KONSENTRASI PERADILAN AGAMA -...

110
SKRIPSI PENERAPAN ASAS CONTRA LEGEM DALAM PEMBAGIAN HARTA BERSAMA (Analisis Putusan perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA.Bbs di Pengadilan Agama Brebes) Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : AHMAD DHIAUL AKIFIN NIM : 108044100075 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H / 2014 M

Transcript of KONSENTRASI PERADILAN AGAMA -...

Page 1: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

SKRIPSI

PENERAPAN ASAS CONTRA LEGEM DALAM PEMBAGIAN HARTA

BERSAMA (Analisis Putusan perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA.Bbs di

Pengadilan Agama Brebes)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

AHMAD DHIAUL AKIFIN NIM : 108044100075

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1435 H / 2014 M

Page 2: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam
Page 3: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam
Page 4: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam
Page 5: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

ABSTRAK

Ahmad Dhiaul Akifin/108044100075/SAS/PERADILAN AGAMA PENERAPAN ASAS CONTRA LEGEM DALAM PEMBAGIAN HARTA BERSAMA (Analisis Putusan perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA.Bbs di Pengadilan Agama Brebes)/Peradilan Agama/Hukum Keluarga/Fakultas Syariah dan Hukum/Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013/(i,ii) 2 Halaman/1-91 Halaman/2 lampiran. Berlakunya asas “Contra Legem” oleh seorang hakim dalam pembagian harta bersama pada Putusan Perkara Nomor: 1048/Pdt.G/2009/PA.Bbs. Contra Legem yaitu yaitu wewenang seorang hakim untuk menyimpangi ketentuan-ketentuan hukum tertulis yang telah ada yang telah usang ketinggalan zaman sehingga tidak lagi mampu memenuhi rasa keadilan masyarakat. Penelitian yang dilakukan penulis bertujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui Penerapan asas “Contra Legem” dalam pembagian harta bersama pada Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs.

2. Untuk mengetahui dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutuskan pembagian harta bersama pada Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs di Pengadilan Agama Brebes

3. Untuk mengetahui pembagian harta bersama dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif.

Pada penyusunan skripsi ini penulis menggunakan data kualitatif , yaitu data yang berupa nilai, artinya tidak bisa diukur secara langsung, misalnya seperti data tentang keterampilan,aktifitas, sikap. Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini, maka Penulis menggunakan metode:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan a). Penelitian yuridis normatif b). Penelitian kepustakaan c). Pendekatan perundang-undangan d). Tipe Pendekatan Kasus

2. Sumber Bahan Hukum a). Bahan hukum primer

b). Bahan hukum sekunder c). Bahan hukum Tersier 3. Teknik Pengumpulan data

a). Metode Dokumentasi b). Metode Interview wawancara

4. Teknik Analisis a). Memilih pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang

mengatur tentang hukum harta bersama dan tata cara pembagiannya dalam peraturan perundang-undangan.

Page 6: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

b). Membuat sistematik dari pasal-pasal atau kaidah-kaidah hukum tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut yaitu bahwa putusan hakim dalam putusan perkara nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs di Pengadilan Agama Brebes sudah benar dan memenuhi rasa keadilan yang berkembang di masyarakat, Dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutus perkara pembagian harta bersama pada putusan perkara tersebut mengacu pada tiga unsur yakni : Adanya rasa keadilan Adanya kemanfaatan dan Adanya kepastian hukum

Di dalam KHI jelas lah sudah bahwa bahwa jika di dalam suatu perkawinan terdapat harta bersama maka pembagiannya harus sama banyak, baik itu cerai hidup atau mati. Dan di dalam peraturan perundang-undangan seperti pada Undang-undang No. 1 tahun 1974 beserta juklaknya (PP.No.9 tahun 1975) maupun dalam BW., tiada ketentuan yang mengatur berapa bagian pasangan suami istri yang bercerai. Kata kunci: Keadilan, Kewenangan, Peraturan, dan Petimbangan. Pembimbing: M.YASIR, SH, MH/Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini dengan izin dan karunia ALLAH SWT Dzat yang selalu memberikan

kekuatan kepada penulis. Sholawat teriring salam kepada Baginda Nabi

Muhammad SAW, semoga syafaatnya senantiasa tercurah kepada kaum

muslimin.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar

Sarjana Syariah (S.Sy) pada konsentrasi Peradilan Agama, Universitas Islam

Negeri. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan dan

saran dari berbagai pihak, sehingga ucapan terima kasih penulis sampaikan

dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., Dan Ibu Dra. Hj. Rosdiana,

MA Ketua dan Sekretaris Program Studi Akhwal Syakhshiyah Fakultas

Syariah dan Hukum, serta Dosen Pembimbing Akademik Penulis

Bapak JM. Muslimin, Ph.D. Terima kasih atas bantuan, perhatian dan

arahan yang selama ini diberikan.

Page 8: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

3. Bapak M. Yasir, SH, MH. Dosen Pembimbing Skripsi Penulis yang

telah banyak memberikan saran dan nasehat dalam penyusunan skripsi

ini. Terima kasih banyak.

4. Ayahanda tercinta (Alm) H. A. Turmudzie dan Ibunda tersayang

Dalilah, sujud baktiku kepada kalian atas segala do’a dan pengorbanan

kalian selama ini. “Robbighfirlii Waliwaalidayya Warhamhumaa

Kamaa Robbayaanii Shoghiiroo”. Saudara-saudariku kanda Dra.

Muthmainnah & Suami, kanda Ghufron Rusydi M.Pd & Istri, kanda

Roudhotul Jannah, S.Pd.I & Suami kanda Nana Mahsunah dan Adinda

Iie Nazhiroh serta R. Rizki Fauziatul ‘Arsy. Terima kasih untuk semua.

5. Sahabat-sahabatku: Rusdi, Usman, Ade, Rodzy, Atho, Mawardi,

Zaenal, Syarif, Arifuddin, Seto, Ibenk, Daeroby canda tawa kalian akan

menjadi kenangan terindah dan tak terlupakan.

6. Khususnya sobat seperjuangan dari pertama menginjakkan kaki di UIN

Jakarta : H. Mawardi,S.Sy, Machrus Ni’amillah, S.Sy, M. Zaenal

Abidin, S.Sy dan pengarah dalm pembuatan skripsiku M. Rusydiana

Nur Ridho, S.Sy, SH.

7. Serta teman-teman Mahasiswa PA.B Angkatan 2008 lainnya.

8. Adinda Lia Akmalia, S.Pd.I yang telah memberikan semangat serta

do’anya selama ini. Thank you botto.

9. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat

Page 9: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

digunakan sebagai rujukan penyusunan skripsi lainnya di masa

mendatang. Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi

kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.

Jakarta, 28 Januari 2014

Penulis

Page 10: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................ 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 10

E. Review Studi Terdahulu ....................................................... 10

F. Metode Penelitian ................................................................. 11

G. Teknik Penulisan .................................................................. 15

H. Sistematika Penulisan ........................................................... 16

BAB II KAJIAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BERDASARKAN ASAS CONTRA LEGEM ........................... 18

A. Harta Bersama ........................................................................ 18

1. Pengertian Harta Bersama ................................................ 18

2. Perolehan Harta Bersama ................................................. 21

3. Pembagian Harta Bersama ............................................... 26

a) Menurut Fiqh .............................................................. 26

Page 11: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

b) Menurut Perundang-undangan di Indonesia ............... 33

B. Asas Contra Legem dan Aliran Hukum ................................. 38

1. Pengertian Asas Contra Legem ......................................... 38

2. Aliran Hukum .................................................................... 45

a) Aliran Legisme ............................................................. 45

b) Freirechtbewegung ....................................................... 50

c) Rechtvinding ................................................................ 58

BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA BREBES .......................... 62

A. Histori Pembentukan Pengadilan ........................................... 62

B. Struktur Organisasi Pengadilan .............................................. 65

C. Kedudukan dan Kewenangan Absolut Relatif Pengadilan

Agama Brebes ........................................................................ 66

BAB IV PENERAPAN ASAS CONTRA LEGEM DALAM

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA ........................................ 70

A. Penerapan Asas ”Contra Legem” dalam pembagian harta

bersama pada Putusan Perkara Nomor:

1048/Pdt.G/2009/PA.Bbs ....................................................... 70

B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

terhadap Putusan Perkara Nomor:

Page 12: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

1048/Pdt.G/2009/PA.Bbs ....................................................... 77

C. Analisis Penulis ................................................................ 83

BAB V PENUTUP ............................................................................. 88

A. Kesimpulan........................................................................ 88

B. Saran-saran........................................................................ 91

C. Lampiran

1) Hasil wawancara Ketua Majlis Hakim Pengadilan Agama

Jakarta Selatan.

Page 13: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

wanita sebagai suami istri. Tujuan Perkawinan menurut UUP No. 1 tahun 1974

adalah bahwa perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1

Pada prinsipnya suatu perkawinan ditujukan untuk selama hidup dan

kebahagiaan bagi pasangan suami istri yang bersangkutan. Keluarga yang kekal

dan bahagia, itulah yang dituju. Banyak faktor yang memicu keretakan

bangunan rumah tangga, dan perceraian menjadi jalan terakhir.

Dalam pernikahan, secara tersirat, antara suami istri telah ada kesepakatan

untuk bekerja sama membina rumah tangga, yang antara lain bekerja mencari

penghasilan untuk menunjang berdirinya rumah tangga yang sejahtera. Dalam

kaitan ini, antara suami-istri tidak lagi mempersoalkan pihak mana yang lebih

banyak bekerja menghasilkan kekayaan dan tidak pula mempersoalkan jenis

kerja masing-masingnya. Pembagian kerja dilakukan sedemikian rupa dan atas

dasar itu, penghasilan yang diperoleh selama masa perkawinan dianggap sebagai

harta bersama.

1 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI, (Bumi Aksara, Jakarta, Cet. I, 1996), h. 28.

Page 14: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

2

Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak

dari suami atau istri mempunyai harta yang dibawa dan diperoleh sebelum

melakukan akad perkawinan. Suami atau istri yang telah melakukan perkawinan

mempunyai harta yang diperoleh selama perkawinan yang disebut harta

bersama. Meskipun harta bersama tersebut hanya suami yang bekerja dengan

berbagai usahanya sedangkan istri berada di rumah dengan tidak mencari nafkah

melainkan hanya mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.2

Suami maupun istri mempunyai hak untuk mempergunakan harta bersama

yang telah diperolehnya tersebut selagi untuk kepentingan rumah tangganya

tentunya dengan persetujaun kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan harta

bawaan yang keduanya mempunyai hak untuk mempergunakannya tanpa harus

ada persetujuan dari keduanya atau masing-masing berhak menguasainya

sepanjang para pihak tidak menentukan lain, sebagaimana yang diatur dalam UU

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 35.3

Harta bersama4 atau Istilah gono-gini, sudah tidak asing lagi di benak

masyarakat terutama di Jawa, karena kata tersebut berasal dari bahasa Jawa,

namun orang Sunda menyebut Guna Kaya, orang Bali menyebut Barang Gini

2J. Satrio, Hukum Harta Perkawinan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Cet. 1, 1991, h. 5 3 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Cet. II, h. 231-232 4 Penyebutan harta bersama suami-istri berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. di daerah acaeh disebut dengan heureuta sihaurekat,di Minangkabau harta bersama disebut dengan ”harta suorang”, di Kalimantan disebut ”barang perpantangan”, di Bugis disebut dengan ”cakkara”, di Bali disebut dengan ”druwe gabro”, di Jawa disebut dengan ”barang gini” atau ”gono-gini”, dan di Pasundan disebut dengan”guna kaya”, ”barang sekaya”, ”campur kaya”, dan di Madura disebut “ghuna-ghana”. Lihat H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (kajian fikih nilai lengkap), (Jakarta, Rajawali Press, 2010), h. 177

Page 15: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

3

dan lain-lainnya dan umumnya bangsa Indonesia juga telah memakluminya.

Dalam UU. No.1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam tidak tercantum

istilah Gono-gini atau istilah adat lainnya, namun di sebutlah dengan istilah

“Harta Bersama”.

Pembakuan istilah harta bersama sebagai terminus hukum yang berwawasan

nasional baru dilaksanakan pada tahun 1974 dengan berlakunya Undang-undang

No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Meskipun dalam peraturan perundang-

undangan dan yurisprudensi telah disebutkan dengan jelas istilah harta bersama

terhadap harta yang diperoleh selama berlangsungnya perkawinan, tetapi dalam

praktik masih saja disebut secara beragam sebagaimana sebelum berlakunya

Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Namun hal ini tidak

mempengaruhi keseragaman pengertian, sebab yang dimaksud harta bersama

adalah semua harta yang diperoleh selama dalam ikatan perkawinan

berlangsung.5

Menurut pasal 1 (f) Kompilasi Hukum Islam (KHI), Harta kekayaan dalam

perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau

bersama suami-istri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung dan

selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama

siapapun. Mengenai aturan harta kekayaan dalam perkawinan telah diatur dalam

pasal 35 s/d 37 UU. No. 1 tahun 1974 dan pasal 85 s/d 97 KHI serta dalam

5 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 107

Page 16: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

4

KUHPerdata (BW) dapat di lihat dari pasal 119 s/d pasal 125. Sedangkan

menurut Pasal 35 UU. No. 1 tahun 1974 sebagai berikut:6

1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah dibawah

penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Menurut pasal 119 BW: “Mulai saat perkawinan dilangsungkan, demi hokum

berlakulah persatuan bulat antara harta kekayaan suami istri, sekedar mengenai

itu dengan perjanjian kawin tidak diadakan ketentuan lain”.

Apabila memperhatikan peraturan-peraturan perundang-undangan seperti

pada UU.No. 1 tahun 1974 beserta juklaknya (PP.No.9 tahun 1975) maupun

dalam BW., tiada ketentuan yang mengatur berapa bagian pasangan suami istri

yang bercerai. Namun dengan berdasarkan pasal 97 KHI berbunyi sebagai

berikut: “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta

bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan”.

Ketentuan ini cukup tegas dan jelas bahwa suami dan istri yang telah bercerai

pembagian harta bersamanya (gono-gini) adalah dibagi dua sama banyak

kecuali ada perjanjian tertentu.7

Pasal 96 dan 97 Kompilasi Hukum Islam menentukan pembagian harta

bersama dengan cara separo atau seperdua antara suami dan istri. Pembagian

6 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 56 7 http://cakraarbas.blogspot.com/2011_09_01_archive.html, Aspek reform KHI pengaruh adat (Harta Bersama), di akses pada tanggal 25 september 2012.

Page 17: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

5

yang demikian terasa adil bila istri seorang ibu rumah tangga alias pekerja

“domestic”. Wajar seorang istri mendapatkan bagian seperdua dari harta

bersama karena pada hakekatnya ia juga ikut bekerja, yaitu mengurus rumah

tangga, namun bila seorang istri, di samping sebagai ibu rumah tangga, ia juga

bekerja dan mempunyai penghasilan dan penghasilannya melebihi penghasilan

suami, maka pembagian seperdua dari harta bersama terasa tidak tepat dan perlu

modifikasi, namun modifikasi terhadap hal seperti ini tidak mempunyai dasar

atau aturan yang pasti tentang perbandingan pembagian yang proporsional dalam

membagi harta bersama, kecuali seperdua, sehingga untuk menentukan secara

pasti perbandingan yang proporsional sangat sulit.8

Menelisik beberapa persoalan menyangkut keberadaan harta bersama,

sebagaimana tergambar di depan, sebenarnya sejak dini telah diantisipasi oleh

pembuat peraturan perundang-undangan. Pada Undang-undang Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan dan juga pada Kompilasi Hukum Islam berdasarkan

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 ada diatur institusi yang namanya

“perjanjian perkawinan”. Perjanjian perkawinan dipandang dapat menyelesaikan

persoalan-persoalan dalam harta benda dalam perkawinan secara adil,

proporsional, efektif dan aplikatif. Pengaturannya pun sebenarnya telah

ditempatkan lebih dahulu dari pada pengaturan mengenai harta bersama, yang

8 M. Taufiq Hz, Kedudukan Harta Bersama Dalam Konteks Kewajiban Nafkah, Suara Uldilag, Vol. II, No. 7 September 2005, h. 100-107.

Page 18: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

6

ini mengindikasikan pendahuluan atau pengutamaan “perjanjian perkawinan”

dari pada “harta bersama” agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.9

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menitikberatkan pada persoalan

mengenai pembagian harta bersama yang mana istri lebih banyak mendapatkan

harta bersama dari pada suami. Berdasarkan pasal 97 KHI berbunyi sebagai

berikut: “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta

bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan”. Dalam

Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs, Putusan PA Brebes ini

hakim memutuskan bahwa istri mendapatkan 2/3 bagian sedangkan bagi suami

mendapatkan 1/3 bagian dari harta bersama.

Pada putusan ini hakim sedikit menyimpang dari aturan perundang-

undangan dalam arti hakim memakai atau menerapkan asas “Contra Legem”

dalam memutuskan perkara ini. Contra Legem adalah putusan Hakim pengadilan

yang mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang ada, sehingga

Hakim tidak menggunakan sebagai dasar pertimbangan atau bahkan

bertentangan dengan pasal Undang-Undang sepanjang pasal Undang-Undang

tersebut tidak lagi sesuai dengan perkembangan dan rasa keadilan masyarakat.

Demi terciptanya suatu keadilan, terkadang hakim dapat bertindak Contra

Legem, yang mana sebagai pijakannya adalah: UU N0. 4 tahun 2004 pasal 28 (1)

yaitu : ”Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan

rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Sedang Pasal 2 ayat (1) Undang-

9 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menempatkan perjanjian perkawinan pada Bab V sedangkan harta bersama ditempatkan pada Bab VII. Kompilasi Hukum Islam menempatkan perjanjian perkawinan pada Bab VII sedangkan harta bersama ditempatkan pada Bab XIII.

Page 19: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

7

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang

menyatakan ; ”Peradilan dilakukan Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa Demikian juga pada Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48

tersebut sebagai UU yang baru dan merupakan perubahan UU sebelumnya,

mengenai Kekuasaan Kehakiman, yang isinya tak jauh beda dengan maksud

pasal 28(1) UU.No. 4 tahun 2004 di atas, yang pokoknya wajib menggali,

mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat.

Akan tetapi jika dibandingkan dengan Asas atau Aliran Legisme sangatlah

bertentangan dengan Asas Contra Legem. Asas Legisme adalah suatu aliran yang

beranggapan bahwa hukum adalah undang-undang. Oleh karena itu aliran ini

hanya mengakui hukum yang ada di undang-undang saja, maka satu-satunya

sumber hukum adalah Undang-undang.10

Namun jika dilihat dari aspek hukum Indonesia yang mengadopsi hukum

“civil law” maka seharusnya hakim tetap berpegang teguh pada aturan

perundang-undangan yang berlaku, karena memang hukum Indonesia tidak

menganut hukum “anglo-saxon” atau “common law”. Memang sedikit kontras

isi dari Pasal 28 UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, menarik rasanya untuk

mengkaji lebih dalam serta menganalisis lebih tajam dengan menguraikan

permasalahan ini dalam bentuk skripsi yang berjudul” Penerapan Asas Contra

10 Hasanuddin AF dkk, Pengantar Ilmu Hukum, (jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), h.143.

Page 20: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

8

Legem dalam Pembagian Harta Bersama (Analisis Putusan perkara Nomor

: 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs di Pengadilan Agama Brebes).

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana

asas Contra Legem itu diterapkan oleh seorang hakim dalam memutus

suatu perkara khususnya dalam pembagian harta bersama. Setelah

membahas bagaimana asas Contra Legem itu terjadi tentunya tidak lupa

yaitu apa yang menjadi dasar hukum pertimbangan seorang hakim untuk

memutuskan perkara pembagian harta bersama secara proporsional, dan

barulah pembahasan mengenai pembagian harta bersama dalam perspektif

hukum yang berlaku di Indonesia.

2. Pembatasan Masalah

Persoalan mengenai pembagian harta bersama sangatlah menarik

untuk dikaji, dalam kajian analisis ini hakim menggunakan asas Contra

Legem dalam memutuskan perkara pembagian harta bersama. Agar tidak

terjadi perluasan dalam pembahasan maka dari itu penulis ingin membatasai

masalah ini seputar asas Contra Legem dalam Pembagian bersama pada

Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs di Pengadilan Agama

Brebes.

Page 21: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

9

3. Perumusan Masalah

Pembagian harta bersama dalam KHI pasal 97 dijelaskan bahwa

janda dan duda mendapatkan separuh atau seperdua dari harta bersama

dalam perkawinan, akan tetapi dalam Putusan Perkara Nomor :

1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs di Pengadilan Agama Brebes, hakim memakai

asas contra legem yang bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan.

Rumusan permasalahan di atas, penulis rinci berbentuk persoalan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan asas “Contra Legem” dalam pembagian harta

bersama pada Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs?

2. Apa dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutuskan

pembagian harta bersama pada putusan Perkara Nomor :

1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs ?

3. Bagaimana pembagian harta bersama dalam perspektif hukum Islam

dan hukum perundang-undangan di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis bertujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui Penerapan asas “Contra Legem” dalam

pembagian harta bersama pada Putusan Perkara Nomor :

1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs.

Page 22: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

10

2. Untuk mengetahui dasar hukum pertimbangan hakim dalam

memutuskan pembagian harta bersama pada Putusan Perkara

Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs di Pengadilan Agama Brebes

3. Untuk mengetahui pembagian harta bersama dalam perspektif

hukum Islam dan hukum positif.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Diharapkan memberikan manfaat bagi pihak terkait, yang dalam

hal ini para pihak khususnya yang konsen mengkaji Hukum

Perkawinan, Hukum Perdata ataupun Hukum Acara Perdata.

2. Untuk menambah serta memperdalam ilmu pengetahuan penulis

akan hal hukum Hukum Perkawinan, Hukum Perdata ataupun

Hukum Acara Perdata.

3. Sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan acuan terhadap

pembuatan penelitian yang serupa di masa mendatang.

E. Review Studi terdahulu

Berikut anotasi dari beberapa Skripsi yang terkait dengan tema penulis

yang didapatkan dari Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1) Penelitian pertama yaitu dilakukan oleh Jam’an Nurkhotib Mansur

(Mahasiswa Peradilan Agama UIN) yang berjudul Penyelesaian Gugatan

Harta Bersama Pasca Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur.

Page 23: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

11

Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2008 ini fokus pada penjelasan

mengenai perceraian dan harta bersama secara umum. Dari sisi metode

penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Jam’an Nurkhotib Mansur jelas

berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Objek penelitian penulis

adalah Penerapan Asas Contra Legem dalam pembagian harta bersama.

2) Penelitian kedua yaitu dilakukan oleh saudari Hernasari (Mahasiswa

Peradilan Agama UIN) yang berjudul Analisis Putusan Mahkamah Agung

RI No.193 K/AG/2004 Tentang Pembagian Harta Bersama. Penelitian yang

dilaksanakan pada tahun 2009 ini fokus pada pembahasan putusan

Pengadilan Agama Yogyakarta yang dianggap tidak adil dan kemudian

melakukan kasasi ke Mahkamah Agung. Penelitian yang dilakukan oleh

saudari Hernasari jelas berbeda dengan penelitian yang penulis bahas. Objek

penelitian yang penulis bahas lebih cenderung kepada tentang kekuasaan

kehakiman.

3) Penelitian ketiga yaitu dilakukan oleh saudara Hamzah Ihwat (Mahasiswa

Peradilan Agama UIN) yang berjudul Penyelesaian Harta Bersama Akibat

Perceraian Perspektif Hukum Islam (Studi Putusan No.393/Pdt.G/2007/PA

Tng). Dari sisi metode penelitian, penelitian yang dilakukan oleh Hamzah

Ihwat pada tahun 2009 ini jelas berbeda dengan penelitian yang penulis

bahas. Objek penelitian yang penulis bahas yaitu menjelaskan dasar seorang

hakim di dalam memutus suatu perkara khususnya harta bersama.

F. Metode Penelitian

Page 24: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

12

Pada penyusunan skripsi ini penulis menggunakan data kualitatif , yaitu

data yang berupa nilai, artinya tidak bisa diukur secara langsung, misalnya

seperti data tentang keterampilan,aktifitas, sikap.11

Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan untuk menyusun skripsi

ini, maka Penulis menggunakan metode:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

a). Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk

mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam

hukum positif.12

b). Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara mengkaji, menganalisa serta merumuskan

buku buku, literatur dan yang lainnya yang ada relevansinya dengan

judul skripsi ini.

Sedangkan pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini antara

lain ialah:

a). Pendekatan perundang-undangan (statute approach) ialah

pendekatan dengan melakukan pengkajian terhadap peraturan

11 Afifi Fauzi Abbas, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Adelina Offset, 2010), h.158. 12 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia

Publishing, 2008), h. 294.

Page 25: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

13

perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral

penelitian skripsi ini.13

b). Tipe Pendekatan Kasus (Case Approach)14 dalam hal ini adalah

pendekatan terhadap kasus pembagian harta bersama yang

dilakukan oleh Penggugat terhadap tergugat sehingga menjadi

dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara.

2. Sumber Bahan Hukum

Dalam penyusunan skripsi ini Penulis menggunakan dua jenis sumber

data yaitu:

a). Bahan hukum primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas

peraturan peruang-undangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam , dan BW.

b). Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan data yang diperoleh dari

bahan kepustakaan.15 Bahan hukum yang terdiri dari atas buku-buku

(textbooks) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh (de

herseende leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para sarjana, kasus-

13 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, h. 295.

14 Dalam menggunakan pendekatan kasus, yang perlu dipahami oleh penelti adalah ratio decidendi, yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan hakim untuk sampai kepada putusannya. Ratio decidendi dapat diketemukakan dengan memperhatikan fakta materiil, fakta-fakta materiil tersebut berupa orang, tempat dan waktu. Lihat Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta, Kencana, 2011), cet. 7, h. 119.

15 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h. 51.

Page 26: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

14

kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang

berkaitan dengan topik penelitian skripsi ini.

c). Bahan hukum Tersier

Bahan Hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder seperti kamus hukum, encyclopedia, dan lain-lain.16

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Berisi uraian logis prosedur pengumpulan bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tersier, serta bagaimana bahan hukum

tersebut diinvetarisasi dan diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah yang

dibahas.

Dalam upaya mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan

metode sebagai berikut:

a). Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah mencari hal-hal atau variabel berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, media online, majalah, prasasti,

notulen, rapat, agenda, dan sebagainya.17

b). Metode Interview wawancara atau interview merupakan Tanya jawab

secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara lansung.

Dalam proses interview ada dua pihak yang menempati kedudukan

yang berbeda. Satu pihak sebagai berfungsi sebagai pencari informasi

16 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, h. 296. 17 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 201.

Page 27: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

15

atau interviewer sedangkan pihak lain baerfungsi sebagai pemberi

informasi atau informan (responden)18 Proses wawancara ini akan di

ajukan kepada beberapa nara sumber diantaranya ahli hukum perdata,

Hakim Pengadilan Agama Brebes atau Hakim Pengadilan Agama

lainnya.

4. Teknik Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum merupakan langkah-langkah yang berkaitan

dengan pengelolahan terhadap bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan

untuk menjawab isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

Pada penelitian hukum normatif, pengelolahan bahan hukum

hakikatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap

bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi

terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan

analisis dan konstruksi.

Dalam analisis Bahan Hukum ini kegiatan yang dilakukan antara lain

a). Memilih pasal-pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur

tentang hukum harta bersama dan tata cara pembagiannya dalam

peraturan perundang-undangan.

b). Membuat sistematik dari pasal-pasal atau kaidah-kaidah hukum

tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu.

G. Teknik Penulisan

18 Soemitro Romy H. Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), h. 71.

Page 28: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

16

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

H. Sistematika Penulisan

Pendahuluan terbagi dalam sub bab, yang berisikan tentang latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, teknik dan sistematika penulisan.

Sedangkan dalam bab kedua ini menjelaskan tentang Pengertian Harta

Bersama, kemudian menjelaskan tentang Pengertian Asas“Contra Legem”,

dan yang terakhir memaparkan tentang Pembagian Harta Bersama Menurut

Hukum Islam dan menurut hukum perundang-undangan di Indonesia.

Dalam bab ketiga ini menjelaskan tentang Gambaran umum Pengadilan

Agama Brebes yaitu histori pembentukan Pengadilan Agama, kemudian

tentang strukrur organisasi Pengadilan Agama Brebes dan yang terakhir

tentang kedudukan dan kewenangan Pegadilan Agama Brebes.

Kemudian dalam bab keempat ini penulis mencoba memaparkan dan

menjelaskan tentang Analisis Penerapan asas “Contra Legem” dalam

pembagian harta bersama pada Putusan perkara Perkara Nomor :

1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs, kemudian tentang Analisis dasar hukum

pertimbangan hakim dalam memutuskan pembagian harta bersama pada

Putusan Perkara Nomor: 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs dan yang terakhir Analisis

Penulis.

Page 29: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

17

Dalam bab terakhir ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran

penulis.

Page 30: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

18

BAB II

KAJIAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA BERDASARKAN ASAS

CONTRA LEGEM

A. Harta Bersama

1. Pengertian Harta Bersama

Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak

dari suami atau istri mempunyai harta yang dibawa dan diperoleh sebelum

melakukan akad perkawinan. Suami atau istri yang telah melakukan perkawinan

mempunyai harta yang diperoleh selama perkawinan yang disebut harta bersama.1

Meskipun harta bersama tersebut hanya suami yang bekerja dengan berbagai

usahanya sedangkan istri berada di rumah dengan tidak mencari nafkah melainkan

hanya mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.2

Segala penghasilan suami istri baik keuntungan yang diperoleh

perdagangan masing-masing, perolehan masing-masing sebagai pegawai jatuh

menjadi harta bersama suami istri, sepanjang mengenai penghasilan pribadi suami

istri tidak terjadi pemisahan bahkan dengan sendirinya terjadi perhubungan

sepanjang suami tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan.3

1 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, h. 231

2 J.Satrio, Hukum Harta Perkawinan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Cet. 1, 1991, h. 5 3 M.Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, h. 302-306

18

Page 31: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

19

Dalam setiap perkawinan pada dasarnya diperlukan harta yang menjadi dasar

materil bagi kehidupan keluarga, harta tersebut dinamakan harta bersama.

Pengertian harta bersama menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah : “harta

perolehan bersama selama bersuami istri”.4

Menurut Sayuti thalib, harta perkawinan suami istri apabila dilihat dari sudut

asal usulnya dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Harta masing-masing suami istri yang dimilikinya sebelum mereka kawin

baik berasal dari warisan, hibah, harta usaha mereka sendiri-sendiri, atau

yang dapat disebut harta bawaan.

2. Harta masing-masing suami istri yang dimiliki sesudah mereka berada

dalam hubungan perkawinan, tetapi diperoleh bukan dari usaha mereka

baik perorangan atau bersama-sama, tetapi merupakan hibah, wasiat atau

warisan untuk masing-masing.

3. Harta yang diperoleh sesudah mereka dalam hubugan perkawinan atau

usaha mereka berdua atau salah seorang, inilah yang disebut harta

bersama.5

Di dalam al-Qur’an dan hadits tidak diatur tentang harta bersama dalam

perkawinan. Harta kekayaan istri tetap menjadi milik istri atau dikuasai penuh

olehnya demikian pula sebaliknya, harta suami tetapi menjadi milik suami dan

dikuasai sepenuhnya. Dalam kitab-kitab hukum fiqih pun tidak ada yang

4 JS Badudu dkk, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1996, h. 421 5 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1986) Cet.5, h. 83

Page 32: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

20

membicarakan. Seolah-olah masalah harta bersama kosong atau fakum dalam

hukum Islam.

Sedangkan dalam kesadaran kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia

sejak dari dahulu sudah mengenal hukum adat dan diterapkan terus-menerus

sebagai hukum yang hidup. Apakah kenyataan ini dibuang dari kehidupan

masyarakat? Tentu tidak mungkin, dari pengamatan lembaga harta bersama lebih

besar maslahatnya dari mudharatnya. Atas dasar metodologi masalah mursalah

“urf” dan kaidah “al-adatu al-muhkamatu”, para ulama melakukan pendekatan

kompromistis kepada hukum adat.6

Selain pendekatan kompromistis, Prof. Ismuha dalam disertasinya telah

mengembangkan pendapat pencaharian bersama suami istri yang mestinya masuk

ru’bu muamalah tetapi ternyata secara khusus tidak dibicarakan, mungkin hal ini

disebabkan karena pada umumnya pengarang dari kitab-kitab tersebut adalah

orang Arab, sedangkan adat Arab tidak mengenal adanya adat harta bersama,

tetapi di sana ada dibicarakan mengenai masalah perkongsian yang dalam bahasa

arab disebut syirkah atau syarikah.7

6 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Jakarta : Maktabah Al-Dakwah Al-Islamiyah, 1990), h. 84

7 Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Istri, Ditinjau Dari Sudut Undang-undang

Perkawinan 1974 Dan Hukum Adat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1986), h. 282

Page 33: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

21

Syirkah menurut bahasa adalah percampuran harta dengan harta lain sehingga

tidak dapat debedakan lagi satu dari yang lain. Menurut istilah hukum Islam

adalah adanya hak dua orang atau lebih terhadap sesuatu.8

Di berbagai daerah di Tanah Air sebenarnya juga dikenal istilah-istilah lain

yang sepadan dengan pengertian harta gono-gini ( di Jawa ). Misalnya di Aceh,

harta gono-gini diistilahkan dengan hareuta sihareukat, di Minangkabau

dinamakan harta suarang, di Sunda digunakan istilah guna kaya, di Bali disebut

dengan druwe gabro, dan di Kalimantan digunakan istilah barang perpantangan.

Dengan berjalannya waktu, rupanya istilah “gono-gini” lebih populer dan dikenal

masyarakat, baik digunakan secara akademis, yuridis, maupun dalam

perbendaharaan dan kosa kata masyarakat pada umumnya agar mudah dipahami

oleh masyarakat umum.9

2. Perolehan Harta Bersama

Manusia dan segala alam lainnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha

Pencipta. Semua makhluk tersebut terdiri dari dua jenis yang berpasang-pasangan.

Ajaran yang penting dalam Islam adalah pernikahan (perkawinan). Begitu

pentingnya ajaran tentang pernikahan tersebut sehingga dalam Al-qur’an terdapat

sejumlah ayat baik secara langsung maupun tidak langsung berbicara mengenai

masalah pernikahan. Adapun dalil yang dijadikan dasar hukum dalam perkawinan

dapat di lihat dalam Qs.Ar-rum Ayat 21 yang berbunyi:

8 Ibid. h. 283 9 Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-gini Saat Terjadi Perceraian, Jakarta:

visimedia 2008, Cet.Pertama, h. 3

Page 34: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

22

Artinya:

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram

kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang

berfikir.”

Keluarga yang baik, bahagia lahir bathin adalah dambaan setiap insan, namun

demikian tidaklah mudah untuk menciptakan sebuah keluarga yang harmonis,

langgeng, aman dan tentram sepanjang hayatnya. Perkawinan yang sedemikian itu

tidaklah mungkin tercipta apabila diantara para pihak yang mendukung

terlaksananya perkawinan tidak saling menjaga dan berrusaha bersama-sama

dalam pembinaan rumah tangga yang kekal dan abadi. Apabila terjadi perceraian,

sudah dapat dipastikan akan menimbulkan akibat-akibat terhadap orang-orang

yang berkaitan dalam suatu rumah tangga, di mana dalam hal ini akibat

hukumyalah yang akan dititik beratkan. Akibat hukum dari perceraian ini

tentunya menyangkut pula terhadap anak dan harta kekayaan selama dalam

perkawinan.

Adapun dalil-dalil yang dijadikan dasar hukum perceraian diantaranya yaitu :

Page 35: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

23

a. Khulu’

, ,

Artinya :

“Apabila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena

mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya

kebaikan yang banyak. (QS. An-nisa: 19)

b. Thalaq

,,

Artinya:

“Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” (QS. Al-baqarah:

229)

c. Istri nusyuz

,,

,,

Page 36: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

24

Artinya:

“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka

(dengan pukulan yang tidak membahayakan), kemudian jika mereka

mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk

menyusahkannya.” (QS. An-nisa: 34)

d. Suami nusyuz

,,

Artinya:

“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari

suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang

sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (QS. An-nisa:

128)

e. Syiqaq

Page 37: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

25

Artinya:

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka

kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari

keluarga perempuan.” (QS. An-nisa: 35)

Suami maupun istri mempunyai hak untuk mempergunakan harta yang telah

diperolehnya tersebut selagi untuk kepentingan rumah tangganya tentunya dengan

persetujuan dengaan kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan harta bawaan

yang keduanya mempunyai hak untuk mempergunakannya tanpa harus ada

persetujuan dari keduanya atau masing-masing berhak menguasainya sepanjang

para pihak tidak menentukan lain, sebagaimana yang diatur dalam UU

Perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 35.10

Ikatan perkawinan mengkondisikan adanya harta gono-gini antara suami istri,

sebagaimana tertuang dalam UU Perkawinan pasal 35 ayat 1. Namun, bukan

berarti dalam perkawinan yang diakuianya harta gono-gini, sebab, berdasarkan

KHI pasal 85 dinyatakan bahwa ”Adanya harta bersama dalam perkawinan itu

tidak menutup kemungkinan adanya harta masing-masing suami atau istri”.

Sebagaimana telah dijelaskan, harta gono-gini dalam perkawinan adalah

”harta suami yang diperoleh selama dalam ikatan perkawinan, baik dengan cara

sendiri-sendiri maupun secara bersama tanpa mempersoalkan atas nama siapa

harta itu terdaftar. Karena itu semua harta yang diperoleh selam perkawinan

10 Hilma Hadi Kusuma, Hukum Perkawinan Adat, Aditya Bakti, Bandung, Cet. IV, 1999, h. 155

Page 38: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

26

menjadi milik bersama suami-istri. Pengelolaan harta tersebut harus memperoleh

izin dari keduanya”.11

Pasangan calon suami istri tersebut juga diperbolehkan menentukan dalam

perjanjian perkawinan bahwa yang tidak termasuk dalam harta gono-gini adalah

harta pribadi yang dibawa pada saat perkawinan dilangsungkan, seperti harta

perolehan. Hal ini diatur dalam KHI pasal 49 ayat 2, ”Dengan diperjanjikan

mengurangi ketentuan tersebut pada ayat (1) dapat juga diperjanjikan bahwa

percampuran harta pribadi yang dibawa pada saat perkawinan dilangsungkan,

sehingga percampuran ini tidak meliputi harta pribadi yang diperoleh selama

perkawinan atau sebaliknya ”.12

3. Pembagian Harta Bersama

a. Menurut Fiqih

Harta bersama atau gono-gini yaitu harta kekayan yang dihasilkan bersama

oleh pasangan suami istri selam terikat oleh tali perkawinan, atau harta yang

dihasilkan dari perkongsian suami istri. Untuk mengetahui hukum perkongsian

ditinjau dari sudut Hukum Islam, maka perlu membahas perkongsian yang

diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan menurut pendapat para Imam

Madzhab. Dalam kitab-kitab fiqih, perkongsian itu disebut sebagai syirkah atau

syarikah yang berasal dari bahasa Arab. Para ulama berbeda pendapat dalam

membagi macam-macam syirkah. Adapun macam-macam syirkah yaitu :

11 Muhammad zaid, Mukhtar al shodiq, Copyright@2005 Grahacipta All right reserved 12 Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Saat Terjadi Perceraian, h. 13

Page 39: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

27

1. Syirkah Milk yakni perkongsian antara dua orang atau lebih terhadap

sesuatu tanpa adanya sesuatu aqad atau perjanjian.

2. Syirkah Uquud yaitu beberapa orang mengadakan kontrak bersama untuk

mendapat sejumlah uang. Syirkah ini berjumlah 6 (enam) macam yakni :

a). Syirkah Mufawadhah bil Amwal (perkongsian antara dua orang atau

lebih tentang sesuatu macam perniagaan).

b). Syirkah ‘Inan bil Amwal ialah perkongsian antara dua orang atau lebih

tentang suatu macam perniagaan atau segala macam perniagaan.

c). Syirkatul ‘Abdan Mufawadhah yaitu perkongsian yang bermodal

tenaga.

d). Syirkatul ‘Abdan ‘Inan ialah kalau perkongsian tenaga tadi disyaratkan

perbedaan tenaga kerja dan perbedaan tentang upah.

e). Syirkatul Wujuh Mufawadhah yaitu perkongsian yang bermodlkan

kepercayaan saja.

f). Syirkatul Wujuh ‘Inan ialah perkongsian kepercayaan tanpa syarat.

Syirkah ‘Inan disepakati oleh ulama tentang bolehnya, sedangkan syirkah

mufawadhah hukumnya boleh menurut madzhab Hanafi, Maliki, Hambali. Tetapi

menurut madzhab Syafi’i tidak boleh. Abu Hanifah mensyaratkan sama banyak

modal antara masing-masing peserta perkongsian. Untuk Syirkah Abdan boleh

menurut madzhab Hanafi, Maliki dan Hambali dan tidak boleh menurut madzhab

Page 40: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

28

Syafi’i. Bedanya Imam Malik mensyaratkan pekerjaan yang mereka kerjakan

harus sejenis dan setempat. Syirkah wujuh boleh menurut Ulama Hanafiah dan

Ulama Hanabilah dan menurut Imam Maliki dan Syafi’i tidak boleh.13

Alasan Imam Syafi’i tidak membolehkan Syirkah mufawadhah karena nama

perkongsian itu percampuran modal. Imam Malik berpendapat, bahwa dalam

syirkah mufawadhah masing-masing kongsi telah menjualkan dari sebagian

hartanya dan juga mewakilkan kepada kongsinya yang lain. Tetapi Imam Syafi’i

menolak pendapat ini, bahwa perkongsian bukan jual beli dan bukan pula

memberikan kuasa. Alasan Imam Syafi’i tidak membolehkan syirkah abdan

karena perkongsian hanya berlaku pada harta, bukan pada tenaga. Alasan Imam

Malik membolehkan perkongsian tenaga karena orang yang berperang sabil juga

berkongsi tentang ghonimah.14

Dari macam-macam syirkah serta adanya perbedaan pendaat dari para Imam

madzhab dan melihat praktek gono-gini dalam masyarakat Indonesia dapat

disimpulkan bahwa harta gono-gini termasuk dalm syirkah abdan/mufawadhah.

Praktek gono-gini dikatakan syirkah abdan karena kenyataan bahwa sebagian

besar dari suami istri dalam masyarakat Indonesia sama-sama bekerja

membanting tulang berusaha mendapatkan nafkah hidup keluarga sehari-hari dan

sekedar harta simpanan untuk masa tua mereka, kalau keadaan memungkinkan

13 Abd.Rahman Al-Jaziry, Al-Fiqhu ‘Alal Madzaahibil Al-Arba’ah Jilid III, Darul Kutub Al Ilmiah, Beirut, 1990 M/1410 H, h. 71

14 Ibnu Rusyd Al Qurtuby Al andalusy, Bidayatul Mujtahid Juz 2, Darul Fikr, Beirut, tt, h.

192

Page 41: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

29

juga untuk meninggalkan kepada anak-anak mereka sesudah mereka meninggal

dunia. Suami istri di Indonesia sama-sama bekerja mencari nafkah hidup. Hanya

saja karena fisik istri berbeda dengan fisik suami maka dalam pembagian

disesuaikan dengan keadaan fisik mereka. Selanjutnya dikatakan syirkah

mufawadhah karena memang perkongsian suami istri itu tidak terbatas. Apa saja

yang mereka hasilkan selama dalam masa perkawinan mereka termasuk harta

bersama, kecuali yang mereka terima sebagai warisan atau pemberian khusus

untuk salah seorang diantara mereka berdua.15

Pada perkongsian gono-gini tidak ada penipuan, meskipun barangkali pada

perkongsian tenaga dan syirkah mufawadhah terdapat kemungkinan terjadi

penipuan. Sebab perkongsian antara suami istri, jauh berbeda sifatnya dengan

perkongsian lain. Waktu dilakukan ijab qobul akad nikah, perkawinan itu

dimaksudkan untuk selamanya. Perkongsian suami istri tidak hanya mengenai

kebendaan tetapi juga meliputi jiwa dan keturunan.16

Kitab Bidayatul Mujtahid menerangkan bahwa alasan Imam Syafi’i tidak

membolehkan perkongsian tenaga dan perkongsian kepercayaan ialah karena

pengertian syirkah menghendaki percampuran, dan percampuan itu hanya dapat

terjadi pada modal, sedang pada perkongsian tenaga dan kepercayaan tidak ada

modal. Dalam hal ini hanya madzhab Imam Syafi’i saja yang tidak membolehkan.

15 Ismuha, Pencaharian Harta Bersama Suami Istri di Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. 11, 1978, h. 78-79

16 Ibid, h. 102-103

Page 42: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

30

Secara logika perkongsian itu boleh karena merupakan jalan untuk mendapatkan

karunia Allah, seperti dalam fiman Allah QS. Al-Jumu’ah ayat 10 yang berbunyi :

Artinya :

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;

dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung.” (QS. Al-jumu’ah: 10)

Mengingat perkongsian itu banyak macamnya terjadilah selisih pendapat

tentang hukumnya. Perkongsian yang menurut ulama tidak diperbolehkan yaitu

yang mengandung penipuan. Dalam kaitannya dengan harta kekayaan

disyari’atkan peraturan mengenai muamalat. Karena harta bersama atau gono-gini

hanya dikenal dalam masyarakat yang adatnya mengenal percampuran harta

kekayaan maka untuk menggali hukum harta bersama digunakan qaidah kulliyyah

yang berbunyi :

ة محكم العا دة

Page 43: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

31

“adat kebiasaan itu bisa menjadi hukum”.17

Dasar hukum dari qaidah di atas yaitu firman Allah dalam QS. Al-baqarah ayat

233 yang berbunyi :

.. ,,

Artinya :

“Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada para ibu dengan

cara ma'ruf.” (QS. Al-baqarah: 233)

Dalam ayat itu Allah menyerahkan kepada urf penentuan jumlah sandang

pangan yang wajib diberikan oleh ayah kepada istri yang mempunyai anaknya.

Qaidah Al-‘Adatu Muhkamah dapat digunakan dengan syarat-syarat tertentu

yaitu sebagai berikut :

1. Adat kebiasaan dapat diterima oleh perasaan sehat dan diakui oleh

pendapat umum.

2. Berulang kali terjadi dan sudah umum dalam masyarakat.

3. Kebiasaan itu sudah berjalan atau sedang berjalan, tidak boleh adat yang

akan berlaku.

4. Tidak ada persetujuan lain kedua belah pihak, yang berlainan dengan

kebiasaan.

17 Hasbi Ash.Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. 1, 1976, h. 88

Page 44: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

32

5. Tidak bertentangan dengan nash.18

Hukum Qur’an tidak ada memerintahkan dan tidak pula melarang harta

bersama itu dipisahkan atau dipersatukan. Jadi dalam hal ini hukum Qur’an

memberi kesempatan kepada masyarakat manusia itu sendiri untuk mengaturnya.

Apakah peraturan itu akan berlaku untuk seluruh masyarakat atau hanya sebagai

perjanjian saja antara dua orang bakal suami istri sebelum diadakan perkawinan.

Tentu saja isi dan maksud peraturan atau perjanjian itu tidak boleh bertentangan

dengan Qur’an dan hadits.19

Masalah harta bersama ini merupakan masala Ijtihadiyah karena belum ada

pada saat madzhab-madzhab terbentuk. Berbagai sikap dalam menghadapi

tantangan ini telah dilontarkan. Satu pihak berpegang pada tradisi dan penafsiran

ulama mujtahid terdahulu, sedang pihak lain berpegang pada penafsiran lama

yang tidak cukup untuk menghadapi perubahan sosial yang ada. Masalah harta

bersama ini perlu dibahas dalam KHI berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1

Tahun 1991 dan UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 agar umat Islam di Indonesia

memiliki pedoman fiqih yang seragam dan telah menjadi hukum positif yang

wajib dipatuhi.

Peradilan Agama dalam menetapkan putusan maupun fatwa tentang harta

bersama mengutip langsung ketentuan hukum yang telah ada dalam Al-Qur’an

karena tidak dikenal dalam referensi syafi’iyah. Lebih jauh lagi dalam

18 Ibid, h. 477 19 Abdoerraoef, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum Sebuah Studi perbandingan, Jakarta, Bulan

Bintang, Cet. 11, 1986, h. 113

Page 45: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

33

menetapkan porsi harta bersama untuk suami istri digunakan kebiasaan yang

berlaku setempat, sehingga terdapat penetapan yang membagi dua harta bersama

di samping terdapat pula penetapan yang membagi dengan perbandingan dua

banding satu.

b. Menurut Perundang-undangan di Indonesia

Menurut Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 dalam pasal 1

mengatakan bahwa :

“Perkawinan adalah ikatan lahir bathin seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal, berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.”20

Dalam pasal tersebut tersimpul adanya asas, bahwa antara suami istri terdapat

ikatan yang erat sekali, yang meliputi tidak hanya ikatan lahir, ikatan yang

nampak dari luar atau ikatan terhadap dasar benda tertentu yang mempunyai

wujud, tetapi meliputi ikatan jiwa, bathin atau ikatan rohani. Jadi menurut asasnya

suami istri bersatu, baik dalam segi materiil maupun dalam segi spiritual.21

Mengenai harta benda dalam perkawinan diatur dalam pasal 35 Undang-undang

No.1 Tahun 1974 yang menentukan :

a. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.

20UUP No 1 Tahun 1974, Penerbit Arkola Surabaya, h. 1 21 J. Satrio, Hukum Harta Perkawinan, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, Cet.1, 1991, h.

185-186

Page 46: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

34

b. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang

diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah

penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Dari pasal tersebut dapat disimpulkan, bahwa menurut Undang-undang

Perkawinan, di dalam satu keluarga mungkin terdapat lebih dari satu kelompok

harta. Hal ini berlainan sekali dengan sistem yang dianut BW yaitu bahwa dalam

satu ke;uarga pada asasnya hanya ada satu kelompok harta saja yaitu harta

persatuan suami istri. Menurut UU No.1/1974 kelompok harta yang mungkin

terbentuk adalah

a. Harta bersama

Menurut pasal 35 UU No.1 tahun 1974 harta bersama suami istri, hanyalah

meliputi harta-harta yang diperoleh suami sepanjang perkawinan saja. Artinya

harta yang diperoleh selama tenggang waktu, antara saat peresmian perkawinan,

sampai seorang diantara mereka (cerai mati), maupun karena perceraian (cerai

hidup). Dengan demikian, harta yang telah dimiliki pada saat dibawa masuk ke

dalam perkawinan terletak di luar harta bersama.22 Ketentuan tersebut di atas tidak

menyebutkan dari mana atau dari siapa harta tersebut berasal, sehingga boleh kita

simpulkan, bahwa termasuk harta bersama adalah :

1) Hasil dan pendapatan suami

2) Hasil dan pendapatan istri

22 Ibid, h. 188-189

Page 47: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

35

3) Hasil dan pendapatan dari harta pribadi suami maupun istri, sekalipun harta

pokoknya tidak termasuk dalam harta bersama, asal kesemuanya diperoleh

sepanjang perkawinan.

Dengan demikian, suatu perkawinan (paling tidak bagi mereka yang

tunduk pada hukum Adat) yang dilangsungkan sesudah berlakunya UUP tidak

mungkin mulai dengan suatu harta bersama dengan saldo yang negatif, paling-

paling, kalau suami istri tidak membawa apa-apa dalam perkawinannya, maka

harta bersama mulai dengan harta yang berjumlah nihil.23

b. Harta pribadi

Harta yang sudah dimiliki suami istri pada saat perkawinan dilangsungkan

tidak masuk ke dalam harta bersama, kecuali mereka memperjanjikan lain. Harta

pribadi suami istri, menurut pasal 35 ayat 2 UUP terdiri dari :

1) Harta bawaan suami istri yang bersangkutan.

2) Harta yang diperoleh suami istri sebagai hadiah atau warisan.

Apa saja yang dimaksud dengan “harta bawaan”, dalam Undang-undang maupun

dalam penjelasan atas UU RI nomor 1/1974 tentang perkawinan tidak ada

penjelasan lebih lanjut tetapi mengingat apa yang diperoleh sepanjang perkawinan

masuk dalam kelompok harta bersama, maka dapat diartikan bahwa yang

dimaksud di sini adalah harta yang dibawa oleh suami istri. Jadi yang sudah ada

pada suami dan atau istri ke dalam perkawinan.

23 Ibid, h. 192

Page 48: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

36

Adanya pemisahan secara otomatis (demi hukum) antara harta pribadi dengan

harta bersama, tanpa disertai dengan kewajiban untuk mengadakan pencatatan

pada saat perkawinan akan dilangsungkan (atau sebelumnya) dapat menimbulkan

banyak masalah dikemudian hari dalam segi asal usul harta atau harta-harta

tertentu pada waktu pembagian dan pemecahan baik karena perceraian maupun

kematian (perceraian). Adalah sangat menguntungkan, kalau dikemudian hari

dalam peraturan pelaksanaan diadakan ketentuan yang mewajibkan adanya

pencatatan harta bawaan masing-masing suami istri.

Walaupun tidak disebutkan dengan tegas dalam pasal 35 ayat 2, tetapi kalau

kita mengingat pada ketentuan pasal 35 ayat 1, maka ketentuan mengenai harta

pribadi hibahan dan warisan, kiranya hanyalah meliputi hibahan atau warisan

suami/istri yang diperoleh sepanjang perkawinan saja.24

Pasal 35 ayat 2 mengandung suatu asas yang berlainan dengan asas yang

dianut dalam BW yang menyebutkan bahwa harta yang suami atau istri peroleh

sepanjang perkawinan dengan Cuma-Cuma baik hibahan atau warisan masuk ke

dalam harta persatuan kecuali bila ada perjanjian lain.

Pasal lain dalam UU No.1 tahun 1974 yang mengatur harta bersama yaitu pasal 36

dan 37 yang berbunyi :

Pasal 36

24 Ibid, h. 193-194

Page 49: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

37

1. Mengenai harta bersama, suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan

kedua belah pihak.

2. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak

sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.

Pasal 37

Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut

hukumnya masing-masing.

Dalam Kompilasi Hukum Islam, khususnya mengenai hukum perkawinan banyak

terjadi duplikasi dengan apa yang diatur dalam Undang-undang No.1 tahun 1974.

Dalam Kompilasi Hukum Islam mengenai harta kekayaan dalam perkawinan

dibahas dalam Bab XIII.

Menurut pasal 85 adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup

kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri. Tetapi dalam pasal

86 ditegaskan pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta

istri karena perkawinan.

Dalam Bab XIII tidak disebut mengenai terjadinya harta bersama,

sebagaimana yang diatur dalam pasal 35 UU No.1 tahun 1974. Mengenai harta

bersama lebih lanjut diatur dalam pasal 85 sampai dengan pasal 97.

1. Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta istri

karena perkawinan.

Page 50: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

38

2. Harta istri tetap menjadi hak istri dan dikuasai penuh olehnya, demikian

juga harta suami menjadi hak dan dikuasai penuh olehnya.

B. Asas Contra Legem dan Aliran Hukum

1. Pengertian Asas Contra Legem

Yang dimaksud dengan Asas Contra Legem yaitu wewenang seorang hakim

untuk menyimpangi ketentuan-ketentuan hukum tertulis yang telah ada yang telah

usang ketinggalan zaman sehingga tidak lagi mampu memenuhi rasa keadilan

masyarakat.25 Lebih lanjut mengemukakan bahwa sesuai dengan tugas dan

sumpah jabatannya, maka hakim Peradilan Agama berkewajiban mengadili dan

memutuskan perkara yang menjadi wewenangnya berdasarkan hukum Islam dan

peraturan yang berlaku. Jadi, kedudukan hakim agama adalah hakim negara dan

sama dengan hakim dalam lingkungan peradilan lainnya, tidak ada perbedaan dan

tidak ada diskriminasi.

Keluarnya Instruksi Presiden RI Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penegasan

Kedudukan Hakim, maka ada sementara pihak yang mempertanyakan apakah

hakim agama termasuk juga hakim negara? Sehubungan dengan hal ini Kepala

Kantor Urusan Pegawai dalam rapat kerja yang dilaksanakan pada bulan

September 1970 di Jakarta menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hakim

adalah hakim pada Pengadilan Negeri, Hakim Pengadilan Agama termasuk juga

25 K.Wantjik Saleh, Hukum Acara Perdata, Jakarta, Ghalia Indonesia, Cet.4, 1981

Page 51: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

39

dalam ketentuan instruksi tersebut, apabila berstatus sebagai pegawai negeri dan

mendapat gaji dari kas negara.

Kedudukan tadi dipertegas lagi oleh Ketua Mahkamah Agung RI dengan

Departemen Agama RI dengan SKB Nomor KMA/00/1/1983 dan Nomor 4 Tahun

1983, di mana dikemukakan bahwa perlu adanya usaha membantu memperlancar

rekrutmen hakim pada Pengadilan Agama, sehingga pengadaan eksistensi Hakim

Peradilan Agama sebagai hakim negara tidak perlu dipersoalkan lagi.

Kedudukannya sama dengan hakim yang bekerja di lingkungan peradilan yang

lain.26

Pasca Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang pokok-pokok

Kekuasaan Kehakiman yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 35

Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,

menunjukan banyak peran hakim Peradilan Agama yang harus dilaksanakan

antara lain sebagai berikut :

a. Sebagai Penegak Hukum

Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan berkewajiban mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Tugas tersebut

dibebankan kepada hakim Peradilan Agama agar dapat memutuskan perkara yang

diajukan kepadanya dengan adil dan benar.

26 Abdul Manan, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan (Suatu Kajian dalam Sistem Peradilan Islam), Jakarta, Kencana, Cet.1, 2007, h. 176-177

Page 52: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

40

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, seorang hakim dapat berijtihad

dengan sempurna apabila : (1) memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang

ilmu hukum dan ilmu sosial lainnya, (2) harus mengetahui dengan baik kitab Al-

qur’an, As-sunnah, ijma’ para ulama, Qiyas, bahasa Arab dan tata aturan ijtihad

yang telah diterapkan oleh syariat Islam, (3) mengetahui putusan yurisprudensi,

dan peraturan perundang-undangan lain yang ada kaitannya dengan pelaksanaan

hukum di Indonesia ini. Untuk itu harus dipertimbangkan dengan betul untuk

dapatnya seseorang diangkat sebagai hakim.

Dengan demikian, hakim Peradilan Agama dalam menciptakan hukum-

hukum baru tidak boleh lepas dari ijtihad sebagaimana yang telah ditentukan oleh

hukum syara’ , sehingga putusan-putusan yang ditetapkan mempunyai bobot

keadilan yang dapat diandalkan. Putusan yang ditetapkan oleh hakim Peradilan

Agama itu dapat menentukan isi hukum yang hidup di Indonesia yang sesuai

dengan falsafah Pancasila.

b. Sebagai Pembentuk Undang-undang atau Penemu Hukum

Oleh karena Undang-undang sering tidak lengkap atau tidak jelas, maka

hakim harus mencari hukumnya dan menemukan makna normatif hukumnya.

Penemuan hukum (rechtsvinding) lazimnya diartikan sebagai proses pembentukan

hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi tugas

melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkret. Ini

Page 53: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

41

merupakan konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang bersifat umum

dengan mengikat peristiwa konkret.27

Tidak selamanya asas Statute Law Prevail ditegakkan apabila terjadi

pertentangan antara undang-undang dengan yurisprudensi. Dalam hal-hal tertentu

secara kasuistik, yurisprudensi yang dipilih dan dimenangkan dalam pertarungan

pertentangan nilai Hukum yang terjadi.

Mekanisme yang ditempuh oleh Hakim memenangkan yurisprudensi

terhadap suatu peraturan pasal perundang-undangan dilakukan melalui

pendekatan. diantaranya yaitu :

1). Didasarkan pada Alasan kepatutan dan kepentingan umum

Untuk membenarkan suatu sikap dan tindakan bahwa

yusrisprudensi lebih tepat dan lebih unggul nilai Hukum dan keadilannya

dari peraturan-peraturan undang-undang, meski didasarkan atas

“kepatutan” dan “perlindungan kepentingan umum”. Hakim harus menguji

dan menganalisis secara cermat, bahwa nilai-nilai Hukum yang

terkandung dalam yurisprudensi yang bersangkutan jauh potensial bobot

kepatutan dan perlindungan kepentingan umumnya dibanding dengan nilai

yang terdapat dalam rumusan undang-undang. Dalam hal ini Hakim harus

mampu secara”komparatif analisis” mengkaji antara nilai kepatutan dan

27 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suara Pengantar. (Yogyakarta: Liberty), h. 135-137

Page 54: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

42

keadilan yurisprudensi dibanding apa yang dirumuskan dalam pasal

undang-undang yang bersangkutan. Agar dapat melakukan komaratif

analisis yang terang dan jernih, sangat dibutuhkan antisipasi dan wawasan

profesionalisme. Tanpa modal yang seperti itu, sangat sulit seorang Hakim

berhasil menyingkirkan suatu pasal undang-undang.

2). Cara mengunggulkan yurisprudensi melalui Contra Legem.

Jika hakim benar-benar dapat mengkonstruksi secara komperatif

analisis bahwa, bobot yurisprudensi lebih potensial menegakkan kelayakan

dan perlindungan kepentingan umum, dibanding dengan suatu ketentuan

pasal undang-undang, dia dibenarkan mempertahankan yurisprudensi.

Berbarengan dengan itu Hakim langsung melakukan tindakan “Contra

Legem” terhadap pasal-pasal undang-undang yang bersangkutan.

Hakim juga mempunyai kewenangan untuk menyimpangi

ketentuan-ketentuan hukum tertulis yang telah ada yang telah usang

ketinggalan zaman sehingga tidak lagi mampu memenuhi rasa keadilan

masyarakat. Cara ini disebut “Contra Legem”. Hakim dalam menggunakan

lembaga Contra Legem, harus mencukupkan pertimbangan hukumnya

secara jelas dan tajam dengan mempertimbangkan berbagai aspek

kehidupan hukum. 28

28 K.Wantjik Saleh, . Hukum Acara Perdata, h. 21

Page 55: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

43

Sebagai ilustrasi, bisa diambil contoh, sebelum berlaku KUHAP

(berlaku 31 Desember 1981) telah terwujud yurisprudensi yang bersifat

konstan bahwa terhadap putusan bebas dijatuhkan Pengadilan tingkat

pertama dapat diajukan banding dan kasasi, apabila pembebasan itu

sifatnya “tidak murni”. Hal itu antara lain dapat dilihat dalam putusan MA

19-10-1980, No.122 K/Kr/1979. Sehingga pasal 67 dan pasal 244 KUHAP

menutup pintu upaya banding dan kasasi terhadap putusan bebas.

Ironisnya, setelah berlakunya KUHAP, timbul gejala yang

menjurus ke arah negatif. Terjadi arus frekuensi putusan bebas yang

kurang dapat dipertanggungjawabkan. Timbul keresahan dalam kehidupan

masyarakat, karena peradilan tingkat pertama cenderung menjatuhkan

putusan bebas dalam kasus-kasus perkara tertentu, terutama yang

menyangkut tindak pidana korupsi dan tindak pidana ekonomi.

Penegakkan Hukum yang seperti itu sangat menyakiti rasa keadilan

masyarakat. Seolah-olah putusan-putusan pengadilan tidak dapat

diharapkan sebagai katup penyelamat kepentingan perlindungan ketertiban

umum. Dengan ditutupnya upaya banding dan kasasi oleh pasal 67 dan

pasal 244 KUHAP, putusan bebas yang menimbulkan keresahan yang

bagaimanapun, tidak dapat diluruskan dan dikoreksi oleh tingkat banding

dan kasasi.

Sudah semestinya hal itu harus cepat dihentikan. Tetapi dengan

cara yang bagaimana? Satu-satunya jalan yang efektif untuk memperkecil

gejala negatif tersebut, tidak ada jalan lain, mesti dipertahankan

Page 56: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

44

yurisprudensi lama dengan cara Contra Legem terhadap pasal 244

KUHAP. Sebagai tindakan antisipasi, MA dalam putusannya melakukan

contra legem terhadap pasal 244 KUHAP. Tindakan itu didasarkan atas

alasan pertimbangan, ketentuan yang menutup pintu upaya Hukum

terhadap putusan bebas, dianggap bertentangan dengan perlindungan

ketertiban umum. Kondisi masa sekarang belum waktunya menegakkan

ketentuan pasal 244 KUHAP. Oleh karena itu, apabila putusan

pembebasan bersifat tidak murni, dapat diajukan permohonan kasasi.

Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat, apabila nilai bobot

yurisprudensi lebih potensial dan lebih efektif mempertahankan tegaknya

keadilan dan perlindungan kepentingan umum undang-undang yang

disuruh mundur dengan cara contra legem, sehingga yurisprudensi yang

sudah mantap ditegakkan sebagai dasar dan rujukan Hukum

menyelesaikan perkara.29 Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan

mengenai apa itu contra legem yaitu di mana seorang hakim di

dalam memutus suatu perkara tidak lagi mengacu pada Undang-undang

akan tetapi memutus dengan keyakinannya sendiri dengan menguji serta

menganalisis perkara yang hendak diputus secara cermat dan matang

sesuai dengan hukum yang berkembang dalam kehidupan masyarakat

sekarang.

29 Ahmad kamil dkk, Kaidah-kaidah Hukum Yurisprudensi, Jakarta, Kencana, Cet. 3, 2008, h. 45

Page 57: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

45

Dalam penemuan hukum ini dikenal beberapa aliran yang masing-masing

sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan ilmu hukum, antara lain yaitu

:

a. Aliran Legisme

Sebagai reaksi terhadap ketidaksamaan dan ketidakseragaman hukum

kebiasaan timbullah pada abad ke 19 di Eropa untuk penyeragaman hukum

dengan jalan kodifikasi dengan menuangkan semua hukum secara lengkap dan

sistematis dalam kitab Undang-undang. Hukum kebiasaan sebagai sumber hukum

mulai ditinggalkan. Di Perancis pada akhir abad ke 18 diadakan kodifikasi yang

telah dicontoh seluruh Eropa. Di Nederland kodifikasi diadakan pada tahun 1838.

Timbulnya gerakan kodifikasi ini disertai dengan lahirnya aliran Legisme.30

Pandangan dalam abad ke 19 ini adalah bahwa satu-satunya sumber hukum

ialah undang-undang, yang dianggap cukup jelas dan lengkap, yang berisi semua

jawaban terhadap semua persoalan hukum, sehingga hakim hanyalah

berkewajiban menerapkan peraturan hukum pada peristiwa konkritnya dengan

bantuan metode penafsiran terutama penafsiran gramatikal. Pemecahannya

dengan sendirinya akan diketemukan dengan subsumptie. Untuk melaksanakan

subsumptie ini ada persyaratannya, yaitu:

1). undang-undang harus bersifat umum ( berlaku bagi setiap orang )

30 Ibid, hal. 138 dan lihat juga R.Suroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Sinar Grafika Cet.1993), h. 87

Page 58: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

46

2). ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya harus dirumuskan secara

abstrak ( berlaku umum )

3). sistem peraturannya harus lengkap, sehingga tidak ada kekosongan-

kekosongan ( bandingkan dengan Algra/Jansen, 1981:61 )

Aliran ini berpendapat bahwa semua hukum itu berasal dari kehendak

penguasa tertinggi, dalam hal ini kehendak pembentuk undang-undang. Jadi

semua hukum terdapat dalam undang-undang. Berdasarkan pandangan ini, maka

hanya undang-undanglah yang dapat menjadi sumber hukum, karena pengakuan

kebiasaan sebagai sumber hukum berarti mengakui kekuasaan tertinggi lain di

samping kekuasaan negara tertinggi ( pembentuk undang-undang ). Pembentuk

undang-undang pada waktu itu ingin mencegah ketidakpastian dan ketidak

seragaman hukum dengan mengabaikan hukum kebiasaan dan yurisprudensi.

Hukum dan undang-undang itu tumbuh atau identik. Usaha ke arah kodifikasi ini

hanya dapat difahami melalui ajaran tentang pembagian kekuasaan yang

mendapat pengaruh dari Montesqueiu dan harus dilihat dengan latar belakang

pandangan negara liberal. Dalam ajaran trias politica tidak ada tempat untuk

hukum kebiasaan sebagai sumber hukum yang berdiri sendiri. Penciptaan atau

pembentukan hukum adalah monopoli pembentuk undang-undang. Pandangan

Montesqueiu bahwa hakim dalam pemisahan kekuasaan yang ketat hanyalah

sebagai “ bouche de la loi ” mempunyai pengaruh besar pada awal abad ke 19,

pandangan ini disebut legisme. Demikian pula dalam ajaran Kedaulatan Rakyat

dari Rousseau tidak ada tempat untuk hukum kebiasaan sebagai sumber hukum (

V.Dijk, 1985:114 ).

Page 59: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

47

Di Eropa legisme berkuasa dalam abad ke 19 ( 1830-1880 ). Perlu diketahui

bahwa Inggris dan Amerika tidak pernah beralih ke kodifikasi. Di sini judge made

law dan hukum kebiasaan mempunyai peranan yang lebih penting dari pada di

Eropa.

Tidak dapat disangkal bahwa ada hukum kebiasaan di samping undang-

undang itu merupakan suatu kenyataan. Berhubung dengan itu untuk

mempertahankan teori bahwa undang-undang adalah satu-satunya sumber hukum,

dicari jalan keluar bahwa berlakunya hukum kebiasaan itu karena ditunjuk oleh

undang-undang ( baca pas 15 AB ). Apabila tidak ada penegasan mengenai

penunjukan seperti misalnya bunyi pasal 15 AB, maka hukum kebiasaan dianggap

berlaku secara diam-diam dan diciptakanlah fiksi bahwa hukum kebiasaan

mempunyai kekuatan mengikat bukan karena kebiasaan, yaitu bahwa perilaku

yang diulang mempunyai kekuatan mengikat, tetapi karena kehendak pembentuk

undang-undang, baik yang tegas maupun secara diam-diam.31

Aliran ini disebut juga wettelyk positivisme berpendapat bahwa satu-satunya

hukum adalah undang-undang, dan di luar undang-undang tidak ada hukum. Di

sini hakim hanya merupakan subsumtie authomaat dan pemutusan perkara hanya

didasarkan pada undang-undang saja. Karena itu aliran ini dianggap satu usaha

yang baik dalam menghasilkan kesatuan dan kepastian hukum, oleh karena itu

banyak yang mengikuti aliran ini. Ternyata setelah berjalan lebih kurang 40-50

tahun, aliran ini menunjukan kekurangannya, yaitu permasalahan-permasalahan

31 Sudikno Mertokusumo, PENEMUAN HUKUM, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2007), h. 94-96

Page 60: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

48

hukum yang timbul kemudian tidak dapat dipecahkan oleh undang-undang saja,

tetapi juga melibatkan hal-hal yang hidup dalam masyarakat.

Beberapa abad lampau, kalangan hukum pernah sangat mendewakan

eksistensi dan kemampuan undang-undang. Montesquieu (dalam Paul Scholten,

1934:2) contohnya yang pernah mengemukakan bahwa: “Hakim-hakim rakyat

tidak lain hanya corong yang mengucapkan teks undang-undang. Jika teks itu

tidak berjiwa dan manusiawi, maka para hakim tidak boleh mengubahnya, baik

tentang kekuatannya maupun tentang keketatannya.”

Justianus (Scholten, 1934:3) malah mengancam dengan pidana pada siapa

saja yang memberanikan diri untuk menafsirkan undang-undang. Interpretasi

menurut Justianus merupakan sesuatu yang salah (perversio). Interpretasi hanya

dimungkinkan atas dasar persetujuan kaisar.

Jadi jelas, inti padangan legisme adalah hakim tidak boleh berbuat selain dari

menerapkan undang-undang secara tegas. Oleh penganut legis, undang-undang

dianggap sudah lengkap dan jelas dalam menganut segala persoalan yang ada di

zamannya.

Tentang legisme ini, menurut Prof.Sudikno (1993:42) “Pada abad

pertengahan, timbullah aliran yang berpendapat bahwa satu-satunya sumber

hukum adalah undang-undang, sedangkan peradilan berarti semata-mata

penerapan undang-undang pada peristiwa yang konkrit (Pasal 20,21 Peraturan

Umum mengenai Perundang-undangan Untuk Indonesia /S.1847-23). Hakim

hanyalah subsumtie automaat , sedangkan metode yang dipakai adalah geometri

Page 61: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

49

yuridis. Kebiasaannya hanya mempunyai kekuatan hukum apabila ditunjuk oleh

undang-undang adalah identik, yang dipentingkan di sini adalah kepastian

hukum.”

Legisme juga mendasarkan pandangannya bahwa tugas negara adalah

terbatas sekali, yakni sebagai satpam yang hanya bertindak jika terjadi

pelanggaran undang-undang. Oleh N.E. Algra (1977:68) disebutkan bahwa:

“Pemerintah seolah-olah hanya boleh menentukan syarat pinggir

(randvoorwaarden) untuk permainan bebas kekuatan masyarakat yang terjadi di

dalam negara. Syarat pinggir itu demikian persangkaan orang, dapat dituangkan

dalam bentuk suatu jumlah peraturan undang-undang yang relatif kecil, yang

harus jelas bagi setiap orang.”32

Pandangan legis semakin lama semakin ditinggalkan orang, karena semakin

disadari bahwa undang-undang tidak pernah lengkap dan tidak selamanya jelas.

Bagaimanapun undang-undang menentukan kaidah secara umum, tidak tertentu

pada suatu kasus tertentu. Sifat undang-undang yang abstrak dan umum itu

menimbulkan kesulitan dalam penerapannya secara “inconcreto” oleh para hakim

di pengadilan. Tidak mungkin hakim mampu menyelesaikan persengketaan, jika

hakim hanya berfungsi sebagai “terompet undang-undang” belaka. Hakim masih

harus melakukan penemuan hukum melalui putusannya.

32 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Bogor, Ghalia Indonesia, Cet.II, 2008, h. 104-106

Page 62: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

50

Jadi, sebenarnya legisme ini bersumber dari trias politica Montesquieu yang

secara tegas memisahkan antara kewenangan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Kewenangan pengadilan semata-mata hanya penerapan undang-undang belaka.

c. Aliran Freirechtsbewegung

Aliran Freierechtsbewegung atau Freierechtslehre timbul pada tahun 1840,

karena ajaran Legisme dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dengan perkembangannya serta kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi dan

terus bertambahnya penduduk, masalah hukum yang baru timbul dan belum

tertampung dalam Undang-undang Nasional yang sudah ada.

Dengan demikian aliran Legisme yang berpandangan bahwa satu-satunya

sumber hukum adalah Undang-undang dan di luar Undang-undang tidak ada

hukum, tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi. Hal ini sebenarnya sudah

diinginkan oleh Portalis sebagai perancang Code Civil bahwa dengan adanya

Undang-undang itu bukanlah seluruh hukum telah diatur di dalamnya.33

Reaksi pertama timbul dari Jerman Barat ialah ajaran Freierechtslehre atau

hukum bebas yang diajarkan oleh:

- Herman Kantorowicz dengan bukunya Der Kampf um die

Rechtswissenscahft.

- Eugen Ehrlich dengan bukunya Freierechtsfindung und

Freierechtswissenscahft.

33 R.Soeroso, Pengantar Ilmu hukum, (Jakarta: PT. Sinar Grafika Cet.1993), h. 84

Page 63: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

51

- Oscar Bulow dengan bukunya Gesetz und Rechteramt.

Menurut paham Freirechtslehre atau hukum bebas hukum tumbuh di dalam

masyarakat dan diciptakan oleh masyarakat berupa kebiasaan dalam kehidupan

dan hukum alam (kodrat) yang sudah merupakan tradisi sejak dahulu, baik yang

diajarkan oleh agama maupun yang merupakan adat istiadat.34

Selanjutnya aliran hukum bebas menjalar ke negara-negara lain, diantaranya

yaitu Belanda dengan penganut-penganutnya: H.J.Hamaker, H.H.Heiymans, dan

J.P.Fockema Andrae.

Sebagai negara jajahan, maka Hindia Belanda (Indonesia) terpengaruh pula

oleh Freierechtslehre Negeri Belanda.

Selanjutnya paham Freierechtslehre berkembang menjadi 2 aliran yaitu:

a. Aliran hukum bebas sosiologis yang berpendapat bahwa hukum bebas itu

adalah kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat dan berkembang secara

sosiologis.

b. Aliran hukum bebas natuurrechtelijk yang berpendapat bahwa hukum

bebas adalah hukum alam.35

Freirechtsbewegung mencoba mengarahkan perhatiannya kepada sifat-sifat

yang khusus pada peristiwa konkrit dan kepentingan yang berkaitan. Rasa hukum

34 Ibid, h. 88 35 Ibid, h. 85

Page 64: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

52

hakim harus di pusatkan pada hal-hal ini dan juga pada tujuan yang tersirat dalam

peraturan. Kalau penyelesaian berdasarkan rasa hukum itu tidak sesuai dengan

penyelesaian menurut undang-undang, maka hakim berwenang dan wajib untuk

menyimpang dari penyelesaian menurut undang-undang. Tidak mengakui undang-

undang sebagai satu-satunya sumber hukum mengarah pada subyektivasi putusan

hakim. Dengan demikian disadari bahwa putusan hakim mengandung karya yang

bersifat menciptakan. Pelaksanaan hukum bergeser ke arah penemuan hukum atau

pembentukan hukum ( Franken, 1985:119 ).36

Hakim memang harus menghormati undang-undang. Tetapi ia dapat tidak

hanya sekedar tunduk dan mengikuti undang-undang, melainkan menggunakan

undang-undang, sebagai sarana untuk menemukan pemecahan peristiwa konkrit

yang dapat diterima. Dapat diterima karena pemecahan yang diketemukan dapat

menjadi pedoman bagi peristiwa konkrit serupa lainnya. Di sini hakim tidak

berperan sebagai penafsir undang-undang, tetapi sebagai pencipta hukum.

Penemuan hukum semacam itu yang tidak secara ketat terikat pada undang-

undang disebut penemuan hukum bebas.

Bahwa hakim harus diberi kebebasan pada umumnya disepakati. Sebaliknya

tidak dapat diterima jika hakim diberi kebebasan sedemikian, sehingga ia dapat

mengesampingkan undang-undang dengan mendasarkan semata-mata pada

iktikad baik, kepatutan atau hanya karena undang-undangnya sudah usang.

36 Sudikno Mertokusumo, PENEMUAN HUKUM, h. 102

Page 65: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

53

Maka yang dimaksud dengan penemuan hukum bebas bukannya peradilan di

luar undang-undang. Dalam penemuan hukum bebas peran undang-undang adalah

subordinated. Undang-undang bukanlah merupakan tujuan bagi hakim, tapi suatu

sarana. Bagi hakim yang melaksanakan penemuan hukum bebas tugas utamanya

adalah bukan menerapkan undang-undang, melainkan menciptakan pemecahan

melalui atau dengan bantuan undang-undang untuk peristiwa konkrit sedemikian,

sehingga peristiwa-peristiwa serupa kemudian diselesaikan dengan memuaskan.

Maka penemuan hukum bebas berarti penemuan hukum menurut kepatutan.

Penggunaan metode penemuan hukum bebas kebanyakan dapat menuju

kepada akibat-akibat yang sama seperti dengan metode-metode penemuan hukum

yang lain. Hakim yang melakukan penemuan hukum bebas tidak akan

mengatakan “Saya harus memutuskan demikian, sebab bunyi undang-undangnya

adalah demikian”. Ia akan mendasari putusannya dengan berbagai alasan (antara

lain yang terpenting adalah undang-undang) karena diakuinya bahwa pilihan

argumentasinya (dan metode penafsirannya) menjadi tanggung jawabnya yang

tidak dapat diserahkannya kepada pembentuk undang-undang.

Yang sering dianggap khas dalam penemuan hukum bebas ialah bahwa

hakim yang melakukan penemuan hukum, “mengikuti zaman” dan mengganti

peraturan hukum lama (usang) dengan yang baru (Algra/Jansen, 1981:62).37 Akan

tetapi perlu dipertanyakan kapankah suatu peraturan itu sudah dikatakan usang

dan peraturan manakah yang harus menggantikannya. Pada asasnya selama belum

37Ibid, h. 103

Page 66: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

54

ada undang-undang baru, hakim tetap akan berpedoman pada undang-undang

yang lama.

Dalam hal ini ada pengecualiannya, yaitu pembentuk undang-undang sudah

membentuk undang-undang, tetapi belum mempunyai kekuatan hukum, karena

masih dalam pembicaraan di lembaga legislatif. Dalam hal ini hakim dapat

berpedoman pada undang-undang baru yang belum mempunyai kekuatan yang

berlaku itu, ini merupakan bentuk terpenting dalam penemuan hukum bebas, yang

disebut metode penemuan hukum antisipatif atau futuristis. Dengan metode ini

hakim setidaknya mempunyai pegangan pada pendirian pemerintah, sehingga

memperoleh petunjuk bagaimana pandangan pembentuk undang-undang dan

bagaimana hukumnya yang akan datang. Dengan demikian hakim memungkinkan

terjadinya peralihan yang luwes dari hukum yang lama ke hukum yang baru

(dengan anggapan bahwa rancangan undang-undang itu kemudian menjadi

undang-undang).

Hendaknya disadari bahwa Freirechtsbewegung ini tidak hendak memberi

fungsi yang bersifat menciptakan hukum yang otonom kepada hakim, tetapi

hendak menyadarkan hakim kepada kenyataan bahwa ia dalam aktivitasnya tidak

dapat menghindari mengikut sertakan unsur penilaian subyektif. Pendapat

subyektif hakim ini tidaklah seindividualistis seperti yang digambarkan oleh

lawan Freirechtsbewegung : hakim dibesarkan dalam suasana sistem hukum yang

diterapkannya, kecuali itu ia mengenal peraturan hukumnya. Oleh karena itu

putusannya sebagian besar ditetapkan oleh peraturan hukum tertulis yang berlaku

dan asas-asas hukum yang berlaku umum.

Page 67: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

55

Freirechtsbewegung berpendapat bahwa hakim terikat pada batas-batas yang

dapat dijabarkan dari sistem : ini menuju pada pemecahan masalah yang

berdasarkan pada sistem ( gesystematiseerd probleemdenken atau berfikir

problem oriented ).

Banyak timbul keberatan terhadap penemuan hukum bebas ini. Keberatan

terpenting ialah tidak adanya pendekatan yang metodis. Kritik terhadap

Freirechtsbewegung dapat difahami karena kurangnya perhatian pada metode

yang harus digunakan dalam merealisasi pendiriannya ( Komen, 1982:87 ).38

Menurut aliran ini, Undang-undang jelas tidak lengkap. Undang-undang

bukan satu-satunya sumber hukum, sedangkan hakim dan pejabat lainnya

mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya untuk melakukan “penemuan

hukum”. Dalam arti kata, bukan sekedar penerapan undang-undang oleh hakim,

tetapi juga memperluas juga membentuk peraturan dalam putusan hakim. Untuk

mencapai keadilan yang setingi-tingginya, hakim boleh menyimpang dari undang-

undang demi kemanfaatan masyarakat. Dikaitkan dengan teori tujuan hukum,

maka jelas aliran ini penganut utilitarisme. Hakim mempunyai “freies ermessen”.

Ukuran-ukuran tentang mana ketentuan undang-undang yang sesuai dengan

kesadaran hukum dan keyakinan hukum masyarakat, tergantung pada ukuran dari

keyakinan hakim (overtuiging), di mana kedudukan hakim bebas mutlak.

38 Ibid, h. 101-104

Page 68: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

56

Bagaiman pun, aliran ini membuka peluang kesewenang-wenangan karena

hakim adalah manusia biasa yang takkan mungkin terlepas dari berbagai

kepentingan dan pengaruh sekelilingnya, termasuk pengaruh kepentingan pribadi,

keluarga, dan sebagainya. Faktor subjektif yang ada pada diri hakim sebagai

manusia biasa akan sangat mudah menciptakan kesewenang-wenangan dalam

putusan hakim.

Sehubungan dengan itu, Sudikno menuliskan bahwa “Aliran ini sangatlah

berlebih-lebihan karena berpendapat bahwa hakim tidak hanya boleh mengisi

kekosongan undang-undang saja, tetapi boleh menyimpang.”39

Namun demikian, Sudikno juga melihat hikmah dari aliran ini, seperti yang

dituliskannya bahwa: “Walau bagaimana pun juga, aliran bebas tersebut telah

menanamkan dasar bagi pandangan yang sekarang berlaku tentang undang-

undang dan fungsi hakim.”

Prof. Achmad Sanusi (1977:56-57) menuliskan bahwa : “Apabila pada aliran

legisme/begriffsjurisprudenz, hakim mudah menjadi abdi dari dogma dan/atau

undang-undang di sini (aliran freirechtsbewegung) hakim akan menjadi raja

terhadap undang-undang, di mana ia berkuasa sendiri menciptakan hukum bagi

semua anggota masyarakatnya. Bukankah ini jalan yang sudah mendekat sekali

pada akses kesewenang-wenangan.”40

39 Ibid, h. 107 40 Ibid, h. 109

Page 69: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

57

Dalam teori hukum, keseluruhan pandangan yang merumuskan secara

aksplisit kebebasan hakim untuk menetapkan putusannya dinamakan

Freirechtsbewegung (Gerakan hukum bebas). Aliran pemikiran ini menolak

pandangan sempit tentang proses penemuan hukum, mengakui sumbangan

(kontribusi) atau masukan dari hakim yang menilai (waarderende inbreng) ke

dalam proses tersebut dan memperjuangkan pengakuan terhadap kedudukan

mandiri dari peradilan berhadapan dengan undang-undang dan sistem (hukum).

Aliran freirechtsbewegung ini banyak mendapat kritik, karena terlalu

memberi kebebasan kepada hakim dalam mengambil keputusan, sehingga dapat

mengakibatkan ketidakpastian hukum dan membuka kemungkinan (peluang) bagi

subjektifitas hakim serta menimbulkan persoalan tentang legitimasi. Di samping

itu aliran pemikiran hukum bebas ini tidak didukung oleh suatu wawasan

metodologikal yang memadai. Dengan cara bagaimanakah hakimm harus menilai

dan menimbang-nimbang berbagai kepentingan yang berhasil diungkap yang satu

terhadap yang lainnya, ukuran atau standar penilaian apakah yang menjadi

landasan pijaknya, metode interpretasi manakah yang harus dipilih? Tanpa

metode yang tegar dari netode legistik, yang berkenaan dengannya diterima

bahwa metode tersebut dapat menjamin objektifitas, bebas nilai dan rasionalitas

dari putusan, maka penemuan hukum itu mungkin saja terjerumus ke dalam

kesewenang-ewnangan hakim. Para hakim di lingkungan Mahkamah Konstitusi

Indonesia seyogyanya juga memahami isyarat ini. Ijtihad para hakim konstitusi

dalam rangka rechtsvinding hingga samapai pada putusan merupakan bagian dari

amanat Undang-undang Kekuasaan Kehakiman, bahwa sebagai peradilan negara.

Page 70: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

58

Mahkamah Konstitusi harus menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan pancasila, di samping juga wajib menggali, mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup di dalam

masyarakatnya.41

c. Aliran Rechtsvinding

Setelah aliran hukum bebas dipergunakan oleh banyak negara, maka timbul

aliran baru yang dinamakan Rechtsvinding atau Penemuan hukum. Kalau aliran

bebas bertolak pada hukum di luar Undang-undang, maka aliran Rechtsvinding

mempergunakan Undang-undang dan hukum di luar Undang-undang.

Dalam pemutusan perkara mula-mula hakim berpegang pada Undang-undang

dan apabila ia tidak dapat menemukan hukumnya, maka ia harus menciptakan

hukum sendiri dengan berbagai cara seperti mengadakan interpretasi (penafsiran

terhadap Undang-undang) dan melakukan konstruksi hukum apabila ada

kekosongan hukum.

Aliran penemuan hukum merupakan aliran masa kini yang dipergunakan di

berbagai negara termasuk di Indonesia.42

Dalam perkembangannya lebih lanjut pada dewasa ini pandangan-pandangan

terhadap hukum ada perubahan-perubahan karena:

41 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010, h. 79

42 R.Soeroso, Pengantar Ilmu hukum, h. 86

Page 71: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

59

1. Hukum itu harus berdasarkan asas keadilan masyarakat yang terus

berkembang.

2. Ternyata pembuat Undang-undang tidak dapat mengikuti kecepatan gerak

masyarakat atau proses perkembangan sosial, sehingga penyusunan

Undang-undang selalu ketinggalan.

3. Undang-undang tidak dapat menyelesaikan tiap masalah yang timbul.

Undang-undang tidak dapat terinci (mendetail) melainkan hanya

memberikan algemeene richtlijnen (pedoman umum) saja.

4. Undang-undang tidak dapat sempurna, kadang-kadang dipergunakan

istilah-istilah yang kabur dan hakim harus memberikan makna yang lebih

jauh dengan cara memberi penafsiran.

5. Undang-undang tidak dapat lengkap dan tidak dapat mencakup segala-

galanya. Di sana sini selalu ada leemten (kekosongan dalam Undang-

undang) maka hakim harus menyusunnya dengan jalan mengadakan

rekonstruksi hukum, rechtsfijning atau argumentum a contrario.

6. Apa yang patut dan masuk akal dalam kasus-kasus tertentu juga berlaku

bagi kasus lain yang sama.

Menurut aliran Rechtsvinding hukum terbentuk dengan beberapa cara

ialah:

a) Karena Wetgeving (pembentukan Undang-undang)

b) Karena administrasi / tata usaha negara.

c) Karena rechtsspraak atau peradilan.

d) Karena kebiasaan / tradisi yang sudah mengikat masyarakat.

e) Karena ilmu (Wetenschap)

Bila ditinjau dari segi aliran Legisme dan freierechtslehre maka:

Page 72: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

60

a) Aliran Rechtsvinding merupakan aliran antara Legisme dengan

Freierechtslehre.

b) Berbeda dengan aliran Legisme dan Freierechtslehre, Rechtsvinding

berpegang pada Undang-undang tetapi tak seketat seperti aliran Legisme.

Terikat tapi bebas (gebonden vrijheid) dan tidak sebebas seperti pada

freierechtslehre (vrijegebondenheid, bebas tapi terikat).

c) Tugas hakim dalam Rechtsvinding adalah menyelaraskan Undang-undang

dengan sosiale werkelijkheid (keadaan masyarakat yang nyata) dan bila

perlu menambah Undang-undang disesuaikan dengan asas keadaan

masyarakat.

d) Kebebasan yang terikat dan terkait keterikatan yang bebas dicerminkan

dalam penafsiran hukum, dan pengisian kekosongan hukum dengan

konstruksi hukum rechtsverfijning dan argumentum a contrario.

e) Bagi hakim (dalam rechtsvinding) jurisprudensi mempunyai arti yang

penting di samping undang-undang, karena dalam jurisprudensi terdapat

makna yang penting konkret yang tidak terdapat pada undang-undang.

Perbedaannya dengan Legisme dan Freierechtslehre ialah bahwa dalam

Legisme jurisprudensi adalah sekunder, sedangkan bagi Freierechtslehre adalah

primer.

Aliran Rechtsvinding atau penemuan hukum merupakan aliran di antara ke

dua aliran ekstrem tersebut (aliran legisme dan Freierechtsbewegung). Aliran

Rechtsvinding tetap berpegang pada undang-undang, tapi tidak seketat aliran

legisme, karena hakim juga mempunyai kebebasan.

Page 73: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

61

Tetapi kebebasan ini tidak seperti kebebasan yang dianut

Freierechtsbewegung. Hakim mempunyai kebebasan yang terikat (gebonden

vrijheid) dan keterikatan yang bebas (vrijegebondenheid).

Bagi aliran Rechtsvinding jurisprudentie juga mempunyai arti yang penting

di samping undang-undang, karena di dalam jurisprudensi terdapat makna hukum

yang konkret yang tidak terdapat dalam undang-undang.

Namun demikian hakim tidak mutlak terikat dengan jurispridensi seperti di

negara Anglo Saxon di mana hakim secara mutlak mengikuti juriprudensi. Di

Amerika Serikat hakim terikat pada keputusan hakim yang lebih tinggi dan

keputusan lembaga-lembaga tersendiri yang menghasilkan the binding force of

precedent.43

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai Rechtsvinding dapat diambil

kesimpulan bahwasanya yurisprudensi itu sangatlah penting untuk dipelajari, di

samping perundang-undangan, oleh karena di dalam yurisprudensi terdapat

banyak garis-garis hukum yang berlaku dalam masyarakat , perundang-undangan

saja, tanpa mempelajari yurisprudensi, tidaklah lengkap.

Dari beberapa aliran tersebut Contra Legem termasuk aliran hukum

Freirechtbewegung, maka di sinilah wewenang seorang hakim untuk

menyelesaikan suatu perkara di luar undang-undang. Di sini hakim tidak berperan

sebagai penafsir undang-undang, tetapi sebagai pencipta hukum.

43 Ibid, h.89-91

Page 74: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

62

BAB III

PROFIL PENGADILAN AGAMA BREBES

A. Histori Pembentukan Pengadilan

Sejarah Brebes bermula pada pertengahan abad ke 16, ketika suatu dinasti

baru, yaitu kerajaan Mataram memerintah Jawa Tengah, dan akhirnya berhasil

menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di pesisir utara, termasuk Tegal dan

berikutnya Brebes, sangat besar perannya dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Brebes sendiri merupakan hasil pemecahan Kadipaten Tegal oleh Sri Amangkurat

II yang ada di Jepara pada tanggal 18 Januari 1678 dengan Adipati pertama yaitu

Adipati Suralaya.

Dengan timbulnya komunitas-komunitas masyarakat Islam, maka

kebutuhan akan lembaga peradilan yang memutus perkara berdasarkan hukum

Islam makin dibutuhkan. Hal ini nampak jelas dari proses pembentukan lembaga

peradilan yang berdasarkan hukum Islam tersebut yakni; 1.) Periode Tahkim,

2.)Tauliyah oleh Ahl al-Hally wa al-Aqd, 3.) Tauliyah Imamah.

Pengadilan Agama di masa kerajaan Islam diselenggarakan oleh para

penghulu, yaitu pejabat administrasi kemasjidan setempat. Sidang-sidang

pengadilan agama pada masa itu biasanya berlangsung di serambi masjid,

sehingga pengadilan agama sering pula disebut "Pengadilan Serambi". Demikian

juga di Brebes, “kantor” pertama Pengadilan Agama Brebes berada di Masjid

Agung Brebes, kemudian pindah ke gedung/ruangan yang juga sebagai Aula

Page 75: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

63

Masjid Agung, selanjutnya menempati gedung yang berdiri di atas tanah milik

BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) yang terletak di belakang Masjid Agung.

Barulah pada tahun 1977 dibeli sebidang tanah di Jl. Yos Sudarso seluas kurang

lebih 1.000 m2 yang kemudian menjadi bangunan awal kantor Pengadilan Agama

Brebes yang sampai sekarang masih ditempati.

Pembangunan gedung tahap pertama seluas 153m2 tersebut dimulai tahun

1979 dengan menggunakan dana DIP TA 1978/1979 dengan biaya sebesar Rp.

7.929.000 (tujuh juta sembilan ratus dua puluh sembilan ribu rupiah). Kemudian

pada TA. 1982/1983 diadakan perluasan gedung seluas 700m2 tahap pertama

dengan dana Rp. 9.568.000,- (sembilan juta lima ratus enam puluh delapan ribu

rupiah). Selanjutnya pada tahun 1989 dilakukan perluasan gedung seluas 77m2

dengan menggunakan DIP TA 1998/1999 yang menghabiskan biaya sejumlah Rp.

23.207.250,- (dua puluh tiga dua ratus tujuh ribu dua ratus lima puluh rupiah),

Pada 1993 PA Brebes membangun musholla seluas 75m2 dengan biaya sebesar

Rp. 16.000.000 (enam belas juta rupiah). Sejak pembangunan musholla tersebut

PA Brebes belum memiliki proyek atau belanja modal untuk memperluas

bangunan gedung Pengadilan Agama Brebes. Baru kemudian pada tahun 2010

dengan biaya Rp. Xxxx (xxx milyar) dibangun gedung baru di Jl. Ahmad Yani

dan Insya Allah tahun 2012 sudah bisa ditempati sebagai kantor yang lebih

representatif.

Page 76: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

64

Sebagai bagian dari sejarah, Pengadilan Agama Brebes sampai sekarang

masih menyimpan putusan-putusan sebelum masa kemerdekaan, yang tertua

adalah PUTUSAN TAHUN 1904 dengan tulisan tangan arab pegon (arab

gundul).

(admin: dari berbagai sumber)

Page 77: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

65

B. STRUKTUR ORGANISASI

PENGADILAN AGAMA BREBES KELAS I.A

Page 78: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

66

C. Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan

Pengadilan Agama Merupakan Pengadilan Tingkat Pertama yang bertugas

dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara – perkara di

tingkat pertama antara orang –orang yang beragama Islam di bidang perkawinan,

kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam serta

waqaf, zakat, infaq dan shadaqah serta ekonomi Syari’ah sebagaimana di atur

dalam Pasal 49 UU Nomor 50 Tahun 2009.

Pengadilan Agama mempunyai dua kewenangan yaitu :

1. Kewenangan relatif

Kewenangan relatif berhubungan dengan daerah hukum suatu

pengadilan, baik pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan tingkat

banding. Artinya, cakupan dan batasan kewenangan relatif pengadilan

ialah meliputi daerah hukumnya berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

Kewenangan relatif diartikan sebagai kewenangan pengadilan yang

satu jenis dan satu tingkatan, dalam perbedaannya dengan kewenangan

pengadilan yang sama jenis dan sama tingkatan lainnya, misalnya antara

pengadilan negeri magelang dengan pengadilan negeri purworejo, antara

pengadilan agama muara enim dengan pengadilan agama baturaja.

Pengadilan negeri magelang dan pengadilan negeri purworejo satu jenis,

sama-sama lingkungan peradilan umum dan sama-sama pengadilan tingkat

pertama. Pengadilan agama muara enim dan pengadilan baturaja satu

Page 79: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

67

jenis, yaitu sama-sama lingkungan peradilan agama dan satu tingkatan,

sama-sama tingkat pertama.1

2. Kewenangan absolut

Kewenangan absolut artinya kewenangan pengadilan agama yang

berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan

pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis

pengadilan atau tingkatan pengadilan. Dalam perbedannya dengan jenis

perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan lainnya, misalnya

: Pengadilan agama berkuasa atas perkara perkawinan bagi mereka yang

beragama Islam sedangkan bagi yang selain Islam menjadi kewenangan

peradilan umum. Pengadilan agamalah yang berkuasa memeriksa dan

mengadili perkara dalam tingkat pertama, tidak boleh langsung berperkara

di pengadilan tinggi agama atau mahkamah agung. Banding dari

pengadilan agama diajukan ke pengadilan tinggi agama, tidak boleh

diajukan ke pengadilan tinggi.2

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama mempunyai fungsi

sebagai berikut :

1 Chatib Rasyid dkk, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik Pada Peradilan Agama, Yogyakarta : UII Press 2009 h. 26

2 Ibid, h. 27-28

Page 80: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

68

1. Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan

Pengadilan Agama dalam tingkat pertama (vide : Pasal 49 Undang-

undang Nomor 3 Tahun 2006).

2. Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan

petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya,

baik menyangkut teknis yudicial, administrasi peradilan, maupun

administrasi umum/perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan

pembangunan. (vide : Pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor No. 3

Tahun 2006 jo. KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

3. Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas

pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera

Pengganti, dan Jurusita/ Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar

peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya (vide : Pasal

53 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006) dan

terhadap pelaksanaan administrasi umum kesekretariatan serta

pembangunan. (vide: KMA Nomor KMA/080/VIII/2006).

4. Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang

hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila

diminta. (vide : Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun

2006).

Page 81: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

69

5. Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan

(teknis dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian,

keuangan, dan umum/perlengakapan) (vide : KMA Nomor KMA/080/

VIII/2006).

6. Fungsi Lainnya :

Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan tugas hisab dan rukyat dengan

instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-lain

(vide: Pasal 52 A Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006).

Pelayanan penyuluhan hukum, pelayanan riset/penelitian dan sebagainya

serta memberi akses yang seluas-luasnya bagi masyarakat dalam era

keterbukaan dan transparansi informasi peradilan, sepanjang diatur dalam

Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/144/SK/VIII/2007

tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan.3

3 Diakses pada tanggal 08 Juni 2013 pkl.09.35wib

Page 82: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

70

BAB IV

ANALISIS PENERAPAN ASAS “CONTRA LEGEM” DALAM PEMBAGIAN

HARTA BERSAMA

A. Penerapan asas “Contra Legem” dalam pembagian harta bersama pada

Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs

DUDUK PERKARA

Kasus yang terjadi yaitu :

Pemohon adalah TOIPAH binti DURMA umur 38 tahun, agama Islam, pekerjaan

swasta, bertempat tinggal di Dukuh Slatri, RT.02 RW. 04 Desa Slatri, Kecamatan

Larangan, Kabupaten Brebes, dalam hal ini dikuasakan kepada Abdul Basir Haekal,

SH., Advokat/Pengacara yang berkantor di jalan Veteran Nomor 007, Brebes, Jawa

Tengah, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 29 April 2009. Sedangkan

Termohon yaitu SUNAR bin KLIWON, umur 44 tahun, agama Islam, pekerjaan

Swasta, bertempat tinggal di Dukuh Slatri, RT.02 RW. 04 Desa Slatri, Kecamatan

Larangan, Kabupaten Brebes; dalam hal ini dikuasakan kepada 1. Edi Satrio

Sepoaryan, SH.; 2. Hascaryo Wimbo, SH.; 3. Nur Eli Eliyah, SH.; 4. Yuni Nurshobah,

SH.; keempatnya Advokat pada kantor Advokat dan Penasihat Hukum “Edi Satrio

SH., Hascaryo Wimbo & Rekan, yang berkantor di komplek Perkantoran Pasar Induk

Lt.2 Brebes, jalan Jend. Sudirman No. 47, Brebes, berdasarkan surat kuasa khusus

tertanggal 16 Mei 2009.

Adapun duduk perkara gugatan sebagai berikut :

Page 83: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

71

1. Bahwa Penggugat adalah isteri sah Tergugat yang melangsungkan pernikahan pada

hari Selasa tanggal 25 Juli 1989

2. Bahwa setelah menikah, Penggugat dan Tergugat berkediaman di rumah orangtua

Penggugat dan telah dikaruniai 2 (dua) orang anak

3. Bahwa sejak tahun 1997 antara Penggugat dengan Tergugat mulai terjadi

pertengkaran akibat Tergugat tidak mau bekerja (mencari nafkah) untuk

menghidupi keluarganya

4. Bahwa sampai dengan 11 tahun usia pernikahan, Tergugat belum ada tanda-tanda

berusaha menafkahi keluarga, maka pada tahun 2000 Penggugat berangkat ke

Singapura menjadi pekerja (woman Worker)

5. Bahwa atas sikap Tergugat tersebut, sepulangnya dari Singapura Penggugat merasa

menderita dan tidak sanggup lagi untuk membina rumah tangga dengan Tergugat.

Selama perkawinan berlangsung, telah diperoleh harta bersama yakni berupa :

1. Tanah pekarangan persil 39, D I, seluas + 490 m2 letter C. 964 dan bangunan

rumah

2. Penghasilan Tergugat Rekonpensi sebagai TKW di Singapura untuk selama

masa kerja periode 2004 s.d. 2006, periode 2006 s.d. Mei 2009 setiap

bulannya sebesar Rp. 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) X 57

bulan = Rp. 102.600.000.- (seratus dua juta enam ratus ribu rupiah).

Berdasarkan hal-hal terebut di atas, demi kehidupan dan masa depan

penggugat, penggugat mohon kepada pengadilan untuk didengar, diperiksa

dan diadili perkaranya dan mohon menjatuhkan putusan. Pengadilan Agama

Page 84: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

72

Brebes memberikan putusan Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs Senin tanggal

28 Desember 2009 M yang amarnya sebagai berikut :

PRIMAIR

1. Mengabulkan gugatan perceraian ini

2. Menyatakan putus hubungan sebagai suami/istri antara penggugat dengan

tergugat berdasarkan hal tersebut di atas.

3. Menentukan hak-hak penggugat dalam harta bersama

4. Menghukum tergugat untuk menyerahkan bagian harta bersama kepada

penggugat

5. Menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara.

Harta Bersama yaitu Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi

harta bersama mulai ijab Kabul sampai dengan putusnya perkawinan (baik karena

kematian atau karena perceraia). Pemberlakuan ketentuan hukum tentang harta

bersama tersebut, tanpa harus dipermasalahkan diperoleh oleh siapa, kepemilikannya

terdaftar atas nama suami atau istri, tetap merupakan harta bersama. Harta bawaan

dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing

sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang

para pihak tidak menentukan lain.1 Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No.

1 Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiati, “Hukum Perdata Islam”, (Surabaya, Mandar

Maju, 1997), h. 33

Page 85: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

73

1 Tahun 1974 pasal 35- 37 diangkat sepenuhnya dan bahkan lebih luas lagi di dalam

kompilasi hukum Islam pasal 85-97.

Bila terjadi sengketa dalam harta bersama pasal 37 Undang-Undang No. 1 tahun

1974 tentang perkawinan menyatakan: ”Bila perkawinan putus karena perceraian,

harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing” (hukum agama, hukum adat

dan hukum-hukum lainnya). Bagi umat Islam Indonesia umumnya dan khusus bagi

hakim-hakim pada Pengadilan Agama, bila terjadi sengketa mengenai harta bersama

merujuk kepada ketentuan kompilasi hukum Islam dan apabila terjadi perceraian

maka masing-masing suami atau istri berhak atas seperdua dari harta bersama

tersebut, baik cerai mati maupun cerai hidup. Bila cerai mati 1/2 dari harta bersama

hak pasangannya yang masih hidup dan 1/2 lainnya sebagai harta warisan. Harta

bersama dihitung sejak akad nikah sampai dengan meninggalnya salah satu suami

atau istri, atau apabila cerai hidup sampai dengan putusan perceraian telah

memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

Tidak boleh dilupakan kewajiban hakim yang tercantum dalam pasal 28 Undang-

Undang RI No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasan kehakiman, yaitu menggali,

mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat. Hakim pengadilan agama Brebes telah lebih dewasa, punya keberanian

tidak mau menjadi corong Undang-undang. Rasa keadilan dikedepankan, dogma

agama dipegang teguh, nurani dikedepankan dan kepastian hukum juga tidak akan

Page 86: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

74

diabaikan. Sadar akan dirinya yang memiliki tanggungjawab besar kepada sang

pencipta Allah SWT.

Hakim mengadili suatu perkara, ia melakukan aktifitas atau kegiatan yuridis

sendiri dan tidak sekedar melakukan silogisme belaka. Ia ikut serta dalam

pembentukan hukum, bukan hukum obyektifitas seperti yang diciptakan oleh

pembentuk Undang-undang, yang sifatnya abstrak, melainkan hukum yang konkret

yang diciptakan dengan putusannya (judge made law). Putusan hakim adalah hukum,

maka haruslah sesuai dan dapat diterima oleh atau di dalam masyarakat.2 Dan di

samping itu juga Tujuan peradilan bukan hanya untuk menegakkan perundang-

undangan saja akan tetapi, lebih ditujukan untuk menegakkan rasa keadilan dan

kebenaran. Oleh karena itu, seorang hakim harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Tidak menegakkan Undang-undang dalam arti sempit

b. Tidak sekedar sebagai corong dari perundang-undangan

c. Hakim tidak boleh selalu mengidentikaan kebenaran dan keadilan

sama dengan rumusan Undang-undang (tidak semua wetmatig adalah

recht vaardig, tidak semua Legal itu Justice, dan juga tidak selamanya

Lawfull itu justice.3

2 Sudikno Mertokusumo, Bunga Rampai Ilmu Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1984), h. 16 3 Wawancara dengan Ibu Hj. Athiroh Muchtar, SH, MH pada tanggal 16 Mei 2013

Page 87: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

75

Secara tegas dan seksama hakim Pengadilan Agama Brebes dan penulis yakin

hakim-hakim pengadilan lainnya memiliki komitmen dan nurani yang sama, yaitu

akan menilai peraturan perundang-undangan yang akan dijadikan pijakan hukum

dalam mengambil keputusan disesuaikan dengan ajaran dogmatik agama,

mengedepankan keadilan, tidak akan mengorbankan keadilan hanya demi kepastian

hukum. Sikap hakim tersebut secara hukum dapat dibenarkan karena hakim memiliki

kebebasan dalam memutus dan memiliki hak otonomi dalam konsep “demi keadilan”

untuk melakukan Contra legem (menyimpang) terhadap pasal-pasal yang dirasa tidak

sesuai dengan rasa keadilan dan kebenaran.

Sebagaimana penegasan pasal 229 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan

hakim dalam menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan kepadanya wajib

memperhatikan dengan sungguh-sungguh nilai-nilai hukum yang hidup di

masyarakat, sehingga putusannya sesuai dengan rasa keadilan. Dan pasal ini yang

secara tegas menunjukkan suatu kemutlakan yang bersifat memaksa bagi hakim

untuk memegang teguh dan menjadikan pasal tersebut sebagai landasan moral dalam

menjatuhkan putusan. Hal ini juga sesuai dengan amanat pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang No. 4 Tahun 2004: ”Hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-

nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Oleh sebab itu, dasar

hukum hakim pengadilan agama Brebes dalam membagi harta bersama dalam

putusan No. 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs adalah ”rasa keadilan” dan hal tersebut adalah

Page 88: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

76

dibenarkan. Hal tersebut sesuai pula dengan firman Allah SWT dalam surat An-nisa’

ayat 32 yang berbunyi :

,, ,,

Artinya:

”...... bagi pria ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita ada

bagian dari apa yang mereka usahakan”

Menurut ayat tersebut jelaslah bagi laki-laki akan mendapat harta mereka

sesuai dengan jerih payahnya dan begitu pula bagi perempuan akan mendapatkan

haknya sesuai dengan jerih payahnya. Penyelesaian harta perkawinan wajib ditempuh

dengan sebaik-baiknya dengan cara yang seadil-adilnya, yakni jangan sampai antara

mantan suami dan mantan istri terdiskriminasi dengan hak hartanya. Sebagaimana

firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nahl ayat 90 :

,,,,

Artinya:

”Sesungguhnya Allah telah memerintahkan keadilan dan berbuat baik”.

Juga firman Allah dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 58:

Page 89: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

77

,, ,,

Artinya:

”Dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil”

Penerapan hukum melalui putusan 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs ditempuh

dengan prosentase 1/3 untuk suami dan 2/3 untuk istri, hal tersebut berdasarkan pada

pertimbangan hakim yang menilai istri seharusnya menjadi tanggungjawab suami

justru istri yang membanting tulang mengumpulkan harta benda, sedangkan suami

yang seharusnya lebih intensif mencukupi kebutuhan rumah tangga ternyata hanya

pasif dan hanya menikmati hasil jerih payah istri.4 Berdasarkan uraian tersebut,

putusan 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs telah benar-benar mencerminkan nilai keadilan dan

tidak bertentangan dengan nilai-nilai hukum, justru selangkah lebih maju pada nilai

hukum yang progresif, berkembang dan dinamis.

B. Pembagian harta bersama menurut Kompilasi Hukum Islam terhadap

Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs

4 Wawancara dengan Ibu Hj.Athiroh Muchtar, SH.MH ( Ketua majelis sidang), pada tanggal 16 Mei 2013

Page 90: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

78

Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah merupakan ”hukum terapan” pada

lingkungan peradilan agama di Indonesia yang mulai dilaksanakan pada tahun 1991.

pelaksanaannya didasarkan pada instruksi presiden RI tanggal 10 Juni 1991 No. 1

tahun 1991 yang ditujukan kepada Menteri Agama RI untuk menyebarluaskan

Kompilasi Hukum Islam sebagaimana telah diterima baik oleh alim ulama Indonesia

dalam loka karya di Jakarta pada tanggal 2-5 Februari 1998 untuk digunakan oleh

instansi pemerintah dan oleh masyarakat yang memerlukannya.

Instruksi ini kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan Menteri Agama RI

tanggal 22 Juli 1991 No. 154 tahun 1991 tentang pelaksanaan instruksi presiden RI

No. 1 tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991, dan semenjak itu ia mulai dipergunakan di

lingkungan peradilan agama sebagai dasar dan landasan formal dalam menyelesaikan

dan memutus berbagai sengketa tentang perkawinan, kewarisan, dan perwakafan

yang terjadi dikalangan umat Islam di Indonesia. Dalam kurun waktu lebih dari satu

dasawarsa ini telah dilaksanakan sebagai hukum terapan di pengadilan agama sebagai

dasar dan landasan formal dalam menyelesaikan dan memutus berbagai sengketa,

walaupun masih ada silang pendapat mengenai status hukum kompilasi hukum Islam

dalam hukum positif Indonesia. Prof. Dr. Koesnoe menilai bahwa KHI tetap berada

di luar tatanan hukum positif Indonesia dan itu merupakan pendapat sekelompok

ulama dan pakar hukum Islam atau bisa disebut dengan ijma’ kalangan tersebut.5

5 Moh. Koesnoe, “Kedudukan Kompilasi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional”, (Varia Peradilan, 1995), h. 60

Page 91: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

79

Dengan diterimanya kompilasi hukum Islam di lingkungan peradilan agama

sebagai riil, ia sudah dapat dikatakan termasuk dalam hukum positif Indonesia, paling

tidak dalam yurisprudensi yang juga diyakini salah satu sumber hukum yang berlaku,

kondisi ini tidak menutup kemungkinan untuk meningkatkannya sebagai sebuah

produk hukum yang bersifat formal menjadi sebuah undang-undang. Mengulas

tentang acara di Pengadilan Agama adalah hanya terbatas pada kepentingan orang

yang beragama Islam, di sinilah yang dalam ketentuan Undang-Undang No. 7 tahun

1989 yang telah diubah dan tambah menjadi Undang-Undang No. 3 tahun 2006

tentang peradilan agama, disebutkan sebagai perdata tertentu bagi umat Islam,

ketentuan tersebut mengharuskan pemberlakuan acara di Pengadilan Agama

menuntut konsekuensi materi hukum Islam yang menjadi dasar pijakan dan landasan

harus dijunjung tinggi.

Ketentuan KHI jelas menggariskan bahwa:

- Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang

hidup lebih lama.

- Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya

hilang harus ditangguhkan samapai ada kepastian matinya yang hakiki atau matinya

secara hukum atas dasar keputusan Pengadilan Agama.

- Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama

sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Jika dicemati, maka

Page 92: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

80

pembagian harta bersama dibagi dua, masing-masing mendapatkan bagian 50:50,

pembagian harta bersama ini bisa diajukan bersama dengan gugatan cerai, tidak

harus menunggu terlebih dahulu putusan cerai dari Pengadilan Agama. Pembagian

harta bersama 1/3 untuk suami dan 2/3 untuk istri sebagaimana dalam isi putusan

dimaksud tidak sesuai dengan apa yang diatur dalam ketentuan KHI, yang mana di

dalam KHI janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta

besrama sebagaimana diatur dalam KHI pasal 97, namun dalam hal ini hakim

mempunyai pertimbangan-pertimbangan, mengapa membagi 1/3 untuk suami dan

2/3 untuk istri antara lain:

1. Suami yang seharusnya bertanggungjawab mencukupi semua kebutuhan rumah

tangga, baik pangan, sandang, tempat tinggal, dan kebutuhan rumah tangga

lainnya, justru tidak punya andil dalam menyediakan kecukupan kebutuhan

rumah tangga, akan tetapi sebaliknya semua kebutuhan pokok berupa tempat

tinggal dan kekayaan yang dipunyai semuanya hasil kerja istri.

2. Ketentuan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 32 sebagai berikut:

, , , , ,

Artinya:

Page 93: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

81

”,,(karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka

usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka

usahakan..”

3. Rasa Keadilan

Sebagaimana dalam Firman Allah SWT surat an-Nisa’ ayat 34:

, ,

Artinya :

”Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.... ”.

Dari ayat di atas bahwa suami sebagai pemimpin keluarga, pada kasus dalam

putusan 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs telah mendapatkan keadilan karena meskipun

suami tidak mempunyai andil terhadap perolehan harta bersama tetapi masih

mendapat bagian 1/3 dari harta bersama dengan pertimbangan karena suami sebagai

kepala rumah tangga telah mengayomi keluarga antara lain memberikan izin istri

untuk bekerja dan suami telah mengurusi anak.

Peradilan dilakukan ”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN

YANG MAHA ESA”, rumusan berlaku untuk semua pengadilan dan semua

Page 94: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

82

lingkungan peradilan.6 Memang keadilan merupakan tujuan pokok Peradilan Agama,

yaitu menyelenggarakan peradilan agama, menegakkan hukum dan keadilan. Konsep

di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Dra. Hj. Athiroh Muchtar, SH.MH

sebagai ketua majelis yang menyidangkan perkara tersebut. Sebagaimana diketahui

tujuan hukum dalam kaidah-kaidah hukum, yaitu:7

a. Hukum melindungi kebebasan setiap warga negaranya

b. Setiap warga negara harus diperlakukan sama dihadapan hukum

c. Hukum harus menegakkan kebenaran dan rasa keadilan dalam kehidupan

masyarakat.

Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus

menerus dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan

hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas

keadilan.8

6 Sudikno Mertokusumo, Bunga Rampai Ilmu Hukum, h. 21 7 Ahmad Kamil dkk, Kaidah-kaidah Hukum Yurisprudensi, Jakarta, Kencana, Cet. 3, 2008, h.

21 8 Sudarsono, “Pengantar Ilmu Hukum”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 48

Page 95: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

83

C. Analisis Penerapan Asas

Meneliti kasus gugat cerai dan pembagian harta bersama yang menjadi kasus

penelitian dari awal pengajuan gugatan sampai dengan keputusan hakim memerlukan

sebuah pemahaman yang mendalam baik dalam sidang maupun dalam putusan

pengadilan. Setelah membaca duduk perkara pada kasus ini dapat dimengerti bahwa

masalah yag disengketakan antara pihak penggugat dan tergugat adalah tentang

jumlah harta bersama yang kurang adil dalam pembagiannya berdasarkan KHI.

Penulis sangat setuju dengan putusan Pengadilan Agama Brebes yang

menetapkan bagian istri lebih besar dari pada suami, karena berdasarkan fakta yang

ada di dalam perkara tersebut bahwa seorang istri yaitu menggantikan peran seorang

suami yang seharusnya menjadi tulang punggung dalam sebuah keluarga dan terlebih

bahwa seorang hakim itu tidak semata-mata memutus suatu perkara dengan

seenaknya tanpa memperhitungkannya. Menurut Ibu Hj. Athiroh Muchtar, SH, MH

selaku hakim yang memutus perkara tersebut yang menjadi landasan utama seorang

hakim berlaku Contra Legem yaitu : Dalam upaya mencapai kebenaran dan keadilan

yang sesungguhnya, hakim dituntut untuk:

a. Mampu menafsirkan Undang-undang secara aktual

Hukum diterapkan dengan lentur sesuai perkembangan waktu, tempat

dan keadaan

Hukum diterapkan sesuai dengan tuntutan kepentingan umum dan

kemashlahatan bagi masyarakat pada waktunya

Page 96: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

84

Hakim tidak reaktif bersikap negatif terhadap pembaharuan dan

perkembangan yang mendatangkan kemashlahatan masyarakat.

Pada saat menafsirkan Undang-undang hakim harus berpijak pada

falsafah bangsa yaitu Common Basic Idea (Landasan Cita-cita umum).

b. Menciptakan hukum baru

c. Mampu berperan mengadili secara kasuistik, karena:

Pada prinsipnya masing-masing kasus mengandung particular reason.

Tidak ada perkara yang persis/mirip.9

Jika Pengadilan Agama melihat lebih objektif di dalam memberikan putusan,

maka akan terlihat bahwa penggugat tersebut sangat dirugikan oleh suami di dalam

menjalani rumah tangga, terutama di mana kasus perselisihan mulai terjadi.

Penggugat sebagai seorang wanita yang tidak memiliki kewajiban untuk memberikan

nafkahnya di dalam rumah tangga, yang dengan segala daya dan upaya berusaha

untuk dapat nafkah bagi kehidupan rumah tangganya, namun di masa perselisihan

terjadi tidak mendapat perlakuan yang baik dari seorang suami bahkan sikap kasar

yang diterima, apalagi mendapatkan nafkah yang seharusnya merupakan tanggung

jawab suami, baik dalam hukum agama maupun dalam hukum adat yang ada,

mendapatkan putusan harus membagi harta yang diperolehnya dengan susah payah,

sama besar dengan suami, yang di masa pernikahannya hanya bergantung hidup

kepada sang istri tanpa berusaha untuk mencoba mengambil alih kewajibannya

9 Wawancara dengan Ibu Hj. Athiroh Muchtar, SH, MH

Page 97: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

85

sebagai suami yang harus menafkahi istrinya dan telah memperlakukan istri dengan

tidak baik, jasmani maupun rohani.

Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat

penting dalam kehidupan berumah tangga dan peranannya yang sangat dibutuhkan

menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa menjadi seorang istri

yang baik. Pemahamannya, perkataannya dan kecendrungannya semua ditujukan

untuk mencapai keridhoan Allah SWT.

Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang pada akhirnya, hal itu

adalah untuk mendapatkan keridhoan dari Allah SWT, sehingga istri berkeinginan

untuk mengupayakannya. Seorang wanita muslimah adalah seorang wanita yang

benar (dalam Aqidah), sederhana, sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami

tidak ada di rumah, mempertahankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah

dan senang serta mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah SWT. Ketika

seorang wanita muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia harus mengerti

bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan pertanggungjawaban dalam Islam

kepada pencipta-Nya, Allah SWT menjadikan wanita berbeda dengan pria

sebagaimana yang disebutkan dalam QS.Annisa 4:32

Page 98: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

86

Artinya:

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada

sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-

laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun)

ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian

dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”

Menurut analisis penulis penerapan asas Contra Legem melalui putusan

perkara nomor:1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs ditempuh dengan prosentase 1/3 untuk

suami dan 2/3 untuk istri, hal tersebut tentu sudah sangatlah adil bahkan seadil-

adilnya. Karena hakim di dalam memutuskan perkara tersebut bukanlah melihat pada

Undang-undang yang dianggap sudah cukup adil padahal belum tentu, di sini hakim

menilai sang istri yang seharusnya menjadi tanggungjawab suami justru istri yang

membanting tulang mengumpulkan harta benda, sedangkan suami yang seharusnya

lebih aktif mencukupi kebutuhan rumah tangga ternyata hanya pasif dan hanya

menikmati hasil jerih payah sang istri.

Page 99: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

87

Di dalam memutuskan perkara mengenai harta bersama yaitu pada putusan

perkara nomor:1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs hakim sudah membaginya secara

proporsional ( kurun penghasilan dalam rumah tangga ) dan hakim juga telah

menegakkan keadilan, dan penulis setuju dengan putusan tersebut.

Page 100: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

88

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penulis pada bab sebelumnya, kesimpulan yang

dapat diambil yaitu :

1. Penerapan asas Contra Legem dalam pembagian harta bersama

pada Putusan Perkara Nomor : 1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs yang

dilakukan oleh hakim itu semata-mata mengacu kepada Undang-

Undang No.4 tahun 2004 pasal (1) yaitu : “Hakim wajib

menggali, mengikuti dan memahami nilai- nilai hukum dan rasa

keadilan yang hidup dalam masyarakat”. Dalam pasal 2 ayat (1)

UU No.48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang

menyatakan : “Peradilan dilakukan demi keadilan berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa”. Bisa disimpulkan bahwa putusan

hakim dalam perkara No.1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs sudah benar

dan telah memenuhi rasa keadilan, berdasarkan fakta bahwa

harta yang diperoleh selama perkawinan lebih banyak dari hasil

kerja Tergugat Rekonpensi, serta kebutuhan rumah tangga lebih

banyak dipenuhi Tergugat Rekonpensi, menunjukkan bahwa

peranan isteri lebih besar menggantikan peranan suami, sehingga

adil apabila pembagian harta bersama ditetapkan mendapat

bagian 2/3 dari harta bersama dan bagi suami (Penggugat

Rekonpensi) mendapat bagian 1/3 dari harta bersama. Meskipun

Page 101: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

89

tidak sesuai dengan yang diatur dalam KHI karena tujuan dari

hukum adalah keadilan dan keadilan adalah segala-galanya.

2. Dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutus perkara

pembagian harta bersama pada Putusan Perkara

No.1048/Pdt.G/2009/PA-Bbs yaitu hakim harus mengacu

kepada 3 unsur sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu. Drs.

Hj. Athiroh Muchtar, SH. MH sebagai ketua majelis yang

menyidangkan perkara tersebut :

Adanya rasa keadilan

Adanya kemanfaatan dan

Adanya kepastian hukum

Dalam menegakkan usur-unsur tersebut diperlukan kearifan

seorang hakim, karena suatu saat nanti bisa saja bunyi pasal

dirasa tidak memenuhi rasa keadilan atau tidak ada kemanfaatan,

karena tidak sedikit peraturan yang ada pada saat dibuat terasa

memenuhi rasa keadilan dimaksud. yaitu seiring dengan

berjalannya waktu, berubahnya tempat dan keadaan. Jadi, hakim

di dalam menagani suatu perkara harus lah jeli dan teliti seperti

apa perkara yang terjadi sehingga dari ketelitian dan kejeliannya

dalam memeriksa suatu kasus hakim akan memutuskan seadil-

adilnya meskipun harus mengesampingkan peraturan perundang-

undangan selama pasal UU tersebut tidak lagi sesuai dengan rasa

keadilan yang berkembang di dalam masyarakat. Tentu kurang

Page 102: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

90

adil jika hakim hanya megacu kepada Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974 dan pasal 35 tentang harta benda yang diperoleh

selama perkawinan putus karena perceraian

3. Pembagian harta bersama dalam perspektif hukum Islam yaitu

terdapat dalam KHI pasal 97 yang berbunyi sebagai berikut :

“Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua

dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam

perjanjian perkawinan”. Sangat jelas lah sudah bahwa jika di

dalam suatu perkawinan terdapat harta bersama maka

pembagiannya harus sama banyak, baik itu cerai hidup atau mati.

Dan di dalam peraturan perundang-undangan seperti pada

Undang-undang No. 1 tahun 1974 beserta juklaknya (PP.No.9

tahun 1975) maupun dalam BW., tiada ketentuan yang mengatur

berapa bagian pasangan suami istri yang bercerai. Dan juga pada

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 ada diatur institusi yang

namanya “perjanjian perkawinan”. Perjanjian perkawinan

dipandang dapat menyelesaikan persoalan-persoalan dalam harta

benda dalam perkawinan secara adil, proporsional, efektif dan

aplikatif.

Page 103: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

91

B. SARAN

1. Dalam upaya menghindari adanya konflik atau perselisihan antara suami

dan istri, janda dan duda alangkah baiknya sebelum melangsungkan

pernikahan dilakukan terlebih dahulu yaitu sebuah perjanjian perkawinan

yang berkaitan dengan pengaturan hak dan status atas harta benda masing-

masing.

2. Pengkajian dan penyusunan kembali undang-undang yang berhubugan

khususnya mengenai pembagian harta bersama, karena sejak awal

berdasarkan Al-qur’an bahwa wanita adalah di pihak yang lemah tetapi di

sisi lain tidak ada laki-laki yang kuat berkuasa dan berhasil tanpa adanya

wanita di sisinya. Dan penulis sendiri menyarankan agar pembagian harta

bersama dilaksanakan secara proporsional dan membela kaum yang

lemah.

3. Seorang hakim jangan hanya menguasai pasal-pasal hukum saja, harus

ditopang dengan pengetahuan lain misalnya, sosiologi, psikologi, dan lain-

lain. Selain memiliki tanggungjawab moral terhadap diri sendiri dan juga

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4. Untuk suami haruslah bersikap bijaksana dan berperanlah sebagaimana

fungsinya sebagai kepala rumah tangga yaitu mencari nafkah untuk

keluarga (Istri dan anak), memberinya perlindungan demi terciptanya

sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warohmah.

Page 104: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

Daftar Pustaka

At-Tabari, Tafsir at-Tabari Jaami’ul Qur’an ‘an Ta’wiili ay al-Qur’an, Arab saudi, dar al-Hijri, Juz Ke-7,

Attamimi, A.Hamid S, Ilmu Perundang-undangan, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2007

Al-Jassas, Abi Bakr Ahmad Ibn Ali ar-Rozi. Ahkam al-qur’an, Beirut: Dar al-Qutub al-

‘Alamiyah, Juz Ke-2, t.th.

Al-Thusiy, Muhamad Husein bin Ali. Al-mabsuth fi Fiqh al-Imamiyah, Teheran, Matba’ al-murtadawiyah, 1973

Arabi Ibnu. Ahkam al-Qur’an: Mesir, Isa al-Babiy al-Halabiy, 1967

Arifin, Busthanul, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia (Akar Sejarah, Hambatan dan Prospeknya), Jakarta, Gema Insani Press, Cet.1, 1996

A.Rasyid, Roihan, Upaya Hukum Terhadap Putusan Peradilan Agama, Jakarta, CV.

Pedoman Ilmu Jaya, Cet.1, 1989 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Akademika Pressindo,

1992 Anonimus, Undang-undang Perkawinan Republik Indonesia No.7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama, Jakarta, Departemen Agama Republik Indonesia, 1991 Djazuli, A, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Islam, Bandung, Kiblat Press, 2002 Daud Ali, Muhammad, Hukum Islam Dan Peradilan Agama (Kumpulan Putusan),

Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Ed.1, Cet.2, 2002 Effendi M.Zein, Satria, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Analisis

Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah), Jakarta, Kencana, Ed.1, Cet.1, 2004

Hasanuddin AF, dkk, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, UIN Jakarta Press, 2003

Hosen, Ibrahim, Fiqh Perbandingan Masalah Perkawinan, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2003 Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam, Jakarta, RajaGrafindo Persada,1995

Hamzah, Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, Ed.2, Cet.1, 2008

Page 105: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

Harahap, M.Yahya, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No.7 Tahun 1989), Jakarta, Pustaka Kartini, Cet.1, 1990

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2008

Idris Ramulyo, Mohd, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. I, 1996

Ismuha, Pencaharian Bersama Suami Istri, Jakarta, PT. Bulan Bintang, Cet.1, 1986 Johan Nasution, Bahder, dkk, “Hukum Perdata Islam”, Surabaya, Mandar Maju, 1997

Kamil, Ahmad dkk, Kaidah-kaidah Hukum Yurisprudensi, Jakarta, Kencana, 2008, Ed. 1 . Cet. 3

Kamil, Ahmad, “Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi”, Jakarta; Prenada Media, 2005

Mahmud Marzuki, Peter, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, 2011

Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006

Mertokusumo, Sudikno, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1984

Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 2006

Manan, abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Indonesia, Jakarta, Kencana, Cet.2, 2008

Manan, Abdul, dkk, Pokok-pokok Hukum Perdata (Wewenang Peradilan Agama),

Jakarta, Ed.1, Cet.5, 2002 Manan, Abdul, Etika Hakim Dalam Penyelenggaraan Peradilan (Suatu Kajian Dalam

Sistem Peradilan Islam), Jakarta, Kencana, Ed.1, Cet.1, 2007 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku, Peradilan dan Hukum Acara Islam,

Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, Ed.2, Cet.1, 1997 Pudjosewojo, Kusumadi, Pedoman Pembelajaran Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Sinar

Grafika, Cet.11, 2008 PEMBINAAN BADAN PERADILAN AGAMA DEPARTEMEN AGAMA, Kompilasi

Perundang-undangan Badan Peradilan Agama, Jakarta, Badan Peradilan Agama Departemen Agama, 1980/1981

Ramulyo, Idris, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-undang No.1 Tahun 1974 dari Segi

Hukum Perkawinan Islam, Jakarta, Ind.Hillco, Ed.Rev, 1990

Page 106: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

Ramulyo Idris, Mohd, Hukum Perkawinan Islam (Suatu Analisis dari Undang-undang No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), Jakarta, PT. Bumi Aksara, Cet.1, 1996

Romy H, Soemitro. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990

Rahardjo, Satjipto, Masalah Penegakkan Hukum, Bandung, Sinar Baru, 1992 Roestandi, Achmad, dkk, Komentar Atas Undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama dilengkapi dengn Kompilasi Hukum Islam, Bandung, Nusantara Press, 1991

Soekanto, Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992

Satrio, J., Hukum Harta Perkawinan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Cet. 1, 1991

Subekti, Dasar-dasar Hukum Dan Pengadilan, Jakarta, Soeroengan, 1955, Cet. 2 Saleh, K.Wantjik, Hukum Acara Perdata, Jakarta, Ghalia Indonesia, Cet.4, 1981 Soeroso, R, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta, Sinar Grafika, Cet.5, 2003

Salim, Arskal, dkk, Demi Keadilan dan Kesetaraan (Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim Agama di Indonesia), Jakarta, PUSKUMHAM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan The Asia Foundation, Cet.1, 2009

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia(Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan), Jakarta, Kencana, Ed.1, Cet.2, 2007 Siregar, Bismar, Hukum Hakim Dan Keadilan Tuhan (Kumpulan Catatan Hukum dan

Peradilan di Indonesia), Jakarta, Gema Insani Press, Cet.1, 1995

Saleh, K.Wantjik, Kehakiman dan Pengadilan, Jakarta, Sumber Cahaya, 1976

Tihami, H.M.A. dan Sahrani, Sohari, Fikih Munakahat (kajian fikih nilai lengkap), Jakarta, Rajawali Press, 2010

Taufiq Sanusi, Nur, Fiqh Rumah Tangga (Perspektif Al-qur’an dalam Mengelola Konflik Menjadi Harmoni), Depok, Elsas, Cet.1, 2010

Van Apeldoorn, L.J, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, PT. Pradnya Paramita, Cet.30,

2004 Wawancara dengan Ibu Hj.Athiroh Muchtar, SH.MH pada tanggal 16 Mei 2013 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006

Page 107: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

Artikel/Website Taufiq Hz, M., Kedudukan Harta Bersama Dalam Konteks Kewajiban Nafkah, Suara Uldilag, Vol. II, No. 7 September 2005

http://cakraarbas.blogspot.com/2011_09_01_archive.html, Aspek reform KHI pengaruh adat (Harta Bersama), di akses pada tanggal 25 september 2012. www.pa-Brebes.com

Page 108: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

Hasil Wawancara dengan Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Nama : Ahmad Dhiaul Akifin

Waktu : Pkl. 13.30 wib

Tempat : Ruang Hakim

1. Bagaimana konsep Pembagian Harta Bersama antara suami dan istri?

Jawaban: Suami isteri masing-masing berhak mendapat ½ (seperdua) dari harta

bersama, hal ini analog dari ketentuan Pasal 97 INPRES Nomor 1 Tahun 1991 KHI.

2. Bagaimana proses ijtihad seorang hakim dalam memutuskan perkara?

Jawaban: Tujuan peradilan bukan hanya untuk menegakkan perundang-undangan saja

akan tetapi, lebih ditujukan untuk menegakkan rasa keadilan dan kebenaran. Oleh

karena itu, seorang hakim harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tidak menegakkan Undang-undang dalam arti sempit

b. Tidak sekedar sebagai corong dari perundang-undangan

c. Hakim tidak boleh selalu mengidentikaan kebenaran dan keadilan sama dengan

rumusan Undang-undang (tidak semua wetmatig adalah recht vaardig, tidak

semua Legal itu Justice, dan juga tidak selamanya Lawfull itu justice

Hakim di dalam menegakkan kebenaran dan keadilan harus mengacu kepada 3 unsur:

Adanya rasa keadilan

Adanya kemanfaatan dan

Adanya kepastian hukum

Dalam menegakkan usur-unsur tersebut diperlukan kearifan seorang hakim, karena

suatu saat nanti bisa saja bunyi pasal dirasa tidak memenuhi rasa keadilan atau tidak

ada kemanfaatan, karena tidak sedikit peraturan yang ada pada saat dibuat terasa

memenuhi rasa keadilan dimaksud. yaitu seiring dengan berjalannya waktu, berubahnya

tempat dan keadaan..

3. Menurut Ibu apakah semua hakim akan bertindak hal yang sama terhadap perkara

tersebut?

Page 109: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam

Jawaban: Ya, bisa saja melakukan hal yang sama dan bisa juga tidak, hakim akan

mengadili suatu perkara bertujuan untuk memenuhi rasa keadilan dan kebenaran serta

selalu berpijak pada Common Basic Idea (Landasan Cita-cita Umum).

4. Menurut Ibu apa yang menjadi landasan utama seorang hakim berlaku contra legem?

Jawaban: Dalam upaya mencapai kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya, hakim

dituntut untuk:

a. Mampu menafsirkan Undang-undang secara aktual

- Hukum diterapkan dengan lentur sesuai perkembangan waktu, tempat

dan keadaan

- Hukum diterapkan sesuai dengan tuntutan kepentingan umum dan

kemashlahatan bagi masyarakat pada waktunya

- Hakim tidak reaktif bersikap negatif terhadap pembaharuan dan

perkembangan yang mendatangkan kemashlahatan masyarakat.

- Pada saat menafsirkan Undang-undang hakim harus berpijak pada

falsafah bangsa yaitu Common Basic Idea (Landasan Cita-cita umum).

b. Menciptakan hukum baru

c. Mampu berperan mengadili secara kasuistik, karena:

- Pada prinsipnya masing-masing kasus mengandung particular reason.

- Tidak ada perkara yang persis/mirip

5. Bagaimana pandangan hakim terhadap contra legem dengan KHI?

Jawaban: Ada beberapa rumusan KHI sebagai hasil dari Ijtihad, sehingga apabila

menurut hakim rumusan tersebut pada saat diterapkan dalam perkara in concrito dirasa

tidak adil.

6. Adakah dampak positif negatif dari sebuah putusan seorang hakim yang berlaku contra

legem?

Jawaban: Sepanjang Contra Legem dilakukan sebagai upaya menegakkan keadilan dan

kebenaran sesuai kehendak masyarakat dan dengan tetap berpijak pada Common Basic

Idea, Insya Alloh kecil kemungkinan berdampak negatif.

Page 110: KONSENTRASI PERADILAN AGAMA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24892/1/Ahmad... · B. Pembagian Harta Bersama menurut Kompilasi Hukum Islam