Hukum Konstitusi

108

description

Bahan ajar untuk Program Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda. By: Tri Widodo W. Utomo

Transcript of Hukum Konstitusi

Page 1: Hukum Konstitusi
Page 2: Hukum Konstitusi

DATA PRIBADIDATA PRIBADINamaNama :: Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA

TTGTTG :: Yogyakarta, 15-07-1968Yogyakarta, 15-07-1968

JabatanJabatan :: Kepala Bidang Kajian Aparatur PKP2A III LAN Kepala Bidang Kajian Aparatur PKP2A III LAN Peneliti Madya Bidang Administrasi NegaraPeneliti Madya Bidang Administrasi Negara

NIPNIP :: 270 000 876 270 000 876

PangkatPangkat :: IV-a / Pembina (TMT 01-10-2006) IV-a / Pembina (TMT 01-10-2006)

Pendidikan Pendidikan :: S1 Fak. Hukum Jur. HTN, UII Yogyakarta, 1992 S1 Fak. Hukum Jur. HTN, UII Yogyakarta, 1992 S2 Int’l Devt & Cooperation, Nagoya University, 2004S2 Int’l Devt & Cooperation, Nagoya University, 2004 S3 Adm. Publik UGM Yogyakarta (masuk 2007)S3 Adm. Publik UGM Yogyakarta (masuk 2007)

Alamat KtrAlamat Ktr :: Jl. MT Haryono No. 36, Rawa Indah, SMD Jl. MT Haryono No. 36, Rawa Indah, SMD Telp. 0541-768231Telp. 0541-768231 Fax. 0541-768230Fax. 0541-768230

Alamt RmhAlamt Rmh :: Komp. Pesona Mahakam D3-37, Samarinda Komp. Pesona Mahakam D3-37, Samarinda HP. 0819-503-4500HP. 0819-503-4500

Page 3: Hukum Konstitusi

GrundnormGrundnorm adalah dasar berlaku dari semua kaedah yg berasal adalah dasar berlaku dari semua kaedah yg berasal dari sistem tata hukum.dari sistem tata hukum.

Psl 3 UU 10/2004Psl 3 UU 10/2004: : UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.Peraturan Perundang-undangan.

NormaIndividu

Norma Umum

Norma DasarGRUNDNORM

Individual Norm

Page 4: Hukum Konstitusi

ANGLO SAXON EROPA KONTINENTAL

Common Law (Konvensi)Common Law (Konvensi) Civil Law (Written Law)Civil Law (Written Law)

Rule of Law (A.V. Dicey)Rule of Law (A.V. Dicey) Rechtstaat (Immanuel Kant & Rechtstaat (Immanuel Kant & Frederich Julius Stahl)Frederich Julius Stahl)

Tidak ada pemisahan Peradilan Tidak ada pemisahan Peradilan Umum & Administrasi.Umum & Administrasi.

Adanya Peradilan Administrasi Adanya Peradilan Administrasi secara terpisah.secara terpisah.

Page 5: Hukum Konstitusi

Lex Superiori derogat legi InferioriLex Superiori derogat legi Inferiori

Inferior

Superior

Lama Baru Lex Posteriori derogat legi AnterioriLex Posteriori derogat legi Anteriori

Lex Specialis derogat Lex Specialis derogat legi Generalislegi Generalis

Generalis Specialis

Page 6: Hukum Konstitusi

Hukum Dasar (grundnorm atau grundgesetz).

Hukum Tertinggi (de hoogste wet). Verfassung (Jerman). Fundamental Laws (AS). Constitutie (Bld); Constitutionel (Prc),

Constitutio (Ltn). Staatsfundamentalnorm (Mr. Notonagoro).

Page 7: Hukum Konstitusi

• India 394 pasal • Uruguay 332 pasal • Nicaragua 328 pasal• Cuba 286 pasal• Panama 271 pasal• Peru 236 pasal • Burma 234 pasal • Brazil 218 pasal• Columbia 218 pasal • Belanda 210 pasal

• Finlandia 95 pasal. • Ceylon 91 pasal • Ethiopia 55 pasal• Nepal 46 pasal• Guatemala 45 pasal• Laos 44 pasal• Indonesia 37 pasal• Spanyol 36 pasal

Page 8: Hukum Konstitusi

• Dokumen Hukum.

• Tertulis maupun Tidak Tertulis.

• Mengandung Aturan dan Ketentuan Pokok Mengenai Ketatanegaraan.

• Memiliki Kekuatan Mengikat.

• Bersifat Luhur dan Kekal.

• Prosedur berat untuk merubahnya.

Page 9: Hukum Konstitusi

• Written and Unwritten Constitution;

• Flexible and Rigid Constitution;

• Supreme and not Supreme Constitution;

• Federal and Unitary Constitution;

• President Executive and Parliamentary Executive Constitution.

Sumber : K.C. Wheare “Modern Constitution”, 1975

Page 10: Hukum Konstitusi

• Organisasi Negara, misalnya Pembagian Kekuasaan antara Badan Legislatif, Eksekutif & Yudikatif.

• Pengakuan / Jaminan thd Hak-Hak Asasi Manusia.

• Prosedur perubahan UUD.

• Larangan untuk mengubah Sifat Tertentu dari UUD tersebut.

Page 11: Hukum Konstitusi

• Ditinjau dari tujuannya, untuk menjamin hak warga negara dari tindakan sewenang-wenang penguasa demi terselenggaranya kepentingan / kesejahteraan masy.

• Ditinjau dari penyelenggaraan pemerintahan, untuk menjadi landasan struktural bagi organ negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

Page 12: Hukum Konstitusi

• Dokumen nasional berisi perjanjian luhur, kesepakatan politik / hukum / sosek yg menjadi tujuan negara.

• Piagam kelahiran baru (a birth certificate of new state).

• Sumber Hukum Tertinggi, sekaligus sbg tools of social engineering dlm merespon perubahan zaman.

• Identitas nasional & lambang persatuan.• Sumber legitimasi kekuasaan negara.• Fungsi simbolik sbg pusat upacara (center of

ceremony) dan keagungan bangsa.

Page 13: Hukum Konstitusi

• Keinginan warga negara untuk menjamin hak mereka & membatasi tindakan penguasa.

• Keinginan dari pihak manapun untuk menjamin rakyatnya dengan jalan menentukan bentuk ketatanegaraan yang semula tidak jelas dalam bentuk tertentu.

• Keinginan pembentuk negara untuk menjamin penyelenggaraan negara yang pasti dan dapat membahagiakan rakyatnya.

• Keinginan untuk menjamin kerjasama efektif dengan bbrp negara yg semula berdiri sendiri dan nantinya akan menjadi negara bagian, dengan negara federal sebagai bentuk kerjasama.

Page 14: Hukum Konstitusi

o Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil hasil pertanian dari siapapun tanpa membayar harganya seketika itu juga kecuali jika si pemilik memberi izin menangguhkan pembayaran (psl 28);

o Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil kuda atau kendaraan dari seorang yg bebas (freeman) untuk keperluan pengangkutan tanpa izin si pemilik (psl 30);

o Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil kayu-kayu untuk keperluan raja tanpa persetujuan si pemilik;

o Tidak seorangpun pegawai kepolisian yg akan mengajukan seorang di muka pengadilan atas tuduhan tanpa kesaksian orang yg dipercaya (psl 38);

o Tidak seorang bebaspun (freeman) yg akan dimasukkan ke dalam penjara atau dilarang berdiam di satu daerah tertentu kecuali atas putusan oleh penguasa setempat atau dibenarkan oleh aturan negara (psl 39);

o Kepada siapapun tidak dapat diingkari atau ditangguhkan pelaksanaan haknya atas peradilan (psl 40).

Page 15: Hukum Konstitusi

1. Tekstual: pasal-pasal UUD.2. Kontekstual: cara terjadinya teks.3. Tafsiran: keterangan-keterangan thd teks.4. Psikologis: suasana kebatinan (Geistlichen

Hintergrund).5. Empiris: praktik Konstitusi.6. Filosofis: aliran pikiran yg mendasari UUD.

K.C. Wheare:“constitutions, when they are framed and adopted, tend

to reflect the dominant beliefs and interests, or some compromise between conflicting beliefs and interests, which are characteristic of the society at that time.”

Page 16: Hukum Konstitusi

Carl J. Friedrich: serangkaian aktivitas yg diatur & dilaksanakan demi kepentingan rakyat, dan tunduk pada sederetan batasan yg berupaya untuk memastikan bahwa kekuasaan negara tidak disalahgunakan oleh orang-orang yg menerima mandat.

Adnan Buyung: ada dua unsur fundamental dari paham konstitusionalisme, yaitu: 1) batas-batas hukum thd kekuasaan, dan 2) pertanggungjawaban politik dari pemerintah kpd yg memerintah.

CJ. Bax & GFM van der Tang: ada 3 esensi konstitusionalisme: Negara / pemerintahan didirikan diatas UU; kekuasaan dalam

negara harus sejalan dengan UU. Kekuasaan dalam negara harus dibagi-bagi & saling mengontrol

secara seimbang. Interaksi pemerintah & masyarakat harus menjamin hak-hak &

kebebasan dasar masyarakat.

Page 17: Hukum Konstitusi

3 Elemen Konsensus dlm Konstitusionalisme

Kesepakatan tentang tujuan / cita-cita bersama (general goals of the philosophy of government).

Kesepakatan tentang rule of law sbg landasan pemerintahan (basis of government).

Kesepakatan tentang bentuk institusi dan prosedur kenegaraan (form of institution and procedures).

Page 18: Hukum Konstitusi

9 Elemen Pemerintahan Konstitusional

Memperluas partisipasi politik; Memberi kekuasaan legislatif kepada wakil-wakil rakyat; Menolak pemerintahan otoriter; Tekad untuk memelihara kemerdekaan keluar; Tekad untuk menjamin kebebasan kedalam; Tekad untuk menjamin asas-asas umum pemerintahan yg

baik; Membentuk sistem multipartai; Menetapkan pertanggungjawaban pemerintah kpd wakil

rakyat; Pengakuan terhadap asas pemilihan bebas.

(Adnan Buyung Nasution, 1995)

Page 19: Hukum Konstitusi

SEJARAH SINGKAT KONSTITUSI INDONESIA

UUD 1945 dimaksudkan untuk waktu sementara sebagai persyaratan yuridis formal pembentukan suatu negara.

Kelembagaan politik saat itu belum terbentuk secara mapan, sehingga fungsi konstitutif dijalankan sementara oleh PPKI.

Pernyataan kemerdekaan perlu disusul dengan pembentukan MPRS, yang bertugas merumuskan konstitusi.

Karena situasi politik yang tidak menentu, UUD 1945 kemudian berubah seiring dengan terjadinya perubahan sistem pemerintahan.

Page 20: Hukum Konstitusi

SEJARAH SINGKAT KONSTITUSI INDONESIA

Konstitusi RIS & UUDS 1950 sesungguhnya juga dimaksudkan untuk sementara waktu, shg harus disusul dgn penyusunan konstitusi yg definitif.

Karena bersifat sementara, substansi UUD 1945 belum mampu mengakomodasikan seluruh permasalahan dalam berbagai bidang.

Untuk itu, kepada UUD 1945 dilekatkan sifat singkat dan supel, dengan harapan selalu mampu menyesuaikan dengan dinamika kontemporer.

Sifat singkat & supel tsb dalam perkembangannya justru dianggap sebagai pasal karet yg dengan mudah diinterpretasikan secara manipulatif oleh penguasa untuk kepentingan politiknya Dasar pemikiran perlunya AMANDEMEN !!

Page 21: Hukum Konstitusi
Page 22: Hukum Konstitusi

MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1945 / Proklamasi – 1959 / Dekrit Presiden)

• Menonjolnya peranan Parlemen & Parpol.

• Tanggungjawab politik terletak pada PM.

• Presiden sebagai Kepala Negara lebih berperan simbolis yg bersifat seremonial.

• Tidak mampu membina kekuatan politik secara konstruktif dan integral, shg banyak terjadi upaya / gerakan separatis.

• Tidak dapat mewujudkan konstitusi yg permanen.

• Ditandai dengan pergantian kabinet dalam waktu yg relatif pendek.

Page 23: Hukum Konstitusi

2 Sep 1945 Kabinet Presidensil Soekarno 2 Bulan

14 Nop 1945 Kabinet Syahrir I 4 Bulan

12 Mar 1946 Kabinet Syahrir II 6 Bulan

2 Okt 1946 Kabinet Syahrir III 9 Bulan

3 Juli 1947 Kabinet Amir Syarifudin I 4 Bulan

11 Nop 1947 Kabinet Amir Syarifudin II 2 Bulan

29 Jan 1948 Kabinet Hatta I 18 Bulan

4 Ags 1949 Kabinet Hatta II 4 Bulan

PERIODE 18 Ags 1945 – 17 Des 1949

Page 24: Hukum Konstitusi

PERIODE 17 Des 1949 – 17 Ags 1950 17 Des 1945 Negara Federal dgn Sistem

Parlementer8 Bulan

6 Sep 1950 Kabinet Natsir 6,5 bln

27 Apr 1951 Kabinet Sukiman 11,5 bln

3 Apr 1952 Kabinet Wilopo 16 bln

1 Ags 1953 Kabinet Ali Sastro Amidjojo I 2 bln

12 Ags 1955 Kabinet Burhanudin Harahap 7 bln

12 Mar 1956 Kabinet Ali Sastro Amidjojo II 13 bln

9 Apr 1957 Kabinet Juanda 2 th 3 bln

PERIODE 17 Ags 1950 – 5 Juli 1959

Page 25: Hukum Konstitusi

MASA DEMOKRASI TERPIMPIN MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

• Dicirikan oleh dominasi Presiden, pembatasan peranan Parpol, perkembangan pengaruh komunis, serta meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.

• TAP MPRS No.III/1963 yg mengangkat Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.

• Presiden membubarkan DPR yg tidak menyetujui APBN yg diajukan Presiden.

• Pimpinan DPR juga dijadikan sebagai menteri, sehingga fungsinya sebagai alat kontrol eksekutif makin melemah (embrio politisasi birokrasi).

(1959 – 1965)

Page 26: Hukum Konstitusi

MASA DEMOKRASI PANCASILA (1966 – 1998)

• Ditandai oleh niat / semangat untuk melaksanakan Pancasila & UUD 1945 secara murni & konsekuen, serta untuk menghindarkan berbagai instabilitas di bidang politik / ekonomi.

• DPR diberi fungsi kontrol, namun mekanisme recall dipertahankan.

• Pimpinan DPR tidak lagi diberi jabatan menteri, namun merupakan tokoh “partai” yg menjadi “kendaraan politik” bagi Presiden dalam pelaksanaan Pemilu.

• TAP MPRS III/1963 dibatalkan, namun tidak ada kejelasan / ketegasan terhadap Psl 6 UUD 1945 tentang istilah “… dan sesudahnya dapat dipilih kembali”.

• Penghargaan terhadap HAM dan kekebasan berpendapat ditingkatkan, namun diterapkan regulasi politik dengan mengurangi jumlah Parpol menjadi 2, sementara Golkar merasa bukan parpol.

• Faktor stabilitas / keamanan diprioritaskan, namun mengurangi ruang gerak masy. sipil yg tergusur oleh peran Sospol ABRI.

• Prinsip Trias Politika ditegakkan, namun presiden mempunyai determinasi yg amat kuat dalam pengangkatan jabatan politis.

Page 27: Hukum Konstitusi

AMANDEMEN PERTAMA (h. 16)

Psl yg di-Amandemen Perihal / Substansi

5 Kekuasaan Presiden7 Masa Jabatan Presiden9 Sumpah Presiden

13 Pengangkatan Duta dan Konsul14 Grasi, Amnesti, Abolisi dan Rehabilitasi 15 Gelar, Tanda Jasa & Kehormatan17 Menteri Negara20 Persetujuan thd UU21 Hak Inisiatif DPR

Page 28: Hukum Konstitusi

AMANDEMEN KEDUA (h. 18)

Psl yg di-Amandemen Perihal / Substansi

18 Pemerintahan Daerah19, 20, 22 DPR

25 Wilayah Negara26, 27 Warga Negara dan Penduduk

28 Hak Asasi Manusia30 Hankam Negara

36 Bendera, Bahasa, Lambang Negara & Lagu kebangsaan

Page 29: Hukum Konstitusi

AMANDEMEN KETIGA (h. 23)

Psl yg di-Amandemen Perihal / Substansi

1 Kedaulatan & Bentuk Negara3 MPR6 Presiden & Wapres7 Pemberhentian Presiden / Wapres8 Presiden Berhalangan

11 Perjanjain Internasional oleh Presiden

17 Pembentukan, Pengubahan & Pembubaran Kementerian Negara

22 c/d DPD22 e, 23a/c Pemilu

23 e/f/g BPK24 Kekuasaan Kehakiman (MA dan KY)

Page 30: Hukum Konstitusi

AMANDEMEN KEEMPAT (h. 28)

Psl yg di-Amandemen Perihal / Substansi

2 Susunan MPR6a Pemilihan Presiden8 Presiden Berhalangan

11 Pernyataan Perang, Perdamaian & Perjanjian16 Dewan Pertimbangan (DPA hapus)23 Mata Uang dan Bank Sentral24 Kekuasaan Kehakiman

31, 32 Pendidikan & Kebudayaan33, 34 Perekonomian Nasional & Kesejahteraan Sos.

37 Perubahan UUDAturan Peralihan Pasal I, II, IIIAturan Tambahan Pasal I, II

Page 31: Hukum Konstitusi

Reformasi (amandemen) UUD

membutuhkan Reformasi Mahkamah

Konstitusi

Page 32: Hukum Konstitusi

Reformasi MK (Mahfud MD)

• Putusan MK tidak boleh ”mengatur”.• Putusan MK tidak boleh ”ultra petita” (melebihi apa yang

dituntutkan pengusul judicial review).• MK tidak boleh mendasarkan putusan pada UU.• MK tidak boleh mengintervensi delegasi perundang-undangan

dan atribusi kewenangan.• Hakim Konstitusi tidak boleh memutus berdasarkan teori.• Hakim Konstitusi tidak boleh melanggar asas ”nemo judex in

causa sua” (hakim tidak boleh mengatur dirinya sendiri).• Hakim Konstitusi tidak boleh mengomentari kasus konkret yang

sedang hangat di depan publik.• Hakim Konstitusi tidak boleh mencari atau menganjurkan orang

berperkara.• Hakim Konstitusi tidak boleh ikut campur dalam urusan politik,

termasuk jadi penengah.• Hakim Konstitusi tidak boleh beropini tentang eksistensi UUD.

Page 33: Hukum Konstitusi

Perjanjian Sosial

Pembatasan Kekuasaan Lembaga Negara

Perlindungan Hak Asasi

Peran Harmonisasi / Kesejahteraan

Perubahan Konstitusi (review) + Pengujian

Page 34: Hukum Konstitusi

KONSTITUSI &PERJANJIAN SOSIAL

Page 35: Hukum Konstitusi

Salah satu esensi Konstitusi adalah Perjanjian Masyarakat (Social Contract).

Teori Kontrak Sosial merupakan respon thd 3 teori sebelumnya ttg Terbentuknya Negara, yaitu Teori Alamiah, Teori Ciptaan Tuhan, dan Teori Kekuatan.

Teori Kontrak Sosial berkaitan erat dengan Teori Kewenangan / Kedaulatan, baik pada dimensi principium (prinsip / sumber), modus (cara) dan exercitium (pelaksanaan).

Teori kontrak sosial berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran Jaman Pencerahan (Enlightenment) yg ditandai dengan rasionalisme, realisme & humanisme, yg menempatkan manusia sebagai pusat gerak dunia.

Page 36: Hukum Konstitusi

Teori Formasi Negara

• Teori Alamiah negara terbentuk karena kebutuhan manusia untuk aktualisasi diri. Negara adalah wadah tertinggi untuk aktualisasi manusia. Selain Negara, wadah lain dgn tingkat lebih rendah adalah Keluarga (kebutuhan fisik) dan Desa (kebutuhan sosial).

• Teori Ciptaan Tuhan negara terbentuk karena diciptakan Tuhan. Penguasa atau pemerintah suatu negara ditunjuk oleh Tuhan dan bertanggungjawab kpd Tuhan.

• Teori Kekuatan negara terbentuk karena hasil penaklukan dan kekerasan antar manusia.

Page 37: Hukum Konstitusi

Teori Formasi NegaraCont ...

• Teori Kontrak Sosial negara terbentuk karena anggota masyarakat mengadakan kontrak sosial untuk membentuk negara.

• Ada 3 teori besar tentang Kontrak Sosial:

Thomas Hobbes (1588-1679) John Locke (1632-1704) Jean-Jacques Rousseau (1712-1778)

Page 38: Hukum Konstitusi

Thomas Hobbes

Secara kodrati, manusia memiliki hasrat / nafsu (appetite) & keengganan (aversions), yg menggerakkan tindakan.

Untuk memenuhi hasrat / nafsu yg tidak terbatas itu, manusia memiliki power, yang membuka kemungkinan terjadinya benturan power antarsesama manusia.

Karena kondisi alamiah yg tidak aman, maka manusia berusaha menghindari kondisi peperangan dengan mengadakan kesepakatan di antara mereka untuk melepaskan hak-hak mereka dan menstransfer hak-hak itu kepada beberapa orang / lembaga yg akan menjaga kesepakatan itu agar terlaksana dengan sempurna.

Tugas lembaga tsb adalah menciptakan & menjaga keselamatan rakyat. Pemegang kedaulatan tidak bisa digugat, karena pemegang kedaulatan itu tidak terikat kontrak dengan masyarakat.

Page 39: Hukum Konstitusi

John Locke

Secara kodrati, manusia di dalam dirinya mempunyai akal yg mengajar prinsip bahwa karena mereka sama dan independen, maka tidak perlu melanggar & merusak kehidupan manusia lainnya.

Dalam kondisi alamiah sudah terdapat pola pengaturan & hukum alam yg teratur karena manusia mempunyai akal yg dapat menentukan apa yg benar atau salah dalam pergaulan antara sesama.

Ketidakamanan terjadi krn beberapa orang dipandu oleh akal yg telah dikuasai oleh kepentingan pribadi, shg pola pengaturan & hukum alamiah menjadi kacau. Pada saat yg sama, pihak yg dirugikan tidak mempunyai kekuatan cukup untuk memaksakan sanksi, shg muncul ide tentang Kontrak Sosial.

Page 40: Hukum Konstitusi

John Locke

Antara pihak (calon) pemegang kekuasaan dan masyarakat tidak hanya hubungan kontraktual, akan tetapi juga hubungan saling kepercayaan (fiduciary trust).

Ada 3 pihak dalam hubungan saling percaya itu, yaitu yg menciptakan kepercayaan (the trustor), yg diberi kepercayaan (the trustee), dan yg menarik manfaat dari pemberian kepercayaan itu (the beneficiary).

Hubungannya: Trustee harus patuh pada Trustor; Trustee menerima obligasi dari beneficiary secara sepihak.

Apabila hubungan kepercayaan (fiduciary trust) putus, pemerintah tidak mempunyai dasar untuk memaksakan kewenangannya, karena hubungan kepercayaan maupun kontraktual sifatnya sepihak.

Page 41: Hukum Konstitusi

J.J. Rousseau

Secara kodrati, manusia adalah sama. Pada kondisi alamiah, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain tidaklah terjadi perkelahian.

Walaupun manusia sama, tetapi alam, fisik & moral menciptakan ketidaksamaan. Muncul hak-hak istimewa yg dimiliki oleh orang tertentu karena mereka lebih kaya, lebih dihormati & lebih berkuasa. Organisasi sosial dipakai oleh yg punya previlege tsb untuk menambah power & menekan yg lain. Pada gilirannya, kecenderungan itu menjurus ke kekuasaan tunggal.

Untuk menghindari hal tsb, manusia mengadakan kontrak sosial, yang dibentuk oleh kehendak bebas dari semua (the free will of all).

Page 42: Hukum Konstitusi

J.J. Rousseau

Yg memerintah adalah kehendak umum dengan menggunakan lembaga legislatif, yang membawahi lembaga eksekutif. Walau demikian Rousseau sebenarnya menekankan pentingnya demokrasi primer (langsung), tanpa perwakilan, dan tanpa perantaraan partai-partai politik. Dengan demikian masyarakat, lewat kehendak umum, bisa secara total memerintah negara.

Dengan kata lain, Rousseau mengembangkan semangat totaliter pihak rakyat dalam kekuasaan.

Page 43: Hukum Konstitusi

Karakteristik Trustor / Pemegang Kuasa / Negara

Sifat Memaksa• Negara menetapkan peraturan yang bersifat

memaksa mengenai tingkah laku orang yg berada dalam wilayah kekuasaannya dan harus dipatuhi.

• Negara mempunyai kekuasaan untuk memaksakan agar orang tunduk pada peraturan negara, apabila perlu dengan paksaan fisik.

• Hak negara ini bersifat legal, agar tercipta tata tertib dan menghindari tindakan anarkhi.

• Paksaan fisik dapat pula berlaku terhadap hak milik (penyitaan, pemusnahan).

Page 44: Hukum Konstitusi

Karakteristik Trustor / Pemegang Kuasa / Negara

Sifat Monopoli• Negara menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.• Dalam batas tertentudan berdasarkan aturan, negara dapat

menyatakan suatu aliran kepercayaan / politik dilarang karena bertentangan dengan pandangan hidup bangsa.

• Negara mengatasi paham perseorangan dan paham golongan.

• Negara menetapkan mata uang, penetapan pajak, kewarganegaraan, dsb.

Sifat Mencakup Semua• Kekuasaan mengatur yang dimiliki negara berlaku untuk

semua orang / warga negara, sehingga tidak ada yang mendapatkan perlakuan khusus / istimewa.

Page 45: Hukum Konstitusi

KONSTITUSI &ORGANISASI NEGARA(Pembatasan Kekuasaan Negara)

Page 46: Hukum Konstitusi

Menjamin adanya kebebasan dari masing-Menjamin adanya kebebasan dari masing-masing kekuasaan / masing kekuasaan / menghindari menghindari terjadinya interaksi atau campur tanganterjadinya interaksi atau campur tangan dari kekuasaan yg satu thd kekuasaan lain. dari kekuasaan yg satu thd kekuasaan lain.

Manusia yg mempunyai kekuasaaan Manusia yg mempunyai kekuasaaan cenderung menyalahgunakan, tetapi manusia cenderung menyalahgunakan, tetapi manusia yg mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti yg mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalahgunakannya (akan menyalahgunakannya (power tends to power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutelycorrupt, absolute power corrupt absolutely).).

Page 47: Hukum Konstitusi

INTI GAGASAN Demokrasi Konstitusional :

“Menciptakan Keseimbangan Dalam Interaksi Sosial Politik (checks and balances)”

(antara pemerintah – masyarakat; eksekutif – legislatif; atau kepentingan sosial ekonomi – kepentingan politik).

Upaya Membatasi Kekuasaan yg dipegang Pemerintah.

Perlunya hukum sbg instrumen negara demokrasi. Atau, hukum sbg alat untuk membatasi kekuasaan suatu

lembaga politik. Inilah yang pada prinsipnya disebut dengan istilah negara hukum (rechtstaat).

Instrumen Hukum tsb adalah Konstitusi.

Page 48: Hukum Konstitusi

Pertama kali dimunculkan oleh Montesquieu pada Abad Pertama kali dimunculkan oleh Montesquieu pada Abad Pencerahan (Pencerahan (enlightenmentenlightenment). ).

Lahir sbg hasil dari ajaran klasik tentang pemisahan Lahir sbg hasil dari ajaran klasik tentang pemisahan kekuasaan (kekuasaan (separation of powerseparation of power), dan pertama kali diadopsi ), dan pertama kali diadopsi kedalam konstitusi negara oleh Amerika Serikat (kedalam konstitusi negara oleh Amerika Serikat (US US Constitution 1789Constitution 1789). ).

Suatu negara dikatakan memiliki sistem Suatu negara dikatakan memiliki sistem checks n balanceschecks n balances yg efektifyg efektif jika tidak ada 1-pun cabang pemerintahan yg jika tidak ada 1-pun cabang pemerintahan yg memiliki kekuasaan dominan, serta dapat dipengaruhi oleh memiliki kekuasaan dominan, serta dapat dipengaruhi oleh cabang lainnya cabang lainnya (A government is said to have an effective (A government is said to have an effective system of checks and balances if no one branch of system of checks and balances if no one branch of government holds total power, and can be overridden by government holds total power, and can be overridden by another)another). .

Sistem Sistem checks n balances checks n balances ini memiliki 2 komponen:hak ini memiliki 2 komponen:hak untuk ikut memeriksa/menilai/mengawasi/mencari untuk ikut memeriksa/menilai/mengawasi/mencari konfirmasi terhadap suatu keadaan konfirmasi terhadap suatu keadaan (the right to check)(the right to check); ; serta alat untuk mencari keseimbangan serta alat untuk mencari keseimbangan (the means to (the means to actively balance out imbalances)actively balance out imbalances). .

Page 49: Hukum Konstitusi

Checks n Balances Checks n Balances dlm UUD 1945dlm UUD 1945 7A – Presiden / Wapres dapat diberhentikan dalam masa 7A – Presiden / Wapres dapat diberhentikan dalam masa

jabatannya oleh MPR atas usul DPR.jabatannya oleh MPR atas usul DPR. 7B – MK memeriksa, mengadili & memutus pendapat DPR 7B – MK memeriksa, mengadili & memutus pendapat DPR

dalam 90 hari. Jika dikabulkan, DPR menyelenggarakan dalam 90 hari. Jika dikabulkan, DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian kepada MPR. MPR menyelenggarakan sidang dalam 30 hari kepada MPR. MPR menyelenggarakan sidang dalam 30 hari setelah menerima usul DPR.setelah menerima usul DPR.

7C – Presiden tidak dapat membekukan / membubarkan 7C – Presiden tidak dapat membekukan / membubarkan DPR.DPR.

Dengan Dengan persetujuanpersetujuan DPR, Presiden dapat: DPR, Presiden dapat: Menyatakan perang, membuat perdamaian & perjanjian Menyatakan perang, membuat perdamaian & perjanjian

internasional (Pasal 11).internasional (Pasal 11). Menetapkan Perpu (Pasal 22 - dalam persidangan Menetapkan Perpu (Pasal 22 - dalam persidangan

berikut).berikut). 23E – Hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK 23E – Hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK

diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD.diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD. 24A – Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada 24A – Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada

DPR untuk mendapatkan persetujuan.DPR untuk mendapatkan persetujuan.

Page 50: Hukum Konstitusi

Checks & Balances Checks & Balances dlm UUD 1945dlm UUD 1945 Dengan Dengan pertimbanganpertimbangan DPR, Presiden dapat: DPR, Presiden dapat:

Mengangkat Duta & Konsul (Pasal 13).Mengangkat Duta & Konsul (Pasal 13). Memberikan Amnesti & Abolisi (Pasal 14).Memberikan Amnesti & Abolisi (Pasal 14).

Dengan Dengan pertimbanganpertimbangan MA, Presiden dapat: MA, Presiden dapat: Mengangkat Grasi & Rehabilitasi (Pasal 14).Mengangkat Grasi & Rehabilitasi (Pasal 14).

20 – Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk 20 – Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. mendapat persetujuan bersama.

20A – DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran & 20A – DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran & fungsi pengawasan. Hak DPR lainnya: hak interpelasi, hak fungsi pengawasan. Hak DPR lainnya: hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat, hak mengajukan angket, hak menyatakan pendapat, hak mengajukan pertanyaan, hal menyampaikan usul dan pendapat, serta pertanyaan, hal menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.hak imunitas.

22D – DPD ikut membahas & dapat melakukan 22D – DPD ikut membahas & dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan/ pemekaran/ penggabungan daerah, pembentukan/ pemekaran/ penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan SDA, daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan SDA, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

Page 51: Hukum Konstitusi

Model Checks n Balances dlm Konstitusi AS 1789

Page 52: Hukum Konstitusi

Model Checks n Balances dlm Konstitusi AS 1789

Page 53: Hukum Konstitusi

Model Checks n Balances dlm Konstitusi AS 1789

Page 54: Hukum Konstitusi

KONSTITUSI &H.A.M.

Page 55: Hukum Konstitusi

Tuntutan aktual masyarakat

Meningkatnya kesadaran hukum &

kedewasaan berpolitik

masyarakat

Pemerintah belum sepenuhnya menghormati hak-hak dasar yg melekat sejak lahir pada diri WN. Atau, prinsip “negara hukum” (rechtstaat), belum

berjalan optimal.

Konsiderans Universal Declaration of Human Rights 10 Desember 1948:

“sikap yg tidak mempedulikan & sikap melecehkan hak-hak manusia akan mengakibatkan tindakan kurang beradab yg mendatangkan amarah pada hati nurani manusia, shg hak-hak manusia harus dilindungi oleh

hukum spy manusia tidak mengambil jalan ‘pemberontakan’ thd kelaliman / penindasan”.

Sir Alfred Dening dalam “The Road to Justice”:

“Suatu bangsa akan jatuh apabila para penegak

hukumnya tidak berlaku adil”.

Page 56: Hukum Konstitusi

Sejarah Awal: aliran filsafat liberal yg bercorak individualistik, yg mempunyai pandangan bahwa manusia dilahirkan bebas & memiliki hak-hak dasar.

Sejarah Modern: hak asasi manusia tidak dipahami sebagai perwujudan paham individualisme dan liberalisme, melainkan sebagai hak-hak manusiawi yg melekat dengan harkat kemanusiaan.

Human rights could generally be defined as those rights which are inherent in our nature and without which we cannot live as human

beings.

Page 57: Hukum Konstitusi

Piagam PBB 10 Desember 1948

Hak Atas Kehidupan, Kebebasan & Keamanan Perorangan (Psl 3).

Hak Atas Perlindungan Hukum Yg Sama (Psl 7). Hak Untuk Bergerak (Psl 13). Hak Untuk Memiliki Sesuatu (Psl 17). Hak Berpikir, Berkumpul & Berserikat (Psl 18–20). Hak Untuk Bekerja & Mendapat Jaminan Sosial (Psl 22–23). Hak Berpartisipasi (Psl 27). Larangan Perbudakan & Penganiayaan (Psl 4–5). Larangan Penangkapan & Penahanan Yg Sewenang-Wenang

(Psl 9). Larangan Mencampuri Kehidupan Pribadi (Psl 12).

Page 58: Hukum Konstitusi

UUD 1945 (pra-Amandemen)

• Persamaan Hak Dalam Hukum & Pemerintahan Serta Hak Atas Pekerjaan & Penghidupan Yg Layak (Psl 27).

• Hak Berserikat & Berkumpul (Psl 28).• Hak Beragama (Psl 29).• Hak Pembelaan Negara & Hak Pendidikan (Psl 30–31).• Hak Dipelihara oleh Negara (Psl 34).

Substansi Lainnya:

• Hak-Hak Minoritas & Penduduk Asli.• Perlindungan thd Pelecehan Seksual & Diskriminasi Perempuan.• Larangan Pemekerjaan Anak-Anak.• Larangan Penganiayaan & Pemaksaan Pengakuan Bersalah.• Larangan Penerapan Jam Kerja Yg Terlalu Lama Yg Tidak Seimbang

Dengan Upah Yg Diterima.

Page 59: Hukum Konstitusi

Hak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup (Psl 28A). Hak membentuk keluarga & melanjutkan keturunan (Psl 28B). Hak Anak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Psl 28B). Hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar,

mendapat pendidikan & memperoleh manfaat dari Iptek, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidup (Psl 28C).

Hak memajukan diri dalam memperjuangkan hak secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara (Psl 28C).

Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yg adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (Psl 28D).

Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yg adil (Psl 28D).

Hak memperoleh kesempatan yg sama dalam pemerintahan (Psl 28D). Hak atas status kewarganegaraan (Psl 28D).

UUD 1945 (Pasca Amandemen) - 1UUD 1945 (Pasca Amandemen) - 1

Page 60: Hukum Konstitusi

Hak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali (Psl 28E).

Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya (Psl 28E).

Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul & mengeluarkan pendapat (Psl 28E).

Hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Psl 28F).

Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu (Psl 28G).

Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain (Psl 28G).

UUD 1945 (Pasca Amandemen) - 2UUD 1945 (Pasca Amandemen) - 2

Page 61: Hukum Konstitusi

Hak hidup sejahtera lahir / batin, bertempat tinggal & mendapatkan lingkungan hidup yg baik / sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Psl 28H).

Hak mendapat kemudahan & perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan & manfaat yg sama (Psl 28H).

Hak atas jaminan sosial (Psl 28H).Hak atas milik pribadi (Psl 28H).Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan

pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum (Psl 28I).

Hak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif (Psl 28I).Hak atas identitas budaya & hak masy. tradisional (Psl 28I).

UUD 1945 (Pasca Amandemen) - 3UUD 1945 (Pasca Amandemen) - 3

Page 62: Hukum Konstitusi

UNIVERSAL

Dianut oleh negara maju / donor. Dasar: negara maju harus menjaga

ketertiban dunia; kalau perlu intervensi di negara lain dengan

menghalalkan segala cara. Penalaran: Hegemonial

KONTEKSTUAL / RELATIF

Banyak dianut oleh negara berkembang.

Dasar: struktur sosiologis / diversifikasi budaya yang

berbeda untuk setiap bangsa. Penalaran: Statis

PANDANGAN RAKYAT KECIL

Menginginkan pemenuhan hak-hak individual secara

maksimal.

PANDANGAN PEMERINTAH

Mendukung hak-hak kolektif dengan mengajukan alasan bahwa kepentingan

umum harus didahulukan daripada kepentingan pribadi dan golongan.

Page 63: Hukum Konstitusi

Di Amerika Serikat, dimuat dalam Declaration of Human Right dari Konstitusi Virginia 1776 ; The Four Freedoms 1941 gagasan Presiden Roosevelt yang meliputi kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari rasa takut (freedom from fear), dan kebebasan dari kemiskinan (freedom from want).

Di Perancis, dimuat dalam Declaration des Droits de l’homme et du citoyen tahun 1789 atas usaha Lafayette.

Di Inggris, tersebar dalam berbagai piagam yaitu Magna Charta 1215, Petition of Right 1628, dan Bill of Right 1688.

Di Indonesia sendiri, selain termuat dalam UUD 1945, Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950, pada 1966 telah dibentuk Panitia Ad-hoc IV MPRS dengan tugas menyusun “Rancangan Perincian Hak-Hak Asasi Manusia”. Hasil kerja Panitia Ad-hoc IV ini berupa Rancangan Tap MPRS tentang “Piagam Hak-Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak serta Kuajiban Warganegara”.

Page 64: Hukum Konstitusi

Kanak-Kanak. Kaum Wanita. Kaum Pekerja. Minoritas. Penyandang Cacat. Penduduk Asli atau Suku

Terbelakang (indigenous people).

Tersangka, Tahanan / Tawanan.

Budak. Korban Kejahatan. Pengungsi. Orang yg tidak

berkewarganegaraan (stateless).

The Committee on The Elimination of Racial Discrimination

The Committee on The Elimination of Discrimination against Women

The Committee against Torture

Page 65: Hukum Konstitusi

Tidak adanya Musyawarah sebagaimana ketentuan Permendagri No. 15/1975. Gubernur menetapkan secara sepihak besarnya ganti rugi berikut kriteria yg digunakan.

Intimidasi dan Teror, misalnya menggedor pinntu tengah malam, ancaman akan di-PETRUS-kan, pencantuman label ET pada KTP, menuduh penduduk “anti Pancasila”, dsb.

Penggenangan waduk dan “penenggelaman” penduduk, yg masih bertahan sejumlah 8000 jiwa.

Penangguhan eksekusi Putusan MA No. 2263/K/Pdt/1991 dengan alasan putusan tersebut sedikit bertentangan dengan peraturan yg berlaku.

– KEDUNG OMBO –

Page 66: Hukum Konstitusi

Hak Kesehatan Reproduksi, dimana penggunaan kontrasepsi dilakukan tanpa pemeriksaan dan pemantauan terlebih dahulu, serta tidak disertai dengan pemberitahuan efek sampingnya.

Ketiadaan informasi yg memadai.

Penggunaan unsur paksaan.

Penggunaan sistem target.

– Keluarga Berencana –

Page 67: Hukum Konstitusi

UPAYA PENGUATAN HAM

1. BJ. Habibie – Amnesti / abolisi tapol (Keppres 80/1998)

2. Gus Dur– UU 26/2000 mengenai Pengadilan HAM; Keppres 6/2000

tentang Pencabutan Inpres 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina; Keppres 31/2001 tentang Pengadilan HAM.

3. Megawati– Dibentuk Pengadilan HAM Ad hoc (keppres 96/2001); PP

2/2002 ttg tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi dalam pelanggaran HAM berat; UU ttg Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR)

4. SBY– 23/12/2004 dibentuk Tim Pencari Fakta kasus Munir;

7/12/2006 UU KKR dibatalkan oleh MK.

Page 68: Hukum Konstitusi

PENGALAMAN CHINA:• Komitmen yg kuat dari

Pimpinan Nasional.• Penegakan hukum yg

keras & konsisten.• Perbaikan sistem.• Pengawasan yg ketat.

Page 69: Hukum Konstitusi

HAM vs KORUPSI? HAM vs Pembangunan Fasilitas Umum? Pelanggaran HAM oleh masyarakat thd

Aparat? Konflik horizontal antar etnis (Sampit, Poso,

dll)? Prinsip legal formal vs “kepentingan yg lebih

luas”?

Page 70: Hukum Konstitusi

Perubahan (Review) & PENGUJIAN KONSTITUSI

Page 71: Hukum Konstitusi

Amendment Revision Alteration Reform Change Modification Review

“PERUBAHAN” KONSTITUSI

Pergantian Perubahan

Page 72: Hukum Konstitusi

• Artinya: mengganti seluruh aspek konstitusional yg ada shg terjadi identitas yg baru. Aspek-aspek yg diubah bukan hanya meliputi dimensi kepemerintahan (executive pouvoir) saja, namun juga menyangkut dasar negara dan lembaga-lembaga politik yg ada.

• Pergantian konstitusi akan mengakibatkan pergantian negara. Sebaliknya, pergantian dasar, sistem & bentuk negara membutuhkan pergantian thd konstitusi yg lama.

PERGANTIAN KONSTITUSI

Page 73: Hukum Konstitusi

• Merupakan penyempurnaan atau penyesuaian beberapa pasal secara gradual / inkremental, baik berupa penambahan, pengurangan maupun perubahan redaksional.

• Perubahan konstitusi tidak dilakukan terhadap doktrin-doktrin tentang dasar negara, sistem dan bentuk negara, serta tujuan nasional.

• Perubahan konstitusi tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan ketatanegaraan.

PERUBAHAN KONSTITUSI

Page 74: Hukum Konstitusi

Secara LANGSUNG thd Pasal2 dlm UUD lama Perancis, Jerman, Belanda.

Tidak secara langsung thd UUD lama, tetapi dengan AMANDEMEN (mencantumkan di bagian akhir & menjadi bagian yg tidak terpisahkan dari UUD lama) AS, Indonesia.

SISTEM PERUBAHAN

Page 75: Hukum Konstitusi

CARA PERUBAHAN KONSTITUSI

Perubahan diserahkan kepada legislature (badan pembuat UU), dgn syarat-syarat tertentu yg berat. Cara ini dapat ditempuh dgn beberapa mekanisme, antara lain:

– Penetapan quorum (sistem mayoritas) tertentu.

– Membubarkan badan perwakilan terlebih dahulu, kemudian mengadakan pemilihan umum untuk memilih anggota badan perwakilan yg baru.

– Diserahkan kepada badan pembentuk UU dengan persetujuan dari mayoritas anggota kamar-kamar pada lembaga perwakilan.

KC. Wheare, Modern Constitution

Page 76: Hukum Konstitusi

CARA PERUBAHAN KONSTITUSIcont …

Perubahan diserahkan langsung kepada rakyat dengan jalan referendum. Artinya, perubahan UUD harus dilakukan melalui pemungutan suara dari rakyat (plebicite).

Perubahan diserahkan kepada keputusan sebagian terbesar dari negara-negara bagian dalam suatu negara yg bersusun federal.

Perubahan diserahkan kepada suatu badan yang secara khusus dibentuk untuk itu, misalnya berupa badan ad hoc, special convention, dsb.

Page 77: Hukum Konstitusi

CARA PERUBAHAN KONSTITUSI

Constitutional change by legislation Konstitusi diubah thd suatu aspek / aktivitas yg tidak berhubungan dengan isi tertentu dari Konstitusi.

Constitutional change by application Konstitusi diubah saat materi / ketentuan tertentu dari Konstitusi tsb sedang dilaksanakan.

Constitutional change by adjudication interpretasi peradilan untuk menyelesaikan konflik. Penafsiran tsb mungkin sgt berbeda dari maksud penyusunan Konstitusi oleh perumus terdahulu, atau berbeda dari bunyi text Konstitusi tsb.

van Maarseven & van der Tang

Page 78: Hukum Konstitusi

CARA PERUBAHAN KONSTITUSI

Verfassunganderung perubahan dengan sengaja sesuai cara yg disebut dalam UUD itu sendiri.

Verfassungwandlung perubahan dengan cara yg tidak terdapat dalam UUD, tetapi melalui cara-cara istimewa, spt. coup d’etat, revolusi, Konvensi, dsb.

Jellinek (Sri Soemantri)

Page 79: Hukum Konstitusi

PROSEDUR PERUBAHAN KONSTITUSI

RIGID perubahan yg sulit atau dipersulit, krn cenderung berisi hal-hal yg abstrak shg bersifat lentur / supel. Selain itu, Konstitusi memang dimaksudkan untuk tidak diubah. Konstitusi AS, hingga usia 200 th baru diamandemen

20x.

FLEXIBLE Konstitusi relatif mudah diubah krn kurang berorientasi kedepan. UUD 1945 sebelum Amandemen, krn menerapkan

sistem 2/3 x 2/3 = 4/9. Hingga usia 54 th, sudah 4x diamandemen, dan ada

wacana yg ke-5.

Page 80: Hukum Konstitusi

PERUBAHAN KONSTITUSI Menurut UUD 1945 (pasca Amandemen)

• Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.

• Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yg diusulkan untuk diubah beserta alasannya.

• Untuk mengubah pasal-pasal UUD, Sidang MPR dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.

• Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.

• Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan.

Page 81: Hukum Konstitusi

Sejak lama kita menganut prinsip hukum sipil Sejak lama kita menganut prinsip hukum sipil Romawi (Romawi (Roman civil lawRoman civil law) bahwa “undang-undang ) bahwa “undang-undang tidak dapat diganggu-gugat” (tidak dapat diganggu-gugat” (onschendbaarheid onschendbaarheid van de wetvan de wet).).

Baru thn 2003 dibentuk Baru thn 2003 dibentuk Mahkamah KonstitusiMahkamah Konstitusi yg yg memiliki tugas / wewenang untuk menguji UU thd memiliki tugas / wewenang untuk menguji UU thd UUD 1945 (UU No. 24/2003).UUD 1945 (UU No. 24/2003).

Ada Ada 2 tingkatan2 tingkatan Judicial reviewJudicial review:: Tingkat UU Tingkat UU kompetensi MK kompetensi MK Tingkatan dibawah UU Tingkatan dibawah UU kompetensi MA kompetensi MA

Judicial ReviewJudicial Review

Page 82: Hukum Konstitusi

Tap MPRS No. Tap MPRS No. XX/1966XX/1966

Tap MPR No. Tap MPR No. III/2000III/2000 UU No. 10/2004UU No. 10/2004

UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945Ketetapan

MPRKetetapan

MPRUU / Perpu

UU UU PPPerpu Perpu Per. Presiden

PP PP PerdaKeppres Keppres/

InpresPerda

Page 83: Hukum Konstitusi

Adanya Adanya kejelasan antara Beschikking kejelasan antara Beschikking dengan Regelingdengan Regeling Keputusan tidak dpt lagi Keputusan tidak dpt lagi bersifat bersifat regulatory / regulerendregulatory / regulerend, tapi hanya , tapi hanya declaratoir declaratoir atau penetapan.atau penetapan.

Adanya Adanya quasy reglementaire berupa quasy reglementaire berupa Peraturan KebijaksanaanPeraturan Kebijaksanaan, yakni , yakni Keputusan2 yg tidak mendapatkan Keputusan2 yg tidak mendapatkan atribusi atribusi dari peraturan per-UU-an yg lebih tinggi dari peraturan per-UU-an yg lebih tinggi ((ErmessenErmessen – – discretionary powerdiscretionary power))..

Page 84: Hukum Konstitusi

Apakah UU No. 10/2004 tidak melanggar adagium “Lex Superiori Derogat Legi Inferiori“?

Dkl, apakah UU tsb tidak cacat yuridis, shg harus dinyatakan nietig?

Lihat TAP MPR No. I/2003 tentang Peninjauan thd Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR-RI Tahun 1960

– 2002.

Page 85: Hukum Konstitusi

Tap MPRS/MPR-RI 1960-2002 Berdasarkan Sifatnya:

Bersifat mengatur dan memberi tugas kepada Presiden dan Lembaga Tinggi Negara Lainnya.

Bersifat Penetapan. Bersifat Mengatur ke Dalam. Bersifat Deklaratif. Bersifat Rekomendasi. Bersifat Perundang-undangan.

Page 86: Hukum Konstitusi

Tap MPRS/MPR-RI 1960-2002 Berdasarkan Substansi Norma Hukum Alamat yang dituju (adressat norm)

Umum dan Individual. Hal yang Diatur Konkrit dan Abstrak Keberlakuannya Final / sekali-selesai

(einmalig); Berlaku dengan ketentuan; dan Dibatasi.

Page 87: Hukum Konstitusi

Pasal 1: TAP yg dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan).

Pasal 2: TAP yg dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan).

Pasal 3: TAP yg dinyatakan tetap berlaku s/d terbentuknya Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan).

Pasal 4: TAP yg dinyatakan tetap berlaku s/d terbentuknya UU (11 Ketetapan).

Pasal 5: TAP yg dinyatakan masih berlaku s/d ditetapkannya Peraturan Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan).

Pasal 6: TAP yg dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan (104).

Page 88: Hukum Konstitusi

TAP MPRS No. XXIX/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera. TAP MPR No. XI/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. TAP MPR No. XV/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah;

Pengaturan,Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka NKRI.

TAP MPR No. III/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.

TAP MPR No. V/2000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional. TAP MPR No. VI/2000 Tentang Pemisahan TNI dan POLRI. TAP MPR No. VII/2000 Tentang Peran TNI dan Peran POLRI. TAP MPR No. VI/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa. TAP MPR No. VII/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan TAP MPR No. VIII/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan

dan Pencegahan KKN. TAP MPR No. IX/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA.

Page 89: Hukum Konstitusi

PENAFSIRAN HUKUMPENAFSIRAN HUKUM

Penafsiran gramatikal, yaitu dengan mempelajari dan menggunakan hubungan antar kalimat.

Penafsiran sistematis, yaitu mempersatukan konteks dengan cara mempelajari sistem dan rumusan UU, meliputi:– Penalaran analogi dan penalaran a contrario. Penalaran a

contrario memastikan sesuatu yg tidak disebut oleh UU secara kebalikan. Sedangkan analogi berarti perluasan berlakunya kaidah UU.

– Penafsiran ekstensif dan restriktif yaitu bentuk-bentuk penalaran yg secara logis tak ada perbedaan.

– Penghalusan hukum atau rechtsverfijning.

Penafsiran historis, dengan cara mempelajari sejarah hukum dan peraturan tertulis.

Penafsiran teleologis, berkaitan dgn konteks pergaulan sosial.

(Rechtsinterpretatie)

Page 90: Hukum Konstitusi

Original Meaning atau Original Intention yaitu mencoba menghadirkan semangat awal terbentuknya konstitusi tertulis lewat perdebatan-perdebatan pada saat penyusunan UUD.

Penafsiran NoNo (Neo-Original New Originalism), yaitu ingin mencoba tidak terikat pada maksud dan perdebatan-perdebatan pembuat UUD pada saat itu, tetapi lebih melihat kebutuhan masyarakat sekarang. Kritik penafsiran ini terhadap original meaning atau original intent yaitu menganggap bahwa UUD sangat dipengaruhi oleh suasana pada saat pembentukannya.

Page 91: Hukum Konstitusi

KONSTITUSI &PERAN HARMONISASI /

KESEJAHTERAAN NEGARA

KONSTITUSI &PERAN HARMONISASI /

KESEJAHTERAAN NEGARA

Page 92: Hukum Konstitusi

PEMIKIRAN ttg

PERAN PEMERINTAH MODERN

New-right thought (Frederick Hayek & Milton Friedman) Tahun 1940an.

Birokrasi pemerintah yang dibagun pada masa liberal democracy (neo-liberalism) terlalu besar dan berkuasa gagalnya Welfare State?

The growth of state action in providing social security and police protection to guarantee the basic capacity of each individual to maximize their potential had created less, rather than more, personal freedom, and was also undermining the development of capitalist economy to secure advantages for everyone in these societies (See: Chandler, 2000).

Page 93: Hukum Konstitusi

PEMIKIRAN ttg

PERAN PEMERINTAH MODERN

The welfare of the state imposed heavy burden of regulation and taxation on individuals which undermined their capacity to act independently to maximize their potential for their own development and, as a consequence, their ability to improve the fortunes of others.

Rational Choice Theory (William Niskanen,1971): rational individual will always seek to maximize their own interest rather than that of society as a whole.

Page 94: Hukum Konstitusi

Indikasi KEGAGALAN Ek.

Pemerintah & Pembangunan

Jobless growth (pertumbuhan yg tdk menghasilkan lapangan kerja).

Ruthless growth (pertumbuhan yg kejam).

Rootless growth (Pertumbuhan yg mencerabut manusia dari budayanya).

Voiceless growth (Pertumbhn yg membungkam).

Futureless growth (Pertumbuhan yg tdk memiliki masa depan).

Sumber: PBB

Page 95: Hukum Konstitusi

Indikasi KEGAGALAN Pol.Pemerintah & Pembangunan

Abad ke-20 tercatat sebagai abad yg mungkin paling kejam. Di Turki misalnya, pemerintah Ottoman membunuh lebih dari 1.5 juta

orang Armenia antara 1915-1923. Rezim Nazi membinasakan 6 juta orang Yahudi pertengahan abad

silam. Mao Tse Tung membunuh 30 juta rakyatnya sendiri, sedang Rezim

Soviet 20 juta. Tahun 70-an Khmer merah membantai 1,7 juta sesama bangsa

Kamboja. Antara 1980-90 partai Sadam Husein (Baath) menjagal tidak kurang

dari 100.000 suku Kurdi dinegaranya sendiri. Pemerintah militer Rwanda menewaskan 800.000 minoritas Tutsi. Di Indonesia terhitung ribuan jiwa menjadi korban setelah era

reformasi (1990-2003) dimana terjadi peristiwa kekerasan sebanyak 3.600 kali dan menyebabkan 10.700 orang tewas.

Page 96: Hukum Konstitusi

Indikasi KEGAGALAN NEGARA

Kekerasan bukan hanya berhubungan dengan peperangan tetapi juga bisa berupa keputusan politik atau aturan yg menindas & tidak adil.

Peraih Nobel Perdamaian 2005 asal Kenya Wangari Maathai mengatakan bahwa ada 40 juta warga Afrika terancam hidupnya karena kegagalan pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan.

Desmon Tutu mengatakan bahwa 40 juta rakyat Afrika telah meninggal karena kesehatan (Malaria, pneumonia, diare, AIDS dsb). Ini melebihi jumlah kematian dari seluruh dunia modern lainnya dan melebihi kematian korban Perang Dunia !!

Jika masalah ini tidak diperbaiki sampai 2015, akan ada 125 juta orang Afrika terenggut jiwanya (Kompas, 23-1-07).

Page 97: Hukum Konstitusi

Indikasi KEGAGALAN NEGARA

David Korten: ”Dunia saat ini sedang mengidap tiga krisis mendasar yaitu: kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, dan tindak kekerasan.

Semua bangsa modern saat ini seolah-olah tidak dapat keluar dari “dalil primitif” Julius Caesar ribuan tahun lalu Sivis pacem para bellum: kalau mau damai, bersiaplah untuk perang!.

Roosevelt: salah satu dari 4 kebebasan dasar manusia adalah bebas dari rasa takut, maka harus ada pengurangan persenjataan dunia sampai tahap dimana tidak ada bangsa yg dapat menghancurkan bangsa lain dengan agresi fisik!.

Jadi, dekade pembangunan yang dicanangkan di seluruh dunia pada tahun 50-an (setelah PD II) ternyata tidak mengurangi tingkat “kebiadaban” bangsa-bangsa di dunia.

Page 98: Hukum Konstitusi

”Untuk menghindari kegagalan negara, peran negara (pemerintah) perlu ditingkatkan melalui penguatan kapasitas”

Francis FukuyamaFrancis Fukuyama(State-Building: Governance & World Order in the 21st Century)

Regulasi

Distribusi / Alokasi

Koordinasi / Fasilitasi

Stabilitasi

Page 99: Hukum Konstitusi

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yg menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3) Bumi dan air dan kekayaan alam yg terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Pasal 33

Page 100: Hukum Konstitusi

1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Pasal 34

Page 101: Hukum Konstitusi
Page 102: Hukum Konstitusi

PERKEMBANGANKONSTITUSIONALISME

PERKEMBANGANKONSTITUSIONALISME

PERBANDINGANKONSTITUSI &

PERBANDINGANKONSTITUSI &

Page 103: Hukum Konstitusi

• Konstitusi tdk mengalami perubahan revolusioner.

• Inggris tetap bersifat monarkhi (konstitusional).

• Courts tdk bisa memveto undang-undang sebagaimana Supreme Courts di negara lain

• Sistem Parlementer bicameral legislatures:– House of Lord diisi oleh mereka yg bergelar

bangsawan yg diwarisi dari pendahulunya.– House of Common diisi oleh para senior.

Page 104: Hukum Konstitusi

• Tujuan konstitusi baru The Fifth Republic (1958): stabilitas pemerintahan pemerintah yang dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan tanpa berutang pada partai

• Sistem Presidensial:– Part-presidential & Part-parliamentary.– Presiden dipilih rakyat untuk 7 tahun.– Presiden dapat membubarkan National Asembly.

Page 105: Hukum Konstitusi

• FRG is a social state (art. 20).

• Komitmen thd rule of codified law dan persamaan kondisi kehidupan antara negara bagian kaya dan miskin (art. 107) didorong oleh pengalaman Hitler yg disebabkan oleh fragmentasi & perbedaan.

• Sistem Parlementer bicameral legislatures: – Bundesrat (upper chamber) 16 negara bagian

@ 3-6 anggota.– Bundestag (lower chamber). Jumlah: 669 (328

dipilih, 328 sistem list, 16 kursi overhang) sejak 2002 jadi 598. Tugas: memilih Kanselir.

Page 106: Hukum Konstitusi
Page 107: Hukum Konstitusi

DAFTAR PUSTAKA

Assidhidiqie, Jumly, 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konpress.

_________, 2005, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antar-Lembaga Negara, Jakarta: KRHN dan MK-RI.

_________, 2006, Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, Jakarta: Konpress.

Chandler, James J.A., (Ed.), 2000, Comparative Public Administration, London & New York: Routledge

Chaidir, Ellydar, 2007, Hukum dan Teori Konstitusi, Yogyakarta: Kreasi Total Media.

Fadjar, A. Mukthie, 2003, Reformasi Konstitusi Dalam Masa Transisi Paradigmatik, Malang: In-Trans.

Huda, Ni’matul, 2005, Negara Hukum, Demokrasi, dan Judicial Review, Yogyakarta, UII Press.

Kamis, Margarito, 2005, Jalan Panjang Kultur Konstitusionalisme di Indonesia, makalah, Jakarta: Setneg RI

Page 108: Hukum Konstitusi

DAFTAR PUSTAKA

Mahkamah Konstitusi RI dan Konrad Adenauer Stiftung, 2005, Mekanisme Impeachment dan Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Hasil Penelitian, Jakarta.

Nasution, Adnan Buyung, 1995, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Nasution, Mirza, 2004, Negara dan Konstitusi, makalah, Medan: FH-USUStrong, CF., 2008, Konstitusi-Konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan

Tentang Sejarah dan Bentuk-Bentuk Konstitusi Dunia, Terjem. SPA Teamwork, Cet. II, Jakarta: Nusa Media.

Subekti, Valina Singka, 2008, Menyusun Konstitusi Transisi: Pergulatan Kepentingan dan Pemikiran dalam Proses Perubahan UUD 1945, Jakarta: Rajawali Press.

Thaib, Dahlan, Jazim Hamidi, dan Ni’matul Huda, 1999, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: Rajawali.

Wardani, Kunthi Dyah, 2007, Impeachment Dalam Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta, UII Press.

Jurnal KONSTITUSI, 2006, Vol. 3, No. 3, September, Jakarta: MK-RI.Berbagai UUD/Konstitusi dan Peraturan Peundang-Undangan terkait.