konsep-sehat-sakit.doc
-
Upload
hikmahtika-corleone -
Category
Documents
-
view
47 -
download
1
Transcript of konsep-sehat-sakit.doc
KONSEP SEHAT SAKIT
Oleh: Dewi Nastiti, S.Kep, Ns
A. Definisi sehat sakit
Sehat dalam arti luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk
mempertahankan keadaan kesehatannya.
Perawat dapat memiliki definisi yang berbeda-beda tentang kesehatan, mereka membuat
rencana perawatan berdassarkn pada definisi sehat dan standar pelayanan kesehatan yang
diterapkan
Beberapa definisi sehat:
1. Perkins (1939), sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk
dan fungsi tubuh dan beberapa factor yang berusaha mempengaruhinya
2. WHO (1974), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna dari aspek fisik, mental,
soaial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
3. Neuman (1989) sakit sebagai totalitas dari seluruh proses kehidupan, termasuk
memandang sakit sebuah proses
4. UU NO.23, 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi
5. Perkins (1937), sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani dan social
6. WHO (1974), sakit adalah suatu keadaan yang tidak seimbang/sempurna seseorang dari
aspek medis, fisik, mental, sosial, psikologis dan bukan hanya mengalami kesakitan
tetapi juga kecacatan
7. Raverlyy (1940an), sakit adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan, agen dan
individu
8. UU NO.23, 1992,sakit adalah jika seseorang menderita penyakit menahun (kronis),
atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
MK IKD 1
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek tetapi bila ia
tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
B. Model sehat sakit
1. Kontinum sehat sakit atau rentang sehat sakit
Neuman (1990) “sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu
tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengn
energy yang paling maksimum, sampai kondisi kematian, yang menandakan habisnya
energy total”
Menurut model kontinum sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaan yang dinamis yang
berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan
lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat.
Sakit adalah sebuah proses dimana fungsi individu mengalami perubahan atau
penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relative, yang mempunyai beberapa
tingkat, maka akan lebih akurat bila ditentukan sesui dengan titik tertentu pada skala
kontimum sehat sakit:
Rentang sehat renatang sakit
Sjahtera sht skali sht normal stengah skit sakit skit kronis mati
Ket gambar:
Rentang sakit dapat digambarkan mulai setengah sakit, sakit, sakit kronis dan berakhir
dengan kematian, sedangkan rentang sehat dapat digambarkan mulai dari sehat
normal, sehat sekali dan sejahtera sebagai status sehat yang paling tinggi.
MK IKD 1
Berdasarkan rentang sehat sakit tersebut, maka paradigma keperwatan dalam konsep
sehat sakit, memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang akan biberikan
selama rentang sehat sakit, akan melihat terlebih dahulu status kesehatan dalam
rentang sehat sakit tersebut, apakah statusnya dalam keadaan sakit atau sakit kronis
sehingga dapat diketahui tingkatan asuhan keperawatan yang akan diberikan serta
tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan status kesehatannya.
2. Model kesejahteraan tingkat tinggi
Model kesejahteraan tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi
sehat pada setiap individu utuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan
arah yang memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan.
Model ini mencakup kemajuan tingkat fungsi ke arah yang lebih tinggi, yang menjadi
suatu tantangan yang luas dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling
maksimal, merupakan suatu proses yang dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan
pasif.
3. Model agen-penjamu-lingkungan
Menurut pendekatan ini, tingkat sehat sakit individu atau kelompok ditentukan oleh
hubungan yang dinamis antara ketiga variable agen, pejamu dan lingkungan.
Agen: factor internal atau eksternal yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit
Ex: seseorang terkena penyakit typoid, dimana agen adalah bakteri
Pejamu: seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit
tertentu.ex: riwayat keluarga, usia, gaya hidup
Lingkungan: seluruh factor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik antara lain
tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal. Lingkungan soaial terdiri dari
interaksi seseorang dengan orang lain, termasuk stress, konflik dengan orang lain,
kesulitan ekonomi, krisis hidup, kematian pasangan.
4. Model keyakinan kesehatan
Menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang
ditampilkannya.
MK IKD 1
komponen pertama adalah persepsi individu tentang kerentangan dirinya terhadap
suatu penyakit, ex: klien perlu mengenal adany penyakit diabetes militus melalui
riwayat keluarganya, terutama jika dalam empat decade ada keluarga yang meninggal
karena penyakit tersebut, maka klien munngkin akan merasakan risiko mengalami
penyakit diabetes militus. Komponen kedua adalah persepsi indiividu terhadap
keseriusan penyakit tertentu, dipengaruhi oleh variable demaografi dan
sosiopsikologis, perasaan terancam oleh penyakit dan tanda-tanda untuk bertindak,
komponen ketiga dimana seseorang akan mengambil tindakan preventif, missal
mengubah gaya hidup.
Model keyakinan kesehatan menbantu perawat memahami berbagai factor yang dapat
mempengaruhi persepsi, keyakinan, perilaku klien serta membantu perawat membuat
rencana paling efektif untuk membantu klien memelihara atau memperoleh kembali
status kesehatannya dan mencegah terjadinya penyakit.
5. Model peningkatan kesejahteraan
“Peningkatan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesehatan klien”
(Pender 1993, 1996). Model tersebut mengidentifikasi beberapa factor (demografi dan
sosial) yang dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi untuk meningkatkan
kesehatan. Model tersebut juga mengatur berbagai tanda kedalam sebuah pola untuk
menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi klien dalam perilaku peningkatan
kesehatan (Pender, 1993, 1996)
C. Variable yang mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan
Variable internal dan eksternal dapat mempengaruhi bagaimana individu berfikir dan
bertindak, pemahaman cara bagaimana variable ini mempengaruhi klien memungkinkan
perawat merencanakan dan memberikan perawatan individual.
1. Variable internal
1.1 tahap perkembangan, contoh: secara umum seoarang anak belum mampu mengenal
potensi penyakit serius dan mereka perlu diberikan motivasi untuk berpartisipasi
dalam rencana pengobatan
1.2 latar belakang intelektual
1.3 persepsi tentang fungsi, cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada
keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang
MK IKD 1
dengan kondisi jantung yang kronik akan merasa bahwa tingkat kesehatan mereka
berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesehatan yang berarti.
1.4 faktor emosional, seseorang yang tidak mampu melakukan koping scara emosional
terhadap ancamman penyakitnya, mungkin akan menyangkal adanya gejala
penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. Contoh, seseorang
dengan nafas yang terengah-engah dan sering batuk mungkina akan menyalahkan
cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima kemungkinan
menderita penyakit saluran pernafasan.
1.5 Faktor spiritual
Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk
menjalani kehidupan secara utuh.
Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara
spiritual. Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan
pengobatan tertentu, perawat harus memahami dimensi spiritual klien sehingga
mereka dapat dilibatkan secara aktif dalam asuhan keperawatan.
2. Variable eksternal
1.1 prakti dikeluarga
cara bagaimana keluarga klien menggunakan pelayanan kesehatan biasanya akan
mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatan. Contoh, seorang anak
yang diajak orang tuannya untuk memeriksakan kesehatan rutin, kemungkinan
besar ketika mereka dewasa juga akan membawa anaknya untuk melakukan
pemeriksaan yang sama.
1.2 Faktor sosioekonomik
Factor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereraksi terhadap penyakit.
Contoh, jika masyarakat menerima perilaku dari sekelompok gadis remaja tertentu
yang mempunyai kebiasaan merokok, maka dorongan untuk menerima kebiasaan
tersebut lebih besar daripada perhatian tentang bahaya merokok.
1.3 Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu.
Budaya juga mempengaruhi tempat masuk ke dalam system pelayanan kesehatan
dan mempengaruhi cara melaksanakan kesehatan pribadi. Contoh, sebuah studi
MK IKD 1
tentang pendidikan kesehatan yang dilakukan pada penduduk Amerika keturunan
Afrika sebagian besar tidak mempunyai akses untuk mendapatkan pendidikan
kesehatan yang dapat digunakan sebagai cara pencegahan primer (Airhihenbuwa,
1989).
Oleh karena itu perawat harus menyadari pola dan budaya yang berhubungan
dengan perilaku dan bahasa yang digunakan oleh diri sendiri maupun orang lain,
maka mereka akan mampu mengenal, memahami perilaku dan keyakinan klien.
Perawat harus mengidentifikasi dan memasukkan factor budaya kedalam rencana
perawatan klien untuk menghindari terjadinya konflik antara tujuan dan metode
perawatan dengan latar belakang budaya klien
D. Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
Preventif:
- Primer
Pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi penyakit dan
gangguan fungsi, dan diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental, tidak
menggunakan tindakan terapetik dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit
(Edelman dan Mandle, 1994). Contoh, program pendidikan kesehatan, imunisasi,
penyediaan nutrisi yang baik, kesegaran fisik
- Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami masalah kesehatan atau
penyakit. Dan individu yang beresiko mengalami komplikasi atau penyakit yang labih
buruk. Dengan cara pembuatan diagnose dan pemberian intervensi yang tepat untuk
menghindari kondisi yang lebih parah dan memungkinkan klien kembali pada kondisi
kesehatan yang normal (Pender, 1993; Edelman dan Mandle, 1994).
Sebagian besar dilakukan dirumah, rumah sakit atau fasilitas yang memadai.
Pencegahan sekunder terdiri dari teknik screening dan pengobatan penyakit pada tahap
dini untuk membatasi kecacatan.
- Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang
permanaen dan tidak dapat disembuhkan. Pencegahan tersier terdiri dari cara
MK IKD 1
meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui intervensi yang
bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan kondisi kesehatan (Edelman dan
Mandle, 1994).
Tingkat perawatan ini disebut perawatan preventif karena didalamnya mencakup
tindakan pencegahan terjadinya ketidakmampuan atau penurunan fungsi yang lebih
jauh. Contoh, pemberian perawatan tersier pada klien yang telah mengalami kebutaan,
tidak hanya membantu klien untuk beradaptasi dengan kecacatannya, tapi juga
ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah dimasa yang akan dating (ex: terjadinya
kecelakaan dirumah, dalam pengasuhan anaknya)
E. Factor resiko,
1. Factor genetic dan fisiologis
Factor resiko fisiologis mencakup funngsi tubuh secara fisik.seperti kelebihan berat
badan dan tempat yang dapat meningkatkan stress pada sisitem fisik. (Cotoh, system
sirkulasi) dapat meningkatkan kerentanan seseoranng terhadap penyakit pada area ini.
Factor genetic, keturunan terhadap penyakit tertentu. Seseorang dengan riwayat
keluarga yang menderita penyakit diabetes militus akan berisiko untuk mengalami
penyakit tersebut dikemudian hari.
2. Usia
Usia dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu. Contoh, resiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler meningkat sesuai dengan peningkatan usia untuk
kedua jenis kelamin, resiko terjadinya kecacatan saat lahir dan komplikasi kehamilan
meningkat pada wanita yang melahirkan setelah usia 35 tahun
3. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat dimana seseorang bekerja atau tinggal juga dapat
meninngkatkan terjadinya penyakit tertentu. Contoh, beberapa jenis kanker dan
penyakit lainnya mempunyai kemungkinan yang lebih besar terjadi pada pekerja
didaerah industri yang terpajan dengan zat kimia tertentu; polusi udara,air dan suara
juga dapat menimbulkan penyakit
4. Gaya hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan dan cara pelaksanaan kesehatan yang mengandung factor
resiko. Contoh, makan yang berlebihan, nutrisi yang buruk, kurang tidur dan istrahat,
kebiasaan merokok dll
MK IKD 1
F. Sakit dan perilaku sakit
Sakit bukan hanya keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit, tapi suatu keadaan
dimana funngsi fisik, emosional,, intelektual, sosial, perkembangan seseorang terganggu
bila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Kanker merupakan sebuah proses penyakit, tetapi klien dengan leukemia yang sedang
menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasa, sedang klien dengan
kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk operasi mungkin akan merasakan
akibatnya pada dimensi lain selain dimensi fisik.
Seseorang yang sedang sakit pada umumnya mempunyai perilaku yang menurut istilah
sosiologi kedokteran disebut perilaku sakit. Perilaku sakit mencakup cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterprestasikan gejala yang dialaminya,
melakukan upaya penyembuhan dan menggunakan system pelayanan kesehatan
(Mechanic, 1982)
Selain itu perilaku sakit juga dapat terjadi pada klien yang mengalami kehilangan peran,
harapan sosial atau tanggung jawab. Contoh, ibu rumah tangga yang sedang terkena flu
mungkin harus berhenti sementara dari tanggung jawabnya menjaga anak dan mengurus
rumah.
1. Variabel yang mempengaruhi sakit
1) Variabel internal
Tetgantung pada persepsi terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami,
jika klien merasa gejala sakit tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari maka
mereka cenderung mencari bantuan kesehatan dibandingkan bila klien tidak
memandang gejala tersebut menjadi gangguan baginya. Contoh, tukang kayu yang
menderita sakit punggung, jika klien yakin bahwa gejala tersebut adalah hal yang
serius dan mengancam kehidupannya, maka klien tersebut akan segera mencari
bantuan kesehatan.contoh 2, seseorang yang terbangun dari tidurnya ditengah
malam karena nyeri dada, umumnya memandang peristiwa ini sebagai suatu
gejala yang berpotensi serius sebagai sakit yang mengancam kehidupan dan
mungkin ia akan termotivasi untuk mancari bantuan, akan tetapi persepsi seperti
itu dapat juga mempunyai akibat yang sebaliknya. Individu mungkin akan merasa
MK IKD 1
takut mengalami sakit yang serius, bereaksi dengan cara menyangkal dan tidak
mau mencari bantuann kesehatan
2) Variable eksternal
Variable eksternal yang mempengaruhi perilaku sakit antara lain:
gejala yang dapat dilihat, suatu penyakit dapat berpengaruh terhadap citra tubuh
dan perilaku sakit contoh, seseorang yang mengalami bibir pecah-pecah akn lebih
cepat mencari solusi daripada seseorang yang terkena sakit tenggorok, karena
mungkin orang lain akan member komentar terhadap gejala pecah-pecah yang
terlihat.
Kelompok sosial,klien akan membantu mereka untun menngenali ancaman penyakit
atau memberi dukungan kepada klien untuk menyangkal potensi terjadinya suatu
penyakit. Conth, dua orang wanita usia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok
sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada payudara ketika mereka
sedang memeriksa payudara sndiri, kemudian keduanya mendiskusikan kepada teman
mereka massing-masing, teman pertama munngkin akan mendoronng untuk mencari
penngobatan untuk menentukan apakah perlu dilakukan biopsy, sedang teman yang
kedua mungkin akan mengatakan kepadanya bahwa benjolan tersebut hanya
merupakan bentuk dari penyakit fibrosistik sehingga ia tidak perlu ke dokter untuk
segera memeriksakan diri.
Latar belakang budaya dan etnik mengajarkan seorang individu bagaimana menjadi
sehat, mengenal penyakit dan menjadi sakit. Pemberian arti sehat dan sakit
berhubungan dengan nilai budaya dasar yang digunakan oleh seseorang untuk
mendefinisikan spengalaman persepsi yang diterimanya (Spector, 1991), oleh karena
itu perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien agar bias
mengembangkan terapi yang individual.
Akses klien kedalam system pelayanan kesehatan sangat erat hubungannya dengan
pengaruh factor ekonomi, sisitem layanan kesehatan merupakan suatu system
sosioekonomi dimana klien harus masuk, berinteraksi dengannya dan kemudian
keluar dari system tersebut.
Seringkali klien merasakan bahwa pusat pelayanan kesehatan yang besar kurang
menghargai mereka, dan pelayanan yang diberikan besifat seperti mesin satu arah,
MK IKD 1
dan tenaga kesehatan selalu memcari hal yang paling buruk, tetapi ada beberapa klien
yang mungkin hanya mau mencari pelayanan dari tempat pelayanan kesehatan yang
besar karena mereka percaya bahwa diagnose dan prosedur yang dilakukan lebih
akurat.
2. Tahap perilaku sakit
a. tahap gejala
merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanyan
perasaan tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll sebagai
manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh.
b. tahap asumsi terhadap sakit
tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian berespon dalam
bentuk emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan ketakutan /kecemasan –
konsultasi dengan orang yang dianggap lebih tau/ yankes.
c. tahap kontak dengan palayanan kesehatan
tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes, meminta
nasuhat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang dilakukan atas inisiatif
sendiri, untuk mencari pembenaran tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi
ditemukan gejala yang ada, maka klien mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala
tersebut muncul kembali, maka dirinya akan datang ke yankes kembali.
d. tahap ketergantungan
tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan mendapat
bantuan pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai tergantung, tetapi tidak
semua orang mempunyai tingkat katergantungan yang sama, melainkan berbeda
berdasarkan tingkat kebutuhannya juga penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan
dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan diberi support agar agar
seseorang mengalami kemandirian.
e. tahap penyembuhan
merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi
kembali dengan lilngkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk berfungsi dalam
MK IKD 1
kehidupan social. Peran tenkes disini adalah membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraans
G. Dampak sakit pada klien dan keluarga
1. Perubahan perilaku dan emosi
Setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda-beda terhadap kondisi sakit,
tergantung pada penyakit dan sikap klien dalam menghadapi penyakit tersebut.
Contoh, penyakit dengan jangka waktu singkat dan tidak mengancam kehidupan akan
menimbulkan sedikit perubahan dan perilaku dalam fungsii klien atau keluarga.
Contoh, seorang suami yang mengalami sakit demam, ia akan mengalami penurunan
tenaga tau kesabaran, dan mungkin menjadi lebih mudah marah, memilih untuk tidak
berinteraksi dengan yang lain. Penyakit yang berat, yang mengancam kehidupan, dapat
menimbulkan perubahan emosi yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan,
marah, dan menatrik diri. Hal tersebut merupakan respon umum terhadap stress yang
disbabkan oleh sakit. Perawat mengembangkan berbagai intervensi untuk membantu
klien dan keluarga membentuk koping terhadap stress, karena stressor umumnya tidak
dapat diubah lagi.
2. Dampak sakit pada peraan keluarga
Setiap orang mempunyai berbagai peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah,
pengambil keputusan, contoh seorang ibu dengan dua orang anak yang sedang
mengalami inveksi virus, dan sudah menderita sakit selama satu minggu, maka selama
waktu tersebut ia tidak bisa merawat anak-anaknya dan bekerja mengurus rumah
tangganya. Pada awalnya dia mau melepaskan tanggung jawabnya tersebur agar dia
mampu merawat dirinya sendiri, setelah berangsur-anngsur sembuh ia akan kembali
melakukan peran-perannya tersebut. Dengan perubahan peran jangka pendek seorang
klien tidak akan mengalami tahap penyesuaian yang berkapanjangan. Tetapi pada
perubahan jangka panjang klien akan memerlukan proses penyesuaian yang sama
dengan proses berduka.
3. Dampak pada citra tubuh
Merupakan konsep subyektif seseoranng terhadap penampilan fisiknya. Beberapa
penyakit dapat mengakibatkan perubahan pada penampilan fisiknya, serta klien dan
keluarga kan bereaksi yang berbeda-beda. Reaksi klien dan keluarga terhadap
MK IKD 1
gambaran tubuh tergantung pada antara lain: jenis perubahan (kehilangan anggota
badan), kapasitas adaptasi, kecepatan perubahan, dukungan yang tersedia
Contoh, misal akibat amputasi kaki, maka umumnya klien akan mengalami tahap
berikut:syok, manarik diri, mengakui, menerima dan rehabilitasi
4. Dampak pada konsep diri
Konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup
bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahan pada seluruh aspek
kepribadiannya. Konsepnya ini tidak hanya tergantung pada gambaran tubuh dan
peran yang dimiliki tetapi juga bergantung pada aspek psikologis juga spiritual diri.
Akibat sakit terhadap konsep diri klien dan anggota keluarga mungkin dapat bersifat
kompleks dan kurang bisa diobservasi bila dibandingkan dengan perubahan peran.
Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena kondisi sakitnya mungkin tidak
lagi mampu memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya akan menimbulkan
konflik atau ketegangan.
Contoh, klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau
tidak akan mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarga yang lain atau
kepada teman-tamanya. Akhirnya klien akan merasa kehilangan funngsi sosialnya.
Perawat berperan dalam pembuatan asuhan keperawatan dalam membantu klien akibat
kondisi sakit yang dialaminya tersebut.
5. Dampak pada dinamika keluarga
Dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil
keputusan, member dukungan kepada anggota keluarganya dan melakukan koping
terhadap perrubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
Contoh, akan mengalami rasa kehilangan jika salah satu orangtua harus dirawat
dirumah sakit atau jika orangtuanya tidak bisa memberikan kasih sayang dan rasa
aman kepadanya, kesulitan emosi mungkin tetep berlangsung meskipun peran
orangtua telah digantikan oleh annggota keluarga yang lain. Penggantian situasi
tersebut dapat menimbulkan stres dan dapat menyebabkan tanggung jawab yang
bertentangan bagi anaknya atau menyebabkan konflik pada saat pengambilan
keputusan.
MK IKD 1
MK IKD 1