KOPERASI DAN PEMASARAN - Kementerian … · Web viewSelama tahun-tahun tersebut di atas, di samping...

94
KOPERASI DAN PEMASARAN DALAM NEGERI

Transcript of KOPERASI DAN PEMASARAN - Kementerian … · Web viewSelama tahun-tahun tersebut di atas, di samping...

KOPERASI DAN PEMASARANDALAM NEGERI

L

B A B X

KOPERASI DAN PEMASARAN DALAM NEGERI

A. KOPERASI

1. Pendahuluan

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara antara lain ditetapkan bahwa Koperasi harus digunakan sebagai salah satu wadah utama untuk membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah. Agar tujuan ini dapat dicapai, dan dengan demikian Koperasi sungguh-sung -guh akan menjadi wahana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak, maka Koperasi harus lebih ditingkatkan peranan dan kemam-puannya. Peningkatan peranan dan kemampuan Koperasi akan dicapai dengan melakukan pembinaan yang terpadu dengan memprioritaskan Koperasi-koperasi di bidang-bidang pertanian, perikanan, perkebunan rakyat dan kerajinan tangan.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Dalam Repelita II ditetapkan program-program pembangunan ko-perasi yang meliputi bimbingan usaha, pembinaan permodalan, pengem-bangan organisasi, pendidikan dan latihan serta peningkatan kegiatan penelitian mengenai koperasi.

Tujuan utama dari pada kegiatan bimbingan usaha adalah me-ningkatkan kemampuan usaha koperasi-koperasi primer. Untuk men-capai tujuan tersebut dilakukan tiga kegiatan. Pertama, kepada tenaga-tenaga di lingkungan koperasi primer diberikan pendidikan dalam bidang tatalaksana usaha. Kedua, kepada koperasi-koperasi primer diusahakan agar mendapat kesempatan untuk melaksanakan kegiatan usaha. Dan ketiga, untuk melaksanakan kegiatan usaha bagi koperasi-koperasi primer, diusahakan agar selalu tersedia dana-dana kredit yang diperlukan dengan syarat-syarat ringan.

653

Pemupukan modal koperasi pada umumnya berjalan sangat lam-bat. Hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa kedudukan ekonomi anggota suatu koperasi pada umumnya lemah. Karena itu maka pemupukan modal koperasi merupakan salah satu kegiatan pembinaan yang diutamakan.

Pembinaan organisasi koperasi-koperasi primer juga terus dilaksanakan. Dengan dilaksanakannya pembinaan organisasi koperasi-koperasi primer, diharapkan partisipasi para anggota dalam kegiatan-kegiatannya semakin besar dan perlengkapan organisasi seperti Rapat Anggota, Pengurus dan Badan Pemeriksa semakin dapat berfungsi secara berhasil guna.

Agar kemampuan berpartisipasi para anggota dalam kegiatan koperasi semakin meningkat maka perlu kegiatan penyuluhan perkoperasian. Kegiatan penyuluhan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pe-ngertian tentang kewajiban dan hak seseorang sebagai anggota kope-rasi serta untuk memberikan pengertian tentang Cara-cara merealisasi-kan hak dan melaksanakan kewajiban tersebut. Di samping penyuluhanjuga dilaksanakan kegiatan penerangan dengan tujuan mempertinggi pengertian masyarakat pada umumnya mengenai koperasi.

Di samping langkah-langkah di atas selama Repelita II juga dilaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian. Penelitian diperlukan untuk meningkatkan usaha pembinaan pengembangan koperasi. Penelitian dilaksanakan untuk : pertama, mendapatkan informasi yang diperlukan dalam rangka menentukan kebijaksanaan atau langkah-langkah yang perlu ditempuh. Dan, kedua, untuk mempersiapkan penyusunan proyek-proyek pembangunan dalam bidang perkoperasian.

654

Pada pertengahan Repelita II dirasakan bahwa peranan Koperasi Unit Desa sebagai salah satu penghimpun kekuatan ekonomi lemah di pedesaan perlu ditingkatkan. Untuk itu dikeluarkan Inpres No. 2 tahun 1978 tentang Badan Usaha Unit Desa/Koperasi Unit Desa. Dalam Inpres tersebut antara lain ditegaskan beberapa pokok pengarahan dan pedoman dalam pengembangan KUD. Pembentukan KUD dilakukan oleh warga desa sendiri dan diatur berdasarkan perundang-undangan perkoperasian yang berlaku. Selanjutnya KUD mempunyai manajemen koperasi dan kelengkapan organisasi, seperti rapat anggota yang memegang kekuasaan tertinggi, Badan Pemeriksa yang

mengawasi kegiatan organisasi dan Pengurus yang menjalankan kepu -tusan-keputusan Rapat Anggota yang tugas sehari-harinya dilaksana - kan oleh manajer. Di samping itu ditegaskan pula bahwa pengurus koperasi dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada rapat anggota. Untuk dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warga desa yang bersangkutan KUD memberikan sarana-sarana pela -yanan di seluruh wilayahnya.

Selanjutnya ditegaskan bahwa KUD sebagai pusat pelayanan untuk berbagai kegiatan perekonomian pedesaan memiliki fungsi - fungsi perkreditan, penyediaan dan penyaluran sarana produksi serta barang-barang keperluan sehari-hari, pengolahan dan pemasaran hasil-hasil produksi dan kegiatan-kegiatan ekonomi yang lain di wi- layah masing-masing. Dalam inpres tersebut juga dinyatakan bahwa setiap warga desa yang mendapatkan pelayanan dari KUD menjadi anggota KUD.

Untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna dalam melayani ke-pentingan para anggota, anggota-anggota KUD dikelompokkan sesuai dengan kegiatan KUD masing-masing di dalam kelompok-kelompok usaha tani, industri/kerajinan, perdagangan dan sebagainya. Seorang anggota KUD dapat masuk dalam lebih dari satu kelompok kegiatan ekonomi.

Guna mendorong pengembangan KUD di setiap kecamatan di-bentuk Badan Usaha Unit Desa yang berfungsi sebagai pembimbing dan pembina KUD yang pengurus dan anggota-anggotanya terdiri dari unsur-unsur pemuka masyarakat seperti camat, pamong desa, guru, ulama dan sebagainya.

3. Hasil-hasil Pelaksanaan Pembinaan Koperasi/KUD

a. Bimbingan dan pembinaan usaha koperasi

Tujuan dari pada kegiatan-kegiatan bimbingan dan pembinaan usaha koperasi adalah meningkatkan kemampuan berusaha koperasi agar semakin mampu berfungsi sebagai organisasi usaha para anggota -nya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penyelenggaraan pendidikan bagi para petugas-petugas koperasi-koperasi primer, terutama petugas-petugas KUD, seperti para manajer, tenaga pembukuan, tenaga per -

655

gudang dan tenaga perkreditan; membuka kesempatan bagi koperasi-koperasi primer untuk melakukan berbagai jenis usaha dan mengusahakan agar bagi koperasi-koperasi primer dapat tersedia fasilitas perkreditan dengan syarat-syarat yang layak. Hasil pembinaan usaha yang dilaksanakan sejak tahun 1973 terlihat dari perkembangan usaha koperasi seperti yang dikemukakan di bawah ini.

(1) Pemasaran pangan

Sejak tahun 1972/73 KUD diberi kesempatan untuk melaksanakan pembelian gabah/beras dari para petani dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar. Sebagian dari gabah atau beras yang berhasil dibeli dari para petani oleh KUD dijual kepada DOLOG setempat untuk kepentingan pengadaan sarana penyangga Pemerintah, sedangkan sisanya dijual di pasaran umum.

TABEL X — 1PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS STOCK NASIONAL OLEH KUD

1973/74 – 1978/79

Tahun Pengadaan Beras Dana Kredit yang diberikanJumlah KUD Jumlah Beras Jumlah KUD Jumlah kredit

(Juta Rupiah)(Ton )

1973/ 1.528 253.933 1.708 12.046,81974/ 1.786 348.645 1.924 18.637,81975/ 2.437 368.015 2.639 18.873,91976/ 2.385 216.009 3.035 17.900,71977/ 2.195 212.179 2.597 17.992,21978/ 2.127 277,370 2.554 17.998,2

Dari Tabel X — 1 tampak bahwa pada tahun 1973/74 KUD yang ikut serta dalam pengadaan pangan berjumlah 1.708 buah dan jumlah beras yang berhasil diserahkan kepada DOLOG-DOLOG setempat oleh KUD mencapai 253,9 ribu ton. Dalam tahun

656

1977/78 jumlah KUD yang ikut serta meliputi 2.597 buah dan beras yang berhasil dikumpulkan mencapai 212,2 ribu ton. Dalam tahun 1978/79 KUD yang ikut serta 2.554 buah dan beras yang berhasil dikumpulkan 277,4 ribu ton. Angka-angka pembelian beras dari petani yang dijual di pasaran umum selama tahun-tahun tersebut disajikan dalam Tabel X — 2.

TABEL X — 2PERKEMBANGAN PENGADAAN BERAS UNTUK PASARAN UMUM OLEH KUD

1973/74 - 1978/79

Tahun Pengadaan Beras

Jumlah KUD Jumlah Beras (Ton)

1973/74 1.528 82.940

1974/75 1.786 133.279

1975/76 2.437 193.331

1976/77 2.385 184.001

1977/78 2.195 173,i76

1978/79 1.951 142.222

(2) Distribusi pupuk dan obat-obatan

Selama tahun-tahun tersebut di atas, di samping melaksanakan usaha pembelian beras, KUD juga memperoleh kesempatan untuk me -laksanakan kegiatan sebagai pengecer pupuk dan obat-obatan perta - nian. Suatu gambaran mengenai perkembangan hasil kegiatan tersebut disajikan dalam Tabel X — 3. Dari tabel tersebut ternyata jumlah KUD yang telah mampu menyelenggarakan penjualan pupuk kepada petani pada MT 1978/79 berjumlah 2.498 atau hampir 2.500 buah. Sedang pada MT 1973/74 jumlah tersebut baru 1.586 buah. Di pihak lain, dari perkembangan jumlah pupuk dan obat-obatan yang berhasil disalurkan tampak bahwa perkembangan kegiatan KUD masing-masing mengalami banyak hambatan yang masih perlu diatasi.

(3) Koperasi perkebunan rakyat

Dalam tahun 1975 kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan kope-rasi-koperasi yang bekerja di bidang perkopraan ditingkatkan lagi. Kegiatan-kegiatan tersebut terutama dilaksanakan di daerah perintis Sulawesi Utara. Hasil-hasil yang dicapai di Sulawesi Utara ternyata

657

TABEL X - 3

PENJUALAN PUPUK DAN OBAT-OBATAN OLEH KUDMUSIM TANAM 1973 - 1978/79

Jumlah KUD RealisasiMusim TanamPupuk(ton) Obat-obatan (Kg/1)

MT-- 1973 1.035 67.930MT-- 1973/74 1.586 314.010 17.662MT-- 1974 1.630 183.474 355.682MT-- 1974/75 2.222 411.953 981.787

MT-- 1975 2.163 277.052 984.169

MT-- 1975/76 2.586 384.888 1.910.113MT-- 1976 2.212 178.853 817.892MT-- 1976/77 2.544 332.619 1.644.653MT-- 1977 2.172 143.449 1.011.525MT-- 1977/78 2.487 279.088 1.347.187MT-- 1978 2.236 122.044 678.582

MT-- 1978/79 2.498 271.969 936.899

telah mendorong daerah-daerah lain, seperti Maluku Utara, Nusa Teng -gara Timur, Riau dan Kalimantan Barat untuk mempergiat kembali usaha-usaha koperasi dalam bidang perkopraan. Gambaran menge-nai perkembangan usaha-usaha koperasi dalam bidang perkopraan se- lama tahun-tahun 1975 - 1978 dapat diperoleh dari Tabel X -- 4.

TABEL X - 4PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI DALAM BIDANG PERKOPRAAN

1975 - 1978

Tahun JumlahKoperasi

ModalKerja

(Juta Rp)

Pembelian Penjualan(Ribu Ton)(Juta Rp) (Ribu Ton)(Juta Rp)

1975 53 395,7 8 , 2 348,1 6 , 5 339 ,5

1976 164 1.989 , 4 41,2 3 . 0 7 8 , 2 38 ,6 3 . 5 1 5 , 4

1977 191 2.715,1 93 ,4 9 . 5 1 0 , 9 8 9 , 3 10.581,9

1978 208 5 . 2 1 5 , 6 134,7 13.976,7 127 ,3 15.467,9

658

Dari Label tersebut tampak bahwa jumlah koperasi yang melak-sanakan kegiatan-kegiatan dalam pemasaran kopra dalam tahun 1975 baru 53 buah. Jumlah tersebut dalam tahun 1978 telah meningkat menjadi 208 buah. Sedang jumlah pembelian kopra yang dalam tahun 1975 baru mencapai 8,2 ribu ton dan penjualannya 6,5 ribu ton, dalam tahun 1978 masing-masing telah meningkat hingga menjadi 134,7 ribu ton dan 127,3 ribu ton.

Pada akhir tahun 1977, dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan harga dasar cengkeh, beberapa KUD turut serta dalam melaksanakan pembelian dan penjualan cengkeh dari para petani. Sejak itu, sampai dengan bulan Maret 1979, KUD yang telah giat melakukan pembelian dan penjualan cengkeh berjumlah 121 buah. Hasil pembelian mereka mencapai 13.492 ton cengkeh kering dengan nilai Rp. 50,328,7 juta, sedang hasil penjualannya berjumlah 12.933 ton cengkeh kering sehargaRp. 52.356,1 juta.

TABEL X — 5PERKEMBANGAN KOPERASI PERIKANAN RAKYAT

1973 — 1978

Tahun JumlahKoperasi

JumlahAnggota

Nilai UsahaJuta Rp.

1973 520 37.138 1.224,21974 526 36.540 1.415,81975 503 34.323 2.372,61976 347 50.330 2.559,61977 299 50.833 2.622,91978 347 51.793 2.648,9

(4) Koperasi perikanan rakyat

Para nelayan di Muncar, Jawa Timur, sejak tahun 1975 dibina dengan jalan mengembangkan KUD. Pada tahun-tahun berikutnya pola pengembangan KUD perikanan rakyat Jawa Timur dilaksanakan juga di tujuh daerah lainnya, yaitu Kotamadya Ambon, Peunayong di Aceh, Bagan Asahan di Sumatera Utara, Pemangkat di Kalimantan Bara t , Muara Angke di DKI Jakar ta Raya, Eretan di Jawa Barat

659

dan Tanjungsari di Jawa Tengah. Perkembangan usaha koperasi per -ikanan rakyat sampai dengan tahun 1978 tampak dalam Tabel X — 5. Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa dalam pengembangan kope-rasi-koperasi perikanan rakyat masih banyak hambatan-hambatan yang harus diatasi.

(5) Koperasi peternakan rakyat

Dalam bidang peternakan telah dikembangkan koperasi-koperasi peternak yang mempunyai usaha-usaha ayam ras, sapi kereman dan sapi potong serta sapi perah. Peternak-peternak ayam ras yang ber-koperasi terdiri atas peternak-peternak ayam yang ikut serta dalam proyek perintis Bimas Ayam. Proyek ini dilaksanakan di wilayah Bogor, Bandung, D.I. Yogyakarta, Malang dan Denpasar.

Kegiatan koperasi dalam bidang usaha sapi kereman terutama meliputi pemasaran sapi yang telah dikerem. Usaha sapi kereman ini merupakan bagian dari Panca Usaha Ternak Potong yang dilaksana- kan di daerah-daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogya- karta.

Koperasi sapi perah yang telah dibina terdapat di propinsi-propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Koperasi-koperasi itu melaksanakan pengumpulan susu dari para peternak dan menjualnya kepada pabrik-pabrik susu serta kepada para konsumen.

(6) Koperasi industri kecil/kerajinan rakyat

Dalam rangka bimbingan usaha di bidang industri dan kerajinan rakyat, beberapa buah Koperasi Industri/Kerajinan Rakyat telah di -ikutsertakan dalam Pameran Dagang Tetap yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Barang-barang yang dipamerkan berupa barang-barang kerajinan rotan, tenun, perkulitan, sepatu, ukir-ukiran kayu, perak, anyam-anyaman dan lain sebagainya.

Koperasi-koperasi yang telah dibina secara intensip adalah Koperasi Rotan Tegalwangi di Cirebon, Koperasi Rotan di Kali - mantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Kecuali

660

koperasi rotan, koperasi-koperasi yang telah dibina secara intensip adalah Koperasi Alat-alat Pertanian di Tegal, Jawa Tengah, Koperasi Alat-alat Rumah Tangga dari besi di Sukabumi, Jawa Barat, Koperasi Keramik Plered di Purwakarta, Jawa. Barat, Koperasi Kerajinan Perak di Kotagede, D.I. Yogyakarta, Koperasi Ukir-ukiran di Jepara, Jawa Tengah, Koperasi Alat-alat Rumah Tangga dari kayu Pondok Pinang, Jakarta, dan Koperasi Barang-barang Kesenian di Bali.

Hasil usaha Koperasi Kerajinan Rakyat dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1978 ditunjukkan dalam Tabel X— 6 di bawah ini.

TABEL X — 6PERKEMBANGAN USAHA KOPERASI KERAJINAN RAKYAT

1973 - 1978

Tahun JumlahKoperasi

JumlahAnggota

N i l a i Usaha( J u t a Rp.)

1973 437 39.774 23.754,41974 430 41.730 24.705,31975 397 31.380 39.310,91976 397 32.380 20.779,41977 286 39.652 21.162,91978 318 32.348 22.498,3

Pembinaan Koperasi Garam Rakyat akhir-akhir ini juga diper -giat. Koperasi ini sejak tahun 1977 diikut sertakan dalam pembelian. garam rakyat dari petani garam untuk menjaga agar para petani tersebut minimal menerima harga yang sama dengan harga dasar yang ditetapkan dan dengan demikian pendapatan mereka dapat me-ningkat. Hasil pembelian mereka dijual kepada P.N. Garam. Dalam melaksanakan kegiatan ini sampai bulan April 1978 KUD yang ber -sangkutan sudah berhasil menjual garam rakyat kepada P.N. Garam sebanyak 131 ribu ton, bernilai Rp. 786,— juta.

661

(7) Perkreditan candak kulak

Semenjak tahun 1976/77 Koperasi-koperasi Unit Desa dibina untuk melaksanakan perkreditan candak kulak. Hasil pembinaan perkreditan ini tampak dari hasil-hasil kegiatan pelaksanaan perkre -ditan seperti yang disajikan dalam Tabel X — 7.

TABEL X—7PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PERKREDITAN CANDAK KULAK

1976/77 — 1978/79Tahun Pelaksanaan Pemberian Pinjaman

JumlahKopera s i

JumlahNasabah

Jumlah Pinjaman(juta Rp )

1 April 1977 533 239.897 929,931 art 1973 1,596 1.205.347 5.899,729 Maret 1979 2.196 812.897 4.844,5

Dari angka-angka yang disajikan dalam Tabel X — 7 tersebut jelas bahwa perkembangan pelaksanaan perkreditan candak kulak selama tiga tahun yang lalu ini sangat menggembirakan. Jumlah koperasi yang ikut serta melaksanakan perkreditan telah meningkat sebanyak 4 kali dibanding dengan tahun yang pertama, nasabahnya meningkat hampir 3,5 kali dan jumlah pinjamannya meningkat lebih dari 5 kali. Gambaran mengenai pelaksanaan perkreditan candak kulak di daerah masing-masing dapat dilihat dari angka-angka yang disajikan dalam Tabel X — 8.

(8) Kegiatan lain-lainDi samping usaha-usaha dalam bidang-bidang di atas di beberapa

daerah telah dirintis pengembangan koperasi untuk berbagai bidang kegiatan, seperti koperasi pedagang pasar, koperasi pengangkutan barang dan penumpang, koperasi penghasil bahan-bahan bangunan dan koperasi listrik pedesaan.

b. Peningkatan permodalan

Untuk meningkatkan kemampuan usaha koperasi-koperasi pri- mer, kegiatan pemupukan modal terus dikembangkan. Modal usaha

662

TABEL X—8PELAKSANAAN PERKREDITAN CANDAK KULAK DI MASING-

MASINGDAERAH PER 29 MARET 1979

No. Propinsi Pelaksanaan Pemberian Pinjaman

JumlahKoperasi

JumlahNasabah

Jumlah Pinjaman

(Juta Rupiah)1. DKI Jakarta 42 8.915 88,62. Jawa Barat 405 151.367 1.115,83. Jawa Tengah 463 243.434 1.114,34. D.I. Yogyakarta 68 38.886 309,95. Jawa Timur 548 231.203 1.293,36. Bali 60 12.616 106,47. Nusa Tenggara Barat 43 10.108 81,28. Nusa Tenggara Timur 20 139 0,79. Sulawesi Selatan 168 54.653 220,910. Sulawesi Tengah 6 124 1,311. Sulawesi Utara 28 7.481 67,612. Sulawesi Tenggara 6 423 3,113. Kalimantan Timur 3 212 2,714. Kalimantan Selatan 12 1.086 7,915. Kalimantan Tengah 6 650 6,116. Kalimantan Barat 6 385 2,717. D.I.Aceh 6 651 8,518. Sumatra Utara 122 13.606 134,819. Sumatra Barat 110 23.694 190,0

20. Riau 6 492 5,221. Jambi 6 197 1,022. Sumatra Selatan 12 1.362 13,0

23. Bengkulu 6 870 6,924. Lampung 44 10.333 62,4

2.196 812.897 4.844,5

663

koperasi yang diperoleh dari simpanan anggota sangat terbatas karena anggota-anggota koperasi pada umumnya terdiri dari golongan eko- nomi lemah. Walaupun demikian permodalan dari simpanan anggota yang pada tahun 1973 berjumlah Rp 6.788,1 juta pada tahun 1978 telah berkembang menjadi Rp 20.074,2 juta.

TABEL X – 9

PERKEMBANGAN SIMPANAN ANGGOTA KOPERASI

1968 DAN 1973 - 1978Tahun Jumlah Simpanan

( J u t a Rupiah)

1968 259,9

1973 6.788,1

1974 8 . 7 6 6 , 5

1975 13.486,7

1976 14.766,4

1977 15.623,6

1978 20.074,2

Di samping permodalan yang diperoleh dari simpanan anggota, permodalan koperasi diperoleh dari pinjaman-pinjaman bank Peme-rintah. Dalam rangka melaksanakan pembelian gabah dan beras dari petani, misalnya, setiap Koperasi Unit Desa yang ikut serta mem-peroleh kredit dengan syarat-syarat ringan dari Bank Pemerintah. Plafond kredit yang disediakan untuk pembelian gabah dan beras tersebut setiap tahun berkisar sekitar Rp 18,0 milyar.

Untuk kegiatan-kegiatan lainnya, pinjaman untuk koperasi dari Bank Pemerintah pada umumnya diperoleh dengan jaminan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi. Perkembangan kredit yang di-jamin oleh Lembaga Jaminan Kredit Koperasi selama tahun-tahun 1973/74 — 1977/78 dan tahun 1978/79 tampak pada Tabel X — 10.

664

GRAFIK X – IPERKEMBANGAN SIMPANAN ANGGOTA KOPERASI

1968,1973 - 1978

665

TABEL X — 10REKAPITULASI PERKEMBANGAN DANA LJKK DAN NILAI KREDIT

YANG DIJAMIN1973/74 - 1978/79

Tahun KUD/KoperasiPenerima Kredit

Dana LJKK Jaminan LJKK N i l a i Kredit(Juta Rp.. )( J u t a Rp.) ( J u t a Rupiah)

1973/74 3.431 3.4.4-0 2.404,4 23.798,01974/75 7.374 5.940 6.519,5 66.074,01975/76 7.560 7.640 14.413,8 98.979,11976/77 5.879 7.640 16.486,6 111.979,11977/73 10.987 7.640 19.598,4 146.750,51978/79 19.030 7.640 21.956,1 147.779,5

Dari tabel tersebut di atas tampak bahwa dengan tersedianya dana jaminan kredit yang jumlahnya Rp 7,64 milyar, pada tahun 1978/79 jumlah kredit yang dapat dinikmati oleh koperasi-koperasi yang ada mencapai Rp 147,8 milyar.

Dengan meningkatnya simpanan anggota dan penyediaan Dana kredit dari Bank, yang sebagian besar diperoleh dengan jaminan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi, maka modal usaha koperasi pada tahun 1978 telah mencapai Rp 92.905,7 juta. Perkembangannya selama tahun-tahun 1973 — 1978 dapat dilihat dari Tabel X — 11.

TABEL X - 11

PERKEMBANGAN MODAL USAHA KOPERASI

1973 - 1978

Tahun Jum lah modal ( J u t a R p . )

19 73 21.858,7

1974 26 .135 ,2

1975 3 8 .8 1 6 ,9

1976 51.799,9

1977 57.243,8

1978 92.905,7

666

Dari tabel di alas tampak bahwa modal koperasi setiap tahun meningkat terus, bahkan dalam tahun 1978 peningkatannya adalah sebesar 62,3 persen.

Dengan meningkatnya permodalan tersebut usaha koperasi-koperasi juga meningkat; hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai usaha seperti tampak di Tabel X — 12.

T A B E L X – 1 2PERKEMBANGAN NILAI USAHA K O P E R A S I

1968 DAN 1973 — 1978

Tahun Jumlah nilai usaha (Juta Rupiah)

1968 73.964,0

1973 61.513,3

1974 88.401,0

1975 144.420,4

1976 149.126,0

1977 7.54.806,0

1978 162.805,0

c. Pembinaan organisasi koperasi

Pembinaan organisasi koperasi terutama bertujuan untuk mengu-sahakan agar organisasi berbagai jenis koperasi, khususnya Koperasi-koperasi Unit Desa, menjadi semakin tertib, sedang perlengkapan or -ganisasinya semakin mampu berfungsi secara berhasil guna sehingga partisipasi para anggotanya dapat semakin berarti. Pembinaan organi -sasi koperasi ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan pendidikan bagi anggota-anggota badan pengurus koperasi-koperasi primer serta anggota-anggota badan pemeriksa, dan juga dengan jalan mengadakan pemeriksaan pembukuan secara teratur.

Perkembangan jumlah koperasi dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1978 tampak dalam Tabel X — 13.

667

GRAFIK X- 2PERKEMBANGAN MODAL USAHA KOPERASI

1973 1978

668

GRAFIK X -3PERKEMBANGAN NILAI USAHA KOPERASI

1968, 1974 - 1978

669

TABEL X - 13PERKEMBANGAN JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA

1968 DAN 1973 — 1973

Tahun Jumlah K o p e r a s i 1968 9 .3 391973 19.975

1974 23.200

1975 23.6791976 2 3 .2 1 4

1977 19.430

1978 17.074

Dari Tabel X — 13 terlihat bahwa jumlah koperasi menurun dari 19.975 pada tahun 1973 menjadi 17.074 pada tahun 1978. Penurunan jumlah koperasi tersebut merupakan akibat dari dilaksanakannya pembinaan KUD yang pada hakekatnya merupakan penggabungan dari koperasi-koperasi pertanian dan koperasi-koperasi desa yang ter -dapat dalam suatu wilayah unit desa.

Gambaran mengenai perkembangan jumlah KUD selama tahun- tahun 1973 — 1978 dapat dilihat dari angka-angka pertumbuhannya yang disajikan dalam Tabel X — 14.

TABEL X — 14PERKEMBANGAN JUMLAH KUD SELURUH INDONESIA

1973 - 1973

Tahun Jumlah Koperasi Unit Desa(KUD)

Belum BerbadanHukum Koperasi

Sudah BerbadanHukum Koperasi

Jumlah

1973 1.752 609 2.3611974 1.591 1.402 2.9931975 1.313 2.201 3.5141976 1.213 2.657 3.8701977 1.159 2.833 4.0421973 1.112 3.332 4.444

670

GRAFIK X- 4P E R K E M B A N G A N K O P E R A S I S E L U R U H I N D O N E S I A

1 9 6 8 , 1 9 7 3 - 1 9 7 8

671

Dari tabel tersebut tampak bahwa dalam tahun 1973 dari 2.361 KUD, 609 buah telah berbentuk badan hukum. Dalam tahun 1978 perbandingan tersebut meningkat menjadi 3.332 buah dari 4.444 KUD.

Perkembangan jumlah anggota koperasi merupakan indikasi penting dari perkembangan organisasi koperasi. Dari Tabel X — 15 tampak bahwa sejak tahun 1973 sampai akhir tahun 1977 jumlah anggota koperasi telah meningkat dari 2,972 ribu orang menjadi 7.483 ribu orang. Pada tahun 1978 jumlah tersebut telah menjadi 7.610 ribu orang.

TAB E L X — 15PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER

1968 DAN 1973 – 1978(dalam ribuan)

Jenis 1968 1973 1974 1975 1976 1977 1978

Koperasi BidangPertanian 273 513 3 . 35 8 6 . 17 9 6.179 6 . 1 8 2 6.287

Koperasi BukanPertanian 1.236 2 .459 1 .432 1.267 1 . 3 0 0 1.301 1.323

Jumlah 1.509 2 , 97 2 4 .790 7 .446 7 .479 7 .483 7.610

d. Pendidikan, penyuluhan dan penerangan perkoperasian

Dalam rangka usaha meningkatkan kemampuan koperasi, khu- susnya Koperasi-koperasi Unit Desa, telah diselenggarakan kursus-kursus dan latihan ketrampilan bagi para manajer dan karyawan Ko-perasi/KUD, kursus-kursus dan penyuluhan mengenai perkoperasian bagi para anggota pengurus, badan pemeriksa, para kader koperasi dan para anggota koperasi/KUD. Di samping itu untuk memberikan pengertian perkoperasian bagi warga masyarakat pada umumnya juga diadakan kegiatan-kegiatan penerangan.

672

Kursus-kursus bagi para manajer dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan para manajer dalam mengelola usaha Koperasi/KUD, termasuk bidang keuangannya. Sedang kursus-kursus bagi para kar-yawan koperasi dilaksanakan sesuai dengan bidang kegiatan koperasi masing-masing.

GRAFIK X - 5PERKEMBANGAN JUMLAH KUD SELURUH INDONESIA,

1973-1978

673

GRAFIK X - 6PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER

1968, 1973 - 1978

674

Kursus-kursus bagi para anggota pengurus mencakup pengetahu- an dasar tentang perkoperasian, tatalaksana usaha, permodalan dan pembukuan. Kursus-kursus bagi anggota badan pemeriksa, di samping mencakup pengetahuan dasar tentang perkoperasian, tatalaksana usa-ha, permodalan dan pembukuan juga meliputi pengetahuan tentang akuntansi dan pemeriksaan.

Bagi para leader koperasi diselenggarakan kursus-kursus yang mencakup pengetahuan perkoperasian dan metoda penyampaian penge-tahuan perkoperasian itu kepada para anggota yang lain dan kepada calon-calon anggota koperasi/KUD.

Perincian perkembangan jumlah tenaga dari gerakan koperasi yang telah berkesempatan mengikuti kursus-kursus dan latihan-latihan kerja sejak tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1978/79 dapat di - ikuti dari Tabel X — 16.

Dari tabel tersebut tampak bahwa tenaga-tenaga dari gerakan koperasi yang telah berkesempatan untuk mengikuti kursus perko-perasian terus meningkat dari 6.000 orang dalam tahun 1973/74 menjadi 12.422 orang dalam tahun 1977/78 dan 12.643 orang dalam tahun 1978/79. Dan dalam waktu 6 tahun tersebut tenaga dari gerak-an koperasi yang berkesempatan mengikuti kursus berjumlah 52.548 orang. Dari tabel tersebut juga tampak bahwa jumlah manajer yang dilatih setiap tahun juga meningkat.

Untuk memperkokoh organisasi koperasi dan meningkatkan ke-mampuan usaha koperasi, pendidikan perkoperasian juga diberikan kepada para pembina koperasi dari lingkungan Pemerintah. Untuk mereka diselenggarakan kursus-kursus dan latihan-latihan dalam bi -dang-bidang akuntansi, administrasi, perkreditan, auditing, perenca -naan, penilaian proyek, penyuluhan perkoperasian dan sebagainya.

Perkembangan jumlah tenaga dari lingkungan Direktorat Jende- ral Koperasi yang memperoleh pendidikan pembina perkoperasian ditunjukkan dalam Tabel X — 17.

675

TABEL X - 16PERKEMBANGAN JUMLAH KADER DARI LINGKUNGAN

GERAKAN KOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN1973/74 - 1978/79

676

TABEL X — 17PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA DARI LINGKUNGAN

DIREKTORAT JENDRAL KOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDI-DIKAN PEMBINA PERKOPERASIAN

1973/74 - 1973/79

Dari tabel tersebut ternyata bahwa jumlah tenaga pembina dari lingkungan Pemerintah yang telah mengikuti kursus telah meningkat dari 262 orang dalam tahun 1973/74 menjadi 1.295 orang dalam tahun 1977/78. Dalam tahun 1978/79 yang berkesempatan mengikuti kursus berjumlah 1.406 orang.

e. Penelitian perkoperasianPenelitian perkoperasian dimaksudkan untuk memperoleh data

yang diperlukan untuk penentuan kebijaksanaan dan atau langkah -

677

langkah yang ditempuh dalam pembinaan koperasi serta untuk me-nyusun suatu proyek pembangunan perkoperasian. Penelitian perko-perasian yang dilaksanakan selama Repelita II adalah seperti di bawah ini.

Dalam tahun 1973/74 penelitian yang diadakan antara lain me -liputi kemungkinan-kemungkinan mengenai Pengikutsertaan KUD dalam Bimas di Kalimantan Selatan, Peranan Koperasi di bidang Kerajinan Rakyat dan Industri Kecil di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, Peningkatan perkreditan dan permodalan Koperasi di Sula-wesi Selatan, Peningkatan usaha Koperasi di sektor pertanian di Bo-gor, Jawa Barat.

Dalam tahun 1974/75 penelitian yang dilaksanakan meliputi po -tensi Tabungan Pedesaan di Semarang, Jawa Tengah, Pemasaran sayur-mayur oleh Koperasi di Jawa Barat, Peranan Koperasi dalam pengembangan tanaman perdagangan di Jawa Tengah, Sulawesi Uta -ra dan Selatan. Kemungkinan pembangunan Koperasi Tambak di Jawa Tengah, Pengembangan Koperasi perikanan laut di Sumatera Barat, Peranan Koperasi dalam pembinaan usaha pertanian di daerah transmigrasi Kalimantan Selatan, Kemungkinan pemasaran ternak oleh Koperasi di Nusa Tenggara Barat serta mengenai pembinaan Koperasi cengkeh dan Pala di Maluku.

Dalam tahun 1975/76 telah dilaksanakan penelitian-penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan dalam pengembangan Koperasi peternakan di Lampung, Penanganan pemasaran kopi oleh Koperasi di Bengkulu, Modernisasi usaha pertambakan ikan melalui Koperasi di Jawa Tengah, Masalah-masalah yang menyangkut investasi untuk pemasaran Kerajinan Rakyat oleh Koperasi di DI Yogyakarta, Pe -ranan Koperasi dalam menangani masalah lada di, Sumatera bagian Selatan dan Penanganan masalah tembakau oleh Koperasi di Jawa Timur.

Penelitian-penelitian yang dilaksanakan dalam tahun 1976/77 mencakup Identifikasi masalah pemasaran sapi kereman PUTP dan Kemungkinan ikutsertanya Koperasi dalam pemasarannya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Identifikasi masalah pemasaran ikan pin -

678

dang dalam rangka meningkatkan peranan KUD di bidang perikanan di Jawa Timur, Kemungkinan pembangunan Pusat Koperasi Petani di Walenrang dan Mangkutana, Luwu, dan pengembangan Koperasi-koperasi kerajinan rotan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Cirebon, Jawa Barat, pengembangan Koperasi-koperasi kerajinan ukiran di Jepara, Jawa Tengah, nilam di DI Aceh dan kulit di Ci-baduyut, Jawa Barat dan Magetan, Jawa Timur. Kemungkinan pe -ngembangan Perikanan Rakyat melalui KUD di Kodya Ambon, Peunayong, DI Aceh, Bagan Asahan, Sumatera Utara, Pemangkat, Kalimantan Barat, Pemalang, Jawa Tengah Muncar, Jawa Timur, dan penelitian mengenai Peranan Koperasi dalam memobilisir Ta- bungan Pedesaan di Semarang, Jawa Tengah.

Penelitian-penelitian yang dilaksanakan dalam tahun 1977/78 an-tara lain meliputi Feasibility Study dan Project Design mengenai pem -bangunan Farmers Cooperative Centre di Luwu, Sulawesi Selatan, Feasibility Study dan Project Design pemasaran ikan pindang di Jawa Timur, serta Feasibility Study dan Project Design pemasaran karet rakyat di Sumatera Utara.

Selanjutnya, dalam tahun 1978/79 telah dilaksanakan Penelitian Hasil-hasil KUD/Koperasi dalam menangani ikan pindang di Jawa Timur, Feasibility Study mengenai kemungkinan usaha ternak potong oleh KUD di daerah transmigrasi Luwu, Sulawesi Selatan, penyusunan Project Design untuk pelaksanaan usaha sapi bakalan oleh KUD di DI Aceh dan Sumatera Utara, Feasibility Study mengenai kemungkinan pemasaran sapi kereman oleh KUD di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Investigasi KUD untuk penetapan KUD Model dalam rangka pelaksa -naan Inpres No. 2/1978 di Sumatera Barat, Pra Feasibility Study menge-nai cara-cara Penyaluran bahan pokok oleh KUD di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara, Survey mengenai ke-mungkinan pemasaran kopi oleh KUD/Koperasi di Sulawesi Utara, Survey mengenai masalah pembinaan Koperasi Sekolah dan Koperasi Perguruan Tinggi di Jawa Timur, Survey mengenai hasil-hasil diversifi -kasi pertanian oleh KUD/Koperasi di Jawa Tengah, dan Survey me-ngenai cara-cara peningkatan pelayanan oleh KUD untuk para ang-gotanya di Jawa Timur.

679

B. PEMASARAN DALAM NEGERI

1. Pendahuluan

Dalam Repelita II ditetapkan bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam bidang perdagangan dalam negeri terutama dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut. Pertama, menjaga agar harga bahan-bahan produksi dan barang-barang konsumsi pada umumnya stabil. Kedua, mengusahakan agar pengadaan dan penyaluran bahan- bahan dan barang-barang, baik yang merupakan sarana produksi mau- pun yang untuk konsumsi, terutama yang merupakan bahan-bahan kebutuhan pokok, dapat selalu terlaksanakan dengan berhasil guna dan berdaya guna. Ketiga, mengusahakan perluasan pasaran untuk bahan-bahan dan barang-barang hasil produksi dalam negeri baik di pasaran dalam negeri maupun di pasaran luar negeri. Keempat, mengembangkan kepastian usaha dan mengurangi sejauh mungkin persaingan yang tidak sehat dalam dunia perdagangan. Kelima, melaksanakan kegiatan- kegiatan dalam rangka perluasan lapangan usaha dalam bidang perdagangan. Dan keenam, memperbesar peranan dan partisipasi para pedagang golongan ekonomi lemah dalam usaha-usaha perdagangan.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkahUntuk menjaga agar harga bahan-bahan dan

barang-barang konsumsi stabil, maka langkah yang diambil pertama-tama adalah mengusahakan supaya persediaan barang-barang dan bahan-bahan tersebut selalu dapat mengimbangi permintaan pada tingkat

680

harga yang wajar. Untuk itu, dan untuk mengusahakan agar pengadaan dan penyaluran bahan-bahan dan barang-barang, terutama yang mem-punyai posisi strategis dalam perekonomian bangsa, dapat terlaksanakan secara berhasil guna dan berdaya guna, maka sejak tahun 1975/76 langkah yang ditempuh antara lain ialah menyelenggarakan sarana penyangga atau stock nasional yang memadai. Kebijaksa- naan tersebut meliputi beberapa jenis bahan penting tertentu seperti beras, gula, pupuk, semen, besi beton, kopra, cengkeh, garam, kertas

koran, ban mobil, bahan baku song dan benang tenun. Pelaksanaan kebijaksanaan ini dalam tahun 1977 mulai berkurang sebab sejak tahun itu penyediaan bahan-bahan tersebut di pasaran makin lancar, antara lain karena makin berkembangnya produksi bahan-bahan tersebut di dalam negeri.

Kebijaksanaan 15 Nopember 1978, sangat menggairahkan ke -giatan-kegiatan ekspor. Untuk menjaga agar harga barang-barang kebutuhan rakyat tetap wajar maka telah diadakan pembatasan ekspor bagi 20 komoditi yang meliputi pupuk, semen, besi baton, ban mobil, garam, kertas, asphalt, gula, jagung, kedele, beras, kopra, minyak kelapa, minyak sawit, stearin, ternak, daging, olein dan minyak inti kelapa sawit.

Dalam rangka memperlancar pengadaan pupuk untuk para pe- tani, dan mengingat terbatasnya persediaan pupuk pada tahun 1974 ditempuh kebijaksanaan penyaluran yang mengutamakan petani-pe- tani Bimas dan Inmas. Sejak tahun 1976 persediaan pupuk, terutama pupuk urea, sangat meningkat dan sejak itu sistem penyaluran pupuk diperlonggar. Pelonggaran tersebut dimaksudkan agar semua petani, pun yang bukan peserta Bimas atau Inmas dapat memperoleh pupuk setiap saat mereka memerlukan dan pada tingkat harga yang sesuai dengan yang ditentukan Pemerintah.

Sebagai akibat peningkatan pendapatan rakyat sejak permulaan Repelita I konsumsi minyak goreng dalam negeri meningkat terus. Akibatnya walaupun produksi kopra terus meningkat, untuk memenuhi kebutuhan sejak tahun 1977 negara kita terpaksa mengimpor minyak kelapa/kopra dan sejak itu ekspor kopra dilarang. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat produksi minyak goreng dari bahan baku kelapa sawit mulai dikembangkan.

Dalam rangka usaha memperluas pasaran barang-barang industri dalam negeri, sejak tahun 1975 diselenggarakan kegiatan penyeleng-garaan pusat-pusat pameran dagang di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya. Pusat-pusat pameran dagang tersebut merupakan pusat-pusat pameran bagi barang-barang hasil produksi dalam negeri. Selanjut - nya, untuk menunjang pemasaran barang-barang produksi dalam

681

negeri dalam tahun 1975 telah dikeluarkan Keppres tentang Pelaksa-naan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di mana ditetapkan bahwa Departemen/Lembaga dalam melaksanakan pembelian ba- rang-barang harus mengutamakan hasil produksi dalam negeri.

Perkembangan daya guna dan hasil guna kegiatan pemasaran pada umumnya dan kegiatan perdagangan pada khususnya banyak ditentu -kan oleh keadaan dan perkembangan dalam bidang-bidang prasa - rana perhubungan, perbankan, administrasi Pemerintahan dan lain-lain-nya. Namun demikian, betapa pun juga memadainya prasarana ter- sebut, daya guna dan hasil guna kegiatan-kegiatan perdagangan akan tetap rendah apabila daya guna kegiatan-kegiatan perusahaan-perusa-haan yang ada masih rendah. Demikianlah maka dalam rangka usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pemasaran pertama-tama telah diadakan pembinaan terhadap perusahaan-perusahaan perdagangan milik negara dan terhadap perusahaan-perusahaan penunjang perda -gangan seperti surveyor, makelar dan lain-lainnya, agar perusahaan-perusahaan tersebut dikelola secara mantap dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat.

Sistem perizinan sejak tahun 1978 disederhanakan. Dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi tertanggal 9 Maret 1978 wewenang untuk menandatangani Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) telah dilimpahkan dari Kepala Kantor Wilayah Perdagangan kepada Kepala Kantor Perdagangan. Dengan demikian para pedagang dapat memiliki izin usaha dengan jalan yang sederhana dan pendek. Lagi pula, berbeda dari sebelumnya, dengan Surat Keputusan tersebut pedagang yang bersangkutan tidak perlu lagi melakukan sendiri peng-urusan SIUP tetapi dapat menguasakannya kepada orang lain.

Di samping hal-hal yang disebutkan di atas untuk mempertinggi daya guna dan hasil guna kegiatan-kegiatan perdagangan serta untuk mengembangkan usaha maka telah diusahakan pula adanya pengem-bangan prasarana kelembagaan.

Sejak tahun 1974/75, telah disusun konsep standar konsensus barang. Sampai tahun 1978/79 penyusunan konsep tersebut telah meli-puti 100 jenis komoditi. Atas dasar konsensus tersebut telah ditetap -

682

kan standar mutu barang-barang ekspor untuk 49 jenis komoditi. Dengan standar mutu barang-barang tersebut akan semakin besar kesempatan bagi para produsen untuk memperoleh harga yang sesuai dengan kwalitas yang mereka hasilkan. Sedang bagi para pembeli akan semakin besar kesempatan untuk memperoleh barang dengan kwalitas yang diinginkan pada tingkat harga yang wajar.

Selain standar mutu barang ekspor, dalam rangka melindungi pro -duk dalam negeri juga telah disusun standar untuk beberapa jenis barang industri dan barang konsumsi hasil produksi dalam negeri. Dengan adanya standar mutu itu diharapkan para produsen yang ber -kepentingan akan menyesuaikan produksinya dan dengan demikian mutu hasil produksi mereka akan bertambah baik sehingga daya sa -ingnya terhadap barang impor meningkat.

Untuk meningkatkan ketertiban dalam pengukuran barang-barang yang diperdagangkan sejak tahun 1975/76 telah diusahakan penyem-purnaan Undang-undang Tera beserta peraturan-peraturan pelaksana -annya. Di samping itu penyediaan sarana kemetrologian dan sarana peneraan ulang alat-alat ukur yang dipakai dalam perdagangan dileng-kapkan. Selanjutnya untuk perluasan pelayanan tera ulang dan untuk pengawasan serta pengembangan kegiatan-kegiatan kemetrologian telah ditingkatkan pula kemampuan tenaga-tenaga penera pada kantor met-rologi di daerah-daerah.

Suatu sistem pemasaran tidak akan dapat cukup berdaya guna dan berhasil guna apabila prasarana dan sarananya belum memadai. Dalam hubungan ini maka selama Repelita II pengembangan prasarana dan sarana pengangkutan dan perhubungan dilaksanakan dengan giat. Khusus dalam sektor perdagangan telah dilaksanakan pembangunan prasarana pergudangan.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia Bagian Timur akan bahan bakar minyak dan pelumas, sejak tahun 1978/79 Peme -rintah telah mengadakan program Pengadaan dan Distribusi Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BBMP) di wilayah tersebut. Pelaksanaan program ini dimulai dengan mengadakan pembangunan jaringan su -

683

plai (distribution terminals) yang untuk tahap pertama diprioritaskan di propinsi-propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya.

Dalam rangka peningkatan daya guna dan hasil guna kegiatan perdagangan itu juga ditempuh langkah-langkah khusus dalam bidang perdagangan cengkeh, garam rakyat, kopra dan pupuk.

Sejak dikeluarkannya Keputusan Bersama Menteri Perdagangan, Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi dan Menteri Dalam Negeri tertanggal 6 Juni 1977 perdagangan cengkeh antar pulau dapat dilaksanakan dengan bebas. Keputusan tersebut juga menentukan suatu harga dasar bagi cengkeh. Di samping itu juga menentukan bahwa KUD merupakan salah satu badan yang dapat berpartisipasi dalam pemasaran cengkeh.

Untuk garam rakyat juga ditetapkan suatu harga dasar. Para petaninya dapat menjual garam yang mereka hasilkan kepada KUD setempat dengan harga dasar. Sedang KUD tersebut dapat menjualnya kepada PN Garam pada tingkat harga yang telah ditentukan.

Di bidang perkopraan sejak tahun 1975 KUD-KUD setempat didorong agar giat dalam pemasaran. Khusus di daerah-daerah perin-tisan pengembangan KUD pembelian kopra dari petani dilakukan oleh KUD dengan catatan bahwa petani yang berproduksi 5 ton atau lebih sekali panen dapat menjual kopranya secara bebas. Selanjutnya ditentukan bahwa alokasi bagi para pengusaha niaga antar pulau yang sebelumnya ditetapkan sebulan sekali, mulai tahun 1978 ditentukan untuk tiap 6 bulan. Dan lagi sejak tahun itu pembelian oleh para pengusaha niaga

684

diarahkan agar pembelian kopra dimungkinkan secara merata dan tidak terikat pada suatu wilayah/propinsi, sesuai dengan perkembangan produksi masing-masing daerah.

Mengenai langkah-langkah yang telah ditempuh dalam rangka memperluas lapangan usaha dalam bidang pemasaran pada umumnya dan perdagangan pada khususnya, serta untuk meningkatkan peranan para pengusaha golongan ekonomi lemah, terutama dapat dikemukakan hal-hal berikut.

Sebagai pelaksanaan dari pada Undang-undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri maka pada tahun 1977 dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 36/1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan hal-hal sebagai di bawah ini.

a. Perusahaan perdagangan asing agar:

(1) mengalihkan kegiatan usahanya ke bidang industri atau bidang produksi lainnya;

(2) mengalihkan pemilikan atas perusahaan kepada perusahaan perdagangan nasional atau perorangan warganegara Indonesia; atau

(3) apabila ada induk perusahaannya di luar negeri, menunjuk perusahaan perdagangan nasional sebagai penyalur/agen dan atau membuka perwakilan perusahaan perdagangan asing.

b. Perusahaan perdagangan asing domestik agar :(1) mengalihkan kegiatan usahanya ke bidang industri atau bidang

produksi lainnya; atau

(2) mengalihkan pemilikan atas perusahaan kepada perusahaan perdagangan nasional atau perorangan warganegara Indonesia.

Di samping itu pada tahun 1978 dikeluarkan keputusan yang mengatur hal-hal tentang Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa suatu perwakilan perusahaan perdagangan asing :

i. hanya diperkenankan melakukan kegiatan memperkenalkan dan memajukan pemasaran barang-barang;

ii. hanya diperkenankan melakukan penelitian pasar dan pengawas-an penjualan;

iii. tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan perdagangan dalam arti melakukan suatu perikatan/transaksi penjualan; dan

685

iv. hanya diberikan izin usaha untuk satu tempat saja untuk seluruh wilayah Indonesia.Sejak tahun 1974/75 usaha-usaha peningkatan

peranan pedagang golongan ekonomi lemah memperoleh perhatian utama. Para peda-gang kecil golongan ekonomi lemah pada umumnya terutama menghadapi persoalan fasilitas perkreditan, persoalan kekurangan ketrampilan dan persoalan kesempatan berusaha. Yang terlemah di antara mereka banyak pula yang menghadapi kesukaran untuk memperoleh tempat berjualan yang cocok.

Dalam rangka membantu mengatasi persoalan-persoalan di atas sejak menjelang akhir Repelita I disediakan fasilitas perkreditan Kredit Investasi Kecil dan Kredit Modal Kerja Permanen, atau KIK dan KMKP. Kemudian disediakan pula apa yang dikenal dengan Kredit Mini. Dan sejak tahun 1976 disediakan Kredit Candak Kulak yang pelaksanaannya dilakukan oleh Koperasi.

Di samping penyediaan fasilitas perkreditan, sejak tahun 1975/76 setiap tahun dilaksanakan penataran untuk meningkatkan pengetahu- an para pedagang kecil golongan ekonomi lemah. Mereka yang telah ditatar juga diberi kesempatan untuk mendapatkan kesempatan berkonsultasi secara teratur. Selanjutnya untuk membantu penyediaan tempat berdagang sejak tahun 1976/77 untuk pemerintah-pemerintah kabupaten yang bermaksud membangun dan atau memugar pasar disediakan kredit yang berjangka waktu 10 tahun dan tanpa bunga. Penyediaan kredit itu sangat perlu karena tanpa bantuan itu Pe- merintah-pemerintah Daerah yang perlu membangun atau memugar pasar harus menggunakan dana kredit yang berjangka waktu terlalu pendek dengan bunga yang cukup tinggi sehingga pada umumnya terhadap para pedagang yang akan menempati pasar yang sudah dibangun atau dipugar perlu dipungut pembayaran 686

yang tinggi pula.Dalam usaha meningkatkan kesempatan berusaha

Serta memberi kepastian dan perlindungan usaha bagi pedagang golongan ekonomi lemah sejak tahun 1970 diciptakan sistem usaha tataniaga terkendali yang dikenal dengan sebutan "Approved Trader System" Sistem tataniaga terkendali ini diberlakukan untuk beberapa jenis komoditi tertentu seperti lada, sayur mayur, kopi, tembakau, biji dan minyak ke-

lapa sawit, cengkeh, kina, kulit hewan, garam dan semen. Dalam pelak -sanaan sistem ini selama Repelita II telah ditunjuk 767 pedagang. Di antaranya, sebanyak 516 orang adalah pedagang golongan ekonomi lemah.

Akhirnya dalam rangka membantu para pengusaha kecil golong- an ekonomi lemah ini dalam bulan Maret yang lalu telah ditentukan dalam Keppres No. 14 tahun 1979, tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bahwa :

a. untuk pemborongan/pembelian yang bernilai sampai dengan Rp 10.000.000,— (sepuluh juta rupiah) harus dilaksanakan oleh pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah dengan menguta-makan pemborong/rekanan setempat;

b. untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atas Rp 10.000.000,— (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp 25.000.000,— (dua puluh lima juta rupiah) diadakan pelelangan antara pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah dengan mengutamakan pemborong/rekanan setempat;

c. untuk pemborongan/pembelian yang bernilai di atasRp 25.000.000,— (dua puluh lima juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000,— (lima puluh juta rupiah) diadakan pelelangan dengan memberikan kelonggaran kepada pemborong/rekanan go-longan ekonomi lemah sebesar 5% (lima persen) di atas harga penawaran dari peserta yang tidak termasuk dalam golongan eko- nomi lemah.

Di samping langkah-langkah tersebut di atas selama Repelita II juga ditempuh langkah-langkah untuk melindungi kepentingan kon -sumen. Langkah-langkah itu antara lain berbentuk bantuan kepada Lembaga Konsumen dalam menghimpun dan menyebar luaskan in-formasi yang diperlukan untuk melindungi para konsumen.

Di samping itu dalam rangka perlindungan konsumen ini juga telah dibangun laboratorium-laboratorium yang diperlukan untuk menguji mutu sesuatu barang atau untuk menguji ketepatan alat - alat takaran dan timbangan yang digunakan oleh penjual.

687

3. Hasil-hasil KebijaksanaanHasil dari pada langkah-langkah yang ditempuh

untuk menjaga stabilitas harga-harga dapat dilihat dari Tabel-tabel X — 18, X — 19, X — 20, X — 21, X — 22 dan X — 23. Tabel-tabel tersebut masing-masing menunjukkan perkembangan harga semen, besi baton, minyak goreng, gula pasir, minyak tanah dan tekstil di beberapa kota selama tahun-tahun 1973/74 — 1977/78 dan dalam tahun 1978/79.

Tingkat hasil guna pengadaan dan penyaluran bahan-bahan tersebut dapat diketahui dari kenyataan bahwa selama tahun-tahun tersebut kebutuhan akan barang-barang dan bahan-bahan tersebut pada umumnya dapat terpenuhi.

Keberhasilan dalam penyelenggaraan pusat-pusat pameran dagang dapat dilihat dari perkembangan jumlah pengusaha yang ikut serta sejak diselenggarakannya kegiatan tersebut. Dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1977/78 jumlah yang ikut serta dalam pameran tersebut telah berkembang dari 100 perusahaan dalam tahun 1975/76 menjadi 310 perusahaan dalam tahun 1977/78. Sedang dalam tahun 1978/79 jumlah yang ikut serta sebanyak 350 perusahaan. Di samping itu pusat-pusat pameran dagang tersebut ternyata telah dimanfaatkan sebagai pusat informasi pasar mengenai barang-barang hasil produksi dalam negeri baik oleh para pedagang yang berkepentingan dan oleh produsen barang-barang tersebut.

Dalam bab mengenai pangan dan gizi serta dalam bab mengenai koperasi telah dikemukakan hasil-hasil pembangunan gudang-gudang yang telah dilaksanakan selama tahun-tahun 1973/74 — 1978/79. Dalam masa Repelita II juga telah selesai dibangun gudang-gudang pupuk yang seluruhnya berkapasitas 688

324.500 ton. Pembangunan gudang-gudang pupuk tersebut sebagian dijalankan oleh PT Pusri dan sebagian ditangani oleh Departemen Perdagangan dan Koperasi. Dengan adanya fasilitas pergudangan tersebut, ditambah dengan gudang milik PT Pertani yang telah ada dan yang kapasitas seluruh- nya berjumlah 368.400 ton, penyimpanan dari penyaluran pupuk di wilayah-wilayah kabupaten untuk sementara tidak akan menimbulkan kesukaran yang berarti lagi.

TABEL X - 18

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1973/74-1978/79

(Rp/zak)

M e d an

1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

April 888 2.050 1.325 1.421 1.182 1.255

Juli 950 1.719 1.200 - 1.151 1.367

Oktober 975 1.613 1.200 1.258 1.375 1.278

Januari 2 4 6 3 1.581 1.200 1.260 1.284 2.275

J a k a r t a

1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

April 810 1.813 1.475 1.750 1.200 1.225

J u l i 825 1.475 1.637 1.480 1.225 1.250

Oktober 963 1.425 1.750 1.225 1.200 1.200

Ja n u a r i 2.875 1.425 1.750 1.250 1.344 1.437

S u r a b a y a

1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

April 735 1.756 1.550 1.788 1.325 1.481

J u l i 855 1.701 1.638 1.725 1.435 1.475

Oktober 1.206 1.450 1.650 1.358 1.388 1.525

Januari 2.175 1.438 1.590 1.350 1.480 1.381

689

GRAFIK X – 7PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMEN

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1973/74 – 1978/79

690

T A B E L X — 19PERKEMBANGAN RATA - RATA HARGA ECERAN BESI BETON DI JAKARTA,

1974/75 - 1978/79 (Rp/Kg)

1974/75 1975/76 19 7 6 / 77 1977/78 1978/79

April 19 5 ,4 1 184,81 152,20 125,59 124,98

Juli 196,88 149,84 152,24 125,60 124,98

Oktober 184,78 149,82 152,24 125,67 124,98

Januari 182,72 1 5 1 , 8 1 1 5 2 , 2 4 1 2 4 , 3 9 192,56

691

GRAFIK X – 8PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BESI BETON DI JAKARTA

1973/74 – 1978/79

692

TABEL X - 20PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA

1973/74-1978/79(Rp/Botol)

693

GRAFIK X - 9PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA1973/74-1978/79

694

TABEL X - 21

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA

1971/74 - 1978/79

( Rp/Kg )

M e d a n1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

April 137,50 146,35 179,80 195,75 197,12 225,00

J u 1 i 136,00 147,75 175,00 190,00 208,25 234,00

Oktober 139,25 147,75 177,08 190,00 206,50 233,20

Januari 139,50 161,50 185,00 187,50 218,00 239,60

J a k a r t a

1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

April 130,36 149,41 173,37 190,64 195,66 219,44

J u 1 i 134,04 143,72 176,41 189,86 206,71 224,78

Oktober 135,61 143,47 173,86 190,36 205,49 218,99

Januari 138,84 166,28 185,49 191,01 212,44 235,00

S u r a b a y a

1973/74 1974/75 1975/76 1976/77 1977/78 1978/79

April 123,75 132,60 163,50 184,37 194,62 218,25

J u 1 i 125,00 131,63 161,70 175,00 195,75 220,50

Oktober 126,00 125,70 163,75 178,00 190,00 218,90

Januari 128,25 151,25 174,00 177,00 206,70 224,10

695

GRAFIK X - 10

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA

1971/74 - 1978/79

( Rp/Kg )

696

TABEL X - 22PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH DI MEDAN,

JAKARTA DAN SURABAYA, 1973/74 - 1978/79

(Rp / botol)

697

GRAFIK X - 11PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1973/74 - 1978/79

698

TABEL X - 23

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASAR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA

1973/74 - 1978/79(Rp/Meter)

699

TABEL X - 23PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASAR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA

1973/74 - 1978/79(Rp/Meter)

700

TABEL X — 24REALISASI PENYALURAN PUPUK

(ton)

75.009 ton, dalam MT 1974/75 410.451 ton dan 137.509 ton, dalam MT 1977 408.763 ton dan 99.939 ton; dan dalam MT 1977/78 sebe -sar 482.085 ton dan 132.849 ton. Dalam MT 1978 jumlah tersebut masing-masing mencapai 407.676 ton dan 116.892 ton; dan dalam MT (978/79 612.224 ton dan 151.194 ton.

701

Di samping itu dalam tahun 1977/78 di Cakung, suatu tempat yang terletak kurang lebih 9 Km sebelah Selatan Tanjung Priok, telah selesai pula dibangun suatu kompleks pergudangan yang seluruhnya berkapasitas lebih kurang 1,2 juta ton. Dalam kompleks pergudangan itu terdapat gudang tertutup, gudang khusus peti kemas, gudang khusus barang-barang berbahaya serta fasilitas penyimpanan terbuka. Kompleks pergudangan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-barang dan sebagai entrepot umum.

Gambaran mengenai hasil dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang khusus diarahkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemasaran bahan-bahan tertentu dapat dikemukakan sebagai berikut.

Dengan adanya ketentuan sejak tahun 1976 bahwa perdagangan cengkeh antar pulau dapat dilaksanakan secara bebas, ditetapkannya harga dasar cengkeh dan digiatkannya KUD dalam pemasaran bahan tersebut, maka diharapkan bahwa daya guna dan hasil guna kegiatan pemasaran cengkeh dapat meningkat.

Dalam tahun 1977 produksi garam dalam negeri sangat mening-kat. Demikianlah maka pada tahun itu timbul persoalan mengenai harga yang diterima oleh para petani produsen garam. Agar para petani produsen garam menerima harga yang wajar dari hasil pen -jualannya, dalam tahun 1977 ditetapkan harga dasar garam : kwalitas I Rp 7,— per kg dan kwalitas II Rp 5,— per kg. Pelaksanaan kebi -jaksanaan ini menghadapi kesukaran-kesukaran. Namun demikian ke -merosotan harga garam yang diterima oleh para petani dalam tahun tersebut dapat terkurangi.

Selama Repelita II pengadaan pupuk Bimas/Inmas baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor berjalan lancar. Kelancaran ini merupakan hasil kerjasama dan koordinasi yang baik antara instansi-instansi yang berwenang.

Dari Tabel X — 24 tampak perkembangan jumlah penyaluran se -bagai hasil dari kebijaksanaan pengadaan pupuk untuk para petani selama tahun-tahun 1974 — 1978. Jumlah penyaluran pupuk urea dan TSP/DAP masing-masing dalam MT 1974 meliputi 236.779 ton dan

702

Selain itu, selama Repelita II telah dilaksanakan pengadaan dan penyaluran pestisida Bimas/Inmas sebanyak 22.643.040 Kg/Lt. Dari jumlah tersebut sebanyak 4.317.310 Kg/Lt. disalurkan pada tahun 1974/75, dan sekitar 2.365.000 Kg/Lt pada tahun 1978/97.

Perkembangan harga rata-rata besi beton di pasaran Jakarta, se -bagai ternyata dari Tabel X - 19, selama 4 tahun pertama Repelita II menunjukkan kecenderungan menurun. Tabel X — 25 menunjukkan bahwa sejak tahun 1976 produksi dalam negeri lebih besar dari pada kebutuhan. Pada tahun 1978/79 harga besi beton meningkat.

TABEL X— 25

PRODUKSI DAN KEBUTUHAN BESI BETON DALAM NEGERI( RIBU TON )

Tahun Produksi Dalam Negeri Kebutuhan

1974 187 281

1975 337 333

1976 592 395

1977 802 470

1978 875 559

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa selama Repelita II harga semen telah mantap, lebih-lebih di wilayah yang kebutuhannya di -penuhi dari produksi dalam negeri. Di beberapa wilayah yang kebu-tuhannya sebagian besar dipenuhi dari impor, harga semen masih agak kurang mantap. Dengan semakin meningkatnya produksi dari dalam negeri kesukaran-kesukaran yang dapat timbul di beberapa wi -layah itupun akan semakin dapat teratasi. Dari Tabel X—26 tam- pak bahwa pengadaan semen selama Repelita II terus meningkat. Pada tahun 1974/75 produksi semen mencapai 828,9 ribu ton, dan me-rupakan bagian kecil dari pengadaan seluruhnya; pada tahun 1977/78

703

meningkat menjadi 2.878,6 ribu ton dan merupakan lebih dari 48% dari seluruh pengadaan.

TABEL X–26PRODUKSI DAN IMPOR SEMEN

( RIBU TON )

Tahun Produksi Dalam Negeri Impor

1974/75 828,9 1.907,51975/76 1.241,4 1.378,61976/77 1.979,3 1.397,01977/78 2.878,6 544,0

Sebagai hasil pelaksanaan kebijaksanaan pengakhiran kegiatan usaha asing dalam bidang perdagangan dapat disebutkan bahwa menjelang akhir tahun 1977 ke 19 perusahaan dagang asing yang ada di Indonesia semua telah menyesuaikan diri dengan Peraturan Pemerintah No. 36/1977 tentang Pengakhiran Kegiatan Usaha Asing Dalam Bidang Perdagangan. Sehubungan dengan hal itu, sejak tahun 1977/78 19 perusahaan-perusahaan asing tersebut telah menunjuk 1.004 perusahaan-perusahaan nasional sebagai agen/distribusi yang selanjutnya da pat melaksanakan kegiatan-kegiatan perdagangan yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan asing yang bersangkutan. Dari sebanyak 11.983 perusahaan perdagangan asing domestik yang pada akhir tahun 1977/78 masih harus mengubah kedudukannya menjadi perusahaan perdagangan nasional, hanya sebanyak 847 perusahaan yang pada akhir tahun 1978/79 belum melaksanakan perubahan tersebut. Dewasa ini semua perwakilan perusahaan perdagangan asing yang ada di negara kita telah melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum

704

dalam keputusan Perizinan Usaha Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing yang dikeluarkan dalam bulan Maret 1978 tersebut di atas.

Dengan terlaksanakannya hal-hal di atas ini kesempatan berusaha bagi para pengusaha-pengusaha Indonesia dalam bidang perdagangan bertambah luas. Selanjutnya dapat diharapkan bahwa semakin berha-sil usaha-usaha pembangunan pada umumnya akan semakin luas pula kesempatan berusaha di bidang pemasaran pada umumnya.

TABEL X - 27PEMBINAAN PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH,

1975/76 — 1978/79

705

Dalam rangka usaha meningkatkan peranan pedagang kecil go-longan ekonomi lemah melalui peningkatan pengetahuan dari Tabel X — 27 tampak perkembangan jumlah pedagang kecil golongan ekono-mi lemah yang diikut sertakan dalam penataran-penataran dan mem-peroleh kesempatan berkonsultasi selama Repelita II. Pada tahun 1975/76 peserta penataran dan yang memperoleh kesempatan berkon-sultasi masing-masing berjumlah 637 orang dan 391 orang dan berasal dari 9 propinsi. Dalam tahun 1977/78 kegiatan penataran dan konsul tasi telah dilaksanakan di 21 propinsi dan meliputi 1.380 orang yang di tatar dan 1.163 orang yang dikonsultasi. Dalam tahun 1978/79 jumlah tersebut meningkat menjadi 1.621 orang yang ditatar dan 1.333 orang yang memperoleh kesempatan konsultasi. Pelaksanaan penataran dan kesempatan berkonsultasi bagi pedagang golongan ekonomi lemah, sampai tahun 1977/78 masih terbatas di ibukota propinsi. Tetapi sejak itu telah meluas ke kota-kota kabupaten/kotamadya.

Untuk pelaksanaan penataran dan konsultasi bagi para pedagang golongan ekonomi lemah, perlu diadakan penataran bagi tenaga pe- natar dari daerah-daerah. Selama tahun-tahun 1975/76 -1977/78 telah ditatar sebanyak 138 orang tenaga penatar, sedang dalam tahun 1978/79 sebanyak 41 orang.

Untuk meningkatkan fasilitas berdagang bagi para pedagang go-longan ekonomi lemah maka sejak tahun 1976/77 dikeluarkan In -struksi Presiden tentang Program Bantuan Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar. Tujuan Inpres tersebut adalah membantu pemerin-tah-pemerintah daerah agar mampu membangun dan memugar pasar dengan cara-cara pembiayaan yang murah. Dengan bantuan itu Pe -merintah daerah akan dapat membantu para pedagang golongan eko -nomi lemah untuk menyediakan tempat berdagang yang menguntung -kan usaha perdagangannya dengan sewa yang murah. Sebagai pelak-sanaan Inpres tersebut selama tahun-tahun 1976/77 — 1978/79 telah dibangun dan dipugar sebanyak 487 pasar di 26 propinsi dan pemba -ngunan/pemugarannya meliputi pasar-pasar baik di ibukota kabupa -ten/kotamadya maupun di luar ibukota kabupaten/kotamadya.

706