konstitusi Periode 1965-1998

3
Konstitusi Periode 1965 s/d 1998 Masa Demokrasi Pancasila tahun 1965-1998 sesungguhnya merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Dengan sistem Demokrasi ini terjadi pemisahan kekuasaan yang wajar, pemerintah lebih stabil sehingga pembangunan yang menguntungkan rakyat banyak bisa berjalan lebih baik. Suasana keamanan lebih stabil sehingga rakyat merasa lebih nyaman dan bisa bekerja dengan lapangan kerja yang memadai. Daya beli rakyat bertambah baik, dan pembangunan yang menguntungkan rakyat banyak bisa berjalan. Kritik yang muncul adalah bahwa Pak Harto, yang muncul kepermukaan karena jasanya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan dalam menumpas G30/PKI dianggap terlalu kuat sehingga hampir semua kekuatan lain tidak bisa menyatakan pendapat dengan bebas dan hampir tidak mungkin menggantikan kekuasaannya. Tahun 1965-1998; Demokrasi Pancasila; dengan ciri-ciri: Demokrasi berketuhanan Demokrasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab Demokrasi bagi persatuan Indonesia Demokrasi yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Demokrasi berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Kita tidak menafikan betapa indah susunan kata berkaitan dengan Demokrasi Pancasila, tetapi pada tataran praksis sebagaimana yang kita lihat dan rasakan: Mengabaikan eksistensi dan peran Tuhan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana tidak merasa dikontrol oleh Tuhan. Para pemimpin, terutama presiden tabu untuk dikritik, apalagi dipersalahkan. Ini bermakna menempatkan dirinya dalam posisi Tuhan yang selalu harus dimuliakan dan dilaksanakan segala titahnya serta memegang kekuasaan yang absolut

Transcript of konstitusi Periode 1965-1998

Page 1: konstitusi Periode 1965-1998

Konstitusi Periode 1965 s/d 1998

Masa Demokrasi Pancasila tahun 1965-1998 sesungguhnya merupakan demokrasi konstitusional

yang menonjolkan sistem presidensial. Dengan sistem Demokrasi ini terjadi pemisahan

kekuasaan yang wajar, pemerintah lebih stabil sehingga pembangunan yang menguntungkan

rakyat banyak bisa berjalan lebih baik. Suasana keamanan lebih stabil sehingga rakyat merasa

lebih nyaman dan bisa bekerja dengan lapangan kerja yang memadai. Daya beli rakyat

bertambah baik, dan pembangunan yang menguntungkan rakyat banyak bisa berjalan. Kritik

yang muncul adalah bahwa Pak Harto, yang muncul kepermukaan karena jasanya dalam

perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan dalam menumpas G30/PKI dianggap terlalu kuat

sehingga hampir semua kekuatan lain tidak bisa menyatakan pendapat dengan bebas dan hampir

tidak mungkin menggantikan kekuasaannya.

Tahun 1965-1998; Demokrasi Pancasila; dengan ciri-ciri:

  Demokrasi berketuhanan

  Demokrasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab

  Demokrasi bagi persatuan Indonesia

  Demokrasi yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

  Demokrasi berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kita tidak menafikan betapa indah susunan kata berkaitan dengan Demokrasi Pancasila, tetapi

pada tataran praksis sebagaimana yang kita lihat dan rasakan:

• Mengabaikan eksistensi dan peran Tuhan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di mana

tidak merasa dikontrol oleh Tuhan. Para pemimpin, terutama presiden tabu untuk dikritik,

apalagi dipersalahkan. Ini bermakna menempatkan dirinya dalam posisi Tuhan yang selalu harus

dimuliakan dan dilaksanakan segala titahnya serta memegang kekuasaan yang absolut

• Tidak manusiawi, tidak adil dan tidak beradab, dengan fakta eksistensi nyawa, darah, harkat

dan martabat manusia lebih rendah dari nilai-nilai kebendaan.

• Tidak ada keadilan hukum, ekonomi, politik dan penegakan HAM.

• Pemilu rutin lima tahuna, tetapi sekedar ritual demokrasi. Dimana dalam prakteknya

diberlakukan sistem Kepartaian Hegemonik, yakni pemilu diikuti oleh beberapa partai politik,

tetapi yang harus dimenagkan, dengan menempuh berbagai cara,intimidasi, teror, ancaman

danuanga, hanya satu partai politik.

Kala itu dikenal politik massa mengambang, yakni eksistensi dan kiprah partai politik hanya

sampai di tingkat kabupaten/kota. Tetapi dipihak lain dengan pongah, arogan dan brutal partai

hegemonik dihidupkan sampai ke pelosok-pelosok desa.

Page 2: konstitusi Periode 1965-1998

Periode ini berakhir dengan tumbangnya rezim orde baru di bawah komando jenderal besar

Soeharto.

Penyimpangan konstitusi tahun 1965-1998

indonesia mengalami masa penyimpangan konstitusi yang dilakoni oleh pemberontakan G30/S

PKI pada tahun 1966. Kurun waktu Orde Baru tahun 1966 sampai 1998 yang mempunyai tekad

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Karena telah terbukti

bahwa pemberontakan G 30 S yang didalangi oleh PKI maka rakyat menghendaki dan menuntut

PKI dibubarkan. Namun pada waktu itu pimpinan negara tidak mau memenuhi tuntutan rakyat

sehingga timbul "situasi konflik "antara rakyat satu pihak dan Presiden dilain pihak.

Dengan berlandaskan pada Surat Perintah 11 Maret 1966, pengemban SUPERSEMAR pada

tanggal 12 Maret 1966 membubarkan PKI dan ormas-ormasnya jadi dengan demikian tanggal 19

Maret 1966 dinyatakan sebagai titik awal Orde baru. Dalam masa ini telah dapat berhasil

melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 dalam hal pembentukan lembaga-lembaga Negara

dan lain-lain, namun perkembangan lebih lanjut Orde Baru didalam melaksanakan kekuasaan

negara/pemerintah, sejalan dengan proses yang dihadapi ternyata terjadi penyimpangan-

penyimpangan yang terlihat kepada pelaksanaan kekuasaan pemerintah mengarah otoriter. Dari

pemerintah otoriter ini muncul terjadinya konflik horisontal maupun vertikal yang diakhiri oleh

lengsernya Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998, kemudian beralih kepada Pemerintah

beraliran Reformasi.

Kelebihan

Penataan kehidupan konstitusi lebih baik dari OrLa

Pembangunan nasional berhasil dan terencana

Stabilitas politik terjamin

Tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat

Kelemahan

Kekuasaan presiden dominan dan berpusat tanpa undang-undang kepresidenan

Pembangunan tidak merata

Hak politik dan kebebasan pers terbelenggu, tidak demokratis

Krisis ekonomi di akhir OrBa

KKN