Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

28
AWASLU B Badan Pengawas Pemilihan Umum BULETIN EDISI 06, JUNI 2014 Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral Bawaslu Pastikan Pengawasan Pilpres 2014 Sukses Membangun Sistem Antikorupsi dalam Pemilu Dr. Zainal Arifin Mochtar Antisipasi Pelintas Batas, Bawaslu Supervisi Daerah Perbatasan

Transcript of Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

Page 1: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

AWASLUB Badan Pengawas Pemilihan Umum

BULETIN EDISI 06, JUNI 2014

Potret DemokrasiTergambar dari Pers

yang Tidak NetralBawaslu Pastikan Pengawasan Pilpres 2014 Sukses

Membangun Sistem Antikorupsi dalam Pemilu

Dr. Zainal Ari�n Mochtar Antisipasi Pelintas Batas, Bawaslu Supervisi Daerah Perbatasan

Page 2: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

Daftar isi:

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

2

Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas Pemilu di seluruh tanah air. Terbit satu bulan sekali.

Dari Redaksi ................................................................................................... 2Laporan UtamaPotret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral ........... 3OpiniPresiden SBY dan Pemilu 2014 ................................................................ 6SorotanPanasnya Pilpres, Kepala Daerah ‘kok’ Ikut-Ikutan ............... 8Peranan Elite Politik Meredam Potensi Perpecahan ............. 10InvestigasiBawaslu Sinyalir Keterlibatan PNS dan Pejabat Negara ..... 11Bawaslu TerkiniBawaslu Minta Mendagri Bina Pejabat Daerah ........................ 12Info BawasluMalaysia Belajar Mengawasi Pemilu ke Indonesia .............. 13ProfilDr. Zainal Arifin Mochtar ......................................................................... 14Divisi UpdateDivisi PengawasanBawaslu Pastikan Pengawasan Pilpres 2014 Sukses .................... 15

Antisipasi Pelintas Batas, Bawaslu Supervisi Daerah Perbatasan .................................................................................................... 16Divisi Organisasi dan SDMBawaslu Minta Komitmen Sekretariat ............................................ 17Divisi Hukum dan Penindakan PelanggaranPrabowo-Hatta dan Jokowi-JK Sama-sama Melanggar Administrasi ................................................................................................ 18Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar LembagaBawaslu Ingatkan Media Tidak “Memanaskan” Pilpres ...... 19Sudut PandangGubernur DIY Harapkan Capres dan Cawapres Junjung Etika dan Moral .......................................................................................... 20Banyak Pasal ‘Mati’ dalam UU Pilpres ........................................ 20Perlakukanlah Rakyat Secara Manusiawi dalam Pemilu .. 21Sosiologi Masyarakat dalam Konteks Pemilu 2014 ................. 22Ekspose Daerah ............................................................................................. 23 Anekdot Pemilu ............................................................................................. 25 Galeri ........................................................................................................ 26 - 28

Salam Awas

Media Pers, Harus Menopang Pilar Demokrasi

Demokrasi dan media massa tidak bisa dipisahkan. Me-dia massa menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh dalam demokratisasi bahkan dalam beberapa sumber, media massa dijadikan sebagai salah satu pilar demokrasi.

Dalam hal ini media menopang tumbuh dan berkembang-nya demokrasi secara sehat, melalui keberimbangan tanpa melakukan keberpihakan terhadap anasir politik tertentu. Kondisi inilah yang diharapkan oleh seluruh pihak, sebab dengan adanya kontrol media atas sistem demokrasi yang di-jalankan, akan menjadikan demokrasi semakin baik.

Namun dewasa ini, kita temukan banyak sekali media yang mulai terseret arus ke dalam kepentingan partai politik, bah-kan calon tertentu, yang ikut serta dalam kontestasi pemilu. Tentunya keberpihakan yang dilakukan oleh media ini sangat disayangkan. Keterlibatan media dalam mengusung partai atau calon tertentu akan mengakibatkan penyelenggaraan pesta demokrasi menjadi tidak sehat.

Untuk itu, pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden kali ini, media diharapkan lebih mengedepankan independensi,

netralitas, profesionalitas dan memberikan edukasi politik yang baik kepada masyarakat. Media jangan sampai menjadi sumbu pemicu perpecahan atau konflik masyarakat. Tidak ada kata lain, sesulit apapun kondisinya media pers harus menjadi corong informasi yang mencerahkan dan merekatkan integrasi bangsa. Demi satu tu-juan, Pemilu Indonesia yang bersih, berkualitas, bermartabat dan menghasilkan pemimpin-pemimpin Indonesia yang di-harapkan.

BAD

AN P

ENGAWAS PEMILIHAN UMU

M

B A W A S L U - R

I

RE

P

U B L I K I N D O N E SI A

Penerbit: Bawaslu RI Pengarah: Dr. Muhammad, S.IP., MSi, Nasrullah, SH., Endang Wihdatiningtyas, SH., Daniel Zuchron, Ir. Nelson Simanjuntak ; Penanggung jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si Redaktur: Jajang Abdullah, S.Pd, M.Si, Tagor Fredy, SH, M.Si, Drs. Hengky Pramono, M.Si, Ferdinand ET Sirait, SH, MH, Pakerti Luhur, Ak, Nurmalawati Pulubuhu, S.IP., Raja Monang Silalahi, S.Sos, Hilton Tampubolon, SE, Redaktur Bahasa: Saparuddin, Ken Norton Pembuat Artikel: Falcao Silaban, Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Ali Imron, Hendru, Irwan; Design Grafis dan Layout: Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Muhtar Sekretariat: Tim Sekretariat Bawaslu

Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911. I www.bawaslu.go.id

AWASLUB Badan Pengawas Pemilihan Umum

BULETIN EDISI 06, JUNI 2014

Potret DemokrasiTergambar dari Pers

yang Tidak NetralBawaslu Pastikan Pengawasan Pilpres 2014 Sukses

Membangun Sistem Antikorupsi dalam Pemilu

Dr. Zainal Ari�n Mochtar Antisipasi Pelintas Batas, Bawaslu Supervisi Daerah Perbatasan

Page 3: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

Pemilu Presiden dan Wakil Presi-den Tahun 2014 menjadi momen penting bagi masyarakat Indo-nesia. Pada 20 Oktober 2014

mendatang, Indonesia akan dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden baru, yang diharapkan dapat membawa Indonesia dalam perubahan dan kesejehtateraan pen-duduknya.

Sebagai negara demokrasi yang me-milih presiden dan wakil presiden dengan cara langsung, Indonesia tentunya akan menjadi sorotan mancanegara, bagaimana pemerintah dan penyelenggara pemilu dapat mengelola perbedaan-perbedaan untuk satu tujuan, yakni Pemilu yang da-mai, luber dan jurdil, serta mendapatkan pemimpin yang amanah terhadap rakyat.

Untuk negara yang punya tingkat ke-majemukan yang cukup tinggi, hal terse-but tidaklah mudah. Pemilihan secara langsung memiliki tingkat kerumitan, biaya, dan risiko yang cenderung lebih tinggi daripada pemilu yang dilaksanakan secara tidak langsung atau representatif (perwakilan). Antara masyarakat yang satu dengan lainnya memiliki banyak per-bedaan masing-masing, dan kesemuanya itu harus diakomodoasi dengan baik, agar tidak menimbulkan gesekan-gesekan.

Selain kemajemukan yang cukup tinggi, masyarakat juga cenderung lebih tertarik untuk mengikuti proses Pemilu yang melibatkan tokoh-tokoh besar yang memiliki pengaruh besar. Seperti yang kita ketahui, ada dua pasangan calon presiden

dan wakil presiden yang maju dalam Pil-pres 2014, yakni Pasangan Calon Nomor Urut 1 (satu) Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, serta Pasangan Calon Nomor Urut 2 (dua), Joko Widodo dan HM. Jusuf Kal-la.

Kedua pasangan tersebut didukung oleh koalisi-koalisi partai yang masing-masing membentuk relawan pendukung. Relawan pendukung yang terbentuk atas kesadaran mereka dalam mendukung calo-nnya, memiliki karakteristik yang keras dan cukup fanatik. Hakikatnya keberadaan mereka bisa menjadi pedang bermata dua, di satu sisi bisa menjadi pendukung, na-mun di sisi lain bisa menciptakan potensi konflik.

Masyarakat secara keseluruhan juga

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

3

M. ZAIN

Potret Demokrasi Tergambar Lewat Persyang Tidak Netral

Ketua KPI, Judhariksawan, Ketua Bawaslu, Muhammad, Ketua KPU, Husni Kamil Manik, Ketua KIP, dalam peresmian Gugus Tu-gas Pengawasan dan Pemantauan Penyiaran, Pemberitaan, dan iklan kampanye di Lembaga Penyiaran, di Jakarta, Selasa (3/6).

Page 4: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

4

Sambungan: ....

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

masih ‘miskin’ informasi terutama soal dunia perpolitikkan di Indonesia. Partai politik disnyalir banyak mengalami kega-galan, terutama dalam rangka menjalankan tugasnya untuk melakukan sosialisasi dan pendidikan politik. Parpol cenderung lebih “memikirkan” eksistensi dan keberlang-sungan hidup internal partai, ketimbang memikirkan bagaimana kebutuhan infor-masi politik bagi pemilih. Partai politik di Indonesia kerap diidentikkan bekerja ha-nya pada menjelang adanya Pemilu. Itu-pun sekedar berupaya agar mendapatkan suara sebanyak-banyaknya.

Peran Media MassaPentingnya pendidikan pemilih bagi

masyarakat, yang tidak didukung dalam bagian kinerja partai politik, membuat pemilih harus mencari informasi melalui sumber lain. Sumber informasi yang pal-ing dekat dengan masyarakat, yakni pers atau media massa mengambil peran terse-but dan menjadikannya sebagai komoditas berita yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

Salah satu ciri yang bisa dilihat, adalah ketika menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 maka media massa beramai-ramai mengklaim dirinya sebagai media referensi Pemilu dan menjanjikan sumber informasi pemilu yang dapat di-percaya bagi masyarakat. Dengan begitu, maka diharapkan masyarakat ‘tertarik’ un-tuk menjadi pelanggan dari media-media tersebut.

Strategi pemasaran yang dibuat oleh media massa ternyata hanya sekedar

strategi marketing saja. Di balik itu, me-dia massa memiliki agenda setting yakni menjadi ‘pemain’ dalam rangkaian politik itu sendiri. Ketua Bawaslu, Muhammad mengungkapkan media massa ikut me-manaskan situasi yang sudah panas dalam konstestasi Pilpres.

Sekedar informasi, head to head dalam pertarungan Pilpres 2014 baru pertama kali terjadi dalam sejarah Pemilu era refor-masi pada 1999.. Dua pasangan putra-pu-tra terbaik bangsa tersebut memiliki kans yang sama untuk menang dan memimpin Indonesia ke depan. Namun, karena hanya dua pasang calon, maka masyarakat pun terpecah menjadi dua kubu pendukung.

“Media massa ikut terbawa situasi ‘panas’ dalam Pilpres. Seharusnya media menjadi penengah dan menjadi pendingin dalam situasi seperti ini,” ujar Muhammad mengomentari banyaknya media massa yang seakan-akan memicu persaingan an-tara kedua pasang calon tersebut.

Tim Gugus Tugas Bawaslu, KPU, KPI dan KIP menyerukan kalangan media massa agar selama masa kampanye Pemilu Presiden/Wapres 2014 dan masa tenang kampanye, dapat menjadi penyejuk ma-syarakat Indonesia sebelum menentukan pilihannya pada pemungutan suara tanggal 9 Juli 2014 mendatang. Kalangan media massa diimbau tidak memberitakan, me-nyiarkan dan menyebarluaskan informasi apapun yang bernuansa mendiskriditkan pasangan capres/cawapres tertentu apalagi dengan mengabaikan prinsip jurnalistik cover both side (keberimbangan).

Wakil Ketua KPI Iddy Muzayyad men-gatakan, media massa khususnya lembaga

penyiaran TV dan radio untuk menjaga independensinya dan netralitasnya dalam menyiarkan kegiatan pasangan capres se-cara berimbang dan proporsional. Kare-nanya Tim Gugus Tugas, menyerukan agar selama masa tenang, media massa menah-an diri untuk tidak memberitakan, menay-angkan dan menyebarluaskan informasi yang tidak berimbang terutama dalam hal pemberitaan.

Pemilik Kendalikan Newsroom

Pada era orde baru, pertentangan antara pemerintah dan pers sangat kuat. Kekuatan pers di masyarakat dibatasi dan dikontrol agar tidak menimbulkan gerakan-gerakan anti pemerintah. Salah sedikit, pers siap-siap ‘dibredel’.

Kondisi tersebut berubah sejak era re-formasi. Presiden ‘pertama’ Indonesia di era reformasi BJ. Habibie mulai memberi-kan kebebasan kepada pers. Prinsipnya, negara demokrasi yang baik salah satunya tidak mengekang keberadaan pers dalam menyuarakan kebenaran bagi masyarakat.

Di saat kondisi pers tidak lagi dikekang oleh kekuasaan dan politik otoritarian, pers justru berbalik menjadi “senjata’ poli-tik bagi para pemilik modal seperti tidak ada lagi sekat antara kepentingan pemilik modal dengan ruang redaksi (newsroom). Akibatnya, Kebebasan pers menyuarakan yang benar dan objektif kepada masyara-kat, akhir-akhir dinilai semakin merosot.

Tidak bisa dipungkiri, ajang kompe-tisi Pilpres tidak lepas dari keterlibatan-keterlibatan politikus pemilik modal di media-media baik nasional maupun lokal. Kontribusi pers dalam menggiring opini

!!!Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetap-kan daftar pemilih tetap untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014. Atas penetapan tersebut, maka Bawaslu meminta kepada pasang-an calon presiden dan wakil presiden agar tidak mempersoalkan (menggugat) masalah DPT di ke-mudian hari nanti.

Komitmen tersebut diminta oleh Bawaslu, karena kerap calon yang kalah selalu mempermasalahkan DPT padahal sejak awal sudah disetujuinya.

(DPT selalu menjadi masalah klasik yang terus diperso-alkan oleh calon yang kalah, oleh karena itu perlu pene-gasan sejak awal)

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menegaskan bahwa penyelenggara pemilu di tingkat Kabupaten/Kota menjadi titik berat yang harus diper-hatikan.

Pasalnya, seringkali problem kru-sial yang merupakan kendala utama dalam proses pelaksanaan pemilu leg-islatif dijumpai pada level tersebut.

(Tak bisa dipungkiri, uang kehormatan KPU Kabupaten/Kota yang sedikit men-jadi salah satu alasan kinerja yang ti-dak maksimal).

Dari data yang didapatkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), bahwa sekitar 300 kepala daerah tersang-kut kasus korupsi, 10 dianta-ranya merupakan Gubernur.

Ini menunjukkan bahwa antara politik dan korupsi berhubungan erat.

(Ini jadi catatan besar harus ada perbaikan terhadap sistem pemilu di kemudian hari)

Page 5: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

5

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

masyarakat kepada salah satu pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden dengan mudah dapat dilihat dan disaksikan lewat pemberitaannya.

Bagaimana gambarannya? Komisi Pe-nyiaran Indonesia (KPI) menyampaikan data terkait dengan ketimpangan pem-beritaan yang disampaikan oleh beberapa stasiun televisi swasta yang menggunakan frekuensi publik. Dugaan kuat ketimpang-an tersebut terjadi karena si pemilik modal terlibat dalam politik praktis.

Komisioner KPI Bekti Nugroho me-nyampaikan data tersebut merupakan gambaran nyata keberpihakkan pers teru-tama oleh lembaga penyiaran dalam Pe-milu Presiden Tahun 2014. Keberpihakan tersebut ditunjukkan lewat tone negatif dan positif terhadap capres serta propor-sionalitas pemberitaan.

“KPI dan Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah lebih tegas seka-rang. Kami juga sudah menegur lembaga penyiaran tersebut. Bukan tidak mungkin kami akan memberikan sanksi yang lebih berat termasuk memberikan saksi men-cabut siaran dan ijin,” tuturnya kepada sejumlah jurnalis lokal dalam Pelatihan Pengawasan Pemilu bagi Media Massa di Pontianak, Senin (9/6).

KPI masih berharap langkah tersebut merupakan langkah terakhir yang diambil oleh KPI dan Kominfo. Mantan jurnalis di RCTI itu juga mendorong agar lembaga penyiaran lebih memperhatikan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Pe-nyiaran Pasal 36 ayat (4) yang berisi “Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golon-gan tertentu.”

Kendati demikian, tetap saja lembaga penyiaran yang menggunakan frekue-nsi milik publik terindikasi mendukung golongan atau capres dan cawapres terten-tu. Dalam periode 3 (tiga) hari sejak tang-gal 31 Mei-2 Juni 2014, KPI mendapatkan data Metro TV, tvOne, MNC TV, RCTI, dan Global TV terindikasi tidak netral dan memihak pada capres dan cawapres ter-tentu.

Data yang disampaikan Bekti meng-gambarkan, Metro TV mendukung pasan-gan calon nomor urut 2 (dua) Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sedangkan tvOne, MNC, RCTI, dan Global TV mendukug pasan-

gan calon nomor urut 1 (satu) Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

Bekti menghimbau jurnalis harus kem-bali memikirkan dampak dari keberpihak-kan tersebut. Kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga penyiaran yang kredibel itu akan tergerus dan menimbulkan keti-dak percayaan. Oleh karena itu ia mem-peringatkan agar lembaga penyiaran harus memedomani setiap peraturan yang ada dan berusaha lebih netral dalam pemberi-taan.

“Menjadi seorang jurnalis tidaklah mudah. Ia diberikan tanggung jawab tidak hanya memberikan informasi yang benar, tetapi membangun kultur dan budaya bangsa. Jika media yang tugasnya berat tetap seperti ini, maka Indonesia ke depan tidak akan lebih baik,” ungkap mantan Anggota Dewan Pers tersebut.

Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah me-maparkan Tim Gugus Tugas terutama Ba-waslu terus melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap seluruh tahapan Pil-pres.

“Oleh sebab itu Bawaslu, KPI, KPU dan KIP dan kedua tim pasangan Capres ini kami ajak dihadapan saudara-saudara sekalian (wartawan) untuk konferensi pers bersama. Kami rindu Indonesia yang utuh dan damai. Insyaallah Pilpres 2014 ini dapat berjalan baik, tenang dan damai,” kata Nasrullah.

Tidak hanya membuat situasi panas, tambah Muhammad media massa juga ter-jebak dalam ruang lingkup dengan pemilik yang menjadi aktor partai politik atau pe-mimpin partai yang mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Wa-laupun tidak semua, tetapi banyak media massa yang secara terang benderang men-dukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Hal itu bisa dilihat dari porsi pemberitaan yang dipublikasi oleh media tersebut. Sebagai contoh, jika me-dia massa A mendukung pasangan calon C maka berita positif tentang paslon C akan jauh lebih banyak daripada paslon D. Se-baliknya, berita negatif soal berita D akan jauh lebih banyak daripada berita negatif paslon C.

Dilematis Posisi JurnalistikSementara itu, Iddy Muzayyad me-

ngatakan, dalam ranah politik dan pemilu,

media massa memiliki peran yang sangat signifikan. Posisi media yang tidak pas dan proporsional bisa mengakibatkan situ-asi politik dan pelaksanaan pemilu tidak berjalan kondusif. Pada saat bersamaaan yang posisi wartawan sebagai pekerja me-dia juga mengalami hal yang cenderung dilematis.

Biasanya, media dan wartawan di-hadapkan pada dua pilihan dalam pro-sisi politik itu. Pertama, menjadi wahana pendidikan dan kontrol politik. Kedua, menjadi alat kepentingan politik. Dan hebatnya, peran pertama dan kedua itu, meskipun tidak linier, tapi sangat mungkin di’mainkan’ pada saat yang bersamaan.

Bicara peran dan posisi ideal, maka peran media sebagai wahana pendidikan politiklah yang seharusnya diambil. Hanya saja, realitas menunjukkan, betapa kadan-gkala sangat sulit untuk melepaskan media sebagai alat kepentingan poltik. Terutama bila kehendak ‘yang empunya’ media jus-tru mengarah ke sana.

Posisi media dalam politik dan pemilu tidak bisa dilepaskan dari anatomi media. Ibarat pepatah “the man behind the gun”, orang-orang di dalam media itulah yang akan menentukan warna media tersebut. Orang-orang dengan posisi berbeda di dalam media itu, boleh jadi tidak seragam dalam menempatkan kepentingannya. Bisa terjadi wartawan sudah berperan maksimal untuk melakukan pendidikan poltik dan demi kepentingan publik, tapi ada ‘otoritas yang lebih tinggi’ berkehendak lain.

Agar media dan jurnalis tetap berada dalam koridornya yang sesuai dengan kh-ittah peran provetis (kenabian)-nya, maka tetap harus ada pijakan etis yang menjadi basis gerakan. Tanpa itu, hanya kepenting-an ekonomi-politik yang akan menjadi acuan.

Peran jurnalis sebagai watch dog san-gat penting untuk ‘bebareng bergerak’ dalam mengawasi pemilu dengan menyu-sun agenda media yang semiliar dengan kepentingan publik. Kaitannya dengan Pemilu, etika jurnalistik berperan menjaga jurnalis dan media tetap berada dalam misi profetiknya, sebagai sarana informasi, pendidikan, kontrol serta perekat sosial. Media dengan karakter dan etikanya yang terjaga berbanding lurus dengan pencip-taan pemilu yang berkualitas. [FS]

Page 6: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

6

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014 Opini

Presiden Susilo Bambang Yudho-yono (SBY) yang terpilih dua kali dalam pemilihan Presiden secara

langsung oleh rakyat akan mengakhiri ja-batannya pada Tanggal 20 Oktober 2014. Proses transfer kekuasaan dari SBY ke-pada Presiden selanjutnya akan melalui pemilihan legislatif terlebih dahulu dan selanjutnya akan dilaksanakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara lang-sung. SBY selaku kepala pemerintahan dan kepala Negara memikul tugas yang berat untuk mengawal proses transisi kekuasaan berlangsung secara damai. Hal ini merupakan konsekuensi logis dianut-nya sistem presidensial yang menganut prinsip bahwa all power and responsibi-lity upon the president.

Selain sebagai Presiden, SBY juga sedang menjabat Ketua Umum Partai De-mokrat, salah satu peserta pemilu legisla-tive tahun 2014. Dalam posisi seperti di atas, banyak pihak yang menyangsikan SBY dalam mengawal proses transisi akan mampu berdiri di atas semua golon-gan dan kepentingan politik. Dalam kai-tan itu, banyak pihak yang curiga bahwa SBY akan memanfaatkan posisinya seb-agai Presiden untuk memobilisasi dukun-gan kepada partainya dan memuluskan

jalan bagi Presiden yang dikehendakinya dengan menggunakan sumber daya dan kekuatan infrastruktur Negara. Sehingga tuntutan pun menjadi nyaring bunyinya di ruang publik bahwa seorang Presiden harus dapat bersikap netral.

Sistem PresidensialSistem pemerintahan sering didikot-

omikan ke dalam sistem parlementer dan sistem presidensial. Kedua system pemer-intahan memiliki corak masing-masing. Mencermati ketentuan di dalam UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Indonesia , tampak sejumlah ciri system presiden-sial, diantaranya masa jabatan Presiden yang bersifat tetap (fixed terms).

Sistem presidensial menempatkan Presiden dalam dua kedudukan dan fung-si, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara. Presiden sebagai kepala pemerintahan menjalankan fungsi-fungsi eksekutif seperti mengajukan RUU kepa-da legislative, membuat perintah-perintah eksekutif (executive orders), menyusun cabinet, melaksanakan pemerintahan. Dalam konteks demokrasi dan Negara hu-kum (constitutional democtracy), dalam memutar roda pemerintahan seorang Presiden harus berdasarkan mandat kon-

stitusional dan undang-undang. Fungsi Presiden sebagai kepala Neg-

ara bersifat simbolik (Seperti memberi gelar dan tanda jasa) dan terdapat pula ke-wenangan yang merupakan hak preroga-tif, seperti memegang kekuasaan tertinggi angkatan bersenjata, menyatakan perang dan keadaan bahaya, membuat perjanjian internasional dan mengangkat duta besar dan konsul. Dalam bidang kekuasaan ke-hakiman, Presiden berwenang memberi-kan grasi, amnesty, abolisi dan rehabili-tasi.

Terkait dengan prerogatif Presiden se-bagai kepala Negara di bidang yudikatif, pertimbangannya memerlukan pertim-bangan Mahkamah Agung, agar penggu-naannya tetap sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pertimbangan Mah-kamah Agung berkaitan dengan fungsi kepenasihatan (advisory function). Se-dangkan mengenai persetujuan DPR pada pembuatan perjanjian internasional yang berakibat luas dan mendasar bagi rakyat dan membebani atau mengubah anggaran Negara atau UU merupakan bagian dari manifestasi sitem demokrasi. Hal mana-Presiden tidak boleh meninggalkan wakil rakyat. Karena tidak semua perjanjian yang dibuat oleh Presiden dalam bentuk executive agreement.

Kendala dan Kendali PresidenBanyaknya fungsi Presiden yang

diatur di dalam UUD 1945 membuat seorang SBY memainkan peran yang sangat sentral untuk menentukan berhasil tidaknya proses penyelenggaraan pemilu 2014. Walaupun secara de jure, peme-gang kekuasaan penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang mendapatkan mandat konstitusional penuh terhadap tekhnis penyelenggaraan dan pengawasan penyelenggaraan pe-milu.

Presiden SBY dan Pemilu 2014Oleh : Ahmad Irawan

*Penulis adalah Tim Asistensi Bawaslu RI

Page 7: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014 Opini

Pemilu di India (Tahun 2014)India mengadakan pesta demokrasin-

ya pada tahun 2014. yaitu pada Senin 7 April 2014 lalu, dan dinobatkan sebagai pemilihan umum (pemilu) terbesar di dunia.Pemilu India ditujukan untuk me-milih 543 anggota Majelis Rendah (Lok Shaba) dan akan dimulai di dua negara bagian kecil di Timur Laut India.

Pemilu ini dihelat selama lima pekan dan diikuti oleh 815 juta pemilih. Hasil pemilu tersebut diumumkan pada 16 Mei 2014.Partai beraliran Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) memenan-gi sebagian besar kursi di Lok Shaba. Hasil tersebut diperkuat oleh sejumlah badan survei lokal India pada sebelum dilaksanakan Pemilu

Walau Pemilu India berlangsung suk-ses, namun pemilu tersebut dilaksanakan di tengah krisis kepercayaan yang mero-sot di India. Ini disebabkan oleh mening-katnya korupsi serta sempitnya lapangan kerja di India

Pemilu di TiongkokCina adalah negara kepulauan yang

berbentuk republik yang pemerintahan-nya dipimpin oleh presiden. Cina mem-punyai kekuasaan atas 4 cabang (Yuan) yaitu Yuan Eksekutif, Yuan Perwakilan, Yuan Kehakiman dan Yuan Pengawas. Presiden melantik anggota Yuan Ekse-kutif sebagai anggota kabinetnya terma-suk Perdana Menteri yang bertanggung-jawab terhadap polisi dan pengendalian ketertiban.

Badan utama perwakilan merupakan Dewan Perwakilan Rakyat dengan 225 kursi dimana 168 darinya diisi oleh ang-gota hasil pemilu. Sisanya dibagikan secara proporsional antara keseluruhan yang diterima partai (41 kursi), wilayah seberang lautan 8 kursi) dan kursi khu-sus penduduk asli Taiwan (8 kursi). Para anggota dewan ini memiliki masa jabatan 3 tahun. Pada awalnya Dewan Konstituante Nasional, sebagai badan konstitusi dan wakil rakyat umumnya, mempunyai sedikit kekuasaan legislatif, akan tetapi dewan ini telah dihapuskan

pada tahun 2005 dan kekuasaan untuk merancang konstitusi diserahkan kepada Yuan Perwakilan dan pemilih dari kalan-gan rakyat.

Pemilu di Amerika SerikatPemilihan pendahuluan (primary)

bertujuan menentukan calon-calon pres-iden. Primary adalah salah satu cara menominasikan kandidat yang akan dicalonkan dalam pemilu. Penyeleng-garaan primary itu sendiri bermula dari gerakan progresif di Amerika Serikat. Primary diselenggarakan oleh pemer-intah, selaku penerima mandat partai-partai. Di negara lain, nominasi kandidat biasanya berlangsung secara internal dan tidak melibatkan aparatus publik.

Selain primary, cara lain untuk me-milih kandidat adalah melalui kaukus, konvensi dan pertemuan-pertemuan nominasi.

Kaukus juga untuk memilih para calon. Namun, kaukus sangat berbeda dengan primary. Kaukus adalah perte-muan di daerah pemilihan dengan diisi debat mengenai platform dan isu kam-panye masing-masing partai. Kalau pri-mary digelar oleh pemerintah, kaukus dilaksanakan oleh kelompok sipil, misal-nya kelompok media, organisasi nonpe-merintah, dan sebagainya.

Bentuk primary mirip pemilihan umum, yakni dengan coblosan, sedang-kan pemungutan suara pada kaukus ter-gantung pada ketentuan masing-masing penyelenggaraan. Hanya 12 negara ba-gian yang menggunakan model kaukus, yakni Iowa, New Mexico, North Dakota, Maine, Nevada, Hawaii, Minnesota, Kansas, Alaska, Wyoming, Colorado dan District of Columbia. Istilah ‘’masa primary’’ merujuk pada primary dan juga

kaukus, yakni diawali dengan Kaukus Iowa pada pekan lalu dan berakhir den-gan Primary Montana. Kemudian, dige-lar konvensi partai untuk menetapkan calon presiden. Konvensi itu bertujuan meratifikasi hasil pemilihan pada prima-ry dan kaukus.

Delegasi untuk konvensi partai juga dipilih pada primary, kaukus negara ba-gian, dan konvensi negara bagian. Calon presiden ditentukan berdasarkan perole-han mayoritas delegasi untuk memenan-gi nominasi partai mereka. Calon pres-iden itulah yang akan mengajukan calon wakil presiden.

Electoral College Dalam sistem pemilu Amerika Seri-

kat, pilihan rakyat tidak mutlak menen-tukan kemenangan seorang calon pres-iden. Pasalnya, AS menggunakan sistem electoral college.

Electoral College adalah dewan pe-milih yang akan memilih presiden. Ang-gotanya dipilih oleh rakyat pada hari pemilu. Para utusan itu sudah berjanji di awal untuk memilih kandidat tertentu.

Jumlah utusan pada dewan pemilih itu adalah dua orang ditambah jumlah anggota DPR dari negara bagian terse-but. Sehingga, beberapa negara bagian memiliki jumlah utusan terbanyak, sep-erti misalnya, Florida, dan menjadi san-gat menentukan dalam pemenangan pe-milu.

Dengan demikian, pemilihan pres-iden dan wakil presiden sebenarnya adalah pemilu tidak langsung, karena pemenangnya ditentukan oleh suara para pemilih dalam Electoral College.

Pada hari pencoblosan, rakyat me-milih dua kali. Pertama, untuk memilih calon presiden favorit. Kedua, untuk memilih utusan berjumlah 538 yang me-wakili 50 negara bagian. Utusan inilah yang berhak memilih presiden. Jadi, pili-han rakyat hanya berguna untuk menen-tukan popularitas kandidat.

*Penulis adalah Staf Hubungan Antar Lembaga Bawaslu RI

Pemilu di Negara-Negara Berpenduduk BesarOleh : Andhika Pratama

Page 8: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

8

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Tidak bisa dipungkiri bahwa prosesi Pemilu Presiden 2014 kali ini, akan meli-batkan banyak aktor dan elit politik di negeri ini sebagai mesin politik dan mesin untuk mendulang suara sebesar-besarnya. Namun, apakah pantas jika seorang peja-bat publik yang sedang menduduki kepala daerah menyatakan dukungannya ter-hadap pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu?

Di dalam aturan perundang-undan-gan memang diatur bahwa setiap kepala daerah diperbolehkan untuk melakukan kampanye selama telah mengajukan cuti sesuai prosedur atau sedang libur kerja. Tetapi dalam melakukan kampanye, ia tidak diperbolehkan memakai fasilitas negara dan melibatkan aparaturnya.

Idealnya, Kepala Daerah dituntut menjadi seorang yang netral dan bisa menempatkan diri sebagai panutan bagi daerah yang dipimpinnya. Apapun ke-pentingan dan partai politik di balik itu, kepala daerah harus bisa mengkanalisasi dua pilihan yang berbeda diantara mas-ing-masing rakyat yang dipimpinnya.

Aturan memang tidak terlalu mem-berikan batasan yang ketat bagi kepala daerah dalam rangka Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Lain halnya dengan per-

angkat desa, PNS, dan TNI/POLRI yang jelas-jelas diatur tidak boleh berpihak ke-pada salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Patut disesalkan ketika ada seorang kepala daerah yang menjanjikan ke-menangan bagi pasangan calon presiden dan wakil presiden tertentu lengkap den-gan jumlah perolehan yang mungkin di-dapatkannya. Sikap seperti itu, menurut Ketua Bawaslu Muhammad merupakan sikap yang tidak pantas dikeluarkan oleh seorang pejabat publik seperti itu.

“Saya melihat banyak gubernur yang sudah tidak netral. Bahkan, salah satu gu-bernur memastikan bahwa di daerahnya mayoritas akan memilih pasangan calon,” ujar Muhammad.

Kecenderungan ini, menurut Muham-mad, sudah menunjukkan bahwa kepala daerah tidak sesuai dengan amanat agar tetap menjaga netralitas. Selain itu, ke-cenderungan semakin menguat tatkala se-makin banyak kepala daerah yang menga-jukan cuti ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dalam rangka melakukan kampanye bagi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Dia menambahkan, hal tersebut me-mang dikarenakan banyak kepala daerah

yang terafiliasi dan diusung oleh partai politik. Sebagian besar dari mereka bisa menduduki jabatan sebagai kepala daerah karena bergeraknya mesin partai politik dalam mencari dukungan suara. Aki-batnya, politik balas budi pun bisa saja terjadi pada Pilpres, dan kepala daerah menjadi mesing pendulang suara bagi Pasangan Capres dan Cawapres yang be-rasal dari partai atau didukung oleh partai yang sama.

“Kami akan tindak kepala daerah yang terbukti tidak netral dan memihak pasangan calon yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada. Kami juga memberi-kan pengawasan khusus kepada kepala daerah yang terafiliasi dengan partai poli-tik terutama dari kemungkinan penyalah-gunaan fasilitas negara ,” ujarnya.

Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nasrullah mengatakan pihaknya juga sudah bekerjasama dengan Komisi Pem-berantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pel-aporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Kerjasama itu dalam rangka mengawasi oknum-oknum kepala daerah yang meng-gerakan sumber daya di daerah untuk memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden.

[FS]

’Panasnya’ Pilpres, Kepala Daerah ’kok’ Ikut-ikutanILUSTRASI: MUHTAR

Page 9: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

9

No. Nama Gubernur/Wagub Provinsi Partai Pengusung

1. Zaini Abdullah/Muzakkir Manaf Aceh Partai Aceh

2. Gatot Pujo Nugroho/Tengku Erry Nuradi Sumatera Utara PKS

3. Irwan Prayitno/Muslim Kasim Sumatera Barat PKS

4. Annas Maamun/Arsyadjuliandi Rachman Riau Golkar

5. Hasan Basri Agus/Fachrori Umar Jambi Partai Demokrat dan Golkar

6. Alex Noerdin/Ishak Mekki Sumatera Selatan Partai Golkar, Demokrat, PBB

7. Junaidi Hamsyah/Sultan Bachtiar Najamudin Bengkulu Partai Demokrat

8. Muhammad Ridho Ficardo/Bachtiar Basri Lampung Partai Demokrat dan PKS

9. Ustam Effendi/Hidayat Arsani Kep. Bangka Belitung Partai Golkar, PDIP, PKS

10. Muhammad Sani/Soerya Respationo Kepulauan Riau PDI Perjuangan

11. Basuki Tjahaja Purnama (Pelaksana tugas) DKI Jakarta PDIP, Gerindra

12. Ahmad Heryawan/Deddy Mizwar Jawa Barat PKS, PPP, PBB, Partai Hanura

13. Ganjar Pranowo/Heru Sudjatmoko Jawa Tengah PDIP

14. Sri Sultan Hamengkubuwono X/Paku Alam IX

DI Yogyakarta Ditetapkan DPRD

15. Soekarwo/Syaifullah Yusuf Jawa Timur PAN, Demokrat

16. Rano Karno (pejabat) Banten Golkar, PDIP, Gerindra, Hanura, PKPB, PPD, PKB, PAN, PBB, PPNUI, PDS

17. I Made Mangku Pastika/Ketut Sudikerta Bali Demokrat, Golkar, PAN, Gerindra, Ha-nura, PKPI, PKPB, PNBK, Pakar Pangan

18. Muhammad Zainul Majdi/Muhammad Amin Nusa Tenggara Barat Demokrat, Golkar, PDIP, PPP, PAN, Gerindra, PKB

19. Frans Lebu Raya/Benny Alexander Litelnoni Nusa Tenggara Timur PDI Perjuangan

20. Cornelis/Christiandy Sanjaya Kalimantan Barat PDI Perjuangan

21. Agustin Teras Narang/Achmad Diran Kalimantan Tengah PDI Perjuangan

22. Rudy Ariffin/Rudy Resnawan Kalimantan Selatan PPP

23. Awang Faroek Ishak/Mukmin Faisyal Kalimantan Timur Golkar

24. Sinyo Harry Sarundajang/Djouhari Kansil Sulawesi Utara Partai Demokrat

25. Longki Djanggola/Sudarto Sulawesi Tengah PKS, Gerindra, Hanura, PKPB, PPP, Partai Patriot, PDP

26. Syahrul Yasin Limpo/Agus Arifin Nu’mang Sulawesi Selatan Golkar, PDIP, PAN, PPP, PDK, PDS, PKPI, PKNU

27. Nur Alam/Saleh Lasata Sulawesi Tenggara PAN, PBR

28. Rusli Habibie/Idris Rahim Gorontalo Golkar, PPP

29. Anwar Adnan Saleh/Aladin S. Mengga Sulawesi Barat Golkar, PKS, PPP, Hanura

30. Said Assagaff/Zeth Sahuburua Maluku Golkar, PKS, PPP, PAN, Pelopor, PNI Marhaenisme

31. Abdul Ghani Kasuba/ Muhammad Natsir Thaib Maluku Utara PKS, Partai RepublikaN, PDK, PKB, PKPI, PPRN

32. Abraham Octavianus Atururi/Rahimin Katjong Papua Barat Golkar, Demokrat, Hanura, Gerindra, PPP, PBB, PPI, PKPB, Partai Patriot

33. Lukas Enembe/Klemen Tinal Papua Demokrat

Gubernur dan Partai Pengusungnya

Page 10: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

10

ILUSTRASI: MUHTAR

Salah satu petinggi partai politik menye-but bahwa Pilpres Tahun 2014 yang meng-hadirkan pasangan calon Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa serta pasangan calon Joko Widodo dan HM. Jusuf Kalla, sebagai sebuah ‘perang’. Kalimat tersebut banyak mengun-dang banyak kontra, karena bisa memicu potensi konflik antara pendukung masing-masing pasangan capres dan cawapres.

Secara nasional peta pendukung masing-masing pasangan calon hampir merata ada di seluruh Indonesia. Kedua pasangan calon memiliki basis massa yang jumlahnya cukup seimbang. Artinya, dalam Pilpres kali ini, masyarakat Indonesia terbelah menjadi dua. Faktor inilah yang bisa memicu munculnya konflik, terutama konflik horisontal yang ter-jadi pada masyarakat akar rumput.

Sejak awal bergulirnya Pilpres, aroma persaingan antara kedua pasangan calon su-dah semakin terasa. Persaingan juga dibum-bui oleh banyaknya kampanye-kampanye hitam yang seakan-akan ingin menurunkan elektabilitas pasangan calon tertentu, dan menaikkan elektabilitas pasangan calon yang lain.

Entah bagaimana dan siapa yang meng-hembuskan kampanye hitam yang muncul di

Pilpres kerap muncul dan menyerang capres dan cawapres tersebut. Mulai dari isu SARA (Suku, Ras, dan Antar Golongan) hingga ad-anya isu pekerjaan dan karir masa lalu yang tidak beres. Bahkan, isu-isu tersebut dibuat seolah-olah sebagai sebuah fakta dengan menggunakan media-media yang terlihat rep-resentatif sebagai sebuah bentuk jurnalisme.

Terlepas dari siapa yang dirugikan, ka-sus obor rakyat menjadi salah satu contoh bagaimana kampanye hitam digulirkan le-wat sebuah media yang seolah-olah produk jurnalistik. Substansi berita yang terkandung di dalamnya, menurut Ketua Bawaslu, cukup membahayakan dan dapat membuat stabilitas nasional terganggu. Oleh karena itu, Bawaslu merekomendasikan kasus tersebut untuk segera ditangani oleh kepolisian sebagai ben-tuk tindak pidana umum bukan tindak pidana pemilu.

Dari berbagai kasus kampanye hitam tersebut, bukan rahasia umum lagi jika pelakunya merupakan orang-orang yang me-miliki kepentingan politik tertentu. Pelaku-nya tentu saja bukan pihak yang terkait lang-sung dengan Tim Kampanye resmi, dan biasa disebut tim kampanye ‘siluman’. Ibarat ped-ang bermata dua, isu-isu yang dikembangkan

lewat kampanye hitam bisa menjadi sebuah senjata untuk mematikan langkah politik la-wan, tetapi juga bisa menjadi bumerang.

Dalam berbagai kesempatan, Ketua dan Pimpinan Bawaslu selalu menghimbau ke-pada elit-elit politik pendukung pasangan capres dan cawapres untuk selalu menjaga kondusifitas bangsa ini dalam rangkaian tahapan Pilpres. Menurut Bawaslu, jika terus dibiarkan maka konflik-konflik bisa saja ter-jadi, terutama bagi masyarakat-masyarakat yang kurang mendapat pendidikan politik yang baik.

Bagi masyarakat-masyarakat yang ting-gal di perkotaan dan mendapatkan akses pendidikan dan informasi yang cukup tinggi, kampanye hitam mungkin akan menjadi an-gin lalu saja. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan yang notabenya akses informasi masih terbatas, kondisi ini sangat mengkha-watirkan.

Atas dasar kekhawatiran itulah, henda-knya semua stakeholders bahu membahu untuk menjaga kondisi dan stabilitas hingga Pilpres ini usai. Jangan sampai akibat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, men-imbulkan luka dan trauma yang mendalam bagi bangsa ini ke depan. [FS]

Peranan Elite Politik Meredam Potensi Perpecahan

Page 11: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

11

Dua orang yang hadir pada kegiatan ini, pasti mengetahui bahwa seorang peja-bat negara tidak boleh terlibat dan mendu-kung salah satu pasangan calon serta ha-rus bertindak dan bersikap netral, terlebih dirinya sedang menduduki jabatan struk-tural atau fungsional. Namun, kedatangan mereka menimbulkan tanda tanya besar atas tindakan tersebut.

Dengan kejadian tersebut, Bawaslu mengambil tindakan cepat dengan men-jadikan temuan Pengawas pemilu. Tidak beberapa lama, Bawaslu memanggil ked-ua orang tersebut untuk dimintai klarifika-

si terkait kehadiran mereka dalam pendu-kung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Klarifikasi tersebut dianggap penting, karena sudah terdapat indikasi pelanggaran di dalamnya.

Beberapa pertanyaan diberikan kepa-da Peneliti Senior LIPI Ikrar Nusa Bakti terkait dengan kehadirannya di kubu paslon Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Menurut Ikrar, kehadirannya bukan meru-pakan bagian dari tim kampanye paslon yang diusung oleh PDI Perjuangan cs tersebut, melainkan hadir sebagai tamu undangan.

“Saya bertindak sebagai peneliti yang ingin hadir untuk menyaksikan langsung bagaimana proses politik dalam pencalo-nan presiden dan wakil presiden. Kebetu-lan PDI Perjuangan memberikan undan-gan kepada saya, dan saya menyanggupi

hadir. Tetapi tidak benar jika saya meru-pakan salah satu pendukung,” tuturnya dalam jumpa pers usai diperiksa.

Menurut Ikrar, alokasi seorang peneliti politik untuk hadir dalam forum tersebut sangat terbatas, dan tidak ada ruang. Oleh karena itu ia memilih untuk mengikut undangan dari PDI Perjuangan. Dalam klarifikasi tersebut, ia meminta agar penyelenggara Pemilu memberikan ruang bagi peneliti politik untuk dapat mengamati proses-proses politik yang di-lakukan oleh penyelenggara pemilu, den-gan begitu maka peneliti akan memiliki kebebasan dan tidak tergantung pada satu partai politik atau pasangan calon.

Sementara itu, dalam keterangannya, Masykur tidak membantah bahwa dirinya terdaftar sebagai Dewan Pakar Tim Kam-panye Pasangan Calon Nomor Urut 1 (Satu) Prabowo Subianto – Hatta Rajasa. Namun menurutnya hal tersebut tidak me-langgar selama ia sudah mengajukan cuti dan terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Benar saya menjadi tim Pemenangan Prabowo-Hatta dan saya masih menjadi Anggota IV BPK. Namun, saya telah mengajukan cuti dari tanggal 5 Juni sam-pai dengan 4 Juli 2014,” ujar Masykur, kepada rekan-rekan pers usai diklarifikasi.

Masykur juga menjelaskan bahwa dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, pejabat negara tidak dilarang menjadi tim kampanye selama sudah di-daftarkan ke KPU dan ditembuskan ke Bawaslu. Ia juga menolak jika kehadi-rannya dijadikan subyek hukum, karena dalam pasal tersebut yang dilarang mengi-kutsertakan pejabat negara dalam kampa-nye, adalah Tim Pelaksana Kampanye.

Mantan Anggota DPR 2006-2009 itu hadir dalam Rapat Pleno Pengambi-lan Nomor Urut dan Penetapan Pasan-gan Calon Presiden dan Wakil Presiden di KPU beberapa waktu lalu. Saat itu, ia nampak berada di tengah-tengah kelom-pok pendukung pasangan Capres dan Cawapres Prabowo-Hatta. [FS]

Bawaslu Sinyalir Ada KeterlibatanPNS dan Pejabat Negara

Hal menarik terjadi pada saat pengambilan nomor urut calon Presiden dan Wakil Presiden di Gedung KPU. Ada dua aparatur pegawai negeri sipil dan pejabat negara yang terlihat dalam massa pen-dukung dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, Prabowo Subianto – Hatta Rajasa dan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Di kubu pasangan calon presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla terdapat salah satu peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti. Sedangkan di kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo – Hatta terdapat Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa.

”Saya bertindak sebagai peneliti

yang ingin hadir untuk menyaksikan langsung

bagaimana proses politik dalam pencalonan presiden

dan wakil presiden. Kebetulan PDI Perjuangan memberikan undangan kepada saya, dan

saya menyanggupi hadir. Tetapi tidak benar jika saya merupa-

kan salah satu pendukung,

”Ikrar Nusa Bakti

Page 12: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

BULETIN BAWASLU, 06, JUNI 2014

12

Maraknya kepala daerah baik bupati/wakil bupati, walikota/wakil walikota dan gubernur/wakil gubernur menjadi pimpi-nan partai politik dikhawatirkan mem-buat mereka tidak netral dalam proses pemilihan Presiden dan Wapres 2014. Penyelenggara Pemilu dan masyarakat di daerah rentan diintervensi oleh kepentin-gan kepala daerah untuk memenangkan capres/cawapres tertentu.

Pengalaman dalam Pemilu legislatif 9 April 2014 lalu menjadi acuan dan dasar, bahwa sejumlah kepala daerah nyata-nya-ta mendukung caleg tertentu atau dari par-tai tertentu dan mendeklarasikannya ke-pada masyarakat. Hal ini rentan membuat masyarakat daerah terkotak-kotak yang dapat berujung pada konflik horizontal.

Ketua Bawaslu Muhammad menge-mukakan kekhawatirannya itu dalam rapat dengar pendapat Bawaslu, KPU dan Komisi II DPR terkait evaluasi Pemilu legislatif 9 April 2014 di Gedung DPR, Rabu (4/6) sore. Baik Bawaslu maupun KPU katanya, perlu mengantisipasi in-tervensi oknum kepala daerah maupun oknum pejabatnya dalam proses Pilpres 2014.

“Kami minta mendagri bisa membina kepala daerah, karena yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembi-naan bahkan menegur gubernur dan bu-pati adalah Mendagri,” kata Muhammad dalam RDP Komisi II DPR RI.

Sebagai produk politik, kepala daerah yang diusung parpol cenderung akan men-dukung pasangan capres yang diusung parpolnya. Hal ini menurut Muhammad, sebenarnya tidak dilarang namun dinilai melanggar etika politik. Sebab kepala daerah adalah pejabat publik dan seyo-gyanya dapat bersikap netral, bisa bersi-kap dan bertindak diatas semua golongan masyarakatnya. Untuk itu, Bawaslu akan berkoordinasi intens dengan Mendagri dan Kemendagri untuk membina kepala daerah.

Terkait evaluasi penyelenggaraan pe-milu legislatif 2014, Muhammad menilai masih banyak kekurangan yang disebab-kan oleh penyelenggara pemilu, peserta Pemilu (parpol dan caleg) maupun oknum

kepala daerah/pejabat daerah. Karenanya, Bawaslu dan KPU melakukan evaluasi serius terhadap kelemahan Pileg kemarin dan berkomitmen memperbaiki kelemah-an-kelemahan tersebut. Sehingga meng-hasilkan kualitas Pilpres yang lebih baik dari Pilpres tahun 2009.

Terhadap oknum SDM Bawaslu dan Panwaslu yang nyata-nyata tidak netral, Bawaslu kata Muhammad, telah mem-berikan sanksi tegas. Yakni berupa tegu-ran tertulis dan pengajuan ke Dewan Ke-hormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) untuk pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap secara tidak hormat. Sejumlah oknum penyelenggara Pemilu telah dilaporkan ke DKPP dan saat ini dalam proses untuk persidangan.

Mengenai hasil penetapan Pileg oleh KPU tanggal 9 Mei 2014 lalu, Bawaslu kata Muhammad tidak lagi mereko-mendasikan KPU untuk perbaikan hasil Pemilu melainkan memberikan catatan kepada KPU untuk evaluasi pemilu berikutnya. Sebab apabila rekomendasi berupa perbaikan hasil Pemilu, dipastikan akan mengganggu proses Pilpres. Kendati demikian, Bawaslu memberikan reko-

mendasi terhadap hal-hal yang dibutuh-kan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam sidang sengketa Pemilu Legislatif di MK yang saat ini sedang berjalan.

Menanggapi maraknya kampanye hitam dalam tahapan kampanye Pilpres, Muhammad mengatakan, Bawaslu sudah dan akan terus berkoordinasi dengan pi-hak-pihak terkait guna menindak materi/isi kampanye hitam terhadap pasangan presiden/wapres. Koordinasi tersebut di-lakukan dengan Bareskrim Mabes Polri, Kominfo, KPI dan pihak-pihak terkait lainnya.

“Kami mengusulkan kepada Kemen-trian Komunikasi dan informasi untuk memblokir semua akun-akun dan website yang sudah terdeteksi sebagai agen-agen pelaku black campaign. Tapi itu belum sampai pada kesepakatan. Kominfo masih mempertimbangkan beberapa hal. Berbe-da dengan Bareskrim. Berdasarkan koor-dinasi Bawaslu dan Bareskrim, kepolisian sudah melacak keberadaan pelaku black campaign dan beberapa sudah hampir ditemukan tinggal menunggu penanganan lebih lanjut,” kata Muhammad memapar-kan. [RS]

RDP Komisi II DPR RI Bawaslu Minta Mendagri Bina Pejabat Daerah

Ketua Bawaslu Muhammad didampingi oleh Pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron memaparkan pro-gram Pengawasan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di depan Komisi II DPR dalam Rapat Dengar Pendapat, di Gedung DPR RI, (4/6).

HUMAS

Page 13: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

13

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Bawaslu kedatangan rombongan dari Kementerian Komunikasi dan Multime-dia Malaysia yang didampingi juga oleh Lingkar Indonesia Membangun, di Ja-karta, Senin (23/6). Rombongan diterima oleh Pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron dan Nelson Simanjuntak.

Dalam sambutannya pimpinan Ba-waslu Daniel Zuchron mengucapkan sela-mat datang di Bawaslu, juga menjelaskan tentang fungsi dan tugas Badan Pengawas Pemilu.

“Bawaslu adalah induk dari seluruh kegiatan Pengawasan Pemilu di Republik Indonesia, sebagai lembaga yang dibentuk oleh undang-undang, Bawaslu bersifat nasional, permanen dan mandiri. Segala bentuk kebijakan terkait pelaksanaan Pen-gawasan Pemilu di Republik Indonesia ada di bawah Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia,” tuturnya.

Dirwan Ahmad Darwis dari Yayasan Ikatan Rakyat Indonesia-Malaysia (YIRMI) dalam sambutannya mengatakan bahwa kunjungan ini dimaksudkan seb-agai studi banding pelaksanaan Pemilu di Indonesia guna mendapatkan hal yang baik agar bisa diterapkan di Malaysia.

Dato Fuad Hassan dari Kementerian Komunikasi dan Multimedia Malaysia mengatakan bahwa salah satu fungsi dari Kementerian Komunikasi dan Multime-

dia Malaysia adalah selain melakukan pengawasan terhadap Pemilu di Malaysia, juga memantau di Indonesia dan beberapa Negara lainnya.

Kementerian Komunikasi dan Multi-media Malaysia membentuk Tim Peman-tau Pemilu di Indonesia baik dari segi aspek sistem penyelenggaraan Pemilu, dan juga sistem Pengawasannya. Tentu yang paling utama adalah mengambil pelajaran dari penyelenggaraan setiap tahapan Pemilu termasuk di dalamnya Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu.

Nelson Simanjuntak menjelaskan ke-pada rombongan bahwa Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) merupakan lembaga penyelenggara pemilu yang ber-tugas melaksanakan pengawasan pemilu di negara kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, Ba-waslu dipimpin oleh lima orang Anggota Bawaslu dari kalangan profesional yang memiliki kemampuan dalam pengawasan terhadap pelaksanaan Pemilu di Indo-nesia. Terlebih, netral dan tidak menjadi anggota partai politik tertentu. Bawaslu juga memiliki jajaran yang bersifat permanen hingga tingkat Provinsi yang dikenal dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi. Sedangkan untuk

tingkat kabupaten/kota hingga desa, masih bersifat ad hoc (sementara).

Dalam menjalankan tugasnya, Ba-waslu memiliki dua tugas yakni melak-sanakan pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran. Dari kedua tugas tersebut, Bawaslu lebih mengedepankan pengawasan Pemilu berbasis pencegahan terhadap berbagai potensi pelanggaran dalam Pemilu.

Juga dikatakan bahwa Bawaslu bekerja sama dengan lembaga indepen-den lainnya yang ada di Indonesia antara lain adalah dengan PPATK dan KPK dalam hal peningkatan Pengawasan serta Pencegahan terhadap penyalahgunaan transaksi keuangan. Sebagaimana diketa-hui bersama bahwa para peserta Pemilu melakukan belanja dalam rangka kegiatan kampanye, selain itu juga menerima sum-bangan dari perorangan juga korporasi, namun dibatasi jumlahnya. Baik pelang-garan admistrasi, pidana maupun kode etik Bawaslu telah melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana yang diatur oleh Undang Undang Pemilu.

Setelah mendapatkan penjelasan yang begitu baik oleh Pimpinan Bawaslu para rombongan melanjutkan kegiatan studi banding ini ke DKPP untuk bertemu Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie.

[WB/FS]

Malaysia Belajar Mengawasi Pemilu ke Indonesia

Pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron dan Nelson Simanjuntak menyerahkan buku tentang Pengawasan Pemilu kepada Perwakilan Kementerian Ko-munikasi dan Multimedia Malaysia dalam rangka studi banding Pengawasan Pemilu.

HUMAS

Page 14: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

14

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Pemilihan Umum (Pemilu) meru-pakan salah satu instrumen dalam negara demokrasi dalam mencari pemimpin yang diharapkan dapat melayani rakyat, dengan hak dan kewajiban yang ia emban. Di satu sisi Pemimpin menjadi pelayanan bagi publik, namun di sisi lain pemimpin me-miliki kekuasaan pemerintahan

Kecenderungan tersebut tak akan berubah, jika sistem Pemilu yang dipakai masih sangat lemah, yang membiarkan elit-elit politik memiliki celah untuk mem-permainkan uang untuk mencari kekua-saan. Jika sudah menang, maka pejabat atau pemimpin yang terpilih tidak akan menjadi pelayanan publik, namun men-jadi ‘tikus-tikus’ yang terus menggerogoti keju APBN/APBD untuk mengembalikan uangnya yang habis dalam Pemilu.

Hal tersebut yang menjadi sorotan bagi Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Universitas Gajah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar. Menurutnya, meli-hat kecenderungan yang ada maka, Pemi-lu 2014 juga tidak luput dari praktik-prak-tik korupsi yang akan semakin meningkat. Akan banyak proyek-proyek fiktif yang dilakukan oleh segelintir elit, demi untuk berkuasa dalam konstalasi politik.

Zainal menyoroti bagaimana banyak Kepala Daerah yang terlibat dalam kasus-kasus korupsi. Kepala Daerah tersebut merupakan ekses dari Pemilu, sehingga tujuannya bisa diprediksi yakni untuk mengembalikan cost politik besar yang dikeluarkannya ketika menjadi calon.

Untuk membenahinya, menurut Zain-al, diperlukan adanya perbaikan dalam tiga hal utama. Pertama, reformasi terha-dap partai politik. Bukan menjadi rahasia umum, jika politik transaksional sangat kental dalam partai politik. Politik tran-saksional tersebut, sangat erat kaitannya dengan praktik-praktik korupsi itu send-iri. Urgensi perbaikan terhadap parpol, karena parpol merupakan elemen penting yang merekrut sosok-sosok yang akan menjadi wakil rakyat dan pejabat publik nantinya.

Kedua, perbaikan terhadap undang-undang perlu dilakukan. Selama ini ba-

nyak UU baik tentang penyelenggara pemilu maupun tentang Pemilu tidak bisa diimplementasikan dengan baik oleh pelaksanan dan pengawas Pemilu. Bukan karena ketidakmampuan, namun pasal-pasal yang diterapkan memiliki kelema-han-kelemahan serta multitafsir, serta karet. Selain itu, ada juga ketidaktegasan dalam UU untuk menjerat pelaku-pelaku pelanggaran. Banyak celah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku potensial untuk memanipulasi bentuk pelanggaran hingga tidak terbukti menjadi pelanggaran.

Kesimpulannya, menurut dia, pem-berantasan korupsi pada 2014 bergantung dengan kemampuan negara membangun sistem yang baik dan antikorupsi dengan mendapat dukungan dari masyarakat.”Itu bergantung kemampuan kita membangun sebuah sistem yang baik dan baru,”kata Zainal.

Selanjutnya, hasil Pemilu 2014 baru akan memberikan perubahan pada 2015. Anggota legislatif serta presiden terpilih pada Pemilu 2014, kata dia, akan menjadi penentu harapan terwujudnya pemerin-tahan yang bersih pada 2015. [FS]

Dr. Zainal Arifin Mochtar

Dr. Zainal Arifin Mochtar

Membangun Sistem Anti Korupsi dalam Pemilu

KABAR24.COM

Profil Zainal Arifin Mochtar

Nama : Zainal Arifin MochtarTempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 8 Desember 1978Pendidikan :Master, Law, Northwestern University, United States, July 2005 - July 2006Thesis : The Dusk Of Human Rights Civil Rights Beyond Privatisation in IndonesiaUndergraduate, Hukum, UGM, Indonesia, September 1997 - August 2003Thesis : Konsep Pertanggungjawaban Pelaku Crimes Aginst Humanity di Pengadilan HAMPengalaman Kerja :Kepala Divisi, January 2009 - sekarang, Lembaga Swadaya Masyarakat “Destruktive Fishing Watch” JakartaPengajar, February 2007 - sekarang, Universitas Muhammadiyah YogyakartaDirektur, July 2006 - sekarang, Advokasi Pusat Kajian Anti Korupsi, FH UGMPeneliti, May 2001 - sekarang, Pusat Studi Hak Asasi manusia (PUSHAM) UII Yogyakarta

Page 15: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

15

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Divisi Pengawasan

Ketua Bawaslu RI, Muhammad memberikan sambutanWISNU BROTO

Bawaslu Pastikan Pengawasan Pilpres 2014 Sukses

Untuk mengidentifikasi permasalahan dalam penyelenggaraan Pilpres 2014, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) melakukan konsolidasi data dengan Bawaslu Provinsi dalam rangka Pengawasan Distribusi Logistik, Pemungutan, Penghitungan dan Rekapitulasi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Jakarta, Senin (23/6).

Ketua Bawaslu Muhammad, me-nyatakan bahwa pelaksanaan Pilpres 2014 tidak serumit pelaksanaan Pilpres 2009 ataupun Pileg 2014 yang lalu, namun Pengawas Pemilu tetap harus melakukan pengawasan secara optimal.

“Untuk distribusi logistik, hal yang terpenting adalah data. Pastikan berapa jumlah surat suara yang dicetak untuk provinsi bersangkutan, berapa yang sudah diterima dan bagaimana kondis-inya,” jelas Muhammad.

“Jangan ragu meminta data terkait logistik ini ke KPU. Hal tersebut pent-ing untuk mengantisipasi adanya gu-gatan terhadap persoalan surat suara ini dikemudian hari,” lanjutnya

Ketua Bawaslu RI tersebut juga kembali mengingatkan kepada seluruh jajaran pengawas pemilu untuk lebih to-tally melakukan perbaikan dalam fokus pengawasan Pilpres 2014 mendatang,

serta menekankan integritas dan profe-sionalitas jajarannya menjadi hal yang sangat menentukan Pilpres 2014 ber-langsung damai dan berintegritas.

“Selanjutnya, tahapan pungut hitung ini hal yang paling sentral, merupakan kesempatan bagi kita merubah penilaian pihak yang memberi rapor merah ke-pada kinerja Bawaslu. Kalau kita tidak maksimal dalam pengawasan pungut hitung maka akan ada potensi chaos, untuk itu kita harus lebih meningkatkan derajat dalam melakukan pengawasan dalam tahapan ini,” tambahnya

“Pertaruhan Pilpres 2014 sangat luar biasa karena hal ini menentukan bagaimana suksesi kepemimpinan nasi-onal ini berlangsung dengan damai tan-pa adanya situasi-situasi ekstrim. Satu suara akan sangat menentukan siapa yang terpilih nantinya”. Demikian Mu-hammad menutup sambutannya. [WB]

Page 16: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

16

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Divisi Pengawasan

Bawaslu RI pada tanggal 27-29 Juni 2013 dijadwalkan melaku-kan supervisi dan sosilalisasi pengawasan Pemilu Presiden di 5 (lima) titik perbatasan In-donesia dengan negara tetangga. Hal ini mengantisipa-si warga pelintas batas negara yang menggunakan hak suara lebih dari satu kali dalam pe-mungutan suara Pilpres tahun 2014.

Pimpinan Bawaslu Endang Wihdati-ningtyas mengatakan, menjelang pelaksanaan pemungutan suara Pil-

pres tahun 2014 ini suhu politik dalam negeri dan partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya diprediksi meningkat dibandingkan pemilu legislatif lalu.

“Kalau Pileg kurang begitu antusias karena pemilih luar negeri tidak kenal wakil-wakilnya. Nah kalau Pilpres po-tensi pelanggarannya besar karena hanya ada dua pasang yang bertarung. Seman-

gatnya berbeda sehingga potensi untuk memilih tinggi,” kata Endang saat rapat persiapan supervisi pengawasan ke dae-rah perbatasan bersama Kementrian Luar Negeri dan Imigrasi, Rabu (25/6) di Hotel Golden, Jakarta.

5 (lima) titik daerah perbatasan yang dikunjungi yakni Pulau Seba-tik, Atambua, Nunukan – Tawau, Sanggao-Kuching dan Batam – Si-ngapura – Johor Bahru. Pada 5 (lima) titik tersebut ada indikasi pengerahan massa untuk mencoblos lebih dari 1 kali dalam Pilpres. Sebab pelaksanaan pemungutan suara luar negeri berlang-sung tanggal 4 – 6 Juli 2014, sedang-kan pemungutan suara dalam negeri berlangsung tanggal 9 Juli 2014. Ada jeda waktu beberapa hari, besar kemung-kinan sejumlah warga pelintas batas men-coblos di luar negeri dan di dalam negeri.

“Dari pengalaman pemilukada-pemi-lukada di daerah perbatasan, ada sejumlah warga Indonesia di luar negeri yang me-milih pemimpin di daerahnya. Pulau se-batik dan Nunukan itu yang paling tinggi (partisipasinya),” ujar Endang.

Teknis pengawasan yang dilakukan di daerah perbatasan antara lain dengan melakukan sosialisasi ke imigrasi perba-tasan untuk menandai orang-orang pelin-

tas batas. Demiki-a n

juga ke Panitia Pengawas kecamatan mau-pun pemerintah desa/kecamatan setempat. Jangan sampai ada mobilisasi massa pada hari pemungutan suara baik dari dalam negeri ke luar negeri atau sebaliknya.

“Yang kita khawatirkan mobilisasi orang, biasanya rata-rata yang melintasi perbatasan 100 orang setiap hari, kemudi-an pada hari H Pilpres melonjak menjadi 500 orang, ini mesti diantisipasi,” kata Ah-sanul Minan, Tenaga Ahli Bawaslu RI.

Selain melakukan supervisi ke daerah perbatasan, Bawaslu RI juga dijadwalkan melakukan supervisi kesiapan logistik Pil-pres ke 6 (enam) titik di 6 (enam) provinsi di Indonesia mulai Kamis (26/6) sampai Sabtu (28/6) minggu ini. Pemilihan 6 (enam) titik supervisi tersebut didasarkan pada fakta dalam Pileg lalu, banyak dite-mukan masalah logistik di sana.

Daerah-daerah tersebut adalah Lani Jaya (Papua), Halmahera Selatan (Maluku Utara), Sumba Barat Daya (NTT), Beng-kayang (Kalimantan Barat), Musi Rawas (Sumatera Selatan), Nias Selatan (Suma-tera Utara). Dalam supervisi ke daerah yang rawan tersebut, tim Bawaslu RI mengikutsertakan sejumlah media massa (cetak, radio dan online) dari Jakarta di tiap daerah yang dikunjungi.

[RS]

Antisipasi Pelintas Batas,Bawaslu Supervisi Daerah Perbatasan

Endang Wihdatiningtyas

GOOGLE.COM

Page 17: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

17

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Divisi Organisasi dan SDM

Bawaslu Minta Komitmen SekretariatKetua Bawaslu Muhammad meminta komitmen seluruh Kepala Sekretariat Bawaslu dan jajarannya dalam rangka pengelolaan anggaran. Ia ber-harap tidak ada satupun jaja-ran Sekretariat Bawaslu dan jajarannya, yang menyalahi peraturan dalam mengelola anggaran.

“Sikap seperti ini hanya bisa dibangun oleh kecintaan terhadap profesi Kesek-retariatan sebagai bagian dari Penyeleng-gara Pemilu. Jika tidak maka, ini berbaha-ya,” tutur Muhammad di hadapan Kepala Sekretariat Bawaslu Provinsi di Indonesia dalam Kegiatan Penguatan Kapasitas Pe-rencanaan dan Penganggaran Bawaslu dan Bawaslu Provinsi, Rabu, (18/6). Had-ir juga dalam kesempatan tersebut Kepala Biro Administrasi D. Adhi Santoso dan jajaran Eselon III dan IV di lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu.

Lebih lanjut, tambah Muhammad, proses perencanaan dan pertanggung jawaban anggaran sudah diatur oleh me-kanisme peraturan perundang-undangan. Sistem ini mengatur dan membentengi agar tidak ada pihak-pihak yang berusaha merusaknya. Ia juga menegaskan bahwa jajaran Sekretariat dan Komisioner meru-pakan satu kesatuan yang tidak bisa dip-isahkan sebagai bagian dari penyeleng-gara Pemilu.

Keberhasilan pemilu merupakan suk-ses yang diemban oleh Sekretariat juga. “Namun, kegagalan dalam Pengawasan Pemilu harus ditanggung juga bersama sekretariat sebagai kesatuan,” tambah Muhammad. Terakhir, ia juga meminta Sekretariat untuk menjaga integritasnya dalam pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 nanti. Secara sadar, pekerjaan sebagai penyelenggara pemilu menempatkan seseorang dalam situasi yang sulit. “Dalam profesi ini akan ban-yak ‘iblis’ berwujud manusia yang beru-paya menggoda penyelenggara Pemilu. Kami ingatkan jangan sampai anda ikut

dalam permainan tersebut,” tutur Mu-hammad.

Memaksimalkan Anggaran Pengawasan Pemilu

Ketua Bawaslu juga berpesan agar anggaran Badan Pengawas Pemilu (Ba-waslu) digunakan semaksimal mungkin untuk mengawasi pelaksanaan Pemilu yang merupakan hajat hidup orang ban-yak. Prinsipnya uang negara, harus di-manfaatkan sebesar-besarnya untuk ke-pentingan rakyat. “Uang negara harus digunakan sebesar-besarnya untuk ke-makmuran masyarakat. Oleh sebab itu Bawaslu berkomitmen untuk menggunak-an anggaran sebaik mungkin dalam setiap kegiatan Pengawasan Pemilu,” tutur Mu-hammad, saat membuka penyusunan SOP Mekanisme Penggunaan Anggaran, di Ja-karta, (16/6).

Dia juga mengatakan, salah satu kara-kteristik dari sebuah lembaga yang baik adalah prinsip transparansi dan akuntabil-itas penggunaan anggaran. Pertanggung-jawaban penggunaan anggaran dilakukan tidak hanya melalui mekanisme fungsi kontrol dan pengawasan, tetapi juga fung-si audit. Audit keuangan dilakukan untuk memastikan penggunaan anggaran sesuai dengan prosedur dan tata aturan yang ber-laku. Bawaslu RI telah berupaya untuk

terus meningkatkan kualitas penggunaan anggaran yang bersumber dari anggaran negara. “Dengan banyaknya kegiatan di jajaran Bawaslu RI selaras dengan pelak-sanaan tahapan Pemilu, laporan keuan-gan Bawaslu RI cukup baik dan akunta-bel, bahwa dalam mengelola keuangan Negara adalah sebuah pekerjaan yang tergolong berat, selain harus tertib admin-istrasi bagian keuangan juga harus cepat melayani kegiatan Bawaslu RI beserta ja-jarannnya,” tegasnya.

Dalam diskusi penyusunan standard operating procedure (SOP) Mekanisme Penggunaan Anggaran ini dihadiri juga oleh para Kabag dan Kasubbag di ling-kungan Bawaslu RI beserta staf. Lebih lanjut, Muhammad juga menginginkan agar reformasi birokrasi yang akan di-laksanakan oleh Bawaslu di tingkat pusat dapat dilakukan secara menyeluruh untuk organ-organ Bawaslu hingga tingkat ter-kecil. Oleh karena itu, butuh keseriusan untuk mencapai reformasi birokrasi yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia. “Reformasi birokrasi diharapkan berjalan paralel dan menyeluruh hingga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, agar kuali-tas dari akuntabilitas pegelolaan dan per-tanggungjawaban keuangan negara akan semakin baik lagi di kemudian hari,” pungkasnya.[WB/FS]

Ketua Bawaslu, Muhammad memberikan pengarahanWISNU

Page 18: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

18

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK Sama-sama Melanggar Administrasi

Pasangan nomor urut 1 (satu) melaku-kan pelanggaran administrasi ketika

mengirimkan surat yang berisi kampanye terhadap guru-guru di sejumlah daerah di Indonesia. Menurut Bawaslu, pelangga-ran yang dimaksud bukan terkait materi kampanyenya tetapi tempat kampanye yang dinilai tidak sesuai. “Ini kami sam-paikan sebagai pelanggaran terhadap pas-al 41 ayat 1 huruf (a). Bukan merupakan pelanggaran pidana, tetapi merupakan pelanggaran administrasi, karena tem-pat pendidikan dilarang sebagai tempat berkampanye,” kata Pimpinan Bawaslu, Nelson Simanjuntak, dalam konferensi pers di Bawaslu, Senin (30/6).

Sementara itu, pasangan calon nomor urut 2 (dua) dinyatakan melanggar admin-istrasi, ketika Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla berkampanye di Sulawesi Barat. Ia menyatakan, Pilihlah Nomor 2, Jangan pilih dorr !. Menurut Bawaslu, pernyataan tersebut tidak sesuai aturan dan kurang

pantas. “Tetapi ini bukan merupakan penghinaan terhadap pasangan calon yang lain, karena tidak jelas siapa yang dimak-sud dorr di situ,” ungkap Nelson. Sebel-umnya, Tim Advokasi Prabowo-Hatta ya-kin bahwa yang dimaksud adalah Capres dan Cawapresnya karena hanya ada kon-testan dalam Pilpres 2014. Lebih lanjut, Bawaslu juga menjelaskan terkait dengan laporan dugaan pelanggaran kampanye menggunakan fasilitas pemerintah yang dilakukan oleh Capres Joko Widodo di Monumen Nasional, Bawaslu menilai hal tersebut merupakan pelanggaran adminis-trasi, karena menggunakan tempat-tempat yang dilarang oleh Pemerintah Daerah dan Peraturan KPU. Hingga 30 Juni 2014, Ba-waslu telah menerima sekitar 37 dugaan pelanggaran pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014. Namun, hampir sebagian besar dugaan pelanggaran terse-but tidak dapat ditindaklanjuti atau bukan merupakan pelanggara Pemilu. [FS]

Klarifikasi Hatta Rajasa Klarifikasi Joko Widodo

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sudah melakukan rapat pleno terhadap dugaan kasus pelanggaran yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1 (satu) Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dan Pasangan Calon Nomor Urut 2 (dua) Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Hasilnya, masing-masing pasangan terbukti me-langgar administrasi.

Calon Wakil Presiden nomor urut 1 (satu) Hatta Rajasa hari ini, Kamis (5/6) pagi sekitar pukul 08.45 WIB, datang memenuhi undangan Bawaslu untuk memberikan klarifikasi terkait penay-angan siaran langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta tvOne di acara internal Partai Demokrat beberapa waktu lalu.Saat tiba di gedung Bawaslu, Hatta didampingi tim advokasi dan tim sukses pasangan Prabowo-Hatta dan langsung menuju lantai 4 untuk menemui Ketua Bawaslu. Pasangan calon Prabowo dan Hatta diduga melakukan pelang-garan kampanye di luar jadwal karena menyampaikan visi dan misi mereka di depan kader Partai Demokrat, di Hotel Grand Sa-hid Jaya. Selain itu, peyampaian visi dan misi disiarkan langsung oleh stasiun televisi nasional.

Badan Pengawas Pemilu melakukan klarifikasi kepada Calon presiden RI Joko Widodo terkait adanya dugaan pelanggaran kampanye. Klarifi-kasi tersebut merupakan dugaan pelanggaran yang dilakukan sebelum-nya JokoWidodo menyampaikan ajakan untuk memilih nomor 2 yang ditetapkan oleh KPU atas pasangan JokoWidodo-Jusuf Kalla.“Kami Sudah memberi penjelasan kepada Bawaslu terkait dugaan kam-paye dini,” ujarnya pada saat konfrensi pers di Gedung Bawaslu, Sabtu (7/6).Joko Widodo menyampaikan ajakan untuk memilih nomor 2, yakni no-mor urut yang ditetapkan oleh KPU atas pasangan Jokowi-Jusuf Kalla hanya untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa dirinya ditetap-kan pada nomor urut 2 sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden. “Keti-ka saya mengambil nomor urut itu, saya hanya memperkenalkan kepada masyarakat,” ujanya.

Page 19: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

19

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

Ketua Badan Pengawas Pemilu (Ba-waslu) Muhammad menyindir peran media massa yang belum optimal dalam memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat dalam perhelatan pe-milu presiden dan wakil presiden (Pil-pres) tahun 2014.

Sebaliknya, tambah Muhammad, me-dia justru ikut serta membuat situasi men-jadi panas dalam persaingan Pilpres. “Me-dia seharusnya mengambil posisi bijak di garis tak berpihak, tetapi pada kenyataan-ya media justru ikut-ikutan memanaskan situasi,” ujar Ketua Bawaslu, Muhammad dalam Peresmian Gugus Tugas Penga-wasan dan Pemantauan Penyiaran, Pem-beritaan, dan iklan kampanye di Lembaga Penyiaran, di Jakarta, Selasa (3/6).

Ia sangat menyayangkan jika Pilpres dianggap oleh sebagian media dan pen-gamat sebagai perang atau semacamnya. Padahal, Pilpres merupakan suksesi kepe-mimpinan Indonesia yang harus didukung bersama, dan bukan menjadi persaingan antara dua kepentingan.

Lebih lanjut mengatakan, bahwa Ba-waslu dalam posisinya sebagai anggota gugus tugas, mengingatkan kepada peser-ta pemilu agar tidak melanggar ketentuan yang ada saat melakukan kampanye di lembaga penyiaran. “Kecurangan walau-pun menang tetap hina, kalah dengan hor-mat tetap menjadi mulia,” pesannya.

Senada diungkapkan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik. Dalam kesempatan yang sama ia mengungkapkan media massa ha-rus bertindak sesuai dengan aturan yakni netral kepada semua pasangan capres dan cawapres. Hal itu disampaikannya setelah menilai adanya indikasi keberpihakkan media kepada pasangan capres dan cawa-pres.

“Tidak memanfaatkan kedekatan den-gan pemilik medianya atau aji mumpung. Karena pemilik media mendukung salah satu calon, maka medianya juga ikut-iku-tan,” pungkasnya.

Sekedar informasi, dalam pemantauan Komisi Penyiaran Indonesia dan Dewan

Pers, pemberitaan tentang calon presiden dan wakil presiden yang ditayangkan sepanjang tanggal 19 Mei 2014 sampai dengan tanggal 25 Mei 2014, terindikasi penyimpangan atas prinsip-prinsip inde-pendensi dan kecenderungan memanfaat-kan berita untuk kepentingan kelompok tertentu.

MetroTV memberikan porsi pemberi-taan yang lebih banyak dan porsi durasi yang lebih panjang kepada pasangan calon Jokowi-JK dibandingkan pasan-gan calon Prabowo-Hatta. Sebaliknya, TVOne memberikan porsi pemberitaan yang lebih banyak dan durasi yang lebih panjang kepada pasangan calon Prabo-wo-Hatta dibandingkan pasangan calon Jokowi-JK.

Dalam frekuensi pemberitaan, RCTI, MNC TV dan Global TV memberikan porsi pemberitaan yang lebih banyak dan durasi yang lebih panjang kepada pasan-gan calon Prabowo-Hatta dibandingkan pasangan calon Jokowi-JK.

[FS]

Bawaslu Ingatkan MediaTidak ’Memanaskan’ Pilpres

Ketua KPI, Judhariksawan, Ketua Bawaslu, Muhammad, Ketua KPU, Husni Kamil Manik, Ketua KIP, dalam peresmian Gugus Tu-gas Pengawasan dan Pemantauan Penyiaran, Pemberitaan, dan iklan kampanye di Lembaga Penyiaran, di Jakarta, Selasa (3/6).

Page 20: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

20

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Penyelenggaraan Pe-milu Presiden dan Wakil Presiden yang berkualitas diperlukan sebagai sa-rana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan

pemerintahan negara yang

de-

mokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pilpres dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih presiden dan wakil presiden yang memperoleh dukun-gan kuat dari rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi kekuasaan pemerin-tahan dalam rangka tercapainya tujuan nasional.

Demikian dikatakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambu-tan yang dibacakan Asisten I Bidang PemerintahanDIY, Sulistyo pada Rakor

Stakeholders Pengawasan Pemilu Pres-iden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Yogyakarta, Sabtu (21/6).

“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Salah satu bentuk dari kedaulatan rakyat adalah penyelenggaraan Pemilu untuk memilih Presiden dan Wapres yang dilaksanakan secara demokratis dan beradab melalui partisipasi rakyat seluas-luasnya ber-dasarkan asas luber dan jurdil,” jelasnya.

Disamping itu, kata Sri Sultan, pe-nyelenggaraan pilpres dimaksudkan un-tuk menegaskan sistem presidential yang kuat dan efektif dimana presiden dan wapres terpilih memperoleh legitimasi yang kuat dari rakyat. Sehingga seluruh presiden dan wakil presiden pada saat pemilu dilaksanakan untuk menghasil-kan presiden dan wapres yang memiliki integritas tinggi, menjunjung tinggi etika dan moral serta memiliki kapasitas dan kapabilitas yang baik.

“Bawaslu dan KPU sebagai penye-lenggara Pemilu akan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilu yang menjamin pelaksanaan hak politik

masyarakat serta mempunyai integritas, kapabilitas, dan akuntabilitas,” kata Sri Sultan.

Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) sangat penting dalam rangka melaksanakan demokrasi di negara kita. Untuk itulah dengan di-laksanakannya rakor stakeholders ini diharapkan dapat tercapai persamaan persepsi dengan para stakeholders terkait pelaksanaan Pilpres yang bersih ber-integritas dan damai sesuai ketentuan perundang-undangan.

“Rakor stakeholders ini sekaligus sebagai wadah untuk bertukar pikiran pengetahuan dan informasi tentang keg-iatan pilpres sehingga dapat memperkuat integritas dan menguatkan kinerja dalam tahapan Pemilu, demi terwujudnya Pilpres yang demokratis dan transparan, terwujudnya suatu sistem karakterisasi dan mekanisme kepemimpinan nasi-onal yang terbuka dan akuntabel serta dapat memfasilitasi dalam penyampaian aspirasi masyarakat,” harap Sri Sultan. [CK]

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X

Harapkan Presiden Terpilih Junjung Etika dan Moral

GOOGLE.COM

Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) Universitas Gadjah Mada Yo-gyakarta, Zainal Arifin Mochtar menilai banyak pasal dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang ‘mati’ dan tidak bisa diterapkan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014.

“Pilpres kali ini, agak sial karena diwarisi UU yang tidak sesuai dengan kondisi 2014. Terjadi ketinggalan di ban-yak hal dan menjadi salah satu bahaya Pilpres kali ini,” ujarnya, saat menjadi narasumber dalam Rapat Stakeholders Pengawasan Pilpres Tahun 2014 di Yog-yakarta, Sabtu (21/6).

Beberapa pasal tersebut sudah tidak sesuai lagi, karena memang desain dari Pilpres 2008 dan Pilpres 2014 me-miliki perbedaan. Jika dibaca dengan baik, maka menurut Zainal, pasal-pasal

tersebut seakan-akan butuh penyesuaian melalui judicial review ke Mahkamah Konstitusi.

Salah satu pasal yang sudah di judicial review di MK adalah terkait dengan netralitas TNI/Polri. Pada UU No. 42/2008, yang berbunyi TNI/Polri diwajibkan untuk netral pada Pemilu 2009. Padahal, dalam setiap pelaksanaan Pemilu, TNI/Polri wajib untuk netral tidak hanya pada tahun 2009.

Zainal juga mengatakan, permasala-han Pilpres satu putaran atau dua putaran juga masih menjadi polemik dalam Pil-pres kali ini. Pasalnya, soal keterpenuhan syarat-syarat menang Pilpres dalam UU No. 42/2008, masih menjadi perdebatan dan mesti ditafsirkan oleh MK sebagai lembaga yang berwenang.

“Butuh, lompatan-lompatan besar un-tuk menyelematkan Pilpres Tahun 2014

terutama soal dasar hukum UU 42/Tahun 2008 tentang Pilpres,” tambah Dosen UGM tersebut.

[FS]

Banyak Pasal ‘Mati’ di UU Pilpres

UGM.AC.ID

Direktur PUKAT UGM, Zainal Arifin Mochtar

Page 21: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

21

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Pimpinan Bawaslu, Nasrullah

Perlakukanlah Rakyat secara Manusiawi dalam Pemilu

Persaingan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014 yang meng-hadirkan dua pasangan calon Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo – Jusuf Kalla, dinilai sangat sengit dan berpotensi menimbulkan konflik di tingkat akar rumput (grassroot).

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komi-si Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manil mengungkapkan bahwa dinamika politik yang terjadi pada Pilpres ini meru-pakan rekayasa. Masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden memi-liki taktik tersendiri untuk menang.

“Ini hanya sandiwara dan bukan sung-guhan. Seperti main bola, maka segala daya dan upaya dikerahkan. Termasuk melakukan pelanggaran seperti tackling,” ujar Husni, saat menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Stakeholders (Pe-mangku Kepentingan) Pengawasan Pilpres

Tahun 2014 di Provinsi Yogyakarta, Sabtu (21/6).

Namun, tambah Husni, kondisi terse-but terjadi hanya di lapangan saja. Setelah pertanding, baik yang kalah maupun yang menang kembali bersahabat seperti semu-la. Oleh sebab itu, masyarakat jangan ter-pancing dengan segala macam taktik poli-tis yang dikerahkan oleh masing-masing pasangan Capres dan Cawapres.

“Kita juga sedang euforia demokrasi. Tugas kita sebagai masyarakat hanya men-dukung. Tetapi tidak boleh sakit hati,” tu-tur Husni.

Dia juga mengajak agar stakehold-ers dalam Pemilu bisa membuat situasi di masyarakat lebih nyaman dan tenang. Para pemangku kepentingan harus bisa menyadarkan kepada masyarakat untuk ti-dak sakit hati terhadap intrik-intrik dalam konstestasi politik Pilpres.

“Yang paling sulit adalah membuat masyarakat tidak sakit hati. Namun, ma-syarakat harus disadarkan bahwa setiap pasangan calon menawarkan program-program yang baik bagi Indonesia ke de-pan. Siapapun yang menang itu yang akan menjadi presiden pilihan rakyat,” pungkas Husni. [FS]

Kontestasi Pilpres Hanya Politik Bukan Pemicu KonflikKetua KPU, Husni Kamil Manik

TRIBUNNEWS.COM

Cara pandang orang-orang yang sengaja mendesain disharmoni antar suku, antar agama adalah orang orang yang tidak mampu memahami bahwa Pemilu ini milik rakyat. Orang-orang tersebut tidak paham bagaimana cara memperlakukan rakyat secara manusiawi, yang telah hilang dalam praktik kepemiluan di Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Pimpinan Ba-waslu, Nasrullah dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi Stakeholders Penga-wasan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 dengan tema untuk mencapai Pemilu yang bersih, berintegritas dan damai di Yogyakarta, Sabtu (21/6).

“Inilah yang hilang dalam praktik kepemiluan kita, memperlakukan rakyat secara manusiawi. Fakta itulah yang mengakibatkan fitnah, praktek politik uang yang melihat posisi rakyat itu tidak pen-ting,” jelas Nasrullah.

Hadir dalam pembukaan rakor ini antara lain, Wakil Ketua PPATK, Agus Santoso, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta diwakili Asisten Pemerintah Daerah, Sulistyo, Wakil Ketua PPATK, Agus Santoso, Pengamat Politik, Zainal

Arifin Mochtar, Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatin-ingtyas, Pimpinan Bawaslu, Nelson Simanjuntak, Ketua Bawaslu Provinsi DIY, Mu-hammad Najib, Kepala Biro Hukum, Humas dan Pen-gawasan Internal Bawaslu, Jajang Abdullah, tokoh masyarakat, tokoh agama, media massa, organisasi kepemudaan, dan

Nasrullah menconto-hkan bahwa sekarang ini masyarakat mengabaikan hak konstusionalnya hanya demi uang 50 ribu. Hak konstitusional tersebut telah dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bernegara.

Selanjutnya Bawaslu berharap 9 Juli 2014 momentum dimana rakyat dapat menerima dengan baik presiden dan wakil presiden terpilih dimana dalam Pemilu Presiden ada dua kandidat yang akan bertarung. Bawaslu juga mengajak para stakeholders mengarahkan pola pikir

secara bersama-sama untuk mewujudkan betapa pentingnya hajatan Pemilu 2014.

“Sudah pasti ada dua kandidat yang akan bertarung yang akan menjadi Presi-den kita. Bagaimana kita dapat menerima dengan baik. Di Yogyakarta inilah yang dapat dijadikan contoh bagaimana mende-sain sebuah proses kompetisi yang sehat, bersih dan damai. Yogyakarta yang dikenal sebagai barometer demokrasi di republik ini bisa memperlihatkan bahwa Pemilu Presiden adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,” tandasnya. [CK]

iRWAN

Page 22: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

22

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Persoalan distribusi logistik Pemilu Presiden 2014, indikasi poli-tik uang, perbedaan jadwal pelaksanaan pemungutan suara Pilpres di dalam negeri dan luar negeri serta perbedaan pemahaman KPU dan Bawaslu dalam proses rekapitulasi suara Pilpres menjadi persoalan paling menonjol selama supervisi Pilpres pimpinan Bawaslu di dae-rah perbatasan, 27-29 Juni 2014.

Pimpinan Bawaslu RI secara serempak melakukan supervisi di daerah perbatasan untuk memastikan Pilpres juga dapat berlangsung lancar, jujur dan adil. Berturut-turut tim supervisi yang dipimpin Muhammad berangkat ke Singkawang, Kuching, Sanggao, Nelson Simanjuntak (Batam, Singapura, Johor Bahru), Endang Wihdati-ningtyas (Nunukan, Tawau), Nasrullah (Pulau Sebatik) dan Daniel Zukhron (Atambua).

Saat melakukan supervisi ke Kabupaten Nunukan yang berba-tasan dengan Tawau Malaysia dan Pulau Sebatik Malaysia, Komis-ioner KPU Nunukan Andi Umar mengatakan, distribusi logistik Pilpres ke sejumlah kecamatan dan desa di wilayah Provinsi Ka-limantan Utara menjadi persoalan serius. Sebab beberapa wilayah kecamatan hanya dapat dijangkau dengan menggunakan pesawat udara atau berjalan kaki dengan waktu tempuh berhari-hari. Tiga ke-camatan yang paling krusial dan belum terdistribusi logistik Pilpres adalah Kecamatan Krayan, Kecamatan Krayan Selatan dan Keca-matan Lumbis Ogong.

“Kami kesulitan untuk distribusi logistik kesana karena harus pakai pesawat kecil, itupun tidak setiap hari ada. Sementara ongkos logistiknya disamakan dengan daerah-daerah di pulau Jawa,” kata Andi saat dikunjungi Pimpinan Bawaslu Nasrullah dan Endang W di Kantor KPU Kabupaten Nunukan, Jumat (28/6).

Selain itu, KPU Kabupaten Nunukan juga masih kekurangan lo-gistik Pilpres antara lain kertas suara, tinta dan kotak suara. “Kami sudah koordinasi ke KPU Kaltim, memang akan ada kiriman logistik susulan tapi waktunya ini sudah mepet,” ujar Andi.

Terhadap persoalan tersebut, Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah dan Endang W berjanji menindaklanjuti laporan KPU Kabupaten Nunukan lewat koordinasi dengan Komisioner KPU RI dan Komis-ioner KPU Kaltim. “Kami akan koordinasikan pak biar logistiknya cepat dikirim,” ujar Nasrullah.

Sementara itu dalam dialog supervisi perbatasan yang berlang-sung di Hotel Laura, Kabupaten Nunukan antara Pimpinan Bawaslu dengan penyelenggara Pemilu setempat (KPU dan Panwaslu), Imi-grasi, kepolisian , saksi capres serta sejumlah instansi terkait, menge-muka sejumlah pertanyaan antara lain terkait pemilih yang dibole-hkan untuk memilih. Sebab sebagian WNI yang bekerja di wilayah Malaysia (Tawau dan Pulau Sebatik) belum terdaftar dalam DPT.

Terhadap persoalan ini, Ketua KPU Kabupaten Nunukan Dewi Sari B dan Pimpinan Bawaslu Kaltim, Syaiful Bahtiar yang menjadi narasumber dialog mengatakan, prioritas pemilih yang boleh memil-ih adalah mereka yang terdaftar dalam DPT dan sedapat mungkin menyertakan undangan. Terhadap WNI yang tidak terdaftar dalam DPT dan ingin menggunakan hak pilihnya, harus menunjukkan KTP setempat. Mereka harus menunggu satu jam sebelum berakhirnya waktu pemungutan suara di TPS dengan menggunakan kertas suara tambahan di masing-masing TPS.

Persoalan lainnya adalah pelaksanaan pemungutan suara Pres-iden 9 Juli 2014, bukan merupakan hari libur di Malaysia, sehingga dikhawatirkan WNI yang bekerja di Malaysia namun berdomisili di Indonesia, tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak diberikan libur dari perusahaan atau atasan tempat mereka beker-ja. Menanggapi hal ini, Pimpinan Bawaslu Nasrullah mengatakan, inti dari kerja penyelenggara Pemilu antara lain mensosialisasikan pelaksanaan Pemilu Presiden kepada WNI baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

“Kami akan koordinasi dengan konsulat luar negeri dan penga-was pemilu luar negeri supaya warga Indonesia di perbatasan dapat menggunakan hak pilihnya,” kata Nasrullah.

Meski begitu, hal ini tidak menjamin WNI di daerah perbatasan yang bekerja di Malaysia diberikan libur untuk menggunakan hak pilihnya di Indonesia. Sehingga yang perlu dilakukan penyelenggara Pemilu kata Nasrullah adalah mensosialisasikan Pilpres dan tidak menghalang-halangi WNI yang pulang ke Indonesia untuk meng-gunakan hak pilihnya.

Nasrullah juga mengingatkan pentingnya penyelenggara Pemilu mewaspadai politik uang menjelang hari pemungutan suara, pada saat pemungutan suara maupun sesudah pemungutan suara. Yang paling banyak terjadi adalah politik uang untuk mengubah berita acara hasil pemungutan suara baik di tingkat desa/kelurahan dan ke-camatan.

“Ini tantangan buat penyelenggara Pemilu, mampukah kita dalam Pilpres ini lebih baik dari Pileg kemarin. Jangan sampai terjadi prak-tik politik uang antara peserta pemilu dengan penyelenggara pemilu. Yang terparah money politik pada Pileg kemarin, ada di tingkat desa dan kecamatan,disitu ada perubahan-perubahan berita acara baik itu form C, form DA dan seterusnya,” kata Nasrullah memaparkan.

Lebih lanjut Pimpinan Bawaslu Nasrullah dan Endang W me-minta aparat keamanan dan imigrasi serta penyelenggara Pemilu di daerah perbatasan, mewaspadai mobilisasi orang untuk mencoblos pasangan capres tertentu dengan memanfaatkan kelalaian petugas KPPS dan pengawas pemilu lapangan. [RS]

Supervisi Pilpres Daerah Perbatasan

Persoalan Distribusi Logistik Menonjol

Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah berfoto bersama dengan prajurit TNI yang menjaga perbatasan Sebatik wilayah Indonesia, dan Sebatik wilayah Malaysia yang ditandai dengan tugu dan ben-dera Merah Putih, Sabtu (28/6) siang.

RAJAMONANG SILALAHI

Page 23: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

Bawaslu dan KPU Kaltara Segera Terbentuk NUNUKAN -- Proses rekruitmen ang-

gota Badan Pengawas Pemilu dan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Kalimantan Utara segera di mulai pasca Pemilihan Umum Presiden 9 Juli 2014. Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah dan Endang Wihda-tiningtyas memastikan hal ini dalam dia-log pengawasan Pemilu Presiden di Hotel Laura Kabupaten Nunukan, Jumat (27/6) malam.

Percepatan membentuk Bawaslu dan KPU Provinsi Kaltara guna memulai pros-es pemilihan gubernur dan wakil gubernur di provinsi termuda di Indonesia tersebut. Diperkirakan pada akhir tahun 2015, , Kal-tara telah memiliki gubernur dan wakil gu-bernur definitif sebagai bagian pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur.

“Insyaallah KPU Provinsi Kaltara dan Bawaslu Provinsi Kaltara akhir tahun ini sudah terbentuk. Jadi kepada bapak, ibu yang mau mendaftar nanti dipersilahkan, sebanyak-banyaknya orang mendaftar, jadi kita bisa mendapatkan penyelenggara pemilu yang bagus,” kata Endang dalam dialog dengan Panwaslu Nunukan, KPU Nunukan, pengawas pemilu lapangan, aparat keamanan serta perangkat pemerin-tahan setempat.

Sebagaimana diketahui Provinsi Kal-tara telah terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2012. Pemerin-tah dan DPR RI menyetujui membentuk Provinsi Kaltara guna mempercepat pem-bangunan di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia itu. Saat ini provinsi yang semula merupakan ba-gian dari Kalimantan Timur tersebut, ten-gah mempersiapkan berbagai infrastruk-tur dan perangkat daerahnya . Setidaknya Provinsi Kaltara terdiri dari 5 kabupaten yakni Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung.

Menurut Pimpinan Bawaslu Endang Wihdatiningtyas, wilayah-wilayah perba-tasan Indonesia dengan negara tetangga semestinya mendapat perhatian lebih be-sar. Sebab hal itu menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakatnya serta ke-daulatan dan harga diri Indonesia di mata negara tetangga. Karenanya, Bawaslu RI juga sudah mendorong KPU RI melaku-kan proses rekruitmen komisioner KPU

Kaltara. Sehingga proses pemilihan guber-nur di provinsi tersebut dapat terseleng-gara tahun 2015 mendatang.

Hal serupa dikemukakan Pimpinan Bawaslu Nasrullah. Selepas Pilpres 9 Juli 2014, Bawaslu akan membentuk panitia seleksi anggota Bawaslu Kaltara di daerah untuk menjaring calon-calon terbaik dari Provinsi Kaltara. Selanjutnya, calon yang terjaring akan diseleksi kembali dengan melakukan fit dan propper test oleh Pimpi-nan Bawaslu RI.

“Habis Pilpres ini pasti segera kita mu-lai seleksi Bawaslu Kaltara. Saya sendiri akan turun langsung,” ujar Nasrullah.

Mengacu pada Undang-undang No-mor 15/2011 tentang Penyelenggara Pe-milu, pembentukan Bawaslu provinsi merupakan kewenangan Bawaslu pusat. Kendati begitu, Bawaslu Kaltim sebagai induk dari Bawaslu Kaltara kata Pimpinan Bawaslu Kaltim Syaiful Bachtiar, akan membantu proses persiapannya termasuk meloby Pemprov Kaltim untuk menem-patkan sejumlah staff menjadi bagian dari Sekretariat Bawaslu maupun KPU Provin-si Kaltara.

Sesuai ketentuan, staf yang dipeker-jakan di sekretariat Bawaslu provinsi min-imal berjumlah empat orang PNS. Lang-

kah selanjutnya, membentuk tim seleksi daerah yang dilakukan oleh Bawaslu RI di Jakarta dengan memberdayakan sumber daya manusia lokal untuk mendapatkan anggota Bawaslu yang berasal dari ma-syarakat Kaltara.

“Kami telah koordinasikan dengan Ba-waslu RI mengenai pembentukan Bawaslu Kaltara dilaksanakan seleksi setelah Pil-pres,” ujar Syaiful di Nunukan.

Lebih lanjut Syaiful mengatakan, Ba-waslu Kaltim menyambut baik apabila Ba-waslu Kaltara secepatnya terbentuk. Sebab hal ini akan meringankan kerja Bawaslu Kaltim dalam pengawasan Pemilu dan Pemilu Kada di seluruh kabupaten/kota. Mengingat jarak dan cakupan wilayah, kondisi geografis Provinsi Kalltara terdiri dari pulau-pulau dan beberapa diantaranya pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Sehingga kon-trol pengawasan Pemilu tidak maksimal bila masih dalam wilayah pengawasan Ba-waslu Kaltim.

“Pembentukan Bawaslu Kaltara ini akan meringankan kerja Bawaslu Kaltim, karena pengendalian dan kontrolnya san-gat jauh, jadi fungsi pengawasan selama ini kurang maksimal,” kata Syaiful.

[RS]

23

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Pimpinan Bawaslu, Nasrullah dan Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas melakukan dialog Pengawasan Pemilu Presiden di daerah perbatasan.

RAJAMONANG SILALAHI

Page 24: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

24

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

“For us democracy is a question of human dignity. And human dignity is political freedom, the right to freely express opinion and the right to be al-lowed to criticise and form opinions. Human dig-nity is the ri--ght to health, work, education and social welfare. Human dignity is the right and the practical possibility to shape the future with oth-ers. These rights, the rights of democracy, are not reserved for a select group within society, they are the rights of all the people” “Bagi kami demokrasi adalah masalah martabat manusia. Dan mar-tabat manusia adalah kebebasan politik, hak untuk bebas mengek-spresikan pendapat dan hak untuk diizinkan mengkritik dan membentuk opini. Martabat manusia adalah hak atas kesehatan, pekerjaan, pendidikan dan kesejahteraan sosial. Martabat manu-sia adalah hak dan kemungkinan praktis untuk membentuk masa depan dengan orang lain. Hak-hak ini, hak-hak demokrasi, tidak disediakan untuk kelompok tertentu dalam masyarakat, mereka adalah hak semua orang”-Olof Palme, the late Swedish Prime Minister-

You can fool some of the people all of the time and all of the people some of the time, but you cannot fool all of the people all of the time.Anda dapat menipu beberapa orang sepanjang waktu dan semua orang beberapa waktu, tetapi Anda tidak bisa menipu semua orang sepanjang waktu.-Abraham Lincoln, from A.K.- McClure’s “Lincoln’s Yarns and Stories”

Political Quotes

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar rapat koordinasi (Rakor) Pengawasan Tahapan Kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 di Hotel Santika Palu, Senin (10/6/2014).

Rakor yang dibuka langsung oleh Ketua Bawaslu Sulteng Ratna Dewi Petta-lolo, SH, MH dihadiri Pimpinan Bawaslu Sulteng Zaidul Bahri Mokoagow, S.Sos dan Asrifai, S.IP, M.Si, Tim Asistensi Ba-waslu Sulteng Dr Abdullah Iskandar, SH, MH, Ir Kasman Jaya, M.Si dan Kepala Sekretariat Bawaslu Sulteng Drs Anayan-thi Sovianita M.Si beserta jajaran kasubag dan staf Sekretariat Bawaslu Sulteng.

Dalam sambutannya, Ketua Bawas-lu Sulteng mengatakan, sesungguhnya kegiatan pada hari ini tidak lagi dalam rangka evaluasi karena Bawaslu Sulteng sudah akan melangkah kepada persiapan pengawasan khususnya untuk 4 (empat) tahapan yaitu kampanye, distribusi logis-tik, minggu tenang dan pemungutan serta perhitungan suara tentunya didalamnya mengawasi rekapitulasi sampai dengan penetapan hasil.

Selanjutnya, Pimpinan Bawaslu Sulteng, Asrifai, S.IP, M.Si selaku Koor-dinator Divisi Pengawasan mengatakan esensi rakor pengawasan adalah tahapan kampanye dan tahapan pendistribusian lo-gistik dengan harapan agar Panwaslu Kab/Kota dapat mengkondisikan waktu yang tersisa secara efektif. Sebab bila melaku-kan kegiatan pengawasan dan tahapan

kampanye diwaktu berbeda dikhawatirkan ada hal-hal yang terabaikan khususnya pelaksanaan kampanye. Sehingga Ba-waslu Sulteng memutuskan melaksanakan kegiatan tersebut bersamaan. “Walaupun kegiatan ini kita satukan tetapi substansi dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan di-harapkan bisa tercapai. Kami mengharap-kan perhatian dan konsentrasi dari Ketua dan Anggota Panwaslu kabupaten/kota se-hingga bisa mengikuti kegiatan ini sampai selesai,” kata Asrifai.

Asrifai menambahkan ada empat poin yang yang ditekankan untuk penguatan materi dalam mengisi ruang-ruang kognisi berkaitan dengan pengelolaan pengawasan tiap tahapan. Yakni peningkatan kapasitas pengawasan, kampanye, pemungutan dan perhitungan suara serta rekapitulasi peng-hitungan suara.

“Semoga dengan kegiatan ini juga bisa meminimalisir gugatan-gugatan yang ada nantinya,” harapnya.

Rakor yang difasilitasi langsung oleh sekretariat Bawaslu Sulteng dan dihadiri 33 peserta dari jajaran panwaslu Kabu-paten/Kota se-Sulawesi Tengah tersebut dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 10 sampai dengan 13 Juni 2014.

(Humas Bawaslu Sulteng)

Bawaslu Sulteng Gelar Rakor Pengawasan Tahapan Kampanye Pilpres

Page 25: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

25

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014 Anekdot Pemilu

BELAJAR POLITIK DAN PENERAPANNYA Guru : “anak anaak,, apa pendapat kalian tentang politik?”murid :” ga tau buuu... (serempak) tapi kami benci politik bu, katanya politik itu kotor!”

Guru : “eeehhh ga boleh gituu,, Politik itu bagus kok. Gini, ibu kasih tau yaaa.. politik itu merupakan cara yang dilakukan manusia untuk men-capai tujuannya, dan apapun yang kita lakukan pasti ada politiknya, asal untuk kebaikan. ngerti?”

Buyung : “gitu ya bu? waahh politik hebat ya bu? kalo gitu aku jadi suka politik bu, aku akan berpolitik dalam ujian besok!”

Guru : “baguuss.. bagaimana poli-tik buyung agar tujuan dalam ujian besok tercapai?”

Buyung: “ya belajarlah buu,, kan tinggal tanya ama mbah google.”

Guru :” pintaarr,, apa yang mau Buyung tanya ama mbah google nya?”

Buyung: “CARA JITU MENCON-TEK SAAT UJIAN!!”

Guru : 3#%$?>”:??<:??....

Ini SIM Saya …

Pada Kesempatan lain, dicerita-kan juga (buku Moh. Mahfud MD; setahun bersama Gus Dur, kenangan menjadi Menteri di saat sulit) bahwa ada seorang warga Madura ditilang oleh Polisi, karena naik sepeda motor tidak membawa SIM.

“Mana SIM saudara?” tanya polisi. “Ini Pak,”kata orang Madura itu sambil menunjukkan sebuah kartu. “Ini bukan SIM, ini kartu anggota NU” bentak sang polisi lagi. Banyak orang Madura lebih bangga mem-bawa kartu anggota NU daripada membawa KTP.

“Oh, kartu itu tidak bisa jadi SIM ya pak, ini ada SIM punya teman saya,” jawab orang Madura itu lagi. “Mengapa kamu naik sepeda motor memakai SIM orang lain? kamu telah melanggar, kamu akan ditilang!” hardik polisi itu lagi.

“Lho, pak polisi kok marah? saya dipinjami SIM ini secara sah oleh yang punya. Yang punya SIM saja tidak marah, masa pak polisi marah …” tanggap orang Madura itu lagi.

Becak, dilarang masuk !

Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Per-tahanan saat itu, Mahfud MD (buku; setahun bersama Gus Dur, kenangan menjadi menteri di saat sulit) tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik.

Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berati jalan itu tidak boleh dimasuki oleh becak.

“Apa kamu tidak melihat gambar itu? itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini,” bentak pak polisi.” Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak

ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang

mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.

“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? di bawah gambar itukan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk,” ben-tak pak polisi lagi.

“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti ini,” jawab si tukang becak sambil cengengesan.

Senior Kami Saat para setan penggoda manusia dari seluruh dunia, ditanya oleh Boss setan.Cuma tentang para pelaku korupsi,di negara mereka masing masing bertugas selama ini.

Boss: setan Amerika,bagaimana para koruptor di negaramu...?.

Amerika: mereka yang tertangkap di hukum seumur hidupnya.Boss: kamu dari China,bagaimana nasib koruptor disana...?.China: mereka yang tertangkap,pastilah di hukum mati.Boss: kamu setan dari Indonesia,bagaimana koruptor disana..?.Indonesia: maaf no coment, wah saya takut sama mereka.Boss: kenapa...?.Indonesia: masak sih melawan para senior senior saya.

Sumber: www.matiketawa.com

Cerimor (Cerita Humor)

Page 26: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

26

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Penetapan Nomor Urut Capres-Cawapres

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 1 (Satu) Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 2 (Dua) Joko Widodo - Jusuf Kalla.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaku-kan rapat pleno terbuka pengundian nomor urut dan penetapan daftar pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014, di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Minggu (1/6).Rapat yang dihadiri oleh Pimpinan Bawaslu Nasrullah dan Nelson Simanjuntak serta Ketua DKPP, Jimly Ashiddiqie tersebut juga dihadiri oleh pimpinan 10 partai politik pen-gusung masing-masing capres dan cawapres. Pada saat undian, pasangan Prabowo Subian-to dan Hatta Rajasa mendapatkan nomor urut 1 (satu), sedangkan pasangan calon Jokowi dan Jusuf Kalla mendapatkan nomor urut 2 (dua).

Ketua KPU Husni Kamil Manik menyerahkan nomor urut 1 ke-pada pasangan calon Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa pada rapat pleno terbuka pengundian nomor urut dan penetapan daf-tar pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014

Cawapres Hatta Rajasa (kiri) dan Ju-suf Kalla (kanan) mengambil nomor undian untuk menentukan pasangan capres yang mengambil nomor urut yang pertama kali.

Ketua KPU Husni Kamil Manik menyerahkan nomor urut 2 kepada pasangan calon Jokowi dan Jusuf Kalla pada rapat pleno terbuka pen-gundian nomor urut dan penetapan daftar pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 1 (Satu) Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 2 (Dua) Joko Widodo - Jusuf Kalla menunjukkan jarinya sesuai nomor urut yang didapat.

Page 27: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

27

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

WISNU

FALCAO SILABAN

zzzz

FALCAO SILABAN

Pimpinan Bawaslu Nasrullah berjabat tangan dengan calon wakil presiden nomor urut 2, Jusuf Kalla

Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla, Ketua KPU, Husni Kamil Manik beserta anggota, Ketua Bawaslu, Muhammad beserta anggota, Ketua DKPP, Jimly As-shiddiqie beserta anggota hadir dalam Deklarasi Pemilu Berintegritas dan Damai.

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

Pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron berjabat tangan dengan calon wakil presiden nomor urut 2, Jusuf Kalla.ber

DeklarasiPemilu Berintegritas dan Damai

DeklarasiPemilu Berintegritas dan Damai

Calon Presiden dan Wakil Presiden bergandeng tangan dengan Komisioner KPU dan Ketua Bawaslu.

Page 28: Potret Demokrasi Tergambar dari Pers yang Tidak Netral

28

BULETIN BAWASLU, EDISI 06, JUNI 2014

BAD

AN

PENGAWAS

PEMILIHAN

UMU

M

B

A

W

A

S

L

U

-

R

IR

EP

U B L I K

I N D O N E SI A

Pimpinan Bawaslu RI Nasrullah menjadi narasumber dalam pelatihan pengawasan Pemilu di Pontianak Kalimantan Barat 10/6/2014. Sebelum memaparkan materinya, terlebih dahulu beliau melakukan “ice breaking” yang bertujuan untuk memberikan penyegaran kepada peserta pelati-han.

HUMAS

RAJAMONANG SILALAHI

Bawaslu menggelar Rapat Kerja Teknis dalam rangka evaluasi pelak-sanaan Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu) Tahun 2014 di Bali, 14-16 Juni 2014. Ketua Bawaslu RI, Muhammad hadir dalam rakernis tersebut.

HUMAS

HUMAS

Ketua Bawaslu Muhammad bersama Ketua DKPP Jimly Asshidiqie dalam acara HUT DKPP ke 2 di Jakarta 12/6/2014

HUMAS

Pimpinan Bawaslu RI Endang W dan Nasrullah berkesempatan ber-foto bersama dengan jajaran Panwascam dan PPL di Kabupaten Nu-nukan dan sekitarnya, usai dialog pengawasan Pilpres daerah perba-tasan, Jumat (27/6) malam. Panwascam dan PPL merupakan ujung tombak pengawasan pemilu presiden/wapres karena mereka lang-sung bersinggungan dengan masyarakat pemilih.

PIMPINAN Bawaslu, Nasrullah dan Nelson Simanjuntak didampingi Kepala Biro Teknis Pengawasan Pemilu (TP3), Bernad D. Sutrisno melakukan kon-ferensi pers terkait pelanggaran kampanye yang dilakukan pasangan cap-res dan cawapres nomor urut 1 dan 2.

HUMAS

PIMPINAN Bawaslu, Nasrullah memukul gong tanda dibukanya Rakor Stakeholder Pengawasan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 untuk mencapai Pemilu yang bersih, berintegritas dan damai. Rakor ini berlangsung 21-23 Juni 2014 di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta.