konsep-kbk

download konsep-kbk

If you can't read please download the document

description

kbk

Transcript of konsep-kbk

ANTARA PENDIDIDKAN DAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

4

BAB I

PENDIDIKAN DAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)

A. Mengapa Harus KBK?

Pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan sumber daya insani guna mendorong laju pembangunan nasional suatu bangsa. Pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa merupakan hal yang sangat penting dan selalu menuntut adanya inovasi. Tidak akan ada kemajuan pendidikan tanpa inovasi. Pembaharuan pendidikan yang membawa ke arah kesuksesan memerlukan inovasi. Melalui inovasi akan diperoleh berbagai penemuan mengenai mengapa, kapan, apa, dan bagaimana masyarakat lebih mudah belajar dengan metode-metode belajar yang baru, cara-cara belajar keterampilan dasar yang lebih baik, cara-cara mengelola sumber-sumber belajar, dan sebagainya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan globalisasi secara bersama-sama telah mengakibatkan persaingan yang makin ketat tentang perlunya penyediaan sumber daya insani unggul. Untuk dapat mempertahankan daya saingnya, sumber daya insani juga perlu terus meningkatkan kemampuannya. Sumber daya paling pokok dalam perekonomian modern adalah ilmu pengetahuan; dan untuk itu proses belajar pada diri setiap orang menjadi hal yang paling penting untuk dilakukan. Usaha pembangunan nasional suatu negara harus disertai hasrat belajar yang tinggi dari setiap warga negaranya. Hasrat belajar mencakup juga keinginan untuk meningkatkan atau mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah ada dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya insani.Untuk dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan seperti yang menjadi tuntutan globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, maka pendidikan pada umumnya dan pendidikan tinggi pada khususnya perlu melakukan perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pendidikannya. Penyelenggaraan pendidikan harus benar-benar mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing. Oleh karenanya, program pendidikan harus memiliki ciri-ciri: (1) menekankan dihasilkannya lulusan dengan kompetensi tertentu, (2) menekankan perlu dikuasainya pengalaman klinis maupun pengalaman lapangan dari setiap kompetensi, (3) penggunaan sumberdaya secara bersama (resource sharing), (4) dilakukannya evaluasi proses dan hasil, (5) menggunakan pendekatan belajar tuntas, evaluasi menggunakan acuan patokan. Program pendidikan dengan ciri-ciri seperti disebutkan di atas menuntut tanggung jawab para dosen untuk memberikan kesempatan, fasilitas, dan motivasi agar setiap mahasiswa belajar sampai berhasil mencapai kompetensi yang telah ditargetkan. Program pendidikan seperti itu disebut sebagai pendidikan berbasis kompetensi (competency-based education) atau lebih populer dengan istilah pendidikan dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yaitu pendidikan yang menekankan pencapaian kompetensi tertentu bagi para mahasiswanya. KBK sebagai rujukan yang menekankan pencapaian kompetensi tertentu bagi para lulusan yang harus disesuaikan dengan kebutuhan calon pemakainya sudah barang tentu akan berimplikasi dijadikannya capaian kompetensi-kompetensi tersebut sebagai ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan oleh sebuah perguruan tinggi. Implikasi lainnya adalah pada tataran kebijakan manajemen dan penciptaan atmosfer di perguruan tinggi yang harus pula mendukung implementasi dari KBK.

Desentralisasi pengelolaan pendidikan mengisyaratkan penyempurnaan kuriku-lum yang mengacu pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional dan pasal 35:1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan. Juga tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara maju lainnya.

Sesuai dengan Rencana Pengembangan Universitas Sebelas Maret (2007-2015) yang merupakan penjabaran rencana strategis Depdiknas, telah mencanangkan visinya yakni, World Class University. Untuk merealisasikan visi tersebut, maka diper-lukan berbagai langkah nyata yang tertuang dalam berbagai program/kebijakan yang dapat dijadikan acuan. Salah satunya adalah Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi.Kewenangan institusi/fakultas, yakni jurusan/program studi dalam mengelola kurikulum diwujudkan pada perencanaan kurikulum dan pengembangan silabus serta pelaksanaannya dengan penjabaran kurikulum nasional. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan mahasiswa dan pemakai jasa/lulusan perguruan tinggi (stakeholders).Suatu institusi (fakultas, jurusan/program studi) dikatakan mampu mengelola kurikulum bila ada kehendak yang baik (independent will) untuk maju serta iklim organisasi yang mendukungnya.

B. Kompetensi: Dasar Acuan Program Pendidikan

Kompetensi perlu dimaknai dengan jelas seiring dengan perkembangan zaman. Pada masa sekarang, sumber informasi semakin melimpah, cepat, dan mudah diperoleh, pemilikan kompetensi menjadi suatu keharusan untuk menyesuaikan dengan perubahan.Dengan kompetensi sebagai acuan program pendidikan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, maka keberhasilan sebuah perguruan tinggi tidak lagi semata-mata hanya diukur dari sudut pandang indeks prestasi, predikat kelulusan, atau lama studi dari para lulusannya. Ukuran-ukuran seperti itu cenderung bersifat sepihak. Ukuran-ukuran seperti itu masih tetap dapat dipakai, namun harus dilengkapi dengan ukuran lain, yakni apakah para lulusan kompeten atau tidak di bidangnya yang dilihat dalam kehidupan nyata dan dinilai oleh masyarakat secara umum, khususnya para pengguna lulusan tersebut. Ukuran kompeten atau tidak bukan hanya ditetapkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan, melainkan juga oleh masyarakat pengguna lulusan.Untuk lebih memahami kompetensi sebagai dasar acuan program pendidikan, berikut ini dipaparkan beberapa definisi kompetensi beserta pendalamannya. Kompetensi didefinisikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. ( Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002). Dari definisi ini, yang diberi hak untuk menilai apakah seorang lulusan dikatakan telah berhasil menguasai suatu kompetensi adalah masyarakat. Konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah perlunya memperhatikan market signal melalui proses need assessment dalam menetapkan kompetensi lulusan yang akan dijadikan acuan dalam penyelenggaraan program pendidikan di perguruan tinggi. Beberapa definisi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah seperti berikut: Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan yang harus dikuasai yang harus menjadi bagian dari diri seseorang sehingga ia dapat menampilkannya dalam perilaku kognitif, afektif, dan psikhomotorik dengan rasa puas, yang dalam program pendidikan hal ini dinyatakan sebagai tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai.Kompetensi adalah suatu pernyataan yang mendeskripsikan suatu tampilan yang dapat diamati yang merupakan gabungan dari sejumlah keterampilan tertentu. Kompetensi adalah suatu karakteristik mendasar pada diri seseorang terkait dengan tampilan dengan standar keunggulan dalam suatu tugas atau situasi. Selanjutnya kompetensi terdapat lima kandungan ciri, yaitu: (a) motif: dorongan untuk melakukan suatu tindakan; (b) sifat/ciri bawaan: tanggapan yang secara konsisten muncul atas stimulus tertentu; (c) konsep diri yang mencakup: sikap, nilai-nilai, dan citra diri; (d) pengetahuan: informasi yang dimiliki pada bidang tertentu; dan (e) keterampilan: kemampuan dalam menampilkan tugas-tugas tertentu baik secara pisik maupun mental dan tidak semua kandungan ciri tersebut mudah untuk dikembangkan.Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas, 2002). Menurut Burke (1995), being able to perform whole work roles, to the standards expected in employment in real working environment. Definisi tersebut mengindikasikan tiga kriteria kompetensi: (a) mampu melaksanakan keseluruhan tugas-tugas dari suatu pekerjaan, lebih daripada memiliki keterampilan atau tugas-tugas pekerjaan yang sifatnya spesifik; (b) sesuai dengan standar yang diharapkan dalam pekerjaan; dan (c) dalam pekerjaan nyata yang memberi tekanan dan berkaitan dengan seluruh pekerjaan dan variasi-variasi pekerjaan yang sebenarnya.Dari laporan SCANS (1991) mengidentifikasi lima kompetensi dan 3 (tiga) bagian dasar keterampilan dari kualitas seseorang untuk dapat menangani pekerjaan, yaitu: (a) resources: identified, plans, and allocates resources; (b) interpersonal: works well with others; (c) information: acquires and uses information; (d) systems: understands complex interrelationships; (e) technology: works with a variety of technology. Tiga keterampilan dasar terdiri atas: (a) basic skill: reads, writes, performs arthmetic and mathematical operations, listens, and speaks effectively; (b) thinking skills: thinks creatively, make decisions, solves problems, visualizes, knows how to learn, and reasons; dan (c) personal qualities: displays responsibilities, self-esteem, sociability, self management, integrity, and honesty.

Kompetensi dapat diklasifikasikan menjadi karakteristik dasar yang terdiri dari keterampilan, pengetahuan serta atribut personal lainnya yang mampu membedakan seseorang itu perform dan tidak perform; hubungan sebab-akibat, dan acuan kriteria. a) Karakteristik dasar, yakni kompetensi sebagai bagian dari kepribadian individu dan dapat memprediksi perilaku dalam situasi dan tugas, yaitu: (1) motif sebagai dorongan dari diri seseorang secara konsisten untuk melakukan tindakan; (2) sifat/watak, yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi tertentu; (3) konsep diri, yaitu nilai-nilai sikap atau citra diri yang dimiliki individu; (4) pengetahuan, yakni informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; dan (5) keterampilan, yaitu kemampuan untuk melaksanakan tugas secara fisik atau mental. b) Hubungan sebab-akibat, adalah kompetensi yang menyebabkan dan memprediksi perilaku dan kinerja. Kompetensi motif, sifat/watak dan konsep diri dapat meprediksi tindakan perilaku yang pada akhirnya dapat memprediksi hasil kinerja. c) Acuan kriteria, adalah kompetensi paling kritis yang dapat membedakan kompetensi dengan kinerja tinggi atau rata-rata. Dengan demikian, untuk menjadi kompeten, seseorang harus disiapkan secara matang baik pengetahuan dan keterampilan (IQ) yang terlihat lebih nyata maupun konsep diri, sifat/watak, dan motif lebih tersembunyi yang berada pada pusat kepribadian individu (EQ). Perlu dipahami pula bahwa, hubungan antara tujuan pembelajaran umum (goal), kompetensi (competency), sub-kompetensi (sub competency) dan tujuan pembelajaran khusus (objective), perbedaannya hanya terletak pada cakupan dan banyaknya jumlah pernyataannya. Pemahaman tentang keterkaitan antara kompetensi dan tujuan pembelajaran akan memudahkan dalam perumusan kompetensi yang memang pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan cara-cara perumusan tujuan pembelajaran.