KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

22
KONSEP DASAR HIPERTROPI PROSTAT [BPH] PENDAHULUAN Istilah hipertropi prostat sebenarnya tidaklah tepat, karena sebenarnya kelenjar prostat tidaklah membesar/hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretral lah yang mengalami hiperplasia [tidak hipertropi]. Dalam hal ini sel-sel glandular dan sel-sel interstisial mengalami hiperplasia [sel-selnya bertambah banyak]. Maka dalam literatur Benigna Hiperpalsia of The Prostate gland atau Adenoma Prostat tapi istilah Hipertropi Prostat sudah umum dipakai. Kaum laki-laki yang telah berumur lebih dari 50 tahun sering menderita pembesaran kelenjar prostat dan frekuensinya bertambah sesuai dengan umur. Kelenjar prostat merupakan bagian dari alat reproduksi dan melingkari bagian pangkal uretra, sehingga bila terjadi pembesarn kelenjar ini, uretra yang di tengah-tengahnya akan tertekan, sehingga air seni tidak dapat mengalir keluar dengan lancar. Patofisiologi

description

KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Transcript of KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Page 1: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

KONSEP DASARHIPERTROPI PROSTAT [BPH]

PENDAHULUANIstilah hipertropi prostat sebenarnya tidaklah tepat, karena sebenarnya

kelenjar prostat tidaklah membesar/hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar

periuretral lah yang mengalami hiperplasia [tidak hipertropi]. Dalam hal ini sel-sel

glandular dan sel-sel interstisial mengalami hiperplasia [sel-selnya bertambah

banyak]. Maka dalam literatur Benigna Hiperpalsia of The Prostate gland atau

Adenoma Prostat tapi istilah Hipertropi Prostat sudah umum dipakai.

Kaum laki-laki yang telah berumur lebih dari 50 tahun sering menderita

pembesaran kelenjar prostat dan frekuensinya bertambah sesuai dengan umur.

Kelenjar prostat merupakan bagian dari alat reproduksi dan melingkari bagian

pangkal uretra, sehingga bila terjadi pembesarn kelenjar ini, uretra yang di tengah-

tengahnya akan tertekan, sehingga air seni tidak dapat mengalir keluar dengan lancar.

PatofisiologiProses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan

pada saluran kemih juga terjadi perlahan-lahan.

Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli

dan daerah prostat meningkat, serta otot destrosur menebal dan meregang sehingga

timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrosur ini disebut fase kompensasi.

Apabila keadaan berlanjut, maka destrosur menjadi lelah dan akhirnya mengalami

dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio

urine yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih

atas.

Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala adalah:

Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan retensi uretra adalah

gambaran awalnya dan menetap dari BPH

Page 2: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Hesitancy [kencing harus menunggu lama] terjadi karena destrosur membutuhkan

waktu yang cukup lama untuk dapat melawan resistensi uretra.

Intermittency [kencing terputus-putus] terjadi karena destrosur tidak dapat

mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan rasa

belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urine yang banyak dalam

buli-buli.

Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak lengkap pada tiap

miksi sehingga interval antar miksi pendek.

Frekuensi terutama terjadi pada malam hari [nokturia] karena hambatan normal

dari korteks berkurang dan tonus spinkter dan uretra berkurang selama tidur.

Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan ketidakstabilan destrusor

sehingga terjadi kontraksi involunter,

Inkontenensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya

penyakit urine keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli

mencapai compliance maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik

melebihi tekanan spinkter.

EtiologiMasih belum diketahui dengan pasti, tetapi banyak juga teori yang ditegakkan

untuk BPH ini seperti:

Teori tumor jinak [karena komponennya]

Teori rasial dan faktor sosial

Teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui.

Teori yang berhubungan dengan aktivitas hubungan seks

Teori ketidakseimbangan hormonal.

Pendapat terakhir ini sering kali dipakai yaitu terjadi ketidakseimbangan

antara hormon androgen dan hormon setrogen. Pada usia lanjut estrogen tetap dan

androgen turun, maka terjadi ketidakseimbangan estrogen menjadi lebih banyak

secara relatif ataupun secara absolut dan ini menyebabkan prostat membesar.

Page 3: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Gejala klinikSesuai dengan anatominya, maka pembesaran prostat dapat mengenai daerah

peri uretral, daerah subtrigonal atau daerah bladder neck dan pendesakan daerah

inilah yang menyebabkan gejala klinik.

Progresifitas dari BPH adalah lambat, artinya penderita tidak mengetahui

onset dari penyakitnya itu dan ia timbul telah ada penyulit-penyulit, seperti yang

sering adalah retensi urine, berkurangnya pancaran kencing, air kencing menetas

setelah habis berkemih, berkemih yang tidak lampias.

Tetapi tidak semua BPH menimbulkan keluhan, maka dari itu besarnya

kelenjar prostat tidak menentukan berat ringannya gejala, walau biasanya prostat

yang besar menyebabkan obstruksi yang besar pula.

Adapun keluhan – keluhan tersebut dapat dibagi dalam derajat-derajat:Derajat I : Penderita merasakan lemahnya pancaran kencing, kencing tak

lampias, frekuensi kencing bertambah pada malam hari.

Derajat II : adanya retensi urine maka timbullah infeksi. Penderita akan

mengeluh waktu miksi terasa panas [disuria] dan kencing malam

bertambah hebat.

Derajat III : timbulnya retensi total

Selain gejala-gejala di atas, dapat timbul gejala-gejala lain seperti: Masa pada abdomen bagian bawah.

Hematuria

Overflow urinari incontinencia atau dapat ditemukan efek sekunder dari obstruksi

bladder neck dan sebagai gejala permulaan seperti anemia, peningkatan ureum

dan kreatinin atau tanda-tanda insufisiensi renal lainnya.

Kadang-kadang retensi akut merupakan gejala pertama yang dikeluhkan

penderita, hal ini disebabkan oleh karena edema yang terjadi oleh prostat yang

membesar, edema akut juga dapat disebabkan oleh menahan kencing yang terlau

lama, disebabkan oleh udara dingin atau terlalu banyak minum.

Page 4: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

KomplikasiApabila buli-buli menjadi decompensasi akan terjadi retensio urine karena

produksi urine terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi

menampung urine sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter,

hidronefrosis dan gagal ginjal, proses kerusakan ginjal dipercepat jika terjadi infeksi.

Karena selalu terdapat sisa urine dapat terbentuk batu endapan dalam buli-

buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu

tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi

pielonefritis.

Pada waktu miksi pasien harus mengejan sehingga lama kelamaan dapat

menyebabkan hernia atau hemoroid.

Terap iTerapi untuk BPH ada 2 macam yakni:

1 . K o n s e r v a t i fTerapi konservatif dilakukan bila terapi operatif tidak dapat dilakukan, karena

misalnya: menolak operasi, mempunyai sakit jantung berat dan kontra indikasi

operasi lainnya.

Tindakan konservatif yaitu mengusahanakan agar prostat tidak mendadak

membesar, karena terjadi/adanya infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik

Terapi untuk retensi urine yaitu dengan kateterisasi dengan 2 cara:

a . K a t e t e r i s a s i i n t e r m i t e nBuli – buli dapat dikosongkan dan kateter segera dilepas, beberapa pasien

kemudian akan dapat miksi sendiri dengan spontan.

b . K a t e t e r i s a s i I n d w e l l i n g

Page 5: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Sangat berguna terutama bila penderita dulunya juga pernah mengalami retensi

urine akut. Tiap hari hendaknya kateter dibersihkan dan tiap minggu diganti

dengan kateter baru.

Pada tindakan ini hendaknya disertai dengan perlindungan terhadap bahaya

infeksi dengan memberikan juga obat sulfa atau antibiotik.

2 . T e r a p i o p e r a t i f T i n d a k a n o p e r a t i f- Pernah obstruksi/retensi berulang.

- Rine siasa lebih dari 50 cc

- Pada panendoskopi didapatkan trabekulasi yang jelas.

Kontra Ind ikas i

Kelainan jantung yang berat [dekompensai dan infark segar], insufisiensi paru yang

hebat, hipertensi.

K o n t r a i n d i k a s i r e l a t i f- DM yang tidak terkendali

- Kelainan pembekuan darah.

Ada empat cara prostatektomi yang dikenal:1. Suprapubik Transvesikel yaitu kelenjar prostat diangkat melalui

sayatan dinding perut dengan membuka kandung kencing.

2. Retropubik ekstravesikel yaitu dinding perut disayat agak

kebawaha, lalu kelenjar prostat diangkat tanpa membuka dinding kandung kemih

3. Perineal prostatektomi yaitu kelenjar prostat dibuang melalui

perineum. [Sekarang sudah ditinggalkan karena banyak menimbulkan

komplikasi]

4. Trans Urethral Resection (TUR) yaitu: kelenjar prostat diangkat

melalui saluran uretra

Komplikasi yang biasa terjadi:

Page 6: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

1. Perdarahan

2. Inkontinensia

3. Uretritis dan traktus uretra.

4. Epindidimiorkhitis

5. Trombosis

6. Fistula [suprapubik, rektiproostatik]

7. Osteitis pubis.

PrognosisPrognosis dari penyakit ini cukup baik bila penderita berobat dengan baik

yaitu operatif. Tindakan pengobatan konservatif hanyalah menunda waktu operasi /

tidak menghilangkan causanya.

PERAWATAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN

Page 7: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

PERSIAPAN PRE OPERASI Tanda persetujuan secara tertulis: penderita dan keluarga harus menyatakan

persetujuan pembedahan.

Catatan sebelum pembedahan

Ahli bedah harus meninggalkan suatu catatan pada status pasien dengan

menuliskan latar belakang, penemuan – penemuan dan indikasi untuk operasi itu.

Pesan sebelum pembedahan

Pesan tertulis sehari sebelum operasi untuk melengkapi persiapan :

1. Persiapan kulitDaerah yang akan dicukur ditentukan, lebih baik kalau pencukuran itu langsung

dilaksanakan sebelum pembedahan. Penderita harus dimandikan dengan bersih

malam sebelum pembedahan.

2. Diet Penderita tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam atau pasien dipuasakan

dan minum cairan selama 8 jam sebelum pembedahan.

3. Cairan IVPemberian cairan intra vena tidak diperlukan pada berbagai kasus tetapi pada

penderita yang lansia atau yang lemah maka perlu diberikan cairan penguat yang

diberikan pada malam sebelum pembedahan

4. Pengurangan isi perutPencahar dan enema kebanyakan dilaksanakan pada pembedahan perut, pengosongan

sebagian dari usus dilaksanakan pemberian 2- 3 tablet Biksahodil [Dulcolax]

Per oral atau melalui supositoria. Pengurasan lebih sempurna dilaksanakan

dengan enema memakai garam fisiologis atau air ledeng + sabun yang hangat –

hangat kuku [500 – 1500cc].

5. Pemberian obat-obatan Premedikasi anestetik biasanya ditangani oleh dokter ahli anestesi. Obat-obatan

sebelum pembedahan dapat atau tidak dapat diteruskan harus dilihat lagi.

6. Test laboratoriumPenentuan BUN, kreatinin serum dan urinalisa rutin, kalium serum, kreatinin serum,

lab darah dll.

Page 8: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

7. Sinar xPenyinaran pada dada, pielogram IV dapat menetapkan besarnya ginjal dan adanya

obstruksi air kemih dan arteriogram kadang-kadang diperlukan.

8. Transfusi darah.Harus disiapkan bilamana diperlukan

9. Kandung kencingKateter Foley digunakan pada pembedahan yang lama lebih baik memasang kateter

sesudah dibedah dari pada sebelumnya

PERAWATAN PASCA BEDAHPesan sesudah pembedahan

1. Jenis pembedahan

Sehingga perawat dan dokter yang jaga mengetahui persoalan yang dihadapi.

2. Tanda-tanda vital

Tekanan darah, denyut nadi, respirasi harus dicatat tiap 15 menit sesudah itu tiap

jam selama beberapa jam kemudian tiap 4 jam hingga penderita stabil.

3. Catat BB setiap hari, input dan out put

4. Tentukan catat BUN, kreatinin dan elektrolit setiap hari

5. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setiap hari

6. Aktivitas dan posisi

Posisi mula-mula terlentang tetapi penderita harus dimiringkan ke kiri atau kanan

tiap 30 menit sementara ia tidak sadarkan diri dan setiap jam sesudahnya.

Anjurkan menggerakkan kaki secara aktif dan pasif setiap jam hingga dibolehkan

berjalan.

7. Makanan

8. Cairan intra vena [catat jenis cairan dan kecepatannya infus]

9. Pantau drain pada luka pembedahan bila ada catat out put nya.

10. Monitor kateter dan pengeluaran urinenya, warna dan out put-nya.

11. Pantau irigasi pada kandung kemih bila ada.

12. Perawatan luka bersih pada daerah luka pasca bedah.

13. Pengobatan

Page 9: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Telitilah daftar obat-obatan yang diberikan sebelum pembedahan apakah masih

perlu diberikan obat sesuai dengan indikasi dan pesanan dokter.

Bib l iography

Page 10: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Mansjoer Arif [edit] … [et _al.].Kapita Selekta Kedokteran.—Ed. 3, cet.1.—

Jakarta: Media Aesculapius, 2000.

Doenges, Marylinn E . . . [et_al].—Rencana Asuhan Keperawatan.—Ed.3.

Jakarta: EGC.—1999.

Drajat. M.T.—Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Khusus,--Jakarta: Aksara

Medisina, --1986.

Oswari.E.—Bedah dan Perawatannya.—Jakarta: Gramedia, -- 1993.

PADA PASIEN DENGAN POST OP APPENDICTOMI

Page 11: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Appendicsitis adalah merupakan radang appendics, suatu bagian seperti kantung

yang non fungsional dan terletak dibagian inferior sekum.

B. ETIOLOGI

Paling umum oleh obstruksi lumen oleh feses.

C. PATOFISIOLOGI

Bila appendics tersembat, tekanan intralumen meningkat, menimbulkan

penurunan drainase vena, oedema dan invasi bakteri dinding usus. Bila obstruksi

berlanjut appendics menjadi semakin hiperemik, hangat dan tertutup eksudat

yang seterusnya menjadi gangren dan perforasi.

Appendics tersumbat

Tekanan intraluminal ↑

↓ Drainase vena

Trombosis, oedema

Obstruksi berlanjut

(hiperemik dan eksudat)

Gangren dan perforasi.

D. TANDA DAN GEJALA

Anoreksia biasanya tanda pertama

Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian

Page 12: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal).

Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.

postekal/nyeri terbuka → diare.

Muntah, demam → derajat rendah, kecuali ada perforasi.

Lekositosis → bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa/penatalaksanaan

E. PENATALAKSANAAN

Tidak ada penataksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan.

Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi

pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi.

Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi

dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu

menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda

namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi

lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.

F. DIAGNOSA BANDING

Adenisitis Mensentrik.

Kista ovari

Koletiasis

Batu ginjal/uretra.

Diverkulitis

G. KOMPLIKASI

Perforasi dengan pembentukan abses

Peritonitis generalisata

Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian.

Page 13: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

A. AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala : Malaise

B. SIRKULASI

Tanda : Takhikardi

C. ELEMINASI

Gejala : Konstipasi pada awal awitan, Diare

Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/lepas, kekakuan, penurunan/tidak

ada bising usus

D. MAKANAN/CAIRAN

Gejala : Anoreksia, muntah-muntah.

E. NYERI/KENYAMANAN

Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium, umbilikus yang meningkat

berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak

antara umbilikus dan tulang ilium kanan). Meningkat karena

berjalan, bersin, batuk/nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga

perforasi/infark pada appendics.

Tanda : Perilaku hati-hati, berbaring ke samping/terlentang dengan lutut

ditekuk. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena

posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak, nyeri lepas pada

posisi kiri diduga inflamasi peritonial.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

utama (perforasi/ruptur, peritonitis) dan prosedur invasif insisi bedah.

Tujuan :

Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi, drainase

purulen, eritema dan demam.

Page 14: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Intervensi :

Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan

mental, meningkatnya nyeri abdomen.

Lakukan perawatan secara septik dna aseptik pada luka post op.

Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik drainase luka adanya eritema.

Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien.

Berikan antibiotik sessuai instruksi.

2. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) berhubungan dengan muntah pra

operasi, pembatasan pasca operasi (ex. Puasa). Status hipermetabolik (demam,

proses penyembuhan) inflamasi peritonium dengan cairan asing.

Tujuan :

Pertahankan keseimbangan cairan dibuktikan dengan kelembaban membran

mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil.

Intervensi :

Awasi tanda vital, lihat membran mukosa. Kaji turgor kulit dan pengisian

kapiler.

Awasi pemasukan dan haluaran, catat warna urine/konsentrasi berat jenis.

Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus.

Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila masukan peroral dimulai dan

lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.

Berikan perawatan mulut.

3. Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi adanya

insisi bedah.

Tujuan :

Klien melaporkan nyeri hilang, tampak rileks, mampu tidur.

Intervensi :

Kaji nyeri, catat lokasi nyeri, beratnya (skala 1-10).

Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.

Page 15: KONSEP DASAR BPH + APPENDICITIS

Dorong ambulasi dini.

Berikan aktivitas hiburan

Berikan analgetik sesuai instruksi

Berikan kantong es pada abdomen.

Daftar Pustaka

1. Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta

2. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta.

3. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000,

Jakarta.

4. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

5. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal),

EGC, Jakarta.

6. Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula. Bina Aksara

Jakarta.