KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN · PDF file... dengan nilai korelasi 0,4 ... dapat...
Transcript of KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN · PDF file... dengan nilai korelasi 0,4 ... dapat...
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA
BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA
1Ita Roihanah
Abstrak
Kota sebagai tempat berhuni dan bermukim, menjadi bagian paling intim dengan kehidupan masyarakat.
Permukiman dan perkotaan memiliki berbagai aspek yang perlu untuk dibahas agar sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Penelitian mengenai kota penting dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat perkotaan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melihat hal-hal apa saja yang
diinginkan masyarakat dan bagaimana penerapan aspek pembentuk kota pada kota yang ditinggali.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat nilai korelasi tingkat kepentingan elemen kota dengan kepuasan
masyarakat Indonesia yang tinggal di dalamnya. Pada penelitian ini dilihat keterkaitan hubungan faktor
kepentingan dengan faktor kepuasan aspek-aspek pembentuk kota pada 10 wilayah tinggal atau provinsi
yang telah ditentukan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner online, sedangkan metode
analisis yang diterapkan menggunakan pendekatan correlational research. Terdapat 13 aspek pembentuk
kota yang diujikan dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis yang dilakukan, provinsi yang memiliki
nilai korelasi tingkat kepentingan dan kepuasan tinggi adalah Bali, dengan nilai korelasi 0,4 dan wilayah
Luar Negeri, dengan nilai korelasi 0,56. Selebihnya pada wilayah dan provinsi lain, tingkat korelasi
kepentingan dan kepuasan terhadap elemen kota berdasarkan persepsi masyarakat Indonesia masih
rendah.
Kata kunci : korelasi, kepentingan dan kepuasan, elemen kota
PENGANTAR: Urgensi Penelitian tentang Permukiman dan Perkotaan
Penelitian mengenai kota merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan dalam perkembangan
dunia arsitektur. Penelitian mengenai kota dapat berupa analisis evaluasi dari kondisi kota yang ada,
maupun harapan-harapan yang ingin diwujudkan dalam sebuah kota pada konteks arsitektur. Penelitian
ini didasari pada penelitian sederhana mengenai Kota Impian berdasarkan Perspektif Masyarakat
(Roihanah, 2013) yang kemudian ditindaklanjuti untuk melihat hubungan antara tingkat kepentingan
aspek-aspek pembentuk kota yang diinginkan (kota impian) oleh masyarakat dengan kepuasan
masyarakat terhadap kondisi aspek-aspek tersebut pada kota yang mereka tinggali. Pada penelitian
sebelumnya, telah dilakukan penelitian dengan pendekatan kualitatif (Creswell, 2008) untuk menjaring
pendapat masyarakat mengenai kota impian yang diinginkan. Pada penelitian ini, data kualitatif open-
ended (Groat & Wang, 2002) tersebut kemudian diolah menjadi data teks untuk mendapatkan 13 kata
kunci elemen kota yang dijadikan dasar pertanyaan persepsi masyarakat mengenai tingkat kepentingan
dan kepuasan elemen tersebut pada kota yang mereka tinggali masing-masing.
METODE
Metode Pengumpulan Data: Online Quantitative Research
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menjaring responden melalui kuesioner online dengan
menggunakan aplikasi Google Docs. Kuesioner disebarkan secara random kepada masyarakat Indonesia
dari berbagai kota baik di dalam maupun luar negeri dengan lama waktu penyebaran sebanyak 13 hari,
sejak tanggal 23 Oktober 2013 – 4 November 2013. Kuesioner terdiri atas 144 pertanyaan dengan rincian
9 pertanyaan open-ended dan 135 pertanyaan close-ended. Berdasarkan pengisian kuesioner tersebut,
tercatat 163 responden berpartisipasi mengisi kuesioner. Setelah dilakukan cek ulang terkait dengan
validitas data, diperoleh 153 data responden yang dapat diolah. Pertanyaan yang diajukan kepada
responden adalah penilaian mereka dalam skala likert mengenai tingkat kepentingan dan kepuasan dari 13
elemen kota yang ada, diantaranya ramah lingkungan (kode RL), ruang terbuka hijau (kode RTH),
1 Ita Roihanah, ST, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung, [email protected]
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
fasilitas (kode F), transportasi (kode T), infrastruktur (kode I), tata kota (kode TK), konsep kota (kode
KK), geografis (kode G), suasana kota (kode SK), sosial masyarakat (kode SM), seni dan budaya (kode
SB), ekonomi (kode E), dan pemerintahan (kode PEM).
Metode Analisis Data: Correlational Research based on JMP
Metode analisis data yang diterapkan pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif melalui
pendekatan correlational research dengan menggunakan software JMP. Analisis dilakukan dalam
beberapa tahap, diawali dengan analisis distribusi persebaran responden berdasarkan provinsi/wilayah
tempat tinggal sebagai modal dasar untuk menentukan provinsi/wilayah apa saja yang akan dilihat
kondisinya. Setelah itu dilakukan dua tahap analisis, diantaranya, analisis anova untuk menunjukkan
tingkat kepentingan dan kepuasan responden terhadap aspek-aspek pembentuk kota pada kota yang
mereka tinggali. Kemudian, dilakukan analisis korelasi untuk melihat keterkaitan antara faktor
kepentingan dan faktor kepuasan tersebut.
ANALISIS DAN INTERPRETASI : Analisis Gap Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Elemen
Kota
Berdasarkan hasil analisis distribusi yang dilakukan, diperoleh 12 pengelompokan jumlah responden
berdasarkan letak provinsi/wilayah tempat tinggal, diantaranya, Jabodetabek (36), Jawa Timur (31), Jawa
Barat (29), Yogyakarta (23), Sulawesi (13), Jawa Tengah (6), Luar Negeri (6), Kalimantan (5), Bali (2),
Sumatra (2), NTT (1), dan Maluku (1). Jabodetabek mewakili kota-kota yang berada pada kawasan
metropolitan; Jawa Timur mewakili Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pasuruan, Sukoharjo, Kediri, Jombang,
dan Blitar; Jawa Barat mewakili Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Cimahi; Yogyakarta
mewakili Yogyakarta dan Sleman; Sulawesi mewakili Makassar, Palu, dan Manado; Jawa Tengah
mewakili Semarang dan Magelang; Luar Negeri mewakili Delft, London, Melbourne, Stockholm, dan
Tokyo; Kalimantan mewakili Samarinda dan Banjarmasin; Bali mewakili Denpasar; Sumatra mewakili
Bandar Lampung dan Palembang; NTT mewakili Ende; dan Maluku mewakili Ternate. Pada penelitian
ini, diambil batas provinsi/wilayah yang memiliki keterwakilan lebih dari satu, sehingga terdapat
Sembilan provinsi/wilayah yang akan dianalisis pada tahap berikutnya. Hal ini dilakukan untuk tetap
mengakomodir representasi provinsi/wilayah di Indonesia, meskipun jumlah responden belum
proporsional. Hasil analisis distribusi tersebut dapat dilihat dari Diagram 1.
Bali
Jabodetabek
Jaw a Barat
Jaw a Tengah
Jaw a Timur
Kalimantan
Luar Negeri
Maluku
NTT
Sulaw esi
Sumatra
Yogyakarta
2
36
29
6
31
5
6
1
1
13
2
23
Diagram 1 Distribusi Persebaran Jumlah Responden berdasarkan Kota Tempat Tinggal
Berdasarkan persebaran tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang mengisi kuesioner online cukup
dapat mewakili daerah-daerah di Indonesia, tetapi dikarenakan keterbatasan waktu dan jangkauan, tidak
banyak jumlah yang diperoleh dan menumpuk pada daerah tertentu. Dalam analisis ini disertakan pula
respon masyarakat Indonesia yang tinggal di luar negeri untuk mengetahui persepsi mereka pula terhadap
kota yang ditinggali, dengan latar belakang kebangsaan yang sama. Yang ditindak lanjuti untuk masuk
pada analisis berikutnya adalah wilayah Jabodetabek, Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Luar Negeri, dan
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Bali.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
Pada tahap analisis yang berikutnya, ingin diketahui rata-rata tingkat kepentingan dan kepuasan pada
masing-maisng provinsi/wilayah secara menyeluruh menggunakan analisis anova. Proses ini dimulai
dengan menentukan mean dari 13 aspek pada masing-masing faktor, sehingga kemudian ditemukan nilai
dari faktor kepentingan dan kepuasan dari masing-masing wilayah/provinsi. Setelah itu dilakukan
pendiagraman dengan sumbu x berupa nama wilayah/provinsi yang ditinggali dan sumbu y berupa tingkat
kepentingan/kepuasan menggunakan skala semantic differential method sangat tidak penting hingga
sangat penting atau sangat tidak puas hingga sangat puas dengan konversi angka 1-5.
Berdasarkan hasil analisis anova, diketahui terdapat tiga wilayah/provinsi dengan tingkat kepentingan
tinggi pada aspek-aspek pembentuk kotanya, yakni wilayah luar negeri (4.45), Bali (4.44), dan Jawa
Timur (4,36). Berdasarkan persepsi masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah tersebut, 13 aspek
pembentuk kota merupakan hal yang ‘sangat penting’ untuk diwujudkan pada kota impian mereka.
Berdasarkan hasil keseluruhan mean faktor kepentingan, dapat dikatakan 13 aspek pembentuk kota
impian merupakan aspek yang ‘penting’ untuk diwujudkan (maks 4.45, min 4.00, mean 4.26). Sedangkan,
dari sisi tingkat kepuasan terhadap 13 aspek pembentuk kota pada kota yang ditinggali, terdapat satu
wilayah yang menunjukkan tingkat ‘sangat puas’ ada kondisi kota, yakni wilayah Luar Negeri (4.24), dan
dua kota dengan tingkat ‘puas’ yakni Bali (3.55) dan Yogyakarta (3.29). Berdasarkan hasil keseluruhan
faktor kepuasan masyarakat pada kota yang ditinggali, dapat dikatakan bahwa masyarakat netral dengan
kondisi kota yang ditinggali, tidak cenderung puas maupun tidak puas (maks 3.55, min 2.50, mean 3.06).
Nilai pada masing-masing wilayah/provinsi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Elemen Kota
Wilayah/Provinsi Jmlh Resp Mean Penting Mean Puas
Bali 2 4.44899 3.55412
Jabodetabek 36 4.25997 2.49122
Jawa Barat 29 4.16177 2.88100
Jawa Tengah 6 4.40292 3.23028
Jawa Timur 31 4.36080 2.93211
Kalimantan 5 4.10070 2.75088
Luar Negeri 6 4.45464 4.24170
Sulawesi 13 4.22592 2.73416
Sumatra 2 4.00675 2.50385
Yogyakarta 23 4.22971 3.29215
Berdasarkan analisis tersebut, dilakukan analisis terhadap jarak (gap) antar faktor menggunakan diagram
fit line. Dari Diagram 2, dapat dilihat bahwa masing-masing wilayah atau provinsi memiliki gap yang
cukup besar, berkisar antara satu hingga dua poin, kecuali pada wilayah luar negeri. Apabila dilihat dari
jenis kota-kota yang diwakili, tidak dapat dipungkiri bahwa kota-kota luar negeri yang direpresentasikan
oleh masyarakat Indonesia pada penelitian ini merupakan kota-kota dari negara maju yang telah memiliki
standar pemenuhan aspek pembentuk kota yang tinggi dan memiliki implementasi yang telah sesuai
dengan ekspektasi (impian) penduduknya. Indonesia masih harus belajar untuk meningkatkan tingkat
kepuasan masyarakat. Perencanaan dan perancangan kota harus lebih dioptimalkan untuk meningkatkan
tingkat kepuasan penduduk yang tinggal pada kota. Hal ini penting, karena tingkat kepuasan penduduk
terhadap aspek pembentuk kota akan menunjang pertumbuhan kota tersebut menjadi lebih baik.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
Diagram 2 Jarak Antar Faktor pada Masing-Masing Wilayah/Provinsi
Setelah dilakukan uji analisis distribusi, anova dan didukung fit line, kemudian dilakukan analisis yang
lebih detil untuk melihat korelasi (hubungan/keterkaitan) antar faktor pada masing-masing
wilayah/provinsi dari masing-masing aspek pembentuk kota yang diujikan.
Pada Provinsi Bali yang diwakili oleh Kota Denpasar, memiliki nilai korelasi sebesar 0,4. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah positif
dan memiliki korelasi ‘sedang’. Apabila dilihat dari fit line maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
aspek pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat di Provinsi Bali. Aspek-aspek
yang telah sesuai atau memiliki jarak sangat dekat antara kepentingan dan kepuasan, diantaranya
pemerintah, konsep kota, tata kota, ruang terbuka hijau, fasilitas, suasana masyarakat, seni budaya, dan
ekonomi.
Diagram 3 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Provinsi Bali
Wilayah Jabodetabek memiliki nilai korelasi sebesar -0.09. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara
faktor kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah negatif dan tidak korelatif. Dapat dikatakan
juga bahwa tingkat kepuasan dan kepentingan yang terjadi tidak memiliki titik temu. Apabila dilihat dari
fit line maka dapat diketahui terdapat aspek-aspek yang telah sesuai atau memiliki jarak dekat antara
kepentingan dan kepuasan, diantaranya konsep kota, geografi, dan ekonomi.
Diagram 4 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Wilayah Jabodetabek
Provinsi Jawa Barat, diwakili oleh Bandung, Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Cimahi, memiliki
nilai korelasi sebesar -0.22. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor
kepuasan masyarakat adalah negatif dan tidak korelatif. Apabila dilihat dari fit line maka dapat diketahui
terdapat beberapa aspek pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat di Provinsi Jawa
Barat, diantaranya geografis, konsep kota, dan infrasruktur.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
Diagram 5 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah, diwakili oleh Semarang dan Magelang, memiliki nilai korelasi sebesar -0.03. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah
negatif dan tidak korelatif. Apabila dilihat dari fit line maka dapat diketahui terdapat beberapa aspek
pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat di Provinsi Jawa Tengah, diantaranya
geografis, konsep kota, dan ekonomi.
Diagram 6 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur, diwakili oleh Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pasuruan, Sukoharjo, Kediri, Jombang,
dan Blitar, memiliki nilai korelasi sebesar 0.179. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara faktor
kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah positif dan tingkat korelasi rendah. Apabila dilihat
dari fit line maka dapat diketahui terdapat beberapa aspek pembentuk kota yang telah sesuai dengan
keinginan masyarakat di Provinsi Jawa Timur, diantaranya geografis dan infrastruktur.
Diagram 7 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Provinsi Jawa Timur
Wilayah Kalimantan, diwakili oleh Samarinda dan Banjarmasin, memiliki nilai korelasi sebesar 0.26. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah
positif dan tingkat korelasi rendah. Apabila dilihat dari fit line maka dapat diketahui terdapat beberapa
aspek pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat di Wilayah Kalimantan,
diantaranya infrastruktur, tata kota dan seni budaya.
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
Diagram 8 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Wilayah Kalimantan
Wilayah Luar Negeri, diwakili oleh Delft, London, Melbourne, Stockholm, dan Tokyo, memiliki nilai
korelasi sebesar 0.56. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor
kepuasan masyarakat adalah positif dan tingkat korelasi sedang. Apabila dilihat dari fit line maka dapat
diketahui terdapat seluruh aspek pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat
Indonesia di Wilayah Luar Negeri.
Diagram 9 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Wilayah Luar Negeri
Wilayah Sulawesi, diwakili oleh Makassar, Palu, dan Manado, memiliki nilai korelasi sebesar -0.16. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah
negatif dan tidak korelatif. Apabila dilihat dari fit line maka dapat diketahui terdapat beberapa aspek
pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat di Wilayah Sulawesi, diantaranya
infrastruktur dan geografis.
Diagram 10 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Wilayah Sulawesi
Wilayah Sumatra, diwakili oleh Bandar Lampung dan Palembang, memiliki nilai korelasi sebesar -0.117.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah
negatif dan tidak korelatif. Apabila dilihat dari fit line maka dapat diketahui terdapat beberapa aspek
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat di Wilayah Sumatra, diantaranya
infrastruktur, geografis, tata kota, dan konsep kota.
Diagram 11 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Wilayah Sumatra
Di Yogyakarta, diwakili oleh Yogyakarta dan Sleman, memiliki nilai korelasi sebesar 0.08. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan antara faktor kepentingan dan faktor kepuasan masyarakat adalah positif
dan korelasinya rendah. Apabila dilihat dari fit line maka dapat diketahui terdapat beberapa aspek
pembentuk kota yang telah sesuai dengan keinginan masyarakat di Wilayah DI Yogyakarta, diantaranya
konsep kota, geografis, dan seni budaya.
Diagram 12 Korelasi Faktor Kepentingan dan Faktor Kepuasan Aspek Pembentuk Kota di Wilayah DI Yogyakarta
Berdasarkan analisis diatas, data mengenai ketercapaian aspek pembentuk kota pada masing-masing
wilayah/provinsi dirangkum pada Tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 2 Capaian Penerapan Aspek Pembentuk Kota
Faktor Bali Jabodet
abek
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
Jawa
Timur
Kalima
ntan
Luar
Negeri
Sulaw
esi
Sumatr
a
Yogyaka
rta
Corr 0.40 -0.09 -0.22 -0.039 0.179 0.265 0.565 -0.16 -0.117 0.08
RL
V
RTH V
V
F V
V
T
V
I
V
V V V V V
TK V
V V
V
KK V V V V
V
V V
G
V V V V
V V V V
SK
V
SM V
V
SB V
V V
V
E V V
V
V
Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 3
MANUSIA dan RUANG dalam ARSITEKTUR dan PERENCANAAN
22-23 Agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada Jalan Grafika No.2 Kampus Bulaksumur UGM Yogyakarta
PEM V
V
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat beberapa wilayah/provinsi yang memiliki korelasi
antara faktor kepentingan dan kepuasannya., diantaranya Bali, Jawa Timur, Kalimantan, Luar Negeri, dan
Yogyakarta. Dapat dikatakan bahwa adanya korelasi ini menunjukkan adanya keterkaitan atau hubungan
yang positif antara yang diperoleh masyarakat dengan apa yang diinginkan. Hal ini bisa jadi dikarenakan
wilayah atau provinsi tersebut telah memiliki fokus pengembangan tertentu yang dapat ‘dibaca dan
dirasakan’ oleh masyarakat, seperti seni budaya, smart city, kota hijau, dan sebagainya.
Di sisi lain, dari penerapan aspek-aspek pembentuk kota, wilayah luar negeri sudah mampu
merepresentasikan keinginan masyarakat Indonesia yang tinggal disana, baru kemudian disusul dengan
Bali. Aspek yang paling banyak dapat terpenuhi pada masing-masing wilayah/provinsi adalah aspek
geografis, konsep kota, dan infrastruktur. Dapat dikatakan bahwa masyarakat memiliki kecenderungan
untuk tidak masalah dengan kondisi geografis daerah, bahkan bisa menyesuaikan dengan daerahnya, dan
mampu menangkap konsep kota yang direncanakan. Selain itu, infrastruktur pada wilayah-wilayah
tertentu juga menjadi prioritas utama dalam pembangunan dan sesuai dengan keinginan masyarakat. Akan
tetapi selain aspek-aspek tersebut, masih ada 10 aspek lagi yang harus dioptimalkan untuk mewujudkan
kota-kota yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
KESIMPULAN
Penelitian mengenai analisis gap tingkat kepentingan dan kepuasan elemen kota penting untuk dilakukan
agar dapat diketahui kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan. Selain itu, agar
dapat diketahui lebih rinci kepuasan masyarakat terhadap kota yang ditinggali sehingga dapat dilakukan
evaluasi terhadap elemen kota terkait untuk perbaikan kota.
Terima kasih
Disampaikan kepada Institut Teknologi Bandung, yang medukung dana untuk publikasi ini. Tulisan ini
merupakan salah satu publikasi penelitian Transformasi Perumahan-Permukiman dan Pariwisata
(http://www.ar.itb.ac.id/wdp/?page_id=208) yang dilaksanakan dalam Kelompok Keahlian Perumahan
Permukiman dan Program Studi Arsitektur ITB pada tahun 2014.
Disampaikan pula kepada Dr. Hanson E. Kusuma atas bimbingan pada kuliah Analisis Data, juga kepada
Christy Vidiyanti, Nurfadhilah Aslim, Hibatullah Hindami, Rakhmi Nur’aeni, Anjar Primasetra, dan
Wina Nur Annisa yang telah membantu pengumpulan data kuesioner online penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches.
California: Sage Publications, Inc.
Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.
Roihanah, Ita, dkk. (2013). Kota Impian: Perpektif Keinginan Masyarakat. Temu Ilmiah IPLBI 12
November 2013 Halaman B23-B28 di Universitas Hasanuddin, Makassar.