etika dalam rumah sakit.doc

37
MAKALAH ETIKA PROFESI DALAM RUMAH SAKIT Disusun Oleh : Ilham Purnama //14600104 UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA Jl. LetjenT.B.Simatupang No. 152 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Transcript of etika dalam rumah sakit.doc

MAKALAH ETIKA PROFESI DALAM

RUMAH SAKIT

Disusun Oleh : Ilham Purnama //14600104

UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA

Jl. LetjenT.B.Simatupang No. 152 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Etika Dalam Rumah Sakit” yang menjadi salah satu tugas dari mata kuliah Etika & Filsafat Komunikasi ini dengan baik dan lancar.

Merupakan suatu tambahan pengetahuan dan wawasan bagi kami para penyusun makalah ini terutama materi-materi baru yang dapat memberikan pemahaman-pemahaman yang lebih bervariatif tentang Masalah Kode Etik Profesi.

Saya sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi saya selaku penyusun dan penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai referensi tambahan di bidang ilmu Etika & Filsafat Komunikasi.

DAFTAR ISI

KATA /PENGANTAR ............................................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Etik dan Hukum .............................................................................3

B. Etika Rumah Sakit ......................................................................................................4

C. Isu-isu Etika Administratif ........................................................................................5

D. Isu-isu Etika Biomedis ................................................................................................7

E. Isu-isu Bioetika ............................................................................................................8

F. Isu-isu Etika Medis .....................................................................................................8

G. Panitia Etika Rumah Sakit ........................................................................................8

H. Fungsi Panitia Etika Rumah Sakit ............................................................................8

I. Hospital Bylaw ............................................................................................................9

J. Masalah Etika dan Hukum dalam Rumah Sakit ...................................................11

K. Identifikasi Masalah Etika dalam Rumah Sakit ....................................................12

L. Pemecahan Masalah Etika dalam Rumah Sakit ....................................................13

M. Rumah Sakit Jakarta ................................................................................................15

BAB III PENUTUP .............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................26

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 159b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit adalah ”Sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian”.

Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya sebagian besar tenaga hukum kedokteran yaitu ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan dalam menjalankan profesinya seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, nutrisionis, fisioterapis, ahli rekam medik dan lain-lain.

Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terpeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka, mereka yang mau melahirkan dan menyediakan pelayanan berobat jalan.

Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI) adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Hal ini meyangkut hak dan kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, saranan, pedoman standar pelayanan medik , ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum serta sumber-sumber hukum lainnya.

Hukum Kesehatan terdiri dari banyak disiplin diantaranya: hukum kedokteran/ kedokteran gigi, hukum keperawatan, hukum farmasi klinik, hukum apotik, hukum kesehatan masyarakat, hukum perobatan, hukum rumah sakit, hukum kesehatan lingkungan dan sebagainya (Konas PERHUKI, 1993).

Masing-masing disiplin ini umunnya telah mempunyai etik profesi yang harus diamalkan anggotanya. Begitu pula rumah sakit sebagai suatu institusi dalam pelayanan kesehatan juga telah mempunyai etika yang di Indonesia terhimpun dalam Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI).

Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan kesehatan masing-masing profesi harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul (rumah sakit) agar tidak saling berbenturan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang Etik dan Hukum

Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”. Etik merupakan morma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi terentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Hukum adalah pereturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuaaan, dalam mengatur pergaulan hidup masyarakat. Etik dan hukum memeiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengatur tertib dan tentramnya pergaulan hidup dalam masyarakat.

Persamaan etik dan hukum adalah sebagai berikut:

1. Sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertibnya hidup bermasyarakat.2. Sebagai objeknya adalah tingkah laku manusia.3. Mengandung hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat agar tidak saling

merugikan.4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi.5. Sumbernya adalah hasi pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior.

Sedangkan perbedaan Etik dan hukum adalah sebagai berikut:

1. Etik berlaku untuk lingkungan profesi . Hukum berlaku untuk umum.2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi. Hukum disusun oleh badan

pemerintah.3. Etik tidak seluruhnya tertulis. Hukum tercantum secara terinci dalam kitab undang-

undang dan lembaran/berita negara.4. Sanksi terhadap pelanggaran etik berupa tuntunan. Sanksi terhadap pelanggaran

hukum berupa tuntutan.5. Pelanggaran etik diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK),

yang dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kalau perlu diteruskan kepada Panitia Pembinaan Etika Kedokteran (P3EK), yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan (DEPKES). Pelanggaran hukum diselesaikan melalui pengadilan.

6. Penyelesaian pelanggaran etik tidak selalu disertai bukti fisik. Penyelesaian pelanggaran hukum memerlukan bukti fisik.

B. Etika Rumah Sakit

Etika rumah sakit adalah etika terapan (applied ethics) atau etika praktis (practical ethics), yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu praktis, seperti perlakuan terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi, etanasia, kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak mampu, dan sebagainya. Jadi, etika rumah sakit adalah etika umum yang diterapkan pada (pengoperasian) rumah sakit.

Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Peter Singer, filusf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.

Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari lingkungan budaya tertentu. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspekatasi) profesi dan amsyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa profesi secara wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat.

Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemerintah dan pada tingkat akhir walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.

Bagi asosiasi profesi, etika adalahkesepakatan bersamadanpedomanuntuk diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.

Etika Rumah Sakit adalah suatu etika praktis yang dikembangkan untuk Rumah Sakit sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan dengan kehadiran etika biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika institusional rumah sakit adalah pengembangan dari etika biomedika (bioetika). Karena masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama sekali sebagai dampak atau akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan teknologi biomedis, justru terjadi di rumah sakit. Sebagai contoh, dapat disebut kegiatan reproduksi dibantu transplantasi organ.

Etika rumah sakit terdiri atas dua komponen :

Etika administratif Etika biomedis

Secara umum masalah etik rumah sakit yang perlu diatur adalah tentang:

1. Rekam medis2. Keperawatan3. Pelayanan laboratorium4. Pelayanan pasien dewasa5. Pelayanan kesehatan anak6. Pelayanan klinik medik7. Pelayanan intensif, anestesi dan euthanasia8. Pelayanan radiologi9. Pelayanan kamar operasi10. Pelayanan rehabilitasi medik11. Pelayanan gawat darurat12. Pelayanan medikolegal dan lain-lain

C. Isu-isu Etika Administratif

Potensi isu etika administratif yang pertama terkait dengan kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit. Fungsi manajemen mencakup antara lain kegiatan menentukan obyektif, menentukan arah dan memberi pedoman pada organisasi. kegiatan-kegiatan kepemimpinan dan manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam pelaksanaannya seorang pemimpin yang manajer puncak sangat mudah disadari atau tidak melanggar asas-asas etikabeneficence, nonmaleficence, menghormati manusia dan berlaku adil. Apalagi jika Direktur Rumah Sakit berprilaku diskrimatif dan menerapkan standar ganda. Ia menuntut orang lain mematuhi standar-standar yang ditetapkan. Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan sesuai dengan standar-standar itu

Potensi isu etika administratif berikutnya adalah tentang privasi. Privasi menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia pribadi, kelainan atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan, dan terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang menjadi haknya. Adalah kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi dan kerahasiaan pasiennya. Harus di akui, hal itu tidak selalu mudah. Misalnya kerahasiaan rekam medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit modern data dan informasi yang terdapat di dalamnya terbuka bagi begitu banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak punya akses terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika administratif, jika terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu sebab di satu pihak lain kewajiban moral untuk menjaganya

Persetujuan tindakan medis(Informed consent). Masalah etika administratif dapat terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan tindakan medis tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan dimengerti olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi sebagai akibat tindakan itu atau sebagai akibat sebagai tidak dilakukan tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak terjadi banyak masalah etika, jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis sesuai dengan apa yang diharapkan semua pihak.

Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin dikerjakan sehari-hari misalnya pendektomi erakibat fatal. Kasus demikian dapat menjadi penyesalan berkepanjangan. Dapat juga terjadi dilema etik pada dokter dirumah sakit, yang tega mengungkapkan informasi yang selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan pasien akan jadi bingung, panik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk mencari pengobatan alternatif. padahal dokter percaya bahwa tindakan medik yang direncanakan masih besar kemungkinannya untuk menyelamatkan pasien.

Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi berhubung dengan faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut ini terjadi sehari-hari:

1. Apakah kemampuan pasien membayar uang muka adalah faktor yang mutlak bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan kepadanya. karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman rumah sakit mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan dengan demikian mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak, lebih besar manfaatnya, dan lebih efektif biaya.

2. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter tertentu sangat tinggi tarif jasanya. Jika ditegur ia pasti akan marah, dan mungkin akan hengkang kerumah sakit lain. padahal ia patient getter yang merupakan ‘telur emas’bagi rumah sakit.

3. Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi piutang periodiknya, padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus lanjutan.

4. Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika ada konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan keingginan pemegang saham yang melihat sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.

5. Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen dan para klinis yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan pendapatan. Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu yang dapat diduga melakukan moralhazarddengan berkolusi dengan PBF.

6. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap teknologi mahal; disatu pihak diperlukan untuk meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, di pihak lain potensi moral hazard juga tinggi demi untuk membayar cicilan kredit atau/ easing.

D. Isu-isu Etika Biomeidis

Isu etika biomedis di rumah sakit menyangkut persepsi dan perilaku profesional dan instutisional terhadap hidup dan kesehatan manusia dari sejak sebelum kelahiran, pada saat-saat sejak lahir, selama pertumbuhan, jika terjadi penyakit atau cidera, menjadi tua, sampai saat-saat menjelang akhir hidup, kematian dan malah beberapa waktu setelah itu.

Sebenarnya pengertian etika biomedis dalam hal ini masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika biomedis atau bioetika yang lahir sebagai dampak revolusi biomedis sejak tahun 1960-an, yang antara lain berakibat masalah dan dilema baru sama sekali bagi para dokter dalam menjalankan propesinya. Etika biomedis dalam arti ini didefinisikan olehInternational association of bioethicssebagai berikut; Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis,sosial,hukum,dan isu-isu lainyang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biolagi (terjemahan oleh penulis).

Pengertian etika biomedis juga masih perlu dipilah lagi dalam isu-isu etika medis’tradisional’ yang sudah dikenal sejak ribuan tahun, dan lebih banyak menyangkuthubungan individual dalam interaksi terapeutik antara dokter dan pasien. Kemungkinan adanya masalah etika medis demikianlah yang dalam pelayanan di rumah sakit sekarang cepat oleh masyarakat (dan media masa) ditunding sebagai malpraktek.

E. Isu-isu Bioetika

Beberapa contoh yang dapat dikemukakan tentang isu etika biomedis dalam arti pertama (bioetika) adalah antara lain terkait dengan: kegiatan rekayasa genetik,teknologi reproduksi,eksperimen medis, donasi dan transpalasi organ, penggantian kelamin, eutanasia, isu-isu pada akhir hidup, kloning terapeutik dan kloning repraduktif. Sesuai dengan definisi di atas tentang bioetika oleh International Association of Bioethics ,kegiatan-kegiatan di atas dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi tidak hanya menimbulkan isu-isu etika,tapi juga isu-isu sosial, hukum, agama, politik, pemerintahan, ekonomi,kependudukan,lingkungan hidup,dan mungikin juga isu-isu di bidang lain.

Dengan demikian,identifikasi dan pemecaha masalah etika biomedis dalam arti tidak hanya terbatas pada kepedulian internal rumah sakit saja-misalnya Komite Etika Rumah Sakit dan para dokter saja seperti halnya pada penanganan masalah etika medis ‘tradisional’ melainkan kepedulian dan bidang kajian banyak ahlimulti- dan inter-displiner tentang masalah-masalah yang timbul karena perkembangan bidang biomedis pada skala mikro dan makro,dan tentang dampaknya atas masyarakat luas dan sistemnilainya,kini dan dimasa mendatang (F.Abel,terjemahan K.Bertens).

Studi formal inter-disipliner dilakukan pada pusat-pusat kajian bioetika yang sekarang sudah banyak jumlahnya terbesar di seluruh dunia.Dengan demikian,identifikasi dan pemecahan masalah etika biomedis dalam arti pertama tidak dibicarakan lebih lanjut pada presentasi ini.

yang perlu diketahui dan diikuti perkembangannya oleh pimpinan rumah sakit adalah tentang fatwa pusat-pusat kajian nasional dan internasional,deklarasi badan-badan internasional seperti PBB, WHO, Amnesty International, atau’fatwa’ Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (diIndonesia;AIPI) tentang isu-isu bioetika tertentu, agar rumah sakit sebagai institusi tidak melanggar kaidah-kaidah yang sudah dikonsesuskan oleh lembaga-lembaga nasional atau supranasional yang terhormat itu. Dan jika terjadi masalah bioetika dirumah sakit yang belum diketahui solusinya,pendapat lembaga-lembaga demikian tentu dapat diminta.

F. Isu-isu Etika Medis

Seperti sudah disinggung diatas, masalah etika medis tradisional dalam pelayanan medis dirumah sakit kita lebih banyak dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya malpraktek, terutama oleh dokter. Padahal, etika disini terutama diartikan kewajiban dan tanggung jawab institusional rumah sakit. Kewajiban dan tanggung jawab itu dapat berdasar pada ketentuan hukum (Perdata, Pidana, atau Tata Usaha Negara) atau pada norma-norma etika.

G. Panitia Etika Rumah Sakit (PERS)

Etika Rumah Sakit Indonesia (ERSI) disusun oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI). ERSI ini memuat tentang kewajiban umum rumah sakit, kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat, kewajiban rumah sakit terhadap pasien, kewajiban rumah sakit terhadap staf dan lain-lain.

Pada saat ini beberapa rumah sakit telah mulai merasakan perlunya sebuah badan yang menangani pelanggaran etik yang terjadi di rumah sakit. Di rumah sakit besar di Indonesia telah ada badan yang dibentuk di bawah nama Panitia Etika Rumah Sakit (PERS) yang di luar negeri disebutHospital Ethical Commiteedimana anggotanya terdiri dari staf medis, perawatan, administratif dan pihak lain yang berkaitan dengan tugas rumah sakit.

H. Fungsi Panitia Etika Rumah Sakit

Fungsi PERS ini adalah memberikan nasihat atau konsultasi melalui diskusi atau berperan dalam menilai penyelesaian melalui kebijaksanaan, pendidikan pada lingkungannya dan memberikan anjuran-anjuran pada pelayan kasus-kasus sulit.

Dengan demikian PERS dapat memberikan manfaat :

1) Sebagai sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etik di rumah sakit.

2) Mengidentifikasi masalah pelanggaran etik di rumah sakit dan memberikan pendapat untuk penyelesaian.

3) Memberikan nasihat kepada direksi rumah sakit untuk meneruskan atau tidak, perkara pelanggaran etik ke MKEK.

Tugas PERS adalah membantu para dokter, perawat dan anggota tim kesehatan di rumah sakit dalam menghadapi masalah-masalah pelanggaran etik maupun pemantapan pengalaman kode etik masing-masing profesi.

I. Hospital Bylaw

Istilah Hospital Bylaw itu terdiri dari dua kata ‘Hospital’ dan ‘Bylaw’. Kata ‘Hospital’ mungkin sudah cukup familiar bagi kita, yang berarti rumah sakit. Sementara kata ‘Bylaw’ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli. Menurut The Oxford Illustrated Dictionary: Bylaw is regulation made by local authority or corporation. Pengertian lainnya, Bylaws means a set of laws or rules formally adopted internally by a faculty, organization, or specified group of persons to govern internal functions or practices within that group, facility, or organization(Guwandi, 2004). Dengan demikian, pengertian Bylaw tersebut dapat disimpulkan sebagai peraturan dan ketentuan yang dibuat suatu organisasi atau perkumpulan untuk mengatur para anggota-anggotanya. Keberadaan Hospital Bylaw memegang peranan penting sebagai tata tertib dan menjamin kepastian hukum di rumah sakit. Ia adalah ‘rules of the game’ dari dan dalam manajemen rumah sakit.

Ada beberapa ciri dan sifat Hospital Bylaw yaitu pertamatailor-made. Hal ini berarti bahwa isi, substansi, dan rumusan rinci Hospital Bylaw tidaklah mesti sama. Hal ini disebabkan oleh karena tiap rumah sakit memiliki latar belakang, maksud, tujuan, kepemilikan, situasi, dan kondisi yang berbeda. Adapun ciri kedua, Hospital Bylaw dapat berfungsi sebagai ‘perpanjangan tangan hukum’. Fungsi hukum adalah membuat peraturan-peraturan yang bersifat umum dan yang berlaku secara umum dalam berbagai hal. Sedangkan kasus-kasus hukum kedokteran dan rumah sakit bersifat kasuistis. Dengan demikian, maka peraturan perundang-undangannya masih harus ditafsirkan lagi dengan peraturan yang lebih rinci, yaitu Hospital Bylaw. Sebagaimana diketahui, hampir tidak ada kasus kedokteran yang persis sama, karena sangat tergantung kepada situasi dan kondisi pasien, seperti kegawatannya, tingkat penyakitnya, umur, daya tahan tubuh, komplikasi penyakitnya, lama pengobatan yang sudah dilakukan, dan sebagainya. Ketiga, Hospital Bylaw mengatur bidang yang berkaitan dengan seluruh manajemen rumah sakit meliputi administrasi, medik, perawatan, pasien, dokter, karyawan, dan lain-lain. Keempat, rumusan Hospital Bylaw harus tegas, jelas, dan terperinci. Hospital Bylaw tidak membuka peluang untuk ditafsirkan lagi secara individual. Kelima, Hospital Bylaw harus bersifat sistematis dan berjenjang.

Hospital Bylaw merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi antara lain: tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit, informed consent, rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran, komite medik, panitia etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan. Adapun bentuk HBL dapat merupakan kumpulan dari Peraturan Rumah Sakit,Standar Operating

Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Namun demikian, peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.

Belakangan ini tidak jarang keluhan masyarakat bahwa rumah sakit tidak melayani masyarakat dengan baik. Bahkan beberapa rumah sakit saat ini telah dituntut karena pelayanan yang tidak sesuai harapan. Ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa masih ada rumah sakit yang belum mempunyai aturan rumah sakit yang jelas, sistematis, dan rinci. Karena itu, sesuai prinsiptailor maderumah sakit seharusnya mempunyai Hospital Bylaw yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Banyaknya kasus malapraktik di negara ini merupakan salah satu bentuk dari kurang demokratisnya dokter dalam melayani pasien. Tidak dapat disangkal bahwa di negara ini masih banyak rumah sakit yang menerapkan doctor-oriented. Padahal, seharusnya manajemen rumah sakit menetapkan patient-oriented.

Akibat manajemen rumah sakit yang kerap kali ”menganakemaskan” para dokternya, dalam artian mengelola rumah sakit berdasarkan keinginan para dokter, telah menjadi bumerang bagi perkembangan rumah sakit di negara ini. Contoh kecil berkembangnya sikap doctor-oriented dapat dilihat dari perekrutan dokter oleh pihak pengelola rumah sakit. Dalam hal ini, pihak manajemen akan mempekerjakan dokter-dokter yang sudah terkenal dan mempunyai pasien tetap.

Secara ekonomis, praktik seperti ini memang menguntungan. Pasien-pasien dokter yang direkrut tersebut akan berpindah ke rumah sakit di mana si dokter berpraktik, selain berpraktik secara pribadi. Padahal, hal seperti ini tidak boleh dilakukan karena dokter dengan kemampuannya yang terbatas, tidak mungkin bisa menangani begitu banyak pasien. Otak dan tubuh kita perlu istirahat setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tapi, hal ini sering diabaikan karena sejumlah dokter lebih mementingkan nilai material yang dapat diraihnya.

Dengan demikian, kepentingan Hospital Bylaw dapat dilihat dari tiga sudut yaitu pertama, untuk kepentingan peningkatan mutu pelayanan. Dalam hal ini Hospital Bylaw dapat menjadi instrumen akreditasi rumah sakit. Rumah sakit perlu membuat standar-standar yang berlaku baik untuk tingkat rumah sakit maupun untuk masing-masing pelayanan misalnya pelayanan medis, pelayananan keperawatan, administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan gawat darurat, dan sebagainya. Standar-standar ini terdiri dari elemen struktur, proses, dan hasil. Adapun elemen struktur meliputi fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusianya, sistem keuangan, peralatan medis dan non-medis, AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, dan program. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari staf/unit/bagian rumah sakit kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa rumah sakit tersebut. Hasil (outcome) adalah

perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien.

Kepentingan yang kedua, dilihat dari segi hukum Hospital Bylaw dapat menjadi tolak ukur mengenai ada tidaknya suatu kelalaian atau kesalahan di dalam suatu kasus hukum kedokteran. Di dalam Hukum Rumah Sakit pembuktian yang lebih rinci harus terdapat dalam Hospital Bylaw. Ketiga, dilihat dari segi manajemen risiko, maka HBL dapat menjadi alat (tool) untuk mencegah timbulnya atau mencegah terulangnya suatu risiko yang merugikan. Dengan demikian, pasien akan semakin terlindungi sesuai prinsippatient safety. Hospital Bylaw juga akan memperjelas fungsi dan kedudukan dokter dalam sebuah rumah sakit . Sebagai tenaga medis, dokter dituntut melakukan tindakan medis sesuai dengan standar profesi yang ditetapkan dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Apalagi, berdasarkan strategi WTO pada tahun 2010 Indonesia akan membuka peluang dokter asing untuk berpraktik. Sementara itu, ASEAN bersepakat dua tahu lebih cepat yaitu pada tahun 2008 membuka peluang yang sama untuk tenaga kesehatan.

J. Masalah Etika dan Hukum di Rumah Sakit

Masalah etika dan hukum di rumah sakit yang paling marak saat ini adalah malpraktek.Malpraktek(medis) sebenarnya adalah istilah hukum yang berarti kesalahan dalam menjalankan profesi. Berkhouwer dan Borstman (dikutip oleh Veronica Komalawati) mengatakan, seorang dokter melakukan kesalahan profesi, apabila ia tidak memeriksa, tidak membuat penilaian, tidak melakukan tindakan atau tidak menghindari tindakan (tertentu), sedangkan dokter-dokter yang baik pada umumnya pada situasi yang sama akan melakukan pemeriksaan, membuat penilaian, melakukan tindakan atau menghindari tindakan (tertentu).

Kita dapat melihat bahwa: Pertama, definisi ini bersifat relatif. Baik buruknya seorang dokter menjalankan profesinya dibandingkan dengan rata-rata dokter lain. Tentu ini ada kelemahan-kelemahannya, dapat saja seorang dokter yang inovatif di tuduh melakukan malpraktek karena ia melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan kebanyakan dokter lain, padahal yang ia lakukan adalah baik dan bermanfaat bagi pasien. Soal standar profesi tidak disinggung dalam devinisi itu,mungkin karena belum ada, karena buku dua ahli hukum Belanda itu diterbitkan lebih daripada setengah abad yang lalu dalam tahun 1950.

Kedua, walaupun tidak secara eksplisit dinyatakan, dalam definisi ini dengan kesalahan profesional ditonjolkan tentang kelainan; dokter tentu tidak melakukan pemeriksaan. tidak membuat penilaian, tidak melakukan tindakan, dan tidak menghindari tindakan tertentu. Ini sesuai dengan pemahaman, bahwa malpraktek adalah sama dengan negligence.

Sesuai dengan konteks makalah ini, tentang malpraktek dengan latar belakang pelanggaran hukum tidak dibicarakan lebih jauh. Fokus utama adalah pada masalah etika medis di rumah sakit.

1. Etika dalam hal ini diartikan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.2. Etika rumah sakit adalah etika institusi, jadi kewajiban dan tanggng jawab itu adalah

institusional, bukan individual.3. Namun, eksekutif puncak rumah sakit- sebagai yang oleh pemilik melalui Governing

Body (Badan Pengampu, Majelis Wali Amanah, Dewan Pembina, atau nama jenis yang lain) diberi kekuasaan mengelola dan tanggung jawab rumah sakit, dengan sendirinya juga adalah penanggung jawab moral dan etika institusional.

4. Etika medis berhubungan dengan hidup dan kesehatan. Objek kewajiban dan tanggung jawab pada etika medis adalah hidup dan kesehatan manusia dan kelompok manusia dilingkungan luar rumah sakit. itu berarti pasien staf serta karyawan rumah sakit,dan masyarakat.

5. Masalah etika rumah sakit timbul apabila terjadi pelanggaran terhadap asas-asas etika (umum) dan Kode Etik Rumah Sakit, yang adalah uraian lebih operasional dari asas-asas etika.

6. Asas-asas etika yang diterapkan pada etika rumah sakit sebagai etika praktis adalah:• Rumah sakit berbuat kebaikan (benifecence) dan tidak menimbulkan mudharat

atau cidera (nonmalifecence) pada pasien, staf dan karyawan,masyarakat umum,serta lingkungan hidup. Dua asas etika klasik ini sudah ada dalam lafal Sumpah Hipprokrates sejak lebih 23 abad yang lalu. Dua asas ini adalah juga ajaran semua agama. Ajaran islam hampir selalu menyebut dua asas itu dalam satu kalimat (Amar ma ‘arupnahi mungkar) dalam ajaran agama hindu, nonmaleficence adalah Ahimsa.

• Asas menghormati manusia (respect for persons) berarti menghormati pasien,staf dan karyawan,serta masyarakat dalam hal hidup dan kesehatan mereka. itu berarti menghormati otonomi (hak untuk mengambil keputusan tentang diri sendiri),hak-hak asasi sebagai warga negara, hak atas informasi,hak atas privasi,hak atas kerahasiaan,seta harkat dan mertabat mereka sebagai manusia dan lain-lain.

• Asas keadilan (justice): keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan perlakuan yang ‘fair’terhadap pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum.

K. Identifikasi Masalah Etika Di Rumah Sakit

Kurt Darr mengatakan, bahwa seorang eksekutif rumah sakit tidak perlu sampai mengikuti kursus tentang filosofi atau etika untuk dapat mengidentifikasikan masalah etika, walaupun kursus-kursus demikian akan banyak menolong, yang penting harus ada kepekaan, kebiasaan melakukan refleksi (an inquiring mind), dan etika pribadi (personal etics) yang cukup baik. Tiga pertanyaan berikut ini dianjurkan diajukan pada diri sendiri untuk mengidentifikasikan kemungkinan adanya etika pada kasus tertentu.

Apakah pasien, staf dan karyawan, atau masyarakat umum dalam kasus tertentu itu diperlakukan seperti saya ingin diperlakukan dalam kasus seperti itu? ini dinamakan The Golden Rule.

Apakah pasien, staf dan karyawan, serta masyarakat umum cukup dilindungi terhadap kemungkinan cidera dalam keberadaan dan pelayanan di rumah sakit?

Apakah penjelasan tentang informed conset kepada pasien cukup memberi informasi baginya tentang apa yang akan dilakukan pada dirinya?

Jika salah satu atau lebih dari tiga pertanyaan itu terjawab dengan “tidak”,ada indikasi masalah etika pada kasus yang dihadapi.

Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya adalah:

Adakah pasal-pasal dalam Kode Etik Rumah Sakit yang dilanggar? Adakah asas-asas etika umum yang dilanggar? Jika masih perlu untuk lebih memastikan Teori etika mana yang dapat dipakai untuk

pembenaran keputusan atau tindakan rumah sakit yang menimbulkan masalah etika administratif atau etika biomedis.

Sama halnya dengan proses pemecahan masalah secara umum, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat adalah bagian penting proses itu.

L. Pemecahan Masalah Etika Di Rumah Sakit

Setelah berhasil mengidentifikasikan adanya masalah etika administratif, masalah bioetika, masalah medis tradisional, atau gabungan berbagai masalah etika itu dirumah sakit, langkah berikutnya adalah mencari solusi untuk masalah-masalah itu. Perlu segera ditambahkan, bahwa pemecahan masalah etika secara umum tidak mudah. Pada dasarnya ada dua model untuk pemecahan masalah secara umum; model terprogram (rasional) dan model tak terprogram.

Model rasional terprogram mungkin dapat diterapkan pada pemecahan banyak masalah manajemen umum, tetapi rasio saja tidak selalu berhasil diterapkan pada pemecahan masalah etika. Masalah etika administratif tertentu di rumah sakit yang menyangkut proses atau prosedur mungkin dapat lebih mudah dipecahkan secara rasional. Tetapi, masalah etika biomedis yang menyangkut substansi atau prinsif sering kali sangat sensitif, karena itu rasio saja tidak selalu efektif. Diperlukan kebijaksanaan yang umumnya tidak dapt diprogramkan.

Dianjurkan langkah langkah umum sebagai berikut untuk pemecahan masalah etika rumah sakit:

Memecahkan struktur masalah yang sudah teridentifikasi kedalam komponen-komponennya, menganalisis komponen-komponen itu sehingga ditemukan akar masalah. Akar masalah adalah penyebab paling dasar dari masalah etika yang terjadi. Ia dapat berupa kelemahan pada manusia, kepemimpinan, manajemen, budaya organisasi, sarana, alat, sistem, prosedur, atau faktor-faktor lain.

1. Melakukan analisis lebih dalam tentang akar masalah yang sudah 2. Ditemukan (root cause analysis), untuk menetapkan arah pemecahannya.3. Menetapkan beberapa alternatif untuk pemecahan akar masalah.4. Memilih alternatif yang situasional terbaik untuk pemecahan masalah itu.5. Memantau dan mengevaluasi penerapan upaya pemecahan yang sudah dilaksanakan.6. Melakukan tindakan koreksi jika masalah etika belum terpecahkan atau terulang lagi.

Tindakan koreksi yang dapat menimbulkan masalah etika baru adalah jika manusia sebagai penyebab akar masalah yang berulang-ulang dikeluarkan dari rumah sakit.

Salah satu contoh Rumah Sakit yang menggunakan Kode Etik Profesi:

M. RS Jakarta

Latar Belakang

Berlatar belakang sejarah para pendirinya yang kuat akan nilai-nilai pengabdian dan perjuangan, Rumah Sakit Jakarta merupakan sebuah rumah sakit yang telah memiliki pengalaman selama lebih dari 60 tahun di dalam dunia pelayanan kesehatan.

Kebutuhan pasien akan kesehatan menjadi fokus utama bagi Rumah Sakit Jakarta. Oleh karena itu, Rumah Sakit Jakarta menjaga kualitas pelayanannya dengan mempekerjakan dokter-dokter serta staf medis yang berpengalaman dalam bidangnya dan menyediakan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh pasien.

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Jakarta meliputi 11 layanan, yaitu :

Unit Gawat Darurat (UGD) Rawat Jalan Rawat Inap Bedah Hemodialisa Fisioterapi Radiologi MRI Farmasi Laboratorium Medical Check Up (MCU)

Selain itu, Rumah Sakit Jakarta memiliki produk unggulan yang didukung dengan teknologi serta fasilitas yang berkualitas, yaitu :

1. Jakarta Beauty & Health Clinic (JBHC) yang dilengkapi dengan klinik kulit dan klinik akupunktur.

2. Jakarta Brain Centre (JBC) yang dilengkapi dengan pelayanan diagnostic seperti Electroencephalography (EEG), Brain Mapping, Trans Cranial Dopier (TCD), Transcranial Magnetic Stimulation (TMS), Peripheral Magnetic Stimulation (PMS), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Computerized Tomography Scanner(CT-Scan).

3. Jakarta Dental Clinic (JDC) yang dilengkapi dengan Panoramic, Cephalometry, dan Dental X-Ray.

4. Jakarta Orthopedic, Traumatology & Sport Medicine Centre (JOTSMC) yang dilengkapi pelayanan yang menggunakan Bone Densitometry (BDM) dan Arthoscopy.

Dengan lokasi yang strategis di pusat bisnis modern Jakarta, Rumah Sakit Jakarta memberikan kemudahan bagi pasien untuk mengakses dari berbagai area.

Visi

Menjadi rumah sakit nasional dengan pelayanan prima

Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien

2. Meningkatkan mutu SDM yang berfokus pada kepuasan pelanggan dan menjunjung tinggi etika profesi

3. Mengembangkan produk unggulan4. Mengelola organisasi secara efektif dan efisien

Slogan

“Melayani Dengan Hati”

Konsultasi Kesehatan dalam RS JakartaBerikut adalah beberapa kegiatan Konsultasi yang biasa dilaksanakan dalam RS Jakarta :

Round Table Discuss – Penatalaksanaan Stroke TerkiniMarch 31, 2015

Rumah Sakit Jakarta meningkatkan komunikasi dengan perusahaan mitra kerja RS. Jakarta, mengadakan Round Table Discuss pada tanggal 24 Maret 2015 dengan tema “Penanganan Kasus Low Back Pain & Peranan MRI dalam Menunjang Pemeriksaannya”.

Kelas Edukasi & Senam DiabetesMarch 27, 2015

Kelas Edukasi & Senam Diabetes Rumah Sakit Jakarta merupakan sebuah program kegiatan yang ditujukan bagi peserta awam atau penyandang diabetes serta keluarga, dengan tujan bahwa nantinya para peserta kelas dapat hidup sehat dengan diabetes.

Round Table Discuss – Penatalaksanaan Stroke TerkiniMarch 27, 2015

Rumah Sakit Jakarta meningkatkan komunikasi dengan perusahaan mitra kerja RS. Jakarta,mengadakan Round Table Discuss pada tanggal 23 Februari 2015 dengan tema “Penatalaksanaan Stroke Terkini”.

Pemeriksaan Kesehatan Anak @ Kinderland SchoolMarch 26, 2013

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya anak-anak, Rumah Sakit Jakarta bekerjasama dengan Kinderland School – Pakubuwono pada tanggal 26 Maret mengadakan Pemeriksaan dan Konsultasi Kesehatan Anak.

Round Table Discuss RS. Jakarta – Yakes TelkomMarch 23, 2013

Sebagai salah satu program marketing Rumah Sakit Jakarta yaitu meningkatkan komunikasi dengan para dokter mitra kerja RS Jakarta, maka RS Jakarta bekerja sama dengan Yakes Telkom mengadakan Round Table Discus pada tanggal 23 Maret 2013 dengan tema Pencabutan Gigi dengan tingkat Kesulitan Tinggi.

Pencegahan Hipotiroid dan PengobatannyaMarch 23, 2013

SEMINAR KESEHATAN SINARMAS Penyebab Hipotiroid dan Pengobatannya oleh dr. Syahrizal SpPD dari RS. Jakarta

PRODUK/PROGRAM UNGGULAN RS JAKARTA

1. JAKARTA BEAUTY & HEALTH CLINIC

Jakarta Beauty & Health Clinic – RS Jakarta merupakan salah unit layanan dari RS Jakarta yang memiliki pelayanan yang mengedepankan kebutuhan akan kesehatan, kecantikan dan estetika penampilan anda. Kami memiliki tim profesional yang terdiri dari dokter-dokter spesialis, tenaga perawat dan beautician yang terampil dan terlatih yang siap menangani secara terintegrasi keluhan anda melalui “one stop treatment” yang membuat Anda akan merasa nyaman dan aman dalam pelayanan Jakarta Beauty & Health Clinic – RS Jakarta. Selain ruangan yang nyaman dan representatif, pelanggan akan merasakan kenyamanan saat menunggu maupun pada saat dilakukan tindakan.

Jakarta Beauty & Health Clinic menyediakan pelayanan:

Klinik Kulit (Skin Clinic)

Menyediakan sarana perawatan dan peralatan modern untuk menangani pengobatan gangguan kesehatan kulit dan perawatan kulit. Kami juga memperkenalkan jenis perawatan facial care, facial treatment, dan facial rejuvenation untuk estetika wajah. Tim dokter ahli &

beautician kami akan berfokus terhadap penanganan keluhan kesehatan kulit dan estetika wajah Anda secara profesional.

Klinik Akupuntur (Accupuncture Clinic)

Dengan metode terapi tusuk jarum yang saat ini telah dipadukan dengan ilmu kedokteran, Jakarta Beauty & Health Clinic – RS Jakarta dapat memberikan solusi kesehatan seperti migrain, vertigo, alergi, asma, memperlancar ASI, dan lain-lain. Selain memberikan solusi bagi permasalahan kesehatan, teknik akupuntur juga dapat memberikan solusi untuk nyeri akibat olahraga dan cedera. Klinik akupuntur kami dilengkapi dengan teknik Aquapuncture yang menyediakan terapi melalui cairan untuk membantu mengurangi rasa sakit.

Dokter ahli & tim paramedis terlatih kami akan membantu mengatasi keluhan akan kesehatan tubuh bahkan estetika penampilan tubuh seperti menurunkan berat badan dan membentuk dengan mengecilkan bagian tubuh tertentu secara profesional dan higienis.

Selain menggunakan cara tradisional, Jakarta Beauty & Health Clinic – RS Jakarta juga menawarkan bentuk treatment akupuntur dengan menggunakan media wave berupa gelombang getaran (Acuwave) sehingga perawatan kesehatan dan kecantikan akan efektif, tanpa rasa sakit dan efek samping. Teknik Acuwave terbukti efektif dalam penanganan keluhan nyeri dan cedera, termasuk bagi estetika penampilan tubuh.

2. JAKARTA BRAIN CENTRE

Otak (Brain)

Otak manusia dengan berat hanya 2% dari total berat badan, merupakan pusat pengendali seluruh tubuh. Setiap “milimeter” bagian otak mengendalikan fungsi organ dan bagian tubuh lainnya.

Untuk dapat berfungsi optimal, otak mendapat suplai 15% dari total jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung, 20% dari total oksigen yang dikonsumsi seluruh tubuh, serta 25% gula darah yang dipakai tubuh. Agar fungsi otak dapat terjaga dengan baik, dibutuhkan sirkulasi darah yang optimal ke otak.

Kerusakan otak dan perubahan lingkungan di sekitar otak dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu. Hal ini mengakibatkan fungsi bagian tubuh yang dikendalikan oleh bagian otak yang rusak tidak bekerja dengan maksimal.

Sistem Saraf

Informasi ke otak dari bagian tubuh lain dan “perintah” otak untuk bagian tubuh lain dihantarkan melalui sistem saraf. Gangguan pada sistem saraf dapat mengakibatkan informasi ke otak kurang sempurna, sehingga perintah yang diberikan salah atau tidak dapat dijalankan sama sekali.

Letak otak yang sangat terlindung di dalam tulang tengkorak membuat kerusakan otak tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Tampilan kerusakan otak dan sistem persarafan hanya dapat dilihat dari gangguan fungsi berbagai bagian tubuh yang dikendalikan oleh bagian otak atau saraf yang rusak.

Jakarta Brain Centre RS Jakarta adalah pusat layanan terpadu untuk membantu menjaga, merawat, mengobati, serta mempertahankan fungsi otak dan sistem saraf Anda. Jakarta Brain Center didukung oleh:

1. Tenaga profesor dan dokter spesialis saraf yang ahli dan kompeten dalam bidangnya2. Peralatan diagnostik dan terapi yang memadai

Tes Diagnostik dan Terapi untuk Otak dan Sistem Persarafan Mencakup:

o Electro Encephalo Graphy – EEG:Pemeriksaan aktifitas listrik otak untuk mengetahui apakah fungsi neuron berlangsung dengan baik atau tidak.

o Brain Mapping:Pemertaan gambaran EEG menjadi spectrum warna yang menggambarkan aktifitas neuron sehingga focus epileptiform ataupun perlambatan fokal dapat diketahui letaknya dengan mudah.

o Trans Cranial Dopier – TCD:Pemeriksaan menggunakan gelombang suara ultra untuk mengetahui gambaran sirkulasi atau flow aliran darah di otak, khususnya “Circulus Willisi”.

o Transcranial Magnetic Stimulation – TMS:Untuk diagnostic motor evoke potential dan untuk terapi pada kelainan-kelainan stroke, epilepsi, depresi, migrain, vertigo, ADHD, Parkinson, demetia, dan lain-lain

o Peripheral Magnetic Stimulation – PMS:Untuk terapi pada penanggulangan nyeri, arthritis, chronic low back pain dan sebagainya.

3. JAKARTA DENTAL CLINIC

Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, karena akan berakibat datangnya berbagai masalah kesehatan seputar gigi dan mulut seperti gigi berlubang, gusi bengkak, bau mulut tak sedap, sariawan hingga sakit tenggorokan. Dalam menjaga kesehatan gigi, sebaiknya jangan menunggu gigi dan mulut bermasalah baru mengunjungi dokter gigi. Sebaiknya merawat gigi sejak dini karena akan lebih sehat dan bebas dari masalah dan gangguan kesehatan gigi dan mulut saat dewasa.

Animo masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut dalam tahun-tahun terakhir semakin tinggi, hal ini terlihat dari kunjungan para pelanggan / consumer ke Jakarta Dental

Clinic – Rumah Sakit Jakarta yang terletak di lantai 2 RS jakarta jl. Jendral Sudirman kav 49 Jakarta selatan.

Melihat perkembangan animo kunjungan pelanggan baru dan lama, manajemen RS Jakarta berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan-pelanggannya khususnya pelanggan-pelanggan yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut dengan mengembangkan dan meningkatkan fasilitas pelayanan Jakarta Dental Clinic – RS Jakarta.

Mulai Juni 2014 Jakarta Dental Clinic – RS Jakarta menempati wing kanan lantai 1 / lobby RS Jakarta yang semula berada di lantai 2.

Dengan relokasi Jakarta Dental Clinic – RS Jakarta dari lantai 2 ke lantai 1, diikuti pula dengan peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan gigi dan mulut seperti peralatan yang modern.

Layanan Dan Pendukung

Layanan yang diberikan Jakarta Dental Clinic – RS Jakarta antara lain :

• Crown Bridges• Dental implant• Dentures• Filling, Scaling• Oral Surgery• Orthodentic for Adult & Children• Orthognatic Surgery• Reguler Check Up• Root Canal Treatment• Zoom Advanced Power• Teeth Whitening• Veneer

Jakarta Dental Clinic – RS Jakarta didukung oleh tenaga para Dokter Gigi Sub spesialis/spesialis serta perawat gigi yang berpengalaman dan berkompeten di bidangnya antara lain Bedah Mulut, Orthodentik, pedodentik, konservasi gigi dan umum serta dilengkapi fasilitas diagnostic antara lain Panaromic, Cephalometry, dan Dental X-Ray .

Dalam menunjang kenyamanan pelanggan, Jakarta Dental Clinic – RS Jakarta dimulai sejak kedatangan pasien yang akan disambut dengan hangat oleh staf resepsionis, ruang tunggu yang disediakan baik untuk dewasa maun anak-anak dengan fasilitas ber AC, TV LCD dengan ragam program telivisi serta film-film yang menghibur serta ruang bermain anak agar anak-anak tidak merasa bosan menunggu dan tidak takut lagi menghadapi dokter gigi.

Dan disediakan ruang praktek yang nyaman, sehingga pelanggan akan merasa lebih rileks menjalani perawatan yang dilakukan, dan pada saat konsultasi, pelanggan akan

mendapatkan penjelasan detil mengenai perawatan yang akan dilakukan. Pelanggan akan mengetahui masalah yang dihadapi dan perawatan terbaik terhadap masalah tersebut sehingga terjalin komunikasi yang baik antara dokter dan pelanggannya.

Unggulan Jakarta Dental Clinic – RS Jakarta

Salah satu unggulan dari Jakarat Dental Clinic – RS Jakarta adalah bedah Orthognathik, dengan didukung oleh Profesor dan Dokter Spesial Bedah Mulut yang berpengalaman dalam bidangnya.

Bedah rahang korektif, atau bedah orthognathik adalah suatu tindakan bedah yang dilakukan oleh Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial untuk memperbaiki berbagai kelainan bentuk maupun posisi dari gigi dan rahang (kelainan bentuk ataupun posisi), dengan tujuan memperbaiki fungsi mengunyah, bicara, dan bernafas. Meskipun bedah orthognathik juga turut memperbaiki estetika wajah, tindakan ini memiliki tujuan utama untuk mengoreksi masalah yang bersifat fungsional.

Berikut ini merupakan beberapa indikasi perlunya dilakukan bedah orthognathik :

• Kesulitan mengunyah atau menggigit makanan• Kesulitan menelan• Nyeri sendi rahang dan sakit kepala• Ausnya permukaan gigi geligi• Gigitan terbuka (terdapat celah antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah

saat rahang mengatup)• Bentuk wajah yang tidak seimbang dari depan atau samping• Gangguan bentuk wajah bawaan atau akibat kecelakaan• Dagu yang terlalu mundur atau terlalu maju• Kebiasaan bernafas melalui mulut• Sleep apnea (gangguan bernafas saat tidur termasuk mendengkur)

Sasaran dari tindakan bedah orthognathik adalah pasien yang memiliki gigitan silang akibat kesalahan bentuk dan letak gigi atau rahang, kelainan bawaan, maupun akibat kecelakaan. Biasanya, dokter gigi spesialis orthodonti akan mengoreksi hubungan gigi geligi (oklusi) sebelum bedah orthognathik dilakukan.

Dokter gigi, dokter spesialis orthodonti, dan dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial akan bekerjasama untuk menentukan apakah anda membutuhkan bedah orthognathik. Dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial akan menentukan tindakan pembedahan apa yang tepat.

Penting dipahami sebelumnya, bahwa perawatan bedah orthognathik juga kemungkinan besar melibatkan perawatan orthodonti yang membutuhkan waktu hingga gigi geligi mencapai

hubungan dan susunan yang dikehendaki. Dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial serta dokter spesialis orthodonti memahami bahwa bedah orthognathi adalah suatu komitmen jangka panjang, dan akan secara realistis memperkirakan waktu yang diperlukan dari awal hingga akhir perawatan.

Bedah orthognathik dapat mengubah letak semua bagian rahang atas, rahang bawah, dan dagu. Apabila anda telah memahami kelainan apa yang anda derita dan manfaat dari bedah orthognathik, konsultasikanlah pada dokter gigi, dokter spesialis orthodonti, dan dokter spesialis bedah maksilofasial yang akan membantu anda menentukan arah perawatan yang tepat..

Informasi dan Pendaftaran :

021 5732241 ext 126/127/132

www.rsjakarta.co.id

www.doktergigijakarta.com

4. JAKARTA ORTHOPEDIC TRAUMATOLOGY & SPORT MEDICINE CENTRE

Aktivitas yang tinggi serta pola hidup yang buruk merupakan kendala dalam menjaga kesehatan, sehingga sering terjadi penyakit-penyakit yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Jakarta Orthopedics, Traumatology & Sport Medicine Centre merupakan salah satu unit pelayanan RS. Jakarta yang sangat concern pada kesehatan tulang dan jaringan disekitarnya.

Disini Kita akan mendapatkan pelayanan dalam bidang :

• Penggantian Sendi Menyeluruh (Total Joint Replacement)• Bedah Pemindaian Sendi (Arthoscopic Surgery)• Pemahaman Ilmiah Cedera Bidang Orthopedic (Orthopedic Traumatology)• Pemahaman Ilmiah Cedera Bidang Olahraga (Sport Injury)• Pemahaman Ilmiah Cedera Bidang Tulang Belakang (Spine Injury)• Bedah Renik Daerah Tangan (Hand Microsurgery)• Pembedahan Tulang pada Usia Muda (Pediatric Orthopedic Surgery)• Upaya Penyelamatan Keutuhan Kebutuhan Anggota gerak (Limb Salvage

Surgery)• Pemulihan Bidang Orthopedic (Orthopedic Rehabilatation)

Pelayanan tersebut ditunjang dengan alat Bone Densitometry (BDM) dan Arthoscopy.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hukum rumah sakit adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanaan kesehatan yaitu rumah sakit dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman medik serta sumber-sumber hukum lainnya.

2. Rumah sakit sebagai suatu institusi dalam pelayanan kesehatan telah mempunyai etika yang di Indonesia terhimpun dalam Etik Rumah Sakit Indonesia (ERSI).

B. Saran

Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, masing-masing profesi harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul (rumah sakit) agar tidak saling berbenturan.

DAFTAR PUSTAKA

Guwandi, J. 2005.Rahasia Medis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Hanafiah, M.Jusuf dan Amri Amir. 1998. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.

Medan: EGC

http://www.pdpersi.co.id

http://www.rspondokindah.co.id

http://www.tantos.web.id

http://www.mail-archive.com /[email protected]/maillist.html

http://mashuri.blogspot.com/2007/01 /hospital-bylaw.html