Konsep Hospitalisasi Pada Anak
Transcript of Konsep Hospitalisasi Pada Anak
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat izinnya
penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan anak Yang merupakan salah satu syarat untuk
smester eman.Dalam penulisan tugas keperawatan ini penulis banyak mendapatkan peetunjuk
dari berbagai macam buku dan internet.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa tugas keperawatan anak ini masih terdapat kekurangan dan penulis mengharapkan
kritikan dan saran berupa masukan demi kesempurnaan tugas ini.
Pada akhir kata penulis mohon ampun kepada Allah SWT, atas kekhilafan dan kekeliruan
yang telah dilakukan selama pembuatan tugas keperawatan ini semoga Allah SWT selalu
memberikan petunjuknya amin.
Bukittinggi,9 Maret 2012
Konsep Hospitalisasi Pada Anak
1. Pengertian Hopitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan
orang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan
dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2000). Penyakit dan
hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak
sangat rentang terhadap krisis penyakit dan hispitalisasi kerena stress akibat perubahan
dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan , dan anak memiliki jumlah mekanisme
koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan
stres). Stres utama dari hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, secara tubuh
dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan
mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi.
2. Efek hospitalisasi terhadap anak
Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka masuk,
selama hospitalisasi, dan setelah pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan
lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan
tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi.( carson, Grafley, dan council, 1992 ;
clatworty,simon dan tiedeman, 1999)
a. Faktor resiko individual
Sejumlah faktor resiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stress
hospitalisasi dibandingkan dengan lainnya. Mungkin kerena perpisahan merupakan
masalah penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif
dan bekeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan anak
yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang menerima secara pasif
semua perubahan dan permintaan, anak ini dapat memerlukan dukungan yang lebih
banyak dari pada anak yang lebih aktif.
b. Perubahan pada populasi pediatrik
Saat ini populasi pediatrik dirumah sakit mengalami perubahan drastis, meskipun
terdapat kecenderungan memendeknya lama rawat. Sifat dan kondisi anak kecenderungan
bahkan mereka aakan mengalami prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat
mereka di hospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang terhadap
dampak emosional dari hospitalisasi dan enyebabkan kebutuhan mereka menjnadi
berbeda. Perhatikan pada tahun-tahun sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlah
pada anak-anak yang tumbuh dirumah sakit ( Britton dan Johnton, 1993 ), rencana
pemulangan menjadi lama karena kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa
perhatian yang khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial dan
perkembangan anak di lingkungan rumah sakit.
3. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak dan keluarga akan
menimbulkan stress dan tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak
dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stres meliputi
psikososial (berpisah dengan orang tua , keluarga lain, teman dan perubahan peran),
fisiologis (kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri), lingkungan
asing (kebiasaan sehari-hari berubah)
Reaksi orang tua , kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,
prosedur, pengobatan dan dampak terhadap masa depan anak, frustasi karena kurang
informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familernya peraturan rumah sakit
4. Keuntungan Hospitalisasi
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres bagi anak-anak, tetapi
hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari sakit, tetapi
hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan
merasa kompoten dalam kemampuan koping mereka.
5. Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisai Adalah :
1). Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra
tubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri
dan identitasnya.
2). Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih
rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3). Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4). Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis,
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit
bekerjasama mengatasi masalahnya.
5). Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap
penyakitnya.
6). Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang
asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan
pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.
6. Reaksi anak terhadap proses hospitalisasi
Menurut supartini (2002) reaksi anak yang dirawat dirumah sakit sesuai tahapan
perkembangan adalah
a. Masa bayi (0-1 tahun)
Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak perpisahan dengan orang tua
sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang. Pada anak usia
lebih dari enam bulan tejadi stranger anxiety atau cemas apabila, berhadapan dengan orang
yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak usia
ini adalah menangis, marah dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety.
Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasa cemas karena perpisahan dan prilaku yang
ditunjukkan adalah dengan menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan exspresi
wajah yang tidak menyenangkan.
b. Masa toddler (2-3Tahun)
Anak usia toddler biasanya bereaksi terhadap hospitalisasi terhadap sumber stress
yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon prilaku anak sesuai dengan
tahapannya, yaitu tahap proses, putus asa dan pengingkaran. Pada tahap pengingkaran,
prilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua, atau
menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, prilaku yang
ditunjukkan adalah, menangis berurang, anak tidak akatif, kurang menunjukkan minat,
untuk bermain dan makan, sedih, apatis. Pada tahap pengingkaran prilaku yang ditunjukan
adalah secara sama, mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal dan
akan memulai menyukai ligkungan.
Oleh karena adanya pembatasan pergerakannya anak akan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol diri dan akan menjadi tergantung pada lingkungannya.
Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Prilaku
yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan yang invasif seperti
injeksi, infus, pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit bibir dan memukul.
Walaupun demikian anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikan
rasa nyerinya
c. Masa prasekola (3- 6Tahun)
Perawatan anak dirumah sakit memaksakan untuk berpisah dari lingkungan yang
dirasakannya aman. Penuh kasih sayang dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,
permainan dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan
anak usia pra sekolah ialah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun
secara berlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, perawatan di rumah
sakit juga membuat anak kehilangan kontrol dirinya.
Perawatan anak dirumah sakit juga mengharuskan adanya pemabatasan aktifitas anak
sehingga anak merasa kan kehilangan kekuatan diri. Perawatan anak dirumah sakit sering
diekspresikan anak pra sekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa malu dan takut,
bersalah. Ketakutan anak terhaadap perlukaan, muncul karena anak menganggap atau
tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini
menimbukan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap perawat dan
ketergantungannya terhadap orang tua.
d. Masa sekolah (6-12 Tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dengan lingkungan yang
dicintainya yaitu keluarga dan kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan.
Kehilangan kontrol dan juga terjadi dirawat di rumah sakit karena adanaya pembatasan
aktifitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak terhadap perubahan peran dalam
keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya, karena ia biasa melakukan kegiatan
bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan karena adanya kelemahan fisik.
Reaksi terhadap adanya perlakuan fisik atau nyeri yang ditunjukkan ekspresi verbal
maupun non verbal, karena anak sudah mengkontaminasikannya. Anak usia sekolah sudah
mampu mengontrol perlakuan jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan
memegang sesuatu dengan erat.
e. Masa remaja (13-18 Tahun)
Anak usia remaja mengekspresikan perawatan di rumah sakit mengakibatkan
timbulnya perasaaan cemas karena berpisah dengan teman sebayanya. Dan anak remaja
begitu percaya dan sering kali terpengaruh terhadap teman sebayanya. Apabila dirawat di
rumah sakit anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan
itu.
Pembatasan aktifitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol dirinya dan
menjadi tergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang
timbul akibat pembatasan aktifitas ini adalah dengan menolak tindakan dan perawatan
yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif terhadap petugas atau menarik
diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan. Perasaan sakit karena perlakuan
atau pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya menarik diri dari lingkungan,
dan menolak kehadiran orang lain.
7. Respon orang tua terhadap proses hospitalisasi
Respon keluarga yaitu suatu reaksi yang diberikan keluarga terhadap keinginan
untuk menanggapi kebutuhan yang ada pada dirinya (kotler 1988). Perawatan anak
dirumah sakit tidak hanya menimbulkan stress pada orang tua. Orang tua juga merasa ada
sesuatu yang hilang dalam kehidupan keluarganya, dan hal ini juga terlihat bahwa
perawatan anak selama dirawat di rumah sakit lebih banyak menimbulkan stress pada
orang tua dan hal ini telah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Dan
dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di
rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2000) :
Kecemasan,
ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi perasaan was-was,
bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk menghilangkan kecemasan
harus memperkuat respon menghindar. Namun dengan begitu hidup orang itu akan sangat
terbatas setelah beberapa pengalaman yang menyakitkan.
Marah
Dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk gusar, tegang, kesal,
jengkel, dendam, merasa terpaksa dan sebagainya. Ketidakmampuan mengatasi dan
mengenal kemarahannya sering merupakan komponen dari penyesuaian diri dan hal ini
merupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk orang seperti ini, pelatihan ketegasan
dapat membantu : dianjurkan untuk mngungkapkan perasaan marah secara tegas dan jelas
bila perasaan diungkapkan dengan baik, jelas, dan tegas. Bila kita berbagi perasaan maka
hal ini dapat menguatkan relasi, isolasi dan mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orang
yang terlalu banyak dan tidak dapat mengerem luapan amarahnya sehingga mereka
menggangu orang lain.
Sedih
Dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer termasuk susah, putus asa,
iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan sebagainya. Bila kesedihan terlalu lama maka
timbulah tanda-tanda depresi dengan triasnya: rasa sedih, putus asa sehingga timbul
pikiran lebih baik mati saja. Depresi bisa terjadi setelah mengalami kehilangan dari sesuatu
yang sangat disayangi, pengalaman tidak berdaya sering mengakibatkan depresi.
Stressor dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak
jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap
anggota keluarga dan fungsi keluarga (Wong dan Whaley, 1999). Reaksi orang tua
dipengaruhi oleh tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap
sakit dan hospitalisasi, prosedur pengobatan kekuatan ego individu, kemampuan koping,
kebudayaan dan kepercayaan
8. Respon Saudara Kandung Terhadap Hospitalisai
Org tua pd dasarnya tdk boleh membedakan perlakukan pd anak yg sedang sakit
dan dirawat di RS dgn saudara kandung lainnya di rumah
Selain kehadiran fisik org tua di RS, perhatian dlm bentuk lain mis : uang, makanan
dan hal lain yg berhubungan dgn perw anak di RS menuntut org tua utk
memprioritaskannya dibanding keperluan anak lain
Reaksi yg sering muncul pd saudara kandung (sibling) thd kondisi ini adl : marah,
cemburu, benci dan rasa bersalah.
Marah à jengkel thd org tua yg dinilai tdk memperhatikan
Cemburu à dirasakan orrg tua lbh mementingkan saudaranya yg sedang sakit
Rasa bersalah à anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya
9. Intervensi Keprawatan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
Upaya meminimalkan stresor :
Upaya meminimalkan stresor dpt dilakukan dgn cara mencegah atau
mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan
mengurangi/ meminimalkan rasa takut thd perlukaan tbh dan rasa nyeri
Utk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dpt dilakukan dgn cara :
1. Melibatkan org tua berperan aktif dlm merawat anak dgn cara membolehkan
mereka tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in)
2. Jika tdk mungkin utk rooming in, beri kesempatan org utk melihat anak
setiap saat dgn maksud mempertahankan kontak antar mereka
3. Modifikasi rgn perawatan dgn cara membuat situasi rgn rawat perawatan
seperti di rumah, a.l dengan cara membuat dekorasi ruangan yg bernuansa
anak
4. Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah, antara lain dgn memfasilitasi
pertemuan dgn guru, teman sekolah dan membantunya melakukan surat
menyurat dgn siapa saja yg anak inginkan
Utk Meminimalkan Rasa Takut Terhadap Cedera Tubuh Dan Rasa Nyeri Dapat
Dilakukan Dgn Cara :
1. Mempersiapkan psikologis anak dn org tua utk tind prosedur yg menimbulkan
rasa nyeri
2. Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik
anak,,mis : bercerita yg berkaitan dgn tindakan yg akan dilakukan
3. Pertimbangkan utk menghadirkan org tua pada saat anak dilakukan tindakan yg
menimbullan rasa nyeri
4. Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dlm mengurangi rasa takut
akibat prosedur yg menyakitkan.
5. Pada tind pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya
apabila memungkinkan
Memaksimalkan Manfaat Hospitalisasi Anak :
1. Membantu perkembangan org tua dan anak dgn cara memberi kesempatan org tua
mempelajari tumbang anak dan reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw di
RS
2. Hospitalisasi dpt dijadikan media utk belajar org tua. Utk itu perw dpt memberi
kesempatan pd org tua utk belajar ttg peny anak, terapi, perw dsb. sesuai dgn
kapasitas belajar
3. Utk meningkatkan kemampuan kontrol diri dpt dilakukan dgn memberi kesempatan
pd anak mengambil keputusan, tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya diri.
4. Fasilitasi anak utk tetap menjaga sosialisainya dgn sesama pasien yg ada, teman
sebaya atau teman sekolah.
Memberi Dukungan Pd Anggota Keluarga Lain :
1. Berikan dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS
2. Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pd psikolog/ahli agama,
karena sgt dimungkinkan keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual yg
memerlukan bantuan ahli
3. Beri dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakini
4. Fasilitasi utk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan
berdampak positif pd anak yg dirawat maupun saudara kandungnya
Mempersiapkan Anak Utk Mendapat Perawatan Di RS
Pada tahap sebelum MRS dpt dilakukan :
Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan
yg diperlukan
Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1 – 2 hari sebelum dirawat,
dioreintasikan dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan RS
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan :
Kenalkan perawat dan dokter yg akan merawatnya
Orientasikan anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas
Kenalkan dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya
Berikan identitas pd anak, mis : papan nama anak
Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikuti
Lakukan pengkajian riwayat keperawatan
Lakukan pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program
Penutup
A. Kesimpulan
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah
Perasaan yg sering muncul pd anak : cemas, marah,sedih, takut & rasa bersalah (Wong, 2000)
Bila anak stress à org tua jg mjd stress & akan membuat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000)
B. Saran
terima kasih atas waktu yang telah pembaca luangkan untuk membaca makalah kami ini. Kami menyadari masih ada kekurangannya, oleh karena itu kami menyarankan pembaca untuk dapat membaca referensi yg telah kami cantumkan ataupun yang belum dan kami juga siap menerima kritik dan saran dari pembaca. Terima kasih
Daftar Pustaka
http//konsep hospitalisasi-pada-anak.html
http//reaksi.anak-terhadap-hospitalisai.html
hermanlaja.com/KONSEP-HOSPITALISASI-PADA-ANAK.htm
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=konsep+hospitalisasi+pada+anak&source