kosep medis hipoparatirod
-
Upload
ani-seohyun -
Category
Documents
-
view
6 -
download
4
description
Transcript of kosep medis hipoparatirod
2.11 WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
3.1.1. Contoh Kasus:
Tn. X usia 58 tahun datang ke rumah sakit pada tangggal 9 Mei 2012 dengan keluhan sering mengalami kejang 1 bulan terakhir. Saat pengukuran TTV didapatkan TD : 90/80 mmHg, suhu : 370C, nadi : 88x/menit, RR : 20x/menit dan suara nafas stridor. Hasil uji laboratorium menunjukan kalsium 3-5 mg/dL (normalnya 8.5–10.5 mg/dl), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL). Keluarga pasien mengatakan bahwa saat di rumah pasien sering mengeluh sakit kepala, sulit nafas saat kejang, kejang/kekakuan dirasakan pada muka, terkadang pada tangan dan kaki, dan akhir-akhir ini pasien tidak mau makan dikarenakan susah menelan. Rambut pasien terlihat tumbuh jarang dan kulit kering / bersisik. Terdapat Tanda Chvosteks atau Trousseaus positif pada pasien. Pasien mengatakan pernah mengalami operasi bedah leher 2 bulan yang lalu.
3.1.2. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah melakukan operasi pembedahan pada leher
3.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering mengalami kejang 1 bulan terakhir.
3.1.4. Pemeriksaan Fisik
B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas (Bronkospasme/spasme laring), suara napas stridor.
B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi 90/80 mmHg
B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
B4 (Sistem Perkemihan): hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan, disfagia
B6(Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan dan kaki, Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik, rambut jarang-jarang, kaku pada ekstremitas.
3.1.5. Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium : kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.5–10.5 mg/dl). Kadar fosfat dalam darah ), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL).
3.2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif:Mengeluh beberapa kali sulit bernafas saat terjadi kejang.
Penurunan kalsium dalam darah
Iritabilitas neuromuscular
Kejang otot pada bronkus atau laring
Sulit bernafas
Pola napas tidak efektif
MK: Pola napas tidak efektif
Data Subjektif:
Mengeluh sulit menelan, tidak bias makan
Iritabilitas neuromuscular
MK: Nutrisi kurang dari kebutuhan
Kejang otot pada faring (spasme faring)
Sulit menelan
Disfagia
Intake nutrisi kurang
Data Subjektif:
Mengeluh kaku pada tangan dan kaki
Tetanus laten
Ekstremitas kaku
Intoleransi Aktivitas
MK: Intoleransi aktivitas
Data Subjektif:
Mengeluh kejang di otot tangan dan kaki.
Defisiensi Parathormon
Peningkatan kadar fosfat dlm darah & penurunan kalsium dlm darah
Iritabilitas system neuromuscular
MK: Risiko cidera
Tetanus
Kejang
Risiko cedera
3.3. Diagnosa
pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.
Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum (K)
Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat.
Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas
Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
3.4. Intervensi
Diagnosa: pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.
Tujuan: Pola nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil:
1. Pola nafas efektif.
2. RR 16-20 kali permenit
3. TTV dalam batas normal.
4. Ekspansi paru mengembang.
Intervensi Rasional
Kaji upaya pernapasan dan kualitas suara setiap 2 jam
Pengkajian yang berulang kali sangat penting karena mungkin kondisi pasien berubah secara drastic.
Auskultasi untuk mendengarkan stridor laring tiap 4 jam
Suara stridor laring dan diam menggambarkan spasme laring parsial sampai total. Dilakukan agar dapat segera diberikan tindakan yang tepat
Baringkan pasien untuk mengoptimalkan bersihan jalan napas pertahankan dalam posisi alamiah
Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru bagian bawah
Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk
Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kebutuhan.(kolaborasi)
Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
Diagnosa: Tetani otot yang b/d penurunan kadar kalsium serum
Tujuan: Mengatasi tetani otot yang muncul
Kriteria Hasil:
- Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter)
- Frekuensi pernapasan kembali normal
- Gas-gas dalam darah dalam batas normal
Intervensi Rasional
Saat merawat klien dengan hipoparatiroid hebat, selalu waspada terhadap spasme laring
dan obstruksi pernapasan. Sipkan selalu set selang endotrakeal, laringoskop, dan trakeostomi saat merawat klien dengan tetani akut.
Jika klien beresiko terhadap hipokalsemia mendadak, seperti setelah tiroidektomi, selalu disiapkan cairan infus alsium karbonat di dekat tempat tidur klien untuk segera digunakan jika dibutuhkan.
Jika selang infus harus dilepas, biasanya hanya diklem dulu untuk beberapa waktu sehingga selalu tersedia akses vena yang cepat..
Untuk mengantisipasi terjadinya kejang mendadak yang mengganggu pernapasan klien
Untuk memberikan penanganan yang cepat pada klien jika terjadi hipokalsemia yang mendadak.
Untuk memberikan suplai kalsium dengan cepat.
Diagnosa:Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil:
- Nutrisi adekuat
- Masukan makanan dan cairan adekuat
- Energi adekuat
- BB normal
Intervensi Rasional
Monitor makanan/cairan yang dicerna dan hitung masukan kalori tiap hari
Tentukan makanan kesukaan dengan mempertimbangkan budaya dan keyakinannya
Kolaborasi: Tentukan makanan yang tepat sebagai program diet
Dorong pasien untuk memilih makanan yang lunak
Dorong masukan makanan tinggi kalsium
Untuk memantau intake dan output dari klien.
Untuk meningkatkan motivasi klien untuk makan.
Untuk menentukan diet yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Memudahkan klien untuk menelan dan tidak memperberat kerja usus.
Untuk meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh.
Diagnosa: Intoleransi aktivitas b.d. kekakuan ekstremitas
Tujuan: Aktivitas (ADL) kembali normal
Kriteria Hasil:
- Mampu makan sendiri
- Memakai pakaian sendiri
- Mandi
- Jalan
- Duduk
Intervensi Rasional
Rencanakan dan monitor program aktivitas yang tepat.
Bantu memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya
Bantu untuk memfokuskan apa yang dapat pasien lakukan.
Buat lingkungan yang aman buat pasien
Berikan reinforcement kepada pasien atas kemampuannya.
Monitor respons emosi, fisik, social, dan spiritual dalam aktivitas.
Mempertahankan aktivitas daily living klien.
Membiasakan klien dengan aktivitas ringan sesuai kemampuannya.
Mempertahankan kemampuan klien dalam beraktivitas sesuai dengan kemampuannya.
Untuk menghindari risiko cedera saat pklien melakukan aktivitasnya.
Menmbuhkan motivasi klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan nya.
Melihat perkembangan pasien secara holistic setelah melakukan aktivitasnya.
Diagnosa: Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
Tujuan: Klien tidak mengalami cedera.
Kriteria Hasil:
reflek normal
tanda vital stabil
Intervensi Rasional
Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2 jam
sampai 4 jam.
Pantau fungsi jantung secara terus menerus/gambaran EKG.
Bila pasien dalam tirah baring berikan bantalan pada tempat tidur dan pertahakan tempat tidur dalam posisi rendah
Bila aktivitas kejang terjadi ketika pasien bangun dari tempat tidur, bantu pasien untuk berjalan, singkirkan benda-benda yang membahayakan, bantu pasien dalam menangani kejang dan reorientasikan bila perlu.
Kolaborasi dengan dokter dalam menangani gejala dini dengan memberikan dan memantau efektifitas cairan parenteral dan kalsium.
Untuk memantau perkembangan keadaan umum pasien
Untuk mengetahui perkembangan keadaan kerja jantung klien
Mengurangi risiko klien terjatuh dari tempat tidur
Untuk mengurangi risiko cedera pada klien akibat benda-benda tajam disekitar klien saat terjadi kejang.
Untuk mengantisipasi terjadinya gejala dini kejang yang dapat menimbulkan risiko cedera.
3.5. Evaluasi
Dx 1 : Pola nafas efektif.
RR 16-20 kali permenit
TTV dalam batas normal.
Ekspansi paru mengembang
Dx 2 : Kadar kalsium dalam serum kembali normal (8.5 to 10.5 mg per deciliter)
Frekuensi pernapasan kembali normal
Gas-gas dalam darah dalam batas normal
Dx 3: Nutrisi adekuat, masukan makanan dan cairan adekuat, energi adekuat
BB normal
Dx 4 : Mampu makan sendiri Memakai pakaian sendiri Mandi, jalan dan duduk
Dx 5 : reflek normal,tanda vital stabil