Kontroversi Kehalalan Produk Pangan Keju

4
STUDI KASUS Kontroversi Status Kehalalan Produk Pangan yang terdapat di Pasaran (Isu terkini) berdasarkan tinjauan Hukum Syara & Fatwa Ulama Produk Pangan : Keju Salah satu kebutuhan pangan manusia modern saat ini adalah keju yang dibuat dari susu. Keju adalah produk olahan susu, dimana susu adalah sumber protein hewani yang halal. Namun ketika sudah menjadi keju, maka produk olahan susu ini menjadi subhat hukumnya hingga dipastikan bahwa produk keju tersebut menjadi aman dari segi kehalalannya. Produk yang awalnya halal, maka ketika bersentuhan dengan teknologi, produk tersebut menjadi subhat statusnya. Proses pembuatan keju ini adalah dengan cara menggumpalkan susu menggunakan sebuah bahan yang disebut rennet. Rennet adalah sebuah enzim yang didapatkan dari lambung anak sapi dan berguna untuk memecah protein susu, sehingga terpisah antara padatan (keju) dan cairannya (whey).Rennet dihasilkan bagian lambung anak sapi. Kandungan rennet terbanyak pada anak sapi yang baru berumur 2 hingga 3 hari. Kritis Dari segi kehalalan hal ini mengundang kerawanan tersendiri. Sebab tidak semua anak sapi itu disembelih sesuai dengan syariat Islam. Jika anak sapi tersebut tidak dipotong secara Islam, maka rennet yang dihasilkan juga akan menjadi haram, karena hukumnya sama dengan bangkai. Ketika rennet itu dipergunakan untuk menggumpalkan susu menjadi keju, maka keju yang dihasilkannya pun akan menjadi haram. Hal inilah yang membuat keju dan produk whey menjadi kritis dari segi kehalalan dan harus dilihat betul, apakah rennet yang dipakainya halal atau tidak. Para pengusaha yang memproduksi rennet sapi ini mengalami kesulitan jika harus memenuhi permintaan rennet halal. Salah satu produsen rennet sapi yang ada di New Zealand, Renco New Zealand

description

Kontroversi Kehalalan Produk Pangan Keju

Transcript of Kontroversi Kehalalan Produk Pangan Keju

STUDI KASUSKontroversi Status Kehalalan Produk Pangan yang terdapat di Pasaran (Isu terkini) berdasarkan tinjauan Hukum Syara & Fatwa UlamaProduk Pangan : KejuSalah satu kebutuhan pangan manusia modern saat ini adalah keju yang dibuat dari susu. Keju adalah produk olahan susu, dimana susu adalah sumber protein hewani yang halal. Namun ketika sudah menjadi keju, maka produk olahan susu ini menjadi subhat hukumnya hingga dipastikan bahwa produk keju tersebut menjadi aman dari segi kehalalannya. Produk yang awalnya halal, maka ketika bersentuhan dengan teknologi, produk tersebut menjadi subhat statusnya. Proses pembuatan keju ini adalah dengan cara menggumpalkan susu menggunakan sebuah bahan yang disebut rennet. Rennet adalah sebuah enzim yang didapatkan dari lambung anak sapi dan berguna untuk memecah protein susu, sehingga terpisah antara padatan (keju) dan cairannya (whey).Rennet dihasilkan bagian lambung anak sapi. Kandungan rennet terbanyak pada anak sapi yang baru berumur 2 hingga 3 hari. KritisDari segi kehalalan hal ini mengundang kerawanan tersendiri. Sebab tidak semua anak sapi itu disembelih sesuai dengan syariat Islam. Jika anak sapi tersebut tidak dipotong secara Islam, maka rennet yang dihasilkan juga akan menjadi haram, karena hukumnya sama dengan bangkai. Ketika rennet itu dipergunakan untuk menggumpalkan susu menjadi keju, maka keju yang dihasilkannya pun akan menjadi haram. Hal inilah yang membuat keju dan produk whey menjadi kritis dari segi kehalalan dan harus dilihat betul, apakah rennet yang dipakainya halal atau tidak.Para pengusaha yang memproduksi rennet sapi ini mengalami kesulitan jika harus memenuhi permintaan rennet halal. Salah satu produsen rennet sapi yang ada di New Zealand, Renco New Zealand Co. Ltd. memang menghasilkan rennet halal dan diekspor ke berbagai negara. Namun perusahaan inipun tidak menghasilkan rennet halal secara keseluruhan. Artinya ada sebagian produknya yang halal, tetapi ada juga sebagian yang tidak halal. Melvyn Smith, operation manager Renco New Zealand menyebutkan, sebenarnya mereka lebih senang memproduksi rennet halal secara keseluruhan. Dengan demikian tidak harus memisah-misahkan antara produk halal dan non halal. Namun kesulitan yang dihadapinya adalah dalam hal penyediaan bahan baku lambung anak sapi yang halal.Untuk mendapatkan bahan baku tersebut saat ini mereka mengalami kesulitan. Adanya penolakan-penolakan dari para penyayang binatang dan mengancam populasi ternak tadi menyebabkan produksi lambung anak sapi ini dikurangi di beberapa tempat pemotongan ternak. Akibatnya pihak Renco harus mencari ke berbagai sumber yang banyak, yang lokasinya tersebar di banyak tempat. Artinya kalau di setiap tempat peternakan diambil sedikit-sedikit, maka harus dibutuhkan lokasi peternak yang banyak, barulah mereka bisa mendapatkan jumlah lambung anak sapi sesuai dengan permintaan. Saat ini lokasi peternak yang menyuplai kebutuhan Renco tersebar di berbagai tempat, baik di New Zealand maupun di Australia.Tidak semua pemasok lambung anak sapi tersebut menyembelih sapinya secara halal. Sebagian besar memang sudah disertifikasi oleh New Zealand Islamic Meat Management dengan menggunakan para penyembelih yang disediakan lembaga tersebut. Tetapi masih ada juga sebagian lambung sapi yang diperoleh dari pemotongan non halal.Dengan kondisi tersebut pihak perusahaan harus menyediakan dua tangki dan proses pembuatan yang terpisah, antara rennet yang berasal dari sapi halal dan yang berasal dari sapi non halal. Cara tersebut akhirnya membuat produsen harus menyelenggarakan system produksi yang sedikit rumit. Konsumen muslimpun juga tidak sepenuhnya nyaman dengan dualisme produksi tersebut. Dalam jangka panjang, masih menurut Smith, mereka sudah mulai mencoba untuk membuat rennet halal secara keseluruhan. Tetapi usaha ini terutama akan terbentur dengan masalah pengadaan bahan baku lambung sapi halal.AlternatifMengingat berbagai masalah yang berkaitan dengan rennet sapi (calf rennet), baik menyangkut kontinuitas bahan baku maupun aspek kehalalan, saat ini para produsen keju sudah mulai mengembangkan dan menggunakan microbial rennet (rennet yang berasal dari mikroba). Microbial rennet dihasilkan dari proses fermentasi mikroba tertentu yang bisa menghasilkan enzim rennet. Dengan proses microbial ini produktivitas dapat ditingkatkan tanpa harus mengalami kendala bahan baku.Media yang digunakan untuk memproduksi rennet jenis ini adalah bahan-bahan yang berasal dari susu, seperti susu skim, whey powder dan sumber nutrisi lain seperti gula (sukrosa) dan yeast extract (ekstrak jamur). Dengan mengontrol kehalalan bahan-bahan yang digunakan sebagai media tersebut maka kehalalan rennet microbial ini dapat lebih terjamin. Apalagi secara umum media yang digunakan juga berasal dari produk susu, yang lebih mudah mengontrol kehalalannya.Namun permasalahan tidak lantas dapat diatasi semua. Bagaimanapun juga rennet sapi memiliki karakteristik khas yang tidak bisa dijiplak dari rennet microbial. Untuk jenis keju tertentu dengan kualitas tertentu terpaksa masih harus menggunakan rennet sapi. Dalam skala industri biasanya para produsen menggabungkan antara rennet sapi dengan rennet microbial untuk menghasilkan mutu keju tertentu. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika, MUI bekerja dalam wilayah dimana suatu produk-produk yang akan dikonsumsi oleh masyarakat mengandung suatu nilai subhat. Untuk produk keju, LPPOM MUI telah melakukan sertifikasi pada sejumlah produk yang diproduksi di Indonesia atau yang diproduksi di luar negeri, misalnya Selandia Baru. Karenanya bagi konsumen muslim yang akan membeli keju harus dipastikan dulu kehalalannya dengan adanya logo halal pada produknya.Referensi :http://www.halalmui.or.idhttp://www.republika.co.id/berita/shortlink/20901http://www.halalguide.info/2008/11/22/rennet-sapi-baru-hidup-sudah-mati-lagi/