LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI IDENTIFIKASI KOROSI

25
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI IDENTIFIKASI KOROSI Kelompok V-A Vindi Arifka NRP. 2313 030 002 Shinta Hilmy Izzati NRP. 2313 030 016 Zandhika Alfi Pratama NRP. 2313 030 035 Putri Dewi Fatwa NRP. 2313 030 040 Tanggal Percobaan 8 Nopember 2014 Tanggal Selesai 20 Nopember 2014 Asisten Laboratorium Intan Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Danawati HP, M.Pd PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

description

Korosi adalah degradasi (kerusakan atau penurunankulaitas dari suatu logam yang di sebabkan oleh interaksidengan lingkungan, terjadi akibat reaksi kimia atauelektrokimia. Lingkungan yang di maksud adalah larutandalam air, logam, garam gas atau uap. Sehingga penyebabatau defenisi korosi tergantung kepada proses dan jenislingkungan dimana terjadinya. Atau pembedaan korosidapat juga dari bentuk produk korosi yang terjadi, sepertikorosi pada struktur mikro dari logam. Korosi pada logamterjadi akibat reaksi elektrokimia, sedangkan korosi padanon logam di sebabkan karena degradasi atau pelapukan.Contoh pada non logam adalah kayu terjadi pelapukan,plastik atau polimer terjadinya degradasi ikatan kimia danmenjadikan getas. Salah satu faktor penyebab korosiadalah pH dimana pH dapat mempercepat laju korosi bilapH tinggi.

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI IDENTIFIKASI KOROSI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI

IDENTIFIKASI KOROSI

Kelompok V-A

Vindi Arifka NRP. 2313 030 002

Shinta Hilmy Izzati NRP. 2313 030 016

Zandhika Alfi Pratama NRP. 2313 030 035

Putri Dewi Fatwa NRP. 2313 030 040

Tanggal Percobaan

8 Nopember 2014

Tanggal Selesai

20 Nopember 2014

Asisten Laboratorium

Intan

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Danawati HP, M.Pd

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2014

I- 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Korosi adalah degradasi (kerusakan atau penurunan

kulaitas dari suatu logam yang di sebabkan oleh interaksi

dengan lingkungan, terjadi akibat reaksi kimia atau

elektrokimia. Lingkungan yang di maksud adalah larutan

dalam air, logam, garam gas atau uap. Sehingga penyebab

atau defenisi korosi tergantung kepada proses dan jenis

lingkungan dimana terjadinya. Atau pembedaan korosi

dapat juga dari bentuk produk korosi yang terjadi, seperti

korosi pada struktur mikro dari logam. Korosi pada logam

terjadi akibat reaksi elektrokimia, sedangkan korosi pada

non logam di sebabkan karena degradasi atau pelapukan.

Contoh pada non logam adalah kayu terjadi pelapukan,

plastik atau polimer terjadinya degradasi ikatan kimia dan

menjadikan getas. Salah satu faktor penyebab korosi

adalah pH dimana pH dapat mempercepat laju korosi bila

pH tinggi.

Banyak sekali jenis-jenis korosi yang bisa diketahui

dalam alat-alat industri, karena rata-rata menggunakan alat

yang bahannya berasal dari besi. Penyebab korosi yang

timbul dalam alat tersebut juga beragam. Sehingga jenis

korosinya berbeda. Korosi yang terjadi pada alat industri

yaitu Furnace Box PT Kalimantan Steel adalah korosi

uniform atau lebih dikenal dengan korosi seragam.

I - 2

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Identifikasi korosi pada alat-alat industri sangat

penting karena untuk meminimalisir dampak-dampak yang

ditimbulkan dan kerugian akibat kerusakan pada alat

tersebut. Cara untuk mengidentifikasi dengan melihat dan

mengamati secara langsung kondisi alatnya kemudian

melihat dari ciri-ciri yang ditimbulkan dari korosi tersebut.

Sehingga bisa diketahui jenis korosi yang ditimbulkan.

I.2 Tujuan Identifikasi

Tujuan percobaan identifikasi korosi adalah untuk

mengetahui dan mengenalisis bentuk-bentuk korosi dan

penyebab terjadinya korosi pada tangki penyimpan air yang

terdapat di PT Kalimantan Steel.

I.3 Dasar Teori

I.3.1 Korosi

Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang

artinya perusakan logam atau berkarat. Definisi korosi

adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material

yang terjadi disebabkan oleh lingkungan sekelilingnya.

Beberapa pakar bersikeras definisi hanya berlaku pada

logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang

mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material

non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh

rusaknya cat karet karena sinar matahari atau terkena

bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja,

I - 3

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

serangan logam yang solid oleh logam yang cair (liquid

metal corrosion) (Anonim, 2013).

Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat

tergantung dari material bahan, lingkungan, temperatur

dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi

yang sering disinggung adalah korosi pada logam. Ilustrasi

dari proses pengkorosian pada material logam pada dimana

besi yang dibentuk sesuai kegunaannya dapat terkorosi

akibat lingkungan yang dihadapi pada aplikasinya (Anonim,

2013).

Gambar I.1. Proses Pengkorosian Logam

I.3.2 Jenis-Jenis Korosi

Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada

logam menurut Anonim (2013), sebagai berikut:

1. Korosi merata

Korosi merata adalah bentuk korosi yang pada

umumnya sering terjadi. Hal ini biasanya ditandai

dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia yang

terjadi pada permukaan yang bereaksi. Logam menjadi

tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada logam

tersebut. Sebagai contoh, potongan baja atau seng

dicelupkan pada asam sulfat encer, biasanya akan

I - 4

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

terlarut secara seragam pada seluruh permukaannya.

Contoh lain dari korosi merata adalah pada pelat baja

atau profil, permukaannya bersih dan logamnya

homogen, bila dibiarkan di udara biasa beberapa bulan

maka akan terbentuk korosi merata pada seluruh

permukaanya.

Gambar I.2. Korosi Merata pada Logam

Korosi merata merupakan keadaan kerusakan yang

sangat besar terhadap material. Namun demikian korosi

ini kurang diperhatikan karena umur dari peralatan

dapat diperkirakan secara akurat dengan pengujian lain

yang lebih sederhana. Korosi merata dapat dilakukan

pencegahan dengan cara pelapisan, inhibitor dan

proteksi katodik.

Usaha pengendaliannya:

1. Diberi lapisan pelindung yang mengandung inhibitor

seperti minyak.

2. Bila sudah berbentuk barang jadi dilindungi dengan

pengecatan.

3. Untuk dinding kapal laut yang luas diberi proteksi

katodik.

I - 5

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

4. Untuk jangka panjang pemakaian yang lebih panjang

diberi logam berpaduan tembaga 0,4 %.

2. Korosi Dwi Logam (galvanic corrosion)

Jenis korosi yang terjadi antara dua buah logam

dengan nilai potensial berbeda saat dua buah logam

bersatu dalam suatu elektrolit yang korosif. Contohnya bila

besi kontak langsung dengan tembaga dimana tembaga

lebih mulia, maka besi akan bersifat anodik dan akan

mengorbankan diri sehingga akan terjadi korosi yang berat

pada besi, sedangkan tembaganya tetap utuh.

Gambar I.3. Korosi Dwi Logam

Usaha pengendaliannya dengan cara memberi isolator

yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektron.

3. Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan

dengan logam lain atau non logam dan diantaranya ada

celah yang dapat menahan kotoran dan air yang menjadi

sumber korosi. Konsentrasi O2 pada mulut lebih kaya

dibandingkan pada bagian dalam, sehingga bagian dalam

lebih anodik dan bagian mulut jadi katodik, maka akan

timbul arah arus dari dalam ke mulut.

I - 6

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Gambar I.4. Korosi Celah

Usaha pengendaliannya adalah:

1. Memberi isolator pada celah.

2. Mengeringkan celah.

3. Bersihkan dari kotoran.

4. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion).

4. Korosi Sumuran

Korosi sumuran merupakan jenis korosi yang

menyerang secara lokal selektif yang menghasilkan bentuk-

bentuk permukaan lubang-lubang di logam. Terjadinya

korosi jenis ini disebabkan komposisi logam tidak homogen

dan dapat menimbulkan korosi yang dalam pada beberapa

tempat. Dapat juga karena ada kontak antara logam yang

berlainan dan logam kurang mulia, maka pada daerah batas

timbul korosi berbentuk sumur.

Gambar I.5. Korosi Sumuran

Usaha pengendaliannya antara lain :

I - 7

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

1. Pilih bahan yang homogen.

2. Melindungi dari zat agresif.

3. Memberikan inhibitor.

5. Korosi Erosi (erosion corrosion)

Korosi erosi merupakan jenis korosi yang

menggunakan proses mekanik melalui pergerakan relatif

antara aliran gas atau cairan korosif dengan logam. Dalam

hal ini perusakan karena erosi dan korosi saling

mendukung. Logam yang telah terkena erosi akibat terjadi

keausan dan menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan

kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah terserang korosi

dan bila ada gesekan akan menimbulkan abrasi lebih berat

lagi dan seterusnya. Korosi erosi dapat juga disebabkan

karena impingment corrosion, yaitu akibat fluida sangat

deras dan dapat mengikis film pelindung pada logam yang

mengakibatkan korosi pada logam.

Gambar I.6. Korosi Erosi

Usaha pengendaliannya adalah:

1. Memberi pelindung dari zat yang agresif.

2. Memberi inhibitor.

3. Permukaan dies dihaluskan.

I - 8

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

4. Hindari aliran fluida yang terlalu deras.

5. Mengurangi belokan fluida.

6. Korosi Retak Tegang (stress corrosion cracking)

Korosi retak tegang merupakan jenis korosi yang

disebabkan kehadiran secara simultan tegangan tarik

(tensile stress) dan media korosif yang menyebabkan

terjadi penampakan retak di dalam logam.

Gambar I.7. Korosi Retak Tegang

Usaha pengendaliannya adalah:

1. Turunkan beban.

2. Lindungi dari senyawa yang korosif.

3. Memberi inhibitor.

4. Pada bagian yang terdapat streses harus direlaksasi.

7. Korosi Batas Butir (intergranular corrosion)

Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang

secara lokal menyerang batas butir-butir logam sehingga

butir-butir logam akan hilang atau kekuatan mekanik dari

logam akan berkurang, Korosi ini disebabkan adanya

kotoran (impurity) batas butir, adanya unsur yang berlebih

pada sistem perpaduan atau penghilangan salah satu unsur

pada daerah batas butir.

I - 9

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Gambar I.8. Korosi Batas Butir

Untuk pengendalianya dapat dilakukan dengan cara

menghindari terbentuknya karbida pada batas butir .

8. Hilangnya Unsur Paduan (dealloying)

Peluluhan selektif atau dealloying merupakan

penghilangan salah satu unsur dari paduan logam oleh

proses korosi.

Gambar I.9. Korosi Dealloying

9. Korosi Mikrobiologis

Korosi mikroba (microbial corrosion) adalah Korosi yang

terjadi akibat aktivitas mikroba sebagai penyedia

lingkungan yang korosif. Dalam hal ini biasanya terjadi pada

pipa logam dalam tanah yang dibungkus oleh kain aspal

yang terbuka dan menjadi koloni tempat bakteri sulfat.

Bentuk korosinya pun sering menyerupai bekas lilitan kain

pada pipa.

I - 10

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Gambar I.10. Korosi Mikrobiologis

Untuk Pengendalianya dapat dilakukan dengan :

1. Khlorinasi supaya bakterinya mati.

2. Diberi cat anti fouling.

10. Korosi Kavitasi

Peronggaan (cavitation) Peronggaan terjadi saat tekanan

operasional cairan turun di bawah tekanan uap gelembung-

gelembung gas yang dapat merusak permukaan logam

dasar.

Gambar I.11. Korosi Kavitasi

Pengendalianya dapat dilakukan dengan :

1. Surface finish yang bagus dan dibuat licin.

2. Diberi pelapis atau pelindung.

3. Memperkecil tekanan hidrolik.

I - 11

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

4. Menurunkan fibrasi.

I.3.3 Faktor Penyebab Terjadinya Korosi

Faktor penyebab terjadinya korosi dapat dibagi

menjadi 3 bagian yaitu sifat dari material, faktor lingkungan

dan adanya reaksi

1. Sifat material

a. Pengaruh susunan kimia material

Semua logam termasuk baja tahan karat,

alumunium, dan sebagainya cenderung akan akan

mengalami pengkaratan oleh media korosif.

b. Pengaruh struktur kristal

Kurangnya homogenitas struktur dapat

menimbulkan efek-efek galvanis mikro pada material

yang menyebabkan pengkaratan. Perbedaan potensial

akan mneyebabkan terjadinya aliran elektron bila baja

dimasukkan kedalam larutan elektrolit. Pada material

yang mengalami deformasi akan lebih mudah terjadi

korosi, karena butiran dalam material mengalami

perubahan bentuk dan susunanya.

c. Pengaruh beda potensial

Pengaruh beda potensial bila dua logam

mempunyai beda Potensial tidak sama digabungkan

dan dimasukkan dalam larutan elektrolit maka akan

terjadi pengkaratan.

d. Pengaruh bentuk permukaan material

Permukaan logamm yang mempunyai bentuk

sendiri akan menyebabkan terjadinya korosi. Adanya

I - 12

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

kotoran pada permukaan material akan menyebabkan

korosi karena terperangkapnya oksigen dalam

material.

(Nurfanani, 2012).

2. Variabel Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Laju

Korosi:

1. Pengaruh dari potensial ini adalah :

a. Bila potensial logam semakin tinggi atau di buat lebih

tinggi, maka kecendrungan terkorosi semakin rendah.

b. Penaikan potensial dapat mengakibatkan pasivasi

pada baja karbon atau paduannya.

c. Dapat menjadi acuan untuk metoda anodisasi atau

proteksi anodik. Dan proteksi katodik adalah

membuat logam yang di lindungi berada pada posisi

nobel dan berpotensial tinggi.

2. Pengaruh Temperatur

Laju korosi di pengaruhi oleh temperatur mengikuti

teori Arhenius

r= A exp (-E/RT)

dimana r = laju korosi

E = energi aktivasi

R = Konstanta

T = Temperatur absolut

Pada kasus baja, sebagai contoh pada larutan dingin

dan panas, bila larutan bertemperatur tinggi dapat

menyebabkan tingkat ke asaman yang tinggi pula dan bila

I - 13

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

temperatur yang tinggi mengakibatkan difusi oksigen yang

tinggi dalam larutan, maka korosi dapat menjadi cepat.

3. Pengaruh pH (keasaman)

Pada keasaman yang tinggi dimana pH<5:

a. Korosi besi pada larutan asam selain di pengaruhi

oleh pH, juga di pengaruhi oleh konsentrasi ion

dalam larutan. Dalam Asam sulfat dengan pH =0-4,

laju korosi di pengaruhi oleh konsentrasi Fe2SO4.

b. Pada larutan HCL, konsentrasi ion tidak

berpengaruh.

c. Penambahan unsur Ni pada baja paduan akan

memperbaiki ketahanan korosi dalam larutan asam

sulfat.

Pada kondisi mendekati netral (5<pH<9):

Lapisan hidroksida di permukaan besi lebih

tahan melekat di bandingkan pada kondisi yang

lebih asam

Pengaruh kandungan Chlor dan oksigen lebih

dominan.

Pada kondisi ke asaman rendah (pH<9)

Baja terkorosi pada kandungan (Fe(OH)3)- dan

(Fe(OH)4)- .

pH dan temperatur yang lebih tinggi dapat

menyebabkan SCC (stress corrosion cracking).

4. Pengaruh kecepatan fluida

I - 14

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Kecepatan aliran fluida berpengaruh terhadap laju

korosi, karena mempengaruhi pertukaran ion dan

elektron di permukaan logam.

Fluida yang mengalir dengan lambat atau stagnant,

dapat mengakibatkan korosi setempat.

Untuk menghindari korosi ada kecepatan tertentu yang

harus di penuhi.

Bila fluida bersifat agresif dan mempunyai kecepatan

yang cukup, maka dapat terjadi korosi erosi.

Semakin tinggi kecepatan fluida, maka faktor perusakan

mekanik menjadi dominan di banding kerudakan akibat

korosi.

5. Pengaruh Konsentrasi

Konsentrasi oksigen dalam larutan dapat mempercepat

reaksi.

Kandungan unsur reakstif dalam jumlah terrbatas,

dapat menciptakan pasivasi.

Tetapi dalam konsentrasi yang lebih besar, maka

lapisan pasif dapat mengalami kerusakan.

Klasifikasi menurut Yusril (2011), proses korosi dapat di

lihat lebih rinci dari segi kondisi dan jenis reaksi utama dari

proses korosi, antara lain :

a. Reaksi kimia tanpa lapisan yang terbentuk.

Reaksi ini adalah reaksi kimia langsung antara logam dan

lingkungan, tanpa terbentuk lapisan dan tanpa

perpindahan muatan (elektron) misal antara logam

I - 15

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

dengan logam cair, lelehan garam, atau bukan larutan

dalam air.

b. Reaksi elektrokimia dengan melibatkan perpindahan

muatan (elektron) melalui pertemuan dua permukaan,

reaksi ini di bedakan oleh;

1. Adanya anoda dan katoda, tapi tidak jelas secara

fisik terpisah keberadaannya.

2. Adanya anoda dan katoda yang jelas

keberadaannya, terukur jarak dan perpindahan

muatan melalui logam antara anoda dan katoda.

3. Jenis anoda dan katoda yang terjadi pada masing-

masing pertemuan permukaan yang berbeda, misalnya

pada reaksi oksidasi antara logam dengan gas oksigen

tanpa melibatkan komponen air (diatas temperatur

kamar) yang menghasilkan lapisan oksida, sehingga

antar muka logam- oksida sebagai anoda dan antar

muka oksida-oksigen sebagai katoda.

I.3.4 Lingkungan Korosi

Adapun beberapa pengaruh lingkungan korosi secara

umum sebagai berikut.

1. Lingkungan Air

Air atau uap air dalam jumlah sedikit atau banyak akan

mempengaruhi tingkat korosi pada logam. Reaksinya bukan

hanya antara logam dengan oksigen saja, tetapi juga

dengan uap air yang menjadi reaksi elektrokimia. Karena air

berfungsi sebagai:

1. Pereaksi. Misalnya pada besi akan berwarna cokelat

I - 16

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

karena terjadinya besi hidroksida.

2. Pelarut. Produk-produk korosi akan larut dalam air

seperti besi klorida atau besi sulfat.

3. Katalisator. Besi akan cepat bereaksi dengan O2 dari

udara sekitar bila ada uap air.

4. Elektrolit lemah. Sebagai penghantar arus yang lemah

atau kecil.

Korosi pada lingkungan air bergantung pada pH, kadar

oksigen dan temperatur. Misalnya pada baja tahan karat

pada suhu 300-500oC bisa bertahan dari karat. Namun pada

suhu yang lebih tinggi 600-650oC baja tahan karat akan

terserang korosi dengan cepat. Demikian juga dengan

penambahan kadar O2 dalam air maka akan mempercepat

laju korosi pada logam.

2. Kadar Oksigen

Oksigen hampir ada dimana-mana, karena potensial

redoks sangat tinggi maka oksigen dalam proses korosi

akan terlebih dahulu akan direduksi oleh H+.

Potensial redoks reaksi:

O2 + H2O + 4e 4OH- , E=1,23 V

Kelarutan O2 dalam larutan harus dikurangi oleh garam

yang terlarut dalam larutan dan kelarutannya bergantung

pada logam yang tercelup dan luasan permukaan logam

tercelup serta temperaturnya.

Adapun macam-macam air seperti air suling

merupakan air yang paling bersih dan bebas dari kation dan

anion serta terisolir dari udara dan bebas mikroba. Adapun

I - 17

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

air hujan atau salju merupakan proses sulingan alam,

namun demikian air ini masih mengandung CO2 dari udara

yang dapat membentuk senyawa H2CO3 dan akan bersifat

asam menyebabkan korosif pada baja. Untuk air

permukaan komposisi zat terlarut bergantung pada tanah

yang ditempati atau tergenang. Tetapi pada umumnya zat

yang terlarut lebih rendah dari pada air laut. Biasanya air

permukaan mengandung Ca2+, Mg2+, NH4+, Cl-, dan SO-

4

yang agresifitasnya lebih rendah daripada air laut.

Korosi oleh air bersih pada logam yang tidak mulia

akan terbentuk reaksi sebagai

berikut:

L(OH)2 + H2

Sedangkan untuk air bersih dan adanya O2, akan ada

proses oksidasi dari udara sekitarnya. Hal ini biasanya

terjadi pada air dekat permukaan.

Reaksinya: 2L + 3H2O + 3/2O2 2L(OH)3

2. Lingkungan Udara

Temperatur, kelembaban relatif, partikel-partikel

abrasif dan ion-ion agresif yang terkandung dalam udara

sekitar, sangat mempengaruhi laju korosi. Dalam udara

yang murni, baja tahan karat akan sangat tahan terhadap

korosi. Namun apabila udara mulai tercemari maka

serangan korosi dapat mudah terjadi. Salah satu polusi

udara yang menimbulkan karosi adalah NOX dari pabrik

asam nitrat, SO2 dari hasil pembakaran bahan bakar 3.

Lingkungan Asam, Basa dan Garam

I - 18

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Pada lingkungan air laut, dengan konsentrasi garam

NaCl atau jenis garam-garam yang lain seperti KCl akan

menyebabkan laju korosi logam cepat. Sama halnya dengan

kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan

peningkatan laju korosi, akibat adanya gesekan, tegangan

dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.

Pada larutan basa seperti NaOH (caustic soda), baja

karbon akan tahan terhadap serangan korosi pada media

ini dengan suhu larutan 75 oF (24 oC) dan konsentrasi 45%

berat. Pada larutan asam seperti asam kromat (CrO3),

dengan konsentrasi asam kromat 10% pada suhu 60oC,

tidak akan menyerang baja tahan karat. Dan tingkat korosi

akan naik sebanding dengan temperatur dan konsentrasi

yang juga meningkat.

Sedangkan pada larutan asam seperti H2SO4, proses

terjadinya perkaratan pada permukaan baja yang terbuka

keseluruhannya terhadap hujan lebih baik dari pada

sebagian saja terkena hujan atau sebagian terlindungi.

Penggunaan larutan garam natrium kromat atau

sodium kromat (Na2CrO4) dengan kadar tertentu mampu

menghambat laju korosi. karena natrium kromat sebagai

inhibitor kimia, yaitu suatu zat kimia yang dapat

menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia.

Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia

yang bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan tertentu,

dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu

terhadap suatu logam.

I - 19

Bab I Pendahuluan

LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Selain itu, fungsi dari inhibitor adalah mampu

memperpanjang umur pakai logam, melindungi dan

memperindah permukaan logam, lebih mengkilap dan

terang dengan warna tertentu yang dihasilkan sesuai

inhibitornya.

Penggunaannya sebagai berikut:

1. Na2CrO4 dengan konsentrasi 50 ppm digunakan pada

pipa baja.

2. 2,3 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Cu-Zn-Fe.

3. 2,4 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Fe-Al.

4. 0,1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi

logam Fe, Cu, Zn dalam sistem air pendingin (water

cooling) dan pada larutan garam (Brines).

5. 0,1% - 1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju

korosi (inhibisi) logam Fe, Pb, Cu, Zn dalam sistem mesin

pendingin (engine coolants)

(Nurfanani, 2012).

I.3.5 Pencegahan Korosi

Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia

proses korosi yang dapat menjelaskan mekanisme dari

korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan

terbentuknya korosi. Banyak cara sudah ditemukan untuk

pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan

cara proteksi katodik, coating, pembalutan dan

penggunaan chemical inhibitor.

II- 1

BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

II.1 Pengumpulan Data

Hari/ Tanggal : Sabtu/8 Nopember 2014

Waktu : 10.00-11.00 WIB

Tempat : PT Kalimantan Steel

II.2 Analisa Data

Foto

Gambar II.1. Furnace Box

Spesifikasi alat

Tipe : F48000 Models

Dimension : 13.25 (33.7) W x 19 (48.3) H x 19.5

(49.5) D

II - 2 LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Bab II Metodologi Percobaan

Berat : 56 lb. (25.4 kg)

Volts : 220-240

Watts : 1800

Frekuensi : 50/60

Temperatur : 2000°F (1093°C)

Fungsi

Dimana pada bagian ini terjadinya proses

pembakaran batu bara. Gas panas yang dihasilkan

dari proses pembakaran pada furnace ini yang akan

dialirkan ke existing boiler. Untuk menghasilkan

kapasitas uap dan tekanan seperti sebelumnya,

maka pada bagian furnace box ini dibuat water wall

yang berfungsi menyerap panas yang terjadi pada

saat pembakaran. Sehingga meningkatkan luas

pemanasan pada boiler.

III- 1

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Identifikasi

Gambar III.1 Furnace Box PT Kalimantan Steel

III.2 Pembahasan

Mengidentifikasi jenis atau bentuk korosi yang terjadi pada Furnace Box di PT Kalimantan Steel. Korosi merata (uniform corrosion)

Pada percobaan identifikasi korosi pada Furnace Box di PT Kalimantan Steel ditemukan suatu kondisi terjadinya korosi dengan jenis korosi merata (Uniform Corrosion) pada bagian penutup Furnace Box. Pada bagian yang ditunjukkan pada gambar III.1 diatas merupakan bentuk korosi yang

III - 2 LABORATORIUM TEKNIK KOROSI PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FTI-ITS

Bab III Metodologi Percobaan

terjadi, korosi bercampur dengan kotoran dan selalu dalam kondisi lembab.

Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).

Korosi merata yang terjadi pada alat ini dapat terjadi karena pengaruh oleh lingkungan yang sangat korosif juga temperatur serta kontak udara lembab yang mempercepat laju korosinya. Korosi merata berlangsung secara lambat dan korosi ini dipicu oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan logam sehingga dengan bertambahnya waktu akan menyebar ke seluruh permukaan logam. Cara Pencegahan 1. Pemilihan bahan konstruksi yang memiliki ketahanan le-

bih baik dan mengatur kelembaban uap yang masuk.

2. Pengecekan dan pembersihan secara berkala pada ins-

talasi Furnace Box.

3. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlin-

dung dari lingkungannya.

4. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban

atau arus tandingan.

IV- 1

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan identifikasi korosi pada

tangki penyimpan air pada PT Kalimantan Steel adalah :

1. Jenis korosi yang terjadi pada alat furnace box adalah

korosi merata (uniform corrosion).

2. Penyebab terjadinya korosi tersebut adalah jenis korosi

dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang terjadi pada

seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar

atau terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju

yang hampir sama. Jenis korosi ini dapat terjadi pada

permukaan material karena dipicu oleh lingkungan yang

sangat korosif juga temperatur serta kontak udara

lembab yang mempercepat laju korosinya. Korosi

merata berlangsung secara lambat dan korosi ini dipicu

oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian

permukaan logam sehingga dengan bertambahnya

waktu akan menyebar ke seluruh permukaan logam.

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk

meminimalisir atau menghambat korosi pada furnace

box diantaranya pemilihan bahan konstruksi yang

memiliki ketahanan lebih baik dan mengatur

kelembaban uap yang masuk, dengan cara diberi lapis

lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk,

diberi proteksi katodik, untuk jangka pemakaian yang

lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4%.