Konsep Dasar Mobilisasi Rima

11
Konsep Dasar Mobilisasi Pengertian mobilisasi Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini memburuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlikan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit-khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh). Faktor yang mempengaruhi mobilisasi Gaya hidup Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat tinggal ia tinggal (masyarakat, contoh sederhananya adalah wanita Jawa. Di masyarakat tempat mereka tinggal, wanita Jawa dituntut untuk berpenampilan lemah dan lembut. Selain itu, tabu bagi mereka untuk melakukan aktivitas berat). Ketidakmampuan Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara

description

3wt

Transcript of Konsep Dasar Mobilisasi Rima

Page 1: Konsep Dasar Mobilisasi Rima

Konsep Dasar Mobilisasi

Pengertian mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,

dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap orang

butuh untuk bergerak. Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan

ketergantungan dan ini memburuhkan tindakan keperawatan. Mobilisasi

diperlikan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan,

memperlambat proses penyakit-khususnya penyakit degeneratif, dan untuk

aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh).

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi

Gaya hidup

Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang

dianut, serta lingkungan tempat tinggal ia tinggal (masyarakat, contoh

sederhananya adalah wanita Jawa. Di masyarakat tempat mereka tinggal, wanita

Jawa dituntut untuk berpenampilan lemah dan lembut. Selain itu, tabu bagi

mereka untuk melakukan aktivitas berat).

Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan ada dua macam, yakni

ketidakmampuan primer dan sekunder. Ketidakmampuan primer disabkan oleh

penyakit atau trauma (misal, paralisis akibat cangguan atau cedera pada medula

spinalis).Sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dampak dari

ketidakmampuan primer (misal, kelemahan otot dan nitrah narung). Penyakit-

penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap tingkat mobilitas.

Page 2: Konsep Dasar Mobilisasi Rima

Tingkat energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini,

cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi. Di samping itu

ada kecenderungan seseorang untuk menghindari stresor guna mempertahankan

kesehatan fisik dan pdikologis.

Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi.

Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktivitas dan mobilisasi

menurun sejalan dengan penuaan.

Konsep Imobilitas

Definisi

Imobilitas merupakan suatu kondisi yang relatif, maksudnya, individu tidak saja

kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan

aktivitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasa dilakukan imobilisasi:

Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi. Misalnya

pada klien yang menjalani pembedahan atau yang mengalami cedera pada

tungkai dan lengan.

Keharusan (tidak terelakan) ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan

primer, seperti penderita paralisis.

Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.

Jenis imobilitas

Page 3: Konsep Dasar Mobilisasi Rima

Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain:

1. Imobilitas fisik. Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang

disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

2. Imobilitas intelektual. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada

kasus kerusakan otak

3. Imobilitas emosional. Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau

kehilangan seseorang yang dicintai

4. Imobilitas sosial. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial

yang sering terjadi akibat penyakit.

Dampak fisik dan psikologis imobilitas

Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi fisik

maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyababkan penurunan

motivasi, kemunduran kemampuan dalam memecahkan masalah, dan perubahan

konsep diri. Selain itu, kondisi juga disertai dengan ketidaksesuaian antara emosi

dan situasi, perasaan tidak berharga dan tidak berdaya, serta kesepian yang

diekspresikan dengan perilaku menarik diri, dan apatis. Sedangkan masalah fisik

dapat terjadi adalah sebagai berikut:

Sistem muskuloskeletal

Pada sistem ini, imobilitas dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti

osteoporosis, arofi otot, kontraktur, dan kekakuan serta nyeri pada sendi.

Osteoporosis. Tanpa adanya aktivitas yang memberi beban pada tulang,

tulang akan mengalami demineralisasi (osteoporosis. Proses ini akan

menyebabkan tulang kehilangan kekuatan dan kepadatannya sehingga

tulang menjadi keropos dan mudah patah.

Atrofi otot. Otot yang tidak dipergunakan dalam waktu lama akan

kehilangan sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.

Kontraktur. Pada kondisi imobilisasi, serabut otot tidak mampu

memendek atau memanjang. Lama-kelamaan, kondisi ini akan

Page 4: Konsep Dasar Mobilisasi Rima

menyebabkan kontraktur (pemendekan otot permanen). Proses ini sering

mengenai sendi, tendon, dan ligamen.

Kekakuan dan nyeri sendi. Pada kondisi imobilisasi, jaringan kolagen pada

sendi dapat mengalami ankilosa. Selain itu, tulang juga akan mengalami

demineralisasi yang akan menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi

yang dapat mengakibatkan kekakuan dan nyeri pada sendi.

Eliminasi urine

Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi antara

lain:

Statis urine. Pada individu yang mobil, gravitasi memainkan peran yang

penting dalam proses pengosongan ginjal dan kandung kemih. Sebaliknya,

saat individu berada dalam posisiberbaring untuk waktu lama, gravitasi

justru akan menghambat proses tersebut. Akibatnya, pengosongan urine

menjadi terhambat, dan terjadilah statis urine (terhentinya atau

terhambatnya aliran urine).

Batu ginjal. Pada kondisi imobilisasi, terjadi ketidakseimbangan antara

kalsium dan asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium. Akibatnya,

urine menjadi lebih basa dan garam kalsium mempresentasi terbentuknya

batu ginjal. Pada posisi horisontal akibat imobilisasi, ginjal yang terisi

urine basa menjadi tempat yang ideal untuk pembentukan batu ginjal.

Retensi urine. Kondisi imobilisasi menyulitkan upaya seseorang untuk

melemaskan otot perineum pada saat berkemih. Selain itu penurunan tonus

otot kandung kemih juga menghambat kemampuan untuk mengosongkan

kandung kemih secara tuntas.

Infeksi perkemihan. Urine yang statis merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan bakteri. Selain itu, sifat urine yang basa akibat hiperkalsiuria

juga mendukung proses tersebut. Organisme yang umumnya menyebabkan

infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli.

Gastrointestinal

Page 5: Konsep Dasar Mobilisasi Rima

Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga fungsi sistem pencernaan, yaitu fungsi

ingesti, digesti, eleminasi. Dalam hal ini, masalah yang umum ditemui salah

satunya adalah konstipasi. Konstipasi terjadi akibat penurunan peristalsis dan

motilitas usus. Jika konstipasi terus berlanjut, feses akan menjadi sangat keras dan

diperlukan upaya yang kuat untuk mengeluarkan.

Respirasi

Penurunan gerak pernafasan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh

pembatasan gerak, hilangnya koordinasi otot, atau karena jarangnya otot-

otot tersebut digunakan; obat-obat tertentu (misal., sedatif dan analgesik)

dapat pula menyebabkan kondisi ini.

Penumpukan sekret. Normalnya sekret pada saluran pernafasan

dikeluarkan dengan perubahan posisi atau postur tubuh, srta dengan batuk.

Pada kondisi imobolisasi, sekret terkumpul pada jalan napas akibat

gravitasi sehingga mengganggu proses difusi oksigen dan karbon dioksida

di alveoli. Selain itu, upaya batuk untuk mengeluarkan sekret juga

terhambat karena melemahnya tonus otot-otot pernapasan.

Xtelektasis. Pada kondisi tirh baring (imobilisasi), perubahan aliran darah

regional dapat menurunkan produksi surfaktan. Kondisi ini, ditambah

dengan sumbatan sekret pada jalan napas, dapat mengakibatkan

atelektasis.

Sistem kardiovaskular

Hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik terjadi karena sistem saraf

otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh sewaktu

individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama.

Pembentukan trobus. Trombus atau massa padat darah yang terbentuk di

jantung atau pembuluh darah biasanya disebabkan oleh tiga faktor, yakni

gangguan aliran balik vena menuju kantung, hiperkoagulabilitas darah.

Jika trombus lepas dari dinding pembuluh darah dan masuk ke sirkulasi

disebut sebagai embolus.

Page 6: Konsep Dasar Mobilisasi Rima

Edema dependen. Edema dependen biasa terjadi di area-area yang

menggantung seperti kaki dan tungkai bawah pada individu yang sering

duduk berjuntai di kursi.

Metabolisme dan nutrisi

Penurunan laju metabolisme. Pada kondisi imobilisasi, laju metabolisme

basal, motilitas usus, serta sekresi kelenjar digestif menurun seiring

dengan penurunan kebutuhan energi tubuh.

Balans nitrogen negatif. Pada kondisi imobilisasi, terdapat

ketidakseimbangan antara proses anabolisme dan katabolisme protein.

Dalam hal ini, proses katabolisme melibihi anabolisme.

Anoreksia. Penurunan nafsu makan (anoreksia) biasanya terjadi akibat

penurunan laju metabolisme dan peningkatan katabolisme yang kerap

menyertai kondisi imobilisasi.

Sistem integumen

Turgor kulit menurun. Kulit dapat mengalami atropi akibat imobilitas yang

lama. Pada akhirnya kondisi ini akan menyebabkan penurunan elastisitas

kulit.

Kerusakan kulit. Kondisi imobilitas mengganggu sirkulasi dan suplai

nutrien menuju area tertentu. Ini mengakibatkan iskemia dan nekrotis

jaringan superfisial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus.

Sistem neurosensorik

Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input sensorik,

menimbulkan perasaan lelah, tritabel, persepsi tidak realistis, dan mudah bingung.

Tingkat imobilitas

Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah:

1. Imobilitas komplet. Imobilitas ini dilakukan pada individu yang

mengalami gangguan tindakan kesadaraan

2. Imobilitas parsial. Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami

fraktur, misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki)

Page 7: Konsep Dasar Mobilisasi Rima

Gambar 10.1. Proses terjadinya ulkus dekubitus

3. Imobilitas karena alasan pengobatan. Imobilitas ini dilakukan pada

individu yang menderita gangguan pernapasan dan jantung. Pada kondisi

tirah baring (bedrest) urat, klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan

tidak boleh berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Akan tetapi, pada

tirah baring bukan total, klien masih diperbolehkan untuk turun dari tempat

tidur dan berjalan ke kamar mandi atau duduk di kursi. Keuntungan dari

tirah baring antara lain mengurangi kebutuhan oksigen sel-sel tubuh,

menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan dan dapat

mengurangi respons nyeri.

Imobilisasi

Mengakibatkan penekanan pada daerah yang menonjol

Tanda yang terlihat kemerahan, luka pada kulit di atas lubang yang menonjol

Penekanan mengakibatkan terhambatnya sirkulasi daerah ke jaringan sehingga

menyebabkan iskemia lokal

Jaringan akan mengalami anoksia dan mati, selanjutnya menimbulkan perlukaan