proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx
-
Upload
harry-pasha-saputra -
Category
Documents
-
view
38 -
download
5
Transcript of proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx
Latar Belakang Massalah
Hospitalisasi atau rawat inap pada anak merupakan sebuah krisis akibat
adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri anak. Perubahan-perubahan
tersebut dapat berasal dari dalam diri sang anak (misalnya; perubahan status fisik,
psikis, spiritual) maupun lingkungan yang baru (missal lingkungan Rumah sakit,
dokter, perawat, atau tenaga medis lainnya) yang dapat menyebabkan anak menjadi
stres dan mudah tertekan.
Perubahan akan lingkungan yang baru merupakan salah satu penyebab
utama adanya stress pada anak, dengan adanya lingkungan yang ramai, orang yang
baru, tempat yang sempit, maupun sebagainya memberikan suatu tekanan pada anak
untuk mencoba untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Padahal, anak juga
mengalami kondisi yang berbeda dari biasanya akibat suatu penyakit, dan ditambah
anak harus meninggalkan lingkungan dimana ia berada yang mudah sekali
menjadikan diri anak merasa terasingkan.
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada 29 Maret 2010 di RB4
RSUP H. Adam Malik medan, melalui observasi dan wawancara dengan 10 orang
tua yang mempunyai anak yang dirawat inap sudah dirawat lebih dari 1 minggu
dengan penyakit yang berbeda, 7 dari 10 orang mengatakan cemas karena anaknya
sakit. Hal ini disebabkan oleh karena biaya rumah sakit, prosedur pengobatan yang
dilakukan kepada anaknya, lingkungan yang baru selama anak dirawat inap dan
mereka juga mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan orientasi rumah
sakit selama anak mereka dirawat inap di rumah sakit.
Dalam penelitian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa tingkatan
stress yang dialami anak selama hospitalisasi masih cukup tinggi. Dan mengetahui
hal tersebut peran perawat sangat dibutuhkan. Sebagai agent of change diharapkan
peran perawat dapat mengatasi permasalahan tersebut, dengan memberikan sebuah
kontribusi serta mengembangkan dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
oleh seorang perawat. Serta perawat juga merupakan agent of control untuk
bertindak, dan dapat mengambil suatu langkah jika tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
Dalam masa hospitalisasi, anak juga memiliki hak untuk terus tumbuh dan
berkembang. Dan peran seorang perawat adalah memfasilitasi dan membuat kondisi
senyaman mungkin bagi sang anak untuk tetap nyaman dan merasa aman meskipun
pada saat hospitalisasi. Namun kenyataannya, seringkali kita menjumpai anak yang
menolak untuk diberikan asuhan keperawatan. Dan ini merupakan sebuah tugas bagi
seorang perawat untuk menerapkan dan mengembangkan pengetahuan pengalaman
yang dimiliki untuk memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya bagi anak.
B. Formulasi Masalah
Pada ulasan latar belakang di atas maka formulasi masalah dalam penelitian
ini adalah adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki
perawat untuk meminimalkan stress pada anak akibat hospitalisasi atau rawat inap.
C. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki seorang perawat dalam meminimalisir
stress pada anak saat dilakukan hospitalisasi atau rawat inap
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada anak saat dilakukan hospitalisasi
2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan yang dimiliki seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan hospitalisasi
3. Mengidentifikasi peran perawat dalam hospitalisasi
4. Mengidentifikasi peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya
pada anak dengan hospitalisasi
5. Mengetahui perbandingan antara perawat dengantingkat pengetahuan dan sikap yang
mengetahui bagaimana perannya sebagai seorang tenaga kesehatan yang bertugas
memberikan asuhan secara biopsikososiospiritual pada anak dengan hospitalisasi.
D. Keaslian Penelitian
Menurut penulis, penelitian tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Perawat dalam Meminimalisir Stress pada Anak dengan Hospitalisasi
sudah cukup banyak dikembangkan, namun penulis menyadari pada saat penulis
mendapatkan praktek klinik di RSUD RAA Soewondo banyak pasien anak yang
mengalami stress saat dilakukan hospitalisasi. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang
difokuskan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dari
seorang perawat dalam meminimalisir stress yang dialami oleh anak saat
hospitalisasi atau rawat inap.
No
.
Peneliti Judul Variabel Bebas/
Variabel Terikat
Beda
1. Meriwati,
Tri
Karlinda,
Metayani
Hubungan Tingkat
Pendidikan dan Masa
Kerja Perawat dengan
Upaya Minimalisasi
Stressor Hospitalisasi pada
Anak di Ruang edelweiss
RSUD dr Yunus Bengkulu
Variabel Bebas :
tingkat
Pendidikan dan
Masa Kerja
Variabel Terikat :
Stressor
hospitalisasi pada
anak
Variabel
Bebas
2. Silvia Risti
Ningsih
Hubungan Perilaku Caring
Perawat dengan Stress
Hospitalisasi pada Anak
Usia Pra Sekolah di
Rumah Sakit Umum
Daerah Ibnu Sena Gresik
Variabel Bebas :
Perilaku Caring
Variabel Terikat :
Stress
Hospitalisasi
Variabel
Bebas
3. Ezzedin, S Hubungan Pengetahuan
dan Sikap Perawat
terhadap Pelaksanaan
Model Praktik
Keperawatan Professional
di Ruang Inap RSJ Prof.
Variabel Bebas :
Subungan
pengetahuan dan
sikap perawat
Variabel
Terikat
HB Saaini Padang 2011 Variabel Terikat :
Pelaksanaan
Model Praktik
Keperawatan
Profesional
BAB II
A. Stress
A.1. Definisi
Stres adalah kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh
tekanan atau ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang
dihadapinya (Marks, Murray, Evans, dkk, 2002)
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai
berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres;
semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003).
Menurut Morgan dan King, “…as an internal state which can be caused by
physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature,
and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as
potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping” (Morgan
& King, 1986). Jadi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa
disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang
berpotensi merusak dan tidak terkontrol (AAT Sriati, 2007).
A.2 Jenis-Jenis Stres
Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano (2005) mengatakan
bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres.
Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk
stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk
beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu
melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut bersifat
positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002).
Di sisi lain, distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang
tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres
adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya,
membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang
mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan,
bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal (Walker.J, 2002).
A.3. Sumber Stres
Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai stresor. Antara
penyebabnya adalah, fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar diri
individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan
latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu
biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah,
kuatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta
rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh
interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat
traumatic yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan pekerjaan, pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan
lain-lain. (Nasution I. K., 2007).
A.4. Reaksi Psikologi Stres
Atkinson dkk (1993), menjelaskan secara umum reaksi stress atau gejala-
gejala stress dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu reaksi psikologis
dan reaksi fisiologis. Namun pada penelitian, peneliti lebih memfokuskan mpada
gejala dan reaksi psikologi yang muncul akibat stress. Reaksi psikologi diantaranya
adalah :
1. Anxiety (kecemasan/ kegelisahan)
Merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan munculnya
khawatir (worry), ketegangan/ tekanan (tension), ketakutan pada sesuatu hal yang
akan terjadi (apprehension) dan ketakutan (fear) yang pada tanda-tanda tersebut
dialami dalam derajat yang berbeda pada tiap-tiap orang.
2. Anger dan Agression (kemarahan dan agresi)
Berupa reaksi marah yang mengarah pada perilaku agresi (baikberupa tindakan fisik
maupun verbal) ketika individu dalam kondisi frustasi. Perilaku ini bisa ditujukan
langsung pada sumber stress atau pada orang yang tak bersalah dan obyek yang
berada di sekitar.
3. Apathy dan Depression (ketidakberdayaan dan depresi)
Reaksi yang berupa menarik diri dan merasa tidakberdaya untuk mengahdapi suatu
peristiwa yang tidak terkontrol. Ketika seorang individu tidak mampu untuk
melakukan koping, maka individu tersebut akan masuk ke dalam tahapan yang dalam
yaitu depresi.
4. Cognitive Impairment(penurunan fungsikognitif)
Reaksi yang berupa kesulitan untuk berkonsentrasi, dan berpikir secara logis.
Individu akan mudah teralihkan pada pemikiran-pemikiran untuk melakukan suatu
tugas seperti tugas-tugas yang kompleks.
A.5. Faktor-faktor yang Berhubungan
Menurut Lazarus dan Folkman(dalam Sarafino, 2006) penilaian individu
terhadap sesuatu yang dianggap sebagai sumber stress dipengaruhi oleh dua faktor,
diantaranya adalah :
1. Faktor individu; meliputi intelektual, motivasi, dan karakter individu
2. Faktor situasu, meliputi besar kecilnya tuntutan keadaan yang dilihat sebagai stress
A.6. Stres pada Anak
Stres dapat dialami oleh semua orang, baik muda maupun tua, kaya
maupun miskin, tanpa memandang status dari seseorang. Begitu juga anak, anak
juga dapat mengalami stress karena adanya suatu suatu kondisi. Kondisi-kondisi
yang dapat membuat anak menjadi stress diantaranya adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar lingkungan anak, respond tuntutan yang berpotensi menimbulkan
stress pada anak. Dan gejala stress pada anak memang sulit untuk dikenali, dan untuk
orang tua sebaiknya harus tanggap terhadap gejala-gejala awal stress pada anak.
Gejala-gejala tersebut diantaranya adalah :
1. Perasa dan mudah tersinggung
2. Mudah protes dan mengeluh
3. Mudah memberontak, tidak mau menurut
4. Mood berubah-ubah
5. Tampak selalu sedih
6. Menolak untuk makan
7. Hilang minat dan gairah
8. Tidak mau untuk bekerja sama
9. Berperilaku destruktif
10. Membuang barang-barang yang berada di sekitarnya
11. Berteriak atau berbicara keras
12. Penuh ketakutan
13. Insomnia dan sering mimpi buruk
14. Mual-mual dan muntah
Berikut merupakan tanda gejala stress pada anak. Diharapkan kepada orang
tua ataupun tenaga kesehatan dapat mengenali tanda dan gejala stress yang dialami
anak. Karena dengan adanya anak menjadi stress dapat mengganggu perkembangan
anak, dan dapat berdampak buruk pada psikologi sang anak.
A.7 Stres pada Anak akibat Hospitalisasi
Hospitalisasi atau rawat inap eringkali dapat membuat anak menjadi stress,
karena adanya perubahan lingkungan yang terjadi dalam diri sang anak, dan susah
bagi sang anak untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru untuk mengenal
individu yang baru serta susah untuks ang anak dilakukan kerja sama untuk
pemenuhan asuhan keperawatan yang akan diberikan.
Dan penting bagi seorang perawat yang memiliki tugas memberikan asuhan
keperawatan khususnya bagi anak untuk dapat bekerja sama dalam proses asuhan
keperawatan tanpa membuat sang anak mengalami salah satu gejala stress saat
dilakukan proses asuhan keperawatan secara menyeluruh.
A.8 Alat Ukur Stres pada Anak
Untuk mengetahui secara pasti apakah anak mengalami stress, berikut adalah
suatualat ukur untuk mengetahui apakah anak tersebut sedang mengalami stress atau
tidak dengan :
- Mewawancarai orangtua terhadap gejala-gejala stress anak
1. Anak menampilkan tanda-tanda depresi
2. Mudah marah dan kehilangan minat pada aktivitas pavoritnya
3. Lelah, gelisah dan agitasi
4. Mengeluh sakit fisik seperti sakit perut (mencret) ataupun sakit kepala
5. Minat belajar menurut dan prestasi yang anjlok
6. Kemungkinan anak akan berubah tingkah laku dari seorang yang ramah menjadi
pendiam, ataupun sebeliknya dari seorang yang penurut menjadi seorang yang sering
membantah
7. Anak berubah menjadi seorang pembohong bahkan mencuri atau melakukan
perbuatan jahat lainnya sebagai bentuk pelarian.
8. Anak kurang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas rumah
9. Anak menjadi lebih tergantung dengan orang tua atau mengacuhkan orang tua
10. Kurang percaya diri dan bersikap malas
- Penilaian Respon
No. Respon Ya Tidak
1. Fisiologis
a. Peningkatan denyut nadi
b. Peningkatan tekanan darah
c. Peningkatan frekuensi buang air
kecil
d. Gemetar
e. Keringat dingin
f. Peningkatan frekuensi bernafas
g. Dilatasi pupil
2. Emosional/ Perilaku
a. Gelisah
b. Susah tidur
c. Menolak makan
d. Menolak bekerja sama
e. Menangis diam-diam
f. Tidak mau ditinggalkan orang tua
g. Terus bertanya kapan orang tuanya
kembali
h. Menarik diri dari orang lain
B. Pengetahuan
B.1 Definisi
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadimelalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebgaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003)
Dari pengalan dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahui akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh ilmu.
Roger (1974) dalam Machfoedz dkk (2005) mengungkapkan bahwa seseorang
sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam dirinya terjadi suatu proses secara
berurutan diantaranya adalah :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang menyadari ari untuk mengatui stimulis (objek)
terlebih dahulu
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus (objek)
3. Evaluation, dengan menimbang-nimbaikbaik buruknya suatu stimulus (objek) bagi
dirinya.
4. Trial, ketika orang mulai mencoba perilaku yang baru
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan kesaran
untuk bersikap terhadap suatu stimulus.
B.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan (knowledge) dalam masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
1. Sosial ekonomi
Lingkungan dengan sosial ekonomi yang tinggi akan mendukung terhadap tingkat
pengathuan yang dimiliki oleh seseorang.
2. Kultur (budaya)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, dengan adanya
budaya dan agama akan menyaring pengetahuan-pengetahuan sekiranya pantas
untuk diperoleh atau didapatkan seseorang.
3. Pendidikan
Semakin tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang semakintinggi, maka
orang tersebut akan lebih mudah menerima informasi-informasi baru dan mampu
untuk merubah perilaku yang baru.
4. Pengalaman
Dengan adanya tingkat pendidikan yang tinggi maka pengalaman juga akan semakin
luas, semakin tua usia seseorang maka pengalaman akan lebih banyak.
5. Paparan Media Massa
Melalui media massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu sumber
informasi bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan lebih mudah mendapatkan
informasi lebih banyak.
6. Hubungan sosial
Dengan adanya hubungan atau komunikasi antara satu orang dengan yang lain dapat
mempermudah untuk berbagi informasi, dan berbagi pengetahuan. Maka seseorang
akan lebih mudah mendapatkan informasi ketika dia dapat berkomunikasi dan
berhubungan secara baik dengan orang lain.
B.3 Sumber Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2003, sumber pengetahuan dapat diperoleh melalui,
pengalaman langsung, media massa (misalnya: Surat kabar dan majalah), media
elektronik (misalnya: radio dan televisi), Buku petunjuk, Petugas kesehatan dan
Media poster.
B.4 Cara Pengukuran Pengetahuan
Cara mengukur tingkat pengathuan dapat diukur dengan wawancara atau
angket yang menyakan tentang isi materi yang akan diukur dari suatu subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur
dapat diukur berdasarkan tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan, kemudian dilakukan penilian kemudia dikategori baik, sedang, maupun
kurang.
C. Sikap
C.1 Definisi Sikap
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap
(attitude) berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the
body, dan way of feeling, thinking or behaving”. Campbel (1950) dalam buku
Notoadmodjo (2003, p.29) mengemukakan bahwa sikap adalah “A syndrome of
response consistency with regard to social objects”. Artinya sikap adalah
sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Dalam buku Notoadmodjo
(2003, p.124) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek.
C.2 Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo
(2003, p.34) adalah:
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah
pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap
suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. Obyek
sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari
hal-hal tersebut.
4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki orang.
C.3 Tingkatan Sikap
Menurut Notoadmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2010), sikap
terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
C.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar S (2011, p.30) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
yaitu:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman
tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita
yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang
berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
C.5 Cara Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement)
sikap (Azwar S, 2011, p. 87). Menurut Azwar S (2011, p.126) Ada berbagai cara
untuk melakukan pengukuran sikap yaitu :
1. Thrustone
Metode penskalaan Thrustone sering disebut sebagai metode interval tampak setara.
Metode penskalaan pernyataan sikap ini dengan pendekatan stimulus yang artinya
penskalaan dalam pendekatan ini ditujukan untuk meletakkan stimulus atau
pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat
favourable atau tak favourable pernyataan yang bersangkutan.
Dengan metode ini perlu ditetapkan adanya sekelompok orang yang akan bertindak
sebagai panel penilai (judging group). Tugasnya adalah menilai satu penyataan per
satu dan kemudian menilai atau memperkirakan derajat favourable atau tak
favourablenya menurut suatu kontinum yang bergerak dari 1 sampai dengan 11 titik.
Anggota panel tidak boleh dipengaruhi oleh oleh rasa setuju atau tidak setujunya
pada isi pernyataan melainkan semata-mata berdasarkan penilaiannya pada sifat
favourablenya.
B
A Dalam menentukan penilaian derajat favourable atau tak favourable setiap pernyataan sikap, kepada kelompok penilai disajikan suatu kontinum psikologis dalam bentuk deretan kotak-kotak yang diberi huruf A sampai dengan K.
TIDAK NETRAL
FAVOURABLE
Kotak berhuruf A yang berasa paling kiri merupakan tempat untuk meletakkan
pernyataan sikap yang berisi afek paling tidak favourable. Sebaliknya kotak berhuruf
K adalah tempat meletakkan pernyataan yang paling tidak favourable serta kotak F
merupakan tempat meletakkan sikap yang dianggap netral. Sebelum itu, apabila
terdapat penilai yang meletakkan lebih dari 30 pernyataan ke dalam satu kotak yang
sama, maka penilai dianggap tidak melakukan penilaian dengan cara yang
semestinya dan hasil penilaiannya harus tidak ikut dianalisis.
2. Likert
Menurut Likert dalam buku Azwar S (2011, p. 139), sikap dapat diukur dengan
metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini
merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi
respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak
ditentukan oleh derajat favourable nya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh
distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak
sebagai kelompok uji coba (pilot study).
Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi
(Azwar S, 2011, p 139), yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang
favorable atau pernyataan yang tidak favourable.
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi
bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden
yang mempunyai pernyataan negatif.
Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating
yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-
rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk (Azwar S, 2011,
p.155). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert
adalah skor-T, yaitu:
X - Ӿ
T = 50 + 10 [ ]
S
Keterangan:
X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
Ӿ : Mean skor kelompok
S : Deviasi standar skor kelompok
Perlu pula diingat bahwa perhitungan harga Ӿ dan s tidak dilakukan pada distribusi
skor total keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan
pernyataan (Azwar S, 2011, p.156).
Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat diinterpretasikan.
Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan, akan tetapi tergantung pada
mean dan deviasi standar pada skor kelompok. Jika skor T yang didapat lebih besar
dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung lebih favourable atau positif.
Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai mean maka mempunyai
sikap cenderung tidak favourable atau negatif (Azwar S, 2011, p. 157).
D. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Perawat pada Stres pada Anak dengan
Hospitalisasi
Stres berupa rangsangan yang berasal dari dalam maupun dari luar individu
diteruskan pada sistem limbik yang merupakan suatu pusat pengatur adaptasi. Sistem
limbik ini juga mempengaruhi reaksi kerja sistem otonom. Dan jika seseorang atau
individu mendapatkan rangsangan baik berupa dari dalam maupun luar, dapat
mempengaruhi hipothalamus yang berasal dari sistem limbik untuk mengaktifasi
sistem saraf otonom, merangsang hipofise anterior untuk memproduksi hormon
ACTH, memproduksi ADH atau vasopressin, dan mempengaruhi kelenjar tiroid
untuk memproduksi hormon tiroksin dan itu merupakan respon alami tubuh untuk
beradaptasi atau perlawanan terhadap stress.
Hipothalamus saat stres akan mensekresikan CRF (corticotropin releasing
hormone) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH
(adrenocorticotrophic hormone) dan TRF (thyrotropin releasing factor). Pelepasan
ACTH membuat kelenjar adrenal mensekresikan beberapa hormon, meliputi
glukokortikoid (kortisol), adrenalin dan noradrenalin. Pelepasan TRF akan
merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi tirotropin yang akan mengatur
kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin pada kelenjar tiroid (Pramanik.T, et al.,
2005).
Akibat adanya perubahan lingkungan yang dialami oleh anak, menjadikan
anak untuk berusaha beradaptasi kembali dengan lingkungan barunya. Ditambah pula
dengan sikap-sikap yang tidak mendukung terhadap keberadaan si anak, ditunjukkan
dengan sikap perawat yang jarang sekali untuk membantu si anak untuk beradaptasi
terhadap lingkungan barunya itu. Padahal sebelum bekerja di Rumah Sakit, perawat
dibekali dengan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan secara utuh
(biopsikososiospiritual). Namun, pada kenyataannya adalah di Rumah Sakit banyak
sekali anak yang stress saat dilakukan hospitalisasi.
Pada dasarnya, orang ingin selalu dimengerti dan dihargai akan
keberadaannya, begitu pula anak. Anak juga memiliki hak untuk mengeksplorasi
perasaannya, apalagi jika sang anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Tentunya dari tenaga medis juga perlu mendukung si anak untuk terus tumbuh dan
berkembang sesuai dengan umurnya. Jika stress dirasakan si anak saat dilakukan
hospitalisasi, dan memberikan kesan buruk bagi si anak, kemungkinan saja bisa
berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan si anak kelak.
E. Kerangka Teori
BAB III
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang
digunakan adalah korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan
(Nursalam, 2003). Rancangan penelitian ini melibatkan minimal dua variabel yang
akan diungkap hubungannya (Hidayat, 2007).
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu
pendekatan yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel bebas dan
variabel terikat hanya satu kali pada satu waktu (Nursalam, 2003).
B. Populasi dan Sample
Menurut Arikunto (2006) dan Nursalam (2003) populasi merupakan subyek
penelitian dimana terdapat elemen-elemen penelitian sesuai dengan kriterian atau
ketetapan.
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien anak di ruang Cempaka RSUD
RAA. Soewondo Pati selama penelitian sejak 26 November 2012 sampai 22
Desember 2013 dengan jumlah pasien anak sebanyak 38 anak.
2. Sample
Sample dalam penelitian ini adalah pasien anak di ruang Cempaka RSUD RAA.
Soewondo Pati, pada saat dilakukan penelitian berdasarkan metode porposive
sampling, atau metode pengambilan sample berdasarkan pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri, maupun sifat berdarkan populasi yang ada.
Pelaksanaan pengambilan sample pada metode ini diawali dengan proses
pengidentifikasian oleh peneliti terhadap karakteristik populasi, salah satunya dengan
melakukan studi pendahuluan atau mempelajari keterkaitan dengan populasinya.
Kemudian berdasarkan pertimbangan yang telah ditetapkan peneliti.
Dalam tujuan penelitian ini, responden dapat dijadikan sampel penelitian dengan
kriteria inklusi:
a. Anak yang dirawat di ruang Cempaka RSUD Soewondo selama masa penelitian
b. Anak dengan persetujuan orang tua dan keluarga masih bersedia menjadi responden
c. Anak dalam keadaan sadar saat dirawat dan tidak mengidap penyakit terminal
d. Masa perawatan anak di ruangan tidak lebih dari 3X24 jam
e. Bukan perawatan berulang, anak baru pertama kali masuk di Rumah Sakit.
Kemudian untuk kriteria eksklusi :
a. Anak dan keluarga tidak bersedia menjadi responden penelitian
b. Anak dalam keadaan kritis dan pada penyakit terminal
c. Masa rawat anak lebih dari 3X24jam
d. Anak sering mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, atau bukan pertama kali
masuk ke rumah sakit.
Penentuan besar sampel penelitian yang jumlah populasinya kurang dari
1.000 orang biasanya menggunakan rumus:
n = N
1 + N (d) ²
n = 28
1 + 28 (0,05) ²
n = 28
1 + 0,07
n = 28
1, 07
n = 26,168 (26, 17)
Keterangan: n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
D = tingkat signifikasi (0,05)
C. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Tingkat Stres pada anak saat dilakukan hospitalisasi
b. Variabel Terikat
Sikap dan Pengetahuan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu oby ek atau fenomena
(Notoatmojo, 2005).
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Stress
hospitalisasi
Perasaan
tertekan yang
dialami anak
selama di
rumah sakit.
Ditandai
dengan respon
menangis
Melalui
observasi
Ya = stress
Tidak =
tidak stress
Nominal
Pengetahuan
perawat
Hasil dari
tahu, dan ini
terjadi setelah
Kuesioner Baik =
menjawab
benar 8 dari
nominal
orang
melakukan
penginderaan
terhadap suatu
objek tertentu.
10 soal
Cukup =
menjawab
benar dari 5-
7 dari 10
soal
Buruk =
menjawab <
5 dari 10
soal
Sikap Reaksi atau
respon yang
masih tertutup
dari seseorang
terhadap
stimulus atau
obyek.
Kuesioner Baik =
menjawab
benar 8 dari
10 soal
Cukup =
menjawab
benar dari 5-
7 dari 10
soal
Buruk =
menjawab <
5 dari 10
soal
nominal
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dan
hasil penyebaran kuestioner pada responden sampel penelitian. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan di ruangan sebagai area penelitian
(Nursalam, 2003).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah daftar pertanyaan dan
observasi. Secara umum daftar pertanyaan sering disebut dengan kuestioner. Pada
metode ini, peneliti dapat memperoleh keterangan dari hasil jawaban responden pada
lembar pertanyaan yang telah kita buat sesuai dengan tujuan penelitian. Observasi
dilakukan untuk mangamati tanda stress yang dialami oleh anak (menangis atau tidak
menangis) selama dirawat di rumah sakit.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Setelah mendapat ijin dari direktur RSUD RAA. Soewondo, peneliti melakukan
koordinasi dengan kepala sub bidang keperawatan dan kepala ruang.
2. Peneliti mengunjungi sampel penelitian di ruangan dimana anak dirawat sesuai
dengan kontrak waktu yang telah disepakati.
3. Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan sifat keikutsertaan
sampel dan orang tua dalam kegiatan penelitian, dan meminta kepada sampel
penelitian dengan diwakili oleh orang tua untuk menandatangani lembar persetujuan
penelitian (informed consent) ketika setuju berpartisipasi dalam penelitian.
4. Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada orang tua sampel untuk diisi
seluruh pertanyaan yang disediakan, jika orang tua tidak dapat membaca dan
menulis, peneliti membantu membacakan pertanyaan dan mengisikan jawaban pada
lembar kuesioner.
5. Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada perawat RSUD RAA Soewondo
Pati Ruang Cempaka terkait pengetahuan dan sikap dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada anak.
6. Peneliti melakukan observasi terhadap tanda stress hospitalisasi pada anak
(menangis atau tidak menangis).
7. Meminta orang tua dan perawat Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo sampel
penelitian untuk mengembalikan kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk
dilakukan analisa data
E. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah daftar pertanyaan atau sering disebut dengan kuestioner dan lembar
observasi untuk hasil pengamatan. Hasil data yang diperoleh akan diolah sehingga
terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan
hasil penelitian.
Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
(kuesioner A) berisi tentang data pribadi atau biografi anak dan data-data yang terkait
dengan riwayat perawatan anak sebelumnya. Kuesioner A terdiri dari kode
responden, nama, jenis kelamin, usia anak, alamat, tanggal masuk, diagnosa
penyakit, dan perawatan sebelumnya. Kusioner B terdiri dari 5 butir pertanyaan yang
terkait dengan perubahan perilaku pada anak selama mendapatkan di Rumah Sakit.
Kuesioner C terdiri dari 10 butir pertanyaan terkait dengan pengetahuan dan sikap
perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada anak.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti
dan belum pernah dipakai dalam penelitian lainnya, sehingga perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.Validiatas adalah indeks yang menunjukkan bahwa suatu
alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dilakukan untuk
mengukur relevan atau tidaknya pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada
penelitian (Notoatmojo, 2005).
Uji validitas kuesioner dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-
tiap item pertanyaan dengan nilai total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi
yang dipakai adalah korelasi product moment.
Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan, yang menunjukkan bahwa pengukuran
tersebut konsisten atau tetap asas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
apakah instrumen tersebut cukup konsisten untuk mengukur gejala yang sama pada
pengukuran yang berulang, (Notoatmojo, 2003).
Pada penelitian ini, uji validitas dan reliabilitas dilakukan di ruang Cempaka
BRSD RAA Soewondo Pati dalam waktu satu minngu, mulai tanggal 26 November
sampai dengan 22 Desember 2012 dengan jumlah responden sebanyak 10 responden.
Pada uji validitas, dari 15 pertanyaan tentang perubahan pola yang dibuat
oleh peneliti, dapat diambil 5 pertanyaan yang telah valid untuk digunakan sebagai
alat ukur penelitian. Setiap item pertanyaan menunjukkan r hitung yang lebih besar
dari r tabel product moment (r tabel untuk 10 responden adalah 0,444 dengan α 5 %).
Dari setiap pertanyaan hasil ujinya menunjukkan memiliki p value < 0,05
(signifikan) sehingga dianggap valid dan layak digunakan dalam penelitian.
Teknik uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas internal,
dimana nilai yang diperoleh dengan cara menganalisis data mengguanakan koefisien
Cronbach Alpha yang berfungsi sebagai internal consistent. Instrumen dikatakan
reliabel karena r hitung atau koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari r tabel
(Sugiyono, 2002). Dari hasil penelitian didapat koefisien Cronbach Alpha dari
keseluruhan item pertanyaan tentang stres hospitalisasi adalah sebesar dan koefisien
untuk item pertanyaan tentang perubhan pola tidur adalah sebesar 0,8863. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa koefisien yang didapat dari penghitungan lebih besar
dari r tabel (0,444) yang berarti kuesioner penelitian sudah reliabel untuk digunakan
dalam penelitan.
F. Metode Pengumpulan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Proses analisa data penelitian yang dilakukan meliputi empat tahapan yang
meliputi editing, coding, tabulasi, dan entry data (Arikunto, 2002). Editing
merupakan langkah pertama dimana peneliti peneliti memeriksa validitas dan
reliabilitas data yang diperoleh. Langkah kedua yaitu coding, dimana peneliti
memberikan kode pada masing-masing jawaban untuk memudahkan pengolahan
data. Tahap berikutnya dalah tahap tabulasi, yaitu kegiatan memasukkan data ke
dalam kelompok data tertentu menurut sifat tertentu untuk mempermudah analisis
data. Tahap yang terakhir adalah entry data, memasukkan data yang telah diperoleh
ke dalam komputer untuk diolah.
2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat . analisis
unuvariat digunakan untuk melihat deskripsi dan distribusi frekuensi masing-masing
variable. Sedangkan analisis bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini disesuaikan dengan skala datanya, yaitu data berskalaa nominal dan
ordinal, maka analisa data yang digunakan adalah uji chi square.
G. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan usulan /
proposal penelitian untuk mendapatkan rekomendasi dari Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus. Setelah mendapat rekomendasi,
selanjutnya mengajukan ijin pada pihak-pihak berwenang dengan proses penelitian,
yaitu pada Direktur Rumah Sakit atau pihak yang berwenang yang terkait dengan
tempat penelitian atas rekomendasi dari kantot Penelitian dan Pengembangan
(Litbang) Kabupaten Pati dengan menekankan pada aspek etika sebagai berikut:
1. Informed Consent
Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang diteliti yang memenuhi
kriteria penelitian
2. Anonimity
Menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden akan tetapi
digunakan inisial nama/ kode
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan sebagai hasil penelitian.
H. Jadwal Penelitian