Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

download Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

of 40

Transcript of Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    1/40

    24

    BAB II

    Kontrol Kualitas (Quality Control) dalam Pekerjaan Jalan

    II.1. Umum

    Perkerasan merupakan struktur lapisan yang terletak di atas tanah dasar, yang

     bersifat konstruktif sehingga memiliki nilai struktural dan fungsional. Nilai struktural

     berkaitan dengan daya dukung perkerasan untuk mendukung repetisi beban lalu

    lintas kendaraan dan kemampuannya untuk tetap stabil, mantap dan aman terhadap

     pengaruh infiltrasi air permukaan dan perubahan cuaca. Nilai fungsional berkaitan

    dengan performansi permukaan jalan dalam melayani lalu lintas kendaraan dengan

    aman dan nyaman yang meliputi aspek – aspek teknis, antara lain: kerataan,

    kekesatan dan kemiringan permukaan.[12]

    Menurut Yoder, E. J dan Witczak (1975), pada umumnya jenis konstruksi

     perkerasan jalan ada 2 jenis :

     Perkerasan Lentur (Flexible Pavement), yaitu pekerasan yang

    menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.

     Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan

    semen (portland cement) sebagai bahan pengikat.[19] 

    Perkerasan jalan yang dibahas adalah perkerasan lentur.

    II.2. Struktur Perkerasan Lentur

    Perkerasan lentur merupakan perkerasan yang dibangun di atas tanah dasar

    (subgrade). Susunan struktur lapisan perkerasan lentur jalan dari bagian atas ke

     bawah seperti gambar 2.1 di bawah ini : [4] 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    2/40

    25

    Gambar 2.1.Struktur Perkerasan Lentur

    1.  Lapis permukaan/penutup (surface course)

    2.  Lapis pondasi (base course);

    3. 

    Lapis pondasi bawah (subbase course);

    4.  Lapisan tanah dasar (subgrade) 

    Perkerasan lentur di atas didukung dengan bahan – bahan konstruksi sebagai

    kekuatan struktur perkerasan. Bahan konstruksi dicampur di unit pencampuran aspal,

    agar kualitas dapat diperoleh sesuai harapan dan disebut campuran beraspal.

    II.2.1. Campuran beraspal

    Campuran beraspal merupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat

    yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga

     permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Campuran beraspal terdiri dari

    dua keadaan : panas (hotmix) dan dingin (coldmix). Namun, campuran beraspal yang

    sering digunakan yaitu dalam keadaan panas (hotmix) atau disebut sebagai campuran

     beraspal panas.[6]

    Campuran beraspal yang umum digunakan di Indonesia, antara lain : [12] 

    AC (Asphalt Concrete) atau laston (lapis beton aspal)

    HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)

    HRSS (Hot Rolled Sand Sheet)  atau latasir (lapis tipis aspal

     pasir).

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    3/40

    26

    Pada campuran beraspal diperoleh sifat-sifat mekanis yang disebut sifat friksi

    dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Sifat friksi terdapat pada agregat yang

    diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung

     pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang

    digunakan. Sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari aspal yang digunakan. 

    II.2.1.1. Agregat

    Agregat adalah sekumpulan batu – batu pecah, kerikil, pasir atau mineral

    lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat merupakan komponen

    utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90 – 95 % agregat

     berdasarkan persentase berat atau 75 – 85 % agregat berdasarkan persentase volume.

    Dengan daya dukung, keawetan dan kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari

    sifat agregat dan hasil campuran dengan material lain.

    Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi atas 2 (dua)

    fraksi, yaitu :

    a. 

    Agregat Kasar

     b. 

    Agregat Halus

    a. 

    Agregat Kasar

    Agregat Kasar adalah agregat yang tertahan saringan pada ayakan nomor 8

    (diameter 2,36 mm). Agregat kasar terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang

     bersih, kering, kuat dan awet dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Bahan

    yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.

    Agregat kasar cukup berperan penting dalam menentukan stabilitas campuran

     perkerasan. Pada umumnya semakin bertambahnya kandungan agregat kasar maka

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    4/40

    27

    semakin tinggi pula stabilitas dari perkerasannya. Akan tetapi hal tersebut juga dapat

    memperbesar void yang terjadi pada perkerasan beraspal.

    b. 

    Agregat halus

    Agregat Halus adalah agregat yang lolos saringan ayakan nomor 8 (diameter

    2,36 mm). Agregat halus terdiri dari pasir alam dan pasir buatan atau gabungan

    antara dari bahan – bahan tersebut. Agregat halus juga dapat berasal dari batu kapur

     pecah yang hanya boleh digunakan apabila dicampur dengan pasir alam dalam

     perbandingan yang sama. Agregat halus harus bersih, kering, kuat, dan bebas dari

    gumpalan – gumpalan lempung serta bahan – bahan lain yang mengganggu serta

    terdiri dari butiran – butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan

    kasar.[6] 

    II.2.1.2. Aspal

    Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan

    yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup

     pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat

    menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan

    masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang

    disebut bitumen. Oleh sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous. 

    Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut

    aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan

    akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk

     pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung

    atap dan penggunaan khusus lainnya.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    5/40

    28

    Aspal terdiri dari : Asphaltenes, Malthenes, dan Oils. Asphaltenes adalah

    komponen utama dari aspal sekitar 80 %, Malthenes terdiri dari zat – zat yang

    memberikan stabilitas pada Asphaltenes yang mempengaruhi viskositas dan

    kelelehan (berfungsi sebagai flux). Dan Oils memberi sifat adhesif dan pemuluran

    (daktalitas).

    Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah :

    •  Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri.

    •  Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antara butir – butir agregat dan pori –

     pori yang ada dari agregat itu sendiri.

    Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan aspal alam,

    yaitu :

    a.  Aspal keras

    Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis

    sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan

    sebaliknya. 

    b.  Aspal cair

    Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan

     pelarut berbasis minyak. 

    c. 

    Aspal emulsi

    Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada

     proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan

    dalam air. 

    d.  Aspal alam

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    6/40

    29

    Aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal

    alam dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu aspal danau dan aspal

     batu.[6] 

    Campuran beraspal di atas harus memenuhi spesifikasi yang telah dibuat

    sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan di atas

    mengalami tingkat penurunan pelayanan jalan yang disebabkan terjadinya kerusakan

    dini perkerasan di awal umur pelayanan. Akibatnya tingkat keamanan dan

    kenyamanan berkendaraan berkurang karena kondisi bentuk dari hasil pemeliharaan

    rutin maupun peningkatan jalan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh

    sebab itu, dilakukan evaluasi dengan cara mengontrol kualitas perkerasan kontruksi

     pada spesifikasi yang ditetapkan pada pekerjaan jalan.

    Kontrol kualitas perkerjaan jalan telah dipelajari di beberapa negara seperti

    Amerika Serikat, Belanda, Australia, Spanyol, Prancis, dan negara lainnya selama

     beberapa tahun dengan menggunakan penerapan teknik statistik kontrol kualitas.

    Meskipun terkadang ada kesulitan, namun manfaat dari pendekatan statistik

    sepenuhnya dapat meningkatkan perekonomian.[15]

    II.3. Kontrol kualitas (quality control) 

    Kontrol dapat didefenisikan sebagai usaha dalam melakukan uji evaluasi, dan

     pengawasan untuk menjaga produk. Kualitas dapat didefenisikan sebagai

    karakteristik yang dibutuhkan untuk tingkat keunggulan yang diinginkan dan

    disesuaikan pada spesifikasi. Maka, kontrol kualitas (quality control) adalah usaha –

    usaha yang dilakukan dengan teknik dan kegiatan operasional untuk mendapatkan

     produk yang sesuai dengan tingkat spesifikasi yang ditetapkan.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    7/40

    30

    Teknik dan kegiatan operasional meliputi pemeriksaan hasil perencanaan,

     pengujian yang dilakukan selama konstruksi, pengujian bahan, kalibrasi mesin dan

     peralatan pengujian. Dalam hal ini, kontrol kualitas diperlukan untuk menghasilkan

    indikator pada berbagai tahap proyek untuk memperlihatkan bahwa persyaratan dan

    spesifikasi dipenuhi. Ini berguna sebagai pendeteksi dini dari kerusakan atau

    ketidaksesuaian yang membutuhkan perhatian atau perbaikan akibat berkurangnya

    kualitas produk.

    Kualitas produk sering dianggap sebagai alat pemeriksaan akhir. Namun,

     pendapat demikian dapat menimbulkan biaya pengerjaan kembali yang cukup tinggi.

    Karena kontrol kualitas (quality control) seharusnya dilaksanakan mulai dari proses

     pengolahan pada titik – titik kritis kualitas, dimana sering terjadi penyimpangan

    kualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan data dalam proses kontrol kualitas tersebut.

    Untuk memperoleh data tersebut, diperlukan metode yang cukup agar analisa yang

    dilakukan mendekati yang sebenarnya. Metode yang digunakan adalah metode

    statistik.[7]

    Penerapan metode statistik pada kontrol kualitas (quality control)  disebut

    kontrol kualitas statistik (quality control statistic). Kontrol kualitas statistik berperan

     penting dalam memenuhi spesifikasi, yaitu :

    − 

    Sebagai konsep, merupakan batas statistik yang dapat

    membuat peningkatan keseragaman kualitas,

    −  Sebagai teknik untuk mencapai kualitas, dan

    −  Sebagai pengambilan keputusan.[20] 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    8/40

    31

    II.3.1. Tujuan kontrol kualitas 

    Tujuan kontrol kualitas adalah memperoleh jaminan kualitas (quality

     Assurance)  sebagai parameter dan pengukuran pembayaran yang dapat dilakukan

    dengan penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance)  dan menjaga

    konsistensi kualitas.

    Adapun keuntungan menggunakan kontrol kualitas, antara lain:

      Untuk mempertinggi kualitas atau mengurangi biaya.

      Menjaga kualitas lebih seragam (uniform).

      Penggunaan alat produksi lebih efisien.

      Mengurangi pekerjaan kembali (rework) dan pembuangan.

      Inspeksi yang lebih baik.

      Memperbaiki hubungan produsen-konsumen.

      Spesifikasi lebih baik.

    Menerapkan kontrol kualitas juga dimaksudkan untuk menggunakan metode

     pengawasan dalam dua tahapan kontrol kualitas (quality control) dalam pekerjaan

     jalan, yaitu pada :

    1.  Proses kontrol kualitas (quality control processes), dan

    2.  Penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance).[18] 

    II.3.2. Proses Kontrol Kualitas (quaility control processes) 

    Proses kontrol kualitas (quality control processes)  dalam pekerjaan jalan

    didefenisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan mengontrol pekerjaan

     jalan melalui semua tahapan proses perencanaan pekerjaan jalan dengan cara

    memeriksa kualitasnya. Metode kontrol kualitas digunakan dalam mengontrol batas

     – batas yang harus sesuai dengan spesifikasi.[18] 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    9/40

    32

    Proses kontrol kualitas (quality control processes)  dalam pekerjaan jalan

    dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut :

    II.3.2.1. Kontrol agregat 

    Agregat berperan penting dalam stabilitas campuran bergradasi menerus.

    Salah satu penyebab utama masalah teknis yang terjadi dengan aspal adalah

     perbedaan antara perencanaan di lapangan dengan perencanaan di laboratorium.

    Untuk itulah pentingnya kontrol kualitas terhadap agregat saat proses pemilihan

    material itu sendiri, hingga proses pencampuran dengan aspal untuk memastikan

    keseragaman dari campuran yang diproduksi. Adapun yang perlu diperhatikan pada

    kontrol kualitas agregat, meliputi :

    1.  Pengujian agregat.

    Pengujian diperlukan untuk mengetahui karakteristik fisik dan mekanik

    agregat sebelum digunakan sebagai bahan campuran beraspal.

    2. 

    Metode pengambilan contoh (sampling) 

      Standar pengambilan contoh, yaitu berdasarkan standar pekerjaan jalan.

      Segregasi agregat, yaitu fraksi agregat yang terpisah akibat dari selama

     proses pemecahan, proses penyimpanan bahan (stockpiles),

     pengangkutan, penghamparan, atau hal lainnya.

     Pengambilan contoh agregat dari sumbernya.

    3. 

    Pengujian analisa ukuran butir (gradasi) 

    Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam

     persen dari berat total dan ditentukan dengan penyaringan bahan

    menggunakan ayakan nomor terkecil hingga terbesar lalu ditimbang, agar

    diperoleh konstruksi campuran yang bermutu tinggi.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    10/40

    33

    Tabel 2.1. Ukuran saringan

    No. SaringanLubang saringan

    inch mm

    1 ½ in. 1.50 38.11 in. 1.00 25.4

    ¾ in. 0.75 19.0

    ½ in. 0.50 12.7

    3/8 in. 0.375 9.51

     No.4 0.187 4.76

     No.8 0.0937 2.38

     No.16 0.0469 1.19

     No.30 0.0234 0.595

     No.50 0.0117 0.297

     No.100 0.0059 0.149 No.200 0.0029 0.074

    Sumber : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (2005). Hal.54. [6]

     

    Gradasi agregat juga harus dianalisa ukuran butirannya dengan analisa

    saringan. Analisa saringan ada 2 jenis yaitu :

      Analisa saringan kering digunakan pada agregat normal untuk pekerjaan

    rutin.

      Analisa saringan dicuci (analisa saringan basah) dilakukan bila agregat

    tersebut mengandung abu yang sangat halus atau mengandung lempung.

    4. 

    Berat Jenis (specific gravity) dan penyerapan (absorpsi) 

    -  Berat Jenis (specific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu satuan

    volume bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada

    temperatur 200 – 250C (680 - 770F). Dikenal beberapa macam Berat Jenis

    agregat, yaitu :

    a.  Berat jenis semu (apparent specific gravity),

    ( )  wγ is

    s

    vv

    wGsa

    +=  

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    11/40

    34

     b.  Berat Jenis bulk (bulk specific gravity),

    ( )   ws

    si p

    s

     v

    w

    vvv

    wGbs

    x γ γ =

    ++

    =  

    c. 

    Berat Jenis efektif (effective specific gravity),

    ( )  wγ cs

    s

    vv

    wGse

    +=  

    Dengan pengertian :

    Ws = Berat agregat kering

    γw = Berat Isi air= 1 g/cm3 

    Vp = volume pori yang meresap air

    Vi = volume pori yang tidak meresap air

    Vs = volume agregat padat

    Vc = volume pori meresap air yang tidak meresap aspal (volume total)

    -  Penyerapan (absorpsi)  adalah agregat yang seharusnya sedikit berpori

    agar dapat menyerap aspal. Karena jika agregat berpori banyak, maka

    akan menyerap aspal besar sehingga tidak ekonomis dan tidak dapat

    digunakan sebagai bahan campuran beraspal.

    5.  Pemeriksaan keausan dengan mesin abrasi.

    Pada pekerjaan jalan, agregat akan mengalami proses tambahan seperti

     pemecahan, pengikisan akibat cuaca, pengausan akibat lalu lintas. Agregat

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    12/40

    35

    dengan nilai keausan yang besar mudah pecah selama pemadatan atau akibat

     pengaruh beban lalu-lintas atau hal lainnya tidak diijinkan karena beberapa

    sebab : 

    a.  Gradasi akan berubah karena agregat yang kasar akan menjadi butiran

    yang halus dan tidak memadai. 

     b.  Agregat yang lemah tidak akan menghasilkan lapisan yang kuat karena

     bidang  pengunci yang bersudut mudah pecah. 

    Pengujian keausan agregat dilakukan dengan mesin abrasi Los Angeles.

    Seperti terlihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

    Gambar 2.2. Mesin abrasi Los Angeles

    6.  Pengujian setara pasir (sand equivalent) 

    Pengujian dilakukan untuk menentukan perbandingan relatif dari bagian yang

    dapat merugikan (seperti butiran lunak dan lempung) terhadap bagian agregat

    yang lolos saringan No.4.

    7. 

    Pemeriksaan gumpalan lempung dan butiran yang mudah pecah dalam

    agregat 

    Agregat yang tertahan saringan 1,18 mm diperiksa dan dipisahkan dengan

    diremas jari guna melihat agregat tersebut mudah pecah atau tidak. Sehingga

    menjadi beberapa fraksi, lalu direndam sekitar 24 jam. Butiran halus yang

    terjadi disaring dan ditimbang.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    13/40

    36

    8. 

    Pemeriksaan daya lekat agregat terhadap aspal (affinity) 

    Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara menguji kelekatan agregat terhadap

    aspal.

    9.  Angularitas

    Merupakan suatu pengukuran penentuan jumlah agregat berbidang pecah.

    Pengujian angularitas agregat terbagi 2, yaitu :

    a.  Angularitas agregat kasar adalah persentase dari berat partikel agregat

    lebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan satu atau lebih bidang pecah.

     b.  Angularitas agregat halus adalah persentase rongga udara yang terdapat

     pada agregat padat lepas dan lolos pada saringan 2,36 mm (No.8). Makin

     besar nilai rongga udara berarti makin besar bidang pecah yang terdapat

     pada agregat halus.

    10. Pemeriksaan kepipihan agregat 

    Bentuk butir (particle shape)  agregat salah satunya adalah berbentuk pipih

    dan akan mudah patah apabila mendapat beban lalulintas. Untuk itu diuji

    dengan alat uji kepipihan seperti terlihat pada gambar 2.3. Kepipihan

    dinyatakan dalam persentase berat contoh agregat sebanyak minimum 200

     butir agregat.

    Gambar 2.3. Alat uji kepipihan agregat

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    14/40

    37

    11. 

    Pengujian partikel ringan dalam agregat

    Partikel ringan pada agregat berjumlah besar yang digunakan sebagai 

    campuran aspal panas akan mengganggu stabilitas campuran. Partikel ringan

    yang  dimaksud adalah partikel yang mengapung di atas larutan yang berat

     jenisnya 2. 

    Pengujian dilakukan untuk agregat halus yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm)

    dan tertahan di atas saringan No.50 (0,30 mm) serta agregat kasar yang lolos 

    saringan 3” (76,20 mm) dan tertahan di atas saringan No.4 (4,75 mm). Bahan

    yang  digunakan untuk memisahkan partikel ringan adalah larutan seng

    khlorida (ZnCl2) berat  jenis 2.[6] 

    II.3.2.2. Kontrol aspal 

    Pada umumnya aspal diperoleh dari sumber yang telah diuji dan diterima oleh

    direksi pekerjaan jalan. Sangat sedikit uji pengawasan untuk aspal, namun telah

    dilakukan oleh orang yang terlibat pada kontrol kualitas secara manual. Masalah

    yang sering terjadi pada aspal adalah mencari masalah yang berkaitan dengan lapisan

    aspal. Sehingga pentingnya dilakukan uji kontrol kualitas sebelum memasukkan ke

    dalam campuran aspal, meliputi :

    1. 

    Pengambilan contoh bahan aspal 

    Pengambilan contoh aspal untuk pengujian harus diwakili dan dijaga agar

    tidak terkontaminasi oleh bahan lain sebelum pengujian. Pemeriksaan

    meliputi :

    a.  Ukuran contoh,

     b.  Pengambilan contoh dari mobil tangki, truk penyemprot aspal atau tangki

     penyimpanan aspal yang dilengkapi alat sirkulasi,

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    15/40

    38

    c.  Pengambilan contoh dari tangker atau tongkang,

    d.  Pengambilan contoh dari pipa selama pemuatan dan pembongkaran,

    e. 

    Pengambilan contoh dari drum terpilih secara random seperti Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Jumlah contoh yang dipilih secara acak

    Dalam pengiriman Yang diambil

    2 – 8 2

    9 – 27 3

    28 – 64 4

    65 – 125 5

    126 – 216 6

    217 – 343 7

    344 – 512 8

    513 – 729 9

    730 – 1000 10

    1001 – 1331 11

    Sumber : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (2005). Hal.67. [6]

     

    f.  Pengambilan contoh bahan semi padat atau bahan padat yang belum

    dipecah diambil dengan akar tiga dari jumlah kemasan dilokasi,

    g.  Pengambilan contoh bahan hasil pemecahan atau berbentuk tepung,

    h.  Pengambilan contoh di tempat tujuan pengiriman.

    2.  Titik nyala dengan Cleveland Open Cup

    Penentuan titik nyala dilakukan untuk memastikan bahwa aspal cukup aman

    untuk pelaksanaan. Jika rendah, maka adanya minyak ringan dalam aspal

    seperti terlihat pada gambar 2.4.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    16/40

    39

    Gambar 2.4. Pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup

    3. 

    Penetrasi bahan bitumen

    Pengujian ini dimaksudkan untuk menetapkan nilai kekerasan aspal.

    Kekerasan aspal diukur dengan jarum penetrasi standar yang masuk kedalam

     permukaan bitumen pada temperatur 25 0C, beban 100 gram dan waktu 5

    detik. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.5. 

    Gambar 2.5. Pengujian penetrasi

    4.  Titik lembek

    Konsistensi bitumen ditunjukkan oleh temperatur dimana aspal berubah

     bentuk karena  perubahan tegangan. Hasilnya digunakan untuk menentukan

    temperatur kelelehan dari aspal. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.6. 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    17/40

    40

    Gambar 2.6. Pengujian titik lembek aspal

    5. 

    Daktilitas bahan bitumen

    Daktilitas ditunjukkan oleh panjangnya benang aspal yang ditarik hingga

     putus. Pengujian dilakukan dengan alat yang terdiri atas cetakan, bak air dan

    alat penarik  contoh. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.7. 

    Gambar 2.7. Pengujian daktalitas

    6.  Pengujian temperatur pencampuran dan pemadatan dengan alat

    viskometer 

    Cara ini dimaksudkan untuk menentukan temperatur campuran dan

     pemadatan campuran beraspal panas, mencakup pengujian kekentalan aspal

    secara  empiris pada temperatur antara 1200  – 200 0C.  Gambar peralatan

    diperlihatkan pada Gambar 2.8.[6]

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    18/40

    41

    Gambar 2.8. Tabung viskometer untuk pengujian viskositas

    II.3.2.3. Kontrol campuran beraspal

    Dalam tahap pencampuran agregat dan aspal, harus diperiksa dan dikontrol

    saat dilakukan proses pencampuran, meliputi :

    1. 

    Laboratorium

    Semua peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus diperiksa

    kesesuaiannya dengan persyaratan yang dipakai, dan prosedur – prosedur pengujian

    yang digunakan dalam spesifikasi harus tersedia di laboratorium dan diaplikasikan

    secara benar, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kalibrasi peralatan secara

     berkala. Dalam pengujian yang perlu diamati adalah metode pengujian contoh,

     jumlah contoh, frekuensi dan harus sesuai dengan spesifikasi.

    2. 

    Stock Pile

    Suatu penanganan agregat di tempat penyimpanan (stock pile) yang kurang baik akan

    sangat mempengaruhi perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan

     pelaksanaan.

    Pada saat proses penumpukan dan pemindahan agregat di Stock Pile sering terjadi

    segregasi  dan terkontaminasinya agregat dengan tanah/lumpur. Sehingga akan

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    19/40

    42

    menyulitkan atau bahkan tidak mungkin operator AMP dapat mengadakan

     penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas. Untuk itu di perlukan

     pengetahuan dan keahlian yang cukup pada operator di saat pengujian dengan

    memeriksa data yang diperlukan di Stock Pile, meliputi :

    - Proses kebersihan agregat di Stock Pile, terutama kebersihan pasir.

    - Agregat tidak mengalami segregasi 

    - Agregat tidak tercampur satu sama lainnya dan tidak terkontaminasi dengan

    tanah/lempung atau bahan lainnya.

    3.  Unit pencampur aspal (AMP) 

    AMP merupakan satu unit alat yang memproduksi campuran beraspal panas.

    AMP yang paling sering digunakan adalah jenis Batch (penakaran). Komponen –

    komponen yang terdapat dalam AMP adalah :

    a.  Cold Bin

    Cold Bin adalah tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus dan

     pasir. Material yang telah melalui Cold Bin sangat berpengaruh terhadap

     produksi campuran beraspal. Untuk itu perlunya kontrol kualitas yang ketat pada

    Cold Bin dengan melakukan pemeriksaan, meliputi :

    −  Gradasi agregat

    Perubahan gradasi terjadi jika Quari atau supplier   berbeda. Untuk itu

    setiap terjadi perubahan oleh quari atau supplier, dilakukan pembuatan

    JMF kembali.

    −  Kondisi dari tiap Cold Bin

    Pencampuran agregat antara bin yang berdekatan dapat dicegah dengan

    cara membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    20/40

    43

    −  Kalibrasi bukaan Cold Bin

    −  Bukaan Cold Bin

    Bukaan Cold Bin kadang - kadang tersumbat jika agregat halus basah,

    agregat terkontaminasi tanah lempung atau penghalang lain yang tidak

    umum seperti batu dan kayu.

    −  Kecepatan Conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang

    material yang tidak perlu.

     b.  Dryer

    Setelah dari Cold Bin agregat dibawa ke Dryer yang mempunyai fungsi :

    1)  Menghilangkan kandungan air pada agregat, dan

    2)  Memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Pemeriksaan yang

    diperlukan meliputi :

    −  Alat pengukur suhu

    −  Pemeriksaan suhu pemanasan

    −  Pemeriksaan kadar air secara tepat, yaitu dengan menggunakan cermin

    dan spatula, (ambil contoh secukupmya dan lewatkan cermin tersebut

    lalu amati kadar air yang menggembur pada permukaan cermin atau

    spatula).

    c. 

    Hot Screen

    Setelah agregat kering dan dipanaskan, agregat diangkut dengan pengangkut

     panas (hot elevator)  untuk disaring dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Pada

    umumnya proses penyaringan terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang seharusnya

    masuk ke Hot Bin I tetapi terbawa ke Hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    21/40

    44

    terjadi kurang dari 5% dan cenderung konstan, sehingga tidak terlalu mempengaruhi

    kualitas produksi. Hal ini terjadi bila :

    Lubang saringan tertutup agregat.

    -  Kecepatan produksi ditambah sehingga agregat yang disaring bertambah

    sementara efisiensi operasi penyaringan tetap.

    -  Agregat halus basah, sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan

    agregat tersebut akan menggumpal dan masuk ke Hot Bin yang tidak

    semestinya.

    -  Lubang saringan sudah ada yang rusak, pemeriksaan yang diperlukan adalah

     pemeriksaan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan.

    d.  Hot Bin

    Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (karena dryer kurang baik)

    setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan

    menggumpal pada dinding Hot Bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut

    dapat menyebabkan perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan

    material yang lolos saringan No. 200.

    e.  Weight Hopper

    Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu

     pencapaian berat Hot Bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat

    tersebut dan melakukan pemeriksaan aliran material dari Cold Bin. Akan tetapi jika

    ketidakseimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan

    terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing – masing Hot Bin karena tidak

    sesuai pemeriksaan yang dilakukan pada bagian :

    - Kalibrasi timbangan termasuk timbangan aspal.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    22/40

    45

    - Kotak penimbang (Weight Box) tergantung bebas.

    - Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.

    f. Pugmill

    Pugmill merupakan alat yang mencampur agregat dengan aspal. Setelah

    agregat ditimbang sesuai dengan proporsinya, maka agregat dan aspal dicampur di

     pugmill. Dalam Pugmill terjadi dua jenis campuran yaitu :

    1.  Pencampuran kering

    Lamanya pencampuran ini diusahakan sesingkatnya mungkin untuk

    meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1 atau 2 detik.

    2.  Pencampuran basah

    Pada pencampuran juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari

    degradasi dan oksidasi. Jika agregat kasar telah terselimuti aspal maka

     pencampuran basah dihentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga

    terselimuti aspal. Umumnya waktu pencampuran kurang dari 30 detik.

    Pemeriksaan yang diperlukan meliputi :

    Temperatur aspal (pada tangki aspal).

    -  Lamanya pencampuran.

    -  Tampak Visual yang keluar dari Pugmill, apakah campuran merata,

    terselimuti aspal, aspal menggumpal atau pugmill bocor.

    4. 

    Pemeriksaan hasil campuran beraspal

    Untuk mengetahui secara dini penyimpangan – penyimpangan yang terjadi,

    sehingga dapat diperbaiki dengan segera, maka pemeriksaan terhadap hasil produksi

    sangat diperlukan, pemeriksaan meliputi : 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    23/40

    46

    -  Secara visual temperatur campuran dapat diamati di atas dump truck.

    Bila berasap biru, berarti terlalu panas (over heating), dan jika

    menggumpal atau tidak seragam berarti kurang panas (under heating).

    -  Pemeriksaan juga harus dengan alat terutama untuk pemeriksaan

    temperatur campuran di atas dump truck.

    -  Pengambilan sampel untuk pengujian sifat – sifat (ekstraksi, analisa

    saringan, marshall, kepadatan, dan lain-lain) dengan frekuensi yang

    sesuai dengan spesifikasi.[3] 

    II.3.3. Penerimaan kontrol kualitas (quaility control acceptance) 

    Penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance) dinyatakan dengan

    hasil proses kontrol kualitas (quality control processes).[17]  Penerimaan tersebut

    dilakukan dengan menguji kualitas campuran beraspal yang telah selesai pada tahap

     pekerjaan jalan di lapangan, sehingga campuran beraspal harus sesuai dengan

    spesifikasi, meliputi : [6]

    1.  Pengambilan contoh dan pengujian (sampling and testing) 

    Pengambilan contoh dan pengujian dicatat sebagai data yang bertujuan untuk

    menilai kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Salah satu

    kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk mengambil

    contoh yang mewakili. Contoh pengujian pada kontrol kualitas di lapangan

    adalah :

    1.  Pengujian kadar aspal

    2.  Pengujian kepadatan campuran aspal

    3.  Pengujian gradasi agregat

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    24/40

    47

     Namun, pengujian yang sering dilakukan adalah pengujian kepadatan campuran

    aspal. Karena merupakan tolak ukur atau parameter dalam melakukan

     pembayaran proyek pekerjaan jalan.

    2.  Pengujian kepadatan di lapangan 

    Untuk pengujian kepadatan lapangan dilakukan dengan pengambilan contoh

    inti (core)  padat dari core drill atau memotong permukaan perkerasan atau

     pengujian dengan nuclear density tester . Selanjutnya contoh inti padat diuji di

    laboratorium untuk mendapatkan kualitas kepadatan campuran beraspal.

    Pengujian kepadatan dengan cara apapun, agar dilaksanakan berdasarkan

     pengujian secara acak (random), dengan jumlah minimum tertentu, umumnya

    setiap jarak 200 m. Nilai rata-rata kepadatan dan nilai tunggal yang didapat dari

     pengujian kepadatan harus masuk dalam kriteria yang disyaratkan oleh suatu

     proyek. Pengambilan contoh inti (core)  dapat digunakan juga untuk mengukur

    ketebalan padat suatu hamparan campuran aspal panas. Hal yang perlu

    diperhatikan dalam pengujian kepadatan dengan core drill :

    Contoh uji yang diambil dari lapangan pada umumnya basah karena pada saat

     pengambilan contoh dibantu dengan semprotan air.

    -  Penimbangan contoh uji untuk mencari berat kering tidak boleh dilakukan

    dengan tergesa-gesa.

    -  Penimbangan contoh uji harus dilakukan setelah beratnya konstan. Artinya

     penimbangan harus dilakukan setelah contoh uji benar-benar kering.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    25/40

    48

    Tabel 2.3. Perbandingan penerimaan rata – rata kepadatan secara

    statistik antara beberapa spesifikasi

    Spesifikasi Sampel Jenis ukuran

    sampel per lot

    Penerimaan rata – rata

    kepadatan (JSD %)

    WSDOT 3 - ∞   5 95

    FHWA 5 - ∞   5 95

     NAASRA 6 - ∞   6 93

    FAA 3 – 8 4 90

    AASHTO 3 – 50 6 90

    Sumber : Mahoney, J.P.’01.Hal.18.[10]

    , Pavement Material ’89, hal.22.[13]

     

    Dalam menentukan penerimaan proses kontrol kualitas (quality control

     processes) dan penerimaan kontrol kualitas (quality control acceptance), digunakan

    metode statistik dalam mengambil keputusan penyesuaian spesifikasi.[6]

    II.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Kualitas

    Kontrol kualitas (quality control)  dalam pekerjaan jalan sering mengalami

    ketidaksesuaian dengan spesifikasi. Namun, dengan menggunakan metode statistik,

    kesalahan – kesalahan pekerjaan jalan dapat dibuktikan melalui pengontrolan

    terhadap spesifikasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontrol kualitas (quality

    control)  pekerjaaan jalan dengan metode statistik agar sesuai dengan spesifikasi

    adalah :

    II.4.1. Pemilihan sampel

    Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Dimana populasi

    merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita, baik terhingga

    maupun tidak terhingga, dan disebut sebagai N. Sampel merupakan jumlah data

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    26/40

    49

    atribut dan data variabel yang memiliki karakteristik kualitas yang diklasifikasikan

    ke dalam suatu kriteria, dan disebut sebagai n.

    Data atribut adalah semua kerakteristik kualitas yang diklasifikasikan

    dalam kriteria baik atau jelek, bagus atau cacat, dan lain – lain. Data

    atribut biasanya dapat menyimpulkan informasi jumlah cacat atau persen

    cacat.

    -  Data variabel adalah semua karakteristik yang dapat diukur, seperti berat

    yang diukur dalam gram. Ukuran – ukuran data variabel ini memberikan

    informasi yang lebih berguna untuk proses kontrol kualitas. Data ini

    dipakai untuk menentukan rata – rata dan standar deviasi yang sering

    disebut dengan  x  .[7] 

    Sampel dipilih secara acak (random), berguna untuk mengetahui kualitas

     pekerjaan jalan yang telah memenuhi spesifikasi. Sampel diperoleh dengan

    menggunakan penomoran acak dan dipilih berdasarkan lot.

    II.4.1.1. Pemilihan lot

    Lot adalah sekelompok bahan atau item pekerjaan yang akan diuji dan

    merupakan tempat di mana sampel akan diambil sesuai dengan spesifikasi. Lot

    disebut sebagai titik uji atau populasi, yaitu merupakan tempat sekelompok sampel

    yang akan diuji.

    Gambar 2.9. Tempat pengujian atau tempat sekelompok sampel yang

    akan diuji disebut lot 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    27/40

    50

    Dapat ditentukan dengan menganggap lot sebagai nilai populasi N. Untuk

    menentukan jumlah lot dan sampel (jumlah titik uji), dapat ditetapkan dengan rumus

    sebagai berikut :[5]

    3 X N = …………………………………… …..(2.1).

    II.4.1.2. Teknik Sampling

    Dalam pengumpulan data, diperlukan sampel yang baik untuk diperkirakan.

    Penggunaan metode dalam pengumpulan data yang benar disebut teknik sampling.

    Dua hal yang dapat diterima dalam teknik sampling, yaitu : pertama, tidak dapat

    menjamin bahwa selalu mendapatkan sampel yang baik. Hal kedua adalah bahwa

    data harus diperoleh dalam kondisi yang terkendali. Ini termasuk persyaratan bahwa

    data harus homogen. Dalam sampling ada dua metode sampling :

    1.  Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara acak (variabel

    acak) yang hanya dapat dilaksanakan apabila elemen populasi bersifat homogen,

    maksudnya semua elemen tersebut memiliki kesempatan terpilih sama dalam

     populasi. Misalnya besar populasi adalah N, sedang unsur dalam sampel (sample

    size) adalah n, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan untuk terpilih dalam

    sampel adalah n/N.

    Pengambilan sampel secara acak ditentukan dengan menggunakan tabel bilangan

    acak. Prosedur penggunaan tabel dilakukan dengan mengikuti langkah – langkah

     berikut : [5]

    a.  Disediakan dua tabung gelas, plastik, karet gelang dan kertas.

     b.  Disiapkan kertas sebanyak 110 lembar. Kelompok I, kertas diberi tulisan dari

    angka 0 sampai 9. Kelompok II, kertas diberi tulisan dari 1 sampai 100.

    c. 

    Kertas digulung dan tulisan tidak boleh terlihat.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    28/40

    51

    d.  Masukkan kertas ke dalam masing – masing tabung gelas. Kemudian ditutup

    dengan plastik dan karet gelang lalu diberi lubang.

    e. 

    Gelas dikocok selama kira – kira 10 detik dan keluarkan masing – masing 1

     buah kertas kemudian dibaca dan dicatat seperti berikut :

    i)  Angka yang keluar dari kelompok I sebagai Nomor Kolom (misal : x)

    ii)  Angka yang keluar dari kelompok II sebagai Nomor Baris (misal : y)

    Koordinat (x; y) ditentukan pada tabel bilangan acak sebagai bilangan tiga digit

    yang dicari.

    2.   Non-random sampling berbeda dengan random sampling dalam hal sampel

    dipilih bukan berdasarkan sistem acak. [20] 

    II.4.2. Metode Statistik

    Metode statistik dapat mempengaruhi kontrol kualitas (quality control) dalam

    membuat keputusan. Karena dari metode ini dapat diambil kesimpulan bahwa sampel

    yang diuji sesuai dengan spesifikasi.

    II.4.2.1. Distribusi Normal

    Distribusi normal merupakan asumsi normal dari data variabel yang berkelanjutan.

    Distribusi normal :

    •  Berhubungan dengan nilai mean, median dan modus.

    • 

    Kurva normal yang simetris dan disebut kurva lonceng.

    •  Persamaan linier yang berkelanjutan yang memiliki deviasi standar

    yang disebut sebagai σ  . Semakin besar nilai σ  , maka kurva akan

    semakin landai, dan semakin kecil nilai σ maka kurva akan semakin

    melancip menuju ∞+  ke - ∞ .

    Mean sampel dapat dihitung pada persamaan berikut :[13]

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    29/40

    52

    n

    x........xxxx   n321

      +++=   atau ∑

    =

    =n

    1i

    ixn

    1x …………………… (2.2)

    Deviasi standar sampel ditunjuk dan dihitung sebagai:

    1n

    )x(x

    s

    n

    1i

    2

    i

    =∑

    = …………………………………… (2.3)

    Pangkat dua dari deviasi standar disebut variasi.

    1)n(n

    )x(xns

    2

    i

    2

    i2

    −=

      ∑ ∑………………………………. (2.4)

    Deviasi standar populasi juga dapat ditentukan dengan adanya nilai populasi N.

     N

    μ)(x

    σ

    n

    1i

    2

    i∑=

    = ……………………………… (2.5)

    Faktor koefisien juga digunakan dalam nilai statistik.

    x100xsCV       =

    ……………………………..…(2.6)

    Perhitungan Distribusi Normal

    Distribusi normal dikatakan sebagai distribusi normal standar adalah dengan rata –

    rata µ = 0 dan deviasi standar σ = 1 yang memiliki fungsi densitas berbentuk :

    222σμ)(xe

    2πσ

    1f(x)   −−=

    …………………………….. (2.7)

     Nilai x mempunyai batas - ∞ < x < ∞ , sehingga dapat dikatakan berdistribusi

    normal.

    Probabilitas dari pengukuran jika lebih besar atau sama dengan nilai tertentu dapat

    ditentukan dengan mengintegrasikan persamaan :

    [19]

     

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    30/40

    53

    ∫+∞

    ==≥a

    R    αf(x)dxa)(xP ……………………………………… (2.8)

    Karena frekuensi luas di bawah kurva normal adalah sama dengan satu, probabilitas

     pengukuran yang kurang dari satu adalah

    a)(xP1a)(xP nR    ≥−=< ……………………………………… (2.9)

    Standar data variabel ini disebut deviasi normal z, dan digunakan untuk mengubah

    setiap data variabel menjadi distribusi normal. Transformasi nilai x menjadi nilai z :

    σ

    μx

    z

      −

    =  ….…………….………………… (2.10)

    Penggunaan Tabel Distribusi Normal 

    Tabel distribusi normal untuk variabel acak sehingga mendapatkan nilai normal.

     Nilai tabel tersebut merupakan solusi untuk mengetahui nilai yang diinginkan dengan

     batas tertentu :[19]

    ∫+∞

    −==≥Ka

    2zR  dz.e

    2π1αKa)(xP

    n

    ……………………………. (2.11)

    σ

    μaK α

    −= …………………………………………………… (2.12)

    Jika a < μ , makaσ

    μaK α

    −=  atau disebut nilai αK   mutlak positif.

    αμ)/σ}][{aμ)/σ][{xPa)(xP R R    =−≥−=≥  

    α)K (zPa)(xP αR R    =≥=≥ ………………………………….. (2.13)

    Sifat – sifat penting distribusi normal :

    1.  Grafiknya selalu ada di atas sumbu datar x

    2.  Bentuknya simetris terhadap x = µ  

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    31/40

    54

    3. 

    Grafiknya mendekati sumbu datar x dimulai dari 3σμx   +=   ke kanan dan

    3σμx   −=  ke kiri.

    Gambar 2.10. kurva distribusi normal

    Distribusi normal juga berfungsi sebagai pengujian hipotesis. Pengujian

    hipotesis adalah cara pengambilan keputusan atau kesimpulan, dimana perumusan

    sementara mengenai sesuatu yang dibuat untuk menjelaskannya dan untuk menuntun

    atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar

    dan karenanya perlu diadakan penyelidikan. Kurva terdistribusi normal jika sampel

    ≥30.[16]

    II.4.2.2. Distribusi t

    Walaupun distribusi normal sangat penting dan banyak digunakan dalam

    menentukan keputusan, namun, tidak satu – satunya jenis distribusi yang digunakan

    atau berlaku untuk analisis hanya distribusi normal. Melainkan distribusi tersebut

    adalah distribusi t .

    Distribusi t   merupakan variabel acak tertentu yang terdistribusi secara

    normal. Namun, jika standar deviasi σ    tidak diketahui, maka jika disubstitusi,

    standar deviasi sampel s digunakan ke variabel tersebut, tidak mengakibatkan

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    32/40

    55

    variabel acak sehingga tidak dapat terdistribusi normal, walaupun s merupakan σ  .

    Biasanya sampel distribusi t  ≤  30. Distribusi t  adalah :[19]

    s

    nμ)x(t   −= ………………………………………….. (2.14)

    Distribusi ini banyak digunakan dalam solusi masalah ketika deviasi standar

     populasi tidak diketahui. Nilai rata – rata yang diharapkan dari distribusi ini adalah

    nol dan seperti distribusi normal, juga memiliki jangkauan - ∞  ke + ∞ . Namun, tidak

    seperti distribusi normal, nilai persen dari distribusi t merupakan fungsi dari derajat

    kebebasan dk atau v .

    α)t(tP Va;R    =≥ ……………………………………….. (2.15)

     Nilai v  tergantung pada data variabel, yaitu ditunjukkan dalam persamaan dk

    atau v = n – 1. 

    Penggunaan Tabel Distribusi

     Nilai persentase distribusi dilihat pada nilai yang memiliki konsep umum

    dalam pemecahan nilai probabilitas. Terdapat nilai – nilai variabel v dan persen

    risiko α   yang memungkinkan terjadinya signifikansi dalam penerimaan sampel.[18]

    α    µ   α   

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    33/40

    56

    -t tabel 0 + t  tabel

    Gambar 2.11. kurva distribusi t 

    II.4.3. Risiko

    Pada spesifikasi, untuk pemilihan sampel yang berkualitas bisa mengalami

    kesalahan. Jika hasil kinerja pekerjaan tidak memuaskan, maka pekerjaan tersebut

    dapat ditolak dan menimbulkan kerugian, disebut risiko produsen. Sebaliknya,

    kesalahan yang menghasilkan penerimaan produk yang tidak memuaskan yang

    merugikan konsumen, disebut risiko konsumen. Agar kesalahan tidak terjadi, maka

    dalam perencanaan harus memiliki tingkat keyakinan (confidence level) penerimaan

    dalam bentuk persentase (1 hingga 100%). Sehingga dalam melaksanakan pekerjaan

    tersebut dapat dipercaya dan spesifikasi juga menjadi standarisasi yang akurat.[13]

    Ada dua tipe risiko :

    1. 

    Risiko produsen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel

     berada di luar batas kontrol namun proses sebenarnya dalam kontrol

    (random effect ) dengan nilai yang telah ditetapkan sebesar 5% atau

    10%. Maksudnya adalah tingkat kepercayaan yang diterima, dimana

    rendahnya kemungkinan penolakan atau penerimaan sampel harus

     pada batas kontrol yang diterima (tingkat keyakinan kualitas

    minimum yang diterima biasanya 95% atau 90%). Risiko produsen

    disebut sebagai α  .

    Tabel 2.4. Nilai rekomendasi untuk risiko produsen (α  ) 

    Jenis Perencanaan Kontrol Kualitas Risiko Produsen (α  )

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    34/40

    57

    Diterima / Ditolak 10 %

    Ketetapan untuk Penerimaan 20 %

    Sumber : Main Road Weastern Australia. (2008). Hal.4. [11]

     

    2.  Risiko konsumen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel

     berada di dalam batas kontrol namun proses sebenarnya tidak dalam

    kontrol (terjadi proses pergeseran) dan ditetapkan sebesar 10% atau

    20%. Maksudnya adalah rendahnya kemungkinan penerimaan atau

     persentase ditolaknya sampel dengan tingkat kepercayaan yang telah

    ditetapkan. Risiko ditunjuk sebagai  β  . [13]

    •  Tingkat keyakinan terhadap rata – rata : σ   diketahui, dengan batas 1 arah.[19] 

    LCL=   μn

    σK x α   ≤

     

      

     − ............................................................(2.16)

    UCL=   μ

    n

    σK x α   ≥

     

     

     

     + ............................................................(2.17)

    •  Tingkat keyakinan terhadap sampel: σ   tidak diketahui dengan batas 2 arah. 

    LCL=   ≤≤

     

      

     −   −   x

    n

    stx 1nα/2; UCL=

     

      

     +   −

    n

    stx 1nα/2; ……………………(2.18)

    II.4.4. Kriteria Penerimaan

    Merupakan batas di mana sampel yang telah di uji secara statistik

    menghasilkan nilai penerimaan R c  ≥   L serta menggunakan pengujian hipotesis

    dalam pengambilan keputusan.[11] 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    35/40

    58

    R c = (  x   - ks ) ≥  L…………………………………………(2.20)

    •  Uji Hipotesis.[19] 

    0μμ:H   =  1n:α/21n:α/2

    α/2α/2

    ttt

    K zK 

    −−   +≤≤−+≤≤− , H diterima

    0μμ:H   ≥  1n:α

    α

    tt

    K z

    −≥

    ≥, H diterima

    0μμ:H   ≤  1n:α

    α

    tt

    K z

    −≤

    −≤, H diterima

     

    Rata – rata (satu populasi) :

    ( )σ

    nμxz   0

    −= ……………………………………………..(2.21)

    ( )s

    nμxt 0

    −= ……………………………………………..(2.22)

      Rata – rata (dua populasi) :

    ( ) ( )2211   x

    2

    xx

    2

    x

    21

    n/n/

    xxz

    σ σ    +

    −= ………………………………..…(2.23)

    ( ) ( )2211 x

    2

    xx

    2

    x

    21

    n/n/

    xxt

    ss   +

    −= ………………………………...….(2.24)

    Tabel 2.5. Pengambilan Keputusan dengan uji Hipotesis 

    Hipotesis (H) Benar Hipotesis (H) Salah

    Terima H Keputusan Benar Risiko konsumen ( β )

    Tolak H Risiko produsen (α  ) Keputusan Benar

    Sumber : sudjana ’84. Hal.[16] 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    36/40

    59

    II.4.5. Persen kesalahan

    Untuk mengontrol perkerasan jalan, tingkat kualitas yang terbaik didefinisikan

    dalam persen kesalahan yang bertujuan :

    •  Mengetahui sampel yang tidak dapat diterima,

    •    Dapat menyesuaikan dengan spesifikasi, sehingga mengetahui kesuksesan

     pekerjaan. Disebut dengan  p (%).[11] 

    Tabel 2.6. Nilai persen kesalahan 

    Jenis fasilitas Persentase Kesalahan (p)

    Jalan Bebas 10 %

    Jalan Raya dan Jalan Utama 15 %

    Jalan Lainnya 20 %

    Sumber : Main Road Weastern Australia. (2008). Hal.3. [11] 

    Dapat dihitung mengunakan persamaan di bawah ini :[10]

    ( )( )( )  2

    1

    2

     p

    α

    1n2k 2

    1

    k k k 

     

      

     −÷+

    −=  

    ( )( )( )

     

     

     

     

     

      

     −÷++=

      2

    1

    2

    α p   1n2k 2

    1k k k  …………………………(2.25)

    ( )( )( )  2

    1

    2

     p

    β

    1n2k 21

    k k k 

         −÷+

    −=  

    ( )( )( )

     

     

     

     

     

      

     −÷++=

      2

    1

    2

     p   1n2k 2

    1k k k   β  …………………………(2.26)

    Sehingga dapat dihitung sampel sebenarnya saat diketahui L (Batas

    Spesifikasi) dari kriteria penerimaan dan uji hipotesis.

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    37/40

    60

    ( )( )210

    22

    αβ

    μμ

    σK K n

    −= …………………………………………(2.27)

    Tabel 2.7. Rekomendasi jumlah sampel per lot (n) 

    Komponen Pekerjaan Jumlah sampel per Lot (n)

    Pondasi Tanggul 6

    Konstruksi 6

    Tanah Dasar 6

    Pondasi Bawah 9

    Pondasi Atas (Agregat) 9

    Lapisan Permukaan (Campuran aspal) 10

    Sumber : Main Road Weastern Australia. (2008). Hal.4. [11] 

    II.4.6. Grafik kontrol dan Kurva OC

    1.  Grafik kontrol 

    Grafik kontrol merupakan kumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik

    dan digunakan untuk membuat penilaian kontrol kualitas (quality control)  pada

     proses kontrol kualitas (quality control processes) terhadap spesifikasi.

    Adapun jenis grafik kontrol, yaitu grafik X. Grafik X adalah jenis grafik

    kontrol yang menggunakan angka rata – rata dari contoh yang diambil dari pengujian

     permukaan perkerasan. Hasil yang akan diukur adalah sampel variabel atau atribut

    untuk mengetahui hasil atau tingkat kontrol kualitas yaitu rata – rata sampel.

    Grafik X mempunyai tiga parameter penting yang ditentukan dengan cara

     perhitungan dari data-data historis, yaitu:

    1. Nilai rata-rata

    2. Batas kontrol atas atau upper control limit (UCL)

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    38/40

    61

    3. Batas kontrol bawah atau lower control limit (LCL)

    Gambar 2.12. Grafik kontrol

    Tahapan untuk membentuk grafik kontrol adalah sebagai berikut:

    1. 

    Grafik kontrol dibentuk dari data dimana kinerja masa depan dibandingkan

    dengan kinerja masa lalu.

    2. 

    Lalu dihitung angka rata-rata, batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Batas

    kontrol berdasarkan pada distribusi sampling.

    3.  Kemudian digambar grafik kontrol dimana sumbu Y menunjukkan perhitungan

    variabel dan sumbu mendatar X menunjukkan jumlah sample.

    4.  Pada grafik ditulis angka hasil pengukuran sampel variabel atau atribut dari unit.

    5.  Lalu diterjemahkan arti grafik untuk melihat apakah:

    • 

    Proses terkontrol dan tidak perlu ada tindakan

    •  Proses tak terkontrol maka perlu dicari penyebabnya

    •  Proses terkontrol tetapi ada kecenderungan dimana harus memperingatkan

    kepada spesifikasi ada kemungkinan terjadi kondisi yang tidak acak atau

    kondisi yang tak terkendali.[7] 

    2.  Kurva OC 

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    39/40

    62

    Kurva (OC) adalah kurva yang diplotkan untuk menyajikan penerimaan

    kontrol kualitas. Kurva tersebut akan menunjukkan dan membedakan sampel yang

    dapat diterima atau tidak diterima terhadap spesifikasi. Kurva OC juga menjelaskan

    risiko yang terjadi pada pelaksanaan kontrol kualitas. Sehingga kurva merupakan

     batas statistik dari penilaian sampel yang akan dipilih nantinya. Sebuah kurva OC

    terhadap rata - rata ditunjukkan pada Gambar 2.15.

    Kurva OC menegaskan penerimaan sampel yang telah dikontrol kualitasnya

    dengan menggunakan resiko produsen (α  ) dan konsumen ( β ) sebagai signifikansi

     penerimaan dan faktor yang mempengaruhi kontrol kualitas bahan dan pekerjaan.

    Untuk penerimaan sampel ditentukan dengan (P/1 - α ). Dimana P menggunakan

    resiko konsumen ( β ) sebagai parameter proporsi kerusakan sampel. Sehingga dapat

    dilihat dengan tabel kurva OC kesesuaian spesifikasi yang telah menjadi standar

     perencanaan campuran beraspal sebelumnya.[13]

    Gambar 2.13. Distribusi Normal dan Miring dengan jumlah sampel

    berbeda.[11]

  • 8/18/2019 Kontrol Kualitas (Quality Control) Dalam Pekerjaan Jalan

    40/40

    Gambar 2.14. Batas Spesifikasi, Satu Batas maupun Dua Batas.[13]

     

    Gambar 2.15. Distribusi rata – rata, kemungkinan penerimaan dengan kontrol

    rerata.[13]