KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat)...

10
1 KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) X TAHUN 2011 BEST PRACTICE DALAM BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT Oleh Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS. DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOVEMBER 2011

Transcript of KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat)...

Page 1: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

1

KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) X TAHUN 2011

BEST PRACTICE DALAM BUDIDAYA KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT

Oleh Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS.

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOVEMBER

2011

Page 2: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

2

ABSTRAK

Penelitian bertujuan : 1) memperoleh paket teknologi budidaya jenuh air untuk kedelai yang sesuai di lahan pasang surut, dan 2) memberikan percontohan penanaman kedelai dengan menggunakan teknologi budidaya jenuh air di lahan petani. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Agustus pada tahun 2009 dan 2010. Penelitian di laksanakan di Desa Banyuurip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan.

Hasil menunjukkan bahwa produktivitas tertinggi tercapai pada Varietas Tanggamus dengan kedalaman muka air 40 cm (4.83 ton/ha) namun tidak berbeda nyata dengan kedalaman muka air 20 cm (4.63 ton/ha) dan 30 cm (4.71 ton/ha). Kedalaman muka air yang paling tepat untuk diterapkan adalah 20 cm. Petani telah mampu menerapakan budidaya jenuh air dengan produkivitas untuk Tanggamus 2.95 ton/ha dan Anjasmoro 2.41 ton/ha.

Kata Kunci, Kedelai, Budidaya Jenuh Air, Pasang Surut

PENDAHULUAN

Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai. Pada tahun 2010, produksi kedelai dalam negeri baru mencukupi sekitar 40% dari kebutuhan nasional yang mencapai 2,2 juta ton (http://www.deptan.go.id) sehingga akan semakin bergantung pada impor. Ketergantungan ini akan semakin besar jika peningkatan produksi melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas tidak dilakukan

Pemanfaatan lahan pasang surut yang merupakan lahan suboptimal merupakan alternatif untuk peningkatan produksi kedelai karena telah terjadi alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Luas lahan pasang surut di Indonesia sekitar 20.1 juta hektar, dan 9.53 juta hektar berpotensi dijadikan lahan pertanian, dan 2 juta hektar sesuai untuk kedelai (Ananto et al., 1998). Rendahnya produktivitas kedelai di lahan pasang surut disebabkan oleh tingginya kadar pirit, Al, Fe, dan Mn serta rendahnya ketersediaan hara P dan K (Suastika dan Sutriadi, 2001). Adanya teknologi budidaya jenuh air dapat menekan kadar pirit, karena kondisi lebih reduktif.

Budidaya jenuh air merupakan penanaman dengan memberikan irigasi terus-menerus dan membuat kedalaman muka air tetap, sehingga lapisan di bawah permukaan tanah jenuh air. Kedalaman muka air tetap akan menghilangkan pengaruh negatif dari kelebihan air pada pertumbuhan tanaman, karena kedelai akan beraklimatisasi dan selanjutnya tanaman memperbaiki pertumbuhannya (Troedson et al., 1983).Kedalaman muka air yang tepat pada kondisi tanah tetentu perlu diteliti agar diperoleh pertumbuhan kedelai yang baik dengan hasil yang tinggi di lahan pasang surut.

Penerapan budidaya jenuh air dapat dilakukan pada areal penanaman dengan irigasi cukup baik maupun pada areal dengan drainase kurang baik.

Page 3: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

3

Di beberapa tempat, budidaya jenuh air dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi dibandingkan cara irigasi biasa pada beberapa varietas kedelai (Hunter et al., 1980; Nathanson et al., 1984; Troedson et al., 1984; dan Sumarno, 1986).

Tahap aklimatisasi tanaman kedelai terhadap jenuh air berlangsung selama 2 minggu (Troedson et al., 1983), atau antara 2-4 minggu (Lawn, 1985) setelah pelaksanaan irigasi dimulai. Pada tahap aklimatisasi terjadi alokasi hasil fotosintesis ke bagian bawah tanaman untuk pertumbuhan akar dan bintil akar (Troedson et al., 1983).

Tahap aklimatisasi ini diduga dapat dipercepat dengan adanya pemberian pupuk N lewat daun. Ghulamahdi et. al. (2008) menunjukkan pemberian pupuk N dengan konsentrasi 15 g Urea/l air menyebabkan fitotoksisitas daun pada budidaya jenuh air di lahan sawah beririgasi, dan perlakuan 10 g Urea/l air memberikan hasil tertinggi dibandingkan lainnya. Pemupukan N daun pada budidaya jenuh air mampu meningkatkan produksi 30 % dibandingkan tanpa pemupukan N.

Tanggap varietas kedelai terhadap keadaan jenuh air berbeda-beda. Kedelai yang berumur lebih panjang biasanya mempunyai pertumbuhan lebih baik dan produksi lebih tinggi daripada kedelai yang berumur pendek (CSIRO, 1983; dan Ghulamahdi et al., 1991).

Budidaya jenuh air meningkatkan bobot kering akar dan bintil akar serta aktivitas bakteri penambat N bila dibandingkan cara irigasi biasa (Troedson et al., 1983). Banyaknya bintil dan akar tanaman kedelai pada budidaya jenuh air akan meningkatkan serapan hara daun, sehingga meningkatkan hasil kedelai dibandingkan cara konvensional (Ghulamahdi et al., 2006). Banyaknya perakaran yang muncul pada budidaya jenuh air karena adanya hormon etilen yang berasal dari prekursor ACC (1 amino siklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang pembentukan ACC dan adanya oksigen yang cukup merangsang pembentukan etilen. Hormon etilen tersebut merangsang terbentuknya jaringan aerenkhima dan munculnya akar-akar baru.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan : 1) memperoleh paket teknologi budidaya jenuh air untuk kedelai yang sesuai di lahan pasang surut melalui pemilihan varietas, dan penentuan kedalaman muka air, serta 2) memberikan percontohan penanaman kedelai dengan menggunakan teknologi budidaya jenuh air di lahan petani.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Agustus pada tahun 2009 dan 2010. Penelitian di laksanakan di Desa Banyuurip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan

Page 4: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

4

Metode Pelaksanaan

Kegiatan terdiri atas : 1) penelitian budidaya jenuh air “Pengaruh Kedalaman Muka Air dan Varietas”, dan 2) penerapan budidaya jenuh air di lahan petani.

Pada percobaan “Pengaruh Kedalaman Muka Air dan Varietas”, percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah. Sebagai petak utama adalah kedalaman muka air yang terdiri atas lima taraf, yaitu tanpa pengairan, 10 cm, 20 cm, 30 cm dan 40 cm di bawah permukaan tanah. Sebagai anak petak adalah varietas yang terdiri dari empat jenis yaitu Tanggamus, Slamet, Willis, dan Anjasmoro. Anak petak berukuran 2 m x 5 m. Setiap petak utama dikelilingi saluran air yang berukuran lebar 30 cm dan dalam 50 cm. Air irigasi diberikan mulai saat tanam.

Pada penerapan budidaya jenuh air di lahan petani lebar bedengan di buat pada 2 dan 4 m. Kedalaman muka air diterapkan antara 15-20 cm di bawah permukaan tanah dengan ukuran saluran lebar 30 cm dan dalam 25 cm. Irigasi diberikan sejak tanam sampai panen dengan memanfaatkan curah hujan dan saat tertentu memanfaatkan air saluran sekuder Petani memperoleh bantuan benih, kapur, pupuk dan pestisida. Varietas yang digunakan petani Tanggamus dan Anjasmoro. Petani sebanyak 5 orang masing-masing mengelola 0.5 ha, sehingga total 2.5 ha.

Lahan diolah ringan bersamaan penambahan 2 ton kapur/ha, 200 kg SP36/ha dan 100 kg KCl/ha yang diberikan secara sebar dan dicampur sedalam 5 cm, dan diinkubasi selama 1 minggu. Pupuk N (urea) tidak diberikan dengan harapan bintil akar dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan nitrogen. Untuk membantu pemulihan daun saat aklimatisasi, tanaman disemprot N melalui daun pada umur 2 dan 4 minggu dengan konsentrasi 7,5 g Urea/l air. Setelah dua minggu kedelai ditanam dengan diaduk inokulan Rhizobium sp dan insektisida untuk mengatasi lalat bibit. Benih ditanam dangkal dengan kedalaman 1 – 2 cm dengan jarak tanam 20 cm x 25 cm dimana setiap lubang diisi dengan dua biji benih kedelai. Pemeliharaan meliputi menjaga kecukupan air sesuai dengan perlakuan kedalaman muka air, pengendalian gulma, hama dan penyakit.

Pada penelitian budidaya jenuh air, pengamatan yang dilakukan meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun trifoliat, jumlah cabang, jumlah polong isi, dan produktivitas tanaman kedelai. Sedangkan pada penerapan budidaya jenuh air pengamatan hanya produktivitas tanaman kedelai.

. HASIL

Pengaruh Kedalaman Muka Air dan Varietas Tanaman kedelai yang ditanam dengan teknologi budidaya jenuh air

menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam tanpa pengairan (kontrol). Hal ini diduga karena teknologi budidaya jenuh air memungkinkan tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Penelitian Indradewa et al. (2004) mengemukakan bahwa budidaya jenuh air menyebabkan lengas berada di sekitar kapasitas lapang, sedangkan pengairan kontrol seperti yang dilakukan petani menyebabkan

Page 5: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

5

lengas berubah dari jenuh saat diairi sampai hampir mencapai titik layu saat tidak diairi.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di dataran tinggi menyimpulkan bahwa pertumbuhan yang baik dan hasil yang tinggi pada kedelai yang ditanam dengan budidaya jenuh air disebabkan adanya mekanisme adaptasi tanaman kedelai pada keadaan jenuh air. Mekanisme adaptasi tersebut dimulai dengan meningkatnya kandungan 1-aminocyclopropane-1-carboxylic acid (ACC) akar yang diikuti oleh meningkatnya kandungan etilen akar. Etilen akar akan meningkatkan terbentuknya jaringan aerenkima dan perakaran baru (Ghulamahdi, 1999). Pertumbuhan akar-akar baru ini akan meningkatkan pembentukan bintil akar (Indradewa et al., 2004) yang selanjutnya meningkatkan aktivitas nitrogenase dan serapan hara oleh akar (Ghulamahdi et al., 2006).

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa seluruh varietas kedelai yang dibudidayakan dengan teknologi budidaya jenuh air menunjukkan tinggi tanaman di atas 50 cm, sementara tinggi tanaman dari semua varietas yang dibudidayakan tanpa pengairan kurang dari 40 cm. Tinggi tanaman pada perlakuan budidaya jenuh air untuk semua varietas berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada perlakuan tanpa pengairan. Namun antar perlakuan tinggi muka air 10 cm, 20 cm, 30 cm, dan 40 cm menunjukkan respon yang tidak berbeda nyata. Varietas Slamet menghasilkan tanaman tertinggi, dan terendah adalah Varietas Anjasmoro. Dari keseluruhan kombinasi perlakuan yang diuji, Varietas Slamet pada perlakuan kedalaman muka air 40 cm nyata menghasilkan tanaman tertinggi (91.19 cm), namun tidak berbeda nyata dengan Varietas Slamet pada perlakuan kedalaman muka air 10 cm (79.24 cm).

Tabel 1. Tinggi tanaman beberapa varietas kedelai pada perlakuan

kedalaman muka air (cm)

Kedalaman Muka Air

Varietas Tanggamus Slamet Wilis Anjasmoro

Kontrol 34.78 d 37.22 d 38.11 d 36.89 d 10 cm 63.54 c 79.24 ab 61.39 c 67.55 bc 20 cm 66.71 bc 84.01 a 66.77 bc 67.43 bc 30 cm 65.46 bc 85.90 a 65.53 bc 55.47 c 40 cm 62.05 c 91.19 a 59.88 c 53.62 c

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Jumlah daun trifoliat semua varietas yang dibudidayakan dengan budidaya jenuh air nyata lebih banyak dibanding jumlah daun trifoliat semua varietas yang ditanam tanpa pengairan kecuali pada Varietas Anjasmoro. Daun terbanyak diperoleh pada Varietas Tanggamus (29.67 daun trifoliat) dengan perlakuan tinggi muka air 40 cm, namun berbeda tidak nyata dengan jumlah daun Varietas Tanggamus pada perlakuan kedalaman muka air 10 cm. Hasil pengamatan peubah jumlah daun ini berbeda dengan peubah tinggi tanaman, dimana tanaman tertinggi nyata diperoleh pada Varietas

Page 6: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

6

Slamet, namun daun terbanyak dihasilkan oleh Varietas Tanggamus meskipun secara statistik tidak berbeda nyata dengan jumlah daun Varietas Slamet pada perlakuan kealaman muka air 30 cm dan 40 cm (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah daun beberapa varietas kedelai pada perlakuan kedalaman

muka air

Kedalaman Muka Air

Varietas Tanggamus Slamet Wilis Anjasmoro

Kontrol 12.11 g 19.00 ef 16.44 fg 21.67 cdef 10 cm 27.50 ab 22.53 bcde 20.43 def 18.90 ef 20 cm 28.60 a 22.17 cde 18.77 ef 19.30 ef 30 cm 29.90 a 26.00 abc 19.43 ef 16.23 fg 40 cm 29.67 a 25.57 abcd 18.20 ef 17.73 ef

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Tanaman kedelai yang ditanam dengan teknologi budidaya jenuh air menghasilkan cabang yang nyata lebih banyak dibanding tanaman kedelai yang dibudidayakan tanpa pengairan pada hampir semua varietas. Jumlah cabang terbanyak dihasilkan Varietas Tanggamus pada perlakuan kedalaman muka air 40 cm namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kedalaman muka air 20 cm, 30 cm dan tidak berbeda nyata dengan Varietas Slamet pada perlakuan kedalaman muka air 20 cm dan 30 cm (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah cabang beberapa varietas kedelai pada perlakuan

kedalaman muka air

Kedalaman Muka Air

Varietas Tanggamus Slamet Wilis Anjasmoro

Kontrol 2.00 f 2.44 f 2.44 f 3.00 ef 10 cm 4.94 cde 4.96 cde 3.95 def 4.02 def 20 cm 6.42 abc 5.44 abcd 3.98 def 3.78 def 30 cm 6.98 ab 5.46 abcd 3.88 def 3.06 ef 40 cm 7.37 a 5.17 bcd 3.57 def 2.91 ef

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Pada percobaan ini ditemukan bahwa tanaman tertinggi diperoleh pada varietas Slamet namun jumlah daun dan jumlah cabang terbanyak diperoleh pada Varietas Tanggamus. Hal ini menunjukkan bahwa Varietas Tanggamus memiliki jarak antar buku (ruas) lebih pendek sehingga jumlah mata tunas bunga akan semakin banyak.

Semua varietas kedelai yang dibudidayakan dengan teknologi budidaya jenuh air menghasilkan jumlah polong yang lebih banyak dibanding kedelai yang dibudidayakan tanpa pengairan. Varietas Tanggamus menghasilkan polong yang terbanyak (100.43 polong). Jumlah polong yang

Page 7: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

7

terbanyak diperoleh pada perlakuan kedalaman muka air 20 cm (70.92 polong), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kedalaman muka air 10 cm, 30 cm dan 40 cm (Tabel 4)

Tabel 4. Jumlah polong beberapa varietas kedelai pada perlakuan

kedalaman muka air Kedalaman

Muka Air Varietas

Rerata Tanggamus Slamet Wilis Anjasmoro

Kontrol 20.56 4.78 6.56 1.33 8.31 b 10 cm 94.12 68.16 46.87 46.09 63.81 a 20 cm 105.36 96.39 39.87 42.06 70.92 a 30 cm 107.72 75.10 47.18 38.59 67.15 a 40 cm 94.54 72.48 32.26 30.92 57.55 a Rerata 100.43 a 78.03 b 41.54 c 39.42 c

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Produktivitas tanaman kedelai yang dibudidayakan dengan teknologi budidaya jenuh air pada semua varietas lebih tinggi dibanding tanaman kedelai yang dibudidayakan tanpa pengairan. Produksi tertinggi dihasilkan Varietas Tanggamus pada perlakuan kedalaman muka air 40 cm (4.83 ton/ha) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kedalaman muka air 20 cm dan 30 cm. Produktivitas tertinggi yang dihasilkan dengan budidaya konvensional adalah 0.85 ton/ha, yaitu pada Varietas Tanggamus (Tabel 5).

Tabel 5. Produktivitas beberapa varietas kedelai pada perlakuan kedalaman

muka air (ton/ha)

Kedalaman Muka Air

Varietas Tanggamus Slamet Wilis Anjasmoro

Kontrol 0.85 g 0.16 g 0.30 g 0.09 g 10 cm 3.85 b 2.35 def 2.59 cde 2.61 cde 20 cm 4.63 a 2.85 cd 2.47 cdef 2.62 cde 30 cm 4.71 a 3.20 bc 1.97 ef 2.64 cde 40 cm 4.83 a 2.61 cde 1.72 f 2.15 def

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Kondisi air yang stabil dari awal stadia vegetatif hingga stadia kematangan (Fehr et al., 1971; Nathanson et al., 1984) dan tingginya suhu siang di daerah pasang surut dapat menyebabkan meningkatnya jumlah bunga yang muncul. Tersedianya air membuat daun menjadi hijau lebih lama dan aktifitas fotosintesis akan meningkat sehingga fotosintat yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman baik bagi pertumbuhan vegetatif maupun pembentukan dan pengisian polong. Hal inilah yang menyebabkan produktivitas Varietas Tanggamus dapat mencapai 4.8 ton/ha.

Page 8: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

8

Menurut Inderadewa et al. (2004) genangan dalam parit dapat meningkatkan hasil biji kedelai 20% sampai 80% dari hasil biji tanaman kontrol yang diluapi. Hasil percobaan yang dilakukan juga telah membuktikan adanya peningkatan produksi kedelai pada budidaya jenuh air meskipun antar kedalaman muka air tidak memberikan respon yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air yang tetap dari awal pertumbuhan hingga hampir panen menjadi penting dalam budidaya kedelai di lahan rawa pasang surut.

Penerapan Budidaya Jenuh Air di Lahan Petani

Petani mendapat bantuan benih , herbisida, kapur, pupuk SP36, KCl, dan insektiida .Penanaman di lahan petani telah dilakukan pada 5 orang petani di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dengan luas penanaman 5000 m2 per petani. Petani menanam varietas Tanggamus dan Anjasmoro. Persentase tumbuh kedelai berkisar antara 80-90 %.Kondisi per tanaman kedelai pada umur 4 minggu terserang ulat daun, dan dapat diatasi setelah disemprot dengan insektisida.. Berdasarkan panen ubinan diperoleh Tanggamus mampu menghasilkan 2.95 ton/ha, dan Anjasmoro 2.41 (Tabel 6).

Tabel 6. Panen ubinan kedelai pada lahan petani pasang surut

No Petak

Varietas Ukuran (m)

Luas (m2)

Bobot Biji/Petak (g/petak)

Bobot Biji/ha

(ton/ha) 1 Tanggamus 4 x 5 20 7020 3.51 2 Tanggamus 4 x 5 20 4100 2.05 3 Tanggamus 4 x 5 20 6600 3.30 Rerata Tanggamus 2.95

4 Anjasmoro 4 x 5 20 4916 2.46 5 Anjasmoro 4 x 5 20 4724 2.36

Rerata Anjasmoro 2.41

Berdasarkan hasil yang cukup tinggi di lahan petani, maka perlu dibentuk kawasan budidaya jenuh air agar dapat dikelola secara terpadu dan tepat. Dalam pengelolaannya perlu diperhatikan : 1) tanam serempak dalam bentuak kawasan budidaya jenuh air, agar hama dan penyakit dapat ditekan terutama hama tikus, 2) penanaman dilakukan pada tipe luapan C yang airnya tersedia tetapi tidak terkena luapan banjir, 3) pola tanam perlu diperhatikan agar kedelai ditanam pada bulan Mei sampai Agustus di lahan pasang surut agar air tersedia tapi salinitas belum tinggi, 4) perlu perbaikan tata air makro dan mikro, 5) perlu disediakan sarana poduksi kapur, pupuk P, K, dan Inokulant dengan harga yang terjangkau bagi petani di lapangan, 6) perlu diajarkan cara penyimanan benih kedelai sederhana di lapangan agar petan mampu mandiri dalam penyediaan benih, 7) perlu difasilitasi agar

Page 9: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

9

kedelai dapat dipasarkan, karena yang terjadi di lapangan sudah terbentuk jaringan pemasaranan kedelai import, sehingga meskipun kedelai lokal mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan import masih dibeli oleh pengarajin dengan harga lebih murah karena pengrajin sudah tergantung dengan pemasok kedelai import melalui penyediaan dana pinnjaman sebelumnya.

KESIMPULAN

1. Pertumbuhan dan hasil kedelai yang ditanam dengan teknologi budidaya jenuh air nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pengairan (kontrol). Varietas Tanggamus merupakan varietas yang memberikan hasil tertinggi mencapai 4.8 ton/ha dengan teknologi budidaya jenuh air di lahan pasang surut. Interaksi kedalaman muka air dengan varietas nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kedelai. Produktivitas tertinggi tercapai pada Varietas Tanggamus dengan kedalaman muka air 40 cm (4.83 ton/ha) namun tidak berbeda nyata dengan kedalaman muka air 20 cm (4.63 ton/ha) dan 30 cm (4.71 ton/ha). Kedalaman muka air yang paling tepat untuk diterapkan adalah 20 cm.

2. Petani telah mampu menerapakan budidaya jenuh air dengan produkivitas untuk Tanggamus 2.95 ton/ha dan Anjasmoro 2.41 ton/ha

DAFTAR PUSTAKA

Ananto, E. Eko, dan H. Subagyo. 1998. Prospek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Modern di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Proyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

[CSIRO] Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation. 1983. Soybean response to controlled waterlodging. P: 4-8. In R. Lehane (ed) Rural Research. The Science Communication of CSIRO’s Beaureau of Scintific Services.

Fehr, W.R., Cavines, C.E., Burmood, D.T., and Pennington, J.S. 1971. Stage of development descriptions for soybeans Glycine max (L.) Merill. Crop Sci., 11: 929-931.

Ghulamahdi, M., F. Rumawas, J. Wiroatmojo dan J. Koswara. 1991. Pengaruh pemupukan fosfor dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada budidaya jenuh air. Forum pasca Sarjana. 14(1): 25-34.

Ghulamahdi, M. 1999. Perubahan fisiologi tanaman kedelai (glycine max (l.) merill) pada budidaya tadah hujan dan jenuh air [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian. Bogor,

Ghulamahdi, M., F. Rumawas, D. Sopandie, H. Aswidinnoor, B.S.Purwoko, E. Guhardja, and A. S. Karama. 1999. Ethylene Biosynhesis and Root Growth of Three Soybean Genotypes under Saturated Soil and Dry Soil Condition. J Biosains Hayati. 6(2): 29-33

Page 10: KONGRES ILMU PENGETAHUAN NASIONAL (KIPNAS) · PDF filesiklopropana-1-asam karboksilat) (Ghulamahdi, 1999). Menurut Yang (1980) dan Ghulamahdi et al. (1999) keadaan anaerob akan merangsang

10

Ghulamahdi, M., S.A. Aziz, M. Melati, N. Dewi dan S.A. Rais. 2006. Aktivitas nitrogenase, serapan hara dan pertumbuhan dua varietas kedelai pada kondisi jenuh air dan kering. Bul. Agron. 34(1):32-38.

Ghulamahdi, M. 2008. Pengaruh genotip dan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai panen muda pada budidaya jenuh air. J. Agripeat. 9(2):49-54.

Ghulamahdi, M., E. Nirmala. 2008. Pengaruh waktu pemetikan dan genotip terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai pada budidaya jenuh air. Anterior Jurnal. 8(1):6-13.

http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbppketindan/index.php/berita/165-pekan-kedelai-nasional. diakses pada 21 Februari 2011, pukul 14.26 wib

Hunter, M.N., P.L.M. De Fabrun and D.E. Byth. 1980. Response of nine soybean line to soil moisture conditions close to saturation. Austral. J.Exp. Agric. Anim. Husb. 20: 339-345.

Inderadewa, D., S. Sastrowinoto, S. Notohadiswarno, H. Prabowo. 2004. Metabolisme nitrogen pada tanaman kedelai yang mendapat genangan dalam parit. Ilmu Pertanian. 2: 68-75.

Lawn, B. 1985. Saturated Soil Culture Expanding the Adaptation of Soybeans. Food Legumes Newsletter. 3:2-3.

Nathanson, K., R. L. Lawn, P.L.M. De Fabrun and D.E. Byth. 1984. Growth, nodulation and nitrogen accumulation by soybean in saturated soil culture. Field Crops Res. 8: 73-92.

Suástika, I.W., dan M.T. Sutriadi.2001. Pengaruh perbaikan tata air mikro terhadap kualitas air tanah dan hasil tanaman. Seminar Hasil Penelitian Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan. Badan Penelitian dan Pengembanan Pertanian , Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor, Juni 2001.

Sumarno. 1986. Response of Soybeans (Glycine max L. Merr) Genotypes to continous saturated culture. Indonesian J. Crop Sci. 2:71-78

Troedson, R.J., R.J. Lawn, D.E. Byth, and G.L. Wilson. 1983. Saturated Soil Culture in Innovated Water Management Option for Soybean in the tropics and Subtropics. In S. Shanmugasundaran and E.w. Sulzberger (ed). Soybean in Tropical and Subtropical System. Proc. Symp. Tsukuba. Japan.

Yang, S.F. 1980. Regulation of Ethylene biosynthesis. Hort. Sci. 15:238-243