KONTRIBUSI PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DAN KLINIS...

149
0 KONTRIBUSI PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DAN KLINIS TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI (Studi Empiris Kepala SMA di Kabupaten Sanggau Tahun 2017) Oleh S Y U K U R NIM.12010150049 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Transcript of KONTRIBUSI PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DAN KLINIS...

  • 0

    KONTRIBUSI PENDEKATAN HUMANISTIK

    DALAM PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI

    AKADEMIK DAN KLINIS TERHADAP

    KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI

    (Studi Empiris Kepala SMA di Kabupaten Sanggau Tahun 2017)

    Oleh

    S Y U K U R

    NIM.12010150049

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    untuk gelar Magister Pendidikan

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2017

  • i

    KONTRIBUSI PENDEKATAN HUMANISTIK

    DALAM PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI

    AKADEMIK DAN KLINIS TERHADAP

    KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI

    (Studi Empiris Kepala SMA di Kabupaten Sanggau Tahun 2017)

    Oleh

    S Y U K U R

    NIM.12010150049

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    untuk gelar Magister Pendidikan

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2017

  • v

    ABSTRAK

    Meningkatnya tuntutan terhadap kualitas pendidikan dengan kompleksitas

    masalah pembelajaran yang membutuhkan penanganan dan pengembangan

    terhadap kompetensi guru. Usaha yang dilakukan dengan memperbaiki

    pengajaran melalui pendekatan humanistik dalam supervisi akademik dan klinis

    yang membantu perkembangan mengajar agar sesuai dengan tujuan pendidikan.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui pendekatan humanistik dalam

    proses pelaksanaan supervisi akademik dan klinis, dan menganalisis kontribusinya

    terhadap kompetensi kepribadian guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan

    kualitatif dengan jenis penelitian lapangan. Subjek penelitian ini kepala sekolah

    sebagai supervisor pembelajaran dan objek penelitian adalah guru Pendidikan

    Agama Islam (PAI). Lokasi penelitian ini di SMAN 1 Sanggau, SMAN 2

    Sanggau, SMAN 3 Sanggau, SMAN 1 Tayan Hulu, SMAN 1 Bonti, dan SMA

    PGRI Sanggau.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan humanistik dalam

    proses pelaksanaan supervisi akademik menghargai potensi kemanusiaan,

    memiliki kepedulian terhadap pengembangan guru sebagai mitra pembelajaran

    yang dihargai. Pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi klinis

    dengan cara memanusiakan yakni memperhatikan layanan kebutuhan guru.

    Kontribusi pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi akademik

    dan klinis mengarahkan guru PAI bertindak sesuai norma agama, memahami

    hukum, memiliki kepekaan sosial dan menghargai aneka ragam kebudayaan

    bangsa Indonesia. Dapat mengembangkan integritas guru PAI dalam

    menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, akhlak mulia, dan menjadi

    keteladanan bagi peserta didik dan masyarakat. Mengelola sumber daya guru PAI

    dalam menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, bersikap

    arif, dan berwibawa. Menunjukkan etos kerja yang mumpuni untuk melampaui

    dirinya, memiliki rasa tanggung jawab, rasa bangga menjadi guru PAI, dan

    menumbuhkan rasa percaya diri. Meningkatkan semangat dalam menjunjung

    tinggi kode etik profesi guru PAI.

  • vi

    ABSTRACT

    The need for the quality of development and competence development. The

    improvements of teaching are made through humanistic approaches in academic

    and clinical supervision to help the development of teaching to fit the educational

    goals. The purpose of this research is to know the humanistic approach in the

    process of conducting academic and clinical supervision, and to analyze its

    contribution to teacher personality competence of PAI SMA in Sanggau District.

    The research method used in this research is qualitative approach with field

    research type. The subject of this study is the principal as a supervisor of learning

    and the object of research is the teacher of Islamic Religious Education (PAI). The

    location of this research is at SMAN 1 Sanggau, SMAN 2 Sanggau, SMAN 3

    Sanggau, SMAN 1 Tayan Hulu, SMAN 1 Bonti, and SMA PGRI Sanggau.

    The results of this study indicate that the humanistic approach in the

    implementation of academic supervision appreciates the potential of humanity,

    has a concern for the development of teachers as valued learning partners.

    Humanistic approach in the process of implementation of clinical supervision by

    humanizing the way pay attention to the service needs of teachers. The

    contribution of humanistic approach in the process of conducting academic and

    clinical supervision leads PAI teachers to act according to religious norms, to

    understand the law, to have social sensitivity and to appreciate the diversity of

    Indonesian culture. Can develop the integrity of PAI teachers in presenting

    themselves as honest people, noble morals, and be exemplary for learners and

    society. Manage the resources of PAI teachers in presenting themselves as steady,

    stable, mature, wise, and authoritative individuals. Demonstrating a qualified

    work ethic to transcend itself, have a sense of responsibility, pride in being a PAI

    teacher, and foster self-esteem. Enhance the spirit in upholding the professional

    code of ethics of PAI teachers.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur dan do’a bagi Allah Swt. dengan segala karunia kenikmatan dan

    hidayahNya sehingga Tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul

    “Kontribusi Pendekatan Humanistik dalam Proses Supervisi Akademik dan

    Klinis terhadap Kompetensi Kepribadian Guru PAI (Studi Empiris Kepala

    SMA di Kabupaten Sanggau Tahun 2017)” disusun sebagai syarat untuk

    memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Institut

    Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    Dalam penyusunan Tesis ini tentu tidak lepas dari partisipasi berbagai pihak

    yang telah membantu berupa bimbingan, saran maupun informasi yang begitu

    bermanfaat. Untuk itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih sebagai

    ungkapan penghargaan yang tiada terkira kepada:

    1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN yang telah

    memberi kesempatan kepada penulis menempuh studi Program Pascasarjana

    IAIN Salatiga.

    2. Bapak Dr. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN

    Salatiga beserta staf akadeik yang telah memberikan fasilitasi dan arahan

    kepada penulis menempuh studi program beasiswa Supervisi Pendidikan.

    3. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku pembimbing yang senantiasa

    terganggu waktu istirahatnya dengan letih lelah membantu memberikan

    motivasi dan arahan dalam penyusunan Tesis hingga purna dengan penuh

    kesabaran yang luar biasa.

    4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd, selaku koordinator program beasiswa yang

    telah mendampingi penulis dari awal hingga akhir masa studi dengan baik.

    5. Seluruh Dosen Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan

    bekal ilmu selama proses awal perkuliahan sampai berakhirnya penyusunan

    Tesis ini semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.

    6. Bapak Muh. Tarmudi, S.Pd, selaku kepala SMAN 2 Sekayam yang telah

    mengijinkan penelitian dan membantu kelancaran informasi.

  • viii

    7. Bapak Silas, S.Pd, selaku kepala SMAN 1 Sanggau dan ketua MKKS SMA

    Kabupaten Sanggau yang turut memberikan ijin penelitian, dan informasinya.

    8. Bapak Drs. Sigit Sukamto, selaku kepala SMAN 2 Sanggau yang aktif dalam

    memberikan ijin penelitian dan informasi yang diberikan.

    9. Bapak M. Buyung, selaku Plt. Kepala SMAN 3 Sanggau yang memberikan

    ijin penelitian, dukungan dan kemudahan informasinya.

    10. Bapak Ruswana, S.Pd, selaku kepala SMAN 1 tayan Hulu yang berkenan atas

    ijin penelitian dan dukungannya.

    11. Bapak Burhan, selaku kepala SMA PGRI Sanggau yang memberikan ijin

    penelitian dan doanya.

    12. Bapak Zeno, S.Pd, selaku kepala SMAN 1 Bonti yang memberikan ijin

    penelitian dan kelancaran informasinya

    13. Bapak dan Ibu guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau yang tidak dapat penulis

    sebut satu persatu yang berpartisipasi dalam memberikan informasi penelitian.

    14. Bapak Suhudi, Bapak Kasmuji, Ibu Sukarmi, dan Ibu Suriyatun, selaku orang

    tua yang tanpa letih memberikan dukungan spiritual..

    15. Istriku Saadah terkasih yang selalu memberikan dukungan, ananda Ahmad

    Alzam Khairi Attaqy dan ananda Ahmad Azwar Fakhri Attaqy sebagai

    generasi pembelajar semoga kelak menjadi anak yang membanggakan kedua

    orang tua, agama dan bangsa.

    16. Teman-teman mahasiswa Program Beasiswa Supervisi Pendidikan angkatan

    2015 yang tidak dapat disebut satu persatu dalam memberikan motivasi

    kepada penulis sehingga dapat membantu menyelesaikan tesis ini tepat waktu.

    Penulis berharap semoga Allah subhaanahu wata’ala. memberi balasan

    terbaik dan termasuk amal shaleh dari semua pihak yang telah memberikan

    sumbangsih ide dan motivasinya. Penulis juga menyadari bahwa hasil karya

    ilmiah ini masih perlu disempurnakan, maka dari itu saran dan kritik konstruktif

    dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya Semoga Tesis ini dapat

    menambah wawasan keilmuan, khususnya pada bidang supervisi pendidikan.

    Salatiga, Juni 2017 Penulis,

  • ix

    MOTTO

    َ َوَمن َيت�ِق ُ ٱ���

    َۡعل لَ

    ِ مِ ۥي ۡمرِهَا ۦۡن أ يُۡسٗ

    Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah,

    niscaya Allah menjadikan baginya

    kemudahan dalam urusannya

    (QS. Al Thalaq, 65; 4)

  • x

    PERSEMBAHAN

    Karya ini kupersembahkan untuk :

    Almamater IAIN Salatiga

    Kedua Orang Tua

    Istri dan Anak-anak

    Generasi Pembelajar

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

    HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv

    ABSTRAK ................................................................................................ v

    KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

    MOTTO .................................................................................................... viii

    PERSEMBAHAN ..................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................. 5

    C. Signifikansi Penelitian ...................................................... 6

    D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 8

    E. Metode Penelitian .............................................................. 26

    F. Sistematika Penulisan ........................................................ 31

    BAB II PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES

    PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DAN KLINIS

    TERHADAP GURU PAI SMA DI KABUPATEN

    SANGGAU

    A. Perencanaan Supervisi Akademik ..................................... 33

    B. Pelaksanaan Supervisi Akademik ..................................... 38

    C. Tindak Lanjut Supervisi Akademik .................................. 46

  • xii

    BAB III PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES

    PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DAN KLINIS

    TERHADAP GURU PAI SMA DI KABUPATEN

    SANGGAU

    A. Pertemuan Sebelum Observasi ......................................... 50

    B. Observasi ........................................................................... 52

    C. Analisis dan Strategi ......................................................... 58

    D. Pertemuan setelah Observasi ............................................ 60

    E. Analisis Supervisi Klinis setelah Observasi ..................... 62

    BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

    A. Kontribusi Pendekatan Humanistik dalam Proses

    Pelaksanaan Supervisi Akademik dan Klinis Terhadap

    Kompetensi Kepribadian Guru PAI SMA di Kabupaten

    Sanggau .............................................................................. 63

    B. Faktor yang Mempengaruhi Supervisi Akademik dan

    Klinis ................................................................................. 99

    BAB V PENUTUP

    A. Simpulan ........................................................................... 104

    B. Saran .................................................................................. 106

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 107

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    3.1 Volume Pelaksanaan Supervisi Klinis Terhadap Guru PAI .............. 52

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.1 Triangulasi Metode ............................................................................ 28

    1.2 Triangulasi Sumber ............................................................................ 28

    1.3 Model Analisis .................................................................................. 29

    3.1 Langkah-langkah Supervisi Klinis .................................................... 49

    4.1 Tugas Guru PAI ................................................................................. 81

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Berita Acara Ujian Proposal ............................................................. 111

    2. Berita Acara Ujian Tesis ................................................................... 113

    3. Permohonan Izin Penelitian .............................................................. 115

    4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian................................... 116

    5. Lembar Bimbingan Tesis ................................................................... 123

    6. Transkrip Wawancara ......................................................................... 124

    7. Sertifikat Colloquium ........................................................................ 130

    8. SK Pembagian Jam Mengajar ............................................................ 136

    9. Foto Wawancara Penelitian .............................................................. 149

    10. Curriculum Vitae .............................................................................. 152

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Guru dalam menjalankan tugasnya membutuhkan bantuan orang lain dalam

    hal memecahkan masalah-masalah yang dihadapi untuk mewujudkan

    tercapainya pendidikan, seperti mengerti tujuan pendidikan, tujuan kurikuler,

    tujuan instruksional, dan evaluasi pembelajaran.

    Seseorang yang bertugas sebagai pembantu guru dalam hal ini adalah

    supervisor dan kepala sekolah yang setiap hari berhadapan langsung dengan

    guru. Menurut P. Adam dan Frank G Dickey dalam Hendiyat menjelaskan

    supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.1

    Program ini dapat berhasil apabila supervisor memiliki keterampilan dan cara

    kerja yang efisien dalam kerjasama dengan guru dan petugas pendidikan

    lainnya.

    Sementara Carter memberi pengertian supervisi adalah segala usaha

    dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya

    dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi

    pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan

    pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi

    pengajaran.2

    1Hendiyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bina

    Aksara, 1988, 39. 2Carter Victor Good, Dictionary of Education, New York: McGraw-Hill Book Company,

    1973, 584.

    1

  • 2

    Dari penjelasan di atas diketahui, supervisi merupakan keterampilan

    kerjasama kepada guru terhadap pengarahan proses belajar mengajar dengan

    segala usaha mengembangkan potensi guru memperbaiki pembelajaran untuk

    mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

    Supervisor dan kepala sekolah bertugas memberikan bantuan kepada

    guru agar mengalami pertumbuhan secara maksimal dan integral baik profesi

    maupun pribadinya. Tiadanya supervisor menjadi tugas berat yang harus

    dipenuhi oleh kepala sekolah sebagaimana data pra survei di Kabupaten

    Sanggau yang mengalami kekosongan (facum) supervisor Pendidikan Agama

    Islam (PAI) di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berdampak pada

    menurunnya motivasi dan inovasi 16 orang guru PAI.3

    Penanganan di bidang supervisi yang hanya dilakukan oleh kepala

    sekolah memiliki keterbatasan beragam terutama dalam menentukan tujuan

    dan model pembelajaran, cara memperlakukan guru membutuhkan pendekatan

    yang tepat agar tidak mengabaikan aspek kemanusiaan yang menimbulkan

    reaksi di kalangan guru. Pada tahun 1920 banyak protes diajukan terhadap

    metode dan kurikulum yang diberikan secara otoriter dari para administrator

    sekolah.4 Guru tidak setuju kalau prinsip pendidikan ditentukan sendiri oleh

    pimpinan dan guru optimis dirinya punya pemikiran bermanfaat bagi kebaikan

    pendidikan.

    Pelaksanaan supervisi akademik dan klinis yang tidak maksimal, dalam

    paradigma lama itu suatu kegiatan tidak dapat diharapkan berjalan lancar

    3Data EMIS Kementerian Agama Kabupaten Sanggau Tahun 2017. 4Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992,

    32.

  • 3

    sesuai dengan rencana dan tujuan jika tidak diawasi. Supervisi inilah

    merupakan alat dalam membangun guru yang kompeten pengembangannya.

    Supervisi menjadi fungsi organisasi guru dengan pertumbuhan mengarah ke

    peningkatan kinerja mengajar dan siswa yang lebih banyak belajar.5

    Kenyataan bahwa supervisi terhadap guru PAI SMA di Kabupaten

    Sanggau dilaksanakan, tetapi secara umum tidak berjalan sesuai harapan dan

    terkesan bahwa “kompetensi guru masih rendah” yakni berkaitan substansi

    kinerja guru PAI memiliki kelemahan sistematis. Padahal berdasarkan

    Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal

    10 ayat (1) menyatakan “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

    sosial, dan kompetensi profesional”.6

    Melalui kompetensi tersebut guru PAI dapat melaksanakan perannya

    dan bertanggung jawab untuk memajukan pendidikan yang dimulai dari

    pribadinya, sekolah hingga ke masyarakat. Oleh karena itu pembinaan

    kemampuan guru harus mendapat penanganan tindak lanjut yang serius.

    Salah satu unsur yang erat kaitannya dengan mutu pendidikan adalah

    supervisi akademik dan klinis terhadap kompetensi Guru PAI yang

    berkualitas, bukan hanya menguasai materi pengajaran, tetapi harus mampu

    meningkatkan kualitas prestasi peserta didik untuk memenangkan persaingan

    global. Kebijakan program peningkatan mutu dan relevansi pendidikan

    5Tadele Akalu Tesfaw, and Roelande H. Hofman, “Relationship between instructional

    supervision and professional development”, The International Education Journal: Comparative Perspectives Vol. 13, No. 1 (2014), 82-99.

    6Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

  • 4

    mencakup; pengembangan kurikulum berkelanjutan, pembinaan

    profesionalisme guru, pengadaan, daya guna sarana dan prasarana

    pendidikan.7

    Selain menyadari kebenaran pandangan sebagian masyarakat tentang

    rendahnya kompetensi guru juga ditemukan fenomena kurang efektif supervisi

    akademik dan klinis terhadap guru PAI yang perlu ditingkatkan. Menurut

    PMA RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas

    PAI pada sekolah, satu pengawas memiliki tugas untuk melaksanakan tugas

    kepengawasan terhadap 20 guru binaan.8

    Sangat memungkinkan adanya pemecahan masalah supervisi menjadi

    sebuah kebutuhan sebagaimana dalam humanistik yang memandang

    kebutuhan manusia itu wajib terpenuhi jika ingin kompetensi kepribadianya

    berkembang. Dengan menarik akar permasalahan bukan hanya pada guru

    sebagai pribadi, tetapi lebih pada kontribusi pendekatan humanistik dalam

    proses pelaksanaan supervisi yang dilakukan untuk menekankan pada

    kesamaan visi, misi dan tujuan dari unsur-unsur terkait yang menunjang

    terhadap kompetensi kepribadian guru PAI.

    Terlihat jelas adanya permasalahan menarik sebagai dasar penelitian,

    karena sesuai dengan konsentrasi supervisi pendidikan dan hasil penelitian

    dapat direkomendasikan menjadi solusi untuk mewujudkan dukungan

    supervisi terhadap peningkatan kompetensi guru PAI.

    7Eti Rochaety dan Pontjorini Rahayuningsih Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen

    Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 37-38. 8Nur Abadi, “Pedoman Supervisi Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI Pada Sekolah,

    Semarang: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah”, Semarang, 2012, 32.

  • 5

    B. Rumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan gambaran empiris problematis dari latar belakang di atas,

    dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

    a. Penilaian terhadap guru PAI dalam melaksanakan tugasnya sebagai

    guru kurang sesuai dengan kompetensi guru yang semestinya.

    b. Tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan terus mengalir baik

    dari kualitas sumber daya manusia, sarana prasarana dan stakeholder.

    c. Kontribusi supervisi yang kurang berdampak pada kompetensi guru

    PAI di Kabupaten Sanggau.

    2. Batasan Masalah

    Melalui identifikasi masalah di atas, batasan penelitian ini antara lain:

    a. Menggunakan pedekatan humanistik dalam proses pelaksanaan

    supervisi akademik dan klinis.

    b. Kompetensi kepribadian guru PAI sebagai fokus penelitian.

    c. Pelaksana supervisi yang dimaksud adalah kepala SMA di Kabupaten

    Sanggau yakni pada sekolah yang menjadi objek penelitian.

    3. Rumusan Masalah

    Dari batasan masalah penelitian di atas, dirumuskan sebagai berikut:

    a. Bagaimana pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi

    akademik terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau?

    b. Bagaimana pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi

    klinis terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau?

  • 6

    c. Bagaimana kontribusi pendekatan humanistik dalam proses

    pelaksanaan supervisi akademik dan klinis terhadap kompetensi

    kepribadian guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau?

    C. Signifikansi Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian antara lain:

    a. Untuk megetahui pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan

    supervisi akademik terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    b. Untuk mengetahui pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan

    supervisi klinis terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    c. Untuk menganalisis kontribusi pendekatan humanistik dalam proses

    pelaksanaan supervisi akademik dan klinis terhadap kompetensi

    kepribadian guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoretis

    1) Memperluas wawasan dalam mengelola pengembangan sumber

    daya manusia baik secara teoretis, metodologis dan empiris bagi

    kepentingan akademik dalam bidang penelitian.

    2) Memberikan sumbangan kajian keilmuan pendekatan humanistik

    di bidang supervisi akademik dan klinis.

    3) Pengembangan konsep baru sebagai bahan rujukan penelitian

    lanjutan terutama pengembangan ilmu di bidang supervisi.

  • 7

    b. Manfaat Praktis

    1) Bagi Dirjen. PAI, dapat menjadi referensi untuk meningkatkan

    kualitas supervisi sebagai kebutuhan pokok guru.

    2) Bagi Dinas Pendidikan, sebagai masukan materi pengelolaan

    kompetensi guru dan motivasi kerja supervisor.

    3) Bagi sekolah, sebagai masukan pertimbangan secara kontekstual

    dalam merumuskan pola pengembangan kompetensi guru PAI.

    4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini menjadi titik awal untuk

    melakukan penelitian lanjutan tentang pengembangan supervisi.

    c. Kontribusi Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:

    1) Untuk melengkapi kajian teoretis maupun praktis di bidang

    pendekatan supervisi akademik dan klinis dalam rangka

    peningkatan kompetensi guru PAI.

    2) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam membuat

    kebijakan strategis di bidang supervisi PAI.

    D. Tinjauan Pustaka

    1. Penelitian Terdahulu

    Setelah mengadakan kajian ke perpustakaan, peneliti menemukan

    penelitian terdahulu yang relevan sebagaimana penjelasan berikut ini:

  • 8

    Hamadi9 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pelaksanaan

    supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak banyak

    memberikan manfaat untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan

    profesionalisme guru karena kepala sekolah sendiri tidak memahami

    tentang pengertian, fungsi, tujuan, prinsip dan teknik serta pendekatan

    dalam melaksanakan kegiatan supervisi di sekolah.

    Tri Martiningsih10 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

    semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik dan partisipasi

    guru dalam Kelompok Kerja Guru akan diikuti semakin tingginya

    kompetensi profesional guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

    Pekalongan Utara.

    Sugeng Riyadi11 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

    pelaksanaan supervisi pengawas telah sesuai dengan ciri-ciri supervisi

    yang bersifat ilmiah, sistematis, obyektif dan menggunakan instrumen.

    Teknik yang dikembangkan pengawas dalam pelaksanaan supervisi

    akademik cukup bervariasi namun kendalanya adalah ketersediaan tenaga

    pengawas yang masih kurang dan upaya yang dilakukan pengawas dalam

    melakukan supervisi akademik belum maksimal.

    9Hamadi, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kelapa

    Kampit Kabupaten Belitung Timur”, Tesis, UI Jakarta, 2011, viii. 10Tri Murtiningsih, “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Kelompok Kerja Guru

    Terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Pekalongan Utara Kota Pekalongan”, Tesis, UNNES, 2008, vii.

    11Sugeng Riyadi, “Supervisi Akademik Pengawas Kemenag Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Arab (Studi Kasus di Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo)”, Tesis, UIN Yogyakarta, 2014, viii.

  • 9

    Tinab Mohammed12 dalam penelitiannya menyimpulkan sebagian

    besar responden setuju pengawasan yang membantu untuk meningkatkan

    kualitas pendidikan yang menjadi alasan untuk supervisi pendidikan di

    Kabupaten Nadowli, supervisor dan guru setuju bahwa supervisi

    umumnya bersifat top-down proses. Ini berarti bahwa struktur pengawasan

    pendidikan di Kabupaten Nadowli diikuti baris hirarki dimana program

    dan keputusan diambil dari tingkat Nasional dan diteruskan ke daerah,

    kabupaten dan tingkat sekolah. Juga, penelitian menunjukkan bahwa

    mayoritas responden setuju bahwa peran pengawas yang memberikan

    bantuan untuk guru, memberikan umpan balik dan memberikan bimbingan

    dan layanan konseling.

    Orenaiya Solomon Adewale13 dalam penelitiannya menyimpulkan

    bahwa efektivitas guru dalam pembelajaran di kelas dengan kompetensi

    metodologis, keterampilan mengajar, bahan ajar dan catatan sekolah yang

    dikombinasikan dengan organisasi kelas berdampak pada prestasi

    akademik peserta didik. Tingkat pembelajaran akibat supervisi akademik

    memastikan efektivitas meningkatnya prestasi akademik siswa di sekolah

    menengah.

    12Tinab Mohammed, “Effects of Educational Supervision on Students’Academic

    Performance in Nadowli District in the Upper West Region of Ghana”, The International Journal Of Humanities & Social Studies, Volume 2, Issue 6, (June 2014), 326.

    13Orenaiya Solomon Adewale, “Desirable Transformation of Secondary School Education to Greater Heights through Effective Academic Supervision by the Vice-Principals”, International Journal of English and Education, Volume 3, Issue 3, (July 2014), 597-598.

  • 10

    Suwardi14 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa persepsi guru

    terhadap supervisi klinis mempunyai hubungan positif dan signifikan

    dengan kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten

    Magelang terbukti kebenarannya.

    Alimin15 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kompetensi

    kepribadian guru PAI SMP di Tarakan pada aspek menghargai peserta

    didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,

    daerah asal, dan gender masuk kategori sangat baik. Kompetensi

    kepribadian guru pada aspek bersikap sesuai dengan norma agama yang

    dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta

    kebudayaan nasional Indonesia yang beragam termasuk sangat baik dan

    termasuk kompetensi guru PAI pada aspek berperilaku jujur, tegas, dan

    manusiawi termasuk sangat baik.

    Dari uraian di atas bahwa kajian penelitian terdahulu dapat menjadi

    petunjuk awal dan memiliki keterkaitan tindak lanjut dalam kajian

    penelitian ini, peneliti belum menemukan penelitian serupa dengan

    penelitian yang akan dilaksanakan. Dari beberapa penelitian relevan

    tersebut dapat dilihat bahwa posisi penelitian yang akan dilaksanakan

    untuk melengkapi penelitian sebelumnya.

    14Suwardi, “Hubungan Persepsi Guru Terhadap Supervisi Klinis dan Bantuan Supervisor

    dengan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupten Magelang”, Tesis, Universitas Sebelas Maret Solo, 2009, 137.

    15Alimin, “Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam SMP di Tarakan”, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Volme 3, Nomor 1 (Januari 2015) 64-65.

  • 11

    2. Kerangka Teori

    a. Pendekatan humanistik

    Humanistik diartikan sebagai orientasi teoretis yang menekankan

    kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan kemauan bebas

    (free will) dan potensi untuk mengembangkan dirinya.16 Pandangan

    humanistik memiliki cara meningkatkan harkat dan martabat manusia

    dengan membangun perhatian terhadap paradigma konservatif,

    paradigma liberal dan kritis.17

    Paradigma konservatif yang berkeyakinan bahwa manusia pada

    dasarnya tidak bisa merencanakan pendidikan atau mempengaruhi

    perubahan sosial karena hanya Tuhan yang merencanakan keadaan

    masyarakat dan hanya Dia yang tahu makna di balik itu semua.

    Paradigma liberal yang menyatakan ada kaitan antara persoalan sosial,

    politik dan ekonomi sehingga tugas pendidikan berusaha

    menyesuaikan dengan keadaan yang ada di lingkungan masyarakat,

    akar daripada pendidikan adalah liberal yakni suatu pandangan yang

    menekankan kemampuan, melindungi hak, dan kebebasan (freedoms),

    serta mengidentifikasi problem dan upaya perubahan sosial secara

    instrumental demi menjaga stabilitas jangka panjang. Paradigma kritis

    menjadi arena perjuangan politik, jika konservatif untuk

    melanggengkan status quo, sementara liberal untuk perubahan

    16Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2008, 142. 17Mansour Fakih, Ideologi-ideologi Pendidikan Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2001, 99.

  • 12

    moderat, maka paradigma kritis menghendaki perubahan secara

    fundamental yang bertujuan untuk menciptakan ruang agar sikap kritis

    terhadap sistem dan struktur ketidakadilan, serta melakukan

    dekonstruksi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil. Dalam

    perspektif kritis pendidikan harus mampu menciptakan ruang untuk

    mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis untuk

    transformasi sosial.18 Untuk mengetahui perbedaan paradigma

    humanistik sebagai berikut:

    Tabel 1.1

    Paradigma Humanistik dalam Proses Pelaksanaan Supervisi

    No. Kegiatan Paradigma Humanistik

    Konservatif Liberal Kritis

    1. Gaya

    supervisor

    Otokrasi;

    supervisor

    penentu

    segalanya dan

    menganggap

    semua sudah

    benar.

    Mengawasi

    bagaimana

    keinginannya

    itu dapat

    dilaksanakan

    oleh orang

    yang

    disupervisi

    dengan

    sebaik-

    baiknya.

    Laissez faire;

    supervisor

    menginterpretasikan

    demokratis dengan

    memberikan

    kebebasan,

    keleluasaan kepada

    guru yang

    disupervisi untuk

    melakukan apa

    yang dianggap baik.

    Sikapnya apatis

    masa bodoh, acuh,

    mempercayakan

    saja segala sesuatu

    pada yang di

    supervisi atau

    terserah yang di

    supervisi.

    Demokratis;

    supervisor

    sebagaimana

    fungsinya

    membina guru

    yang disupervisi,

    menentukan

    bersama apa yang

    akan dikerjakan,

    memikirkan

    bersama prosedur

    dan cara

    pelaksanaannya,

    bekerjasama

    mewujudkan

    rencana yang

    telah ditetapkan

    bersama, dan

    menilai bersama

    hasil yang

    dicapai.

    2. Proses

    supervisi

    Korektif;

    supervisor

    Preventif;

    supervisor berusaha

    Kreatif;

    supervisor

    18Mansour Fakih, Ideologi...., xiii-xvi.

  • 13

    No. Kegiatan Paradigma Humanistik

    Konservatif Liberal Kritis

    lebih mencari

    kesalahan

    yang

    mungkin

    diperbuat

    oleh guru

    PAI. Koreksi

    terhadap hal-

    hal yang tidak

    sesuai dengan

    interuksi,

    ketentuan,

    atau

    kebijaksanaan

    yang di

    gariskan atau

    prinsip dan

    teknik yang

    di tentukan

    serta

    kekurangan

    lainnya

    mencegah hal-hal

    yang tidak

    diinginkan,

    kadangkala

    supervisor

    menahului memberi

    nasihat atau saran

    guna menghindari

    kesulitan yang

    mungkin terjadi

    Konstruktif;

    supervisor tidak

    mencari kesalahan

    namun jika

    ditemukan

    kesalahan tersebut

    bertujuan untuk

    mengadakan

    perbaikan dan

    peningkatan dengan

    niat membangun

    menekankan

    inisiatif dan

    kebebasan

    mencipta serta

    memanfaatkan

    segala dana,

    sarana, dan

    tenaga untuk

    mewujudkan

    tujuan supervisi.

    Kooperatif;

    mementingkan

    kerjasama dengan

    yang disupervisi

    baik perencanaan,

    pengambilan

    keputusan,

    mengorganisasi,

    pengawasan,

    evaluasi dan

    revisi. Pada

    intinya

    melibatkan semua

    pihak terkait

    3. Pendekatan

    supervisi

    Direct

    Approach;

    supervisor

    memberikan

    arahan

    langsung

    sehingga

    supervisi

    bersifat

    dominan,

    menganggap

    guru

    mengalami

    kekurangan

    maka perlu

    penguatan

    atau

    reinforcement

    dan hukuman.

    Non Direct

    Approach; guru

    yang disupervisi

    sangat dihargai,

    supervisor lebih

    mendengarkan dan

    memahami

    permasalahan guru

    kemudian

    memberikan

    penguatan,

    menjelaskan,

    menyajikan dan

    memecahkan

    masalah

    Colaborative

    Approach;

    Perpaduan cara

    direct approach

    dan non direct

    approach artinya

    supervisor dan

    guru bersepakat

    menetapkan

    struktur, proses

    dan kriteria

    dalam

    melaksanakan

    proses

    percakapan

    terhadap masalah

    yang dihadapi

  • 14

    Pendekatan humanistik tersebut di atas bertolak dari ide

    “memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi

    peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi

    harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi,

    dan dasar program pengembangan.19 Dengan karakteristik pendekatan

    humanistik antara lain: pertama menganggap manusia mampu

    memecahkan masalah dengan baik, kedua manusia mempunyai sifat

    ramah dan bersahabat dan ingin berkembang, ketiga manusia

    sepatutnya dihargai, keempat manusia dan perilakunya berkembang

    dari dalam bukan produk alam atau peristiwa eksternal yang dibentuk

    dan yang di gerakkan, kelima manusia dasarnya dapat dipercaya dan

    diandalkaan, keenam melihat manusia itu dapat memenuhi dan

    meningkatkan dirinya, bukan menghalangi apalagi mengancam.20

    Berdasarkan kriteria di atas bahwa aspek pengembangan diri

    sebagaimana dalam pendekatan humanistik sebagai sebuah

    pendekatan yang manusiawi bersifat optimistik, bebas berkehendak,

    sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi pengalamannya, dan

    perangai baik melalui paradigma konservatif, liberal, dan kritis.

    b. Supervisi akademik

    Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu pendidik

    dan tenaga pendidikan mengembangkan kemampuannya dalam

    19Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan

    Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010, 142. 20Muhaimin, Pengembangan…., 143.

  • 15

    mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.21

    Supervisi akademik bukan penilaian unjuk kerja pendidik, melainkan

    membantu pendidik mengembangkan kemampuan profesional.

    Menurut Manulang dalam Donni bahwa supervisi akademik

    merupakan suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah

    dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud

    supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.22

    Sedangkan supervisi akademik oleh Zepeda “Instructional

    supervision aims to promote growth, development, interaction, fault-

    free problem solving, and commitment to build capacity in teachers.23

    Bahwa maksud supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan

    pertumbuhan, perkembangan, interaksi, pemecahan masalah, bebas

    kesalahan, dan komitmen untuk membangun kapasitas pada guru. Hal

    senada supervisi akademik menurut Glickman dalam Sudjana

    menyatakan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan

    membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses

    pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.24

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan supervisi akademik adalah

    kegiatan membantu pendidik mengembangkan kemampuannya dalam

    21Kemdikbud, Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga

    Kependidikan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Penjaminan Mutu

    Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015, 4. 22Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala

    Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014, 83. 23Sally J. Zepeda, Instructional Supervision Applying Tools and Consepts, Larchmont, NY:

    Eye on Education, 2002, 19. 24Nana Sudjana, Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi

    Klinis, Jakarta: Binamita Publishing, 2011, 54.

  • 16

    memecahkan masalah sehingga bebas dari kesalahan untuk

    membangun kapasitas yang profesional dalam pembelajaran.

    Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi

    bagi pertumbuhan motivasi dan pengembangan kompetensi guru.

    Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam

    mengelola pembelajaran. Refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam

    supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk

    menjawab beberapa pertanyaan tentang kejadian di dalam kelas yang

    dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas, aktivitas yang

    bermakna di dalam kelas bagi guru dan peserta didik, yang dilakukan

    guru untuk mencapai tujuan akademik, kelebihan dan kekurangan guru

    dan cara mengembangkannya.

    Berdasarkan hal tersebut akan diperoleh informasi mengenai

    kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun dalam

    penegasannya, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti tidak

    berakhir pelaksanaan supervisi, melainkan harus dilanjutkan dengan

    tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan

    melaksanakannya dengan yang terbaik.

    c. Supervisi klinis

    Supervisi klinis adalah hubugan antar pribadi tutorial berpusat pada

    tujuan pengembangan keterampilan dan pertumbuhan profesional

    melalui belajar dan berlatih. Menurut Sergiovani dan Starratt dalam

    Donni menjelaskan bahwa clinical supervision mengacu pada tatap

  • 17

    muka pertemuan dengan guru tentang mengajar, biasanya classroom,

    dengan maksud agar tercipta profesionalitas guru dan pengembangan

    serta peningkatan instruksi pembelajaran.25 Sedangkan menurut Keith

    Acheson dan Meredith D. Gall dalam Donni menyatakan supervisi

    klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau

    kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengaan tingkah

    laku yang ideal.26 Hal senada oleh Nana Sudjana menyatakan supervisi

    klinis sebagai bantuan profesional yang diberikan kepada guru yang

    mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru

    tersebut dapat megatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan

    proses pembelajaran.27

    Dari beberapa penjelasan tersebut di atas disimpulkan bahwa

    supervisi klinis merupakan proses bantuan profesional kepada guru

    melalui pertemuan antar pribadi untuk mengatasi kesenjangan

    pembelajaran agar dapat diatasi dengan memperkecil masalah

    pembelajaran.

    d. Kompetensi kepribadian

    Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berkaitan

    dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang harus memiliki nilai-nilai

    luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Kompetensi

    kepribadian mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value) kepribadian

    (personality) sebagai elemen perilaku (behavior) dalam kaitannya

    25Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi,...., 154. 26Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi,...., 155. 27Nana Sujana, Supervisi ...., 5.

  • 18

    dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang

    dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan

    pelatihan serta legalitas kewenangan mengajar.28 Ruang lingkup

    kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup, nilai-nilai

    yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa

    hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam

    menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu yang menunjang

    terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang diembannya.

    Kemampuan pribadi guru menurut Sanusi dalam Roqib

    mencakup; pertama penampilan sikap yang positif terhadap

    keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi

    pendidikan beserta unsur-unsurnya, kedua pemahaman, penghayatan

    dan penampilan nilai-nilai yang seyogiyanya dianut oleh seorang guru,

    ketiga penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan

    teladan bagi para siswanya.29

    Perlunya kompetensi kepribadian guru yang harus dimiliki antara

    lain; pertama guru sebagai manusia ciptaan Tuhan berkewajiban untuk

    meningkatkan iman dan taqwanya kepada Tuhan sejalan dengan agama

    dan kepercayaan yang dianutnya, kedua guru memiliki kelebihan

    dibanding yang lain. Oleh sebab itu perlu dikembangkan rasa percaya

    pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa memiliki potensi yang

    besar dalam bidang keguruan dan mampu menyelesaikan berbagai

    28Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru

    yang Sehat di Masa Depan, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009, 122. 29Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru...., 122.

  • 19

    persoalan yang dihadapinya, dan ketiga guru senantiasa berhadapan

    dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta

    didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap

    tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang

    ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun

    masyarakat.30

    Sedangkan indikator dari kepribadian guru antara lain; pertama

    matang dengan mampu bersikap lebih rasional dan bijak sehingga

    perilakunya membuahkan manfaat positif bagi kehidupannya, kedua

    berfungsi sepenuhnya dengan mampu melakukan aktualisasi diri untuk

    mengembangkan seluruh potensinya dan untuk mendapatkan

    penghargaan positif (positive regard) dengan persetujuan dari orang

    lain, kasih sayang dan cinta sehingga mendapat kepuasan diri, ketiga

    produktif dan kreativitas dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan

    psikologis karena individu mampu mengatasi perasaan yang aman

    sebab perasaan teralienasi dari alam, masyarakat dan sesama manusia,

    keempat mengaktualisasikan diri sebagai perkembangan paling tinggi

    dan penggunaan bakat serta pemenuhan kualitas dan kapasitas individu,

    kelima terindividuasi yaitu mereka yang mengetahui diri mereka siapa

    dan apa, mampu mengontrol kehidupan mereka secara sadar,

    bertanggung jawab, bersandar pada masa sekarang tidak hidup dalam

    30Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru...., 124.

  • 20

    masa lampau berorientasi pada masa depan, merindukan tantangan dan

    kegembiraan alam kehidupan, tujuan baru dan pengalaman baru.31

    Mengetahui dari kompetensi kepribadian bahwa guru harus

    mampu memenuhi kemampuannya dibidang kompetensi yang

    bertanggung jawab luas secara pribadi, sosial, dan lingkungan sekolah

    secara profesi. Inilah keragaman kompetensi yang harus dipenuhi oleh

    guru sebagai seorang manusia yang selalu berkembang melalui proses

    pembelajaran. Dalam sistem manusia, keragaman adalah kekuatan yang

    juga perlu dikelola serius, dipelihara dan dilindungi.32

    Sehingga dapat dipahami, kompetensi kepribadian sebenarnya

    manusia memiliki kepribadian sikap, nilai dan perilaku melalui potensi

    yang mampu mengarahkan untuk mengaktualisasikan dirinya.

    e. Kepala sekolah

    Guru selain melaksanakan kegiatan pokok sebagai pengajar juga dapat

    melaksanakan tugas tambahan dan atau tugas lain yang relevan dengan

    fungsi sekolah sebagai; kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua

    program keahlian atau yang sejenisnya, kepala perpustakaan sekolah,

    kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya pada

    sekolah, dan pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang

    menyelenggarakan pendidikan inklusi.33

    31Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru...., 131-147. 32Duncan Waite, Rethinking Instructional Supervision, Francis, e-Library, 2005, 137. 33Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16

    Tahun 2009 tentang Jabatan Guru dan Angka Kreditnya, Pasal 13 ayat 4.

  • 21

    Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk

    memimpin taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/RA), taman kanak-

    kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI),

    sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah

    tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa

    (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA),

    sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK),

    atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), yang bukan sekolah

    bertaraf internasional (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi

    sekolah bertaraf internasional (SBI).34

    Secara sederhana, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai

    tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah

    tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana

    terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran peserta didik

    yang menerima pelajaran.35 Jadi dapat dipahami bahwa kepala sekolah

    merupakan guru yang diberikan tugas tambahan memimpin dalam

    satuan pendidikan atau sekolah.

    Kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan sikap dan

    keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian,

    manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.36 Dalam Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

    34Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru

    Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1. 35Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi ...., 49. 36Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru

    Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 5.

  • 22

    Kepala Sekolah/Madrasah sebagaimana dijelaskan dalam lampiran

    point B tentang kompetensi kepala sekolah sebagai berikut :

    1. Kepribadian, dengan unsur kompetensi antara lain:

    a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak

    mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di

    sekolah

    b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin

    c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai

    kepala sekolah

    d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

    e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam

    pekerjaan sebagai kepala sekolah

    f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan

    2. Manajerial,37 dengan unsur kompetensi antara lain:

    a. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan

    perencanaan

    b. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan

    c. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

    sekolah secara optimal

    d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju

    organisasi pembelajar yang efektif

    37Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

    Sekolah/Madrasah, 8.

  • 23

    e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan

    inovatif bagi pembelajaran peserta didik

    f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pemberdayagunaan

    sumber daya manusia secara optimal

    g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka

    pendayagunaan secara optimal

    h. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka

    pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan

    sekolah

    i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik

    baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta

    didik

    j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran

    sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

    k. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan

    yang akuntabel, transparan dan efisien

    l. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian

    tujuan sekolah

    m. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung

    kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah

    n. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung

    penyusunan program dan pengambilan keputusan

  • 24

    o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

    pembelajaran dan manajemen sekolah

    p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

    program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta

    merencanakan tindak lanjutnya

    3. Kewirausahaan, dengan unsur kompetensi sebagai berikut:

    a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah

    b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai

    organisasi pembelajar yang efektif

    c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan

    tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah

    d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

    menghadapi kendala yang dihadapi sekolah

    e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan

    produksi atau jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik

    4. Supervisi,38 dengan unsur kompetensi antara lain:

    a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka

    peningkatan profesionalisme guru

    b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan

    menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat

    c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam

    rangka peningkatan profesionalisme guru

    38Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

    Sekolah/Madrasah, 11-12.

  • 25

    5. Sosial,39 dengan unsur kompetensi sebagai berikut:

    a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah

    b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

    c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain

    Sedang tugas profesional kepala sekolah adalah sebagai pendidik,

    manajer (educator), pelaku administrasi (administrator), pengawas

    (supervisor), pemimpin (leader), pengusaha (entrepreuneur), dan pencipta

    iklim (climator maker), pemberi inovasi (inovator), dan pemberi motivasi

    (motivator).40

    Berdasarkan uraian teoretis judul penelitian di atas maksudnya

    adalah kontribusi dari sebuah pendekatan humanistik sebagai disiplin ilmu

    yang memandang manusia memiliki totalitas potensi yang dapat

    dikembangkan secara baik dan memperlakukan guru dengan cara

    “memanusiakan manusia” dengan menjunjung harkat dan martabat

    manusia dalam proses pelaksanaan supervisi akademik maupun supervisi

    klinis agar mampu memberikan output atau dampak positif pada

    kompetensi kepribadian guru PAI yang secara identitas menjadi sikap,

    nilai, dan kepribadian (personality) dalam perilaku yang memberikan

    manfaat pada peserta didiknya.

    39Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

    Sekolah/Madrasah, 12. 40Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi ...., 53-56.

  • 26

    E. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang

    memahami kontribusi pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan

    supervisi akademik dan klinis dalam meningkatkan kompetensi

    kepribadian guru PAI.

    Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan antara lain;

    pertama data yang digunakan lebih mengarah pada data-data yang bersifat

    verbal dan perilaku subyek peneliti yaitu analisis yang berhubungan

    dengan supervisi akademik dan klinis yang dilakukan kepala SMA di

    Kabupaten Sanggau dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru

    PAI, kedua berdasarkan jenis data yang akan dikumpulkan, yaitu yang

    berhubungan dengan situasi dan kondisi supervisi di lapangan, ketiga

    analisis data yang digunakan ialah model analisis langsung dan

    mempunyai hubungan yang saling berkaitan antara tema pembahasan satu

    dengan pembahasan lain, keempat hasil penelitian berupa kesimpulan

    diperoleh setelah diadakan analisis data dinyatakan dalam deskripsi situasi,

    bukan perhitungan angka model statistik, kelima penelitian ini dilakukan

    dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat kualitatif.

    Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

    research). Penelitian yang dilakukan dengan mempelajari secara intensif

    tentang latar belakang keadaan, lingkungan, dan interaksinya.

  • 27

    2. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah pelaksana supervisi yang dilakukan

    oleh kepala SMA di Kabupaten Sanggau dan objek dalam penelitian ini

    adalah guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    3. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

    tepatnya lokasi penelitian berada di tujuh tempat yakni; SMAN 1 Sanggau,

    SMAN 2 Sanggau, SMAN 3 Sanggau, SMAN 2 Sekayam, SMA PGRI

    Sanggau, SMAN 1 Tayan Hulu, dan SMAN 1 Bonti dengan pertimbangan

    antara lain:

    a. Tidak ada (facum) supervisor PAI SMA di Kabupaten Sanggau, peran

    kepengawasan cukup hanya dilakukan oleh kepala sekolah.

    b. Sumber daya potensial guru PAI yang mengalami kemunduran akibat

    kurang intensifnya bimbingan dan arahan dari supervisor serta

    mempengaruhi motivasi belajar mengajar.

    c. Pentingnya menjalin kerjasama tercapainya peningkatan tujuan

    pembelajaran antara kepala sekolah dan guru PAI dengan menjunjung

    tinggi derajat kemanusiaan dalam memberikan layanan supervisi.

    4. Sumber Data

    Sumber data primer penelitian di Kabupaten Sanggau terdiri dari kepala

    SMA, dan data sekunder terdiri dari guru PAI SMA, Musyawarah Kerja

    Kepala Sekolah (MKKS) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

    PAI SMA.

  • 28

    5. Prosedur Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

    a. Wawancara (interview)

    Wawancara untuk mendapatkan informasi terhadap subjek penelitian

    maupun informan penelitian. Tujuan wawancara untuk memperoleh

    data pendekatan humanistik dalam supervisi akademik dan klinis.

    b. Observasi

    Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung terhadap

    pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi akademik

    dan klinis yang bertujuan untuk memperoleh data faktual terhadap

    situasi dan kondisi supervisi akademik dan klinis terhadap guru PAI.

    c. Dokumentasi

    Dokumentasi digunakan untuk mempelajari data yang berupa catatan

    yang berhubungan dengan situasi dan kondisi pelaksanaan supervisi

    akademik dan klinis terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    6. Keabsahan Data

    Teknik pemeriksaan keabsahan data hasil wawancara yang digunakan

    untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

    menurut Denzin dirangkum dalam empat tipe dasar dari teknik

    triangulasi,41 yaitu; triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metode

    dan triangulasi sumber. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan

    triangulasi metode dan triangulasi sumber.

    41Norman K. Denzin dan Lincoln Yvonna S. (eds.), Handbook of Qualitative Research.

    Terjemahan Dariyatno dkk. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009, 271.

  • 29

    a) Triangulasi Metode

    Triangulasi metode yakni menggunakan beragam metode

    untuk mengkaji problem tunggal. Trianggulasi metode terdapat dua

    strategi yakni; pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

    penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

    kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

    Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang

    berupa wawancara mendalam yaitu beberapa pertanyaan yang

    diajukan pengawas yaitu kepala sekolah, juga berbagai dokumen di

    sekolah obyek penelitian kemudian hasilnya diuji dengan

    pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik observasi pada

    saat pengawas melakukan supervisi akademik dan klinis. Triangulasi

    metode dapat digambarkan seperti di bawah ini:

    Gambar 1.1

    Triangulasi Metode

    b) Triangulasi Sumber

    Triangulasi sumber digunakan peneliti untuk menguji keabsahan

    data antara subjek penelitian dan informan penelitian. Berbagai data

    yang dihasilkan dari kepala sekolah, guru PAI SMA, dan Ketua

    MGMP PAI Kabupaten Sanggau sebagai pembanding untuk mencari

    Data Absah Data Awal

    Wawancara

    Observasi

    Dokumentasi

  • 30

    keabsahan data dan derajat kepercayaan data. Triangulasi sumber dapat

    digambarkan seperti di bawah ini:

    Gambar 1. 2

    Triangulasi Sumber

    7. Teknik Analisis Data

    Analisis data sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data

    yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langsung, dan bahan-bahan

    lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

    kepada orang lain setelah memilih bagian penting yang akan dipelajari dan

    membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.42 Dalam

    penelitian kualitatif, analisis data meliputi tiga langkah yaitu; reduksi data,

    penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.43 Ketiga

    komponen itu berkaitan dalam proses serta menentukan hasil akhir

    analisis. Gambaran dari ketiga hal tersebut adalah:

    42Sugiyono, Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008,

    334. 43Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press,

    1992, 16-17.

    Data Absah

    Kepala Sekolah

    Guru PAI SMA

    MGMP PAI SMA

    MKKS SMA

    Data Awal

  • 31

    Gambar 1. 3

    Model Analisis 44

    a. Reduksi data (Data Reduction)

    Reduksi data merupakan proses pemilihan, perumusan, perhatian pada

    penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian terinci dan

    sistematis, menonjolkan beberapa pokok yang penting agar lebih

    mudah dikendalikan. Reduksi sebagai bentuk analisis yang

    menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan

    memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan

    dan juga mempermudah dalam mencari kembali data itu apabila

    diperlukan. Sejumlah analisis selama pengumpulan data supervisi

    akademik humanistik di Kabupaten Sanggau adalah;

    Pertama, meringkas data kontak kepala sekolah terkait. Kedua,

    menganalisis pengumpulan data dengan pembuatan catatan objektif,

    mengklasifikasikan dan mengatur jawaban sebagaimana adanya

    dengan objektif deskriptif. Ketiga, membuat catatan penting dari

    kepala sekolah tentang kegiatan supervisi. Keempat, menyimpan data

    44Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis...., 20.

    Pengumpulan Data Reduksi Data

    Penarikan

    Kesimpulan/Verifikasi

    Sajian Data

  • 32

    dengan memperhatikan; pemberian tabel, format tertentu, dan

    menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi secara baik.

    Kelima, analisis pengumpulan data atau pengembangan pendapat dari

    kepala sekolah, guru PAI, MKKS, dan ketua MGMP PAI SMA.

    Display data untuk menyajikan data dan melihat gambaran

    keseluruhan atau pada bagian tertentu dari penelitian. Tidak semua

    data valid dan riabel, karenanya perlu dilakukan reduksi agar data yang

    akan dianalisis memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Arah

    dari seluruh proses analisis data perlu dilakukan pengecekan kembali

    terhadap data yang dikoreksi saat pertama kali dikumpulkan.

    b. Penyajian Data (Data Display)

    Sajian data adalah suatu rangkaian mengorganisasikan, menyusun

    data dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami

    dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya.45 Pada langkah ini

    diperlukan penyusunan data yang relevan sehingga menjadi informasi

    yang dapat disimpulkan dan dimiliki makna tertentu.

    c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclution Drawing / Verification)

    Kesimpulan atau verifikasi menjadi upaya untuk mencari makna

    terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema,

    hubungan, persamaan, hal-hal lain yang sering timbul dan sebagainya.

    45Sugiyono, Metode Penelitian...., 341.

  • 33

    F. Sistematika Penulisan

    Paparan alur isi Tesis agar mudah dipahami dapat diuraikan berikut ini:

    1. Bagain Awal

    Bagian awal ini terdiri dari; halaman Judul, halaman Pengesahan,

    halaman Pernyataan, Abstrak, Prakata, halaman Persembahan, Motto,

    Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar

    Lambang, Daftar Singkatan, dan Daftar Lampiran.

    2. Bagian Isi

    Bab pertama Pendahuluan; menguraikan tentang Latar Belakang,

    Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode

    Penelitian dan Sistematika Penulisan.

    Bab kedua menjelaskan data tentang pendekatan humanistik dalam

    proses pelaksanaan supervisi akademik guru PAI SMA di Kabupaten

    Sanggau.

    Bab ketiga menjelaskan data tentang pendekatan humanistik dalam

    proses pelaksanaan supervisi klinis guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    Bab keempat pembahasan hasil penelitian tentang kontribusi

    pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi akademik dan

    klinis terhadap kompetensi kepribadian guru PAI SMA Kabupaten

    Sanggau, dan faktor pendukung dan faktor penghambat supervisi

    akademik dan klinis.

    Bab kelima Penutup; berisi tentang Simpulan dan Saran dari hasil

    penelitian.

  • 34

    3. Bagian Akhir

    Pada bagian akhir ini berisi tentang Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran

    dan Daftar Riwayat Hidup.

  • 35

    BAB II

    PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES PELAKSANAAN

    SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP GURU PAI SMA

    DI KABUPATEN SANGGAU

    Berdasarkan hasil observasi penelitian yang di mulai dari tanggal 19 April 2017

    sampai dengan tanggal 3 Juni 2017 tentang proses pelaksanaan supervisi

    akademik guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau diperoleh gambaran data melalui

    beberapa langkah supervisi akademik sebagai berikut :

    A. Perencanaan Supervisi Akademik

    Perencanaan menjadi hal penting dalam proses supervisi akademik untuk

    memperbaiki pembelajaran dan mengembangkan kompetensi guru. Sebelum

    melaksanakan supervisi akademik, terlebih dahulu menyusun perencanaan

    agar dapat memahami fungsi dan tujuan yang akan dilaksanakan dapat

    memperoleh output yang maksimal termasuk mudah untuk mengukur tingkat

    pencapaianya.

    Program supervisi akademik menjadi rangkaian kegiatan untuk

    peningkatan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran dalam menjalankan

    tugas, fungsi dan peran seorang kepala sekolah sebagai supervisor. Dalam

    program supervisi akademik memuat rincian alur kegiatan yang akan

    dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran termasuk di dalamnya

    proses dan hasil belajar.

    Supervisor penting untuk menguasai perencanaan supervisi akademik

    dengan baik. Terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam

    perencanaan supervisi akademik, yaitu mengenai obyektivitas (data apa

    35

  • 36

    adanya), tanggung jawab, berkesinambungan, didasarkan pada Standar

    Nasional Pendidikan (SNP), serta didasarkan pada kebutuhan dan kondisi

    sekolah.46

    Dalam panduan supervisi akademik Dirjen Peningkatan Mutu

    Pendidikan Tenaga Kependidikan (PMPTK)47 menyatakan ruang lingkup

    perencanaan supervisi akademik meliputi sejumlah hal yang saling berkaitan

    satu dengan lainnya, yaitu terkait dengan; pelaksanaan kurikulum, persiapan

    pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru, pencapaian standar

    kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan peraturan pelaksanaanya,

    peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan antara lain: model

    kegiatan pembelajaran mengacu pada standar proses, peran guru dalam proses

    pembelajaran secara aktif, kreatif, demokratis, mendidik, memotivasi,

    mendorong kreativitas dan dialogis, guru dapat membentuk karakter dan

    memiliki pola pikir serta kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan

    aktivitas intelektual yang kreatif dan inovatif, berargumentasi,

    mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi, keterlibatan guru

    dan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara

    sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak

    terbatas pada materi yang diberikan oleh guru, dan bertanggung jawab

    terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran

    yang diampunya agar peserta didiknya mampu; meningkat rasa ingin tahunya,

    mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan

    46Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi ...., 114. 47Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Jakarta: Dirjen

    PMPTK, 2010, 15.

  • 37

    pendidikan, memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan

    mencari sumber informasi, mengolah informasi menjadi pengetahuan,

    menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah,

    mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain, dan mengembangkan

    belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar48

    Kaitanya data hasil survei yang peneliti peroleh dari beberapa sekolah

    setelah peneliti konfirmasikan melalui wawancara dengan supervisor maupun

    guru PAI dan pengamatan di lapangan ditemukan beberapa hal yang dapat

    dijadikan gambaran obyektif. Menurut bapak Silas berikut ini:

    “perencanaan supervisi akademik menjadi acuan tercapainya target supervisi akademik dan hasil pembelajaran yang maksimal di sesuaikan dengan

    kebutuhan guru PAI dan jadwal supervisi akademik sudah saya atur

    sedemikian rupa yang lengkap dengan program sekolah secara keseluruhan

    dalam setiap satu semester dan saya tampilkan dalam pengumuman di ruang

    kepala sekolah, ruang guru maupun ruang tata usaha atau akademik.”49

    Bermula dari perencanaan sehingga tujuan supervisi menjadi jelas bagi

    seorang supervisor dalam mengukur tingkat perkembangan guru PAI, dan

    mengenai jadwal supervisi yang tidak dilakukan terpisah melainkan sesuai

    pada jam pembelajaran PAI. Sedangkan menurut bapak Sigit Sukamto :

    “Supervisi akademik direncanakan setiap tahun pelajaran baru dan pelaksanaannya menyesuaikan tingkat kepadatan dan peluang kegiatan belajar

    mengajar sehingga tidak mengganggu capaian materi yang akan disampaikan

    guru PAI.”50

    Pada dasarnya supervisi akademik di rencanakan oleh supervisor dan

    perencanaan ini sering diagendakan dalam MKKS SMA di Kabupaten

    Sanggau, sebagaimana pernyataan bapak Silas berikut ini:

    48Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik...., 16. 49Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 50Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.

  • 38

    “dalam pertemuan MKKS saya sudah sering mengulang dan mengingatkan tentang capaian program yang tentu sifatnya bersama dilakukan, misalkan

    ulangan bersama semester termasuk kenaikan kelas, agenda supervisi, O2SN

    dan mengenai penyerapan anggaran yang menjadi priorotas pelaksanaan

    sekolah secara umum dilakukan oleh MKKS, selain bertujuan untuk

    menyamakan persepsi dan sharing juga untuk peningkatan kualitas

    pembelajaran baik dari proses hingga hasil yang akan ditargetkan.”51

    Hal ini juga dinyatakan oleh berbagai kepala sekolah di Kabupaten

    Sanggau yang secara umum membuat rencana supervisi dalam setiap

    semester untuk menjembatani guru dalam mengembangkan kualitas

    pembelajaran.

    Sebagai langkah awal dalam perencanaan supervisi akademik agar

    sesuai tujuan yang akan dicapai, menjadi penting bahwa dalam sebuah proses

    membutuhkan pendekatan yang tepat, yaitu pendekatan humanistik sebagai

    rencana pendekatan dalam supervisi akademik.

    Pendekatan humanistik dalam proses supervisi akademik yang

    memposisikan guru sebagai mitra dan kerjasama untuk membangun dinamika

    pembelajaran yang saling menghargai, saling mengerti, untuk menuju sebuah

    penghargaan diri seorang guru yang berpotensi. Berbeda dengan proses

    pelaksanaan supervisi akademik menurut bapak Zeno berikut ini:

    “pembelajaran agama Islam khususnya menjadi pedoman yang sifatnya mutlak menurut kebenaran agama sehingga guru PAI wajib mengajarkan

    sesuai petunjuk kitab suci al Qur’an karena di dalamnya tentu mengajarkan suatu kebaikan nilai dan norma yang jelas dan arahnya sudah ditentukan, jika

    tidak mampu mengikuti petunjuk yang ada maka patut dipertanyakan

    pelakunya, untuk supervisor bagi saya sudah ada instrumen awal dan

    pelaksanaan serta setelahnya.”52

    51Wawancara dengan Ketua MKKS SMA Kabupaten Sanggau tentang Pelaksanaan

    Supervisi Akademik 52Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Bonti tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.

  • 39

    Sedangkan menurut bapak Muh. Tarmudi sebagai berikut:

    “Supervisi akademik dengan cara memanusiakan guru PAI sebagai orang dewasa untuk mengembangkan potensi dalam membentuk kepercayaan

    dirinya pada proses pembelajaran dan mengatasi permasalahan pembelajaran

    yang dihadapi.”53

    Rencana dalam proses pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru

    PAI SMA di Kabupaten Sanggau antara lain; merencanakan tujuan supervisi

    akademik, menggunakan pendekatan humanistik dalam supervisi akademik,

    merencanakan guru yang akan di supervisi akademik, menyusun jadwal

    pelaksanaan supervisi, menentukan beberapa langkah dalam rencana supervisi

    akademik, merencanakan sumber daya pendukung dalam kegiatan supervisi

    akademik, menentukan sasaran supervisi akademik, dan menentukan tindak

    lanjut.

    Proses pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru PAI SMA di

    Kabupaten Sanggau disesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan. Rencana

    supervisi akademik secara garis besar dilakukan oleh supervisor menggunakan

    instrumen supervisi akademik. Hal ini didasarkan pada observasi kepala

    sekolah terhadap guru PAI dalam peningkatan layanan bimbingan. Sedangkan

    perencanaan ini menurut respon ibu Nur Enlaila sebagai berikut:

    “kami lebih dihargai dengan senang hati melalui rencana supervisi akademik dengan pendekatan semacam ini, maksudnya manusiawi, sehingga kami bisa

    berbuat dan tahu diri, akan merespon dengan sikap terbuka dan menanggapi

    supervisi sebagai proses pengembangan perbaikan pembelajaran, dan saya

    kira ini hal yang wajar dalam pendidikan, supervisi untuk menjamin

    kelangsungan pembelajaran lebih berarti agar dampaknya dapat dirasakan oleh

    siswa nantinya. Untuk rencana saya siapkan perangkat pembelajaran yang

    lengkap dengan unsur materi, metode, model, media dan alat evaluasinya

    termasuk untuk program remedial dan pengayaannya.”54

    53Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sekayam tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 54Wawancara dengan Guru PAI SMAN 3 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.

  • 40

    Respon di atas, pada dasarnya menjadi modal utama perencanaan

    supervisor melakukan proses pelaksanaan supervisi akademik dan

    menunjukkan proses kedewasaan berpikir terhadap proses supervisi akademik.

    Sehingga program supervisi itu berisi program yang spesifik, dapat diukur

    ketercapaiannya, sesuai dengan kondisi sekolah, tidak mengada-ada, jelas

    waktu pelaksanaannya, dapat dinilai secara obyektif, dan dapat ditinjau ulang

    sesuai dengan kebutuhan berbagai kondisi di sekolah.

    B. Pelaksanaan Supervisi Akademik

    Pelaksanaan supervisi akademik sebagai kegiatan pembinaan dengan memberi

    bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,

    tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam meningkatkan kualitas

    pembelajaran PAI SMA di Kabupaten Sanggau.

    Pelaksanaan supervisi akademik dapat berjalan dengan baik dengan

    adanya rencana yang sudah disusun dan dipersiapkan sesuai tujuan yang akan

    dicapai. Untuk proses supervisi akademik yang diadopsi dari langkah-langkah

    Kemendiknas yakni pra-observasi, obserevasi, dan pasca-observasi55 sebagai

    berikut:

    a. Pra observasi (Pertemuan Awal)

    Sebelum pelaksanaan supervisi akademik, terlebih dahulu supervisor perlu

    membangun suasana akrab dengan guru PAI, membahas persiapan yang

    sudah dibuat guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang

    menjadi fokus supervisi, menyepakati instrumen observasi yang akan

    55Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik.

  • 41

    digunakan termasuk dalam mengidentifikasi fokus pengamatan. Menurut

    pernyataan bapak Burhan berikut ini:

    “kita perlu menginternalisasi diri menjadi satu dan memisah batas antara atasan dan bawahan agar guru bisa santai ketika di supervisi akademik

    sehingga hasilnya maksimal, saya rasa kedekatan kepala sekolah dengan

    guru PAI itu bisa dilakukan dengan berbagai cara ya...bisa dengan saling

    berbagi pengalaman, memberikan pandangan optimis dan bila perlu

    gurau sekalipun tidak apa asal sewajarnya.”56

    Menjadikan suasana akrab sebagai dasar memotivasi guru PAI

    memiliki orientasi pembelajaran yang terarah lepas dari rasa tidak percaya

    diri. Hal ini juga disampaikan oleh bapak Hermawan sebagai berikut:

    “jujur saya jika pada saat mengajar seketika itu kepala sekolah datang ke kelas memonitoring pembelajaran PAI secara mendadak tidak fokus dan

    perasaan ingin segera mengakhirinya, tapi kalau disini istilahnya sudah

    tau kapan kita di superevisi itu sudah jelas jadwalnya dan ada pertemuan

    awal yang bisa saling mengutarakan kemauan dalam supervisi.”57

    Hal demikian menunjukkan pentingnya bercengkerama untuk

    melepas kepanikan guru PAI saat akan di supervisi. Cara yang beda

    diungkapkan juga oleh bapak Ruswana berikuti ini :

    “kita itu butuh saling memahami situasi dan kondisi dengan cara menghilangkan persepsi negatif dan memberikan motivasi akan supervisi

    yang dilakukan bukan sebab kesalahan nantinya ketika guru kurang

    percaya diri, melainkan gagap atau mendadak nervest termasuk dengan

    bergurau ria dari keseriusan itulah obat penenagnya.”58

    Manfaat untuk menciptakan suasana akrab ini juga mengundang

    reaksi sama dalam pernyataan ibu Rasyi’ah berikut ini:

    “saja benar kalau kepala sekolah kami itu humoris, merubah keadaan saya menjadi siap di supervisi dengan cara bercandanya yang akrab, hampir

    beliau itu selalu membangun cara awal dengan santai akhirnya tanpa saya

    sadari pun ya…supervisi bisa terlaksana sesuai rencana, maklum saya juga termasuk baru di sekolah ini.”59

    56Wawancara dengan Kepala SMA PGRI Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 57Wawancara dengan Guru PAI SMAN 1 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 58Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Tayan Hulu tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 59Wawancara dengan Guru PAI SMAN 2 Sekayam tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.

  • 42

    Pernyataan tersebut di atas artinya dapat dibuktikan dari adanya

    hubungan yang harmonis baik dengan senda gurau, humoris,

    kekeluargaan, motivasi dan membangun persepsi awal sebelum supervisi

    akademik memiliki kemampuan untuk mempersiapkan guru secara efektif

    yang membuktikan bahwa hubungan mitra belajar dapat mengorganisir

    guru menjadi terbuka dan santai dengan fokus tujuan yang akan dicapai.

    b. Observasi (Pengamatan Pembelajaran)

    Pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru PAI SMA di Kabupaten

    Sanggau difokuskan pada kesepakatan pertemuan awal, menggunakan

    instrumen observasi dan catatan (fielf note), catatan observasi mencakup

    perilaku guru dan peserta didik, tidak mengganggu proses pembelajaran.

    Sebagaimana pernyataan bapak Sigit Sukamto berikut ini:

    “ketika kami melakukan supervisi terhadap guru PAI sering tidak seutuhnya karena sepakat untuk di evaluasi pada hal yang sekiranya perlu

    seperti cara mengaktifkan anak di sela waktu tanggung, pemanfaatan

    Information and Tecnology (IT), dan cara mengevaluasi pembelajaran.”60

    Sasaran yang akan dicapai dalam supervisi akademik sesuai

    kesepakatan pertemuan awal dan dari ketujuh obyek penelitian tidak

    ditemukan supervisi yang mengganggu proses pembelajaran, yakni

    pembelajaran tetap kondusif. Pelaksanaan supervisi akademik

    memperhatikan proses pembelajaran PAI mulai dari strategi, model,

    teknik, pengelolaan kelas, penggunaan media dan evaluasi pembelajaran

    menjadi sasaran supervisi yang telah dilakukan.

    60Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.

  • 43

    Teknik yang digunakan dalam proses supervisi akademik guru PAI

    SMA di Kabupaten Sanggau adalah teknik individu melalui kunjungan

    kelas, dalam hal ini bisa kita perhatikan kutipan pernyataan dari bapak M.

    Buyung berikut ini:

    “sebenarnya sasaran dan target ada pada batas ketuntasan minimal adapun yang menjadi sasaran adalah proses pembelajaran guru PAI dengan teknik

    kunjungan kelas sebagai upaya pengembangan kompetensi

    pembelajaran.”61

    Untuk memperhatikan pelaksanaan supervisi akademik melalui

    kunjungan kelas seorang supervisor dibantu wakil kepala kurikulum dan

    dua orang guru senior dapat memperhatikan dari perencanaan instrumen

    yang telah disiapkan sebagaimana pernyataan bapak Muh. Tarmudi dan

    bapak Sigit Sukamto berikut ini:

    “Pengembangan instrumen akademik mengacu pada Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG 1-2) dan pengembangan masalah pembelajaran dari guru PAI

    itu sendiri sehingga formatnya menyesuaikan dari masalah yang ingin

    menjadi tujuan, ada yang bersifat metode pembelajaran, keaktifan belajar,

    dan penilaian, jika ada beberapa guru selain guru PAI setelah dianalisis

    akan dilakukan melalui teknik kelompok dan cara menanganinya pun

    dengan in house training.”62 “Untuk jadwal mengikuti waktu jam mengajar sesuai sekolah pada umumnya di Sanggau, dan instrument supervisi mengacu pedoman standar

    dalam APKG 1 dan APKG 2.”63

    Maksud dalam APKG 1 adalah untuk instrumen penilaian rencana

    pelaksanaan pembelajaran guru PAI, sedangkan APKG 2 untuk instrumen

    penilaian pelaksanaan pembelajaran PAI. Dari instrument tersebut dapat

    diketahui tingkat pencapaian yang dilakukan dalam pelaksanaan supervisi

    61Wawancara dengan Plt. Kepala SMAN 3 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi

    Akademik. 62Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sekayam tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 63Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.

  • 44

    akademik. Selain mengacu pada instrument APKG tentunya supervisor

    memiliki catatan penting untuk didiskusikan bersama setelah pembelajaran

    dalam rangka untuk mencari beberapa faktor yang berpengaruh dalam

    supervisi akademik.

    Pendekatan humanistik, dengan paadigma konservatif yang

    mempertahankan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku seperti

    halnya dalam penggunaan instrumen supervisi, peningkatan etika dan

    estetika, cara mengelola kelas, dan menumbuhkan keahlian mengajar.

    Menurut pernyataan bapak Khasmirianto sebagai berikut:

    “ini bukan perkara tidak menerima yang baru ya...karena dalam mempertahankan kebiasaan lama yang baik tidak perlu ragu sekalipun ada

    perubahan kurikulum karena ada beberapa hal dan tidak semua perubahan

    akan diikuti karena sekolah perlu ciri khas dan selama itu baik dan

    manfaat.”64

    Supervisor akademik PAI SMA di Kabupaten Sanggau

    merealisasikan rencana dengan observasi kelas tidak didapatkan hambatan

    serius. Upaya supervisor mewujudkan supervisi akademik sebagai

    program yang menunjang perubahan sesuai tujuan supervisi,

    membimbing guru PAI agar dapat menciptakan situasi belajar yang

    kondusif dan memungkinkan belajar dengan baik, menjadikan daya

    dukung dalam keterampilan mengajar dan membimbing secara

    profesional.

    Pendekatan humanistik dalam pandangan liberal dalam pembelajaran

    PAI sebagaimana yang disampaikan bapak Sigit Sukamto adalah:

    64Wawan