KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman...

91
KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman Keagamaan Kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) (Studi kasus masyarakat Kelurahan Mekarsari, Depok. Jawa Barat) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Muhammad Ayub NIM. 106032201113 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman...

Page 1: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman Keagamaan Kelompok Persatuan Islam (Persis) dan

Nahdlatul Ulama (NU) (Studi kasus masyarakat Kelurahan Mekarsari, Depok. Jawa Barat)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

Muhammad Ayub NIM. 106032201113

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

Page 2: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

KONFLIK dan INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman Keagamaan Kelompok Persatuan Islam

(Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) (Studi kasus masyarakat Kelurahan Mekarsari, Depok.

Jawa Barat)

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh: MUHAMMAD AYUB NIM: 106032201113

Pembimbing Skripsi:

Saifuddin Asrori, M.Si

NIP: 19770119200912 1 001

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011

Page 3: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya
Page 4: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya
Page 5: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

i

ABSTRAK

Muhammad Ayub

Konflik dan Integrasi: Analisis Terhadap Pemahaman Keagamaan Kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Mekarsari, Depok, Jawa Barat).

Skripsi dengan judul “Konflik dan Integrasi: Analisis Terhadap Pemahaman Keagamaan Kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdaltul Ulama (NU) (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Mekarsari, Depok. Jawa Barat)” ini dilatarbelakangi oleh hubungan yang kurang harmonis antara kedua kelompok tersebut dalam masyarakat. Hubungan kurang harmonis antara kedua kelompok menimbulkan konflik-konflik sosial. Berangkat dari permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui apa yang menjadi sumber-sumber konflik antara kedua kelompok, kasus-kasus konflik yang terjadi, serta proses mediasi dan integrasi yang terjadi antara kedua kelompok.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek (ritual keagamaan) dan berupaya melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut (observasi partisipan).

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor konflik antara kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) pada masyarakat Mekarsari yang dominan adalah yang bersumber pada pemaknaan dan memahami suatu ajaran agama yang mengarah pada perbedaan dalam ritual pelaksanaan ibadah. Akan tetapi ada faktor lain yang juga memberikan sumbangsih terhadap meruncingnya konflik antara kedua kelompok, yaitu status ekonomi.

Konflik yang terjadi pada masyarakat Mekarsari memberikan sumbangsih terhadap penguatan masing-masing kelompok, konflik tidak lagi bersifat negatif seperti pada awal kelompok Persatuan Islam (Persis) masuk didaerah tersebut. Pada saat ini konflik mengarah pada persaingan kedua kelompok ke arah yang lebih positif, Konflik mengarah pada kompetisi atau persaiangan kedua kelompok untuk menunjukan eksistensi masing-masing kelompok.

Kompetisi atau persaingan kedua kelompok tersebut terealisasi dalam bentuk pembangunan, seperti pembangunan sarana ibadah, lembaga pendidikan umum dan agama, lembaga sosial (BAZIS, koprasi, dll) yang berimbas langsung pada masyarakat Mekarsari pada umumnya.

Walaupun kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) pada masyarakat Mekarsari berkonflik mereka terintegrasi karena beberapa hal seperti, peran struktur kepemimpinan yang ada pada masyarakat Mekarsari baik yang formal dan informal, ikatan primordial, ikatan kekeluargaan, atau terikat pada struktur yang lebih luas yaitu, struktur masyarakat Mekarsari yang memungkinkan mengendapkan, menahan, mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya secara langsung.

Page 6: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-

Nya, serta tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw dan keluarganya, serta sahabat yang senatiasa mengikuti ajaran-ajarannya.

Skripsi ini tidak dapat rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan

kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dra. Jaoharatul Jamilah, M.Si selaku sekretaris jurusan program studi Sosiologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Saefuddin Asrori, M,Si selaku dosen pembimbing atas waktu kesabaran, kritik

dan saran-saran yang diberikan penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh dosen dan staf pengajar pada program studi Sosiologi atas segala motivasi,

ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang mendorong penulis

selama menempuh studi.

4. Keluarga tercinta, tiada yang lebih indah dan menyenangkan apabila berada di rumah

sendiri. Penulis sangat berterima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ayahannda

Sanan dan ibunda Asni atas segala kepercayaan, pendidikan, semangat, kesabaran,

pengorbanan dan segala doa yang senantiasa mereka panjatkan untuk penulis, agar

penulis sukses dalam penulisan skripsi ini dengan harapan nilai yang maksimal.

Terima kasih juga untuk kakakku Yanti dan Ismail Bin Sanan, serta untuk keponakan

tercinta Neng Nufa, Abang Sahl, dan Aa Syauki yang memberikan spirit bagi penulis

lewat senyum dan tawanya.

Page 7: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

iii

5. Sahabat-sahabatku Irvan Matondang, Andri Prakarsa, Ghundar Muhammad Al-

Hassan yang terus memberikan aura positif kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, serta teman diskusiku Aprilnaldi, M. al-Aufar, M. Tri Panca, Nana,

Luthfian, serta Yandhi Deslatama yang dengan ikhlas memberikan tumpangan kosan

dan komputernya untuk digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, Serta

teman-teman sosiologi 2006 Fina, Azharina, Rahmi, Kiki, Dijah, Febri, Erfan, Sofa,

Budiman, Budi Santoso, Hazuri.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sadar tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Allah Swt. Begitu pula dengan

skripsi ini, skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis sampaikan, Karena itu

kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan sebagai bahan perbaikan di masa mendatang

bagi penulis.

Depok, 15 September 2011

Muhammad Ayub

Page 8: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………....... 1

B. Tinjauan Pustaka ………………………………………………….. 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………….. 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………. 11

E. Metodologi Penelitian ……………………………………………... 12

1. Jenis Penelitian ……………………………………………….... 12

2. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….….. 12

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………… 16

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hubungan Antarkelompok ……………………………………….... 17

B. Konflik dan Integrasi ……………………………………………..... 21

C. Pemahaman Keagamaan ………………………………………........ 24

1. Modernis ……………………………………………………........ 24

2. Tradisonalis………………………………………………………. 27

D. Organisasi Keagamaan ……………………………………………... 29

1. Persatuan Islam (Persis) ………………………………………..... 30

2. Nahdlatul Ulama (NU)…………………………………………… 35

Page 9: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

v

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN

A. Demografis dan Kependudukan. ...………………………………….. 40

B. Pendidikan………………………………………………………….... 42

C. Ekonomi……………………………………………………………… 44

D. Keagamaan……………………………………………………………. 46

E. Struktur Kepemimpinan Masyarakat ………………………………… 48

F. Profil Kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU)… 50

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Konflik yang Bersumber pada Pemahaman Keagamaan …………….. 55

B. Kasus-kasus konflik………………………………………………… 65

B. Bentuk Mediasi dan Integrasi …………………………………......... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………… 72

B. Saran-saran ………...………………………………………….………. 73

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 74 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama dalam tinjauan sosiologis seperti halnya dua sisi mata uang, Agama

terkadang muncul sebagai kekuatan integratif bagi masyarakat, akan tetapi tak

jarang pula agama tampil sebagai pemicu konflik di masyarakat. Hal ini terjadi tak

lepas dari keragamaan pada masyarakat dalam memaknai dan memahami suatu

ajaran agama itu sendiri.

Penelitian yang menunjukkan agama sebagai kekuatan integratif di

masyarakat di antaranya penelitian yang berjudul “Konflik dan Integrasi: Potret

Keragamaan Masyarakat Sawangan” yang ditulis oleh Ulfah Fajarini. Penelitian

ini berkesimpulan bahwa konflik dapat menjadi pendorong bagi terciptanya

integrasi pada kehidupan masyarakat. Kelompok-kelompok yang berkonflik

sesungguhnya saling berkaitan erat satu dengan yang lain secara komplementer

dan secara bersama-sama berada dalam struktur sosial yang lebih luas, yakni

struktur sosial masyarakat yang terikat oleh kebudayaan yang menjadi

pegangangan umum. Terjadinya konflik dan integrasi tergantung pada unsur-unsur

Page 11: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

2

struktur sosial yang ada, yaitu identitas sosial, peranan-peranan sosial

pengelompokan sosial, situasi dan arena sosial.1

Sementara agama yang menjadi alasan sebagai sumber pemicu konflik di

masyarakat seperti pada penelitian yang berjudul “Konflik dan Integrasi Perbedaan

Faham dalam Islam, Studi kasus pada masyarakat Alabio Kalimantan Selatan”,

kesimpulan dalam penelitian ini menggambarkan perbedaan interpretasi mengenai

perangkat-perangkat ajaran agama Islam dan penggunaannya oleh para pelakunya

untuk memahami dan menghadapi lingkungannya telah menimbulkan konflik-

konflik diantara sesama pemeluk agama Islam.2

Pengorganisasian dari masing-masing kelompok yang bertentangan

mempunyai implikasi terhadap adanya segmentasi atau perpecahan dalam

masyarakat disatu pihak akan tetapi di pihak lain juga menjadi tenaga pendorong

bagi terciptanya integrasi dalam kehidupan sosial masyarakat tersebut. Konflik

tersebut terwujud dan berpusat sebagai kompetisi kepemimpinan dalam organisasi-

organisasi yang ada pemimpin dan pendukung organisasi tersebut menghadapi,

menginterpretasi dan mengadaptasi satu sama lain dan menggunakan bagian-

bagian dari ajaran agama Islam yang diketahuinya dalam membenarkan tindakan

dan dalam menghadapi lingkungannya.3

1 Ulfah Fajarini, “Konflik dan Integrasi: Potret Keragaman Masyarakat Sawangan,” Al-Turas, Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama, V 11, no 3, (September 2005): h. 289. 2 Achmad Fedyani Saefudin, Konflik dan Integrasi: Perbedaan Faham dalam Agama Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), h. 99 3 Ibid., h. 99.

Page 12: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

3

Guna meminimalisir segala bentuk gesekan yang akan terjadi pada

masyarakat, dalam hal ini Negara Republik Indonesia mengaturnya yang tertuang

dalam UUD 1945 Pasal 29 yang menegaskan bahwa; 1. Negara berdasarkan atas

ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Negara menjamin kemerdekaaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan

kepercayaannya.

Konflik disebabkan oleh perbedaan interpretasi teks kitab suci, sehingga

melahirkan berbagai aliran-aliran dalam Islam, dengan demikian akan

menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat dalam berbagai hal, seperti;

pandangan politik, akidah, maupun fiqh. Perbedaan-perbedaan ini secara potensial

menimbulkan konflik-konflik sosial terjadi di masyarakat. Perbedaan pandangan

yang paling mencolok adalah dalam hal khilafiyah fiqhiyah mengenai interpretasi

terhadap teks-teks kitab suci sehingga mengakibatkan muncul dan timbulnya

kelompok-kelompok sosial keagamaan yang berbeda diantara penganut agama

yang sama tersebut.4 Kemajemukan, multi etnis, ras, budaya, dan agama atau

pandangan berbeda dalam agama yang sama dalam bingkai ke Indonesiaan

merupakan sebuah realitas sosial yang tidak bisa dihindarkan dan hal ini

seharusnya dipikirkan atau dirumuskan sebagai modal menciptakan integrasi pada

masyarakat Indonesia.

4 Muhaimin AG, ed., Dalam Damai di Dunia Damai Untuk Semua: Perspektif Berbagai Agama, (Jakarta: Puslitbang dan Diklat Keagamaan RI, 2004), h. 3.

Page 13: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

4

Keragaman interpretasi mengenai teks-teks kitab suci berpotensi

menimbulkan, melahirkan, bahkan kembali membangkitkan konflik di masyarakat.

Dalam konteks ke Indonesiaan ditemukan beberapa faham atau aliran yang dua

diantaranya adalah pertama; Mereka yang menamakan dirinya sebagai kelompok

ahlu sunnah waljamaah yang berarti pengikut Rasulullah s.a.w serta mengikuti

segala keputusan (ijma) para sahabat sepeninggal nabi Muhammad s.a.w pada

kepemimpinan masa khulafaurrasyidin, dan di identikan dengan organisasi

Nahdlatul Ulama (NU). Akan tetapi ahlu sunnah yang berkembang di Indonesia

ini bukanlah ahlu sunnah seperti halnya yang berkembang di Mekkah atau Mesir,

ahlu sunnah Indonesia yang di identikan dengan Nahdlatul Ulama (NU) ini dapat

dikatakan sebagai organisasi Islam yang paling akomodatif, seperti apa yang

diutarakan Nurcholis Madjid bahwasannya Sunni atau ahlu sunnah versi NU

adalah khas indonesia yang telah mendapat pengaruh dari tradisi pemikiran

keagamaan lokal atau domestik.5

Sedangkan yang kedua; Adapula organisasi keagamaan yang cenderung

tidak tolerir tehadap pencampuran-pencampuaran (singkretik) dengan tradisi lokal,

dengan sebuah asumsi segala bentuk ajaran yang tidak bersumberkan pada Al-

Quran dan Hadits adalah sesuatu yang bid’ah dan ini merupakan representasi dari

pada yang diajarkan oleh ulama-ulama Persatuan Islam (Persis). Secara garis besar

gerakan pembaharuan yang dibawa oleh ulama-ulama Persis merupakan pengaruh

5 Haris Firdaus, NU, PERSIS atau MUHAMADIYAH: yang Ahli Bid’ah, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h. 80.

Page 14: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

5

besar dari sebuah gerakan pembaharuan yang berkembang di Saudi Arabia yaitu

gerakan wahabiah6, yang juga berupaya membersihkan Islam dari hal-hal yang

tidak bersumberkan pada qur’an dan hadits

Melihat sebuah kenyataan di atas ada sebuah kesan bahwa istilah ahlu

sunnah waljama’ah ini milik satu oraganisasi keagamaan tertentu, yang

menganggap bahwa argumennyalah yang paling benar walaupun dalam

perkembangannya mereka mendeklarasikan semuanya sebagai organisasi yang

berazaskan pada ahlu sunnah waljama’ah.

Perbedaan pandangan atas azas dasar organisasi ini secara langsung

menimbulkan berbagai konflik di masyarakat. Akan tetapi, ada sisi menarik dari

sebuah konflik di masyarakat. Apabila ditelusuri lebih jauh konflik-konflik yang

terjadi di masyarakat justru tidak sepenuhnya bermotifkan agama, seperti

bersumberkan pada prilaku politik yang memiliki kepentingan tertentu, misalnya

menggunakan kekuasaan untuk merebut dan menguasai sumber-sumber ekonomi

dengan mengunakan agama sebagai instrument pembenarannya. Hal ini sesuai

dengan yang disebut oleh Peter L Berger bahwa secara historis agama merupakan

salah satu bentuk legitimasi yang paling efektif.7 Dengan demikian kemajemukan

dalam bidang agama selain memberikan corak tersendiri pada masyarakat muslim

di Indonesia juga memberikan sumbangsih terhadap tumbuh dan munculnya

6 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1980), h. 99. 7Peter L Berger, Kabar Angin Dari Langit: Makna Teologi Dalam Masyarakat Modern. Penerjemah J.B Sudarmanto. (Jakarta: LP3ES. 1991), h. xvi.

Page 15: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

6

benih-benih konflik atas dasar legitimasi agama baik menyangkut doktrin, maupun

berebut jumlah penganut, dan sumber daya sebagai alat menunjukan eksistensi

kelompok atau organisasinya.

Sebagaimana telah disebut di atas konflik yang dimaksud dalam fenomena

ini adalah yang bemakna sosial, dan bukan yang bersifat individual, maksudnya

pertentangan antara kelompok sosial-kelompok sosial yang masing-masing

memantapkan identitas kelompoknya untuk menghadapi kelompok lainnya.

Dampak dari konflik sosial dikatakan sangat penting apabila mengancam stabilitas

sistem sosial yang ada. Akan tetapi, tidak selamanya konflik sosial itu

menyebabkan rusaknya sistem sosial yang ada, akan tetapi adakalanya justru

dengan konflik sosial membantu terwujudnya sebuah integrasi sosial, seperti yang

dipaparakan Lewis Coser bahwasannya konflik merupakan proses yang bersifat

instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial.8

Dengan demikian, Konflik memberikan sumbangsih pula terhadap penguatan

identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur dalam kelompok-

kelompok lainnya.

Sedangkan dalam pendekatan struktural fungsional setiap komponen

masyarakat (kelompok sosial) berperan secara fungsional dalam suatu struktur

sosial, sehingga membentuk kesatuan yang terintegrasi. Struktur sosial sendiri

terdiri atas sejumlah komponen atau unit-unit yang saling berinteraksi sehingga

8 Margaret M Poloma, Sosiologi Kontemporer, Penerjemah oleh tim Yasogama. ( Jakarta: Yayasan Solidaritas Gadjah Mada, 1984), h. 108.

Page 16: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

7

membentuk jalinan yang harmonis dan terpadu, setiap komponen atau unit dalam

masyarakat tersebut saling terkait dan saling menguatkan antara komponen atau

unit yang satu dengan komponen atau unit yang lain.9

Dalam menganalisa fenomena sosial ini, agama ditinjau dari interpretasi

sosiologis sebagai sebuah sistem kepercayaan yang merupakan salah satu dari

unsur kebudayaan. Dengan demikian dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa

kebudayaan merupakan sebuah kumpulan pedoman atau pegangan bagi manusia

dalam beradaptasi dengan lingkungan-lingkungannya, sehingga mereka tetap

mampu melangsungkan kehidupannya, demikian pula dengan fungsi agama

ditinjau melalui pendekatan kebudayaan. Variasi yang terwujud dalam agama atau

adanya keanekaragamaan dalam interpretasi ajaran agama disebabkan oleh

banyaknya hal tergantung pada sejarah kebudayaannya.10

Dengan sedikit memaparkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik

untuk meniliti mengenai fenomena ini, dan memberikan judul pada tulisan atau

skripsi ini yaitu: “Konflik dan Integrasi: Analisis Terhadap Pemahaman

Keagamaan Kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU)“.

(Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Mekarsari, Depok. Jawa Barat).

9 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Penerjemah Alimandan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1985), h. 21. 10 Achmad Fedyani Saefudin, Konflik dan Integrasi: Perbedaan Faham dalam Agama Islam, h. 5-6.

Page 17: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

8

B.Tinjauan Pustaka

Adapun ada beberapa tinjaun kepustakaan yang penulis dapatkan, Berupa

skripsi dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini di antaranya

adalah;

Pertama: Skripsi yang berjudul Peranan Jam’iyyah Persatuan Islam

(Persis) Dalam Transformasi Budaya (Studi Kasus di Desa Panjalin Kidul

Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Majalengka, Jawa Barat), skripsi ini ditulis

oleh Muhammad Syarifuddin, Mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, 2006. Berkesimpulan pada penelitian ini bahwasannya

organisasi Persatuan Islam menawarkan cita-cita keagamaan yang menetapkan

ibadah dan kewajiban-kewajiban lainnya dalam hukum agama sebagai fokus

kehidupan, serta menekan kaum muslimin untuk melenyapkan seluruh

kepercayaan dan praktek yang dianggapnya bertentangan dengan ajaran islam

seperti: syirik, bid’ah, churafat, takhayul, dan lain-lain. Mengangap kuatnya

kepercayaan agama lokal sebagai faktor penghambat dan adanya kelompok

dominasi (nahdliyin). Dalam penelitian ini penulis menganalisis bahwa melihat

agama sebagai sesuatu yang mutlak, sesuatu yang datang dari tuhan sehingga pada

kesimpulan terakhir mengarahkan pada benar dan salah dan berupaya

menghapuskan salah satu nilai keyakianan yang lainnya. Bukan tidak mungkin

hasil akhir dari pada konflik yang terjadi adalah kemenangan salah satu kelompok.

Kedua: Penelitian yang berjudul Konflik dan Integrasi: Potret Keagamaan

Masyarakat Sawangan. Penelitian ini ditulis oleh Ulfah Fajarini yang dimuat

Page 18: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

9

dalam jurnal al-Turas, Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama, V 11, No 3,

September, 2005. Dari penelitiannya dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik dapat

menjadi pendorong bagi terciptanya integrasi pada kehidupan masyarakat.

Kelompok-kelompok yang berkonflik sesungguhnya saling berkaitan erat satu

dengan yang lain secara komplementer dan secara bersama-sama berada dalam

struktur sosial yang lebih luas, yakni struktur sosial masyarakat yang terikat oleh

kebudayaan yang menjadi pegangangan umum. Terjadinya konflik dan integrasi

tergantung pada unsur-unsur struktur sosial yang ada, yaitu identitas sosial,

peranan-peranan sosial pengelompokan sosial, situasi dan arena sosial.

Ketiga, Konflik dan Integrasi Perbedaan Faham dalam Islam, Studi kasus

pada masyarakat Alabio Kalimantan Selatan, Penelitian ini ditulis oleh Drs.

Achmad Fedyani Saefuddin. Dengan kesimpulan dalam penelitiannya

menggambarkan perbedaan interpretasi mengenai perangkat-perangkat ajaran

agama Islam dan penggunaannya oleh para pelakunya untuk memahami dan

menghadapi lingkungannya telah menimbulkan konflik-konflik diantara sesama

pemeluk agama Islam. Pengorganisasian dari masing-masing kelompok yang

bertentangan tersebut mempunyai implikasi terhadap adanya segmentasi atau

perpecahan dalam masyarakat disatu pihak tapi di pihak lain juga menjadi tenaga

pendorong bagi terciptanya integrasi dalam kehidupan sosial masyarakat tersebut.

Konflik tersebut terwujud dan berpusat sebagai kompetensi kepemimpinan dalam

organisasi-organisasi yang ada pemimpin dan pendukung organisasi tersebut

menghadapi, menginterpretasi dan mengadaptasi satu sama lain dan menggunakan

Page 19: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

10

bagian-bagian dari ajaran agama Islam yang diketahuinya dalam membenarkan

tindakan dan dalam menghadapi lingkungannya.

Penelitian yang ditulis oleh Ulfah Fajarini dan Drs. Achmad Fedyani

Saefuddin mengenai Konflik dan Integrasi, menganalisis pemaham keagamaan

dalam Islam merupakan inspirasi utama dalam melakukan penelitian serupa pada

masyarakat kelurahana Mekarsari, hanya saja berbeda pada objek penelitian yaitu

pada pemahaman keagamaan kelompok keagamaan Persatuan Islam (Persis) dan

Nahdlatul Ulama (NU), yang dengan jelas menampilakan dua pemahaman yang

berbeda dalam menginterpretasikan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam,

dalam aplikasinya kerap menimbulkan konflik dan gesekan akan tetapi mereka

terikat pada satu kebudayaan yang lebih luas.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Perbedaan pendapat mengenai pemahaman ajaran agama merupakan suatu

realitas sosial yang tidak bisa dihindarkan, ini merupakan sebuah konsekuensi dari

masyarakat yang majemuk atau multikultur. Permasalahannya adalah apabila

perbedaan pendapat ini menjadi sesuatu yang akan merusak sistem sosial yang ada

dalam masyarakat, karena melibatkan agama sebagai instrumen perjuangan

merupakan sesuatu yang sensitif dimasyarakat kita, dengan demikian dalam

penelitian ini agama dibatasi pada salah satu bagian dari kebudayaan yang paling

mendalam. Pembatasan ini digunakan agar mempermudah penganalisaan atas

fenomena ini sehingga dapat terlihat dinamikanya dalam mewujudkan keteraturan

Page 20: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

11

atau ketidak teraturan dalam masyarakat. Sedangkan dalam penelitian ini

dirumuskan beberapa perumusan guna mempermudah penulisan diantaranya

adalah:

1. Apakah yang menjadi faktor-faktor konflik terjadi di antara kedua

kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU),

2. Apa saja kasus-kasus konflik yang terjadi?

3. Bagaimakah proses mediasi dan integrasi yang terjadi antar kelompok

Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU)?

D. Tujuan dan Manfaat Penilitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut;

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyulut konflik yang terjadi antara

kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU).

b. Untuk mengetahui kasus-kasus konflik yang terjadi pada kelompok

Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU).

c. Untuk mengetahui proses integrasi yang terjadi pada kelompok

Persatuan Islam (Persis) dan Nahdaltul Ulama (NU).

Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah;

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

perkembangan akademis dalam melihat atau menganalisis fenomena

pemahaman keagamaan berkaitan dengan Konflik dan Integrasi.

Page 21: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

12

b. Dalam konteks praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan oleh pemerintah untuk menyelesaikan

kasus-kasus konflik dalam masyarakat yang majemuk baik dalam

bidang etnik, bahasa, adat, dan terlebih khusus agama.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis penelitian.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif,

Pendekatan kualitataif dalam penelitian sosial terhadap agama

disandarkan pada studi komunitas-komunitas, atau jama’ah

keagamaan dengan menggunakan metode seperti pengamatan

partisipan atau wawancara mendalam (in-depth interview).11 Dengan

metode kualitatif penelitian diarahkan untuk memberikan penjelasan

mengenai gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara

sistematis dan akurat.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data di lapangan, maka penelitian ini

menggunakan metode sabagai berikut:

11 Peter Connolly, ed., Aneka Pendekatan Studi Agama. Penerjemah Imam Khoiri (Yogyakarta: LKiS, 2002), h. 290.

Page 22: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

13

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan

fenomena yang dilakukan secara sistematis.12 Pengamatan dan

pencatatan ini dilakukan terhadap prilaku atau ritual keagamaan

kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) di

Kelurahan Mekarsari. Metode observasi sebagai alat pengumpul

data, dapat dikatakan berfungsi ganda, sederhana, dan dapat

dilakukan tanpa menghabiskan biaya. Namun demikian, dalam

melakukan observasi peneliti dituntut memiliki keahlian dan

penguasaan kompetensi tertentu.13 Penelitian ini menggunakan

observasi langsung yang bersifat partisipatif ataupun non

partisipatif yaitu pengamatan yang melibatkan peneliti dalam

kegiatan kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama

(NU) mengenai ritual keagamaan kedua kelompok tersebut.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan

komunikasi verbal dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

penting yang dibutuhkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi

12 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 101. 13 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan:Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 173.

Page 23: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

14

hubungan antara dua orang atau lebih, dimana keduanya

berprilaku sesuai dengan status dan peranan mereka masing-

masing. Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab

secara lisan pula. Ciri dari wawancara adalah adanya kontak

langsung dengan tatap muka antara pencari informasi

(interviewer) dan sumber informaasi (interviewe).14 Dalam

melakukan penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan

informan dari kelompok Persatuan Islam (Persis) sebanyak 3

orang yang merupakan penasehat dan ustadz dari kelompok

tersebut, sedangkan dari kelompok Nahdlatul Ulama (NU) peneliti

melakukan wawancara kepada 5 orang yang juga merupakan

tokoh dan ustadz dari kelompok tersebut, serta jama’ah dari

kelompok Nahdlatul Ulama (NU) di Kelurahan Mekarsari.

Sehingga secara keseluruhan peneliti melakukan wawancara

sebanyak 8 orang dari kedua kelompok tersebut.

c. Studi Kepustakaan.

Selain dengan menggunakan tekhnik observasi dan wawancara

untuk menambah informasi dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan studi kepustakaan, yaitu mencari sumber-sumber

14Ibid., h. 179.

Page 24: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

15

lain seperti buku-buku, jurnal ilmiah dan lain-lain yang berkaitan

dengan tema penelitian ini.

d. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

mengacu pada pedoman wawancara, telepon gengam, buku

catatan. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara menjadi

terarah dan tepat. Sedangkan telepon gengam untuk merekam

pembicaraan agar tidak terlupa pada subjek penelitian. Sementara

buku catatan digunakan untuk mencatat berbagai hal yang penting

dalam penelitian ini.

e. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dikatagorikan ke dalam dua

jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui hasil wawancara

dengan informasi dan observasi yang dilakukan peneliti di tempat

penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari buku-buku, jurnal ilmiah yang berkaitan dengan

tema penelitian ini.

f. Waktu dan Tempat penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan April sampai pada bulan

Juli 2011. Adapun tempat penelitian pada masyarakat di

Kelurahan Mekarsari.

Page 25: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

16

F. Sistematika Penulisan.

Adapun sistematika pada penulisan ini adalah;

Bab I, Pendahuluan. Pada bab ini membahas latar belakang

masalah, tinjauan pustaka, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab II, Landasan Teori. Pada bab ini membahas tentang hubungan

antarkelompok, konflik dan integrasi, Pemahaman keagamaan kelompok

modernis dan kelompok tradisionalis, dan organisasi keagamaan Persatuan

Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU).

Bab III, Deskripsi Tempat Penelitian. Pada bab ini membahas

keadaan demografis dan kependudukan, pendidikan, ekonomi,

keagamaan, struktur kepemimpinan masyarakat, dan profil kelompok

Persatuan Islam (Persis) dan Nahdaltul Ulama (NU).

Bab IV, Hasil Temuan Lapangan. Pada bab ini menjabarkan

sumber-sumber konflik yang bersumber pada pemahaman keagamaan,

Kasus-kasus konflik yang terajdi, proses Mediasi dan integrasi

Bab V, Penutup. Bab ini adalah akhir dari penulisan sebagai

penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang diajukan peneliti

terhadap permasalahan penelitian.

Page 26: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hubungan Antarkelompok

Sebelum menjelaskan pengertian hubungan antarkelompok terlebih dahulu

menjelaskan apa yang dimaksud dengan kelompok itu sendiri Manusia adalah

makhluk sosial, yang bermakna manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan

dari orang lain. Sudah menjadi kebutuhan setiap individu dapat mempertahankan

hidup dengan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bersosialisasi

dengan manusia lainnya, baik menjalin hubungan antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok maupun antara kelompok dengan kelompok.

Dalam bingkai ke-Indonesiaan dengan keragamannya (ras, budaya, suku, agama)

hubungan yang dibangun antarkelompok adakalanya tidak berjalan dengan mulus,

terkadang terjadi perbedaan pendapat antarkelompok yang berimbas pada

terjadinya konflik. Dirasa penting menjabarkan konsep hubungan antarkelompok

dalam penelitian ini.

Untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, manusia

menggunakan fikiran, perasaan dan kehendaknnya. Seperti pada proses

pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh manusia, Setiap manusia

membutuhkan makan dan minum itu dapat dihasilkan dengan bantuan akal,

apabila manusia tinggal didaerah laut maka pemenuhan kebutuhan manusia

tersebut dilakukan denga cara mencari ikan di laut, dan apabila apabila manusia

Page 27: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

18

tinggal didaerah hutan maka manusia tersebut dalam pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-harinya dengan cara berburu, dan begitu seterusnya. Keadaan seperti ini

dengan tujuan pemenuhan kebutuhan yang sama menimbulkan terbentuknya

kelompok-kelompok sosial atau social group di dalam kehidupan manusia.

Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan atau himpunan atau kesatuan-

kesatuan manusia yang hidup secara bersama. Hal tersebut menyagkut hubungan

timbal-balik, saling mempengaruhi dan kesadaran untuk saling tolong-menolong.

Ada beberapa syarat setiap kumpulan manusia dikatakan sebagai

kelompok di antaranya:

1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian

dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal- balik antara anggota yang satu dengan anggota

yang lainnya.

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan mereka

bertambah erat. Seperti faktor nasib yang sama, kepentingan yang

sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.

Tentunya faktor mempunyai musuh bersama dan itu dapat menjadi

faktor pengikat atau pemersatu.

4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola prilaku.

Page 28: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

19

5. Bersistem dan berproses.1

Selian itu dalam pembahasan kelompok ada beberapa tipologi yang

dirumuskan oleh Robert Bierstedt,2 diantaranya yaitu statistical group, societal

group, social group, dan associational group.

Sedangkan mengenai hubungan antar kelompok (intergroup relations)

diartikan sebagai hubungan antara dua kelompok atau lebih yang mempunyai ciri

yang khusus3. Beberapa konsep hubungan antarkelompok seperti yang

diklasifikasikan oleh Kinloch (1979),4 diantaranya: Pertama berdasarkan ciri

fisiologis, pada kriteria ini ditemukan pengelompokan yang didasarkan pada jenis

kelamin (laki-laki dan perumpuan), berdasarkan usia (tua-muda) dan ras (hitam-

putih). Kedua ialah berdasarkan kebudayaan, pada kriteria ini ditemukan

pengelompkan yang diikat oleh persamaan kebudayaan, seperti kelompok etnik

(Aceh, Minagkabau, Ambon, Batak, Sunda, Dayak dan lain-lainya) walaupun

agama tidak disebutkan namun agama termasuk dalam kriteria atau katagori ini.

Ketiga berdasarkan ekonomi, pada kriteria ini ditemui pengelompokan pada

mereka yang mempunyai kekuasaan ekonomi dan mereka yang tidak mempunyai.

Dan kriteria yang keempat ialah prilaku, pada kriteria ini ditemukan

pengelompokan berdasarkan cacad fisik, cacad mental, dan penyimpangan

terhadap aturan masyarakat.

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grapindo Persada, 1993), h. 125-126. 2Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h. 145. 3Ibid., h. 145. 4Ibid., h. 145-146.

Page 29: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

20

Pembahasan mengenai hubungan antarkelompok cenderung dipusatkan

pada deskripsi dan penjelasan hubungan sosial antarkelompok dan statusnya yang

berbeda, terutama yang menyangkut status yang diperoleh sejak lahir seperti

status sebagai anggota suatu kelompok ras, etnik, atau agama. Kaitannya dengan

konflik yang bersumberkan pada pemahaman agama dapat di analisis dengan

menggunakan pendekatan hubungan antarkelompok dengan melihat status agama

atau organisasi keagamaan.

Suatu bentuk hubungan yang banyak disoroti dalam kajian antar kelompok

adalah hubungan mayoritas dan minoritas. Beberapa dimensi hubungan

antarkelompok sebagaimana telah disebutkan oleh Kinloch,5 diantaranya adalah

pertama dimensi sejarah diarahkan masalah tumbuh dan berkembangnya

hubungan antar kelompok, seperti hubungan pertama antar ras kulit hitam dan

putih yang berlanjut pada perbudakan. Kedua dimensi sikap, dimensi sikap ini

mengamati sikap suatu anggota kelompok terhadap anggota kelompok lainnya.

Ketiga adalah dimensi institusi, dimana dimensi sikap suatu kelompok terhadap

kelompk lain terkadang ditunjang dan diperkuat oleh institusi dalm masyarakat

seperti institusi ekonomi dan politik. Keempat dimensi gerakan sosial, dimensi ini

merupakan dimensi lain dalam hubungan antarkelompok. Kajian atau dimensi ini

melihat berbagai gerakan sosial yang sering di lancarkan suatu kelompok untuk

membebaskan diri dari dominasi kelompok lain.

Selain dimensi yang telah disebut diatas ada dimensi lain yang dianggap

sangat penting yaitu dimensi perilaku dan dimensi perilaku kolektif, yang 5Ibid., h. 146-147.

Page 30: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

21

termasuk dimensi prilaku adalah perilaku suatu kelompok terhadap anggota

kelompok lain. Hubungan antarkelompok sering diwarnai oleh peristiwa perilaku

kolektif seperti demonstrasi, huru-hara, perusakan, pembunuhan, bentrokan fisik

dan lain-lain.

B. Konflik dan Integrasi

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan, dan konflik merupakan

salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi di

masyarakat. Pertentangan-pertentangan atau konflik mungkin terjadi antara

individu dengan kelompok ataupun antara kelompok dengan kelompok.

Konflik dan integrasi merupakan dua konsep yang dalam tradisi sosiologi

biasanya digunakan secara bersama-sama dan tidak dapat dipisahkan karena yang

satu merupakan kebalikan dari yang lainnya. Seperti yang di jelaskan oleh

Achmad Fedyani Saefudin dalam bukunya:

“Konflik didefinisikan sebagai pertentangan yang bersifat langsung dan disadari antara individu-individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama, Sedangkan integrasi didefinisikan sebagai penyatuan kelompok-kelompok yang tadinya terpisah satu sama lain dengan melenyapkan perbedaaan-perbedaan sosial dan kebudayaan yang ada sebelumnya, Selain itu integrasi juga diartikan sebagai diterimanya seorang individu oleh anggota-anggota lain dari suatu kelompok”.6

6 Achmad Fedyani Saefuddin, Konflik dan Integrasi Perbedaan Faham dalam Agama Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), h.7.

Page 31: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

22

Melihat sisi fungsi konflik, Lewis Coser berpendapat bahwa konflik

merupakan suatu gejala yang wajar terjadi didalam masyarakat yang mengalami

perubahan sosial dan kebudayaan, dan konflik merupakan proses yang bersifat

instrumental dalam pembentukan, penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial,

Konflik dapat memperkuat identitas kelompok dan melindunginya agar tidak

lebur kedalam dunia sosial sekelilingnya.7

Tingginya frekuensi konflik antara kelompok memungkinkan untuk

menekan konflik terjadi dalam lingkungan kelompok itu sendiri. Sedangkan

kelompok yang tidak terlibat konflik cenderung bersikap toleran terhadap konflik-

konflik yang terjadi antara warganya sendiri, sehingga sikap ini menimbulkan

keseimbangan antara kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat. Dengan demikian

konflik yang terjadi dalam masyarakat terbuka (struktur sosial), berfungsi sebagai

jalan untuk memecahkan dan mengurangi ketegangan-ketegangan, sehingga

memberikan dampak pada peningkatan stabilitas dan intergrasi di masyarakat.

Karena dengan sikap toleran terhadap perbedaan dan pertentangan dapat

membuka jalan untuk mengetahui sumber-sumber konflik atau ketidak puasan di

dalam masyarakat.

Konflik dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara

kekuatan-kekuatan dalam masyarakat, karena timbulnya pertentangan merupakan

indikasi telah berjalanya proses akomodasi, maka dengan proses akomadasi

tersebut memungkinkan melakukan perubahan-perubahan dalam kaitannya

7 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer. Penerjemah oleh tim Yasogama (Jakarta: Yayasan Solidaritas Gajah Mada), h. 108.

Page 32: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

23

dengan hubungan antara kelompok-kelompok tersebut, dengan demikian

diharapkan kembali dapat mencitakan kembali keseimbangan dan menciptakan

kerja sama di masyarakat. Pertentangan-pertentangan atau konflik yang terjadi

menyebabkan setiap kelompok untuk melakukan introspeksi dan dilanjutkan

dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam kelompok tersebut,

dan untuk menutupi kelemahan tersebut dimungkinkan masing-masing kelompok

untuk melakukan kerja sama saling melengkapi kekuarangannya dengan demikian

kelemahan-kelemahan dari masing-masing kelompok tersebut dapat tertutupi,

selain itu pertentangan atau konflik ini memberikan batas-batas yang jelas

terhadap peran dan tanggung jawab kelompok akan fungsi dan kedudukannya di

masyarakat.

Dalam masyarakat biasanya kita menemukan saluran-saluran konflik

untuk meminimalisir kemungkinan konflik yang merusak sistem sosial , dalam

sosiologi alat ini disebut sebagai safety-valve (katup penyelamat) yang memiliki

makna suatu mekanisme khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok

dari kemungkinan konflik sosial.8 Katup penyelamat memberikan sarana-sarana

tertentu yang dapat mengalihkan kelompok-kelompok yang bertikai untuk

menyalurkan luapan permusuhan kearah lain tanpa menghancurkan seluruh

struktur. Dengan kata lain katup penyalamat berfungsi sebagai jalan keluar untuk

meredakan permusuhan yang bertujuan untuk menetralisir ketegangan-ketegangan

yang timbul dari situasi pertentangan tersebut. Sebagaimana yang dinyatakan

Lewis Coser lewat savty-valve (katup penyelamat) itu permusuhan dihambat agar

8 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, penerjemah oleh tim Yasogama, h. 109.

Page 33: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

24

tidak berpaling pada melawan objek aslinya. Tetapi penggantian yang demikian

mencakup juga biaya bagi sistem sosial maupun bagi individu: mengurangi

tekanan untuk menyempurnakan sistem untuk memenuhi kondisi-kondisi yang

sedang berubah maupun membendung ketegangan dalam diri individu,

menciptakan kemungkinan tumbuhnya ledakan-ledakan destruktif.

C. Pemahaman Keagamaan.

Berkaitan dengan konflik mengenai hubungan antar kelompok keagamaan

di Indonesia sudah terjadi pada masa awal Negara ini terbentuk. Perdebatan antara

kaum tradisionalis dengan modernis mewaarnai hubungan antar kelompok

keagamaan di Indonesia mengenai interpretasi/ekspresi dari pada keyakinan.

Maka akan sedikit diulas mengenai pemahaman keagamaan kelompok modernis

dan tradisonalis.

1. Modernis.

Gerakan modernis Islam di Indonesia masuk pada awal abad ke duapuluh,

di ilhami dari gerakan intelektual yang terjadi di Timur Tengah dipelopori oleh

tokoh-tokohnya seperti, Jamal ad-Din al-Afghani (1883-1897), Muhammad

Abduh (1849-1905), dan Rasyid Ridla (1865-1935).9 Pemikiran modernis ini

dibawa oleh para guru yang tinggal di Mekkah dan mengajarkan siswa-siswa

9 Greag Fealy, Ijtihad Politik Ulama Sejarah NU 1952-1967. Penerjemah Farid Wajidi dan Mulni Adelina. (LKiS: Yogyakarta, 2007), h.26.

Page 34: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

25

disana, mereka memberikan penekanan khusus pada pentingnya prinsif-prinsif

fiqh dalam mempelajari al-quran dan sunnah.

Inti dari pada modernisme Islam itu sendiri adalah berkeyakinan bahwa

saat itu (awal gerakan ini terbentuk) peradaban Islam sedang mengalami

kemerosotan yang serius. Kejayaan intelektual dan ilmiah yang dialami Islam

beberapa abad dahulu telah punah dan sebagian besar masyarakat Islam sedang

mengalami kemunduran ekonomi, ini disebabkan banyak dunia Islam (pada saat

itu) dalam keadaan terjajah oleh bangsa Eropa yang identik dengan umat Kristen.

Kemerosotan itu dirasa tidak selaras dengan keyakinan mereka bahwa Islam

adalah kepercayaan yang benar, didasarkan atas firman Allah yang paling lengkap

dan final. Menurut para modernis kemunduran Islam disebabkan sikap taklid

kepada pemikiran mazhab abad pertengahan serta tercemarnya praktek Islam oleh

amalan dan kepercayaan yang tidak bersumber pada al-Quran dan Sunnah Nabi

saw. Menurut kaum modernis, Islam dapat kembali jaya dengan cara

membebaskan diri dari cengkraman tradisi dan mengikis penyimpangan, serta

kontaminasi nilai-nilai non-Islam, dengan kata lain kelompok modernis ini

berusaha untuk melakukan pemurnian kembali pada ajaran agama dari pengaruh-

pengaruh diluar tadisi Islam itu sendiri. Prinsif dari gerakan modernsime ini

adalah kembali pada al-qura’an dan sunnah Nabi.10

Dengan misi begitu kelompok modernis menyerang aspek-aspek mistis

yang kerap dilakukan oleh kaum tradisionalis, yang mereka anggap sebagai

sesuatu yang tidak Islami, juga kaum modernis menyerang praktek-praktek dalam 10 Ibid., h. 27.

Page 35: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

26

ibadah yang mereka yakini sebagai sesuatu yang bid’ah. Sudah barang tentu

aktivitas kaum modernis ini mendapatkan tentangan yang keras dari ulama-ulama

kelompok tradisionalis.

Salah satu metode yang kerap dilakukan oleh kelompok modernis adalah

melakukan ijtihad, ini dimaksudkan untuk mereformasi Islam yang dianggap tidak

lagi murni. Sebuah tradisi yang mungkin tabu dilakukan oleh kelompok

tradisionalis, karena mereka beranggapan ijtihad dalam hal hukum Islam dirasa

tidak perlu dan tidak mungkin dilakukan.

Menurut kelompok modernis dengan cara ijtihad inilah dapat menetapkan

mana yang otentik dan mana yang dianggap sebagai sesuatu yang bid’ah atau

amalan baru yang tidak bersumber dari Islam. Atas pertimbangan itulah (meninjau

kembali hukum-hukum Islam) kelompok modernis dengan tegas menolak dan

mengkritik praktek-praktek keagamaan kelompok tradisionalis seperti, talkin

(membisikan syahadat pada jenazah sebelum dikuburkan), membaca Do’a qunut

pada shalat shubuh, mengucap niat sebelum shalat, palaksanaan shalat tarawih

sebanyak duapuluh tiga raka’at, serta ziarah kubur, tawassul (menyebut nama

mereka sebelum berdo’a) dan lain sebagainya menurut kelompok modernis

praktek-praktek semacam ini dianggap bid’ah dan syirik atau menyekutukan

Allah.

Secara singkat kelompok modernis berupaya menghapus/menghilangkan

praktek-praktek agama yang dianggap tidak sesuai seperti telah disebut diatas,

tujuan utama kelompok modernis ini mengembalikan agama Islam kepada dua

Page 36: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

27

sumber utamanya yang murni yaitu sunnah Rasulullah s.a.w, sekaligus membuka

pintu ijtihad dan menutup pintu taklid, meninggalkan segala bentuk praktek

agama yang tidak bersumberkan pada ajaran agama (bid’ah) serta churafat.

2. Tradisionalis.

Islam adalah agama yang memiliki misi “Rahmatan lil al-‘alamin” bukan

hanya pada umat Islam saja melainkan pada seluruh alam. Islam dianggap sebagai

agama yang paling akomodatif dan apresiasif pada tradisi masyarakat, selama

tradisi tersebut tidak bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran Islam itu sendiri.

Hal ini dianggap logis mengingat penyebaran dakwah Islam menyentuh

masyarakat dunia. Islam di haruskan dapat mengikuti perkembangan segala

bentuk kemajuan dan dinamika peradabannya, termasuk bentuk tradisi dimana

Islam berkembang pada suatu daerah.11

Salah satu alasan kemudian Islam dapat diterima di masyarakat Indonesia

adalah melakukan pendekatan yang bersifat kultural (identik dengan lapisan

bawah dan tradisonalis), akomodatifnya Islam terhadap tradsi-tradisi dan budaya

lokal suatu daerah, dan mengisinya dengan ruh, semangat dan nilai-nilai ke-

Islaman secara damai, tidak dengan cara-cara kasar, terlebih melakukan

penggusuran terhadap tradsi dan budaya lokal yang dianggap sebagian atau

sekelompk orang (kelompok modernis) sebagai sesuatu yang salah dan harus di

hapuskan.

11 Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah Wal-Jama’ah Dalam Persepsi dan Tadisi NU, (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 216.

Page 37: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

28

Bila melihat sejarah dapat dikatakan cara atau corak dalam ekpresi yang

dilakukan Islam tradisonalis merupakan inspirasi dari apa yang dilakukan oleh

Wali Songo dalam menyebarkan Islam dahulu. Pada masanya Wali Songo

melakukan dakwah dengan cara-cara damai perlahan tapi pasti masuk dalam

tradisi-tradisi dan budaya masyarakat saat itu, yang di masukan pula nilai-nilai

dan ajaran Islam, seperti membuat kidung dan tembang, sholawat dan kasidah,

dari karawitan sampai rebana dari sesajen sampai selametan dan sedekahan,

walimahan dan lain-lain, ini merupakan proses dakwah yang dilakukan dengan

cara mengubah nilai-nilai pra Islam menjadi nilai baru yang Islami, dan tradisi

lama ke tradsi baru yang lebih Islami.

Penyerapan nilai-nilai lokal non-Islam oleh Islam tradisional tumbuh dari

kepercayaan bahwa suatu amalan dapat secara sah diambil dan diterapkan sejauh

tidak bertentangan dengan sya’riat,12 atas dasar keyakinan tersebut menjadi

landasan penyerapan berbagai ritual budaya lokal non Islam (Hindu dan Budha)

kedalam amalan orang-orang Muslim. Sebagai contoh seperti selametan, ziarah

kubur, serta berbagai ritual mistis dan magis yang berasal dari tradisi setempat dan

penyerapan dari agama Hindu. Mereka menganggap ini sebagai pengkayaan

keimanan dan sebagai cara untuk memudahkan penyebaran Islam. Bagi

kelompok Islam tradisonalis bahwa Islam mempunyai “core values” (nilai-nilai

utama/nilai inti) yang universal (berlaku kapan saja dan dimana saja), tetapi Islam

juga memiliki kelenturan dalam mensikapi tradisi-tradisi dan budaya lokal yang

12 Greag Fealy, Ijtihad Politik Ulama Sejarah NU 1952-1967. Penerjemah Farid Wajidi dan Mulni Adelina. h. 26.

Page 38: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

29

tidak jelas-jelas bertentangan dengan prinsip-prinsipnya sebagai wujud

kerahmatan bagi umat manusia.13

Hingga saat ini kita masih dapat merasakan bahkan mempraktekan segala

ritual yang dilakukan kaum tradisonalis itu dikarenakan sifatnya Islam yang

akomaodatif, walaupun dalam kenyataannya jelas-jelas ada fihak yang dengan

tegas menolak bahkan berupaya menghapuskan segala bentuk dan ritual yang

kerap dilakukan kelompok ini, yaitu dari kalangan modernis. Sebagai contoh

banyak dari masyarakat kita yang mempraktekan hal-hal yang dianggap tidak

sesuai dengan prinsif Islam, seperti sinkretisme (pencampur adukan keyakinan),

pemberian sesajen di tempat keramat, minta kekuatan dan kekebalan, minta rizki

pada kuburan dan lain-lain itu karenakan proses dakwah yang belum selesai.

D. Organisasi Keagamaan.

Khilafiyat dalam urusan ajaran agama antara kelompok-kelompok agama

nampaknya tak dapat di elakan perdebatan antara kelompok modernis dan

kelompok tradsionalis berlanjut pada pembentukan organisasi-organisasi

keagamaan, seperti organisasi Muhammadiyyah, Al-Irsyad, Jam’iat Al-choirat,

dan Persatuan Islam (Persis) yang dikatagorikan sebagai organisasi berhaluan

modernis dengan prinsif-prinsif kemodernisan yang telah disebut diatas, ada pula

organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang tetap berupaya melestarikan tradisi-tradisi

yang telah ditetapkan oleh ulama klasik serta mempertahankan adat-istiadat yang

13 Muhammad Tholhah Hasan, Ahlussunnah Wal-Jama’ah Dalam Persepsi dan Tadisi NU, h. 217.

Page 39: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

30

bercampur dengan ajaran islam itu sendiri yang merepresentasikan sebagai

kelompok tradisonalis.

1. Persatuan Islam (Persis).

Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada tanggal 23 September

1923 oleh sekelompok Muslim yang melihat pembaharuan-pembaharuan dalam

agama Islam yeng telah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Ide dan

gagasan pembentukan organisasi keagamaan ini bermula dari pertemuan yang

bersifat informal (kenduri) yang diadakan di rumah salah seorang kelompok

tersebut yang merupakan para perantau yang berasal daerah sumatra, walaupun

demikian mereka merasa sebagai penduduk pribumi, pendudk asli Bandung

karena telah lama tinggal dan menetap di Bandung dengan urusan berdagang.

Pada pertemuan kenduri yang besifat informal ini mereka kerap

membincang dan berdiskusi mengenai wacana ke-Islaman. Dalam pembicaraan

dan diskusi mengenai ajaran agama ini ada dua tokoh yang dianggap sebagai guru

yaitu Haji Zam-zam dan Haji Muhammad Yunus karena pemahaman yang luas

mengenai ajaran agama Islam. Haji Zamzam memperoleh pengetahuannya dari

belajar di Timur Tengah, beliau menghabiskan waktunya selama tiga tahun di

Mekkah dan belajar di lembaga Daar al-Ulum dan sekembalinya dari Mekkah

beliau menjadi guru dan mengajar di Daarul Muta’allimin, sebuah sekolah agama

Page 40: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

31

di Bandung (sekitar tahun 1910),14 sedangkan Muhammad Junus adalah seorang

pedagang yang menguasai bahasa Arab kepandaiannya dalam agama diperoleh

dari pendidikan agama secara tradisional dan beliau tidak mengajar. Beliau

tergolong sebagai orang kaya pada saat itu, dengan kekayaannya membantu dalam

menunjang kehausannya dalam mempelajari ajaran Islam dengan membeli kitab-

kitab yang dia perlukan.

Diskusi yang dilakukan oleh Haji Zamzam, Muhammad Junus dan yang

lainnya merupakan cikal bakal pembentukan dari pada organisasi Persatuan Islam.

Isi dari diskusinya selain membincang masalah ajaran agama mereka juga

membicarakan tentang gerakan pembaharuan Islam yang telah lebih dulu

dilakukan didaerah lain seperti di Sumatra, juga mereka membincang tentang

konflik antar gagasan-gagasan baru itu dan sistem keagamaan yang telah mapan,

selain itu mereka juga mengkaji isi majalah Al-Manar (sebuah majalah yang

dterbitkan muslim modernis di Kairo), dan Al-Munir (majalah serupa yang

diterbitkan di Padang oleh para ulama Indonesia yang pernah belajar di Mekkah)15

dan masalah komunis yang telah meresahkan umat Islam di Bandung dan juga

telah memecah Sarekat Islam, sarekat Islam lokal Bandung dengan resmi

mendukung komunisme pada kongres nasional partai tersebut.

Dalam perkembangannya Persatuan Islam kurang memberikan perhatian

dan tekanan terhadap kegiatan organisasinya, Persis tidak berminat untuk

14 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 96. 15Howard M. Federspiel, Labirin Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan PERSIS di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1957). Penerjemah Ruslani dan Kurniawan Abdullah (Jakarta: Serambi, 2004), h. 112.

Page 41: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

32

menambah anggotanya sebanyak mungkin dan pembentukan cabang-cabang dari

organisasi ini. Pembentukan cabang di berbagai daerah di luar Bandung

merupakan inisiatif sendiri dari anggotanya tanpa ada instruksi dari pimpinan

pusat organisasi tersebut. Akan tetapi pengaruh dari organisasi ini jauh melebihi

banyak anggota dan jumlah cabangnya, terbukti pada awalnya mereka melakukan

sholat jum’at secara berjama’ah tidak kurang dari selusin orang dari kelompoknya

saja baru kemudian pada tahun 1942an saat jepang melakukan invasinya ke

Indonesia tidak kurang dari 500 orang selalu mengikuti sholat berjamah yang

diselenggaraka oleh kelompk ini.

Memang yang menjadi inti perhatian dari organisasi Persatuan Islam

(Persis) adalah bagaimana menyebarkan cita-cita, gagasan dan pemikirannya.

Untuk merealisasikan gagasan dan pemikirannya organisasi ini melakukan

pertemuan umum, tabligh-tabligh, khotbah-khotbah, kelompok-kelompok studi,

mendirikan sekolah-sekolah, meyebarkan atau menerbitkan pamplet-pamplet,

majalah-majalah dan kitab-kitab.16 Beruntung dengan gagasan seperti ini

Persatuan Islam mendapatkan dukungan dari orang-orang penting pada saat itu

seperti Ahmad Hassan yang dianggap sebagai guru Persis dan Muhammad Natsir

sebagai anak muda golongan terpelajar yang bertindak sebagai juru bicara dari

organisasi Persatuan Islam ini.

Ahmad Hasan adalah terkenal sebagai ulama beraliran Reform, radikal

dalam memutuskan hukum-hukum Islam. Sebagaimana telah disebut diatas Ia

berjuang dalam Persatuan Islam yang didirikannya atas prakarsa K.H Zamzam 16 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 97.

Page 42: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

33

yang berasal dari Palembang pada tanggal 23 September 1923, dengan tujuan

memperjuangkan untuk memberlakukan hukum-hukum Islam yang berdasarkan

qur’an dan sunnah dalam masyarakat. Ia berusaha menghidupkan jiwa jihad dan

ijtihad pada kaum muslimin, membasmi bid’ah, kurafat, tahayul, taqlid, dan

syirik, memperluas tabligh dan dakwah Islam kepada masyarakat, mendirikan

pesantren dan sekolah untuk mendidik kader-kader umat Islam. Persatuan Islam

mempunyai majlis ulama yang bertugas menyelidiki dan menetapkan hukum-

hukum Islam berdasarkan quran dan sunnah, dan mewajibkan kepada seluruh

jama’ahnya untuk meyiarkannya. Selain itu Ahmad Hassan adalah salah seorang

tokoh Persatuan Islam (Persis) yang paling produktif dalam hal menulis buku dan

karya tulis, banyak karya-karya ilmiahnya yang dipublikasikanmasyarakat umum,

tulisan yang dianggap paling fenomenal bagi karya Ahmad Hassan adalah dua

karya utamanya berisikan tentang kepercayaan-kepercayaan Islam yang

diekspresikan Ahmad Hassan kedalam karyanya mengenai soal jawab, yang

pertama berisikan tentang Tauhid (mengenai sifat Tuhan dan hubungan manusia

dengannya) dan kedua adalah An-Nubuwwah, (berisikan hubungan karakteristik

serta perjuangan para nabi, terutama nabi Muhammad) Buku ini merupakan

rujukan bagi para anggota persatuan Islam.

Al-Quran dan sunnah memberikan tempat yang sangat penting bagi

seorang Ahmad Hassan dan Persatuan Islam karena seharusnya umat muslim

menjadikan Islam dengan al-quran dan hadits ini sebagai Manhaj (pandangan

hidup). Karena dengan al-quran dan sunnah ini lah seorang muslim dapat

merepresentasikan Islam sebagai ajaran yang murni dan dengan al-quran dan

Page 43: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

34

hadits lah Islam dapat diterima karena sifatnya yang sesuai terhadap kondisi dan

perkembangan zaman dalam konsep modern.17

Persatuan Islam dapat dikatakan organsisasi yang berbeda dengan

organsisai manapun yang ada di Indonesia dalam hal penekanan terhadap

penggunaan al-quran dan hadits dalam memberikan bukti-bukti mengenai

argumentasinya tentang masalah-masalah keagamaan, soisal ekonomi, dan politik.

Al-quran merupakan sesuatu yang unik, Sesuatu yang berbeda dari tulisan

manapun baik mengenai gaya bahasa maupun dari kandungan isi dan maknanya.

Tak ada satupun manusia di muka bumi yang dapat membuat tulisan yang seperti

atau sama dengan al-quran. Salah satu buktinya adalah bagaimana keindahan al-

Quran dibaca dengan penuh kegembiraan dan penuh penghormatan oleh

pembacanya.

Al-quran juga memiliki daya tarik yang memuat berbagai informasi-

informasi yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah seperti ayat-ayat yang

bercerita mengenai seluruh kehidupan manusia berasal dari air, perputaran bumi

dan benda-benda langit yang sesuai dengan teori ilmu pengetahuan astronomi dan

masih banyak lagi ayat-ayat al-quran yang sejalan dan menjadi sumber rujukan

dari pada ilmu pengetahuan modern.

Sementara hadits atau sunnah, Orang-orang Pesatuan Islam (Persis)

menggambarkan sebagai “ucapan Nabi, prilaku Nabi, dan prilaku sahabat yang

17 Howard M. Federspiel, Labirin Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan PERSIS di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1957). Penerjemah Ruslani dan Kurniawan Abdullah. h. 172-173.

Page 44: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

35

hidup pada masanya yang disepakati oleh Nabi. Dalam urusan yang berkaitan

dengan permasalahan keagamaan seperti ibadah (shalat, shaum, haji dan

sebagainya), atau ucapan dan tindakan Nabi yang menjadi landasan prilaku dalam

menjalankan kewajiban-kewajiban keagamaan. Serta diluar masalah ritual ibadah

di atas seperti prilaku personal Nabi dalam urusan-urusan keduniawian.18

2. Nahdlatul Ulama (NU).

Nahdlatul Ulama adalah suatu jam’iyyah diniyyah Islamiyyah (organisasi

keagamaan Islam) yang didirikan di Surabaya pada 16 Rajab 1344 H atau

bertepatan dengan 31 Januari 1926 M. berakidahkan faham Ahlusunnah wal

Jama’ah dan menganut salah satu empat mazhab besar, Hanafi, Maliki, Syafi’i

dan Hanbali. Kegiatannya ditujuakan pada pengembangan agama Islam dengan

memperbanyak tabligh, pendidikan, agar umat Islam sadar kembali akan

kewajibannya terhadap agama, bangsa, dan tanah air sehingga mereka dapat

beramal sebagaimana mestinya.

Ada beberapa faktor secara langsung maupun tidak langsung melatar

belakangi lahirnya organisasi Nahdlatul Ulama ini diantaranya: gerakan

pembaharuan yang terjadi di Mesir dan sebagian Timur Tengah lainnya dengan

munculnya gagasan Pan-Islamisme yang di pelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani

untuk mempersatuakan seluruh dunia Islam. Sementara di Turki bangkit gerakan

nasionalisme yang kemudian meruntuhkan Khilafah usmaniyyah.19

18Ibid., h. 174. 19Ahmad Zahro, Tradisi Intelektual NU, (Yogyakarta: LKiS,2004), h. 15.

Page 45: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

36

Organisasi Nahdlatul Ulama dibangun dengan dua maksud, yang pertama

untuk mengimbangi komite khilafat yang secara berangsur-angsur jatuh ke tangan

para pembaharu. Kedua untuk berseru kepada Ibnu Sa’ud penguasa baru tanah

Arab, Agar kebiasaan agama secara tradisi dapat diteruskan.20

Jika di Mesir dan Turki gerakan pembaharuan Islam terjadi karena

kasadaran umat Islam sendiri atas ketertinggalan mereka dari dunia barat dari

berbagai aspek kehidupan dan di arab gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh

wahabi terjadi karena kesadaran internal umat Islam atas perusakan tauhid

dikarenakan mereka menganggap sistem hukumnya telah di hinggapi oleh unsur-

unsur churafat dan kemusyrikan, sedangkan di Indonesia hal serupa terjadi guna

memajukan umat seperti berdirinya organisasi kebangsaan dan keagamaan Budi

Utomo, Sarekat Islam, dan Muhammadiyyah.

Beberapa alasan diatas memberikan motifasi pada para pemuda Islam

Indonesia untuk mendirikan suatu organisasi keagamaan yang bebasis pada

pengembangan umat secara khusus dalam bidang pendidikan dan dakwah, seperti

mendirikan Nahdlatul Wathan (kebangkitan tanah air) yang didirikan oleh Mas

Mansur yang baru pulang dari Mesir dan begitu pun Wahab Hasbullah mendirikan

Taswirul Afkar (potret pemikiran) sekembalinya dari luar negri.

Pada wadah ini terjadi diskusi-diskusi hangat antara Mas Mansur dengan

Wahab Hasbullah mengenai berbagai permasalahan. Wahab Hasbullah selain aktif

dalam gerakan pemuda, Ia juga aktif dalam Islam Studie Club yang didirikan oleh

20 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 242.

Page 46: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

37

Dr. Sutomo. Diskusi-diskusi hangat tadi dicemari dengan perdebatan-perdebatan

prihal masalah-masalah khilafiyah dalam Islam, mengenai bidang tauhid dan fiqh.

Fase selanjutnya adalah masa-masa terjadinya perbedaan dan perdebatan antara

kaum tradisionalis (Wahab Hasbullah dan kawan-kawan) dengan kaum reformis

(Ahmad Soorkati pendiri al-Irsyad dan Ahmad Dahlan dari Muhammadiyyah).

Pengaruh diskusi-diskusi itu dapat dirasakan ketika umat islam harus

menghadapi kongres khilafat yang menggemparkan dunia Islam dan sempat

menyedot perhatian dari penjajah Belanda, Dikarenakan yang hadir pada kongres

tersebut adalah orang-orang yang memilik pengaruh besar pada umat Islam itu

sendiri seperti, Wahab Hasbullah, Tjokroaminoto, H.Agus Salim, Ahmad Dahlan,

Sangaji, Mas Mansur dan tokoh-tokoh penting lainnya. Hal ini ditakutkan Belanda

dikarenakan perhatian yang besar dari ulama-ulama Indonesia atas jatuhnya

kekholifahan Turki setelah perang dunia pertama dan berkuasanya Raja Ibnu

Sa’ud di kota Mekkah.

Semakin panas dan puncaknya pada kongres al-Islam yang terjadi di

Bandung, begitupun golongan pembaharu Islam, guna mempersiapkan undangan

yang dilayangkan pada umat Islam Indonesia oleh raja Sa’ud untuk menghadri

kongres di Mekkah. Terbukti pada kongres terakhir yang terjadi di Bandung

memutuskan untuk mengirim Tjokroaminoto dari Sarikat Islam dan Mas Mansur

dari Muhammadiyah ke Mekkah untuk menghadiri kongres. Sementara itu Abdul

Wahab atas nama kalangan tradisi memajukan usul-usul agar kebiasan-kebiasan

agama seperti membangun kuburan, membaca do’a seperti dalail al-khirat, ajaran

madzhab, dihormati oleh kepala negera Arab yang baru dalam negaranya,

Page 47: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

38

termasuk di Mekkah dan Madinah,21 namun hasil keputusan kongres di Bandung

itu tidak menyambut baik usulan-usulan yang diberikan, sehingga Abdul Wahab

dan tiga orang pendukungnya keluar dari komite khilfat, dan selanjutnya Abdul

Wahab berinisiatif untuk mengumpulkan ulama dari golongan tua untuk

melakukan rapat dan bersepakat untuk mendirikan suatu panitia yang disebut

Komite Merembuk Hijaz.

Komite Hijaz inilah yang selanjutnya menjadi cikal-bakal terbentuknya

Nahdlatul Ulama pada suatu rapat yang dilakukan di Surabaya pada tanggal 31

Januari 1926 yang dihadiri oleh K.H, Hasyim Asy’ari dari Tebuireng, Kiai Bisri

dari Jombang, Riduan dari semarang, Nawai dari Pasuruan, Asnawi dari kudus,

Nachrowi dari Malang, kholil dari Bangkalan dan lain-lain.22 Dari sinilah diambil

dua keputusan penting yang pertama: mengirim utusan ulama Indonesia untuk

menghadri kongres dunia Islam di Mekkah, untuk memperjuagkan hukum-hukum

ibadah dalam empat mazhab. Kedua: membentuk suatu organisasi atau Jam’iyyah

yang akan mengirim utusan itu yang kemudian atas usulan dari K.H Alwi Abdul

Aziz diberi nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) berdiri di Surabaya pada

tanggal 16 rajab 1344 H. hari itu juga dibentuk pengurus yang terdiri dari dua

badan, badan Suriah dan Tanfhidziah.23

Pengurus Suriah diketuai oleh Hasyim Asy’ari dengan gelar raisul akbar,

wakil ketua K.H Dahlan dan K.H Wahab Hasbullah sebagai katib atau sekretasis.

Sedangkan pengurus tanfhidziah terdiri dari ketua H. Hasan Dipo dan M Sidik

21Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, h. 243. 22L. Stoddard, Dunia baru Islam, h.325. 23Ibid., h. 326..

Page 48: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

39

sebagai penulis. Sebagai utusan ke Mekkah dikirim K.H Wahab Hasbullah dan

Syekh Ahmad Ganaim al-Amir al-Misri, yang kemudian membawa keputusan-

keputusan mengenai ibadah dan pengajian, serta tindakan untuk mencegah

pemerintah Saudi Arabia untuk meneruskan pengrusakan terhadap kuburan dari

keluarga Nabi Muhammad saw. Sebagai buktinya pemerintah Saudi Arabia

menjamin untuk menjalankan ibadah menurut mazhabnya masing-masing. Itu

tertuang dalam surat yang dilayangkan pemerintah Saudi Arabia pada Pengurus

Besar Nahlatul Ulama dalam suratnya no 2082 tanggal 13 Juni 1928.24

Dalam kesadaran nasional Nahdaltul Ulama (NU) tidak ketinggalan

dengan organisasi-organisasi lainnya akan kemerdekaan tanah airnya. Perbaikan

dalam penggunaan bahasa Indonesia sedikit demi sedikit di perbaiki dalam setiap

kongres yang dilaksanakan oleh kelompok ini, juga mendorong Indonesia agar

segera mempunyai parlemen. Selain itu dalam kongres organisasi ini juga kerap

membahas segala hal yang menyangkut hukum-hukum syar’i, tata-

kemasyarakatan, ketata-nagaraan. Karena itu maka terhadap ‘Guru Ordonansi’

NU juga menuntut pencabutannya karena itu tudak sesuai dengan perkembangan

bangsa Indonesia sendiri yang lebih banyak menuntut kebebasan dan kemajuan

zaman, menuntut pembebasan pajak yang berdasakan pada pekerjaan-pekerjaan

yang berhubungan dengan agama dan menutut penyediaan tempat-tempat

sembahyang di lokasi umum.25

24Ibid., h. 326. 25Ibid., h. 327.

Page 49: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

40

BAB III

DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN

A. Demografi dan Kependudukan

Kelurahan Mekarsari merupakan salah satu kelurahan yang berada pada

wilayah Kecamatan Cimanggis Kota Depok:

1. Luas wilayah Kelurahan Mekarsari adalah ± 374 Ha

2. Batas wilayah Kelurahan Mekarsari meliputi:

- Sebelah Utara : Kelurahan Pekayon Kecamatan Pasar Rebo Jakarta

Timur (DKI Jakarta),

- Sebelah Timur : Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas Jakarta

Timur (DKI Jakarta),

- Sebelah Selatan : Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis

Kota Depok,

- Sebelah Barat : Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota

Depok.1

Jumlah penduduk di Kelurahan Mekarsari sampai akhir bulan Desember 2010

tercatat 43.399 Jiwa, terdiri dari 11.275 kepala keluarga, jumlah penduduk

laki-laki sebanyak 22.109 jiwa dan perempuanm 21.290 jiwa.

1 Sumber Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

Page 50: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

41

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia :

Kelompok Antara 0-5

No Usia Penduduk

Persentase Laki – Laki Perempuan Jumlah

1 0 – 05 2.924 2.826 5.750 14%

2 06 – 16 3.546 3.410 6.956 16%

3 17 – 25 7.032 6.607 13.639 32%

4 26 – 55 8.304 7.978 16.282 38%

5 56 – Keatas 303 469 772 1%

Jumlah 22.109 21.290 43.399 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

Pada dasarnya penduduk pribumi Mekarsari merupakan suku bangsa

Betawi. Dari data diatas , jika komposisi penduduk dilihat berdasarkan umur 0-05

tahun sebanyak 5.750 atau sekitar 14%, penduduk dengan usia 06-16 sebanyak

6.956 orang atau sekitar 16%, penduduk dengan usia 17-25 sebanyak 13.639

orang atau sekitar 32%, penduduk dengan usia 26-55 cukup besar sekitar 38%

karena pada tingkat umur tersebut dapat dikatakan tingkat usia produktif, dan

penduduk pada tingkat usia 56-keatas hanya 772 orang atau hanya sekitar 1% saja.

Sementara pada tahun 2010 mobilitas penduduk pada masyarakat

Keluruhan Mekarsari tercatat angka kelahiran pada 2010 sebanyak 287 orang atau

sekitar 13%, sedangkan yang datang sebagai penghuni baru pada kelurahan ini

sekitar 859 orang atau sekitar 42%, sedangkan yang keluar dan pindah dari

kelurahan Mekarsari 736 atau sekitar 36%, sementara angka kematian pada tahun

2010 ada 187 orang atau sekitar 9%. Persentase angka penduduk yang datang

lebih besar disbanding yang lain, hal ini dimungkinkan karena secara geografis

Page 51: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

42

kelurahan Mekarsari berbatasan langsung dengan wilayah Jakarta sebagai daerah

satelit yang menunjang secara lansung perekonomian ibu kota.

Mobilitas Penduduk Tahun 2010 :

No. Mobilitas Penduduk Tahun 2010 Persentase

1 Lahir 258 Orang 13%

2 Datang 859 Orang 42%

3 Meninggal 187 Orang 9%

4 Pindah 736 Orang 36%

Jumlah 2040 Orang 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

B. Pendidikan

Usia Sekolah :

No. Usia Orang Persentase

1 06-12 Tahun 7.635 42%

2 13-16 Tahun 6.104 33%

3 17-20 Tahun 4.670 25%

Jumlah 18409 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

Pada usia 6-12 tahun jimlah penduduk yang digolongkan dalam usia

sekolah sebanyak 7.363 orang atau sekitar 42% pada usia ini penduduk

mengenyam pendidikan pada tingkat sekolah dasar, sedangkan pengolongan usia

dari kelompok usia 13-16 tahun sebanyak 6.104 orang atau sekitar 33% pada usia

ini penduduk mengenyam pendidikan pada tingkat SLTP dan SLTA, dan pada

usia 17-20 tahun usia sekolah masyarakat di kelurahan Mekarsari sebanyak 4.670

Page 52: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

43

orang atau sekitar 25% dan pada usia ini penduduk mengenyam pendidikan pada

tingkat perguruan tinggi.

Secara garis besar penduduk dikeruhan Mekarsari ini merupakan salah

satu kelurahan yang memiliki kesadaran yang akan pentingnya pendidikan

terbukti dari data dibawah penduduk yang tidak tamat sekolah hanya 9% saja,

penduduk yang tamat SD sebanyak 12%, tamat pendidikan tingkat SMP atau

Tsanawiyyah 12%, sementara penduduk yang tamat sekolah pada tingkat SLTA

sebanyak 37% yang merupakan angka yang signifikan apabila dibandingkan

dengan tingkat pendidikan yang lainnya, dan penduduk yang mengenyam

pendidikan tingkat strata 1 sebanyak 10% dan strata 2 hanya 2% saja.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan :

No Pendidikan Tahun 2010 Peresentase

1 Belum Sekolah 4958 Orang 11%

2 Tidak Tamat Sekolah 3918 Orang 9%

3 Tamat SD/MI 5128 Orang 12%

4 Tamat SLTP (SMP/Tsanawiyah) 5448 Orang 12%

5 Tamat SLTA (SMA/SLTA Kejuruan) 15885 Orang 37%

6 D1/D2/D3/D4 2893 Orang 7%

7 Sarjana Strata 1 4142 Orang 10%

8 Sarjana Strata 2 1027 Orang 2%

Jumlah 43399 Orang 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

Pada masyarakat kelurahan Mekarsari terdapat sarana pendidikan dengan

rincian, sekolah dasar negri sebanyak 7 buah, sekolah dasar swasta 3 buah,

sekolah menengah pertama negeri 2 buah, sekolah menengah pertama swasta 3

Page 53: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

44

buah, sekolah menengah atas swasta 1 buah, perguruan tinggi 1 buah, TPA 14

bauh, dan tempat kursus 14 buah.

Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 SD Negeri 7 Buah

2 SD Swasta 3 Buah

3 SMP Negeri 2 Buah

4 SMP Swasta 3 Buah

5 SMA Negeri -

6 SMA Swasta 1 Buah

7 Perguruan Tinggi 1 Buah

8 TPA 14 Buah

9 Tempat Kursus 4 Buah

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

C. Ekonomi

Usia Kerja :

No. Usia Orang Persentase

1 19-25 Tahun 7.549 22%

2 26-45 Tahun 19.274 57%

3 46-59 Tahun 7.066 21%

Jumlah 33.889 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

Pengolongan usia kerja pada usia 19-25 tahun sebanyak 7.547 orang atau

sekitar 22%, sedangkan pada usia 26-45 tahun sebanyak 19.274 orang atau sekitar

57%, jumlah yang cukup besar apabila dibandingkan dengan pengelompokan usia

Page 54: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

45

yang lainnya. Hal ini ini disebabkan pada usia 26-45 tahun merupakan usia

produktif pada masyarakat dalam bekerja. Sementara pada usia 46-59 tahun yang

bekerja sebanyak 7.066 orang atau sekitar 21%.

Pekerjaan Penduduk :

No Pekerjaan Tahun 2010 Peresentase

1 Pegawai Negeri Sipil 594 Orang 1%

2 TNI/POLRI 161 Orang 0%

3 Pensiunan 189 Orang 0%

4 Purnawirawan 52 Orang 0%

5 Pegawai Swasta 11319 Orang 26%

6 Dagang 265 Orang 1%

7 Tani 6 Orang 0%

8 Wiraswasta 726 Orang 2%

9 Pengrajin/Industri Kecil 11 Orang 0%

10 Jasa 5142 Orang 12%

11 Lainnya 24944 Orang 58%

Jumlah 43409 Orang 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

Ada beberpa sektor yang dominan pada pekerjaan penduduk di Kelurahan

Mekarsari. Penduduk yang bekerja sebagai pegawai swasta merupakan sektor

yang dominan dalam masyarakat kelurahan Mekarsari sekitar 26%, ini bukan hal

yang mustahil mengingat kelurahan Mekarsari merupakan salah satu daerah yang

berbatasan langsung dengan ibu kota. Kelurahan Mekarsari daerah satelit terdekat

dengan Jakarta. Yang memungkinkan warganya mencari kerja didaerah Jakarta

dan menjadikan kota Depok dan kelurahan Mekarsari sebagai tempat tinggalnya,

serta beberapa perusahaan yang berada dikelurahan Mekarsari. Penduduk yang

Page 55: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

46

bekerja pada sektor jasa sekitar 12%, wiraswasta 2%, pedagang 1% dan penduduk

yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil hanya sekitar 1% saja. Sementara

penduduk yang bekerja pada sektor lain dikelurahan Mekarsari sebanyak 58%.

D. Keagamaan

Agama dan Kepercayaan Penduduk :

No Agama dan Kepercayaan Tahun 2010 Peresentase

1 Islam 38799 Orang 89%

2 Protestan 2864 Orang 7%

3 Katholik 1396 Orang 3%

4 Hindu 66 Orang 0%

5 Budha 252 Orang 1%

6 Konghuchu 22 Orang 0%

Jumlah 43399 Orang 100%

Sumber: Kantor Kelurahan Mekarsari, 2010.

Umat Islam merupakan warga mayoritas di kelurahan Mekarsari bila dibanding

dengan agama-agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu, dari

data diatas merupakan ada perbedaan yang signifikan terhadap warga yang memeluk

agama Islam dengan agama yang lainnya. Serta hal ini diperkuat dengan fasilitas-fasilitas

agama-agama tersebut, perbedaan jumlah fasilitas agama Islam sangat signifikan dengan

fasilitas agama yang lainnya.

Pelayanan Kerukunan Beragama

No Sarana Ibadah Jumlah

1 Masjid 20 Buah

2 Musholla 22 Buah

Page 56: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

47

3 Gereja Katholik/Protestan -

4 Wihara -

5 Kelenteng -

6 Rekomendasi Pendirian tempat Ibadah -

7 Pesantren 2 Buah

8 Majelis Ta’lim 17 Buah

Sumber: Kantor Kelurahan Mekar Sari, 2010.

Mayoritas penduduk yang beragama Islam di kelurahan Mekarsari sejalan dengan

fasilitas keagamaan yang dimiliki. Jumlah sarana ibada umat Islam di kelurahan

Mekarsari seperti masjid sebanyak 20 buah, mushola 22 buah, majlis taklim 17 buah,

lembaga pendidikan Islam atau pesantren sebanyak 2 buah. Sementara sarana ibadah

agama lain di kelurahan Mekarsari tidak ada.

E. Struktur Kepemimpinan Masyarakat.

Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu

pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau

pengikut-pengikutnya). Sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana

dikehendaki oleh pemimpin tersebut.2

Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal Leadership) yaitu

kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan

karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan

kepemimpinan. Suatu perbedaan mencolok antara kepemimpinan resmi dengan

2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), h.318.

Page 57: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

48

yang tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi dalam

pelaksanaannya harus berada diatas landasan-landasan atau peraturan-peraturan

resmi. Sementara kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa

batas-batas resmi.3

Pada masyarakat Mekarsari ada dua tipe kepemimpinan, pertama

kepemimpinan yang bersifat formal yakni pemimpin yang mengelola

pemerintahan di daerah tersebut. Pemimpin tertingi adalah dipimpin oleh seorang

lurah yang berkantor di kelurahan yang terletak di daerah komplek graha hijau

dan lurah di bantu bebarapa stap diantaranya wakil lurah, sekretaris, serta di bantu

beberapa stap diantaranya Kasi Pemerintahan dan Trantib, Kasi Pembangunan dan

Ekonomi, Kasi Kemasyarakatan. Sementata itu untuk membantu dan

memperlancar tugasnya di daerah perkampungan lurah mengangkat seorang rukun

warga (RW) yang membawahi beberapa Rukun Tetangga (RT). Sedangkan tipar

Mekar sari merupakan salah satu daerah yang terbilang luas secara geografisnya

dibandingkan desa lain yang ada dikelurahan Mekarsari.

Sementara tipe kepeimpinan kedua adalah kepemimpinan informal yang

ada pada masyarakat tipar mekar Sari adalah tokoh-tokoh masyarakat, seperti

ustadz dan lain-lain, Sesoarang dapat dikatakan sebagi tokoh masyarakat ada

beberapa persyaratan yang tidak tertulis, seperti seorang yang memiliki karisma,

kesholehan, keilmuan (terlebih khusus pada ilmu-ilmu agama).

3Ibid., h. 319.

Page 58: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

49

Seorang ustadz pada masyarakat Mekar Sari memberikan peranan yang

penting dalam menjaga keseimbangan dilingkungan masyarakat. Pada tahun 2000

hingga 2010 ustadz yang berasal dari kalangan Nahdliyin (ustadz junaidi Alm)

Tipar Mekar Sari memberikan sedikit sumbangsih terhadap kestabilan dalam

meredam segala perbedaan yang mengarah pada perpecahan pada kelompok

Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU).

Dengan demikian dari aspek kepemimpinan ini terdapat dua tipe

kepemimpinan yang formal dan informal. Dua kepemimpinan ini saling

melengkapi antara satu dan lainnya, kepemimpinan formal terbentuk karena

pengakatan secara struktural sedangkan kepeminpinan informal terbentuk karena

sebuah penghargaan, atau konsesus bersama tentang seseorang yang memiliki

nilai lebih dibandingkan dengan warga masyarakat lain.

F. Profil kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU).

1. Persatuan Islam (Persis).4

Perkembangan kelompok atau organisasi Persatuan Islam di

Kelurahan Mekarsari berawal sekitar tahun 1980 dari sebuah perkumpulan

yang bersifat obrolan-obrolan ringan para perantau yang berasal dari sunda

(Ciamis dan Tasikmalaya), yang kemudian berlanjut pada taklim atau

pengajian membahas kitab Bulughul Marom dan lain-lain. Taklim atau

pengajian yang bersifat terbatas ini dilaksanakan di langgar/mushola Darul 4 Wawancara pribadi dengan HM, Depok, 5 juni 2011.

Page 59: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

50

Mukminin (yang sekarang menjadi Masjid Jami’ Darul Mukminin) yang

saat itu bangunan hanya sebatas pondasi dan berdindingkan bilik bambu

saja.

Haji Sholihin (Alm) seorang pensiunan Purnawirawan adalah

merupakan salah satu pembawa gagasan faham keagamaan Persatuan Islam

di Kelurahan mekar Sari yang berasal dari Ciamis, dengan inisiatifnya lah

taklim/pengajian yang membahas tantang kejamiyahan Persis di mulai.

Mengingat trek record dari beliau sebagai seorang pensiunan membantu

memudahkan “dakwah” Persis yang menarik perhatian seorang hartawan

dari Jakarta yang merupakan relasi dari beliau. Setiap pengajian dan

kegiatan yang diselenggarakan Persis saat itu di hadiri beliau. Kehadiran

beliau bukan tanpa arti, setiap keadatangan beliau menarik perhatian warga

lain karena pasti beliau memberikan sumbangan terhadap masyarakat seperti

memberikan kitab-kitab agama, bahkan beliau memberikan santunan

terhadap ustadz-ustadz diluar Persis.

Berlanjut sekitar tahun 1986 kegiatan Persis mulai sedikit berani dan

berkembang, taklim yang lebih besarpun diadakan dengan mengundang

ustadz-ustadz besar dari golongan Persis sendiri yang berasal dari pimpinan

Pusat di bandung seperti Ustadz Aceng Zakaria, Ustadz Entang Muchtar dan

lain-lain. Dalam beberpa hal sosialisasi jam’iyyah persis ini bukan tanpa

halangan.

Page 60: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

51

Dengan semangat kejamiyyahan H.Sholihin berinisiatif untuk

mendirikan pimpinan cabang Persatuan Islam Cimanggis yang terletak di

Kelurahan Mekar Sari. Bermodalkan anggota saat itu sebanyak 20 orang

saja. Sementara peraturan jam’iyyah pusat menyebutkan baru dapat

membentuk pimpinan cabang minimal memiliki anggota sebanyak 25

orang5 seperti mendapatkan rukhsoh dari pimpinan pusat di Bandung

akhirnya terbentuklah cabang Persatuan Islam Cimanggis yang di lantik

pada tahun 2000 oleh pimpinan persatuan Islam Daerah Bogor di Citereup.

Pada periode awal setelah terbentuknya pimpinan cabang Persatuan

Islam, terpilih lah Haji Ma’mun sebagai ketua hingga tiga periode (masa

jabat pimpinan cabang Persis selama 3 tahun, pimpinan daerah Persis 4

tahun, dan pimpinan pusat Persis 5 tahun)6. Pada masa kepemimpinan Haji

Ma’mun ini mengumpulkan kader-kader yang berserakan di Cimanggis dan

di Mekar Sari pada khususnya. Serta membangun infrasrtuktur yang

menunjang kegiatan jam’iyyah. Pada periode kepemimpinan beliau

pembuatan sekretariat serta majlis yang berstatus milik jam’iyyah Persatuan

Islam dapat terealisasi. Pada periode terakhir masa jihad 2009 hingga 2011

dipimpin oleh Haji Uba. Pimpinan cabang Persatuan Islam Cimanggis

membawahi beberapa organisasi, seperti pemuda dan pemudi Persatuan

Islam, Badan otonom Persatuan Islam Persistri (Persatuan Islam Istri)

Cabang Cimanggis.

5 Qanun Asasi Qanun Dakhili Persatuan Islam. 6 Qanun Asasi Qanun Dakhili Persatuan Islam.

Page 61: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

52

Program kerja pimpinan cabang Persatuan Islam (Persis) Cimanggis.

1. Penasehat : Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan Program di Cabang.

2. Ketua

3. Wakil Ketua: Melaksanaan Tugas dan Penanggung Jawab menegemen

jam’iyyah di pimpinan Cabang, mengkoordinasikan dan memotivasi semua

Ka. Bidgar unit merealisasikan program kerja.

4. Sekretaris: Mengelola, melengkapi dan menata administrasi kesekretariatan,

menjalin Komunikasi antar stap pimpinan.

5. Bendahara; menyusun RAPB cabang membuat buku IZIT (iuran, Zakat,

Infaq, dan Tabungan), memotivasi pemasukan dana, menyediakan

fasilitas,Membuat laporan keuangan.

6. Bidgar SDM dan Organisasi: Mengoptimalisasikan pembinaan anggota,

meningkatkan kualitas SDM, mendata anggota setiap tahun, mewujudkan

adanya pemuda/i Persis cabang Cimanggis.

7. Bidgar Pendidikan: Mengembangkan Diniyah Ula, Tarbiyatus Sholhin,

Meningkatkan Kualitas SDM, Mengembangkan SDIT Bina Auladi,

Meningkatkan kualitas SDM.

8. Bidgar Dakwah: Pembinaan calon Mubaligh, Pelaksanaan Dakwah secara

optimal, Pembinaan Pemuda/i Persis.

Page 62: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

53

9. Bidgar Haji: Mendata yang akan dan telah Ibadah Haji dan Umroh,

Menyebarkan Informasi tantang Haji da Umroh melalui KBIH Persis,

Meningkatkan kualitas alumni Haji.

10. Bidgar Perwakafan: Mendata Wakaf, Mengelola Wakaf, Mengurus

Administrasi Wakaf, Memotivasi Gerakan Wakaf.

11. Bidgar Perzakatan. Sosialisasi ZIS, Mengupdate daftar Muzaki dan

Mustahik.

12. Bidgar Sosial dan Ekonomi: Bakti Sosial Anggota, Mengembangkan

Ekonomi, Tabungan Hewan Kurban, lain-lain.

2. Nahdlatul Ulama (NU).7

Warga Nahdlatul Ulama di Mekar Sari tidak memiliki struktur

seperti halnya kelompok Persatuan Islam (Persis), akan tetapi dalam

kenyataan dilapangan mayoritas warga di Mekarsari memegang teguh

prinsif-prinsif Nahdlatul Ulama dan beribadah bermadzhabkan syafi’i.

Gagasan dengan prilaku Nahdlatul Ulama (NU) ini di bawa dan

diajarkan oleh ustadz, guru atau anggota masyarakat yang pernah

mengeyam pendidikan di pesantren-pesantren yang berafiliasi dengan

Nahdlatul Ulama seperti Tebu Ireng, Asyhafi’iyah dan lain-lain.

Pada dasarnya pimpinan cabang Nahdlatul Ulama (NU) berada

dikelurahan cisalak yang bebatasan langsung dengan kelurahan Mekarsari,

7 Wawancara pribadi dengan HZ, Depok, 5 Juni 2011.

Page 63: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

54

hal ini berimbas langsung pada masyaraakat di kelurahan Mekarsari.

Beberapa pengurus Nahdlatul Ulama (NU) tersebut tinggal di kelurahan

Mekarsari dan mengajar dan memiliki jadwal tetap dalam mengisi pengajian

pada masjid atau majlis taklim dimasyarakat sehingga dimungkinkan

masyarakat mengikuti prinsif-prinsif beragama dengan dasar kelompok

Nahdlatul Ulama (NU).

Para ustadz, guru, atau anggota masyarakat yang pernah

mengeyam pendidikan pesantren ini memberikan sumbangsih terhadap

pemantapan prilaku ke Nahdliyian, terlebih salah seorang dari anggota

masyarakat berposisi sebagai ketua Nahdlatul Ulama dan menjabat di Majlis

Ulama Indonesia (MUI) Depok.

Gagasan dengan prilaku Nahdlatul Ulama (NU) dominan dibawa

dan disebarkan oleh keluarga ustadz Junaidi (Alm) yang pernah mengenyam

pendidikan pesantren didaera Bogor serta adik-adik beliau yang juga

merupakn guru atau ustadz bagi warga nahdliyin yang di Mekarsari yang

juga memiliki dasar pendidikan di pesantren dan juga pernah mengeyam

pendidikan sekolah tinggi di IAIN Jakarta.

Setelah meninggalnya ustadz Junaidi dakwah dan pengajian atau

majlis taklim yang memperkuat keyakinan beragama dengan prinsif-prinsif

Nahdlatul Ulama (NU) dilanjuntkan oleh H. Zahrudin yang merupakan adik

dari beliau, serta oleh K.H Makmur yang merupakan teman seperjuangan

dari ustad Junaidi (Alm).

Page 64: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

55

BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN

A. Sumber-Sumber Konflik Kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdaltul

Ulama (NU)

Beberapa faktor yang menyebabkan konflik terjadi di masyarakat

Mekarsari adalah bersumber pada interpretasi dan perbedaan masyarakat tentang

pemahaman keagamaan, terutama setelah kelompok Persatuan Islam masuk dan

mulai berkembang di lingkungan tersebut karena warga nahdliyin dapat dikatakan

lebih dulu ada dan berkembang di lingkungan masyarakat Mekarsari. Beberapa

sumber konflik yang menjadi perdebatan kelompok Persatuan Islam (Persis) dan

warga nahdliyin yang bersumberkan pada pemahaman keagamaan diantaranya

adalah:

1. Pengurusan Jenazah.

Bagi orang-orang nahdliyin pengurusan jenazah selain

memandikan dan mensholati mayit, mereka juga mengenal adab

memuliakan jenazah dengan mendoakan mayit dengan cara mengajikan

(membacakan al-quran) di hadapan mayit, mengadzani mayit saat di

liang lahad sebelum dikuburkan, tidak demikian dengan keyakinan

dengan orang-orang Persatuan Islam (Persis), mereka tidak

menjalankan selain dari pada memandikan, menyolatkan, dan

mengantarkan mayit hingga sampai makam. Bagi orang-orang

Persatuan Islam diluar pada pelaksanaan yang di yakininya dalam

Page 65: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

56

urusan pengurusan jenazah ini dianggap sebagai sesuatu yang bid’ah.

Seperti dituturkan oleh seorang informan (47 tahun) warga nahdliyin:

“Satu contoh misalnya seperti pada saat ustadz junaidi (Alm) meninggal mereka hanya mensholati, mengantarkan, dan selebihnya tidak melakukan apa-apa, sementara kita melakukan doa bersama untuk almarhum”.1

2. Selametan atau tahlilan (mendo’a kan mayit setelah dimakamkan)

Bila seseorang meninggal, maka anggota keluarga terdekatnya

mengadakan sebuah ritual yang disebut dengan selametan. Ritual ini

biasanya dilakukan pada malam hari, ritual selametan atau tahlilan ini

dilakukan hingga tujuh hari kedepan, empat puluh hari, seratus hari, dan

haul kematian memperingati kematian mayit yang sudah setahun

meninggalkan keluarga. Biasanya pada ritual selametan ini disugukan

makanan cemilan, rokok, dan lain-lain, dan setelah acara tahlilan selesai

para peserta selametan atau tahlilan ini mendapatkan bingkisan yang

mereka sebut sebagai “besek”.

Konflik kembali terjadi bagi orang-orang Persatuan Islam ini

tidak dapat dibenarkan karena tidak bersumberkan pada hadits, karena

semasa hidupnya Nabi tidak melaksanakan ritual selametan ini.

Terlebih memberikan makan kepada peserta tahlilan yang dianggap

terbalik dengan keyakinan orang Persatuan Islam (Persis) yang

seharusnya ikut berduka dan membantu secara materi justru berbalik

dengan mengeluarkan uang untuk kepentingan selametan atau tahlilan

1Wawancara Pribadi dengan AH, Depok, 6 Juni 2011.

Page 66: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

57

tersebut. Seperti yang di jelaskan seorang informan (43 tahun) yang

merupakan salah seorang ustadz dari warga nahdliyin:

“Orang-orang Persis itu tidak tahu, sebenarnya dibalik itu semua keluarga mayit sangat senang apabila di kirimi doa, berupa tahlil. Argument mereka tidak berdasar dan mengakar, mereka tidak akan pernah datang saat diundang pada acara tahlilan, dikirimi makanannya pun menolak. Mereka tidak pernah tahu bahwa makanan yang paling nikmat adalah makanan yang telah di doakan, bagi keluarga yang ditinggal tidak ada sejarahnya sampai menjual rumah atau tanahnya untuk keperluan tahlilan ini, seperti anggapan yang sering di lontarkan orang-orang Persis”.2

Hal serupa juga terjadi pada salah satu keluarga warga nahdliyin

seperti yang di tuturkan oleh seorang informan (24 tahun) yang

kebetulan salah seorang dari kakaknya menjadi anggota jam’ah

Persatuan Islam dikarenakan menikah dengan salah seorang anggota

jama’ah tersebut

“Dulu saat orang tua kami meninggal abang gak datang waktu diadakan acara tahlilan, keesokan harinya baru datang dan dia berkata dari pada buat masak dan dikasihin ke orang-orang itu mubazir, lebih baik kumpulin duit dan dikasihin ke anak-anak yatim piatu, jelas-jelas lebih bermanfaat”.3

3. Maulid Nabi Muhammad S.A.W.

Bagi orang-orang nahdliyin masyarakat Mekarsari perayaan

kelahiran Nabi Muhammad S.A.W adalah sesuatu yang sakral dan pasti

dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada tanggal 12 Dzulhijah, atau

tanggal lain pada bulan tersebut. Seperti di tuturkan informan (47

tahun)

2 Wawancara Pribadi dengan UZ, Depok, 7 Juni 2011. 3 Wawancara Pribadi dengan SRF, Depok, 8 Juni 2011.

Page 67: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

58

“Kami tidak peduli apa yang sering dikatakan mereka (jam’ah Persatuan Islam) yang menganggap pelaksanaan maulid Nabi sesuatu yang bid’ah, mereka tidak tahu apa inti dari perayaan ini, mereka tidak memahami kenapa kami melaksanaan maulid nabi ini. Bagi kami perayaan Maulid ini mengandung makna perenungan atas pengorbanan dan jasa seorang Nabi yang berjuang memperjuangkan agama Allah, dan didalam perayaan ini terkandung makna syi’ar Islam yang luas, yang tidak hanya menjakau anggota organisasinya saja melainkan seluruh umat Islam pada umumnya”.4

4. Mengirimkan surah al-Fatihah bagi sodara-sodara muslim yang lebih

dulu meninggalkan mereka.

Penafsiran berbeda tentang hadits “idza maata ibnu adama

inkothoa amaluhu illa min tsalasin, shodaqotin jariyatin au ilmin

yuntafaubihi au waladin sholihin”. Perdebatan tentang orang lain yang

menigrimkan surah al- Fatihah bagi orang-orang Persatuan Islam

sesuatu yang tidak akan pernah sampai karena amalan yang akan

diterima hanya sebatas pada doa anak yang sholeh. Sedangkan

pemahaman bagi orang-orang nahdliyin siapa saja yang dengan ikhlas

mendoakan orang-orang terdahulu yang terlebih dulu meninggalkan

mereka adalah sesuatu yang baik dan mustahil bagi Allah tidak

mengabulkan do’a orang-orang yang mendoa’akan bagi almarhum,

seperti yang dituturkan oleh informan (58 tahun) yang merupakan salah

seorang ustadz dari warga nahdliyin:

“Makna pada hadits waladun sholihun di tunjukan bukan hanya berasal dari keluarga senasab atau anak kandung saja, Karena bila ditunjukan bagi anak kandung dalam kaidah bahasa Arab

4 Wawancara Pribadi dengan AH, Depok, 6 Juni 2011.

Page 68: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

59

semestinya penggunaan bahasanya dalam hadits tersebut ibnun sholehun atau bintun sholehatun’’.5

5. Adzan dua kali saat pelaksanaan sholat Jum’at.

Bagi orang nahdliyin adzan dua kali sesuatu yang di contohkan

oleh Nabi Muhammad saw dahulu. Sementara pendapat orang Persis

adzan dua kali yang di contohkan Rasulullah dahulu karena ada

beberapa hal, ketika adzan pertama dilakukan di dalam masjid

sementara orang-orang masih diluar melaksanakan kegiatannya masing-

masing dan di dalam masjid jama’ah masih terlihat sedikit dengan

keadaan demikian Rasul memerintahkan sahabat untuk melakukan

adzan yang kedua tetapi dilakukan di luar masjid dengan maksud untuk

mengingatkan para jama’ah sholat jum’at yang masih melakukan

kegiatannya. Argumentasinya pada zaman sekarang fasilitas pengeras

suara sudah tersedia yang memungkinkan apabila adzan dengan

menggunakan pengeras suara akan menjamah seluruh daerah yang ada

disekitar masjid, jadi tidak mesti pada saat ini adzan dilakukan dua kali

sebelum khotib mayampaiakan khutbah jum’atnya.

6. Pelaksanaan doa qunut setiap sholat subuh.

Bagi warga Persatuan Islam mendoakan para pejuang Allah

dibelahan bumi lain yang sedang berjihad tidak mesti dilakukan pada

sholat subuh saja, serta redaksi do’a qunut yang selalu dan biasa di

bacakan warga nahdliyin pada sholat subuh pada umumnya berbeda.

5 Wawancara Pribadi dengan KHM, Depok, 8 Juni 2011.

Page 69: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

60

Sementara orang-orang Persatuan Islam pernah melaksanakan qunut

dilakukan pada sholat berjama’ah maghrib dan isya, saat jama’ah

banyak dan dengan redaksi do’a qunut yang berbeda pada umumnya

7. Mengangkat tangan saat berdo’a.

Jama’ah Persatuan Islam menganggap kedudukan Hadits rof’ul

yadain fi du’a tidak sampai pada derajat shohih, sehingga pada

pelaksanaannya jama’ah Persatuan Islam (Persis) tidak mengangkat

tangan mereka saat berdo’a, terkecuali pengkhususan pada sholat

meminta hujan (istisqho). Sementara tidak demikian dengan Warga

nahdliyin mengangkat tangan selalu dilakukan apabila sedang

melakukan do’a. seperti dituturkan oleh informan (51 tahun)

“Sebetulnya logikanya sangat sederhana, bagaimana kita lihat seorang anak ketika meminta uang kepada orang tuanya, anak itu pasti “nadangin” tangannya. Begitupun kita bila kita meminta apalagi pada yang Menciptakan kita”.6

8. Mengeraskan suara saat berdoa’a setelah shalat berjama’ah.

Hal yang biasa dan kerap ditemui di masjid-masjid atau mushala

di Indonesia termasuk hasil pengamatan peneliti yang melakukan sholat

di masjid di tempat penelitian dilakukan, mengeraskan do’a setelah

sholat berjama’ah sesuatu yang biasa dilakukan, hal ini yang kemudian

menjadi salah satu bahan kritikan bagi warga nahdliyin yang

dilayangkan oleh jama’ah Persatuan Islam (Persis) menurutnya cara

demikan tidak pernah di contohkan oleh rasulullah saw dan sahabatnya.

6 Wawancara Pribadi dengan MRF, Depok, 5 Juni 2011.

Page 70: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

61

Rasulullah mencontohkan berdo’a dengan rincian membaca

Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan Allahu akbar 33 kali

dan digenapkan dengan membaca Laa ilaaha illallah. Suara keras saat

berdo’a di takutkan orang-orang persatuan Islam (Persis) menggangu

orang lain yang shalatnya terlambat atau masbuq. Dengan dalil al-

Quran (QS. Al-‘Araf: 2005) yang intinya adalah berwirid dan berzikir

itu hendaknya penuh kekhusyu’an dan dengan suara yang pelan dan

penuh rasa takut dan pelan.

9. Melaksanakan wiridan dengan menggunakan tasbih.

Melakukan wiridin dengan menggunakan tasbih sesuatu yang

biasa dilakukan oleh warga nahdliyin akan tetapi hal ini tidak demikian

dengan warga jama’ah Persatuan Islam. Bagi warga Persatuan Islam

rasulullah tidak menggunakan media apapun dalam melakukan wirid

kecuali dengan hanya denga jari-jemari tangan kanannya saja. Seperti di

tuturkan oleh seorang informan 51 Tahun:

“Pada zaman Rasulullah saw ada yang menggunakan seperti tasbih akan tetapi jumlahnya tidak 33 seperti tasbih yang ada seperti sekarang ini melainkan 1000 buah, kalau memang mau konsisten seharusnya mereka (warga Nahdliyin) menggunakan media yang sama dan dengan jumlah yang sama”.7

10. Jumlah raka’at dalam sholat tarawih pada malam bulan ramadhan.

Perebedaan yang mencolok mengenai jumlah raka’at ini

menyebabkan tidak mungkin kedua kelompok ini melakukan sholat

7Wawancara Pribadi dengan AS, Depok, 15 Juni 2011.

Page 71: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

62

terawih secara berjama’ah, bagi orang-orang nahdliyin mereka

melakukan sholat tarawih dengan jumlah 23 raka’at dengan 2 raka’at

sampai sepuluh kali salam dan di lanjutkan dengan 3 raka’at witir,

sementara jama’ah Persatuan Islam melaksanakan sholat tarawih

dengan 11 raka’at dengan dengan 4 raka’at hingga 2 kali salam dan

dilanjutkan dengan 3 raka’at sholat witir.

11. Memberikan kebebasan pada orang yang baru belajar untuk menjadi

imam sholat pada orang-orang Persis.

Sementara pada prinsipnya warga nahdliyin hanya mau diimami

oleh orang-orang tertentu yang memiliki kapasitas, dan kapabilitas

dalam urusan agama. Seperti yang kembali di utarakan informan (43

tahun):

“Pernah satu ketika saya diimami oleh salah seorang anggota jama’ah Persatuan Islam, saya tahu kapasitas dari orang tersebut dalam urusan agama. Walaupun saya berdiri sebagai makmum dalam sholat tersebut akan tetapi saya meniatkan sholat saya sendiri, karena saya hanya mau diimami oleh orang-orang yang fasih dalam bacaannya, faham dalam urusan agama, kasarnya paling tidak saya mengagap harus keilmuannya diatas saya”.8

Sehingga bukan tidak mungkin dalam pelaksanaan sholat

berjama’ah selalu di imami oleh orang yang sama, seperti pengamatan

yang di lakukan oleh peniliti yang ikut sholat berjama’ah di masjid

milik warga Nahdlatul Ulama dalam sholat maghrib dan isya selalu di

imami oleh imam yang sama.

8 Wawancara Pribadi dengan UZ, Depok, 6 Juni 2011.

Page 72: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

63

12. Pelaksanaan sholat Gerhana.

Sholat gerhana bagi orang-orang nahdliyin bukan sesuatu yang

masyhur untuk di laksanakan, akan tetapi tidak demikian dengan warga

Persatuan Islam (Persis) setiap gerhana terjadi para warga Persatuan

Islam melaksanakan sholat gerhana dengan sunnah-sunnahnya seperti

melaksanakan sholat gerhana, bertakbir, mendengarkan khotbah, dan

bershodaqoh. Biasanya pelaksanaan sholat gerhana ini dilakukan secara

berjama’ah di lakukan di masjid dan dengan menggunakan pengeras

suara. Ini salah satu yang menjadi sumber besar konflik yang terjadi

pada masyarakat sebagaimana telah disebut pula di atas.

13. Penggunaan sayyidina untuk menyebutkan Nabi Muhammad saw

dalam sholawat,

Bagi warga nahdliyin tidak ada salahnya memuliakan Rasulullah

dengan mambahkan sayyidina, karena itu merupakan salah satu cara

memuliakan, menteladani, pribadi yang dicintainya. Namun bagi

jama’ah Persatuan Islam dalam haditsnya Rasulullah tidak

menggunakan redaksi sayyidina, dan menganggap penambahan kata

sayyidina dalam sholawat sesuatu yang ditambah-tambahkan.

Selain faktor diatas ada beberapa faktor lain yang kerap menjadi konflik

antara jama’ah Persatuan Islam dengan warga nahdliyin diantaranya adalah

perdebatan mengengenai konsep ahlu sunnah wal jama’ah. Pada dasarnya kedua

organsisai ini merupakan kelompok yang mendeklarasikan sebagai ahlu sunnah

Page 73: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

64

wal jama’ah hanya saja dalam mengaplikasikan ajaran agama ada perbedaaan

dalam mengartikulasikan sebuah dalil dengan argumentasinya masing-masing.

Seperti yang di tuturkan seorang informan (54 tahun).

“Semestinya pemahaman agama itu berasal dari atas baru kebawah (harus mencari sumber yang utama yaitu al-Quran dan dari sunnah Nabi Muhammad baru di perkuat dengan perkataan sahabat dan berlanjut pada ulama-ulama setelahnya) itu kiranya yang menjadi dasar penafsirann bagi kami. Yang saya liat pada umumnya warga nahdliyin mengembangkan pemahaman keagamaan berasal dari bawah baru keatas (mencari dalil dari ulama-ulama klasik) dan belum tentu mencari dalil sunnah nabi. Sehinga dalam kenyataannya bagi kami melihat itu tidak sesuai dengan sunnah nabi Muhammad karena nabi Muhammad tidak pernah mencontohkan dan tidak ada hadits yang memperkuatnya”.9

Faktor lain yang meyebabkan konflik walaupun tidak dominan adalah

motif status ekonomi, Status ekonomi warga Persatuan Islam berada diatas atau

lebih apabila dibandingakan dengan warga nahdliyin yang ada Mekarsari. Warga

jama’ah Persatuan Islam dapat dikatakan berekonomi menengah keatas dan

sebaliknya bagi warga nahdliyin menengah kebawah. Kesuksesan dakwah

jama’ah Persatuan Islam ditunjang dengan ekonomi yang baik pula di daerah

tersebut. Sebagai indikasinya berbagai fasilitas dibangun oleh warga jama’ah

Persatuan Islam melalui sumbangan bersama para jama’ahnya, Pembangunan

fasilitas tersebut termasuk mushola dan majlis berdekatan dengan masjid bukan

tanpa alasan karena dalam beberapa kegiatan pelarangan warga nahdliyin kepada

jama’ah Persatuan Islam untuk menggunakan fasilitas-fasilitas yang sudah ada

yang nota bene merupakan aset warga nahdliyin. Seperti dituturkan oleh informan

(43 tahun).

9 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 Juni 2011.

Page 74: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

65

“Orang-orang Persis isrof dalam membangun fasilitasnya, lihat saja membangun majlis dan mushola dengan bahan-bahan bangunan dan bentuk bangunannya menelan biaya yang tidak sedikit. Hanya karena salah seorang dari jama’ah mereka seorang kontraktor. Seharusnya dana yang besar tersebut dapat digunakan pada hal-hal yang lebih penting di banding sekedar membangun. Kami bukan berarti tidak bisa membangun seperti itu, kami mempertimbangkan azas manfaat pengguanaannya saja jangan sampai mubazir dan saya melihatnya cenderung jatuh pada Isrof”.10

B. Kasus-Kasus Konflik

Pada tahun 2000 hingga 2010 kasus konflik Persatuan Islam (Persis) dan

Nahdlatul Ulama (NU) relatif tidak sekeras tahun delapan puluhan saat pertama

kali orang Persatuan Islam (Persis) masuk dan melakukan taklim dan

pengajiannya. Seperti dituturkan seorang informan (54 tahun).

“Saya ingat saat pertama kali melakukan taklim dan pengajian di mushola darul mukminin bersama sekitar 4 orang tiba-tiba lampu mushola mati mendadak, dan kami tahu siapa yang mematikan lampu saat kami taklim, mereka orang-orang nahdlyin yang tidak senang dengan taklim dan pengajian yang kita laksanakan”.11

Dari mulai kejadian tersebut mulai memberikan batas-batas yang jelas

antara kelompok Nahdlatul Ulama dengan Persatuan Islam, terlebih saat-saat

mulai berkembangnya jumlah orang dalam taklim dan pengajian tersebut serta

menarik beberapa penduduk pribumi untuk ikut serta dalam taklim dan pengajian

yang dilakukan oleh orang-orang Persatuan Islam. Melihat kenyataan demikian

pergerakan orang-orang Persatuan Islam (Persis) terbilang cukup berani seperi

dituturkan seorang informan (54 tahun).

10 Wawancara Pribadi dengan UZ, Depok, 7 juni 2011. 11 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011.

Page 75: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

66

“Kami pernah meminta izin pada pengurus mushola darul mu’minin untuk melaksanakan sholat gerhana untuk yang pertama kalinya di daerah sini, kami mendapatkan izin tersebut dan pada malam harinya sekitar jam 2 kita mulai melaksanakan sholat gerhana bersama dengan sunnah-sunnahnya. Keesokan harinya mereka membicarakan kami, kami di anggap sebagai “agama baru” karena takbiran malam-malam, sedangkan yang mereka fahami takbiran dilakukan hanya pada malam idul adha dan idul fitri saja”.12

Pada tahun dua ribuan kasus-kasus konflik relatif mereda mengingat

kebersamaan mereka dalam membangun mushola menjadi masjid Jami’ Daarul

Mu‘minin serta seorang tokoh, ustadz, serta ketua DKM bernama Junaidi (Alm)

yang berusaha memberikan pengarahan, pendidikan pada warga nahdliyin bahwa

Persatuan Islam merupakan saudara mereka.

Konflik dan sikap keras kembali terjadi pada jama’ah Persatuan Islam

setelah meninggalnya Ustadz Junaidi pada awal tahun 2011. Kepengurusan masjid

Jami’ Daarul Mu’minin dipimpin warga nahdliyin yang lain. Seperti dituturkan

oleh informan (54 tahun).

“Pada pelaksanaan sholat gerhana terakhir, belum lama ini ada sedikit sikap dari ketua DKM masjid Jami‘ Daarul Mu’minin yand sedikit keras terhadap kami. Saat kami sedangkan melakukan takbir beliau mebunyikan musik keras-keras pada tengah malam berbarengan dengan kami melaksanakan sholat gerhana, sementara posisi rumah beliau dengan masjid hanya beberapa meter saja. Pasti kami merasa tergangu, kami di bantu salah seorang warga nahdlyin yang sedikit menerima kami berinisiatif melaporkan Ke RT dan berlanjut dari RT melaporkan kepada salah seorang anggota kepolisian yang sedang berjaga di daerah tersebut. Pada akhirnya permasalahan pada malam hari itupun selesai, walaupun dengan cara yang kaga wajar dan kayanya ketua DKM merasa tidak puas dan seperti dikecilkan”.13

12 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011. 13 Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011.

Page 76: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

67

Dari kejadian tersebut hubungan yang terbangun antara kelompok

nadhliyin dan Persatuan Islam kembali tidak baik hingga saat ini, kebencian

sebagian warga nahdlyin terhadap jama’ah Persatuan Islam yang dulu mulai

mengendap dan kembali keras, ini terbukti pelarangan keras bahkan sampai

“pengaharaman” ketua DKM masjid Jami‘ Daarul Mu’minin periode sekarang

kepada jama’ah Persatuan Islam untuk melasanakan kegiatan termasuk

melaksanakan sholat di masjid tersebut. Seperti dituturkan informan (54 tahun).

“Pada dasarnya konflik kebencian pribadi beliau terhadap jama’ah Persis disini sudah ada sejak kepemimpinan ustadz Junaidi menjabat sebagai ketua DKM masjid tersebut, tapi siapapun menghargai seorang ustadz Junaidi karena ketinggian ilmu dan prilakunya. Nah kesempatan menyalurkan kebencian seperti mendapat jalan setelah meninggalnya ustadz Junaidi dan kemudian beliau menjabat sebagai ketua DKM masjid tersebut. Dan puncaknya saat pelaksanaan sholat gerhana tadi, dengan keras beliau “mengaharamkan” kepada kami untuk melakukan kegiatan dan sholat di masjid jami’ Darul Mu’minin”.14

C. Bentuk Mediasi dan Integrasi.

Konflik yang tejadi pada tahun delapan puluhan sedikit mulai mereda

setelah salah seorang ustadz nahdliyin bernama Junaidi (Alm) menjabat sebagai

ketua DKM masjid Jami’ Daarul Mu’minin, kepemimpianan beliau seolah

memberikan angin segar bagi jama’ah Persatuan Islam, beliau memberikan

pengajaran, pemahaman kepada masyarakat bahwa Persatuan Islam bukan agama

baru, mereka seperti halnya umat Islam pada umumnya hanya dalam beberapa hal

berbeda dalam pelaksanaan ritual ajaran agama, dan perbedaan dalam pemahaman

agama itu sesuatu yang wajar dan menjadi sesuatu yang seharusnya menjadi suatu

14Wawancara Pribadi dengan HU, Depok, 12 juni 2011.

Page 77: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

68

keindahan dalam bermasyarakat. Di tangan beliaulah pembanguanan mushola

menjadi masjid besar dilakukan yang bekerjasama dengan jama’ah Persatuan

Islam (Persis). Persatuan Islam (Persis) mempunyai sumbangsih yang tidak sedikit

dalam pembangunan masjid tersebut, mulai dari fase pembangunan dari mushola

menjadi masjid serta beberapa kali renovasi yang telah dilakukan pada masa

kepemimpinan beliau. Kerja sama tersebut berimbas pada beberapa pelaksanaan

kegiatan jama’ah Persatuan Islam dapat dilakuakan di masjid Jami’ Darul

Mu’minin.

Dapat dikatakan ustadz Junaidi adalah seorang mediator untuk

menjembatani persinggungan atau konflik yang terjadi antara kelompok Persatuan

Islam dengan Nahdlatul Ulama, beliau dapat dikatakan sebagai golongan

campuran.15 Beliau memegang teguh prinsip dan doktrin Nahdlatul Ulama (NU)

akan tetapi cara berfikirnya toleran, terbuka pada hal yang baru, mengedepankan

prinsip-prinsip memajukan perkembangan umat Islam di daerah tersebut dengan

memberikan pengajaran tentang prinsip Islam yang toleran.

Faktor lain adalah ikatan kekeluargaan, walaupun mereka berkonflik tetapi

pada dasarnya mereka bersatu pada ikatan ke-sukuan yakni suku betawi, bahkan

ikatan kekeluargaan. Karena apabila ditelusuri pada dasarnya mereka memiliki

keturunan yang sama, yaitu dari keluarga besar H. Ramin (Alm) dan H. Ajum

(Alm) yang merupakan adik-kakak. Sehingga saat terjadi konflik memungkinkan

mereka untuk mengendapkan atau menahan konflik kearah yang bersifat personal

karena merasa satu suku dan satu keluarga.

15 Achmad Fedyani Saefudin, Konflik dan Integrasi Perbedaan Faham dalam Agama Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), h.95.

Page 78: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

69

Selain faktor seperti yang telah disebut diatas, ada beberapa faktor lain

yang mempersatuakan atau mengintegrasikan kelompok Persatuan Islam dan

Nahdlatul Ulama di antaranya adalah;

1. Acara-acara yang diselenggarakan oleh aparat desa (RT dan RW).

Seperti pembentukan panitia bersama dalam menyelenggarakan acara

17 Agustusan, panitia bersama dalam pelaksanaan pemilihan umum.

2. Bakti Sosial, baik yang diselenggarakan oleh jama’ah Persatuan Islam

maupun yang diselenggarakan oleh warga nahdliyin. Seperti panitia

bersama dalam menyalurkan hewan qurban kepada warga yang

diselenggarakan oleh jama’ah Persatuan Islam pada saat idul adha,

acara sunatan massal yang dilaksanakan oleh jama’ah Persatuan Islam

yang melibatkan warga nahdliyin bahkan peserta dari acara tersebut

lebih banyak berasal dari warga nahdliyin.

3. Pembangunan fasilitas-fasilitas umum warga. Seperti kerja sama

dalam membangun dan merenovasi masjid Jami’ Daarul Mu’minin

dalam pencarian dananya.

4. Gotong Royong membersihkan lingkungan. Seperti pada saat akan

membangun SDIT Bina Auladi yang berafiliasi dengan Persatuan

Islam, warga nahdliyin ikut berpartisipasi dalam pembukaan atau

pembersihan lahan tersebut, dan mayoritas dari siswa yang sekolah di

lembaga tersebut adalah warga nahdliyin.

5. Mereka memiliki musuh bersama yaitu setiap kenakalan yang dirasa

masyarakat mulai berkembang di lingkungan mereka, seperti

Page 79: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

70

maraknya motor-motor yang bersuara keras pada malam hari yang

kerap hilir mudik di lingkungan mereka.

Selain itu lembaga pendidikan yang ada dilingkungan masyarakat

Mekarsari seperti Raudaltul Athfal Al-Fitroh (Taman Kanak-kanak), SDIT Bina

Auladi walaupun kedua lembaga ini berafiliasi dengan kelompok Persatauan

Islam akan tetapi para muridnya tidak hanya dari kelompok tersebut melainkan

banyak juga dari orang tua orang-orang nahdliyin yang menyekolahkan anak-

anaknya di sekolah tersebut, Seperti di tuturkan seorang informan (47 tahun):

“Walaupun secara pribadi saya tidak akur dalam urusan pemahaman agama, tetapi saya menyekolahkan anak saya di TK Al-Fitroh yang nota bene sekolah tersebut milik jama’ah persis, saya harus fair mengakui walaupun sedikit mahal tetapi kualitas pendidikannya lumayan bagus”.16

Hal serupa juga di tuturkan oleh seorang informan (24 tahun) dari keluarga

nahdliyin.

“Adik saya sekolah di TK Al-Fitroh yang milik orang-orang Persatuan Islam (Persis), Alhamdulillah dia hafal do’a-do’a yang diajarkan di Persis, tapi dia juga hafal do’a yang diajarkan oleh kami, dan membanggakanya lagi dia selalu di bawa dalam lomba dan Alhamdulillah beberapa kali juara dalam acara-acara lomba antar TK di Kecamatan”.17

Lembaga-lembaga pendidikan, golongan campuran, struktur

kepemimpinan yang tidak memihak ini dalam tradisi sosiologi, peneliti melihat

sebagai savty valve (katup penyelamat), yang merupakan suatu mekanisme

penyaluran konflik kearah yang lebih sehat dan positif, karena dengan katup

penyelamat ini memungkinkan kelompok Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul

16 Wawancara Pribadi dengan AH, Depok, 6 Juni 2011. 17Wawancara Pribadi dengan SRF, Depok, 8 Juni 2011.

Page 80: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

71

Ulama (NU) berintegrasi dan memberikan batas-batas perbedaan yang jelas

antara kedua kelompok tersebut, dan tidak akan melebur antara kelompok yang

satu dengan kelompok yang lainnya. Dari hasil pengamatan peniliti kelompok

tersebut solah-olah berlomba menunjukan mereka memiliki sebuah lembaga

pendidikan yang berkualitas dan itu merupakan salah satu cara menunjukan

eksistensi golongan tersebut secara positif.

Sementara pendekatan struktural fungsional melihat struktur kelompok

Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (Persis) mempunyai peran dan

fungsi terhadap terciptanya integritas sosial (keseimbangan) karena mereka

terikat pada satu kebudayaan yang universal, yaitu kebudayaan nasional pada

umumnya dan budaya betawi pada khususnya.

Page 81: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

72

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada penelitian ini ditemukan peneyebab konflik yang terjadi antara kelompok

Persaatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) pada masyarakat Mekarsari adalah

disebabkan pada interpretasi dan pemahaman berbeda masing-masing kelompok dalam

memaknai dan mengamalkan ajaran agama. Faktor-faktor yang menyebabkan konflik terjadi

yang bersumber pada pemahaman keagamaan menyebabkan kedua kelompok ini berkonflik

diantaranya adalah: pengurusan jenazah, selametan atau tahlilan, maulid nabi Muhammad

saw, pengiriman surat al-Fatihah, adzan dua kali saat sholat jum’at, do’a qunut pada sholat

shubuh, mengangkat tangan saat berdo’a, mengeraskan do’a setelah sholat berjama’ah,

wiridan dengan menggunakan tasbih, konsep imam dalam sholat berjama’ah, jumlah rakaat

dalam sholat tarawih, penggunaan kata sayyidina dalam sholawat pada sholat, sholat gerhana.

Selain itu ditemukan juga faktor lain penyebab konflik diantaranya status sosial ekonomi, dan

konsep ahlu sunnah wal jama’ah masing-masing kelompok.

Sementara kasus konflik yang terjadi antara kelompok persatuan Islam (Persis) dan

Nahdlatul Ulama (NU) adalah pelarangan penggunaan masjid untuk kegiatan-kegiatan

kelompok Persatuan Islam (Persis) oleh Kelompok Nahdlatul Ulama (NU). Proses mediasi

dan integrasi yang terjadi pada masyarakat karena beberapa hal diantaranya: Golongan

campuran (warga nahdliyin) yang bersifat terbuka terhadap perbedaan, ikatan kesukuan

(betawi), ikatan kekeluargaan keturunan H. Ramin dan H. Ajum, acara-acara yang

Page 82: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

73

diselenggarakan aparat desa sekitar lingkungan, lembaga-lembaga pendidikan, kepentingan

bersama dalam menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan.

B. SARAN-SARAN

Adapun beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dari hasil penelitian ini adalah;

Persatuan Islam (Persis) dan Nahdlatul Ulama (NU) adalah kelompok-kelompok

yang mewarnai sejarah bangsa Indonesia, hendaknya kedua kelompok tersebut bersatu

seiring perkembangan zaman sebagaimana kedua kelompok ini terikat dalam ukhuwah

islamiyyah

1. Hendaknya kedua kelompok mengembangkan faham ingklusifitas dalam

beragama, sehingga memungkinkan melihat segala sesuatu yang berbeda dari

kelompoknya sehingga tidak mudah menghakimi, dan memberikan label atau

embel-embel terhadap ritual keyakinan kelompok lain.

2. Hendaknya kedua kelompok memikirkan Islam dalam ranah memajukan umat

(kemashlahatan umat), bukan hanya mengkaji pada hal-hal bersifat fiqhiyah.

3. Hendaknya kedua kelompok bersikaf terbuka dan toleran dalam menerima

perbedaan kelompok lain, serta menerima dan menampung pendapat dari

kelompok lain.

4. Perbedaan sesuatu yang alami (sunnatullah) dan harus difikirkan sebagai modal

bersama dalam menciptakan kekuatan, bukan menjadikan perbedaan sebagai alat

yang akan merusak hubungan antara kelompok-kelompok yang memiliki

perbedaan tersebut.

Page 83: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

74

DAFTAR PUSTAKA

Berger, L Peter., Kabar Dari Langit: Makna Teologi Dalam Masyrakat Modern, Penerjemah J.B Sudarmanto. Jakarta: LP3ES, 1991.

Fajarini, Ulfah. “Konflik dan Integrasi: Potret Keagamaan Masyarakat Sawangan.”

Al-Turas. Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama V 11, no. 3 (Sepetember 2005): 281.

Federspiel, Howard M, Labirin Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan PERSIS

di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1957), Penerjemah Ruslani dan Kurniawan Abdullah. Jakarta: Serambi,2004.

Fealy, Greag, Ijtihad Politik Ulama Sejarah NU 1952-1967. Penerjemah Farid Wajidi

dan Adelina Bachtiar. LKiS: Yogyakarta, 2007. Firdaus, Haris, NU, PERSIS, MUHAMMADIYYAH yang Bid’ah., Bandung: Mujahid,

2004. Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunnah Wal-Jama’ah Dalam Persepsi dan Tadisi

NU, Jakarta: Lantabora Press, 2005. Husaini Usman Dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:

OT. Bumi Aksara, 2006. Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif , Jakarta: Erlangga, 2009. Muhaimin AG, ed. Dalam Damai di Dunia Damai Untuk Semua Perspektif Berbagai

Agama, Jakarta: Kepala Puslitbang Kehidupan Beragama Departemen Agama, 2004.

Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES,

1980). Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Penerjemah

Alimandan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1985. Roland, Robertson, Agama: Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis. Penerjemah

Achmad Fedyani Saefuddin. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.

Page 84: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

75

Saefuddin, Akhmad Fedyani, Konflik dan Integrasi Perbedaan Faham Dalam Agama

Islam, Jakarta: Rajawali, 1986. Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, 2004 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Grapindo Persada, 1993. Stoddard, L, Dunia baru Islam. Peter Connolly., ed. Aneka Pendekatan Studi Agama, Penerjemah Imam Khoiri.

Yogyakarta: LKIS, 2002. Poloma, M Margaret, Sosiologi Kontemporer, Penerjemah oleh tim Yasogama.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Zahro, Ahmad, Tradisi Intelektual NU, Yogyakarta: LKiS,2004. Zuriah, Nurul, Metodologi penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi, Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2006.

Page 85: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

Pedoman wawancara untuk jama’ah Persatuan Islam (Persis)

Nama:

Usia:

1. Apa yang anda ketahui tentang kelompok Nahdlatul Ulama (NU)?

2. Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan kelompok Nahdlatul Ulama (NU) di

lingkungan anda?

3. Selain Nahdlatul Ulama (NU), apakah ada organisasi atau kelompok lain

dilingkungan anda? Dan bagaimana sikap anda terhadap kelompok tersebut?

4. Dalam pemahaman keagamaan apa saja yang dianggap berbeda oleh kelompok anda?

5. Bagaimana anda menyikapi perbedaan tersebut?

6. Kasus-kasus apa yang pernah terjadi antara kelompok anda dengan kelompok

Nahdliyin?

7. Bagaimana anda menyikapi kasus-kasus konflik yang terjadi antara kelompok anda

dengan kelompok Nahdlatul Ulama (NU)?

8. Hal apa yang biasanya dapat mempersatukan kelompok anda dengan kelompok

Nahdlatul Ulama (NU)?

9. Bagaimana pendapat anda melihat kebersamaan antara kelompok anda dengan

kelompok Nahdlatul Ulama (NU)?

Page 86: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

Pedoman wawancara untuk warga Nahdlatul Ulama (NU)

Nama:

Usia:

1. Apa yang anda ketahui tentang kelompok Persatuan Islam (Persis)?

2. Bagaimana pendapat anda tentang keberadaan kelompok Persatuan Islam (Persis) di

lingkungan anda?

3. Selain Persatuan Islam (Persis), apakah ada organisasi atau kelompok lain

dilingkungan anda? Dan bagaimana sikap anda terhadap kelompok tersebut?

4. Dalam pemahaman keagamaan apa saja yang dianggap berbeda oleh kelompok anda?

5. Bagaimana anda menyikapi perbedaan tersebut?

6. Kasus-kasus apa yang pernah terjadi antara kelompok anda dengan kelompok

Persatuan Islam (Persis)?

7. Bagaimana anda menyikapi kasus-kasus konflik yang terjadi antara kelompok anda

dengan kelompokPersatuan Islam (Persis)?

8. Hal apa yang biasanya dapat mempersatukan kelompok anda dengan

kelompokPersatuan Islam Persis (Persis)?

9. Bagaimana pendapat anda melihat kebersamaan antara kelompok anda dengan

kelompok Persatua Islam (Persis)?

Page 87: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Papan nama Cabang PERSIS Cimanggis bersanding dengan Papan nama Majelis Ta’lim ASMAUL HUSNA (Nahdlatul Ulama)

Gambar 2. Badan Otonom PERSISTRI Cimanggis

Page 88: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

Gambar 3. Majlis dan Mushola milik Jama’ah PERSIS

Gambar 4. Papan nama Masjid Jami Daarul Mu’minin

Page 89: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

Gambar 5. Masjid Daarul Mu’minin

Gambar 6. Masjid tampak dari belakang

Page 90: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

Gambar 7.

Gambar 7 dan 8. Majelis Ta’lim dan Dzikir milik Nahdlatul Ulama

Page 91: KONFLIK DAN INTEGRASI: Analisis Terhadap Pemahaman ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24106/1/AYUB... · mengalihkan konflik untuk tidak langsung melawan objeknya

Gambar 9. Papan nama TK. Al-Fithrah PERSIS

SDIT. Bina Auladi (PERSIS)