KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA...

77
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Taufik Ismail 108011000092 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M

Transcript of KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA...

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA

MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk

Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Taufik Ismail

108011000092

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,
Page 3: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,
Page 4: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,
Page 5: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,
Page 6: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

i

ABSTRAK

“Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga Menurut Prof. Dr.

Zakiah Daradjat”

Kata kunci : Pendidikan Islam dalam Keluarga

Keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi

seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan

terlebih dahulu dengan situasi dan kondisi dalam keluarga. Pengalaman dalam

keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan dan

pertumbuhan anak untuk masa yang akan datang. Pendidikan Islam yang

diberikan pada anak menuntut peran serta keluarga, sekolah dan masyarakat

karena dari ketiga institusi dapat memberikan pengaruh kepada anak. Palaksanaan

pendidikan Islam pada anak dalam keluarga bertujuan untuk membimbing anak

agar bertakwa, berakhlak mulia, menjalani ibadah dengan baik serta

mencerminkan dari sikap dan tingkah laku anak dalam hubungannya dengan

Allah, diri sendiri, sesama manusia dan sesama makhluk serta lingkungannya.

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini

maka penulisannya, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu

memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya, disertai argumen-argumen

dari pemikiran tokoh yang diangkat dalam skripsi ini. Metode ini penulis gunakan

untuk menganalisis konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut prof. Dr.

Zakiah Daradjat. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan

pada Penelitian Kepustakaan (library Research), yakni dengan membaca,

menalaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya

dengan masalah yang dibahas.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan konsep pendidikan

Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah bahwa

lingkungan keluarga merupakan awal pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai

Islam pada anak. Yaitu menanamkan nilai-nilai akidah pada anak, pembinaan

ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak. Dengan demikian

anak akan mampu tumbuh berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman

modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.

Page 7: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat illahi Rabbi yang telah menuntun penulis

menyelesikan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “Konsep Pendidikan

Islam dalam Keluarga Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat” Alhamdulillah telah

penulis selesaikan berkat bantuan Allah SWT.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan beberapa kesulitan. Namun

berkat bimbingan, arahan, dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak serta

ditunjang oleh rasa tanggung jawab, skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Jakarta bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Abdul Majid Khon, MA. Selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Heny Narendrani Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

memberikan arahan dalam menyusun skripsi dan motivasi untuk selalu semangat.

5. Prof. Dr. Zakiah Daradjat alm. Yang telah banyak berkontribusi untuk kemajuan

ilmu pendidikan.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah, yang

telah mencurahkan seluruh ilmunya.

Page 8: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

iii

7. Ayahanda tercinta H. Tolib dan Ibunda tercinta Hj. Amah yang selalu

memberikan semangat dan mencurahkan kasih sayang serta dukungan dan do’a

yang tiada henti untuk penulis.

8. Sahabat-sahabatku angkatan 2008 terutama untuk kelas Pai C yang tidak bisa

disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas dukungan dan semangat yang

diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatkutercinta ( Tedy Saputra S.T dan Hendra Hendarto ). Untuk

segala do’a dan dukungan kalian dengan sepenuh hati yang tiada henti-hentinya.

10. Rasa terima kasihku yang paling spesial kepada calon istriku Selvita Septiani

yang selalu menemani disaat terpuruk maupun mapan, yang telah memberikan

dukungan, do’a dan semangat dengan setulus hatinya.

Semoga bantuan, dukungan dan bimbingan serta do’a yang telah diberikan

dapat dinilai sebagai amal ibadah dihadapan Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khusunya, para pembaca sekalian serta bagi lembaga

pendidikan sebagai informasi dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Jakarta, Juli2015

Taufik Ismail

Page 9: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

i

ABSTRAK

“Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga Menurut Prof. Dr.

Zakiah Daradjat”

Kata kunci : Pendidikan Islam dalam Keluarga

Keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi

seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan

terlebih dahulu dengan situasi dan kondisi dalam keluarga. Pengalaman dalam

keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan dan

pertumbuhan anak untuk masa yang akan datang. Pendidikan Islam yang

diberikan pada anak menuntut peran serta keluarga, sekolah dan masyarakat

karena dari ketiga institusi dapat memberikan pengaruh kepada anak. Palaksanaan

pendidikan Islam pada anak dalam keluarga bertujuan untuk membimbing anak

agar bertakwa, berakhlak mulia, menjalani ibadah dengan baik serta

mencerminkan dari sikap dan tingkah laku anak dalam hubungannya dengan

Allah, diri sendiri, sesama manusia dan sesama makhluk serta lingkungannya.

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini

maka penulisannya, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu

memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya, disertai argumen-argumen

dari pemikiran tokoh yang diangkat dalam skripsi ini. Metode ini penulis gunakan

untuk menganalisis konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut prof. Dr.

Zakiah Daradjat. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan

pada Penelitian Kepustakaan (library Research), yakni dengan membaca,

menalaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya

dengan masalah yang dibahas.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan konsep pendidikan

Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah bahwa

lingkungan keluarga merupakan awal pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai

Islam pada anak. Yaitu menanamkan nilai-nilai akidah pada anak, pembinaan

ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak. Dengan demikian

anak akan mampu tumbuh berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman

modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.

Page 10: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK.. ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.. ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 5

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Konsep Pendidikan Islam .. .................................................................. 6

1. Pengertian Pendidikan Islam... ........................................................ 6

2. Dasar-dasar Pendidikan Islam.. ....................................................... 11

a. Al-Qur’an... ................................................................................ 12

b. Al-Hadits.. .................................................................................. 13

c. Ijtihad... ...................................................................................... 13

3. Tujuan Pendidikan Islam.. ............................................................... 14

4. Ruang Lingkup Pendidikan Islam.. .................................................. 17

B. Keluarga................................................................................................ 18

1. Pengertian keluarga.. ........................................................................ 18

2. Perkembangan Anak dalam Keluarga.. ............................................ 19

3. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak.. .......................................... 20

4. Fungsi Keluarga.. ............................................................................. 21

C. Hasil Penelitian Relevan... .................................................................... 22

Page 11: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu penelitian.. ................................................................................. 24

B. Metode Penelitian.. ............................................................................... 24

C. Fokus Penelitian... ................................................................................ 25

D. Prosedur .. ............................................................................................. 26

1. Teknik Pengumpulan Data.. ............................................................. 26

2. Teknik Pengolahan Data.. ................................................................ 26

3. Teknik Analisis Data... .................................................................... 26

4. Teknik Penulisan.. ............................................................................ 26

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data... ................................................................................... 27

1. Biografi dan Riwayat Pendidikan Prof. Dr. Zakiah Daradjat.. ........ 27

2. Aktivitas dan Karya-karyanya.. ....................................................... 31

a. Menapaki Karir di Dunia birokrasi ............................................ 31

b. Karya-karya Tulis Prof. Dr. Zakiah Daradjat ............................ 33

B. Pembahasan.. ........................................................................................ 34

1. Gagasan Pemikiran Pendidikan Islam Zakiah Daradjat.... ............. 34

2. Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Islam ...................................... 37

a. Keluarga Sebagai Wadah Utama Pendidikan.. ......................... 37

b. Pembentukan Kepribadian Anak .............................................. 38

c. Pembinaan Iman dan Tauhid .................................................... 40

d. Pembinaan Akhlak .................................................................... 42

e. Pembinaan Ibadah dan Agama ................................................. 43

f. Pembinaan Kepribadian dan Sosial Anak ................................ 43

3. Pendidikan Agama dalam Keluarga ............................................... 44

4. Upaya Menumbuhkan Minat Anak Terhadap Pendidikan Agama

Islam. .............................................................................................. 48

5. Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Minat Anak Terhadap

Pendidikan Agama Islam ................................................................ 50

6. Pembentukan Sifat-Sifat Terpuji .................................................... 55

Page 12: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

vi

a. Menghayati Al-Akhlakul Mahmudah ....................................... 56

b. Penerapan Al-Akhlakul Mahmudah ......................................... 57

7. Perkembangan Anak (0-6 tahun) .................................................... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 59

B. Saran ..................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 66

Page 13: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi kebutuhan umat

manusia di dunia, tak heran kalau banyak orang menghabiskan uang dan

waktu yang banyak untuk pendidikan. Dalam 2 sumber utama hukum islam

banyak disinggung tentang pendidikan dan ilmu serta kewajiban untuk

mencari ilmu. Seseorang menempuh pendidikan dalam rangka mencari

ilmuakan bermanfaat baginya untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan,

dalam hal ini pendidikan islam yang adalah penuntun manusia dalam

menjalani segala aktifitasnya sehari-hari.

Dalam pendidikan Islam akan terlihat jelas kepribadian seseorang

yang membuatnya menjadi ‘’insan kamil’’ yaitu manusia utuh rohani dan

jasmani, dapat hidup dan berkembang serta wajar dan normal karena

takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam

itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan

masyarakat serta gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam

dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat

mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk

kepentingan hidup di dunia kini dan akhirat nanti.1

Tanggung jawab pendidikan dalam Islam adalah dengan

dilaksanakannya kewajiban mendidik. Pengertian mendidik atau pendidikan

dalam pengertian yang umum adalah untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi jasmaniah dan rohaniah anak atau seorang untuk

mendapatkan nilai-nilai dan norma-norma tertentu. Kegiatan pendidikan

tersebut dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lembaga-lembaga tersebut yang ikut bertanggung jawab memberi

pertolongan kepada seorang dalam perkembangan rohani dan jasmaninya,

1Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : 2014, Bumi Aksara), h. 29-30

Page 14: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

2

agar mencapai tingkat kedewasaan dan mampu berdiri sendiri memenuhi

tuganya sebagai makhluk Allah, makhluk sosial dan sebagai individu.2

Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah lingkungan

yang dapat membentuk karakter manusia. Meski ketiganya saling

mempengaruhi, tetapi pendidikan keluarga lah yang paling dominan

pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Jika suatu rumah tangga berhasil

membangun keluarga sakinah, maka peran sekolah dan masyarakat menjadi

pelengkap.3

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam

lingkungan masyarakat Islam, maupun non-Islam. Karena keluarga

merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama.Dalam keluarga ia

mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat

penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama

dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang

ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah

hilang atau berubah sesudahnya.4

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi seorang anak.

Hal ini terjadi, karena seorang anak memiliki ikatan darah/ keturunan dengan

kedua orang tuanya yang tidak bisa dipisahkan hingga akhir hayat. Bagi ayah

dan ibu, anak bukan hanya sebagai amanah yang harus dipelihara dengan

sebaik-baiknya, melainkan juga kehadiran anak di tengah-tengah keluarga

merupakan keinginan dan dambaan hampir setiap pasangan suami-istri.5

Dewasa ini banyak dari kalangan para orang tua yang tidak menyadari

peranan penting mereka sebagai sekolah pertama atau lembaga pendidikan

pertama bagi anak, kebanyakan dari mereka acuh terhadap pentingnya

bimbingan, pengawasan, dan pendidikan yang mereka berikan terhadap anak-

2Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksistensi, (Malang: UIN Malang Press, 2007), Cet. 1, h. 83 3Ahmad Mubarak, Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa, (Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152 4Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 1997), Cet. 1 h. 10 5Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Persperktif al-Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, h. 256

Page 15: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

3

anaknya, dan menganggap sepele hal tersebut, mereka lebih mementingkan

karir dan pekerjaan mereka diluar rumah dibanding mengasuh anak-anaknya

dirumah.Mereka melupakan kewajibannya sebagai sekolah pertama untuk

anak-anaknya. Hal ini hal ini dipertegas dengan Banyaknya fenomena orang

tua yang menyerahkan urusan pengasuhan anak-anak mereka kepada jasa

asisten rumah tangga, pengasuh anak atau baby siter yang mana sangat

berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak untuk kedepannya nanti,

maka dari itu pihak yang patut untuk di salahkan dalam hal ini adalah kedua

orang tua, karena membiarkan orang lain untuk menjaga anak-anak mereka

yang dapat menjadikan sang anak lebih menirukan perilaku pengasuhnya

dibanding kedua orang tua mereka.

Keharmonisan keluarga dan keserasian antara bapak dan ibu, punya

pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak penyakit moral;

egois, anarkis, hilangnya rasa percaya diri, sombong, munafik (hipokrit), dan

tidak bertanggung jawab adalah bersumber dan berawal dari suasana

kehidupan keluarga. Sekolah dan masyarakat tak akan mampu

meluruskannya.6 Keluarga bagi anak adalah segala-galanya. Citra anak

mengidentifikasikan dari citra kedua orang tuanya.

Dalam hal ini Prof. Dr. Zakiah Daradjat (tokoh yang akan diteliti

dalam skripsi ini) mempunyai pandangan tersendiri tentang konsep

pendidikan Islam pada anak dalam keluarga. Karyanya antara lain adalah

Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Ilmu Pendidikan Islam, dan

Ilmu Jiwa Agama.

Prof. Dr. Zakiah Daradjat mengatakan pembentukan identitas anak

menurut Islam, dimulai jauh sebelum anak diciptakan. Islam memberikan

berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga, sebagai wadah yang

akan mendidik anak sampai umur tertentu yang disebut sebagai baligh

6Abuddin Nata, dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persperktif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, h. 236

Page 16: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

4

berakal.7 Dengan demikian dapat dipahami bahwa pembinaan kepribadian

anak telah mulai dalam keluarga sejak ia lahir, bahkan sejak dalam

kandungan. Kepribadian yang masih dalam permulaan pertumbuhan sangat

peka dan mendapatkan unsur pembinanya melalui pengalaman yang

dirasakan, baik melalui pendengaran, penglihatan, perasaan, dan perlakuan

yang diterimanya. Anak berada dalam pertumbuhan sejak usia 0-12 tahun.

Masa usia dapat dibagi dua, yaitu masa usia anak awal atau pra sekolah yaitu

sejak 0 sampai 6 tahun dan masa usia anak akhir adalah masa Sekolah Dasar

yaitu sejak usia 6 sampai 12 tahun.8

Anak masih belum mampu menilai baik dan buruk, bahkan belum

dapat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan kata baik dan kata buruk,

apalagi kata-kata lain di luar jangkauan pengalamannya secara nyata. Karena

kecerdasannya masih dalam permulaan pertumbuhan, belum dapat berpikir

logis dan abstrak, pada umur tujuh tahun barulah mulai pertumbuhan

pemikiran logis pada anak.9

Prof. Dr. Zakiah Daradjat menambahkan tentang prinsip-prinsip

penting dalam pendidikan, pendidikan dalam keluarga dan pendidikan di

sekolah. Pendidikan anak yang ditawarkan oleh Prof. Dr. Zakiah Daradjat

menurut hemat penulis perlu mendapat sorotan yang serius, kajian yang

mendalam. Konsep tersebut diharapkan dapat memberikan solusi bagi

permasalahan pendidikan anak di Indonesia.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengenal lebih jauh konsep

pendidikan anak menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat maka penulis tuangkan

dalam skripsi yang berjudul “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM

KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT”.

7Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet. II, h. 41 8Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2009), Cet. XVII, h. 69 9Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 3

Page 17: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

5

B. Identifikasi Masalah

Seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas,

maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Banyak orang tua yang tidak mengetahui peranan penting mereka sebagai

sekolah pertamaatau lembaga pendidikan pertama pada anak.

2. Sebagian besar orang tua lebih mementingkan pekerjaan dan meyerahkan

pengasuhan kepada jasa asisten rumah tangga atau pengasuh anak.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah disampaikan di atas, maka penulis

merasa perlu untuk membatasi pembahasan pada masalah konsep pendidikan

Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat pada anak yang

berusia 0-6 tahun. Adapun rumusan masalah yang diajukan penulis yaitu

bagaimana konsep pendidikanIslam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah

Daradjat?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan Prof. Dr.

Zakiah Daradjat tentang konsep pendidikan Islam dalam keluarga.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah

selain untuk memberikan informasi bagi siapa saja yang ingin mengetahui

tentang tokoh, pemikiran dan konsep Prof. Dr. Zakiah Daradjat tentang

konsep pendidikan Islam dalam keluarga.Skripsi ini juga diharapkan dapat

memberikan kepada khazanah keilmuan bagi para akademisi, intelektual dan

pembaca yang ingin mengenal lebih dalam tentang sosok tokoh pendidikan

Prof. Dr. Zakiah Daradjat.

Page 18: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Konsep Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa yunani paedagogie

yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaluan dengan

anak”. Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam

pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing,

mendidik). Jadi, dari istilah tersebut pendidikan dapat diartikan sebagai usaha

yang dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk

membimbing dan memimpin. Perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata

“didik”, mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti proses

pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2

Istilah pendidikan dalam kontek Islam pada umumnya mengacu pada

kata al-tarbiyah, at-ta’dib dan at-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut kata yang

populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah kata al-tarbiyah.

Sedangkan kata at-ta’dib dan at-ta’lim jarang sekali digunakan. Padahal

kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pendidikan Islam.3

Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut dengan istilah education.

Sedangkan dalam literatur arab pengertian pendidikan sering digunakan

1 Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam. (Jakarta: CRSD Press, 2005), cet 1, h.17

2 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2005), ed 1, h. 19 3 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. 1, h.25

Page 19: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

7

kepada beberapa istilah, antara lain, at-ta’lim, at-tarbiyah dan at-ta’dib.

Ketiga kata tersebut memiliki makna masing-masing dalam menunjuk pada

pengertian pendidikan.4

Pertama, kata ta’lim merupakan masdar dari ‘allama yang berarti

pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,

pengetahuan, dan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang

bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan

keterampilan.5

Kedua, kata at-tarbiyah, merupakan masdar dari kata rabba ( (ربّ

yang berarti mengasuh, mendidik dan memelihara.

Sedangkan kata at-tarbiyah , ditinjau dari akar katanya dapat dilihat

pada tiga bentuk, yaitu:

a. تربية,ّيربو,ّربا : yang berarti bertambah dan berkembang.

b. يربي,ّتربية,ّربي : yang berarti tumbuh dan menjadi besar.

c. ّتربية,ّيربّ ,ّرب : yang berarti memperbaiki (ashlaha), mengurusi

urusanya, memelihara dan merawat, menunaikan, memperindah, tuan,

memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.6

Bila ditarik pada pengertian interaksi edukatif antara manusia dalam

pendidikan, maka menurut Abdurahman Al-Bani, yang dikutip oleh An-

Nahlawi istilah at-tarbiyah mengandung makna:

a. Menjaga dan memlihara pertumbuhan fitrah (potensi) anak didik

untuk mencapai kedewasaan.

b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, dengan berbagai

sarana pendukung (terutama bagi akal budinya).

4 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan islam,(Jakarta: Media Gaya

Pratama,2001), cet. 1, h 85 5 Ibid, h. 86

6 Ibid, h. 87

Page 20: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

8

c. Mengarahkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik menuju

kebaikan dan kesempurnaan, seoptimal mungkin.

d. Kesemua proses tersebut kemudian dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan irama perkembangan diri anak.7

Ketiga, istilah untuk pendidikan yaitu at-ta’dib, merupakan masdar

dari kata addaba, yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang lebih

tertuju pada kata at-ta’dib lebih fokus pada upaya pembentukan pribadi

muslim yang berakhlak mulia.8

Menurut Muhammad Al-Naquib al-Attas, sebagaimana dikutip oleh

Samsul Nizar, penggunaan tema at-ta’dib lebih cocok digunakan dalam

diskursus pendidikan Islam, dibanding menggunakan tema at-ta’lim dan at-

tarbiyah.9 Hal ini disebabkan, karena pengertian at-ta’lim hanya ditunjukan

pada proses transfer ilmu, tanpa adanya pengenalan lebih mendasar pada

perubahan tingkah laku. Sedangkan tema at-tarbiyah penunjukkan maknanya

masih bersifat umum.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalain diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa

dan Negara’’.10

Secara terminologi, para ilmuwan mendefinisikan pendidikan dalam

arti luas pada beberapa versi, yaitu sebagai berikut:

a. Anton Moelyono, mengemukakan bahwa pendidikan sebagai proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha

7 Ibid, h. 88

8 Ibid, h. 90

9 Ibid, h. 91

10 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas), (Jakarta : Sinar Grafika,2004), h. 23

Page 21: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

9

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses,

perbuatan dan cara mendidik.

b. Hasan Langgulung, memandang pendidikan sebagai upaya merubah dan

memindahkan nilai budaya kepada setiap individu dalam masyarakat,

yang melalui proses tertentu.

c. Ahmad D. Marimba, mengemukakan bahwa pendidikan ialah bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuk kepribadian yang

utama.11

d. M.J Langeveld, mengemukakan bahwa pendidikan ialah kegiatan

membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan kemandirian.12

e. Ki Hajar Dewantara, mengemukakan bahwa pendidikan sebagaimana

yang dikutip Suwarto adalah sebagai daya upaya untuk memajukan

perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan

jasmani anak-anak. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan

kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak,

selaras dengan alam dan masyarakatnya.13

Dari berbagai definisi pendidikan di atas, dapat ditarik suatu

pengertian bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh

seorang atau sekelompok orang dalam mempengaruhi orang lain yang

bertujuan untuk mendewasakan manusia seutuhnya, baik lahir maupun batin.

Artinya, dengan pendidikan, manusia bisa memiliki kestabilan dalam

pandangan hidup dan kestabilan dalam nilai-nilai kehidupan dangan rasa

tanggung jawab.

Terminologi diatas, terkesan belum terlihatnya penekanan pada nilai-

nilai agama sebagai nilai yang tidak dapat terlepaskan dalam diri manusia itu

11

Samsul Nizar, op cit, cet I, h. 92 12

Heri Nur Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999 ), cet. Ke-2, h. 2-3

13 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta:Penerbit Suara

Adi ), cet. I, h. 32-33.

Page 22: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

10

sendiri. Untuk itu beberapa ilmuwan muslim mencoba mendefinisikan

terminologi pendidikan dalam perspektif Islam, yang secara khusus, pada

beberapa versi.

Menurut Muhaimin, bahwa pendidikan agama Islam merupakan salah

satu bagian pendidikan Islam. Istilah “pendidikan Islam” dapat difahami

dalam beberapa perspektif, yaitu:

a. Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam, dan

sistem pendidikan Islami, yakni pendidikan yang difahami dan

dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang

terkandung dalam sumber dan dasarnya, taitu al-Qur’an dan as-Sunnah.

b. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya

mendidik tentang agama Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of

life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.

c. Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik penyelenggaraan

pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.

Dalam arti proses bertumbuh kembangnya Islam dan umatnya, baik

Islam sebagai agama ajaran maupun sebagai sistem budaya dan

peradaban, sejak zaman nabi Muhammad SAW, sampai sekarang.14

Sedangkan hasil rumusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia

tahun 1960, memeberikan pengertian pendidikan Islam yaitu sebagai

bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam

dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya

semua ajaran Islam.

Istilah mengarahkan, melatih, mengasuh, atau mengawasi

mengandung pengertian usaha memengaruhi jiwa anak didik melalui

setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan

taqwa, akhlak serta mengakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia

yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.15

14

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 7-8

15Muzain Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT. Bumi Aksara,2009), cet, 4, h. 15

Page 23: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

11

Pendidikan Islam, menurut Prof. Dr. Omar Muhammad al-Toumy al-

Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam

kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan

dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan, perubahan itu dilandasi

dengan nilai-nilai Islami. Jadi, proses pendidikan merupakan rangkaian usaha

membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-

kemampuan mendasar dab kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan

dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial dalam

hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup. Proses tersebut senantiasa

berada dalam nilai-nilai Islami, yaitu nilai-nilai ysng melahirkan norma-

norma syari’ah dan akhlakul karimah.16

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu pengertian, bahwa

yang dimaksud pendidikan Islam adalah suatu proses penanaman nilai-nilai

Islam, melalui pengajaran, bimbingan dan latihan yang dilakukan dengan

sadar dan penuh dengan rasa tanggung jawab agar peserta didik mampu

menghayati, memahami serta mengimani ajaran Islam tersebut, dalam rangka

pembentukan, pembinaan, pendayagunaan dan pengembangan, pikir dan

kreasi manusia, sehingga terbentuk pribadi muslim sejati, yang mampu

mengembangkan kehidupannya dengan penuh tanggung jawab dalam rangka

beribadah kepada Allah SWT. Untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia

dan akhirat.

2. Dasar-dasar Pendidikan Islam

Islam merupakan agama yang universal diwahyukan Allah SWT

kepadaNabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada manusia diseluruh

muka bumi ini sebagai jalan keselamatan dunia dan akhirat. Untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan tersebut diperlukan adanya suatu usaha, yang

merupakan kewajiban bagi manusia dab sebagai pelaksanaanya manusia

harus berpedoman kepada tata aturan yang telah ditetapkan oleh sang

16

Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Penerbit Suara Adi,) cet. I, h. 34.

Page 24: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

12

pencipta yaitu Allah SWT, karena dalam melakukan suatu perubahan kearah

yang lebih baik, manusia sendiri yang melakukannya.

Pendidikan merupakan suatu usaha sekaligus proses pencapaian

perubahan dan perbaikan demi mencapai kebahagiaan hidup yang

dilakukannya secara sadar dan teratur dari sejak dilahirkan hingga akhir

hayat. Oleh karena tugas yang cukup berat dan mulia itu maka diperlukan

suatu landasan, dasar atau fondasi tempat berpijak, sehingga apa yang

menjadi tujuan dari pendidikan tidak menyimpang dan keluar jalur.

Dasar ataupun landasan itu sendiri yaitu:

a. Al-Qur’an

Al-qur’an ialah firman Allah SWT yang diwahyukan melalui malaikat

Jibril kapda nabi Muhammad SAW. didalamnya terkandungajaran pokok

yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui

ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip

besar, yaitu yang berhubungan dangan masalah keimanan yang disebut

Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.17

Didalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip

yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh

dapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya yeng terdapat didalam surat

Lukman ayat 12-19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang

terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat

lain menceritakan tentang tujuan hidupdan tentang nilai sesuatu amalan soleh.

Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup

tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan al-Qur’an

sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan

Islam.18

17

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1996), cet. II, h. 19 18

Ibid, h. 20

Page 25: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

13

b. Al-Hadits

Hadits Nabi Muhammad SAW merupakan pedoman dalam kehidupan,

apa yang telah diwahyukan oleh Allah melalui firmannya maka akan

dijelaskan kembali dalam hadits Nabi, maka dari itu hadits Nabi Muhammad

SAW menjadi landasan dalam pendidikan Islam yang ideal. Hadits Nabi yang

dijadikan landasan pendidikan ialah berupa perkataan, perbuatan, atau

pengakuan Nabi dalam bentuk isyarat. Hal yang dimaksud dengan pengakuan

isyarat ialah suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat atau orang lain, dan

Nabi membiarkannya begitu saja dan perbuatan atau kejadian tersebut terus

berlanngsung. Didalam hadits Nabi berisi tentang aqidah, syari’ah, dan

akhlak yang juga berkaitan dengan pendidikan. Yang lebih penting lagi ialah

dalam hadits Nabi tercermin tingkah laku dan suri tauladan Nabi muhammad

yang harus diikuti oleh ssetiap muslim sebagai satu model kepribadian

Islam.19

c. Ijtihad.

Didalam kehidupan yang membutuhkan pedoman terdapat beberapa

hal yang belum dijelaskan secara terperinci didalam al-Qur’an dan al-Hadits

dalam menentukan suatu hukum, syariat Islam dalam beberapa hal tertentu,

dapat diambil keputusan melalui ijtihad para alim ulama dengan

menggunakan seluruh ilmu yang mereka miliki. Begitu pula dalam masalah

pendidikan Islam diperlukan pula ijtihad karena seiring berjalannya waktu

problematika pendidikan Islam terus berkembang mengikuti kemajuan zaman

dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke

waktu.

Hasil ijtihad para ulama Islam dijadikan sebagai landasan

pengembangan pendidikan Islam. Maksudnya, landasan pengembangan

pendidikan islam ialah hasil pemikiran ulama Islam yang berkaitan dengan

19

Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksistensi, (Malang: UIN Malang Pres,2007), cet. I, h. 53

Page 26: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

14

masalah pendidikan yang lalu dijadikan rujukan untuk melaksanakan kegiatan

pendidikan.

Dari uraian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, sumber

nilai yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan kependidikan Islam secara

general adalah al-Qur’an, al-Hadits serta hasil ijtihad para ulama Islam. Di

dalam ketiga sumber tersebut, al-Qur’an diposisikan sebagai sumber ideal,

hadits sebagai sumber oprasional dan ijtihad sebagai sumber dinamika

perkembangan pendidikan Islam. Hasil ijtihad akan dikatakan sebagai sumber

dinamika pendidikan Islam, karena pemikiran manusia (ulama) dalam kurun

waktu tertentu dalam konteks sosia-historisnya selalu mengalami perubahan.

Hal ini menghendaki pemikiran pendidikan Islam juga harus selalu

berkembang, agar bisa dijadikan sebagai sumber atau landasan pelaksaan

pendidikan Islam yang kontekstualnya sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.20

3. Tujuan Pendidikan Islam

Istilah “tujuan” secara etimologi, mengandung arti arah, maksud atau

haluan. Dalam bahasa inggris diistilahkan dengan “goal, purpose,

objectives”. Secara terminologi berarti sesuatu yang diharapkan tercapai

setelah sebuah usaha atau kegiatan.

Di kalangan para ahli masih terdapat perbedaan pendapat mengenai

pemakaian istilah tujuan. Hasan Langgulung, mengatakan bahwa istilah

tujuan sendiri banyak dicampur-baurkan penggunaannya dengan istilah

maksud. Kadang-kadang tampak berbeda, dan kadang-kadang tampak serupa.

Namun demikian, pada akhirnya ia menganggap bahwa kedua istilah itu

mempunyai arti yang sama.21

20

Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 47-49

21 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), cet.

4, h. 47

Page 27: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

15

Namun demikian, upaya memformulasikan suatu bentuk tujuan, tidak

terlepas dari pandangan hidup masyarakat dan nilai religius pelaku aktivitas

itu sendiri. Maka tidaklah heran, jika terdapat berbedanya tujuan yang ingin

dicapai oleh masing-masing manusia, baik dalam satu masyarakat, bangsa,

maupun negara, karena berbedanya kepentingan yang ingin dicapai.

Dengan penjelasan diatas, mengisyaratkan bahwa pendidikan Islam

pun harus memiliki tujuan tersendiri. Secara umum, tujuan pendidikan Islam

itu adalah dengan mengacu pada QS. 51:56, yaitu menjadikan manusia

sebagai insan pengabdi kepada khaliqnya, guna mampu membangun dunia

dan mengelola alam semesta sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan

Allah SWT. Dari tujuan umum ini, manusia kemudian mengklasifikasi-

kannya kepada beberapa tujuan khusus lainnya termasuk tujuan pendidikan

islam.22

Allah menciptakan alam semesta ini dengan tujuan yang jelas. Dia

menciptakan manusia dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi melalui

ketaatan kepada-Nya. Untuk mewujudkan tujuan itu, Allah memberikan

hidayah serta berbagai fasilitas alam semesta kepada manusia. Artinya,

manusia dapat memanfaatkan alam semesta ini sebagai sarana merenungi

kebesaran penciptanya. Hasil perenungan ini memotivasi manusia untuk lebih

menaati dan mencintai Allah. Di sisi lain, Allah memberikan kebebasan

kepada manusia untuk memilih pekerjaan mana yang akan dipilih manusia,

kebaikan atau keburukan. Namun, melalui para rasul, Allah memberikan

petunjuk kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata

untuk beribadah kepada Allah.23

Abdul Munir Mulkhan menyebutkan, bahwa tujuan pendidikan Islam

itu adalah sebagai proses pengaktualan akal peserta didik yang secara teknis

22

Samsul Nizar, pengantar dasar-dasar pemikiran pendidikan islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,2001), cet . I, h. 105

23 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat,

(Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996), h. 116-117

Page 28: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

16

dengan kecerdasan terampil, dewasa, dan berkepribadian muslim yang

paripurna. Memiliki kebebasan berkreasi dengan tetap menjaga nilai

kemanusiaan yang ada pada diri manusia untuk dikembangkan secara

proporsional Islami.24

Sementara itu, menurut hasil kongres pendidikan Islam sedunia tahun

1980 di Islamabad, menyebutkan, bahwa pendidikan Islam haruslah bertujuan

mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara

seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan

dan indera. Karena itu, pendidikan harus mencapai pertumbuhan manusia

dalam segala aspeknya; spiritual, intelektual, imajinatif, fisik, ilmiah dan

bahasa secara individual maupun kolektif. Mendorong semua aspek ke arah

kebaikan dan mencapai kesempurnaan, Tujuan akhirnya adalah dengan

perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara

pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.25

Dari beberapa definisi diatas, terlihat bahwa tujuan pendidikan lebih

berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari tuhan yang harus diinternalisasikan

kedalam diri individu anak didik lewat proses pendidikan. Dengan

penanaman nilai ini, diharapkan pendidikan islam mampu mengantarkan,

membimbing, dan mengarahkan anak didik untuk melaksanakan fungsinya

sebagai abd’ dan khalifah, guna membangun dan memakmurkan alam ini

sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan Allah. Perwujudan ini

tidak terlepas dari pribadi insan kamil yang bertakwa dan berkualitas

intelektual.26

24

Ibid, h. 104 25

Ibid, h. 105 26

Ibid, h. 106

Page 29: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

17

4. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang lingkup pendidikan islam menurut Abu Ahmadi pada dasarnya

mengacu pada lima hal:

a. Perencanaan

Perencanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan

suatu aktivitas.

b. Bahan Pembelajaran

Bahan, disebut juga dengan materi yaitu sesuatu yang diberikan kepada

siswa pada saat berlangsungnya aktivitas proses belajar mengajar.

c. Strategi Pembelajaran

Strategi yang berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus” adalah tindakan guru melaksanakan rencana

pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa

variabel dalam pembelajaran.

d. Media Pembelajaran

Media disebut juga dengan alat, yaitu sarana yang dapat membantu KBM

atau menentukan alat penilaiann untuk menilai sasaran (anak didik)

tersebut.

e. Evaluasi

Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan

atau nilai berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh

dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu

tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan dengan penilaian hasil

belajar.27

27

Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. I, h. 89-92

Page 30: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

18

B. Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga adalah suatu kerabat

yang mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu, bapak dengan anak-

anaknya.28

Menurut psikologi, keluarga bisa diartikan sebagai dua orang yang

berjanji hidup bersama yang memiliki komitmen atas dasar cinta, menjalankan

tugas dan fungsi yang saling terkait karena sebuah ikatan batin, atau hubungan

perkawinan yang kemudian melahirkan ikatan sedarah, terdapat pula

nilaikesepahaman, watak, kepribadian yang satu sama lain saling

mempengaruhi walaupun terdapat keragaman, menurut norma, adat, nilai yang

diyakini dalam membatasi keluarga dan yang bukan keluarga.29

Pada intinya lembaga keluarga terbentuk melalui temuan suami dan

istri yang permanen dalam masa yang cukup lama sehingga berlangsung

proses reproduksi. Dalam bentuknya yang paling umum dan sederhana,

keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dua komponen yang pertama, ayah

dan ibu dapat dikatakan sebagai komponen yang sangat mnentukan kehidupan

anak, khususnya pada usia dini. Baik ayah maupun ibu, keduanya adalah

pengasuh utama dan pertama bagi sang anak dalam lingkungan keluarga, baik

karena alasan biologis maupun psikologis.30

Dari beberapa pengertian keluarga diatas dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang terikat oleh suatu ikatan yang masing-masing

anggotanya memiliki peran dan tanggung jawab.

28

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 471

29 Mufidah Ch, Psikologi Keluarga dalam Berwawasan Gender, (Malang :UIN Malang

Press, 2008), cet. I, h. 38 30

Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, 1999), h. 5-6

Page 31: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

19

2. Perkembangan Anak dalam Keluarga

Anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa wajib

dilindungi dan dijaga kehormatan, martabat, harga dirinya secara wajar, baik

secara hukum ekonomi politik, sosial, maupun budaya tanpa membedakan

suku, agama, ras, dan golongan. Anak adalah generasi penerus bangsa yang

sangat menentukan nasib dan masa depan bangsa secara keseluruhan dimasa

yang akan datang. Anak harus dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan

berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya, oleh karena itu segala bentuk

dan perlakuanyang mengganggu dan merusak hak-hak anak dalam berbagai

bentuk kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi yang tidak ber-prikemanusiaan

harus dihapuskan tanpa terkecuali.31

Menurut Hj Mufidah Ch, dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Keluarga Islam Berwawasan Gender, ada beberapa perkembangan yang terjadi

pada diri anak, antara lain:

a. Perkembangan motorik anak, terdapat empat macam faktor yang

mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anakyang juga

menginginkan campur tangan orang tua dan guru dalam

mengarahkannya. Perkembangan motorik tersebut meliputi pertumbuhan

otot-otot, pertumbuhan dan perkembangan fungsi kelenjar endorin,

pertumbuhan dan peerkembangan sistem syaraf dan perubahan struktur

jasmani.

b. Perkembangan kognitif, perkembangan kognitif anak terdiri dari empat

tahapan, diantaranya yaitu tahap sensory motor antara 0-2 tahun, tahap

pre-oprasional terjadi pada umur 2-7 tahun, tahap oprasional konkrit

terjadi pada umur 7-11 tahun, tahap formal oprasioanal terjadi pada umur

11-15 tahun.

c. Perkembangan psikososial, perkembangan sosial mulai tampak pada usia

pra sekolah, karena mereka aktif berhubungan dengan teman sebayanya.

31

Op cit, h 299-300

Page 32: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

20

Tanda-tanda tahap inni adalah anak mulai mengetahui aturan-aturan yang

ada disekitarnya.

d. Perkembangan moral, perkembangan moral pada anak dapat berlangsung

bberapa cara yaitu pendidikan langsung dari orang tua, guru dan orang

lain, identifikasi, dan proses coba-coba.32

3. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua merupakan pendidik pertama bagia anak mereka, karena

dari merekalah anak pertama mula-mula mendapatkan pendidikan. Dengan

demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat didalam keluarga.

Anak-anak harus diberi kesempatan bergerak dan diajari cara yang

akan menolongnya untuk mencapai kebutuhan jiwanya supaya jangan mereka

merasa tidak tentram dan merasa tidak mendapat perhatian dan penghargaan.

Juga dalam mendidik anak-anak jangan digunakan cara-cara ancaman,

kekejaman dan siksaan badan, dan juga jangan ia merasa diabaikan, dan

merasakan kekurangan dan kelemahan. Begitu juga jangan dilukai perasaan

mereka dengan kritik tajam, ejekan, cemoohan, menganggap enteng

pendapatnya serta membandingkannya dengan anak-anak tetangga dan kaum

kerabat yang lain.33

Hak yang dimiliki oleh seorang anak terhadap orang tuanya sangatlah

banyak. Namun diantara mereka ada yang tidak sadar kalau semua yang telah

dilakukan adalah hak atau kewajiban, untuk leebih jelas lagi tentang

kewajiban orang tua kepada anaknya, keluarga dapat menawarkan sekaligus

dapat memperkenalkan bebrapa kegiatan kepada anak, antara lain:

a. Pendidikan jasmani, yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh dan

dalam keluarga teerhadap perkembangan fisik anak, tidak berarti hanya

perkembangan otot dan tenaga saja, melainkan juga menyiapakan

kontruksi fisiknya secara sehat dan baik.

b. Pendidikan intelektual, yaitu kegiatan orang tua yang dpat merangsang

intelektual anak, sebagai contoh, dengan cara menumbuhkan kesadaran

32 Ibid, h 316-325

33 Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: KALAM MULIA,

1987), h. 84

Page 33: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

21

untuk membaca buku pada diri anak, yaitu dengan cara menyediakan

perpustakaan kecil dikamar anak.

c. Pendidikan emosional, hal terpenting dalam pengembangan emosi anak

adalah mengarahkan emosinya. Pencapaian kearah ini, perlu diwujudkan

lingkungan dan suasana harmonis antara orang tua dan anaknya. Serta

perlu ditumbuh kembangkan jalinan cinta kasih dan sikap positif orang

tua terhadap anaknya.

d. Pendidikan sosial, dalam hubunngan keluarga akan terjadi interaksi

antara orang tua dengan anak-anak yang lain. Dengan interaksi tersebut

terjadilah sosialisasi antara mereka untuk menentukan norma-norma

tertentu, agar anak memahami kewajibannya sebagai anggota keluarga.

Untuk mengoptimalkan pendidikan sosial pada anak orang tua dapat

memberikan bebrapa kegiatan misalnya, anak diberikan kesempatan

bergaul secara terbuka dengan masyarakat.

e. Pendidikan moral dan agama, dalam keluarga orang tua sebaiknya

menanamkan sejak dini, pendidikan agama, dasar-dasar etika dan moral

melalui keteladanan atau ukhwatun hasanah karena dengan contoh yang

positif dari orang tua akan membentuk kepribadian anak karena pada

masa perkembangannya seorang anak banyak mengadopsi pola peerilaku

apa saja yang ditampilkan dalam keluarganya.34

4. Fungsi Keluarga

Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil sekaligus

merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam

hubungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan

primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai

macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri,

bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi tidak hanya sebatas selaku

penerus keturunan saja.35

34 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang : Uin Malang Press, 2008),

cet. I, h. 210-213 35

Ibid, h 216

Page 34: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

22

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Menurut Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri taman siswa, lingkungan

pendidikan meliputi lingkungan keluarga (rumah), lingkungan sekolah,

lingkungan organisasi pemuda sebagai Tri Pusat Pendidikan. Pendidikan

keluarga berfungsi sebagai pendidikan pertama masa kanak-kanak, menjamin

kehidupan emosional anak, menanamkan dasar pendidikan moral,

memberikan dasar pendidikan sosial dan memberikan dasar-dasar pendidikan

agama bagi anak-anak.

Sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka

sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan

memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.

Tanggung jawab sekolah antara lain adalah membantu orang tua mengerjakan

kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menambahkan budi pekerti yang baik,

memberikan pendidikan untuk kehidupan dalam masyarakat yang sukar atau

tidak diberikan di keluarga (rumah), melatih anak-anak memperoleh

kecakapan-kecakapan sepertti membaca, menulis, berhitung, menggambar

serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan

pengetahuan, serta diberikan pelajaran etika, keagamaa, estetika,

membedakan benar atau salah dan sebagainya.

Peran utama organisasi pemuda adalah dalam upaya pengembangan

sosialisasi kehidupan pemuda berkembanglah semacam kesadaran sosial,

kecakapan-kecakapan dalam pergaulan dengan sesama kawan (social skill)

dan sikap yang tepat dalam membina hubungan dengan sesama manusia.36

Catur Welly Satioso dalam skripsinya yang berjudul, “Konsep

Pendidikan Agama pada Anak (Usia 6-12 tahun) Menurut Prof. Dr.

Zakiah Daradjat” menyebutkan bahwasannya, pendidikan menurut Prof. Dr.

Zakiah daradjat adalah pembentukan kepribadian; pendidikan Islam ini telah

banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam

amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam; karena itu pendidikan

36

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2006), h. 34

Page 35: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

23

Islam tidak hanya bersifat teoretis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan

Islam adalah sekaligus pendidikan iman atau pendidikan amal.

Catur welly juga menyimpulkan bahwa fungsi keluarga bagi

pendidikan agama pada anak adalah sebagai wadah pertama pendidikan anak,

sebagai peletak dasar kepribadian anak, sebagai tempat penyemaian

pendidikan agama anak, keluarga tempat dalam membentuk sifat-sifat terpuji

pada anak.37

Darmawan dalam skripsinya yang berjudul “Peran Pendidikan Islam

dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan Kepribadian Anak Usia 6-12

Tahun” menyebutkan bahwasannya keluarga memiliki kedudukkan sebagai

penentu atau peletak dasar kepribadian anak. Anak dilahirkan dalam keadaan

suci. Dari lingkungan keluargalah yang menentukan bertumbuh ke,bangnya

kepribadian anak. Pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dengan melalui

proses pembinaan, pengajaran dan penanaman nilai-nilai agama.

Adapun peranan keluarga sebagai pembina dan pembimbing yang

dominan untuk menentukan terutama sekali pada anak usia dini. Dengan

memberi pendidikan agama dalam lingkungan keluarga anak memperoleh

bekal yang cukup untuk menjalani kehidupan dimasa depan nanti.38

Adapun peranan agama dalam perkembangan anak adalah sebagai

penuntun anak agar terarah dalam menjalani kehiduppan dimasa sekarang dan

untuk masa depan ketika mereka dewasa kelak.Darmawan menyimpulkan

bahwa pendidikan agama di usia sedini mungkin akan lebih mempengaruhi

perkembangan kepribadian dan akhlak dalam diri anak tersebut.

37

Catur Welli Satioso, Konsep Pendidikan Agama pada Anak (usia 6-12 tahun) Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, (Ciputat:Repository UINJKT, 2013)

38 Darmawan, Peran Pendidikan Islam dalam Keluarga Untuk Menumbuhkan

Kepribadian Anak Usia 6-12 Tahun, (ciputat: Repository UINJKT, 2011)

Page 36: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan Islam Menurut Prof.

Dr. Zakiah Dradjat” ini dilaksanakan pada bulan juli 2015 dengan

pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks

book yang ada diperpustakaan, serta sumber lain yang mendukung penelitian,

terutama yang berkaitan dengan konsep pendidikan islam dalam keluarga

menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Data yang diperoleh disusun dalam

bentuk hasil penelitian (laporan) dari beberapa sumber yang telah

dikumpulkan.

B. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan content analisis dalam

pengumpulan data penelitian penulis mengumpulkan bahan kepustakaan,

dengan cara membaca, menelaah buku-buku, majalah dan sumber-sumber

lainnya terutama yang berkaitan dengan konsep pendidikan Islam dalam

keluarga dari beberapa sumber, diantaranya adalah:

1. Buku-buku karya Prof. Dr. Zakiah Daradjat sebagai acuan utama, buku

Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah , yang diterbitkan oleh

CV Ruhama Jakarta tahun 1995. Didalamnya dijelaskan tentang peranan

pendidikan didalam keluarga yang dimulai dari peranan ibu ketika

menyusui dan mengasuh anak, peran ibu dalam pembentukan kepribadian

anak, mulai dari pembinaan iman dan tauhid, pembinaan akhlak, ibadah

dan agama, kepribadian dan sosial anak. Pembentukan sifat-sifat terpuji

dan pendidikan anak secara umum.

2. Ilmu Pendidikan Islam, yang diterbitkan oleh Bumi Aksara tahun 1996.

3. Dalil-dalil al-Qur’an dan terjemahnya.

Page 37: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

25

4. Ilmu Jiwa Agama tahun 1970.

5. Pembinaan Jiwa/Mental tahun 1974 Penerbit PT Bulan Bintang.

6. Kesehatan Mental serta Peran Agama dalam Kesehatan Mental.

Buku-buku lain seperti Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam di

Indonesia karya Prof. Dr. Abuddin Nata, Perkembangan Psikologi Agama

dan Pendidikan Islam di Indonesia 70 tahun Prof. dr. zakiah Daradjat,

Ulama perempuan Indonesia, karya Jajat Burhanudin, dan buku lain sebagai

sumber sekunder. Selain itu akan dilengkapi dengan berbagai data dan buku-

buku yang berkaitan dengan pendidikan Islam dalam keluarga yang terkait

untuk memperkuat analisa penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis isi (content

analisis), dan dengan menggunakan bentuk catatan deskriptif yaitu catatan

informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan

mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai definisi

yang terkait dengan semua aspek penelitian. Maka, disini penulis

menggambarkan permasalahan yang akan dibahas dengan mengambil materi-

materi yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas, kemudian

dianalisa, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan.

C. Fokus Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pandangan Prof. Dr. Zakiah Daradjat

tentang konsep pendidikan agama Islam dalam keluarga. Objek penelitian ini

adalah peranan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam

kepada anak yang akan berpengaruh terhadap kehidupannya baik di rumah, di

sekolah dan di masyarakat.

Cara penyajian penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Yaitu dengan

cara menjelaskan tentang pengertian, maksud dan tujuan pendidikan Islam

dalam keluarga menurut pemikiran Prof. Dr. Zakiah Daradjat, diperkuat

dengan berbagai sumber dan dalil-dalil yang berkaitan, baik dari al-Qur’an,

dan juga dari beberapa disiplin ilmu pengetahuan lainnya.

Page 38: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

26

D. Prosedur Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, metode yang dilakukan adalah:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari literatur yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data

melalui bahan bacaan dengan bersumber pada buku-buku primer dan buku-

buku sekunder yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu tentang

konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah daradjat.

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul lengkap, penulis membaca, mempelajari,

meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data yang relevan dan juga yang

mendukung pokok bahasan yaitu tentang konsep pendidikan Islam dalam

keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Selanjutnya penulis analisis, dan

disimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

3. Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya. Jadi,

penulis memaparkan mengenai masalah masalah tentang konsep pendidikan

Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat.

4. Penulisan

Teknik atau metode penulisan ini berpedoman pada Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

Page 39: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Riwayat Hidup Prof. Dr. Zakiah Daradjat

Zakiah Daradjat dilahirkan di Ranah Minang, tepatnya di Kampung

kota Merapak kecamatan Ampek Angkek, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada

6 November 1929. Ayahnya bernama H. Daradjat Husain, yang memiliki dua

istri. Dari isrinya yang pertama, Rafi’ah, ia memiliki enam anak, dan Zakiah

adalah anak pertama dari keenam bersaudara. Sedangkan dari istrinya yang

kedua, Hj. Rasunah, ia dikaruniai lima orang anak.1

Dengan demikian, dari dua istri tersebut, H. Daradjat memiliki 11

orang putra. Walaupun memiliki dua istri, ia cukup berhasil mengelola

keluarganya. Hal ini terlihat dari kerukunan yang tampak dari putra- putrinya.

Zakiah memperoleh perhatian yang besar dari ibu tirinya, sebesar kasih

sayang yang ia terima dari ibu kandungnya.

H. Daradjat yang bergelar Raja Ameh (Raja Emas) dan Rafi’ah binti

Abdul Karim, sejak kecil tidak hanya dikenal rajin beribadah, tetapi juga

tekun belajar. Keduanya dikenal aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Ayahnya dikenal aktif di Muhammadiyah sedangkan ibunya aktif di Partai

Sarekat Islam Indonesia (PSII). Seperti diketahui kedua organisasi tersebut

menduduki posisi penting dalam dinamika Islam di negeri ini.2

Muhammadiyah sering disebut sebagai organisasi yang sukses

mengelola lembaga-lembaga pendidikan yang bercorak modern, sementara

1 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2005), h. 233 2 Ibid.

Page 40: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

28

PSII adalah organisasi Islam yang memiliki kontribusi besar terhadap

bangkitnya semangat nasionalisme di kalangan masyarakat muslim Indonesia.

Sebagaimana umumnya masyarakat Padang, kehidupan keagamaan

mendapat perhatian serius di lingkungan keluarganya. Keluarga Zakiah

sendiri, seperti diakuinya, bukan dari kalangan ulama atau pemimpin agama.

“Kakek saya bahkan seorang abtenar,” katanya. Kakek Zakiah dari pihak

ayah menjabat sebagai tokoh adat di Lembah Tigo Patah Ampek Angkek

Candung. Kampung Kota Merapak pada dekade tahun 30-an dikenal sebagai

kampung yang relijius. Zakiah menuturkan, “Jika tiba waktu shalat,

masyarakat kampung saya akan meninggalkan semua aktivitasnya dan

bergegas pergi ke masjid untuk menunaikan kewajibannya sebagai Muslim.”

Pendeknya, suasana keagamaan di kampung itu sangat kental.

Dengan suasana kampung yang relijius, ditambah lingkungan keluarga

yang senantiasa dinafasi semangat keislaman, tak heran jika sejak kecil

Zakiah sudah mendapatkan pendidikan agama dan dasar keimanan yang kuat.

Sejak kecil ia sudah dibiasakan oleh ibunya untuk menghadiri pengajian-

pengajian agama. Pada perkembangannya, Zakiah tidak sekedar hadir,

kadang-kadang dalam usia yang masih belia itu Zakiah sudah disuruh

memberikan ceramah agama.

Pada usia 6 tahun, Zakiah mulai memasuki sekolah. Pagi belajar di

Standard Shcool (Sekolah Dasar) Muhammadiyah, sementara sorenya

mengikuti sekolah Diniyah (Sekolah Dasar Khusus Agama). Hal ini

dilakukan karena ia tidak mau hanya semata-mata menguasai pengetahuan

umum, ia juga ingin mengerti masalah-masalah dan memahami ilmu-ilmu

keislaman.3

Setelah menamatkan Sekolah Dasar, Zakiah melanjutkan ke Kulliyatul

Muballighat di Padang Panjang. Seperti halnya ketika duduk di Sekolah

Dasar, sore harinya ia juga mengikuti kursus di SMP. Namun, pada saat

3 Ibid, h 234

Page 41: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

29

duduk di bangku SMA, hal yang sama tidak lagi bisa dilakukan oleh Zakiah.

Ini karena, lokasi SMA yang relatif jauh dari kampungnya, yaitu Bukittinggi.

Kiranya, dasar-dasar yang diperoleh di Kulliyatul Mubalighat ini terus

mendorongnya untuk berperan sebagai mubaligh hingga sekarang.

Pada tahun 1951, setelah menamatkan SMA, Zakiah meninggalkan

kampung halamannya untuk melanjutkan studinya ke Yogyakarta. Pada masa

itu anak perempuan yang melanjutkan pendidikan di kota lain masih sangat

langka. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak

perempuan masih sangat kecil. Kesadaran itu hanya muncul di kalangan

pejabat, pemerintah, dan elit masyarakat pada umumnya. Akan tetapi hal itu

tampaknya tidak berlaku bagi masyarakat Minang. Kuatnya tradisi merantau

di kalangan masyarakat Minang dan garis keluarga yang bercorak materilinial

membuka kesempatan luas bagi perempuan Minang untuk melakukan

aktivitas-aktivitas sosial, termasuk melanjutkan studi di kota lain. Konteks

sosial budaya semacam ini merupakan pondasi bagi Zakiah untuk terus

meningkatkan kualitas dirinya melalui pendidikan.4

Di kota pelajar, Zakiah masuk Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi

Agama Islam Negeri (PTAIN)-kelak menjadi IAIN Sunan Kalijaga. Di

samping di PTAIN, Zakiah juga kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia (UII). Pertimbangannya seperti diungkapkan adalah keinginan

untuk menguasai ilmu-ilmu agama dan umum. Akan tetapi kuliahnya di UII

harus berhenti di tengah jalan. “Pada tahun ketiga di PTAIN, saya mendapat

teguran dari beberapa dosen. Mereka menyarankan agar saya konsentrasi saja

di PTAIN,” cerita Zakiah prihal keluarnya dari UII.

Zakiah dari awal tercatat sebagai mahasiswa ikatan dinas di PTAIN.

Sekitar tahun 50-an PTAIN merupakan perguruan tinggi yang masih baru.

Tenaga pengajarnya, lebih-lebih yang memiliki spesialisasi dalam bidang

ilmu tertentu boleh dibilang sedikit terutama jika dibandingkan dengan

4 Ibid, h 235

Page 42: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

30

Universitas Gadjah Mada (UGM). Karena kondisi inilah PTAIN banyak

menawarkan ikatan dinas kepada mahasiswanya.5

Setelah Zakiah mencapai tingkat Doktoral Satu (BA), bersama

sembilan orang temannya yang kebetulan semuanya laki-laki mendapatkan

tawaran dari DEPAG untuk melanjutkan studi ke Kairo, Mesir. Beasiswa ini

merupakan realisasi dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan

pemerintah Mesir dalam bidang pendidikan. Di antara kandidat, Zakiah

merupakan satu-satunya perempuan yang mendapatkan kesempatan

melanjutkan studi. Tawaran itu disambut Zakiah dengan perasaan gembira

sekaligus was-was. Gembira karena tawaran ini memberikan kesempatan

untuk meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Lagi pula pada

saat itu perempuan Indonesia yang melanjutkan studi ke luar negeri boleh

dibilang langka. Was-was karena merasa kuatir tidak sanggup menjalaninya

dengan baik. Namun sebelum menyatakan menerima tawaran itu, Zakiah

terlebih dahulu konsultasi dengan kedua orang tuanya. Ternyata kedua orang

tuanyapun tidak keberatan Zakiah melanjutkan studinya ke Mesir.

Tradisi melanjutkan studi ke Timur Tengah, khususnya Haramain

(Mekkah dan Madinah) dan Mesir sudah berlangsung lama. Kaum terpelajar

Indonesia sejak abad-abad lalu telah menjadikan Timur Tengah sebagai kiblat

eilmuan. Tidak sedikit tamatan Timur Tengah yang mewarnai percaturan

intelektual di negeri ini, khususnya berkaitan dengan upaya-upaya

pembaharuan Islam.

Pada tahun 1956, Zakiah bertolak ke Mesir dan langsung diterima

(tanpa dites) di Fakultas Pendidikan Universitas Ein Syams, Kairo, untuk

program S2. Pada waktu itu, antara pemerintah Indonesia dan Mesir sudah

menjalin kesepakatan bahwa doktoral satu di Indonesia disamakan dengan S1

di Mesir. Inilah kiranya yang menyebabkan Zakiah langsung diterima tanpa

tes di Universitas Ein Syams.

5 Ibid, h 236

Page 43: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

31

Zakiah berhasil meraih gelar MA dengan tesis tentang Problema

Remaja di Indonesia pada 1959 dengan spesialisasi mental-hygiene dari

Universitas Eins Syams, setelah setahun sebelumnya mendapat diploma pasca

sarjana dengan spesialisasi pendidikan dari Universitas yang sama. Selama

menempuh program S2 inilah Zakiah mulai mengenal klinik kejiwaan. Ia

bahkan sudah sering berlatih praktik konsultasi psikologi di klinik

universitas.

Pada waktu Zakiah menempuh program S3 perkembangan ilmu

psikologi di universitas Ein Syams masih didominasi oleh psikoanalisa, suatu

mazhab psikologi-dipelopori oleh Sigmund Freud- yang mendudukkan alam

tak sadar sebagai faktor penting dalam kepribadian manusia. Sedangkan

metode non-directive dari Carl Rogers yang menjadi minat Zakiah baru mulai

dirintis dan diperkenalkan di universitas. Karena itu, ketika Zakiah

mengajukan disertasinya mengenai psikoterapi model non-directive dengan

fokus psimoterapi bagi anak-anak bermasalah, ia mendapatkan dukungan

sepenuhnya dari pihak universitas. Selanjutnya, pada tahun1964, dengan

disertasi tentang perawatan jiwa anak, Zakiah berhasil meraih gelar doktor

dalam bidang psikologi dengan spesialisasi kesehatan mental dari universitas

Eins Syams.6

2. Aktivitas dan Karya-karyanya

a. Menapaki Karir di Dunia Birokrasi

Pada dekade 1960-an, Departemen Agama dipimpin oleh KH.

Saifuddin Zuhri, kiai-politisi dari lingkungan NU. Situasi politik saat itu

diwarnai oleh persaingan, bahkan konfrontasi antara tiga golongan, yaitu

golongan nasionalis, komunis, dan agama. Membaca situasi seperti itu,

6 Tim Penerbitan Buku 70 Tahun Zakiah Daradjat, Perkembangan Psikologi Agama dan

Pendidikan Islam di Indonesia 70 tahun Prof.Dr. Zakiah Daradjat, (Ciputat: PT Logos Wacana

Ilmu dengan Pusat penelitian IAIN Syarif Hidayatullah, 1999) Cet. I, h. 4-9

Page 44: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

32

langkah pertama yang ditempuh Saifuddin adalah merumuskan acuan

operasional yang bersifat yuridis-formal tentang keberadaan dan fungsi

Depag. Langkah ini dimaksudkan untuk memperkokoh posisi Depag dalam

percaturan politik di Indonesia. Saifuddin juga menaruh perhatian khusus

kepada perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berada di

bawah naungan Depag (Madrasah dan IAIN) pada masa kementrian

Saifuddin, IAIN yang semula berjumlah dua, Jakarta dan

Yogyakarta, berkembang menjadi Sembilan. Secara berturut-turut berdiri

IAIN di kota-kota Surabaya, Banda Aceh, Ujung Pandang, Banjarmasin,

Padang, Palembang, dan Jambi, serta cabang-cabangnya yang berlokasi di

kota-kota kabupaten.7

Dalam situasi itulah Zakiah tiba di tanah air. Setelah meraih gelar

Doktor Psikologi, Zakiah langsung pulang ke Indonesia. Sebagai mahasiswa

ikatan dinas, pertama-tama yang dilakukannya adalah melapor kepada

Menteri Agama Saifuddin Zuhri. Menag memberi keleluasaan kepada

Zakiah untuk memilih tempat tugas. Meskipun demikian, sepenuhnya

Zakiah menyerahkan penugasannya kepada Menag. Bagi Zakiah memang

banyak tawaran mengajar. IAIN Yogya (pada 1960-an PTAIN sudah diubah

menjadi IAIN) sebagai almamaternya, meminta agar Zakiah kembali ke

sana; sementara IAIN Padang dan IAIN Palembang yang masih tergolong

baru, juga meminta kesediaan Zakiah untuk “mengabdikan” ilmunya.

Zakiah memaparkan undangan mengajar itu kepada Menag. Sebagai jalan

tengah, oleh Menag, Zakiah ditugaskan di Departemen Agama Pusat, di

Jakarta, dengan pertimbangan agar Zakiah bisa mengajar di berbagai IAIN

sekaligus. Sejak itu, Zakiah menjadi dosen keliling, dan ia tetap berkantor di

Jakarta.

Pada 1967, Zakiah ditunjuk untuk menduduki jabatan Kepala Dinas

Penelitian dan Kurikulum Perguruan Tinggi di Biro Perguruan Tinggi dan

Pesantren Luhur. Jabatan ini dipegang hingga Menag digantikan oleh KH.

7 Abuddin Nata, op cit, h 237

Page 45: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

33

Muhammad Dachlan. Bahkan ia baru meninggalkan jabatan ini ketika kursi

Menag diduduki oleh A. Mukti Ali.

Pada 1977, ketika A. Mukti Ali menjabat sebagai Menag, Zakiah

dipromosikan untuk menjadi Direktur di Direktorat Pendidikan Agama.

Ketika menjabat direktur inilah muncul dua peristiwa besar yang

menyangkut pendidikan Islam di Indonesia, yaitu SKB Tiga Menteri, dan

“Kasus Uga” (Urusan Guru Agama).8

b. Karya-karya Tulis Prof. Dr. Zakiah Daradjat

Di antara karya Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah:

1) Penerbit Bulan Bintang

a) Ilmu Jiwa Agama (1970).

b) Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental (1970).

c) Problema Remaja di Indonesia (1974).

d) Perawatan Jiwa untuk anak-anak (1982).

e) Membina nilai-nilai moral di Indonesia (1971).

f) Perkawinan yang Bertanggung Jawab (1975).

g) Islam dan Peranan Wanita (1978).

h) Peranan IAIN dalam Pelaksanaan P4 (1979).

i) Pembinaan Remaja (1975).

j) Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Keluarga (1974).

k) Pendidikan Orang Dewasa (1975).

l) Menghadapi Masa Manopause (1974).

m) Kunci Kebahagiaan (1977).

n) Membangun Manusia Indonesia yang Bertakwa kepada Tuhan

YME (1977).

8 Jajat Burhanudin, ed, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2002), h. 143-149

Page 46: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

34

o) Kepribadian Guru (1978).

p) Pembinaan Jiwa/Mental (1974).

2) Penerbit Gunung Agung.

a) Kesehatan Mental (1969).

b) Peranan Agama dalam Kesehatan Mental (1970).

c) Islam dan Kesehatan Mental (1971).

3) Penerbit YPI Ruhama

a) Shalat Menjadikan Hidup Bermakna (1988).

b) Kebahagiaan (1988).

c) Haji Ibadah yang Unik (1989).

d) Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental (1989).

e) Doa Menunjang Semangat Hidup (1990).

f) Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (1991).

g) Remaja, Harapan dan Tantangan (1994).

h) Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (1994).

i) Shalat untuk anak-anak (1996).

j) Puasa untuk anak-anak (1996).

4) Penerbit Pustaka Antara

a) Kesehatan Jilid I, II, III (1971).

b) Kesehatan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Jilid IV (1974).

c) Kesehatan Mental dalam Keluarga tahun (1991).

B. Pembahasan

1. Gagasan Pemikiran Pendidikan Islam Zakiah Daradjat

Pertama, Hakikat pendidikan Islam, menurut Zakiah Daradjat,

hakikat pendidikan mencakup kehidupan manusia seutuhnya. Pendidikan

Islam yang sesungguhnya tidak hanya memperhatikan satu segi saja, seperti

segi aqidah, ibadah atau akhlak saja, melainkan mencakup seluruhnya.

Dengan kata lain pendidikan Islam memiliki perhatian yang lebih luas dari

ketiga hal tersebut.

Page 47: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

35

Pendidikan Islam mencakup semua dimensi manusia sebagaimana

ditentukan oleh ajaran Islam. Pendidikan Islam juga menjangkau kehidupan

di dunia dan kehidupan di akhirat secara seimbang. Selain itu, pendidikan

Islam memberikan perhatian pada semua aktivitas manusia, serta

mengembangkan hubungan diringa dengan orang lain. Pendidikan Islam juga

berlangsung sepanjang hayat, mulai dari manusia sebagai janin dalam

kandungan ibunya sampai berakhirnya hidup di dunia ini.9

Kedua, landasan pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat landasan

pendidikan Islam adalah Al-quran, Al-sunnah dan Ijtihad. Menurut Zakaiah

Daradjat, ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keimanan di dalam Al-quran

tidak sebanyak dengan ajaran yang menekankan amal perbuatan. Hal ini

menunjukkan bahwa amal dalam Islam amat dipentingkan untuk

dilaksanakan, baik yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat,

dan alam linkungan.

Selanjutnya Assunnah sebagai landasan sebagai landasan yang kedua

yang berisikan akidah dan syari'ah. Sunnah berisi petunjuk dan pedoman

demi kemaslahatan hidupnya dalam segala aspek dengan tujuan untuk

membina umat manusia seutuhnya atau seorang muslim yang beriman dan

bertaqwa, sedangkan landasan pendidikan berikutnya adalah ijtihad.10

Secara harfiah ijtihad berarti usaha yang sungguh-sungguh dan sekuat

tenaga. Sedangkan dalam ilmu fiqih, ijtihad diartiakan sebagai upaya

mencurahkan segenap tenaga, pikiran dan kemampuan untuk menghasilkan

keputusan-keputusan hukum berdasarkan petunjuk al-Quran dan al- Sunnah.

Dalam bidang pendidikan, Ijtihad ditujukan untuk mengikuti dan

mengarahkan perkembangan zaman yang terus menerus berubah. Dengan

demikian, praktik ijtihad harus berhubungan dengan hal-hal yang secara

langsung dengan kebutuhan hidup disuatu tempat pada kondisi dan situasi

tertentu.

9 Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Pustaka,1984), h. 47-50

10 Ibid, h 50

Page 48: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

36

Ketiga, Tujuan pendidikan Islam. Menurut Zakiah Daradjat, tujuan

dasar pendidikan Islam adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah

yang saleh dengan segala aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran, dan

perasaannya.11

Tujuan dasar ini lebih lanjut diperinci oleh Zakiah Daradjat

sebagai berikut:

a. Mengetahui dan melaksanakan ibadah dengan baik. Ibadah ini harus

sesuai dengan yang dinyatakan dalam hadist Rasulallah SAW. Yang

antara lain menyebut bahwa Islam itu dibangun atas dasar lima pilar,

yaitu mengakui dengan setulus hati dan seyakin-yakinnya tanpa keraguan

bahwa tuhan yang wajib dipuja hanya Allah dan Muhammad SAW

adalah rasulnya; mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan

puasa selama bulan ramadhan serta menunaikan ibadah haji.

b. Memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan perbuatan yang

diperlukan untuk mendapatkan rizeki bagi diri dan keluarganya.

c. Mengetahui dan mempunyai keterampilan untuk melaksanakan peranan

kemasyarakatannya dengan baik, berakhlak mulia dengan titik tekan

pada dua sasaran. pertama, akhlak mulia yang diperlukan untuk

berhubungan dengan oring lain diri sendiri, dan ummat .kedua, akhlak

yang terkait dengan kasih sayang kepada orang yang lemah dan kasih

sayang kepada hewan yang kehausan, menyembelih hewan dengan cara

yang menyenangkan, yaitu memotong hewan dengan pisau yang tajam.12

Keempat, Lingkungan dan tanggung jawab pendidikan. Menurut Zakiah

Daradjat terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam

mendidik anak. Lingkungan yang bertanggung jawab tersebut adalah

keluarga (ayah dan ibu), sekolah (para guru), dan masyarakat (tokoh

masyarakat dan pemerintah).

Peran dan tanggung jawab dalam bidang pendidikan dari tiga

lingkungan tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut13

:

11

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h 35 12

Ibid, h 35-38 13

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,1995), cet. Ke-21,h. 66

Page 49: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

37

a. Menurut Zakiah Daradjat, keluarga (kedua orang tua) memiliki

tanggung jawab utama dan pertama dalam bidang pendidikan.

Berbagai aspek yang terkait dangan keluarga selalu

mempertimbangkan dengan perannya sebagai pendidik tersebut.

Zakiah berpendapat bahwa pembentukan identitas anak menurut

Islam dimulai sejak anak dalam kandungan, bahkan sebelum

membina rumah tangga harus mempertimbangkan kemungkinan

dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat membentuk pribadi

anak.

b. Adapun tanggung jawab guru adalah bidang pendidikan pada

dasarnya adalah tanggung jawab kedua orang tua juga.

Keberadaan guru adalah orang yang memperoleh limpahan

tanggung jawab dari kedua orang tua.berkaitan dengan tugas dan

tanggung jawab tersebut, maka seorang guru, menurut Zakiah

Daradjat, harus memenuhi empat syarat, yait beriman dan

bertaqwa kepada Allah, berilmu dan berkompeten, sehat jasmani

dan rohani serta kepribadian yang baik.

2. Fungsi Keluarga dalam Pendidikan Islam

a. Keluarga Sebagai Wadah Utama Pendidikan

Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan

menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Untuk mencapai

ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga memang diperlukan pasangan

yang saleh, yang dapat menjaga diri dari kemungkinan salah dan kena fitnah

dan mampu menentramkan pasangannya apabila gelisah, serta dapat

mengatur situasi rumah, sehingga tampak rapi.14

Suasana keluarga seperti itu

merupakan tanah subur bagi penyemaian tunas-tunas muda yang lahir dari

keluarga tersebut.

14

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama), cet ke. 2, h. 47

Page 50: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

38

Pembentukan identitas anak menurut Islam, dimulai jauh sebelum

anak itu diciptakan. Islam memberikan berbagai syarat dan ketentuan

pembentukan keluarga, sebagai wadah yang akan mendidik anak sampai

umur tertentu yang disebut baligh-berakal. Karena itu Zakiah Daradjat dalam

bukunya yang berjudul Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah

menyinggung beberapa syarat-syarat agar terbentuk15

, diantaranya:

1) Larangan menikah dengan wanita yang memiliki hubungan darah dan

kerabat tertentu.

2) Larangan menikah dengan orang yang berbeda agama.

3) Larangan menikah dengan orang yang berzina.16

Setelah syarat-syarat bagi kedua calon suami-istri tersebut terpenuhi,

maka dilaksanakanlah pernikahan menurut ketentuan Allah. Dan setelah

mererka diikat dengan tali perkawinan, maka masing-masing pasangan

suami-istri mempunyai hak dan kewajiban yang telah ditentukan. Mereka

dibekali dengan beberapa petunjuk dalam mendayungkan bahtera kehidupan

dengan kasih sayang dan kepatuhan kepada ketentuan Allah, agar mereka

dapat meraih ketentraman dan kebahagiaan(sakinah).17

Setelah terbentuknya keluarga muslim yang memenuhi persyaratan

yang ditentukan Allah, dan keluarga tersebut telah siap untuk mendapatkan

keturunan, beberapa petunjuk dan pedoman yang membantu terciptanya

kehidupan sakinah pun telah dipahami dan dilaksanakan, maka selanjutnya

keluarga itu memohon kepada Allah SWT supaya mereka dikaruniai

keturunan yang saleh.18

b. Pembentukan Kepribadian Anak

Pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua.

Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya

bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang tua dalam

15

Ibid, h 41 16

Ibid, h 42 17

Ibid, h 43 18

Ibid, h 44

Page 51: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

39

pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu dan

keterampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembangannya bagi

kepentingan manusia.19

Pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang

merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Pendidikan

keluarga adalah merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

Sebagaimana Nabi Muhammad Sallalahu Alaihi Wasallam bersabda: Barang

siapa yang lahir anaknya, lalu mengazankan pada telinga kanannya dan

iqamah pada telinga kirinya, anak itu tidak akan dimudharatkan oleh

ummush-shibyan. (H.R. Abi Yu'la).

Dikatakan "pertama" maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini

disebabkan hubungan kedua orang tuanya. Mengingat orang tua adalah orang

dewasa, maka merekalah yang harus bertanggung jawab terhadap anak. Di

dalam keluargalah pertama sekali seorang anak manusia menerima/

mengalam proses pendidikan. Sedangkan "Utama" maksudnya adalah bahwa

orang tua bertanggung jawab pada pendidikan anak. Dalam arti bahwa

seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan penuh

ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan

tidak mampu menolong dirinya sendiri. Sebagai lingkungan pertama dalam

proses pendidikan anak, maka pada perkembangan selanjutnya di dalam

keluargalah anak memulai pertumbuhannya dan di dalam keluargalah waktu-

waktu yang paling banyak dilalui seorang anak. Segala perilaku orang tua

secara sengaja ataupun tidak akan mempengaruhi perkembangan perilaku

anak. Maka sudah sewajarnya setiap orang tua menyadari dan

mempersiapkan keluarga sebagai basis utama pendidikan anak.

Sebagai penanggung jawab pendidik pertama dan utama, maka orang

tua tanpa ada yang memerintah, langsung memikul tugas sebagai pendidik,

baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pembina maupun sebagai guru dan

19

Ibid, h 53

Page 52: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

40

pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari tiap-tiap

manusia.

Melalui pendidikan keluarga, kehidupan emosional anak atau

kebutuhan akan rasa kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang

dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik

dengan anak didik sehingga menumbuhkan hubungan yang didasarkan atas

rasa cinta kasih sayang yang murni.

Zakiah Daradjat mengatakan: "Rasa kasih sayang adalah kebutuhan

jiwa yang paling pokok dalam hidup manusia. Anak kecil yang merasa

kurang disayangi ibu bapanya akan menderita batinnya, mungkin terganggu

kesehatan badannya, akan kurang kecerdasannya dan mungkin ia akan

menjadi nakal, keras kepala, dan sebagainya."20

Sementara Hasan Langgulung mengatakan, bahwa melalui pendidikan

keluarga dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara

umum untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan

kematangan emosi yang sesuai dengan umurnya.21

Dengan demikian untuk menciptakan emosi yang sehat dalam suatu

keluarga, paling tidak yang sangat perlu diperhatikan adalah memenuhi

kebutuhan anak. Salah satu diantaranya kebutuhan akan rasa kasih sayang.

Kasih sayang tidak akan dirasakan oleh si anak apabila dalam hidupnya si

anak merasa tidak diperhatikan atau kurang disayangi oleh kedua orang

tuanya.

c. Pembinaan Iman dan Tauhid

Pembentukkan Iman seharusnya dimulai sejak dalam kandungan,

sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. Berbagai hasil pengamatan pakar

kejiwaan menunjukkan bahwa janin yang dalam kandunngan, telah mendapat

pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal

20

Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung), h. 37

21 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

(Jakarta: PT. Al-Husna Zikra. 1995), h. 368

Page 53: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

41

tersebut tampak dalam perawatan kejiwaan, dimana keadaan keluarga, ketika

si anak dalam kandungan itu mempunyai pengaruh terhadap kesehatan

mental bagi si janin di kemudian hari. Lukmanul Hakim adalah orang yang

diangkat oleh Allah sebagai percontohan dalam pendidikan anak, telah

dibekali oleh Allah dengan Iman dan sifat-sifat terpuji, diantaranya, syukur

kepada Allah, yang sudah pasti beriman dan bertaqwa kepadanya.22

Setelah si anak lahir, pertumbuhan jasmani anak berjalan dengan

cepat. Perkembangan akidah, kecerdasan, akhlak, kejiwaan, rasa keindahan

dan kemasyarakatan anak (tujuh dimensi manusia), berjalan serentak dan

seimbang. Dirinya mulai mendapat bahan-bahan atau unsur-unsur pendidikan

serta pembinaan yang berlangsung tanpa disadari oleh orang tuanya.23

Adanya kecenderungan meniru dan unsur identifikasi didalam jiwa

sang anak, akan membawanya kepada tingkah laku menirukan kedua orang

tuanya, bahkan anak umur satu setengah tahun mungkin akan ikut menirukan

kegiatan orang tuanya dalam segala hal, baik dalam berbicara maupun dalam

beribadah, sekedar hanya menirukan gerakan mereka, mengucapkan kalimat

thayyibah, atau do’a-do’a dan membaca surat-surat pendek dalam Al-Qur’an.

Kebiasaan orang tua membaca basmalah dan hamdalah ketika menolong

anak diwaktu makan, minum, ganti pakaian, buang air, dan sebagainya, akan

mendorong anak untuk menirukan lebih banyak lagi, karena kata tersebut

berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan si anak. Dari kegiatan tersebut

anak memperoleh nilai-nilai keimanan yang amat penting dan diserapnya

masuk kedalam perkembangan kepribadiannya.24

d. Pembinaan Akhlak

Pendidikan akhlak didalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan

teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan

pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak

22

Zakiah Daradjat, op cit, h 55 23

Ibid, h 57 24

Ibid, h 58

Page 54: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

42

mereka dan perlakuan orang tua terhadap orang lain didalam lingkungan

keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak.25

Pembinaan akhlak yang terjadi dalam keluarga dengan membiasakan

anak kepada sifat-sifat yang baik seperti sifat benar, jujur, ikhlas dan adil.

Akan tetapi sifat-sifat tersebut belum dapat dipahami oleh anak, kecuali

dalam bentuk pengalaman langsung yang dirasakan oleh anak dalam

kehidupannya.

Djaka, Cs. mengatakan, bahwa dalam pendidikan budi pekerti yang

penting ialah kebiasaan dan perbuatan (praktik).11.

Selanjutnya, Zakiah

Daradjat mengemukakan, bahwa pendidikan akhlak yang paling baik terdapat

dalam agama, karena nilai akhlak yang dapat dipatuhi dengan suka rela, tanpa

paksaan dari luar hanya dari kesadaran sendiri, datangnya dari keyakinan

beragama.26

Dengan demikian pendidikan akhlak tidak terlepas dari pendidikan

agama, maka penanaman pendidikan agama sebagai sumber pendidikan

akhlak harus dilaksanakan sejak anak masih kecil dengan pembiasaan-

pembiasaan, antara lain seperti berkata jujur, suka menolong, sabar dan

memaafkan kesalahan orang lain, dan menanam rasa kasih sayang kepada

sesama manusia.

Adapun akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang tuanya,

tergantung kepada sikap orang tua terhadap anak. Apabila si anak merasa

terpenuhi semua kebutuhan pokoknya (jasmani, kejiwaan dan sosial), maka si

anak akan sayang, menghargai dan menghormati orang tuanya. Akan tetapi

apabila si anak merasa terhalang pemenuhan kebutuhannya oleh orang

tuanya, misalnya ia tidak merasa disayangi atau dibenci, suasana dalam

keluarga yang tidak tenteram, sering kali menyebabkannya takut dan tertekan

oleh orang tuanya, maka perilaku anak tersebut boleh jadi dikatakan

bertentangan dengan yang diharapkan oleh orang tuanya, karena ia tidak mau

menerima keadaan yang tidak menyenagkan itu.

25 Iibid, h 61

26 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan

Bintang,1977), h.20

Page 55: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

43

e. Pembinaan Ibadah dan Agama

Pembinaan kegiatan beribadah pada anak juga mulai dari dalam

keluarga. Anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik

baginya adalah yang mengandung gerak, sedangkan pengertian tentang ajaran

agama belum dapat dipahaminya. Karena itu, ajaran agama yang abstrak

tidak menarik perhatiannya.

Semua pengalaman keagamaan tersebut, merupakan unsur-unsur

positif didalam pembentukan kepribadiannya yang sedang tumbuh dan

berkembang. Maka pelaksanaan ibadah tersebut bagi anak-anak adalah

persuasi, mengajak dan membimbing mereka untuk melaksanakan shalat.

Jika anak-anak telah terbiasa shalat dalam keluarga, maka kebiasaan tersebut

akan terbawa sampai ia dewasa, bahkan sampai tua dikemudian hari.27

f. Pembinaan Kepribadian dan Sosial Anak

Di dalam kehidupan, keluarga merupakan basis yang sangat penting

dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak, sebab pada dasarnya

keluarga merupakan lembaga sosial terkecil yang minimal terdiri dari ayah,

ibu dan anak.

Perkembangan benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak dapat

dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa

tolong menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau

keluarga yang sakit. Juga bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian,

kebersihan dan keamanan dalam segala hal. Ngalim Purwanto

mengemukakan, bahwa sejak dahulu manusia itu tidak hidup sendiri-sendiri

terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok bantu membantu,

saling membutuhkan dan saling mempengaruhi.

27

Zakiah Daradjat, op cit, h 62

Page 56: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

44

Keluarga sebagai basis pendidikan pertama dan utama harus

memberikan dasar-dasar pendidikan sosial kepada anak-anaknya,28

antara

lain:

1) Sejak kecil anak sudah dibiasakan hidup bersih diri dan lingkungan serta

disiplin pada waktu.

2) Membiasakan anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

dalam mengenal dasar-dasar pergaulan hidup, seperti bekerja sama dan

tolong menolong dengan sesama anggota keluarga.

3) Kebiasaan-kebiasaan yang baik itu harus dapat menumbuhkan keyakinan

diri untuk senantiasa patuh kepada semua peraturan, baik agama maupun

keluarga, bahkan masyarakat.

Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman

danakhlak, secara umum para pakar kejiwaan berpendapat, bahwa

kepribadiannya merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan

mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Kepribadian terbentuk melalui

semua pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Apabila

nilai-nilai agama banyak masuk kedalam pembentukan kepribadian

seseorang, maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan

dikendalikan oleh nilai-nilai agama.29

3. Pendidikan Agama dalam Keluarga

Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak ibu dan bapak

yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do’a dan

harapan kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang

saleh. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk menerapkan

dasar-dasar hidup beragama. Untuk membangun kesadaran beragama, maka

anak-anak sejak kecil harus sudah dibiasakan untuk melaksanakan

28

Ibid, h. 30 29

Zakiah Daradjat, loc cit, h 62

Page 57: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

45

ajaran-ajaran agama, seperti shalat, ikut ke mesjid, menonton acara-acara

keagamaan, mendengar lagu- lagu Islami, dan lain-lain.

Anak adalah merupakan anugerah dan amanah dari Allah kepada

manusia yang menjadi orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua dan

masyarakat bertanggung jawab penuh agar supaya anak dapat tumbuh dan

berkembang menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga,

masyarakat, bangsa, negera dan agamanya sesuai dengan tujuan dan

kehendak Allah SWT.

Zakiah Daradjat membatasi masa anak-anak dari umur 0-12 tahun.

Menurutnya, dalam umur ini perkembangan anak sangat ditentukan oleh

pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya yang mempengaruhi sikapnya

setelah dewasa.30

Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan anak

diwarnai dan diisi oleh pendidikan yang dialami alam hidupnya, baik dalam

keluarga, masyarakat dan sekolahnya. Karena manusia menjadi manusia

dalam arti yang sebenarnya ditempuh melalui pendidikan, maka pendidikan

anak sejak awal kehidupannya menempati posisi kunci dalam mewujudkan

cita-cita manusia yang berguna.

Bagi Zakiah, bahwa agama seseorang pada dasarnya ditentukan oleh

pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa

kecilnya dulu. Seorang anak yang pada waktu kecilnya tidak pernah

mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak

akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Berbeda dengan anak

yang masa kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman keagamaan,

misalnya ibu dan bapaknya orang yang tahu, memahami dan menjalankan

agama dengan baik, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup

menjalankan agama, dan secara formal maupun informal mendapatkan

pendidikan agama Islam di rumah, sekolah maupun dalam masyarakatnya,

maka orang tersebut akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan

kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut

30

Zakiah Daradjat, op. Cit h. 58

Page 58: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

46

melanggar larangan-larangan agama serta dapat merasakan kenikmatan hidup

dengan beragama.31

Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya,

akan mempengaruhi keagamaanya dikemudian hari. Hasbi Ash-Shiddiqiy

mengatakan, bahwa tugas-tugas keagamaan dipupuk terus menerus sampai

anak mencapai umur dewasa, sehingga dengan demikian perasaan keagamaan

dalam jiwanya benar-benar mendarah daging.32

Dalam rangka peletakan

dasar-dasar keagamaan pada anak, maka perilaku orang tua yang baik, rajin

beribadat, rajin ke mesjid, rukun dalam kehidupan rumah tangga, adil dalam

membagi kasih sayang antara sesama anak, suka menolong orang lain, setia

kepada kawan dan sebagainya, hendaklah berkekalan atau terus menerus

sehingga menjadi contoh teladan yang akan ditiru dan diamalkan oleh anak

sepanjang hidupnya.

Dalam kajian ini hanya akan membatasi pemikiran Zakiah Daradjat

tentang pentingnya pendidikan agama Islam dengan mengkhususkan pada

aspek ibadah dan akhlak. Menurut Zakiah Daradjat, bahwa pendidikan agama

Islam harus dilakukan sejak kecil, dengan lebih menitikberatkan pada aspek

ibadah dan akhlak. Pendidikan agama Islam pada anak yang berkaitan dengan

ibadah yang ditanamkan kepada anak pada dasarnya memiliki peran penting

dalam membentuk pribadi anak yang taat kepada norma-norma agama,

sedangkan pendidikan akhlak adalah sebagai kendali moral bagi diri anak,

sehingga anak memiliki pribadi yang mantap dan kuat.33

Dalam pelaksanaannya, penerapan kedua aspek tersebut tidak akan

dapat berjalan dengan baik, jika tidak didukung dengan metode pendidikan

yang tepat. Oleh karena itu, agar pendidikan ibadah dan akhlak dapat berjalan

maka perlu didukung dengan metode pembiasaan dan latihan-latihan. Karena

metode pembiasaan dan latihan-latihan ini akan membentuk sikap dan pribadi

anak.

31

Ibid, h. 35 32

Hasbi ash-Siddiqy, Teuku Muhammad Zulfikar,(darussalam), h.33 33

Zakiah Daradjat, op cit, h 64

Page 59: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

47

Zakiah berpendapat, pendidikan agama Islam harus ditanamkan sejak

kecil kepada anak-anak, sehingga merupakan bagian dari unsur- unsur

kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi

segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena

keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu akan

mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam.34

Pendapat Zakiah di atas, memang tidak beralasan, sebab pada

dasarnya seorang anak memiliki potensi agama, sehingga secara manusiawi

ia juga memiliki kecenderungan untuk beragama. Namun karena potensi

tidak dikembangkan dengan baik, maka seorang anak tidak mengenal Tuhan,

tidak mengenal ibadah (ritual), tidak mengenal dosa dan tidak mengenal

neraka dan surga dan lain sebagainya yang merupakan bagian dari isi agama.

Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa keberagamaan seseorang sangat

terkait sekali dengan pendidikan yang diperolehnya sejak kecil.

Menurut Zakiah Daradjat, bahwa anak-anak mulai mengenal Tuhan

pada dasarnya melalui bahasa. Dari kata-kata orang yang ada dalam

lingkungannya, yang pada permulaan diterimanya secara acuh tak acuh saja.

Akan tetapi, setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum

dan takut kepada Tuhan, maka mulailah ia merasakan sedikit gelisah dan

ragu-ragu terhadap sesuatu yang gaib yang tidak dapat dilihatnya, mungkin ia

akan takut membaca dan mengulang kata-kata yang diucapkan orang tuanya.

Lambat laun tanpa disadarinya akan masuklah pikiran tentang Tuhan dalam

pembinaan kepribadiannya dan menjadi objek pengalaman agamis. Maka

Tuhan bagi anak-anak pada permulaan merupakan nama dari sesuatu yang

asing, yang tidak dikenalnya dan diragukan kebaikan niatnya.35

34

Zakiah Daradjat, op cit, h. 56 35

Ibid, h. 36

Page 60: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

48

4. Upaya Menumbuhkan Minat Anak Terhadap Pendidikan Agama Islam

Dalam paradigma pendidikan Islam, anak merupakan orang yang

belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang

masih perlu dikembangkan. Di sini, peserta didik (anak) merupakan makhluk

Allah yang memiliki fitrah, baik jasmani maupun rohani yang belum

mencapai taraf kematangan, baik bentuk, ukuran maupun perimbangan pada

bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki

kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.

Dengan demikian, anak merupakan subjek dan objek pendidikan yang

memerlukan bimbingan orang lain untuk membantu mengarahkan,

mengembangkan dan membimbing potensi yang dimilikinya menuju ke arah

kedewasaan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Dalam surat al-Nahl

ayat 78 sebagai berikut:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu apapun dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (QS. al-Nahl: 78)36

Ayat di atas secara tegas menjelaskan keadaan anak manusia yang

dikeluarkan dari rahim ibunya dalam keadaan yang lemah dan tidak

mengetahui apapun. Kemudian oleh Allah dianugerahkan potensi berupa

pendengaran, penglihatan dan hati. Potensi-potensi yang dianugerahkan Allah

tidak akan berguna dengan baik tanpa ditumbuhkembangkan agar dapat

dioptimalkan dengan sebaik-baiknya melalui pendidikan.

Pendidikan anak pada dasarnya adalah suatu usaha sadar yang

dilakukan oleh orang dewasa/pendidik dalam rangka membantu,

membimbing, memelihara dan menumbuhkembangkan potensi dan sumber

daya insani yang telah ada pada diri anak sejak kecil mulai masa awal

pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga dapat memperluas dan

meningkatkan intelektual, pengenalan kehidupan (lingkungan sosial dan

36

Sooenarjo dkk, al-Qur’an dan terjemahnya, (Semarang: Toha Putra,1989), h. 413

Page 61: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

49

kepercayaan diri), sehingga dapat membentuk kepribadian mereka menjadi

insan kamil sesuai dengan norma-norma Islam.

Di sinilah pendidikan Islam memainkan peranannya dalam rangka

membantu mengembangkan potensi-potensi tersebut untuk dapat

dioptimalkan dengan sebaik mungkin. Karena pendidikan merupakan bagian

dari kehidupan manusia, maka mutlak diperlukan.

Berkaitan dengan hal ini, Zakiah Daradjat sendiri mengatakan, bahwa

kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya ia akan kurang bermakna

dalam kehidupan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan dan pengembangan

itu senantiasa dalam usaha dan kegiatan pendidikan. Dengan pendidikan dan

pengajaran potensi itu dapat berkembang manusia. Meskipun anak yang

dilahirkan itu seperti kertas putih bersih, bersih belum berisi apa-apa dan

meskipun ia lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri.

Namun perkembangan itu tidak akan maju, kalau tidak melalui proses

tertentu, yaitu proses pendidikan. Kewajiban mengembangkan potensi itu

merupakan beban dan tanggung jawab manusia kepada Allah. Kemungkinan

pengembangan potensi itu mempunyai arti, bahwa manusia mungkin dididik,

sekaligus mungkin pula bahwa suatu saat ia akan mendidik.37

Berkaitan dengan menumbuhkan minat anak terhadap pendidikan

agama Islam, Zakiah Daradjat menjelaskan, bahwa latihan-latihan keagamaan

hendaklah dilakukan sedemikian rupa, sehingga menumbuhkan nilai-nilai

dan rasa aman, karena mempunyai nilai-nilai tersebut sangat diperlukan

dalam pertumbuhan kepribadian anak. 38

Hal ini terjadi, karena agama mengambil bentuk dalam bentuk tingkah

laku beragama, tetapi bukan tingkah laku khusus yang telah ditetapkan agama

seperti dalam dimensi praktek agama melainkan menunjukkan pengaruh

agama seseorang pada segi kehidupan seseorang di luar agama.39

37

Zakiah Daradjat, Op cit, h. 17 38

Raymon F. Paloutizian, Invitation to The Psychology of Religion, (Boston: Allyin and Bacon, 1996), h. 20

39 Ibid, h. 20

Page 62: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

50

Apabila latihan-latihan agama dilalaikan pada waktu kecil atau

diberikan dengan cara yang kaku, salah atau tidak cocok dengan anak, maka

waktu dewasa nanti, ia akan cenderung kepada atheis atau kurang peduli

terhadap agama atau kurang merasakan pentingnya agama bagi dirinya. Dan

sebaliknya, semakin banyak di anak mendapat latihan-latihan keagamaan

waktu kecil, sewaktu dewasanya nanti akan semakin terasa kebutuhannya

kepada agama (merasa butuh kepadanya).

Zakiah menambahkan, bahwa kepercayaan anak tumbuh melalui

latihan-latihan dan didikan yang diterimanya dalam lingkungannya. Biasanya

kepercayaan itu berdasarkan konsepsi-konsepsi yang nyata, misalnya cara

berfikir tentang Tuhan, surga, neraka, malaikat, jin dan sebagainya adalah

dalam bentuk atau gambaran yang pernah dilihatnya atau didengarnya. Hal

ini nanti akan berubah setelah pengertian dan pengalamannya sehari-hari

dalam bermacam-macaam kesempatan makin banyak dan bertambah luas.

Perkembangan pengertian anak-anak tentang agama sejalan dengan

pertumbuhan kecerdasan yang dilaluinya.40

Dari uraian di atas jelas, bahwa untuk menumbuhkan minat anak

terhadap pendidikan agama Islam pada dasarnya dapat dibentuk sejak anak

kecil yang dilakukan dengan latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan

yang bersifat agamis yang telah ditanamkan orang tua dalam keluarga,

bahkan di sekolah dan masyarakatnya. Oleh karena itu, semakin banyak

pengalaman kegamaan yang diperoleh anak, maka semakin mantap jiwa

agamisnya yang tercermin dalam sikap, tindakan dan kelakuannya.

5. Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Minat Anak Terhadap Pendidikan

Agama Islam

Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan

dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan

yang pertama (masa anak) dari umur 0-6 tahun. Seorang anak yang pada

masa anak itu tidak mendapat pendidikan agama dan tidak pula mempunyai

40

Zakiah Daradjat, Loc cit

Page 63: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

51

pengalaman keagamaan, maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung

kepada sikap negatif terhadap agama. Oleh karena itu, menurut Zakiah

Daradjat berpendapat:

Seyogyanya agama masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan

pertumbuhan pribadinya, yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu, sejak dalam

kandungan. Karena dalam pengamatan ahli jiwa terhadap orang- orang yang

mengalami kesukaran kejiwaan, tampak bahwa keadaan dan sikap orang tua

ketika si anak dalam kandungan telah mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan jiwa si anak di kemudian hari.41

Zakiah menambahkan, bahwa pada umumnya agama seseorang

ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya

pada masa kecilnya dulu (masa anak-anak). Seseorang yang pada kecilnya

tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti,

ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya.

Lain halnya dengan orang yang di waktu kecilnya mempunyai

pengalaman-pengalaman agama, misalnya bapak ibunya orang yang tahu

beragama, lingkungan sosialnya dan kawan-kawannya juga hidup

menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama, secara sengaja

di rumah, sekolah dan masyarakat, maka orang-orang itu dengan sendirinya

mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama,

terbiasa menjalankan ibadah, takut melanggar larangan-larangan agama dan

dapat merasakan nikmatnya hidup beragama.42

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, dalam menumbuhkan minat

pendidikan agama Islam pada anak adalah tanggung jawab keluarga,

khususnya kedua orang tuanya. Keluarga adalah awal lingkungan

pertumbuhan dan perkembangan keagamaan anak. Keterikatan anak dengan

orang tuanya ini dapat dilihat dari peran orang tua sebagai satu- satunya

rujukan moral dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hilangnya

wibawa orang tua sebagai pengendali moral anak juga bisa terjadi, manakala

suasana kehidupan di keluarga tidak tentram, orang tua sering bertengkar

dihadapan anak, atau karena faktor lain yang biasanya berpangkal dari

41

Zakiah Daradjat, op cit, h. 58-59 42

Ibid, h 35

Page 64: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

52

kehancuran rumah tangga. Dalam suasana seperti ini, anak sering

memperhatikan sikap orang tua, baik dalam bertindak, berbuat dan berkata.43

Melihat pengalaman keagamaan yang dilalui anak dalam lingkungan

keluarga memiliki pengaruh dan kesan yang mendalam pada diri anak, maka

perlu diciptakan suasana rumah tangga yang dapat menunjang terbentuknya

anak yang agamis dan berkepribadian Islam. Pendidikan agama akan

mempunyai kesan yang mendalam jika dilaksanakan melalui latihan-latihan

dan membiasakan hidup sebagai anak yang taat beragama.

Dari sini, orang tua memegang peranan yang penting dan sangat

berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir,

ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai

ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya. Apabila ibu itu

menjalankan tugasnya dengan baik, pengaruh ayah terhadap anaknya besar

pula. Di mata anaknya ia seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di

antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya

sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya.44

Anak mulai mengenal Tuhan melalui orang tua dan lingkungan

keluarganya. Kata-kata, sikap, tindakan dan perbuatan orang tua, sangat

mempengaruhi perkembangan agama pada anak. Sebelum anak dapat bicara,

dia telah dapat melihat dan mendengar kata-kata, yang barangkali belum

mempunyai arti apa-apa baginya. Namun pertumbuhan agama telah mulai

ketika itu. Kata "Allah" akan mempunyai arti sendiri bagi anak, sesuai dengan

pengamatannya terhadap orang tuanya ketika mengucapkannya. Allah akan

berarti Maha Kuasa, Maha Penyayang atau lainnya, sesuai dengan hubungan

kata "Allah" itu dengan air muka dan sikap orang tua ketika menyebutnya.

Kata "Allah" yang tadinya tidak mempunyai arti apa-apa bagi anak, mulai

mempunyai makna sesuai dengan apa yang ditanggapinya dari orang tuanya.

Demikianlah seterusnya terhadap semua sikap, tindakan dan cara hidup orang

tua yang dialami oleh anak dalam umur-umurnya yang pertama itu.

43 Zakiah Daradjat, op cit, h. 70

44 Zakiah Daradjat, op cit, h. 35

Page 65: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

53

Anak menerima saja apa yang dikatakan oleh orang tua kepadanya.

Dia belum mempunyai kemampuan untuk memikirkan kata itu. Bagi si anak

orang tuanya adalah benar, berkuasa, pandai dan menentukan. Oleh karena itu

maka pertumbuhan agama pada anak tidak sama antara satu dengan yang lain,

karena tergantung kepada orang tuanya sendiri.

Hubungan anak dengan orang tuanya, mempunyai pengaruh dalam

perkembangan agama si anak. Si anak yang merasakan adanya hubungan

hangat dengan orang tuanya, merasa bahwa ia disayangi dan dilindungi serta

mendapat perlakuan yang baik, biasanya akan mudah menerima dan

mengikuti kebiasaan orang tuanya dan selanjutnya akan cenderung kepada

agama. Akan tetapi hubungan yang kurang serasi, penuh ketakutan dan

kecemasan, akan menyebabkan sukarnya perkembangan agama pada anak.45

Dengan penonjolan sifat-sifat Tuhan yang memberi keamanan jiwa

anak, misalnya pengasih, penyayang, menolong, melindungi, dan sebagainya

akan membantu perkembangannya sikap positif anak kepada Tuhan, jangan

sampai menonjolkan segi-segi yang menakutkan, misalnya azab kubur, siksa

neraka dan sebagainya, yang pada umur ini anak harus didekatkan kepada

Tuhan, jangan sampai tertanam dalam jiwanya rasa takut yang mengerikan

terhadap Tuhan dan siksa-Nya. Karena rasa takut yang demikian itu, akan

menyebabkannya nanti pada umur remaja, berbalik menjadi tidak takut dan

ingin melepaskan diri dari yang menakutkan itu dengan jalan menghindari

agama. Di samping itu, perlu pula diingat bahwa naak-anak sampai umur 12

tahun, belum mampu berfikir abstrak (ma’nawi), oleh karena itu agama harus

diberikan dalam jangkauannya, yaitu dalam kehidupan nyata. Di sinilah letak

pentingnya pembiasaan-pembiasaan dalam pendidikan pada umumnya dan

pendidikan agama khususnya.46

Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga

merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak

menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginan dan

45

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 59 46

Ibid.

Page 66: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

54

dorongan-dorongan yang timbul. Karena keyakinan terhadap agama yang

menjadi bagian dari kepribadian itu, akan mengatur sikap dan tingkah laku

seseorang secara otomatis dari dalam. Ia tidak mau mengambil hak orang atau

menyelewengkan sesuatu, bukan karena ia takut akan kemungkinan ketahuan

dan hukuman pemerintah atau masyarakat, akan tetapi ia takut akan

kemarahan dan kehilangan ridla Allah yang dipercayainya itu. Ia akan bekerja

giat untuk kepentingan sosial, negara dan bangsa, bukan karena ia ingin

dipuji, diberi penghargaan atau dinaikkan pangkatnya, akan tetapi karena

keyakinan agamanya menganjurkan demikian. Jika ia menjadi seorang ibu

atau bapak di rumah tangga, ia merasa terdorong untuk membesarkan anak-

anaknya dengan pendidikan dan asuhan yang diridhai oleh Allah. Ia tidak

akan membiarkan anak-anaknya melakukan perbuatan-perbuatan yang

melanggar hukum atau susila.47

Bagi orang yang menjalankan agamanya, praktek-praktek yang

merugikan orang lain dan negara itu akan dijauhinya, karena ia merasa

terdorong oleh keyakinannya untuk menghindari semua hal-hal yang dilarang

oleh agama.48

Dengan demikian, Zakiah Daradjat menyadari pentingnya

pembentukan kepribadian. Karena pembentukan kepribadian terjadi dalam

masa yang sangat panjang, mulai dalam kandungan sampai umur kurang

lebih 21 tahun. Sehingga pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan

pembinaan keimanan dan akhlak".49

Secara umum pakar kejiwaan berpendapat bahwa kepribadian

merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap

perilaku seseorang. Apabila kepribadian anak kuat, maka sikapnya akan

tegas, tidak mudah terpengaruh oleh bujukan dari faktor-faktor yang datang

dari luar, serta ia bertanggungjawab atas ucapan dan perbuatannya. Dan

47

Zakiah Daradjat, op cit, h. 56 48

Ibid, h. 59 49

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h 62

Page 67: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

55

sebaliknya, apabila kepribadian anak itu lemah, maka ia mudah terombang-

ambing oleh berbagai faktor dan pengaruh dari luar.50

Dari uraian di atas jelas, bahwa orang tua bertanggung jawab terhadap

pendidikan agama Islam bagi anak dalam keluarga. Orang tua harus dapat

menjadi suri tauladan yang baik pada anak-anaknya, sehingga penanaman

nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan oleh orang tua kepada anak, baik

menyangkut masalah ibadah maupun moral dapat tertanam dengan baik,

sehingga anak memiliki kepribadian yang kuat, beriman, bertakwa dan

berakhlak mulia.

6. Pembentukan Sifat-Sifat Terpuji

Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari Iman. Iman

merupakan pengakuan hati, dan akhlak adalah pantulan Iman itu pada

perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak adalah

bukti keimanan dalam perbuatan, yang dilakukan dalam kesadaran dan karena

Allah semata.

Tidak adanya perhatian terhadap Tuhan pada anak adalah karena ia

belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya ke sana, baik

pengalaman yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan. Akan tetapi,

setelah ia menyaksikan reaksi orang-orang disekelilingnya yang disertai oleh

emosi atau perasaan tertentu, maka timbullah pengalaman tertentu, yang

makin lama makin luas dan mulailah perhatiannya terhadap kata Tuhan itu

"tumbuh". Biasanya pengalaman itu pada mulanya tidak menyenangkan

karena merupakan ancaman bagi integritas kepribadiannya. Karena itulah,

maka perhatian anak-anak tentang Tuhan pada permulaan merupakan sumber

kegelisahaan atau ketidaksenangannya. Itulah sebabnya, maka anak-anak itu

sering menanyakan tentang dzat, tempat dan perbuatan Tuhan dan pertanyaan

lain yang bertujuan untuk mengurangkan kegelisahan. Lalu timbullah sesudah

itu keinginan untuk menentangnya atau mengingkarinya.51

50

Ibid. 51

Ibid, h. 36

Page 68: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

56

Dari uraian di atas jelas, bahwa agama memiliki peranan yang penting

dalam memberikan bimbingan dalam hidup manusia. Agama mengakui

adanya dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan yang perlu dipenuhi

oleh tiap-tiap individu. Orang ingin punya harta, punya pangkat untuk

menjamin rasa aman dan rasa harga dirinya, bahkan yang terpenting

menjamin kebutuhan jasmaninya akan makan dan minum. Namun dalam

memenuhi semua kebutuhan itu ada ketentuan-ketentuan agama yang akan

memelihara orang agar jangan sampai jatuh kepada kesusahan dan

kegelisahan yang mengganggu ketentraman batin.

Dalam kehidupan duniawi, orang merasa lega apabila dia merasa

dibimbing dan diberi hidayah adalah oleh Allah. Sebaliknya, kehidupan yang

jauh dari petunjuk dan bimbingan Allah, menjadi manusia gelisah, terbentur

dan tersendat-sendat dalam menjalani kehidupannya.52

Orang tersebut

biasanya bimbang dan ragu, yang dalam istilah kejiwaan disebut mudah

terjatuh pada konflik batin.

a. Menghayati Al-Akhlakul Mahmudah

Akhlakul Mahmudah adalah nama lain dari akhlak terpuji, semua

perilaku baik dan di ridhai oleh Allah. Maka selayaknyalah sebagai manusia

kita menghayati dengan sebenarnya arti dari Akhlakul Mahmudah tersebut.

Memahami sesuatu belum tentu disebut dengan menghayatinya. Pemahaman

terhadap Akhlakul Mahmudah berarti segala sesuatu tentang Akhlakul

Mahmudah sudah jelas baiknya dimiliki oleh setiap orang. Namun

pemahaman tersebut barulah terjadi dalam pikiran dan belum tentu meresap

ke dalam hati dan perasaan.

Menghayati sesuatu berarti menjadikannya bagian dari

kepribadiannya, menyatu dan tidak terpisahkan lagi. Jadi menghayati

Akhlakul Mahmudah, berarti semua bentuk darinya telah diketahui dan

menjadi bagian dari kepribadiannya dan tidak terpisahkan lagi. Yang mana

52

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, op cit, h 69

Page 69: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

57

selanjutnya akan menjadi pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap akan

dipengaruhi oleh sesuatu yang telah dihayati tersebut.53

b. Penerapan Al-Akhlakul Mahmudah

Menerapkan Akhlakul Mahmudah dalam kehidupan sehari-hari,

terutama bagi para pendidik amat penting, sebab penampilan, perkataan,

akhlak dan apa saja yang terdapat dalam dirinya dilihat, didengar dan

diketahui oleh para anak didik, akan mereka tirukan dan akan mempengaruhi

pembentukan dan pembinaan akhlak mereka. Oleh karena iu seyogyanya

setiap pendidik menyadari bahwa peranan dan pengaruhnya terhadap anak

didiknya amat penting.

7. Perkembangan Anak (0-6 tahun)

Pendidikan agama, dalam arti pembinaan kepribadian sebenarnya

telah dimulai sejak pertama kali si anak lahir ke dunia, bahkan sejak didalam

kandungan, keadaan orang tua mempengaruhi keadaan jiwa anak yang akan

lahir nanti, hal ini banyak terbukti dalam perawatan jiwa. Memang diakui

bahwa penelitian terhadap mental janin yang dalam kandungan berpengaruh

terhadap jiwa sang anak.54

Pendidikan anak dalam keluarga sebelum masa sekolah terjadi secara

tidak formal. Pendidikan agama pada umur ini melalui semua pengalaman

ana, baik melalui ucapan yang didengarnya, tindakan, perbuatan yang

dilihatnya, maupun perlakuan yang dirasakannya. Oleh karena itu, keadaan

orang tua dalam kehidupan mereka sehari-hari mempunyai pengaruh yang

sangat besar sekali dalam pembinaan kepribadian anak, karena pada tahun-

tahun pertama dari pertumbuhan itu, si anak belum mampu berpikir, dan

belum mampu memahami kata-kata yang abstrak. Akan tetapi mereka dapat

merasakan sikap, tindakan dan perasaan orang tua.55

Anak mulai mengenal

tuhan dan agama melalui orang-orang di sekitarnya, jika mereka lahir dan

53

Ibid, h 71 54

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang), cet ke-17, h. 126 55

Ibid.

Page 70: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

58

dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang beragama, mereka akan

mendapat pengalaman agama itu melalui ucapan, tindakan dan perlakuan.

Pertumbuhan anak pada masa ini masih terkait kepada alat indranya.

Maka dapat dikatakan bahwa anak pada usia ini berpikir secara inderawi.

Artinya anak belum mampu memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Oleh

karena itu pendidikan, pembinaan iman dan takwa pada anak, belum dapat

menggunakan kata-kata(verbal), akan tetapi diperlukan contoh, teladan dan

pembiasaan yang terlaksana didalam keluarga sesuai dengan pertumbuhan

dan perkembangan anak, yang terjadi secara alamiah.56

Pada masa ini anak sangat sensitif, ia dapat merasakan apa yang

terkandung dalam hati ibu dan bapaknya, seringkali ia ingin memonopoli

ibunya, dan sangat membutuhkan kasih sayang ibu yang sungguh-sungguh.

Seringkali menirukan apa yang terlihat menggembirakan, karena masa

kanak-kanak adalah masa yang sangat sensitif dan masa menirukan maka

pendidikan yang ia terima haruslah berupa menanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik, kebiasaan-kebiasaan tersebut bersifat paksaan yang mengikat,

tetapi harus dikemas dengan cara-cara yang menimbulkan rasa keiinginan

pada sang anak.57

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwasannya

perkembangan anak usia 0-6 tahun sangat tergantung kepada perilaku orang

tua, karena sang anak pada usia tersebut hanya dpat menirukan apa yang

terjadi di sekitar lingkungannya, baik dari ucapan, perbuatan, tingkah laku

dan penglihatannya.

56

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, op cit, h. 57 57

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta:Toko Gunung Agung), cet. Ke-21, h. 100

Page 71: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setiap pengalaman yang didapat oleh anak baik melalui penglihatan,

pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menetukan

perkembangan kepribadian mereka. Keluarga menjadi titik utama dan

memiliki posisi yang paling penting dalam menanamkan nilai-nilai

pendidikan khususnya pendidikan Islam, orang tua menjadi srana yang utama

dan pertama dalam proses pendidikan dalam keluarga kepada setiap anggota

keluarganya (anak-anak), maka dari itu demi tercapainya tujuan pendidikan

Islam, orang tua selaku sekolah pertama bagi anak haruslah mendidik anak-

anaknya sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Pendidikan menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah pembentukan

kepribadian, pendidikan Islam ini telah banyak ditujukan kepada perbaikan

sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai petunjuk

ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi

juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman

dan pendidikan amal.

konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Zakiah

Daradjat adalah bahwa lingkungan keluarga merupakan awal pendidikan

dalam menanamkan nilai-nilai Islam pada anak. Yaitu menanamkan nilai-

nilai akidah pada anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai

akhlak pada anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh berkembang

dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu

menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.

Maka dari itu keluarga menjadi tumpuan utama sekaligus menjadi

ujung tombak dalam mempersiapkan generasi muda yang berkualitas

berpendidikan, bertanggung jawab, bermoral dan berbudi luhur demi

terciptanya masa depan bangsa yang lebih baik.

Page 72: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

60

B. Saran

Setelah melakukan penelitian dan analisa tersebut, maka penulis dapat

beberapa saran antara lain:

1. Untuk setiap elemen dalam keluarga khusunya orang tua, sudah

semestinya memberikan usaha se-optimal mungkin dalam membangun

keluarga yang Islami, terutama dalam menanamkan nilai-nila pendidikan

Islam kepada anak mereka sedini mungkin, dan sudah seharusnya agar

kedua orang tua menjadi suri tauladan yang baik bagi keluarganya, agar

terciptanya keluarga yang sakinah.

2. Bagi orang tua sebagai pendidikan yang pertama dan utama bagi keluarga

(anak-anaknya), hendaknya dapat mengawasi, membimbing mereka agar

senantiasa terjaga dalam lindungan Agama, dan agar mempersiapkan

mereka agar bisa menjadi kebanggan bagi keluarga, bangsa dan negara.

3. Tri Pusat penidikan, yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat, hendaknya

saling bekerja sama dalam hal mendidik anak, dan apabila ketiga lembaga

tersebut dapat saling bekerja sama dengan baik, niscaya akan terciptanya

generasi-generasi emas dimasa selanjutnya, karena anak hari ini adalah

pemuda di masa depan, dan kualitas pemuda-lah yang menentukan kualitas

suatu bangsa.

Page 73: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

61

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press, 2005. cet

1.

----------, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, Jakarta:Penerbit

Suara Adi, cet. I.

----------, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:

Ciputat Press, 2002, cet. I.

An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan

Masyarakat, Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 1996.

Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Pustaka,1984.

Arifin, Muzain, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:PT. Bumi Aksara,2009,

cet, 4.

Al-Hasan, Yusuf Muhammad, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta:

Yayasan Al-Sofwa, 1997, Cet. 1.

Ali, Heri Nur, Ilmu Pendidikan Islam, ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu,

1999, cet. Ke-2.

Ash-Siddiqy, Hasbi, Teuku Muhammad Zulfikar,(darussalam).

Burhanudin, Jajat, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2002)

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : 2014, Bumi Aksara.

Page 74: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

62

----------, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV.

Ruhama, 1995, Cet. II.

----------, Kepribadian Guru, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005, h. 3

----------, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2009, Cet. 17.

----------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1996, cet. II.

----------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, cet, I.

----------, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung,1995, cet. Ke-21.

----------, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung

Agung,

----------, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan

Bintang,1977.

----------, Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas, Jakarta:

Lgos Wacana Ilmu,1999.

----------, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

----------, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1995.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Djumransjah, Pendidikan Islam Menggali Tradisi Mengukuhkan Eksistensi,

Malang: UIN Malang Press, 2007, Cet. 1.

F. Palutizian, Raymon, Invitation to The Psychology of Religion, Boston:

Allyin and Bacon, 1996.

Page 75: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

63

Fuaduddin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, Jakarta: Lembaga

Kajian Agama dan Jender, 1999.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada,2006.

Kartono, Kartini, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung:

Mandar Maju, 1995.

Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press, 2001, Cet. 3.

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra. 1995.

Mubarak, Ahmad, Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah Hingga

Keluarga Bangsa, Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara, 2005, Cet. 1.

Mufidah Ch, Psikologi Keluarga dalam Berwawasan Gender, Malang :UIN

Malang Press, 2008, cet. I.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah dan Perguruan Tinggi, ,Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007.

Nata, Abuddin, Pendidikan Dalam Persperktif al-Qur’an, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005, Cet. 1.

----------, dan Fauzan, Pendidikan Dalam Persperktif Hadits, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2005, Cet. 1.

----------, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Page 76: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

64

----------, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001,

cet. 4.

Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan islam,

Jakarta: Media Gaya Pratama,2001, cet. 1.

----------, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet. 1,

Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta: KALAM

MULIA, 1987.

Satioso, Catur Welli, Konsep Pendidikan Agama pada Anak (usia 6-12

tahun) Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, (Ciputat:Repository

UINJKT, 2013)

Sooenarjo dkk, al-Qur’an dan terjemahnya, Semarang: Toha Putra,1989.

Sujanto, Agus dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Bumi Aksara, 1999

Cet. 8.

Sahli, Mahfudlii, Menuju Rumah Tangga Harmonis, Pekalongan: PT.

Bahagia, 1994, Cet. 6.

Tim Penerbitan Buku 70 Tahun Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Perkembangan

Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia 70 tahun

Prof.Dr. Zakiah Daradjat, Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu dengan

Pusat penelitian IAIN Syarif Hidayatullah, 1999.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Jakarta : Sinar Grafika,2004.

Page 77: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37504/2/TAUFIK... · Bina Rena Pariwara, 2005), Cet. 1, h.152. 4. Yusuf Muhammad Al-Hasan,

65

Yasin, A Fatah, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, Malang: UIN Malang

Press, 2008.

Zarkasyi, Abdullah Syukri, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan

Pesantren, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005, ed 1.