KOROSI
-
Upload
gilang-hermawan -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
Transcript of KOROSI
Nama : Gilang HermawanNIM : 101910101030Kelas : A
KOROSI
A. Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang
tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara)
mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus
kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku
sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai
bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak
sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan
rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
Nama : Gilang HermawanNIM : 101910101030Kelas : A
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap
elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
B. Jenis-jenis Korosi
Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam sebagai berikut.
1. Korosi Galvanis (Bemetal Corrosion)
Disebut juga korosi dwilogam yang merupakan perkaratan elektrokimiawi apabila
dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit yang
sama. Elektron akan mengalir dari metal yang kurang mulia (anodik) menuju ke metal
yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion
positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion-ion negatif
yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa ini, permukaan
anoda kehilangan metal sehingga terrbentuk sumur-sumur karat atau jika merata akan
terbentuk karat permukaan.
2. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)
Adalah korosi yang terjadi karena komposisi logam yang tidak homogen dan ini
menyebabkan korosi yang dalam pada berbagai tempat. Dapat juga adanya kontak antara
logam, maka pada daerah batas akan timbul korosi berbentuk sumur.
3. Korosi Erosi (Errosion Corrosion)
Logam yang sebelumnya teleh terkena erosi akibat terjadinya keausan dan
menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah
terserang korosi dan apabila terdapat gesekan maka akan menimbulkan abrasi yang lebih
berat.
4. Korosi Regangan (Stress Corrosion)
Nama : Gilang HermawanNIM : 101910101030Kelas : A
Gaya-gaya seperti tarikan (tensile) atau kompresi (Compressive) berpengaruh
sangat kecil pada proses pengkaratan. Adanya kombinasi antara regangan tarik (tensile
stress) dan lingkungan yang korosif, maka akan terjadi kegagalan material berupa retakan
yang disebut retak karat regangan.
5. Korosi Celah (Crevice Corrosion)
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau non
logam dan diantaranya terdapat celah yang dapat menahan kotoran dan air sebagai
sumber terjadinya korosi. Konsentrasi Oksigen pada mulut lebih kaya dibandingkan pada
bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodik dan bagian mulut menjadi katodik.
Maka terjadi aliran arus dari dalam menuju mulut logam yang menimbulkan korosi.
Atau juga perbedaan konsenrasi zat asam. Diamana celah sempit yang terisi
elektrolit (pH rendah) maka terjadilah sel korosi dengan katodanya permukaan sebelah
luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam dari pada
daerah dalam yang besifat anodik. Maka dari snilah terjadinya korosi dengan adanya
katoda dan anoda.
6. Korosi Kavitasi (Cavitation Corrosion)
Terjadi karena tingginya kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah bertekanan
tinggi dan rendah secara berulang-ulang pada permukaan peralatan dimana cairan
tersebut mengalir. Maka terjadilah gelembung-gelembung uap air pada permukaan
tersebut, yang apabila pecah kembali menjadi cairan akan menimbulkan pukulan pada
permukaan yang cukup besar untuk memecahkan film oksida pelindung permukaan.
Akibatnya bagian permukaan yang tidak terlindungi terserang korosi. Karena bagian
tersebut menjadi anodik terhadap bagian yang terlindungi.
Karena terjadinya korosi pada bagian tersebut, maka akan kehilangan massa dan
menjadi takik. Takik-takik tersebut akan bertambah dalam karena permukaan di dalam
takik tidak sempat membentuk film pelindung karena kecepatan cairan yang tinggi dan
proses kavitasi akan berlangsung secara berulang-ulang.
7. Korosi Lelah (Fatigue Corrosion)
Bila logam mendapat beban siklus yang berulang-ulang, tetapi masih dibawah
batas kekuatan luluhnya. Maka setelah sekian lama akan patah karena terjadinya
kelelahan logam. Kelelahan dapat dipercepat dengan adanya serangan korosi. Kombinasi
Nama : Gilang HermawanNIM : 101910101030Kelas : A
antara kelelahan dan korosi yang mengakibatkan kegagalan disebut korosi lelah. Korosi
lelah terjadi di daerah yang menderita beban, lasan dan lainnya.
8. Korosi antar kristal
Terjadinya korosi hanya pada batas kristal, akibat dari serangan elektrolit. Karena
tegangan pada kristal adalah paling tinggi. Dan terjadiny karbida pada batas butir yang
dapat mengakibatkan korosi ini.
9. Penggetasan Hidrogen
a. Hydrogen Embrittlement
Penggetasan hidrogen adalah suatu proses hilangnya daktilasi baja dengan
terserapnya hidrogen ke dalam struktur material baja. Kekuatan tarik tidak terpengaruh
secara nyata. Daktilasi ini dapat dikembalikan melaui perlakuan panas. Kerusakan
hidrogen menggambarkan pelemahan baja secara permanen karena berkembangnya
retak-retak mikro (microfissures). Retak yang disebabkan oleh kerusakan hidrogen
biasanya terjadi di sepanjang batas butir, karenanya berbeda dengan retak dingin
akibat kemasukan hidrogen yang biasanya bersifat transgranular. Di dalam material
baja, atom-atom hidrogen ini bergabung menjadi molekul (H2) dan menyebabkan
terjadinya regangan lokal yang hebat. Jika baja cukup ductil maka kemungkinan dapat
bertahan terhadap regangan lokal ini. Namun jika baja getas dan keras, maka akan
terjadi retak-retak halus, yang kemudian menjadi besar dan mengakibatkan kegagalan
materil.
b. Hydrogen Damage
Kerusakan hidrogen di dalam material baja terjadi akibat atom-atom hidrogen
ini bergabung menjadi molekul (H2) dan menyebabkan terjadinya regangan lokal. Jika
kemudian gas H2 terperangkap di dalam cacat material seperti inklusi, laminasi maka
gas hidrogen lama kelamaan berkumpul dan menaikkan tekanan di lokasi tersebut.
Karena besarnya tekanan menyebabkan gelembung atau blister. Hal ini tidak terjadi
pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan pada daerah yang dekat dengan permukaan.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Nama : Gilang HermawanNIM : 101910101030Kelas : A
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan kecepatan
laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami kasus korosi yang
sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan
yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama. Dari
hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1. Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan
terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis
korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan
terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a. Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi. Sebagai
contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air
biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b. Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan
tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada tiap
daerahnya.
c. Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau
perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C
terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida
pada batas butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja
tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa. Bila
tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu terjadinya korosi retak
tegang.
2. Faktor Lingkungan
Nama : Gilang HermawanNIM : 101910101030Kelas : A
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a. Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis
korosi yang berbeda-beda. Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif
yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan
korosi. Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap
ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
b. Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi
kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi
yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada
larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh
konsentrasi terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang
berbeda akan terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik
terbentuk pada media dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada
media dengan konsentrasi O2 yang tinggi.
c. Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika reaksi
kimia akan meningkat.
d. Gas, cair atau padat
Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada
gas, bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi
(contohnya pada pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium
tersebut juga dapat berbeda-beda. Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat
dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan
proteksi katodik.
e. Kondisi biologis
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya
korosi mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah. Keberadaan
Nama : Gilang HermawanNIM : 101910101030Kelas : A
mikroorganisme sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi
kecepatan korosi pada suatu material.
D. Pencegahan korosi
` Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :
- Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa
korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam
lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain
yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng
cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
- Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya
sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan
mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain
(sebagai anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya
masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah
lazim digunakan logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan
diganti.
- Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur
dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).