KONSISTENSI PENELITIAN

8
KONSISTENSI PENELITIAN dan PENGEMBANGAN MODEL PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK UNTUK KESIAPAN KERJA SISWA SMK BIDANG KEAHLIAN TATA BUSANA DI INDUSTRI GARMEN No Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian Kesimpulan 1. Bagaimanakah tingkat kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja pada bagian produksi (operator jahit) dengan harapan industri garmen (users)? Mengidentifikasi tingkat kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja pada bagian produksi (operator jahit) dengan harapan industri garmen (users). Bagaimanakah tingkat kesenjangan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja pada bagian produksi (operator jahit) menurut industri garmen (users)? Melalui pendekatan demand driven teridentifikasi kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK pada bagian produksi di industri garmen sebesar 2,04 dengan nilai kesenjangan tertinggi pada atribut percaya diri (2,87), semangat kerja (2,81), mental kerja (2,63), motivasi kerja (2,59), dan loyalitas (2,55). 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mengakibatkan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja di industri garmen? Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK pada bagian produksi di industri garmen. Faktor-faktor apa sajakah yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara harapan industri dengan kenyataan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK pada bagian produksi di industri garmen, yaitu: (1) sistem kerja di industri garmen yang menggunakan konsep lean manufacture berdasarkan sikap kerja kaizen (5R: Resik, Rawat, Ringkas, Rapi, dan Rajin), just in time (JIT), dan quality

Transcript of KONSISTENSI PENELITIAN

Page 1: KONSISTENSI PENELITIAN

KONSISTENSI PENELITIAN dan PENGEMBANGANMODEL PENGEMBANGAN SOFT SKILLS DALAM PEMBELAJARAN PRAKTIK UNTUK KESIAPAN KERJA SISWA

SMK BIDANG KEAHLIAN TATA BUSANA DI INDUSTRI GARMEN

No Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian Kesimpulan

1. Bagaimanakah tingkat kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja pada bagian produksi (operator jahit) dengan harapan industri garmen (users)?

Mengidentifikasi tingkat kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja pada bagian produksi (operator jahit) dengan harapan industri garmen (users).

Bagaimanakah tingkat kesenjangan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja pada bagian produksi (operator jahit) menurut industri garmen (users)?

Melalui pendekatan demand driven teridentifikasi kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK pada bagian produksi di industri garmen sebesar 2,04 dengan nilai kesenjangan tertinggi pada atribut percaya diri (2,87), semangat kerja (2,81), mental kerja (2,63), motivasi kerja (2,59), dan loyalitas (2,55).

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mengakibatkan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja di industri garmen?

Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK pada bagian produksi di industri garmen.

Faktor-faktor apa sajakah yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara harapan industri dengan kenyataan soft skills tenaga kerja lulusan SMK program keahlian tata busana yang bekerja di industri garmen?

Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan soft skills tenaga kerja lulusan SMK pada bagian produksi di industri garmen, yaitu: (1) sistem kerja di industri garmen yang menggunakan konsep lean manufacture berdasarkan sikap kerja kaizen (5R: Resik, Rawat, Ringkas, Rapi, dan Rajin), just in time (JIT), dan quality control (QC) belum dilaksanakan secara optimal dalam proses pembelajaran praktik di SMK, dan (2) kurangnya bekal pengalaman dalam pembelajaran praktik yang menerapkan budaya kerja di industri sehingga tingkat percaya diri, disiplin, tanggung jawab dan mental kerja lulusan SMK tata busana rendah dan kurang siap untuk bekerja di industri garmen.

Page 2: KONSISTENSI PENELITIAN

No Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian Kesimpulan

3. Bagaimanakah model pengembangan soft skills yang dapat membekali kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata busana di industri garmen?

Menemukan model pengembangan soft skills yang dapat membekali kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata busana di industri garmen

Bagaimanakah model pengembangan soft skills yang dapat membekali kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata busana di industri garmen?

Melalui metode research and development (R & D) ditemukan model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik yang efektif membekali kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata busana di industri garmen, didasarkan atas: tingkat kesepahaman antar pakar yang tinggi, keterbacaan instrumen oleh siswa yang tinggi, dan keterlaksanaan dengan sangat baik skenario pembelajaran dalam memenuhi dimensi pengembangan soft skills, yaitu: (1) komitmen kerja, (2) etos kerja, (3) motivasi kerja, (4) apresiasi kerja, dan (5) budaya kerja. Dalam hal ini guru berperan sebagai supervisor yang didukung oleh perangkat worksheet bermuatan kaizen (5R), quality control (QC), dan just in time (JIT).

4. Bagaimanakah respon guru terhadap model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik untuk membekali kesiapan kerja siswa?

Mengetahui respon guru terhadap model pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik untuk membekali kesiapan kerja siswa

Bagaimanakah respon guru terhadap penyusunan rencana pembelajaran (RPP), pelaksanaan tahapan-tahapan model pengembangan soft skills, dan penggunaan perangkat worksheet yang digunakan dalam model pengembangan soft skills?

Respon guru pengguna terhadap model pengembangan soft skills siswa SMK program tata busana menyatakan sebagai berikut: (a) lebih mudah dan tidak ada kesulitan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran praktik yang menggunakan model pengembangan soft skill; (b) lebih mudah melaksanakan pengembangan soft skills yang dilakukan dalam pembelajaran praktik; dan penggunaan worksheet dalam model pengembangan soft skills yang dilakukan dalam pembelajaran praktik sangat membantu dalam memonitor atau memantau cara kerja siswa, baik hard skills maupun soft skills secara seimbang.

Page 3: KONSISTENSI PENELITIAN

No Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Pertanyaan Penelitian Kesimpulan

5. Bagaimanakah efektivitas model pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata busana di industri garmen?

Mengetahui efektivitas model pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja siswa berdasarkan kemampuan masing-masing manifest pengembangan soft skills dalam merefleksikan kesiapan kerja siswa.

Bagaimanakah efektivitas pengembangan soft skills dalam pembelajaran praktik siswa dilihat dari kemampuan masing-masing manifest pengembangan soft skills dalam merefleksikan kesiapan kerja siswa?

Efektivitas model pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja siswa menunjukan secara umum dari seluruh responden sudah memiliki motivasi kerja tinggi. Hasil pengukuran pada variabel eksogen mendapatkan skor rerata lebih dari 3 yang mengindikasikan responden sudah memiliki komitmen, etos, apresiasi, dan budaya kerja yang tinggi. Motivasi kerja terkategorisasi tinggi (81.15%), komitmen kerja (65.57%) dan apresiasi kerja (62.30%) juga memiliki karakteristik sebaran dengan mayoritas kategori tinggi. Sedangkan etos kerja (67.21%) dan budaya kerja (52.46%) mayoritas terkategorisasi cukup. Dari 12 aspek yang merefleksikan kesiapan kerja. Skor tertinggi (> 3) terjadi dalam aspek percaya diri, disiplin, dan daya saing. Skor dibawahnya terjadi dalam aspek lainnya, dengan kisaran sekor 2.75 – 2.93 (dari rentang skore maksimum 5). Semua aspek tersebut sebagai kesatuan kesiapan kerja ter-skor sebesar 2.89 dapat dikatakan sudah mendekati 3 sehingga cukup kuat untuk diterima sebagai indikasi kesiapan kerja yang sudah baik.

6. Seberapa besarkah kontribusi pengembangan softs skills terhadap kesiapan kerja siswa SMK bidang keahlian tata busana di industri garmen?

Mengetahui besaran kontribusi pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata busana di industri garmen.

Seberapa besarkah kontribusi pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja siswa SMK program keahlian tata busana di industri garmen?

Kontribusi pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja siswa SMK di industria garmen sebesar 67.8% yang ditunjukkan oleh hubungan antar variabel soft skills dan kesiapan kerja dengan bentuk persamaan sebagai berikut:

Kesiapan kerja = 0.824 Pengembangan Soft Skill … R²= 0.678Persamaan di atas menginterpretasikan untuk setiap peningkatan satu satuan soft skills mampu meningkatkan kesiapan kerja sebesar 0.824 setara dengan 67.8%. Kontribusi tersebut dapat dikatakan cukup besar karena lebih dari moderat (50%). Kebermaknaanya juga dapat dipercaya terlihat dari nilai t-val (0.824) yang lebih dari t-tabel sebesar 1.96.

Page 4: KONSISTENSI PENELITIAN

DAFTAR REVISI MASUKAN DARI PROF. MULJANI

Penjelasan dan RevisiAbstrak Sudah diperbaikiBab I hal 18

Spesifikasi Produk yang dikembangkan (sub-judul ini dibuang saja, karenza paragraf berikutnya sebenarnya menjelaskan tujuan nomor 5 diatas)

Sub-sub judul mengikuti format pada pedoman penulis disertasi PPs-UNY

Bab II hal 152 (Sebaiknya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja dan hipotesis nihil : Hi dan Ho).

Masukan dari Prof. Djemari dan Prof. Soenarto, Penelitian R&D tidak perlu Hipotesis, sehingga saya rumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian

Bab 3 TerlampirBab 4 hal 256 Haji uji struktural model dengan

menggunakan SEM dapat dijelaskan bahwa kontribusi pengembangan soft skills terhadap kesiapan kerja siswa SMK di industria garmen sebesar 67.8% yang ditunjukkan oleh hubungan antar variabel soft skills dan kesiapan kerja dengan bentuk persamaan sebagai berikut: Kesiapan kerja = 0.824 Pengembangan Soft Skill

… R²= 0.678Persamaan di atas menginterpretasikan untuk setiap peningkatan satu satuan soft skills mampu meningkatkan kesiapan kerja sebesar 0.824 Kemampuan ini dalam bentuk persen setara dengan 67.8%. Contoh: manifes daya saing terlihat memiliki koefesien lambda sebesar 0.730, menginterpretasikan kemampuan daya saing mampu merefleksikan kesiapan kerja subjek sebesar 0.730 atau 53.2%.

Bab 5 Karena ini disertasi, tambah satu lagi saran untuk kebijakan nasional…!!!!

Kesimpulan sudah konsisten dengan tujuan penelitian dan menjawab pertanyaanSaran untuk penentuk kebijakan dalam hal ini PSMK sudah ditambahkan