Konsep Hospitalisasi Pada Anak

19

Transcript of Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Page 1: Konsep Hospitalisasi Pada Anak
Page 2: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat izinnya

penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan anak Yang merupakan salah satu syarat untuk

smester eman.Dalam penulisan tugas keperawatan ini penulis banyak mendapatkan peetunjuk

dari berbagai macam buku dan internet.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya, penulis menyadari sepenuhnya

bahwa tugas keperawatan anak ini masih terdapat kekurangan dan penulis mengharapkan

kritikan dan saran berupa masukan demi kesempurnaan tugas ini.

Pada akhir kata penulis mohon ampun kepada Allah SWT, atas kekhilafan dan kekeliruan

yang telah dilakukan selama pembuatan tugas keperawatan ini semoga Allah SWT selalu

memberikan petunjuknya amin.

Bukittinggi,9 Maret 2012

Page 3: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Konsep Hospitalisasi Pada Anak

1. Pengertian Hopitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana

atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan

perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan

orang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan

dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2000). Penyakit dan

hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak

sangat rentang terhadap krisis penyakit dan hispitalisasi kerena stress akibat perubahan

dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan , dan anak memiliki jumlah mekanisme

koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan

stres). Stres utama dari hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, secara tubuh

dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan

mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi.

2. Efek hospitalisasi terhadap anak

Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka masuk,

selama hospitalisasi, dan setelah pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan

lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan

tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi.( carson, Grafley, dan council, 1992 ;

clatworty,simon dan tiedeman, 1999)

a. Faktor resiko individual

Sejumlah faktor resiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stress

hospitalisasi dibandingkan dengan lainnya. Mungkin kerena perpisahan merupakan

masalah penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif

dan bekeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan anak

yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang menerima secara pasif

Page 4: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

semua perubahan dan permintaan, anak ini dapat memerlukan dukungan yang lebih

banyak dari pada anak yang lebih aktif.

b. Perubahan pada populasi pediatrik

Saat ini populasi pediatrik dirumah sakit mengalami perubahan drastis, meskipun

terdapat kecenderungan memendeknya lama rawat. Sifat dan kondisi anak kecenderungan

bahkan mereka aakan mengalami prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat

mereka di hospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang terhadap

dampak emosional dari hospitalisasi dan enyebabkan kebutuhan mereka menjnadi

berbeda. Perhatikan pada tahun-tahun sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlah

pada anak-anak yang tumbuh dirumah sakit ( Britton dan Johnton, 1993 ), rencana

pemulangan menjadi lama karena kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa

perhatian yang khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial dan

perkembangan anak di lingkungan rumah sakit.

3. Dampak Hospitalisasi

Hospitalisasi atau sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak dan keluarga akan

menimbulkan stress dan tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak

dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stres meliputi

psikososial (berpisah dengan orang tua , keluarga lain, teman dan perubahan peran),

fisiologis (kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri), lingkungan

asing (kebiasaan sehari-hari berubah)

Reaksi orang tua , kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,

prosedur, pengobatan dan dampak terhadap masa depan anak, frustasi karena kurang

informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familernya peraturan rumah sakit

Page 5: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

4. Keuntungan Hospitalisasi

Meskipun hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres bagi anak-anak, tetapi

hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari sakit, tetapi

hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan

merasa kompoten dalam kemampuan koping mereka.

5. Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisai Adalah :

1). Perubahan konsep diri.

Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra

tubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri

dan identitasnya.

2). Regresi

Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih

rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.

3). Dependensi

Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

4). Dipersonalisasi

Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis,

tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit

bekerjasama mengatasi masalahnya.

5). Takut dan Ansietas

Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap

penyakitnya.

Page 6: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

6). Kehilangan dan perpisahan

Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang

asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan

pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.

6. Reaksi anak terhadap proses hospitalisasi

Menurut supartini (2002) reaksi anak yang dirawat dirumah sakit sesuai tahapan

perkembangan adalah

a. Masa bayi (0-1 tahun)

Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak perpisahan dengan orang tua

sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang. Pada anak usia

lebih dari enam bulan tejadi stranger anxiety atau cemas apabila, berhadapan dengan orang

yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak usia

ini adalah menangis, marah dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety.

Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasa cemas karena perpisahan dan prilaku yang

ditunjukkan adalah dengan menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan exspresi

wajah yang tidak menyenangkan.

b. Masa toddler (2-3Tahun)

Anak usia toddler biasanya bereaksi terhadap hospitalisasi terhadap sumber stress

yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon prilaku anak sesuai dengan

tahapannya, yaitu tahap proses, putus asa dan pengingkaran. Pada tahap pengingkaran,

prilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua, atau

menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, prilaku yang

ditunjukkan adalah, menangis berurang, anak tidak akatif, kurang menunjukkan minat,

untuk bermain dan makan, sedih, apatis. Pada tahap pengingkaran prilaku yang ditunjukan

adalah secara sama, mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal dan

akan memulai menyukai ligkungan.

Page 7: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Oleh karena adanya pembatasan pergerakannya anak akan kehilangan

kemampuannya untuk mengontrol diri dan akan menjadi tergantung pada lingkungannya.

Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Prilaku

yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan yang invasif seperti

injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit bibir dan memukul.

Walaupun demikian anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikan

rasa nyerinya

c. Masa prasekola (3- 6Tahun)

Perawatan anak dirumah sakit memaksakan untuk berpisah dari lingkungan yang

dirasakannya aman. Penuh kasih sayang dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,

permainan dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan

anak usia pra sekolah ialah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun

secara berlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, perawatan di rumah

sakit juga membuat anak kehilangan kontrol dirinya.

Perawatan anak dirumah sakit juga mengharuskan adanya pemabatasan aktifitas anak

sehingga anak merasa kan kehilangan kekuatan diri. Perawatan anak dirumah sakit sering

diekspresikan anak pra sekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa malu dan takut,

bersalah. Ketakutan anak terhaadap perlukaan, muncul karena anak menganggap atau

tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini

menimbukan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan

mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap perawat dan

ketergantungannya terhadap orang tua.

d. Masa sekolah (6-12 Tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dengan lingkungan yang

dicintainya yaitu keluarga dan kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan.

Kehilangan kontrol dan juga terjadi dirawat di rumah sakit karena adanaya pembatasan

aktifitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak terhadap perubahan peran dalam

keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya, karena ia biasa melakukan kegiatan

Page 8: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan karena adanya kelemahan fisik.

Reaksi terhadap adanya perlakuan fisik atau nyeri yang ditunjukkan ekspresi verbal

maupun non verbal, karena anak sudah mengkontaminasikannya. Anak usia sekolah sudah

mampu mengontrol perlakuan jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan

memegang sesuatu dengan erat.

e. Masa remaja (13-18 Tahun)

Anak usia remaja mengekspresikan perawatan di rumah sakit mengakibatkan

timbulnya perasaaan cemas karena berpisah dengan teman sebayanya. Dan anak remaja

begitu percaya dan sering kali terpengaruh terhadap teman sebayanya. Apabila dirawat di

rumah sakit anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan

itu.

Pembatasan aktifitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol dirinya dan

menjadi tergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang

timbul akibat pembatasan aktifitas ini adalah dengan menolak tindakan dan perawatan

yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif terhadap petugas atau menarik

diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan. Perasaan sakit karena perlakuan

atau pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya menarik diri dari lingkungan,

dan menolak kehadiran orang lain.

7. Respon orang tua terhadap proses hospitalisasi

Respon keluarga yaitu suatu reaksi yang diberikan keluarga terhadap keinginan

untuk menanggapi kebutuhan yang ada pada dirinya (kotler 1988). Perawatan anak

dirumah sakit tidak hanya menimbulkan stress pada orang tua. Orang tua juga merasa ada

sesuatu yang hilang dalam kehidupan keluarganya, dan hal ini juga terlihat bahwa

perawatan anak selama dirawat di rumah sakit lebih banyak menimbulkan stress pada

orang tua dan hal ini telah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Dan

dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di

rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2000) :

Page 9: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Kecemasan,

ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi perasaan was-was,

bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk menghilangkan kecemasan

harus memperkuat respon menghindar. Namun dengan begitu hidup orang itu akan sangat

terbatas setelah beberapa pengalaman yang menyakitkan.

Marah

Dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk gusar, tegang, kesal,

jengkel, dendam, merasa terpaksa dan sebagainya. Ketidakmampuan mengatasi dan

mengenal kemarahannya sering merupakan komponen dari penyesuaian diri dan hal ini

merupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk orang seperti ini, pelatihan ketegasan

dapat membantu : dianjurkan untuk mngungkapkan perasaan marah secara tegas dan jelas

bila perasaan diungkapkan dengan baik, jelas, dan tegas. Bila kita berbagi perasaan maka

hal ini dapat menguatkan relasi, isolasi dan mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orang

yang terlalu banyak dan tidak dapat mengerem luapan amarahnya sehingga mereka

menggangu orang lain.

Sedih

Dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer termasuk susah, putus asa,

iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan sebagainya. Bila kesedihan terlalu lama maka

timbulah tanda-tanda depresi dengan triasnya: rasa sedih, putus asa sehingga timbul

pikiran lebih baik mati saja. Depresi bisa terjadi setelah mengalami kehilangan dari sesuatu

yang sangat disayangi, pengalaman tidak berdaya sering mengakibatkan depresi.

Stressor dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak

jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap

anggota keluarga dan fungsi keluarga (Wong dan Whaley, 1999). Reaksi orang tua

dipengaruhi oleh tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap

sakit dan hospitalisasi, prosedur pengobatan kekuatan ego individu, kemampuan koping,

kebudayaan dan kepercayaan

Page 10: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

8. Respon Saudara Kandung Terhadap Hospitalisai

Org tua pd dasarnya tdk boleh membedakan perlakukan pd anak yg sedang sakit

dan dirawat di RS dgn saudara kandung lainnya di rumah

Selain kehadiran fisik org tua di RS, perhatian dlm bentuk lain mis : uang, makanan

dan hal lain yg berhubungan dgn perw anak di RS menuntut org tua utk

memprioritaskannya dibanding keperluan anak lain

Reaksi yg sering muncul pd saudara kandung (sibling) thd kondisi ini adl : marah,

cemburu, benci dan rasa bersalah.

Marah à jengkel thd org tua yg dinilai tdk memperhatikan

Cemburu à dirasakan orrg tua lbh mementingkan saudaranya yg sedang sakit

Rasa bersalah à anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya

9. Intervensi Keprawatan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi

Upaya meminimalkan stresor :

Upaya meminimalkan stresor dpt dilakukan dgn cara mencegah atau

mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan

mengurangi/ meminimalkan rasa takut thd perlukaan tbh dan rasa nyeri

Utk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dpt dilakukan dgn cara :

1. Melibatkan org tua berperan aktif dlm merawat anak dgn cara membolehkan

mereka tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in)

2. Jika tdk mungkin utk rooming in, beri kesempatan org utk melihat anak

setiap saat dgn maksud mempertahankan kontak antar mereka

Page 11: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

3. Modifikasi rgn perawatan dgn cara membuat situasi rgn rawat perawatan

seperti di rumah, a.l dengan cara membuat dekorasi ruangan yg bernuansa

anak

4. Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah, antara lain dgn memfasilitasi

pertemuan dgn guru, teman sekolah dan membantunya melakukan surat

menyurat dgn siapa saja yg anak inginkan

Utk Meminimalkan Rasa Takut Terhadap Cedera Tubuh Dan Rasa Nyeri Dapat

Dilakukan Dgn Cara :

1. Mempersiapkan psikologis anak dn org tua utk tind prosedur yg menimbulkan

rasa nyeri

2. Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik

anak,,mis : bercerita yg berkaitan dgn tindakan yg akan dilakukan

3. Pertimbangkan utk menghadirkan org tua pada saat anak dilakukan tindakan yg

menimbullan rasa nyeri

4. Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dlm mengurangi rasa takut

akibat prosedur yg menyakitkan.

5. Pada tind pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya

apabila memungkinkan

Memaksimalkan Manfaat Hospitalisasi Anak :

1. Membantu perkembangan org tua dan anak dgn cara memberi kesempatan org tua

mempelajari tumbang anak dan reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw di

RS

2. Hospitalisasi dpt dijadikan media utk belajar org tua. Utk itu perw dpt memberi

kesempatan pd org tua utk belajar ttg peny anak, terapi, perw dsb. sesuai dgn

kapasitas belajar

Page 12: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

3. Utk meningkatkan kemampuan kontrol diri dpt dilakukan dgn memberi kesempatan

pd anak mengambil keputusan, tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya diri.

4. Fasilitasi anak utk tetap menjaga sosialisainya dgn sesama pasien yg ada, teman

sebaya atau teman sekolah.

Memberi Dukungan Pd Anggota Keluarga Lain :

1. Berikan dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS

2. Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pd psikolog/ahli agama,

karena sgt dimungkinkan keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual yg

memerlukan bantuan ahli

3. Beri dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakini

4. Fasilitasi utk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan

berdampak positif pd anak yg dirawat maupun saudara kandungnya

Mempersiapkan Anak Utk Mendapat Perawatan Di RS

Pada tahap sebelum MRS dpt dilakukan :

Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan

yg diperlukan

Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1 – 2 hari sebelum dirawat,

dioreintasikan dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan RS

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan :

Kenalkan perawat dan dokter yg akan merawatnya

Orientasikan anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas

Kenalkan dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya

Page 13: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Berikan identitas pd anak, mis : papan nama anak

Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikuti

Lakukan pengkajian riwayat keperawatan

Lakukan pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program

Page 14: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Penutup

A. Kesimpulan

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah

Perasaan yg sering muncul pd anak : cemas, marah,sedih, takut & rasa bersalah (Wong, 2000)

Bila anak stress à org tua jg mjd stress & akan membuat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000)

B. Saran

terima kasih atas waktu yang telah pembaca luangkan untuk membaca makalah kami ini. Kami menyadari masih ada kekurangannya, oleh karena itu kami menyarankan pembaca untuk dapat membaca referensi yg telah kami cantumkan ataupun yang belum dan kami juga siap menerima kritik dan saran dari pembaca. Terima kasih

Page 15: Konsep Hospitalisasi Pada Anak

Daftar Pustaka

http//konsep hospitalisasi-pada-anak.html

http//reaksi.anak-terhadap-hospitalisai.html

hermanlaja.com/KONSEP-HOSPITALISASI-PADA-ANAK.htm

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=konsep+hospitalisasi+pada+anak&source