan
digunakan untuk sarana dan prasarana rusun, seperti : tempat parkir, jalan lingkungan,
open space, publik service, dll
Perumahan vertikal di Kabupaten Bandung dalam bentuk rusunawa (rumah susun
sederhana sewa) adalah Rusunawa Kulalet berada di RT 04 RW 14 Kelurahan Kulalet,
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, berada di jalur utama jalan Dayeuhkolot –
Baleendah.
Bangunan terdiri dari 2 blok bangunan (masing-masing 4 lantai) yang dibangun tahun
1993 – 1994 mulai diisi sejak tahun 1996. Kondisi rusun dalam kondisi yang perlu
direhabilitasi dan kurang terawat. Rusunawa Kulalet dibangun untuk memenuhi
kebutuhan hunian bagi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) terutama untuk
buruh industri pabrik. Walaupun kondisinya relatif kurang terawat namun mempunyai
tingkat pengisian hamper 100% yang berarti konsep perumahan vertikal ternyata
diterima & diminati oleh masyarakat.
Pengelola rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) Kulalet dilakukan oleh satu seksi
di bagian perumahan Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan
(Dispertasih) Kabupaten Bandung. Secara operasional, jumlah tenaga manajemen di
lokasi sebanyak 3 orang.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
10
E. Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
1. Pengembangan Kasawan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
Lokasi pusat pengembangan desa diperoleh melalui penyusunan Community Action
Plan Rencana Perumahan dan Permukiman (CAP RPP) yang dilakukan secara
bertahap. Sejauh ini telah dilakukan penyusunan CAP RPP di tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Baleendah, Kutawaringin dan Ciwidey.
Arahan lokasi kegiatan penyusunan CAP RPP ini berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1) Lokasi di dalam peruntukkan permukiman dalam RTRW Kabupaten Bandung atau
arahan dari RP4D Kabupaten Bandung.
2) Kondisi lingkungan permukiman dalam kategori tidak layak huni dan sanitasi yang
rendah yang diidentifikasikan antara lain:
a. Lingkungan tak terawatt/kotor, dengan tatanan tidak teratur, pada umumnya
dibangun spontan sebagai hunian secara swadaya.
b. Langka pelayanan prasarana/sarana dasar.
c. Belum didukung jaringan jala local yang memadai.
d. Belum didukung saluran pembuangan yang memadai.
e. Kualitas pelayanan air bersih rendah.
f. Kualitas pelayanan persmpahan dan air limbah rendah.
g. Terjadi pencemaran lingkungan dan wabah penyakit.
h. Kantong/kawasan rumah tidak/kurang layak huni.
i. Intensitas permasalahn social kemasyarakatan cukup tinggi.
3) Memiliki fungsi dalam menunjang kegatan strategis daerah (pariwisata, industri,
perdagangan, dll)
4) Menempati skala prioritas rendah.
Berdasarkan sistem scoring yang diterapkan dalam menentukan prioritas lokasi
sasaran diperleh desa/kelurahan terpilih yaitu Kelurahan Baleendah Kecamatan
Baleendah, Desa Sukamulya Kecamatan Kutawaringin dan Desa Nengkelan
Kecamatan Ciwidey.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
11
2. Pengembangan Kawasan Agropolitan
Pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bandung dipusatkan di daerah
selatan khususnya di wilayah Pengembangan Agropolitan Ciwidey. Kawasan
agropolitan ini ditikberatkan pada peningkatan keterkaitan pengembangan kawasan
konservasi dengan kawasan budidaya pertanian, perkebunan, perikanan, dan
peternakan.
Wilayah Pengembangan Agropolitan Ciwidey mempunyai luas wilayah yaitu 40.674,67
Ha, yang terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Rancabali,
dan Kecamatan Pasirjambu, dimana terbagi dalam 21 desa. Untuk lebih rinci nama-
nama desa tersebut adalah sebagai berikut:
A. Kecamatan Ciwidey terdiri atas :
1. Desa Panundaan
2. Desa Ciwidey
3. Desa Panyocokan
4. Desa Lebakmuncang
5. Desa Rawabogo
6. Desa Nengkelan
7. Desa Sukawening
B. Kecamatan Rancabali terdiri atas :
1. Desa Cipelah
2. Desa Sukaresmi
3. Desa Indragiri
4. Desa Patengan
5. Desa Alamendah
C. Kecamatan Pasirjambu terdiri atas :
1. Desa Sugihmukti
2. Desa Margamulya
3. Desa Tenjolaya
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
12
4. Desa Cisondari
5. Desa Mekarsari
6. Desa Cibodas
7. Desa Cukanggenteng
8. Desa Pasirjambu
9. Desa Mekarjambu
10. Desa Cikoneng
Tabel 7.5
Luas Wilayah Pengembangan Agropolitan Ciwidey
Kecamatan Nama Desa Luas (Ha)
Ciwidey
1. Nengkelan 375,4
2. Sukawening 652,9
3. Rawabogo 806,1
4. Lebakmuncang 1764,5
5. Panyocokan 387,9
6. Ciwidey 256,3
7. Panundaan 342,4
Pasirjambu
1. Cikoneng 504,6
2. Cukanggenteng 573,4
3. Pasirjambu 185,1
4. Cisondaki 1428,0
5. Mekarmaju 180,0
6. Cibodas 954,5
7. Tenjolaya 566,2
8. Margamulya 990,9
9. Mekarsari 2068,5
10. Sugihmukti 14725,8
Rancabali
1. Rawabodo 2708,9
2. Patengan 4277,1
3. Sukaresmi 4264,7
4. Cipelah 2661,6
Total 40674,7
Sumber : Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey, Tahun 2007
Peran pemerintah dalam pengembangan kawasan agropolitan adalah dengan
memperbaiki dan membangun sarana dan prasarana infrastruktur yang menunjang
kawasan agropolitan.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
13
3. Penyediaan PS Dalam Rangka Penanganan Bencana
Penanganan permukiman di kawasan rawan bencana di Kabupaten Bandung, meliputi
kawasan permukiman di bantaran sungai (Daerah Aliran Sungai/ DAS) yang rawan
akan bencana banjir dan kawasan permukiman di kawasan konservasi (pegunungan)
yang rawan akan bencana longsor. Penanganan di kawasan bantaran sungai sebagian
telah tercakup dalam penanganan kawasan kumuh.
7.1.3 Permasalahan Dan Tantangan
A. Permasalahan Perumahan Swadaya
Permasalahan yang muncul dalam pengembangan perumahan swadaya adalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya program pemerintah yang menyasar pembangunan dan regulasi
pembangunan rumah swadaya
2. Keterbatasan lahan yang berdampak pada tingginya harga lahan untuk
permukiman.
3. Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR) cenderung membangun rumah secara
swadaya pada kantong-kantong kumuh (slum) dan kawasan yang bukan
diperuntukkan sebagai permukiman (squatters).
4. Rumah swadaya yang dibangun oleh MBR secara swadaya memiliki
kecenderungan penurunan kualitas (degradasi) lingkungan sebagai tahap awal
kekumuhan lingkungan.
B. Permasalahan Swadaya Kumuh
Permasalahan yang muncul dalam penanganan kawasan perumahan dan
permukiman kumuh adalah sebagai berikut:
1. Ketidaktepatan penanganan masalah pada peningkatan kualitas lingkungan
permukiman terutama di kawasan permukiman kumuh dan ilegal.
2. Keterbatasan lahan yang berdampak pada tingginya pemukim di kawasan ilegal.
3. Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR) cenderung membangun rumah pada
kantong-kantong kumuh (slum) dan kawasan yang bukan diperuntukkan sebagai
permukiman (squatters).
4. Berkorelasi pada buruknya pelayanan sanitasi, prasarana yang tidak memadai
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
14
C. Permasalahan Perumahan Rawan Bencana
Permasalahan penanganan kawasan perumahan dan permukiman di daerah rawan
bencana adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan lahan dan tingginya nilai lahan menyebabkan banyak masyarakat
(terutama MBR) yang tinggal di sekitar bantaran sungai, dengan harga relatif lebih
terjangkau
2. Terbenturnya beberapa kepentingan antar pihak terkait dengan skala prioritas
penanganan masalah yang ditangani.
3. Pandangan masyarakat yang menganggap bencana banjir merupakan rutinitas,
karena seringnya masalah tersebut muncul.
4. Program penanganan dari pemerintah yang kurang tegas dan tanggap dalam
menghadapi persoalan banjir
5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dengan
tetap menjaga kebersihan dan perlunya ruang terbuka hijau untuk mereduksi
limpahan air.
D. Permasalahan Perumahan Formal
Permasalahan dalam pengembangan perumahan formal adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan kemampuan developer/ pemerintah dalam memperluas jangkauan
pembangunan rumah
2. Kurangnya dukungan sarana pada permukiman baru yang sudah dibangun yang
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
3. Daya tampung jaringan jalan disekitar perumahan baru yang sudah tidak memadai
dan menimbulkan kemacetan.
E. Permasalahan Kelembagaan
1. Kebijakan otonomi daerah yang makin menciptakan kemandirian wilayah,
kemandirian sektoral yang terkadang kontraproduktif terhadap perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan yang menciptakan konflik dan inkonsistensi dalam
pelaksanaan program pembangunan perumahan permukiman.
2. Tingginya kompleksitas masalah pembangunan perumahan dan permukiman yang
dihadapi dalam kondisi keterbatasan sistem perencanaan dan implementasi yang
berimplikasi terhadap kecenderungan penanganan yang bersifat kuratif dan
incremental (menunggu terjadinya persoalan dan dengan penanganan sepotong -
sepotong) ketimbang penanganan yang bersifat antisipatif.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
15
3. Belum terciptanya kepedulian masyarakat atau lembaga di masyarakat dalam
mendukung pembangunan perumahan dan permukiman khususnya dalam
penyediaan perumahan dan lingkungan yang memenuhi syarat baik dari sisi syarat
perumahan (sehat, nyaman, layak) maupun dari sisi kesesuaian lokasi (bukan lahan
ilegal, tidak melanggar tata ruang).
4. Arah pembangunan permukiman secara nyata nampak dalam pembangunan
perumahan pada kawasan baru yang diprakarsai oleh swasta developer sedangkan
pembangunan permukiman yang bersifat rehabilitasi, penanganan lingkungan
(mis: peremajaan kota) menjadi tidak populer dan kurang mendapatkan prioritas,
dan harus ditangani oleh pemerintah sendiri karena swasta sulit untuk dilibatkan.
Dengan keterbatasan dana pemerintah maka program semacam itu menjadi tidak
berjalan sebagai mana mestinya.
5. Pembangunan sektor perumahan dan permukiman yang belum terdukung oleh
sistem informasi untuk kepentingan perencanan, implementasi dan evaluasi yang
dapat dimanfaatkan oleh pengambil keputusan di tingkat kebijakan dan khususnya
di tingkat teknis implementasi.
F. Permasalahan Pembiayaan
1. Lemahnya dukungan pembiayaan pembangunan sektor perumahan dan
permukiman dari sisi pemerintah akibat adanya skala prioritas sektor
pembangunan lain dan keterbatasan pendapatan pemerintah sehingga
penanganan pembangunan perumahan permukiman dalam penyediaan prasarana
dasar, pengaturan lahan dalam skala besar serta rehabilitasi kawasan kumuh
menjadi sulit direalisasikan.
2. Disisi lain pendanaannya melalui sumber pembiayaan komersial (swasta) hanya
dapat melayanai kebutuhan non MBR (golongan masyarakat menengah keatas),
sedangkan untuk MBR perlu dibiayai oleh pemerintah.
3. Terdapat potensi sumber pembiayaan lain yang bukan dari anggaran pemerintah
yang dapat dimobilisasi untuk kepentingan pembangunan perumahan dan
permukiman seperti penggunaan dana pensiun, asuransi dll yang dapat
dimanfaatkan dalam pembiayaan jangka panjang untuk mengatasi kelangkaan
dana namun memerlukan upaya melalui pengaturan dan kebijakan.
7.1.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting.
Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus
dicapai. Analisis kebutuhan juga harus mengacu pada target pengembangan
permukiman yang termuat dalam RPIJM, RTRW maupun Renstra SKPD.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
16
Kebutuhan pengembangan permukiman Kabupaten Bandung diprioritaskan sesuai
dengan arahan RPJMN tahun 2015 – 2019 yaitu penuntasan kawasan permukiman
kumuh hingga 0% di tahun 2019. Berdasarkan hal tersebut maka disusunlah roadmap
penuntasan kawasan kumuh seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.6
Roadmap Penanganan Kawasan Kumuh
Kabupaten Bandung 2015 - 2019
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Luas Kawasan Kumuh (Ha) 93,83 70,37 46,92 23,46 -
Roadmap Penanganan Kawasan Per
Tahun 23,46 23,46 23,46 23,46
Roadmap Gerakan 100-0-100 100% 75% 50% 25% 0%
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
7.1.5 Kriteria Persiapan Daerah
Dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bandung, kriteria kesiapan daerah
yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Dokumen RP4D Kabupaten Bandung dilaksanakan disusun pada tahun 2008
2. Dokumen Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey (Kecamatan Pasirjambu,
Ciwidey dan Rancabali) disusun pada tahun 2007
3. Dokumen SPPIP Kabupaten Bandung disusun pada tahun 2011
4. Dokumen RPKPP Kabupaten Bandung disusun pada tahun 2012
7.1.6 Usulan Program Dan Kegiatan
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan
program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria
kesiapan daerah. Selengkapnya usulan program pengembangan permukiman
Kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
17
Tabel 7.7
Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Bandung
No Kegiatan Volume Satuan Biaya
(x Rp 1.000.-) Lokasi
1 Penyusunan Naskah Akademik
Review Perda Serah Terima PSU 1 Dokumen 400.000 Kab. Bandung
2
Rencana Pencegahan dan
Penanganan Kawasan Permukiman
Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)
1 Kabupaten 7.800.000 Kab. Bandung
3 DED Kawasan Kumuh Kab Bandung 1 Kabupaten 750.000 Kawasan Kumuh
Kabupaten Bandung
4 Penanganan Kawasan Kumuh
(insfrastruktur) 91,83 Ha 94.620.000
Kawasan Kumuh
Kabupaten Bandung
5 Rumah Tidak Layak Huni dan PSU 1 Kabupaten 130.000.000 Tersebar di Kab.
Bandung
6 Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perkotaan (Bantuan Stimulan PSU) 1 Kabupaten 69.080.000
Tersebar di Kab.
Bandung
7
Penanganan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas
(PLPBK)
1 Kabupaten 33.100.000 Tersebar di Kab.
Bandung
8 Program model lingkungan
bermartabat (pemberdayaan) 1 Kabupaten 600.000
Tersebar di Kab.
Bandung
9 Pelaksanaan Pembangunan
Infrastruktur Program CAP RPP 9 Kecamatan 13.500.000 9 Kecamatan Prioritas
10 Pengembangan Kawasan
Agropolitan 4 Kecamatan 4.000.000
Wilayah
Pengembangan
Agropolitan Ciwidey
11 Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan 1 Kabupaten 28.000.000
Tersebar di Kab.
Bandung
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman
Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari APBD Kabupaten
Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat dan APBN, maupun masyarakat dan swasta.
Usulan pembiayaan pembanguna permukiman di Kabupaten Bandung dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
18
Tabel 7.8
Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Bandung
No Kegiatan
APBN APBD
Prov APBD
Kab/kota
(Rp x Juta)
Masyarakat
(Rp x Juta)
Swasta CSR Total
(Rp x Juta) (Rp x
Juta)
(Rp x
Juta)
(Rp x
Juta) (Rp x Juta)
1
Penyusunan Naskah
Akademik Review Perda
Serah Terima PSU
- - 400 - - - 400
2
Rencana Pencegahan dan
Penanganan Kawasan
Permukiman Kumuh
Perkotaan (RP2KPKP)
4.800 - 3.000 - - - 7.800
3 DED Kawasan Kumuh Kab
Bandung - - 750 - - - 750
4 Penanganan Kawasan Kumuh
(insfrastruktur) 75.870 - 18.750 - - - 94.620
5 Rumah Tidak Layak Huni dan
PSU 50.000 40.000 40.000 - - - 130.000
6
Infrastruktur Kawasan
Permukiman Perkotaan
(Bantuan Stimulan PSU)
68.000 - 1.080 - - - 69.080
7
Penanganan Lingkungan
Permukiman Berbasis
Komunitas (PLPBK)
14.600 - 18.500 - - - 33.100
8 Program model lingkungan
bermartabat (pemberdayaan) - - 600 - - - 600
9
Pelaksanaan Pembangunan
Infrastruktur Program CAP
RPP
13.500 - - - - - 13.500
10 Pengembangan Kawasan
Agropolitan 4.000 - - - - - 4.000
11 Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan - - 28.000 - - - 28.000
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
Usulan program pembangunan Pengembangan Permukiman Kabupaten Bandung
secara rinci telah tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah
(RPIJM) Pengembangan Permukiman Kabupaten Bandung.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
19
7.2 Penataan Bangunan Dan Lingkungan
7.2.1 Isu Strategis Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario
pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari
rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan
Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian
terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri,
produktif dan berkelanjutan. Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kabupaten Bandung meliputi :
Tabel 7.9
Isu Strategis Penataan Bangunana dan Lingkungan Kabupaten Bandung
No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL
1. Penataan Lingkungan
Permukiman
a. Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Bandung
b. Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah yang memiliki potensi wisata
c. Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi
ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.
d. Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah
raga dan lain-lain kurang diperhatikan.
2. Penyelenggaraan Bangunan
Gedung dan Rumah Negara
a. Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
b. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang
tertib dan efisien.
c. Masih banyaknya asset Negara yang tidak teradministrasikan
dengan baik.
d. Masih adanya permukiman kumuh di kantong permukiman yang
dihuni di Kabupaten Bandung.
e. Belum optimalnya kondisi penegakan aturan keselamatan,
keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada
daerah-daerah rawan bencana di Kabupaten Bandung
f. Kondisi Prasarana dan sarana hidran kebakaran dari segi fungsi dan
kapasitas layanannya di Kabupaten Bandung belum optimal dan
sebagian dalam kondisi rusak
g. Belum optimalnya kondisi pengaturan penyelenggaraan dan
kualitas pelayanan publik serta perijinan Bangunan Gedung di
Kabupaten Bandung
h. Belum ditaatinya SLF terutama untuk bangunan publik seperti hotel,
rumah sakit dan sebagainya
3.
Pemberdayaan Komunitas
dalam Penanggulangan
Kemiskinan
a. Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.
b. Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan
peran masyarakat.
c. Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses
perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
20
7.2.2 Kondisi Eksisting Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan memberikan gambaran
mengenai peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan
penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Untuk kondisi eksisting terkait dengan peraturan daerah di Kabupaten Bandung
mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK
Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/. Selengkapnya peraturan daerah
Kabupaten Bandung yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.10
Perturan Daerah terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Peraturan Daerah
Ket No Tahun Tentang
1 14 2002 Bangunan
2 12 2005 Perubahan Pertama Perda No. 23 Tahun
199 Tentang Retribusi IMB
3 6 1997 Garis Sempadan
4
Keputusan Bupati
Kabupaten Bandung
No. 15
2005 Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Tentang Retribusi IMB
Bangunan-bangunan gedung yang ada di Kabupaten Bandung secara umum terletak
menyebar secara linear. Perkembangan kegiatan perkotaan umumnya terjadi wilayah
bagian tengah pada koridor jaringan jalan utama yang merupakan poros yang
menghubungkan Kabupaaten Bandung dengan Kota Bandung. Kondisi bangunan
gedung yang ada di Kabupaten Bandung yang umumnya menyebar yang meliputi :
1. Bangunan Umum perdagangan dan jasa
2. Bangunan Bersejarah
3. Bangunan Fasilitas Rumah Sakit
4. Bangunan Kawasan Perumahan yang tersebar di seluruh Kabupaten Bandung
5. Bangunan-bangunan yang baru akan direncanakan
6. Bangunan-bangunan yang mempunyai nilai ekonomi
Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman membawa
dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
21
Bandung. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang tempat
tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang yang semakin terbatas
dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota.
Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang
berdampak pada sistem pelayanan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang
semakin kompleks.
Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten
Bandung menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan
permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni. Selain itu, faktor keselamatan
gedung belum diperhtaikan dari sebagian masyarakat sehingga sering dijumpai
bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan tinggi, dan faktor
keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab musibah kebakaran.
7.2.3 Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan di
Kabupaten Bandung antara lain :
1. Belum tersusunnya dokumen perencanaan yang lebih detail dalam upaya
pembahasan Penataan bangunan dan lingkungan yang ada.
2. Dukungan bantuan teknis dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan
masih terbatas dokumen perencanaannya yang merupakan acuan implementasi
dilapangan, seperti Rencana Induk Proteksi Kebakaran (RISPK), Penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan dan Gedung, Penyusunan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Bantuan Teknis pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH), dll.
3. Masyarakat serta pemerintah setempat pun masih memiliki pengetahuan yang
terbatas dalam hal penataan bangunan dan lingkungan, terutama bagi
keselataman bangunan gedung.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam penataan bangunan gedung dan
lingkungan di Kabupaten Bandung meliputi penataan kawasan kumuh dan revitalisasi
kawasan. Adapun permasalahan lain sebagai berikut :
1. Banyaknya bangunan gedung yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan.
2. Belum tersedianya pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung dan kualitas
pelayanan publik/perizinan.
3. Masih terdapatnya permukiman kumuh yang memerlukan penataan yang lebih
layak.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
22
4. Belum terkendalinya pengendalian danpemanfaatan ruang terbuka hujau.
5. Belum optimalnya penanganan kawasan yang berpotensi ekonomi seperti
bangunan bersejarah
6. Belum berfungsi proses Sertifikasi Laik Fungsi (SLF)
7.2.4 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan
mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan
bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No.
8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan bangunan dan lingkungan
meliputi:
1. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
b. Penataan lingkungan permukiman tradisional/bersejarah
c. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
2. Kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara
3. Kegiatan pemberdayaan komonitas dalam penanggulangan kemiskinan
Adapun berdasarkan peraturan diatas maka dapat diidentifikasi kebutuhan Kabupaten
Bandung dalam penyelenggaran pemenuhan kebutuhan Penataan Bangunan dan
Lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan Kabupaten Bandung dalam
sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.11
Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kabupaten Bandung
No Uraian Volume Satuan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Tahun VI
Lokasi
1
Penyusunan
Dokumen
RTBL
1 Lap
Review RTBL
Soreang-
Kutawaringin
dan DED
Kampung
Sunda
RTBL Soreang RTBL
Rancaekek
2
Perencanaan
Penataan
Ruang Terbka
Hijau (RTH)
1 Kawasan Soreang dan
Margaasih Soreang Soreang Soreang
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
23
No Uraian Volume Satuan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Tahun VI
Lokasi
/Taman
diperkotaan
Soreang
3
Penataan
Sarana
Pembangunan
Ruang Publik
dan Ruang
Terbuka Hijau
(RTH)
1 Kawasan
Arjasari,
Banjaran,
Majalaya,
Cilengkrang
Nagreg dan
Kutawaringin
Soreang,
Cikancung,
Paseh, Bumi
Perkemahan
Andes
Kutawaringin,
Rancaekek
Soreang,
Cicalengka,
Cileunyi,
Majalaya,
Ciparay,
Baleendah,
Bojongsoang,
Dayeuhkolot,
Pangalengan,
Cangkuang,
Kutawaringin,
Katapang
Soreang,
Solokan Jeruk,
Pameungpeuk,
Ciamung,
Ciwidey,
Margahayu,
Margaasih
Cikancung,
Kertasari,
Arjasari,
Pasir
Jambu,
Rancabali
Cimeunyan
Ibun dan
Pacet
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
7.2.5 Kriteria Persiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di
Kabupaten Bandung kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan
dilaksanakan meliputi:
1. Dokumen RTBL yang meliputi :
• Dokumen RTBL Kawasan Soreang – Kutawaringin yang akan direview pada
tahun 2017
• Dokumen RTBL Kawasan Soreang yang akan disusun pada tahun 2018
• Dokumen RTBL Kawasan Rancaekek yang akan disusun pada tahun 2019
2. Dokumen DED Kampung Sunda yang akan disusun pada tahun 2017
7.2.6 Usulan Program Dan Kegiatan
Usulan program pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten
Bandung secara rinci telah tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Bandung.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
24
7.3 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
7.3.1 Isu Strategis Pengembangan SPAM
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia
untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis tersebut
adalah::
1. Peningkatan Akses Aman Air Minum
2. Pengembangan Pendanaan
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi
Isu strategis pembangunan bidang air minum di Kabupaten Bandung yaitu :
a. Sumber air baku yang dipergunakan oleh Kabupaten Bandung masih sama
dengan penggunaan sumber air oleh Kota Bandung. Selain itu juga ketersediaan
sumber air/penguasaannya yang dapat dimanfaatkan dengan biaya investasi
relatif murah dan semakin terbatas
b. Pada IPA eksisting yang menggunakan sumber air baku Sungai Citarum, memiliki
beban berat untuk mengolah air bersih menjadi air minum memiliki kualitas air
dibawah ambang baku mutu air minum.
c. Masih tingginya tingkat kebocoran yaitu 38,12%
7.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
A. Aspek Teknis
Aspek teknis pengambangan SPAM di Kabupaten Bandung terdiri dari dua sistem
perpipaan. Sistem perpipaan dan sistem non perpipaan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat sebagai berikut.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
25
1. Sistem Perpipaan
a. Sistem Jaringan
Pelayanan air minum oleh PDAM Tirta Raharja di Kabupaten Bandung telah
menjangkau 12 (dua belas) kecamatan dari 31 (tiga puluh satu) kecamatan
yang ada di Kabupaten Bandung. Sistem pelayanan air minum di Kabupaten
Bandung terdiri dari 3 (tiga) cabang dan 4 (empat) unit. Adapun jumlah
pelanggan PDAM Tirta Raharja di Kabupaten Bandung adalah 31.130
pelanggan.
Tabel 7.12
Jumlah Pelanggan PDAM Tirta Raharja
Kabupaten Bandung
No Cabang Daerah Pelayanan Jumlah Sambungan
Langganan
1 Soreang
Soreang 6,974
Pangalengan 2,947
Banjaran 1,842
Ciwidey 62
Total 11,825
2 Ciparay
Ciparay 4,629
Baleendah 1,827
Pacet 272
Bojongsoang 1,018
Total 7,746
3 Rancaekek
Rancaekek 4,616
Cicalengka 576
Majalaya 5,142
Cileunyi 125
Total 10,459
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (RIP-SPAM) Kabupaten Bandung, tahun 2011
b. Sumber Air Baku dan Unit Produksi
Sumber air baku yang dipergunakan oleh PDAM Tirta Raharja untuk melayani
penduduk di Kabupaten Bandung adalah air permukaan, mata air dan deep
well yaitu :
1. Air permukaan
• Sungai Cisangkuy
• Sungai Cikitu
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
26
2. Air tanah
3. Mata air
• Mata air Citere
• Mata air Cigadog
• Mata air Cilembang
• Mata air Cihampelas
Kapasitas sumber air dalam hal ini adalah air permukaan dan mata air pada umumnya
menurun terutama pada musim kemarau. Sedangkan kapasitas sumur bor, semakin
lama semakin menurun karena terjadinya eksploitasi air tanah secara besar-besaran
untuk keperluan beberapa industri.
c. Jumlah Pelanggan, Pemakaian Air dan Cakupan Pelayanan
Jumlah sambungan langganan PDAM Tirta Raharja adalah 6 9enam) wilayah cabang
untuk 3 (tiga) kabupaten yang terlayani. Adapun 3 (tiga) wilayah diantaranya terletak
di Kabupaten Bandung yaitu Soreang (cabang 1), Ciparay (cabang 2) dan Majalaya
(cabang 3).
Tabel 7.13
Jumlah Sambungan Langganan
Wilayah Kecamatan Yang
Dilayani Jaringan Pipa PDAM
Jumlah
Sambungan
Wilayah Kecamatan Yang Belum
Terlayani Jaringan Pipa PDAM
Cabang Soreang : 11 kecamatan yang meliputi :
Rancabali, Pasirjambu, Cimaung,
Kertasari, Arjasari, Cangkuang,
Pameungpeuk, Katapang,
Kutawaringin, Margaasih, Margahayu
1. Soreang 8.490
2. Banjaran 2.963
3. Pangalengan 3.105
4. Ciwidey 65
Cabang Ciparay :
1 Kecamatan yaitu :
Dayeuhkolot
1. Ciparay 2.020
2. Baleendah 2.098
3. Bojongsoang 1.311
4. Pacet 273
Cabang Majalaya
3 Kecamatan, yaitu :
Cilengkrang, Cimeunyan dan Nagrek
1. Majalaya 5.344
2. Rancaekek 4.653
3. Cicalengka 662
4. Cileunyi 246
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RIP-SPAM)
Kabupaten Bandung, tahun 2011
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
27
Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa dari 31 (tiga puluh satu)
kecamatan yang terletak di Kabupaten Bandung, 12 (dua belas) kecamatan sudah
dilayani jaringan pipa PDAM, 15 (lima belas) kecamatan belum terlayani jaringan pipa
PDAM tetapi sudah termasuk kedalam zoning. Sementara itu masih ada 4 (empat)
kecamatan yaitu Kecamatan Ibun, Paseh, Cikanjung dan Solokanjeruk yang tidak
termasuk zoning serta tidak terlayani oleh jaringan pipa PDAM. PDAM Tirta Raharja
memiliki persen terhadap total penduduk terlayani sebesar 17,63%.
Kondisi cakupan pelayanan oleh PDAM Tirta Raharja adalah 17,63%. Untuk
lebih jelasnya mengenai kondisi cakupan pelayanan PDAM dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 7.14
Cakupan Pelayanan
Wilayah
Kecamatan Yang
Dilayani PDAM
Wilayah Kecamatan Yang
Belum Terlayani PDAM
Jumlah
Penduduk
Terlayani PDAM
Total Penduduk
Cabang
Persentase
Layanan
Percabang
Cabang 1 11 Kecamatan
Soreang Rancabali, Pasirjambu,
Cimaung, Kertasari,
Arjasari, Cangkuang,
Pameungpeuk, Katapang,
Kutawaringin, Margaasih
dan Margahayu
17.958
1.347.707 5,53%
Banjaran 19.822
Pangalengan 24.096
Ciwidey 12.682
Cabang 2
Ciparay 1 Kecamatan
Ciparay
Dayeuhkolot
24.822
687.431 14,28% Baleendah 38.258
Bojongsoang 17.539
Pacet 17.537
Cabang 3
Majalaya 3 Kecamatan
Majalaya
Cilengkrang, Cimenyan,
Nagrek
26.310
768.893 13,19% Rancaekek 28.741
Cicalengka 18.882
Cileunyi 27.518
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RIP-SPAM) Kabupaten
Bandung, tahun 2011
7 -
28
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
Tabel 7.15
Kondisi Eksisting Pelayanan PDAM Tirta Raharja
Soreang Pangalengan Banjaran Ciwidey Ciparay Pacet Bojongsoang-Baleendah Rancaekek Cicalengka Majalaya Cileunyi
1 Sumber Air S. Cisangkuy MA. Citeria S. Cisangkuy MA. Cigadog S. Cikitu MA. Cilembang Sistem IPA CiparayDW & Sistem
CiparayMA. Cilembang
Interkoneksi dari
CiparayMA. Cihampelas
2 Kapasitas Terpasang l/dt 75 25 25 25 200 5 24 5 6
3 Kapasitas Produksi l/dt 55 25,67 24,33 0,6 198 1,78 19 2 40 0,5
4 Jam Opersi Jam 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
5 Sistem PengaliranGravitasi &
PemompaanGravitasi Gravitasi Gravitasi Gravitasi Gravitasi Pemompaan
Gravitasi &
PemompaanPemompaan Gravitasi Gravitasi
6 Kontinuitas Pengaliran 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
7 Produksi Air m3/thn 1.673.368 785.765 679.624 18.922 629.986 56.177 583.088 178.239 14.994
8 Distribusi Air m3/thn 1.553.600 742.365 624.593 18.165 5.220.595 53.930 1.142.109 170.788 14.944
9 Air Terjual m3/thn 1.129.537 594.766 366.151 10.746 3.012.215 26.867 765.768 124.698 36.867 149.253
10 T. Kehilangan Air (THA) % 27,3 19,88 41,38 40,84 42,3 50,18 39,96 26,99 50,18 0,46
11 Konsumsi Air m3/SL/bln 13,5 16,82 15,71 14,44 19,9 8,23 13,82 18,04 8,23 9,95
12 Biaya Produksi Rp/m3 420 26 714 1.660 210 540 408 994 540 234
13 Tarif Rp/m3 3.457 3.833 3.644 3.039 3.288 2.446 3.449 3.395 2.869 2.779 3.164
14 Pendapatan Air RP 3.875.271.475 1.987.180.980 1.303.128.300 35.103.770 2.855.777.740 65.743.700 1.827.601.375 2.537.872.745 426.391.800 2.906.137.340 4.817.150
15 Jumlah Pelanggan SL 6.794 2.974 1.924 62 4.629 272 2.845 4.616 576 5.142 25
16 Jumlah Pegawai Orang 26 10 10 1 27 1 12 15 3 18 1
17Rasio Pegawai per 1.000
Pelanggan3,73 3,39 5,15 16,13 5,83 3,68 4,22 3,25 5,21 3,5 8
Daerah LayananSatuanUraianNo.
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RIP-SPAM) Kabupaten Bandung, tahun 2011
7 -
29
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
d. Kebocoran
Tingkat kehilangan air PDAM Tirta Raharja selama 8 (delapan) tahun terakhir
mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2001 tingkat kehilangan air sebesar 49,22
% dan pada tahun 2008 menurun menjadi 39,20%. Angka penurunan sebesar 10%
cukup signifikan dapat dicapai dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun. Disisi lain jumlah
air yang diproduksi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini juga dialami oleh
jumlah air yang didtribusikan dan jumlah air yang terjual.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PDAM Tirta Raharja, penjualan air sampai
dengan bulan Desember tahun 2009 adalah 8.2.08.384 m3. Jika dibandingkan dengan
penjualan air di tahun 2008 terjadi peningkatan penjualan air sebesar 205.803 m3. Dan
persentase kehilangan air tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan.
lebih jelasnya mengenai tingkat kebocoran air PDAM Tirta Raharja dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 7.16
Kebocoran Air
No Uraian Tahun
2009 2010 2011 2012
1 Kapasitas Produksi
(m3/th) 19.274.120,00 20.796.089,00 10.961.696,00 -
2 Kapasitas Terdistribusi
(m3/th) 17.934.509,00 18.820.189,00 9.700.481,00 -
3 Kapasitas Terjual (m3/th) 11.096.979,00 11.490.562,00 6.181.357,00 -
4 Rata-rata NRW (%) 38,12 38,95 36,28 -
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RIP-SPAM) Kabupaten
Bandung, tahun 2011
2. Sistem Non Perpipaan
Selain oleh PDAM sistem layanan air bersih di Kabupaten Bandung berasal dari
saluran air bersih, yaitu :
1. Sumur gali (pribadi dan umum)
2. Sumur pompa tangan (dangkal dan dalam)
3. Sumur pompa listrik
4. Perlindungan mata air (keran umum, tandon air dan hidran umum)
Perlindungan mata air adalah mata air yang terletak dipelosok atau dipegunungan
dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sumber air bersih. Dari 207
Desa yang terinventarisasi telh mendapatkan bantuan pembangunan sistem air bersih,
terdapat beberapa desa yang telah mendapat bantuan dari pihak swasta atau secara
7 -
30
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
swadaya membangun sendiri, namun hanya sebagian kecil yang dapat dipantau oleh
Dinas. Pemanfaatan air bersih oleh masyarakat bervariasi, yaitu menggunakan hidran
umum atau bak penampung. Secara umum cakupan pelayanan air bersih ditiap desa
masih relatif kecil dengan rata-rata kurang dari 13,67% terhadap jumlah penduduk
desa/daerah pelayanan.
Kondisi fisik sistem air minum yang ada sebagian besar dalam kondisi rusak dan
bocor. Selain itu juga pipa yang merupakan hasil bantuan Pemerintah hilang akibat
bencana alam berupa longsor dan banjir dan juga pencurian. Kondisi ini sebagian
besar masih terlihat di desa yang tidak memiliki badan pengelola atau dikarenakan
juga badan/orang yang diberi tugas untuk mengelola air bersih tidak melakukan
tugasnya dengan baik.
B. Aspek Pendanaan
Untuk mendapatkan tingkat tarif yang full cost recovery maka perlu dilakukan stimulasi
sehingga didapatkan tingkat pengembalian (return) yang mampu penutup seluruh
biaya investasi, biaya operasi, biaya resiko usaha serta keuntungan yang wajar bagi
investor. Perkiraan tarif/harga jual rata-rata ini diterapkan pada tahun awal kerjasama
dengan penyesuaian pada tahun-tahun berikutnya meskipun produksi baru dimulai
pada tahun ketiga. Dari hasil analisis RR didapatkan haraga jual air full cost recovery
dicapai pada tingkat Rp 2.350/m3 pada awal operasinal (tahun 2009 / tahunketiga)
dengan penyesuaian 10% disetiap tahunnya.
Proyeksi pendapatan operasional diperoleh dari hasil penjualan air kepada pelanggan
berdasarkan tarif/harga jual rata-rata ditingkat pelanggan.
Tabel 7.17
Pendapatan Air Dalam Meter (m3)
Uraian 2008 2007 2006
Pendapatan Air
(,-000 m3) 10.630,70 9.834,27 9.796,53
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RIP-SPAM) Kabupaten
Bandung, tahun 2011
Dari data yang diperoleh, sebagaimana terlihat pada tabel diatas maka pendapatan
air (dalam m3) naik dari tahun 2006 hingga 2008. Walaupun dalam pemaparan tabel
diatas tidak terlihat sektor mana yang meningkat dari tahun ketahunnya.
Berdasarkan data dari PDAM Tirta Raharja, maka dapat dipastikan bahwa sektor
rumah tangga masih dominan memberikan kontribusi terhadap pendapatan air
kepada PDAM. Selain itu sektor pemerintahan/ABRI dan industri besar juga
memberikan kontribusi pada pendapatan PDAM. Sejalan dengan pendapatan air
(dalam m3), pendapatan air (dalam Rp) juga mengalami kenaikan dari tahun 2006
hingga 2008. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
7 -
31
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
Tabel 7.18
Pendapatan Air Dalam Rupiah
Uraian 2008 2007 2006
Pendapatan air (Rp) 26.358.883,68 24.048.106,19 26.137.761,06
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RIP-SPAM) Kabupaten
Bandung, tahun 2011
C. Kelembagaan
Secara kelembagaan Pengelolaan Air Minum di Kabupaten Bandung menjadi
tanggung jawab PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung. Hal ini berdasarkan pada
Perda No. XVII tanggal 31 Maret 1997 tentang pembentukan Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Bandung. Sesuai perkembangannya, Perda ini beberapa kali
mengalami perubahan. Perubahan terakhir terjadi dengan adanya Perda No. 22 tahun
2005 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Raharja Kabupaten Bandung.
Struktur organisasi berdasarkan surat Peraturan Bupati No. 20 Tahun 2005, tentang
Susunan Organisasi, Fungsi dan Tata kerja. PDAM dipimpin oleh 3 orang direksi yang
terdiri dari 1 (satu) direktur utama dan 2 (dua) orang Direktur dan membawahi
beberapa cabang dan unit IKK.
7 -
32
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
D. Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di Kabupaten
Bandung adalah sebagai berikut:
1. Perda No. XVII tanggal 31 Maret 1997 tentang pembentukan Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten Bandung
2. Peraturan Bupati No. 20 Tahun 2005, tentang Susunan Organisasi, Fungsi dan
Tata kerja.
7.3.3 Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Bandung dalam pengelolaan SPAM
yaitu :
1. Aspek teknis
a. Sumber air baku yang dipergunakan oleh Kabupaten Bandung masih
sama dengan penggunaan sumber air oleh Kota Bandung. Selain itu juga
ketersediaan sumber air/penguasaannya yang dapat dimanfaatkan
dengan biaya investasi relatif murah dan semakin terbatas
b. Terbatasnya lahan efisiensi prasedimentasi
c. Pecahnya pipa transmisi diakibatkan oleh banjir bandang.
d. Pada IPA eksisting yang menggunakan sumber air baku Sungai Citarum,
memiliki beban berat untuk mengolah air bersih menjadi air minum
memiliki kualitas air dibawah ambang baku mutu air minum.
e. Masih minimnya sistem pelayanan yang dilakukan.
f. Masih tingginya tingkat kehilangan air yang disebabkan sebagian besar
jaringan perpipaan dan meter air yang telah melewati umur teknisnya.
2. Aspek Non Teknis
a. Masih tingginya tingkat kebocoran yaitu 38,12% yang disebabkan oleh
factor nonteknik seperti akurasi pembacaan dan pencatatan meter, meter
air yang sudah tua (diatas 5 (lima) tahun) dan belum ditera sehingga
tingkat akurasi berkurang dan masihh banyak terdapatnya sambungan
illegal
7 -
33
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
b. Standar kompetensi pegawai belum diterapkan disemua jabatan dan
belum semua pegawai memiliki uraian kerja yang telah terdokumentasikan
dan disahkan oleh pihak pimpinan PDAM.
c. Sistem informasi manajemen belum optimal dan belum terintegrasi.
d. Billing system belum mendukung operasional pelayanan setiap waktu.
e. Aplikasi GIS belum berfungsi sebagaimana mestinya dan koosrdinasi
pekerjaan belum didukung oleh aplikasi sistem informasi yang memadai.
7.3.4 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum
A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
Target dicanangkan pemerintah dimana 80% penduduk perkotaan dan 50%
penduduk perdesaan dapat terlayani dengan air bersih. Pengembangan yang
dilakukan di Kabupaten Bandung adalah menjadikan seluruh kecamatan dapat
terlayani oleh sistem perpipaan pada akhir tahun perencanaan. Adapun rencana
utama dari sistem penyediaan air bersih Kabupaten bandung adalah :
1. Pembangunan sistem baru untuk melayani daerah yang belum terlayani
2. Peningkatan kapasitas produksi PDAM dan menurunkan tingkat kehilangan air
3. Perbaikan, pemeliharaan dan rehabilitasi terhadap kapasitas sistem transmisi dan
distribusi
4. Mengembangkan sistem penyediaan air bersih regional untuk beberaoa kelompok
kecamatan :
a. Cileunyi, Rancaekek, Majalaya dan Ciparay
b. Soreang, Margahayu, Margaasih, Katapang, Dayeuhkolot, Bojongsoang,
Baleendah, Pangalengan, Cimaung, banjaran dan Pameungpeuk
c. Ciwidey dan pasirjambu
Pengembangan sistem air bersih akan difokuskan kepada upaya pengeksplorasian
sumber air baru sekaligus peningkatan jaringan distribusi air bersih dan infrastruktur
yang berkaitan dengannya. Sumber air baru diharapkan dapat teratasi dengan
pembangunan embung dan waduk serta penyadapan ari bakudari Waduk Saguling.
Beberapa rencana pengembangan yang berkaitan dengan peningkatan penyediaan
air baku dari waduk dan pembangunan embung seperti yang terlihat pada tabel
dibawah ini.
7 -
34
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
Tabel 7.19
Rencana Pengembangan Peningkatan Air Baku
No Uraian Lokasi Kapasitas
(m3/hari)
1 Pembangunan Waduk Sukawana 34.082
2 Pembangunan Waduk Tegalluar 82.192
3 Pembangunan Waduk Santosa 85.205
4 Pembangunan Embung Cikuda 4.384
5 Pembangunan Embung Peuris Hilir 9.753
6 Pembangunan Embung Sekejolang 3.425
7 Penyediaan Suplesi Cibatarua
Ke Sungai Cisangkuy - -
8 Pembangunan Waduk Ciwidey 5.000
9 Pembangunan Waduk Patrol
10 Pembangunan
Waduk Kadaleman Ds.
Pakutandang Kecamatan
Ciparay
5.000
11 Penyediaan Suplesi dari Sungai
Cipamokalan 82.192
12 Pembangunan
Embung Bojongjambu
(Ciwidey) dan Embung
Lainnya
10.822
13 Pembangunan Embung (Pangalengan) 71.233
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RIP-SPAM)
Kabupaten Bandung, tahun 2011
Selain pembangunan beberapa embung dan suplesi waduk, pemanfaatan air
permukaan untuk menambahn sumber air baku baru perlu dilakukan dengan
menggunakan sumber air permukaan yaitu Sungai Cisangkuy dan Sungai Citarik.
Pemanfaatan air dari Sungai Cisangkuy dapat diperoleh melalui sodetan antar wilayah
sungai dari Cibatarua ke Sungai Cisangkuy termasuk B. Santosa (16 juta m3) untuk
memperoleh tambahan 1 m3/det.
Pemanfaatan air tersebut harus diikuti dengan adanya peningkatan kapasitas pipa-
pipa yang ada dan instansi pengolahan air dari Sungai Cisangkuy ke Bandung.
Pemanfaatan Sungai Citarum dilakukan dengan pembangunan intake sungai,
pekerjaan instalasi pengolahan air dan transmisi di Citarum Hulu.
Peningkatan sistem air bersih dilakukan dengan peningkatan jaringan distribusi air
bersih perdesaan dengan menggunakan terminal air dan hidran umu terutama untuk
desa-desa yang ada di Kabupaten Bandung seperti Kecamatan Rancaeke, Cicalengka,
Ciparay dan Ibun. Untuk mengurangi pengambilan air tanah dilakukan penyediaan air
olahan untuk standar industri.
Perencanaan pengembangan sumber daya air bersih direncanakan menggunakan
embung dan waduk sebagai sumber air permukaan. Telah diidentifikasi beberapa
embung serta waduk yang dapat dijadikan sebagai sumber air potensial beswrta
7 -
35
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
daerah pelayanan yang direncanakan serta tambahan persentase pelayanan terhadap
kondisi suplai air bersih eksisting.
B. Kebutuhan Pengembangan SPAM
Perkiraan kebutuhan air bersih diperhitungan berdasarkan kebutuhan air per kapita,
pertumbuhan dan pengembangan penduduk dan pengklasifikasian jenis kebutuhan.
Perlu juga diperhitungkan adanya perkembangan tingkat perekonomian dan
kemampuan penyedia dalam melayanin perkembangan kebutuhan air bersih di masa
yang yang akan datang.
Diterbitkannya PP 16 tahun 2005 yang mengharuskan para penyedia air untuk mampu
mendistribusikan air layak minum (potabel water) pada tahun 2026 juga harus menjadi
pertimbangan. Untuk kebutuhan air bersih yang akan digunakan dalam studi
ditetapkan 120 l/o/h untuk perkotaan dan 80 l/o/h untuk perkotaan. Kehilangan air
ditahun 2007 dengan sistem perpipaan pelayanan PDAM sekitar 41.9% dan akan
diprediksikan menurun agar mencapai target yang ditetapkan oleh standar yaitu
mencapai maksimal 20% pada tahun 2026.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung, setelah diidentifikasi terdapat beberapa
permasalahan menyangkut sistem penyediaan air bersih untuk Kabupaten Bandung.
Walaupun saat ini lebih terfokus pada pelayanan sistem perpipaan, PDAM Kabupaten
Bandung pada tahun 2006 hanya dapat melayani 25.15% penduduk administrasi
daerah pelayanan perkotaan dan sebesar 8.95% penduduk administrasi daerah
pelayanan perdesaan atau sebesar 6.43% dari total penduduk.
Kondisi pelayanan air perpipaan tersebut masih cukup rendah karena belum
terpasangnya seluruh jaringan distribusi. Penggunaan air tanah dangkal oleh sebagian
penduduk seperti sumur dan mata air juga sangat mempengaruhi tingkat pelayanan
sistem perpipaan (PDAM Kabupaten Bandung, tahun 2006). Realisasi dan target
pengembangan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Bandung diuraikan dalam
tabel dibawah ini.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
36
Tabel 7.20
Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM
Kabupaten Bandung
No Output Satuan Kebutuhan
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Tahun VI
1 Rencana Induk Bidang Air
Minum Lap
Perencanaan
SPAM
Perdesaan
Perencanaan SPAM
Perdesaan
Perencanaan SPAM
Perdesaan
Perencanaan SPAM
Perdesaan
Perencanaan SPAM
Perdesaan
2 Pembangunan SPAM
Regional L/det
Pembangunan
SPAM Gambung
Pembangunan
SPAM Sinumbra
3 Pembangunan SPAM IKK
L/det Optimalisasi SPAM
IKK Pacet
Pengembangan
SPAM IKK
Pangalengan (MA.
Kinceuh)
Optimalisasi
Jaringan Pipa
Distribusi Utama
L/det Pembangunan
SPAM Kertasari
Optimalisasi Unit
Bantarkalong
(Penambahan
Jaringan)
Pengembangan
SPAM IKK
Pangalengan (MA.
Citiis&Cisero)
4 Penurunan Kebocoran
SPAM Perkotaan Paket
Program
Penanganan Air
Tak Berekening
(ATR), Meterisasi
(Tera Meter), dan
Rehabilitasi Pipa
Program
Penanganan Air
Tak Berekening
(ATR), Meterisasi
(Tera Meter),
dan Rehabilitasi
Pipa
Program
Penanganan Air Tak
Berekening (ATR),
Meterisasi (Tera
Meter), dan
Rehabilitasi Pipa
Program
Penanganan Air
Tak Berekening
(ATR), Meterisasi
(Tera Meter), dan
Rehabilitasi Pipa
Program
Penanganan Air
Tak Berekening
(ATR), Meterisasi
(Tera Meter), dan
Rehabilitasi Pipa
Program
Penanganan Air
Tak Berekening
(ATR), Meterisasi
(Tera Meter), dan
Rehabilitasi Pipa
5 Pemanfaatan Idle SPAM
Perkotaan Paket
Optimalisasi Idle
Capacity
Optimalisasi Idle
Capacity
Optimalisasi Idle
Capacity
Optimalisasi Idle
Capacity
Optimalisasi Idle
Capacity
Optimalisasi Idle
Capacity
6 Pengembangan SPAM
Berbasis Masyarakat Paket Pamsimas Pamsimas Pamsimas Pamsimas Pamsimas Pamsimas
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
7 -
37
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7.3.5 Kriteria Persiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kabupaten
Bandung kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Laporan akhir Penyusunana Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (RIP – PAM) Kabupaten Bandung than 2011.
2. Dokumen Perencanaan SPAM Perdesaan Kabupaten Bandung yang akan disusun
dari tahun 2017 – 2022.
7.3.6 Usulan Program Dan Kegiatan
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan
paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM.
Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan
pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian
usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan
ekonomi.
Usulan program yang diajukan akan disesuaikan dengan hasil analisis dan identifikasi
yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor
lainnya. Usulan program diupayakan dapat mencerminkan besaran dan prioritas
program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar
kegiatan dan pendanaannya. Penjabaran program-program tersebut disesuaikan
dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket
kegiatan/program.
Selain itu, pembiayaan pengembangan SPAM perlu disusun berdasarkan
klasifikasi tanggung jawab masing- masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah
Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang
melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan
kelayakannya. Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan
dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan
bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa
(pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan
bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan).
Usulan program pembangunan Air Minum Kabupaten Bandung secara rinci telah
tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 3 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Air
Minum Kabupaten Bandung.
7 -
38
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman
7.4.1 Air Limbah
• Isu Strategis Pengembangan Air Limbah
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain:
1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar
mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007)
tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum
memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah
dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam
KSNP Air Limbah).
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air
limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air
limbah permukiman berbasis masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum
memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem
pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM
pelayanan air limbah.
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar
instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi
regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan
akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain
itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta
kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.
7 -
39
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Bandung
meliputi:
1. Perubahan Tupoksi dan wewenang serta beban kerja dari Dinas kebersihan
menjadi Bidang Kebersihan
2. Luasnya Wilayah Kabupaten Bandung, ketersediaan armada, anggaran biaya dan
keberadaan IPLT dan IPAL berimbas kepada cakupan pelayanan persampahan
3. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola limbah domestik secara
onsite komunal
4. Belum ada kerjasama Secara khusus dengan pihak swasta dalam pengelolaan
limbah domestik
5. Peratutan terkait Limbah Domestik dan efektifitas perda yang sudah berjalan
• Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah
A. Aspek Teknis
Semakin banyaknya pembangunan perumahan dan permukiman, perkantoran dan
industri di wilayah Kabupaten Bandung, berdampak terhadap meningkatnya
kebutuhan pelayanan pengelolaan limbah. Untuk air limbah air pembuangan bekas
kegiatan rumah tangga (mandi dan cuci) disalurkan pada saluran yang sama seperti
sungai/parit yang ada didaerah dekat pemukiman penduduk. Sedangkan untk limbah
tinja menggunakan cubluk/semi tangki septik.
Selain pengelolaan limbah individu yang ada di setiap rumah atau pun MCK umum, di
Kabupaten Bandung juga terdapat IPLT di Desa Cibeet dan IPAL yang berada di
Bojongsoang dan Soreang, yang melayani air limbah untuk Kabuapten Bandung.
Untuk di Kabupaten Bandung produk air limbah domestik belum seluruhnya dialirkan
ke pengolahan akhir. Hingga tahun 2015 cakupan saluran pengolahan air limbah di
Kabupaten Bandung baru mencakup 67,23%.
Pelayanan limbah domestik Kabupaten Bandung ditangani dengan menggunakan
sistem on-site dan off-site. Adapun penanganan dengan menggunakan sistem off-site
skala perkotaan adalah IPAL Soreang. IPAL Soreang melayani sekitar 20% wilayah kota
(Soreang) dan 25% penduduk Soreang. IPAL Soreang dibangun pada tahun 1991.
Sistem dan cakupan pelayanan air limbah domestik tidak dapat dilepaskan dari
infrastruktur pengolah air limbah. Pada kondisi eksisting, Kabupaten Bandung memiliki
satu IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah) yaitu IPAL Soreang dan dua IPLT (Instalasi
Pengolah Lumpur Tinja) yaitu IPLT Cibeet yang terletak di Desa Cibeet Kecamatan
Ibun dan IPLT Babakan yang terletak di Desa Babakan Kecamatan Ciparay. Ditinjau
7 -
40
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
berdasarkan kapasitasnya, IPAL Soreang yang berlokasi di Kecamatan Soreang
memiliki kapasitas yang mampu melayani 1000 sambungan rumah. IPAL yang
dibangun pada tahun 1991 ini mulai dioperasikan pada tahun 1996. Namun pada
kondisi eksisting, tidak semua unit dapat berfungsi dengan baik.
Saat ini IPAL diperkirakan hanya mampu menampung air limbah rumah tangga dari
400 sambungan rumah, dan yang saat ini masih beroperasi tinggal 260 sambungan
rumah. Tidak optimalnya IPAL Soreang diakibatkan kurangnya pemeliharaan
(maintenance), yang mana hal tersebut disebabkan oleh tidak berjalannya sistem
penarikan retribusi sehingga pada akhirnya mempengaruhi operasi dan pemeliharaan
IPAL.
Gambar 7.1
IPAL Soreang, Kabupaten Bandung
Kondisi serupa terjadi pada IPLT, dimana pada saat ini IPLT tidak berfungsi secara
optimal. Padahal ditinjau dari kapasitas awal, IPLT Cibeet didesain dengan daya
tampung sekitar 25 m3/ hari, sedangkan IPLT Babakan memiliki daya tampung sekitar
20 m3/ hari. Sejak selesai dibangun pada tahun 1998, IPLT Cibeet belum difungsikan
secara optimal. Kendala yang menghambat operasional tersebut antara lain belum
optimalnya penerapan peraturan tariff pembuangan dan jarak tempuh yang sulit
karena lokasi IPLT Cibeet berlokasi di Kecamatan Ibun yang merupakan dataran
tinggi. Untuk IPLT Babakan, pada kondisi eksisting, IPLT dalam keadaan rusak dan
tidak berfungsi secara optimal. Salah satu kendalanya yaitu sulitnya sumber air
mengingat lokasi IPLT yang berada di atas bukit.
Tabel 7.21
Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem Offsite
No Nama IPAL Sistem Dibangun
Tahun Kondisi
1 Soreang
Sistem sanitasi setempat
terdiri dari tangki septic,
sarana angkutan lumpur
tinja (truk tinja) dan
Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT)
1991
IPAL Soreang masih
berfungsi, hanya saja
terdapat beberapa
bagian yang mengalami
kerusakan yang
mengakibatkan tidak
optimalnya pelaksanaan
kegiatan
7 -
41
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
No Nama IPAL Sistem Dibangun
Tahun Kondisi
2 IPLT Cibeet 1995 – 1996 IPLT Cibeet belum
difngsikan secara optimal
3 IPLT Babakan 1996 keadaan rusak dan tidak
berfungsi secara optimal
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
Sistem pegelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bandung dapat diklasifikasikan
kedalam beberapa kelompok fungsi yang meliputi :
1. Produk Input
2. User Interface
3. Pengumpulan/ Penampungan/ Pengolahan Awal
4. Pengaliran
5. Pengolahan Akhir
6. Daur Ulang/ Pembuangan Akhir
Produk input dalam sistem pengelolaan air limbah domestik terdiri dari dua jenis
produk, yaitu black water dan grey water. Dalam sistem ini, air limbah domestik
dikategorikan sebagai produk sebab air limbah domestik dinilai akan menjadi produk
yang bernilai lebih setelah dilakukan pengolahan. Limbah domestik yang telah diolah
bersifat potensial jika dilakukan pengolahan lebih lanjut, seperti misalnya
dikembangkan sebagai biogas. Masing- masing produk input tersebut memiliki
userinterface yang berbeda dengan karakteristiknya masing- masing. Untuk produk
input berupa black water, user interface yang digunakan antara lain closet dan saluran
drainase. Sedangkan untuk produk input berupa grey water, user interface yang
digunakan antara lain berupa tempat cuci piring.
Tabel 7.22
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Produk Input User Interface
Pengumpulan
/Penampungan/
Pengolahan Awal
Pengaliran Pengolahan
Akhir
Daur Ulang
/Pembuangan
Akhir
Kode
Aliran
Black Water
(Tinja, Urine,
Air
Comberan)
• closet
jongkok
• closet
duduk
tangki septik Pipa Saluran
pembuang IPLT Sungai
Alternatif
1
• closet
jongkok
• closet
duduk
tangki septik - - Sungai Alternatif
2
7 -
42
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
Produk Input User Interface
Pengumpulan
/Penampungan/
Pengolahan Awal
Pengaliran Pengolahan
Akhir
Daur Ulang
/Pembuangan
Akhir
Kode
Aliran
closet jongkok - - - Sungai Alternatif
3
Helicopter/
Saluran
Drainase
- - - Sungai Alternatif
4
Grey Water
(air cucian dari
dapur, air
untuk mandi,
air cucian
pakaian)
Tempat cuci
piring air bekas
cucian/mandi
-
Saluran
drainase/Sal.
Air kotor
IPAL Sungai Alternatif
1
Tempat cuci
piring, air bekas
cucian/mandi
- Saluran
drainase - Sungai
Alternatif
2
Tempat cuci
piring, air bekas
cucian/mandi
- - - Sungai Alternatif
3
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
B. Pendanaan
Dari sisi pemerinyah, upaya peningkatan kualitas pengelolaan air limbah domestik
tidak hanya dilakukan melalui serangkaian program dan kegiatan komunikasi yang
dilakukan. Dalam hal penganggaran, pemerintah Kabupaten Bandung menaruh
perhatian besar dalam peningkatan kualitas pengelolaan air limbah domestik.
Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan realisasi pendanaan sanitasidi kabupaten
Bandung. Khusus di sektor air limbah domestik, dari tahun 2008 hingga tahun 2012,
terjadi peningkatan realisasi pendanaan sanitasi sektor air limbah dengan rata- rata
pertumbuhan sekitar 151,42 %. Angka pertumbuhan tersebut bernilai diatas 100 %
diakibatkan terjadinya lonjakan nilai realisasi pendanaan pada Dinas Perumahan,
Penataan Ruang dan Kebersihan Kabupaten Bandung dari tahun 2008 ke tahun 2009.
Pada tahun 2008 nilai realisasi pendanaan sektor air limbah pada Dinas Perumahan,
Penataan Ruang dan Kebersihan Kabupaten Bandung bernilai sekitar 267 juta . Nilai
tersebut melonjak tajam pada tahun 2009 menjadi sekitar 2,3 M. Jika dilihat secara
keseluruhan dalam kurun lima tahun terakhir, rata- rata realisasi pendanaan sanitasi
komponen air limbah dari tahun 2008 hingga tahun 2012 rata- rata sebesar Rp
2.117.327.756,00
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
43
Tabel 7.23
Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat
No
Kecamatan Jumlah Jumlah
Penduduk
Miskin
(KK)
Jamban
Keluarga
Jumlah MCK Tahun
MCK
Dibangun
Jumlah Sanimas Tahun
Sanimas
Dibangun Desa/ Kelurahan RT RW
Dikelola
RT
Dikelola
RW
Dikelola
CBO
Dikelola
oleh
KSM
Dikelola
RT
Dikelola
RW
Dikelola
CBO
Dikelola
oleh
KSM
1 Kecamatan Baleendah - - - - - - - - - -
Desa Rancamanyar 88 20 4488 - - - - - - - - 1 2009
Desa Malakasari 48 13 1939 - - - 1 2011 - - - 1 2011
2 Kecamatan Pangalengan - - - - - - - -
Desa Pangalengan 131 24 2089 - - - 1 2009 - - - 2 2011/2012
Desa Margamulya 110 24 2945 - - - 1 2011 - - - 1 2011
Desa Sukamanah 146 23 3320 - - - 1 2011 - - - 1 2011
3 Kecamatan Soreang - - - - - - - -
Desa Sekarwangi 45 14 1058 - - - 1 2012 - - - 1 2009
Desa Kramat Mulya 51 20 1159 - - - - - - - - 1 2010
4 Kecamatan Katapang - - - - - - - -
Desa Gandasari 82 16 1194 - - - - - - - - 1 2010
5 Kecamatan Ciwidey - - - - - - - -
Desa Ciwidey 82 30 2285 - - - - - - - - 1 2010
Desa Nengkelan 52 13 1276 - - - - - - - - 1 2012
6 Kecamatan Cicalengka - - - - - - - -
Tenjolaya 41 10 1836 - - - - - - - - 1 2010
7 Kecamatan Kutawaringin - - - - - - - -
Kopo 42 13 1151 - - - - - - - - 1 2010
Gajahmekar 46 17 1895 - - - - - - - - 1 2010
8 Kecamatan Dayeuh Kolot - - - - - - - -
Dayeuh Kolot 73 14 3160 - - - - - - - - 1 2010
Pasawahan 50 15 3038 - - - - - - - - 1 2011
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
44
No
Kecamatan Jumlah Jumlah
Penduduk
Miskin
(KK)
Jamban
Keluarga
Jumlah MCK Tahun
MCK
Dibangun
Jumlah Sanimas Tahun
Sanimas
Dibangun Desa/ Kelurahan RT RW
Dikelola
RT
Dikelola
RW
Dikelola
CBO
Dikelola
oleh
KSM
Dikelola
RT
Dikelola
RW
Dikelola
CBO
Dikelola
oleh
KSM
9 Margaasih - - - - - - - -
Mekarrahayu 174 27 2179 - - - - - - - - 1 2010
Margaasih 117 22 1847 - - - - - - - - 1 2011
Cigondewah Hilir 59 11 1249 - - - - - - - - 1 2011
Rahayu 130 18 1335 - - - - - - - - 1 20012
10 Pasirjambu - - - - - - - -
Mekarsari 36 13 717 - - - - - - - - 1 2010
11 Cikancung - - - - - - - -
Hegarmanah 48 11 2427 - - - - - - - - 1 2010
Hegarmanah 8 11 2427 - - - - - - - - 1 2012
Tanjunglaya 41 12 2104 - - - - - - - - 1 2012
12 Paseh - - - - - - - -
Tangsimekar 28 10 1888 - - - - - - - - 1 2010
13 Cimenyan - - - - - - - -
Ciburial 48 12 1988 - - - - - - - - 1 2010
Cimenyan 82 23 1483 - - - - - - - - 1 2011
14 Rancabali - - - - - - - -
Cipelah 48 15 1807 - - - - - - - - 1 2011
15 Arjasari - - - - - - - -
Baros 60 14 1793 - - - - - - - - 1 2011
16 Pacet - - - - - - - -
Maruyung 52 10 2887 - - - - - - - - 1 2011
Tanjungwangi 35 8 904 - - - - - - - - 1 2012
17 Nagreg - - - - - - - -
Citaman 111 27 1636 - - - - - - - - 1 2011
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
45
No
Kecamatan Jumlah Jumlah
Penduduk
Miskin
(KK)
Jamban
Keluarga
Jumlah MCK Tahun
MCK
Dibangun
Jumlah Sanimas Tahun
Sanimas
Dibangun Desa/ Kelurahan RT RW
Dikelola
RT
Dikelola
RW
Dikelola
CBO
Dikelola
oleh
KSM
Dikelola
RT
Dikelola
RW
Dikelola
CBO
Dikelola
oleh
KSM
18 Bojongsoang - - - - - - - -
Bojongsoang 83 12 2640 - - - - - - - - 1 2011
19 Pameungpeuk - - - - - - - -
Rancatungku 37 11 1905 - - - - - - - - 1 2011
20 Cimaung - - - - - - - -
Pasirhuni 36 8 1087 - - - - - - - - 1 2011
21 Cileunyi - - - - - - - -
Cileunyi Wetan 99 23 4521 - - - - - - - - 1 2011
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
46
Dari sisi retribusi air limbah, nilai retribusi air limbah yang selama ini ditarik oleh
Pemerintah Kabupaten Bandung dalam lima tahun terakhir belum berjalan secara
optimal. Hal tersebut terlihat dari angka pertumbuhan nilai retribusi sektor air limbah
yang bernilai negatif. Sedangkan dari sisi potensi, potensi retribusi air limbah domestik
di Kabupaten Bandung belum bersifat maksimal. Hal tersebut diduga karena cakupan
pelayanan sanitasi yang masih rendah, belum mencakup seluruh wilayah di
Kabupaten Bandung. Jika pelayanan air limbah domestik di kabupaten Bandung telah
meliputi seluruh wilayah, diperkirakan potensi retribusi sektor air limbah domestik di
Kabupaten Bandung cenderung tinggi. Dengan digunakan asumsi-asumsi bahwa:
1. Cakupan pelayanan air limbah domestik telah mencakup seluruh KK di Kabupaten
Bandung
2. Nilai tariff retribusi yang ditarik oleh pemerintah merupakan harga tariff terrendah
yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah
3. Dalam satu tahun setiap KK melakukan pengurasan septik tank
C. Kelembagaan
Secara kelembagaan, pengelolaan air limbah domestik dilakukan oleh Dinas
Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan dan Dinas Kesehatan. Untuk Dinas Kesehatan,
beberapa bidang yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah domestic ini meliputi
Bidang Pengembangan Perumahan dan Bidang Kebersihan.
Bidang Pengembangan Perumahan meliputi Seksi Pembangunan Perumahan, Seksi
Pembinaan Perumahan dan Seksi Pengembangan Fasilitas Umum. Sedangkan Bidang
Kebersihan meliputi Seksi Pelayanan Kebersihan dan Seksi Pengembangan Sarana dan
rasarana. Sedangkan untuk di Dinas Kesehatan, bidang yang terkait langsung dengan
pengelolaan air limbah domestic yaitu Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
D. Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan yang ada di Kabupaten Bandung terkait dengan pengelolaan
air limbah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 27 Tahun 2001
Tentang Izin Retribusi Pengelolaan Limbah Padat.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
47
Keterangan:
Bidang yang terkait pengelolaan
Air Limbah Domestik
Gambar 7.2
Kelembagaan Pengelolaan Air Limbah Domestik Pada Dinas Perumahan Tata Ruang Dan Kebersihan
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2013
SEKSI
KERJASAMA
PENGEMBANGAN
KAWASAN
SEKSI
PEMBANGUNAN
PERUMAHAN
SEKSI
PEMBINAAN
PERUMAHAN
UPTD
SEKSI
PENGEMBANGAN
FASILITAS UMUM
SEKSI
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI DAN
INDUSTRI
SEKSI
PEMBANGUNAN
BANGUNAN
GEDUNG
SEKSI
PEMBINAAN
TEKNIS
BANGUNAN
GEDUNG SEKSI
PENGENDALIAN
BANGUNAN
SEKSI
PERENCANAAN
TATA RUANG
SEKSI
PEMANFAATAN
RUANG
SEKSI
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
SEKSI
PELAYANAN
KEBERSIHAN
SEKSI
KERJASAMA
PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
SEKSI
PENGEMBANGAN
SARANA DAN
PRASARANA
SEKSI
PEMBANGUNAN
SEKSI
PEMBINAAN
TEKNIS
JABATAN
FUNG-
SIONAL
BIDANG
PENGEMBANGAN
KAWASAN
BIDANG
PENGEMBANGAN
PERUMAHAN
BIDANG
PENATAAN RUANG
BIDANG PENATAAN
DAN PENGENDALIAN
BANGUNAN
SEKSI
PENGEMBANGAN
KAWASAN
KHUSUS
BIDANG
KEBERSIHAN
BIDANG
PERMUKIMAN
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM
DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN PENYUSUNAN
PROGRAM
SUB BAGIAN
KEUANGAN
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
48
Keterangan:
Bidang yang terkait pengelolaan Air Limbah Domestik
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung, 2013
Gambar 7.3
Kelembagaan Pengelolaan Air Limbah Domestik Pada Dinas Kesehatan
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SEKSI PENGAMATAN DAN
PENCEGAHAN PENYAKIT
SEKSI PEMBERANTASAN
PENYAKIT
KEPALA DINAS
SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN KEUANGAN
JABATAN
FUNG-SIONAL
BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
BIDANG PENCEGAHAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
BIDANG BINA KESEHATAN
MASYARAKAT
BIDANG PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN KESEHATAN
SEKSI PELAYANAN
KESEHATAN DASAR
SEKSI PELAYANAN
KESEHATAN KHUSUS
SEKSI PENUNJANG PELAYANAN
SEKSI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN FARMASI DAN
MAKANAN DAN MINUMAN
SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN
SEKSI PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN
INFORMASI KESEHATAN
SEKSI KESEHATAN KELUARGA
SEKSI GIZI
SEKSI KEMITRAAN DAN PEMBIAYAAN
KESEHATAN
SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN
UPTD
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
49
• Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan pengelolaan air limbah yang terdapat di Kabupaten Bandung seperti
yang dipaparkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 7.24
Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan Air Limbah Di Kabupaten Bandung
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
• Kriteria Kesiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan air limbah di Kabupaten
Bandung kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Dokumen Strategis Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Bandung yang disusun pada
tahun 2013
2. Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tasikmalaya yang disusun pada
tahun 2013
3. Dokumen Memorandum Program Strategi Sanitasi (MPSS) Kabupaten Tasikmalaya
yang disusun pada tahun 2014
• Analisis Kebutuhan Pengembangan Air Limbah
Kebutuhan komponen pengelolaan air limbah adalah secara teknis dan non teknis
baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta
memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati.
Aspek Permasalahan dan Tantangan
Kelembagaan Perubahan Tupoksi dan wewenang serta beban kerja dari Dinas
kebersihan menjadi Bidang Kebersihan
Peraturan Belum optimalnya efektifitas penerapan peraturan daerah dalam
pengelolaan air limbah domestik.
Layanan Pengelolaan Air
Limbah Domestik
Masih rendahnya cakupan pelayanan air limbah domestik akibat
kurangnya infrastruktur pendukung
Partisipasi Masyarakat
Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola limbah
domestik secara berkelanjutan mulai dari pembuangan awal
hingga pembuangan akhir serta masih rendahnya kesadaran
masyarakat dalam mengelola limbah domestik secara onsite
komunal
Partisipasi pihak swasta Belum ada kerjasama Secara khusus antara pemerintah daerah
dengan pihak swasta dalam hal pengelolaan air limbah domestik
Kegiatan Komunilasi/
Sosialisasi
Belum optimalnya kegiatan komunikasi/ sosialisasi dalam
pengelolaan air limbah domestik
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
50
Sedangkan analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem
pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah
untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi.
Rencana pengelolaan air limbah di Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut :
Tabel 7.25
Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Air Limbah
No Uraian Kondisi
Eksisting
Kebutuhan Ket
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Aspek
Teknis
1
Sistem
Pengolahan
Air Limbah
Terpusat
IPAL
Soreang
Revitalisasi dan
Pengembangan
IPAL Soreang
Pengembangan
IPAL Soreang
2
Sistem
Pengolahan
Air Limbah
Berbasis
Masyarakat
Tersebar
di
Kabupaten
Bandung
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(Sanimas) dan
Sanitasi
Bertumpu pada
Masyarakat
(Sabermas)
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(Sanimas) dan
Sanitasi
Bertumpu pada
Masyarakat
(Sabermas)
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(Sanimas)
dan
Sanitasi
Bertumpu
pada
Masyarakat
(Sabermas)
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(Sanimas)
dan
Sanitasi
Bertumpu
pada
Masyarakat
(Sabermas)
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(Sanimas)
dan
Sanitasi
Bertumpu
pada
Masyarakat
(Sabermas)
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(Sanimas)
dan
Sanitasi
Bertumpu
pada
Masyarakat
(Sabermas)
Lokasi
DiPrioritaskan
sesuai
dengan
Kawasan
Rawan
Sanitasi
Kabupaten
Bandung
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
7.4.2 Persampahan
• Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia
antara lain:
1. Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya
dengan:
a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah
perkotaan antara 2-4% per tahun.
Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan
konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.
b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.
Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA
memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
51
sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang
sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.
c. Keterbatasan Lahan TPA
Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan
kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan
kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan
banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.
2. Kemampuan Kelembagaan
Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator
sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan
kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.
3. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan
retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban
APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya
kualitas penanganan sampah.
1. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam
melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak
swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim
kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
2. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah
dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi
kendala dalam penanganan sampah.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung
meliputi:
1. Belum menyeluruhnya cakupan pelayanan persampahan eksisting
2. Masih kurangnya sarana prasarana persampahan yang tersedia. Saat ini TPA satu-
satunya yang ada di Kabupaten Bandung yaitu TPA Babakan yang dari segi kinerja
sudah kurang optimal.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
52
3. Ditinjau dari segi keterlibatan masyarakat dan sektor swasta, saat ini tingkat
kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah setempat sudah cukup baik, tetapi
pengetahuan warga untuk melakukan pengelolaan sampah yang baik masih
tergolong rendah.
4. Jenis pengelolaan sampah yang banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten
Bandung saat ini meskipun dapat mereduksi volume sampah tapi cenderung masih
bersifat polutif. Sedangkan untuk keterlibatan sektor swasta, hingga saat ini belum
ada kerjasama khusus dengan pihak swasta dalam pengelolaan persampahan.
5. Saat ini di Kabupaten Bandung sudah terdapat beberapa peraturan terkait
persampahan, tetapi peraturan- peraturan tersebut belum efektif dilaksanakan.
Terbukti dari masih banyaknya persoalan persampahan yang terjadi saat ini.
• Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
A. Aspek Teknis
Pengelolaan persampahan merupakan salah satu fokus pemerintah kabupaten
Bandung dalam peningkatan kualitas sanitasi. Sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Daerah kabupaten Bandung No 15 Tahun 2012 mengenai perubahan atas
peraturan daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2009 tentang pengelolaan
sampah, Pemerintah Daerah kabupaten Bandung memiliki tugas untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan. Tugas
pemerintah tersebut antara lain dalam hal:
1. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan sampah;
2. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan dan penanganan
sampah;
3. Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan dan pemanfaatan sampah;
4. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan
sarana pengelolaan sampah;
5. Memfasilitasi pemasaran produk- produk daur ulang;
6. Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat;
7. Melakukan koordinasi antar lembaga Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia
usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
53
Dalam proses pelaksanaannya, pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung
tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah, beberapa mitra potensial turut
berperan dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan persampahan di kabupaten
Bandung. Pada Subbab pengelolaan persampahan ini, berikut akan dipaparkan
kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung, mulai dari
kelembagaan, sistem dan cakupan pelayanan, kesadaran masyarakat dan PMHSJK,
pemetaan media, partisipasi dunia usaha, pendanaan dan pembiayaan serta
permasalahan mendesak dan isu strategis.
Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung merupakan serangkaian kegiatan
yang terdiri dari pengurangan sampah dan penanganan sampah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah bersama- sama dengan masyarakat. Pengurangan sampah dalam
hal ini dilakukan dengan melalui kegiatan 3 R (Reduce, Reuse dan Recycle). Sedangkan
kegiatan penanganan sampah dilakukan melaui pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
a. Pemilahan
Pemilahan dilakukan dengan menggunakan wadah yang terpisah berdasarkan
indikator warna yang digunakan, hujau, kuning dan merah. Wadah sampah
berwarna hijau digunakan sebagai untuk menampung sampah organik. Wadah
sampah berwarna kuning digunakan untuk sampah anorganik. Sedangkan wadah
sampah warna merah digunakan untuk jenis sampah B3.
b. Pengumpulan
Dilakukan sebagai bentuk pemindahan sampah dari sumber sampah ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS).
c. Pengangkutan
Pengangkutan sampah di Kabupaten Bandung dilaksanakan dalam 3 pola
pengangkutan yaitu pola individual langsung (door to door), pola operasional
individual tidak langsung dan pola operasi komunal langsung. Pola pengangkutan
individual langsung (door to door) merupakan pengangkutan sampah terpilah
yang dilakukan dengan mengangkut sampah dari sumber ke TPA dengan
menggunakan kendaraan truk sampah. Adapun ynag dimaksud dengan pola
pengangkutan individual tidak langsung yaitu sistem pengangkutan sampah yang
dikumpul dari sumber ke TPS dengan menggunakan gerobak. Sampah yang telah
terkumpul di TPS kemudian diangkut menuju TPA. Sedangkan yang dimaksud
dengan sistem pengangkutan komunal langsung yaitu sistem pengangkutan
sampah terpilah dari sumber sampah yang dikumpul pada TPS terpilah diangkut
dengan truk sampah pada waktu tertentu.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
54
d. Pengolahan sampah
Pengolahan sampah diupayakan untuk dilakukan pada setiap tahap dalam sistem
pengelolaan sampah. Pada tigkat desa/ kelurahan diwajibkan untuk menyediakan
dan atau membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk proses
pengomposan, sedangkan pada tigkat kecamatan diwajibkan untuk membangun
TPST untuk sampah anorganik berskala kota serta untuk penanganan residu.
e. Pemrosesan Akhir
Pemrosesan sampah di Kabupaten Bandung dilakukan melalui pengelolaan
sampah terpadu yang meliputi pengomposan, penyimpanan sementara limbah B3
rumah tangga, pengolahan secara thermal, dan penimbunan.
Gambar 7.4
Grafik Sistem Pelayanan Pengangkutan Sampah
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
55
Cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten Bandung hingga tahun 2015 baru
meliputi 37.96 % dari total keseluruhan penduduk Kabupaten Bandung. Pada kondisi
eksisting, pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung tidak dapat dipisahkan
dengan pengelolaan persampahan Kota Bandung dan Cimahi. Secara sistem
pengelolaan persampahan tersebut membentuk satu kesatuan mengingat beberapa
TPA memiliki lingkup cakupan yang lebih luas dari wilayah administratif tempat TPA
berada.
Pada kondisi eksisting, Kabupaten Bandung dilayani tiga SPA (Stasiun Peralihan
Antara) dan dua TPA. SPA yang berada di Kabupaten Bandung meliputi :
1. SPA Soreang
Untuk SPA Soreang, wilayah pelayanan meliputi wilayah Kabupaten Bandung
Bagian Barat yang terdiri dari Kecamatan Margaasih, Kecamatan Margahayu,
Kecamatan Kutawaringin, Kecamatan Katapang, Kecamatan Soreang, Kecamatan
Ciwidey, Kecamatan Rancabali, Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Cimaung dan
Kecamatan Pagalengan.
2. SPA Bojongsoang
SPA Bojongsoang, wilayah pelayanan meliputi wilayah Kabupaten Bandung bagian
tengah yang terdiri dari Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Bojongsoang,
Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Banjaran,
Kecamatan Baleendah, Kecamatan Arjasari, Kecamtaan Ciparay, Kecamatan
Majalaya, Kecaatan Pacet, Kecamatan Ibun dan Kecamatan Kertasari.
3. SPA Gedebage.
SPA Gedebage meskipun berlokasi di Kota Bandung, tetapi secara fungsi SPA
melayani wilayah Kabupaten Bandung, terutama wilayah Kabupaten Bandung
sebelah uatara yang meliputi Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Cilengkrang dan
Kecamatan Cileunyi.
Sedangkan untuk Untuk Kabupaten Bandung bagian timur, sistem persampahan tidak
dilayani oleh SPA, kedepan direncanakan bahwa wilayah ini akan dilayani langsung
oleh TPA Legok Nangka.
Sampah yang telah terkumpul di SPA, pada proses selanjutnya akan dibawa ke TPA.
Pada kondisi eksisting, Kabupaten Bandung hanya memiliki satu TPA, yaitu TPA
Babakan yang berlokasi di Desa Babakan, Kecamatan Ciparay. Meskipun demikian,
kabupaten Bandung juga dilayani oleh TPA Leuwi Gajah yang berlokasi di Kabupaten
Bandung Barat. Untuk jangka panjang kedepan, Kabupaten Bandung juga akan
dilayani oleh rencana TPA Legok Nangka.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
56
Tabel 7.26
Sistem Pengelolaan Persampahan yang ada di Kabupaten Bandung
Kelompok
Fungsi
Teknologi yang
Digunakan Jenis Data Sekunder Jumlah Armada Sumber Data
User Interface
Tong sampah,
Kantong Plastik/ Bak
sampah Rumah
Tangga
Jumlah Tong
Sampah 287 unit Dispertasih
Jumlah Bak Sampah Dispertasih
Penampungan
Awal
Gerobak Sampah Jumlah Gerobak
sampah 79 unit Dispertasih
Becak/MotorSampah Jumlah becak/motor
sampah 38 unit Dispertasih
Pengumpul Sampah
Informal
Jumlah pengumpul
sampah internal - Dispertasih
Penampungan
Sementara
Container Jumlah Container 11 unit Dispertasih
TPST
42 unit
(10 unit yang
masih
beroperasi)
Pengangkutan Dump Truck dan Arm
Roll Truck
Jumlah Dump Truck
dan Arm Roll Truck
50 unit Dump
Truck
20 unit Arm Roll
Truck
Dispertasih
Semi
Pengolahan
Akhir Terpusat
Pengompos 42 unit Dispertasih
Pembuangan
Akhir TPA
Jumlah TPA
Jumlah Buldozer
Jumlah Excavator
1 unit TPA
2 unit Buldozer
1 unit Excavator
Dispertasih
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
B. Pendanaan
Ditinjau dari besarnya retribusi dan perkembangan kota yang akan terjadi, dengan
pengelolaan dan pelayanan yang meningkat, bukan tidak mungkin sistem pentarifan
dapat disesuaikan secara wajar. Dengan demikian operasional pengelolaan
persampahan dapat berjalan sebagai akibat kesadaran masyarakat yang dilayani
memperhatikan kewajibannya membayar retribusi sampah tiap bulan.
Konsep yang disarankan untuk meningkatkan retribusi ini perlu diatur juga pola
penarikan retribusinya, sesuai dengan kondisi sosial budaya yang ada sehingga
diperoleh pola penarikan yang paling cocok dan efektif. Teknis penarikan retribusi
sampah dari penduduk dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta,
koperasi, BUMD dan lainnya dengan pola yang saling menguntungkan.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
57
Pengelolaan sampah telah melayani seluruh penduduk Kabupaten Bandung dan pola
pengangkutan sampah dilakukan dengan cara pola pengangkutan individual tak
langsung dan komunal serta diasumsikan bahwa seluruh penduduk memiliki kategori/
kelas retribusi yang sama maka dapat diamati bahwa potensi retribusi di Kabupaten
Bandung minimal bernilai tiga kali lipat dari nilai realisasi retribusi eksisting.
C. Kelembagaan
Secara kelembagaan, pengelolaan persampahan di Kabupaten Bandung menjadi
tupoksi Dinas Perumahan Penataan Ruang dan Kebersihan. Pada Dinas Perumahan,
Penataan Ruang dan Kebersihan, bidang yang terkait langsung dengan pengelolaan
persampahan ini yaitu Bidang kebersihan yang meliputi Seksi Pelayanan Kebersihan,
Seksi Kerjasama Pengelolaan Persampahan dan Seksi Pengembangan Sarana dan
Prasarana.
Selain Dinas Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan, khusus untuk sektor
pengawasan mengenai dampak pengelolaan sampah terhadap kesehatan masyarakat
menjadi tupoksi Dinas Kesehatan, khususnya Bidang Pencegahan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Dalam praktik pelaksanaannya, pengelolaan persampahan di
Kabupaten Bandung secara tidak langsung juga berkaitan dengan tupoksi
pengendalian limbah padat dan B3, Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan,
pada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup.
D. Peraturan Perundangan
Peraturan hukum yang mengatur tentang pengelolaan sampah di Kabupaten
Bandung, terdiri dari peraturan hukum berbentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati
dan Keputusan Bupati, dengan materi pengaturan meliputi:
1. Perda Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000 Tentang Kebersihan, Keindahan,
Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan
2. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 9 Tahun 2002 Tentang Pembentukan
Organisasi Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung
3. Surat Keputusan Bupati No. 21 tahun 2001 Tentang Pelimpahan Sebagian
Kewenangan Bupati Kepada Camat jo Surat Keputusan Bupati No 8 Tahun 2004
4. Keputusan Bupati No. 13 Tahun 2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Kabupaten Bandung No. 31 Tahun 2000 Tentang Kebersihan, Keindahan,
Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan
5. Keputusan Bupati Bandung No. 660.2/Kep. 134 A-DPUK/2002 Tentang Penentapan
Klasifikasi Retribusi Kebersihan
6. Peraturan Bupati Bandung No. 8 Tahun 2006 Tentang Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kebersihan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
58
Keterangan:
Bidang yang terkait pengelolaan
Persampahan
SEKSI KERJASAMA
PENGEMBANGAN
KAWASAN
SEKSI PEMBANGUNAN
PERUMAHAN
SEKSI PEMBINAAN PERUMAHAN
UPTD
SEKSI PENGEMBANGAN FASILITAS UMUM
SEKSI
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI DAN
INDUSTRI
SEKSI PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG
SEKSI PEMBINAAN
TEKNIS BANGUNAN
GEDUNG
SEKSI
PENGENDALIAN
BANGUNAN
SEKSI PERENCANAAN
TATA RUANG
SEKSI
PEMANFAATAN
RUANG
SEKSI PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
SEKSI PELAYANAN KEBERSIHAN
SEKSI
KERJASAMA
PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
SEKSI
PENGEMBANGAN
SARANA DAN
PRASARANA
SEKSI
PEMBANGUNAN
SEKSI PEMBINAAN
TEKNIS
JABATAN FUNG-SIONAL
BIDANG PENGEMBANGAN
KAWASAN
BIDANG PENGEMBANGAN
PERUMAHAN
BIDANG
PENATAAN RUANG
BIDANG PENATAAN DAN PENGENDALIAN
BANGUNAN
SEKSI PENGEMBANGAN
KAWASAN KHUSUS
BIDANG KEBERSIHAN
BIDANG
PERMUKIMAN
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUM
DAN KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN
KEUANGAN
Gambar 7.5
Kelembagaan Pengelolaan Persampahan pada Dinas Perumahan, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten Bandung
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
59
Gambar 7.6
Kelembagaan Pengelolaan Persampahan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
60
7 -
60
E. Peran Serta Masyarakat
Berdasarkan pada hasil studi pengetahuan, sikap dan perilalu masyarakat terhadap
sampah yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yang menunjukkan
gambaran umum persepsi masyarakat Kabupaten Bandung, dapat dikatakan
pengetahuan masyarakat akan pengelolaan sampah yang lebih baik yaitu konsep
memilah, mengomposkan dan mendaur ulang umumnya berada pada tahap sudah
mengetahui namun belum mau melakukan. Hal ini disebabkan karena terpaan media
yang cukup tinggi (TV, radio, pertemuan-pertemuan informal berbagai kelompok
masyarakat).
Bagi masyarakat, kebersihan lingkungan adalah urusan masing-masing. Mereka tidak
mau saling mengingatkan jika ada tetangga atau masyarakat lain di sekitar mereka
yang melakukan tindakan yang merusak kebersihan lingkungannya.
Pengetahuan masyarakat akan adanya pelayanan pengelolaan sampah oleh
Pemerintah sudah sangat melekat, demikian halnya dengan keberadaan pengelola di
lingkungan tempat tinggalnya yaitu petugas RT/RW. Pada kenyataannya nampak ada
kecenderungan bahwa persepsi masyarakat yang paling kuat adalah bahwa masalah
kebersihan dan pengelolaan sampah adalah urusan Pemerintah semata.
Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan sampah terukur masih sangat
rendah. Terlihat dari persepsi masyarakat akan keberadaan sarana dan prasarana
yang dinilainya masih belum memadai. Secara umum dapat dikatakan bahwa
masyarakat belum merasa puas dengan pengelolaan sampah yang dijalankan oleh
Pemerintah, namun demikian peran aktif yang seharusnya muncul dari masyarakat
nampak belum tumbuh. Bahkan pengetahuan akan peran aktif seperti apa yang
seharusnya tumbuh di masyarakat nampaknya masih rendah. Masyarakat mengetahui
bahwa mereka harus berpartisipasi dalam pengelolaan sampah, tetapi baru pada
tahap partisipasi aktif individual berupa :
1. Menjaga kebersihan di rumah sendiri, belum di lingkungannya
2. Membayar retribusi
Pengukuran terhadap persepsi masyarakat ini diarahkan pada pengetahuan akan
adanya bagi peran sehingga ada biaya pengumpulan yang menjadi wewenang
kelompok warga dan biaya pengangkutan yang menjadi wewenang Pemerintah.
Dalam hal ini, umumnya masyarakat tidak banyak tahu, alasannya karena memang
mereka tidak pernah mendapatkan informasinya.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
61
7 -
61
• Permasalahan dan Tantangan
Berdasarkan peninjauan terhadap kondisi persampahan eksisting yang telah
dipaparkan pada subbab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dalam sektor
kelembagaan isu strategis pegelolaan persampahan yaitu adanya perubahan tupoksi,
wewenang serta beban kerja dari Dinas Kebersihan menjadi bidang kebersihan.
Peleburan Dinas Kebersihan menjadi Bidang Kebersihan pada Dinas Perumahan,
Penataan Ruang dan Kebersihan otomastis mengakibatkan terjadinya pembatasan
tupoksi, dari semula tupoksi dinas, menjadi tupoksi bidang.
Isu strategis lainnya dalam pengelolaan persampahan yaitu belum efektifnya
keberjalanan perda. Meskipun saat ini di Kabupaten Bandung telah terdapat beberapa
peraturan mengenai pengelolaan persamapahan, tetapi dalam praktik dilapangan
masih banyak kegiatan yang tidak mengacu pada peraturan tersebut sebagai
pedoman.
Dalam hal cakupan pelayanan, isu strategis yang dihadapi yaitu masih rendahnya
cakupan pelayanan persampahan eksisting serta masih kurangnya sarana prasarana
persampahan yang tersedia. Saat ini TPA satu-satunya yang ada di Kabupaten
Bandung yaitu TPA Babakan yang dari segi kinerja sudah kurang optimal.
Ditinjau dari segi keterlibatan masyarakat dan sektor swasta, saat ini tingkat kesadaran
masyarakat untuk mengelola sampah setempat sudah cukup baik, tetapi pengetahuan
warga untuk melakukan pengelolaan sampah yang baik masih tergolong rendah. Jenis
pengelolaan sampah yang banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Bandung
saat ini meskipun dapat mereduksi volume sampah tapi cenderung masih bersifat
polutif. Sedangkan untuk keterlibatan sektor swasta, hingga saat ini belum ada
kerjasama khusus dengan pihak swasta dalam pengelolaan persampahan.
Selain isu- isu strategis diatas, isu strategis lain yaitu dalam hal peraturan daerah di
sektor persampahan. Saat ini di Kabupaten Bandung sudah terdapat beberapa
peraturan terkait persampahan, tetapi peraturan- peraturan tersebut belum efektif
dilaksanakan. Terbukti dari masih banyaknya persoalan persampahan yang terjadi saat
ini.
Tabel 7.27
Permasalahan Dan Tantangan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Bandung
Aspek Permasalahan dan Tantangan
Kelembagaan Perubahan Tupoksi dan wewenang serta beban kerja dari Dinas kebersihan
menjadi Bidang Kebersihan
Peraturan
Daerah Belum efektifnya penerapan peraturan daerah mengenai persampahan
Layanan
Persampahan
Rendahnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana persampahan,
ketersediaan armada, biaya dan keberadaan TPA berimbas kepada cakupan
pelayanan persampahan
Partisipasi
Masyarakat
Rendahnya pengetahuan masyarakat dalam mengelola persampahan skala
rumah tangga.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
62
7 -
62
Aspek Permasalahan dan Tantangan
Partisipasi pihak
swasta
Belum optimalnya keterlibatan dunia usaha dalam pengelolaan
persampahan di Kabupaten Bandung. Hingga saat ini belum ada kerjasama
dengan CSR maupun pihak swasta secara khusus dalam pengelolaan
persampahan
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
• Kriteria Kesiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan persampahan di Kabupaten
Bandung, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Dokumen masterplan Persamapahan Kabupaten Bandung yang disusun pada
tahun 2011
2. Dokumen Strategis Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Bandung yang disusun pada
tahun 2013
3. Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tasikmalaya yang disusun pada
tahun 2013
4. Dokumen Memorandum Program Strategi Sanitasi (MPSS) Kabupaten Tasikmalaya
yang disusun pada tahun 2014
• Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan
Kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis
operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek
kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran
serta masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana
kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan
adalah analisis sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat
pelayanan serta analisis ekonomi.Untuk lebih jelasnya mengenai analisis hasil
kebutuhan dan target pencapaian pengelolaan persampahan Kabupaten Bandung
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
63
Tabel 7.28
Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Persampahan Kabupaten Bandung
No Uraian Kondisi
Eksisting
Kebutuhan Ket
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Aspek Teknis
1 Teknis
Operasional
Perencanaan
(Dokumen MP,
FS, DED)
Sudah
Tersedia
Review DED Kab.
Bandung (TPA
Regional Legok
Nangka)
2 TPA
TPA
Sudah
Tersedia
Penanganan TPA
Pasca Operasional
(TPA Babakan)
3 TPST 3R
Pembangunan
Infrastruktur
TPST
Sudah
Tersedia
(Hanya
Belum
Menyeluruh
di
Kabupaten
Bandung)
Pembangunan
Infrastruktur TPST
Kawasan Pusat Kota
Soreang
Pembangunan
Infrastruktur TPST
Kawasan Kota
Majalaya
Pembangunan
Infrastruktur TPS 3R
Pasirjambu dan
Baleendah
Pembangunan
Infrastruktur TPS 3R
Cikancung -
Baleendah
Pembangunan
Infrastruktur TPS 3R
Solokan Jeruk
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
64
7 -
64
7.4.3 Drainase
• Isu Strategis Pengembangan Drainase
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara
lain:
1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase
Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air
permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air
limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem
drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada
daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang
dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola
sampah dan masyarakat.
2. Pengendalian debit puncak
Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi
luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan
penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-
penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan,
kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk,
lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.
3. Kelengkapan perangkat peraturan
Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase
permukiman di daerah adalah:
▪ Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti
pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan
sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan
daerah resapan air (wet land), termasuk sanksi yang diterapkan.
▪ Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman,
posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.
▪ Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta
dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
▪ Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang
dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan
daerah.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
65
7 -
65
4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran
drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke
dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun
penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai
bangunan, kolam ikan dll.
5. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya
operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan
berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.
6. Penanganan Drainase Belum Terpadu
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama
masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase
sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat
pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.
Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan sistem drainase di Kabupaten
Bandung meliputi :
1. Kecenderungan perubahan iklim.
2. Perubahan fungsi lahan.
3. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase.
4. Kelengkapan perangkat peraturan.
5. Penanganan drainase belum terpadu.
• Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase
A. Aspek Teknis
Dalam hal sektor drainase, hingga saat ini Kabupaten Bandung belum memiliki
masterplan drainase lingkunga yang terintegrasi untuk satu wilayah administratif.
Masterplan yang tersedia, baru berupa Master Plan Sumber Daya Air yang cenderung
lebih ke pengelolaan drainase primer dan sekunder. Untuk jaringan drainase tersier/
jaringan drainase permukiman saat ini belum terinvetarisir.
Keberadaan drainase permukiman yang terstruktur pada umumnya terdapat di
permukiman yang dibangun oleh pengembang serta di sepanjang jaringan jalan.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
66
7 -
66
Meskipun demikian jaringan belum terintegrasi, pada beberapa kantong permukiman
yang padat bahkan kondisi drainase tidak memenuhi standar. Pada beberapa kasus,
drainase ini kondisinya tidak terawat dan mengalami pendangkalan akibat timbunan
sampah dan lumpur. Belum terintegrasinya jaringan drainase di Kabupaten Bandung
serta kurang terawatnya kondisi drainase yang ada mengakibatkan rentan terjadinya
bencana banjir di musim penghujan, terutama di daerah-daerah yang memiliki kontur
lebih rendah dengan guna lahan terbangun yang padat.
Drainase lingkungan permukiman di Kabupaten Bandung secara umum belum
terinventarisir dengan baik. Pengelolaan drainase mikro saat ini cenderung masih
bersifat parsial dan tidak terintegrasi. Tupoksi pengelolaan drainase mikro pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten bandung cenderung belum jelas. Sistem
drainase Kabupaten Bandung yang sudah terinventarisasi saat ini baru jaringan
drainase primer dan sekunder.
Jaringan drainase primer di Kabupaten Bandung merupakan bagian dari DAS Citarum.
Sub DAS Citarum yang berada di Kabupaten Bandung meliputi Sub DAS Citarik, Sub
DAS Cirasea, Sub DAS Ciwidey dan Sub DAS Cisangkuy. Selain dipengaruhi oleh
keempat drainase utama tersebut, drainase Kabupaten Bandung turut dipengaruhi
oleh drainase Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Pengaruh tersebut terjadi melalui adanya aliran dari Sub DAS Cikapundung dan
Ciminyak. Sub DAS Cikapundung merupakan daerah aliran sungai yang secara
administratif sebagian besar berada di Kota Bandung. Sedangkan Sub DAS Ciminyak
yaitu daerah aliran sungai yang sebagian besar berada dalam wilayah administratif
Kabupaten Bandung Barat. Kedua Sub DAS tersebut pada kondisi di lapangan,
sebagian kecil sub DAS turut melintasi wilayah administratif Kabupaten Bandung
sehingga berpengaruh terhadap drainase Kabupaten Bandung.
Ditinjau berdasarkan system pengelolaan drainase di Kabupaten Bandung dapat
diklasifikasikan kedalam input, user interface, fase pengumpulan dan penampungan/
pengolahan awal, fase pengengkutan/ pengaliran, fase pengolahan akhir fase
pembuangan akhir. Input dalam sistem pengelolaan drainase di Kabupaten Bandung
terdiri dari tiga jenis input, yaitu grey water, run-off water (air limpahan dari atap),
serta air yang berasal dari halaman/ruang public. Ketiga jenis input tersebut memiliki
user interface yang berbeda- beda.
Untuk input grey water berupa air bekas cucian/ mandi, user interface yang banyak
digunakan yaitu tempat cuci piring dan kamar mandi, sedangkan untuk input berupa
air limpahan atap, user interface yang digunakan berupa talang. Adapun utuk air yang
berasal dari ruang terbuka, user interface berupa badan jalan/ halaman.
Pada fase pengangkutan, pada umumnya, media yang digunakan yaitu saluran
drainase. Tanpa ada proses pengolahan terlebih dahulu, air kotor disalurkan menuju
sungai/ badan penerima.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
67
7 -
67
Tabel 7.29
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan Kabupaten Bandung
Input User Interface
Pengumpulan
dan
Penampungan/
Pengolahan Awal
Pengangkutan/
Pengaliran
(Semi)
Pengolahan
AKhir
Terpusat
Pembuangan
Akhir/ Daur
Ulang
Kode/
Nama Aliran
Air bekas
cucian/mandi
tempat cuci
piring, tempat
cuci/kamar
mandi
-
Saluran
drainase
lingkungan
-
Sunga/Badan
air penerima
Alternatif 1
Atap
bangunan Talang Sumur resapan - Alternatif 2
Halaman,
jalan, ruang
publik
Badan
Jalan/Halaman - - Alternatif 3
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
B. Kelembagaan
Ditinjau berdasarkan kelembagaan, saat ini tupoksi pengelolaan drainase permukiman
di kabupaten Bandung cenderung belum jelas, antara dipegang oleh Dinas
Perumahan, Penataan Ruang dan Kebersihan dan Dinas Sumber Daya Air,
Pertambangan dan Energi. Dengan mengasumsikan bahwa tupoksi pengelolaan
drainase lingkungan berada pada kedua Dinas, maka pada Dinas Perumahan,
Penataan Ruang dan Kebersihan, tupoksi pengelolaan drainase lingkungan berada di
bawah Bidang Permukiman yang meliputi Seksi Pembangunan, Seksi Pembinaan
Teknis dan Seksi Pengembangan Teknologi dan Industri.
Sedangkan pada Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi, tupoksi
pengelolaan drainase lingkungan berada di bawah Bidang Drainase, yang meliputi
Seksi Perencanaa Drainase, Seksi Pelaksanaan Jaringan Drainase dan Seksi
penanggulangan Bencana. Untuk lebih jelasnya mengenai kelembahaan dalam
pengelolaan drainase di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pengelolaan drainase di Kabupaten Bandung telah melibatkan beberapa stakeholder,
baik pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat. Meskipun demikian, peran
sektor swasta dan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten
Bandung masih tergolong rendah. Keterlibatan sektor swasta dan masyarakat tersebut
hanya terdapat pada bagian pengelolaan, khususnya berupa membersihkan saluran
drainase dan memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak. Keterlibatan
masyarakat tersebut beberapa bersifat terorganisir dibawah LSM, tapi sebagian besar
cenderung masih bersifat individual.
Pemangku kepentingan terbesar dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Bandung
saat ini masih Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Lingkup pengelolaan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah meliputi perencanaan, pengadaan sarana,
pengelolaan pengaturan dan pembinaan serta monitoring dan evaluasi.
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
68
Gambar 7.7
Kelembagaan Pengelolaan Drainase Lingkungan Pada Dinas Perumahan, Tata Ruang Dan Kebersihan Kabupaten Bandung
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
69
Gambar 7.8
Kelembagaan Pengelolaan Drainase Lingkungan Pada Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan Dan Energi Kabupaten Bandung
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
70
7 -
70
C. Peran Serta Masyarakat
Pada kondisi Eksisting, kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/ kelurahan
belum terpetakan. Selain dari pada itu, ditinjau dari segi pengelolaan, saat ini belum
teridentifikasi mengenai lokasi-lokasi drainase lingkungan mana saja yang
pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah kabupaten, kelurahan, masyarakat dan
swasta. Secara tidak langsung hal ini disebabkan karena belum jelasnya posisi tugas
pokok dan fungsi pengelolaan drainase lingkungan atau drainase tersier dalam SKPD
di Kabupaten Bandung. Informasi mengenai drainase lingkungan yang telah
terpetakan saat ini baru mencakup jaringan drainase primer dan sekuder.
• Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan dalam sektor drainase meliputi permasalahan dalam bidang
kelembagaan, keterlibatan masyarakat dan sektor swasta, dan peraturan. Dalam
bidang kelembagaan, selama ini belum ada kejelasan mengenai SKPD yang
bertanggungjawab langsung menanganai drainase mikro.
Hal tersebut terbukti dari belum adanya perencanaan drainase mikro yang
terintegrasi untuk satu wilayah kabupaten. Dari segi partisipasi masyarakat dan sektor
swasta, keterlibata masyarakat dan sektor swasta dalam pengelolaan drainase
cenderung masih rendah. Hal tersebut secara tidak langsung diakibatkan masih
minimnya komunikasi dan ajakan kerjasama pengelolaan drainase yang dilakukan
oleh pemerintah. Hal tersebut terbukti dengan belum adanya bentuk sosialisasi dan
kerjasama yang secara kontinyu dilakukan.
Isu strategis lain dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Bandung yaitu belum
adanya peraturan yang mengatur khusus mengenai drainase, khususnya drainase
lingkungan. Saat ini peraturan mengenai drainase masih diatur secara tidak langsung
dalam peraturan-peraturan lain seperti peraturan pedoman penyusunan site plan dan
peraturan IMB.
Tabel 7.30
Permasalahan dan Tantangan Pengelolaan Drainase
Kabupaten Bandung
Aspek Permasalahan dan Tantangan
Kelembagaan
Belum ada kejelasan mengenai SKPD yang memiliki tugas pokok dan
fungsi Pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bandung.
Koordinasi antar lembaga yang mengelola drainase belum optimal
Ketersediaan data-data drainase lingkungan masih minim
Peraturan Daerah Belum ada peraturan yang secara khusus mengatur menganai pengelolaan
drainase lingkungan
Partisipasi
Masyarakat
Adanya keterbatasan personel/Sumber Daya Manusia untuk menangani
drainase. Disisi lain keterlibatan swasta mengelola drainase hanya pada
pengembang perumahan.
Partisipasi Dunia
usaha
Belum ada kerjasama khusus dengan dunia usaha dalam hal pengelolaan
darainase lingkungan
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah
(RPI2-JM) Kabupaten Bandung
Tahun 2017 - 2022
7 -
71
7 -
71
Aspek Permasalahan dan Tantangan
Keterlibatan swasta mengelola drainase hanya pada pengembang
perumahan
Pendanaan Terbatasnnya pendanaan di sektor drainase lingkungan
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bandung Tahun 2011
• Kriteria Kesiapan Daerah
Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan drainase di Kabupaten
Bandung, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan
meliputi:
1. Dokumen Strategis Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Bandung yang disusun pada
tahun 2013
2. Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tasikmalaya yang disusun pada
tahun 2013
3. Dokumen Memorandum Program Strategi Sanitasi (MPSS) Kabupaten Tasikmalaya
yang disusun pada tahun 2014
7.4.4 Usulan Program Dan Kegiatan
Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun
berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti
pada RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP
berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan.
Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan
kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan sesuai dengan
hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan.
Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan
program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya
ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari
dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah
Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam
pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus
(menurut pengembangan kawasan). Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program
tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4 Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Kabupaten Bandung.